SARAF meningitis
description
Transcript of SARAF meningitis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi masih merupaka masalah kesehatan masyarakat yang
utama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Salah
satunya adalah maningitis yang juga merupakan penyakit infeksi yang perlu
mendapat perhatian. Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari
meninges,lapisan yang tipis/encer yang mengepung otak dan jaringan saraf
dalam tulang punggung, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa,
yang dapat terjadi secara akut dan kronis. Classic triad dari meningitis adalah
demam, leher kaku, sakit kepala, dan perubahan di status mental.
WHO(2005) melaporkan adanya 7.078 kasus meningitis yang
disebabkan oleh bakteri terjadi di Niamey – Nigeria pada tahun 1991 – 1996
dengan penyebab Neisseria Meningitidis (57,7%) , Streptococcus Pneumoniae
(13,2%) dan Haemophilus influenzae (9,5%). Data Southeast Asian Medical
Information Center (SEAMIC) Health Statistic (2002) melaporkan bahwa pada
tahun 2000 di Malaysia terdapat 206 kematian karena meningitis dengan Cause
Spesific Death Rate (CSDR) 9,3 per 1000.000 penduduk. Di Thailand pada
tahun 2000 terdapat 2.161 kematian dengan CSDR 35 per 1000.000 penduduk.
Di Indonesia pada tahun 2000 dan 2001 terdapat masing-masing 1.937 dan
1.667 kasus kematian dengan CSDR 9,4 dan 8 per 1000.000 pendudukan.
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari
penyebaran penyakit diorgan atau jaringan tubuh yang lain.
Prognosis meningitis tergantung kepada umur,
mikroorganisme spesifik yang menimbulkan penyakit,
banyaknya organisme dalam selaput otak, jenis meningitis dan
lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia
neonatus, anak-anak dan dewasa tua mempunyai prognosis
yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan cacat berat dan
kematian.
1
Otak dibungkus oleh selubung mesodermal, meninges. Lapisan luarnya
adalah pachymeninx atau duramater dan lapisan dalamnya, leptomeninx, dibagi
menjadi arachnoidea dan piamater.
1. Duramater
Dura kranialis atau pachymeninx adalah suatu struktur fibrosa yang
kuat dengan suatu lapisan dalam (meningeal) dan lapisan luar (periostal).
Kedua lapisan dural yang melapisi otak umumnya bersatu, kecuali di tempat
di tempat dimana keduanya berpisah untuk menyediakan ruang bagi sinus
venosus (sebagian besar sinus venosus terletak di antara lapisan-lapisan
dural), dan di tempat dimana lapisan dalam membentuk sekat di antara
bagian-bagian otak.
Duramater lapisan luar melekat pada permukaan dalam cranium dan
juga membentuk periosteum, dan mengirimkan perluasan pembuluh dan
fibrosa ke dalam tulang itu sendiri; lapisan dalam berlanjut menjadi dura
spinalis.Septa kuat yang berasal darinya membentang jauh ke dalam cavum
cranii. Di anatara kedua hemispherium terdapat invaginasi yang disebut falx
cerebri. Ia melekat pada crista galli dan meluas ke crista frontalis ke
belakang sampai ke protuberantia occipitalis interna, tempat dimana
duramater bersatu dengan tentorium cerebelli yang meluas ke dua sisi. Falx
cerebri membagi pars superior cavum cranii sedemikian rupa sehingga
masing-masing hemispherium aman pada ruangnya sendiri. Tentorium
cerebelli terbentang seperti tenda yang menutupi cerebellum dan letaknya di
fossa craniii posterior. Tentorium melekat di sepanjang sulcus transversus
os occipitalis dan pinggir atas os petrosus dan processus clinoideus. Di
sebelah oral ia meninggalkan lobus besar yaitu incisura tentorii, tempat
lewatnya trunkus cerebri. Saluran-saluran vena besar, sinus dura mater,
terbenam dalam dua lamina dura.
2. Arachnoidea
3
Membrana arachnoidea melekat erat pada permukaan dalam dura
dan hanya terpisah dengannya oleh suatu ruang potensial, yaitu spatium
subdural. Ia menutupi spatium subarachnoideum yang menjadi liquor
cerebrospinalis, cavum subarachnoidalis dan dihubungkan ke piamater oleh
trabekulae dan septa-septa yang membentuk suatu anyaman padat yang
menjadi system rongga-rongga yang saling berhubungan.
Dari arachnoidea menonjol ke luar tonjolan-tonjolan mirip jamur ke
dalam sinus-sinus venosus utama yaitu granulationes pacchioni
(granulationes/villi arachnoidea). Sebagian besar villi arachnoidea terdapat
di sekitar sinus sagitalis superior dalam lacunae lateralis. Diduga bahwa
liquor cerebrospinali memasuki circulus venosus melalui villi. Pada orang
lanjut usia villi tersebut menyusup ke dalam tulang (foveolae granulares)
dan berinvaginasi ke dalam vena diploe.
Cavum subaracnoidea adalah rongga di antara arachnoid dan
piamater yang secara relative sempit dan terletak di atas permukaan
hemisfer cerebrum, namun rongga tersebut menjadi jauh bertambah lebar di
daerah-daerah pada dasar otak. Pelebaran rongga ini disebut cisterna
arachnoidea, seringkali diberi nama menurut struktur otak yang berdekatan.
Cisterna ini berhubungan secara bebas dengan cisterna yang berbatasan
dengan rongga sub arachnoid umum.
Cisterna magna diakibatkan oleh pelebaran-pelebaran rongga di atas
subarachnoid di antara medulla oblongata dan hemisphere cerebellum;
cistena ini bersinambung dengan rongga subarachnoid spinalis. Cisterna
pontin yang terletak pada aspek ventral dari pons mengandung arteri
basilaris dan beberapa vena. Di bawah cerebrum terdapat rongga yang lebar
di antara ke dua lobus temporalis. Rongga ini dibagi menjadi cisterna
chiasmaticus di ats chiasma opticum, cisterna supraselaris di atas diafragma
sellae, dan cisterna interpeduncularis di antara peduncle cerebrum. Rongga
di antara lobus frontalis, parietalis, dan temporalis dinamakan cisterna
fissure lateralis (cisterna sylvii).
3. Pia Mater
4
Piamater merupakan selaput jaringan penyambung yang tipis yang
menutupi permukaan otak dan membentang ke dalam sulcus,fissure dan
sekitar pembuluh darah di seluruh otak. Piamater juga membentang ke
dalam fissure transversalis di abwah corpus callosum. Di tempat ini pia
membentuk tela choroidea dari ventrikel tertius dan lateralis, dan bergabung
dengan ependim dan pembuluh-pembuluh darah choroideus untuk
membentuk pleksus choroideus dari ventrikel-ventrikel ini. Pia dan ependim
berjalan di atas atap dari ventrikel keempat dan membentuk tela choroidea
di tempat itu.
B.DefinisiMeningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang
lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.
Meningitis adalah infeksi yang menular. Sama seperti flu, pengantar
virus meningitis berasal dari cairan yang berasal dari tenggorokan atau hidung.
Virus tersebut dapat berpindah melalui udara dan menularkan kepada orang
lain yang menghirup udara tersebut.
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang
terjadi pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi
disertai cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai
adalah kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis purulenta atau meningitis
bakteri adalah meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa
pus serta bukan disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus. Meningitis
Meningococcus merupakan meningitis purulenta yang paling sering terjadi
Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita
dan droplet infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin
dan cairan tenggorok penderita. Saluran nafas merupakan port d’entree utama
pada penularan penyakit ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain
melalui pertukaran udara dari pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang
5
masuk secara hematogen (melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal
dan memperbanyak diri didalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada
selaput otak dan otak
C.Etiologi dan Tipe Maningitis
1. Meningitis Kriptikokus
Meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus. Jamur ini bisa
masuk ke tubuh kita saat kita menghirup debu atau tahi burung yang kering.
Kriptokokus ini dapat menginfeksikan kulit, paru, dan bagian tubuh lain.
Meningitis Kriptokokus ini paling sering terjadi pada orang dengan CD4 di
bawah 100.
Diagnosis
Darah atau cairan sumsum tulang belakang dapat dites untuk
kriptokokus dengan dua cara. Tes yang disebut ‘CRAG’ mencari antigen
( sebuah protein) yang dibuat oleh kriptokokus. Tes ‘biakan’ mencoba
menumbuhkan jamur kriptokokus dari contoh cairan. Tes CRAG cepat
dilakukan dan dapat memberi hasi pada hari yang sama. Tes biakan
membutuhkan waktu satu minggu atau lebih untuk menunjukkan hasil
positif. Cairan sumsum tulang belakang juga dapat dites secara cepat bila
diwarnai dengan tinta India.
2. Maningitis Virus
Termasuk penyakit ringan. Gejalanya mirip dengan sakit flu biasa,
dan umumnya si penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi viral meningitis
biasanya meningkat di musim panas karena pada saat itu orang lebih sering
terpapar agen pengantar virus. Banyak virus yang bisa menyebabkan viral
meningitis. Antara lain virus herpes.
3. Maningitis Bakterial
Disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit yang
serius. Salah satu bakterinya adalah meningococcal bacteria. Gejalanya
seperti timbul bercak kemerahan atau kecoklatan pada kulit. Bercak ini akan
berkembang menjadi memar yang mengurangi suplai darah ke organ-organ
lain dalam tubuh dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian.
6
4. Maningitis Tuberkulosa
Gejala : demam, mudah kesal, obstipasi, muntah- muntah, ditemukan
tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk, suhu badan naik
turun, nadi sangat labil/lambat, hipertensi umum, abdomen tampak
mencekung, gangguan saraf otak. Penyebab : kuman mikobakterium
tuberkulosa varian hominis.
Diagnosis : Meningitis Tuberkulosis dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan cairan otak, darah, radiologi, test tuberkulin.
5. Maningitis Purulenta
Gejala : demam tinggi, menggigil, nyeri kepala yang terus-menerus,
kaku kuduk, kesadaran menurun, mual dan muntah, hilangnya nafsu makan,
kelemahan umum, rasa nyeri pada punggung serta sendi.
Penyebab : Diplococcus pneumoniae(pneumokok), Neisseria
meningitidis(meningokok), Stretococcus haemolyticus, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Pneudomonas aeruginosa.
Diagnosis : dilakukan pemeriksaan cairan otak, antigen bakteri pada
cairan otak, darah tepi, elektrolit darah, biakan dan test kepekaan sumber
infeksi, radiologik, pemeriksaan EEG.
D. PatofisiologiMeningitis pada umumnya sebagai akibat dari
penyebaran penyakit di organ atau jaringan tubuh yang lain.
Virus / bakteri menyebar secara hematogen sampai ke selaput
otak, misalnya pada penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia,
Bronchopneumonia dan Endokarditis. Penyebaran bakteri/virus
dapat pula secara perkontinuitatum dari peradangan organ
atau jaringan yang ada di dekat selaput otak, misalnya Abses
otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan
Sinusitis. Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma
kepala dengan fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak.23
7
Invasi kuman-kuman ke dalam ruang subaraknoid
menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS
(Cairan Serebrospinal) dan sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan
sedang mengalami hiperemi; dalam waktu yang sangat
singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke
dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat.
Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit
dan dalam minggu kedua sel-sel plasma. Eksudat yang
terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung
leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisaan
dalam terdapat makrofag.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-
vena di korteks dan dapat menyebabkan trombosis, infark
otak, edema otak dan degenerasi neuronneuron. Trombosis
serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-purulen
menyebabkan kelainan kraniales. Pada Meningitis yang
disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal tampak jernih
dibandingkan Meningitis yang disebabkan oleh bakteri.
E.Gejala KlinisMeningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas
mendadak, letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan
pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) melalui pungsi lumbal.
Meningitis karena virus ditandai dengan cairan serebrospinal yang
jernih serta rasa sakit penderita tidak terlalu berat. Pada umumnya, meningitis
yang disebabkan oleh Mumpsvirus ditandai dengan gejala anoreksia dan
malaise, kemudian diikuti oleh pembesaran kelenjer parotid sebelum invasi
kuman ke susunan saraf pusat. Pada meningitis yang disebabkan oleh
Echovirus ditandai dengan keluhan sakit kepala, muntah, sakit tenggorok, nyeri
otot, demam, dan disertai dengan timbulnya ruam makopapular yang tidak
8
gatal di daerah wajah, leher, dada, badan, dan ekstremitas. Gejala yang tampak
pada meningitis Coxsackie virus yaitu tampak lesi vasikuler pada palatum,
uvula, tonsil, dan lidah dan pada tahap lanjut timbul keluhan berupa sakit
kepala, muntah, demam, kaku leher, dan nyeri punggung.
Meningitis bakteri biasanya didahului oleh gejala gangguan alat
pernafasan da gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus terjadi secara
akut dengan gejala panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang,
nafsu makan berkurang, dehidrasi dan konstipasi, biasanya selalu ditandai
dengan fontanella yang mencembung. Kejang dialami lebih kurang 44 % anak
dengan penyebab Haemophilus influenzae, 25 % oleh Streptococcus
pneumoniae, 21 % oleh Streptococcus, dan 10 % oleh infeksi Meningococcus.
Pada anak-anak dan dewasa biasanya dimulai dengan gangguan saluran
pernafasan bagian atas, penyakit juga bersifat akut dengan gejala panas tinggi,
nyeri kepala hebat, malaise, nyeri otot dan nyeri punggung. Cairan
serebrospinal tampak kabur, keruh atau purulen.
Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium I atau
stadium prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak
seperti gejala infeksi biasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit bersifat
subakut, sering tanpa demam, muntah-muntah, nafsu makan berkurang,
murung, berat badan turun, mudah tersinggung, cengeng, opstipasi, pola tidur
terganggu dan gangguan kesadaran berupa apatis. Pada orang dewasa terdapat
panas yang hilang timbul, nyeri kepala, konstipasi, kurang nafsu makan,
fotofobia, nyeri punggung, halusinasi, dan sangat gelisah.
Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 – 3 minggu
dengan gejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala
yang hebat dan kadang disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak.
Tanda-tanda rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi
kaku, terdapat tanda-tanda peningkatan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan
muntah lebih hebat.
Stadium III atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan
gangguan kesadaran sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal
9
dunia dalam waktu tiga minggu bila tidak mendapat pengobatan sebagaimana
mestinya.
F. Pemeriksaan Maningitis
1. Pemeriksaan Rangsangan Maningeal
a. Pemeriksaan kaku kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan
pergerakan pasif berupa fleksi dan rotasi kepala. Tanda
kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan
tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri
dan spasme otot. Dagu tidak dapat disentuhkan ke dada
dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan
rotasi kepala.
b. Kernig Sign
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan
dilakukan fleksi pada sendi panggul kemudian ekstensi
tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa
rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi
lutut tidak mencapai sudut 135° (kaki tidak dapat di
ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha
biasanya diikuti rasa nyeri.
c. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Brudzinski Leher)
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa
meletakkan tangan kirinya dibawah kepala dan tangan
kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi
kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda
Brudzinski I positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi
involunter pada leher.
d. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra
Lateral Tungkai)
10
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi
pasif paha pada sendi panggul (seperti pada pemeriksaan
Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada
pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul
dan lutut kontralateral.
2. Pemeriksaan Penunjang Maningitis
a. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk
menganalisa jumlah sel dan protein cairan cerebrospinal,
dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan
tekanan intrakranial.
Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang
bervariasi, cairan jernih, sel darah putih meningkat,
glukosa dan protein normal, kultur (-).
Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat,
cairan keruh, jumlah sel darah putih dan protein
meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa jenis
bakteri.
b. Pemeriksaan Darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah
leukosit, Laju Endap Darah (LED), kadar glukosa, kadar
ureum, elektrolit dan kultur.
Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan
leukosit saja. Disamping itu, pada Meningitis
Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan
leukosit.
c. Pemeriksaan Radiologi
Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto
kepala, bila mungkin dilakukan CT Scan.
11
Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala
(periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi) dan foto
dada.
G. Pencegahan Maningitis
1. Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko
meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan
melaksanakan pola hidup sehat.
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi
meningitis pada bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin yang
dapat diberikan seperti Haemophilus influenzae type b (Hib), Pneumococcal
conjugate vaccine (PCV7), Pneumococcal polysaccaharide vaccine (PPV),
Meningococcal conjugate vaccine (MCV4), dan MMR (Measles dan
Rubella).10 Imunisasi Hib Conjugate vaccine (Hb- OC atau PRP-OMP)
dimulai sejak usia 2 bulan dan dapat digunakan bersamaan dengan jadwal
imunisasi lain seperti DPT, Polio dan MMR.20 Vaksinasi Hib dapat
melindungi bayi dari kemungkinan terkena meningitis Hib hingga 97%.
Pemberian imunisasi vaksin Hib yang telah direkomendasikan oleh WHO,
pada bayi 2-6 bulan sebanyak 3 dosis dengan interval satu bulan, bayi 7-12
bulan di berikan 2 dosis dengan interval waktu satu bulan, anak 1-5 tahun
cukup diberikan satu dosis. Jenis imunisasi ini tidak dianjurkan diberikan
pada bayi di bawah 2 bulan karena dinilai belum dapat membentuk antibodi.
Meningitis Meningococcus dapat dicegah dengan pemberian
kemoprofilaksis (antibiotik) kepada orang yang kontak dekat atau hidup
serumah dengan penderita. Vaksin yang dianjurkan adalah jenis vaksin
tetravalen A, C, W135 dan Y.35 meningitis TBC dapat dicegah dengan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara memenuhi kebutuhan
gizi dan pemberian imunisasi BCG. Hunian sebaiknya memenuhi syarat
kesehatan, seperti tidak over crowded (luas lantai > 4,5 m2 /orang), ventilasi
10 – 20% dari luas lantai dan pencahayaan yang cukup.
12
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontak
langsung dengan penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di lingkungan
perumahan dan di lingkungan seperti barak, sekolah, tenda dan kapal.
Meningitis juga dapat dicegah dengan cara meningkatkan personal hygiene
seperti mencuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah dari toilet.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan
penyakit sejak awal, saat masih tanpa gejala (asimptomatik)
dan saat pengobatan awal dapat menghentikan perjalanan
penyakit. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan
diagnosis dini dan pengobatan segera. Deteksi dini juga
dapat ditingkatan dengan mendidik petugas kesehatan serta
keluarga untuk mengenali gejala awal meningitis.
Dalam mendiagnosa penyakit dapat dilakukan dengan
pemeriksaan fisik, pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan
laboratorium yang meliputi test darah dan pemeriksaan X-
ray (rontgen) paru
H. Pengobatan Maningitis
1. Maningitis Tuberkulosa
a. Dipakai obat tripel yaitu kombinasi INH dengan 2 dari 3
macam tuberkulostatika dibawah ini:
INH: Dewasa 10-15 mg/kg BB/hari
Anak 20 mg/kg BB/hari
Diberikan sekali sehari peroral
Streptomisin: Dosis 20 mg/kg BB/hari (maksimal 1
g/hari)
Diberikan IM selama 3 bulan
Etambutol: dosis 25 mg/kg BB/hari peroral selama 2
bulan pertama
13
kemudian dilanjutkan dengan 15 mg/kg
BB/hari
Rifampisin: Dewasa 600 mg/hari
Anak 10-20 mg/kg BB/hari
Diberikan sekali sehari peroral
b. Kortikosteroid
Indikasi : - tekanan inrakranial yang meningkat
- Adanya defisit neurologik
- Mencegah perlekatan arachnoidea pada
jaringan otak
Deksametason: mula-mula diberikan 10 mg IV lalu 4 mg
tiap 6 jam.
Prednison: 60-80 mg/hari selama 2-3 minggu lalu
diturunkan berangsur selama
1 bulan.
2. Maningitis Bakterial
a. Terapi antibiotik yang digunakan harus dapat menembus
sawar darah otak, contohnya rifampicin, chloramphenicol,
dan quinolones (konsentrasi serum sekitar 30%-50%)
b. Terapi antibiotik diberikan secepatnya setelah didapatkan
hasil kultur.
c. Pada orang dewasa, Benzyl penicillin G dengan dosis 1-2
juta unit diberikan secara intravena setiap 2 jam.
d. Pada anak dengan berat badan 10-20 kg. Diberikan 8 juta
unit/hari, anak dengan berat badan kurang dari 10 kg
diberikan 4 juta unit/hari.
e. Ampicillin dapat ditambahkan dengan dosis 300-400
mg/KgBB/hari untuk dewasa dan 100-200 mg/KgBB/ untuk
anak-anak.
3. Maningitis Viral
14
a. Diberi anti emetik seperti ondansetron dosis dewasa 4-8
mg IV tiap 8jam, dosis pediatrik 0,1 mg/kg IV lambat max
4 mg/dosis dan dapat diulang tiap 12 jam
b. Diberi antiviral seperti acyclovir, diberikan secepatnya
ketika didiagnosis herpetic meningoencephalitis, dosis
dewasa 30 mg/kg IV tiap 8 jam
4. Terapi meningitis jamur
a. Meningitis kriptokokus diobati dengan obat antijamur.
Dapat digunakan :
b. Flukonazol, obat ini tersedia dengan bentuk pil atau infus
c. Jika pasien intoleran dengan flukonazol dapat digunakan
dengan amfoterisin B dan kapsul flusitosin. Mempunyai
efek samping besar pada amfoterisin B, dapat diatasi
dengan pemberian ibuprofen setengah jam sebelum
amfoterisin B dipakai.
5. Terapi Suportive
a. Memelihara status hidrasi dengan larutan infuse elektrolit
dan oksigenasi
b. Direkomendasikan pemberian heparin 5000-10.000 unit
diberikan dengan pemberian cepat secara intravena dan
dipertahankan pada dosis yang cukup untuk
memperpanjang clotting time dan partial thromboplastin
time menjadi 2 atau 3 kali harga normal.
c. Untuk mengontrol kejang diberikan :
Diazepam :
Dewasa 10-20 mg/hari IV
Anak 0,5 mg/kg BB/hari IV
Fenobarbital:
Dewasa 6-120 mg/hari peroral
Anak 5-6mg/kg BB/hari peroral
15
Difenilhidantion:
Dewasa 300 mg/hari peroral
Anak 5-9 mg/kg BB/hari peroral
d. Jika demam diberikan Antipiretika : parasetamol atau
salisilat 10 mg/kg/dosis
e.Pada udem cerebri dapat diberikan osmotik diuretik atau
corticosteroid.
6. Dosis yang direkomendasikan untuk terapi antimikroba
dengan bakteri meningitis:
I. Prognosis
Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme spesifik
yang menimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput otak, jenis
meningitis dan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia
16
neonatus, anak-anak dan dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek,
yaitu dapat menimbulkan cacat berat dan kematian.
Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas
meningitis purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan mengalami
sequelle (akibat sisa). Lima puluh persen meningitis purulenta mengakibatkan
kecacatan seperti ketulian, keterlambatan berbicara dan gangguan
perkembangan mental, dan 5 – 10% penderita mengalami kematian.
Pada meningitis Tuberkulosa, angka kecacatan dan
kematian pada umumnya tinggi. Prognosa jelek pada bayi dan
orang tua. Angka kematian meningitis TBC dipengaruhi oleh
umur dan pada stadium berapa penderita mencari
pengobatan. Penderita dapat meninggal dalam waktu 6-8
minggu.
Penderita meningitis karena virus biasanya menunjukkan
gejala klinis yang lebih ringan,penurunan kesadaran jarang
ditemukan. Meningitis viral memiliki prognosis yang jauh lebih
baik. Sebagian penderita sembuh dalam 1 – 2 minggu dan
dengan pengobatan yang tepat penyembuhan total bisa
terjadi.
17
BAB III
KESIMPULAN
Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges,lapisan yang
tipis/encer yang mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang punggung,
disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara
akut dan kronis. Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas : Penumococcus,
Meningococcus, Hemophilus influenza, Staphylococcus, E.coli, Salmonella.
Keluhan pertama pada maningitis biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat
menjalar ke tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk
disebabkan oleh mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi
opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung
dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun. Tanda Kernig’s dan Brudzinky
positif.
Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta
virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang
tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita
18
merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta
penglihatan menjadi kurang jelas.
Untuk menentukan diagnosis meningitis dilakukan tes laboratorium. Tes
ini memakai darah atau cairan sumsum tulang belakang. Cairan sumsum tulang
belakang diambil dengan proses yang disebut pungsi lumbal.
Kebersihan menjadi kunci utama proses pencegahan terjangkit virus atau
bakteri penyebab meningitis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Harsono. 2003. Meningitis. Kapita Selekta Neurologi.UGM
2. Japardi, Iskandar. 2002. Meningitis Meningococcus. USU digital library URL :http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf
3. Quagliarello, Vincent J., Scheld W. 1997. Treatment of Bacterial Meningitis. The New England Journal of Medicine. 336 : 708-16 URL : http://content.nejm.org/cgi/reprint/336/10/708.pdf
4. Mardjono, Mahar. Sidharta, Priguna. 2009. Neurologi Klinis Dasar. PT. Dian
Rakyat. Jakarta.
19