Sarman (Agustina)
-
Upload
ian-aditia-mho-sja -
Category
Documents
-
view
25 -
download
0
Transcript of Sarman (Agustina)
macam pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. Artinya
dalam penggunaan model pembelajaran tidak harus sarna untuk semua pokok
bahasan, sebab dapat terjadi bahwa suatu model pembelajaran tertentu untuk satu
pokok bahasan tetapi tidak untuk pokok bahasan yang lain.
Kondisi riil yang ditemukan di SDN Unaasi Konawe kelas IV
menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mempelajari mata pelajaran PKn
belum memuaskan. Hal tersebut disebabkan pembelajaran PKn masih diajarkan
secara teoritas dan didaktis yang menyebabkan performance peserta didik kurang.
Berdasarkan hasil ulangan tes tertulis yang dilaksanakan pada semester
ganjil 2008 menunjukkan dari 14 orang siswa kelas IV SDN Unaasi Konawe
. hanya 6 orang yang memperoleh nilai rata-rata 60,8 orang siswa mendapat nilai
rata-rata di bawah dari 60. Rendahnya hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran
PKn siswa disebabkan guru belum menerapkan model pembelajaran yang tepat
sesuai dengan karakteristik siswa dan materi pelajaran. Pencapaian nilai rata-rata
yang didapatkan sangat jauh dari nilai KKM yang didapatkan di sekolah jauh
nilai 80.
Berdasarkan hasil observasi di atas mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian pada mata pelajaran PKn kelas IV SDN Unaasi dengan menerapkan
model pembelajaran VCT dalam bentuk penelitian tindakan kelas dengan judul
"Peningkatan hasil belajar PKn pada pokok bahasan nilai-nilai Pancasila dalarn
kehidupan sehari-hari di kelas IV SDN Unaasi Konawe melalui model
pembelajaran VCT".
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan dalam
penelitian ini adalah "Apakah dengan penerapan model VCR basil belajar siswa kelas
IV SDN Unaasi dapat ditingkalkan?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masa1ah yang telah dikemukakan sebelumnya. maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hnsil belajar PKn siswa kelas IV SDN
Unaasi Konawe pada pokok bahasan nilai-nilai Pancasila dalamkehidupan sehari-hari
melalui model pembelsjaran VCT.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dati penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :
1. Bagi siswa dapat meningkatkan basil belajar PKn.
2. Bagi guru dengan menerapkan model pembelajaran VCT guru dapat
memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran PKn di kelas, sehingga materi
pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa dapat dipahami dengan baik,
3. Bagi sekolah sebagai bahan masukan yang baik pada sekolah dalam rangka
perbaikan kualitas pembelajaran.
4, Sebagai acuan untuk menetapkan kebijaksanaan pelaksanaan pengajaran pada
bidang studi dengan menggunakan pendekatan sesuai dengan pelajaran yang akan
diajarkan guru bidang studi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Belajar
\Pada hakekatnya belajar adalah suatu proses usaha sadar yang dilakukan secara
terus menerus melalui bermacam-macam aktifitas pengalaman untuk mencapai
pengetahuan baru sebingga menyebabkan perubahan tingkah laku yang menetap.
Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditinjau dalam berbagai bentuk seperti perubahan
pemahaman, perubahan pengetahuan, perubaban sikap dan tingkah laku, daya penerimaan
dan lain-lain aspek yang ada di individu siswa (Sudjana, 2000).
Menurut Slamento (1995) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubaban tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya, Winkal (1991) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menghasilkan perubahan tingkah laku pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap.
Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas sedangkan menurut Hudoyo (1988),
menjelaskan bahwa seseorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan bahwa dalam
diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang menciptakan suatu perubahan.
Belajar adalah proses prosonalisasi suatu konsep nilai
keterampilan/behavior melalui proses iteraksi aktif. "Belajar adalah suatu proses usaha
aktif yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu hal yang mengakibatkan
terbentuknya perubahan dalam pola-pola tingkah laku yang menyeluruh menuju kearah
yang lebih meningkat dan lebih baik pada pribadi orang yang belajar, sebagai perubahan
tingkah laku itu bukan perubahan karena faktor reflektif kematangan atau keadaan
sementara".
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar akan menghasilkkan
perubahan-perubahan tingkah laku sebagai basil usaha aktif individu melalui
pengalaman baru.
Adapun tujuan pedidikan yang diharapkan menurut Robert M. Gagne
berpendapat terjadinya belajar seseorang karena dipengaruhi faktor dari luar dan dari
dalam diri anak tersebut yaitu :
1. Peningkatan kesadaran pemahaman akan diri sendiri dan lingkungannya
2. Pengembangan kemampuan dan kualitas diri sebagai pribadi, insan sosial dan insan
Tuhan
3. Peningkatan kemampuan dalam menghadapi dan memecahkan suatu persoalan dalam
kehidupannya.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
suatu proses perubahan tingkah laku yang mengakibatkan bertambahnya
pengetahuan, keterampilan dan nilai serta sikap yang diperoleh dari interaksi
individu dengan lingkungannya dan perubahan yang terjadi bersifat relatif, konstan
dan berbekas.
B. Teori Pembelajaran PKn di SD~.
Penguasaan metode pembelajaran merupakan salah satu persyaratan
utama yang harus dimiliki seorang guru. Kemampuan dalam menggunakan
berbagai metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar
siswa baik keberhasilan aspek kognitif, maupun aspek afektif dan psikomotor.
Ketidaktepatan memilih dan menggunakan metode pembelajaran misalnya, untuk
mengembangkan sikap disiplin, anda tidak cukup hanya menggunakan metode
ceramah murni, tetapi perlu divariasikan dengan metode yang dapat
mengungkapkan nilai, seperti analisis nilai, simulasi, permainan, dan
percontohan.
Dalam kurikulum (PPKn/PKn) biasanya ada penegasan bahwa uraian
kegiatan belajar mengajar setiap pokok bahasan mencakup kegiatan pengenalan,
pengembangan, dan pengamalan suatu konsep atau nilai, dalam pengenalan suatu
konsep nilai norma, dapat menggunakan metode ceramah atau ekspositorik
sedangkan untuk pengembangan konsep, nilai-norma, dapat menggunakan
metode diskusi atau tanya jawab nilai dan analisis nilai. Untuk pengamalan dapat
megnunakan metode diskusi atau simulasi. Misalnya, melalui diskusi untuk
pokok bahasan musyawarah, anda dapat mengamati dan membina kemampuan
siswa dalam menghargai pendapat orang lain, kemampuan dalam memberi
kesempatan yang sama kepada setiap orang, dan sikap tidak ingin menang
sendiri.
Uraian di atas menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran PKn
hendaknya mampu menggetarkan kawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Proses belajar afektif akan terjadi apabila potensi afektif siswa bergetar,
terpanggil dan terlibat melakoninya sendiri.
Perlu kita ketahui bahwa ciri utama PKn (baru) tidak lagi menekankan pada
mengajar tentang PKn, tetapi Iebih beriorentasi pada membelajarkan PKn atau
pada upaya-upaya guru untuk ber- PKn atau melaksanakan PKn. Oleh karena itu,
dalam pembelajaran PKn guru harus berupaya untuk mewujudkan kegiatan ber-PKn
tersebut. Artinya siswa dibina dan dibimbing untuk membiasakan atau melakoni
isi pesan materi PKn. Jadi sekali Iagi dalam proses pembelajaran tekanannya
diarahkan pada bagaimana siswa belajar. Dengan demikaian, alangkah
baiknya guru mamahami tipe-tipe belajar. Jacques Delors (1996)
mengemukakan empat tipe dasar belajar. Pertam, belajar tahu (learning to know) (1)
menguasai pengetahuan sebagai informasi dan alat, (2) belajar untuk belajar lebih
lanjut , (3) belajar mengembangkan pengetahuan. Kedua,. belajar berbuat (learning
to do), yaitu (1) menguasai keterampilan kerja, (2) menguasai kompetensi
profesional. Ketiga, belajar hidup bersama, (learning to live together), yaitu
(1)· memahami orang lain, (2) memahami keragaman nilai dan saling
ketergantungan, (3) mampu bekerja sarna. Keempat, belajar mengembangkan diri
(learning to be), yaitu, (1) mengembangkan seluruh aspek kepribadian, (2)
meningkatkan diri sesuai perkembangan lingkungan. Jika kita kaji, keempat
tipe dasar belajar tersebut tampaknya merupakan kemampuan siswa yang harus
dikembangkan melalui pembelajaran khususnya mata pelajaran PKn.
Agar tujuan ber-PKn dapat berjalan dengan baik maka sebagai guru
hendaknya menjadi contohlteladan dalam ber-PKn dengan menunjukkan contoh
perilaku yang diharapkan ditiru dan dilaksanakan siswa dalam kehidupan di
sekolah dan kehidupan sehari-hari di masyarakat. Misalnya, dalam
membelajarkan disiplin maka anda harus memberikan contoh dan teladan sebagai
guru warga negara yang disiplin, seperti ketepatan waktu mengajar, cara
berpakaian, cara menyebrang di jalan raya.
PKn sebagai pendidikan nilai, moral yang bertujuan untuk membentuk
warga negara yang baik. Setelah jelas pengertian ten tang konsep nilai, moral dan
norma siswa diajak untuk memanfaatkan apa yang telah siswa pahami tadi untuk
menganalisis materi PKn yang terdiri dari 24 Standar Kompetensi yang ada
dalam Kurikulum 2006/KTSP. Analisis materi ditinjau dari muatan nilai, moral
dan norma. Pembahasan ini bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana muatan
nilai, moral dan norma yang terkandung dalam setiap standar kompetensi yang
tercantum dalam materi PKn SD.
Teori belajar dalam pembelajaran secara karakteristik PKn diposisikan
pada peta materi bagian awal, Untuk lebih memahami karakteristik PKn SD
sebagai guru perlu menerapkan model pembelajaran VCT di SD untuk
meningkatkan hasil belajar PKn kelas IV. Tujuannya adalah sikap kebersamaan
kehidupan berbangsa dan bemegara diperlukan sikap tenggang rasa, saling menghargai,
berjiwa besar dan menerima kepuutusan bersama. Dalam kehidupan sehari-hari kita
sering mengalami berbagai perbedaan misalnya dalam diskusi dalam menafsirkan suatu
permaalahan dengan teman di kelas. Oleh karena pada saat menyampaikan pendapat atau
saran dalam suatu pertemuan sebaiknya memperhatikan beberapa hal seperti :
1. Dapat mendeskripsikan pengertian warga negara yang baik
2. Dapat menjelaskan pengertian dan makna nilai dalam materi PKn
3. Dapat menjelaskan pengertian dan makna moral dalam materi PKn
4. Dapat menjelaskan pengertian dan norma dalam makna
5. Dapat menjelaskan keterkaitan PKn dengan IPS dan mata pelajaran lainnya
6. Dapat menganalisis muatan nilai, moral dan norma dalam materi SD yang ada dalam
kurikulum 2006.
7. Dapat membedakan pengertian PKN (N) dengan PKn (n). Inilah gambaran singkat
tentang karakteristik mata pelajaran PKn untuk diterapkan pada model
pembelajaran VCT di kelas IV SDN Unaasi
C. Teori Model Pembelajaran VCT pada Mata Pelajaran PKn
Dalam PKn dikenal suatu model pembelajaran yaitu model VCT (Value
Clarification Techniquelfeknik Pengungkapan Nilai). Menurut A. Kosasih Djahiri
(1985), model pembelajaran VCT meliputi (1) Metode percontohan; (2) Analisis
nilai; (3) VCT Daftar/Matriks yang meliputi (a) Daftar baik-buruk, (b) Daftar
tingkat urutan, (c) Daftar skala prioritas, (d) Daftar gejala kontinum, (e) Daftar
penilaian diri, (f) Daftar membaca perkiraan orang lain tentang diri kita, (g)
Perisai kepribadtan diri; (4) VCT dengan kartu keyakinan; (5) VCT melalui titik
wawancara; (6) Teknik yurisprudensi; dan (7) Teknik inkuiri nilai. Selain itu,
dalam PKn dikenal pula model permainan, antara lain metode bermain peran
(role playing). Metode atau model pembelajaran PKn karena mata pelajaran
PKn mengemban misi untk membina nilai, moral, sikap dan perilaku siswa,
disamping membina kecerdasan (pengetahuan) siswa.
Mengapa perlu pembelajaran VCT? Pola pembelajaran VCT menurut
A.Kosasih Djahiri (1992) dianggap unggul untuk pembelajaran efektif karena
Pertama, mampu membina dan mempribadikan (personalisasi) nilai-moral.
Kedua, mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan isi pesan nilai-moral yang
disampaikan, Ketiga, mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai-moral
din .siswa dan nilai moral dalam kehidupan nyata. Keempat, mampu
mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan potensi diri siswa
terutama potensi afetualnya. Kelima, mampu memberikan pengalaman belajar
berbagai kehidupan. Keenam, mampu menangkal, meniadakan, mengintervensi
dan menyubversi berbagai nilai-moral naif yang ada dalam sistem nilai dan moral
yang ada dalam diri seseorang. Ketujuh, menuntun dan memotivasi hidup layak
dan bermoral tinggi.
Pertanyaan adalah model pembelajaran apa yang cocok untuk materi
Pancasila dan UUD 1945? Untuk materi Pancasila mungkin siswa Sekolah Dasar
sudah mengenal berbagai konsep dan nilai-nilai Pancasila beserta hakikat dan
fungsi Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia sehingga tidak akan
mengalami kesulitan dalam menentukan tema pembelajaran. Tetapi untuk materi
UUD 1945, siswa .Sekolah Dasar (terutama kelas-kelas rendah) mungkin belum
memahami apa isi-pesan, muatan, fungsi, dan kedudukan UUD 1945 termasuk
perubahan-perubahannya.
Perlu seorang guru pahami bahwa “UUD 1945 merupakan peraturan
tertinggi dalam menyelenggarakan pemerintahan negara di Indonesia". Jadi,
intinya adalah peraturan. Sedangkan peraturan bukan hanya terdapat dalam
rangka menyelenggarakan pemerintahan negara, tetapi ada dalam setiap
pergaulan manusia termasuk peraturan di sekolah yang dikenal dengan tata tertib
sekolah. Oleh karena itu, guru dapat mencari pokok-pokok bahasan atau konsep-
konsep mana yang tertera dalam GBPP PKn yang relevan atau merupakan
penyederhanaan dari materi UUD 1945 bagi siswa Sekolah Dasar, seperti konsep
ketertiban, kedisiplinan, kepatuhan, dan sebagainya sesuai dengan tingkatan kelas
" siswa.
Dalam kaitannya dengan materi Pancasila dan UUD 1945, salah satu
altematif model pembelajaran yang dapat dipertimbangkan adalah VCT
percontohan (untuk kelas rendah) dan VCT Analisis Nilai untuk kelas-kelas
tinggi. Mengapa untuk kelas rendah menggunakan model percontohan? Kita
sebagai guru SD tentu lebih paham bagaimana katakteristik siswa kelas 1-3 SD
yang masih kesulitan memahami hal-hal yang bersifat abstrak, Oleh karena itu,
kajian materi yang abstrak tersebut pedu divisualisasikan melalui contoh-contoh
dalam bentuk gambar, foto atau cerita.
Sebagai contoh, untuk ·menjelaskan arti Ketuhanan Yang Maha Esa (Sila ke-l),
perlu pemberian contoh-contoh konkrit, sepe:rti gambar tempat Ibadah beserta
orang yang sedang beribadah, gambar/foto contoh orang yang toleran terhadap
pemeluk agama lain. Demikian pula tentang pokok bahasan menghargai orang lain
atau persamaan derajat (sila ke-2), kita dapat meaampilkan contoh- contoh
orang yang menghormati/menghargai orang lain dan sekaligus memberi contoh
bagaimana cara menghormati dan menghargai orang lain. SeIain itu dapat pula
kita menampilkan contoh langsung orang . yang selalu
menghargai/menghormati orang lain dan juga orang yang tidak menghargai orang
lain atau melalui cerita-cerita yang kontras nilai yang merupakan realitas
kehidupan di masyarakat.
Dalam pelaksanaannya, model percontohan (example provisory) tidak berdiri
sendiri, tetapi divariasikan dengan metode lain, seperti ceramah, ekspositori,
dan tanya jawab nilai.
D. Hasil Belajar PKn
Kata basil belajar dari bahasa belanda prestaktic, yang kemudian masuk
kedalam bahasa Indonesia menjadi "hasil" yang berarti "hasil atau produk antara
kapasitas dari motifasi", dimana motifasi kenentukan dan mengatur tingkah laku
dalam pencapaian tujuan.
Hasil belajar PKn merupakan nilai perolehan siswa dari hasil evaluasi
setelah kegiatan pembelajaran, selanjumya dikenal sebagai suatu hasil belajar
yang dicapai oleh murid dalam bidang studi tertentu untuk memperoleh
menggunakan teks standar sebagai alat pengukut keberhasilan siswa. Lebih
lanjut, memberikan batasan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai murid
dalam bidang studi tertentu yang menggunakan tes standar alat ukur keberhasilan
belajar seseorang murid. Jadi, dalam hal ini keberhasilan belajar seorang murid
dalam menempuh proses belajar di sekolah dapat dilihat dari standar yang
digunakannya menurut Piaget berpendapat bahwa proses belajar terdiri dari 2
tahap yaitu: 1) Asimilasi, 2) akomodasi.
Menurut Sagala (2003) menemukan dalam pendekatan proses ini dapat
dilakukan siswa antara lain : mengenali gejala yang timbul mengkiasifikasikan,
mengenal adanya masalah, merumuskan hipotesis, melakukan percobaan,
menganalisis data dan menyimpulkan kemampuan siswa menyerap pelajaran baik
melaui belajar sendiri maupun melaui seseorang tutor yang nanti akan nampak
pada perubahan tingkah laku. Kebersihan meningkatkan prestasi belajar siswa di
sekolah merupakan parameter yang digunakan untuk menilai proses
perkembangan siswa berjalan dengan baik pula. Namun demikian, u n t u k mewujudkan
hal tersebut perlu diupayakan faktor-faktor penunjang yang dapat mempengaruhi proses
perkembangan prestasi tersebut terutama sarana dan prasarana pendidikan,
Hasil belajar semaldn terasa pcnting untuk dipermasalahkan karena
mempunya beberapa fungsi utama antara lain:
1. Hasil belajar sebagai indikator, kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah
dikuasai anak didik
2. Hasil belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tabu. Hal ini didasarkan atas
asumsi bahwa para abli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendonsi
keingintahuan (courisity) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia,
termaksud kebutuhan anak didik dalarn program pendidikan.
3. Hasil belajar sebagai baban dan informasi dalam inovasi pendidikan
Asumsinya adalah bahwa basil belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak
didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan berperan sebagai
umpan balik (feed back) dalam peningkatan mutu pendidikan.
4. Basil belajar sebagai indikator dan suatu institusi pendidikan, dalam artian bahwa
basil belajar dapat dijadikan sbcagai indikator tingkat produktivitas lembaga
pendidikan tersebut. Tinggi rendahnya basil belajar juga merupakan indikator tingkat
kesuksesan anak didik masyarakat.
5. Hasil belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap anak didik.
Peningkatan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dalam
diri siswa itu sendiri maupun yang berasal dari luar.
E. Penelitiaan Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
Penelitian yang dimaksud antara lain:
1. Tri Joko Wahyono (2007) melakukan penelitian dengan judul Kemampuan
mengemukakan pendapat dalam pembelajaran sejarah kajian pembelajaran VCT
dan penilaian otentik di SMA Negeri 3 Purwokerto (tesis). Ini juga merupakan
penelitian tindakan kelas dan pembelajaran berlangsung selama III siklus.
Peningkatan sangat nampak pada siklus III yang menunjukkan bahwa adanya
peningkatan hasil belajar siswa bertanya dari 75,5% menjadi 87,5%, siswa
menjawab dari 75,5% menjadi 85%, siswa menanggapi dari 62,5% menjadi
67,5%, siswa menyanggah dari 50% menjadi 62,5%, siswa melakukan interupsi
tetap 37,5% dan pendapat tertulis tetap 100%. Kesimpulan dari penelitian
adalah bahwa penerapan pembelajaran VeT dengan penilaian otentik dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat, dan
siswa mampu memberikan basil karya dalam bentuk tugas akhir sebagai penilaian
otentik.
2. Setyowati (2007) melakukan penelitian eksperimen dengan judul Efektivitas
cooperative learning model think-pair-share pada pembelajaran IPS di SMP
Negeri 2 Lumbir (tesis). Dalam penelitiannya menunjukkan adanya tingkat
keberhasilan belajar siswa pada RPP I sebesar 79,30%, pada RPP II
meningkat menjadi 83% dan RPP III 80,40%. Dalam kesimpulannya
dituliskan menggunakan cooperative a learning model think-pair-share lebih tinggi.
Dari penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran VCT pada mata
pelajaran PKn dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
F. Kerangka Berpikir
G. Hipotesis Tindakan
Melalui model pembelajaran VCT basil belajar PKn siswa SDN Unaasi Konawe
pada pokok bahasan nilai-nilai Pancasila dalam kebidupan sehari-hari dapat
ditingkatkan.
Siklus 1 Perencanaan- RPP
Tindakan
- Materi- Penerapan Model
pembelajaran VCT
Observasi
- Pengamatan- L.O Siswa- L.O Guru
Refleksi
Merefleksi Hasil- Lebih- Kurang
Refleksi
Merefleksi Hasil- Lebih- Kurang
Observasi
- Pengamatan- L.O Siswa- L.O Guru
Tindakan
- Materi- Penerapan model
pembelajaran VCT
Perencanaan- RPP
Siklus 1
Berhasil/Stop
Lanjut Siklus
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan basil analisis dan ~mbahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa pemahaman siswa kelas IV SDN Unaasi terhadap materi PKn dapat
ditingkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran VeT. Hal
ini dapat dilihat dari hasil tes pada setiap siklus yaitu pada siklus I pada tes awal,
menjadi 70% dengan nilai rata-rata 70,3 pada tes akhir. Pada siklus II
pemahaman siswa semakin meningkat menjadi 72% dan nilai rata-rata 72,8 pada
tes awal menjadi 80% dengan nilai rata-rata 81,7 pada tes akhir. Dengan
demikian maka penerapan model pembelajaran VCT, khususnya dalam
mengajarkan mata pelajaran PKn mengalami peningkatan yang signifikan,
B. Saran
Dari hal-hal tersebut di atas, maka beberapa saran dari peneliti perlu
dikemukakan yaitu:
1. Penilik sekolah sebaiknya menyebarluaskan pengetahuan konsep model
pembelajaran VCT kepada guru-guru sekolah dasar agar pembelajaran tidak
mengalami kesulitan menggunakan metode yang paling tepat digunakan
dalam pembelajaran PKn.
2. Kepala sekolah perlu menyediakan sarana pembelajaran seperti buku paket
PKn, kurikulum dalam pembelajaran yang cukup di sekolah untuk kelancaran
kegiatan pembelajaran.
3. Untuk calon peneliti selanjutnya, disarankan agar melakukan penelitian lebih lanjut
tentang peningkatan hasil belajar siswa dengan mcnggunakan model pembelajaran
VCR.
DAFTAR PUSTAKA
Azari, 2005. Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Universitas Negeri Makassar.~-
Azis Wahab, 1996. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Direktorat JenderalPendidikan Tinggi. Depdikbud. Jakarta
Bobbi Deporter. 1992. Strategi Pembelajaran. Jakarta: kencana
Budiana, 1996. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: Balai Pustaka
Depdiknas, 2006. Pembelajaran Berbasis VCT
Elliot, John. 1993. Action Research For Education Change. Philadelphia: OpenUniversity Press
Etin Solihatin. 2007. Cooperativ Learning. Jakarta: Bumi Aksara
Endang. 1989. Dalam KTI Agustbain Efekiifitas Pembelajaran PPKn TerhadapPeningkatan Moralitas Murid SD. Universitas Negeri Makassar
Gagne, 1997. The Condition of Learning. Second Edition
Hopkinas David, 1993. A Teacher Guide To Classrom Research. Philadhelpia: OpenUniversity Press
Nurhadi, 2004. Pembelajaran VCT Dalam KBK Malang Universitas Negeri Malang
Rusyan, 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara
Sujana, Nana, 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Algesindo
Udin S. Wiranata. 2002. Materi dan Pembelajaran PKn SD. Universitas Terbuka
H. Arsad Umar, 2006. Pendidikan Kewarganegaraan 3D Kelas W Terbuka
H. Arsad Umar, 2006. Pendidikan Kewarganegaraan SD Kelas IV Terbuka.Depdiknas. Jakarta