“SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PENADAHAN BARANG...
Transcript of “SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PENADAHAN BARANG...
“SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PENADAHAN BARANG SEMBAKO
DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM”
(Analisis Putusan nomor: 708K/PID/2016)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
LALU RIZAL PUTRAJI
NIM: 11140450000054
PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017/1438
“SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PENADAHAN BARANG SEMBAKO
DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM”
(Analisis Putusan nomor: 708K/PID/2016)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
LALU RIZAL PUTRAJI
NIM: 11140450000054
Di bawah Bimbingan:
Mustolih Siradj S.H,M.H,C.L.A
PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017/1438H
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakn hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar di Strata Satu
(S-1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya
sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta 26 Maret2018
08 Rajab 1439 H
Lalu Rizal Putraji
ii
ABSTRAK
Lalu Rizal Putraji, NIM 11140450000054, Sanksi Pidana Terhadap Pelaku
Penadahan Barang Sembako Dalam Perspektif Hukum Positif dan Hukum
Islam (Analisis Putusan Nomor: 708K/PID/2016). Strata 1 (S1), Progam Studi
Hukum Pidana Islam (Jinayah) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2018 M/ 1438 H, 70 Halaman
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hukuman bagi pelaku
tindak pidana penadahan. Hal ini penulis kaji berdasarkan sudut pandang hukum
positif dan hukum islam, baik hukuman menurut hukum positif dan hukum pidana
islam
Adapun penelitian ini bersifat Deskriptif Analisis yang mengungkapkan
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori yang menjadi
objek penelitian. Pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan Analisis
Kualitatif dengan mencari data baik dari buku, jurnal, ataupun artikel yang
berkaitan dengan penelitian penulis. Adapun sumber hukum penulis gunakan
adalah bahan hukum primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan metode
yuridis-normatif.
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, diketahui bahwa hukuman bagi
pelaku yang melakukan tindak pidana penadahan diatur dalam Pasal 480 KUHP
yang dipidana dijerat dengan hukuman penjara paling lama 4 tahun dan pidana
dendan paling banyak sembilan ratus rupiah, dan dalam hukum pidana islam untuk
menjatuhkan hukuman tindak penadahan berbeda dengan hukum positif yang mana
hukumannya tersebut telah diatur dalam undang-undang. Pelaku tindak pidana
penadahan dalam hukum pidana islam dikenai dengan hukuman ta’zir yang mana
hukuman nya tersebut diserahkan pada Hakim karena hukuman bagi pelaku tindak
pidana tidak diatur dalam Qisas dan Ta’zir.
Kata Kunci : Penadahan Tindak Pidana, Hukum Positif, Hukum Islam
Pembimbing : Mustolih Siradj S.H,M.H,C.L.A
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan
hidayah-Nya serta memberikan berkah, kasih sayang dan karunianya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Sanksi Pidana Terhadap
Pelaku Penadahan Barang Sembako Dalam Perspektif Hukum Positif dan
Hukum Islam (Analisis Putusan Nomor: 708K/PID/2016). Shalawat dan salam
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menghantarkan umatnya dari kegelapan
dunia ke zaman peradaban ilmu pengetahuan.
Penulis sangat bahagia dan bersyukur karena dapat menyelesaikan tugas
akhir dalam jenjang pendidikan Strata Satu (S1) yang penulis tempuh telah selesai.
Serta penulis tidak lupa meminta maaf apabila didalam penulisan skripsi ini ada
yang kurang berkenan dihati para pembaca karena penulis menyadari penulis masih
jauh dari kesempurnaan.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah mungkin dapat
tercapai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu sebagai
ungkapan rasa hormat yang amat mendalam. Penulis mengucapkan terima kasih.
Kepada yang terhormat:
1. Prof.DR. Dede Rosyada, MA, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Dr.H.Asep Saepudin Jahar, Phd. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr.H.M.Nurul Irfan, MA, dan Nur Rohim LL.M. Kepada dan Sekretaris
Prodi Hukum Pidana Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
4. Pembimbing akademik dan seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum.
5. Dosen Pembimbing Skripsi Mustolih Siradj SH,MH,C.L.A, yang selalu
memberi pengarahan, pembelajaran yang baru bagi saya dengan penuh
keikhlasan, kesabaran, dan keistiqomahan dalam menyelesaikan skripsi ini
iv
6. Terkhusus kepada kedua orang tua yang sangat saya cintai dan sayangi,
ayahanda tercinta Lalu Tabliq S.Adm dan Ibunda tercinta Nurhaeni Atik
yang selalu mendoakan dam memberikan semangat kepada ananda untuk
menyelesaikan skripsi ini, serta telah mengorbankan seluruh hidupnya
untuk membehagiakan dan membesarkan penulis hingga saat ini. Tidak
akan pernah dan mustahil mampu membayar apa yang telah diberikan
selama ini. Kedua orang tua yang selalu menjadi sumber inspirasi penulis
dalam menjalankan kehidupan dan menyelesaikan skripsi ini
7. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kaka penulis
Lalu Reza Alvian L.c dan Istrinya Rizkia Yuliawati L.c, yang selalu
mendukung dan memberikan semangat dan selalu mendoakan penulis, serta
juga buat adik penulis Baiq Ria Lestari yang ikut mendoakan penulis dan
selalu menjadi adik yang dibanggakan.
8. Terima kasih juga buat teman-teman Jurusan Hukum Pidana Islam UIN
Jakarta angkatan 2014 yang telah mendukung penulis dalam perkuliahan
dan juga dalam penulisan skripsi ini
9. Terima kasih buat orang terdekat penulis yaitu teman-teman kosan
diantaranya Jihan Ardiansyah, Fahmi Hanif, Muh.Farhan, Naufal shidqi,
dan terima kasih juga buat Amalia Khaerani yang selalu memberikan kasih
sayang, motivasi dan juga menemani selama proses pembuatan skripsi ini.
10. Terima kasih juga buat sahabat-sahabat yang ikut serta membantu dalam
penulisan skripsi ini yaitu, Agnes Fitriyantica, Khusnus Sabani, Zahratih F,
Yeni septiani, Nurma Oktaviani, Qurratul Aini, Ihsana Royhan, Ferlin,
Muh.Caesar dan tentunya tidak lupa juga terima kasih yang sebesar-
besarnya buat kakanda M.Hariri Lubis, Andika B, Wawan K, Fahmi H,
Imam F, Nurriza, Aqsel S, Adlan H, Chairil Amin, dan Kelompok KKN
KISS 036.
v
Semoga amal baik mereka semua dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT.
Sesungguhnya hanya Allah SWT yang membalas kebaikan mereka dengan
kebaikan berlipat ganda.
Jakarta, 26 Maret2018
Lalu Rizal Putraji
vi
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PANITIA UJIAN..........................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN.....................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................1
B. Perumusan Dan Pembatasan Masalah..............................................8
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian.......................................................8
D. Tinjauan Pustaka..............................................................................9
E. Metode Penelitian...........................................................................11
F. Sistematika Penulisan.....................................................................13
BAB II : Gambaran umum tentang Konsep Pemidanaan Pelaku Kejahatan
Penadahan
A. Pengertian Tindak Pidana Penadahan
1. Pengertian Tindak Pidana..................................................15
2. Unsur-unsur Tindak Pidana................................................17
3. Pengertian Tindak Pidana Penadahan................................19
4. Unsur-unsur Tindak Pidana Penadahan.............................20
B. Jenis-jenis Pidana
1. Delik Kejahatan dan Delik Pelanggaran............................22
2. Kejahatan dan Kejahatan Ringan......................................22
3. Delik Hukum dan Delik Undang-undang..........................22
4. Delik Formal dan Delik Material.......................................23
5. Delik Aduan dan Bukan Aduan.........................................23
6. Delik Sengaja dan Delik Kealpaan....................................23
7. Delik Selesai dan Delik Percobaan....................................24
vii
8. Delik Komisi dan Delik Omisi...........................................24
C. Kewenangan Hakim Dalam Menangani Perkara...........................25
BAB III : Gambaran umum Penadahan menurut hukum positif dan hukum islam
A. Posisi Kasus Penadahan dalam Putusan
nomor:708K/PID/2016...................................................................30
B. Teori Pemidanaan Tindak Pidana Penadahan.
1. Pengertian Pemidanaan......................................................33
2. Sistem Pemidanaan di Indonesia........................................33
3. Teori Pemidanaan...............................................................33
4. Teori Pemidanaan Tindak Pidana Penadahan....................34
C. Penadahan dalam Hukum Islam dan Hukum Positif
1. Penadahan dalam Hukum Islam.........................................37
2. Penadahan dalam Hukum Positif di Indonesia...................38
BAB IV : Analisis Tindak Pidana Penadahan atas islamPutusan nomor:
708K/PID/2016
A. Penerapan Pasal 480 KUHP Tindak Pidana Penadahan dalam
Putusan Nomor:708K/PID/2016....................................................47
B. Pertimbangan Hakim dan Sanksi Terhadap Kasus Penadahan atas
Putusan Nomor: 708K/PID/2016...................................................54
1. Pertimbangan Hakim..........................................................54
2. Sanksi Penadahan atas Putusan Nomor:708K/PID/2016...55
3. Analisis Putusan dalam Tinjauan Hukum Positif dan
Hukum Islam......................................................................58
viii
BAB V : PENUTUP
A. KESIMPULAN..............................................................................63
B. SARAN..........................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................65
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu cara manusia agar mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan
adalah dengan melakukan jual beli. Sistem ini telah ada dari zaman dahulu.
Namun kala itu belum ada alat tukar dalam jual beli, oleh karena itu dahulu
orang-orang melakukan sistem barter1. Sistem barter ini adalah suatu
sistem dimana seseorang bertukar barang dengan barang milik orang lain.
Contohnya, seorang peternak sapi menukarkan sapinya dengan seorang
petani yang memiliki sawah.
Seiring dengan berkembangnya zaman yang semakin maju, jual beli
juga memliki perkembangan yang pesat, namun pesatnya jual beli ini juga
tidak lepas dari pelanggaran-pelanggaran hukum yang dilakukan beberapa
oknum guna mendapatkan keuntungan secara cepat. Demikian pula jenis
tindak pidana penadahan yang semakin meningkat. Tindak pidana
penadahan merupakan tindak pidana yang ada setelah adanya pencurian,
perampokan, penggelapan dan lain-lain. Penadahan ini terjadi karena
adanya dorongan hasrat pelaku untuk memperoleh keuntungan dari hasil
kejahatan karena harga yang di tawarkan jauh dibawah harga pasaran.
Pada tindak pidana penadahan pelaku telah mengetahui bahwa barang
yang ia dapat tersebut adalah hasil dari kejahatan seperti contoh kasus
Yuniati warga kelurahan began,Kota Bengkulu yang mana rumahnya di
masuki pencuri dan berhasil menggasak tas yang berisikan uang dan 5 buah
handphone, untuk diketahui bahwa salah satu dari handphone itu berjenis
blackberry ada di tangan seseorang yang bernama Jaya, ketika di tangkap,
1 KBBI, Perdagangan dengan saling bertukar barang; --beli kembali sistem penerapan alih
teknologi dari suatu negara maju kepada negara berkembang dengan cara membantu menciptakan
kapasitas produksinya ditampug atau dibeli kembali oleh negara maju.
2
Jaya mengaku membeli handphone tersebut dengan harga yang sangat
miring dari Hevanda dan Singgih dengan harga Rp.300.000,00.2
Fenomena diatas adalah merupakan salah satu bentuk tindak pidana
penadahan yang mana para terdakwa diantaranya yaitu Jaya Satria (34)
warga Jalan Beringin Jaya Keluarahan Padang Jati, Hevanda Saputra (20),
dan Sanggi Japutra (22) warga Kelurahan Kebun Geran. Ketiganya di jatuhi
hukuman yang berbeda.
Majelis hakim yang dipimpim oleh Jonner Manik.SH menjatuhkan
hukuman pidana penjara kepada Hevanda Saputra dan Sanggi Japutra
selama 1 tahun dikurangi masa tahanan dan Jaya Satria dengan pidana
penjara selama 8 bulan di potong masa tahanan lebih ringan dari Hevanda
Saputra dan Sanggi karena keduanya ini adalah residivis jadi di tuntut
dengan pasal berlapis yaitu melanggar Pasal 480 ke-1 KUHP jo Pasal 55
ayat (1) ke-1 KUHP.
Seorang pembeli barang dari hasil penadahan disebut juga sebagai
penadah karena pembeli mengetahui barang yang dibeli tersebut dari hasil
penadahan hal ini diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP), terdapat dalam Pasal 480 KUHP:
Diancam dengan hukum pidana paling lama empat tahun atau pidana
denda sembilan ratus rupiah :
1. Barang siapa membeli, menyewa, menukar, menerima gadai, menerima
hadiah, atau untuk menarik keuntungan, menjual, menyewakan,
menukarkan, menggadaikan, mengangkut, menyimpan atau
menyembunyikan sesuatu benda, yang diketahui atau sepatutnya. Harus
diduga bahwa diperoleh dari kejahatan penadahan.
2. Barang siapa menarik keuntungan dari hasil sesuatu benda, yang
diketahuinya atau sepatutnya diduga bahwa diperoleh dari kejahatan.3
2 https://www.jpnn.com/news/duh-berattttt-gara-gara-beli-hp-curian-penadah-ini-
dihukum-cukup-lama/ diakses pada tgl 8 november 2017
3 KUHP Pasal 480 ayat 1 dan 2 KUHP
3
Adanya tindak pidana penadahan ini dapat menimbulkan berbagai
tindak pidana yang lain seperti marak nya pencurian, perampokan,
penggelapan dan lain sebagainya karena pelaku kejahatan tersebut merasa
barang dari hasil kejahatannya tersebut dapat di tampung dan di jual lagi,
bahkan akhir-akhir ini para penjual barang dari hasil tadahan tersebut
dengan bebas menjualnya via online atau media sosial.
Semakin mudahnya seseorang dalam bertransaksi secara online atau
melalui media sosial akhir-akhir ini, maka dapat memudahkan kejahatan
penadahan ini melakukan aksinya sebagaimana yang terjadi di Garut,
kepolisian setempat berhasil mengungkap praktik bisnis ilegal yaitu jual-
beli kendaran bermotor tanpa adanya surat kelengkapan alias bodong, dalam
kasus tersebut didapatkan 28 unit motor tanpa dokumen lengkap, dengan
merinkus 14 orang tersangka dan dikenakan pasal 480 KUHP.4
Kejahatan dalam jual beli secara online yang terjadi di Garut ini menjual
barang hasil curian nya dengan harga yang murah, sehingga banyak para
warga yang bertransaksi di forum tersebut.
Dalam ajaran agama Islam ada lima tujuan pokok hukum islam yang
harus dijaga keberlangsungannya oleh umat islam yaitu memelihara agama
(hifdzud diin), memelihara jiwa (hifdzun nafs), memelihara harta (hifdzul
maal), memelihara akal (hifdzul a’ql), dan memelihara keturunan (hifdzun
nasl).
Diharamkannya seorang muslim untuk membeli barang hasil curian atau
didapatkan dari jalan yang tidak benar merupakan salah satu cara agama
islam untuk memerangi tindak pidana penadahan dan membatasi ruang
gerak kejahatan tersebut. sebab jika membeli barang dari hasil penadahan
4 https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3481546/sindikat-penadah-di-garut-jual-
motor-curian-via-medsos diakses pada tgl 8 november 2017
4
sama saja membantu pencuri dan perampok melakukan praktik pencurian
dan perampokan5
Mengenai prihal membantu dalam tindak kejahatan dalam hukum
positif di Indonesia tercantum dalam Pasal 56 KUHP:
Dihukum sebagai orang yang membantu melakukan kejahatan:
1. Barangsiapa dengan sengaja membantu melakukan kejahatan
itu;
2. Barangsiapa dengan sengaja memberikan kesempatan, daya
upaya, atau keterangan untuk melakukan kejahatan itu.
R. soesilo menjelaskan bahwa di katakan ”membantu melakukan”
apabila sengaja memberikan bantuan tersebut, pada waktu atau sebelum
kejahatan itu dilakukan. Seandainya bantuan itu di berikan setelah kejahatan
itu di lakukan maka dapat di katakan ia melakukan “sekongkol” atau
“tadah” dan melanggar Pasal 480 KUHP.6
Setelah memperhatikan kejadian penadahan akhir-akhir ini penulis
berpendapat dalil yang digunakan dalam menentukan hukum penadahan
yang terdiri dari Alquran dan Hadist adalah sebagai berikut
1. Al-Quran
مناهتدى فإنما يهتدي لنفسه ومن ضل فإنما يضل عليها و ال تزر وازرة وزر
بين حتى نبعث رسوال أخرى و ما كنا معذ
“Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka
Sesungguhnya Dia itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan
Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia tersesat bagi
5 Yusuf Qardhawi, Al-Halal-Al Haram fi Al-Islam, Terj. Wahdi Ahmad,dkk, “Halal
Haram dalam Islam”,Solo: Era Intermedia, cet 4, 2007, hal. 369
6 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Jakarta, Sinar Grafika,1988 hal. 314.
5
(kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat
memikul dosa orang lain, dan Kami akan meng’azab sebelum Kami
mengutus seorang Rasul.”7
Ayat diatas melarang orang mukmin untuk tolong-menolong dalam
dosa dan pelanggaran sedang penadah membantu pencuri/penipu
dengan membeli barang hasil curiannya yang diketahui atau patut
diduga oleh pembeli bukan merupakan hak milik pencuri.
2. Al-Hadist
عن أبي هريرة، عن النبي صلى هللا عليه وسلم أنه قال: "من اشترى سرقة وهو
."يعلم أنهاسرقة فقد أشرك في عارها وإثمها8
Dari Abu Hurairah RA. Dari Nabi SAW bersabda: “barang siapa yang
membeli barang hasil curian sedang ia tahu bahwa barang tersebut adalah
hasil curian, maka ia telah bersekutu dalam aib dan dosanya (HR.Baihaqi
hadist No.10826)
Hadist diatas menyatakan bahwa seseorang yang membeli barang hasil
curian sedang ia mengetahui barang itu hasil curian, maka pembeli tersebut
telah bersekutu dengan aib dan dosa pencurian tersebut. hal ini menunjukan
bahwa perbuatan membeli barang hasil curian atau penipuan (penadahan)
merupakan dosa yang haram dilakukan.
Menurut pembentukan KUHP Belanda, penadahan tidak dapat
digolongkan kepada pesertaan (deelneming) oleh karena penyertaan
dilakukan sebelum atau sedang suatu tindak pidana dilakukan, sedangkan
7 Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemahannya, Yayasan Pelayan
Al-quran Mulia, 1989, hal.283
8 Al-Baihaqi, Sunan Al-Kubra, Bairut: Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 2003/4141 H, Vol. 5,
Hal. 547
6
tindak pidana penadahan justru dilakukan setelah selesai tindak pidana
pokok seperti pencurian, perampokan, dan penggelapan.
Akan tetapi, oleh karena penadahan ini seperti pada code penal, tetap
dianggap memudahkan tindak pidana pokok tadi yang kebanyakan kasus
nya adalah pencurian, seperti halnya dengan “pembantuan”, maka
penadahan digolongkan kepada tindak pidana yang bersifat “memudahkan”
(begunstiging). dan bahkan para pelaku dengan santai nya menjual barang
hasil curiannya di internet.9
Dengan adanya jual-beli barang hasil dari kejahatan ini berimplikasi
adanya perdagangan gelap. Dengan demikian tentu dari segi harga barang-
barang tersebut jelas lebih murah dari harga normal di pasaran. Dari
kejadian diatas maka seseorang yang melakukan perbuatan membeli
“barang” dari hasil kejahatan dapat dipidana, akan tetapi masih perlu
dibuktikan secara hukum dengan melihat unsur kesalahan pada diri pelaku
tersebut.
Beberapa diantara unsur kesalahan seperti, dapat membuktikan barang
yang dibeli oleh seseorang adalah barang dari hasil kejahatan, harga yang
tidak sesuai dengan harga pasaran baik itu barang yang baru atau barang
bekas dan lain sebagainya. Maka seseorang dapat dilakukan penyidikan atas
perkara penadahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 480 KUHP.
Tidak semua orang yang menguasai “barang” yang dibeli dari hasil
kejahatan dapat dipidanakan dengan pasal 480 KUHP, karena
ketidaktahuan dari seseorang dapat tidak sengaja menguasai barang hasil
kejahatan. Bahkan karena profesi seseorang telah membeli barang hasil
kejahatan, dengan harga normal sesuai pasaran, sehingga unsur kesengajaan
untuk mendapatkan keuntungan dapat diabaikan. Hal seperti ini dapat
9 Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung, PT.Refika
Aditama,cet 6, 2014, hal. 140
7
dibuktikan bahwa yang bersangkutan bersekongkol atau melakukan tindak
pidana penadahan.
Seperti pada kasus perkara Putusan Nomor: 708K/PID/2016,
merupakan kasus penadahan pasal 480 KUHP perkara tingkat kasasi. Dalam
putusan tersebut hakim agung menolak kasasi dari jaksa penuntut
berdasarkan putusan Judex Facti Pengadilan Tinggi yang menguatkan
Judex Facti Pengadilan Negeri, karena keseluruhannya ternyata merupakan
putusan yang tepat dan benar dengan mempertimbangkan fakta-fakta
hukum yang relevan secara yuridis yang terungkap di dalam persidangan
berdasarkan alat-alat bukti yang diajukan secara sah sesuai ketentuan
hukum. Dalam putusan tersebut Majlis Hakim Mahkamah agung
menyatakan bahwa perbuatan terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias
Ama Kanaya alias Buyung telah memenuhi unsur tindak pidana penadahan
dalam pasal 480 KUHP dan menjatuhkan pidana penjara selama 3 (tiga)
bulan dan 22 (dua puluh dua) hari berdasarkan putusan Judex Facti
Pegadilan Negeri.
Semakin maraknya tindak pidana penadahan ini dari hasil pencurian dan
dengan pertimbangan putusan hakim menurut putusan
nomor:708K/PID/2016 jadi penulis ingin mengkaji tindak pidana tersebut.
Bagaimana Islam memandang masalah ini tentu berbeda dengan pandangan
hukum positif dalam menyelesaikan tindak pidana penadahan ini. Dimana
ini berkaitan erat dengan masalah pemberian pidana yang nantinya akan
dijatuhkan.
Adanya perbedaan antara hukum Islam dan hukum positif dalam
menyelesaikan masalah ini menjadikan dasar bagi penulis untuk
mengadakan penelitian lanjut yaitu membandingkan antara keduanya
sehingga nampak adanya segi persamaan dan perbedaan antara keduanya.
Penulis tertarik untuk membahas tema tersebut dengan merumuskannya
dengan judul sebagai berikut: “TINDAK PIDANA PENADAHAN
8
BARANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM
ISLAM” (Studi atas Putusan Nomor: 708K/PID/2016)
B. Pembatasan, Dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam tulisan skripsi ini penulis akan membatasi permasalahan
yang akan dibahas adalah terutama menyangkut akibat hukum dari tindak
pidana penadahan sebagaimana dalam pasal 480 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana dan tinjauan hukum pidana islam
2. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penerapan Pasal 480 KUHP terhadap tindak pidana
penadahan dalam putusan nomer: 708K/PID/2016
2. Apa pertimbangan hakim dan sanksi tindak pidana penadahan atas
putusan kasasi nomor:708K/PID/2016
C. Tujuan Dan Kegunaan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan
1. Untuk mengetahui pertanggungjawaban tindak pidana bagi pelaku
penadahan
2. Untuk mengetahui dampak tindak pidana penadahan dan sanksinya
menurut perspektif hukum pidana islam dan hukum positif di
Indonesia
9
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
1. Mengembangkan wawasan dalam penerapan ilmu hukum serta
meningkatan pengetahuan dibidang hukum pidana khususnya hukum
pidana islam
2. Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbang bagi
pengembangan hukum khususnya yang berhubungan dengan tindak
pidana penadahan di Indonesia
Manfaat Praktis
1. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi penegak
hukum dalam menangani kasus-kasus yang berhubungan dengan
tindak pidana penadahan.
2. Diharapkan dapan menjadi sumber bacaan bagi siapa saja yang ingin
mengetahui mengenai tindak pidana penadahan.
E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Penelitian terkait tindak pidana penadahan yang dilakukan secara online
melalui media elektronik menurut hukum positif dan hukum pidana islam
belum ditemui penulis, akan tetapi penulis tetap mengambil kerangka
penelitian terhadap hasil-hasil karya ilmiah terdahulu guna membantu
melengkapi dan menjadi bahan acuan penulisan skripsi ini. Adapun hasil
penelitian terdahulu yang menunjang dalam penelitian ini adalah:
No Penulis/Judul/Tahun Substansi Keterangan
1. Muhammad Andre
Nasution, Tinjauan
Yuridis terhadap Tindak
Pidana Penadahan
Berisikan tentang
penjelasan tentang tindak
pidana pencurian dan
penadahan dalam hukum
Praktek
Tindak
Pidana
Penadahan
10
Kendaraan Bermotor
Hasil Pencurian dan
Upaya Penegakan
Hukumnya ( studi kasus
dikepolisian resort Kota
medan), 2011
positif di Indonesia dan
faktor yang menyebabkan
terjadinya tindak pidana
tersebut.
yang terjadi
di Kota
Medan
ditinjau dari
hukum positif
yang berlaku
di Indonesia
2. Ririn Vivi Adrini,
Tinjauan Yuridis tindak
Pidana Penadahan (studi
kasus putusan nomor
1673/pid.B/2015/PN.Mks)
, 2105
Menjelaskan tentang
penerapan pidana materiil
terhadap tindak pidana
penadahan dalam putusan
nomor
1673/Pid.B/2015/PN.Mks.
Mengulas
tentang
hukum
penadahan
dengan
memperhatik
an
pertimbangan
hakim
melalui
putusan
nomor
1673/Pid.B/2
015/PN.Mks.
3. Adrian Sefiandri, Analisis
Yuridis tindak Pidana
Penadahan Yang
dilakukan oleh Anak
(putusan Pengadilan
Negeri Jember nomor:
358/Pid.B.A/2009/PN.Jr)
Menjelaskan tentang
analisis sebab hakim tidak
mempertimbangkan laporan
penelitian kemasyarakatan
dari Pembimbing
Kemasyarakatan dan
menjelaskan tentang sebab
hakim menjatuhkan pidana
Mengulas
pertimbangan
hakim dalam
sebab-sebab
menjatuhkan
pidana
terhadap
terdakwa
anak yang
11
terhadap terdakwa anak
yang melakukan penadahan.
melakukan
tindak pidana
penadahan
yang terjadi
di Kota
Jember.
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif berupa kajian pustaka (library research) yaitu kajian yang
memakai bahan pustaka atau menggunakan bahan kepustakaan menjadi
sumber data. Diantaranya adalah buku-buku, kitab-kitab, hasil penelitian-
penelitian, jurnal-jurnal yang berhubungan dengan objek kajian
penelitian10. Di dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan sebagai
pisau analisis yaitu pendekatan teoritis hukum islam dan hukum positif.
2. Jenis Penelitian
Dilihat dari segi jenis penelitian hukum, penelitian ini termasuk dalam
kategori jenis penelitian hukum normatif. Soerjono Soekanto, telah
menjelaskan bahwa penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti
bahan kepustakaan atau data sekunder dinamakan penelitian hukum
normatif atau penelitan hukum pustaka11. Maka dalam penelitian ini penulis
mencoba menjelaskan tentang sanksi pidana tentang penadah.
3. Sumber Data
Penulisan skripsi ini adalah penelitian kepustakaan atau library
research, yaitu penelitian yang mengacu pada sumber-sumber tertulis atau
mengacu pada literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Maka untuk
10 G.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis Karakteristik dan keunggulan (Jakarta:
Grasindo,2010), hal.46 11 Lihat Soerjono Soekanto, Penelitian hukum ( Raja Grafindo Persada,2011), cet.23
12
meneliti, penulis menggunakan studi pustaka sebagai upaya untuk
menemukan korelasi atau relevansi teori hukum dalam mengkaji isu hukum
terkait penelitian ini.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Sumber Primer
Sumber primer dalam penelitian ini adalah Pasal 480 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana.
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder penelitian ini menggunakan beberapa buku,
kitab, jurnal, majalah, surat kabar, artikel yang berkaitan dengan
judul penelitian ini serta literatur lainnya yang berhubungan dengan
penelitian ini.
Berkaitan dengan hal teknik pengumpulan data dalam penelitian ini,
penulis menggunakan teknik studi dokumenter yaitu dengan
mendokumentasikan sumber-sumber data, baik primer atau sekunder yang
terkait objek penelitian12. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini berupa kajian, buku-buku, serta karya ilmiah lainnya yang
relevan dengan penelitian ini.
Adapun teknik dokumenter dalam penelitian ini berupa mengkaji bahan-
bahan pustaka baik bahan pustaka primer maupun sekunder yang terkait
dengan penerapan hukum pidana di Indonesia. Setelah itu penulis mencari
gagasan-gagasan dari berbagai sumber tersebut terkait objek penelitian dan
kemudian akan dituangkan dan disusun kedalam bentuk tulisan penelitian.
12 Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif,(Yogyakarta:Rake Sarasin, 2000), ed.
IV,hal.68-69
13
4. Teknik Analisis Data
Setelah teknik pengumpulan data selesai kemudian penulis akan
menganalisisnya dengan metode deskriptif analisis kualitatif, yaitu dengan
menggambarkan, menganalisa, serta memberikan interpretasi terhadap
data objek kajian penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan
metode content analisis yakni, digunakan untuk menganalisa secara ilmiah
terkait inti pesan kedalam sebuah ide atau gagasan tertentu. Dalam proses
menganalisis sumber data dan bahan hukum, penulis menggunakan
pendekatan teoritis yakni, pendekatan hukum islam dan positif.
G. Sistematika Penulisan
Sebagai pertimbangan dalam mempermudah penulisan skripsi saya ini,
penulis menyusun melalui sitematika penulisan yang terdiri dari lima bab,
dimana pada setiap bab nya dibagi atas sub-sub bab, dengan penjelasan yang
terperinci, agar memudahkan pembaca. Berdasarkan pada materi skripsi
penulis bahas sistematika penyusunan skripsi ini terbagi sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan. Pada bab ini penulis mengemukakn latar belakang
penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, Tinjauan (Review) kajian terdahulu, metode penelitian serta
diakhiri dengan penjelasan mengenai sistematika penelitian ini yang
menjadi pedoman dalam bab-bab selanjutnya.
BAB II : Gambaran umum tentang Konsep Pemidanaan Pelaku Kejahatan
Penadahan . Disini Penulis menggambarkan mengenai Teori Pemidanaan
Hukum Pidana Indonesia, Teori Tindak Pidana Penadahan serta bagaimana
pertimbangan seorang hakim dalam mengambil putusan dalam suatu tindak
pidana.
BAB III : Gambaran umum Penadahan dalam Putusan nomor:
708K/PID/2016. Disini penulis menggambarkan tindak pidana penadahan
dalam putusan Mahkamah Agung nomor: 708K/PID/2016, keputusan
14
hakim dalam memutuskan perkara nomor:708/PID/2016,dan sanksi yang
ditetapkan oleh majelis hakim pada putusan tersebut.
BAB IV :Tindak Pidana penadahan atas putusan nomor:708K/PID/2016
ditinjau dari Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam, Dalam bab
ini, penulis memuat uraian teoritis dan analisis hukum sebagai lanjutan dari
bab sebelumnya, yaitu Analisis Hukum Positif terhadap Penadahan,
Analisis Hukum Islam terhadap penadahan, serta hukum komparasi antara
hukum positif dan hukum islam.
BAB V : Penutup, Penulis menyimpulkan tahap akhir dari penulisan ini
yang berisi kesimpulan-kesimpulan penelitian dari awal sampai akhir, juga
Terdiri dari saran-saran penulis tentang persoalan yang diangkat dalam
penulisan Skripsi ini
15
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG KONSEP PEMIDANAAN PELAKU
KEJAHATAN PENADAHAN
A. Pengertian Tindak Pidana Penadahan
1. Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana merupakan istilah yang mengandung suatu pengertian
dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran
dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum pidana, tindak pidana
mempunyai pengertian yang abstrak dari peristiwa-peristiwa yang kongkrit
dalam lapangan hukum pidana, sehingga tindak pidana haruslah diberikan
arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk dapat
memisahkan dengan istilah yang dipakai sehari-hari dalam kehidupan
masyarakat.13
Perbuatan pidana menurut Moeljanto adalah perbuatan yang dilarang
oleh suatu aturan hukum yang mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa
pidana tertentu, bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. Dapat juga
dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan
hukum dilarang dan diancam pidana. Asal saja pada itu diingat bahwa
larangan itu ditujukan kepada perbuatan (yaitu keadaan atau kejadian yang
ditimbulkan oleh kelakuan orang) sedangkan ancaman pidananya ditujukan
kepada orang yang menimbulkan kejadian itu.14
Setiap tindakan yang bertentangan dengan hukum, menyerang
kepentingan umum atau individu yang dilindungi hukum, tidak disenangi
masyarakat atau perseorangan, baik yang langsung atau tidak langsung
terkena tindakan tersebut. Pada umumnya untuk menyelesaikan setiap
tindakan yang sudah merugikan kepentingan umum disamping kepentingan
individu, dikehendaki agar turun tangannya seorang penguasa. Apabila
penguasa tidak turun tangan, maka tindakan-tindakan tersebut dapat
13 Zainal Abidin,Hukum Pidana I,Sinar Grafika,Jakarta,2014,hal. 225 14 Moeljanto,Asas-Asas Hukum Pidana,Bina Aksara,Jakarta 1984,hal. 54
16
menimbulkan kekacauan yang terus menerus. Demi menjamin keamanan,
ketertiban, dan kesejahteraan dalam suatu masyarakat, maka perlu
ditentukan tentang perbuatan atau tindakan mana saja yang dilarang atau
yang diharuskan dan ditentukan ancaman pidananya dalam perundang-
undangan. Penjatuhan pidana kepada seorang yang melanggar, selain
dimaksudkan untuk menegakkan keadilan, juga untuk mengembalikan
keseimbangan kejiwaan dimasyarakat.
Untuk merumuskan suatu tindakan yang dilakukan secara sempurna
sangatlah sulit. Karenanya untuk memperkecil ada nya perbedaan pendapat
mengenai apakah suatu perumusan itu masuk pengertian “tindakan” atau
tidak, perlu diperhatikan hal-hal yang khusus pada suatu perumusan delik,
atau ketentuan-ketentuan khusus mengenai suatu delik. Jika seseorang
melakukan suatu tindakan sesuai kehendaknya dan karenanya merugikan
kepentingan umum/masyarakat termasuk kepentingan individu, dan
ternyata bahwa tindakan tersebut terjadi pada suatu tempat, waktu, dan
keadaan yang ditentukan. Artinya dipandang dari sudut waktu, tindakan itu
masih dirasakan sebagai suatu tindakan yang perlu diancam dengan pidana;
dan dari sudut keadaan, tindakan itu harus terjadi pada suatu keadaan
dimana tindakan itu dipandang sebagai tercela.
Dari uraian singkat diatas, maka menurut E.Y Kanter dan S.R Sianturi
bahwa tindak pidana itu mempunyai unsur-unsur:
1. Subjek;
2. Kesalahan;
3. Bersifat melawan hukum (dari tindakan);
4. Suatu tindakan yang dilarang atau diharuskan oleh undang-
undang/perundangan dan terhadap pelanggarannya diancam dengan
pidana;
5. Waktu, tempat dan keadaan. (unsur objektif lainnya).15
15 E.Y Kanter dan S.R Sianturi, Asas-asas hukum pidana di Indonesia dan penerapannya,
Storia grafika, Jakarta, 2012, hal.210-211
17
Berdasarkan pendapat para sarjana diatas dapat disimpulkan bahwa
tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana
barang siapa yang melakukan.
2. Unsur-unsur Tindak Pidana
Membicarakan unsur-unsur tindak pidana, PAF Lamintang mengatakan
bahwa setiap tindak pidana dalam KUHP pada umumnya dapat dijabarkan
unsur-unsurnya menjadi dua macam, yaitu unsur subjektif dan unsur
objektif. Adapaun yang dimaksud unsur-unsur subjektif adalah unsur-unsur
yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si
pelaku dan termasuk ke dalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung di
dalam hatinya. Sedangkan yang dimaksud unsur objektif adalah unsur-
unsur yang ada hubungan dengan keadaan-keadaan, yaitu keadaan-keadaan
dimana tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan.16
Vos17 merumuskan “peristiwa pidana adalah suatu perbuatan manusia
yang oleh Undang-undang diancam dengan hukuman” menurut bunyi
batasan yang dibuat Vos dapat ditarik unsur-unsur tindak pidana yaitu :
a. Kelakuan manusia;
b. Diancam dengan pidana;
c. Dalam peraturan Undang-undang;
Dapat dilihat bahwa pada unsur-unsur dari tiga batasan yang dibuat oleh
Vos, tidak ada perbedaan yaitu bahwa tindak pidana itu adalah perbuatan
manusia yang dilarang, dimuat dalam Undang-undang dan diancam
dipidana bagi yang melakukannya. Dari unsur-unsur yang ada jelas terlihat
bahwa unsur-unsur tersebut tidak menyangkut diri si pembuat atau
dipidananya pembuat, semata-mata mengenai perbuatannya.
16P.A.F Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Cintra Aditya
Bakti,Bandung, 1997, hal.123 17Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008,
hal.72
18
Sementara itu Leden Marpaung, menyatakan bahwa unsur-unsur tindak
pidana terdiri dari unsur subjektif dan unsur objektif dengan uraian sebagai
berikut :
a. Unsur Subjektif
Adalah unsur yang berasal dari dalam diri pelaku. Asas hukum pidana
menyatakan “tidak ada hukuman tanpa kesalahan” (an act does not make a
person guilty unless the mind is guilty or actus non fecit reum nisi mens si
rea). Kesalahan yang dimaksud disini adalah kesalahan yang diakibatkan
oleh kesengajaan (intention/opzet/dolus) dan unsur kealpaan (schuld).
b. Unsur Objektif
Merupakan unsur dari luar diri pelaku yang terdiri atas :
1) Perbuatan manusia:
a). Act, yakni perbuatan aktif atau perbuatan posesif
b). Omissions, yakni perbuatan pasif atau perbuatan negatif, yaitu
perbuatan yang mendiamkan atau membiarkan.
2) Akibat (result) perbuatan manusia
Akibat tersebut membahayakan bahkan menghilangkan
kepentingan-kepentingan yang dipertahankan oleh hukum, misalnya
nyawa, badan, kemerdekaan, hak milik, kehormatan dan sebagainya.
3) Keadaan-keadaan (circumtances)
Pada umumnya keadaan ini dibedakan antara lain:
a) Keadaan pada saat perbuatan dilakukan
b) Keadaan setelah perbuatan dilakukan
c) Sifat dapat dihukum dan sifat melawan hukum
Sifat dapat melawan hukum berkenaan dengan alasan-alasan yang
membebaskan si pelaku hukum dari hukuman. Adapaun sifat melawan
hukum adalah apabila perbuatan itu bertentangan dengan hukum yakni
berkenaan dengan larangan atau perintah. Semua unsur delik diatas
19
merupakan satu kesatuan. Salah satu unsur saja tidak terbukti, maka bisa
menyebabkan terdakwa bebas dari pengadilan.18
3. Pengertian Tindak Pidana Penadahan
Dilihat dari segi bahasanya, penadahan adalah suatu kajian atau sifat
yang berasal dari kata tadah, mendapat awalan pe- dan akhiran -an. Kata
penadahan sendiri adalah suatu kata kerja tadah yang menunjukan kejahatan
itu atau subjek pelaku
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia19 disebut
a) Tadah : barang untuk menampung sesuatu;
b) Bertadah : memakai tadah (alas,lapik);
c) Menadah : menampung atau menerima hasil barang curian;
d) Menadahkan : memakai sesuatu untuk menadah;
e) Tadahan : hasil atau pendapatan menadah;
f) Penadah : orang yang menerima barang gelap atau barang
curian
Pengertian tentang penadahan, sampai saat ini belum memiliki rumusan
yang jelas sebagai pegangan para ahli hukum pidana, hanyalah
menggolongkan. Oleh karena itu kejahatan penadahan sebagai suatu bagian
dari kejahatan terhadap harta benda. Para ahli berpendapat bahwa perbuatan
penadahan adalah perbuatan yang tercela baik menurut Undang-undang
maupun agama itu sangat patut diancam pidana, barang siapa yang
melakukan kejahatan penadahan.
Dewasa ini jenis-jenis perbuatan seperti tindak pidana penadahan ini
perlu tetap dilarang dalam KUHP yang baru, tidak ada salahnya jika
perbuatan-perbuatan tersebut diatur dalam suatu bab tertentu yang mengatur
tindak pidana penadahan. Tindak pidana penadahan dalam bentuk pokok
18Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal.
9 19https://kbbi.web.id/tadah diakses pada tanggal 9 Januari 2018 pukul 16.20
20
oleh pembentuk undang-undang telah diatur dalam Pasal 480 KUHP, yang
berbunyi sebagai berikut:
Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya empat tahun atau
dengan pidana denda setinggi-tingginya sembilan ratus rupiah:
1. Karena bersalah telah melakukan penadahan yakni barangsiapa
membeli, menyewa, menukar, menerima gadai, menerima sebagai
hadiah atau dengan harpan akan memperoleh keuntungan, menjual,
menyewakan, menukarkan, menggadaikan, mengangkut,
menyimpan, atau menyembunyikan suatu benda yang ia ketahui
atau secara patut harus dapat ia duga bahwa benda tersebut telah
diperoleh karena kejahatan.
2. Barangsiapa mengambil keuntungan dari hasil suatu benda yang ia
ketahui atau secara patut harus dapat ia duga bahwa benda tersebut
telah diperoleh karena kejahatan.20
4. Unsur-unsur Tindak Pidana Penadahan
Tindak pidana penadahan di dalam Bab II KUHP sebagai tindak pidana
pemudahan itu sebenarnya kurang tepat, sebab perbuatan menadah yang
didorong oleh hasrat untuk memperoleh untuk memperoleh keuntungan
sebenarnya tidak dapat disebut sebagaimana yang telah dilakukan dengan
maksud untuk memudahkan orang lain melakukan kejahatan.
Pada bagian ini penulis ingin menjelaskan mengenai unsur-unsur tindak
pidana penadahan menurut Pasal 480 KUHP sebagai berikut:
Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya empat tahun atau
dengan pidana denda setinggi-tingginya sembilan ratus rupiah:
1. Karena bersalah telah melakukan penadahan yakni barang siapa
membeli, menyewa, menukar, menerima gadai, menerima sebagai
hadiah atau dengan harpan akan memperoleh keuntungan, menjual,
20Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan terhapad Harta Kekayaan, Sinar
Grafika, Jakarta, 2009, hal.363
21
menyewakan, menukarkan, menggadaikan, mengangkut,
menyimpan, atau menyembunyikan suatu benda yang ia ketahui
atau secara patut harus dapat ia duga bahwa benda tersebut telah
diperoleh karena kejahatan.
2. Barangsiapa mengambil keuntungan dari hasil suatu benda yang ia
ketahui atau secara patut harus dapat ia duga bahwa benda tersebut
telah diperoleh karena kejahatan.21
Terdapat dua rumusan dalam Pasal 480 KUHP, diantaranya
rumusan penadahan yang pertama memiliki unsur-unsur sebagai
berikut:
1. Unsur-unsur objektif
a) Perbuatan kelompok 1, yaitu:
1) Membeli;
2) Menyewa;
3) Menukar;
4) Menerima gadai;
5) Menerima hadiah;
Atau kelompok 2, untuk menarik keuntungan:
1) Menjual;
2) Menyewakan;
3) Menukar;
4) Menggadaikan;
5) Mengangkut;
6) Menyimpan;
7) Menyembunyikan.
b) Objeknya : suatu benda.
c) Yang diperolehnya dari suatu kejahatan.
2. Unsur-unsur subjektif :
a) Yang diketahuinya, atau
21 KUHP Pasal 480 ayat 1 dan 2 KUHP
22
b) Yang sepatutnya dapat diduga bahwa benda itu diperoleh
dari kejahatan.
B. Jenis-jenis Tindak Pidana
Dalam kepustakaan hukum pidana, para ahli hukum pidana biasanya
telah mengadakan pembedaan antara berbagai macam jenis tindak pidana.
Beberapa diantara pembedaan yang penting22, yaitu:
1. Delik Kejahatan dan Delik Pelanggaran
Pembedaan antara delik kejahatan dan delik pelanggaran merupakan
pembedaan yang didasarkan pada sistematika KUHPid. Buku II KUHPid
menempatkan delik-delik kejahatan (misdrijven), dan Buku III KUHPid
memuat delik-delik pelanggaran.
2. Kejahatan dan Kejahatan Ringan
Dalam buku II (Kejahatan), terdapat jenis kejahatan yang bersifat khusus,
yakni kejahatan-kejahatan ringan (Belanda: lichte misdrijven). Menurut J.E
Jonkers, kejahatan ringan berasal dari Hindia Belanda sendiri. Hukum
pidana negeri Belanda tidak mengenal kejahatan ringan. Diadakannya jenis
kejahatan ini karena pengadilan berada dalam jarak yang jauh, sehingga
bentuk kejahatan yang dipandang lebih ringan perlu dibuat klasifikasi
tersendiri agar dapat diadili oleh hakim sedaerah. Jadi, ancaman pidana
untuk kejahatan ringan disesuaikan dengan kewenangan hakim setempat.
3. Delik Hukum dan Delik Undang-Undang
Delik hukum (rechtsdelict) adalah perbuatan yang oleh masyarakat sudah
dirasakan sebagai melawan hukum, sebelum dirumuskan dalam undang-
undang. Contoh pembunuhan dan pencurian, walaupun seseorang tidak
membaca undang-undang, tetapi telah menjadi hal yang umum bahwasanya
pembunuhan dan pencurian adalah perbuatan melawan hukum. Delik
Undang-undang (wetsdelict) adalah perbuatan yang oleh masyarakat
22 Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis Di Indonesia, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta,2012, hal.69
23
nantinya diketahui sebagai perbuatan melawan hukum karena peraturan nya
telah dirumuskan menjadi undang-undang. Contohnya pengemisan
ditempat umum (Pasal 504 KUHPid). Masyarakat nanti mengetahui
bahwasanya mengemis dimuka umum adalah tindak pidana karena terdapat
undang-undang yang melarang hal tersebut.
4. Delik Formal dan Delik Material
Delik Formal adalah delik yang dianggap telah selesai (voltooid delict)
dengan dilakukannya suatu perbuatan yang dilarang. Jadi, delik formal
adalah perbuatan yang sudah menjadi delik selesai (voltooid delict) dengan
dilakukannya perbuatan. Contohnya pencurian, dengan melakukan
perbuatan “mengambil”, maka itu telah menjadi delik selesai. Sedangkan
delik material adalah perbuatan yang nantinya menjadi delik selesai setelah
terjadinya suatu akibat yang ditentukan dalam undang-undang. Contohnya
tentang pembunuhan (doodslag). Nantinya ada pembunuhan sebagai delik
selesai setelah adanya orang yang mati.
5. Delik Aduan dan Delik Bukan-Aduan
Delik aduan (klachtdelict) adalah delik yang hanya dapat dituntut jika ada
pengaduan dari pihak yang berkepentingan. Dalam KUHPid, aturan umum
mengenai delik aduan diatur dalam Buku I Bab VII (mengajukan dan
menarik kembali pengaduan dalam kejahatan hanya dituntut atas
pengaduan) yang mencakup pasal 72-75. Delik aduan dibedakan atas delik
aduan absolut dan delik aduan relatif. Delik aduan absolut adalah delik yang
keseluruhannya merupakan delik aduan sedangkan delik relatif adalah delik
yang dalam keadaan tertentu merupakan delik aduan, sedangkan biasanya
bukan delik merupakan delik aduan contohnya penggelapan adalah delik
biasa, bukan delik aduan , tetapi jika dilakukan antara orang-orang yang
memiliki hubungan yang disebut dalam Pasal 367 ayat (2) maka hanya
mungkin diadakan penuntutan jika ada pengaduan yang terkena kejahatan
(Pasal 376 KUHPid).
6. Delik Sengaja dan Delik Kealpaan
24
Delik sengaja adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja (dolus).
Contohnya Pasal 338 KUHPid barangsiapa yang dengan sengaja merampas
nyawa orang lain diancam dengan pembunuhan dengan pidana penjara
paling lama 15 tahun. Delik kealpaan adalah perbuatan yang dilakukan
karena kealpaan (culpa). Contohnya Pasal 359 KUHPid barangsiapa karena
kealpaan menyebabkan matinya orang, diancam pidana penjara paling lama
5 tahun atau pidana kurungan paling lama 1 tahun.
7. Delik Selesai dan Delik Percobaan
Delik selesai adalah perbuatan yang sudah memenuhi semua unsur dari
suatu tindak pidana, sedangkan delik percobaan adalah delik yang
pelaksaannya tidak selesai. Mengenai percobaan (poging) dalam KUHPid
tidak diberikan definisi yang begitu jelas, hanya pada Pasal 53 ayat (1)
KUHPid ditentukan unsur-unsur untuk memidana percobaan melakukan
kejahatan.
8. Delik Komisi dan Delik Omisi
Delik komisi (commissie delict) adalah delik yang diancam pidana terhadap
dilakukannya suatu perbuatan (perbuatan aktif). Delik ini berkenaan dengan
norma yang bersifat larangan. Contohnya yaitu pencurian, seseorang
diancam pidana karena berbuat sesuatu, yaitu mengambil suatu barang.
Delik omisi (ommissie delict) adalah delik yang diancam pidana terhadap
sikap tidak berbuat sesuatu (perbuatan pasif). Contohnya diancam pidana
seseorang yang melihat seseorang dalam bahaya maut dan tidak
memberikan pertolongan (Pasal 531 KUHPid). Orang tersebut diancam
pidana karena tidak berbuat sesuatu untuk menolong.
25
C. Kewenangan Hakim Dalam Menangani Perkara
Peranan hakim sebagai orang yang diberikan kewenangan untuk
memutuskan suatu perkara tidak sewenang-wenang dalam memberikan
putusannya. KUHP sebagai sumber utama hukum pidana telah mengatur
mengenai jenis-jenis pidana dan membaginya menjadi dua kelompok yaitu
pidana pokok dan pidana tambahan. Pasal 10 KUHP menjelaskan bahwa
pidana pokok terdiri dari pidana mati, pidana penjara (seumur hidup atau
dalam jangka waktu tertentu), pidana kurungan, pidana denda dan pidana
tutupan. Sedangkan pidana tambahan terdiri dari pencabutan hak-hak
tertentu, perampasan barang-barang tertentu dan pengumuman putusan
hakim. Pidana yang sering dijatuhkan adalah pidana perampasan hak
kemerdekaan yaitu pidana penjara dan kurungan. Sedangkan pidana denda
jarang sekali dipergunakan. Pidana denda seringkali diancamkan sebagai
alternatif dengan pidana kurungan saja, dan jarang sekali diancamkan
terhadap kejahatan-kejahatan yang lain kecuali diatur dalam hukum pidana
khusus.23
Mengenai ketentuan pertimbangan hakim diatur dalam Pasal 197 ayat
(1) d KUHP yang berbunyi: “pertimbangan disusun secara ringkas
mengenai fakta dan keadaan berserta alat pembuktian yang diperoleh dari
pemeriksaan disidang yang menjadi dasar penentuan-penentuan kesalahan
terdakwa”.
Hal ini dijelaskan juga di dalam Pasal 183 KUHAP yang menyatakan
bahwa “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana seorang kecuali apabila
dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh
keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa
terdakwalah yang melakukannya”.
Hal yang demikian dikemukakan oleh Lilik Mulyadi yang menyatakan
bahwa pertimbangan hakim terdiri dari pertimbangan yuridis dan fakta-
23Niniek Suparni, Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan, Sinar
Grafika, Jakarta, 2007, hal.50
26
fakta dalm persidangan, selain majelis hakim haruslah menguasai atau
mengenal aspek teoritis dan praktik, pandangan, doktrin, yurisprudensi dan
kasus posisi yang ditangani kemudaian secara limitative menetapkan
pendiriannya24
Dalam menjatuhkan pidana, kiranya rumusan Pasal 58 (Pasal 52) naskah
rancangan KUHP (baru) hasil penyempurnaan tim intern departemen
kehakiman, dapat dijadikan referensi. Disebutkan bahwa dalam penjatuhan
pidana hakim wajib mempertimbangkan beberapa hal berikut25:
Kesalahan pembuat tindak pidana;
Motif dan tujuan melakukan tindak pidana;
Cara melakukan tindak pidana;
Sikap batin pembuat tindak pidana;
Riwayat hidup dan keadaan sosial ekonomi pembuat tindak pidana;
Sikap dan tindakan pembuat sesudah melakukan tindak pidana;
Pengaruh pidana terhadap masa depan pembuat tindak pidana;
Pandangan masyarakat terhadaptindak pidana yang dilakukan;
Pengurus tindak pidana terhadap korban atau keluarga korban, dan;
Apakah tindak pidana dilakukan dengan berencana.
Hakim dalam mengambil keputusan harus memiliki sifat arif, bijaksana,
dan adil karena hakim adalah sosok yang masih dipercaya oleh sebagian
masyarakat yang diharapkan mampu mengayomi dan memutuskan suatu
perkara dengan adil. Karena dalam mewujudkan kebenaran dan keadilan
ataupun kemaslahatan yang tercermin dalam putusan hakim tidaklah
mudah. Apabila kasus posisi suatu perkara tidak diatur dalam peraturan
perundang-undangan sehingga hakim sebagai penegak hukum dan keadilan.
24 Lilik Mulyadi, Putusan Hakim Dalam Hukum Acara Pidana, PT.Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2007, hal.193-194 25Bambang Waluyo,Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal. 91
27
Wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup
dalam masyarakat.
Setidaknya seorang hakim memiliki bentuk pertanggungjawaban dalam
mengadili suatu perkara yaitu tanggungjawab kepada Tuhan yang Maha
Esa, tanggungjawab kepada bangsa dan negara, tanggungjawab kepada diri
sendiri, tanggungjawab kepada hukum, dan tanggungjawab kepada
masyarakat. Putusan merupakan sumber hukum formil atau yurisprudensi
yang dapat menjadi dasar dan alasan bagi para hakim dalam memutuskan
suatu perkara
Putusan pengadilan setelah diucapkan akan mengikat secara yuridis
kepada para pihak yang berperkara dan setiap orang yang disebutkan secara
tegas dalam isi putusan dengan tanpa mengurangi hak-hak bagi para pihak
untuk mengajukan upaya hukum kepada badan peradilan yang lebih tinggi
jika ia merasa tidak puas. Secara sosiologis putusan juga mengikat setiap
orang yang secara langsung ataupun tidak langsung. Karena pada
hakikatnya dalam setiap putusan yang dijatuhkan tersirat kewajiban bagi
setiap orang untuk menghormati isi putusan, dan itu sebagaimana setiap
orang diwajibkan untuk menghormati hukum yang berlaku.26
Dalam memutus putusan, ada beberapa teori yang digunakan oleh
hakim, menurut Mackenzie, ada beberapa teori yang dapat dipergunakan
oleh seorang hakim dalam mempertimbangkan penjatuhan putusan dalam
suatu perkara, yaitu sebagai berikut27:
1. Teori Keseimbangan
Yang dimaksud dengan keseimbangan disini adalah
keseimbangan antara syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-
26 Darmoko Yuti Witanto & Arya Putra Negara Kutawaringi, Diskresi Hakim Sebuah
Instrumen Menegakkan Keadilan Substantif dan Perkara Pidana, Alfabeta, Bandung, 2013, hal.
32 27Ahmad Rifai, Penemuan Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hal.102
28
undang dan kepentingan pihak yang tersangkut atau berkaitan
dengan perkara.
2. Teori Pendekatan Seni dan Intuisi
Penjatuhan putusan oleh hakim merupakan diskresi atau
kewenangan dari hakim. Sebagai diskresi, dalam penjatuhan
putusan, hakim akan menyesuaikan dengan keadaan dan
hukuman yang wajar bagi setiap pelaku tindak pidana atau dalam
perkara perdata, hakim akan melihat keadaan pihak yang
berperkara, yaitu penggugat dan tergugat, dalam perkara
perdata, pihak terdakwa atau penuntut umum dalam perkara
pidana. Penjatuhan putusan, hakim mempergunakan pendekatan
seni, lebih ditentukan oleh instink atau intuisi daripada
pengetahuan dari hakim.
3. Teori Pendekatan Keilmuwan
Titik tolak dari ilmu ini adalah pemikiran bahwa proses
penjatuhan pidana harus dilakukan secara sistematik dan penuh
kehati-hatian khususnya dalam kaitannya dengan putusan-
putusan terdahulu dalam rangka menjamin konsistensi dari
putusan hakim.
4. Teori Pendekatan Pengalaman
Pengalaman dari seorang hakim merupakan hal yang dapat
membantunya dalam menghadapi perkara-perkara yang
dihadapinya sehari-hari.
5. Teori Ratio Decindendi
Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar yang
mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok
perkara yang disengketakan kemudian mencari peraturan
perundang-undangan yang relevan dengan pokok perkara yang
disengketakan sebagai dasar hukum dalam penjatuhan putusan
serta pertimbangan hakim harus didasarkan pada motivasi yang
29
jelas untuk menegakkan hukum dan memerikan keadilan bagi
para pihak yang berperkara.
6. Teori Kebijaksanaan
Spek teori ini menekankan bahwa pemerintah, masyarakat,
keluarga, dan orang tua ikut bertanggungjawab untuk
membimbing, membina, mendidik dan melindungi terdakwa,
agar kelak dapat menjadi manusia yang berguna bagi keluarga,
masyarakat, dan bangsanya.
30
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENADAHAN ATAS
PUTUSAN NOMOR: 708K/PID/2016
A. Posisi Kasus Penadahan dalam Putusan Nomor:708K/PID/2016
Kasus yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Putusan
Mahkamah Agung nomor 708 K/PID/2016, yang dimana Amir Hasan
Telaumbanua alias Ama Kanaya alias Buyung sebagai pelaku tindak pidana
penadahan. Kronologi kasus sebagai berikut bahwa berawal dari Monas
Wau dan Jefrin Doho alias Efi berbicara kepada Amir Hasan Telaumbanua
alias Ama Kanaya alias Buyung mengatakan “kalo ada barang curian kami,
abang mau membeli? Dan kemudian dijawab oleh Amir Hasan
Telaumbanua alias Ama Kanaya alias Buyung mengatakan “kalo ada saya
mau membelinya”, selanjutnya Monas Wau dan Jefrin Doho melakukan
pencurian akan tetapi dilakukan tidak bersama-sama, Monas Wau
melakukan pecurian atas barang milik Swandani alias Wawan pada bulan
Oktober 2014 berupa rokok Sampoerna sebanyak 100 (seratus) bungkus
yang dibayar Rp900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah), rokok Surya 16
sebanyak 100 (seratus) bungkus yang dibayar dengan harga Rp900.000,00
(sembilan ratus ribu rupiah), Rinso Daia sebanyak 3 (tiga) dus yang
kemudian dibayar dengan harga Rp240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu
rupiah).28
Sedangkan Jefrin Doho alias Efi melakukan pencurian yang kemudian
hasil curiannya dijual kepada Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya
alias Buyung dengan harga yang tidak sewajarnya, pada bulan November
2014 berupa 48 (empat puluh delapan) botol minuman merk sprite yang
dibayar dengan harga Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) dan pada sabtu
28 Direktori Putusan, Putusan No:708K/PID/2016, diakses pada tanggal 7 Februari, dari
putusan.mahkamahagung.go.id, hal 2
31
tanggal 06 bulan Desember 2014 sekira pukul 09.30 Jefri Doho alias Efi
mengantar 1 (satu) dus rokok merk Surya 16 yang telah diletakkan didalam
toko UD Kanaya milik Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya alias
Buyung untuk dijual kepada nya dengan harga Rp5.000.000,00 tetapi tidak
sempat dibayar oleh Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya alias
Buyung karena telah diketahui mencuri oleh Christian Gani alias Ama
Wawan.
Adapun cara transaksi penjualan yang dilakukan oleh Monas Wau dan
Jefrin Doho alias Efi kepada Amir Hasan Telaumbanua bin Ama Kanaya
bin Buyung adalah Monas wau dan Jefrin Doho alias Efi membawa barang
hasil curian ke toko UD Kanaya milik Amir Hasan Telaumbanua alias Ama
Kanaya alias Buyung yang selanjutnya pada waktu malam hari Monas Wau
dan Jefrin Doho alias Efi mengambil uang hasil penjualan barang yang
dibayarkan oleh Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya alias
Buyung.
Kasus putusan yang penulis angkat merupakan putusan yang telah
sampai pada tahap kasasi, adapun tuntutan pidana penuntut umum pada
Kejaksaan Negeri Teluk Dalam pada tanggal 06 Agustus 2015 sebagai
berikut:
1. Menyatakan Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama
Kanaya alias Buyung terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana “penadahan” sebagaimana diatur dan
diancam pidana Pasal 480 ke-1 KUHPidana;
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Amir Hasan Telaumbanua
alias Ama Kanaya alias Buyung dengan pidana penjara selama 2
(dua) tahun dan 6 (enam) bulan dikurangkan selama Terdakwa
berada dalam tahanan, dengan perintah agar Terdakwa tetap ditahan;
3. Menyatakan agar barang bukti berupa:
a) 1 (satu) buah dus rokok merk Surya 16;
32
b) 1 (satu) buah kunci pintu gudang tempat penyimpanan
rokok;
c) 1 (satu) lembar kertas D.O. (untuk pengembalian barang);
Dikembalikan kepada korban Swandani alias Wawan;
4. Menetapkan agar Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama
Kanaya alias Buyung dibebani membayar biaya perkara sebesar
Rp.2000,00 (dua ribu rupiah);
Adapun setelah membaca putusan Pengadilan Negeri Gunungsitoli
nomor 81/Pid.B/2015/PN.Gst. tanggal 07 Oktober 2015 yang amar
lengkapnya sebagai berikut:
1. Menyatakan Terdakwa Amir Hasan alias Ama Kanaya alias Buyung
tersebut diatas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana penadahan secara berlanjut;
2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan
pidana penjara selama 3 (tiga) bulan 22 (dua puluh dua) hari;
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani
Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
4. Meneteapkan barang bukti berupa:
1 (satu) buah dus rokok merk Surya 16;
1 (satu) buah kunci pintu gudang tempat penyimpanan
rokok;
1 (satu) lembar kertas D.O. (untuk pegembalian barang);
Dikembalikan kepada saksi Swandani alias Ama Kristel;
5. Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah
Rp.5000,00 (lima ribu rupiah);
Sedangkan putusan dalam Pengadilan Tinggi Medan Nomor
737/PID/2015/PT.MDN. tanggal 22 februari 2016 yang amar lengkapnya
sebagai berikut:
1) Menerima permintaan Banding dari Jaksa Penuntut Umum tersebut;
33
2) Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Gunungsitoli Nomor
81/Pid.B/2015/PN.Gst. tanggal 07 Oktober 2015, yang dimintakan
banding tersebut;
3) Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani
terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
4) Membebankan Terdakwa untuk membayar biaya perkara di kedua
tingka peradilan dalam peradilan yang dalam tingkat Banding
sebesar Rp.2500,00 (dua ribu lima ratus rupiah);
B. Teori Pemidanaan Tindak Pidana Penadahan
1. Pengertian pemidanaan
Pemidanaan dalam hukum Indonesia adalah sebagai suatu proses atau
cara untuk menjatuhkan hukuman atau sanksi terhadap orang yang telah
melakukan tindak kejahatan maupun pelanggaran
2. Sistem Pemidanaan di Indonesia
Sistem pemidanaan di suatu Negara dipengaruhi oleh aliran hukum
pidana yang dianut negara tersebut, KUHPidana di Indonesia menganut
aliran neo klasik yaitu dengan berorientasi kepada baik perbuatan maupun
orang sebab didalam KUHP masih mengenal pidana mati, adanya hal-hal
yang meringankan maupun memberatkan dalam pemidanaan.Sistem
pemidanaan di Indonesia menganut double track system atau sistem dua
jalur yang berorientasi kepada dua jenis sanksi yaitu sanksi pidana dan
sanksi tindakan, sistem dua jalur ini menempatkan dua jenis sanksi tersebut
dalam kedudukan yang setara.
3. Teori pemidanaan
Hukum positif di Indonesia belum pernah merumuskan tujuan
pemidanaan, selama ini wacana tentang tujuan pemidanaan tersebut masih
34
dalam tataran yang bersifat teoritis, namun sebagai bahan kajian, Konsep
Rancangan KUHP 2004 telah menetapkan tujuan pemidanaan yaitu:29
a) Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan
menegakkan norma hukum demi pengayoman masyarakat.
b) Memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan
pembinaan sehingga menjadikannya orang yang baik dan
berguna.
c) Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak
pidana, memulihkan keseimbangan dan mendatangkan
rasa damai dalam masyarakat.
d) Membebaskan rasa bersalah pada terpidana.
4. Teori pemidanaan tindak pidana penadahan
Suatu perbuatan dikatakan telah melanggar hukum, dan dapat dikenakan
sanksi pidana, maka harus dipenuhi dua unsur yakni adanya unsur perbuatan
pidana (Actus Reus) dan keadaan sifat batin pembuat (mens rea ). Kesalahan
(schuld) merupakan unsur pembuat delik, jadi termasuk unsur
pertanggungjawaban pidana yang mana dapat dicelanya si pembuat atas
perbuatannya. Dalam hal kesalahan tidak terbukti, berarti bahwa perbuatan
pidana (Actus Reus) sebenarnya telah terbukti karena tidak mungkin Hakim
akan membuktikan adanya kesalahan jika ia telah mengetahui lebih dahulu
bahwa perbuatan pidana tidak ada atau tidak terbukti diwujudkan oleh
terdakwa.30
Tindak pidana penadahan, adalah tindakan yang dilarang oleh hukum,
karena penadahan diperoleh dengan cara kejahatan, dapat dikatakan
memudahkan tindakan kejahatan si pelaku, karena dapat mempersulit
pengusutan kejahatan yang bersangkutan, dalam mengadili terdakwa yang
29 Dwidja Priyatno, sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, Refika Aditama,
Bandung, 2009, hal.28 30Andi Zainal abidin, Asas-Asas Hukum Pidana Bagian Pertama, Alumni, Bandung,
1987, hal.72
35
melakukan tindak pidana penadahan karena harus membuktikan terlebih
dahulu apakah terdakwa tersebut benar-benar melakukan kejahatan di
karenakan barang kejahatan tersebut di dapat dari hasil kejahatan juga dan
penadah disini menjadi pelaku kedua dalam hal pelaksanaannya, maka
pihak yang berwajib harus membuktikan terlebih dahulu apakah seseorang
itu mampu untuk dipertanggungjawabkan, dengan kata lainnya ada unsur
kesalahan dan kesengajaan.31
Tidak semua pembeli barang hasil curian dinyatakan sebagai penadah
karena bisa jadi jual beli terjadi karena ketidaktahuan pembeli mengenai
asal-usul barang yang ia beli. Hal ini dapat dipahami sebab tidak ada
kewajiban bagi pembeli untuk mengetahui asal usul barang yang ia beli,
sebagaimana tidak wajibnya penjual mengetahui untuk apa barang yang ia
jual digunakan.32
Agar tidak semua pembeli disangkakan sebagai penadah, Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menjelaskan beberapa kriteria
penadah dalam Pasal 480 yang menjadi dasar hukum penadahan, yang
berbunyi:33
Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya empat tahun atau
dengan pidana denda setinggi-tingginya sembilan ratus rupiah:
1. Karena bersalah telah melakukan penadahan yakni barangsiapa
membeli, menyewa, menukar, menerima gadai, menerima sebagai
hadiah atau dengan harpan akan memperoleh keuntungan, menjual,
menyewakan, menukarkan, menggadaikan, mengangkut,
31 Sholehudin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana (Ide Dasar Double Track Sistem dan
Implementasinya), PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal.71 32 Kewajiban pembeli terbatas pada: (1) Membayar harga. (2) Menerima barang dan
menanggung biayanya, misalnya biaya angkut dan sebagainya. (3) Menggangung biaya-biaya yang
menjadi kewajiban pembeli, misalnya pembuatan akta dan sebagainya. Kewajiban penjual terbatas
pada: (1) Menyerahkan barang. (2) menjamin kondisi barang bebas dari aib dan bebas dari
kepemilikkan orang lain. Lihat: Musthafa Ahmad Al-Zarqa, ‘Âqd Al-Bai‘, (Damaskus: Dar Al-
Qalam, 2012 H/1433 H), Cet. Ke-2, Hal. 104 dst. 33Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru
Van Hoeve, 2006), Vol. 1, Hal. 1757.
36
menyimpan, atau menyembunyikan suatu benda yang ia ketahui
atau secara patut harus dapat ia duga bahwa benda tersebut telah
diperoleh karena kejahatan.
2. Barang siapa mengambil keuntungan dari hasil suatu benda yang ia
ketahui atau secara patut harus dapat ia duga bahwa benda tersebut
telah diperoleh karena kejahatan
Terkait Pasal di atas R.Soesilo menjelaskan bahwa: 34
1. Yang dinamakan “Sekongkol” atau disebut pula “Tadah” dalam
bahasa asingnya “heling”, itu sebenarnya perbuatan yang disebutkan
pada sub 1 dari Pasal ini
2. Perbuatan yang tersebut pada sub 1 di bagi atas dua bagian:
a. Membeli, menyewa, dan sebagainya (tidak perlu dengan maksud
hendak mendapat untung) barang yang diketahuinya atau patut
disangkanya diperoleh karena kejahatan.
b. Menjual, menukar, menggadaikan, dan sebagainya dengan
maksud hendak mendapat untung barang yang diketahuinya
atau patut disangkanya diperoleh karena kejahatan.
3. Elemen penting Pasal ini adalah terdakwa harus mengetahui atau
patut dapat menyangkan bahwa barang itu berasal dari kejahatan.
Disini terakwa tidak perlu tau dengan pasti asal barang itu dari
kejahatan apa (pencurian, penggelapan , penipuan, pemerasan, uang
palsu, atau lain-lain), akan tetapi sudah cukup apabila ia patut dapat
menyangkanya (mengira, mencurigai) bahwa barang itu bukan
barang“terang”.
Untuk membuktikan elemen ini memang sukar, kan tetapi dalam
prakteknya biasanya dapat dilihat dari keadaan atau cara dibelinya
barang itu, mialnya dibeli dengan dibawah harga, dibeli pada waktu
34R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, (Bogor: Politeia, 1995), Hal. 314.
37
malam dengan bersembunyi yang menurut ukuran di tampat itu
memamng mencurigakan.
4. Barang asal dari kejahatan misalnya berasal dari pencurian,
penggelapan, penipuan, pemalsuan, dll
C. Penadahan dalam Hukum Islam dan Hukum Positif
1. Penadahan dalam Hukum Islam
Perlu dikemukan terlebih dahulu bentuk kesalahan yang dilakukan oleh
penadah sehingga hukuman yang diberikan sesuai dengan bentuk
kesalahannya. Dalam hal ini kesalahan seorang penadah terletak pada
transaksi yang ia lakukan yaitu membeli, menukarkan, menggadaikan dan
sebagainya atas barang yang ia ketahui atau patut ia duga berasal dari tindak
kejahatan.
Penentuan hukuman bagi penadah dalam tulisan ini dilakukan dengan
memasukkan penadahan ke dalam salah satu jenis kejahatan ditinjau dari
besarnya hukuman yang diberikan atas kejahatan tersebut.
Ditinjau dari besarnya hukuman yang diberikan, maka objek utama
kajian fiqh Jinayah meliputi tiga masalah pokok, yaitu sebagai
berikut:35
a) Jarimah qishash yang terdiri atas:
1) Jarimah Pembunuhan
2) Jarimah Penganiyaan
Penadahan tidak termasuk salah satu dari bentuk-bentuk
qishash sehingga tidak dapat dihukum dengan qishash
b) Jarimah Hudud yang terdiri atas:
1) Jarimah zina.
35Nurul Irfan, FIQH JINAYAH, Amzah, Jakarta, 2015, hal.3-4
38
2) Jarimah qadzf (menuduh muslimah baik-baik berbuat
zina).
3) Jarimah syurb al-khamr (meminum-minuman keras).
4) Jarimah al-baghyu (pemberontakan).
5) Jarimah al-riddah (murtad).
6) Jarimah al-sariqah (pencurian).
7) Jariah al-hirabah (perampokan).
Penadahan tidak termasuk salah satu dari bentuk-bentuk
hudud sehingga tidak dapat dihukum dengan hudud
c) Jarimah ta’zir, yaitu semua jenis tindak pidana yang tidak
secara tegas diatur oleh Al-quran atau hadis. Aturan teknis,
jenis, dan pelaksanaannya ditentukan oleh penguasa
setempat. Bentuk jarimah ini sangat banyak dan tidak
terbatas, sesuai dengan kejahatan yang dilakukan akibat
godaan setan dalam diri manusia.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa penadahan
termasuk salah satu dari bentuk-bentuk kejahatan ta’zir yang
hukumannya diserahkan kepada putusan Hakim berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentunya, misalnya besar
kecil nilai barang yang ditadah, situasi tempat kejahatan
terjadi, misalnya apakah kejahatan tersebut terjadi di daerah
yang makmur atau di daerah yang sedang paceklik, kondisi
penadah, misalnya apakah penadahan tersebut dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan primer ataukah untuk memenuhi
kebutuhan akan hal-hal yang diharamkan dan sebagainya.
2. Penadahan dalam HukumPositif di Indonesia
Tindak pidana penadahan sendiri dalam hukum positif di Indonesia telah
diatur dalam Bab XXX dari buku II KUHP sebagai tindak pidana
pemudahan, pengertian tindak pidana penadahan menyangkut kelakuan dan
39
kesalahan pelaku ditentukan dalam Pasal 480 KUHP yang menyatakan:
“Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana
denda paling banyak Sembilan ratus rupiah:
1) Barang siapa membeli, menyewa, menukarkan, menerima gadai,
menerima hadiah, atau untuk menarik keuntungan, menjual,
menyewakan, menukarkan, menggadaikan, mengangkut,
menyimpan, atau menyembunyikan suatu benda, yang diketahui
atau patut harus diduga diperoleh dari kejahatan;
2) Barang siapa menarik keuntungan dari hasil suatu benda yang
diketahuinya atau sepatutnya dapat diduga bahwa diperoleh dari
kejahatan.36
Untuk perbuatan tersebut dapat dikatakan kejahatan penadahan, maka
cukup satu saja jenis perbuatan yang tersebut yang dibuktikan. “Elemen
penting dari Pasal ini adalah “seseorang patut mengetahui atau menyangka”
bahwa barang tersebut berasal dari kejahatan. Jadi seseorang tersebut tidak
perlu mengetahui dengan pasti dari kejahatan apa barang itu berasal tetapi
ia cukup menduga bahwa barang tersebut berasal dari hasil kejahatan.
Dalam rumusan tindak pidana penadahan di dalam KUHP dirumuskan
dalam Pasal 480, 481, dan 482 masing-masing pasal seperti yang ditentukan
oleh pembentuk undang-undang. Berikut bentuk-bentuk penadahan dengan
membahas pasal-pasal dari KUHP tersebut
Tindak pidana penadahan dalam bentuk pokok, rumusan ini terdapat
dalam ketentuan pasal 480 KUHP yang menyatakan: diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun atau denda sebanyak sembilan ratus
ribu rupiah karena pendahan
Ke-1: barang siapa membeli, menyewa, menukar, menerima gadai,
menerima sebagai hadiah, atau dengan maksud mendapatkan untung,
36 Redaksi Bhafana Publishing, KUHP KUHAP, (Bhafana Publishing, Jakarta, 2014,
hal.140-141
40
menjual, menyewakan, menukarkan, menggadaikan, mengangkut,
menyimpan, atau menyembunyikan sesuatu benda, yang diketahui atau
sepatutnya harus diduga, bahwa diperoleh dari kejahatan.
Ke-2: Barang siapa menarik keuntungan dari hasil sesuatu benda, yang
diketahui atau patut harus diduga diperoleh dari kejahatan.
Selain jenis tindak pidana penadahan ini, ada lagi dua bentuk, yaitu:
1. Penadahan sebagai kebiasaan
Tindak pidana penadahan yang dilakukan sebagai kebiasaan seperti
dimuat oleh pembentuk undang-undang telah diatur dalam pasal 481 KUHP
yang rumusnya adalah sebagai berikut:37
Ayat (1): barang siapa menjadikan sebagai kebiasaan untuk sengaja
membeli, menukar, menerima gadai, menyimpan, atau menyembunyikan
yang diperoleh dari suatu kejahatan, diancam dengan pidana penjara paling
lama 7 tahun.
Ayat (2):yang bersalah dapat dicabut haknya dalam pasal 35b No.1-4
dan haknya untuk melakukan pencaharian dalam kejahatan dilakukan.
Pada rumusan tindak pidana yang diatur dalam Pasal 481 KUHP tidak
ada perbedaan dengan rumusan tindak pidana dalam pasal 480 KUHP, akan
tetapi pidana-pidana yang diancam bagi pelaku tindak tindak pidana
penadahan Pasal 481 KUHP lebih berat dari pidana yang diancam bagi
pelaku dalam Pasal 480 KUHP
Tentang apa sebabnya pelaku tindak pidana penadahan yang diatur
dalam Pasal 481 KUHP diancam dengan pidana yang lebih berat dari pelaku
tindak pendahan yang diatur dalam Pasal 480 KUHP, karena tindak pidana
peadahan yang dimaksud dalam Pasal 481 KUHP itu telah dilakukan oleh
pelaku sebagai kebiasaan.
37 R.Soenarto Soerodibroto,KUHP dan KUHAP dilengkapi yurisprudensi mahkamah
agung dan hoge raad, PT Raja Grafindo persada, Jakarta, hal.307
41
2. Penadahan ringan
Tindak pidana penadahan ringan yang dimaksud oleh pembentuk
undang-undang telah diatur dalam Pasal 482 KUHP yang rumusnya sebagai
berikut:38
Perbuatan-perbuatan yang disebutkan dalam Pasal 480 itu dipidana
sebagai penadahan ringan dengan selama-lamanya tiga bulan dengan pidan
denda setinggi-tingginya sembilan ratus rupiah, jika karena kejahatan
tersebut benda itu diperoleh merupakan salah satu kejahatan dari kejahatan
yang didalam 364, 373, 379
Yang dimaksud dengan perbuatan-perbuatan tersebut dalam Pasal 480
di dalam rumusan ketentuan pidana diatur dalam 482 KUHP tersebut diats
ialah perbuatan-perbuatan:
a. Membeli, menyewa, menerima gadai, menerima sebagai hadiah suatu
benda yang diketahuinya atau secara patut harus dapat diduganya
bahwa benda yang diketahuinya atau secara patut harus dapat
diduganya bahwa kejahatan tersebut telah diperoleh karena kejahatan.
b. Dengan harapan memperoleh keuntungan, menjual, menyewakan,
menukarkan, menggadaikan, mengangkut, menyimpan, atau
menyembunyikan suatu benda yang diketahuinya atau secara patut
harus dapat diduganya bahwa benda tersebut telah diperoleh karena
kejahatan
c. Mengambil keuntungan dari hasil suatu benda yang diketahuinya tau
secara patut harus dapat diduganya bahwa benda tersebut telah
diperoleh karena kejahatan.
Yang dimaksud dengan kejahatan yang diatur dalam Pasal 364 di dalam
rumusan ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 482 KUHP tersebut
38 R.Soenarto Soerodibroto,KUHP dan KUHAP dilengkapi yurisprudensi mahkamah
agung dan hoge raad, PT Raja Grafindo persada, Jakarta, hal.307
42
diatas kejahatan pencurian ringan yang rumusannya berbuanyi sebagai
berikut:
Perbuatan-perbuatan yang diatur dalam Pasal 362 dan 363 butir 4
demikian juga diatur dalam Pasal 363 butir 5 itu tidak dilakukan dalm suatu
tempat kediaman atau diatas suatu pekarangn tertutup yang diatasnya
terdapat kediaman dan apabila nilai dari benda yang dicuri itu tidak lebih
dari dua ratus ribu rupiah, dipidana sebagai pencuri riangan dengan pidana
penjara selama-lamanya tiga bulan dengan pidana denda setinggi-
tingginyaa sembilan ratus rupiah.
Yang dimaksud dengan kejahatan yang diatur dalam pasal 373 didalam
rumusan ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 482 KUHP tersebut
diatas itu ialah kejahatan penggelapan ringan yang rumusnya berbunyi
sebagai berikut:
Kejahatan yang diatur dalam Pasal 372 itu, jika benda yang digelapkan
bukan berupa ternak dan nilianya tidak lebih dari dua ratus lima puluh
rupiah, dipidana sebgai penggelapan ringan dengan pidana penjara selama-
lamanya tiga bulan atau denda setinggi-tingginya sembilan ratus rupiah
Yang dimaksud dengan kejahatan yang diatur dalam Pasal 379 dalam
rumusan ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 482 KUHP tersebut
diatas itu ialah kejahatan penipuan ringan yang rumusannya sebagai berikut:
Kejahatan yang diatur dalam Pasal 378 itu, jika benda yang diserahkan
bukan berupa ternak dan nilai benda, utang piutang yang nilainya tidak lebih
dari dua ratus lima puluh rupiah, dipidana sebagai penipuan ringan dengan
pidana penjara selama-lamanya tiga bulan atau denda pidana setinggi-
tingginya sembilan ratus rupiah.
3. Perbedaan Penadahan dalam Hukum Islam dan Hukum Positif
di Indonesia
Dalam islam penadahan termasuk turut serta dalam melakukan suatu
tindak kejahatan atau jarimah. Suatu jarimah ada kalanya dilakukan oleh
43
satu orang dan kadang pula dilakukan bersama-sama. Apabila beberapa
orang bersama-sama melakukan suatu jarimah maka perbuatan tersebut
dianggap turut jarimah. Dan sesusungguhnya Allah sangat melarang
hamba-hambanya untuk saling tolong menolong dalam kejahatan. Allah
hanya mengizinkan hamba-hambanya untuk selalu tolong-menolong dalam
hal kebaikan sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Maidah ayat 2 dan Ali-
Imran ayat 104 yaitu:
Al-Maidah ayat 2
لى اإلثم والعدوان وتعاونوا على البر والتقوى وال تعاونوا ع
Artinya:
”Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan janganlah tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan
pelanggaran”39
Ali-Imran ayat 104
ة يدعون إلى الخيرويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر ولتكن منكم أم
وأولئك هم المفلحون
Artinya:
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan
mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang
beruntung.”40
Adapun tolong-menolong dalam tindak pidana sendiri di dalam hukum
positif yang berlaku di Indonesia diatur dalam Pasal 55,56, dan 57 KUHP
39 Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemahannya, Yayasan
Pelayan Al-quran Mulia, 2017, hal.106
40 Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemahannya, Yayasan
Pelayan Al-quran Mulia, 2017, hal.63
44
yakni tentang tindak pidana penyertaan (deelneming), penyertaan menurut
Adami Chazawi adalah semua bentuk turut serta atau terlibatnya orang atau
orang-orang baik secara psikis maupun secara fisik dengan melakukan
masing-masing perbuatan sehingga melahirkan suatu tindak pidana.41
Klasifikasi pelaku pada Pasal 55 KUHP yaitu:
1. Mereka yang melakukan yaitu pelaku tindak pidana yang pada
hakekatnya memenuhi semua unsur dari tindak pidana. Dalam arti
sempit, pelaku adalah mereka yang melakukan tindak pidana.
Sedangkan dalam arti luas meliputi keempat klasifikasi pelaku
diatas yaitu mereka yang melakukan perbuatan, mereka yang
menyuruh melakukan, mereka yang turut serta melakukan dan
mereka yang menganjurkan.42
2. Mereka yang menyuruh melakukan yaitu seorang ingin melakukan
suatu tindak pidana, akan tetapi ia tidak melaksanakan sendiri. Dia
menyuruh orang lain untuk melaksanakannya. dalam penyertaan ini
orang yang disuruh tidak akan dipidana, sedang orang yang
menyuruhnya dianggap sebagai pelakunya. dialah yang
bertanggungjawab atas peristiwa pidana karena suruhannyalah
terjadi suatu tindak pidana.43
3. Mereka yang turut serta yaitu mereka yang ikut serta dalam suatu
tindak pidana terdapat syarat dalam bentuk mereka yang turut serta,
antara lain:44
a) Adanya kerjasama secara sadar dari setiap peserta tanpa
perlu ada kesepakatan, tapi harus ada kesengajaan untuk
mecapai hasil berupa tindak pidana.
41 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana bagian 3 Percobaan Dan Penyertaan,
(PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002), hal.67 42Rahman Syamsuddin, Merajut Hukum Di Indonesia, Mitra Wacana, Jakarta,2014, hal
212. 43 Rahman Syamsuddin, Merajut Hukum Di Indonesia, Mitra Wacana, Jakarta,2014, hal
213 44Rahman Syamsuddin, Merajut Hukum Di Indonesia, Mitra Wacana, Jakarta, 2014,hal
214
45
b) Ada kerja sama pelaksanaan secara fisik untuk melakukan
tindak pidana. Setiap peserta pada turut melakukan diancam
dengan pidana yang sama.
4. Mereka yang menggerakkan/menganjurkan/membujuk yaitu orang
yang memiliki kehendak untuk melakukan tindak pidana tetapi tidak
melakukannya sendiri, melainkan menggerakkan orang lain untuk
melaksanakan niatnya itu. Adapun syarat-syarat penggerakan yang
dapat dipidana:45
a) Ada kesengajaan menggerakkan orang lain untuk melakukan
tindak pidana,
b) Menggerakkan dengan upaya-upaya yang ada dalam Pasal
55 ayat 1 (satu) butir ke-2 KUHP: pemberian, janji,
penyalahgunaan kekuasaan, atau pengaruh kekerasan,
ancaman kekerasan, tipu daya, memeberi kesempatan, alat,
keterangan,
c) Ada yang tergerak untuk melakukan tindak pidana akibat
sengaja digerakkan denga upaya-upaya dalam Pasal 55 ayat
1(satu)butir ke-2 KUHP.
d) Yang digerakkan melakukan delik yang dianjurkan atau
percobaannya.
Yang digerakkan dapat dipertanggungjawabkan menurut hukum pidana
Klasifikasi menurut Pasal 56 dan 57 KUHP yaitu membantu melakukan
yaitu dengan adanya pembantuan akan terlibat lebih dari satu orang didalam
suatu tindak pidana. Ada orang yang melakukan yaitu pelaku tindak pidana
dan ada orang lain yang membantu terlaksananya tindak pidana itu
Dapat ditarik kesimpulan bahwasanya penadahan tersebut belum diatur
secara spesifik dalam hukum Islam berbeda dengan hukum positif yang
mana penadahan tersebut diatur dalam Pasal 480 KUHP. Hal ini dapat
45Rahman Syamsuddin, Merajut Hukum Di Indonesia, Mitra Wacana, Jakarta, 2014,hal
216
46
dilihat dari tidak ditemukannya pembahasan mengenai penadahan dalam
buku-buku fikih, atau paling tidak istilah lain dari penadahan dalam bahasa
arab, sejauh pengetahuan penulis.
47
BAB IV
ANALISIS TINDAK PIDANA PENADAHAN MENURUT HUKUM
POSITIF DAN HUKUM ISLAM
A. Penerapan Pasal 480 KUHP Tindak Pidana Penadahan dalam
Putusan nomor: 708K/PID/2016
Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia
berdasarkan atas Hukum (Rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan
belaka (machtstaat), sebagai negara hukum maka Indonesia mempunyai
serangkaian peraturan dan hukum supaya kepentingan masyarakat dapat
dijaga. Alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang
merupakan landasan konstitusional negara ini memuat bahwa tujuan negara
salah satunya adalah menciptakan kesejahteraan umum.
Kurangnya kesadaran hukum dalam masyarakat menyebabkan
terjadinya ketidakpercayaan antara anggota masyarakat itu sendiri maupun
ketidakpercayaan dengan aparat penegak hukum dan pemerintah. Terlebih
dengan kondisi perekonomian negara kita yang terjdi dalam masyarakat
yang dilatarbelakangi karena kebutuhan hidup yang mendesak. Saat ini
telah terjadi banyak tindak pidana terhadap harta kekayaan dan tentunya
banyak menarik perhatian masyarakat Indonesia diantaranya pencurian,
pemerasan, penggelapan, penipuan dan termasuk juga penadahan
Penerapan Pasal 480 KUHP mengenai tindak pidana penadahan dalam
putusan Nomor: 708K/PID/2016 yang disusun dalam bentuk dakwaan,
yaitu terdakwa melanggar KUHP Pasal 480 yang menyatakan: “Diancam
dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling
banyak Sembilan ratus rupiah:
1) Barang siapa membeli, menyewa, menukarkan, menerima gadai,
menerima hadiah, atau untuk menarik keuntungan, menjual,
menyewakan, menukarkan, menggadaikan, mengangkut, menyimpan,
atau menyembunyikan suatu benda, yang diketahui atau patut harus
diduga diperoleh dari kejahatan;
48
2) Barang siapa menarik keuntungan dari hasil suatu benda yang
diketahuinya atau sepatutnya dapat diduga bahwa diperoleh dari
kejahatan.46
Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya alias Buyung
antara Bulan Oktober 2014 sampai dengan Bulan Desember 2014 atau
setidak-tidaknya dalam waktu lain pada tahun 2014, bertempat tinggal di
Toko UD Kanaya yang beralamat di Jalan Kuweni Kelurahan Pasar Teluk
Dalam Kabupaten Nias Selatan atau setidak-tidaknya pada suatu tempat
yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Gunungsitoli,
telah membeli, menyewa, menukar, menerima gadai, menerima hadiah, atau
untuk menarik keuntungan, menjual, menyewakan, menukarkan,
menggadaikan, mengangkut, menyimpan, atau menyembunyikan sesuatu
benda, yang diketahui dilakukan Terdakwa dengan cara sebagai berikut47:
Bahwa berawal dari Monas Wau (telah diputus berdasarkan Putusan
Pengadilan Negeri Gunungsitoli Nomor 24/Pid.B/2015/PN.Gst. tanggal 24
April 2015 yang telah berkekuatan hukum tetap) dan Jefrin Doho alias Efi
(telah diputus berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Gunungsitoli Nomor
23/Pid.B/2015/PN.Gst. tanggal 24 April 2015 yang telah berkekuatan
hukum tetap) berbicara kepada Amir Hasan Telaumbanua alias Ama
Kanaya alias Buyung mengatakan “kalo ada barang curian kami, abang mau
membeli? Dan kemudian dijawab oleh Amir Hasan Telaumbanua alias Ama
Kanaya alias Buyung mengatakan “kalo ada saya mau membelinya”,
selanjutnya Monas Wau dan Jefrin Doho alias Efi melakukan pencurian
akan tetapi dilakukan tidak bersama-sama, Monas Wau melakukan pecurian
atas barang milik Swandani alias Wawan pada bulan Oktober 2014 berupa
rokok Sampoerna sebanyak 100 (seratus) bungkus yang dibayar
Rp900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah), rokok Surya 16 sebanyak 100
46 Redaksi Bhafana Publishing, KUHP KUHAP, (Bhafana Publishing, Jakarta, 2014,
hal.140-141 47Direktori Putusan, Putusan No:708K/PID/2016, diakses pada tanggal 7 Februari, dari
putusan.mahkamahagung.go.id, hal 1
49
(seratus) bungkus yang dibayar dengan harga Rp900.000,00 (sembilan ratus
ribu rupiah), Rinso Daia sebanyak 3 (tiga) dus yang kemudian dibayar
dengan harga Rp240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah).dan pada
Bulan November 2014 Jefrin Doho alias Efi melakukan pencurian terhadap
barang milik Swandani alias Wawan berupa 48 (empat puluh delapan) botol
minuman merk sprite yang kemudian dijual kepada Terdakwa Amir Hasan
Telaumbanua alias Ama Kanaya alias Buyung dengan harga tidak
sewajarnya, yaitu 48 (empat puluh delapan) botol minuman sprite dibayar
dengan harga Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) dan bahwa pada sabtu
tanggal 06 bulan Desember 2014 sekira pukul 09.30 Jefri Doho alias Efi
mengantar 1 (satu) dus rokok merk Surya 16 yang telah diletakkan didalam
toko UD Kanaya milik Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya alias
Buyung untuk dijual kepada Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama
Kanaya alias Buyung dengan harga Rp5.000.000,00 tetapi tidak sempat
dibayar oleh Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya alias
Buyung karena sudah ketahuan mencuri oleh Christian Gani alias Ama
Wawan.
Bahwa cara Monas Wau dan Jefrin Doho alias Efi menjual barang curian
kepada Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua bin Ama Kanaya bin Buyung
yaitu Monas wau dan Jefrin Doho alias Efi membawa barang hasil curian
ke toko UD Kanaya milik Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya
alias Buyung yang selanjutnya pada waktu malam hari Monas wau dan
Jefrin Doho alias Efi mengambil uang hasil penjualan barang yang
dibayarkan oleh Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya alias Buyung
Bahwa Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya alias
Buyung seharusnya sudah dapat menduga 1 (satu) dus rokok merk Surya 16
adalah hasil kejahatan, karena Monas Wau dan Jefrin Doho alis Efi hanya
sebagai penjaga gudang serta Monas Wau dan Jefrin Doho alias Efi menjual
barang kepada Terdakwa dengan harga yang tidak sewajarnya;
50
Dalam kasus tindak pidana penadahan yang terjadi di wilayah
Pengadilan Negeri Gunungsitoli, surat dakwaan yang dibuat Jaksa Penuntut
Umum adalah sebagai berikut:
Nama: Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya alias Buyung
Tempat lahir: Teluk Dalam;
Umur/tanggal : 33 tahun/01 Mei 1981
Jenis kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan: Indonesia
Tempat tinggal: Jalan Kueni, Keluarahan Teluk Dalam Kabupaten
Nias Selatan
Agama : Islam
Pekerjaan: Wiraswasta
Menurut analisa penulis perbuatan Terdakwa diatur dan diancam pidana
sesuai dengan Pasal 480 ke-1 KUHPidana. Di atas adalah contoh surat
dakwaan penetapan tersangka Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya
alias Buyung oleh Jaksa Penuntut Umum, penulis menganalisis bahwa
putusan Hakim pada tingkat pertama sudah sesuai dengan ketentuan
KUHAP atau hukum yang ada.
Pertama, mengenai objek penadahan. Dalam putusan tersebut hakim
menyatakan Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya alias
Buyung terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana penadahan secara berlanjut yaitu pada Bulan Oktober,November,
dan Desember 2014.
Kedua, mengenai penjatuhan pidana penjara selama 3 (tiga) bulan dan
22 (dua puluh dua) hari, menurut pendapat penulis, Hakim tidak selalu harus
mengabulkan tuntutan Jaksa Penuntut Umum karena dalam Pasal 183
KUHAP yang menyatakan bahwa “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana
seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurang nya dua alat bukti yang
sah, ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar
terjadi dan bahwa terdakwalah yang melakukannya. Pada kasus penadahan
51
ini ditetapkan 3 (tiga) alat bukti yaitu 1 (satu) buah dus rokok merk Surya
16, 1 (satu) buah kunci pintu gudang tempat penyimpanan rokok, 1 (satu)
lembar kertas D.O. (untuk pengambilan barang). Dan frasa “ia memperoleh
keyakinan disini menjadi kewenangan seorang Hakim dalam menjatuhkan
hukuman.
Sedangkan menurut analisa penulis pada tingkat Pengadilan Tinggi
mengenai perbuatan Terdakwa yaitu telah sesuai dengan penerapan hukum
yang ada karena dalam putusan tersebut majelis hakim menerima
permintaan banding tersebut, menguatkan putusan Pengadilan Negeri
Gunungsitoli Nomor: 81Pid.B/2015/PN.Gst. tanggal 07 Oktober 2015 dan
menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani
Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Setelah
putusan Pengadilan Tinggi Medan tersebut diberitahukan kepada Penuntut
Umum pada tanggal 18 Maret 2016 dan memori kasasinya telah diterima di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Gunungsitoli pada tanggal 08 April 2016
dengan demikian permohonan kasasi beserta alasan-alasannya telah
diajukan.
Adapun pokok tuntutan Jaksa Penuntut Umum pada tingkat Kasasi
sebagai berikut:
1) Bahwa kami Jaksa Penuntut Umum menyusun Memori Kasasi ini
berdasarkan Petikan Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor
737/PID/2015/PT.MDN. tanggal 17 Februari 2016 dikarenakan Jaksa
Penuntut Umum belum menerima salinan putusan Lengkap perkara
tersebut
2) Bahwa terhadap putusan Pengadilan Negeri Gunungsitoli Nomor
81/Pid.B/2015/PN.Gst. tanggal 07 Oktober 2015 yang telah dikuatkan
oleh Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor
737/PID/2015/PT.MDN. tanggal 17 Februari 2016 menyatakan
Terdakwa terbukti melakukan tindak pidana “Penadahan secara
berlanjut”, kami Jaksa Penuntut Umum sependapat sesuai dengan fakta
52
persidangan bahwa Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama
Kanaya alias Buyung telah melakukan penadahan terhadap barang hasil
kejahatan Monas Wau dan Jefrin Doho alias Efi yaitu pada bulan
Oktober 2014 Monas Wau melakukan pencurian terhadap barang milik
Swandani alias Wawan berupa rokok Sampoerna sebanyak 100 (seratus)
bungkus, rokok Surya 16 sebanyak 100 (seratus) bungkus, Rinso Daia
sebanyak 3 (tiga) dus yang kemudian dibayar dengan harga tidak
sewajarnya, yaitu rokok sampoerna sebanyak 100 (seratus) bungkus
dibayar dengan harga Rp.900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah), rokok
Surya 16 sebanyak 100 (seratus) bungkus dibayar dengan harga
Rp.900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah), Rinso Daia sebanyak 3
(tiga) dus dibayar dengan harga Rp240.000,00 (dua ratus empat puluh
ribu rupiah).dan pada Bulan November 2014 Jefrin Doho alias Efi
melakukan pencurian terhadap barang milik Swandani alias Wawan
berupa 48 (empat puluh delapan) botol minuman merk sprite yang
kemudian dijual kepada Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama
Kanaya alias Buyung dengan harga tidak sewajarnya, yaitu 48 (empat
puluh delapan) botol minuman sprite dibayar dengan harga
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah);
Bahwa meskipun didalam Dakwaan Jaksa Penutut Umum tidak men
juncto-kan Pasal 64 ayat (1) KUHP tetapi berdasarkan fakta persidangan
Terdakwa terbukti melakukan perbuatan berlanjut, maka Hakim
didalam putusannya dapat menjatuhkan putusan pidana “Penadahan
secara berlanjut” sebagaimana diatur dalam pasal 480 ayat (1) KUHP
juncto Pasal 64 Ayat (1) KUHP;
Sebagaimana Yurisprudensi sebagai berikut:
Bahwa sesuai Yurisprudensi MA nomor 156 K/ Kr/1963 tanggal 28
April 1964, soal perbuatan lanjutan atau voortgezette handeling itu
hanyalah mengenai soal penjatuhan hukuman (strafttoematig) dan tidak
mengenai pembebasan dari tuntutan;
53
Berdasarakan yurisprudensi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pencantuman Pasal 64 KUHP dalam surat dakwaan bukan merupakan
alasan pembebasan dari tuntutan melainkan termasuk lingkup penilaian
fakta dalam proses pembuktian terkait dengan pemberatan dalam
penjatuhan hukuman;
3) Bahwa terhadap putusan Pengadilan Negeri Gunungsitoli Nomor
81/Pid.B/2015/PN.Gst. tanggal 07 Oktober 2015 yang telah dikuatkan
oleh Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor
737/PID/2015/PT.MDN. tanggal 17 Februari 2016 yang menjatuhkan
pidana penjara terhadap Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama
Kanaya alias Buyung selama 3 (tiga) bulan dan 22 (dua puluh dua) hari,
menurut hemat kami Jaksa Penuntut Umum adalah tidak sesuai dengan
tujuan pemidanaan yaitu memberikan efek jera serta pembinaan
terhadap pelaku tindak pidana untuk tidak mengulangi perbuatannya.
Disamping itu penjatuhan hukuman yang menimbulkan efek jera akan
menimbulkan dampak preventif kepada orang-orang yang bermaksud
melakukan perbuatan yang sama; Selanjutnya perlu dipertimbangkan
pendapat Andi Hamzah, bahwa “Penadahan” termasuk delik
pemudahan, karena dengan adanya penadahan, memudahkan orang
melakukan kejahatan misalnya pencurian. Jika ada yang menadah tentu
memudahkan orang mencuri karena ada tempat penyaluran hasil
pecurian (Andi Hamzah, delik-delik Tertentu (Speciale Delicten) Di
dalam KUHP, penerbit Trisaksi halaman 176); Sehingga kami mohon
Mahkamah Agung Republik Indonesia mempertimbangkan putusan
pidana dari pelaku tindak pidana penggelapan dalam jabatan yang
menjual barang hasil kejahatannya kepada terdakwa Amir Hasan
Telaumbanua alias Ama Kanaya alias Buyung yaitu Monas Wau dan
Jefrin Doho alias Efi yang telah dijatuhi hukuman pidana dan telah
berkekuatan hukum tetap terbukti melakukan tindak pidana
penggelapan dalam jabatan dengan hukuman pidana penjara masing-
masing selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan melalui putusan
54
Nomor 24/Pid.B/2015/PN.Gst. tanggal 24 April 2015 terhadap Monas
Wau dan Jefrin Doho alias Efi;
4) Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan tidak
mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan yang kami sampaikan
didalam Surat Tuntutan kami yaitu:
Perbuatan Terdakwa menimbulkan kerugian materiil terhadap korban
Swandani alias Ama Kristel;
Terdakwa tidak mengakui perbuatannya;
B. Pertimbangan Hakim dan Sanksi Terhadap Kasus Penadahan atas
Putusan nomor: 708K/PID/2016
1. Pertimbangan Hakim
Hakim sebelum memutuskan suatu perkara memperhatikan dakwaan
jaksa penuntut umum, keterangan saksi yang hadir dalam persidangan,
keterangan terdakwa, alat bukti, syarat subjektif dan objektif seseorang
dapat dipidana, serta hal-hal yang meringankan dan memberatkan.
Pengambilan putusan Hakim merupakan suatu keharusan dalam
menjatuhkan pidana atau hukuman yang diberikan terdakwa. Pertimbangan
Hakim dalam menjatuhkan pidana setelah proses pemeriksaan dan
persidangan selesai, maka hakim mengambil keputusan yang sesuai dengan
rasa keadilan masyarakat.
Setelah menimbang, bahwa terhadap alasan kasasi dari pemohon
Kasasi/Penuntut Umum tersebut Mahkamah Agung berpendapat:
Bahwa alasan kasasi Penuntut Umum tidak dapat dibenarkan karena
putusan Judex Facti Pengadilan Tinggi yang menguatkan putusan Judex
Facti Pengadilan Negeri untuk keseluruhannya ternyata merupakan putusan
yang tidak salah menerapkan hukum, yang dengan secara tepat dan benar
mempertimbangkan fakta-fakta hukum yang relevan secara yuridis yang
terungkap di dalam persidangan berdasarkan alat-alat bukti yang diajukan
secara sah yang sesuai dengan ketentuan hukum
55
Bahwa alasan Kasasi tidak dapat dibenarkan pula karena berkenaan
dengan lamanya pidana yang dijatuhkan merupakan kewenangan Judex
Facti, yang tidak tunduk pada pemeriksaan tingkat kasasi;
1) Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, lagi pula
ternyata, putusan Judex Facti dalam perkara ini tidak
bertentangan dengan hukum dan atau undang-undang, maka
permohonan kasasi tersebut harus ditolak;
2) Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari
Pemohon Kasasi/ Penuntut Umum ditolak, namun karena
Terdakwa tetap dipidana, maka Terdakwa harus dibebani untuk
membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi;
Kemudian Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Sumber (Teluk
Dalam) mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung, Mahkamah Agung
memutuskan dengan putusan Nomor:708K/PID/2016, adapun putusan
Mahkamah Agung sebagai berikut48:
a. Menolak permohonan kasasi Jaksa Penuntut Umum pada
Kejaksaan Negeri Teluk Dalam tersebut
b. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara
pada tingkat kasasi sebesar RP2500,00 (dua ribu lima ratus
rupiah)
2. Sanksi Pidana Terhadap Putusan nomor: 708K/PID/2016
Pada tanggal 06 Agustus 2015, Jaksa Penuntut Umum membacakan
tuntutannya yang mana sebagai berikut: menyatakan Terdakwa Amir Hasan
Telaumbanua alias Ama Kanaya alias Buyung terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “penadahan” sebagaimana
diatur dan diancam pidana Pasal 480 ke-1 KUHPidana, Dan menjatuhkan
pidana terhadap terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya
alias Buyung dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan 6 (enam)
1) 48 Direktori Putusan, Putusan No:708K/PID/2016, diakses pada tanggal 7
Februari, dari putusan.mahkamahagung.go.id, hal 8
56
bulan dikurangkan selama Terdakwa berada dalam tahanan, dengan
perintah agar Terdakwa tetap ditahan;
Adapun setelah membaca putusan Pengadilan Negeri Gunungsitoli
nomor 81/Pid.B/2015/PN.Gst. tanggal 07 Oktober 2015 yang amar
lengkapnya sebagai berikut:
1) Menyatakan Terdakwa Amir hasan alias Ama Kanaya alias Buyung
tersebut diatas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana penadahan secara berlanjut;
2) Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan
pidana penjara selama 3 (tiga) bulan 22 (dua puluh dua) hari;
3) Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani
Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
4) Meneteapkan barang bukti berupa:
1 (satu) buah dus rokok merk Surya 16;
1 (satu) buah kunci pintu gudang tempat penyimpanan
rokok;
1 (satu) lembar kertas D.O. (untuk pegembalian barang);
Dikembalikan kepada saksi Swandani alias Ama Kristel;
5) Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah
Rp.5000,00 (lima ribu rupiah);
Kemudian Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Gunungsitoli
mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Medan Majelis Hakim
memutuskan dengan putusan Nomor 737/PID/2015/PT.MDN. tanggal 22
februari 2016 yang amar lengkapnya sebagai berikut:
1) Menerima permintaan Banding dari Jaksa Penuntut Umum
tersebut;
2) Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Gunungsitoli Nomor
81/Pid.B/2015/PN.Gst. tanggal 07 Oktober 2015, yang
dimintakan banding tersebut;
57
3) Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah
dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang
dijatuhkan;
4) Membebankan Terdakwa untuk membayar biaya perkara di
kedua tingka peradilan dalam peradilan yang dalam tingkat
Banding sebesar Rp.2500,00 (dua ribu lima ratus rupiah);
Berdasarkan fakta-fakta hukum dalam persidangan diatas, Majelis
Hakim dalam menentukan dapat tidaknya seseorang dinyatakan terbukti
bersalah dan dapat dipidana, maka keseleuruhan dari unsur-unsur yang
didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum kepadanya haruslah dapat
dibuktikan dan terpenuhi seluruhnya.
Adapun hal yang menjadi dasar-dasar pertimbangan yang dipergunakan
oleh Hakim dalam menjatuhkan pidana dalam putusan nomor:
708K/PID/2016 menurut analisis penulis yaitu: putusan Judex Facti
Pengadilan Tinggi yang menguatkan putusan Judex Facti Pengadilan
Negeri untuk keseluruhannya ternyata merupakan putusan yang tidak salah
menerapkan hukum, yang dengan secara tepat dan benar
mempertimbangkan fakta-fakta hukum yang relevan secara yuridis yang
terungkap di dalam persidangan berdasarkan alat-alat bukti yang diajukan
secara sah yang sesuai dengan ketentuan hukum, yaitu Terdakwa terbukti
bersalah secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana: “penadahan
secara berlanjut” melanggar Pasal 480 ke-1 KUHPidana juncto Pasal 64
ayat (1) KUHPidana sesuai dakwaan Jaksa Penuntut Umum, yang demikian
pula Judex Facti secara cukup mempertibangkan dasar alsan-alasan
penjatuhan pidana berupa keadaan dan hal-hal yang memeberatkan dan
meringankan sehingga Terdakwa dijatuhi pidana penjara selama 3 (tiga)
bulan dan 22 (dua puluh dua) hari.
58
3. Analisis putusan dalam Tinjauan Hukum Positif dan Hukum
Islam
Menganalisis Putusan Mahkamah Agung Nomor: 708K/PID/2016
terhadap penerapan hukum yang dijadikan dasar putusan bagi terdakwa
dalam kasus diatas, telah mengacu kepada hukum materil di wilayah
Indonesia, yaitu Pasal 480 KUHP tentang Penadahan.
Dakwaan dan tuntutan Jaksa Penuntut Umum diatas terhadap terdakwa
Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya alias Buyung terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “penadahan”
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 480 ke-1 KUHP,
sehingga terhadap terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya
alias Buyung, jaksa penuntut umum mendakwa dengan 2 (tahun) dan 6
(enam) bulan dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan, dengan
perintah agar tetap ditahan dan barang bukti berupa 1 (satu) buah dus rokok
merk Surya 16, 1 (satu) buah kunci pintu gudang tempat penyimpanan
rokok, dan 1 (satu) lembar kertas D.O. (untuk pengembalian barang)
dikembalikan kepada korban Swandani alias Wawan.
Terhadap dakwaaan Jaksa Penuntut Umum didukung dengan bukti-
bukti yang terungkap dipersidangan, kemudian hakim menyatakan
Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana
penadahan. Atas dasar itu kepada terdakwa dipidana dengan pidana penjara
selama 3 (tiga) bulan dan 22 (dua puluh dua ) hari.
Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Gunungsitoli kemudian Jaksa
Penuntut Umum menyatakan Banding, dengan dasar pertimbangan, Majelis
Hakim telah memutus dan menghukum Terdakwa sangat ringan dibanding
dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum, selain itu tidak sesuai dengan tujuan
pemidanaan yaitu memberikan efek jera serta pembinaan terhadap pelaku
tindak pidana untuk tidak mengulangi lagi perbuatannya. Disamping itu
penjatuhan hukuman yang menimbulkan efek jera akan menimbulkan
59
dampak preventif kepada orang-orang yang bermaksud melakukan
perbuatan yang sama.
Sedangkan pada tingkat Banding setelah membaca putusan Pengadilan
Tinggi Medan tanggal 22 Februari 2016 yang dimana menerima permintaan
Banding dari Jaksa Pununtut Umum dan menguatkan Putusan Pengadilan
Negeri Gunung sitoli nomor: 81/Pid.B/2015/PN.Gst. tanggal 07 Oktober
2015 sehingga Jaksa Penuntut Umum mengajukan kasasi. Terhadapa
pengajuan Kasasi dari Jaksa Penuntut Umum, Mahkamah Agung juga
menolak dan mengukuhkan Putusan Banding.
Terhadap penegakan kasus atas Putusan nomor:708K/PID/2016,
menurut analisa penulis adalah dakwaan Jaksa Penuntut Umum telah tepat
dan sesuai dengan penerapan Pasal 480 KUHPidana. Karena putusan Judex
Facti Pengadilan Tinggi yang menguatkan putusan Judex Facti Pengadilan
Negeri untuk keseluruhannya ternyata merupakan putusan yang tidak salah
menerapkan hukum, yang dengan secara tepat dan benar
mempertimbangkan fakta-fakta hukum yang relevan secara yuridis yang
terungkap di dalam persidangan berdasarkan alat-alat bukti yang diajukan
secara sah yang sesuai dengan ketentuan hukum, yaitu barang bukti berupa
1 (satu) buah dus rokok merk Surya 16, 1 (satu) buah kunci pintu gudang
tempat penyimpanan rokok, dan 1 (satu) lembar kertas D.O. (untuk
pengembalian barang). Terdakwa terbukti bersalah secara sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana: “penadahan secara berlanjut”
melanggar Pasal 480 ke-1 KUHPidana juncto Pasal 64 ayat (1) KUHPidana
Demikian juga Jaksa Penuntut Umum sudah menuntut Terdakwa dengan
ancaman pidana berupa pidana penjara.
Maka menurut logika penulis Putusan Pengadilan Negeri Gunungsitoli
mengadili terdakwa selama 3 (tiga) bulan 22 (dua puluh dua hari) adalah
telah memenuhi ketentuan Pasal 480 KUHPidana. Meingangat tidak selalu
tuntutan pidana dari Jaksa Penuntut Umum harus dipenuhi karena Hakim
60
mempunyai dasar pertimbangan dalam memutus dan menjatuhkan
hukuman terhadap Terdakwa.
Implikasi putusan Mahkamah Agung dalam kasus ini menolak
permohonan kasasi dengan menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan
tersebut ternyata Judex Facti tidak bertentangan dengan hukum/undang-
undang. Dengan telah memenuhinya unsur-unsur tindak pidana dalam Pasal
480 Ke-1 KUHpidana juncto Pasal 64 Ayat (1) KUHPidana, Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009, dan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dan
ditambah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan Perubahan
kedua Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, serta peraturan perundang-
undangan lain yang bersangkutan. Dengan diberikan hukuman agar tidak
melakukan pengulangan terhadap perbuatan tindak pidana penadahan dan
menjadi orang yang lebih baik dimasa yang akan datang (sesuai dengan
tujuan pemidanaan dari aliran modern). Selain itu lebih utama untuk
menakut-nakuti pada masyarakat yang akan melakukan tindak pidana
penadahan terlebih lagi tindak pidana pencurian.
Terkait kasus penadahan atas Putusan nomor: 708K/PID/2016 jelas
sekali Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya alias Buyung
telah melakukan suatu jarimah yaitu melakukan penadahan. Dalam hukum
Islam pelaku penadahan termasuk turut serta dalam melakukan tindak
pidana/jarimah. Suatu jarimah adakalanya dilakukan oleh satu orang dan
kadang pula dilakukan lebih dari satu orang.
Analisis penentuan hukum penadahan menurut pendapat penulis
berangkat dari perspektif dampak negatif dalam hukum Islam yaitu:
a) Penadahan dapat berdampak seseorang ingin melakukan kejahatan
karena adanya kemudahan yang diberikan oleh penadah, yaitu
kemudahan menjual, seorang pencuri dapat memiliki uang dalam
waktu cepat apabila menjual barang curian kepada penadah.
61
b) Penadahan adalah bentuk tolong-menolong dalam dosa dan
kemungkaran. Seseorang yang sudah mengetahui atau patut menduga
bahwa barang yang akan ia beli adalah hasil curian semestinya melapor
kepada pihak yang berwenang atas temuannya tersebut, bukan membeli
hasil curian
c) Dalam tindak pidana penadahan seorang pencuri memakan harta
pemilik barang dengan cara yang bathil/ haram, kemudian penadah
membantu pencuri untuk memakan harta pemilik barang dengan cara
membeli barang tersebut, penadaha juga ikut serta memakan harta
tersebut dengan cara bathil/ haram, yaitu dengan membeli barang
curian itu dengan harta yang pada umumya sangat murah.
Dari perspektif diatas, dalil yang sesuai dengan penadahan menurut
pendapat penulis Al-quran Surat Al-Isro’ ayat 15 adalah:
نفسه ومن ضل فإنما يضل عليها و ال تزر وازرة وزر مناهتدى فإنما يهتدي ل
بين حتى نبعث رسوال أخرى و ما كنا معذ
“Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka
Sesungguhnya Dia itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan
Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia tersesat bagi
(kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat
memikul dosa orang lain, dan Kami akan meng’azab sebelum Kami
mengutus seorang Rasul.”49
Ayat di atas melarang orang mukmin untuk tolong menolong dalam
dosa dan pelanggaran, sedang penadah membantu pencuri/penipu dengan
membeli barang hasil curiannya, yang sudah diketahui atau patut diduga
oleh pembeli bukan merupakan hak milik pencuri.
49 Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemahannya, Yayasan
Pelayan Al-quran Mulia, 1989, hal.283
62
Berdasarkan alasan-alasan yang telah diuraikan diatas, maka penulis
sependapat dengan Putusan Mahkamah Agung yang menyatakan menolak
kasasi Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Teluk Dalam karena putusan
Judec Facti /Pengadilan Tinggi yang menguatkan putusan Judex Facti/
Pengadilan Negeri untuk keseluruhannya ternyata merupakan putusan yang
tidak salah dalam menerapkan hukum. Namun, dalam hal besarnya pidana
yang dijatuhkan pada pengadilan tingkat awal, seharusnya Hakim
Mahkamah Agung dapat lebih memperbesar lagi hukuman pidananya. Hal
ini karena tindak pidana yang dilakukan oleh Terdakwa Amir Hasan
Telaumbanua alias Ama Kanaya alias Buyung tidak hanya sekali saja
melainkan berlanjut dan tidak sesuai dengan tujuan pemidanaan yaitu
memberikan efek jera serta pembinaan terhadap pelaku tindak pidana untuk
tidak mengulangi lagi perbuatannya. Disamping itu penjatuhan hukuman
yang menimbulkan efek jera akan menimbulkan dampak preventif kepada
orang-orang yang bermaksud melakukan perbuatan yang sama.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan hasil penelitian pada bab-bab sebelumnya,
dibawah ini adalah kesimpulan dan jawaban dari rumusan masalah:
1. Penerapan ketentuan pidana materiil terhadap tindak pidana penadahan
dalam putusan Mahkamah Agung Nomor: 708K/PID/2016 didasarkan
pada fakta-fakta hukum baik melalui alat-alat bukti seperti keterangan
Terdakwa maupun fakta-fakta hukum melalui barang-barang bukti. Selain
itu, didasarkan pada pertimbangan yuridis yaitu dakwaan dan tuntutan
jaksa. Dalam kasus ini, jaksa menggunakan dakwaan tunggal yaitu Jaksa
Penuntut Umum mendakwakan Pasal 480 KUHP ayat (1) . Jaksa Penuntut
Umum menuntut terdakwa pidana penjara 2 (dua) tahun dan 6 (enam)
bulan, menurut hemat penulis tuntutan jaksa Penuntut Umum sudah tepat
karena sudah relevan dengan perbuatan dan akibat yang ditimbulkan dari
tindak pidana yang dilakukannya tersebut. adapun memperhatikan putusan
pada tingkat banding yang menguatkan Putusan Pengadilan Negeri
Gunung Sitoli ternyata merupakan putusan yang tidak salah menerapkan
hukum yang dengan secara tepat dan benar mempertimbangkan fakta yang
relevan secara yuridis. Dan berdasarkan pertimbangan diatas ternyata,
putusan Judex Facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum
dan undang-undang, maka permohonan kasasi harus ditolak.
2. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung yang menolak kasasi dari Jaksa
Penuntut Umum dengan memperhatikan alasan kasasi Penuntut Umum
tidak dapat dibenarkan karena Putusan Pengadilan Tinggi yang menguatkan
Pengadilan Negeri yang keseluruhannya ternyata tidak salah dalam
menerapkan hukum. Dalam hukum positif, sanksi pidana bagi pelaku tindak
pidana penadahan diatur dalam Pasal 480 KUHP. Terdapat 2 (dua) bentuk
hukuman bagi pelaku tindak pidana penadahan yakni pidana penjara dan
64
pidana denda. Sedangkan dalam hukum Islam perbuatan penadahan masuk
ke dalam kategori jarimah ta’zir, dimana hukuman bagi pelaku tindak
pidana ini diserahkan langsung kepada Hakim. Karena tidak terdapat nash
yang menyatakan secara jelas mengenai sanksi pidana bagi pelaku
penadahan baik didalam Al-qur’an dan Hadist.
B. Saran-saran
Berikut saran-saran yang penulis uraikan, antara lain:
1. Aparat penegak hukum diharapkan jeli dalam menangani tindak pidana
penadahan, dikarenakan dalam tindak pidana penadahan seringkali penadah
tidak menagakui barang tersebut adalah hasil tadahan ataupun dan kejahatan
2. Masyarakat diharapkan selalu cerdas dan waspada atas barang bekas yang
dijual dengan harga yang sangat jauh dari harga pasaran, terlebih lagi jika
tidak dilengkapi surat-surat atau nota bukti pembelian
3. Perbuatan penadahan sangat erat hubungannya dengan kejahatan-kejahatan
seperti pencurian, penggelapan, atau penipuan. Justru karena adanya orang
yang mau melakukan “penadahan” itulah, orang seolah-olah dipermudah
maksudnya untuk melakukan pencurian, penggelapan, atau penipuan.
Tindak pidana penadahan bisa ditinjau dari berbagai pendekatan dari
berbagai ilmu, anatara lain ilmu sosiologi atau psikologi, dengan maksud
untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya suatu tindak kejahatan.
65
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Terjemahannya
Buku:
Qardhawi Yusuf, Al-Halal-Al Haram fi Al-Islam, Terj. Wahdi Ahmad,dkk, “Halal
Haram dalam Islam”,Solo: Era Intermedia, cet 4, 2007.
Al-Baihaqi, Sunan Al-Kubra, (Bairut: Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 2003 H/4141
H).
Prodjodikoro Wirjono,Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia,Bandung: PT.Refika
Aditama, 2014
Soekanto Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-press, 1981
Abidin Zainal, Hukum Pidana I. Jakarta: Sinar Grafika, 2014.
Moeljanto, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Bina Aksara, 1984.
E.Y Kanter dan S.R Sianturi, Asas-asas hukum pidana di Indonesia dan
penerapannya, Jakarta: Storia grafika, 2012.
Lamintang P.A.F , Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Cintra Aditya
Bakti, 1997.
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta Raja Grafindo Persada, 2008.
Marpaumg Leden, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika,
2005.
Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan terhapad Harta Kekayaan, Jakarta:
Sinar Grafika, 2009.
KUHP Pasal 480 ayat 1 dan 2 KUHP
Maramis Frans, Hukum Pidana Umum dan Tertulis Di Indonesia, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2012.
Suparni Niniek, Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan,
Jakarta: Sinar Grafika, 2007.
Mulyadi Lilik, Putusan Hakim Dalam Hukum Acara Pidana, Bandung: PT.Citra
Aditya Bakti, 2007.
66
Waluyo Bambang, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Darmoko Yuti Witanto, Arya Putra Negara Kutawaringi, Diskresi Hakim Sebuah
Instrumen Menegakkan Keadilan Substantif dan Perkara Pidana,Bandung:
Alfabeta, 2013.
Rifai Ahmad, Penemuan Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
Direktori Putusan, Putusan No:708K/PID/2016, diakses pada tanggal 7 Februari,
dari putusan.mahkamahagung.go.id,
Priyatno Dwidja, sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, Bandung:
Refika Aditama, Bandung, 2009.
Andi Zainal abidin, Asas-Asas Hukum Pidana Bagian Pertama, Bandung: Alumni,
1987.
Sholehudin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana (Ide Dasar Double Track Sistem
dan Implementasinya), Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004.
Musthafa Ahmad Al-Zarqa, ‘Âqd Al-Bai‘, (Damaskus: Dar Al-Qalam, 2012 H/1433
H), Cet. Ke-2.
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia, (Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve, 2006), Vol. 1, Hal. 1757.
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor: Politeia, 1995.
Nurul Irfan, FIQH JINAYAH, Jakarta: Amzah, Jakarta, 2015.
Redaksi Bhafana Publishing, KUHP KUHAP, Jakarta: Bhafana Publishing, 2014.
Chaawi Adami, Pelajaran Hukum Pidana bagian 3 Percobaan Dan Penyertaan,
Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002.
Syamsuddin Rahman, Merajut Hukum Di Indonesia, Jakarta: Mitra Wacana, 2014.
Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemahannya, Yayasan
Pelayan Al-quran Mulia, 2017
R.Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP dilengkapi yurisprudensi
mahkamah agung dan hoge raad, PT Raja Grafindo persada, Jakarta
67
Jurnal:
Coby Mamahit,”AspekHukum Tindak Pidana Penadahan dan Upaya
Penanggulangannya Di Indonesia, Jurnal Hukum Unsrat,vol 23, no.8, Januari
2107
Sugiyono Umar Ma’ruf, Penanggulangan Tindak Pidana Penadahan Di
Pengadilan Negeri Semarang, Jurnal Hukum Khaira Ummah, vol 12, no. 3
.September 2017
Media Elektronik:
https://kbbi.web.id/tadah diakses pada tanggal 9 Januari 2018 pukul 16.20
https://www.jpnn.com/news/duh-berattttt-gara-gara-beli-hp-curian-penadah-ini-
dihukum-cukup-lama/ diakses pada tgl 8 november 2017
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3481546/sindikat-penadah-di-garut-
jual-motor-curian-via-medsos diakses pada tgl 8 november 2017
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 1 dari 9 hal. Putusan Nomor 708 K/PID/2016
P U T U S A NNomor 708 K/PID/2016
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
M A H K A M A H A G U N GYang memeriksa dan mengadili perkara pidana pada tingkat kasasi telah
memutuskan sebagai berikut dalam perkara Terdakwa:
Nama : AMIR HASAN TELAUMBANUA alias AMAKANAYA alias BUYUNG;
Tempat lahir : Teluk Dalam;
Umur/tanggal : 33 tahun/01 Mei 1981;
Jenis kelamin : Laki-laki;
Kewarganegaraan : Indonesia;
Tempat tinggal : Jalan Kueni Kelurahan Teluk Dalam Kabupaten
Nias Selatan;
Agama : Islam;
Pekerjaan : Wiraswasta;
Terdakwa ditahan dalam tahanan Rumah Tahanan Negara (Rutan) oleh:
1. Penyidik sejak tanggal 30 Januari 2015 sampai dengan tanggal 18
Februari 2015;
2. Penangguhan penahanan oleh Penyidik sejak tanggal 16 Februari 2015;
3. Penuntut Umum sejak tanggal 29 April 2015 sampai dengan tanggal 18
Mei 2015;
4. Hakim Pengadilan Negeri sejak tanggal 12 Mei 2015 sampai dengan
tanggal 10 Juni 2015;
5. Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri sejak tanggal 11 Juni 2015
sampai dengan tanggal 09 Agustus 2015;
6. Pengalihan penahanan menjadi Tahanan Rumah sejak tanggal 30 Juli
2015 sampai dengan tanggal 09 Agustus 2015;
Terdakwa diajukan di muka persidangan Pengadilan Negeri Gunungsitoli
karena didakwa dengan dakwaan sebagai berikut:
DAKWAAN:Bahwa Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya alias
Buyung antara bulan Oktober 2014 sampai dengan bulan Desember 2014
atau setidak-tidaknya dalam waktu lain pada tahun 2014, bertempat di Toko
UD Kanaya yang beralamat di Jalan Kuweni Kelurahan Pasar Teluk Dalam
Kabupaten Nias Selatan atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 2 dari 9 hal. Putusan Nomor 708 K/PID/2016
termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Gunungsitoli, telah
membeli, menyewa, menukar, menerima gadai, menerima hadiah atau untuk
menarik keuntungan, menjual, menyewakan, menukarkan, menggadai,
mengangkut, menyimpan, atau menyembunyikan sesuatu benda, yang
diketahui atau sepatutnya harus diduga diperoleh dari kejahatan, perbuatan
tersebut dilakukan Terdakwa dengan cara sebagai berikut:
- Bahwa bermula ketika Monas Wau (telah diputus berdasarkan Putusan
Pengadilan Negeri Gunungsitoli Nomor 24/Pid.B/2015/PN.Gst. tanggal 24
April 2015 yang telah berkekuatan hukum tetap) dan Jefrin Doho alias Efi
(telah diputus berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Gunungsitoli
Nomor 23/Pid.B/2015/PN.Gst. tanggal 24 April 2015 yang telah
berkekuatan hukum tetap) berbicara kepada Terdakwa Amir Hasan
Telaumbanua alias Ama Kanaya alias Buyung mengatakan “Kalo ada
barang curian kami, abang mau membeli?” kemudian dijawab Terdakwa
Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya alias Buyung mengatakan
“Kalo ada saya mau membelinya”, maka selanjutnya pada bulan Oktober
2014 Monas Wau melakukan pencurian terhadap barang milik Swandani
alias Wawan berupa rokok Sampoerna sebanyak 100 (seratus) bungkus,
rokok Surya 16 sebanyak 100 (seratus) bungkus, Rinso Daia sebanyak 3
(tiga) dus yang kemudian dijual kepada Terdakwa Amir Hasan
Telaumbanua alias Ama Kanaya alias Buyung dengan harga tidak
sewajarnya, yaitu rokok Sampoerna sebanyak 100 (seratus) bungkus
dibayar dengan harga Rp900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah), rokok
Surya 16 sebanyak 100 (seratus) bungkus dibayar dengan harga
Rp900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah), Rinso Daia sebanyak 3 (tiga)
dus dibayar dengan harga Rp240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu
rupiah) dan pada bulan November 2014 Jefrin Doho alias Efi melakukan
pencurian terhadap barang milik Swandani alias Wawan berupa 48
(empat puluh delapan) botol minuman merk Sprite yang kemudian dijual
kepada Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya alias
Buyung dengan harga tidak sewajarnya, yaitu 48 (empat puluh delapan)
botol minuman merk Sprite dibayar dengan harga Rp100.000,00 (seratus
ribu rupiah). Bahwa pada hari Sabtu tanggal 06 Desember 2014 sekira
pukul 09.30 WIB Jefrin Doho alias Efi mengantar 1 (satu) dus rokok merk
Surya 16 yang telah diletakkan di dalam Toko UD Kanaya milik Terdakwa
Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya alias Buyung untuk dijual
kepada Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya alias
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 3 dari 9 hal. Putusan Nomor 708 K/PID/2016
Buyung dengan harga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) tetapi tidak
sempat dibayar oleh Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama
Kanaya alias Buyung karena sudah ketahuan mencuri oleh Christian Gani
alias Ama Wawan;
- Bahwa cara Monas Wau dan Jefrin Doho alias Efi menjual barang curian
kepada Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya yaitu
Monas Wau dan Jefrin Doho alias Efi membawa barang hasil curian ke
Toko UD Kanaya milik Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Kanaya
yang selanjutnya pada malam hari Monas Wau dan Jefrin Doho alias Efi
mengambil uang hasil penjualan barang curian yang dibayarkan oleh
Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua;
- Bahwa Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya alias
Buyung seharusnya sudah dapat menduga 1 (satu) dus rokok merk Surya
16 adalah hasil kejahatan, karena Monas Wau dan Jefrin Doho alias Efi
hanya sebagai penjaga gudang serta Monas Wau dan Jefrin Doho alias
Efi menjual barang kepada Terdakwa dengan harga yang tidak
sewajarnya;
Perbuatan Terdakwa diatur dan diancam pidana sesuai dengan Pasal
480 ke-1 KUHPidana;
Mahkamah Agung tersebut;
Membaca tuntutan pidana Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri
Teluk Dalam tanggal 06 Agustus 2015 sebagai berikut:
1. Menyatakan Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya alias
Buyung terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana “Penadahan” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 480 ke-1 KUHPidana;
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias
Ama Kanaya alias Buyung dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun
dan 6 (enam) bulan dikurangkan selama Terdakwa berada dalam
tahanan, dengan perintah agar Terdakwa tetap ditahan;
3. Menyatakan agar barang bukti berupa:
a. 1 (satu) buah dus rokok merk Surya 16;
b. 1 (satu) buah kunci pintu gudang tempat penyimpanan rokok;
c. 1 (satu) lembar kertas D.O. (untuk pengambilan barang);
Dikembalikan kepada korban Swandani alias Wawan;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 4 dari 9 hal. Putusan Nomor 708 K/PID/2016
4. Menetapkan agar Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya
alias Buyung dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp2.000,00 (dua
ribu rupiah);
Membaca putusan Pengadilan Negeri Gunungsitoli Nomor
81/Pid.B/2015/PN.Gst. tanggal 07 Oktober 2015 yang amar lengkapnya
sebagai berikut:
1. Menyatakan Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya alias
Buyung tersebut di atas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana penadahan secara berlanjut;
2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana
penjara selama 3 (tiga) bulan dan 22 (dua puluh dua) hari;
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani
Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
4. Menetapkan barang bukti berupa:
- 1 (satu) buah dus rokok merk Surya 16;
- 1 (satu) buah kunci pintu gudang tempat penyimpanan rokok;
- 1 (satu) lembar kertas D.O. (untuk pengambilan barang);
Dikembalikan kepada saksi Swandani alias Ama Kristel;
5. Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah
Rp5.000,00 (lima ribu rupiah);
Membaca putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 737/PID/2015/
PT.MDN. tanggal 22 Februari 2016 yang amar lengkapnya sebagai berikut:
- Menerima permintaan Banding dari Jaksa Penuntut Umum tersebut;
- Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Gunung Sitoli Nomor 81/Pid.B/
2015/PN.Gst. tanggal 07 Oktober 2015, yang dimintakan banding
tersebut;
- Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani
Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
- Membebankan Terdakwa untuk membayar biaya perkara di kedua tingkat
peradilan yang dalam tingkat Banding sebesar Rp2.500,00 (dua ribu lima
ratus rupiah);
Mengingat akta tentang permohonan kasasi Nomor: 2/KS/Akta.Pid/
2016/PN.Gst. yang dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri Gunungsitoli
yang menerangkan, bahwa pada tanggal 30 Maret 2016 Penuntut Umum
pada Kejaksaan Negeri Teluk Dalam mengajukan permohonan kasasi
terhadap putusan Pengadilan Tinggi Medan tersebut;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 5 dari 9 hal. Putusan Nomor 708 K/PID/2016
Memperhatikan memori kasasi tanggal 07 April 2016 dari Penuntut
Umum tersebut sebagai Pemohon Kasasi yang diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Gunungsitoli pada tanggal 08 April 2016;
Membaca surat-surat yang bersangkutan;
Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Tinggi Medan tersebut telah
diberitahukan kepada Penuntut Umum pada tanggal 18 Maret 2016 dan
Penuntut Umum mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 30 Maret
2016 serta memori kasasinya telah diterima di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri Gunugsitoli pada tanggal 08 April 2016 dengan demikian permohonan
kasasi beserta dengan alasan-alasannya telah diajukan dalam tenggang
waktu dan dengan cara menurut undang-undang, oleh karena itu
permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima;
Menimbang, bahwa alasan kasasi yang diajukan oleh PemohonKasasi/Penuntut Umum pada pokoknya sebagai berikut:
Bahwa Pengadilan Tinggi Medan yang telah menjatuhkan putusan
yang amarnya berbunyi seperti tersebut di atas dalam memeriksa dan
mengadili perkara tersebut, telah melakukan kekeliruan dengan alasan
bahwa Majelis Hakim tidak menerapkan hukum atau menerapkan hukum
tidak sebagaimana mestinya, yakni dalam hal sebagai berikut:
1. Bahwa kami Jaksa Penuntut Umum menyusun Memori Kasasi ini
berdasarkan Petikan Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor
737/PID/2015/PT.MDN. tanggal 17 Februari 2016 dikarenakan Jaksa
Penuntut Umum belum menerima salinan putusan lengkap perkara
tersebut;
2. Bahwa terhadap putusan Pengadilan Negeri Gunungsitoli Nomor
81/Pid.B/2015/PN.Gst. tanggal 07 Oktober 2015 yang telah dikuatkan oleh
Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 737/PID/2015/PT.MDN tanggal
17 Februari 2016 menyatakan Terdakwa terbukti melakukan tindak pidana
“Penadahan secara berlanjut”, kami Jaksa Penuntut Umum sependapat
sesuai dengan fakta persidangan bahwa Terdakwa Amir Hasan
Telaumbanua alias Ama Kanaya alias Buyung telah melakukan
penadahan terhadap barang hasil kejahatan Monas Wau dan Jefrin Doho
alias Efi yaitu pada bulan Oktober 2014 Monas Wau melakukan pencurian
terhadap barang milik Swandani alias Wawan berupa rokok Sampoerna
sebanyak 100 (seratus) bungkus, rokok Surya 16 sebanyak 100 (seratus)
bungkus, Rinso Daia sebanyak 3 (tiga) dus yang kemudian dijual kepada
Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya alias Buyung
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 6 dari 9 hal. Putusan Nomor 708 K/PID/2016
dengan harga tidak sewajarnya, yaitu rokok Sampoerna sebanyak 100
(seratus) bungkus dibayar dengan harga Rp900.000,00 (sembilan ratus
ribu rupiah), rokok Surya 16 sebanyak 100 (seratus) bungkus dibayar
dengan harga Rp900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah), Rinso Daia
sebanyak 3 (tiga) dus dibayar dengan harga Rp240.000,00 (dua ratus
empat puluh ribu rupiah) dan pada bulan November 2014 Jefrin Doho
alias Efi melakukan pencurian terhadap barang milik Swandani alias
Wawan berupa 48 (empat puluh delapan) botol minuman merk Sprite
yang kemudian dijual kepada Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias
Ama Kanaya alias Buyung dengan harga tidak sewajarnya, yaitu 48
(empat puluh delapan) botol minuman merk Sprite dibayar dengan harga
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah);
Bahwa meskipun di dalam Dakwaan Jaksa Penuntut Umum tidak men-
juncto-kan Pasal 64 Ayat (1) KUHP tetapi berdasarkan fakta persidangan
Terdakwa terbukti melakukan perbuatan berlanjut, maka Hakim di dalam
putusannya dapat menjatuhkan putusan pidana “Penadahan secara
berlanjut” sebagaimana diatur didalam Pasal 480 ayat (1) KUHP juncto
Pasal 64 Ayat (1) KUHP;
Sebagaimana yurisprudensi sebagai berikut:
Bahwa sesuai Yurisprudensi MA Nomor 156 K/Kr/1963 tanggal 28 April
1964, soal perbuatan lanjutan atau voortgezette handeling itu hanyalah
mengenai soal penjatuhan hukuman (straftoematig) dan tidak mengenai
pembebasan dari tuntutan;
Berdasarkan yurisprudensi tersebut dapat, ditarik kesimpulan bahwa
pencantuman Pasal 64 KUHP dalam surat dakwaan bukan merupakan
alasan pembebasan dari tuntutan melainkan termasuk lingkup penilaian
fakta dalam proses pembuktian terkait dengan pemberatan dalam
penjatuhan hukuman;
3. Bahwa terhadap putusan Pengadilan Negeri Gunungsitoli Nomor
81/Pid.B/2015/PN.Gst. tanggal 07 Oktober 2015 yang telah dikuatkan oleh
Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 737/PID/2015/PT.MDN. tanggal
17 Februari 2016 yang menjatuhkan pidana penjara terhadap Terdakwa
Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya alias Buyung selama 3 (tiga)
bulan dan 22 (dua puluh dua) hari, menurut hemat kami Jaksa Penuntut
Umum adalah tidak sesuai dengan tujuan pemidanaan yaitu memberikan
efek jera serta pembinaan terhadap pelaku tindak pidana untuk tidak
mengulangi lagi perbuatannya. Disamping itu penjatuhan hukuman yang
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 7 dari 9 hal. Putusan Nomor 708 K/PID/2016
menimbulkan efek jera akan menimbulkan dampak preventif kepada
orang-orang yang bermaksud melakukan perbuatan yang sama;
Selanjutnya perlu dipertimbangkan pendapat Andi Hamzah, bahwa
“Penadahan” termasuk delik pemudahan, karena dengan adanya
penadahan, memudahkan orang melakukan kejahatan, misalnya
pencurian. Jika ada yang menadah tentu memudahkan orang mencuri
karena ada tempat penyaluran hasil pencurian (Andi Hamzah, Delik-Delik
Tertentu (Speciale Delicten) Di Dalam KUHP, Penerbit Universitas
Trisaksi halaman 176);
Sehingga kami mohon Mahkamah Agung Republik Indonesia
mempertimbangkan putusan pidana dari pelaku tindak pidana
penggelapan dalam jabatan yang menjual barang hasil kejahatannya
kepada Terdakwa Amir Hasan Telaumbanua alias Ama Kanaya alias
Buyung yaitu Monas Wau dan Jefrin Doho alias Efi yang telah dijatuhi
hukuman pidana dan telah berkekuatan hukum tetap terbukti melakukan
tindak pidana penggelapan dalam jabatan dengan hukuman pidana
penjara masing-masing selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan melalui
putusan Nomor 24/Pid.B/2015/PN.Gst. tanggal 24 April 2015 terhadap
Monas Wau dan Putusan Pengadilan Negeri Gunungsitoli Nomor
23/Pid.B/2015/PN.Gst. tanggal 24 April 2015 terhadap Jefrin Doho alias
Efi;
4. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan tidak
mempertimbangakan mempertimbangan hal-hal yang memberatkan yang
kami sampaikan di dalam Surat Tuntutan kami yaitu:
- Perbuatan Terdakwa menimbulkan kerugian materiil terhadap korban
Swandani alias Ama Kristel;
- Terdakwa tidak mengakui perbuatannya;
Menimbang, bahwa terhadap alasan kasasi dari PemohonKasasi/Penuntut Umum tersebut Mahkamah Agung berpendapat:
Bahwa alasan kasasi Penuntut Umum tidak dapat dibenarkan karena
putusan Judex Facti/Pengadilan Tinggi yang menguatkan putusan Judex
Facti/Pengadilan Negeri untuk keseluruhannya ternyata merupakan putusan
yang tidak salah menerapkan hukum, yang dengan secara tepat dan benar
mempertimbangkan fakta-fakta hukum yang relevan secara yuridis yang
terungkap di dalam persidangan berdasarkan alat-alat bukti yang diajukan
secara sah yang sesuai dengan ketentuan hukum, yaitu Terdakwa terbukti
bersalah secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana: ”Penadahan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 8 dari 9 hal. Putusan Nomor 708 K/PID/2016
secara berlanjut” melanggar Pasal 480 ke-1 KUHPidana juncto Pasal 64 Ayat
(1) KUHPidana sesuai dakwaan Jaksa Penuntut Umum, yang demikian pula
Judex Facti secara cukup mempertimbangkan dasar alasan-alasan
penjatuhan pidana berupa keadaan atau hal-hal yang memberatkan dan
meringankan sehingga Terdakwa dijatuhi pidana penjara selama 3 (tiga)
bulan dan 22 (dua puluh dua) hari;
Bahwa alasan kasasi tidak dapat dibenarkan pula karena berkenaan
dengan lamanya pidana yang dijatuhkan merupakan kewenangan Judex
Facti, yang tidak tunduk pada pemeriksaan tingkat kasasi;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula
ternyata, putusan Judex Facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan
hukum dan/atau undang-undang, maka permohonan kasasi tersebut harus
ditolak;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon
Kasasi/Penuntut Umum ditolak, namun karena Terdakwa tetap dipidana,
maka Terdakwa harus dibebani untuk membayar biaya perkara dalam tingkat
kasasi;
Memperhatikan Pasal 480 ke-1 KUHPidana juncto Pasal 64 Ayat (1)
KUHPidana, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981, Undang-Undang Nomor
48 Tahun 2009, dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana
telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004
dan Perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, serta
peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;
M E N G A D I L I :Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/Penuntut
Umum pada Kejaksaan Negeri Teluk Dalam tersebut;
Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara
pada tingkat kasasi sebesar Rp2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
Agung pada hari Rabu tanggal 31 Agustus 2016 oleh Dr. Sofyan Sitompul,S.H., M.H., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung
sebagai Ketua Majelis, Dr. H. Margono, S.H., M.Hum., M.M., dan H. EddyArmy, S.H., M.H., Hakim-Hakim Agung sebagai Hakim-Hakim Anggota, dan
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari dan tanggal itujuga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota tersebut, dibantu oleh
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 9 dari 9 hal. Putusan Nomor 708 K/PID/2016
Endrabakti Heris Setiawan, S.H., Panitera Pengganti dan tidak dihadiri oleh
Pemohon Kasasi/Penuntut Umum dan Terdakwa.
Hakim-Hakim Anggota: Ketua Majelis :
Ttd./ Ttd./
Dr. H. Margono, S.H., M.Hum., M.M. Dr. Sofyan Sitompul, S.H., M.H.
Ttd./
H. Eddy Army, S.H., M.H.
Panitera Pengganti:
Ttd./
Endrabakti Heris Setiawan, S.H.
Untuk Salinan,Mahkamah Agung RI
a.n. PaniteraPanitera Muda Pidana,
SUHARTO, S.H., M.Hum.NIP. 196006131985031002
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9