Sarang Burung Walet Daerah Subang

of 24 /24
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MAKALAH Pajak Sarang Burung Walet Daerah Subang Anggota : Dadan Ahdiat Jurusan : Manajemen Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Lulus Dalam Matakuliah Perpajakan Universitas Mercu Buana 2013 UNIVERSITAS MERCUBUANA 1

Embed Size (px)

Transcript of Sarang Burung Walet Daerah Subang

BAB I

UNIVERSITAS MERCU BUANAFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

MAKALAH

Pajak Sarang Burung Walet Daerah Subang

Anggota:Dadan Ahdiat

Jurusan:Manajemen

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam MencapaiLulus Dalam Matakuliah Perpajakan Universitas Mercu Buana2013

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan kasih karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul Pajak Sarang Walet Daerah Subang. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen. Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, mungkin penulisan makalah ini belum terselesaikan. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu di dalam penulisan ini baik itu berupa bimbingan, petunjuk, saran serta dorongan yang sebesar-besarnya. Dalam menyelesaikan penulisan ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati akan menerima segala kritik dan saran serta bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bimbingan, petunjuk yang diberikan penulis, hingga penulisan makalah ini mendekati sempurna. Harapan penulis adalah agar penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan yang membutuhkannya.

Tangerang, 31 May 2014 Penulis,

DAFTAR ISILEMBAR JUDUL............................................................................................ iKATA PENGANTAR...................................................................................... iiDAFTAR ISI........................................................................................ iii

BABIPENDAHULUAN............................................................................ 41.1.Latar Belakang............................................................................. 4BABIIPEMBAHASAN.............................................................................. 82.1.Penetapan Pajak Sarang Walet................................................... 8 2.2. Masa Berlaku Pajak.....112.3. Perhitungan Pajak..BAB III PENUTUP............................................................................................ 113.1. Kesimpulan ..113.2. Saran..

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPeternakan sarang burung walet adalah industri yang istimewa dan sangat penting untuk beberapa orang seluruh Indonesia terutama Hulu Sungai Utara. Sarang burung walet terbuat dari air liur burung walet yang dianggap mempunyai bermanfaat untuk kesehatan. Sarang tersebut biasanya digunakan untuk membuat sop dan sebagian besar sarang yang menghasilkan di Indonesia diekspor ke negara China terutama Hong kong.Burung walet mula-mula membuat sarangnya di atap gua, sehingga untuk mengambil sarang burung walet sangatlah sulit dan berbahaya. Burung walet juga membuat sarang di dalam rumah-rumah yang kosong. Karena budidaya burung walet di dalam rumah-rumah kosong adalah metode yang sangat efektif untuk menghasilkan sarang tersebut, orang-orang mulai membuat gedung khusus untuk budidaya sarang burung wallet.Memiliki rumah / gedung walet ibarat punya harta karun yang tak akan pernah habis. Namun pemilikan itu tak akan berhasil kalau pemilik tidak menetapkan 5 prinsip persyaratan ilmu perwaletan dalam pengelolaannya. Masing-masing adalah biologi, ekologi, geografi, meteorology, dan ekonomi perwaletan. Kelima itu harus sejalan, saling mendukung, dan salingmelengkapi pengelolaan.Upaya mengelola walet gua dan walet rumah telah berlangsung sejak puluhan tahun lalu di daerah jawa. Tujuannya agar populasi dan produksi sarang walet terjaga lestari. Ini penting demi kelanjutan bisnis para pengusaha itu sendiri. Bisnis sarang walet dengan pasaran langsung ke Cina telah berlangsung secara tradisional dan turun temurun tempo dulu.Ada tiga jenis burung walet yang umu dikenal antara lain: 1. Collocalia fuciphaga,2. Collocalias maxima dan3. Collocalia esculenta Ada satu jenis burung walet lagi yaitu Collocalia germani, tetapi menurut pendapat Chantler dan Driessens (1995), Collocalia germani termasuk dalam spesies Collacalia fuciphaga sehingga bukan merupakan spesies tersendiri. Collocalia germani tidak ditemukan di Indonesia, namun burung tersebut ditemukan di negara lain di Asia seperti Vietnam.Collocalia fuciphaga adalah jenis burung yang banyak dicari karena burung tersebut bersarang putih. Collocalia fuciphaga ditemukan di Cina selatan dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.Di Sumatra dan Kalimantan burung tersebut bisa hidup sampai ketinggian 2800 meter di atas permukan laut, tetapi di Jawa dan Bali burung ini biasanya hidup dekat pantai di dalam gua yang gelap dan dalam. Burung tersebut kira-kira berukuran 12 sentimeter, dadanya berwarna hitam kecoklatan dan warna punggung lebih kelabu. Ekor burung ini bercabang, paruhnya berwana hitam dan kakinya juga berwarna hitam.Collocalia fuciphaga dan Collocalia maxima tidak dapat dibedakan dari Collocalia esculenta kecuali dari sarangnya Collocalia maxima membuat sarang dengan air liur seperti fuciphaga tetapi sarangnya bercampur dengan bulu burung sehingga harga sarangnya lebih rendah.Namun demikian, karena keduanya membuat sarang dengan air liur dan sarangnya hanya sedikit berbeda, orang Indonesia menyebut Collocalia fuciphaga dan Collocalia maxima dengan nama burung walet.Harga sarang burung walet antara tujuh juta sampai empat belas juta rupiah per kilogram tergantung kualitasnya. Ada empat kelas sarang burung walet yang dihasilkan di Indonesia. 1. Kelas keempat adalah sarang yang paling kotor sehingga harganya paling murah. Sarangnya sangat kotor karena telur walet sudah ditetaskan atau terbuat dari air kotor Harga sarang kelas empat kira-kira tujuh sampai delapan juta rupiah per kilogram. 1. Kelas ketiga agak kotor tetapi terbuat dari air liur dan bulu burung. Sarang kelas tiga berharga kira-kira delapan sampai sembilan juta rupiah per kilogram.1. Sarang walet kelas dua tidak terbuat dari bulu burung tetapi sarangnya masih sedikit kotor. Kotornya bisa dikarenakan burung tersebut bertelur tetapi telurnya kemudian diambil setelah menetas. Harga sarang kelas dua kira-kira sepuluh sampai dua belas juta rupiah per kilogram.1. Kelas yang tertinggi adalah sarang yang paling bersih, warnanya sangat putih dan tidak ada bulu burung. Sarang seperti ini adalah sarang yang paling banyak diminta dari pemilik gedung walet karena harga sarang ini paling tinggi, kira-kira dua belas sampai empat belas juta rupiah per kilogram.Disamping kelas-kelas sarang berwarna putih ada juga sarang burung walet yang berwarna merah. Sarang merah asli adalah sarang yang jarang didapat karena sarangnya terbuat dengan campuran air liur dan darah, tetapi sarang ini sangat jarang sehingga harganya merupakan yang tertinggi, kira-kira empat belas juta rupiah atau lebih per kilogram. Sarang burung walet juga bisa dibuat agar berwarna merah tetapi warnanya sedikit berbeda dengan sarang merah asli.Untuk membuat sarang berwarna merah didalam gedung walet harus mempunyai banyak air dan diberi campuran amoniak kedalam airnya. Amoniak membantu sarang menjadi warna merah tetapi harga sarang ini tidak setinggi sarang merah asli. Harga sarang yang dibuat merah masih tergantung dengan kualitas sarang tetapi sedikit lebih mahal dari pada sarang putih biasa.Ada beberapa faktor yang sangat penting untuk budidaya sarang burung walet, yaitu: lokasi, iklim, kondisi lingkungan, bentuk bangunan, faktor makanan serta teknik memancing walet. Semua faktor ini sangat penting untuk keberhasilan peternakan burung walet. Di samping itu, gedung burung walet harus seperti gua liar karena itulah habitat asli burung walet.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1PENETAPAN PAJAK SARANG BURUNG WALET Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka terjadi perubahan paradigma pemerintahan dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi. Sebagai konsekuensi logis dari perubahan tersebut maka pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.Penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional. Hal ini diwujudkan dalam peraturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.Disamping itu penyelenggaraan Otonomi Daerah juga dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Oleh karena itu setiap pemerintah daerah beserta masyarakatnya berhak untuk mengelola potensi daerahnya masing-masing guna terlaksananya pemerintahan yang baik, serta adanya perubahan yang lebih maju dari sebelumnya, dan bagi pemerintahan itu sendiri guna meningkatkan pelayanan di daerahnya.Di dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Otonomi Daerah diletakkan secara utuh pada Daerah Kabupaten / Kota. Daerah Kabupaten / Kota tersebut dalam kedudukannya sebagai Daerah Otonom mempunyai kewenangan dan keleluasaan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakat.Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah diharapkan adanya perubahan secara bertahap bagi daerah, yaitu menuju pada kemandirian daerah. Penyerahan atau pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah baik Propinsi, maupun Kabupaten / Kota telah memberikan keleluasaan bagi Pemerintah Daerah untuk mengelola potensi daerah dan melaksanakan pembangunan daerahnya. Untuk pelaksanaan pembangunan daerah diperlukan sumber pembiayaan, baik dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan maupun pinjaman daerah. Untuk menjamin sumber pembiayaan tersebut, pemerintah daerah harus mampu memainkan peranannya agar dapat mengoptimalkan penerimaan-penerimaan tersebut khususnya dari penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari pajak dan retribusi daerah. Potensi pajak dan retribusi daerah ini bila dikelola dengan benar dapat mengoptimalkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai salah satu sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).Dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dijelaskan bahwa jenis-jenis pajak dibedakan dalam dua tingkatan, yaitu pajak untuk Propinsi dan pajak untuk Kabupaten / Kota. Pajak Propinsi mencakup empat jenis pajak yang terdiri dari pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dan pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. Sedangkan pajak Kabupaten / Kota terdiri dari pajak: Hotel, Restoran, Hiburan, Reklame, Penerangan Jalan, Pengambilan Bahan Galian Golongan C, dan Parkir.Berdasarkan ketentuan pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pemerintah Kabupaten / Kota dapat menetapkan jenis pajak selain yang ditetapkan dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-undang tersebut. Atas dasar hukum tersebut Pemerintah Daerah Kabupaten Subang menetapkan pajak pengambilan sarang burung walet, mengingat potensi sarang burung walet di wilayah Kabupaten Subang cukup memadai dan telah banyak diusahakan oleh masyarakat pemilik modal besar. Dengan demikian pajak pengambilan sarang burung walet merupakan salah satu jenis pajak untuk Kabupaten / Kota. Pemungutan dan perhitungan pajak pengambilan sarang burung walet diatur dalam Peraturan Daerah pada masing-masing daerah. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk dapat mengoptimalkan pendapatan daerah khususnya dari pajak pengambilan sarang burung walet dengan cara mensosialisasikan kepada masyarakat tentang ketentuan-ketentuan pajak pengambilan sarang burung walet agar setiap wajib pajak mengerti, memahami dan tentunya melaksanakan ketentuan tersebut. Apabila hal tersebut berjalan dengan baik dan benar, maka akan meningkatkan pendapatan daerah terutama pajak pengambilan sarang burung walet. Selain itu setiap daerah harus dapat menganalisis seberapa besar potensi daerah yang dapat digali dan dikembangkan, dan selanjutnya dapat dilihat berapa target yang dapat dicapai dari potensi tersebut, sehingga pada akhirnya seluruh potensi daerah yang ada dapat memberikan hasil yang optimal terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).Di Kabupaten Subang pajak pengambilan sarang burung walet diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 3 Tahun 2002 yang berisikan ketentuan-ketentuan yang berlaku yang akan dijadikan acuan dalam pelaksanaan pemungutan pajak pengambilan sarang burung walet tersebut. Adapun prosentase realisasi pemasukan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Subang dari pajak pengambilan sarang burung walet dalam setiap tahun anggarannya yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.1Prosentase Realisasi Pajak Pengembilan Sarang Burung Walet terhadap PADS Kabupaten SubangNoTahunTargetRealisasiProsentase

12002Rp 200.000.000.00Rp 201.326.500.00100,66%

22003Rp 300.000.000.00Rp 231.777.500.0077,26%

32004Rp 300.000.000.00Rp 236.359.000.0078,79%

(Lembaran Daerah Kabupaten Subang, 2004).

Dari realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Subang di atas, dapat diketahui setiap tahun anggarannya mengalami perubahan, yaitu tahun 2002 mencapai 100,66%; akan tetapi pada tahun 2003 mengalami penurunan yaitu hanya mencapai 77,26%; dan pada tahun 2004 mengalami kenaikan yaitu mencapai 78,79%. Pemerintah Daerah Kabupaten Subang pada tahun 2003 meningkatkan target pencapaian pajak pengambilan sarang burung walet terhadap PADS, hal ini dilakukan untuk meningkatkan PADS, dan dipergunakan untuk pembangunan. Akan tetapi dalam realisasinya target tidak tercapai, maka pemerintah harus lebih mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Subang dari pajak pengambilan sarang burung walet. Dalam hal ini diperlukan peranan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Subang. Selain itu, terdapat permasalahan yang dapat ditemui, antara lain:1. Keterlambatan dalam pembayaran pajak oleh para Wajib Pajak.1. Masyarakat tidak mau membayar pajak.1. Terhadap pemungutan pajak sarang burung walet, belum optimal dalam pemungutannya karena tidak dapat diketahui potensi yang sebenarnya, sehingga terdapat kesulitan dalam penetapan pajak terutang.

Upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Subang dalam menghadapi faktor-faktor yang menghambat peranannya, meliputi:1. Mengembangkan kerjasama dengan asosiasi pengusaha sarang burung walet.1. Melaksanakan survey dan pendataan potensi pajak sarang burung walet secara terus menerus dengan melibatkan perangkat kecamatan.

BAB IIIPENUTUP

3.1MASA BERLAKU PAJAK Masa pajak adalah jangka waktu yang ditetapkan 1 (satu) kali panen. Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat panen.3.2PERHITUNGAN JUMLAH PAJAKDasar pengenaan tarif berdasarkan hasil produksi/ panen dengan harga jual per-kg di pasaran yang berlangsung pada saat panen.Tarif pajak adalah sebagai berikut : Dari Habitat Alami sebesar 10% Dari Luar Habitat Alami sebesar 30%Tata Cara penghitungan berdasarkan hasil produksi/panen dengan harga jual per-kg di pasaran yang berlangsung pada saat panen dikalikan dengan tarif.Sistem pemungutan atas pajak sarang burung walet adalah self assessment system sehingga pengusaha sarang burung walet melaporkan sendiri pajak yang terutang dalam masa terjadi pada saat pengambilan sarang burung walet. Dimana rumus untuk menghitung pajak yang terutang atas sarang burung walet adalah:Pajak sarang burung walet = Tarif x Dasar pengenaan pajak = 30% x nilai jual sarang burung wallet

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KesimpulanSetelah melakukan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa poin penting dari hasil penelitian tersebut. 1. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Subang merupakan salah satu dinas yang peranannya sangat penting dalam kemajuan suatu daerah kabupaten, yaitu mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kewenangan daerah di bidang pendapatan sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Bupati. Dalam penelitian ini yaitu peranannya dalam melaksanakan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pajak Pengambilan Sarang Burung Walet, diantaranya:0. Merumuskan kebijakan operasional perpajakan; Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Subang merumuskan kebijakan operasional perpajakan, yaitu Keputusan Bupati Nomor 12 Tahun 2002 tentang penetapan harga standar/nilai pasar sarang burung walet di wilayah Kabupaten Subang setiap kilogram adalah Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).0. Melaksanakan pendataan potensi pajak; pendataan potensi pajak dilakukan sebagai langkah awal dalam rangka meningkatkan sistem dan prosedur administrasi dan pendapatan daerah dari sektor pajak, pendataannya dilakukan dengan dua sistem, yaitu Official Assesment System dan Self Assessment System.0. Mengeluarkan SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah); SKPD merupakan surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang, proses penetapan harga, menghitung besarnya pajak yang akan dikenakan berdasarkan data yang ada di dalam kartu data dan tariff yang berlaku.0. Melaksanakan pemungutan pajak; Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Subang dalam melaksanakan pemungutan pajak ini menggunakan sistem penyetoran, yaitu pembayaran atas pajak yang teruitang oleh wajib pajak ke Kas Daerah (Self Assesment System), penyetoran pajak dilakukan melalui BKP Dinas Pendapatan Daerah atau Kas Daerah (BPD atau Bank Persepsi). Apabila wajib pajak telat membayar pajak, maka Dinas Pendapatan Daerah melakukan penagihan.0. Berkoordinasi dengan PDL (Petugas Dinas Lapangan); dalam melaksanakan penagihan pajak, Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Subang berkoordinasi dengan PDL, hal ini dilakukan untuk mempermudah kegiatan penagihan pajak.0. Melaksanakan perhitungan pajak; Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Subang dalam melaksanakan perhitungan pajak pengambilan sarang burung walet menggunakan sistem Stelsel Nyata dan Stelsel Anggapan, perhitungan pajak ini dihitung dengan perkalian banyaknya pengambilan X (kali) harga standar/nilai pasar X (kali) tarif pajak, yaitu 30% untuk BUMN/BUMD dan 15% untuk swasta.1. Dalam melaksanakan pendataan potensi pajak sarang burung walet, Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Subang menemukan hambatan, yaitu tidak dapat mendata potensi pajak yang sebenarnya yang ada di setiap gedung sarang burung walet yang dimiliki oleh para wajib pajak. Hambatan lain adalah para wajib pajak terlambat menyetorkan pajaknya ke Kas Daerah atau bahkan menunggak.1. Upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Subang dalam menghadapi hambatan pelaksanaan pendataan potensi pajak adalah dengan cara mengembangkan kerja sama dengan organisasi yang ada di wilayah Kabupaten Subang yaitu dengan cara menanyakan langsung potensi pajak yang sebenarnya, karena organisasi ini memiliki data yang lengkap para anggotanya yaitu para wajib pajak. Upaya yang dilakukan dalam menghadapi hambatan pelaksanaan pemungutan pajak adalah dengan cara melakukan penagihan dengan mengeluarkan surat teguran dan atau surat paksa, dan bagi wajib pajak yang belum membayar juga pajaknya dikenakan sanksi administrasi berupa denda sampai ke penyitaan.

4.2 SaranPeranan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Subang telah berjalan dengan baik, namun ada beberapa hambatan yang masih harus diperbaiki dan ditanggulangi secara serius, agar tidak terjadi atau merugikan masyarakat, daerah, maupun negara. Penanggulanagn masalah tersebut harus lebih diupayakan agar tidak mengganggu peranannya sebagai pelaksanan dibidang pendapatan daerah, yaitu mengoptimalkan pendapatan pajak pengambilan sarang burung walet.Ada beberapa saran yang dapat membantu walau tidak secara menyeluruh dapat menyelesaikan masalah-masalah tersebut, namun dapat dijadikan sebagai langkah awal sebagai wujud penyelesaian, diantaranya:1. Mensosialisasikan atau memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pajak daerah agar tidak terjadi keterlambatan lagi dalam pembayaran pajak, dan agar wajib pajak mau membayar pajak.1. Menegakkan sanksi secara tegas kepada wajib pajak yang tidak membayar pajak, karena akan merugikan kas daerah.1. Mengoptimalkan potensi pajak dengan cara bekerja sama dengan pengusaha sarang burung walet, agar penerimaan pajak sarang burung walet dapat meningkat.Semoga saran-saran yang diberikan di atas dapat bermanfaat dalam menyelesaikan segala hambatan-hambatan dan masalah-masalah yang merugikan sehingga kinerja para pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Subang dapat maksimal dan memberikan kontribusinya kepada daerah maupun negara dengan baik.

UNIVERSITAS MERCUBUANA1

UNIVERSITAS MERCU BUANA2