SARAF meningitis

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupaka masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Salah satunya adalah maningitis yang juga merupakan penyakit infeksi yang perlu mendapat perhatian. Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges,lapisan yang tipis/encer yang mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang punggung, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis. Classic triad dari meningitis adalah demam, leher kaku, sakit kepala, dan perubahan di status mental. WHO(2005) melaporkan adanya 7.078 kasus meningitis yang disebabkan oleh bakteri terjadi di Niamey – Nigeria pada tahun 1991 – 1996 dengan penyebab Neisseria Meningitidis (57,7%) , Streptococcus Pneumoniae (13,2%) dan Haemophilus influenzae (9,5%). Data Southeast Asian Medical Information Center (SEAMIC) Health Statistic (2002) melaporkan bahwa pada tahun 2000 di Malaysia terdapat 206 kematian karena meningitis dengan Cause Spesific Death Rate (CSDR) 9,3 per 1000.000 penduduk. Di Thailand pada tahun 2000 terdapat 2.161 kematian 1

description

meningitis etiologi patofisiologi

Transcript of SARAF meningitis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi masih merupaka masalah kesehatan masyarakat yang

utama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Salah

satunya adalah maningitis yang juga merupakan penyakit infeksi yang perlu

mendapat perhatian. Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari

meninges,lapisan yang tipis/encer yang mengepung otak dan jaringan saraf

dalam tulang punggung, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa,

yang dapat terjadi secara akut dan kronis. Classic triad dari meningitis adalah

demam, leher kaku, sakit kepala, dan perubahan di status mental.

WHO(2005) melaporkan adanya 7.078 kasus meningitis yang

disebabkan oleh bakteri terjadi di Niamey – Nigeria pada tahun 1991 – 1996

dengan penyebab Neisseria Meningitidis (57,7%) , Streptococcus Pneumoniae

(13,2%) dan Haemophilus influenzae (9,5%). Data Southeast Asian Medical

Information Center (SEAMIC) Health Statistic (2002) melaporkan bahwa pada

tahun 2000 di Malaysia terdapat 206 kematian karena meningitis dengan Cause

Spesific Death Rate (CSDR) 9,3 per 1000.000 penduduk. Di Thailand pada

tahun 2000 terdapat 2.161 kematian dengan CSDR 35 per 1000.000 penduduk.

Di Indonesia pada tahun 2000 dan 2001 terdapat masing-masing 1.937 dan

1.667 kasus kematian dengan CSDR 9,4 dan 8 per 1000.000 pendudukan.

Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari

penyebaran penyakit diorgan atau jaringan tubuh yang lain.

Prognosis meningitis tergantung kepada umur,

mikroorganisme spesifik yang menimbulkan penyakit,

banyaknya organisme dalam selaput otak, jenis meningitis dan

lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia

neonatus, anak-anak dan dewasa tua mempunyai prognosis

yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan cacat berat dan

kematian.

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Anatomi Maningen (Selaput Otak)

2

Otak dibungkus oleh selubung mesodermal, meninges. Lapisan luarnya

adalah pachymeninx atau duramater dan lapisan dalamnya, leptomeninx, dibagi

menjadi arachnoidea dan piamater.

1. Duramater

Dura kranialis atau pachymeninx adalah suatu struktur fibrosa yang

kuat dengan suatu lapisan dalam (meningeal) dan lapisan luar (periostal).

Kedua lapisan dural yang melapisi otak umumnya bersatu, kecuali di tempat

di tempat dimana keduanya berpisah untuk menyediakan ruang bagi sinus

venosus (sebagian besar sinus venosus terletak di antara lapisan-lapisan

dural), dan di tempat dimana lapisan dalam membentuk sekat di antara

bagian-bagian otak.

Duramater lapisan luar melekat pada permukaan dalam cranium dan

juga membentuk periosteum, dan mengirimkan perluasan pembuluh dan

fibrosa ke dalam tulang itu sendiri; lapisan dalam berlanjut menjadi dura

spinalis.Septa kuat yang berasal darinya membentang jauh ke dalam cavum

cranii. Di anatara kedua hemispherium terdapat invaginasi yang disebut falx

cerebri. Ia melekat pada crista galli dan meluas ke crista frontalis ke

belakang sampai ke protuberantia occipitalis interna, tempat dimana

duramater bersatu dengan tentorium cerebelli yang meluas ke dua sisi. Falx

cerebri membagi pars superior cavum cranii sedemikian rupa sehingga

masing-masing hemispherium aman pada ruangnya sendiri. Tentorium

cerebelli terbentang seperti tenda yang menutupi cerebellum dan letaknya di

fossa craniii posterior. Tentorium melekat di sepanjang sulcus transversus

os occipitalis dan pinggir atas os petrosus dan processus clinoideus. Di

sebelah oral ia meninggalkan lobus besar yaitu incisura tentorii, tempat

lewatnya trunkus cerebri. Saluran-saluran vena besar, sinus dura mater,

terbenam dalam dua lamina dura.

2. Arachnoidea

3

Membrana arachnoidea melekat erat pada permukaan dalam dura

dan hanya terpisah dengannya oleh suatu ruang potensial, yaitu spatium

subdural. Ia menutupi spatium subarachnoideum yang menjadi liquor

cerebrospinalis, cavum subarachnoidalis dan dihubungkan ke piamater oleh

trabekulae dan septa-septa yang membentuk suatu anyaman padat yang

menjadi system rongga-rongga yang saling berhubungan.

Dari arachnoidea menonjol ke luar tonjolan-tonjolan mirip jamur ke

dalam sinus-sinus venosus utama yaitu granulationes pacchioni

(granulationes/villi arachnoidea). Sebagian besar villi arachnoidea terdapat

di sekitar sinus sagitalis superior dalam lacunae lateralis. Diduga bahwa

liquor cerebrospinali memasuki circulus venosus melalui villi. Pada orang

lanjut usia villi tersebut menyusup ke dalam tulang (foveolae granulares)

dan berinvaginasi ke dalam vena diploe.

Cavum subaracnoidea adalah rongga di antara arachnoid dan

piamater yang secara relative sempit dan terletak di atas permukaan

hemisfer cerebrum, namun rongga tersebut menjadi jauh bertambah lebar di

daerah-daerah pada dasar otak. Pelebaran rongga ini disebut cisterna

arachnoidea, seringkali diberi nama menurut struktur otak yang berdekatan.

Cisterna ini berhubungan secara bebas dengan cisterna yang berbatasan

dengan rongga sub arachnoid umum.

Cisterna magna diakibatkan oleh pelebaran-pelebaran rongga di atas

subarachnoid di antara medulla oblongata dan hemisphere cerebellum;

cistena ini bersinambung dengan rongga subarachnoid spinalis. Cisterna

pontin yang terletak pada aspek ventral dari pons mengandung arteri

basilaris dan beberapa vena. Di bawah cerebrum terdapat rongga yang lebar

di antara ke dua lobus temporalis. Rongga ini dibagi menjadi cisterna

chiasmaticus di ats chiasma opticum, cisterna supraselaris di atas diafragma

sellae, dan cisterna interpeduncularis di antara peduncle cerebrum. Rongga

di antara lobus frontalis, parietalis, dan temporalis dinamakan cisterna

fissure lateralis (cisterna sylvii).

3. Pia Mater

4

Piamater merupakan selaput jaringan penyambung yang tipis yang

menutupi permukaan otak dan membentang ke dalam sulcus,fissure dan

sekitar pembuluh darah di seluruh otak. Piamater juga membentang ke

dalam fissure transversalis di abwah corpus callosum. Di tempat ini pia

membentuk tela choroidea dari ventrikel tertius dan lateralis, dan bergabung

dengan ependim dan pembuluh-pembuluh darah choroideus untuk

membentuk pleksus choroideus dari ventrikel-ventrikel ini. Pia dan ependim

berjalan di atas atap dari ventrikel keempat dan membentuk tela choroidea

di tempat itu.

B.DefinisiMeningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai

piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang

lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.

Meningitis adalah infeksi yang menular. Sama seperti flu, pengantar

virus meningitis berasal dari cairan yang berasal dari tenggorokan atau hidung.

Virus tersebut dapat berpindah melalui udara dan menularkan kepada orang

lain yang menghirup udara tersebut.

Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang

terjadi pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.

Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi

disertai cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai

adalah kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis purulenta atau meningitis

bakteri adalah meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa

pus serta bukan disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus. Meningitis

Meningococcus merupakan meningitis purulenta yang paling sering terjadi

Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita

dan droplet infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin

dan cairan tenggorok penderita. Saluran nafas merupakan port d’entree utama

pada penularan penyakit ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain

melalui pertukaran udara dari pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang

5

masuk secara hematogen (melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal

dan memperbanyak diri didalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada

selaput otak dan otak

C.Etiologi dan Tipe Maningitis

1. Meningitis Kriptikokus

Meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus. Jamur ini bisa

masuk ke tubuh kita saat kita menghirup debu atau tahi burung yang kering.

Kriptokokus ini dapat menginfeksikan kulit, paru, dan bagian tubuh lain.

Meningitis Kriptokokus ini paling sering terjadi pada orang dengan CD4 di

bawah 100.

Diagnosis

Darah atau cairan sumsum tulang belakang dapat dites untuk

kriptokokus dengan dua cara. Tes yang disebut ‘CRAG’ mencari antigen

( sebuah protein) yang dibuat oleh kriptokokus. Tes ‘biakan’ mencoba

menumbuhkan jamur kriptokokus dari contoh cairan. Tes CRAG cepat

dilakukan dan dapat memberi hasi pada hari yang sama. Tes biakan

membutuhkan waktu satu minggu atau lebih untuk menunjukkan hasil

positif. Cairan sumsum tulang belakang juga dapat dites secara cepat bila

diwarnai dengan tinta India.

2. Maningitis Virus

Termasuk penyakit ringan. Gejalanya mirip dengan sakit flu biasa,

dan umumnya si penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi viral meningitis

biasanya meningkat di musim panas karena pada saat itu orang lebih sering

terpapar agen pengantar virus. Banyak virus yang bisa menyebabkan viral

meningitis. Antara lain virus herpes.

3. Maningitis Bakterial

Disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit yang

serius. Salah satu bakterinya adalah meningococcal bacteria. Gejalanya

seperti timbul bercak kemerahan atau kecoklatan pada kulit. Bercak ini akan

berkembang menjadi memar yang mengurangi suplai darah ke organ-organ

lain dalam tubuh dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian.

6

4. Maningitis Tuberkulosa

Gejala : demam, mudah kesal, obstipasi, muntah- muntah, ditemukan

tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk, suhu badan naik

turun, nadi sangat labil/lambat, hipertensi umum, abdomen tampak

mencekung, gangguan saraf otak. Penyebab : kuman mikobakterium

tuberkulosa varian hominis.

Diagnosis : Meningitis Tuberkulosis dapat ditegakkan dengan

pemeriksaan cairan otak, darah, radiologi, test tuberkulin.

5. Maningitis Purulenta

Gejala : demam tinggi, menggigil, nyeri kepala yang terus-menerus,

kaku kuduk, kesadaran menurun, mual dan muntah, hilangnya nafsu makan,

kelemahan umum, rasa nyeri pada punggung serta sendi.

Penyebab : Diplococcus pneumoniae(pneumokok), Neisseria

meningitidis(meningokok), Stretococcus haemolyticus, Staphylococcus

aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,

Pneudomonas aeruginosa.

Diagnosis : dilakukan pemeriksaan cairan otak, antigen bakteri pada

cairan otak, darah tepi, elektrolit darah, biakan dan test kepekaan sumber

infeksi, radiologik, pemeriksaan EEG.

D. PatofisiologiMeningitis pada umumnya sebagai akibat dari

penyebaran penyakit di organ atau jaringan tubuh yang lain.

Virus / bakteri menyebar secara hematogen sampai ke selaput

otak, misalnya pada penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia,

Bronchopneumonia dan Endokarditis. Penyebaran bakteri/virus

dapat pula secara perkontinuitatum dari peradangan organ

atau jaringan yang ada di dekat selaput otak, misalnya Abses

otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan

Sinusitis. Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma

kepala dengan fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak.23

7

Invasi kuman-kuman ke dalam ruang subaraknoid

menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS

(Cairan Serebrospinal) dan sistem ventrikulus.

Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan

sedang mengalami hiperemi; dalam waktu yang sangat

singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke

dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat.

Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit

dan dalam minggu kedua sel-sel plasma. Eksudat yang

terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung

leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisaan

dalam terdapat makrofag.

Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-

vena di korteks dan dapat menyebabkan trombosis, infark

otak, edema otak dan degenerasi neuronneuron. Trombosis

serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-purulen

menyebabkan kelainan kraniales. Pada Meningitis yang

disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal tampak jernih

dibandingkan Meningitis yang disebabkan oleh bakteri.

E.Gejala KlinisMeningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas

mendadak, letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan

pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) melalui pungsi lumbal.

Meningitis karena virus ditandai dengan cairan serebrospinal yang

jernih serta rasa sakit penderita tidak terlalu berat. Pada umumnya, meningitis

yang disebabkan oleh Mumpsvirus ditandai dengan gejala anoreksia dan

malaise, kemudian diikuti oleh pembesaran kelenjer parotid sebelum invasi

kuman ke susunan saraf pusat. Pada meningitis yang disebabkan oleh

Echovirus ditandai dengan keluhan sakit kepala, muntah, sakit tenggorok, nyeri

otot, demam, dan disertai dengan timbulnya ruam makopapular yang tidak

8

gatal di daerah wajah, leher, dada, badan, dan ekstremitas. Gejala yang tampak

pada meningitis Coxsackie virus yaitu tampak lesi vasikuler pada palatum,

uvula, tonsil, dan lidah dan pada tahap lanjut timbul keluhan berupa sakit

kepala, muntah, demam, kaku leher, dan nyeri punggung.

Meningitis bakteri biasanya didahului oleh gejala gangguan alat

pernafasan da gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus terjadi secara

akut dengan gejala panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang,

nafsu makan berkurang, dehidrasi dan konstipasi, biasanya selalu ditandai

dengan fontanella yang mencembung. Kejang dialami lebih kurang 44 % anak

dengan penyebab Haemophilus influenzae, 25 % oleh Streptococcus

pneumoniae, 21 % oleh Streptococcus, dan 10 % oleh infeksi Meningococcus.

Pada anak-anak dan dewasa biasanya dimulai dengan gangguan saluran

pernafasan bagian atas, penyakit juga bersifat akut dengan gejala panas tinggi,

nyeri kepala hebat, malaise, nyeri otot dan nyeri punggung. Cairan

serebrospinal tampak kabur, keruh atau purulen.

Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium I atau

stadium prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak

seperti gejala infeksi biasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit bersifat

subakut, sering tanpa demam, muntah-muntah, nafsu makan berkurang,

murung, berat badan turun, mudah tersinggung, cengeng, opstipasi, pola tidur

terganggu dan gangguan kesadaran berupa apatis. Pada orang dewasa terdapat

panas yang hilang timbul, nyeri kepala, konstipasi, kurang nafsu makan,

fotofobia, nyeri punggung, halusinasi, dan sangat gelisah.

Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 – 3 minggu

dengan gejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala

yang hebat dan kadang disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak.

Tanda-tanda rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi

kaku, terdapat tanda-tanda peningkatan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan

muntah lebih hebat.

Stadium III atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan

gangguan kesadaran sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal

9

dunia dalam waktu tiga minggu bila tidak mendapat pengobatan sebagaimana

mestinya.

F. Pemeriksaan Maningitis

1. Pemeriksaan Rangsangan Maningeal

a. Pemeriksaan kaku kuduk

Pasien berbaring terlentang dan dilakukan

pergerakan pasif berupa fleksi dan rotasi kepala. Tanda

kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan

tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri

dan spasme otot. Dagu tidak dapat disentuhkan ke dada

dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan

rotasi kepala.

b. Kernig Sign

Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan

dilakukan fleksi pada sendi panggul kemudian ekstensi

tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa

rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi

lutut tidak mencapai sudut 135° (kaki tidak dapat di

ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha

biasanya diikuti rasa nyeri.

c. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Brudzinski Leher)

Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa

meletakkan tangan kirinya dibawah kepala dan tangan

kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi

kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda

Brudzinski I positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi

involunter pada leher.

d. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra

Lateral Tungkai)

10

Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi

pasif paha pada sendi panggul (seperti pada pemeriksaan

Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada

pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul

dan lutut kontralateral.

2. Pemeriksaan Penunjang Maningitis

a. Pemeriksaan Pungsi Lumbal

Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk

menganalisa jumlah sel dan protein cairan cerebrospinal,

dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan

tekanan intrakranial.

Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang

bervariasi, cairan jernih, sel darah putih meningkat,

glukosa dan protein normal, kultur (-).

Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat,

cairan keruh, jumlah sel darah putih dan protein

meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa jenis

bakteri.

b. Pemeriksaan Darah

Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah

leukosit, Laju Endap Darah (LED), kadar glukosa, kadar

ureum, elektrolit dan kultur.

Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan

leukosit saja. Disamping itu, pada Meningitis

Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.

Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan

leukosit.

c. Pemeriksaan Radiologi

Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto

kepala, bila mungkin dilakukan CT Scan.

11

Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala

(periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi) dan foto

dada.

G. Pencegahan Maningitis

1. Pencegahan Primer

Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko

meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan

melaksanakan pola hidup sehat.

Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi

meningitis pada bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin yang

dapat diberikan seperti Haemophilus influenzae type b (Hib), Pneumococcal

conjugate vaccine (PCV7), Pneumococcal polysaccaharide vaccine (PPV),

Meningococcal conjugate vaccine (MCV4), dan MMR (Measles dan

Rubella).10 Imunisasi Hib Conjugate vaccine (Hb- OC atau PRP-OMP)

dimulai sejak usia 2 bulan dan dapat digunakan bersamaan dengan jadwal

imunisasi lain seperti DPT, Polio dan MMR.20 Vaksinasi Hib dapat

melindungi bayi dari kemungkinan terkena meningitis Hib hingga 97%.

Pemberian imunisasi vaksin Hib yang telah direkomendasikan oleh WHO,

pada bayi 2-6 bulan sebanyak 3 dosis dengan interval satu bulan, bayi 7-12

bulan di berikan 2 dosis dengan interval waktu satu bulan, anak 1-5 tahun

cukup diberikan satu dosis. Jenis imunisasi ini tidak dianjurkan diberikan

pada bayi di bawah 2 bulan karena dinilai belum dapat membentuk antibodi.

Meningitis Meningococcus dapat dicegah dengan pemberian

kemoprofilaksis (antibiotik) kepada orang yang kontak dekat atau hidup

serumah dengan penderita. Vaksin yang dianjurkan adalah jenis vaksin

tetravalen A, C, W135 dan Y.35 meningitis TBC dapat dicegah dengan

meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara memenuhi kebutuhan

gizi dan pemberian imunisasi BCG. Hunian sebaiknya memenuhi syarat

kesehatan, seperti tidak over crowded (luas lantai > 4,5 m2 /orang), ventilasi

10 – 20% dari luas lantai dan pencahayaan yang cukup.

12

Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontak

langsung dengan penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di lingkungan

perumahan dan di lingkungan seperti barak, sekolah, tenda dan kapal.

Meningitis juga dapat dicegah dengan cara meningkatkan personal hygiene

seperti mencuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah dari toilet.

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan

penyakit sejak awal, saat masih tanpa gejala (asimptomatik)

dan saat pengobatan awal dapat menghentikan perjalanan

penyakit. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan

diagnosis dini dan pengobatan segera. Deteksi dini juga

dapat ditingkatan dengan mendidik petugas kesehatan serta

keluarga untuk mengenali gejala awal meningitis.

Dalam mendiagnosa penyakit dapat dilakukan dengan

pemeriksaan fisik, pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan

laboratorium yang meliputi test darah dan pemeriksaan X-

ray (rontgen) paru

H. Pengobatan Maningitis

1. Maningitis Tuberkulosa

a. Dipakai obat tripel yaitu kombinasi INH dengan 2 dari 3

macam tuberkulostatika dibawah ini:

INH: Dewasa 10-15 mg/kg BB/hari

Anak 20 mg/kg BB/hari

Diberikan sekali sehari peroral

Streptomisin: Dosis 20 mg/kg BB/hari (maksimal 1

g/hari)

Diberikan IM selama 3 bulan

Etambutol: dosis 25 mg/kg BB/hari peroral selama 2

bulan pertama

13

kemudian dilanjutkan dengan 15 mg/kg

BB/hari

Rifampisin: Dewasa 600 mg/hari

Anak 10-20 mg/kg BB/hari

Diberikan sekali sehari peroral

b. Kortikosteroid

Indikasi : - tekanan inrakranial yang meningkat

- Adanya defisit neurologik

- Mencegah perlekatan arachnoidea pada

jaringan otak

Deksametason: mula-mula diberikan 10 mg IV lalu 4 mg

tiap 6 jam.

Prednison: 60-80 mg/hari selama 2-3 minggu lalu

diturunkan berangsur selama

1 bulan.

2. Maningitis Bakterial

a. Terapi antibiotik yang digunakan harus dapat menembus

sawar darah otak, contohnya rifampicin, chloramphenicol,

dan quinolones (konsentrasi serum sekitar 30%-50%)

b. Terapi antibiotik diberikan secepatnya setelah didapatkan

hasil kultur.

c. Pada orang dewasa, Benzyl penicillin G dengan dosis 1-2

juta unit diberikan secara intravena setiap 2 jam.

d. Pada anak dengan berat badan 10-20 kg. Diberikan 8 juta

unit/hari, anak dengan berat badan kurang dari 10 kg

diberikan 4 juta unit/hari.

e. Ampicillin dapat ditambahkan dengan dosis 300-400

mg/KgBB/hari untuk dewasa dan 100-200 mg/KgBB/ untuk

anak-anak.

3. Maningitis Viral

14

a. Diberi anti emetik seperti ondansetron dosis dewasa 4-8

mg IV tiap 8jam, dosis pediatrik 0,1 mg/kg IV lambat max

4 mg/dosis dan dapat diulang tiap 12 jam

b. Diberi antiviral seperti acyclovir, diberikan secepatnya

ketika didiagnosis herpetic meningoencephalitis, dosis

dewasa 30 mg/kg IV tiap 8 jam

4. Terapi meningitis jamur

a. Meningitis kriptokokus diobati dengan obat antijamur.

Dapat digunakan :

b. Flukonazol, obat ini tersedia dengan bentuk pil atau infus

c. Jika pasien intoleran dengan flukonazol dapat digunakan

dengan amfoterisin B dan kapsul flusitosin. Mempunyai

efek samping besar pada amfoterisin B, dapat diatasi

dengan pemberian ibuprofen setengah jam sebelum

amfoterisin B dipakai.

5. Terapi Suportive

a. Memelihara status hidrasi dengan larutan infuse elektrolit

dan oksigenasi

b. Direkomendasikan pemberian heparin 5000-10.000 unit

diberikan dengan pemberian cepat secara intravena dan

dipertahankan pada dosis yang cukup untuk

memperpanjang clotting time dan partial thromboplastin

time menjadi 2 atau 3 kali harga normal.

c. Untuk mengontrol kejang diberikan :

Diazepam :

Dewasa 10-20 mg/hari IV

Anak 0,5 mg/kg BB/hari IV

Fenobarbital:

Dewasa 6-120 mg/hari peroral

Anak 5-6mg/kg BB/hari peroral

15

Difenilhidantion:

Dewasa 300 mg/hari peroral

Anak 5-9 mg/kg BB/hari peroral

d. Jika demam diberikan Antipiretika : parasetamol atau

salisilat 10 mg/kg/dosis

e.Pada udem cerebri dapat diberikan osmotik diuretik atau

corticosteroid.

6. Dosis yang direkomendasikan untuk terapi antimikroba

dengan bakteri meningitis:

I. Prognosis

Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme spesifik

yang menimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput otak, jenis

meningitis dan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia

16

neonatus, anak-anak dan dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek,

yaitu dapat menimbulkan cacat berat dan kematian.

Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas

meningitis purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan mengalami

sequelle (akibat sisa). Lima puluh persen meningitis purulenta mengakibatkan

kecacatan seperti ketulian, keterlambatan berbicara dan gangguan

perkembangan mental, dan 5 – 10% penderita mengalami kematian.

Pada meningitis Tuberkulosa, angka kecacatan dan

kematian pada umumnya tinggi. Prognosa jelek pada bayi dan

orang tua. Angka kematian meningitis TBC dipengaruhi oleh

umur dan pada stadium berapa penderita mencari

pengobatan. Penderita dapat meninggal dalam waktu 6-8

minggu.

Penderita meningitis karena virus biasanya menunjukkan

gejala klinis yang lebih ringan,penurunan kesadaran jarang

ditemukan. Meningitis viral memiliki prognosis yang jauh lebih

baik. Sebagian penderita sembuh dalam 1 – 2 minggu dan

dengan pengobatan yang tepat penyembuhan total bisa

terjadi.

17

BAB III

KESIMPULAN

Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges,lapisan yang

tipis/encer yang mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang punggung,

disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara

akut dan kronis. Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas : Penumococcus,

Meningococcus, Hemophilus influenza, Staphylococcus, E.coli, Salmonella.

Keluhan pertama pada maningitis biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat

menjalar ke tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk

disebabkan oleh mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi

opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung

dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun. Tanda Kernig’s dan Brudzinky

positif.

Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta

virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang

tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita

18

merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta

penglihatan menjadi kurang jelas.

Untuk menentukan diagnosis meningitis dilakukan tes laboratorium. Tes

ini memakai darah atau cairan sumsum tulang belakang. Cairan sumsum tulang

belakang diambil dengan proses yang disebut pungsi lumbal.

Kebersihan menjadi kunci utama proses pencegahan terjangkit virus atau

bakteri penyebab meningitis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Harsono. 2003. Meningitis. Kapita Selekta Neurologi.UGM

2. Japardi, Iskandar. 2002. Meningitis Meningococcus. USU digital library URL :http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf

3. Quagliarello, Vincent J., Scheld W. 1997. Treatment of Bacterial Meningitis. The New England Journal of Medicine. 336 : 708-16 URL : http://content.nejm.org/cgi/reprint/336/10/708.pdf

4. Mardjono, Mahar. Sidharta, Priguna. 2009. Neurologi Klinis Dasar. PT. Dian

Rakyat. Jakarta.

19