Sarang Burung Walet Daerah Subang

24
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MAKALAH Pajak Sarang Burung Walet Daerah Subang Anggota : Dadan Ahdiat Jurusan : Manajemen Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Lulus Dalam Matakuliah Perpajakan Universitas Mercu Buana 2013 UNIVERSITAS MERCUBUANA 1

Transcript of Sarang Burung Walet Daerah Subang

Page 1: Sarang Burung Walet Daerah Subang

UNIVERSITAS MERCU BUANA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

MAKALAH

Pajak Sarang Burung Walet Daerah Subang

Anggota : Dadan Ahdiat

Jurusan : Manajemen

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai

Lulus Dalam Matakuliah Perpajakan

Universitas Mercu Buana

2013

UNIVERSITAS MERCUBUANA 1

Page 2: Sarang Burung Walet Daerah Subang

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan kasih

karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang

berjudul “Pajak Sarang Walet Daerah Subang”. Adapun tujuan dari penulisan

makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen. Dalam

menyelesaikan penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa tanpa adanya

bantuan dari berbagai pihak, mungkin penulisan makalah ini belum terselesaikan.

Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada pihak yang telah membantu di dalam penulisan ini baik itu berupa

bimbingan, petunjuk, saran serta dorongan yang sebesar-besarnya.

Dalam menyelesaikan penulisan ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan

yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati akan menerima

segala kritik dan saran serta bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bimbingan,

petunjuk yang diberikan penulis, hingga penulisan makalah ini mendekati

sempurna. Harapan penulis adalah agar penulisan makalah ini dapat bermanfaat

bagi semua kalangan yang membutuhkannya.

Tangerang, 31 May 2014

Penulis,

UNIVERSITAS MERCU BUANA 2

Page 3: Sarang Burung Walet Daerah Subang

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL............................................................................................ i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 4

1.1. Latar Belakang............................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 8

2.1. Penetapan Pajak Sarang Walet................................................... 8

2.2. Masa Berlaku Pajak…………...……….……………………….11

2.3. Perhitungan Pajak………………………………………………..

BAB III PENUTUP............................................................................................ 11

3.1. Kesimpulan …………………….

……………………………….11

3.2. Saran……………………………………………………………..

UNIVERSITAS MERCU BUANA 3

Page 4: Sarang Burung Walet Daerah Subang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peternakan sarang burung walet adalah industri yang istimewa dan sangat

penting untuk beberapa orang seluruh Indonesia terutama Hulu Sungai Utara.

Sarang burung walet terbuat dari air liur burung walet yang dianggap

mempunyai bermanfaat untuk kesehatan. Sarang tersebut biasanya digunakan

untuk membuat sop dan sebagian besar sarang yang menghasilkan di

Indonesia diekspor ke negara China terutama Hong kong.

Burung walet mula-mula membuat sarangnya di atap gua, sehingga

untuk mengambil sarang burung walet sangatlah sulit dan berbahaya. Burung

walet juga membuat sarang di dalam rumah-rumah yang kosong. Karena

budidaya burung walet di dalam rumah-rumah kosong adalah metode yang

sangat efektif untuk menghasilkan sarang tersebut, orang-orang mulai

membuat gedung khusus untuk budidaya sarang burung wallet.

Memiliki rumah / gedung walet ibarat punya harta karun yang tak akan pernah

habis. Namun pemilikan itu tak akan berhasil kalau pemilik tidak menetapkan 5

prinsip persyaratan ilmu perwaletan dalam pengelolaannya. Masing-masing

adalah biologi, ekologi, geografi, meteorology, dan ekonomi perwaletan. Kelima

itu harus sejalan, saling mendukung, dan salingmelengkapi pengelolaan.

Upaya mengelola walet gua dan walet rumah telah berlangsung sejak

puluhan tahun lalu di daerah jawa. Tujuannya agar populasi dan produksi sarang

walet terjaga lestari. Ini penting demi kelanjutan bisnis para pengusaha itu sendiri.

Bisnis sarang walet dengan pasaran langsung ke Cina telah berlangsung secara

tradisional dan turun temurun tempo dulu.

Ada tiga jenis burung walet yang umu dikenal antara lain:

1. Collocalia fuciphaga,

2. Collocalias maxima dan

UNIVERSITAS MERCU BUANA 4

Page 5: Sarang Burung Walet Daerah Subang

3. Collocalia esculenta

Ada satu jenis burung walet lagi yaitu Collocalia germani, tetapi

menurut pendapat Chantler dan Driessens (1995), Collocalia germani

termasuk dalam spesies Collacalia fuciphaga sehingga bukan merupakan spesies

tersendiri. Collocalia germani tidak ditemukan di Indonesia, namun burung

tersebut ditemukan di negara lain di Asia seperti Vietnam.

Collocalia fuciphaga adalah jenis burung yang banyak dicari karena

burung tersebut bersarang putih. Collocalia fuciphaga ditemukan di Cina

selatan dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Di Sumatra dan Kalimantan burung tersebut bisa hidup sampai

ketinggian 2800 meter di atas permukan laut, tetapi di Jawa dan Bali burung ini

biasanya hidup dekat pantai di dalam gua yang gelap dan dalam. Burung tersebut

kira-kira berukuran 12 sentimeter, dadanya berwarna hitam kecoklatan dan

warna punggung lebih kelabu. Ekor burung ini bercabang, paruhnya berwana

hitam dan kakinya juga berwarna hitam.

Collocalia fuciphaga dan Collocalia maxima tidak dapat dibedakan dari

Collocalia esculenta kecuali dari sarangnya Collocalia maxima membuat sarang

dengan air liur seperti fuciphaga tetapi sarangnya bercampur dengan bulu

burung sehingga harga sarangnya lebih rendah.

Namun demikian, karena keduanya membuat sarang dengan air liur dan

sarangnya hanya sedikit berbeda, orang Indonesia menyebut Collocalia

fuciphaga dan Collocalia maxima dengan nama burung walet.

Harga sarang burung walet antara tujuh juta sampai empat belas juta

rupiah per kilogram tergantung kualitasnya. Ada empat kelas sarang burung

walet yang dihasilkan di Indonesia.

1. Kelas keempat adalah sarang yang paling kotor sehingga

harganya paling murah. Sarangnya sangat kotor karena telur walet

sudah ditetaskan atau terbuat dari air kotor Harga sarang kelas

empat kira-kira tujuh sampai delapan juta rupiah per kilogram.

UNIVERSITAS MERCU BUANA 5

Page 6: Sarang Burung Walet Daerah Subang

2. Kelas ketiga agak kotor tetapi terbuat dari air liur dan bulu burung.

Sarang kelas tiga berharga kira-kira delapan sampai sembilan juta

rupiah per kilogram.

3. Sarang walet kelas dua tidak terbuat dari bulu burung tetapi

sarangnya masih sedikit kotor. Kotornya bisa dikarenakan burung

tersebut bertelur tetapi telurnya kemudian diambil setelah menetas.

Harga sarang kelas dua kira-kira sepuluh sampai dua belas juta

rupiah per kilogram.

4. Kelas yang tertinggi adalah sarang yang paling bersih, warnanya

sangat putih dan tidak ada bulu burung. Sarang seperti ini

adalah sarang yang paling banyak diminta dari pemilik gedung

walet karena harga sarang ini paling tinggi, kira-kira dua belas

sampai empat belas juta rupiah per kilogram.

Disamping kelas-kelas sarang berwarna putih ada juga sarang burung

walet yang berwarna merah. Sarang merah asli adalah sarang yang jarang

didapat karena sarangnya terbuat dengan campuran air liur dan darah, tetapi

sarang ini sangat jarang sehingga harganya merupakan yang tertinggi, kira-

kira empat belas juta rupiah atau lebih per kilogram. Sarang burung walet

juga bisa dibuat agar berwarna merah tetapi warnanya sedikit berbeda dengan

sarang merah asli.

Untuk membuat sarang berwarna merah didalam gedung walet harus

mempunyai banyak air dan diberi campuran amoniak kedalam airnya.

Amoniak membantu sarang menjadi warna merah tetapi harga sarang ini tidak

setinggi sarang merah asli. Harga sarang yang dibuat merah masih tergantung

dengan kualitas sarang tetapi sedikit lebih mahal dari pada sarang putih biasa.

Ada beberapa faktor yang sangat penting untuk budidaya sarang

burung walet, yaitu: lokasi, iklim, kondisi lingkungan, bentuk bangunan,

faktor makanan serta teknik memancing walet. Semua faktor ini sangat

penting untuk keberhasilan peternakan burung walet. Di samping itu, gedung

burung walet harus seperti gua liar karena itulah habitat asli burung walet.

UNIVERSITAS MERCU BUANA 6

Page 7: Sarang Burung Walet Daerah Subang

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENETAPAN PAJAK SARANG BURUNG WALET

Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, maka terjadi perubahan paradigma pemerintahan dalam

sistem penyelenggaraan pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi. Sebagai

konsekuensi logis dari perubahan tersebut maka pemerintah daerah diberi

kewenangan yang luas untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

Penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memberikan

kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara

proporsional. Hal ini diwujudkan dalam peraturan, pembagian, dan pemanfaatan

sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan

daerah, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Disamping itu penyelenggaraan Otonomi Daerah juga dilaksanakan

dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan

keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Oleh karena

itu setiap pemerintah daerah beserta masyarakatnya berhak untuk mengelola

potensi daerahnya masing-masing guna terlaksananya pemerintahan yang baik,

serta adanya perubahan yang lebih maju dari sebelumnya, dan bagi pemerintahan

itu sendiri guna meningkatkan pelayanan di daerahnya.

Di dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan

UNIVERSITAS MERCU BUANA 7

Page 8: Sarang Burung Walet Daerah Subang

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Otonomi Daerah diletakkan

secara utuh pada Daerah Kabupaten / Kota. Daerah Kabupaten / Kota tersebut

dalam kedudukannya sebagai Daerah Otonom mempunyai kewenangan dan

keleluasaan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan

aspirasi masyarakat.

Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah diharapkan adanya perubahan

secara bertahap bagi daerah, yaitu menuju pada kemandirian daerah. Penyerahan

atau pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah

baik Propinsi, maupun Kabupaten / Kota telah memberikan keleluasaan bagi

Pemerintah Daerah untuk mengelola potensi daerah dan melaksanakan

pembangunan daerahnya.

Untuk pelaksanaan pembangunan daerah diperlukan sumber pembiayaan,

baik dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan maupun pinjaman

daerah. Untuk menjamin sumber pembiayaan tersebut, pemerintah daerah harus

mampu memainkan peranannya agar dapat mengoptimalkan penerimaan-

penerimaan tersebut khususnya dari penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

yang berasal dari pajak dan retribusi daerah. Potensi pajak dan retribusi daerah ini

bila dikelola dengan benar dapat mengoptimalkan penerimaan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) sebagai salah satu sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD).

Dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, dijelaskan bahwa jenis-jenis pajak dibedakan dalam dua

tingkatan, yaitu pajak untuk Propinsi dan pajak untuk Kabupaten / Kota. Pajak

Propinsi mencakup empat jenis pajak yang terdiri dari pajak Kendaraan Bermotor

dan Kendaraan di Atas Air, pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan

Kendaraan di Atas Air, pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dan pajak

Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. Sedangkan

pajak Kabupaten / Kota terdiri dari pajak: Hotel, Restoran, Hiburan, Reklame,

Penerangan Jalan, Pengambilan Bahan Galian Golongan C, dan Parkir.

Berdasarkan ketentuan pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Nomor 34 Tahun

2000 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak

UNIVERSITAS MERCU BUANA 8

Page 9: Sarang Burung Walet Daerah Subang

Daerah dan Retribusi Daerah, Pemerintah Kabupaten / Kota dapat menetapkan

jenis pajak selain yang ditetapkan dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-undang tersebut.

Atas dasar hukum tersebut Pemerintah Daerah Kabupaten Subang menetapkan

pajak pengambilan sarang burung walet, mengingat potensi sarang burung walet

di wilayah Kabupaten Subang cukup memadai dan telah banyak diusahakan oleh

masyarakat pemilik modal besar.

Dengan demikian pajak pengambilan sarang burung walet merupakan

salah satu jenis pajak untuk Kabupaten / Kota. Pemungutan dan perhitungan pajak

pengambilan sarang burung walet diatur dalam Peraturan Daerah pada masing-

masing daerah. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk dapat mengoptimalkan

pendapatan daerah khususnya dari pajak pengambilan sarang burung walet dengan

cara mensosialisasikan kepada masyarakat tentang ketentuan-ketentuan pajak

pengambilan sarang burung walet agar setiap wajib pajak mengerti, memahami

dan tentunya melaksanakan ketentuan tersebut.

Apabila hal tersebut berjalan dengan baik dan benar, maka akan

meningkatkan pendapatan daerah terutama pajak pengambilan sarang burung

walet. Selain itu setiap daerah harus dapat menganalisis seberapa besar potensi

daerah yang dapat digali dan dikembangkan, dan selanjutnya dapat dilihat berapa

target yang dapat dicapai dari potensi tersebut, sehingga pada akhirnya seluruh

potensi daerah yang ada dapat memberikan hasil yang optimal terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Di Kabupaten Subang pajak pengambilan sarang burung walet diatur

dalam Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 3 Tahun 2002 yang berisikan

ketentuan-ketentuan yang berlaku yang akan dijadikan acuan dalam pelaksanaan

pemungutan pajak pengambilan sarang burung walet tersebut. Adapun prosentase

realisasi pemasukan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Subang dari pajak

pengambilan sarang burung walet dalam setiap tahun anggarannya yaitu sebagai

berikut:

UNIVERSITAS MERCU BUANA 9

Page 10: Sarang Burung Walet Daerah Subang

Tabel 1.1

Prosentase Realisasi Pajak Pengembilan Sarang Burung Walet terhadap PADS

Kabupaten Subang

No Tahun Target Realisasi Prosentase

1 2002 Rp 200.000.000.00 Rp 201.326.500.00 100,66%

2 2003 Rp 300.000.000.00 Rp 231.777.500.00 77,26%

3 2004 Rp 300.000.000.00 Rp 236.359.000.00 78,79%

(Lembaran Daerah Kabupaten Subang, 2004).

Dari realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Subang di atas, dapat

diketahui setiap tahun anggarannya mengalami perubahan, yaitu tahun 2002

mencapai 100,66%; akan tetapi pada tahun 2003 mengalami penurunan yaitu

hanya mencapai 77,26%; dan pada tahun 2004 mengalami kenaikan yaitu

mencapai 78,79%.

Pemerintah Daerah Kabupaten Subang pada tahun 2003 meningkatkan

target pencapaian pajak pengambilan sarang burung walet terhadap PADS, hal ini

dilakukan untuk meningkatkan PADS, dan dipergunakan untuk pembangunan.

Akan tetapi dalam realisasinya target tidak tercapai, maka pemerintah harus lebih

mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Subang dari pajak

pengambilan sarang burung walet.

Dalam hal ini diperlukan peranan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

Subang. Selain itu, terdapat permasalahan yang dapat ditemui, antara lain:

1. Keterlambatan dalam pembayaran pajak oleh para Wajib Pajak.

2. Masyarakat tidak mau membayar pajak.

UNIVERSITAS MERCU BUANA 10

Page 11: Sarang Burung Walet Daerah Subang

3. Terhadap pemungutan pajak sarang burung walet, belum optimal

dalam pemungutannya karena tidak dapat diketahui potensi yang

sebenarnya, sehingga terdapat kesulitan dalam penetapan pajak

terutang.

Upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Subang

dalam menghadapi faktor-faktor yang menghambat peranannya, meliputi:

1. Mengembangkan kerjasama dengan asosiasi pengusaha sarang

burung walet.

2. Melaksanakan survey dan pendataan potensi pajak sarang burung

walet secara terus menerus dengan melibatkan perangkat

kecamatan.

UNIVERSITAS MERCU BUANA 11

Page 12: Sarang Burung Walet Daerah Subang

BAB III

PENUTUP

3.1 MASA BERLAKU PAJAK

Masa pajak adalah jangka waktu yang ditetapkan 1 (satu) kali panen. Pajak

terutang dalam masa pajak terjadi pada saat panen.

3.2 PERHITUNGAN JUMLAH PAJAK

Dasar pengenaan tarif berdasarkan hasil produksi/ panen dengan harga jual

per-kg di pasaran yang berlangsung pada saat panen.

Tarif pajak adalah sebagai berikut :

Dari Habitat Alami sebesar 10%

Dari Luar Habitat Alami sebesar

30%                                                                                                                 

 

Tata Cara penghitungan berdasarkan hasil produksi/panen dengan harga jual

per-kg di pasaran yang berlangsung pada saat panen dikalikan dengan tarif.

Sistem pemungutan atas pajak sarang burung walet adalah self assessment

system sehingga pengusaha sarang burung walet melaporkan sendiri pajak yang

terutang dalam masa terjadi pada saat pengambilan sarang burung walet. Dimana

rumus untuk menghitung pajak yang terutang atas sarang burung walet adalah:

UNIVERSITAS MERCU BUANA 12

Page 13: Sarang Burung Walet Daerah Subang

Pajak sarang burung walet = Tarif x Dasar pengenaan pajak

= 30% x nilai jual sarang burung wallet

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

beberapa poin penting dari hasil penelitian tersebut.

1. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Subang merupakan salah satu dinas yang

peranannya sangat penting dalam kemajuan suatu daerah kabupaten, yaitu

mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kewenangan daerah di

bidang pendapatan sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku

dan berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Bupati. Dalam penelitian

ini yaitu peranannya dalam melaksanakan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun

2002 tentang Pajak Pengambilan Sarang Burung Walet, diantaranya:

a. Merumuskan kebijakan operasional perpajakan; Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Subang merumuskan kebijakan operasional perpajakan, yaitu

Keputusan Bupati Nomor 12 Tahun 2002 tentang penetapan harga

standar/nilai pasar sarang burung walet di wilayah Kabupaten Subang

setiap kilogram adalah Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).

b. Melaksanakan pendataan potensi pajak; pendataan potensi pajak dilakukan

sebagai langkah awal dalam rangka meningkatkan sistem dan prosedur

administrasi dan pendapatan daerah dari sektor pajak, pendataannya

dilakukan dengan dua sistem, yaitu Official Assesment System dan Self

Assessment System.

c. Mengeluarkan SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah); SKPD merupakan

surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang,

proses penetapan harga, menghitung besarnya pajak yang akan dikenakan

berdasarkan data yang ada di dalam kartu data dan tariff yang berlaku.

UNIVERSITAS MERCU BUANA 13

Page 14: Sarang Burung Walet Daerah Subang

d. Melaksanakan pemungutan pajak; Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

Subang dalam melaksanakan pemungutan pajak ini menggunakan sistem

penyetoran, yaitu pembayaran atas pajak yang teruitang oleh wajib pajak

ke Kas Daerah (Self Assesment System), penyetoran pajak dilakukan

melalui BKP Dinas Pendapatan Daerah atau Kas Daerah (BPD atau Bank

Persepsi). Apabila wajib pajak telat membayar pajak, maka Dinas

Pendapatan Daerah melakukan penagihan.

e. Berkoordinasi dengan PDL (Petugas Dinas Lapangan); dalam

melaksanakan penagihan pajak, Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

Subang berkoordinasi dengan PDL, hal ini dilakukan untuk mempermudah

kegiatan penagihan pajak.

f. Melaksanakan perhitungan pajak; Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

Subang dalam melaksanakan perhitungan pajak pengambilan sarang

burung walet menggunakan sistem Stelsel Nyata dan Stelsel Anggapan,

perhitungan pajak ini dihitung dengan perkalian banyaknya pengambilan

X (kali) harga standar/nilai pasar X (kali) tarif pajak, yaitu 30% untuk

BUMN/BUMD dan 15% untuk swasta.

2. Dalam melaksanakan pendataan potensi pajak sarang burung walet, Dinas

Pendapatan Daerah Kabupaten Subang menemukan hambatan, yaitu tidak

dapat mendata potensi pajak yang sebenarnya yang ada di setiap gedung

sarang burung walet yang dimiliki oleh para wajib pajak. Hambatan lain

adalah para wajib pajak terlambat menyetorkan pajaknya ke Kas Daerah atau

bahkan menunggak.

3. Upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Subang

dalam menghadapi hambatan pelaksanaan pendataan potensi pajak adalah

dengan cara mengembangkan kerja sama dengan organisasi yang ada di

wilayah Kabupaten Subang yaitu dengan cara menanyakan langsung potensi

pajak yang sebenarnya, karena organisasi ini memiliki data yang lengkap para

anggotanya yaitu para wajib pajak. Upaya yang dilakukan dalam menghadapi

hambatan pelaksanaan pemungutan pajak adalah dengan cara melakukan

penagihan dengan mengeluarkan surat teguran dan atau surat paksa, dan bagi

UNIVERSITAS MERCU BUANA 14

Page 15: Sarang Burung Walet Daerah Subang

wajib pajak yang belum membayar juga pajaknya dikenakan sanksi

administrasi berupa denda sampai ke penyitaan.

4.2 Saran

Peranan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Subang telah berjalan

dengan baik, namun ada beberapa hambatan yang masih harus diperbaiki dan

ditanggulangi secara serius, agar tidak terjadi atau merugikan masyarakat, daerah,

maupun negara. Penanggulanagn masalah tersebut harus lebih diupayakan agar

tidak mengganggu peranannya sebagai pelaksanan dibidang pendapatan daerah,

yaitu mengoptimalkan pendapatan pajak pengambilan sarang burung walet.

Ada beberapa saran yang dapat membantu walau tidak secara menyeluruh dapat

menyelesaikan masalah-masalah tersebut, namun dapat dijadikan sebagai langkah

awal sebagai wujud penyelesaian, diantaranya:

1. Mensosialisasikan atau memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang

pajak daerah agar tidak terjadi keterlambatan lagi dalam pembayaran pajak,

dan agar wajib pajak mau membayar pajak.

2. Menegakkan sanksi secara tegas kepada wajib pajak yang tidak membayar

pajak, karena akan merugikan kas daerah.

3. Mengoptimalkan potensi pajak dengan cara bekerja sama dengan pengusaha

sarang burung walet, agar penerimaan pajak sarang burung walet dapat

meningkat.

Semoga saran-saran yang diberikan di atas dapat bermanfaat dalam

menyelesaikan segala hambatan-hambatan dan masalah-masalah yang merugikan

sehingga kinerja para pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Subang dapat

maksimal dan memberikan kontribusinya kepada daerah maupun negara dengan

baik.

UNIVERSITAS MERCU BUANA 15