SARASEHAN makalah

18
MAKALAH SARASEHAN PENYAKIT INFEKSI PADA GERIATRI Oleh : Resna Murti Wibowo Pembimbing : dr. Sumarmi Soewoto, Sp.PD-Kger, FINASIM dr. Fatichati Budiningsih, Sp.PD, FINASIM dr. Bayu Basuki Wijaya, Sp.PD, M.Kes BAGIAN / SMF PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNS

description

SARASEHAN makalah

Transcript of SARASEHAN makalah

MAKALAH SARASEHAN

PENYAKIT INFEKSI PADA GERIATRI

Oleh :

Resna Murti Wibowo

Pembimbing :

dr. Sumarmi Soewoto, Sp.PD-Kger, FINASIM

dr. Fatichati Budiningsih, Sp.PD, FINASIM

dr. Bayu Basuki Wijaya, Sp.PD, M.Kes

BAGIAN / SMF PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNS

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr MOEWARDI SURAKARTA

2014

PENDAHULUAN

Dengan meningkatnya umur harapan hidup, jumlah kelompok usia lanjut akan makin

banyak, yang menyebabkan tingginya penyakit degenerative, kardiovaskuler, kanker dan

penyakit non infeksi lain. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa penyakit infeksi juga makin

banyak. Hal ini antara lain disebabkan karena pada usia lanjut pertahanan terhadap infeksi

terganggu atau dapat dikatakan menurun.

Infeksi merupakan penyebab kematian yang paling penting pada umat manusia, sampai

saat digunakannya antibiotika dan pencegahan dengan imunisasi aktif maupun pasif di era

masyarakat modern. Penyakit infeksi mempunyai kontribusi cukup besar terhadap angka

kematian penderita sampai akhir abad 20 pada populasi umum, kemudian menurun setelah

ditemukan antibiotika dan tekhnik pecegahan penyakit. Walaupun prevalensi infeksi sebagai

penyebab morbiditas dan mortalitas tetap tinggi pada populasi usia lanjut. Di Amerika, dimana

ilmu kedokteran tidak disangsikan lagi kemajuannya, angka kematian akibat beberapa penyakit

infeksi pada lansia masih jauh lebih tinggi dibanding dengan yang didapat pada usia muda,

dengan data-data sebagai berikut :

1. Angka kematian pneumonia pada lansia sekitar 3 kali dibanding usia muda

2. Angka kematian akibat sepsis 3 kali dibanding pada dewasa muda

3. Angka kematian akibat ISK lansia sekitar 5-10%

4. Appendicitis angka kematian 15-20 kali

5. Kolesistitis angka kematian antara 2-8 kali

6. Endokarditis infeksiosa kematian 2-3 kali, meningitis bakterialis sekitar tiga kali

PREDISPOSISI

A. Faktor penderita lansia

-  keadaan nutrisi

-  keadaan imunitas tubuh

-  penurunan fisiologik berbagai organ

-  berbagai proses patologik (ko-morbid) yang terdapat pada penderita tersebut.

B. Factor kuman

-  jumlah kuman yang masuk dan bereplikasi

1

-  virulensi dari kuman

C. Factor lingkungan

Apakah infeksi didapat di masyarakat, rumah sakit atau di panti rawat werdha (nursing

home)

 

                Gambar 1. interaksi beberapa factor predisposisi infeksi pada lansia :

A.   Faktor pada penderita

Faktor Nutrisi

Keadaan nutrisi, yang pada usia lanjut seringkali tidak baik dapat mempengaruhi awitan,

perjalanan dan akibat akhir (outcome) dari infeksi. Secara klinik keadaan ini dapat dilihat dari

keadaan hidrasi, kadar hemoglobin, albumin, beberapa mikronutrien yang penting, misalnya

kadar Cu maupun Zn. Juga beberapa vitamin yang penting pada proses pertahanan tubuh.

Faktor Imunitas Tubuh

Beberapa faktor imunitas tubuh, antara lain imunitas alamiah (inate immunity), misalnya

kulit, silia, lendir mukosa dan lain-lain sudah berkurang kualitas maupun kuantitasnya, demikian

pula dengan factor imunitas humoral (berbagai imunoglobin, sitokin) dan seluler (netrofil,

makrofag, limfosit T).

2

Penurunan fisiologi : (ginjal, hati, paru-paru, otak, jantung, dll)                

Imunitas : (kulit, mukosa, Ly T, Ly B,

Nutrisi : (HB, albumin, Cu,Zn,hidrasi)                    

Proses patologik : (dekomp kordis, dll)

Tabel 1. Perubahan imunitas yang berhubungan dengan proses menua

Faktor Perubahan Fisiologik

Beberapa organ pada usia lanjut sudah menurun secara fisiologik, sehingga juga sangat

mempengaruhi awitan, perjalanan dan akhir infeksi. Penurunan fungsi paru, ginjal, hati, dan

pembuluh darah akan sangat mempengaruhi berbagai proses infeksi dan pengobatannya. Fungsi

orofaring pada usia lanjut sudah menurun sedemikian sehingga seringkali terjadi gerakan kontra

peristaltic (terutama saat tidur), yang menyebabkan terjadinya aspirasi spontan dari flora kuman

di daerah tersebut ke dalam saliran nafar bawah dan menyebabkan terjadinya aspirasi

pneumonia. Berbagai obat-obatan yang aman diberikan pada usia muda harus hati-hati diberikan

pada usia lanjut, karena dapat lebih memperburuk berbagai fungsi organ antara lain hati dan

ginjal.

Faktor berbagai Proses Patologik

Salah satu karakteristik pada usia lanjut adalah adanya multi-patologi. Barbagai penyakit

antara lain DM, PPOM, keganasan atau abnormalitas pembuluh darah akan sangat mempernudah

terjadinya infeksi, mempersulit proses pengobatannya dan menyebabkan prognosis menjadi lebih

buruk.

3

Gambar 2. Diagram untuk menunjukan penyakit flu biasa pada usia lanjut dapat menyebabkan penyakit serius hingga kematian

B.  Faktor Lingkungan

Penderita lansia yang berada di lingkungan Rumah Sakit tentu saja berbeda dengan yang

berada di masyarakat atau di panti rawat werdha, antara lain dilihat dari aspek social ekonomi,

nutrisi, kebugaran dan penyakit penyertanya. Demikian pula jenis dan virulensi kuman yang

berada di tiga tempat tersebut akan berbeda.

C.        Faktor Kuman 

Jumlah dan virulensi kuman yang menjadi penyebab infeksi pada lansia seringkali

berbeda dengan yang terjadi pada usia muda. Hal ini disebabkan terutama karena sudah terdapat

berbagai penurunan fisiologik akibat proses menua, misalnya kulit dan mukosa yang lebih sering

menjadi “port d’entre” kuman. Akibat kelemahan otot saluran nafas bagian atas menyebabkan

sering terjadi pneumonia spontan dengan kuman komensal sebagai penyebabnya. Keadaan ini

akan berpengaruh pada awitan, berat dan akhir dari infeksi pada penderita lansia.

Infeksi = Jumlah kuman x Virulensi mekanisme daya tahan tubuh

4

Tabel 2. Penyakit penyakit infeksi penting pada usia lanjut dan angka kematian relatifnya

Tabel 3. Distribusi frekuensi penyakit utama pada lansia (1989-1991) golongan umur(Infeksi pada Penderita Lansia di RSUP Dr. Kariadi Semarang)

5

Tabel 4.  Distribusi frekuensi jenis penyakit dasar penderita infeksi lansia di RSDK 1989-1991 (Infeksi pada Penderita Lansia di RSUP Dr. Kariadi Semarang)

Tabel 5.  Distribusi frekuensi jumlah penyakit penderita dihubungkan dengan kelompok

umur (Infeksi pada Penderita Lansia di RSUP Dr. Kariadi Semarang)

6

Tabel 6. Infeksi pada pasien Geriatri d RSUD Malang tahun 2009-2010

Dari data di atas sapat diambil kesimpulan beberapa hal sebagai berikut :

1. Rasio wanita dan pria adalah 3:2

2. Angka infeksi tertinggi terdapat pada kelompok usia 50-59 tahun (50,12%). Keadaan ini

berbeda dengan yang di dapat pada kepustakaan lain.

3. Jenis infeksi terbanyak adalah berturut-turut gastroenteritis, TBC, tetanus, leptospirosis,

demam tifoid dan bronkropneumonia.

4. Penyakit non infeksi yang menyertai adalah dekompensasi jantung, DM, dan sirosis hati.

5. Jumlah penyakit yang diderita pada semua kelompok adalah antara 2-3 penyakit (rata-rata

2,8), wanita lebih banyak dibanding pria.

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Hadi Martono di bangsal akut geriatric

RSUP Dr. Kariadi, antara 1991-1994 mendapatkan angka sebagai berikut :

a. Infeksi terbanyak didapatkan berturut-turut : ISK, bronkopneumonia, dan sepsis

7

b. Penyakit penyerta terbanyak adalah PPOM, hipertensi, PJI, DM, penyakit saluran cerna,

insufisiensi ginjal dan sirosis hati

c. Jumlah penyakit/penderita antara 5-10 dengan rata-rata 7,2 penyakit/penderita

d. Angka kematian tertinggi didapatkan pada sepsis kemudian bronkopneumonia.

Manifestasi infeksi pada usia lanjut

1. Demam :

Seringkali tidak mencolok, seperti dikutip oleh Yoshikawa mendapatkan bahwa banyak

penderita lansia yang jelas menderita infeksi tidak menunjukkan gejala demam. Penderita

dengan sepsis seringkali suhu juga tidak meningkat, akan tetapi justru menurun

(hipotermi). Tidak adanya demam ini selain memperlambat diagnosis, juga menurunkn

efek fisiologik lekosit dalam melawan infeksi, sehingga angka kematian penderita lansia

dengan infeksi tanpa demam akan lebih tinggi daripada apabila disertai demam.

2. Gejala tidak khas :

Gejala seperti yang digambarkan pada penderita muda sering tidak terdapat bahkan

berubah. Gejala nyeri khas pada apendisitis akut, kolesistitis akut, meningitis, dan lain-

lain sering tidak dijumpai. Batuk pada pneumonia sering tidak dikeluhkan, mungkin oleh

penderita dianggap sebagai batuk “biasa”

3. Gejala akibat penyakit penyerta (ko-morbid) :

Sering menutupi, mengacaukan bahkan menghilangkan gejala khas akibat penyakit

utamanya, padahal pada penderita lansia penyakit ko-morbid ini sering dan banyak

terjadi.

Berbagai infeksi pada Lansia

Beberapa infeksi yang sering ditemui pada lansia akan memberikan gambaran yang khas

dan perlu diperhatikan adalah seperti tercantum pada table 7. Dapat dilihat bahwa berbagai

penyakit infeksi pada usia lanjut masih perlu diperhatikan walaupun pada Negara yang sudah

maju, dimana insidensi penyakit degeneratif jelas sudah meningkat. Seperti telah disebutkan di

atas, pola kuman pada usia lanjut juga agak berbeda dibanding dengan yang terdapat pada usia

dewasa muda, dapat dilihat pada tabel 9.

8

Tabel 7. Beberapa infeksi penting pada usia lanjut

Tabel 8. Kuman penyebab pada beberapa infeksi lansia dibanding pada dewasa muda

Penatalaksanaan infeksi pada usia lanjut

Diagnosis

Mengingat gejala dan tanda infeksi pada usia lanjut yang tidak khas dan sering

menyelinap, maka diagnosis merupakan tonggak penting pada penatalaksanaan infeksi pada usia

lanjut. Untuk hal tersebut assemen geriatric merupakan tatacara buku yang dianjurkan.

9

Pemeriksaan fisik, psikis dan lingkungan dan pemeriksaan tambahan yang penting secara

menyeluruh sesuai form baku perlu dilaksanakan dengan baik, sehingga kemungkinan mis atau

under diagnosis bisa dihindari sekecil mungkin. Dengan assemen geriatric ini juga dapat

ditegakkan :

Penyakit infeksi yang terdapat

Penyakit ko-morbid yang menyertai, antara lain gangguan imunologik (DM, penyakit

darah, penyakit keganasan), penyakit jantung, ginjal, PPOM, penyakit hati, dll

Gangguan mental/kognitif yang mungkin mempersulit pengobatan

Sumber daya social/manusia yang ada untuk penatalaksanaan jangka pendek atau

jangka panjang

Terapi antibiotika

Terapi antibiotika harus segera dilakukan bila semua specimen untuk pemeriksaan

mikrobiologis sudah dikirim. Secara empiris antibiotika berspektrum luas, antara lain golongan

beta-laktam atau kuinolon dapat diberikan. Antibiotika berspektrum sempit baru bisa diberikan

apabila hasil kultur dan sensitivitasnya mendukung (Hadi Martono, 1996). Harus diingat bahwa

pengambilan specimen untuk penyakit saluran nafas bawah pada lansia seringkali sukar,

sehingga hasil klinik berupa perbaikan keadaan umum penderita harus selalu dijadikan pedoman,

walaupun hasil kultur/sensitivitas tidak mendukung, terutama bila pengambilan spesimennya

diragukan kesahihannya. Berbeda dengan penggunaan golongan obat lain pada usia lanjut,

pemakaian antibiotika harus langsung diberikan dengan menggunakan dosis penuh, akan tetapi

tetap memperhatikan kemungkinan efek samping yang terjadi.

Penutup

Penyakit Onfeksi pada usia lanjut mempunyai banyak karakteristik dan perlu diwaspadai

dengan adanya perubahan mendadak (bersifat akut) dari penampilan kesadaran pada pasien,

danya perubahan kebiasaan maupun adanya perubahan penampilan fisik pada pasien. Perubaha

yang terjadi pada usia lanjut dan bersifat akut/tiba-tiba dapat menjadikan penurunan atau

memburuknya kondisi pada pasien usia lanjut dan hal ini perlu dipahami lebih lanjut oleh setiap

dokter ataupun tenaga kesehatan lain termasuk keluarga pasien secara teliti. Bila kejadian

tersebut terlambat diketahui, maka dapat mengakibatkan kematian pada pasien usia lanjut.

10

Panas merupakan suatu tanda utama pada penyakit infeksi, akan tetapi terkadang tidak

diketemukan pada penampilan fisik pasien usia lanjut (sekitar 20-35% kasus infeksi usia lanjut

tidak didapatkan panas), sehingga batasan tentang panas pada usia lanjut dapat berubah.

Penatalaksanaan infeksi pada usia lanjut memerluakn terapi termasuk antibiotika yang sesuai dan

terapi komorbid yang adekuat. Pemberian terapi suportif seperti nutrisi yang baik, cairan yang

cukup dan elektrolit serta oksigen maupun terapi suportif yang lain diperlukan untuk membantu

perbaikan kondisi pasien,

11

DAFTAR PUSTAKA

1. Departement of Veterans' Affairs 13 Keltie Street, Woden ACT 2606. Pneumoccal infection and vaccination in the elderly, 2003.

2. Engels EA, Clark E, Aledort LM, Goedert JJ, Whitby D. Kaposi's sarcoma- associated herpesvirus infection in elderly Jews and non-Jews from New York City. International J Epid. 2003;3 1 :946-50.

3. Hadisaputro S, Martono HH. Infeksi pada usia lanjut. Buku ajar geriatri. In: Darmojo B, Martono H, editors. Jakarta: Balai penerhit FKUI; 1999. p. 323-38.

4. Naumova EN, Egorov AI, Moms RD, Griflith JK. The elderly and waterborne cryptosporidium infection: gastroenteritis hospitalizations before and during the 1993 Milwaukee outbreak.

5. Emerging Infectious Disease. 2003; 9:4:418-23. Norman DC, Yoshikawa TT. Fever in the elderly. Infect Dis Clin North Am. 1996;lO (1):93.

6. Richardson JP. Infections. In: Adelman AM, Daly MP, ed. 20 Common problem in geriatrics. Boston: Mc Graw-Hill, Inc; 2001. p. 349-65.

7. Norman DC, Yoshikawa TT. Fever in the elderly. Infect Dis Clin North Am. 1996;lO (1):93.

8. Richardson JP. Infections. In: Adelman AM, Daly MP, ed. 20 Common problem in geriatrics. Boston: Mc Graw-Hill, Inc;2001. p. 349-65.

9. Strausbaugh LJ. Emerging health care-associated infections in the geriatric population. Emerging infectious diseases. 2001;7:2:268-71.

12