Saudariku tercinta

41
Saudariku tercinta, yakinlah dengan jalan yang kau tempuh! Saif Al BattarAhad, 1 Muharram 1433 H / 27 November 2011 12:38 Ilustrasi - Saudariku tercinta, yakinlah dengan jalan yang kau tempuh! Fenomena ini mungkin tidak akan kami sampaikan pada kesempatan ini jika saja saudari-saudariku sepondokan, baik yang berstatus aktivis muslim maupun bukan, mampu menjaga kehormatan dirinya dan bersabar atas berbagai macam gelombang syahwat dan syubhat yang terus didengung- dengungkan oleh pihak yang tidak senang dengan kejayaan agama ini. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah mengkhawatirkan fitnah (ujian) ini terhadap umatnya. Sebagaimana yang telah disabdakan beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya, “Sesungguhnya di antara yang aku takutkan atas kamu adalah syahwat mengikuti hawa nafsu pada perut kamu dan kemaluan kamu serta fitnah-fitnah yang menyesatkan.” (HR. Ahmad). Dengan penuh kesabaran, mereka akan senantiasa terus merusak generasi muda serta kaum wanitanya. Mengapa ? karena dari wanita-wanita yang rusak moralnya akan terlahir generasi penerus bangsa yang rusak pula ditambah lagi para pemudanya yang tidak tahu lagi menjaga adab-adab dalam bergaul yang telah ditentukan oleh Allah melalui lisan Nabi-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia dan telah temaktub di dalam agama yang telah sempurna ini. Memang betul diri ini bukanlah pribadi yang alim namun ijinkanlah kami mengisi catatan kehidupan kami dengan

description

Saudariku tercinta

Transcript of Saudariku tercinta

Page 1: Saudariku tercinta

Saudariku tercinta, yakinlah dengan jalan yang kau tempuh!Saif Al BattarAhad, 1 Muharram 1433 H / 27 November 2011 12:38

Ilustrasi - Saudariku tercinta, yakinlah dengan jalan yang kau tempuh!

Fenomena ini mungkin tidak akan kami sampaikan pada kesempatan

ini jika saja saudari-saudariku sepondokan, baik yang berstatus aktivis

muslim maupun bukan, mampu menjaga kehormatan dirinya dan

bersabar atas berbagai macam gelombang syahwat dan syubhat yang

terus didengung-dengungkan oleh pihak yang tidak senang dengan

kejayaan agama ini. 

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah mengkhawatirkan fitnah

(ujian) ini terhadap umatnya. Sebagaimana yang telah disabdakan

beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya, 

“Sesungguhnya di antara yang aku takutkan atas kamu adalah

syahwat mengikuti hawa nafsu pada perut kamu dan kemaluan kamu

serta fitnah-fitnah yang menyesatkan.”  (HR. Ahmad). 

Dengan penuh kesabaran, mereka akan senantiasa terus merusak

generasi muda serta kaum wanitanya. Mengapa ? karena dari wanita-

wanita yang rusak moralnya akan terlahir generasi penerus bangsa

yang rusak pula ditambah lagi para pemudanya yang tidak tahu lagi

menjaga adab-adab dalam bergaul yang telah ditentukan oleh Allah

melalui lisan Nabi-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia dan

telah temaktub di dalam agama yang telah sempurna ini. 

Memang betul diri ini bukanlah pribadi yang alim namun ijinkanlah

kami mengisi catatan kehidupan kami dengan sesuatu yang

bermanfaat bagi agama ini. Adanya tulisan ini juga bukan berarti kami

ingin memposisikan sebagai pihak yang paling benar, sekali lagi tidak. 

Mudahan-mudahan uraian ini mampu mewakili kebiasaan kaum kami

ketika berinteraksi dengan kaum hawa. 

Page 2: Saudariku tercinta

Harapan kami melalui media ini ialah engkau bersama teman-teman

kosmu proaktif dalam mencegah kemungkaran, terutama di

lingkungan terkecilmu, yaitu di pondokan. Sekurang-kurangnya saling

nasehat-menasehati dan saling mengingatkan saudaranya, yang masih

belum memperoleh hidayah, agar terhindar dari bahaya tersebut. 

Kami yakin di benak ukhti telah tersirat keinginan di atas namun

terganjal sesuatu. Bisa saja berupa perasaan bahwa dirinya belumlah

pantas menasehati saudaranya. Entah dikarenakan merasa lebih

muda, kurang sholeh, masih kurang ilmu agamanya dibandingkan dia,

tidak ingin membuka aib saudaranya, tidak ingin membuat saudaranya

sedih kemudian akan membenci ukhti, atau tidak ingin mencampuri

urusan orang lain. 

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk

menyampaikan dan mengajarkan ilmu kepada manusia. 

Beliau bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat”.

(HR. Bukhari & Muslim). 

Nah, bukankah ayat yang telah ukhti hafal tidak hanya satu… Mulai

dari ayat pertama Surah An-Naas sampai…Kami yakin telah beratus-

ratus ayat dalam memorimu. Apakah itu masih belum cukup ? Hmmm,

menunggu hingga menjadi hafidzhoh, kah ? 

“Jadilah kalian di tengah manusia laksana lebah di tengah bangsa

burung, tiada seekor burung pun melainkan menganggap remeh

terhadapnya, padahal seandainya bangsa burung itu mengetahui

barokah yang terkandung di perut lebah, niscaya mereka tak akan

meremehkannya. Maka bergaullah di tengah manusia dengan lisan

dan jasad kalian dan berbaurlah bersama mereka dengan amal shalih

dan hati kalian. Sesungguhnya manusia akan mendapatkan sesuai

dengan apa yang dia usahakan dan pada hari kiamat nanti akan

dikumpulkan bersama siapa yang dicintainya”.  (Ali bin Abi Thalib

radhiallahu’anhu). 

Page 3: Saudariku tercinta

Perlu diingat pula bahwa azab yang ditimpakan terhadap suatu kaum

yang di dalamnya penuh dengan kemungkaran dan kemaksiatan tidak

hanya menimpa kepada mereka yang bermaksiat tetapi juga akan

menimpa selain mereka. Begitu banyak contoh musibah di negeri ini

dimana korbannya tidak hanya dari kalangan ahli maksiat namun juga

menimpa orang-orang sholeh di daerah tersebut. Apakah gempa di

Indonesia hanya menimpa ahli maksiat sajakah ? Atau apakah ukhti

tega menimpakan azab Allah kepada seluruh penghuni pondokan

walaupun secara tidak langsung ? 

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, “Dan peliharalah dirimu dari pada

siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di

antara kamu, dan ketauhilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”.

(QS. Al-Anfal: 25). 

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Sesungguhnya

manusia apabila melihat seorang yang zhalim lalu tidak mencegahnya,

niscaya, hampir-hampir Allah Subhanahu wa Ta’ala menimpakan azab

untuk mereka semuanya.”  (HR. Abu Dawud & Tirmidzi) 

Ketika kita telah mengetahui pentingnya ilmu, maka sebagai buah dan

konsekuensi dari ilmu tersebut adalah beramal. Bayangkan jika ada

seorang kimiawan yang sudah menguasai teori reaksi kimia,

menguasai teori bahan-bahan kimia, dan trik mencampur bahan

tersebut agar menghasilkan reaksi kimia yang cepat dan aman namun

dia tidak mau mengaplikasikan ilmunya tersebut. Apakah teori

tersebut dapat dikatakan bermanfaat bagi dirinya ? 

Begitupula ilmu agama yang telah kita pelajari tanpa kita amalkan

maka tidak akan bermanfaat bagi kita karena Allah akan menghisab

tentang apa yang kita amalkan disamping apa yang kita ketahui.

Barangsiapa yang beramal tanpa ilmu maka ia telah menyerupai kaum

Nasrani dan barangsiapa yang berilmu tanpa mengamalkannya maka

ia telah menyerupai kaum Yahudi. (Tafsir Ibnu Katsir). 

Page 4: Saudariku tercinta

Ibnu Mas’ud rahimahullah berkata, “Belajarlah ilmu. Apabila sudah

tahu, maka amalkanlah”. Selain itu betapa indahnya perkataan Fudhail

bin Iyadh rahimahullah, “Seseorang yang berilmu akan tetap menjadi

orang bodoh sampai dia dapat mengamalkan ilmunya. Apabila dia

mengamalkannya, barulah dia menjadi seorang alim”. 

Perkataan ini mengandung makna yang dalam karena apabila

seseorang memiliki ilmu akan tetapi tidak mau mengamalkannya,

maka dia adalah orang yang bodoh. Hal ini karena tidak ada

perbedaan antara dia dan orang yang bodoh. Maka seseorang yang

berilmu tidaklah menjadi seorang alim yang sebenarnya sampai dia

mengamalkan ilmunya. 

Semua orang yang belajar ilmu dengan tujuan bukan untuk

mengamalkannya akan diharamkan baginya keberkahan ilmu,

kemuliaannya, dan pahalanya yang agung. 

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kita dari tidak

mengamalkan ilmu dengan sabdanya, 

“Perumpamaan orang yang mengajari orang lain kebaikan, tetapi

melupakan dirinya (tidak mengamalkannya), bagaikan lilin yang

menerangi manusia sementara dirinya sendiri terbakar”. (HR.

Thabrani. Muhaddits abad ini, Muhammad Nashiruddin Albani, berkata

sanadnya jayyid (baik)). 

Kiranya, dalil berikut ini cukup bagi saudariku yang di kampus aktif di

organisasi keagamaan. Bahkan menjadi pemandu asistensi agama

Islam di prodinya. Namun ketika berada di pondokan, malah hobi

mendatangkan teman lelakinya. Maka dikhawatirkan ia termasuk

golongan yang menyuruh orang lain berbuat kebajikan namun ia

sendiri terjatuh dalam keburukan. 

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang orang yang

tidak mengamalkan ilmunya, “Didatangkan seseorang pada hari

kiamat kemudian dia dilemparkan ke neraka sehingga terurai usunya

Page 5: Saudariku tercinta

dan dia berputar sebagaimana kedelai berputar pada penggilingan.

Kemudian berkumpullah para penghuni neraka disekelilingnya dan

berkata, “Wahai fulan, apa yang menimpamu ? Bukankah kamu dulu

menyuruh kami untuk berbuat baik dan mencegah kami dari

kemungkaran ?” Kemudian orang tersebut berkata, “Dahulu aku

menyuruh berbuat kebaikan tapi aku tidak melakukannya dan aku

mencegah perbuatan munkar namun aku melakukannya.” 

(HR. Bukhari & Muslim dari Usamah bin Zaid). 

Kami yakin saudariku tentu telah memperoleh proses tarbiyah di

lingkungan kampus, organisasi, maupun liqo. Namun siapa yang

mampu menjamin sepulangnya dari liqo atau kajian keilmuan mereka

akan terbebas dari perilaku jahil. Bahkan orang sekelas murabbi pun

tidak akan mampu menjaga kondisi keimanan para mutarabbi-nya

akan tetap istiqomah sebagaimana yang ditampakkannya ketika liqo. 

Mudah-mudahan kajian-kajian, entah itu liqo, TTS, dan lain sebagainya,

yang sedang saudari-saudariku ikuti mampu membentengi dirinya dari

terkaman kami, para serigala berbulu domba. Dan juga semoga

beberapa penggal kalimat di bawah ini dapat menjadi bahan bagi ukhti

untuk dapat menyelamatkan saudaramu, terutama yang berada satu

pondokan, agar tidak semakin dalam tergelincir dalam jurang

kemaksiatan. 

Tentunya semua itu dilakukan dengan niat ikhlas berdakwah lillahi

ta’ala serta penuh hikmah agar mereka segera sadar akan

kekeliruannya selama ini. Kebenaran yang pada asalnya susah untuk

diterima oleh jiwa, ketika disampaikan dengan cara yang buruk dan

kasar, tentunya justru akan membuat orang semakin lari dari

kebenaran. Oleh karena itulah, dakwah pada dasarnya harus

disampaikan dengan cara lemah lembut. 

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Serulah (manusia) kepada jalan

Tuhan-mu dengan hikmah dan mauidzoh hasanah (pelajaran yang

baik) dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Page 6: Saudariku tercinta

Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat

dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang

mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125). 

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya

tidaklah kelemahlembutan itu ada pada sesuatu melainkan akan

menghiasinya. Dan tidaklah kelemah-lembutan itu tercabut dari

sesuatu kecuali akan membuatnya menjadi jelek.” (HR. Muslim). 

Wahai saudariku yang semoga Allah melimpahkan rahmat

kepadamu… 

Allah ta’ala memberikan permisalan tentang orang yang telah

mengumpulkan banyak kebaikan akan tetapi nanti di akhirat, amalan

kebaikan yang diandalkannya tidak dapat banyak bermanfaat, 

Allah berfirman yang artinya, 

“Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun

kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia

mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian

datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan

yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang

mengandung api, lalu terbakarlah, Demikianlah Allah menerangkan

ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya. (QS. Al-

Baqarah:266). 

Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma ketika menjelaskan ayat di atas, beliau

mengilustrasikan dengan orang kaya yang beramal karena taat kepada

Allah, kemudian Allah mengutus setan padanya, lalu orang itu

melakukan banyak kemaksiatan sehingga amal-amalnya terhapus

(Tafsir Ibnu Katsir). 

Oleh karenanya tidaklah pantas diri kita merasa sungkan

menasehatinya hanya karena amal ibadahmu belumlah sebanyak dia.

Ketauhilah, sebagaimana hadits di atas, amal ibadah sebanyak apapun

tidak akan banyak bermanfaat baginya bilamana dirinya masih gemar

bergelimang dalam kemaksiatan. Atau engkau merasa belum bisa

Page 7: Saudariku tercinta

menyaingi kekayaan mereka ? Atau menganggap dirimu bodoh hanya

karena IP-mu di bawah saudaramu ? 

Marilah kita merenungkan sejenak sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa

sallam berikut, 

“Sesungguhnya Allah membenci setiap orang yang ‘alim (pandai)

dalam masalah duniawi namun jahil (bodoh) terhadap masalah

akhirat”. (Shahihul Jami’: 1875). 

Saudariku…sering kali kita melihat seseorang yang bergelimang dalam

kemaksiatan namun Allah Ta’ala memberinya kenikmatan duniawi

yang sangat besar dan kemudahan dalam melakukan segala

urusannya. Ada yang diberi harta yang melimpah, rumah mewah,

mobil bagus, dan lain-lainnya. Namun di sisi lain, kita melihat orang-

orang yang dikenal dengan ketaatan pada Allah banyak mendapatkan

cobaan duniawi baik berupa kemiskinan, kekurangan uang, penyakit

dan lain sebagainya. 

Ya… bisa juga dianalogikan dengan keadaan umat Islam kini

dibandingkan umat lainnya. Dimana orang-orang yang maju dalam

bidang ekonomi, teknologi, perindustrian, dll masih didominasi oleh

umat non muslim sedangkan kaum muslimin hanya sebagai penonton

dan masih berada dalam keterpurukannya hingga saat ini. Apakah

Allah Ta’ala tidak adil dalam memberikan balasan pada hamba-Nya ? 

Saudariku…itulah istidroj yang menipu..

Kita melihat orang yang bergelimang dalam kemaksiatan kepada Allah

malah dibukakan pintu rezeki seluas-luasnya serta dimudahkan segala

urusan hidupnya. Maka demikianlah hakikat istidroj (dilulu). Allah akan

memberi mereka kenikmatan duniawi sehingga mereka akan terus-

menerus melakukan kemaksiatan dan mereka merasa aman dari

makar Allah. Sampai suatu saat Allah akan membalasnya dengan azab

yang sangat pedih setelah dosa-dosa kemaksiatannya bertumpuk.

Na’udzu billahi min dzaalik. 

Page 8: Saudariku tercinta

Bagi saudara kita yang belum tersadar akan kekeliruannya selama ini,

cukuplah dalil di bawah ini menjadi renungan. Allah Ta’ala berfirman

yang artinya, 

“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah ? Tiada yang

merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS.

Al-A’raaf: 99). 

Allah juga mengancam orang yang merasa PD melanggar rambu-

rambu syariat-Nya dan terus-menerus tenggelam dalam kemaksiatan.

Allah berfirman yang artinya, 

“Maka serahkanlah kepada-Ku orang-orang yang mendustakan

perkataan ini. Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-

angsur dari arah yang tidak mereka ketahui, dan Aku memberi

tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat tangguh.”

(QS. Al-Qolam: 44-45). 

Sebenarnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga telah

mengingatkan kita namun banyak saudara kita yang enggan

menghadiri majelis ilmu. Sehingga warisan beliau ini makin asing di

telinga kita. Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, 

“Jika engkau melihat seorang hamba yang senantiasa diberi

kenikmatan dunia yang diinginkannya sementara dia senantiasa

berada dalam kemaksiatan, maka itulah istidroj.”(HR.Ahmad & Ibnu

Jarir). 

Lebih tragisnya lagi apabila kita masih saja merasa lalai akan makar

Allah. Maka secara tidak sadar kita telah terjerembab ke dalam dosa

besar. Ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ditanya oleh Ibnu

Abbas radhiallahu’anhuma tentang dosa besar, maka beliau

menjawab, “Syirik kepada Allah, putus asa dari rahmat Allah, dan

merasa aman dari makar Allah.”(HR. Al Bazar & Ibnu Abi Hatim). 

Adakalanya sikap lalai ini disebabkan saudara kita berpaling dari

agama Allah, lalai dari mengenal Tuhannya serta meremehkan hak-

hak-Nya. Akibatnya ia meninggalkan kewajiban dan terus-menerus

Page 9: Saudariku tercinta

berbuat maksiat. Sehingga rasa takut, terhadap azab Allah baik di

dunia maupun di akhirat, dari hatinya terus berkurang dan keimanan

tidak tersisa sedikit pun. 

Adakalanya pula disebabkan saudara kita beribadah kepada Allah

namun merasa takjub dengan dirinya serta tertipu dengan amal

sholehnya. Akibatnya, ia merasa PD ketika bermaksiat karena yakin

amal ibadahnya selama ini akan meneggelamkan dosa-dosanya.

Sehingga hilanglah rasa takutnya kepada Allah. Ia menyangka telah

sedemikian dekat dan berada pada kedudukan yang tinggi di sisi

Allah. 

Saudariku yang tegar di jalan dakwah… 

Terus menerus melakukan maksiat akan mengakibatkan kerasnya hati,

jauh dari Allah, dan lemahnya iman. Sebab iman itu bertambah dengan

ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Terus menerus

melakukan maksiat juga akan mengakibatkan maksiat tersebut

menjadi suatu kebiasaan sekaligus tempat bergantung bagi pelakunya.

Sungguh, jika jiwa itu terbiasa dengan suatu hal maka akan sulit untuk

berpisah dengannya. Jika ini telah terjadi pelaku maksiat akan sulit

melepaskan diri dari maksiatnya dan setan akan membukakan

untuknya pintu-pintu kemaksiatan lainnya yang lebih besar dan lebih

dahsyat dari sebelumnya. Oleh sebab itu, ahli ilmu dan ahli akhlak

berkata: “Sesungguhnya kemaksiatan adalah pengantar kekafiran, di

mana seseorang akan berpindah-pindah dari satu maksiat kepada

maksiat lainnya, setahap demi setahap sampai ia berpaling dari

agamanya.” Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan taufik

dan keselamatan kepada kita semua. {Majaalis syahri Ramadhan,

Pengajar Syari’ah dan Ushuluddin Universitas Al-Imam Muhammad bin

Su’ud Al-Islamiyah dan anggota Majelis Kibarul Ulama (MUI-nya

Kerajaan Saudi Arabia), Fadhilatu Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-

Utsaimin) 

Page 10: Saudariku tercinta

Di samping itu jika kita tidak hati-hati, dalam kehidupan yang kini

serba permisif, maka kita akan jatuh pada sikap meremehkan ajaran

agama ini. Di mana beberapa sebab pembatal keislaman,

sebagaimana rukun islam yang lain rukun syahadat juga memiliki

pembatal, di antaranya adalah : 

1. Berbuat syirik dalam beribadah kepada Allah. 

2. Menjadikan wasa’ith (perantara) antara dia dan Allah. 

3. Tidak mengkafirkan orang-orang musyrik, atau ragu dengan

kekufuran mereka, atau bahkan membenarkan madzhab mereka. 

4. Meyakini bahwa selain ajaran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam

itu lebih sempurna daripada ajaran beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam. 

5. Membenci sedikit saja, dari syari’at yang dibawa oleh Rasulullah

shalallahu ‘alaihi wa sallam. 

6. Melecehkan –sekalipun sedikit dari- dari agama Rasulullah

shalallahu ‘alaihi wa sallam. 

7. Melakukan perbuatan sihir. 

8. Membantu kaum musyrikin dan menolong mereka untuk

menghancurkan kaum muslimin. 

9. Meyakini bolehnya bagi seseorang keluar dari syari’at Muhammad

shalallahu ‘alaihi wa sallam. 

10. Berpaling dari agama Allah. 

(Risalah Mufti ‘Am Kerajaan Saudi Arabia dan Pimpinan Majelis Kibarul

Ulama serta Ketua Dewan Divisi Penelitian Ilmiah dan Komisi Fatwa,

Syaikh Abdul Aziz bin Baz). 

Kriteria pembatal keislaman di atas bukanlah dimaksudkan untuk

bermudah-mudahan dalam mengkafirkan saudara kita. Namun,

semata-mata dilandasi rasa sayang dan kasihan. Jangan sampai

mereka terus-menerus meremehkan ajaran Rasulullah shalallahu

‘alaihi wa sallam ini. Jika masalah ini tetap diremehkan maka

dikhawatirkan mereka akan termasuk golongan pada point ke-4 atau

ke-5. 

Page 11: Saudariku tercinta

Keberanian mereka melakukan perbuatan yang dilarang oleh syari’at

ini tentunya dilandasi anggapan bahwasanya mereka lebih tahu

daripada Rasululllah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Tentang jalan hidup

yang bagaimanakah yang harus ditempuh. Inilah akibat globalisasi

dimana budaya negatif dari barat pun ikut masuk mencemari gaya

hidup kaum muslimin. Mereka beranggapan bahwa gaya bergaul yang

efektif dan efisien dalam bersosialisasi adalah dengan menyerupai

gaya pergaulan bebasnya remaja bule ala dawnson creek. Kalau di

Indonesia mengikuti gaya bergaul di sinetron-sinetron remaja yang

pernah ngetop atau lagi digandrungi, seperti cinta fitri atau cahaya. 

Saudariku yang dicintai Allah… 

Dalam kehidupan ini kita akan senantiasa dikelilingi oleh orang yang

menganggap remeh atas dosa-dosa mereka, tak terkecuali saudara

kita yang merasa butuh bergaul dengan lawan jenis. Namun

sayangnya tanpa memperhatikan batasan syari’at. Entah apakah

karena beranggapan bahwa kebaikan-kebaikan mereka sudah terlalu

banyak atau beranggapan bahwa amalan-amalan shalih mereka sudah

begitu melimpah. Sehingga pahala yang mereka kumpulkan pun sudah

begitu menggunung. 

Apakah shalat-shalat sunnahnya, shalat malamnya, puasa sunnahnya,

infaqnya, kegiatan dakwahnya selama ini dan seterusnya dari amalan-

amalan shalih yang mereka kerjakan akan seperti lautan yang akan

menenggelamkan dosa-dosa yang mereka lakukan ? Sehingga, tanpa

risih, merindukan kedatangan teman lelakinya untuk menengoknya di

pondokan. Kemudian asyik berlama-lama bercengkerama dengannya

di bawah naungan sinar lampu beranda pondokan. 

Padahal sudah jauh-jauh hari para ulama kita talah mengingatkan

umatnya agar terhindar dari bahaya pergaulan bebas ini. Imam Ibnu

Katsir rahimahullah mengatakan bahwa setiap persahabatan yang

dilandasi cinta karena selain Allah, maka pada hari kiamat nanti akan

kembali dalam keadaan saling bermusuhan. Kecuali persahabatannya

Page 12: Saudariku tercinta

dilandasi cinta karena Allah ‘azza wa jalla, inilah yang kekal

selamanya. (Tafsir Ibnu Katsir). 

Apakah dinamakan cinta karena Allah jika kita mengharuskan adanya

perjumpaan, berboncengan, atau bercanda gurau dengan menerjang

rambu-rambu syari’at. Tentunya tidak hanya satu dari saudara kita

dalam satu pondokan, baik yang telah mengikuti proses tarbiyah

maupun yang belum tersentuh hidayah, masih ada yang belum yakin

bahwa perhatian kaum kami yang hakiki adalah setelah menikah?

Memang nampaknya jalan menuju ke sana tidak jelas dan butuh

kesabaran ekstra. Apalagi kita dikejar usia yang semakin uzur.

Sehingga akan membuat kaum hawa khawatir akan penampilannya

yang semakin pudar. 

Ditambah lagi dengan kondisi keluarga yang memprihatinkan dimana

ayahanda sakit-sakitan atau bahkan telah lama ditinggal oleh salah

satu atau kedua ortu sekaligus. Sehingga iblis akan mendatangi lalu

membisikkanmu untuk segera memperoleh tambatan hati walaupun

harus menabrak rambu syari’at. Sebab dengannya masa depanmu

akan nampak “jelas” dan “pasti”. Ditambah lagi kondisi kejiwaan kita,

baik ikhwan atau akhwat, yang membutuhkan tempat

berbagi/perhatian dari orang lain. 

Apalagi bagi mereka yang berada jauh dari orang tua dimana hari-

harinya diliputi kesedihan yang mendalam tatkala teringat ortunya di

seberang laut/sungai. Ketika kami menampakkan diri di hadapanmu

sebagai sosok pribadi yang peduli dan perhatian secara “tulus” akan

segala masalah kehidupanmu maka engkau dengan serta-merta

menganggap telah memperoleh tempat untuk berbagi segala beban

kehidupanmu dalam perantauanmu ini. 

Saudariku…seringkali kata sabar didengung-dengungkan setiap kali

menghadapi segala ujian kehidupan tidak terkecuali ujian ini. Tetaplah

bersabar dan ridho dengan keputusan Allah dan berserah diri kepada-

Nya. Hindarilah mencari jalan pintas dengan menabrak rambu syari’at-

Page 13: Saudariku tercinta

Nya. Sebab salah satu tanda hilangnya iman dalam diri ini ialah

ketidak sabaran dalam menjalani ketaatan kepada Rabbnya. 

Imam Ahmad mengatakan, “Sabar disebutkan di dalam Al-Qur’an

sebanyak lebih dari 70 ayat. Kaitan sabar dan iman seperti halnya

kedudukan kepala dan jasad. Seseorang yang tidak sabar dalam

melaksaknakan ketaatan, dalam menjauhi kemaksiatan serta ketika

tertimpa musibah maka ia sudah kehilangan sebagian besar dari

imannya.” 

(Kitab At-Tamhid: 391). 

Sejatinya kesusahan bagi seorang muslim merupakan kebaikan jika dia

bersabar. Sebagaimana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda yang artinya, “Sungguh menakjubkan perkara seorang

mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan

hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika dia mendapat

kegembiraan, maka dia bersukur dan itu merupakan kebaikan baginya,

dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan

kebaikan baginya. (HR. Muslim). 

Namun masih banyak yang tidak setuju dengan perjodohan atau

ta’aruf yang hanya mengenal beberapa hari saja. Alasannya

pernikahan itu sakral dan untuk selama-lamanya. Jadi mesti hati-hati

memilih pasangan hidup.Sehingga akan bermunculan problematika

seperti ini, bagaimana bisa memahami karakter masing-masing calon

kalau hanya bertemu sesekali ?  Atau yang lainnya seperti,  Dalam

pergaulan sehari-hari, tentunya kalian berkepentingan untuk menjalin

hubungan dengan laki-laki, berkomitmen untuk menikah nanti setelah

semua cita-cita pribadi maupun harapan orang tua tercapai, tetap

menjaga tanpa adanya kontak kulit, dan dalam pertemuan hanya

sebatas cerita untuk mengenal satu sama lain, apakah hubungan

kayak gini tetap nggak boleh? 

Terbiasanya umat ini dengan gaya bergaul tanpa mengindahkan

syari’at mengakibatkan semakin dilupakannya akhlak Islami yang

Page 14: Saudariku tercinta

mestinya ditegakkan. Bahkan mereka menganggap kebiasaan itu jauh

lebih baik dan lebih tinggi nilainya daripada syari’at Allah yang

mengharamkanya. Orang yang berpegang teguh pada agama ini

malah dikatakan kuper, lugu, kolot, ketinggalan zaman, kaku, sulit

beradaptasi, ekstrim, hendak memutuskan tali silaturrahim, dan

sebagainya. 

Saudariku…sekali lagi janganlah engkau tertipu dengan kata-kata

manis dari kami karena sesungguhnya Allah Ta’ala belumlah

menampakkan aib/topeng kami di hadapanmu. 

Oleh karenanya perhatian kami terhadap kalian sebelum menikahlah

yang haruslah diwaspadai karena dibangun di atas dusta dan

kebohongan. Kami telah mengemasnya sedemikian rupa semata-mata

untuk bersenang-senang memuaskan hawa nafsu yang tak lama

kemudian akan tampaklah kenyataan yang sesungguhnya. 

Bukankah Islam tidak mengenal pacaran ? Bukankah Islam

menganjurkan nikah dulu baru cinta, bukan cinta dulu baru nikah.

Kemudian kalau mereka mengatakan bahwasanya pacaran itu supaya

tahu pacarnya, maka perlu diketahui bahwa pacaran itu bukan ukuran.

Kebanyakan diantara mereka setelah menikah baru masing-masing

tahu aslinya sehingga tidak jarang diantara mereka setelah lama

berpacaran, 4 tahun pacaran, baru menikah satu tahun sudah bubar

gara-gara mereka telah bercinta dulu sebelum menikah sehingga

ketika menikahpun cinta mereka telah habis. 

Jadi solusi yang benar adalah menikah dulu, kemudian setelah

menikah baru bercinta. Namun ketika sebelum menikah ada proses-

prosenya dulu, yaitu saling tukar menukar biodata, kemudian banyak

tanya bagaimana akhlaknya, agamanya, setelah semuanya cocok,

sholat istikharah terlebih dahulu, lalu bermusyawarah, kemudian juga

nadhor (melihat calon pasangannya), baru nikah. Jikalau engkau mau

sedikit berfikir maka perhatian kami yang tulus terhadapmu hanyalah

bisa dibuktikan dengan menikahimu. Kemudian pasti akan timbul

Page 15: Saudariku tercinta

sakinah, kedamaian ketentraman dan didalamnya ada mawadah

warahmah (cinta dan kasih sayang) yang sejati. 

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan

merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih

dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar Rum: 21). 

Sekali lagi percayalah janji Allah yang akan mempertemukan kalian

dengan pasangan yang sesuai dengan kapasitas kalian. Sengaja

mempromosikan diri sebagai sosok wanita yang senang menyerempet

syariat-nya. Maka secara tidak langsung kalian minta dijodohkan oleh-

Nya dengan pasangan hidup yang seperti itu pula. Apakah yang itu

yang diidam-idamkan oleh kalian selama ini ? Na‘udzubillahi min

dzalik. 

Allah telah mengingatkan hamba-Nya agar senantiasa memperbaiki

diri masing-masing. Agar dijauhkan darinya pasangan hidup yang keji.

Sebagaimana Allah telah berfirman yang artinya, 

“Perempuan-perempuan yang keji untuk laik-laki yan keji, dan laki-laki

yan gkeji untuk perempuan-perempuan yang keji(pula), sedangkan

perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-

laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka

itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh

ampunan dan rezeki yang mulia (surga)”. (QS. An-Nur: 26). 

Bukankah sudah banyak contoh keluarga selebritis yang hancur

berantakan padahal mereka telah berpacaran sebelum akad

pernikahan. Bahkan telah sampai tahapan hubungan layaknya suami

istri (bersentuhan, berpelukan, pegang-pegangan, cubit-cubitan,

senggol-senggolan hingga perzinaan) lalu berikrar akan setia satu

sama lain sampai ajal menjemput. 

Apakah itu semua belum cukup untuk dijadikan bahan pelajaran atau

cukupkah hanya sebagai bahan renungan belaka? 

Page 16: Saudariku tercinta

Saudariku yang budiman… 

Ketika seseorang beranjak dewasa, muncullah benih di dalam jiwa

untuk mencintai lawan jenisnya. Ini merupakan fitrah (insting) yang

diberikan oleh Allah kepada manusia. 

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dijadikan indah pada

(pandangan) manusia kecintaan terhadap perkara yang diinginkannya

berupa wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,

perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah

kesenangan hidup di dunia. Dan di sisi Allahlah tempat kembali yang

baik.” (Ali Imran : 14) 

Tentunya ukhti dan saudara-saudaramu di pondokan telah meyakini

bahwa agama ini adalah agama yang sempurna. Dimana di dalamnya

telah diatur seluk beluk kehidupan manusia mulai dari adab buang air

hingga hukum ketatanegaraan. Termasuk juga bagaimana pergaulan

antara lawan jenis yang membawa keselamatan di dunia dan akhirat,

di antaranya: 

Menundukkan pandangan terhadap lawan jenis. Apakah hal ini pernah

kami, para lelaki, lakukan ketika berduaan denganmu ? Sebagian besar

kita beralasan bahwa hijabnya di hati. Jadi kalau nggak ada perasaan

apa-apa dengannya maka tidak perlu menundukkan pandangan. Kok

dengan lancangnya diri ini berani men-tazkiyah/menganggap lebih suci

dan sholeh dibandingkan para sahabat nabi atau istri-istri beliau. 

Allah berfirman yang artinya, “Katakanlah kepada laki-laki beriman:

Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara

kemaluannya.” (An-Nur: 30). 

“Dan katakanlah kepada wanita beriman: Hendaklah mereka

menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (An-Nur:

31). 

Kemudian apakah jika kami berduaan denganmu ditemani cahaya

lampu beranda tidak melanggar syari’at. Lebih ngerinya lagi jika ini

“terpaksa” dilakukan oleh seorang muslimah, ia akan mencari-cari

Page 17: Saudariku tercinta

orang/teman kosnya untuk dijadikan mahrom-mahroman. Bukankah ini

termasuk berdusta atas nama agama dan ia sedang menyelisihi

perintah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam demi mengikuti bisikan

setan serta tercapainya tujuan pribadi. 

Padahal Allah telah berfirman yang artinya, “Dan barangsiapa yang

mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-

ketentuan-Nya, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam api

neraka sedang ia kekal di dalamnya. Dan baginya siksa yang

menghinakan” 

(QS. An-Nisaa’: 14). 

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-

langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan,

maka sesungguhnya syaitan itu 

menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar.

Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu

sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-

perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah 

membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha

Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. An-Nur: 21). 

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang

laki-laki berdua-duaan (kholwat) dengan wanita kecuali bersama

mahramnya.” (HR. Bukhari & Muslim). 

Tidaklah seorang laki-laki berkhalwat dengan wanita kecuali pihak

ketiganya adalah setan (HR. Tirmidzi, 3/474 misyakatul mashabih,

3188).  {Yusuf al-Qaradhawi, Fiqih Praktis bagi Kehidupan Modern} 

Memangnya kalau sudah tumbuh benih-benih cinta diantara kita

engkau dapat menjamin kami tetap akan menampakkan kesopanan,

kesholehan, dan rasa malu yang tinggi, sebagaimana dulu kita

pertama kali berjumpa. Dapatkah engkau menjamin bahwa kami, yang

nampaknya bertanggung jawab ini, tidak akan minta “yang macam-

macam”, sebagai pembuktian rasa cinta ? 

Page 18: Saudariku tercinta

Walaupun sebenarnya kami sadar hal itu dilarang oleh agama ini.

Namun, yang namanya iblis, dengan pengalamannya yang berabad-

abad, akan senantiasa berusaha membuat indah dan mulus jalan

kemaksiatan. Ditambah lagi bertumpuknya kemaksiatan di dalam hati

kami telah menyebabkan dominasi maksiat terpatri dalam hati dan

membuat kami cenderung dan terikat pada maksiat tersebut. 

Saudariku yang senantiasa menjaga malu… 

Kemaksiatan akan memadamkan cahaya berupa ilmu yang telah

dikaruniakan oleh Allah di dalam hati. Imam Syafi’i menceritakan

pengalaman pribadinya kepada gurunya dalam bait syair berikut: 

Aku mengadu kepada imam Waqi’ tentang jeleknya daya hafalku 

Maka ia mengarahkanku agar meninggalkan maksiat. 

Ia berkata, “Ketauhilah, sesungguhnya ilmu itu adalah cahaya, 

Dan cahaya Allah tidak diberikan kepada ahli maksiat. 

Oleh karenanya saudariku…seringnya mengulangi perbuatan maksiat

sehabis bertobat akan semakin melemahkan cinta kepada Allah dan

menguatkan cinta kepada selain-Nya dalam hati ini. Bahkan lemahnya

iman dapat menguasai dan mendominasi diri ini sehingga tidak tersisa

dalam hati ini tempat untuk cinta kepada Allah kecuali sedikit bisikan

jiwa. 

Pengaruh iman tidak akan terasakan dalam melawan dorongan jiwa,

menahan maksiat serta menganjurkan berbuat baik. Akibatnya diri ini

akan semakin terperosok ke dalam lembah nafsu syahwat dan

perbuatan maksiat. Sehingga noda hitam dosa menumpuk di dalam

hati dan akhirnya memadamkan cahaya iman yang lemah dalam hati. 

Lalu dapatkah engkau menjamin keakaraban kita mampu menahan

kami untuk tidak menyentuhmu. Tentu saja hal ini tidak termasuk

dalam larangan tersebut, hal-hal yang bersifat darurat dibutuhkan atau

yang terjadi pada tempat ibadah seperti di Masjidil Haram dan Masjid

Page 19: Saudariku tercinta

Nabawi ketika kedua tempat tersebut penuh sesak terutama ketika

musim haji tiba. 

Menyentuh saja dicegah apalagi sampai cubit-cubitan. Ini dikarenakan

menyentuh lawan jenis yang bukan mahromnya merupakan salah satu

perkara yang diharamkan di dalam Islam. Jika memandang saja

terlarang, tentu bersentuhan lebih terlarang karena godaannya tentu

jauh lebih besar. 

Di dalam sebuah hadits, Aisyah radhiyallahu‘anha berkata, “Demi

Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama

sekali meskipun saat membaiat (janji setia kepada pemimpin).” (HR.

Bukhari). 

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya kepala

seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada

menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani dengan

sanad hasan). 

Bahkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga sampai bersabda,

“Sungguh jika seorang pria disentuh oleh seekor babi yang berlumur

tanah dan Lumpur, itu lebih baik baginya dari pada bila pundaknya

disentuh oleh pundak wanita yang tidak halal baginya.”(HR. Ath-

Thabarani). 

Mengapa masih ada saudara sepondokan, baik yang paham syari’at

Islam maupun jahil terhadap agama ini, dengan santainya nekat

menyerempet rambu-rambu syari’at. Dengan beralasan bahwa kami

masih mampu kok menjaga hati atau beranggapan amalan ibadahnya

sudah menggunung dan Allah Maha Pengampun sehingga berkenan

melebur dosa-dosanya ? Padahal Allah sudah mengingatkan hamba-

Nya untuk tidak coba-coba mendekati jalan-jalan menuju zina. Serta

bukankah Allah telah mengingatkan kalian akan ketidakhalalan gaya

bergaul semacam ini. 

Page 20: Saudariku tercinta

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah

suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Al Isra’: 32). 

“Pada hari ini dihalalkan bagimu segala yang baik-baik. Makanan

(sembelihan) Ahli Kitab itu halal bagimu, dan makananmu halal bagi

mereka. Dan (dihalalkan bagimu menikahi) perempuan-perempuan

yang menjaga kehormatan di antara perempuan-perempuan yang

beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di

antara orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu, apabila kamu

membayar mas kawin mereka untuk menikahinya, tidak dengan

maksud berzina dan bukan untuk menjadikan pacar. Barang siapa kafir

setelah beriman maka sungguh, sia-sia amal mereka dan di Akhirat dia

termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Maidah: 5). 

Kalaulah kita ibaratkan zina adalah sebuah ruangan yang memiliki

banyak pintu yang berlapis-lapis, maka usaha kami untuk menjadi

“pelindungmu” dapat diibaratkan orang yang telah memiliki semua

kuncinya. Kapan saja kami bisa masuk. Bukankah saat berpacaran

kami tidak lepas dari zina mata dengan bebas memandang ? Bukankah

denganmu kami sering melembut-lembutkan (ini kalo belum akrab)

suara di hadapanmu ? bukankah kami akan senantiasa memikirkan

dan membayangkan keadaanmu ? Maka farji pun akan segera

mengikutinya. 

Waktu tidaklah bisa dirayu untuk bisa kembali sehingga dirinya

menjadi sosok yang masih suci dan belum ternodai. Setan pun

bergembira atas keberhasilan usahanya. 

Imam Ibnul Qoyyim berkata, “Allah tidak menjadikan mata itu sebagai

cermin hati. Apabila seorang hamba telah mampu meredam

pandangan matanya, berarti hatinya telah mampu meredam gejolak

syahwat dan ambisinya. Apabila matanya jelalatan, hatinya juga akan

liar mengumbar syahwat…” Beliau juga menuturkan, “Dalam hadits

shahih disebutkan bahwa : 

Page 21: Saudariku tercinta

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah

menetapkan untuk anak Adam bagiannya dari zina, yang pasti akan

mengenainya. Zina mata adalah dengan memandang, zina lisan

adalah dengan berbicara, sedangkan jiwa berkeinginan dan berangan-

angan, lalu farji (kemaluan) yang akan membenarkan atau

mendustaknnya.” (HR. Bukhari & Muslim). 

Tentunya akan sulit bagi iblis dan bala tentaranya untuk

menggelincirkan sebagian saudara kita sampai terjatuh ke dalam

jurang pacaran gaya cipika-cipiki atau yang semodel dengan itu. Akan

tetapi yang perlu kita ingat, bahwasanya iblis telah bersumpah di

hadapan Allah untuk menyesatkan semua manusia, baik aktivis

muslim maupun orang awam, dengan segenap upayanya. Jangan lupa

ia didukung bala tentara yang sudah professional karena ditunjang

pengalaman yang berabad-abad dalam hal menggelincirkan umat ini

ke dalam jurang kemaksiatan. 

Iblis telah bersumpah yang artinya,”Demi kekuasaan-Mu, aku akan

menyesatkan mereka semuanya.”(QS. Shaad: 82). 

Kalaulah iblis tidak berhasil merusak agama seseorang dengan

menjerumuskan mereka ke dalam gaya pacaran cipika-cipiki, mungkin

cukuplah bagi iblis untuk bisa tertawa dengan membuat kita

berpacaran lewat telepon, SMS atau yang lainnya. 

Yang cukup menyedihkan, terkadang gaya pacaran seperti ini

dibungkus dengan agama seperti dengan pura-pura bertanya tentang

masalah agama kepada lawan jenisnya (Hal ini kami lakukan semata-

mata untuk menunjukkan kepadamu bahwa kami adalah sosok pribadi

yang peduli akan perbaikan agama dan akhlak), saling pinjam

meminjamkan buku agama (kalau diserap ilmunya masih mendingan,

lha kalau cuma jadi teman tidur kan lebih parah), peduli kondisi

ruhiyah- mu misalnya dengan mengirim tausiyah lewat media SMS

atau lainnya, miss called atau meng-SMS-mu untuk bangun shalat

tahajjud dan lain-lain. 

Page 22: Saudariku tercinta

Oleh karenanya Allah Ta’ala memerintahkan Rasulullah shalallahu

‘alaihi wa sallam untuk memerintahkan orang-orang mukmin agar

tetap menjaga dirinya agar tidak tergelincir dalam bahaya ini

meskipun dirinya sudah merasa sholeh. Sebab Allah Ta’ala selalu

menyaksikan amal perbuatan mereka, 

“Dia mengetahui (pandangan)mata yang khianat dan apa yang

disembunyikan oleh hati.” (Ghafir: 19). 

Tatkala seseorang terbiasa melakukan dosa dan hatinya telah tertutupi

oleh karat kemaksiatan. Maka ia pun tidak lagi merasa risih terhadap

pandangan dan gunjingan orang atas kemaksiatannya. Dia bahkan

merasa bangga atas perbuatan kemaksiatannya dan dengan PD nya ia

akan berkata, “Wahai fulan, aku telah berbuat begini dan begini!.”

Manusia macam inilah yang tidak diampuni dosanya dan menjadi

sempitlah jalan taubat atas dirinya sebagaimana sabda Nabi shalallahu

‘alaihi wa sallam, 

“Setiap umatku akan dimaafkan kecuali bagi orang yang terang-

terangan melakukan dosa.” (HR. Bukhari & Muslim). 

Ada sebagian di antara kita beralasan ketika diingatkan akan bahaya

pergaulan di atas, “Pergaulan semacam ini nggak masalah, yang

penting kan hati tetap terjaga karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa

sallam telah bersabda, “Sesungguhnya Allah tidaklah melihat rupa

maupun tubuh kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal

kalian.” 

Walaupun hati ini adalah raja, terkadang tanpa disadari, hati dapat

terbelenggu dengan berbagai macam keinginan dan tujuan hidup

pemiliknya. Orang yang sangat cinta harta misalnya, akan menjadikan

seluruh tujuan hidupnya demi mendapatkan harta. 

Sehingga Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Celakalah

budak dinar, celakalah budak dirham, celakalah budak qothifah

(sejenis kain beludru). Sungguh ia celaka dan sakit. Apabila dia

Page 23: Saudariku tercinta

tertusuk duri maka tidak akan tercabut. Jika dia diberi, merasa ridho,

namun, jika tidak, dia marah.”(HR. Bukhari). 

Setiap amal yang kita lakukan, baik buruknya merupakan cerminan

dari hati kita. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “…

ketauhilah bahwa sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada

segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya.

Namun, jika ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketauhilah,

bahwa ia (segumpal daging tersebut) adalah hati.” (HR. Bukhari). 

Ketauhilah wahai saudariku, Allah terkadang menghukum kita

misalnya dengan penyakit, baik yang dirasakan langsung diri kita

maupun yang menimpa keluarga kita. Ingatlah itu semua disebabkan

atas dosa dan kesalahan kita!!!. Janganlah menyalahkan-Nya, salahkan

saja diri yang hina ini. 

Sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan apa saja musibah yang

menimpamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu

sendiri.”( Asy-Syuura: 30). 

“Dan Kami tidaklah menganiaya diri mereka tetapi merekalah yang

menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. Hud: 11). 

Allah akan terus-menerus memberi teguran atas banyaknya dosa dan

maksiat yang kita lakukan. Sebagaimana Allah telah berfirman yang

artinya, 

“Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di

sekitarmu dan Kami telah mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami

berulang-ulang supaya mereka kembali (bertaubat).” (QS. Al Ahqof:

27). 

Al-Imam Al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya bahwa Nabi

shalallahu’alaihi wasallam bersabda: Pada suatu malam aku bermimpi

didatangi dua orang. Keduanya berkata kepadaku, Pergilah! -kemudian

beliau menyebutkan haditsnya sampai pada sabdanya -: 

Kemudian kami mendatangi bangunan seperti tanur yang di dalamnya

Page 24: Saudariku tercinta

terdengar suara gaduh memekik. Kamipun melongoknya. Ternyata di

dalamnya terdapat pria dan wanita telanjang yang disambar oleh lidah

api dari bawah mereka. Ketika lidah api itu mengenai mereka,

merekapun memekik kepanasan dan kesakitan. Ketika Nabi shalallahu

‘alaihi wasallam menanyakan hal tersebut kepada malaikat, mereka

menjawab: Adapun pria dan wanita yang ada di tanur tersebut mereka

adalah laki-laki dan wanita pezina. 

Maka masihkah engkau ingin saudara serumahmu menjadi bagian dari

mereka wahai saudariku ? 

Tentunya engkau menginginkan turunnya kecintaan dan pertolongan

Allah kepada seluruh penghuni rumah, bukan ? Oleh karenanya dalam

hal ini Allah mensyaratkan melalui lisan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa

sallam; 

“Barangsiapa mencintai seseorang karena Allah, membenci seseorang

karena Allah dan memusuhi karena Allah, maka sesungguhnya

kecintaan dan pertolongan Allah hanya dapat diperoleh dengan hal

tersebut. Seorang hamba tidak akan merasakan nikmat iman,

sekalipun banyak shalat dan puasa, sehingga bersikap demikian.” (HR.

Ibnu Jarir). 

Namun, sangat disayangkan sekali keadaan di pondokan. Dimanakah

rasa wala & bara’ (cinta dan benci) kita tempatkan ? Apakah kita tetap

merasa sama saja. Baik itu bergaul dengan pelaku kemaksiatan

maupun dengan teman liqo. Sehingga tidak ada usaha sedikitpun dari

kita untuk mengingatkannya. Akibatnya dapat ditebak, mereka

seakan-akan tidak merasa bersalah. Karena tidak ada saudara

sepondokannya yang menegur perilakunya selama ini 

Memang mencintai lawan jenis merupakan sebuah kewajaran,

sebagaimana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga demikian.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,

“Kesenanganku dijadikan di dalam shalat. Dan aku dijadikan

menyenangi wanita serta wewangian.” (HR. Muslim). 

Page 25: Saudariku tercinta

Namun, manusia diciptakan dalam keadaan lemah ketika menghadapi

fitnah syahwat. Oleh karenanya janganlah engkau tertipu oleh

penampilan kami, para lelaki, layaknya orang yang sholeh terlebih-

lebih terhadap orang awam(jahil akan agama ini). Walaupun dhohir-

nya kami kelihatan sopan dan bertanggung jawab namun itu semua

akan segera pupus dan tampaklah wajah asli kami tatkala engkau

telah berada dalam gengaman kami. 

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan manusia diciptakan dalam

keadaan lemah.” (QS. An-Nisaa’ : 28).

SufyanAts-Tsaury rahimahullah berkata, “Maksudnya adalah tidak

sabar dalam menghadapi wanita.” (Roudhotul Muhibbin). 

Maka wajib bagi kita untuk senantiasa bersabar, bersabar dan

bersabar. Sabar dalam melaksanakan ketaatan dan sabar dalam

menjauhi dosa-dosa. Semoga Allah merahmati Imam Ahmad yang

mengatakan bahwa sabar adalah terus menerus sampai seseorang

menapakkan kakinya di Surga kelak. 

Ketika seseorang bertanya kepada Abu Hurairah radhiallahu’anhu

tentang makna takwa, Abu Hurairah radhiallahu’anhu kemudian

bertanya kepada orang tersebut, Apakah engkau pernah melewati

jalan yang berduri? Ia menjawab, Ya pernah. Abu Hurairah

radhiallahu’anhu bertanya lagi, Apa yang engkau lakukan, Ia

menjawab, Jika aku melihat duri maka aku menghindar darinya, atau

melangkahinya, atau mundur darinya, Abu Hurairah radhiallahu’anhu

berkata, seperti itulah takwa. 

Akan lebih bijak apabila kemaksiatan di pondokan tersebut

diselesaikan oleh kaummu sendiri( ibu kos atau teman-teman satu

kos). Sebab akan lebih mengena dan tidak menimbulkan prasangka

negatif terhadap kami dari si pelaku kemaksiatan tersebut, baik dari

kaum kami maupun dari kaum hawa. 

Page 26: Saudariku tercinta

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman

jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka, yang bahan

bakarnya dari manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang

kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan.”(QS. At-Tahrim: 6). 

Sahabat ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu berkata tentang ayat ini

“Ajarilah mereka (keluarga kalian) tentang adab dan ilmu”. Sedangkan

Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma mengatakan “Lakukan ketaatan

kepada Allah dan tinggalkanlah maksiat kepada Allah! Dan

perintahkan keluarga kalian untuk zikir, supaya Allah menyelamatkan

kalian dari siksa neraka”. (Tafsir Ibnu Katsir). 

Saudariku yang sedang menghadapi ujian kehidupan… 

Munculnya fenomena di atas di kalangan kaum terpelajar, baik

berstatus aktivis maupun bukan, tentunya bukan saja tanggung jawab

pemilik pondokan untuk mengingatkan penghuninya untuk tidak

melakukan kemaksiatan terselubung tersebut. Namun amar ma’ruf

nahi mungkar ini sudah menjadi tanggung jawab segenap penghuni,

baik pemilik maupun anak kos. Apabila seseorang telah menganggap

remeh suatu dosa, ketahuilah saudariku bahwa, sesungguhnya dia

telah terpedaya oleh iblis, walaupun mereka telah banyak beramal

dengan amalan-amalan ketaatan. 

Maka bukanlah dikatakan takwa jika seseorang sengaja menerjang

rambu-rambu syariat, mengerjakan apa-apa yang diharamkan oleh

Allah atau meninggalkan apa-apa yang diperintahkan-Nya. 

Saudariku yang senantiasa menjaga kesholehan sosial…renungkanlah

hadits ini… 

Tsauban radhiaallahu’anhu meriwayatkan sebuah hadits yang dapat

membuat orang-orang shalih susah tidur dan selalu mengkhawatirkan

Page 27: Saudariku tercinta

amal-amal mereka. Tsauban radhiaallahu’anhu berkata, Rasulullah

shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

Aku benar-benar melihat diantara umatku pada hari Kiamat nanti, ada

yang datang dengan membawa kebaikan sebesar gunung di Tihamah

yang putih, lalu Allah menjadikannya seperti kapas berterbangan,

Tsauban bertanya, Ya Rasulullah, jelaskan kepada kami siapa mereka

itu agar kami tidak seperti mereka sementara kami tidak mengetahui!,

Beliau bersabda, Mereka adalah saudara-saudara kalian dan sebangsa

dengan kalian, mereka juga bangun malam seperti kalian, akan tetapi

apabila mendapat kesempatan untuk berbuat dosa, mereka

melakukannya. 

(HR. Ibnu Majah, disahihkan oleh AlBani dalam Silsilatul Ahaadits

Shahihah No,505) 

Saudariku, masihkah kita merasa bangga dengan status kita sebagai

aktivis muslim namun kita tidak pernah merasa miris ketika

mengetahui ada saudara seiman, sepondokan,atau seangkatan

maupun yang tidak seangkatan yang sengaja menjatuhkan dirinya

dalam pergaulan tanpa batasan syar’i ? 

Apakah ilmu teman-teman sepondokan selama ini hanya berguna bagi

organisasinya saja dan mengacuhkan kondisi pergaulan di

pondokannya. Kami menyadari kesibukan ukhti baik sebagai

mahasiswi maupun sebagai aktivis dakwah. Namun bukankah tidak

ada salahnya kami meminta secuil pengalamanmu dalam berdakwah

di kampus/masyarakat. Demi kondisi pondokan yang lebih baik di

masa depan. Amiin. 

Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Ta’ala, 

“Dan haruslah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari

yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imron:

104). 

Page 28: Saudariku tercinta

Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiap-tiap amal

(pekerjaan) ada masa-masa semangat, dan tiap-tiap masa semangat

ada masa lelahnya maka barangsiapa lelah letihnya karena

melaksanakan ajaranku, maka ia telah mendapatkan petunjuk, dan

barangsiapa lelah letihnya bukan karena melaksanakan ajaranku,

maka dia termasuk orang yang binasa.” (HR. Hakim dan Al Baihaqi). 

Kami yakin ukhti telah mengingkarinya dengan hati. Kini saatnya

kalian bersama pemilik pondokan berusaha mencegah kemaksiatan

yang dilakukan oleh sesama penghuni kos melalui lisan. Kemudian

tanggung jawab pemilik pondokanlah untuk menindak lanjuti penghuni

yang nakal tersebut dengan kekuasaannya. 

Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam juga telah bersabda, 

“Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran maka

hendaklah ia mengubah dengan tangannya, jika ia tidak sanggup

maka hendaklah ia mengubah dengan lisan, serta kalau ia tidak

sanggup maka hendaklah ia mengubahnya dengan hati, dan itu adalah

selemah-lemah iman.” (HR. Muslim). 

Saudariku…kuingin berbagi kebiasaan kaum kami dalam berhubungan

dengan kalian. Beberapa contoh riil di bawah ini kami sampaikan

semata-mata bertujuan agar saudari kita dalam pondokan mampu

melepaskan diri dari jeratan teman-teman kami, para serigala berbulu

domba. Apakah beberapa manuver ini pernah ukhti alami ? 

Kami senang sekali bercakap-cakap dengan kalian, entah itu dalam

urusan tugas kuliah maupun untuk sesuatu yang nampaknya

dipaksakan baik itu secara langsung maupun via telepon. Bila tidak

ada urusan pun kami akan berusaha mencari-cari celah agar dapat

berjumpa denganmu atau sekedar mengobrol satu atau dua menit.

Sebenarnya kami sadar Allah merekamnya demikian juga setan dari

jenis jin maupun manusia pun ikut membuat suasana pertemuan itu

semakin nyaman dan akrab. 

Page 29: Saudariku tercinta

Sebagaimana salah satu firman-Nya, 

“Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat yang

mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang

mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang

kamu kerjakan.” (QS. Al-Infithar: 10-12). 

Kami, para petualang cinta, akan terus menggunakan sarana ini

sebagai alat untuk semakin mengenalkan diri kami kepada kalian. Agar

kalian semakin akrab, rindu, dan betah bergaul dengan kami. Kondisi

semacam ini dapat diqiyaskan juga ke dalamnya chating. Tentunya

chating yang tiada ujung pangkalnya dan hanya membuang waktu

semata. Apalagi sekarang telah ada teknologi messenger yang

didukung oleh perangkat webcam. Pastinya semua itu akan semakin

menambah nyaman bagi kami. 

Memang di kajian-kajian kami sering diingatkan akan bahaya ini. 

Sebagaimana yang disabdakan Beliau shalallaahu ‘alaihi wa sallam:

“Hati-hatilah pada dunia dan hati-hatilah pada wanita karena fitnah

pertama bagi Bani Isroil adalah karena wanita.” (HR. Muslim). 

Namun, itu semua sepertinya menguap begitu saja tatkala wanita

yang menjadi incaran kami ada di hadapan mata. Apalagi di era

globalisasi sekarang ini ketika arus informasi dengan mudahnya

diakses. Cukup dengan mengklik tombol, si dia pun hadir di hadapan

kami. Terpaan syubhat teknologi inilah yang tidak dapat kita bendung

sehingga menggiring kita semakin terlena akan godaan ini. 

Jika kita acuhkan maka pastilah kita akan dikucilkan oleh teman

sepermainan dan dianggap nggak gaul, kuper atau gaptek (gagap

teknologi). 

Langkah selanjutnya, seiring dengan kemajuan teknologi. Dimana

bertebaran tempat-tempat foto kilat di pusat perbelanjaan yang biasa

digunakan kaum muda-mudi untuk mengekspresikan

Page 30: Saudariku tercinta

persahabatannya. Demikian pula munculnya software pengolah

gambar serta hp dengan fasilitas foto mutakhir akan semakin

memudahkan kami untuk menyalahgunakannya. 

Oleh karenanya Saudariku …janganlah engkau bermudah-mudahan

mau difoto oleh kami atau memfoto dirimu kecuali karena suatu hajat

dan janganlah terlalu mudah engkau sebarluaskan fotomu dengan

segala bentuknya karena hal tersebut merupakan celah bagi kami,

para serigala manusia, untuk berusaha menerkammu. 

Selain itu kami sangat senang apabila engkau membalas “sinyal” dari

kami. Entah itu berwujud sms,telpon,email atau respon apapun

tergantung kecanggihan teknologi saat itu. Terutama yang bersifat

tidak penting atau sekedar iseng. Kami anggap itu adalah salah satu

bentuk perhatian darimu. Oleh karenanya berhati-hatilah dalam

memberi respon balik karena hal itu akan membuat kami semakin

“terbang jauh di awan”. Dan merupakan sarana efektif yang akan kami

gunakan untuk semakin mengakrabkan “ukhuwah” kita ini. 

Saudariku…kami juga sangat berharap engkau merasa diperhatikan

oleh kami. Terutama sekali di saat-saat momen spesial dalam

hidupmu. Entah itu dengan kunjungan ke kosmu, mentraktirmu (kalau

mangsa udah kecantol biasanya gantian yang ntraktir tergantung

momennya), menemanimu shopping, menghadiahkanmu sesuatu yang

tidak engkau duga-duga atau sekedar mengirimkan ucapan bernada

“kepedulian sosial” via telepon. Namun…kalaulah isi dompet atau

jarak membatasi kita cukuplah kukirim salam hangat via SMS atau e-

mail. 

Saudariku yang tegar menghadapi godaan… 

Dalam bergaul dengan lawan jenis tentunya kami akan menyerumu

dengan kata-kata puitis yang bernada menghalalkan adanya cinta

(pacaran) sebelum pernikahan, menampakkan keramahan,

kesholehan, kejujuran dan keikhlasan, menyatakan sangat menghargai

Page 31: Saudariku tercinta

dan menjunjung tinggi kehormatanmu serta berlemah lembut dalam

pembicaraan. 

Kami juga memahami engkau lebih suka bergaul dengan teman

sharing yang humoris dan open minded. Sehingga kami pun akan

berusaha semaksimal mungkin membahagiakanmu dengan gurauan

yang kami miliki. Semata-mata ingin membuatmu betah & nyaman

berteman bersama kami. Biasanya dalam bergaul denganmu

kugunakan perkataan yang nampaknya menyakitkanmu namun

sejatinya untuk menggodamu. Tentunya jikalau engkau bijak akan

engkau dapati kata-kata aneh namun lucu dariku, seperti si jelex,

cerewet, atau mengubah-ubah namamu menjadi bahan candaan. Inti

dari semua itu ialah menjadikan suasana pertemuan kita tidak garing

dan terus mengalir. Hingga waktu memisahkan kita. 

Yang terpenting bagi kami di hadapanmu ialah kami akan senantiasa

berusaha tampil perfect dan bersikap sebagai pelindungmu, dalam

segala hal. Namun sejatinya kami mengkhianati keluargamu dengan

semua topeng kemunafikan di atas,baik itu dengan jalan

meneleponmu, mengirimkan sms tausiyah, me-missed call-mu agar

bangun untuk shalat malam, mengajakmu jalan bersama atau

mengantarkanmu ke manapun tujuanmu dengan motor

(berboncengan) atau mobil dan segala kebusukan lainnya. 

Sungguh kami melakukan semua itu dengan tujuan-tujuan busuk yang

pasti akan tampak jelas hanya bagi orang yang memikirkannya.

Akankah kami benar-benar menjunjung tinggi kehormatanmu

sementara kami mengajakmu bercengkerama, berjumpa dan

jalan/berboncengan bersama, tanpa ada batasan syari’at di dalamnya,

padahal engkau belum halal bagi kami ? Percayalah bahwasanya hawa

nafsu telah merasuki pikiran kami untuk meminta waktumu agar dapat

berjumpa/ bercengkerama/ ber –kholwat denganmu. Berhati-hatilah

karena saat itu kami bukanlah sosok pribadi yang engkau kenal.

Namun telah beralih menjadi lebih sesat daripada hewan ternak. 

Page 32: Saudariku tercinta

Sebenarnya Allah telah mengingatkan umatnya akan bahaya bermain-

main dengan hawa nafsu. 

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa

nafsunya sebagai sesembahannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi

pemelihara atasnya ? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan

mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain,

hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya

(dari binatang ternak itu)”. (QS. Al Furqan: 43-44). 

Saudariku… teguhkanlah hatimu untuk tetap tidak tergoda bujuk rayu

kami.

Ibunda kaum muslimin ‘Aisyah radhiyallahu‘anha menceritakan,

Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam sering kali memanjatkan doa,

“Yaa Muqallibal quluub, tsabbit qalbi ‘alaa tha’aatik” (Wahai Dzat Yang

membolak-balikkan hati teguhkanlah hati hamba untuk senantiasa taat

kepada-Mu).  Melihat sikapnya itu maka ‘Aisyah radhiyallahu‘anha

berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, Anda sering sekali

memanjatkan doa ini. Apakah Anda juga merasa khawatir ?” Lalu

beliau pun bersabda, 

“Apakah yang dapat membuatku merasa tenang wahai ‘Aisyah,

sementara hati-hati manusia itu berada di antara dua jari-jemari Ar-

Rahman. Dia membolak-balikkan hati menurut kehendak-Nya. Apabila

Dia ingin membalikkan hati seorang hamba maka Dia pun

membalikkannya.” 

(HR.Ahmad, Ibnu Abi’Ashim, Abu Ya’la, dan Al Ajurri. Dishahihkan oleh

Al Albani dalam Zhilalul Jannah). 

Kalau Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam saja seperti ini maka

bagaimanakah lagi dengan kita ? Oleh karenanya mohonlah kepada

Allah untuk tetap teguh di atas jalur ketaatan. Agar engkau terhindar

dari manuver dan kata-kata manis dari kaum kami. Yang tidak ada

obat manapun yang mampu menyadarkanmu bila telah terbius

Page 33: Saudariku tercinta

olehnya. Terkecuali berobat dengan apa-apa yang telah diajarkan Nabi

shalallaahu ‘alaihi wa sallam dan wasiat para ulama. 

Munculnya kerinduan akan kasih sayang dari lawan jenis tentunya

tidak akan muncul begitu saja. Semuanya butuh proses tidak

terkecuali masalah yang satu ini. Bacaan, tontonan televisi, serta dan

kisah-kisah cinta yang rendah, hina penuh aib dan cela (harus difilter

dg sudut pandang ilmu syar’i, ada nggak sih manfaatnya), merupakan

akar dari tumbuhnya pohon cinta. Engkau akan dapati di dalamnya

zat, yang lebih hebat daya pengaruhnya dibandingkan racikan kimia

terbaik buatan manusia manapun, yang akan membiusmu perlahan-

lahan tanpa engkau sadari. Racun itu menyelinap di antara indahnya

halaman tabloid yang warna-warni, suguhan tayangan yang

memanjakan mata untuk tetap menontonnya, serta kertas majalah

yang halus mengkilap dan wangi. 

Murid Ibnu Taimiyah yaitu Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah

mengemukakan enam tahapan yang dilalui setan dalam menyesatkan

dan memperdaya manusia. 

Tahap pertama ialah pengkafiran atau pemusyrikan manusia. Kalau

yang diajaknya itu muslim, yang beriman teguh, tidak dapat dikafirkan,

dan tidak dapat dimusyrikkan, setan melangkah ke tahap kedua. 

Tahap kedua ialah pembid’ahan. 

Kalau yang didakwahi setan ini orang yang kokoh dan istiqomah pada

ajaran Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam, setan akan melangkah

pada tahap ketiga. 

Tahap ketiga yaitu menjebak orang Islam kepada kaba’ir (dosa-dosa

besar). 

Kalau yang bersangkutan beriman teguh. Setan tidak pernah berputus

asa. Ia segera beralih ke tahap keempat. 

Page 34: Saudariku tercinta

Tahap keempat yaitu menjebak manusia dengan dosa-dosa kecil. 

Kalau masih gagal, setan segera melangkah ke tahap kelima. 

Tahap kelima yaitu menyibukkan manusia kepada masalah-masalah

yang mubah (boleh). Sehingga yang bersangkutan menghabiskan

waktunya untuk urusan-urusan yang mubah, yang dampaknya, lupa

menunaikan perbuatan-perbuatan yang dicintai Allah Ta’ala. Misalnya:

Frekuensi membaca/mendengarkan Al Quran lebih sedikit daripada

aktivitas menonton film/membaca novel. Kalau tahap kelima ini tetap

gagal juga, setan akan melanjutkannya ke tahap keenam. 

Tahap keenam yaitu menyibukkan manusia dalam urusan-urusan

kurang bermanfaat atau yang manfaatnya lebih kecil sehingga

dampak persoalan yang lebih penting dan yang lebih baik jadi

tertinggalkan dan terabaikan. Misalnya, sibuk dengan amalan sunnah

sehingga amalan wajib tertinggalkan. 

Saudariku yang senantiasa menjaga kehormatan dan martabat

wanita… 

Apakah pemilik pondokan atau ukhti bersalah, jika di pondokannya,

menginginkan penghuninya memilih tayangan yang bermutu serta

menjauhi infotainment, program acara, sinetron-sinetron,dan film-film

yang hina, yang hanya menonjolkan kemewahan serta gemerlapnya

dunia, menyajikan kisah cinta dengan akting yang justru merendahkan

martabat wanita.Dimana tinggi rendahnya nilai seseorang harus

ditunjukkan dengan besar kecilnya rasa sayangnya kepada

kekasihnya. Atau apakah berdosa mematikan akses ke televisi agar

penghuni atau saudaranya menjauhi semua itu karena hanya akan

merusak akhlak, kehormatan, serta rasa malunya. 

Tentunya semua itu harus dilakukan dengan niat ikhlas berdakwah

lillahi ta’ala serta penuh hikmah agar mereka segera sadar akan

kekeliruannya selama ini. 

Page 35: Saudariku tercinta

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa

mengajak kepada petunjuk, maka ia akan memperoleh pahala seperti

pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala

mereka sedikitpun. Dan barangsiapa mengajak kepada kesesatan,

maka ia mendapatkan dosa seperti orang-orang yang mengikutinya

tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.” (HR. Muslim). 

Pada tafsir surat Al ‘Ashr, Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah

berkata, “Maka dengan dua hal yang pertama (ilmu dan amal),

manusia dapat menyempurnakan dirinya sendiri. Sedangkan dengan

dua hal yang terakhir (dakwah dan sabar), manusia dapat

menyempurnakan orang lain. Dan dengan menyempurnakan keempat-

empatnya, manusia dapat selamat dari kerugian dan mendapatkan

keuntungan yang besar”. 

(Taisiir Karimir Rohman). 

Yakinlah selama jalan yang kita tempuh berada di koridor-Nya, Insya

Allah, Allah akan senantiasa memudahkan segala urusan orang yang

menolong agama-Nya. 

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Hai orang-orang mukmin, jika

kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan

meneguhkan kedudukanmu”. 

(QS. Muhammad: 7). 

Menolong agama Allah Ta’ala tentunya bukanlah dengan jalan menjadi

aktivis di lembaga dakwah kampus atau istiqomah beramal tetapi

masih hobi melanggar ketentuan-Nya. Tolonglah agama ini dengan

melakukan ketaatan dan menjauhi larangan-Nya. 

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman yang artinya, 

“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-

Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa,

(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di

muka bumi niscaya mereka mendirikan sembayang, menunaikan

Page 36: Saudariku tercinta

zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang

munkar.” (QS. Al-Hajj: 40-41). 

Dari ayat di atas terlihat jelas bahwa sebab terbesar datangnya

pertolongan Allah adalah dengan mentaati Allah dan Rasul-Nya

shalallahu ‘alaihi wa sallam. Di antara bentuk mentaati Allah dan

Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan mempelajari dan

memahami agama ini. Paham akan segala konsekuensi yang kelak kita

terima apabila berani melanggar larangan-Nya. Serta bertekad

meninggalkan kemaksiatan yang biasa dahulu dilakukan semasa

masih jahil terhadap agama ini. 

Sekali lagi kami memohon pertolongan saudariku, yang telah lebih

dahulu memperoleh hidayah, untuk segera menjauhkan pondokan ini

dari azab Allah. Tentunya dengan jalan tidak membiarkan saudari kita

semakin terlena atas perbuatannya. 

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Jikalau sekiranya penduduk

negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan

kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi mereka

mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka

disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’rof: 96). 

Allah Ta’ala juga berfirman, “Jika kamu (wahai kaum muslimin) tidak

melaksanakan apa yang telah Allah perintahkan, niscaya akan terjadi

kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (QS. AL-Anfal:

73). 

Saudariku…ingatlah kita adalah perantau… 

Kenikmatan hidup seringkali membuat kita lupa diri dan tidak tahu diri.

Sehingga kita lupa dimanakah tujuan akhir hidup ini dan akan

kemanakah kita !!! 

Dan untuk apa kita dihidupkan oleh-Nya di muka bumi ini. 

Nabi shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:

Page 37: Saudariku tercinta

 

“Surga dan neraka telah diperlihatkan kepadaku, maka aku belum

pernah memandang hari yang lebih banyak mengandung kebaikan

sekaligus keburukan daripada hari ini. Kalau kalian mengetahui apa

yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak

menangis” Anas bin Malik melanjutkan, “Tidak ada hari setelah itu

yang lebih berat bagi para Sahabat dibandingkan dengan hari

tersebut. Pada hari itu, mereka semua menutup kepalanya sambil

terisak-isak karena tangisan” (HR Bukhari dan Muslim) 

Bagaimana saudariku? Apakah hatimu tergetar mendengar hadits ini?

Kalau seandainya tidak, maka engkau adalah manusia yang sangat

perlu untuk dikasihani, bagaimana tidak? Para sahabat yang jiwa, raga

dan hartanya telah mereka curahkan untuk membela dan

memperjuangkan Islam, dengan ketakwaannya mereka adalah

manusia yang sangat takut kalau-kalau akhir kehidupan mereka di

neraka. 

Sementara kita….? Apa yang telah kita persiapkan? Apa yang telah

kita berikan untuk Islam dan kaum muslimin ? Mereka dihina,

dimusuhi, dilempari, diusir dari kampung halaman, disiksa seperti Bilal,

lantas…pernahkah kita mengalami hal seperti itu? 

Dalam riwayat lain disebutkan: 

“Demi Allah, kalau kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya

kalian akan sedikit bersenang-senang dan banyak menangis, dan

kalian juga tidak akan bersenang-senang terus di atas ranjang dengan

istri kalian, lalu kalian akan keluar menuju ke pegunungan (tempat

menyepi) untuk beribadah kepada Allah” Abu Dzar berkata, “Sampai-

sampai aku menginginkan kalau diriku hanyalah pohon yang tumbang”

(HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dengan sanad yang hasan). 

Begitulah, begitu mengerikannya ketika kita dihisab di akhirat, hanya

ada 2 pilihan, surga atau neraka, sampai-sampai Abu Dzar, seorang

sahabat Nabi yang keimanan dan amalnya tidak kita ragukan,

Page 38: Saudariku tercinta

membela Nabi, membela Islam…, beliau kalau diminta memilih

daripada dihisab, beliau memilih menjadi sebatang pohon karena

pohon tidak ada beban yang harus dipertanggungjawabkan.

Bagaimana dengan kita? Apa yang sudah kita siapkan untuk hari

perhitungan nanti? Apakah kita sudah menyiapkan amalan-amalan

kebaikan? Apakah kita sudah berprinsip bahwa “waktu adalah ibadah”,

atau malah selama ini kita hanya membuang-buang waktu dengan

sesuatu yang kurang…

Wallahu a’lam bish showab…

 

(ashabul kahfi/arrahmah.com)