Satu Massa Aksi Djangn Dipisahkan

download Satu Massa Aksi Djangn Dipisahkan

of 2

Transcript of Satu Massa Aksi Djangn Dipisahkan

  • 7/31/2019 Satu Massa Aksi Djangn Dipisahkan

    1/2

    Bung Karnoisme

    Oleh : Ir. Soekarno

    kongres

    Satu Massa-Aksi!! Djangan Dipisah-Pisahkan!

    Kaum kolot gempar sekali!

    Gempar karena mendengar semboyannya kaum Marhaeni Bandung yang berbunyi : Kita tidak sudi ekonomi-ekonomian atau sosial-sosialan saja, kita tidak

    mendirikan perhimpunan sendiri, kita duduk dalam satu organisasi-politik dengan kaum laki-laki, kita menjalankan satu massa aksi dengan kaum laki- laki itu! Dan

    mereka gempa-maha gempar, tatkala kaum marhaeni Bandung itu ternyata memfikirkan sembojan itu, dengan mengadakan suatu rapat besar pada hari 25 Juni

    yang lalu, yang mengorbankan hatinya orang 4.000 perempuan dan laki-laki.

    Sebab apa gempar? Kaum kolot gempar, oleh karena perempuan-beraksi-politik memang adalah suatu barang baru baginya, dan terutama sekali oleh karena

    mereka memang selamanya hidup didalam keadatan ideologi, bahwa kaum perempuan itu harus mempunyai organisasi sendiri. Mereka hidup didalam keadatan

    melihat organisasi-organisasi perempuan sendiri sebagai Putri Budi Sedjati, sebagai Pasundan Isteri, sebagai P.P.I.I., sebagai Wanita Utomo d.l.s., ya mereka

    melihat organisasi kaum perempuan-sendiri sebagai Isteri Sedar yang toch terkenal itu,# dan kini keadatan ini dirobek oleh kaum Marhhaeni Bandung dengan

    semboyannya tidak mau organisasi-sendiri, tetapi organisasi bersama dengan kaum laki-laki! Kini Marhaeni Bandung itu tidak mau diadakan perbedaan dan tidak

    mau diadakan perpisahan antara kaum perempuan dan kaum laki-laki.

    Siapa yang benar? Harus ada organisasi perempuan-sendiri, atau tidak harus ada organisasi perempuan sendiri? Yang benar,bagi pergerakan politik

    Marhaen, adalah kaum Marhaeni Bandung: didalam perjuangan politik Marhaen itu, terutama sekali didalam perjuangan Marhaen-radikal, kaum perempuan dan

    laki-laki harus sama-sama duduk didalam satu organisasi, bersama-sama mengobar-ngobarkan massa-aksi.

    Didalam F.R. hampir setahun yang lalu, hal ini sebenarnya sudah saya terangkan. Tetapi berhubung dengan kegemparan kaum-kolot tercengang melihat aksinya

    Marhaeni Bandung itu, baiklah saya kupas lagi.

    Kaum perempuan tidak cukup, dengan mengejar persamaan hak dengan laki-laki saja, tidakpun cukup dengan mendapat persamaan hak dengan laki-laki saja,

    tidakpun cukup dengan mendapat persamaan hak dengan kaum laki-laki itu. Riwayat pergerakan dunia membuktikan hal itu. Dulu, dibenua asing, memang

    persamaan hak saja yang dikejar oleh perempuan. Dulu memang hanya vrouwenemancipatie saja yang diperhatikan. Kaum laki-laki boleh jadi pegawai pabrik,

    boleh berpolitik, boleh menjadi advokat, boleh menjadi guru, boleh jadi anggota parlemen,kenapa kaum perempuan tidak? wahai, kaum perempuan, marilah

    bersatu, marilah rukun, marilah menuntut persamaan hak dengan kaum laki-laki itu, merebut persamaan hak itu dari tangannya kaum laki-laki yang mau

    menggagahi dunia sendiri!

    Begitulah mereka punya pekik perjuangan. Dan mereka lantas mendirikan organisasi-organisasi perempuan sendiri, dan membangkitkan organisasi perempuan itu

    didalam perjuangan terhadap kaum laki-laki. Mereka memandang kaum laki-laki itu sebagai musuh, sebagai saingan, sebagai saingan yang sombong dan bengal.

    Mereka berjuang dengan ulet dan berani, dan akhirnya mereka menang.

    Dan didalam perjuangan itu, seluruh dunia borjuis adalah bersimpati kepadanya. Didalam perjuangan itu mereka sangat sekali mendapat sokongan dari dunia

    borjuis itu, mendapat sokongan dari dunia kemodalan. Sokongan karena rasa-kemanusiaan? Karena rasa-keadilan, karena rasa ethiek? Boleh jadi begitu;

    memang persamaan hak antara perempuan dan laki-laki adalah juga soal kemanusiaan, soal keadilan, soal ethiek. Memang tiap-tiap manusia yang adil dan

    sehat otak, harus menyokong aksi merebut persamaan hak itu. Tetapi diatas dasarnya rasa kemanusiaan daripada kaum borjuis dan kaum modal itu adalahterletak rasa-keuntungan yang tebal sekali. Ethiek-nya kaum borjuis terhadap pada soal ini adalah ethieknya kepentingan kelas yang mentah-mentahan:

    jikalau kaum perempuan dapat merobek adat kuno dan mendapat persamaan hak dengan kaum laki-laki, jikalau adat kuno yang mengurung kaum perempuan

    didalam dapur itu bisa lenyap sehingga mereka boleh masuk kedalam dunia luaran, jikalau kaum perempuan itu dus boleh masukbekerja didalam pabrik,

    didalam bingkil, didalam perdagangan, didalam kantor, didalam bedrijf, maka kaum borjuislah yang sangat untung, kaum borjuislah yang mendapat kaum buruh

    murah!

    Inilah yang menjadi dasarnya kemanusiaan kaum borjuis. Inilah ethiek-nya kaum borjuis menyokong kaum perempuan merobek tabirnya adat kuno. Inilah

    yang memberi kebenaran pada perkataan Henriette Roland Holst, bahwa pergerakan emansipasi wanita itu dulu sebenarnya adalah suatu pergerakan borjuis.

    Tetapi inilah pula yang menjadi sebab, yang kaum perempuan sebentar sesudahnya mendapat kemenangan persamaan-hak itu, segera terbuka matanya, bahwa

    persamaan hak belum menyelamatkan mereka.

    Sebaliknya! dengan adanya tentara kerja rangkap ini, dengan adanya tentara-buruh laki-perempuan yang dua kali jumlahnya daripada dulu, keadaan proletariat

    semakin merosot. Upah-upah turun, tempoh bekerja naik, kaum laki banyak yang dilepas, kaum perempuan dikerjakan sampai malam dan sampai pagi. maka

    timbullah pergerakan modern, dimana kaum laki-laki dan perempuan itu bersama-sama berjuang, bersama-sama mencari dunia baru, bersama-sama

    menggugurkan kapitalisme. Organisasi-organisasi perempuan-sendiri tadi tinggallah organisasi perempuan borjuis saja,kaum proletar-perempuan masuk

    didalam internationale arbeidsbeweging (gerakan buru international) yang menggodog kaum perempuan itu bersama kaum laki-laki didalam satu kawan-tjandradimukanya perjuangan melawan stelsel kemodalan. Pemimpin-pemimpin perempuan sebagai Clara Zetkin, sebagai Rosa Luxemburg, sebagai Henriette

    Rolan Host, Spiridonova, Wera Sasulitsch, Wera Figner, Nadesha Krupskaya, Katharina Brechskowskaya d.l.l# tidak memanggul bendera perempuan sendiri,

    tidakpun mewakili proletar perempuan sendiri, tetapi memanggul benderanya seluruh tentara p roletar, berjuang didalam kalangannya seluruh tentara proletar,

    mengomandokan komandonya seluruh tentara proletar.

    Dus samasekali tidak ada organisasi perempuan didalam perjuangan proletar? Ada, ada kecil-kecil, ada ranting-ranting, tetapi sebagai sistem, tidak ada

    perpisahan antara perempuan dan laki-laki,sebagai sistem laki-laki dan perempuan dua-duanya masuk didalam satu periuk-pendidih. Maka oleh karena itu,

    jikalau kita memperhatikan ajaran dari negeri asing ini, jikalau kita tidak mau berbuat anti-sosial, jikalau kita tidak mau bersifat borjuis tetapi mau Marhaenistis-

    proletaris yang 100%, maka kita punya kaum Marhaeni harus juga segera melemparkan jauh-jauh tabir adat kuno itu melenyapkan sesegera-sesegeranya itu

    burgelijke ideologie (Henriette Roland Host!) bahwa kaum perempuan perlu mempunyai organisasi sendiri. Tidak! Kaum marhaeni harus segera mencampurkan

  • 7/31/2019 Satu Massa Aksi Djangn Dipisahkan

    2/2

    dirinya dengan kaum Marhaen, meluluhkan dirinya dengan kaum Marhaen itu didalam satu organisasi yang radikal dan benar-benar berjuang, satu organisasi

    politik yang 100% sosial-revolusioner.

    Walau di Hindustan-pun, pergerakan Satyagraha adalah suatu luluhan antara laki-laki dan perempuan, suatu luluhan antara pahlawan dan pahlawani,suatu

    luluhan antara Marhaen dan Marhaeni!

    Kesopanan? Memang! Kita Harus menjaga kesopanan itu. Ki ta harus menjaga, jangan sampai percampuran antara perempuan dan laki-laki ini menjadi

    merusakkan kepada azas kesopanan kita . Tetapi ini adalah suatu azas moreel, suatu moreel beginsel, dan bukan suatu azas politik, bukan suatu politiek beginsel.

    Azas politik menyuruh kepada Marhaeni dan Marhaen itu, bersama-sama terjun kedalam satu kawah, yang nanti akan meleburkan stelsel kapitalisme dan stelsel

    imperialisme adanya!

    Fikiran Rajat, 1933