Saphara Juli 2013
-
Upload
tyas-pamungkas -
Category
Documents
-
view
234 -
download
5
description
Transcript of Saphara Juli 2013
Edisi #I Juli 2013
SapharaSebuah Perjalanan, sebuah Kehidupan
SapharaMajalah KAPPA Fikom Unpad
Sebesi, tidak Sekeras BesiCatatan Perjalanan Pulau Sebesi di Krakatau
Cipeles KiniPengarungan denga Misi Lingkungan
Halaman:
Lintas Kota:
Catatan dari MalangPerjalanan Menembus Batas Provinsi
Eksplorasigunung, tebing, dan jeram
saphara072013
Salam RedaksiEksplore!
Eksplore adalah salam kebanggaan kami, anggota
KAPPA Fikom Unpad yang sudah berdiri selama 15
tahun. Selama 15 tahun ini juga banyak perjalanan
yang telah kami lakukan. Perjalanan itu semua
tersimpan rapi di ingatan.
Namun Pramoedya Anana Toer juga berkata bahwa
sia-sia saja manusia pintar setinggi langit namun
tidak menulis.
Maka inilah Saphara, di edisi 1 yang tentunya masih
perlu kritik dan saran untuk membuat kami
bertambah besar dan bertumbuh memberikan
informasi mengenai perjalanan alam bebas.
Kali ini kami menyajikan isu mengenai perjalanan
Krakatau di Banten, Tebing Kera di Malang, dan Sungai
Cipeles di Sumedang.
Masih banyak isu alam bebas lain yang juga kami
sajikan. Semoga semuanya bisa menikmati dengan
hati lapang dan merasakan petualangan yang kami
lakukan.
Salam hangat,
Tyas Dwi P.
MAJALAH SAPHARA
Pelindung: Drs. Aceng Abdullah M.Si. Pemimpin Perusahaan: Ria Hermila . Pemimpn
Media dan Redaksi: Tyas Dwi P. . Redaktur Bahasa: Dhanang David . Layout:
Djarot&Panji . Redaktur Budaya: Tyas Dwi P. Redaktur Lingkungan: Deando DP .
Redaktur Opini: Marlene . Reporter: Anggota KAPPA Fikom Unpad Angkatan 14,15 dan
16.
MAJALAH SAPHARA adalah majalah milik Klub Aktivis Pegiat dan Pemerhati Alam
Fikom Unpad.
Alamat: Student Center Fikom Unpad Lantai 2, Jatinangor, Sumedang
Sap
hara
Sebu
ah Pe
rjal
anan
, seb
uah
Kehidu
pan
Sap
hara
5
Perjalanan Lokal
SISATENAGA
Berikut adalah catatan perjalanan
anggota KAPPA Fikom Unpad
menuju Gua Pawon, Bandung BaratTeks: Dwi Anggraeni . Foto: Dokuentasi KAPPA
ini Journey Gemuruh Fajar yang hari ini akan menjadi hari terakhir perjalanan Mini Journey yang sudah kami lakukan M
dalam tiga minggu di setiap akhir pekannya. Jumat 12 April 2013, kami dibagi menjadi tiga bagian keberangkatan. Ada yang berangkat pukul 13.00 WIB ada juga yang menyusul pukul 15.30 dan 17.00 WIB.
5
Perjalanan LokalKami pun memaksimalkan
persiapan untuk Mini Journey tahap
akhir ini, mulai dari pra
keberangkatan kami semua selalu
latihan rutin dari hari senin – kamis
di papan panjat UKL dan Caldera.
Kami mematangkan fisik kami
untuk memanjat agar tidak terlalu
kaku saat melakukan pratek
langsung di tebing Goa Pawon.
Sesampainya disana Dwi
dan Wini menemui Kang Hendi
sebagai penanggung jawab atau
bisa disebut penjaga tempat
tersebut. Mereka memperkenalkan
diri kembali dan mengenalkan
teman- teman yang lain. Kami pun
mulai memasang flysheet di dalam
saung untuk melindungi atap jika
terjadi hujan dan tidak bocor dan
mengganggu istirahat kami nanti,
Para wanita membantu untuk
menyiapkan makan malam dan
membuat air panas untuk rekan
mereka yang nanti datang
menyusul.
Tak lama setelah teman –
teman yang lain tiba, kami makan
malam bersama dan seperti biasa
kami makan beralaskan trash bag.
Makanan hari itu teras sangat enak
karena kami semua dalam keadaan
lapar dan lelah, disusul juga sehabis
makan kita langsung mengadakan
evaluasi tentang keberangkatan tadi
dan briefing untuk pemanjatan esok
pagi.
Wa k t u i s i r a h a t t e l a h
diberikan oleh komandan operasi
kami, kami pun segera beristirahat
agar kondisi badan tetap bisa fit
untuk pemanjatan esok pagi. Seperti
berkurang dan melemah.
Kegiatan terus berlanjut,
a k h i r n y a M a n g S t u n y a n g
memasang runner keempat dan
seterusnya. Setelah terpasang semua
kami pun mencoba satu per satu
untuk memanjat keatas. Usaha kami
untuk memanjat patut diberikan
j e m p o l , k a r e n a k a m i
memaksimalkan tenaga untuk bisa
sampai atas, meskipun tidak ada
salah satu dari kami yang sampai
atas, skill memanjat kami sudah bisa
dibilang bagus.
“Gapapa, emang gitu! Pede
aja pede” selalu terdengar teriakan
seperti itu jika teman- teman kami
sedang memanjat. Setelah memanjat
kami semua mula i p rak tek
ascending, saat mencoba itu tangan
saya sudah terasa sangat sakit dan
pegal akibat memanjat tadi. Saya
seperti sudah tidak kuat untuk
menarik badan saya keatas. Setelah
beberapa jam, menunjukkan pukul
13.00 WIB agendanya jam segini
pemanjatan harus sudah selesai.
Kami pun merapikan semua alat
bawaan, dan kembali kebawah.
Dibawah kami tidak lupa berfoto
bersama di bawah tulisan masuk Goa
Pawon, hal ini menunjukkan baha
kegiatan kami di Goa Pawon telah
selesai dan berjalan dengan
lancar.berkesan, banyak pelajaran
yang bisa kita ambil, banyak contoh
sikap yang bisa kita jadikan panutan
dan acuan agar kita bisa maju.
biasa setiap malamnya ada jadwal
piket yang dibagikan untuk berjaga
jaga apabila terjadi sesuatu.
Kami tiba di tebing Goa
Pawon yang akan kami panjat, kami
menyiapkan alat dan tidak lupa
semua alat itu di list agar tidak
hilang. Tali, carrabiner screw,
runner, dan alat lainnya sudah
disiapkan. Olaf adalah orang
pertama yang memasang runner
keatas, kami salut dengan Olaf
karena dia berani dan mau
menunjukkan kepada kami kalau ini
semua aman dan tidak akan sampai
jatuh. Saat Olaf memasang keatas, Ia
hanya bisa sampai runner ketiga dan
se lanju tnya Akbar mencoba
memasang runner selanjutnya.
Saat Akbar mulai memanjat,
kami melihat paha Akbar sudah
mulai bergetar, seakan ingin jatuh
namun Ia mencoba tetap bertahan
diatas. Saat ingin meng-klik tali pada
runner keempat sepertinya Ia kurang
teliti sehingga Ia terjatuh dan
terbanting sampai runner tiga. Kami
yang melihat sangat kaget, jantung
kami pun berdegup cukup kencang
saat melihat itu.
Seperti memori buruk yang
dulu pernah dialami terlintas begitu
saja di pikiran, rasa takut muncul
k e m b a l i , b e g i t u p u l a r a s a
ketidakpercayaan pada alat. Namun,
kami mencoba agar tetap berani,
tetap ingin mencoba naik keatas.
Jujur, yang dirasakan saat melihat
Akbar terjatuh itu seperti kehilangan
orang yang disayangi, ingin
menangis tapi untuk apa..itu hanya
membuat rasa percaya d i r i
5
perjalananmenujudesa gunung kasurDesa Gunung Kasur merupakan titik recovery KAPPA Fikom Unpad
ketika Diklatsar. Salah satu peserta Diklatsar XVI berkenan menceritakannya
pada Anda.Teks: Dwi Desilvani . Foto: Tyas
Desa
5
dara dingin nan sejuk,
penduduk yang ramah, Ujalan penuh bebatuan
dikelilingi perkebunan kina
menjadi identitas Desa Gunung
Kasur yang terletak di Desa
C i p a n j a l u , K e c a m a t a n
Cilengkrang, Kota Bandung, Jawa
Barat. Daerah yang sejuk sangat
akrab kita temui karena desa ini
berada di atas ketinggian 1000
mdpl. Desa ini mempunyai
sejarah yang kental dengan asal
mula nama 'Desa Gunung Kasur'.
Konon menurut para tertua Desa
Gunung Kasur, gunung ini banyak
ditumbuhi rumput dan terlihat
seperti kasur. Struktur jalan yang
bebatuan menyebabkan desa ini
l e b i h b a n y a k d i a k s e s
menggunakan sepedah motor.
Penduduk di desa ini mayoritas
b e k e r j a s e b a g a i b u r u h
perkebunan. Bahkan, tempat
tinggal yang mereka tempati
sudah disediakan oleh dinas
perkebunan. Bedeg, penduduk
Desa Gunung Kasur biasa
menyebut tempat tinggalnya.
Tempat tinggal yang cukup layak
dengan model rumah panggung
yang berpondasi berbahan dari
pohon kina, dapat ditempati lima
sampai delapan orang. Dinding
y a n g c u k u p s e d e r h a n a
berbahankan bambu yang sudah
dianyam apik dan berlantaikan
kayu membuat rumah di Desa
Gunung Kasur terlihat sangat
sederhana dan nyaman untuk
ditempati . Penduduk Desa
Gunung Kasu r i n i mas ih
tumbuhan disekitarnya mati. Tanaman klitus mulai berkembang pesat di daerah perkebunan kina di Desa Gunung Kasur ini. Walaupun tumbuhan klitus mengurangi populasi tumbujan kina, tidak selamnya tumbuhan ini merugukan. Tumbuhan klitus ini ternyata juga dapat dimanfaatkan sebagai pondasi rumah dan feaniture sebagai pengganti pohon kina yang relatif berkembang baik dengan jangka waktu yang lama. Penduduk Desa Gunung Kasur tidak sepenuhnua merasa dirugikan dengan keberadaan tumbujan ini karena tumbuhan ini juga dapat dimanfaatkan walau tidak sekokoh kina. Selain bekerja menjadi buruh perkebunan kina, penduduk Desa Gunung Kasur ini juga berternak untuk melengkapi kebutuhan hidup
mengolah makanan dengan
cara tradisional. Mereka masih
menggunakan tungku untuk
memasak nasi dan bahan
lainnya. Penduduk Desa yang
mayoritas menganut agama
islam ini dalam sudah cukup
modern karena sebagian besar
penduduk desa ini sudah
mempunyai sepedah motor dan
a l a t k o m u n i k a s i u n t u k
memenuhi kebutuhan mereka.
Namun, pelayanan umum
untuk menjangkau sekolah dan
pusat perbelanjaan masih
sangat jauh. Banyak anak-anak
di desa ini hanya berpendidikan
sampai Sekolah Menengah
Pertama karena selain biaya
yang tidak sanggup untuk
dicukupi, akses menuju sarana
umum sangat sulit dijangkau.
Telur Gabus yang nikmat
m e n j a d i m a k a n a n k h a s
penduduk Desa Gunung Kasur.
Anak-anak di Desa ini tidak
melanjutkan pendidikannya,
m e r e k a s e b a g i a n b e s a r
membantu pekerjaan orang
tuanya.Desa yang dikelilingi
perkebunan kina yang lebat membuat mata pencarian penduudk di desa ini mayoritas sebagai buruh perkebunan kina. Para buruh perkebunan kina dan pemilik perusahaan perkebunan kina pada saat ini mendapatkan kendala yang menghambat tumbuhnya pohon kina. Adanya tumbuhan klitus membuat populasi pohon kina semakin berkurang. Tumbuhan ini menyerap banyak air sehingga
Desa
5
Perjalanan Lintas Kota
Tim Panjat baru pulang dari Malang.
Ayo simak catatan perjalanannya.
Teks: Nelly Yustika . Foto: Dokumentasi Tim
5
Sabtu , 29 Juni 2013
Hari yang ditunggu akhirnya
datang , tahapan terakhir rangkaian
diklatsar KAPPA. Sekaligus menjadi
pengalaman pertama berpergian ke
Malang dengan tujuan panjat tebing
Lembah Kera, Malang. Barang
bawaandisiapkan malam sebelum
keberangkatan, perlengkapan
pribadi, kelompok, dan perbekalan
sudah terpacking dengan cantik
didalam carier 60 liter ini.
Mengenakan kemeja coklat, celana
jins plus sepatu gunung membuat ku
siap untuk berangkat memenuhi
tujuan khusus Independent Journey
di Malang. Berangkat bersama rekan
calon anggota madya divisi BIDIK ,
berdua belas menggendong carier
berjalan menantang terik matahari
menuju gerbang lama untuk naik
kendaraan umum menuju stasiun
Kiara Condong.Kereta kami
berangkat pukul empat sore
Perjalanan kali ini akan banyak
memakan waktu dan pastinya
melelahkan duduk selama kurang
lebih 15 jam untuk sampai di Stasiun
Kota Baru Malang. Selama dikereta
kami habiskan waktu dengan
bercanda, bermain uno, makan, dan
tidur.
Minggu, 30 Juni 2013
Terbangun dari tidur tinggal
satu stasiun lagi kami sampai di
Malang. Menuju ke WC untuk cuci
muka , wc nya cukup bersih . Tibalah
kami di Kota Malang, keluar adri
kereta bahasa yang didengar bukan
lagi bahasa Sunda dan dengan
otomatis kami pun mencoba
berbicara bahasa jawa bahkan
beberapa teman ada yang
menggunakan bahasa sunda dengan
logat jawa. Terlihat dari wajah kami
lusuh karena kurang tidur atau
kebanyakan tidur, mungkin. Sarapan
pertama kali di Kota Malang yaitu
Nasi Remes nama warungnya soto
basket , sempat saya menanyakan
kepada si pedagang mengapa
namanya soto basket, ternyata karena
dulu sering berjualan dilapangan
basket. Nasi Remes beharga delapan
ditemani belanja kedua putrinya ,
saya dan Naya mendorong kereta
belanjaan sambil memakan pizza
enak dan murah seperti anak kecil,
sedangkan Dwi sibuk memilih-
milih nuget yang baik dan mencari
bahan makanan yang berkualitas
baik namun murah seperti layaknya
ibu-ibu. Sesudah menemani Dwi
belanja kami makan malam dan
mengadakan briefing untuk
perjalanan besok. Briefing
dilakukan dengan cepat kemudian
kami lanjutkan dengan keliling kota
Malang dipandu oleh mbak din dan
mbak yan menggunakan motor
yang dipinjamkan anak IMPALA.
Kami melihat Balai Kota Malang,
Tugu, dan Alun-Alun.
Senin 1 Juli 2013
Hari ini kami berangkat
menuju tebing Lembah kera ,
perjalanan kira-kira satu setengah
jam kami lalui dan ada rekan yang
menggunakan motor karena untuk
keperluan ERP nantinya. Tempat
pemanjatannya nyaman , karena
kami membuat camp di roof
sehingga tidak kehujanan. Disana
juga telah tersedia kamar mandi
yang lumayan bersih. Sesampainya
di tebing saya, Naya, dan Dwi
bertugas menyiapkan makan siang
dan lagi-lagi saya kebagian buat air
minum. Entah mengapa sejak mini
journey saya memang selalu
banyak mendapatkan tugas ini .
Mungkin karena minuman yang
saya buat seperti teh, kopi, susu,
bahkan air putih pun terasa enak
(memuji diri sendiri).
Setelah masak saya dan
Naya sebagai tim Isu bergegas
menuju desa untuk mencari
informasi tentang isu pencemaran
Sungai Lesti yang dilakukan oleh
Pihak U.D Lestari. Hari pertama
getting data tidak banayk yang
kami temukan karena untuk
mewawancarai pihak pabrik kami
memerlukan surat izin peliputan
dari organisasi sedangkan karena
kekhilafan sang sekertaris yaitu
saya sendiri lupa membuat surat
ribu ini sukses membuat perut saya
lumayan kenyang.
Akbar salah satu rekan
saya yang menjabat sebagai
pengurus masalah transportasi
sedang mencoba melobi angkutan
umum untuk mengantarkan kami
ke sekretariatan Ikatan Mahasiswa
Pecinta Alam (IMPALA)
Universitas Brawijaya. Sudah
mendapatkan angkot kami
bergegas menuju sekre IMPALA
masuk di kawasan Unibraw
sesuatu jatuh dari arah depan
mobil. Ya, terjatuhlah dua carier
dari atas mobil dan salah satunya
merupakan carier saya , sempat
sedih karena didalamnya terdapat
laptop. Kedua carier ini juga
sempat menghebohkan para
mahasiswa baru kedokteran yang
sedang berkumpul dan secara
spontan mereka ikut membantu
mengangkat carier . Saat itu juga
pertama kalinya kami bertemu mas
Abkhori anggota IMPALA kenalan
kami. Mas Abkhori mempunyai
ciri-ciri tinggi, kurus, hidung
mancung, dan dengan suara ketawa
yang unik, hampir semua rekan
saya mampu menirukan suara
tertawa mas Abkhori.
Sekre IMPALA terbilang
besar karena mempunyai tiga
ruangan, namun tidak mempunyai
dapur. Disambut oleh mbak yan,
mbak din, dan mas lupa namanya
kami berbincang mengakrabkan
diri setelah itu istirahat. Sorenya
sengaja saya mandi cepat agar bisa
ikut dwi sang komandan dapur
berbelanja perbekalan yang kurang
, sekalian bisa jalan-jalan naik
motor melihat kota Malang. Masuk
ke supermarket pertama dan keluar
lagi dikarenakan bahan yang dijual
tidak lengkap. Akhirnya kami ke
MATOS, Malang Town Square .
Kami berbelanja berempat saya,
naya, dwi, dan kang hanif.
Namun kang hanif hanya
bisa menunggu kami diluar karena
lupa membawa STNK motor yang
dipinjam. Seperti seorang Ibu yang
Perjalanan Lintas Kota
5
Kamis 4 Juli 2013
Hari kepulangan kami
kereta yang akan membawa kami
pulang berangkat pukul satu siang
sehingga jam dua belas kami sudah
harus berada disana. Seperti biasa
bangun, packing, dan berangkat
menuju stasiun kota Malang.
Namun sebelumnya foto dulu
dengan saudara IMPALA . Sampai
di stasiun Kota Malang , beberapa
rekan saya ada yang membeli oleh-
oleh untuk keluarga. Perjalan
pulang kurang lebih sama ditempuh
selama 15 jam. Sampai di Stasiun
Kiara Condong pukul 05.00 subuh
tanggal 5 Juli 2013 , langsung
membereskan alat dan upacara
penutupan bersama divisi GURITA.
izin peliputan . Untungnya ada
Bundo yang menjadi bundodari
menyelamatkan hidup kami dengan
men-scan cap KAPPA. Namun
Sungai Lesti yang kami cari belum
ketemu karena hari menandakan
akan hujan maka peliputan kami
arahkan besok.
Selasa 2 Juli 2013
Masih melakukan
pencarian informasi ,karena
sebelumnya pihak U.D Lestari
mengatakan limbah yang dihasilkan
tidak mencemari Sungai Lesti , dan
bedasarkan wawancara warga
sekitar yang tidak merasa
tergangung dengan limbah pabrik ,
kami sedikit mencurugai keaslian
berita wartawan RRI yang dimuat
dimedia online. Layaknya seorang
detektif, saya dan Naya mencoba
mencari alamat pak Marini yang
menjadi narasumber diberita online
tersebut. Kebetulan alamat
narasumber dicantumkan dalam
berita tersebut. Alamat pak Marini
kami tanyakan kebeberapa orang,
sampai akhirnya kami menemukan
rumah RW 01 RT 04 Desa
Gampingan.
Rumah ini memang benar
ditinggali oleh bapak yang bernama
Marini, namun ia tidak bekerja
sebagai pembersih limbah di sungai
seperti yang diberitakan oleh
wartawan RRI. Kami hanya
bertemu dengan sang istri
sedangkan pak Marini sendiri
menolak untuk bertemu dan
mengatakan melalui sang istri
bahwa ia tidak pernah
diwawancarai oleh wartawan
mengenai pencemaran sungai
sebelumnya.
Kami semakin curiga
sebenarnya apa yang terjadi?,
mengapa narasumber berita online
tersebut menolak bertemu kami dan
mengatakan tidak pernah
diwawancarai. Padahal tepat sekali
alamat dan nama narasumber
tersebut sesuai dengan yang ada
diberita. Masuk kedalam pabrik
U.D Lestari , kami diajak untuk
melihat pembuatan biji plastik dan
pengolahan limbahnya. Namun
kami tidak diizinkan
mendokumentasikan isi dalam
Pabrik karena kekhawatiran pihak
pabrik ada yang meniru proses
ataupun mesin yang digunakan.
Terlihat dari pihak pabrik yang
sedikit takut terhadap kami
sehingga sangat hati-hati dlam
berbicara. Melihat semua proses
terutama dalam pengolahan limbah
yang cukup wajar. Kami berbincang
dan pihak pabrik mengatakan
pernah ada media yang membuat
berita tentang pencemaran yang
dilakukan pihak U.D Lestari ,
namun wartawan itu sendiri tidak
pernah datang ke pabrik ataupun
mewawancarai pihak pabrik.
“Mungkin itu kompetitor yang
sengaja menjatuhkan pabrik kami”
tutur bagian personalia U.D Lestari,
bapak Mukhlis. Ia pun menunjukan
bahwa pabrik U.D Lestari memiliki
dokumen UPL dan UKL ,
sebelumnya juga sudah dilakukan
pengujian oleh Badan Lingkungan
Hidup,Malang.
Rabu 3 Juli 2013
Kegiatan berjalan seperti
biasa, namun kali ini kang ryan dan
Naya yang melakukan getting data
untuk mencari Sungai Lesti,
sedangkan saya melakukan
pemanjata sport climbing . Hari ini
dihabiskan dengan kegiatan
pemanjatan sport climbing dan
melengkapai tujuan khusus yang
belum tercapai. Sayangnya saat
pemanjatan saya hanya bisa sampai
pada pitch pertama , tidak ada
tenaga lagi untuk mengangkat
badan. Sore ini kami akan kembali
menuju sekre IMPALA. Pukul 4
sore kami berangkat menuju sekre
IMPALA namun diperjalanan
tangki mobil yang kami naiki bocor
sangat besar. Bisa diatasi tetapi
angkotnya beberapa kali mogok
dan harus didorong. Sampai di
IMPALA kami evaluasi dan bersiap
untuk kepulangan besok lalu
Istirahat.
Perjalanan Lintas Kota
pulau sebesi,surga di tengah lautReporter kami melaporkan catatan perjalanan dari
Pulau Sebesi di Gunung Anak KrakatauPenulis: Marlene, Deando, dan Olfi Foto: Dimas Djarot dan Panji
Laporan Utama: Sebesi
TIDAK SEKERAS BESI
empasan ombak
menyapu pasir pantai Hyang kehitaman.
Harmoni alam dilengkapi
rangkaian kicau burung menyapa
setiap insan di dermaga Pulau
Sebesi. Pulau kecil di tengah
luasnya Selat Sunda ini bisa
dikatakan salah satu pulau
berpenghuni terdekat dengan
Gunung Anak Krakatau. Siapa
yang tidak tahu Gunung
Krakatau? Gunung yang meletus
tahun 1883 ini tidak hanya
menimbulkan dampak yang besar
untuk Indonesia, tetapi terasa
sampai ke luar negeri pada saat
itu. Gunung Anak Krakatau mulai
muncul sekitar tahun 1927 dari
kaldera (kawah besar) purba. Saat
ini mencapai ketinggian 230 meter
di atas permukaan laut dan terus
bertambah tinggi dari tahun ke
tahun. Gunung api aktif yang
disebut-sebut sebagai Galapagos
Indonesia ini tentunya menjadi
objek wisata yang menarik bagi
wisatawan baik lokal maupun
interlokal. Karena masih aktif,
Gunung Anak Krakatau tidak bisa
didaki sampai puncak, hanya bisa
sampai punggungannya di patok 8.
Menjadi objek wisata yang
mulai diminati wisatawan, tentu
sarana prasarana harus
menunjang. Lewat kebutuhan
inilah Pulau Sebesi yang
berdekatan dengan Gunung Anak
Krakatau mulai dikembangkan
agar siap untuk menerima
wisatawan. Pulau yang diklaim
milik perseorangan ini mulai
dikembangkan oleh Dinas
Pariwisata dengan tujuan layak
untuk dikunjungi. “Sejak
pemerintah turun tangan langsung,
semakin banyak turis yang datang
ke sini,” terang Ayib, salah satu
warga Pulau Sebesi. Vila-vila
penginapan milik perseorangan
dan pemerintah sudah berdiri di
pinggir pantai, meski tidak terlalu
terawat. “Ya, sebenarnya kan
orang-orang ke sini yang pada
mau ke Krakatau. Kalau disana
kan tidak ada penginapan,” Tini,
istri Ayib menambahkan.
Sesampainya di dermaga
mungil Pulau Sebesi, terasa damai.
Nampak lalu lalang beberapa orang
dalam kejauhan. Menginjak jembatan
dermaga dan plang 'Selamat Datang'
terbaca, bisa kita saksikan beberapa
orang sedang mengangkut barang-
barang kebutuhan pokok dari kapal
motor ke mobil bak. Ya, akses menuju
Pulau Sebesi hanyalah kapal motor.
Kapal-kapal tersebut memiliki nama
dan jadwal tersendiri untuk pulang
pergi setiap minggunya. Selain
mengangkut orang dan sepeda motor,
baru-baru ini mobil bisa diangkut
menggunakan kapal motor. “mobil
disini kan baru masuk belum lama,”
Ayib menambahkan.
Warung kecil pinggir pantai
diisi beberapa orang. Mulai dari
wisatawan yang akan pergi pulang,
para pekerja pengangkut barang atau
anak-anak kecil yang membeli
cemilan. Si empunya warung bolak-
balik mengantar pesanan baik indomie
telor atau minuman dingin berasa.
Udara yang cukup panas membuat
minuman dengan es batu terasa
melegakan. Jalan-jalan utama di Pulau
Sebesi sudah dipasang pavingblok,
sehingga tidak sulit untuk dilewati. Di
Pulau Sebesi hanya memiliki 1 desa,
yaitu desa Tejang. Di dalam Desa
Tejang terdapat 4 dusun yaitu Dusun
Bangunan, Dusun Impres, Dusun
Regahan Lada dan Dusun Sigenom.
Begitu memasuki Pulau Sebesi, kita
akan disambut oleh Dusun Bangunan.
Bisa dikatakan Dusun Sigenom yang
paling jauh dibandingkan dusun-dusun
lainnya. Karena letaknya yang jauh,
jelas sarana prasana menjadi tidak
Laporan Utama: Sebesi
merata. Bila 3 dusun lainnya bisa
mendapatkan listrik dari PLN, Dusun
Sigenom tidak. “di Sigenom tidak ada
PLN. Kita bayar ke perseorangan yang
punya alat,” jelas Mala yang sudah 5
tahun menetap di Pulau Sebesi, Dusun
Sigenom.
Jangan pikir listrik seperti
diperkotaan. Warga Pulau Sebesi masih
merasakan kesul i tan prasarana
pendukung utama tersebut. Listrik
masih sangat terbatas. Nyala mulai
pukul stenga 6 sore dan jam 12 malam
mati. Kecuali memiliki genset atau
sumber listrik pribadi. Sarana kesehatan
pun sebenarnya jauh dari cukup.
Puskesmas di pulau ini ada 3, namun
yang benar-benar aktif hanya 1 di Dusun
Bangunan. Itupun hanya ada mantri dan
bidan yang tinggalnya tak menetap. Bila
da lam keadaan da ru ra t un tuk
melahirkan, biasanya warga masih
mengandalkan dukun beranak setempat.
Untuk penyakit lain yang tidak dapat
ditangani harus dibawa ke Kalianda,
sekitar 90 menit naik kapal motor.
Untuk memenuhi kehidupan sehari-hari
seperti makanan dan pelengkap
kebutuhan lainnya pun, masyarakat
harus keluar pulau. Biasanya mereka
berbelanja ke pasar Kalianda yang
merupakan pasar terdekat dari Pulau
Sebesi.
Dibalik beberapa fasilitas yang
masih terbatas, ternyata tidak sulit untuk
memperoleh a i r d i s in i . Ayib
mengatakan, “air di sini mah gampang,
bor 30 meter aja pasti udah dapat air
yang bagus.” Selain air, tanah di Pulau
Sebesi sangat subur. Itulah mengapa
mayoritas penduduk di Pulau Sebesi ini
memilih menggantungkan hidup
menjadi petani. Kebanyakan
mereka bertani kakao, kelapa atau
cengkeh. Walau hidup sebagai
masyarakat pesisir, hanya beberapa
saja yang memilih untuk menjadi
nelayan. “di s ini kan ki ta
memancing masih cara tradisional,
hanya menggunakan pancingan
saja,” terang Nur, penjaga warung
di Dusun Impres. Mungkin
keterbatas itulah yang membuat
penduduk Sebesi lebih memilih
bertani. Untuk sekolah, sudah ada
mulai dari Sekolah Dasar hingga
Sekolah Menengah Atas (SMA).
Namun biasanya, anak-anak di sini
lebih memilih SMA di luar biasanya
ke Serang, Cilegon.
Laporan Utama: Sebesi
Harta bagiilmu pengetahuan
Gunung di tengah lautan dekat kawasan kaldera purba Gunung Krakatau menyimpan banyak pertanyaan akan proses kemunculannya. Peneliti dari berbagai negara datang untuk mengisahkan Anak “muda” Krakatau.Siapa yang tidak mengenal Gunung Krakatau? Letusan dahsyatnya pada tahun 1883 mengakibatkan awan panas dan tsunami yang menewaskan 36.000 jiwa. Hal itu pula lah yang menjadikan daerah Kepulauan Krakatau, Lampung ini sangat menarik para peneliti untuk datang. Terutama dengan kemunculan gunung api baru di kawasan tersebut yang dikenal sebagai Gunung Anak Krakatau pada tahun 1927 atau 40 tahun setelah meletusnya Krakatau. Anak Krakatau merupakan gunung berapi yang masih sangat aktif. Terbukti dengan pertumbuhan ketinggiannya yang mencapai 4 cm setiap tahun.Masyarakat Pulau Sebesi yang merupakan pulau berpenduduk paling dekat dengan Gunung Anak Krakatau mengaku tidak khawatir dengan aktivitas Anak Krakatau, seperti yang dijelaskan Syahroni, Kepala Dusun Tejang. “Krakatau batuk-batuk sedikit sih kita disini sudah biasa. Malah yang jadi khawatir kalau gunungnya anteng-anteng saja,” jelas Syahroni. Hal ini juga yang menyebabkan tradisi
luar negeri banyak yang kesini”, ucap Ilyas, ranger yang berjaga di Pos Anak Krakatau.Menurut para ahli, Anak Krakatau merupakan harta bagi ilmu pengetahuan. Seperti yang dijelaskan Amir, salah satu pengurus BKSDA Lampung, “Saya sering mendampingi peneliti Anak Krakatau saat penelitiannya, mereka bilang anak Krakatau merupakan harta bagi ilmu pengetahuan dikarenakan kemunculan gunung berapi dari dalam laut merupakan fenomena yang sangat langka di dunia,” ujarnya.Galapagos adalah sebuah kepulauan di Samudera Pasifik yang sebelum kemunculan Anak Krakatau mendapat anggapan sebagai laboratorium suksesi alam terlengkap dan terbesar. Julukan Anak Krakatau sebagai Galapagos Indonesia lahir dari fakta yang menjelaskan bahwa Gunung Anak Krakatau membawa teori tentang sukses ekologi dan kolonisasi di sebuah pulau yang muncul dari laut, melebihi Galapagos. Terbukti dengan keragaman flora dan fauna di ekosistemnya seperti serangga, kelelawar, burung, biawak, penyu hijau, hingga mamalia seperti tikus. Bahkan, kawasan ini menjadi “rumah” bagi beberapa species langka seperti Troides Helena satu dari 50 jenis kupu-kupu yang ada di Anak Krakatau. Dr. Kunkun Jaka Gumarya, Dosen Ekologi Hewan Universitas Padjadjaran, menjelaskan bahwa hewan-hewan
memohon keselamatan yang biasa disebut “Ngelarung Kepala Kerbau” kini sudah mulai ditinggalkan. Masyarakat Sebesi hanya melaksanakannya ketika ada Festival Krakatau yang diadakan Pemerintah Daerah Lampung antara bulan Juni atau Juli setiap tahunnya untuk tujuan pariwisata. Nah, pada event inilah turis bisa leluasa memasuki daerah kawasan cagar alam Kepulauan Krakatau.Namun, sebenarnya Gunung Anak Krakatau yang merupakan bagian dari kawasan cagar alam Kepulauan Krakatau ini bukan tempat untuk wisata, karena pemerintah telah menetapkannya sebagai cagar alam yang sangat dijaga ketat ekosistem hewan dan tanamannya yang berada di wilayah itu. Tidak sembarang orang bisa masuk. SIapa saja yang hendak memasuki kawasan Krakatau harus mendapatkan Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI) yang dikeluarkan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung sebagai pemilik kawasan konservasi tertutup Gunung Anak Krakatau. Orang yang diizinkan menginjakkan kaki di gunung ini yaitu orang yang memiliki izin penelitian, pendidikan, pengembangan pengetahuan, dan penunjang budidaya. Jalur menuju Anak Krakatau bisa dari Lampung atau Banten. “Tak hanya peneliti,turis lokal atau
Teks: Olfi . Foto: Panji
Laporan Utama: Sebesi
tersebut bisa ada di pulau tersebut karena banyak faktor. “Bisa karena angin, tumpangan, atau menyeberang laut,” ucap Kunkun.Hipotesis tersebut juga diperkuat oleh pernyataan dari Dr. Abdullah Sany, Dosen Geofisika Institut Teknologi Bandung. “Burung dan angin merupakan pelaku utama adanya hewan seperti serangga serta beragam jenis burung di Anak Krakatau. Mengingat letaknya merupakan titik tengah antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera sehingga dijadikan tempat persinggahan pada musim migrasi,” jelas Sany.Tak hanya keragaman flora dan fauna yang menyebabkan kawasan Anak Krakatau menjadi kaya. Pasir berwarna hitam yang ada di seluruh area pulau merupakan nilai plus. Sany menambahkan bahwa pasirnya berwarna hitan karena hasil dari letusan gunungnya. “Letusan gunung membawa beragam mineral, terutama mineral Besi (Fe) yang tercampur dalam pasir,” jelasnya. Tak ayal, pasir disini juga banyak dicari untuk kepentingan industri pembuatan peralatan berbahan baku besi.
Laporan Utama: Sebesi
kehidupan sebesi
Pulau Sebesi, pulau yang terletak di 5°59'0?LS,105°29'50?BT, di Provinsi Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, Kecamatan Rajabasa, merupakan pulau yang paling dekat dengan Gunung anak Krakatau, pulau dengan jumlah penduduk sebanyak kurang-lebih 3000 penduduk. Penduduk yang mempunyai sekitar 700 kepala keluarga ini mempunyai 2 mayoritas asal penduduk, yaitu 75% berasal dari Banten dan 25% sisanya berasal dari Lampung, dan mempunyai sebuah suku yaitu suku Jaseng atau Jawa Serang.Ternyata di Pulau Sebesi yang terlihat damai dari kehidupannya mempunyai sebuah masalah atas hak atas kepemilikkan tanahnya. Menurut Yani yang bekerja di SD setempat, hampir semuanya penduduk disini adalah penduduk illegal. “Mengapa illegal?, Karena 99,9% penduduk yang tinggal disini tidak mempunyai sertifikat atas tanahnya, mereka hampir semuanya pendatang dari berbagai pulau yang mendirikan tempat tinggalnya tanpa ada serah-terima atas tanah yang mereka tempati dengan pemilik Pulau Sebesi ini”, tutur Yani.Pemilik pulau ini sebelumnya bernama M. Saleh Alim Hasan yaitu orang yang berasal dari lampung dimana tanah tersebut diberikan kepada M. Saleh Alim Hasan pada tahun 1961 oleh nenek moyangnya. Pulau sebesi ini dibeli oleh nenek moyang M. Saleh alim Hasan pada saat zaman kolonialisme belanda zaman dahulu.Narasumber kami, yang juga merupakan salah satu keluarga dari
M. Saleh alim berkata bahwa penduduk disini merampok sumber daya alam yang ada disini tanpa seizin pemilik tanah pulau sebesi ini, salah satu contohnya proyek dermaga yang sudah dibiayai pemerintah disini ternyata tidak menggunakan sumber daya alam dari luar pulau melainkan menggunakan bebatuan di pinggir pantai yang diambil setiap harinya. Dan pengambilan batu ini sudah berlangsung selama 6 hari dari saat saya berada disana.Padahal sebelumnya para penduduk disini sudah mempunyai sebuah perjanjian dengan pemilik tanah atas hasil perkebunan seperti bagi hasil dan sebagainya, sedangkan seiringnya perkembangan zaman antar generasi yang tinggal disini perjanjian yang dulu telah dibuat ternyata pudar, sehingga merugikan pemilik pulau sebesi ini.Peran Pemda atas kepemilikkan tanah disini pun hampir tidak ada, karena bisa dibilang saat Pemda setempat melakukan pengusiran
sesuai pelanggaran yang terjadi atas masyarakat sebesi ini bisa saja media memberitakan yang tidak baik mengenai pengusiran masyarakat pulau sebesi.Tetapi jika kita lihat dari sisi penduduk disini sangatlah sedih jika suatu saat terjadi pengusiran terhadap masyarakat di pulau sebesi ini, bisa dibilang sudah banyak orang yang menetap lama di pulau sebesi ini, dimana keluarga mereka sudah tumbuh dari kecil hingga dewasa di pulau ini, dan dilihat dari pendapatan masyarakat disini sangatlah kekurangan, pendapatan mereka bisa dibilang hanya untuk mencukupi makan keluarga mereka.Sehingga jika terjadi pengusiran atas masyarakat pulau sebesi ini akan semakin banyak pengangguran dan mereka belum tentu mendapatkan tempat yang layak seperti di pulau sebesi ini.Menurut ibu yani yang bekerja sebagai guru sd dan smp di pulau sebesi pernah ada sebuah solusi
Teks: Deando . Foto: Deando dan Djarot
Laporan Utama: Sebesi
Kuliner
Lelah menapaki rimba raya, mungkin Anda
akan tertarik dengan tempat ngopi
satu ini.
Teks&Foto: Tyas Dwi Pamungkas
KulinerPengunjung dilarang bermain catur dan kartu, tetapi dipersilakan untuk membaca, berdiskusi, atau sekadar duduk-duduk santai.”"
Kalimat tersebut adalah sebuah peringatan yang tertulis di belakang bangku-bangku kayu besar dan unik serta nyaman untuk diduduki di sebuah tempat ngopi di kawasan Dago Pakar, Bandung. Adalah Kopi Selasar, sebuah tempat cozy yang dinaungi oleh pepohonan dan bonus pemandangan Bandung dari ketinggian bisa dijadikan alternatif tempat bersantai sambil menikmati secangkir kopi bersama pasangan atau teman-teman. Ide segar bisa muncul begitu saja disini, diiringi nyanyian burung dan tonggeret dibarengi udara segar yang bisa kita hirup di ruang terbuka. Alamat lengkap tempat ini adalah Jalan Bukit Pakar Timur No. 100. Letaknya mudah ditemukan karena menjulang di kiri jalan jika Kamu melintas dari Dago.Menurut Manajer Galeri Selasar Sunaryo Art Space (SSAC) Rosiyani Aman, konsep Kopi Selasar ini sudah sepenuhnya ditentukan oleh Sunaryo selaku penggagas SSAC. Sunaryo menginginkan pengunjung yang datang ke Kopi Selasar melakukan hal-hal positif daripada hanya bermain kartu. Ia lebih suka jika pengunjung datang untuk berdiskusi, membaca, atau mengerjakan tugas.“Unsur art sudah dapat kita temukan di Galeri, Kopi Selasar memang didesain untuk belajar,” ujar Rosiyani menanggapi peringatan yang cukup mencolok dan membekas di ingatan begitu kita melihatnya.Kopi Selasar dipilih sebagai nama karena tempat ini sudah terintegrasi dengan SSAC yang memiliki beragam bangunan dengan beragam fungsi juga dan memiliki kopi sebagai minuman andalan. Berdiri sejak 1998, Kopi
Selasar dengan bangga mengusung kopi sebagai minuman yang dijagokan untuk menghargai biji hitam mengandung kafein ini yang merupakan produk asli Indonesia. Seperti kopi robusta dan arabica. Bahkan tempat ini tidak menggunakan barista (peracik kopi) dari luar negeri, semuanya berasal dari Indonesia.Untuk weekdays, Kopi Selasar hanya buka hingga pukul 18.00 WIB, hal tersebut disebabkan oleh integrasi Kopi Selasar dan SSAC yang hanya buka hinggal pukul 17.00 WIB. Konsep awalnya Kopi Selasar dibuat sebagai pelepas lelah orang-orang setelah berkunjung ke Galeri. Ada jam tutup baru untu weekend, tempat ini buka hingga pukul 22.00 WIB. Jadi kini Kamu bisa menikmati Bandung di malam hari dari tempat ini.Menurut Lina, manajer Kopi Selasar, menu spesial dari Kopi Selasar adalah Selasar Coffee, secangkir kopi reguler dengan tambahan susu dan jahe. Untuk makanannya, Kamu direkomendasikan untuk memilih Cinnamon Banana, pisang yang diberi gula merah dan kayu manis yang cocok dinikmati sore hari.Selain Selasar Coffee, tempat ini menyediakan Selasar Coffee
Flavored, sajian kopi dengan pilihan rasa seperti kacang, sirup hazelnut, es krim atau whipped cream. Makanan lain yang direkomendasikan oleh Lina adalah Pasta dan Nasi Goreng Pete.Tempat yang nyaman asri dan menyejukkan membuat banyak pengunjung yang betah berlama-lama disini. Jumlah pengunjung yang data perbulannya fluktuatif, namun bisa mencapai 3.000 orang dengan rata-rata 100 pengunjung per hari. Angka tersebut bisa makin meningkat jika di Galeri ada acara khusus seperti pameran dan diskusi seni.Untuk bulan ini, SSAC akan merayakan ulang tahunnya ke-15. Acara yang akan diselenggarakan untuk memperingati acara ini adalah “Kilas Balik 20 Tahun Ruang Seni Bandung” yang diselenggarakan mulai 5 September 2013 – 29 September 2013 berlokasi di Ruang B dan Ruang Sayap SSAC. Di acara ini akan ditampilkan seleksi arsip berupa foto dokumentasi, katalog pameran, poster, rekaman audio-visual, dan lain-lain yang menandai secara reflektif keberadaan ruang-ruang seni di Bandung sejak 1993 hingga kini. Karya yang akan dipamerkan dikuratori oleh Chabib Duta Hapsoro dan Annisa Rahadi.Jika Kamu menginginkan sensasi seni dalam setiap teguk kopi yang Kamu minum, Kamu bisa menjajal tempat ini sebagai salah satu tempat menghabiskan waktu sambil menikmati ide yang berlarian di kepala untuk kembali ke dunia nyata yang sibuk dan penuh aktivitas.
Halaman
adipuratak sanggupbeningkancipelesTidak ada yang mau tempat berkegiatan alam bebasnya rusak.
Namun Tim Olahraga Arus Deras bisa menceritakan kondisi rusaknya
Sungai Cipeles, Sumedang di masa kini.
Teks: Dina Aqmarina . Foto: Anggi
Halaman
Deru jeram yang bergulung
mulai menyambut para orader
setelah melewati jembatan
Darangdan. Bilah dayung
memecah aliran sungai, menarik
perahu melaju sesuai irama yang
diucapkan oleh Skipper atau
kapten perahu.
“Satu!, dua!, satu! dua!,”
kencang ia ucapkan berlomba
keras dengan deru suara jeram.
Kami, enam orang awak perahu
mulai melaju di jalur lintasan
Sungai Cipeles yang bermula di
Kecamatan Sumedang Utara dan
berakhir di Kecamatan Ganeas.
Butuh sekitar 5 jam untuk
mengarungi sungai yang
memiliki panjang 18 km ini.
Dua perahu diturunkan saat itu,
satu perahu biru dengan
kapasitas 7 orang dan satu lagi
perahu rescue berwarna merah
dengan ukuran lebih
besardengan kapasitas 9 hingga
10 orang.
Suhu mentari kala itu semakin
berubah, jam di lengan sudah
menunjukkan pukul 10.00
WIB, perjalanan yang dilewati
belum ada setengahnya.
Tenaga semakin terkuras, tapi
tidak dengan semangat para
awak saat itu. Semakin tinggi
suhu, semakin tarik dayungan
dipacu.
“Stop!,” teriak skipper,
seketika kami meletakkan
dayung melintang di atas paha
kami.
Skipper mulai mengarahkan
sedang buang air besar (BAB)
terkadang membuat para
orader merasa tidak nyaman
ketika sedang mendayung.
Jauh di depan sekitar 5 km, di
sebelah kiri terdapat sampah
yang berkumpul, memutar di
eddies. Sampahnya cukup
beragam, mulai dari gabus,
botol kosong, plastik, hingga
bantal, kasur, dan bohlam pun
ada di pusaran sampah
tersebut.
Bertumpuk di Cipeles
“Cipeles enggak sebersih
dulu,” ujar Enah, warga
perahu, menghindaridinding
dan tebing agar tak
bertabrakan dengan perahu.
Pengaturan arah ini juga
digunakanuntuk menghindari
air yang keluar daripipa-pipa
saluran limbah rumah tangga.
“Maju!,” perintah skipper
menggerakkan kami untuk
memasukkan bilah seutuhnya
ke dalam air dan menariknya
sekuat tenaga.
Bukan hanya kucuran air atau
tebing dan dinding yang harus
dihindari, pemandangan tak
sedap seperti orang yang
Halaman
Acara
natography
Berikut adalah review kegiatan
yang telah KAPPA Fikom Unpad lakukan di tahun 2013
Pada tanggal 1-2 Juni 2013 telah
dilaksanakan Workshop Fotografi
Alam Bebas dengan nama
“Natography”. Pemberian materi
kelas ertempat di Lab. Foto
Fikom Unpad di hari pertama.
Pemateri oleh Wira Nurmansyah,
pemenang Indonesian Traveler 1.0
Wakatobi Team, freelance
traveler, dan fine art landscape
photographer. Pemateri kedua
merupakan seorang fotografer
dari WALHI, yakni Meiki W.
Paendong. Hari kedua
dilaksanakan praktek fotografi
alam bebas. Merupakan
pengaplikasian terhadap materi
yang telah didapat pada saat
pematerian kelas. Bertempat di
Gunung Tangakuban Parahu,
peserta diajak untuk melakukan
hunting pemandangan yang ada
disana. 6 peserta yang mengikuti
workshop ini terlihat antusias
selama 2 hari berturut-turut.
Setelah melakukan praktek foto,
peserta diberi bimbingan oleh
Ketua Pelaksana Natography,
Dimas Jarot Bayu (K15),
mengenai foto yang telah mereka
ambil. “Peserta feeling excited
gitu pas dapet pemateriannya.
Kalau untuk foto, sebagian besar
mereka bisa menerapkan materi
yang dikasih. Tapi memang ada
yang masih kurang.” Tutur Jarot.
Foto yang diambil selanjutnya
akan dipilih satu dari masing-
masing peserta, kemudian akan
dipamerkan pada saat Welcoming
Day Fikom saat penerimaan
mahasiswa baru tahun ajaran
2013.
ngaroengtjoy!
Citarum, adalah salah satu
Sungai yang biasa digunakan
pengarungan oleh para pecinta
arung jeram, khususnya di
Bandung. Begitu juga oleh
anggota KAPPA. Hampir setiap
tahun KAPPA menggunakan
Sungai Citarum sebagai salah
satu tempat Pendidikan dan
Pelatihan Dasar. Kali ini,
KAPPA menggunakan Citarum
sebagai tempat fun rafting.
“Ngaroeng Tjoy!”, begitu nama
kegiatan fun rafting yang
digawangi oleh Dina Aqmarina
Yanuary (K15) ini. Dengan
nama yang simpel dan mudah
diingat, diharapkan Dina dapat
mengundang banyak orang
untuk menjadi peserta. Kegiatan
ini berlangsung pada tanggal 24
Maret 2013.
Peserta berasal dari mahasiswa
Fikom maupun non Fikom.
Berkumpul di Student Center
Fikom Unpad pada pagi hari,
peserta tampak kompak dan well
prepare. Perlengkapan yang
diinstruksikan oleh panitia pun
dipatuhi oleh peserta. Seperti
anjuran menggunakan pakaian
lengan panjang, sandal gunung,
alat mandi, dan botol minum.
Pada awal sebelum
pengarungan, peserta diberi
pematerian singkat mengenai
pengenalan alat arung jeram dan
teknik hanyut. Pemateri sendiri
berasal dari Kapinis Citarum.
Peserta menggunakan kaos
seragam yang diberika oleh
panitia, warna oranye menyala
seolah meningkatkan keceriaan
dan semangat para peserta di
antara jeram-jeram Citarum.
1-2 Juni 2013
24 MARET 2013
foto Essay
well
prepared
identitas dan surat jalan adalah hal y
ang penting dalam perjalanan.
maka inilah kami, siap memulai petualangan!
menuju galapagos
Foto Essay
Lanskap pemandangan dari Gubuk Seng, Pulau Sebesi (5/7). Berjarak 12 km, Gubuk Seng merupakan tempat aman terdekat untuk melihat Gunung Anak Krakatau.
Oleh: Dimas Djarot Bayu
foto Essay
Har
un, p
etan
i ka
kao
Des
a T
ejan
g, P
ulau
Seb
esi,
Lam
pung
sed
ang
men
jem
ur h
asil
pan
enny
a un
tuk
diju
al ,
Sen
in (
1/7)
. Saa
t in
i,
80%
war
ga P
ulau
Seb
esi
beke
rja
seba
gai
peta
ni. S
uatu
keu
nika
n ba
gi p
endu
duk
di w
ilay
ah p
esis
ir y
ang
bias
anya
did
omin
asi
oleh
pr
ofes
i ne
laya
n. H
al i
ni d
iseb
abka
n ta
nah
Seb
esi
yang
sub
ur a
kiba
t le
tusa
n K
raka
tau
1883
sil
am.
foto Essay
foto Essay
foto Essay
dan osmanAbu Mufakhir . K7 Sayatan Pulosari
Refleksi
Rasanya, nyaris setiap pemanjat tebing yang serius mengenal nama ini, Daniel Eugene Osman (1963 – 1998), dikenal sebagai Dan Osman. Setiap pendaki juga, kali ini serius atau tidak, akan mengenal nama Soe Hok Gie (1942 –1969). Saya kira ada dua persamaan antar keduanya selain sama-sama mati muda. Pertama, keduanya dipaksa untuk menanggung kategori identitas sebagai masyarakat 'keturunan'. Dan Osman, adalah orang Amerika keturunan Meksiko (ibu), dan Jepang (ayah), sedang Gie adalah orang Indonesia keturunan Tionghoa. Istilah 'keturunan' terlanjur diletakan sebagai kategori etnis dengan kecenderungan rasial. Identitas keduanya dipengaruhi konstruksi politik rasial, sama seperti jutaan orang lainya yang jugamenanggung kategori diskriminatif. Seorang pemanjat atau pendaki tidak bisa lepas dari ini. Kedua, mereka berdua tidak hanya sekedar menjalani aktivitasnya (memanjat dan mendaki gunung) sebagai hobi, apalagi gagah-gagahan. Mereka menjalaninya sebagai pilihan hidup, karenanya muncul berbagai
bertemu dan mengalami tragedi-tragedi politik pada masanya, ia meninggal tiga tahun setelah pembantaian terbesar paska-perang dunia kedua terjadi di negeri ini. Ia juga, walau bukan sebagai yang terbaik, bisa saya sebut, merupakan salah satu pendaki yang sampai saat paling inspiratif.
Dano memilih hidup sebagai bohemian. Pada generasinya tahun 1970an, gaya hidup bohemian sedang berada di puncaknya. Menjadi bohemian merupakan pilihan politikbagi para keturunan imigran di Amerika dan Inggris. Ingat Janis Joplin yang lagu-lagunya banyak bicara mengenai imigran dan mengkritik kemapanan khas Amerika, kecentilan anak orang kaya dengan Mercedez Benz-nya; atau sebuah epos imigran yang dengan ciamik dituturkan melalui lagu Bohemian Rhapsody olehband Queen? Melalui lagu ini, Fredy Mercury, mengisahkan para imigran gelap dari Al Jazair yang datang ke Inggris, kemudian hidup sebagai bohemian, tanpa pengakuan dan perlindungan negara. Imigran Al Jazair di sudut-sudut kumuh kota industri Inggris kala itu seperti: Islam, ugal-ugalan dan alkohol. Miskin plus minoritas akut.
konsekuensi dari pilihan itu. Meninggal dengan cara yang paling mereka inginkan, hanya salah satunya.
Dan Osman, melepas nafas terakhirnyadalam kecuraman, sesaat setelah badai reda, ketika melakukan lompatan fatalnya yang terakhir di tebing Taman Nasional Yosemite. Sementara Gie meninggal di ketinggian, tubuhnya beku kedinginan, sementara paru-parunya rusak karena menghirup racun di gunung Semeru. Sebelumnya ia sempat menyatakan, orang seperti dia tidak layak mati di tempat tidur, dan mendaki gunung merupakan salah satu upayanya untuk mengenal bangsa ini lebih dekat. Dengan ini Gie sebenarnya sudah mewariskan sesuatu yang sangat berharga bagi para pendaki. Sesuatu yang sudah banyak dilupakan, karena pendaki yang (pernah) berorganisasi seakan lebih berhasrat dengan sesuatu yang mirip dengan militerisme, atau machoisme a latuan tanah Meksiko, sebagai pijakannya atas aktivitas teknis pendakian, bukan, katakanlah, kemanusiaan yang ditawarkan oleh alam. Hasrat ini mengalir halus sekali, karenanya ia dapat tumbuhdan menular tanpa terasa.
Kembali ke Dano. Ia disebut-sebut pemanjat tebing dengan kategori solois ekstreme yang terbaik. Setelah melihat beberapa kali rekamannya di Youtube, saya sangat setuju, jika ia adalah yang terbaik, bahkan legenda. Gie adalah seorang pendaki gunung, pendaki cum aktivis, hidupnya
Dano hanya sedikit berbeda secara praktis dengan bohemian lainnya yang tinggal berpindah-pindah dengan mobil rumah. Dano seringkali tinggal di rumah pohon, berpindah dari satu tebing ke tebing lainnya. Bahkan sering mencuri makanan. Apartemen sewaan yang jarang ia tinggali, sempit dan tidak berkarpet. Dengan latarbelakangnya sebagai 'keturunan', sama seperti imigran lainnya, pijakan identitasnya selalu labil. Dalam dirinya saya mengira, di sela-sela waktu sendiri, Dano sesekali bertanya, kenapa harus ada yang disebut imigran, bahkan imigran gelap di dunia ini; apa yang menyebabkan munculnya gelombang imigran dari negara-negara miskin pernah terjajah, dan terus dikoyak konflik, ke tanah-tanah imperium penjajah, dan di tanah itu mereka kemudian menanggung hidupnya sebagai imigran? Banyak dari mereka (imigran dari Amerika Latin di Amerika) dipenjarakan, dideportasi paksa, atau berhasil kabur hingga kemudian menjadi stateless (tanpa negara), dan sepanjang hidupnya menjadi buruan polisi; atau lebih buruk lagi, seperti dialami ribuan imigran Somalia yang mati di tengah lautan, kelaparan dalam kapal yang sesak. Dano mungkin juga bertanya, bukankah setiap manusia adalah penghuni dunia ini, manusia berhak untuk hidup dimanapun sesuai kehendak bebasnya, dan eksistensi negara bangsa tidak seharusnya memberangus itu.
Maka ketika itu gaya hidup bohemian adalah bentuk perlawanan. Mereka melawan 'penjara'. Mereka seperti berkata, “Jangan penjarakan kami, hanya karena kami tak memiliki alasan birokratik untuk hidup di tanah ini. Sementara kami memiliki alasan antara hidup dan mati, di tanah moyang kami hanya ada perang, tak ada roti dan
kebebasan.”
Gaya hidup bohemian: sedikit bekerja dan percaya setiap manusia memiliki hak untuk malas, berpindah tempat, tidak percaya pada otoritas legal apapun, menghisap ganja sebagai cara mengalami liburan spiritual, adalah perlawanan terhadap kepalsuan kultural, rekayasa sosial yang banal dan batas-batas teritori paling rapuh dari negara bangsa, yang dicirikan dengan perbatasan pagar berduri, pengakuan hak atas dasar geografis dan administratif. Bohemian adalah bentuk perlawanan terhadap place dengan membentuk space. Menciptakan sebuah ruang yang dicirikan dengan sifatnya yang kosmopolit, imajiner, kreativitas-simbolik, persaudaraan dan kebebasan. Bukan ruang yang dipenuhi oleh ruko, apartemen, hotel, toko waralaba, ruang yang penuh sesak oleh aktivitas dagang.
Dano mencintai ruang yang bebas, ia adalah seorang free climber yang mencintai kehidupan dan kemanusiaan di dalamnya. Karena itu ia menolak segala bentuk kekerasan, tidak sekedar fisik tapi juga kekerasan politik dan sosial. Ia pecinta binatang, hidup dengan sangat sederhana, mencari uang dengan menjual video-video aksinya hanya untuk tetap bisa menjalani hidupnya sebagai pemanjat. Saya rasa, kesadaran ini muncul, sedikit banyak karena dia begitu dekat dan mencintai resiko-resiko yang ditawarkan oleh alam, dan ini bukan hal yang sederhana. Menurut Andrew Todhunter (1998),Dano berhasil mencapai itu semua, karena ia berhasil melihat kerumitan non-inderawi dari persentuhannya yang intim dengan tebing: memanjat ratusan bahkan ribuan kali baginya tidak sekedar olahraga, tapi sesuatu yang lebih mirip dengan agama
yang dihayati, di dalamnya mesti ada dedikasi, kesabaran, rahmat, dan setiap detail obsesi yang dihadapkan dengan situasi untuk bertahan hidup.
Karena itu Dano menjadi legenda.
Mungkinkah kita belajar dari Dan Osman? Dalam situasi segala sesuatunya sejak pendidikan, alam, cinta, dan manusia di dalamnya–seperti juga kita, dibentuk menjadi komoditas. Mungkihkah KAPPA akan terus menjadi ruang belajar bersama untuk terus memahami dan memaknai alam, kebebasan serta kemanusiaan, sebagai yang hidup dan terus tumbuh? Saya kira jawabannya adalah sangat mungkin. Apalagi kini KAPPA mulai menuliskan kisahnya, membuat buletin, terus membaca, berimajinasi dengan lebih hebat, dan berpetualang dengan gembira.
Refleksi
Operasi
keep culturefor the futureTips dan Trik berkegiatan alam dari Dhanang David,
mungkin bisa Anda gunakan!
Indonesia merupakan negeri
dengan beragam budaya khas di
dalamnya. Tiap suku hampir
memiliki budayanya sendiri. Hal
inilah yang menjadi daya tarik
para wisatawan asing untuk
datang ke ”zamrud khatulistiwa”
ini. Mungkin bagi anda yang
sudah merasa bosan dengan
tempat wisata yang itu-itu saja,
anda bisa mencoba untuk
melakukan wisata budaya.
Dengan wisata budaya ini, anda
bisa mempelajari dan dapat lebih
memaknai arti dari “Bhineka
Tunggal Ika” itu sendiri.
Ada beberapa tips serta hal-hal
yang perlu anda perhatikan
untuk melakukan wisata budaya
ini :
1. Tentukan destinisi
perjalanan anda, serta
cari tahu kebudayaan
apa yang ingin anda
pelajari. Menentukan
destinisi menjadi hal
pertama yang harus anda
lakukan agar anda bisa
fokus untuk melakukan
persiapan perjalanan.
2. Pelajari bahasa lokal
yang biasa digunakan
relasi, rasa asing itu akan
sedikit hilang dari benak
anda.
5. Persiapkan buku catatan
dan kamera. Cobalah
u n t u k m e n g a b a d i k a n
k e b u d a y a a n t e r s e b u t
dengan bentuk gambar
maupun tulisan, kirim
tulisan. Usahakan untuk
mengirim tulisan anda ke
media massa, honor yang
akan anda terima bisa
digunakan untuk biaya
jalan-jalan selanjutnya.
6. Berpartisipasilah dengan
kegiatan yang dilakukan
masyarakat lokal. Jika
anda hanya mengamati
kegiatan masyarakat lokal,
anda hanya mempelajari
sedikit kebudayaannya.
C o b a l a h a n d a
mempraktikan kebudayaan
tersebut, contohnya, ikutlah
menari tarian khas daerah
tersebut jika ada moment-
moment khusus ketika anda
berkunjung.
7. U s a h a k a n u n t u k
berjumpa dengan tokoh
m a s y a r a k a t s e k i t a r.
oleh masyarakat di
tempat anda akan
berkunjung.
Kemampuan bahasa
anda akan sangat
membantu anda dalam
berkomunikasi dan
lebih bisa mendalami
kebudayaan yang akan
anda pelajari.
3. Urus surat-surat
perij inan terlebih
dahulu. Anda akan
memasuki wi layah
baru, jika ada surat
perijinan yang sudah
anda urus, anda sudah
memegang satu kunci
aman di saku anda.
Tentunya anda tidak
ingin diusir dali tempat
tujuan wisata anda oleh
warga sekitar bukan ?
4. Usahakan memiliki
kenalan atau relasi di
tempat anda akan
berkunjung. Anda
a k a n b e n a r b e n a r
merasa asing jika anda
datang ke suatu tempat
dengan kebudayaan
baru, dengan adanya
OperasiOrang-orang tua atau yang
biasa disebut sesepuh
biasanya sudah banyak
m a k a n a s a m g a r a m
kehidupan. Pengalaman
yang mereka miliki bisa jadi
pe la jaran h idup yang
berharga untuk anda. Anda
juga bisa mempelajari
sejarah kebudayaan tersebut
dari tokoh masyarakat yang
ada.
8. Cicipi kuliner khas di
daerah tempat anda
b e r k u n j u n g . S a n g a t
disayangkan apabila anda
melewati cita rasa dari
b e r b a g a i d a e r a h d i
Indonesia, makanan khas
masyarakat juga merupakan
bagian dari kebudayaan
tersebut.
9. Taati larangan serta
aturan yang ada di daerah
tersebut. Daerah-daerah
yang terhi tung masih
pelosok, biasanya memiliki
u n s u r m i s t i s s e r t a
k e p e r c a y a a n -
kepercayaannya sendiri.
Agar terhindar dari hal-hal
yang tidak anda inginkan,
sebaiknya anda menaati
aturan yang ada.
10.Selalu pegang prinsip
“dimana bumi dipijak,
disitu langit dijunjung-
junjung”. Anda merupakan
pendatang yang memiliki
t u j u a n u t a m a u n t u k
mempelajari kebudayaan
masyarakat setempat. Sudah
seharusnya anda tidak
membawa kebudayaan yang
anda pegang serta jangan
sampai anda membawa
penga ruh bu ruk bag i
masyarakat sekitar.
Mungkin itulah beberapa tips yang
b i s a a n d a l a k u k a n s e l a m a
melakukan wisata budaya. Banyak
pengetahuan serta pandangan hidup
yang bisa anda dapat dar i
m e m p e l a j a r i b u d a y a b a r u ,
khususnya budaya negeri sendiri.
Have fun on trip and keep culture for
the future.
SE
GE
NA
P A
NG
GO
TA
KA
PPA
ME
NG
UC
AP
KA
NS
ELA
MA
T A
TA
S P
ER
NIK
AH
AN
AK
HM
AD
RE
SH
AN
DIE
(K
10) D
AN
SU
CI LO
YA
LIT
AS
ELA
MA
T M
EN
GE
KS
PLO
RE
KE
HID
UPA
N
Buah Pena
Kalau manusia tercipta dari tanah,
lalu lumpur tercipta sebagai apa?
Kalau malaikat tak berkelamin,
lalu bidadari berupa apa?
Aku beri tahu, maka hawa-hawa bukan
terlahir,
tapi mereka dicetak untuk bersandar pada
adam.
Atau beranak pinak,
Atau memasak,
Atau terampas menjadi ampas.
Dengan jemari ini,
Kusebarkan pada kalian, kaumku yang
menangisi kodrat.
Atau kepada kalian yang terjebak dalam
jasad laki-laki,
bidadari-bidadari berdada rata yang
tergusar oleh jalan-jalan, dan rumahan
petak – petak
yang ditentukan oleh kerajaan langit,
kerajaan semesta
kerajaan bumi, kerajaan nilai.
Kupertaruhkan pada kalian, kaumku
yang mengutuki kodrat.
dayang-dayangmahamurkaIstnaya Ulfatin
Atau kepada kalian yang berjuang sendiri-
sendiri diantara
ranjang, seprei, dan noda yang tak dinaungi
berkah nikmat persenggamaan.
Kusebarkan dan pertaruhkan dengan
kemarahan
yang rintih sebagai arus,
yang membelah dadamu yang rata, wahai
bidadari.
Pertanda datangnya murka pada kita,
dayang-dayang.
Buah Pena
ranumIstnaya Ulfatin
Kotak listrik memanjang itu membelah diantara aku dan kamu,
membelah diantara lara – lara yang menyapa sore itu,
berkata selamat datang kepada rindu yang bercabang,
seperti willow yang menua, seperti darrow yang mengalir,
atau seperti aphelion yang tak berujung.
Asal kamu tau, rinduku berbuah ranum, jika dipetik maka akan melayang bersama angan – angannya yang maya.
Terlalu maya jika kamu bisa meihatnya, terlalu maya jika kamu bisa memegangnya. Langitpun ikut bercerita, katanya kamu merindukan aku bagaikan hujan dan baunya, sama seperti aku yang merindukan kamu, bagaikan talas dan embunnya
Etalase
Outdoor Equipment
Coolest
Jack Wolfskin Vertec Pants Men
For climbing trips, Alpine or
otherwise
Extremely light
Robust
Outstanding UV protect
85.9 EUR
Kenyamanan naik gunung
Kerapian Alat MandiEiger Toiletry Hygiene
Cocok untuk perjalanan dan
kegiatan sehari-hari.
IDR 90.000
Kehangatan di Alamjack Wolfskin Cirrus Jacket
Untuk Anda yang tidak mau
kedinginan di alam bebas.
249.95 EUR
DEW
AN
PEN
GURUS X
IV K
APPA
FIK
OM
UN
PA
D