SARAN koreksi Referat stroke Kezia Kartika-1.docx
-
Upload
danu-kumara -
Category
Documents
-
view
42 -
download
0
Transcript of SARAN koreksi Referat stroke Kezia Kartika-1.docx
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Survei Kesehatan Nasional tahun 2001, penyakit sirkulasi (pembuluh darah
dan penyakit jantung) merupakan penyebab utama kematian penduduk Indonesia sebesar
26,3% dan terbanyak pada usia ≥ 55 tahun. Angka kejadian stroke makin meningkat di
Indonesia sesuai dengan perubahan pola hidup. Berdasarkan sifat lesi serebral, stroke dibagi
menjadi 2 yaitu stroke iskemik (80%) dan hemoragik/perdarahan (20%). Membedakan stroke
iskemik dan hemoragik adalah langkah yang paling penting dalam penatalaksanaan stroke
akut karena secara prinsip penatalaksanaannya berbeda. Cara yang paling akurat untuk
membedakan stroke hemoragik dari stroke iskemik adalah dengan pemeriksaan computerized
tomography (CT) scan otak. Sayangnya tidak semua pasien stroke dapat melaksanakan
pemeriksaan CT-scan dan hanya sebagian kecil rumah sakit di Indonesia yang mempunyai
peralatan CT-scan dan terbatas pada kota-kota besar. Di samping itu keterbatasan sosial
ekonomi masyarakat juga merupakan hambatan untuk dilakukannya pemeriksaan CT-scan.
Sistem skor berdasarkan data klinis yang didapatkan dari pemeriksaan pada saat pasien
datang dapat membedakan stroke hemoragik dengan stroke iskemik. Sistem skor yang telah
diformulasikan antara lain adalah The Allen score (Guy’s Hospital score/GHS), The Siriraj
stroke score (SSS), The Besson score serta Algoritma Stroke Gadjah Mada (ASGM).1
1
BAB II
ANATOMI
Anatomi vaskuler otak dapat dibagi menjadi 2 bagian : anterior (sistim karotis) dan
posterior (sistim vertebrobasiler). Pada setiap sistim vaskularisasi otak terdapat tiga
komponen, yaitu arteri-arteri ekstrakranial, arteri intrakranial berdiameter besar, dan arteri
perforantes berdiameter kecil. Pembuluh darah ekstrakranial, seperti A. Carotis communis
mempunyai struktur trilaminar dan berperan sebagai pembuluh darah kapasitasn dengan
anastomosis yang terbatas. Pada arteri intrakranial yang besar, seperti A. Cerebri media
secara bermakna memiliki hubungan anastomosis di permukaan piameter otak dan basis
kranii melalui sirkulus Willisi dan sirkulasi khoroid. Tunika adventisia lebih tipis dan
jaringan elastik yang lebih sedikit sehingga menghasilkan pembuluh darah yang lebih kaku.
Arteri perforantes berdiameter kecil baik yang superfisial maupun profunda, secara dominan
merupakan suatu end-artery dengan anastomosis yang sangat terbatas dan merupakan
pembuluh darah resisten.2
II.1 Sistim Anterior
Arteri karotis interna (ACI) bercabang menjadi duabagian yaitu bagian ekstra kranial dan
intrakranial. Bagian ekstrakranial setelah dipercabakan didaerah bifurkasio akan melalui
kanalis karotiks untuk mevaskularisasi kavum timpani dan akan beranastomis dengan
maksilaris salah satu cabang arteri karotis eksterna (ACE).2
Arteri karotis interna bagian intrakranial masuk ke otak melalui kanalis karotikus,
berjalan dalam sinus cavernosus mempercabangkan a.ophtalmika untuk n.optikus dan retina,
kemudian akhirnya bercabang menjadi a.cerebri anterior dan a.cerebri media. Keduanya
bertanggung jawab memvaskularisasi lobus frontasli, parietal dan sebagian temporal. Arteri
ini juga bercabang menjadi a.choroid anterior (AchA) yang memvaskularisasi pleksus koroid,
juga memberikan cabangnya pada globus palidus, hipokampus anterior,uncus, kapsula interna
bagian posterior serta mesensefalon bagian anterior. 2
Arteri serebri anterior yang dipercabangkan dari bagian medial ACI dibagi menjadi
tiga bagian. Bagian proksimal A.Cerebri anterior kanan dan kiri dihubungkan oleh A.
Communicans anterior. Cabang-cabang kecil dari A. Cerebri anterior yang berupa arteri
2
perforantes profunda yang sering disebut sebagai arteri medial striata bertanggung jawab
terhadap vaskularisasi corpus striatum anterior, capsula interna bagian anterior limb,
komisura anterior dan juga traktus dan chiasma optikum. Oklusi pada arteri medial striata
menyebabkan kelemahan wajah dan lengan. 2
Arteri cerebri media setelah dipercabangkan oleh ACI di bagi menjadi beberapa
bagian. Bagian pertama adalah arteri-arteri lenticulostriata yang merupakan arteri perforantes
profunda berjumlah antara 6-12 arteri yang berfungsi memvaskularisasi nukleus lentiformis,
nukleus caudatus bagian caput lateral, globus pallidus, dan kapsula interna bagian bawah.
Oklusi salah satu arteri ini menimbulkan infark lakuner karena tidak adanya anastomosis
fungsional antara arteri yang berdekatan. Bagian kedua, di daerah fissura lateralis bercabang
menjadi devisi superior dan inferior. Devisi superior memberikan suplai ke lobus frontal dan
lobus parietal sedangkan devisi inferior memberikan suplai ke lobus temporal. Bagian
terakhir dari A. Cerebri media dipercabangkan dipermukaan hemisfer cerebri yang
memvaskularisasi substansia alba subcortex. 2
3
Gambar II.1 Percabangan A. Cerebri Media3
4
Gambar II.2 Vaskularisasi Cerebri Sistim Karotis3
II.2 Sistim Posterior
Sistim ini berasal dari A. Basilaris yang dibentuk oleh A. Vertebralis kanan dan kiri
pada batas medula oblongata dan pons, yang berpangkal di A. Subclavia. Berjalan menuju
dasar kranium melalui kanalis transversalis di columna vertebra cervicalis kemudian masuk
ke rongga kranium akan melalui foramen magnum, lalu masing-masing mempercabangkan
sepasang A. Cerebelli inferior. A. Basilaris pada tingkat mesensfalon akan mempercabangkan
A. Labyrintis, Aa. Pontis, dan Aa Mesensefalica, kemudian terakhir menjadi sepasang A.
5
Cerebri posterior yang memvaskularisasi lobus oksipitalis dan bagian medial lobus
temporalis. 2
Arteri cerebri posterior (ACP) bagian proksimal bercabang menjadi A. Mesencephali
paramedian dan A. Thalamik-subthalamik yang akan memvakularisasi thalamus. Juga
mempercabangkan A. Thalamogeniculatum dan A. Choroid posterior yang juga
memvaskularisasi thalamus. ACP setelah berjalan kebelakang, di daerah tentorium cerebelli
akan bercabang menjadi devisi anterior (memvaskularisasi bagian medial lobus temporalis)
dan devisi posterior (memvaskularisasi fissura calcarina dan daerah parieto-occipitalis). 2
Cerebellum divaskularisasi oleh tiga pasang arteri panjang, yang berjalan melingkupi
cerebellum, yaitu A. Cerebellum superior (ACS) yang memvaskularisasi permukaan atas
cerebellum, A. Cerebellaris inferior anterior (ACIS) yang memvaskularisasi permukaan
anterior, dan A. Cerebellaris inferior posterior (ACIP) yang memvaskularisasi permukaan
inferior. 2
Gambar II.3 Vaskularisasi Cerebri Sistim Karotis (sisi medial) 3
6
Untuk menjamin pemberian darah ke otak, setidaknya ada 3 sistim kolateral antara
sistim carotis dan sistim vertebrobasiler, yaitu : 2,3
1. Sirkulus Willisi, yang merupakan anyaman arteri di dasar otak yang dibentuk oleh A.
Cerebri media kanan dan kiri, dihubungkan dengan A. Cerebri posterior kanan dan
kiri oleh A. Communicans posterior sedangkan A. Cerebri anterior kanan dengan kiri
dihubungkan oleh A. Communicans anterior.
2. Anastomosis A. Carotis interna dan A. Carotis eksterna di daerah orbital
3. Hubungan antara sistim vertebral dengan A. Carotis eksterna.
Gambar II.4 Sirkulus Willisi 3
7
BAB III
STROKE
Definisi stroke menurut WHO adalah gejala klinis yang terjadi secara cepat
dari gangguan fokal atau global fungsi otak, dengan gejala terjadi selama 24 jam
atau lebih atau mengarahkan kepada kematian, dengan penyebabnya adalah
berasal dari pembuluh darah. Dengan menggunakan definisi ini, maka transient
ischemic attack (TIA) yang di definisikan kurang dari 24 jam, dan pasien dengan
gejala stroke disebabkan oleh perdarahan subdural, tumor, keracunan, atau trauma
tidak termasuk didalamnya. 4
III.1 Epidemiologi
Stroke adalah penyebab umum kematian di urutan ketiga pada negara maju
setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker. Setiap tahun lebih dari 700.000 warga
negara Amerika Serikat mengalami stroke dengan 25% diantaranya berusia di
bawah 65 tahun dan 150.000 orang meninggal akibat stroke atau akibat
komplikasi segera setelah stroke. 5
Pada negara maju usia rata-rata terkena stroke adalah 73 tahun dengan
probabilitas terkena stroke pertama atau TIA berkisar 1,6 per 1000 dan 0,42 per
1000. Pada negara berkembang, usia rata-rata stroke lebih muda. 4
Pada populasi kaukasian hampir 80% stroke adalah iskemik, 10-15% adalah
perdarahan intracerebral, 5 % perdarahan subaraknoid, dan sisanya adalah
penyebab lain stroke. 4
Di Indonesia sendiri, stroke menyerang siapa saja tanpa memandang usia,
setiap 1000 orang, 8 orang diantaranya terkena stroke yang merupakan penyebab
kematian pada semua umur dengan proporsi 15,4%. Setiap 7 orang yang
meninggal di Indonesia, 1 di antaranya karena stroke. 6
8
III.2 Klasifikasi dan Tipe
Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke, berikut adalah klasifikasi
modifikasi Marshall : 2,7
1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya
a. Stroke iskemik : Transient Ischemic Attack (TIA), trombosis
serebri, emboli serebri.
b. Stroke hemoragik : perdarahan intraserebral, perdarahan
subaraknoid.
2. Berdasarkan stadium/ pertimbangan waktu
a. TIA
b. Stroke in evolution
c. Reversible ischemic neurologic deficit (RIND)
d. Completed stroke
3. Berdasarkan sistem pembuluh darah
a. Sistim karotis
b. Sistim vertebrobasiler
4. Klasifikasi Bamford untuk tipe infark
a. Partial Anterior Circulation Infark (PACI)
b. Total Anterior Circulation Infark (TACI)
c. Lacunar Infark (LACI)
d. Posterior Circulation Infark (POCI)
Stroke perdarahan atau hemoragik adalah perdarahan yang tidak terkontrol di
otak, dimana perdarahan tersebut dapat menggenangi dan membunuh sel-sel otak.
Perdarahan intraserebral terjadinya perdarahan langsung ke jaringan otak atau disebut
juga perdarahan parenkim otak , sedangkan perdarahan subaraknoid yang terjadi
adalah perdarahan di ruangan subaraknoid. 2
Stroke iskemik atau infark terjadi sekitar 85 % dari semua stroke yang ada
yang pada dasarnya terjadi karena berkurangnya aliran darah ke otak. Dimana
perjalanan klinis stroke infark akan sebanding dengan tingkat penurunan aliran darah
ke jaringan otak, sehingga dapat diklasifikasikan berdasarkan stadiumnya.
9
TIA adalah suatu gangguan akut dari fungsi fokal serebral yang gejalanya
berlangsung kurang dari 24 jam dan disebabkan oleh trombus atau emboli. RIND
seperti juga TIA dimana gejala neurologis juga akan menghilang hanya waktu
berlangsungnya lebih lama yaitu lebih dari 24 jam, bahkan sampai 21 hari. Sedangkan
pada stroke in evolution gejala dan tanda neurologis fokal terus memburuk setelah 48
jam. Completed stroke diartikan kelainan neurologis yang ada sudah menetap sifatnya
dan tidak berkembang lagi.
III.3 Patofisiologi
Seperti telah diuraikan di atas, proses stroke dapat terjadi karena adanya (a)
penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, (b) pecahnya
dinding pembuluh darah otak yang menyebabkan stroke hemoragik, (c) perubahan
permeabilitas dinding pembuluh darah dan (d) perubahan viskositas maupun kualitas
darah sendiri.
Proses primer yang terjadi mungkin tidak menimbulkan gejala dan akan
menimbulkan gejala bila aliran darah ke otak / cerebral blood flow (CBF) turun
sampai ke tingkat melampaui batas toleransi jaringan otak yang disebut ambang
aktivitas fungsi otak dimana keadaan ini menyebabkan sindroma klinik yang disebut
stroke. Gejala klinik tergantung bagian yang mengalami iskemia. Jumlah aliran darah
otak (CBF) biasanya dinyatakan dalam cc/menit/100gram otak. Nilainya bergantung
pada tekanan perfusi otak/cerebral perfusion pressure (CPP) dan resistensi
serebrovaskuler. Komponen CPP sendiri ditentukan oleh tekanan darah sistemik
(MABP = mean arterial blood pressure) dikurangi dengan tekanan intrakranial
(ICP= intracranial pressure). Sedangkan untuk komponen CVR ditentukan oleh
tonus pembuluh darah otak, struktur dinding pembuluh darah viskositas darah. 7
CBF = CPPCVR
= MABP−ICP
CVR
Dari percobaan hewan dan manusia, terdapat derajat ambang batas aliran
darah otak yang secara langsung berhubungan dengan fungsi otak, yaitu :
a. Ambang fungsional : batas aliran darah otak, sekitar 50-60cc/ 100
gram/ menit dimana bila tidak terpenuhi akan menyebabkan
terhentinya fungsi neuronal, tetapi integritas sel-sel saraf utuh.
10
b. Ambang aktivitas listrik otak : batas aliran darah otak, sekitar
15cc/100gram menit, yang bila tidak tercapai, akan menyebabkan
aktivitas listrik neuronal terhenti, berarti sebagian struktur intrasel
telah berada dalam proses desintegrasi.
c. Ambang kematian sel : batas aliran darah otak yang bila tidak
terpenuhi, akan menyebabkan kerusakan total sel-sel otak (CBF kurang
dari 15 cc/100 gram/ menit ).
Pengurangan aliran darah yang disebabkan oleh sumbatan atau sebab lain,
akan menyebabkan iskemia di suatu daerah otak. Terdapatnya kolateral di daerah
sekitarnya disertai mekanisme kompensasi fokal berupa vasodilatasi, memungkinkan
terjadinya beberapa keadaan berikut ini :
a. Pada sumbatan kecil terjadi daerah iskemia yang dalam waktu singkat
dapat dikompensasi dengan mekanisme kolateral dan vasodilatasi lokal.
Secara klinis gejala yang timbul adalah TIA yang timbul dapat berupa
hemiparesis sepintas atau amnesia umum sepintas, yaitu selama kurang
dari 24 jam.
b. Bila sumbatan agak besar, daerah iskemia lebih luas, penurunan CBF
regional lebih besar, tetapi dengan mekanisme kompensasi masih mampu
memulihkan fungsi neurologik dalam waktu beberapa hari sampai dengan
2 minggu. Mungkin pada pemeriksaan klinis ada sedikit gangguan, secara
klinis disebut RIND
c. Sumbatan yang cukup besar menyebabkan daerah iskemia yang luas
sehingga mekanisme kolateral dan kompensasi tak dapat mengatasinya.
Dalam keadaan ini timbul defisit neurologis yang berlanjut.
Pada iskemia otak yang luas, terdapat 3 lapisan (area) yang berbeda.
Pertama lapisan inti iskemia, daerah iskemik penumbra, dan daerah dengan
perfusi berlebihan (luxury perfusion). Pada daerah inti iskemik terlihat sangat
pucat karena CBF yang paling rendah. Tampak degenerasi neuron, pelebaran
pembuluh darah tanpa adanya aliran darah. Kadar asam laktat di daerah ini
dengan PO2 yang rendah dimana daerah ini mengalami nekrosis. Daerah di
sekitar inti isekmi, dimana CBF –nya masih lebih tinggi daripada CBF pada
inti iskemik, sel-sel neuron tidak sampai mati, fungsi sel terhenti, dan terjadi
11
paralisis fungsional. Daerah ini disebut iskemik penumbra, yang masih
mungkin dapat diselamatkan dengan resusitasi dan manajemen yang tepat.
Daerah di sekitar penumbra tampak berwarna kemerahan dan edema.
Pembuluh darah mengalami dilatasi maksimal, PCO2 dan PO2 tinggi dan
kolateral maksimal dimana CBF sangat meninggi sehingga disebut sebagai
daerah dengan perfusi berlebihan (luxury perfusion). 7
Otak orang dewasa menggunakan 20% darah yang di pompa oleh jantung
pada saat keadaan istirahat dan darah dalam keadaan normal mengisi 10% dari
ruang intrakranial. 2 Iskemik akan terjadi jika aliran darah ke otak di bawah
18-20 ml/100 gram/menit dan kematian jaringan otak terjadi bila turun di
bawah 8-10 ml/100gram/menit. Di dalam jaringan otak terdapat biochemical
cascade atau disebut sebagai kaskade iskemik yang menyebabkan otak
menjadi iskemik dan lebih lanjut menyebabkan kerusakan dan kematian dari
sel-sel otak. Seperti telah dituliskan di atas, CBF ditentukan oleh beberapa
faktor seperti viskositas darah, kemampuan pembuluh darah dalam berdilatasi,
terkanan perfusi serebral yang ditentukan oleh tekanan darah dan tekanan
intrakranial. Pembuluh darah otak memiliki kemampuan untuk autoregulasi
dimana bila tekanan darah meningkat terjadi konstriksi bila terkanan darah
menurun pembuluh darah akan berdilatasi.
Saat terjadi gangguan aliran darah ke otak, otomatis otak akan kekurangan
asupan O2 dan glukosa untuk proses fosforilasi oksidatif, sehingga terjadi
proses oksidasi anaerob yang menghasilkan asam laktat. Otak mengalami
asidosis, akibatnya terjadi denaturasi protein, influks dari ion kalsium, edema
flian dan terjadi produksi radikal bebas. Apoptosis setelah iskemi maupun
reperfusi adalah salah satu jalur utama yang mampu menyebabkan kematian
sel-sel otak pada respon terhadap proses oksidatif mitokondria, maka
membran mitokondria akan menjadi lebih permeabel yang menyebabkan
pelepasan sitokrom c yang akan merangsang pembentukan apoptosme yang
mengarah ke proses fragmentasi DNA.
Proses iskemi maupun reperfusi dapat merangsang terbentuknya produksi
ROS (reactive oxygen species),disfungsi mitokondria, dan pelepasan glutamat
yang kemudian diikuti oleh deporalisasi berulang dan mampu menyebabkan
12
perubahan kandungan elektrolit baik intra maupun ekstraseluler
(kalsium,potasium, zinc). Perubahan eksitabilitas saraf dan elektrolit yang
terjadi secara mendadak pada fase awal stroke dapat menyebabkan perubahan
struktur saraf-saraf di daerah peri-infark sehingga dapat memengaruhi
ketahanan hidup saraf-saraf di daerah tersebut.
Kekurangan oksigen dan glukosa akan menyebabkan deplesi ATP sehingga
pompa Na-K-ATPase juga mengalami kegagalan. Hal ini akan menyebabkan
proses depolarisasi membran sehingga terjadi influks Na ke intrasel dengan
membawa ion Cl dan H2O, akibatnya sel mengalami pembengkakan (cytotoxic
edema) dan osmolisis. Hal ini menyebabkan glutamate keluar ke ruang
ekstraseluler yang kemudian memacu reseptor-reseptor glutamat pada sel yaitu
reseptor ionotropik dan reseptor metabotropik. Ransangan pada setiap reseptor
inotropik menyebabkan depolarisasi membran oleh karena masuknya ion yang
bermuatan positif dan secara tidak langsung merangsang voltage gated
calcium channel. Salah satu reseptornya adalah NMDA (N-Methyl-D-
aspartate) dapat memasukan ion kalsium dan natrium ke dalam sel dan terjadi
rangsangan yang berlebihan menyebabkan kelebihan ion kalsium dalam
neuron. Masuknya kalsium mengaktivasi nuklear ezim, seperti protein kinase-
C, Ca Calmodulin/ dependent protein kinase II, fosfolipidase, nitrit ooxide
sintetase, endonuklease dan ornitin dekarboksilase dimana semuanya
menyebabkan kerusakan sel membran dan struktur neuron lainnya. Radikal
bebas, asam arakhidonat, dan nitrit oksida yang timbul karena proses dia tas
akan menimbulkan kerusakan neuron selanjutnya.
Pada stroke hemoragik dapat terjadi perdarahan intrasebral atau
perdarahan subaraknoid seperti yang sudah di sebutkan di atas. Pada
perdarahan intrasebral terjadi didalam substansi ataupun di dalam parenkim
otak dengan penyebab utamanya adalah hipertensi terutama yang tidak
terkontrol. Penyebab lainnya yaitu malformasi arteriovenosa, angioma
kavernosa, alkoholisme, diskrasia darah, terapi anti-koagulan dan angiopati.2
Pada stroke hemoragik, kematian neuron terjadi karena tiga hal, yaitu :
a. Efek toksik darah dimana eritrosit dapat menyebabkan kematian sel-sel
neuron.
13
b. Peningkatan tekanan intra kranial (TIK) yang berakibat iskemia global
karena penekanan pembuluh darah di seluruh otak.
c. Pelepasan agen-agen vasokonstriktor seperti serotonin, prostaglandin,
dan darah yang mengakibatkan terjadinya iskemia fokal dan akhrinya
kematian neuron.
Pada perdarahan intraserebral primer, terjadi karena adanya hipertensi
kronik yang menyebabkan pembuluh darah arteriola berdiameter 100-400
mcmeter mengalami perubahan patologik pada dinding pembuluh darah
tersebut. Kenaikan tekanan darah yang abrupt atau kenaikan dalam jumlah
yang secara mencolok dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah
terutama pada pagi hari dan sore hari “early afternoon”
Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka perdarahan berlanjut sampai
dengan 6 jam , apabila volumenya besar akan merusak struktur anatomi
otak dan menimbulkan gejala klinik. Pada perdarahan yang kecil, darah
dapat masuk dan menyela di antara selaput akson massa putih yang disebut
dissecan splitting tanpa merusaknya yang selanjutnya darah akan
diabsropsi dan diikuti pulihnya fungsi-fungsi neurologis.
Pada perdarahan yang luas, terjadi destruksi masaa otak, peninggian
TIK yang menyebabkan menurunnya CBF serta terganggunya drainase
otak. Selain itu elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade
iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi menyebabkan neuron-neuron
di daerah yang terkena daha dan sekitarnya lebih tertekan. Hal yang lebih
berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falx serebri atau melewati
foramen magnum. 2,7
Jumlah darah yang keluar lebih dari 60cc maka risiko kematian sebesar
93% pada perdarahan dalam dan 71% pada perdarahan lobar. Sedangkan
bila terjadi perdarahan serebellar dengan volume antara 30-60cc
diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 %, tetapi volume darah
5cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal. 2,7
Pada perdarahan subaraknoid, keluarnya darah ke ruang subaraknoid
akan menyebabkan reaksi yang cukup hebat berupa sakit kepala yang
14
sangat hebat. Pada 50% pasien mengalami penurunan kesadaran disetai
kegelisahan, dengan rangsang meningeal ditemukan pada 10% kasus.
Dalam 2 minggu pertama masih dapat terjadi perdarahan ulang yang
timbul pada 50-60% kasus dalam 6 bulan pertama setelah perdarahan
pertama dan menurun 10% pada hari ke 30, berkurang 3% setiap tahun.
Vasospasme yang timbul dalam ruang subarkahnoid sangat memengaruhi
prognosis. Keadaan ini umumnya timbul pada hari ke-3 dan meningkat
pada hari ke 7-10. 2,7
III.4 Faktor Risiko
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Keturunan/ genetik
2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
a. Faktor risiko kebiasaan
Merokok
Diet tidak sehat : lemak, garam berlebihan, asam urat,
kolesterol.
Alkoholik
Obat-obatan : narkoba (kokain), antikoagulan, antiplatelet,
obat kontrasepsi.
b. Faktor risiko fisiologis
Penyakit hipertensi
Penyakit jantung
Diabetes melitus
Infeksi/lues, artritis, traumatik, AIDS, Lupus
Gangguan ginjal
Obesitas
Polistemia, viskositas darah meninggi dan penyakit
perdarahan
Kelainan anatomi pembuluh darah
III.5 Manifestasi Klinis
15
Pada stroke terdapat gejala fokal maupun global. Gejala neurologis fokal
adalah gejala yang muncul akibat gangguan di daerah yang terlokalisir dan
dapat teridentifikasi misalnya kelemahan unilateral akibat lesi di traktus
kortikospinal. Gejala non fokal/global misalnya adalah terjadinya
gangguan kesadaran sampai koma. 2
Gejala neurologis fokal meliputi :
a. Gejala motorik : kelemahan atau kekauan tubuh satu sisi (hemiparesis,
monoparesis dan kadang hanya mengenai tangan), kelumpuhan dua
sisi (simultan), gangguan menelan, gangguan keseimbangan tubuh.
b. Gangguan berbicara atau berbahasa : kesulitan pemahaman atau
ekspresi berbahasa, kesulitan membaca (dyslexia) atau menulis,
kesulitan menghitung
c. Gejala Sensorik : perubahan kemampuan sensorik tubuh satu sisi
(keseluruhan atau sebagian)
d. Gangguan visual: gangguan penglihatan, pandangan ganda.
e. Gejala vestibular : vertigo
f. Gejala kognitif : gangguan memori, gangguan aktivitas sehari-hari
Gejala neurologis global meliputi :
a. Kelumpuhan seluruh tubuh dan atau gangguan sensorik
b. Pingsan, blackouts dengan gangguan kesadaran
c. Inkontinensia urin maupun feses
d. Bingung
e. Tinnitus
Seperti yang telah disebutkan diatas, manifestasi stroke tergantung bagian
mana yang mengalami gangguan aliran darah dan fungsi daerah otak yang
menderita iskemia tersebut. Berdasarkan vaskularisasi otak, maka gejala
klinik stroke dapat dibagi atas 2 golongan besar, yaitu stroke pada sistim
karotis atau stroke hemisfer dan stroke pada sistim vertebro-basilar atau
stroke fossa posterior.
Pada stroke hemisferik, daerah otak yang mendapat aliran darah dari
A.Karotis Interna terutama lobus frontalis, parietalis, basal ganglia, dan
16
lobus temporalis. Gejala yang timbul sangat mendadak berupa
hemiparesis, hemihipetesi, bicara pelo dan lainnya. Pada pemeriksaan
umum di dapatkan :
a. Kesadaran : jarang mengalami gangguan/ penurunan kesadaran
kecuali pada stroke yang luas. Hal ini disebabkan struktur-struktur
anatomi yang menjadi substrat kesadaran, yaitu formation
retricularis digaris tengah dan sebagian besar terletak dalam fossa
posterior.
b. Tekanan darah : didapatkan hipertensi yang didapatkan pada lebih
kurang 70% penderita. Fungsi vital lainnya umumnya baik, pada
jantung harus diperiksa untuk mengetahui kelainan yang dapat
menyebabkan emboli.
c. Pemeriksaan neurovaskuler : pemeriksaan yang khusus ditujukan
kepada keadaan pembuluh darah ekstrakranial yang mempunyai
hubungan dengan aliran darah otak yaitu pemeriksaan tekanan
darah pada lengan kiri dan kanan, palpasi nadi karotis kiri dan
kanan, arteri temporalis kiri dan kanan, auskultasi nadi pada
bifurcation karotis komunis dan karotis interna di leher, dilakukan
juga auskultasi nadi karotis interna pada orbita dalam rangka
mencari kemungkinan kelainan pembuluh ekstrakranial.
d. Pemeriksaan neurologis : saraf otak yang sering terkena adalah
N.VII (fasialis) dan N. XII (hipoglosus). Tampak paresis N.VII
tipe sentral (mulut mencong) dan N.XII tipe sentral (bicara pelo)
disertai deviasi lidah bila dikeluarkan dari mulut.
Selain itu, terdapat gangguan konjugat pergerakan bola mata antara
lain deviasi konyugae, gaze paresis ke kiri atau kekanan dan
hemianopnia. Terdapatnya gangguan lapang pandang tergantung
kepada letak lesi dalam jaras perjalanan visual, hemianopia
kongruen atau tidak.
e. Pemeriksaan motorik : hampir selalu terjadi kelumpuhan
kontralateral anggota badan (hemiparesis/ hemiplegi) , dimana bila
terdapat perbedaan kelumpuhan yang nyata antara lengan dan
tungkai hampir dipastikan bahwa kelainan aliran darah otak berasal
17
dari daerah hemisferik (kortikal), sedangkan jika kelumpuhan sama
berat, gangguan aliran darah dapat terjadi di subkortikal atau pada
daerah vertebrobasilar.
f. Pemeriksaan sensorik : dapat terjadi hemisensorik tubuh. Karena
bangunan anatomik yang terpisah, gangguan motorik berat dapat
disertai gangguan sensorik ringan atau gangguan sendrok berat
disertai dengan gangguan motorik ringan.
g. Pemeriksaan refleks fisiologis dan patologis : pada fase akut
refleks fisiologis pada sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahului
dengan refleks patologis.
h. Kelainan fungsi luhur : manifestasi gangguan fungsi luhur pada
stroke hemisferik berupa disfungsi parietal baik sisi dominan
maupun nondominan. Kelainan yang paling sering tampak adalah
disfasi campuran (mixed-dysphasia) dimana penderita tak mampu
berbicara/ mengeluarkan kata-kata dengan baik dan tidak mengerti
apa yang dibicarakan orang kepadanya. Selain itu dapat juga terjadi
agnosia, apraxia ,dan sebagainya.
Gangguan vaskularisasi pada pembuluh darah vertebro-basilar, tergantung
kepada cabang-cabang sistim vertebro-basilar yang terkena. Secara
anatomik, percabangan arteri basilaris digolongkan 3 bagian :
a. Cabang-cabang panjang : misalnya A.Cerebelar inferior posterior
(pica) yang jika tersumbat akan memberikan gejala-gejala
sindroma Wallenberg, yaitu infark di daerah bagian dorso-lateral
tegmentum medula oblongata.
b. Cabang-cabang paramedian : sumbatan cabang-cabang yang lebih
pendek memberikan gejala klinik berupa sindroma Weber,
hemiparesis alterans dari berbagai saraf kranial dari mesensefalon
atau pons.
c. Cabang-cabang tembus memberi gejala-gejala sangat fokal seperti
Internuclear Opthalmoplegie (INO). Diagnostik kelainan sistim
vertebro-basilar adalah :
18
Penurunan kesadaran yang cukup berat (dengan diagnosis
banding infark supratentorial yang luas, dalam hal ini yang
terkena adalah traktus retrikularis)
Kombinasi berbagai saraf otak yang terganggu disertai
vertigo, diplopia, dan gangguan bulbar.
Kombinasi beberapa gangguan saraf otak dan gangguan
“long tract” sign : vertigo + parestesi keempat anggota
gerak (ujung-ujung distal) jika ditemukan pada kedua sisi
maka penyakit vertebro-basilar hampir pasti
Gangguan bulbar juga hampir pasti disebabkan karena
stroke vertebro-basilar. Beberapa ciri khusus lainnya
adalah parestesi perioral, hemianopia, altitudinal, dan skew
deviation merupakan ciri disfungsi vaskuler sistim
vertebro-basilar.
19
III.6 Diagnosis
Dasar diagnosis terdiri dari anamnesis dan pemeriksaan fisik juga
pemeriksaan penunjang dengan gold standard adalah CT-Scan. Pada
anamnesa akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak sebelah badan,
mulut mencong atau bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi dengan
baik, dimana keadaan timbul secara mendadak, dapat sewaktu bangun
tidur, mau sholat, selesai sholat, sedang bekerja atau sedang beristirahat.
Perlu ditanyakan pula faktor-faktor risiko yang menyertai stroke misalnya
kencing manis, darah tinggi dan penyakit jantung. Pada kasus berat yaitu
dengan penurunan kesadaran sampai koma, dilakukan pencatatan
pekembangan kesadaran sejak serangan terjadi.
Pada pemeriksaan fisik setelah penentuan keadaan kardiovaskular
penderita serta fungsi vital seperti tekanan darah kiri dan kanan, nadi,
pernafasan, tentukan juga tingkat kesadaran penderita. Jika kesadaran
menurun tentukan skor dengan glasglow coma scale (GCS), tetapi bila
pasien sadar tentukan berat kerusakan neurologis yang terjadi disertai
pemeriksaan saraf-saraf otak dan motorik, apakah fungsi komunikasi
masih baik ataukah ada disfasia.
Jika kesadaran menurun dan nilai GCS telah ditentukan, setelah itu
dilakukan pemeriksaan refleks batang otak yaitu :
Reaksi pupil terhadap cahaya
Refleks kornea
Refleks okulo sefalik
Keadaan (refleks) respirasi, apakah terdapat pernfaasan Cheyne
Stoke, hiperventilasi neurogen, kluster, apneustik, atau ataksik.
Setelah itu tentukan kelumpuhan yang terjadi pada saraf-saraf
otak dan anggota gerak. Kegawatan kehidupan sangat erat
hubungannya dengan kesadaran menurun, karena semakin
dalam, semakin buruk prognosis neurologis dan kehidupannya.
Kemungkinan perdarahan intra serebral dapat luas sekali jika
terjadi perdarahan-perdarahan retina atau preretinal pada
pemeriksaan funduskopi.
Ketersediaan CT-Scan dan MRI yang masih terbatas di Indonesia,
keputusan klinis harus diambil, ada beberapa skor yang diuji validasi
20
eksternal yaitu Guy’s Hospital Score dan Modified Siriraj Stroke Score
untuk membedakan stroke infark dan stroke perdarahan intraseberal.
Tetapi yang disayangkan validitasnya masih rendah. Pada tahun 1997
Lamsudin membuat suatu Algoritma Gajah Mada yang dapat dipakai
untuk membedakan stroke perdarahan intraseberal dengan stroke infark,
dimana sensitivitas algoritma adalah 95%.2
Siriraj Stroke Score terdiri atas 5 komponen yaitu, kesadaran, muntah,
sakit kepala, tekanan darah diastolik dan ateroma yang kemudian
dimasukan dalam rumus sebagai berikut :8
SSS = 2,5 (kesadaran) + 2(muntah)+ 2 (sakit kepala)
+ 0,1 ( tekanan darah diastolik) -3 (ateroma) -12
Untuk setiap komponen terdiri atas beberapa point :
Kesadaran Terjaga (alert) 0
Tertidur dan stupor 1
Semi-koma dan koma 2
Muntah/sakit kepala/
dalam 2 jam
Tidak 0
Ya 1
Ateroma/riwayat
diabetes, angina,
klaudikasio perifer
Tidak pernah
Sekali atau lebih
0
1
Bila SSS >1 diagonis adalah perdarahan serebral, bila < -1 diagnosis
adalah infark serebral. Bila diantara -1 sampai 1 diagnosis tidak jelas
Sedangkan untuk Guy’s Hospital Score adalah sebagai berikut : 2
21
Dengan penelaian skor sebagai berikut :
-30 sampai 0 = 95% kemungkinan infark
25 sampai 50 = 95% kemungkinan perdarahan
22
Sedangkan algoritma stroke Gajah Mada adalah sebagai berikut :2
23
III.7 Pemeriksaan Penunjang
Deteksi dini pelacakan etiologi dan faktor risiko stroke dengan
melakukan tindakan berikut ini :2,9
a. Darah lengkap
b. Pemeriksaan kimia darah lengkap :
Gula darah sewaktu : pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia reaktif. Gula darah dapat mencapai 250 mg
dalam serum dan kemudian berangsur-angsur kembali
turun.
Kadar gula darah sewaktu stroke hemoragik lebih tinggi
daripada stroke iskemik.1 Kolesterol, ureum, kreatinin,
asam urat, fungsi hati , profil lipid.
c. Pemeriksaan hemostatis
Prothrombin time (PT) dan activated Partial
Thromboplastin Time (a-PTT) untuk melihat adanya
koagulopati
Kadar fibrinogen
D-dimer
INR
d. Elektrolit dan osmolaritas
e. Skrining toksikologi dan alkohol serum
f. Skrining hematologis, infeksi, dan etiologi vaskulitis
g. Pemeriksaan EKG : terjadi pada sebagian kecil penderita stroke,
perubahan ini dapat berarti kemungkinan mendapat serangan infark
jantung, atau pada stroke dapat terjadi perubahan-perubahan EKG
sebagai akibat perdarahan otak yang menyerupai suatu infark
miokard. Untuk itu dilakukan pemeriksaan CK-MB yang akan
memastikan diagnosisnya.
h. Pemeriksaan Radiologi
24
CT scan
MRI
Vessel imaging :
CT angiography : AVMs, vaskulitis, dan arteriopati lainnya.
MR angiography (MRA)
CT-Scan merupakan gold standard dan strategi pencitraan yang
menghasilkan jumlah kualitas tertinggi dengan biaya terendah, tersedia luas,
mudah digunakan pada pasien rawat, ia secara akurat mengidentifikasi perdarahan
intrakranial secepatnya setelah perdarahan tersebut terjadi dan penting untuk
gambaran yang memiliki kecurigaan SAH. CT-scan dapat dengan segera
memperlihatkan perdarahan intraserebral. Pada infark otak, pemeriksaan CT-Scan
otak mungkin tidak memperlihatkan gambaran jelas jika dikerjakan pada hari-hari
pertama, biasanya tampak setelah 72 jam. Perdarahan/ infark di batang otak sulit
di identifikasi, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan MRI untuk
memastikan proses patologik di batang otak.
USG doppler transkranial berguna untuk mengevaluasi pembuluh darah yang
proksimal melalui fossa infratemporal termasuk MCA, arteri carotis intrakranial,
dan arteri vertebrobasilar. Ekokardiografi dilakukan pada semua pasien dengan
stroke iskemik akut dengan kecurigaan emboli kardiogenik.
III.7 Tatalaksana
Berdasarkan Guideline Stroke tahun 2011, Perdossi penatalaksanaan
untuk stroke adalah sebagai berikut
Penatalaksanaan di IGD
Tindakan di IGD merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal yang
bertujuan meminimalkan kerusakan jaringan. Dilakukan evaluasi cepat
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis dan skala
stroke. Dilakukan stabilisasi jalan nafas dan pernafasan, pemantauan status
neurologis., stabilisasi hemodinamik. Pada stadium pasien diberi oksigen
2L/menit dan cairan kristaloid/koloid, hindari pemberian cairan dekstrosa atau
salin dalam H2O.
25
Dilakukan pemeriksaan CT-Scan otak, EKG, foto thoraks, darah perifer lengkap,
dan jumlah trombosit, PT/INR, APTT, glukosa darah, kimia darah (termasuk
elektrolit), Selain itu diberikan penjelasan dan dukungan kepada pasien dan
keluarganya.
Stroke iskemik
Terapi umum
Letakkan kepala pasien pada posisi 30°, kepala dan dada pada satu
bidang, ubah posisi tidur setiap 2 jam, mobilisasi dimulai bertahap bila
hemodinamik sudah stabil.
Selanjutnya, bebaskan jalan nafas, beri oksigen 1-2L/menit, sampai di
dapatkan analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi. Demam diatasi dengan
kompres dan antipiretik asetaminofen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5 °C,
kemudian dicari penyebabnya, jika kandung kemih penuh, dikosongkan.
Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik kristaloid atau koloid 1500-2000 mL
dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau salin
isotonik. Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik, jika
didapatkan gangguan menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui slang
nasogastrik.
Kadar gula darah >180 mg% disarankan infus dengan salin dan indari larutan
glukosa dalam 24 jam pertama. Hipopglikemia (kadar gula darah <50 mg/dL
dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 10-20% intravena sampai kembali
normal (80-110 mg/dL) dan harus dicari penyebabnya.
Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan
sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu diturunkan siktar 15 % dalam 24 jam
setelah awitan, apabila tekanan sistolik ≥ 220 mmHg, diastolik ≥ 120 mmHg,
Mean Arterial Blood Pressure (MAP) ≥ 130 mmHg (pada 2 kali pengukuran
dalam 30menit) atau didapatkan miokard infark akut, gagal jantung kongestif
serta gagal ginjal. Obat yang direkomendasikan : natrium nitroprusid, penyekat
reseptor alfa-beta, penyekat ACE, atau antagonis kalsium.
26
Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik ≤ 100 mmHg, diastolik ≤70
mmHg, daapat digunakan vasopressor dalam bentuk infus seperti fenilefrin
(belum tersedia di Indonesia), dopamin ( >10mcg/kg/menit), dan norepinefrin (4
mcg/ml dimulai 1 mcg/menit, titrasi)
Jika terjadi kejang diberikan diazepam 5-20mg intravena perlahan selama 3
menit, maksimal 100 mg perhari dilanjutkan dengan antikonvulsan peroal
(fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan
antikonvulsan peroral jangka panjang.
Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat diberi manitol bolus intravena
0,25 sampai 0,5 gram/kgBB selama >20 menitdiulangi setiap 4-6 jam. . Harus
dilakukan pemantauan osmolalitas (<310 mmol), bila perlu diberikan furosemid
dengan dosis inisial 1mg/kg BB intravena ..
Terapi khusus
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti aspirin
dengan dosis awal 325 mg dalam 24-48 jam setelah awitan stroke dianjurkan
untuk setiap stroke iskemik. dan antikoagulan, atau yang dianjurkan dengan
trombolitik rt-PA (recombinant tissue Plasminogen Activator).
Mekanisme yang pasti tentang citicholin sebagai terapi pada stroke iskemik
akut belum jelas. Diperkirakan citicholin menurunkan pelepasan free fatty acid
dan mengurangi radikal bebas sehingga mencegah kerusakan sel neuron otak.
Pemberian citicholin juga mengurangi progresivitas kerusakan sel iskemik
dengan pelepasan asam lemak bebas. Pada penelitian ICTUS (International
Citicholine Trial in Acute Stroke, ongoing) dikatakan bahwa citicholin diberikan
pada fase akut stroke iskemik dengan dosis 2x1000 mg intravena selama 3 hari
dan dilanjutkan dengan oral 2x1000 mg selama 3 minggu cukup bermanfaat
Stroke hemoragik
Terapi umum
27
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30 mL,
perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung
memburuk.
Pada perdarahan intraserebral tekanan darah harus diturunkan sampai bila
tekanan sistolik >200 mmHg, atau MAP >130mmHg, dengan obat antihipertensi
intravena golongan penyekat beta (labetolo dan esmolol), penyekat kanal
kalsium (dikardipin dan diltiazem) dan monitor tekanan darah setiap 5 menit.
Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, posisi kepala dinaikkan 30°,
posisi kepala dan dada disatu bdiang, pemberian manitol dan hiperventilasi. Bila
terdapat tukak lambung diatasi dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau
inhibitor pompa proton; komplikasi saluran nafas dicegah dengan fisioterapi dan
diobati dengan antibiotik spektrum luas.
Terapi khusus
Pada pasien dengan defisiensi berat faktor koagulasi atau trombositopenia
berat, sebaiknya mendapat terapi penggantian faktor koagulasi dan trombosit.
Gangguan koagulasi maka dapat dikoreksi sebagai berikut :
a. Vitamin K 10 mg intravena diberikan secara perlahan dosis pemberian
< 1mg/menit.
b. Fresh frozen plasma (FFP) diberikan 2-6 unit untuk mengkoreksi
defisiensi faktor pembekuan darah bila ditemukan.
Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada
pasien yang kondisinya kian memburuk dengan perdarahan serebelum
berdiameter >3cm2 , hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau
serebelum, dilakukan VP-shunting, dan perdarahan lobar > 60 mL dengan tanda
peningkatan intrakranial akut dan ancaman herniasi.
Pada perdarahan subaraknoid, disarankan tekanan darah sistolik sekitar 140-
160 mmHg, terapi antifibrinolitik (epsilon-amino captoic acid) loading 4mg
intravena kemudian diikuti infus 1g/jam atau asam traneksamat 1g intravena
loading, kemudian dilanjutkan 1g / 6 jam sampai aneurisma tertutup atau
disarankan 72 jam.
Pemberian pencegahan dan tatalaksana vasospasme , dapat digunakan
antagonis kalisum (nimodipin) dimulai dengan dosis 1-2 mg/jam intravena pada
28
hari ke 3 atau secara oral 60mg setiap 6 jam selama 21 hari.. Atau tindakan bedah
(ligasi, embolisasi, ekstirpasi, maupun gamma knife) jika penyebabnya adalah
aneurisma atau malformasi arteri-vena.
Restorasi dan rehabilitasi stroke
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi
wicara, dan bladder training (termasuk terapi fisik). Mengingat perjalanan
penyakit yang panjang, dibutuhkan penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke
di rumah sakit dengan tujuan kemandirian pasien, mengerti, memahami dan
melaksanakan program preventif primer dan sekunder.
Terapi fase subakut :
- Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya
- Penatalaksanaan komplikasi
- Restorasi/rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien)
- Prevensi sekunder
- Edukasi keluarga.
III.9 Prognosis
Di Amerika Serikat, 20% individu yang terkena stroke iskemik meninggal
dalam tahun pertama setelah serangan stroke pertama. Emboli kardiogenik berhungan
dengan kematian tertinggi 1 bulan pertama pada stroke akut. Berdasarkan
Framingham Heart Study, 31 % membutuhkan bantuan untuk diri mereka sendiri,
20% memerlukan bantuan untuk berjalan.9
Sedangkan pada stroke hemoragik, terjadi perbedaan yang bervariasi
bergantung kepada beratnya stroke dan lokasi serta ukuran dari perdarahan. Nilai
GCS yang lebih rendah berhubungan dengan prognosis yang lebih buruk dan
mortalitas yang lebih tinggi. 11
29
BAB IV
KESIMPULAN
Stroke masih merupakan kegawadaruratan neurologi yang masih
menyebabkan kematian tertinggi. Menurut stroke didefinisikan sebagai gangguan
fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda klinis fokal atau global
yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali akibat pembedahan atau kematian),
tanpa tanda-tanda penyebab non vaskular, termasuk didalamnya tanda-tanda
perdarahan subaraknoid, perdarahan intraserebri, iskemik atau infark serebri.
Oleh karena itu penting bagi dokter umum untuk mendiagnosis stroke
dengan cepat dan tepat melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
neurologis dan jika fasilitas memadai melalui CT-Scan sehingga dapat segera
ditatalaksana lebih lanjut dan diharapkan kecacatan pasca stroke dapat berkurang.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Indriyani R. Perbandingan kadar gula darah sewaktu pada kedua jenis stroke. J
Kedokteran Trisakti. 23:4.
2. Gofir A. Majemen Stroke : Evidence Based Medicine. 1st ed. Pustaka Cendekia
Press : Yogyakarta;2009.
3. Hendelman WJ. Atlas of Functional Neuroanatomy. 2nd ed. Taylor and Francis :
USA;2006
4. Truelsen T, Begg S, Mathers C. Global burden disease. Available at :
www.who.int/healthinfo/statistics/bod_cerebrovasculardiseasestroke.pdf. Accesed
at : September 5, 2013.
5. Goldzmidt AJ, Caplan LR. Essensial stroke. EGC: Jakarta;2003.
6. Kementeriaan Kesehatan Indonesia. Stroke. Available at :
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1703-8-dari-1000-orang-
di-indonesia-terkena-stroke.html. Accesed at : September 4, 2013.
7. Misbach HJ. Stroke: aspek, diagnostik, patofisiologi, manajemen. Balai Penerbit
FKUI:Jakarta;1999.
8. Siriraj stroke score. Availble at :
mji.ui.ac.id/journal/index.php/mji/article/download/26/25. Accesed at :
September 4, 2013.
9. Cruz-Flores Salvador. Ischemic Stroke. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1916852-workup#showall. September 4,
2013.
10. Guideline Stroke 2011. PERDOSSI.
11. Liebeskind DS. Hemorrhagic Stroke. Availble at :
http://emedicine.medscape.com/article/1916662-overview#showall. Accesed at :
September 4, 2013.
31