SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA...

104
SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN : ANALISIS PUTUSAN NOMOR 14/PID.SUS.ANAK/2015/PN.BKS. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) Di Susun Oleh: HALIMAH NURMAYANTI NIM: 11150450000078 PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M

Transcript of SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA...

Page 1: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK

PIDANA PENCURIAN : ANALISIS PUTUSAN NOMOR

14/PID.SUS.ANAK/2015/PN.BKS.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H)

Di Susun Oleh:

HALIMAH NURMAYANTI

NIM: 11150450000078

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2019 M

Page 2: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang
Page 3: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang
Page 4: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang
Page 5: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

v

ABSTRAK

Halimah Nurmayanti (11150450000078) sanksi pidana bagi anak

yang melakukan tindak pidana pencurian (analisis putusan nomor

14/PID.SUS.Anak/2015/PN.Bks). Program studi Hukum Pidana Islam

(Jinayah) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, Tahun 2019 M/1441H.

``Dari berbagai permasalahan di Indoensia yang paling

mengkhawatirkan ialah perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh anak.

Maka dari itu permasalahan utama dalam skripsi ini adalah tindak pidana

pencurian dalam pemberatan yang dilakukan seorang anak dibawah umur

dalam putusan nomor 14/PID.SUS.Anak/2015/PN.Bks Bahwa dalam

skripsi ini akan meneliti tentang pertimbangan serta penerapan hukum

yang diterapkan oleh hakim untuk anak pelaku tindak pidana pencurian

motor dalam pemberatan. Dan akan meneliti mengenai sanksi yang

diterapkan terhadap anak berdasarkan ketentuan hukum pidana positif.

Tujuan dari penelitian ini akan memaparkan ketentuan sanksi

pencurian yang dilakukan oleh anak dalam hukum pidana positif dan

hukum pidana Islam. Dan untuk mengetahui bagaimana perbedaan

ketentuan dalam pidana Islam dan pidana Positif dalam prncurian yang

dilakukan oleh anak sehingga dapat menambah khazanah pengetahuan.

Untuk mengetahui analisa hukum terhadap putusan pengadilan.

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian hukum

normatif karena berdasarkan hukum jenis penelitian kualitatif dari putusan

Pengadilan Negeri Bekasi. -Metode yang digunakan adalah penelitian

kepustakaan, yakni metode penelitian yang diperoleh diperpustakaan

dengan menganalisa teori-teori melalui pengumpulan sumber-sumber yang

berkaitan dengan aspek materi yang diteliti serta mengkaji pendapat-

pendapat para ahli hukum yang terdapat dalam buku, undang-undang yang

terkait , KUHP, kitab-kitab fiqh, atau buku-buku yang lain yang berkaitan

dengannya.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan sanksi

yang diterapkan oleh hakim untuk si anak tersebut adalah suatu hal yang

sudah sesuai dengan ketentuan hukum dalam system peradilan pidana

anak, dengan beberapa pertimbangan hakim anak tersebut dihukum hanya

sepertiga dari hukuman penuh yang di tuntut oleh jaksa penuntut umum,

anak yang seharusnya dihukum selama 5 bulan tetapi atas pertimbangan

hakim anak tersebut dihukum hanya 2 bulan 15 hari.

Kata Kunci : Tindak Pidana Anak, Pencurian.

Pembimbing : Dr. Burhanudin, S.H., M.Hum

Daftar Pustaka: 1990 s.d 2018

Page 6: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

vi

KATA PENGANTAR

الرحيمبسم اهلل الرحمن

Segala Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat dan salam semoga tetap

terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalah

kebenaran untuk semua umat khususnya kepada umat Islam.

Skripsi ini berjudul “SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN

TINDAK PIDANA PENCURIAN ANALISIS PUTUSAN NOMOR

14/PID.SUS.Anak/2015/PN.Bks.” disusun sebagai salah satu syarat akademis

untuk menyelesaikan program strata satu di Fakultas Syari‟ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis berharap skripsi ini

dapat memberikan manfaat keilmuan khususnya di Fakultas Syari‟ah dan Hukum

Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah).

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang

sedalam-dalamnya atas bimbingan, masukan, saran serta dukungannya baik moril

maupun materiil kepada:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., MA., M.H. Selaku Dekan Fakultas

Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Qosim Arsadani, M.A. Selaku Ketua Program Studi Hukum Pidana Islam

(Jinayah).

3. Mohamad Mujibur Rohman, M.A. Selaku Sekretaris Program Studi

Hukum Pidana Islam (Jinayah)

4. Dr. Burhanudin, S.H., M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing dalam

penulisan skripsi yang telah memberikan banyak masukan dan arahan

serta meluangkan waktunya dengan penuh keikhlasan kepada penulis.

5. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik Fakultas Syari‟ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kepada kedua orangtua penulis tersayang dan tercinta Ayah M. Tolih dan

Ibu Khojanah yang selalu memberikan dukungan, semangat, motivasi serta

Page 7: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

vii

doa yang tiada hentinya selama penulis menempuh perkuliahan di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga Allah SWT

senantiasa memberikan umur yang panjang, selalu diberikan kesehatan

dan dilampangkan rizkinya, Aamiin.

7. Kepada kakak penulis Khoirul Umam, Khoirunnisa, Lia Haryati, Kahfi

Fahtarudin yang selalu memberikan dukungan serta motivasi dalam

penyusunan skripsi, serta adik penulis Hela Wati yang tercinta.

8. Kepada sahabat-sahabat perjuanganku Ike Nurmala Sari, Mila Istiqomah,

Millati Azka, Arinda Yefa dan Jaguar yaitu, Khairan Abdul Mahmud,

Mardani, Syifa Ulkhair, Sofia Azmi yang telah memberikan support

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

9. Kepada teman-teman kosan Sari Ramadanti, Safira Mulidia, Alfida

Miftah Farhanah. Dan terkhusus untuk Uda Ifdal Lillahi S.H

10. Kepada teman-teman Jurusan Hukum Pidana Islam angkatan 2015,

terimakasih atas bantuan, doa serta dukungan untuk penulis, terimakasih

atas kebersamaan dan waktu yang telah kita alami bersama selama di

bangku perkuliahan, semoga di masa yang akan datang kita dapat meraih

apa yang kita harapkan.

11. Kepada teman-teman KKN kebangsaan ENJ (Ekspedisi Nusantara Jaya)

yang telah memberikan support dan berbagi cerita serta kesan-kesan

selama melaksanakan KKN di Anambas..

12. Kepada kanda dan yunda seluruh anggota organisasi penulis yaitu

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) komisariat Fakultas Syari‟ah dan

Hukum yang telah mengenalkan arti dari pentingnya berproses di sebuah

organsisasi serta mengajarkan penulis untuk selalu menjadi Insan yang

Akademis.

13. Kepada keluarga besar Abang dan Mpok FKMA (Forum Komunikasi

Mahasiswa Attaqwa) tercinta, yang senangtiasa selalu memberikan do‟a

dan semangat kepada penulis.

14. Kepada seluruh teman-teman LK II Cabang Padang.

Page 8: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

viii

Akhirnya tiada untaian kata yang berharga selain ucapan

Alhamdulillahirabbil „Alamiin. Besar harapan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya, Aamiin.

Sekian dan terimakasih.

Jakarta, 18 November 2019 M

Rabi‟ul Awal 1441 H

Halimah Nurmayanti

Page 9: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................................ii PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI .......................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................. iv

ABSTRAK ......................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar belakang Masalah ....................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................................. 8

C. Pembatasan Masalah ............................................................................................ 8

D. Perumusan Masalah ............................................................................................. 8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................... 8

F. Review Studi Terdahulu........................................................................................ 9

G. Metode penelitian ................................................................................................ 11

H. Sistematika Penulisan ......................................................................................... 13

BAB II TINJAUAN UMUM .......................................................................................... 14

A. Tindak pidana dalam hukum positif ................................................................. 14

B. Tindak pidana dalam hukum Islam .................................................................. 26

C. Tindak Pidana Pencurian Perspektif Hukum Pidana Positif ......................... 31

D. Anak berhadapan dengan hukum ..................................................................... 34

BAB III KENAKALAN ANAK DAN KETENTUAN BAGI ANAK YANG

MELAKUKAN TINDAK PIDANA .............................................................................. 40

A. Pengertian Kenakalan Anak/Juvenale Delinquency ........................................ 40

B. Batas Usia Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Anak .............................. 44

C. Ketentuan Terhadap Anak yang Melakukan Tindak Pidana ........................ 52

D. Pengaturan Normatif Sanksi Pidana dalam Kajian Perbandingan ............... 55

E. Diversi .................................................................................................................. 63

BAB IV PENERAPAN HUKUM DAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM

MEMUTUS PERKARA NOMOR 14/PID.SUS.ANAK/2015/PN.BKS. ..................... 70

A. Penerapan hukum dalam perkara Nomor 14/PID.Sus.Anak/2015/PN.Bks. . 70

B. Pertimbangan Hakim dalam perkara Nomor 14/PID.Sus.Anak/2015/PN.Bks.

73

BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 88

Page 10: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

x

A. KESIMPULAN ................................................................................................... 88

B. SARAN/ REKOMENDASI ................................................................................ 89

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 90

Page 11: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Anak dalam proses perkembang tumbuhnya mengalami perubahan

yang sangat signifikan. Dari mulai anak itu dilahirkan hingga kemudian anak

itu mengalami masa-masa purbertas, dimana dimasa itulah anak mengalami

proses pencarian identites jati diri. Dalam kondisi ini anak banyak melakukan

tindakan tindakan yang mereka sendiri tidak mengetahui secara menyeluruh

dalam hal dampak dari perbuatan yang dilakukanya. Padahal tindakan yang

dilakukan anak tersebut jika dinilai secara moral masyarakat tidak sesuai. Jia

melihat nilai moral yang tetapkan oleh masyarakat sebagai hukum yang

diterapkan masyarakat maka anak yang melakukan tindakan a moral adalah

anak yang melanggar hukum.

Ketika anak melakukan pelangaran hukum. Maka tindakan yang

dilakukan masyarakat seharusnya bukanlah pemberian hukuman. Anak

bukanlah untuk dihukum melainkan harus diberikan bimbingan dan

pembinaan, sehingga bisa tumbuh dan berkembang sebagai anak normal yang

sehat dan cerdas seutuhnya. Anak adalah anugerah Allah Yanga Maha Kuasa

sebagai calon generasi penerus bangsa yang masih dalam masa perkembangan

fisik dan mental. Terkadang anak mengalami situasi sulit yang membuatnya

melakukan tindakan yang melanggar hukum. Walaupun demikian, anak yang

melanggar hukum tidaklah layak untuk dihukum apalagi kemudian dimasukkan

dalam penjara.1

Apabila kita melihat kerangka bernegara Indonesia, mewujudkan

sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan mampu memimpin serta

memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam wadah Negara kesatuan

Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945, maka pembinaan terhadap anak merupakan bagian yang integral dalam

upaya tersebut. Oleh karena itu, permasalahan-permasalahan yang sebelumnya.

1 M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h., 1.

Page 12: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

2

mengemukakan mengenai anak-anak “nakal” yang kemudian bermasalah secara

hukum, maka harus diselesaikan secara komprehensif dalam rangka melindungi

hak anak agar mampu juga menjadi sumber daya manusia Indonesia yang

berkualtas sebagaimana telah disebutkan.2

Permasalahan tersbesar dari anak yang berhadapan dengan hukum

adalah karena UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak sudah tidak

relevan lagi, baik dari aspek yuridis, filosofis, dan sosiologis. Undang-Undang

ini tidak memberikan solusi yang tepat bagi penanganan anak (dalam bahasa

UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak) sebagai anak yang

berhadapan dengan hukum. Anak yang berkonflik dengan hukum harus

diarahkan untuk diselesaikan ke pengadilan, akibatnya adalah akan ada tekanan

mental dan peikologis terhadap anak yang berkonflik dengan hukum tersebut,

sehingga mengganggu tumbuh kembangnya anak. Sehingga kemudian

semangat untuk meruah sitem tersebut dilakukan dengan munculnya undang-

undang No. 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak.

Proses penanganan anak dengan kategori tersebut3 dapat menimbulkan

permasalahan karena mereka harus ditangani secara hukum. Padahal,

kenyataannya, tidak jarang penanganan terhadap anak yang berkonflik dengan

hukum tersebut tidak dipisahkan dengan orang dewasa, seperti pemenjaraan

yang disatukan dengan orang dewasa.

Sahabat Nabi Muhammad SAW, Umar ra pernah berucap: Barang

siapa ingin menggenggam nasib suatu bangsa, maka genggamlah para

pemudanya. Kata bijak ini menegaskan bahwa pemuda adalah elemen penting

dalam menentukan masa depan bangsa. Anak adalah cikal bakal pemuda. Oleh

karena itu, penanganan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum

janganlah sampai memunculkan stigmatisasi atau labelling dan kurangnya atau

2 M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h., 3.

3 Dari tingkat penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di Pengadilan hingga

sampai dengan penempatan di Lembaga Pemasyarakatan Anak, Anak yang berkonflik dengan

hukum ditangani layaknya penjahat, sehingga akan mengganggu pertumbuhan mental psikologis

anak.

Page 13: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

3

bahkan ketidaan pembinaan terhadap mereka sehingga membuyarkan harapan

mereka menjadi pemuda yang dapat berguna bagi bangsanya. Mengacu hal

tersebut penting untuk menyepakati model penanganan anak yang berhadapan

dengan hukum.

Anak haruslah ditangani secara berbeda dengan orang dewasa. Untuk

itu, secara pradigma model penanganan yang berlaku melalui UU No. 3 Tahun

1997 jo UU No. 11 tahun 2012 sistem tentang Pengadilan pidana Anak, adalah

sama sebagaimana penanganan orang dewasa, dengan model rettributive

jistice, yaitu penghukuman sebagai pilihan utama atau pembalasan atas tindak

pidana yang telah dilakukan dirubah menjadi model restoratif justice. Model

ini yang ada pada UU No 3 tahun 1997 dengan model rettributive justice tidak

sesuai, setidaknya dikarenakan dengan tiga alasan : pertama, alasan

karakteristik anak. UU No. 23 Tahun 2002 menyebutkan: ..”untuk tumbuh dan

secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia,...” jadi

anak merupakan individu yang masih harus tumbuh dan berkembang dalam

segala aspek, sehingga anak belum dapat menentukan pilihan perbuatan secara

benar. Sejalan dengan hal ini, Nabi Muhammad SAW pernah

bersabda:”Dihapuskan ketentuan hukum dari tiga orang, dari orang yang tidur

sampai ia bangun dan dari orang gila sampai ia sembuh, serta dari anak kecil

sampai ia dewasa”.4

Kedua, alasan masa depan anak. Sebagaimana yang disampaikan

sebelumnya, anak yang dipidana terlabel dan terstigmatisasi selepas

pemidanaan sehingga meyulitkan pertumbuhan psikis dan sosial anak ke

depan. Ketiga, memulihkan hubungan antara anak yang berhadaoan dengan

hukum, korban, dan masyarakat.5 Sehingga kemudian hal tersebut dirubah

dengan UU No. 11 tahun 2012 tentang sistem tindak pidana anak yang

mempunyai model restorative justice.

Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

dimaksud dengan anak adalah seseorang yang lahir dari hubungan pria dan

4 M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h., 3.

5 M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h., 4.

Page 14: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

4

wanita. Sedangkan yang diartikan dengan anak-anak atau juvenale, adalah

seorang yang masih dibawah usia tertentu dan belum dewasa serta belum

kawin. Pengertian dimaksud merypakan pengertian yang sering kali dijadikan

pedoman dalam mengkaji berbagai persoalan tentang anak.

Dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, yang dijadikan kriteria untuk

menentukan pengertian anak pada umumnya didasarkan kepada batas usia

tertentu. Namun demikian, karena setiap bidang ilmu dan lingkungan

masyarakat mempunyai ketentuan tersendiri sesuai dengan kepentingannya

masing-masing, maka sampai saat ini belum ada suatu kesepakatan dalam

menentukan batas usia seseorang dikategorikan sebagai seorang anak. Atas

dasar kenyataan itu, untuk memperoleh rumusan yang jelas tentang pengertian

anak, pembahasan akan dikaji dari berbagai aspek sosiologis, psikologis,

maupun aspek yuridis.

Dikemukakan oleh Ter Haar bahwa saat seseorang menjadi dewasa

ialah saat ia (laki-laki atau perempuan) sebagai orang yang sudah berkawin,

meninggalkan rumah ibu bapaknya atau ibu bapak mertuanya untuk baerumah

lain sebagai laki-bini muda yanag merupakan kelurga yang berdiri sendiri.6

Soepomo mengemukakan, bahwa tidak ada batas umur yang pasti

bilamana anak menjadi dewasa; hal itu hanya dapat dilihat dari ciri-ciri yng

nyata. Anak yang belum dewasa, di Jawa Barat disebut belum cukup umur,

belum balig, belum kuat, yaitu anak yang karena usianya masih muda, masih

belum dapat mengurus diri sendiri; yang sungguh masih kanak-kanak. Kami

tidak menemukan petunjuk bahwa hukum adat Jawa Barat mengenal batas

umur yang pasti, bila mana seorang dianggap telah dewasa sejak kuat gawe

(dapat bekerja); sejak ia mamapu mengurus diri sendiri dan melindungi

kepentingannya sendiri. Hanya dari ciri-ciri yang nyata dapat dilihat apakah

seseorang sudah dapat bekerja atau belum; apakah ia sudah dapat bekerja atau

belum; apakah ia sudah atau belum dapat berdiri sendiri dan ikut serta dalam

6 Syafiyudin Sastrawujaya, Beberapa Masalah Tentang Kenakalan Remaja, (Bandung:

PT. Karya Nusantara, 1997). h.,.18.

Page 15: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

5

kehidupan hukum dan sosial di desa, daerah atau lingkungannya.7

Pengertian anak secara psikologis, Ditinjau dari aspek Psikologis,

pertumbuhan manusia mengalami fase-fase perkembangan kejiwaan yang

masing-masing ditandai dengan ciri-ciri tertentu. Untuk menentukan kriteria

seorang anak, disamping ditentukan atas batas usia, juga dapat dilihat dari

pertumbuhan dan perkembangan jiwa yang dialaminya.

Dalam perkembangan anak tersebutlah banyak melakukan tindakan-

tindak yang disebut dengan kenakalan. Kenakalan anak diambil dari istilah

juvenile delinguercy, tetapi kenakalan anak ini bukan kenakalan yang

dimaksud dalam Pasal 489 KUHP.8

Istilah Juvenile delinquency, berasal dari Juvenile artinya young, anak-

anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada

periode remaja; sedangkan delinquency artinya wrong doing,

terabaikan/mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, a-

sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat rebut, pengacau, penteror, tidak

dapat diperbaiki lagi, durjana, dursila, dan lain-lain.

Istilah kenakalan anak ini pertama kali ditampilkan pada Badan

Peradilan Anak di Amerika Serikat dala rangka membentuk suatu Undang-

Undang Peradilan bagi anak di negara tersebut. Dalam pembahasannya ada

kelompok yang menekankan segi pekanggaran hukummya, adapula kelompok

yang menekankan pada sifat tindakan anak apakah sudah menyimpang dari

norma yang berlaku atau belum melanggar hukum.

Hukum acara pidana disebut juga sbagai hukum pidana formal.

Menurut Lamintang, hukum pidana formal memuat peraturan-peraturan yang

7 M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h., 19.

8 Pasal 489 KUHP berbunyi:

(1) kenakalan terhahap orang atau barang sehingga dapat mendatangkan bahaya, kerugian atau

kesusahan dihukum denda sebanyak-banyaknya Rp225,-

(2) jika pada waktu melakukan pelanggaran itu belum lalu satu Tahun, sejak ketetapan putusan

hukuman yang dahulu bagi si tersalah karena pelaggaran serupa itu juga, maka denda itu dapat

diganti dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga hari.

Page 16: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

6

mengatur tentang bagaimana caranya hukum pidana bersifat abstrak itu harus

diberlakukan secara konkret.9 Sementara itu sudarto mengatakan bahwa

hukum pidana formal mengatur bagaimana negara dengan perantara alat-alat

perlengkapannya melaksanakan haknya untuk mengenakan pidana.10

Dengan demikian, hukum acara peradilan pidana anak merupakan

peraturan-peraturan yang mengatur agar hukum pidana anak yang bersifat

abstrak diberlakukan secara konkret. Dalam UU No. 11 Tahun 2012, acara

peradilan pidana anak diatur dalam Bab III mulai dari pasal 16 sampai dengan

pasal 62, artinta ada 47 pasal yang mengatur hukum acara pidana anak.

Mengingat hukum acara pidana anak ini sebagai lex specialis dari

hukum acara pidana (KUHAP), maka ketentuan beracara dalam hukum acara

pidana (KUHAP) berlaku juga dalam acara peradilan pidana anak, kecuali

ditentukan lai dalam Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Sebagai bentuk pemberian jaminan perlindungan hak-hak anak, maka,

penyidik, penuntut umum, dan hakim wajib memberikan perlindungan khusus

bagi anak yang diperiksa karena tindak pidana yang dilakukannya dalam situasi

darurat serta perlindungan khusus dan dilaksanakan melalui penjatuhan sanksi

tanpa pemberatan (Pasal 17).

Jaminan perlindungan hak-hak juga terdapat dalam pasal 18 yang

menyebutkan bahwa dalam menangani perkara anak, anak korban, dan/atau

anak Saksi, Pembimbing Kemasyarakatan, Pekerja Sosial Profesional dan

Tenaga Kesejahteraan Sosial, Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, dan Advokat

atau pemberi bantuan hukum lainnya wajib memperhatikan kepentingan

terbaik bagi anak dan mengusahakan susasana kekeluargaan tetap terpelihara.

Untuk itu, Pasal 19 juga menyebutkan bahwa segala yang berhubungan dengan

identitas anak, anak korban, dan/atau anak saksi wajib dirahasiakan dalam

pemberitaan di media cetak ataupun elektronik bahkan identitas sebagaimana

dimaksud di atas meliputi nama anak, nama anak korban, nama anak saksi,

9 P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: Sinar Baru,

1984), h., 10

10 Sudarto, Hukum Pidana I A, (Semarang: Yayasan Sudarto, 1990 cet. 2), h., 10.

Page 17: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

7

nama orang tua, alamat, wajah, dan hal lain yang dapat mengungkapkan jati

diri anak, anak korban, dan/atau anak aksi. Apabila tindak pidana dilakukan

oleh anak sebelum genap berumur 18 (delapan belas) tahun dan diajukan ke

sidang pengadilan di mana setelah anak yang bersangkutan melampaui batas

umur 18 (delapan belas) tahun, tetapi belum mencapai umur 21 (dua puluh

satu) tahun, anak tetap diajukan ke sidang anak (pasal 20).

Pada Pasal 21 ditentukan anak yang belum berumur 12 (dua belas)

tahun melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, penyidik, Pembimbing

Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional mengambil keputusan untuk:11

a. Menyerahkannya kembali kepada kedua orang tua/wali; atau

b. Mengikutsertakannya dalam program pendidikan, pembinaan, dan

pembimbingan di instansi pemerintah atau Lembaga Penyelenggaraan

Kesejahteraan Sosial di instansi ysng menangani bidang kesejahteraan

sosial, baik di tingkat pusat maupun daerah, paling lama 6 (enam) bulan.

Seperti halnya dalam putusan pengadilan Nomor

14/PID.SUS.Anak/2015/PN.Bks Bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Jaksa

Penuntut Umum dengan dakwaan Tunggal sebagaimana diatur dalam Pasal

363 ayat (1) ke- 4 KUHP jo. Pasal 53 ayat (1) KUHP dalam putusan tersebut.

Hal ini menarik untuk dikaji bagaimana pertimbangan hakim dalam memutus

perkara tersebut dan kemudian menarik juga dikaji bagaiman peranan pondok

pseantren dalam upaya untuk memulihkan perilaku anak yang telah melakuan

tindak pidana.

Oleh karena itu penulis dalam skripsi ini akan mengkaji terkait hal

tersebut dengan judul skripsi, “SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG

MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN : ANALISIS

PUTUSAN NOMOR 14/PID.SUS.Anak/2015/PN.Bks.”

11

M. Nasir Jamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta Timur: Sinar Grafika, 2013), h.,

152-153.

Page 18: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

8

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dalam pembahasan latar belakang masalah di atas, dapat di

identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Berapakah Sanksi hukuman terhadap pelaku pencurian di bawah umur?

2. Mengapa berbeda pendapat tentang ukuran sanksi didalam hukum pidana

Islam dan hukum Positif terhadap pencurian?

3. Tidak Relevansi nya ukuran sanksi dalam Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dengan Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana. Pada putusan pengadilan nomor

14/PID.SUS.Anak/2015/PN.Bks.

C. Pembatasan Masalah

Dari permasalahan-permasalahan yang ada, maka penulis membatasi

masalah hanya dengan satu masalah yaitu sanksi hukuman terhadap tindak

pidana pencurian yang dilakukan oleh anak.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka rumusan masalah

utama penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan hukum terhadap putusan Nomor

14/PID.SUS.Anak/2015/PN.Bks ?

2. Bagaimana pertimbangan hakim, dalam memutus perkara Nomor

14/PID.SUS.Anak/2015/PN.Bks.?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penulis meneliti hal ini tidak lepas dari beberapa tujuan. Tujuan

tersebut adalah:

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menjelaskan bentuk tindak pidana pencurian menurut hukum

pidana Islam dan hukum positif

Page 19: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

9

b. Untuk memaparkan ketentuan sanksi pencurian yang dilakukan oleh

anak dalam hukum pidana positif dan hukum pidana Islam.

c. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan ketentuan dalam pidana Islam

dan pidana Positif dalam prncuian yang dilakukan oleh anak sehingga

dapat menambah khazanah pengetahuan.

d. Untuk mengetahui analisa hukum terhadap putusan pengadilan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam melaksanakan penelitian ini adalah:

a. Manfaat Akademis

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan tambahan keilmuan

dalam bidang hukum pidana islam dan hukum pidana positif pada

umumnya dan tentang pencurian yang dilakukan oleh anak.

b. Manfaat Praktis

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan penjelasan kepada

masyarakat luas tentang dampak anak yang melakukan pencurian. Dan

penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dalam pengambilan

keputusan terhadap kasus-kasus tindak pidana anak.

F. Review Studi Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis pada kajian terdahulu

sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan dalam penelitian ini.

Adapun kajian terdahulu yang menjadi acuan anatara lain:

Skripsi karya oleh Dewi rohmayanti yang berjudul

“PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR

DALAM KASUS PENCURIAN DITINJAU DALAM HUKUM

ISLAM DAN HUKUM POSITIF” dalam skripsi ini menjelaskan tentang

petanggungjawaban seorang anak yang melakukan tindak pidana akan

tetapi proses hukum nya itu tidak sesuai dengan peraturan pasal 6 undang-

undang nomor 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak, yang

Page 20: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

10

menjelaskan tentang anak seharusnya di kembalikan kepada kedua orang

tua/wali untuk di didik dan di bimbin oleh lembaga penempatan anak

sementara (LPSK) bukan penjara.12

Skripsi karya oleh Muhammad Fakhruddin Zuhri yang berjudul

“ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DALAM UNDANG-

UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN

ANAK”. Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana konsep

pertanggungjawaban anak berdasarkan Undang-Undang No. 3 tahun 1997

Tentang Pengadilan Anak dan menurut Hukum Islam dengan skripsi

tersebut memberikan gambaran bahwa ketentuan hukum terhadap

pemenjaraan yang dilakukan oleh pemerintah (aparat penegak hukum) atas

kesalahan yang dilakukan anak dibawah umur adalah suatu yang tidak

dibenarkan dalam pandangan hukum Islam. Dikarenakan anak dalam

hukum Islam belum wajib dikenakan pembebasan hukum (Taklif).13

Imam Zamahsari, “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP

PASAL 26 UU NO. 3 TAHUN 1997 TENTANG PENJATUHAN

PIDANA BAGI ANAK NAKAL”. Dalam skripsi tersebut mengkaji

tentang pasal 26 UU No. 3 Tahun 1997 tentang pidana anak nakal dalam

perspektif hukum Islam. Dengan memakai metode deskriptif analitis, dan

menggali latar belakang serta substansi dari pasal tersebut ditemukan

bahwa penjatuhan pidana bagi anak nakal merupakan sesutau yang tepat

karena sesuai dengan pasal 5 ayat 1 Undang-undang Dasar 1945. Dari

kajian yang dilakukan oleh si penulis, dapat dikatakan bahwa berbagai

macam persoalan yang terkait dengan anak nakal, maka pasal 26 tersebut

12

Dewi Rohmayanti, “Pertanggungjawaban Pidana Anak Di Bawah Umur Dalam Kasus

Pencurian Ditinjau Dalam Hukum Islam dan Hukum Positif”, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,

2018

13 Muhammad Fakhruddin Zuhri, Analisis Terhadapa Batas Usia Dan

Pertanggungjawaban Pidana Anak Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang

Pengadilan Anak, Semarang: Iain Wali Songo, 2012

Page 21: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

11

menjadi substansi penting dalam melindungi anak tersebut dan secara

yuridis formal tidak ada alsan bagi yudikatif untuk tidak menjalankan

dalam memberikan vonis bagi anak nakal yang terlibat pidana sesuai

dengan UU tersebut. Adanya Pasal tersebut, secara substansi sangat

berpengaruh dalam melindungi kondisi psikologi anak.14

Skripsi karya oleh Ahmad Afif yang berjudul

“PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK (STUDI

PERBANDINGAN ANTARA UNDANG-UNDANG NO. 37 TAHUN

1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN HUKUM

ISLAM)” yang menjelaskan tentang jenis-jenis kenakalan yang dilakukan

anak serta tata cara pengadilan dan sistem peradilan anak.

Dalam penelitian ini belum dibahas tentang penerapan serta sanksi

yang diterapkan bagi anak yang melakukan percobaan tindak pidana

pencurian dalam pemberatan dalam putusan Nomor 14/PID.Sus.Anak

/2015 PN.Bks. sehingga penulis ingin mengetahui penerapan hukuman

menurut hukum pidana positif dan hukum pidana Islam.

G. Metode penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian hukum

normatif karena berdasarkan hukum jenis penelitian kualitatif dari

putusan Pengadilan Negeri Bekasi. Metode yang digunakan adalah

penelitian kepustakaan, yakni metode penelitian yang diperoleh

diperpustakaan dengan menganalisa teori-teori melalui pengumpulan

sumber-sumber yang berkaitan dengan aspek materi yang diteliti serta

mengkaji pendapat-pendapat para ahli hukum yang terdapat dalam buku,

undang-undang yang terkait , KUHP, kitab-kitab fiqh, atau buku-buku

yang lain yang berkaitan dengannya.

14

Imam Zamahsari, “Tinjauan hukum Islam terhadap pasal 26 UU No. 3 Tahun 1997

Tentang Penjatuhan Pidana Bagi Anak Nakal” Semarang: Iain Wali Songo, 2012

Page 22: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

12

2. Teknik pengumpulan data dan sumber data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah studi dokumentasi, yakni dengan mengumpulkan data-data dan

sumber-sumber. Maka pada tahap pengumpulan data menggunakan

bahan-bahan pustaka tentang pembunuhan dan pertanggung jawaban

pidananya.15

Hukum pidana Islam dan hukum positif yang relevan.

Sebagai data primer dalam penelitian ini dalam Al-Quran dan Hadits

yang merupakan sumber hukum islam, dan KUHP serta UU No 11 tahun

2012 tentang sistem hukum acara pidana anak, sedangkan data

sekundernya adalah buku-buku atau bahan pustaka lainnya yang

berkaitan dengan bahasan mengenai pembunuhan dan pertanggung

jawaban pidananya baik menurut hukum pidana Islam dan hukum positif.

3. Teknik Analisa Data

Analisa data yang digunakan adalah analisa kualitatif yang berarti

membahas doktrin-doktrin atau asas-asas dalam ilmu hukum, termasuk

yang terkandung dalam hukum Islam.metode analisis data yang

digunakan seluruhnya adalah metode kualitatif, yaitu menganalisis

masalah berdasarkan data-data yang didapat dalam bentuk kata-kata atau

kalimat yang didapat dari buku-buku, karya-karya, literatur atau norma-

norma dengan bersifat penelitian deskriptif, yaitu dengan

menggambarkan permasalahan yang ada, mencari data-data yang relevan,

menyeleksi dan mengambil kesimpulan dari data-data tersebut . teknik

analisis data yang digunakan adalah tehnik analisis secara kualitatif.

Alasan penulis menggunakan teknik ini adalah ingin membandingkan

tinjauan hukum pidana positif dan hukum pidana islam terhadap

permasaahan pada penelitian ini.

15

Sunggono Bambang, metodologi penelitian hukum , (Jakarta:P.T Raja Grafindo

Persada) h.,35.

Page 23: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

13

4. Teknik Penulisan

Pada penulisan ini, penulis menggunakan metode penelitian skripsi

yang mengacu pada contoh proposal serta buku pedoman penulisan

skrpisi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2018.

H. Sistematika Penulisan

Pembahasan ini dapat tersaji secara teratur dan tersusun secara

sistematis, pembahasannya akan disajikan dalam lima bab.

Bab I berisi pendahuluan yang diawali dengan latar belakang masalah

berisi penjelasan, data-data yang dijadikan alasan bagi penulis

dalam memilih pembahasan ini, pembatasan perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika.

Bab II berisi tinjauan umum tentang tindak pidana, unsur-unsur tindak

pidana, jenis-jenis tindak pidana dan tindak pidana pencurian

dalam hukum pidana Positif dan hukum pidana Islam.

Bab III berisi tentang tinjauan umum tentang hukum pidana islam mengenai

anak yang melakukan tindak pidana, dan bentuk pemidanaan

terhadap anak yang melakuan tindak pidana.

Bab IV bab ini merupakan pembahasan utama dalam penelitian ini berisi

tentang analisa terhadap Putusan Nomor

14/PID.SUS.Anak/2015/PN.Bks.

Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan atau saran-saran.

Page 24: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

14

BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Tindak pidana dalam hukum positif

1. Pengertian tindak pidana

Dari berbagai literature dapat diketahui, bahwa istilah tindak

pidana hakikatnya merupakan istilah yang berasal dari terjemahan kata

strafbaarfeit dalam bahasa Belanda. Kata strafbaarfeit kemudian

diterjemahkan dalam berbagai terjemahan dalam bahasa Indonesia.

Beberapa kata yang digunakan untuk menterjemahkan kata strafbaarfeit

oleh sarjana-sarjana Indonesia antara lain: tindak pidana, delict, perbuatan

pidana. Sementara dalam berbagai perundang-undangan sendiri digunakan

berbagai istilah untuk menunjuk pada pengertian kata strafbaarfeit.

Beberapa istilah yang digunakan dalam undang-undang tersebut antara

lain:

a. Peristiwa pidana, istilah ini antara lain digunakan dalam undang-

undang dasar sementara tahun 1950 khususnya dalam pasal 14.

b. Perbuatan pidana, istilah ini digunakan dalam Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1951 tentang Tindakan Sementara untuk menyelenggarakan

kesatuan susunan, kekuasaan dan acara pengadilan-pengadilan sipil.

c. Perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum, istilah ini digunakan dalam

Undang-Undang Darurat Nomor 2 Tahun 1951 tentang Perubahan

Ordonantie Tijdelike Byzondere strafbepalingen.

d. Hal yang diancam dengan hukum, istilah ini digunakan dalam Undang-

Undang Darurat Nomor 16 Tahun 1951 tentang Pneyelesaian

Perselisihan Perburuhan.

e. Tindak pidana, istilah ini digunakan dalam berbagai undang-undang,

misalnya:

1) Undang-undang Darurat nomor 7 Tahun 1953 tentang Pemilihan

Umum.

Page 25: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

15

2) Undang-undang Darurat Nomor 7 Tahun 1953 tentang Pengusutan,

Penuntutan dan peradilan tindak pidana ekonomi.

3) Penetapan presiden Nomor 4 Tahun 1964 tentang Kewajiban Kerja

Bakti Dalam Rangka Pemasyarakatannya bagi Terpidana karena

melakukan tindak pidana yang merupakan kejahatan.

Molejatno dalam hal ini mempertanyakan para sarjana yang

menyamakan istilah peristiwa pidana, tindak pidana dan sebagainya

dengan istilah strafbaarfeit tanpa ada penjelasan apapun. Moeljatno yang

menggunakan istilah perbuatan pidana sebagai salinan kata strafbaarfeit

mengatakan, bahwa untuk melihat apakah istilah perbuatan pidana dapat

disamakan dengan istilah strafbaarfeit itu sendiri. Menurut Simons,

strafbaarfeit dapat diartikan sebagai kelakuan yang diancam dengan

pidana, yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan dengan

kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab.

Sementara menurut Van Hammel, strafbaarfeit adalah kelakuan orang

yang dirumuskan dalam wet, yang bersifat melawan hukum, yang patut

dipidana dan dilakukan dengan kesalahan.

Bertolak dari dua pendapat di atas, terimpul, bahwa strafbaarfeit

pada dasarnya mengandung pengertian seperti berikut:

a. Bahwa kata feit dalam istilah strafbaarfeit mengandung arti kelakuan

atau tingkah laku.

b. Bahwa pengertian strafbaarfeit dihugungkan dengan kesalahan orang

yang mengadakan kelakuan tersebut.

Apa yang disebut dalam butir a di atas, menurut Moeljatno

pengertiannya berbeda dengan perbuatan dalam istilah perbuatan pidana.

Sebab menurut beliau perbuatan mengandung makna kelakuan + akibat,

bukan hanya berarti kelakuan saja. Sementara apa yang disebut dalam butir

b, maknanya juga berbeda dengan perbuatan pidana, sebab dalam istilah

perbuatan pidan tidak dihubungkan dengan kesalahan yang merupakan

pertanggungjawaban pidana bagi orang yang melakukan perbuatan pidana.

Page 26: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

16

Menurut Moeljatno, perbuatan pidana hanya menunjuk pada

sifatnya perbuatan saja, yaitu sifat dilarang dengan ancaman pidana

apabila dilanggar. Persoalan apakah orang yang melanggar itu kemudian

benar-benar dipidana atau tidak, hal ini akan tergantung pada keadaan

bathinnya dan hubungan batin antara pembuat/pelaku dengan

perbuatannya. Dengan emikian menurut Moeljatno, perbuatan pidana

dipisahkan dari pertanggungjawaban pidana. Hal ini menurut Moeljatno,

berbeda dengan istilah strafbaarfeit yang selain memuat atau mencakup

pengertian perbuatan pidana sekaligus juag memuat pengertian kesalahan.

Dalam pandangan Moeljatno, istilah perbuatan pidana sama

pengertiannya dengan istilah criminal act dalam bahasa Inggris. Sebab,

criminal act juga mengandung arti kelakuan + akibat. Selain itu criminal

act juga dipisahkan dari criminal responsibility (pertanggungjawaban

pidana). Pandangan Moeljatno merupakan pandangan dualistis tentang

perbuatan pidana.

Dengan pemahaman seperti tersebut di atas, maka menurut

Moeljatno, untuk adanya pertangungjawaban pidana tidak cukup hanya

dengan dilakukannya perbuatan pidana saja, tetapi di samping itu juga

harus ada kesalahan.

Setelah diketahui berbagai istilah yang dapat digunakan untuk

menunjuk pada istilah strafbaarfeit atau tindak pidana berikut ini akan di

bahas tentang tindak pidana. Sebagai salah satu masalah essential dalam

hukum pidana, masalah tindak pidana perlu diberikan penjelasan yang

memadai. Penjelasan ini dirasa sangat urgent oleh karena penjelasan

tentang masalah ini akan memberikan pemahaman kapan suatu perbuatan

dapat dikualifikasi sebagai perbuatan/tindak pidana dan kapan tidak.

Dengan emikian dapat diketahui dimana batas-batas suatu perbuatan dapat

disebut sebagai perbuatan/ tindak pidana.

Secara doktrinal dalam hukum pidana dikenal adanya dua

pandangan tentang perbuatan pidana, yaitu pandangan monistis dan

pandangan dualistis. Untuk mengetahui bagaimana dua pandangan

Page 27: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

17

tersebut memberikan penjelasan tentang apa yang dimaksud

perbuatan/tindak pidana, di bawah ini akan diuraikan tentang

batasan/pengertian tindak pidana yang diberikan oleh dua pandangan

tersebut.

a. Pandangan Monistis

Pandangan monistis adalah suatu pandangan yang melihat

keseluruhan syarat untuk adanya pidana itu kesemuanya merupakan

sifat dari perbuatan. Pandangan ini memberikan prinsip-prinsip

pemahaman, bahwa di dalam pengertian perbuatan/tindak pidana

sudah tercakup di dalamnya perbuatan yang dilarang (criminal act)

dan pertanggungjawaban pidana/ kesalahan (criminal responbility). Di

bawah ini disajikan beberapa batasan/ pengertian tindak pidana dari

para sarjana yang menganut pandangan monistis.

b. Pandangan Dualistik

Berbeda dengan pandangan monistis yang melihat keseluruhan

syarat adanya pidana telah melekat pada perbuatan pidana, pandangan

dualistis memisahkan antara perbuatan pidana dan pertanggungjawaban

pidana. Apabila menurut pandangan monistis dalam pengertian tindak

pidana sudah tercakup didalamnya baik criminal act maupun criminal

responsbility, menurut pandangan dualistis dalam tindak tindak pidana

hanya dicakup criminal act, dan criminal responsbility tidak menjadi

unsur tindak pidana. Menurut pandangan dualistis, untuk adanya pidana

tidak cukup hanya apabila telah terjadi tindak pidana, tetapi

dipersyaratkan juga adanya kesalahan/pertanggungjawaban pidana.

Untuk memberikan gambaran tentang bagaimana pandangan

dualistis mendefinisikan apa yang dimaksud perbuatan/tindak pidana, di

bawah ini dikemukakan batasan tentang tindak pidana yang diberikan

oleh para sarjana yang menganut pandangan dualistis.

Untuk memberikan gambaran tentang bagaimana pandangan

dualistis mendefenisikan apa yang dimaksud perbuatan/tindak pidana,

Page 28: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

18

di bawah ini dikemukakan batasan tentang tindak pidana yang diberikan

oleh para sarjana yang menganut pandangan dualistis.

Setelah diketahui dua pandangan tentang perbuatan pidana yaitu

pandangan monistis dan pandangan dualistis, berikut ini akan dijelaskan

seberapa jauh urgensi pembedaan itu dalam hukum pidana.

Apabila dikaitkan dengan syarat adanya pidana atau syarat

penjatuhan pidana, kedua pandangan di atas sebebnarnya tidak

mempunyai perbedaan yang mendasar. Dua pandangan itu, baik

pandangan monistis maupun pandangan dualistis, sama-sama

mempersyaratkan, bahwa untuk adanya pidana harus ada

perbuatan/tindak pidana (criminal act) dan pertanggung-jawaban pidana

(criminal responbilitylcriminaliability). Yang membedakan dua

pandangan di atas adalah, bahwa dalam pandangan ponistis keseluruhan

syarat untuk adanya pidana dianggap melekat pada perbuatan pidana

oleh karena dalam pengertian tindak pidana tercakup baik criminal act

maupun criminal responsibility ---sementara dalam pandangan dualistis

keseluruhan syarat untuk adanya pidana tidak melekat pada perbuatan

pidana--- oleh karena dalam pengertian tindak pidana hanya mencakup

criminal act tidak mencakup criminal responbility. Ada pemisahan

antara perbuatan (pidana) dengan orang yang melakukan perbuatan

(pidana) itu.

Dengan penjelasan yang panjang lebar tersebut di atas sebenarnya

ingin disampaikan, bahwa secara teoretis adanya pembedaan dalam dua

pandangan tersebut haruslah dicermati. Secara konseptual dua

pandangan ini sama-sama dapat diikuti dalam memberikan penjelasan

tentang perbuatan pidana, tetapi apabila harus diikuti salah satu

pandangan, maka juga harus diikuti dan dipahami secara konsisten.

Apabila diikuti pandangan monistis, maka harus dipahami, bahwa

dengan telah terjadinya tindak pidana, maka syarat untuk adanya pidana

sudah dipenuhi. Sementara apabila diikuti pandnagan dualistis, dengan

telah terjadinya tindak pidana tidak berarti syarat untuk adanya pidana

Page 29: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

19

sudah dipenuhi, sebab menurut pandangan dualistis tindak pidana itu

hanya menunjuk pada sifatnya perbuatan, yaitu sifat dilarangnya

perbuatan, tindak mencakup kesalahan, padahak syarat untuk adanya

pidana mutlak harus ada kesalahan.

Pemahaman terhadap dua pandangan di atas sangat penting,

terutama agar dipahami, bahwa batasan/pengertian tindak pidana tidak

dibangun berdasarkan kerangka berpikir yang sama dari para ahli

hukum. Sebagian ahli hukum bertolak dari kerangka berpikir secara

monistis dan sebagian ahli hukum yang lain bertolak dari kerangka

berpikir secara dualistis dalam memberikan batasan/ pengertian tentang

tindak pidana. Dengan demikian, kepada para pembaca terutama para

pemula yang yang sedang mempelajari hukum pidana-dimohonkan

kehati-hatuannya dalam mengikuti bangunan konsep tentang tindak

pidana. Untuk dapat memahami bangunan konsep tentang tindak pidana

yang diberikan para hali hukum, alangkah baiknya apabila para

pembaca memahami dua pandangan tentang tindak pidana seperti di

atas. Penegasan ini dikemukakan dengan maksud, agar para pembaca

dapat memahami batasan/pengertian tentang tindak pidana secara benar.

2. Jenis-jenis tindak pidana

a. Penggolongan Tindak Pidana Menurut Doktrin

Secara umum tindak pidana dapat dibedakan ke dalam beberapa

pembagian sebagai berikut:

1) Tindak pidana dapat dibedakan secara kualitatif atas

kejahatan dan pelanggaran

(a) Kejahatan

Secara doktrinal kejahatan adalah rechtdelicht, yaitu

perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan keadilan,

terlepas apakah perbuatan itu diancam pidana dalam suatu

undang-undang atau tidak. Sekalipun tidak dirumuskan

sebagai delik dalam undang-undang, perbuatan ini benar-

Page 30: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

20

benar dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang

bertentangan dengan keadilan. Jenis tindak pidana ini juga

sering disebut mala per se. Perbuatan-perbuatan yang dapat

dikualifikasikan sebagai rechtdelicht dapat disebut antara lain

pembunuhan, pencurian, dan sebagainya.

(b) Jenis tindak pidana ini disebut wetsdelicht, yaitu perbuatan-

perbuatan yang oleh masyarakat baru disadari sebagai suatu

tindak pidana, karena undang-undang merumuskannya

sebagai delik. Perbuatan-perbuatan ini baru disadari sebagai

tindak pidana oleh masyarakat oleh karena undang-undang

mengancamnya dengan sanksi pidana. Tindak pidana ini

disebut juga mala quia prohibita. Perbuatan-perbuatan yang

dapat dikualifikasikan sebagai wetsdelicht dapat disebut

misalnya memarkir mobil di sebelah kanan jalan, berjalan di

jalan raya di sebelah kanan, dan sebagainya.

2) Tindak pidana dapat dibedakan atas tindak pidana formil dan

tindak pidana materiil

1) Tindak pidana formil

Tindak pidana formil adalah tindak pidana yang perumusannya

dititik beratkan pada perbuatan yang dilarang. Dengan kata lain

dapat dikatakan, bahwa tindak pidana formil adalah tindak pidana

yang telah dianggap terjadi/ selesai dengan telah dilakukannya

perbuatan yang dilarang dalam undang-undang, tanpa

mempersoalkan akibat. Tindak pidana yang diklasifikasikan

sebagai tindak pidana formil dapat disebut misalnya pencurian

sebagaimana diatur dalam pasal 362 KUHP, menghasutan

sebagaiman diatur dalam pasal 160 KUHP, dan sebagainya.

2) Tindak pidana materiil

Tindak pidana materiil adalah tindak pidana yang perumusannya

dititikberatkan pada akibat yang dilarang. Dengan kata lain, dapat

dikatakan, bahwa tindak pidana materiil adalah tindak pidana yang

Page 31: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

21

baru dianggap telah terjadi, atau dianggap telah selesai apabila

akibat yang dilarang itu btelah terjadi. Jadi, jenis tindak pidana ini

mempersyaratkan terjadinya akibat untuk selesainya. Apabila

belum terjadi akibat yang dilarang, maka belum bisa dikatakan

selesai tindak pidana ini, yang terjadi baru percobaannya. Sebagai

contoh dapat diswbut misalnya tindak pidana pembunuhan yang

diatur dalam pasal 338 KUHP, penipuan dalam pasal 378 KUHP

dan sebagainya.

3) Tindak pidana dapat dibedakan atas tindak pidana/ delik

comissionis, delik omisonis dan delik comisionis peromissionis

comissa

1) Delik Comissionis

Delik comissionis adalah delik yang berupa pelanggaran terhadap

larangan, yaitu berbuat sesuatu yang dilarang, misalnya melakukan

pencurian, penipuan, pembunuhan, dan sebagainya.

2) Delik Omissionis

Delik omissionis adalah delik yang merupakan pelanggaran

terhadap perintah, yaitu tidak berbuat sesuatu yang diperintah

misalnya tidak menghadap sebagai saksi di muka pengadilan

sebagaimana ditentukan dalam pasal 522 KUHP.

3) Delik Comissionis Per Omissionis Comissa

Delik comissionis per omissionis comissa adalah delik yang berupa

pelanggaran terhadap larangan, akan tetapi dilakukan dengan cara

tidak berbuat.

4) Tindak pidana dapat dibedakan atas tindak pidana kesengajaan

dan tindak pidana kealpaan (delik dolus dan delik culpa)

1) Tindak pidana kesengajaan/ delik dolus adalah yang memuat unsur

kesengajaan. Misalnya tindak pidana pembunuhan dalam pasal 338

KUHP, tindak pidana pemalsuan mata uang sebagaimana diatur

dalam pasal 245 KUHP, dan sebagainya.

Page 32: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

22

2) Tindak pidan kealpaan/ delik culpa adalah delik-delik yang

memuat unsur kealpaan. Mislanya: delik yang diatur dalam pasal

359 KUHP, yaitu karena kealpaannya mengakibatkan matinya

orang, delik yang diatur dalam pasal 360 KUHP, yaitu karena

kealpaannya mengakibatkan orang lain luka dan sebagainya.

5) Tindak pidana dapat dibedakan atas tindak pidana/ delik tunggal

dan delik berganda

1) Delik tunggal adalah delik yang cukup dilakukan dengan satu kali

perbuatan. Artinya, delik ini dianggap telah terjadi dengan hanya

dilakukan sekali perbuatan. Misalnya : pencurian, penipuan,

pembunuhan.

2) Delik berganda adalah delik yang untuk kualifikasinya baru terjadi

apabila dilakukan beberapa kali perbuatan. Misalnya : untuk dapat

dikualifikasikan sebagai tindak pidana/ delik dalam pasal 481

KUHP, maka penadahan itu harus terjadi dalam beberapa kali.

Apabila hanya terjadi sekali, maka masuk kualifikasi pasal 480

KUHP (penadahan-biasa).

6) Tindak pidana dapat dibedakan atas tindak pidana yang

berlangsung terus dan tindak pidana tidak berlangsung terus

1) Tindak pidana yang berlangsung terus adalah tindak pidana yang

mempunyai ciri, bahwa keadaan/perbuatan yang terlarang itu

berlangsung terus. Dengan demikian, tindak pidananya

berlangsung terus menerus. Contoh tindak pidana ini misalnya

tindak pidana yang diatur dalam pasal 333 KUHP yaitu tindak

pidana merampas kemerdekaan orang lain. Dalam tindak pidana

ini, selama orang yang dirampas kemerdekaannya itu belum

dilepas (masih disekap di dalam kamar, mislanya), maka selama itu

pula tindak pidana itu masih berlangsung terus.

2) Tindak pidana yang tidak berlangsung terus adalah tindak pidana

yang mempunyai ciri, bahwa keadaan yang terlarang itu tidak

berlangsung terus. Jenis tindak pidana ini akan selesai dengan telah

Page 33: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

23

dilakukannya perbuatan yang dilarang atau telah timbulnya akibat.

Contoh : tindak pidana pencurian, pembunuhan, penganiayaan dan

sebagainya.

7) Tindak pidna dapat dibedakan atas tindak pidana aduan dan

tindak pidana bukan aduan.

1) Tindak pidana aduan adalah tindak pidana yang penuntutannya

hanya dilakukan apabila ada pengaduan dari pihak yang terkena

atau yang dirugikan. Dengan demikian, apabila tidak ada

pengaduan, terhadap tindak pidana itu tidak boleh dilakukan

panuntutan. Tindak pidana aduan dapat dibedakan dalam dua jenis,

yaitu:

a) Tindak pidana duan absolut

Tindak pidana aduan absolut, yaitu tindak pidana yang

mempersyaratkan secara absolut adanya pengaduan untuk

penuntutannya. Contohnya : tindak pidana perzinaan dalam

pasal 284 KUHP, tindak pencemaran nama baik dalam pasal

310 KUHP, dan sebagainya. Jenis tindak pidana ini menjadi

aduan, karena sifat dari tindak pidananya sendiri.

b) Tindak pidana aduan relatif

Pada prinsipnya jenis tindak pidana ini bukanlah merupakan

jenis tindak pidana aduan. Jaadi pasa dasarnya tindak pidana

aduan relatif merupakan tindak laporan (tindak pidana biasa)

yang karena dilakukan dalam lingkungan keluarga, kemudian

menajdi tindak pidana aduan. Contoh tindak pidana ini

misalnya tindak pidana pencurian dalam keluarga dalam pasal

367 KUHP, tindak pidana penggelapan dalam keluarga dalam

pasal 367 KUHP, dan sebagainya.

2) Tindak pidana bukan aduan, yaitu tindak pidana-tindak pidana

yang tidak memepersyaratkan adanya pengaduan untuk

penuntutannya. Misalnya: tindak pidana pembunuhan. Tindak

pidana penggelapan, dan sebagainya.

Page 34: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

24

8) Tindak pidana dapat dibedakan atas tindak pidana biasa (dalam

bentuk pokok) dan tindak pidana yang dikualifikasi.

1) Tindak pidana dalam bentuk pokok adalah bentuk tindk pidana

yang paling sederhana, tanpa adanya unsur yang bersifat

memberatkan.

2) Tindak pidana yang dikualfikasi yaitu tindak pidana dalam bentuk

pokok yang ditambah dengan adanya unsur pemberat, sehingga

ancaman pidananya menajdi lebih berat.

3. Unsur-unsur tindak pidana

Asas-asas dalam hukum pidana merupakan sisi lain daripada

pembentukan undang-undang. Sekalipun perkembangan mutakhir dalam

hukum pidana menunjukkan bahwa asas hukum tersebut tidak lagi

diterapkan secara kaku tetapi asas hukum tersebut sampai sekarang telah

dipertahankan sebagai asas yang sangat fundamental dalam hukum pidana

sekalipun dengan berbagai modifikasi dan perkembangan. Dengan

demikian, seseorang hanya dapat dipersalahkan melakukan tindak pidana

apabila orang tersebut melakukan perbuatan yang telah dirumuskan dalam

ketentuan undang-undang sebagai tindak pidana.

Simons berpendapat, untuk adanya suatu tindak pidana harus

dipenuhi unsur-unsur sebagai berikut:16

a. Perbuatan manusia, baik dalam arti perbuatan positif (berbuat) maupun

perbuatan negatif (tidak berbuat);

b. Diancam dengan pidana;

c. Melawan hukum;

d. Dilakukan dengan kesalahan;

e. Oleh orang yang mampu bertanggung jawab;

Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Moeljatno pengertian

16

Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana (Yogyakarta: PuKAP-Indonesia, 2012), hal.39.

Page 35: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

25

tindak pidana sebenarnya terdapat tiga unsur-unsur sebagai berikut:17

a. Perbuatan pidana adalah perbuatan oleh suatu aturan hukum dilarang

dan diancam pidana.

b. Lerangan ditujukan kepada perbuatan yaitu suatu keadaan atau

kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan orang, sedangkan ancaman

pidana ditujukan kepada orang yang menimbulkan kejadian itu.

c. Antara larangan dan ancaman pidana ada hubungan yang erat, oleh

karena antara kejadian dan orag yang menimbulkan kejadian itu ada

hubungan erat pula. Kejadian tidak dapat dilarang jika yang

menimbulkan bukan orang, dan orang tidak dapat diancam pidana jika

tidak karena kejadian yang ditimnulka olehnya.

Moeljatno juga menegaskan tentang unsur-unsur pidana yaitu:18

a. Kelakuan dan akibat;

b. Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan;

c. Keadaan tambahan yang memberatkan pidana;

d. Unsur melawan hukum yang objektif;

e. Unsur melawan hukum yang subjektif;

Dengan adanya asas-asas di dalam hukum pidana, unsur tindak

pidana dapat dan mudah dipahami oleh masyarakat, sebagaimana hukum

pidana bersifat imperatif (perintah) yang bertujuan untuk mencegah

kejahatan serta mewujudkan ketertuban umum. Sehingga apabila ada yang

melakukan kejahatan dan pelanggaran tindak pidana.

Selain itu juga mengenai persoalan kemampuan bertanggung

jawab ini pembentuk KUHP berpendirian, bahwa setiap orang dianggap

mampu bertanggung jawan. Konsekuensi dari pendiri itu bahwa masalah

kemampuan bertanggung jawab itu tidak perlu dibuktikan adanya di

17

Moeljatno, Fungsi dan Tujuan Hukum Pidana Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1985),

hal.34. 18

Djoko Prakoso, Hukum Penitensier, (Yogyakarta: Liberty, 1998), hal. 104.

Page 36: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

26

pengadilan kecuali apabila terdapat keragu-raguan terhadap unsur

tersebut.19

Berbagai pendapat yang dikemukakan tentang tindak pidana,

bahwa perbuatan tindak pidana dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bentuk,

yaitu kejahatan dan pelanggaran. Kejahatan (misdrijven) menunjuk pada

suatu perbuatan yang menurut nilai-nilai kemasyarakatan dianggap sebagai

perbuatan tercela, meskipun tidak diatur dalam ketentuan undang-undang.

Oleh karena itu, disebut dengan rechtedelicten. Sementara pelanggaran

menunjuk pada perbuatan yang dianggap oleh masyarakat bukan sebagai

perbuatan yang tidak tercela

B. Tindak pidana dalam hukum Islam

1. Pengertian tindak pidana dalam Hukum Islam

Dalam konteks hukum (pidana) Islam istilah tindak pidana sering

juga disebut dengan istilah jarimah. Menurut hukum (pidana) Islam tindak

pidana (jarimah) adalah pebuatan-perbuatan yang terlarang menurut syara‟

yang pelakunya diancam dengan pidana huud atau ta‟zir. Untuk

memberikan gambaran yang lebih utuh tentang apa yang dimaksud tindak

pidana dalam konteks hukum pidana Islam, berikut ini disajukan dasar

filosofi atau „illat hukum yang melatarbelakangi ditetapkannya suatu

perbuatan sebagai tindak pidana (jarimah).

Menurut para ahli filsafat hukum Islam, setidaknya ada 5 (lima)

kepentingan pokok yang menjadi pusat perhatian dan titik tolak setiap

pengaturan hukum. Artinya, hukum Islam menegnai apapun yang telah

ditetapkan dalam nash Al-Qur‟an, al hadist, al qonun (perundang-

undangan) maupun yang masih akan ditetapkan sebagai respon yuridis

terhadap problem-problem baru yang muncul, harus bersifat mendukung

terhadap terwujudnya lima kepentingan tersebut.

Kelima kepentingan pokok tersebut adalah :

19

Tongat, Hukum Pidana Materiil, (Malang: UMM Press, 2006), hal,. 5.

Page 37: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

27

a. Terpeliharanya masalah eksistensi agama

b. Terjaminnya hak hidup (jiwa) manusia

c. Terjaganya masalah hak milik (harta)

d. Terjaganya kesucian akal

e. Terjaganya kesucian keturunan dan harga diri (martabat) manusia.

Melihat kelima kepentingan pokok yang menjadi titik tolak

pengaturan hukum-hukum Islam di atas tersimpul, bahwa maksud

disyari‟atkannya hukum Islam adalah demi terwujudnya kemaslahatan

atau kebaikan dalam hidup manusia dan sekaligus untuk mencegah

timbulnya mafsadah atau kerusakan dalam hidup manusia itu sendiri.

Dengan demikian secara argumentatif a contrario dapat disimpulkan,

bahwa perbuatan apapun yang dapat menghambat/ mencegah terwujudnya

maksud di-syariat-kannya hukum Islam tersebut harus dilihat atau

dinyatakan sebagai tindak pidana (jarimah), dalam arti sebagai perbuatan

yang tercela/terlarang.

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa jarimah yang oleh

sebagianpakar dianggap sama dengan jinayah adalah segala perbuatan,

baik berupa melakukan sesuatu maupun tidak, di mana hal itu dilarang

oleh Allah dan diancam dengan hukuman had (hudud) atau takzirr.

Walaupun dalam hal ini tidak disebutkan diancam hukuman qisas, tetapi

menurut pendapat penulis, telah termasuk ke dalam kata had (hudud).

Kalau qisas tidak termasuk ke dalam definisi di atas, berarti qisas berada di

luar konsep jarimah, sementara penganiayaan dan pembunuhan merupakan

sesuatu yang dularang (al-mahdzurat atau fi‟l mahzhur).

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, bisa disimpulkan

bahwa hukum pidana Islam atau fiqh jinayah adalah ilmu tentang hukum-

hukum syariah yang digali berkaitan dengan keamanan jiwa (nyawa) dan

anggota tubuh, baik menyangkut lima aspek (agama, nyawa, akal,

kehormatan (nasab), dan harta) maupun tidak.

Page 38: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

28

2. Jenis-jenis tindak pidana Islam

Untuk mengetahui penggolongan tindak pidana dalam konteks hukum

pidana Islam, berikut ini akan dikemukakan kembali apa yang dimaksud

tindak pidana menurut hukum pidana Islam, tindak pidana (jarimah)

diartikan sebagai perbuatan-perbuatan yang terlarang menurut syara‟ yang

pelakunya diancam dengan pidana hadd dan ta‟ziir. Berdasarkan batasan

tersebut maka tersimpul, bahwa secara umum dalam konteks hukum

pidana Islam tindak pidana (jarimah) dapat dibedakan menjadi 2 jenis,

yaitu tindak pidana yang diancam dengan pidana hadd (bentuk jama‟ dari

kata hadd adalah hudud) dan tindak pidana yang diancam dengan pidana

ta‟ziir. Tindak pidana yang diancam dengan pidana hudud disebut tidnak

pidana (jarimah) hudud fan tindak pidana yang diancam dengan pidana

ta‟ziir disebut tindak pidana (jarimah) ta‟ziir. Dengan demikian

pembagian/pembedaan tindak pidana dalam konteks hukum pidana Islam

didasarkan pada jenis sanksi yang diancamkan, yang terbagi menajdi 2

yaitu:

a. Tindak pidana (Jarimah) hudud

Tiddak pidana hudud adalah tindak piadana yang diancam dengan

pidana hudud. Adapun pidana hudud adala pidana yang telah

ditentukan secara jelas dan tegas di dalam nas/hukum (baik berupa Al

Qur‟an maupun As Sunnah) menegnai jenisnya, berat ringannya

maupun cara pelaksanaannya. Dengan demikian, pidana hudud ini

telah ditentukan secara limitatif di dalam nash baik Al Qur‟an maupun

As Sunnah. Jenis pidana ini merupakan hak mutlak dari Allah dan

Rasulullah SAW, sehinggan ketentuan pidana hudud tidak bida

dihapuskan ataupun sekedar dirubah baik oleh perseorangan (yang

menajdi korban jarimah) maupun oleh masyarakat yang

implementasinya diwakili oleh negara melalui institusi peradilan. Oleh

karena sifatnya yang sangat limitatif (rigid) itulah, maka dapat

dipahami apabila ruang lingkup perbuatan yang dikualifikasi sebagai

tindak pidana hudud -diaman pelakunya dapat dikenai sanksi pidana

Page 39: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

29

hudud-dangatlah terbatas. Beberapa perbuatan yang dikualifikasi

sebagai tidnak pidana hudud adalah:

1) Zina;

2) Qodzaf (menuduh orang lain telah berbuat sina tanpa disertai

bukti);

3) Sirqoh (pencurian);

4) Khirobah (perampokan);

5) Syurbah (minum-minuman keras);

6) Riddah (keluar dari agama Islam);

7) Albaghyu (pemberontakan);

Patut dicatat, bahwa dari ketujuh macam perbuatan yang

merupakan jarimah hudud di atas, hanya empat saja yang merupakan

ittifaaqul fuqoha‟ (disepakati seluruh ahli hukum pidana Islam sebagai

jarimah hudud), yaitu zina, qodzaf, sirqoh, dan khirobah. Sementara

tiga lainnya yaitu syurbah, riddah, dan albaghyu masih bersifat

khilaafiah (ada pandangan berbeda-beda di anatar fuqoha).

b. Tindak Pidana (Jarimah) Ta’ziir

Tindak pidnaa ta‟ziir adalah tindak pidana yang diancam pidana

ta‟ziir. Pidana ta‟ziir adalah pidana yang tidak ditentukan secara jelas dan

tegas dalam nash (baik Al Qur‟a maupun As Sunnah). Penetapan pidana

ini baik mengenai jenisnya, berat ringannya maupun cara pelaksanaannya

menjadi kewenanagan manusia melalui keputusan penguasa berbentuk

peraturan perundang-undnagan, dengan syarat penetapan undang-undang

tersebut harus sesuai dengan kepentingan masyarakat dan tidak boleh

berlawanan dengan nash-nash syara‟ serta prinsip-prinsipnya yang

bersifat umum. Dengan demikian, apa yang dimaksud dengan tindak

pidana ta‟ziir pada hakikatnya mencakup segala macam petbuatan

mudlarat yang tidak disebutkan dalam Al Qur‟an dan As Sunnah. Oleh

karena itumenurut Marsum, wujud atau bentuk konkret dari tindak

pidana ta‟ziir dapat berupa “seribu satu” macam perbuatan manusia yang

akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat

Page 40: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

30

manusia, sepanjang dalam perbuatan tersebut mengandung unsur

madlarat baik terhadap diri pelaku jarimah maupun terlebih lagi terhadap

orang lain dan secara kategoris tidak termsuk kelompok perbuatan yang

merupakan jarimah hudud.

Dengan melihat paparan tersebut di atas tersimpul, bahwa secara

umum dalam konteks hukum pidana Islam, tindak pidana (jarimah)

dibedakan menjadi 2 (dua) macam. Namun demikian, oleh karen terdapat

juga pandangan yang membedakan jarimah menajadi 3 (tiga) macam

yaitu jarimah hudud, jarimah qishosh, dan jarimah ta‟ziir, maka berikut

ini akan dikupas sedikit tentang persoalan tersebut. Dalam tulisan ini

diikuti pandangan, oleh karena sanksi pidana qishosh maupun diyat

(pengganti pidana qishosh) yang diancamkanterhadap tindak pidana

Qishosh, telah ditentukan batas-batasnya dalam nash Al Qur‟an maupun

Al Hadits, maka dapat dikatakan, bahwa tindak pidana qishosh

sesungguhnya termasuk dalam kualifikasi sebagai tindak pidana hudud,

karena sanksi pidanaya telah di-hadd (ditentukan) secara jelas dan tegas

dalam nash/hukum Al Qur‟an maupun Al Hadits.

Namun demikian, patut menjadi catatan juga, bahwa oleh karena

konsep qishosh dalam hukum Islam ini terdapat suatu “keunikan”

tertentu, maka terdapat juga pandangan yang tetap

mengkualifikasikannya sebagai tindak pidana tersendiri di luar tindak

pidana hudud dan ta‟ziir. Adapun yang dimaksud dengan “keunikan”

tertentu di atas adalah, bahwa dalam qishosh, penegakan hukumnya

sangat tergantung kepada sikap akhir yang ditunjukkan oleh korban

tindak pidana qishosh (dalam hal tindak pidana qishosh berupa

penganiayaan) atau oleh keluarga korban 9dalam hal tindak pidana

qishosh berupa pembunuhan). Dengan demikian, konteks ini apakah

korban atau keluarga korban akan menuntut pidana qishosh kepada

pelaku ataukah memaafkannya secara mutlak (tanpa tuntutan ganti rugi),

dalam hal ini terpulang kepada korban atau keluarga korban sendiri.

Konsepsi ini didasarkan pada ajaran Q.S. Al Baqarah ayat 178 yang

Page 41: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

31

berbunyi: “fa man „uhiya lahuu bi ihsaan.” Artinya, maka barangsiapa

yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah yang

memaafkan itu mengikuti (melakukannya) dengan cara yang baik, dan

hendaklah yang di beri maaf membayar diyat kepada yang memberi maaf

dengan cara yang baik pula.

C. Tindak Pidana Pencurian Perspektif Hukum Pidana Positif

1. Pencurian Menurut Hukum Positif

Menurut bahasa, pencurian berarti mengambil sesuatu yang bersifat harta

atau lainnya secara sembunyi-sembunyi dan dengan suatu taktik. Sedangkan

menurut istilah atau syara‟, pencurian adalah seseorang yang sadar dan sudah

dewasa mengambil harta orang lain dalam jumlah tertentu secara sembunyi-

sembunyi dari tempat penyimpanannya yang sudah maklum (biasa) dengan

cara yang tidak dibenarkan oleh hukum dan tidak karena syubhat.20

Secara sembunyi-sembunyi tanpa seizin dari pemiliknya dengan maksud

untuk dimiliki secara melawan hukum dan perbuatan tersebut dilarang oleh

Undang-undang serta diancam dengan ketentuan pidana.

Seperti halnya dengan hukum pidana positif, dalam hukum pidana Islam

juga dikenal dengan istilah pencurian yang biasa disebut sebagai jarimah

sariqah.Dalam hukum pidana Islam jarimah syariqah mempunyai dua definisi,

antara lain :

a. Pencurian menurut bahasa adalah mengambil sesuatu barang atau lainnya

dengan sembunyi-sembunyi.

b. Pencurian menurut istilah adalah seseorang yang mangambil barang

(harta) orang lain secara sembunyi-sembunyi dari tempat penyimpanannya

dengan cara yang tidak dibenarkan oleh hukum dan tidak karena

subhat.Sariqah merupakan terjemahan dari bahasa Arab yang berarti

pencurian, yang menurut etimologi berarti melakukan sesuatu tindakan

terhadap orang lain secara tersembunyi.

20

Ali as-Shabuni, Tafsir Ayat Ahkam as-Shabuni Jilid I Terjemahan Muammal Hamidi

dan Imran A.Manan, (Dar al-Ilmiyah, 1995), hlm. 499.

Page 42: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

32

Kata sariqah menurut bahasa berarti mengambil sesuatu atau lainnya

yang bersifat benda secara sembunyi-sembunyi tanpa izin pemiliknya. Imam

Ibn Rusydi merumuskan pencurian dengan mengambil harta orang lain secara

sembunyi-sembunyi tanpa dipercayakan kepadanya. Syarbin Khotib

memberikan rumusan mengambil harta sembunyi-sembunyi secara kejahatan,

kadar seperempat dinar, yang dilakukan oleh seorang mukallaf dari tempat

simpanan.21

Menurut Mahmud Syaltut pencurian adalah mengambil harta orang lain

dengan sembunyi-sembunyi yang dilakukan oleh orang yang tidak dipercayai

menjaga berang tersebut. Menurut beliau definisi tersebut menjelaskan perbedaan

pencurian dengan penggelapan. Penggelapan dilakukan oleh orang yang

dipercayai menjaganya sedangkan pencurian dilakukan oleh orang yang tidak

dipercaya untuk menjaganya.22

Dari semua definisi mengenai pengertian pencurian tersebut diatas semuanya

hampir mempunyai kesamaan pandangan mengenai pencurian. Tidak ada

pertentangan mengenai definisi pencurian dikalangan fuqaha

2. Pencurian Menurut Hukum Pidana Islam

Bentuk pencurian menurut hukum pidana Islam berdasarkan ancaman

hukumannya dan berdasarkan kadar nilai barang yang diambil terdiri dari :

a. Pencurian yang harus dikenai sanksi.

Pencurian yang harus dikenai sanksi adalah pencurian yang dilakukan oleh

seseorang akan syarat-syarat penjatuhan hukuman had tidak lengkap. Jadi

Karena syarat-syarat penjatuhkan hukuman tidak lengkap, maka pencurian ini

tidak dikenakan hukuman had tetapi dikenai sanksi.23

Rasulullah SAW telah memberikan putusan dengan melipat gandakan

tanggungan atas orang yang mencuri barang, dimana pencuri tidak dikenai

hukuman potong tangan. Pencurian pada buah-buahan yang masih tergantung

21

Marsum, Jinayat (Hukum Pidana Islam), (Yogyakarta : UII Press Yogyakarta, 1991),

h., 94 22

Marsum, Jinayat (Hukum Pidana Islam), h., 95 23

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid 9, Terj. Mohammad Nabhan Husein, (Bandung

:Maarif, 1984), h., 214.

Page 43: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

33

pada pohonnya dengan tidak membawa pulang buah-buahan tetapi

memakannya ditempat.24

b. Pencurian yang harus dikenai had

Pencurian yang dapat dikenai had adalah pencurian yang dilakukan dengan

semua syarat-syarat penjatuhan hukuman had telah terpenuhi. Ancaman

hukuman pada pencurian ini adalah hukuman potong tangan. Bentuk

pencurian ini masih dibagi lagi menjadi dua macam bentuk yaitu:

1. Pencurian kecil (sariqah al-sugra)Pencurian kecil (sariqah al-sugra) adalah

pencurian biasa yang hanya wajib dikenakan hukuman had potong tangan.

Dalam hukum pidana Islam sariqah al-sugra biasa dikenal dengan sariqah

saja dan seperti diketahui bahwa ancaman hukumannya adalah had potong

tangan. Pencurian ini dilakukan dengan tanpa adanya beberapa keadaan

yang mengakibatkan pencurian ini berubah menjadi besar.

2. Pencurian besar (sariqah al-Kubra)Pencurian kubra yaitu mengambil harta

orang lain dengan jalan paksaan (mengalahkan) dan pencurian besar ini

dinamakan juga hirabah (perampokan).24Hukuman had dapat gugur

apabila dari para pelaku kejahatan, baik itu kejahatan pencurian (Sughra

dan kubra), maupun kejahatan yang lain, jika mereka bertaubat sebelum

mereka dapat ditangkap. Karena Allah SWT berfirman dalam Surat Al-

Baqarah ayat 160 :

نوا فأولئك أتوب عليهم اب الراحيم إلا الاذين تابوا وأصلحوا وب ي ا وا وأنا الت ا

“kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan

menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima

taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha

Penyayang.”

Selain bertaubat, perbaikan tingkah laku mereka juga turut

menentukan apakah had menjadi gugur atau tidak. Firman Allah SWT :

نا نا فمن تاب من ب عدظلمه وأصلح ف إ ا غفوررحيم ي ت وب عليه إ ا

24 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Terj. Mohammad Nabhan Husein, Bandung, h., 215.

Page 44: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

34

“Barang siapa yang bertaubat sesudah aniaya dan memperbaiki

(amalannya), maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya.

Sesungguhnya Allah Maha Penyayang”.

D. Anak berhadapan dengan hukum

1. Pengertian anak

a. Pengertian anak secara sosiologis

Menurut pengetahuan umum, yang dimaksud dengan anak

adalah seseorang yang lahir dari hubungan pria dan wanita. Sedangkan

yang diartikan dengan anak-anak atau juvenale, adalah seorang yang

masih dibawah usia tertentu dan belum dewasa serta belum kawin.

Pengertian dimaksud merypakan pengertian yang sering kali dijadikan

pedoman dalam mengkaji berbagai persoalan tentang anak.

Dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, yang dijadikan kriteria

untuk menentukan pengertian anak pada umumnya didasarkan kepada

batas usia tertentu. Namun demikian, karena setiap bidang ilmu dan

lingkungan masyarakat mempunyai ketentuan tersendiri sesuai dengan

kepentingannya masing-masing, maka sampai saat ini belum ada suatu

kesepakatan dalam menentukan batas usia seseorang dikategorikan

sebagai seorang anak. Atas dasar kenyataan itu, untuk memperoleh

rumusan yang jelas tentang penegrtian anak, pembahasan akan dikaji

dari berbagai aspek sosiologis, psikologis, maupun aspek yuridis.

Dikemukakan oleh Ter Haar bahwa saat seseorang menjadi

dewasa ialah saat ia (laki-laki atau perempuan) sebagai orang yang

sudah berkawin, meninggalkan rumah ibu bapaknya atau ibu bapak

mertuanya untuk baerumah lain sebagai laki-bini muda yanag

merupakan kelurga yang berdiri sendiri.25

Soepomo mengemukakan, bahwa tidak ada batas umur yang

25

Teer Haar dalam Syafiyudin Sastrawujaya, Beberapa Masalah Tentang Kenakalan

Remaja, PT. Karya Nusantara, Bandung, 1997. h.,18.

Page 45: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

35

pasti bilamana anak menjadi dewasa; hal itu hanya dapat dilihat dari

ciri-ciri yng nyata. Anak yang belum dewasa, di Jawa Barat disebut

belum cukup umur, belum balig, belum kuat, yaitu anak yang karena

usianya masih muda, masih belum dapat mengurus diri sendiri; yang

sungguh masih kanak-kanak. Kami tidak menemukan petunjuk bahwa

hukum adat Jawa Barat mengenal batas umur yang pasti, bila mana

seorang dianggap telah dewasa sejak kuat gawe (dapat bekerja); sejak

ia mamapu mengurus diri sendiri dan melindungi kepentingannya

sendiri. Hanya dari ciri-ciri yang nyata dapat dilihat apakah seseorang

sudah dapat bekerja atau belum; apakah ia sudah dapat bekerja atau

belum; apakah ia sudah atau belum dapat berdiri sendiri dan ikut serta

dalam kehidupan hukum dan sosial di desa, daerah atau

lingkungannya.26

b. Pengertian anak secara psikologis

Ditinjau dari aspek Psikologis, pertumbuhan manusia

mengalami fase-fase perkembangan kejiwaan yang masing-masing

ditandai dengan ciri-ciri tertentu. Untuk menentukan kriteria seorang

anak, disamping ditentuian atas batas usia, juga dapat dilihat dari

pertumbuhan dan perkembangan jiwa yang dialaminya. Dalam fase-

fase perkembangan ayang dialami seorang anak, Zakiah Daradjat27

menguraikan bahwa:

1) Masa kanak-kanak terbagi dalam:

a) Masa bayi, yaitu masa seorang anak dilahirkan sampai umur 2

tahun.

(a) Pada masa tersebut seseorang anak amsih lemah belum

mampu menolong dirinya, sehingga sangat tergantung kepada

pemeliharaan ibu atau ibu pengganti. Pada masa ini terhadap

anak terjadi beberapa peristiwa penting yang mempunyai

26

Ibid. h., 19 27

Zakiah Daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan. Ruhama, Jakarta, 1994. h., 11

Page 46: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

36

pengaruh kejiwaan seperti, disapih, tumbuh gigi, mulai

berjalan dan berbicara.

(b) Menurut Soesilowindradini, karena bayi masih membutuhkan

bantuan dan tergantung kepada orang dewasa,Maka ia masih

muda diatur.Hal tersebut menyebabnyakan orang dewasa dan

anak yang lebih besar dari padanya akan senang kepadanya

b) Masa Kanak-Kanak pertama, yaitu antara usia 2-5 tahun.

Pada masa ini anak-anak sangat gesit bermain dan

mencoba. Mulai berhubungan dengan orang-orang dengan

lingkunganya serta mulai terbentuknya pemikiran tentang

dirinya. Pada masa ini anak-anak sangat suka meniru dan

emosinya sangat tajam. Oleh karena itu diperlukan suasana yang

tenang dan memperlakukanya dengan kasih sayang serta stabil.

c) Masa Kanak-Kanak, yaitu antara usia 5-12 tahun.

Anak pada fase ini berangsur-angsur pindah dari tahap

mencari kepada tahap kepada tahap memantapkan. Pada tahap

ini terjadi pertumbuhan kecerdasan yang cepat, suka bekerja,

lebih suka bermain bersama,serta berkumpul tanpa aturan

sehingga bisa disebut dengan gang age. Pada tahapan ini disebut

juga masa anak sekolah dasar atau periode intelektual.

d) Masa remaja antara usia 13-20 tahun.

Masa remaja adalah masa dimana perubahan cepat

terjadi dalam segala bidang pada tubuh dari luar dan dalam,

perubahan perasaan, kecerdasan, sikap sosial. Pada masa

tersebut merupakan masa goncangan karena banyak perubahan

yang terjadi dan tidak stabilnya emosi yang sering kali

menyebabkan timbulnya sikap dan tindakan yang oleh orang

dinilai sebagai perbuatan nakal.

Sama halnya dengan apa yang dikemukakan Zakia

Drajat, Soesilowindradini yang membagi masa remaja kedalam

masa remaja awal dan masa remaja akhir. Pada masa yang

Page 47: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

37

pertama adalah masa seorang anak menginjak usia 13 sampai 17

tahun. Dalam masa periode ini status anak remaja dalam

masyarakat boleh dikatakan tidak dapat ditentukan dan

membingungkan. Bahkan pada suatu waktu dia diperlakukan

sebagaimana layaknya anak-anak.

Sedangkan pada masa yang disebut terakhir adalah masa

antara usia 17 sampai 21 tahun. Pada masa seorang anak telah

menunjukan kestabilan yang bertambah bila dibandingkan

dengan masa remaja sebelumnya.

e) Masa dewasa muda antara usia 21-25 tahun.

Pada masa dewasa muda ini pada umumnya masih dapat

dikelompokan kepada generasi muda. Walaupun dari segi

perkembangan jasmaniah dan kecerdasan telah betul-betul

dewasa, dan emosi juga sudah stabil, namun dari segi

kemantapan agama dan ideology masih dalam proses

pemantapan.

c. Pengaturan anak dalam hukum positif

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW)

Pasal 330 ayat (1) memuat batas antara belum dewasa

(minderjarigheid) dengan telah dewasa (menderjarighheid) yaitu

21 tahun dan pendewasaan (venia aetetis, Pasal 419 KUHPer)

Pasal ini senada dengan pasal 1 Angka 2 UU No. 4 Tahun

1979 tentang kesejahteraan Anak

2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

KUHP tidak merumuskan secara eksplisit tentang

pengertian anak, tetapi dapat dijumpai antara lain pada Pasal 45

dan pasal 72 yang memakai batasan usia 16 tahun,

3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Undang-undang ini tidak secara eksplisit menagtur tentang

Page 48: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

38

batas usia penegrtian anak, namun dalam Pasal 153 ayat (5)

memeberi wewenang kepada hakim untuk melarang anak yang

belum mencapai usia 17 tahun untuk menghadiri sidang.

4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

berdasarkan ketentuan Pasal 47 ayat (1) dan Pasal 50 ayat (1) UU

Nomor 1 Tahun 1974, maka batsan untuk disebut anak adalah

belum mencapai 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah

melangsungkan pernikahan.

5) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Anak.

Menurut ketentuan Pasala 1 ayat (2) UU Nomor 4 Tahun

1979, maka anak adalah seseorang yang belum mencapai 21 (dua

puluh satu) tahuh dan belum pernah kawin.

6) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Lembaga

Kemasyarakatan

Menurut ketentuan Pasal 1 angka 8 huruf a, b dan c UU

12/1995 bahwa abak didik pemasyarakatan baik Anak Pidana,

Anak Negara dan Anak Sipil untuk dapat dididik di Lembaga

Pemasyarakatan Anak adalah paling tinggi sampai berumur 18

(delapan belas) tahun

7) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia.

Dalam Pasal 1 sub 5 dinyatakan bahwa anak adalah setiap

manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum

menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal

tersebut demi kepentingan.

8) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak

Dalam Pasal 1 butir 1 menyatakan bahwa anak adalah

seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk

anak yang masih dalam kandungan.

Page 49: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

39

9) Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1988 tentang Usaha

Kesejahteraan Anak bagi Anak yang Mmempunyai Masalah

Menurut ketentuan ini, anak adalah seseorang yang belum

mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin.

10) Hukum adat dan Yurispudensi Mahkamah Agung Republik

Indonesia

Dalam hukum adat Indonesia, batasan umur untuk disebut

anak bersifat pluralistik. Dalam artian kriteria untuk menyebut

bahwa seseorang tidak lagi disebuat anak dan telah dewasa

beraneka ragam istilahnya. Misalnya: telah “kuat gawe”, “aqil

Baliq” “menek bajang”, dan lain sebagainya.

Sedangkan menurut Yurisprudensi Mahkamah Agung yang

berorientasi pada hukum adat di Bali menyebutkan batasan umur

anak adalah di bawah 15 (lima belas) tahun seperti Putusan

Mahkamah Agung RI Nomor: 53 K/Sip/1952 tanggal 1 Juni 1955

dalam perkara antara 1 Wayan Ruma melawan Ni Ktut Kartini.

Kemudian di wilayah Jakarta adalah 20 (dua puluh) tahun seperti

Putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 601 K/Sip/1976 tanggal 2

November 1976 dalam perkara antara Moch. Eddy Ichsan dan

kawan-kawan melawan FPM Penggabean dan Edward Penggabean.

Pengertian anak dalam kaitan dengan perilaku anak nakal

(juvenile delinquency), biasanya dillakukan dengan mendasarkan

pada tingkatan usia, dalam arti tingkat usia berapakah seseorang

dikategorikan sebagai anak. Selain itu adapula yang melakukan

pendekatan psikososial dalam usahanya merumuskan tentang anak.

Pada hakikatnya, batasan anak dalam kaitan hukum pidana

yang berarti melingkupi pengertian anak nakal menurut Maulana

Hasan Wadong (2000)28

meliputi dimensi pengertian sebagai

berikut:

28

Maulana Hasan Wadong, Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak,

(Jakarta: PT Grasido, 2000), h., 22.

Page 50: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

40

1. Ketidakmampuan untuk pertanggungjawaban tindak pidana;

2. Pengembalian hak-hak anak dengan jalan mensubtitusikan hak-

hak anak yang timbul dari lapangan hukum keperdataan, tata

negara, dengan maksud untuk mensejahterakan anak;

3. Rehabilitas, yaitu anak berhak untuk mendapatkan perbaikan

mental spiritual akibat dari tindakan hukum pidana yang

dilakukan anak itu sendiri;

4. Hak-hak untuk menerima pelayanan dan asuhan;

5. Hak-hak anak dalam proses hukum acara pidana.

Page 51: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

40

BAB III

KENAKALAN ANAK DAN KETENTUAN BAGI ANAK YANG

MELAKUKAN TINDAK PIDANA

A. Pengertian Kenakalan Anak/Juvenale Delinquency

Sebagaimana telah dikemukakan pada uraian sebelumnya, bahwa

dipandang dari segi perbuatan sesungguhnya tidak ada perbedaan antara tindak

pidana yang dilakukan anak dengan tindak pidana yang dilakukan orang

dewasa. Yang dapat membedakan di antara keduanya terletak pada pelakunya

itu sendiri. Perbedaan tersebut menyangkut kepada persoalan motivasi atas

tindak pidana yang dilakukannya.

Karena pada umumnya tindak pidana yang dilakukan anak bukan

didasarkan keoada motif yang jahat (evil will/evil mind), maka anak yang

melakukan penyimpangan dari norma-norma soaial, terhadap mereka para ahli

kemasyarakat lebih setuju untuk memberikan pengertian sebagai “anak nakal”

atau dengan istilah “juvennale delinquency”. Dengam istilah tersebut

terhadapnya dapat terhindar dari golongan yang dikategorikan sebagai penjahat

(criminal).

Kejahatan itu sendiri dilihat dari konsep yuridis, berarti tingkah laku

manusia yang dapat dihukum berdasarkan hukum pidana. Namun, kejahatan

juga bukan hanya suatu gejala hukum. Para ahli krminologi berpendapat bahwa

walaupun terdapat klasifikasi kejahatan,namun klasifikasi tersebut

sesungguhnya menimbulkan ketidakadilan terhadap mereka yang dianggap

bersalah melakukan kejahatan dan melemahkan stigma atas kejahatan serius,

sehingga membawa kepada usaha-usaha untuk menyusun klasifikasi baru

tentang pelanggaran terhadap hukum pidana. Mereka berpendapat bahwa bagi

kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak dan remaja, dipergunakan istilah

“Delinquency”. Istilah ini mencerminkan perasaan keadilan masyarakat bahwa

perlu ada petbuatan pertimbangan bagi pelanggaran yang dilakukan anak-anak

atau remaja dibandingkan yang dilakukan oleh orang dewasa.29

29

Romli Atmasasmita, Bunga Rampai Kriminologi, Rajawali, Jakarta. 1984. h., 31-33.

Page 52: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

41

Di negara-negara yang telah memiliki dan menerapkan hukum pidana

secara khusus untuk anak, penggunaan istilah khusus bagi pelaku anak siakui

sebagai dasar psikologis. Bahwa anak yang melakukan pelanggaran bukan

merupakan orang-orang jahat, melainkan anak-anak nakal saja (juvenile

Delinquency). Dasar ini merupakan hasil riset puluhan tahun dari ilmu

psikologi.30

Secara etimologis, istilah juvenile Delinquency berasal dari bahasa latin

juvenils yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda,

sifat-sifat khas pada periode remaja; dan delinquere yang berarti terabaikan,

mengabaikan. Kemudain diperluas artinya menjadi jahat, sosail, kriminal,

pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacu, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi,

durjana, dursila, dan lain-lain. Dengan demikian, juvenile Delinquency adalah

perilaku jahat/dursila atau kejahtan/kenakalan anak-anak muda‟ merupakan

gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang

disebabkan oleh suatu bentuk pengabdian sosial, sehingga mereka itu

mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.31

Thing Tjip Nio, seorang mantan hakum khusus pada Penagdilan Negeri

Istimewa Jakarta untuk perkara pidana, menyatakan bahwa:

Apakah artinya “A Juvenile Delinquency” kita tidak mempunyai suatu

definisi yang tetap, definisi itu tergantung dari sudut mana kita memandang

problem ini. Seorang sosiolog akan memberikan definisi yang berkaitan

dengan seorang sarjana hukum, begitu juga undang-undang di berbagai negara

mempunyai ketentuan yang berlainan, apakah yang disebut suatu juvenile

delinquen.32

Menurut simanjuntak,33

suatu perbuatan itu disebut delinquen apabila

perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada

dalam masyarakat di amna ia hidup, suatu perbuatan yang anti-sosial yang di

dalamnya terkandung unsur-unsur antinormatif. Dalam uraian lain dijelaskan

30 D. Y. Atta, Pokok-Pokok Pelaksanaan Sidang Perkara Anak Di Pengadilan Negeri

Dalam Daerah Hukum Pengadilan Tinggi Jakarta, Bina Cipta, Jakarta, 1979., h., 43. 31

Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Rajawali, Jakarta, 1992., h., 7. 32

Laporan Hasil Survei Fakultas Hukum UNPAD tentang Peradilan Anak. 33

Simanjuntak, Pengantar Kriminologi dan Sosiologi, Tarsito, Bandung, 1977., h., 295

Page 53: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

42

bahwa juvenile Delinquency adalah perbuatan dan tingkah laku perkosaan

terhadap norma hukum pidana dan pelanggaran-pelanggaran kesusilaan yang

dilakukan oleh anak berumur di bawah 21 tahun, yang termasuk dlama

yuridiksi pengadilan anak.34

Menurut Paul Meodikdo, semua perbuatan dari orang dewasa

merupakan kejahtan, bagi anak-anak merupakan delinquency, jadi semua

tindakan yang dilarang oleh hukum pidana, seperti: pencurian, penganiayaan,

dan sebagainya.35

Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan

Bimo Walgito36

, bahwa Juvenila Delinquency adalah tiap perbuatan yang bila

dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu merupakan kejahatan. Jadi,

perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh anak, khususnya anak

remaja.

Kusumanto Setyonegoro, berpendapat Deliquent adalah tingkah laku

individu yang bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum yang

dianggap sebagai aksetabel dan baik oleh sesuatu lingkungan masyarakat atau

hukum yang berlaku di suatu masyarakat yang berkebudayaan tertentu. Apabila

individu itu masih anak-anak maka sering tingkah laku yang serupa itu disebut

dengan istilah tingkah laku yang sukar atau nakal (behavior problem). Jika ia

berusia adolesant atau preadolesant, maka tingkah laku itu sekarang disebut

kriminal (criminal behavior).

Walaupun banyak definisi yang dikemukakan, istilah juvenile

delinquency belum terdapat keseragaman dalam bahasa Indonesia. Beberapa

istilah yang dikenal antara lain adalah kenakalan anak, kenakalan remaja,

kenakalan pemuda, delikuensi anak, dan tuna sosial. Kesulitan untuk

memberikan istilah Juvenile Delinquency dihadapi juga di beberapa negara

Asia dan Timur Jauh. Dalam penelitian perbandingan hukum tentang juvenile

delinquency yang dibatasi terhadap tujuh negara-negara di Asia dan Timur

Jauh, yaitu Burma, Ceylon, India, Jepang, Pakistan, Piliphina, dan Thailand.

34

B. Simanjuntak. Latar Belakang Kenakalan Remaja, Alumni, Bandung, 1984., h., 47 35

B. Simanjuntak. Ibid., h., 50 36

Bimo Walgito, Kenakalan Anak (Juvenile Delinquency), Yayasan Penerbit Fakultas

Psikologi UGM, Jogyakarta, 1982., h., 2.

Page 54: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

43

Dalam peraturan perundang-undangan negara-negara tersebut tidak diberikan

definisi apa yang di maksud dengan istilah Juveline Delinquency, namun

berdasarkan kebiasaan diartikan bukan sebagai orang dewasa. Umur dari

juveline delinquency serta sifat dari pelanggaran yang dilakukan oleh karena

bergabagai pertimbangan penting diakui sebagai definisi dari Juveline

Delinquency.37

Di beberapa negara Asia Timur Jauh dalam mengartikan Juvenile

delinquency menitikberatkan kepada anak umur dan sifat dari perbuatan yang

dilakukannya. Dengan demikian, pengertian juvenile delinquency terbatas pada

perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh mereka yang tergolong kepada

kelompok kepada young person.

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang NO. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan

Anak, memakai istilah anak nakal. Anak nakal yaitu:

1) Anak yang melakukan tindak pidana, atau

2) Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik

menurut peraturan perundang-undangan, maupun menurut peraturan hukum

lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.

Berpijak pada apa yang telah diuraika di atas, sebagai pegangan dalam

kajian ini, istilah perilaku delinkuensi anak dapat dikonsepsikan dengan

sebagai seseorang yang memiliki batas usia antara 8-18 tahun yang melakukan

tindak pidana atau perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik

menurut perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang

hidup dan berlaku salam masyarakat.

Hal tersebut sejalan dengan apa yang diuraikan tentang perilaku

delinkuensi anak sebagai perwujudan criminal offences dan status offences.

Criminal Offences, diartikan sebagai perilaku delinkuensi anak yang

merupakan tindak pidana apabila dilakukan oleh orang dewasa. Adapun Status

Offences, adalah perilaku delinkuensi anak yang erat kaitannya dengan status

sebagai anak, perilaku-perilaku tersebut pada umumnya tidak dikategorikan

37

United Nation, Comparative On Juveline Delinquency. Part IV, Asia and The Far East,

1953

Page 55: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

44

sebagai suatu tindak pidana bila dilakukan oleh orang dewasa. Sebagai contoh,

pergi meninggalkan rumah tanpa ijin orang tua, membolos sekolah, melawan

terhadap orang tua, mengkonsumsi minuman beralkohol dan lain sebagainya.

Perluasan pengerrian delinkuensi, dengan memasukkan status offences,

merupakan konsekwensi dari azas Parent Patrie. Asas yang ebrarti negara

berhak mengambil alih peran orang tua apabila ternyata orang tua, wali atau

pengasuhnya tidak menjalankan perannya sebagai orang tua.38

B. Batas Usia Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Anak

Dalam hukum pidana, pengertian anak pada hakikatnya menunjuk

kepada persoalan batas usia pertanggungjwaban pidana (criminal

liability/toerekeningvtasbaarheid). Dalam Undang-Undang Pengadilan Anak,

batas usia pertanggung jawaban pidana ditentukan antara usia 8-18 tahun.

Adanya rentang batasan usia dalam Undang-Undang Pengadilan Anak tersebut,

diakui sebagai suatu kemajuan bila dibandingkan dengan pengaturan yang ada

dalam KUHP yang sama sekali tidak mengatur batas usia minimum. Apabila

kita telusuri ketentuan instrumen internasional, ditentukannya batas usia antara

8-18 tahun seudah sejalan denga apa yang ditegaskan dalam Standard

Minimum Rule For The Administration of Juvenile Justice (The Beijing

Rules).

Di dalam Rules 4 anatra lain dinyatakan, bahwa: Pada sistem hukum

yang mengakui konsep usia pertanggungjwaban pidana bagi anak-anak, awal

usia itu tidak dapat ditetapkan pada tingkat usia yang lebih rendah, mengingat

kenyataan-kenyataan kedewasaan emosional, mental dan intelektual. Dalam

penjelasannya ditegaskan, bahwa usia minimum pertanggungjwaban pidana

berbeda secara luas oleh karnena sejarah dan budaya. Pendekatan modern akan

mempertimbangkan apakah seorang anak dapat berbuat sesuai dengan

komponen-komponen moral da psikologis dari pertanggungjawaban pidana;

artimya apakah seorang anak, berdasarkan atas kejernihan pikirannya dan

38

Paulus Hadisupranto, Pemberian Malu Integratif sebagai Sarana Non-Penal

Penaggulangan Perilaku Delinkuensi Anak disertai Doktor Ilmu Hukum, UNDIP, 2003., hlm. 30

Page 56: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

45

pemahaman individualnya, dapat dianggap bertanggung jawab atas perilaku

pada dasarnya anti sosial. Jika usia pertanggung jawaban pidana ditetapkan

terlalu rendah atau jika ada batsan usia yang lebih rendah sama sekali,

pengertian tanggung jawab tidak akan memiliki arti. Pada umumnya, terdapat

suatu hubungan yang dekat antara pengertian tanggung jawab terhadap

perilaku kriminalitas atau yang melanggar hukum pidana dengan hak-hak serta

tanggung jawab sosial, seperti status perkawinan, kedeewasaan

berkewarganegaraan, dan lain-lain.

Sebagai perbandingan dapat di lihat batas usia yang diatur di negara

Inggris, dimana batas usia minimum ditentukan 8 tahun, di Swedia 15 tahun,

sedang di Australia Anak yang berusia di bawah 8 tahun tidak dapat

dipertanggungjaeabkan terhadap pelanggaran atau kejahatan yang

dilakukannya. Dilain pihak,, seminar Amerika Latin di Rio de Janeiro pada

tahun 1953, telah menghimbau agar disetiap negara menetapkan batas usia

yang sama dalam peraturan perundnag-undangan pidana nya, yang tidak boleh

kurang dari 14 tahun. Dengan demikian anak di bawah 14 tahun dianggap tidak

dapat dipertanggungjwabkan.39

Di negara Eropa variasinya adalah 16 tahun, sedangkan di Belgia dan

Sweden mencapai usia 21 tahun. Yuridiksi di Amerika Serikat telah

menetapkan batas usia antara 16 sampai 21 tahun, tergantung kepada negara

bagian dan sebagian besar negara bagian menetapkan usia 18 tahun. Di

Amerika Latin 14 sampai 20 tahun, batas usia maksimum tergantung

negaranya, namun rata-rata menetapkan usia 18 tahun. Di Asia menetapkan

antara usia 15 tahun sampai 20 tahun, dan di Jepang menetapkan usia 20

tahun.40

Hal yang sama dapat dilihat hasil survey PBB di negara-negara

Amerika Utara, di samping ditentukan sebagaimana telah diungkapkan di atas.

Dalam kasus-kasus tertentu bats usia anak bisa mencapai usia 21 tahun. Dalam

beberapa ketentuan termasuk pemerintah Federal dan Negara-negara bagian

39

Ida Z Fahrudin, Beberapa Catatan Mengenai Pendidikan Anak-Anak di Bandung,

Fakultas Hukum Unpad, 1961, h., 4. 40

Encyclopedia Americana, 1974. Seri 16, h., 270

Page 57: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

46

Columbia, batas usia maksimal adalah 18 tahun. Bagaimanapun di beberapa

wilayah terjadi tumpang tindih antara batas suatu tindak pidana dan perbuatan

kenakalan anak serta peradilan anak. Di beberapa bagian negara lainnya

mempergunakan batas usia 7 tahun. Lagi pula sebagian dari negara-negara

tersebut, peradilan pidana mempunyai kewenangan yang istimewa terhadap

pelaku tindak pidana, terlebih lagi untuk pembunuhan yang direncanakan

(murder), atau terhadap kasus-kasus besar. Di beberapa negara lainnya, untuk

perkara-perkara istimewa atau untuk beberapa kejahatan yang serupa.41

Adanya batas usia minimum 7 tahun di beberapa negara bagian,

didasarkan pada Common Law Raw, yang menyatakan bahwa seseorang anak

dibawah 7 tahun tidak dapat dipertanggungjawabkan melakukan kejahatan.

Sedangkan The National Advisory Commision untuk The Law Enforcement

Assistence administration, telah merekomendasikan agar semua negara bagian

menetapkan batas usia 10 tahun.42

Beberapa negara bagian yang menetapkan batas usia maksimal 17

tahun memperluas batas usia tersebut sampai seorang anak delinkuen hingga

usia 18 tahun. Sedangkan beberapa Negara bagian lain menetapkan batas usia

sampai 20 tahun, bahkan lebih dari 40 tahun negara bagian menetapkan bats

usia 21 tahun.43

Berdasarkan hasil survey di beberapa Negara Asia dan Timur Jauh,

mengungkapnkan adanya bermacam-macam perbedaan dalam menentukan

batas usia pertanggungjawaban anak. Dalam undang-undang yang berlaku di

beberapa Negara Timur Jauh, membagi pelaku pelanggaran ke dalam kategori

pelaku pelanggaran di sebut “child”, dan pelaku pelanggaran yang di sebut

“young person” atau “child” dan “Juvenile”.44

Di Birma, Cylon, India, dan

Pakistan, batas usia kenakalan anak (age limits of juvenile delinquency) antara

41

United Natoins, Comparative Survey on Juvenile Delinquency, Part I. Nort America,

Departemen of Social Affairs Devition of Social Welfare, New York, 1953., h., 6 42

Hazel B. Kapper and J. Israel, Introduction To The Criminal Justice System, Second

Edition, 1979, h., 390-391. 43

Hazel B. Kapper and J. Israel, Introduction To The Criminal Justice System, Second

Edition. h., 340 44

United Natoins, Comparative Survey on Juvenile Delinquency, Part I. Nort America,

Departemen of Social Affairs Devition of Social Welfare, New York, 1953., h., 1.

Page 58: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

47

7 sampai 16 tahun. Namun tidak dianggap sebagai pelaku pelanggaran bagi

anak yang berusia antara 7 sampai 12 tahun. Kecuali di Bombay, ditentukan

lagi bats usia untuk “anak” antara 7 sampai 14 tahun, dan “pemuda”/”remaja”

antara 14 sampai 16 tahun.

Di Jepang batas usia anak antara 14 sampai 20 tahun, Piliphina usia

antara 9 sampai 16 tahun dianggap anak nakal, namun anak antara usia 9

sampai 15 tahun tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan di Thailand,

dianggap sebagai anak nakal terhadap anak usia 7 sampai 18 tahun, namun

ditentukan batas usia untuk “anak” antara 7 sampai 14 tahun, dan “remaja”

antara 14 sampai 18 tahun.45

Berdasarkan hasil survey di beberapa Negara Timur Tengah, dalam

perundang-undangan hukum pidana Mesir, Syi‟ria, Libanon, dan Irak, terdapat

ketentuan tentang kenakalan anak yang dilakukan oleh anak laki-laki dan

perempuan yang berusia 7 tahun, tetapi belum mencapai usia 15 tahun dan

ditemukan adanya kesalahan, terhadap pelaku dijatuhi sanksi pidana. Di pihak

lain, dalam hukum pidana Irak dan Turki ditentukan dengan tegas batas usia

anak nakal antara usia 11 smpai 18 tahun. Di Saudi Arabia dan Yaman tidak

terdapat undang-undang pidana ataupun undnag-undang khusus untuk pelaku

kenakalan anak, tetapi dalam Al-Qur‟an sebagai kitab suci agama Islam, dan

hukum Islam diterangkan bahwa, seorang anak dianggap sebagai anak nakal

jika dia telah dijatuhi hukuman sebagai pelaku setelah mencapai usia remaja,

tetapi belum mencapai dewasa.46

Dalam KUHP Korea, batas usia minimal untuk dapat

dipertanggungjawabkan pidana, adalah usia 14 tahun, sebagaimana juga

dipakai di Jepang dan Norwegia. Dalam Article 9 The Corean Criminal Code,

dinyatakan bahwa, “seseorang yang berusia dibawah 14 tahun tidak dapat

dipidana atas perbuatan pidana yang dilakukannya.”47

Section 46 The

Norwegian Penal Code menyatakan, “Tindak seorangpun dapat dipidana atas

45 Idem., h., 1-4.

46 United Natoins, Comparative Survey on Juvenile Delinquency, Part I. Nort America,

Departemen of Social Affairs Devition of Social Welfare, New York, 1953., h., 1. 47

KUHP Republik Korea sebagai Perbandingan. Seri KUHP Negara-Negara Asing,

Editor. Andi Hamzah, Ghalia Indonesia, 1987., h., 56.

Page 59: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

48

perbuatan yang dilakukannya sebelum memenuhi usia 14 tahun”. Begitu juga

di dalam Article 41 Criminal Statute, dinyatakan, bahwa: “Perbuatan seseorang

yang berumur 14 tahun tidak dipidana”.48

Adanya perbedaan menentukan batas usia minimal maupun usia

maksimal dalam pertanggungjwaban pidana anak, sesungguhnya bukan suatu

hal yang tidak mungkin. Sebab, menentukan kriteria tersebut disesuaikan

dengan situasi, kondisi, dan latar belakang sejarah serta kebudayaannya

masing-masing negara. Sebagaimana ditegaskan dalam Rules 4 Beijing Rules

bahwa di dalam sistem hukum yang mengenal batas usia pertanggungjawaban

itu janganlah ditetapkan terlalu rendah dengan mengingat faktor kematangan

emosional, mental dan intelektualitas anak.

Dengan melihat berbagai ketentuan batas usia minimum baik yang

berlaku di beberapa negara maupun pedoman sebagaimana diatur dalam

instrumen internasional; mengingat pula kondisi objektif negara Indonesia

yang tergolong sebagai negara berkembang, maka perkembangan masyarakat

pada umumnya baik dibidang sosial, politik, maupun ekonomi, relatif masih

terbelakang. Baik secara langsung maupun tidak, hal tersebut memberikan

dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak pada umumnya. Oleh

karena itu, batas usia minimum 8 (delapan) tahun bagi anak yang dapat diminta

pertanggungjwaban pidana dirasakan masih terlalu rendah. Dengan demikian,

penentuan batas usia yang terlalu rendah tidak sejalan dengan hakikat

memberikan perlindungan terhadap anak. Begitu juga hak anak untuk

memperoleh perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dpaat

membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan

wajar, tidak berjalan dengan baik, sesuai dengan apa yang diharapkan.

Dilihat dari aspek perkembangan psikologis, sebagaimana diungkapkan

para ahli, pada umumnya telah membedakan tahap perkembangan antara anak

dan remaja/pemuda secara global masa remaja/pemuda berlangsung antara usia

12 sampai 21 tahun. E. J. Monks dan kawan-kawan mengungkapkan dalam

48

KUHP Jepang Sebagai Perbandingan. Seri KUHP Negara-Negara Asing, Editor. Andi

Hamzah, Ghalia Indonesia, 1987., h., 84.

Page 60: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

49

buku-buku Angelsaksis, istilah pemuda (youth), yaitu suatu masa peralihan

antara masa remaja dan masa dewasa. Dipisahkan pula antara adolesensi usia

antara 21 sampai 18 tahun, dan masa pemuda usia antara 19 sampai 24 tahun.49

Sedangkan Zakiah Daradjat, membagi rentang usia manusia sejak kandungan

sampai usia lanjut kedalam kelompok umur: anak-anak, remaja, dewasa, dan

usia tua. Kanak-kanak pada umumnya disepakati mulai lahir, bahkan dari janin

dalam kandungan sampai usia 12 tahun.50

Begitu juga pendapat Kartini Kartono51

, ia mengatakan bahwa

seseorang baru memiliki sikap yang logis dan rational kelak ketika mencapai

usia 13-14 tahun. Pada usia ini emosionalitas anak jadi semakin berkurang,

sedangkan unsur intelektual dan akal budi (ratio-pikir) jadi semakin menonjol.

Minat yang objektif terhadap dunia sekitar menjadi semakin besar. Namun, ia

juga mengatakan bahwa pada masa ini anak tidak lagi banyak dikuasi oleh

dorongan-dorongan endogin atau stimulus-stimulus dari luar.

Menyangkut perkembangan fungsi pengamatan anak, William Stern

dalam teorinya mengungkapkan empat stadium dalam perkembangan fungsi

pengamatan anak, yaitu:

1) Stadium-keadaan, 0-8 tahun. Disamping mendapatkan gambaran total yang

samar-samar, anak kini mengamati benda-benda dan beberapa orang secara

teliti;

2) Stadium-perbuatan, 8-9 tahun. Anak menaruh minat besar terhadap

pekerjaan dan perbuatan orang dewasa serta tingkah laku binatang;

3) Stadium-hubungan, 9-10 tahun dan selanjutnya. Anak mengamati

relasi/hugungan dalam dimensi ruang dan waktu; juga hubungan kausal dari

benda-benda dan peristiwa.

4) Stadium-perihal (sifat): anak mulai menganalisa hasil pengamatannya,

dengan mengkonstransir ciri-ciri dari benda.

Oswald Kroh, dalam bukunya: “Die Psykologie des Grundschulkindes”

49

Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Rineka Cipta, 1991., h., 8. 50

Zakiah Daradjat, h., 7. 51

Kartini Kartono, Psikologi Anak, Alumni, Bandung, 1979, h., 137

Page 61: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

50

(Psikologi Anak Dasar Sekolah), menyatakan adanya empat periode dalam

perkembangan fungsi kematangan anak, yaitu:

1) Periode sintese-fantasi, 7-8 tahun. Artinya bahwa segala hasil pengamatan

merupakan kesan totalitas, sifatnya masih samar-samar. Selanjutnya,

kesan-kesan ini dilengkapi dengan fantasi anak. Asosiasi dengan ini, anak

suka sekali pada dongeng-dongeng, sage, mythe, legende, kisah-kisah dan

cerita khayal;

2) Periode realisme naif, 8-10 tahun. Anak sudah bisa membedakan bagian,

tetapi belum mampu menghubung-hubungkan satu dengan lainnya dalam

hubungan totalitas. Unsur fantasi sudah banyak diganti dengan

pengamatan kongkrit.

3) Periode pengamatan kritis, 10-12 tahun. Pengamatannya bersifat realistis

dan kritis. Anak sudah bisa mengadakan sintese logis, karena pengertian,

wawasan dan akalnya sudah mencapai taraf kematangan. Anak kini bisa

menghubungkan bagian-bagian jadi satu kesatuan atau menjadi datu

struktur;

4) Fase subyektif, 12-14 tahun. Unsur emosi atau perasaan muncul kembali,

dan kuat sekali memengaruhi penialian anak terhadap semua

pengamatannya. Masa ini dibatasi oleh gejala Pubertas kedua (masa

menentang kedua).

Memperhatikan usia perkembangan anak dari aspek psikologis,

tampaknya seorang anak usia di bawah 12 tahun masih, berada dalam kondisi

yang belum stabil. Walaupun anak sudah dapat berpikir rational, dapat

melakukan penilaian terhadap sesuatu, namun pemikiran serta pandangannya

masih bersifat farsial belum secara totalitas. Namun, anak usia di atas 12 tahun

pun tidak berarti sudah matang secara rational maupun emosional, karena

unsur dari luar lebih besar berpengaruh terhadap kondisi emosi dan perasaan.

Oleh karena itu mereka pun belum sepenuhnya dapat

mempertanggungjawabkan segala akibat dari tindakan dan perbuatan yang

dilakukannya.

Page 62: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

51

Apabila diperhatikan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 168 Tahun 1948

tentang Undang-Undang Anak di Jepang, seorang dikategorikan “anak” atau

“shoonen” orang yang berumur kurang dari 20 tahun. Sedangkan pengertian

anak yang dapat diajukan ke sidang Pengadilan Keluarga, meliputi:

1) Anak kejahatan (“hanzaishoonen/juvenali offender”), yaitu anak yang

berumur sekurang-kurangnya 14 tahun tidak lebih dari 20 tahun yang

melakukan kejahatan.

2) Anak pelaku pelanggaran hukum (“shokuho oshoonen/children offender”),

yaitu anak yang berumur kurang dari 14 tahun yang melakukan kejahatan.

3) Anak pre-delinquen (“guhan-shoonen/pre-delinquent juvenile”), yaitu anak

yang memiliki kecendenrungan berperilaku nakal, serta dapat dipandang

akan melakukan pelanggaran hukum.

Dalam ketentuan Undang-Undang Anak Jepang, walaupun anak

dibawah 14 tahun dapat diajukan ke Pengadilan Keluarga, namun anak

tersebut tidak dapat dipidana. Menurut Undang-Undang Hukum Pidana

Jepang, orang yang berumur kurang dari 14 tahun dianggap belum mampu

bertanggungjawab atas perbuatannya, sehingga terhadap anak tersebut

diperlakukan secara berbeda dalam peradilan Anak.52

Atas dasar hal itu, agar hakikat hukum pidana anak yang bertujuan

memberikan jaminan perlindungan dapat tercapai, maka penentuan batas

minimum pertanggung jawaban anak yang saat ini berlaku harus dikaji dan

ditinjau kembali sehingga ditetapkan sekurang-kurangnya ssampai usai 12

tahun. Penetapan usia minimum 12 tahun sejalan dengan konsep hukum

Islam, dia tidak dikategorikan Mumayis (anak kecil) namun ia pun belum

dikategorikan balig walaupun sudah memiliki tanda-tanda balig yaitu laki-

laki yang sudah mimpi basah dan wanita sudah haid. Kondisi demikian

masuk kategori remaja yaitu perubahan dari akhir masa anak-anak memasuki

masa dewasa antara usai 12 tahun sampai 21 tahun. Sejalan pula dengan

rancangan sebagaimana ditegaskan pada Pasal 113 konsep KUHP. Batas usia

52

Tatsuya Ota., h., 110-111

Page 63: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

52

minimum 12 tahun diharapkan bisa ditetapkan sebagai perubahan dalam

konsep Hukum Pidana Anak yang baru.

C. Ketentuan Terhadap Anak yang Melakukan Tindak Pidana

Di atas telah disinggung sedikit tentang kenakalan remaja, bahwa

remaja melakukan kenakalan timbul karena dari segi pribadinya mengalami

perkembangan fisik dan perkembangan jiwa. Emosinya belum stabil, mudah

tersinggung dan peka terhadap kritikan, sehingga mempengaruhi dirinya untuk

bertindak yang kadang-kadang tidak umum dan di luar aturan yang berlaku di

masyarakat.

Di samping itu kenakalan remaja juga disebabkan karena pengaruh

lingkungan, terutama lingkungan di luar rumah. Berkumpul dengan teman-

temannya baik teman di sekitar rumah, teman satu sekolah atau teman satu

kelompok. Kalau teman-temannya di lingkungan tersebut berbuat yang tidak

baik, biasanya si anak terpengaruh sikapnya, tanpa menilai terlebih dahulu.

Sikap yang mudah terpengaruh ini tidak terlepas dari perkembangan pibadi

remaja. Pada pertengahan tahun 1980-an dulu ada tari yang berasal dari

kebudayaan asing namanya breakdance, remaja kita cepat sekali terpengaruh

oleh tari tersebut, sampai-sampai ke pelosok desa remajanya ber-breakdance-

ria.

Kenakalan remaja merupakan suatu perbuatan yang dilakukan kaum

remaja yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku di amsyarakat.

Kenakalan remaja dapat dibedakan menjadi kenakalan biasa dan kenakalan

yang merupakan tindak pidana. Kenalakan biasa seperti halnya bermain gitar

dan bernyanyi ramai-ramai di pinggir jalan sampai tengah malam, mencoret-

coret tembok orang, ngebut dengan kendaraan di jalan umum. Sedang

kenakalan remaja yang merupakan tindak pidana, perbuatannya diancam

dengan hukuman pidana, antara lain mencuri ayam tetangga dapat dipidana

berdasarkan Pasal 362 KUHP. memperkosa teman sekolah, diancam Pasal 285

KUHP. membawa senajata penikam atau senjata api, diancam dengan pidana

yang diatur dalam Undang-undang Darurat No. 12 Tahun 1951. Sanksi Pidana

Page 64: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

53

Penjara Dan Sanksi Administrasi Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2012

UU SPPA mengancam sanksi pidana penjara dan sanksi administratif

bagi aparat yang terlibat dalam peradilan pidana Anak. Akan tetapi, setelah

dilakukan judicial review oleh Pengurusa Pusat Ikatan Hakim Indonesia

(IKAHI) maka berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 110/PUU-

X/2012 tanggal 28 Maret 2013 hakikatnya ancaman sanksi pidana penjara bagi

aparat (hakim dan pejabat pengadilan) yang terlibat dalam peradilan pidana

Anak, seperti dalam ketentuan Pasal 96, Pasal 100, Pasal 101 UU SPPA yang

tidak melaksanakan kewajiban Diversi, dengan sengaja tidak mengeluarkan

Anak demi hukum dan memberikan petikan putusan oleh Mahkamah

Konstitusi dinyatakan tindak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dan

bertentangan dengan UUD 1945. Konsekuensi logisnya, bagi penyidik dan

penuntut Umum yang diatur sebagaimana ketentuan Pasal 98, Pasal 99 UU

SPPA yang tidak dilakukan judicial review dan tidak termaktub dalam putusan

tersebut, sanksi pidana penjara tersebut masih tetap berlaku.

Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 110/PUU-X/2012 tanggal

28 Maret 2013, ancaman pidana penjara dan sanksi administratif masih berlaku

sebagaimana ketentuan Pasal 95, Pasal 97, Pasal 98, Pasal 99 UU SPPA.

Ketentuan sanksi pidana penjara sebagaiana ketentuan Pasal 95, Pasal

97, Pasal 98, Pasal 99 UU SPPS dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Setiap orang yang tidak merahasiakan identitas anak, anak kkorban,

dan/atau anak saksi, dalam pemberitaan di media cetak atau elektronik,

dipidana paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

b) Penyidik yang sengaja tidak mengeluarkan demi hukum, anak yang

berakhir jangka waktu penahanannya, dipidana dengan pidana penjara

paling lama 2 (dua) tahun.

c) Penunutut umum yang sengaja tidak mengeluarkan demi hukum, anak

yang telah berakhir jangka waktu penahannanya, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 2 (dua) tahun.

Page 65: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

54

Ketentuan sanksi administratif diatur dalam Pasal 95 UU SPPA yang

berbunyi:

“Pejabat atau petugas yang melanggar ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 7 ayat (1), pasal 14 ayat (2), pasal 17,

pasal 18, pasal 21 ayat (3), pasal 27 ayat (1) dan ayat (3),

pasal 29 ayat (1), pasal 39, pasal 42 ayat (1) dan ayat (4),

pasal 55 ayat (1), serta pasal 62 dikenai sanksi administratif

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.”

Apabila dijabarkan, sanksi administratif tersebut dapat dikenakan terhadap:

a) Penyidik, penuntut umum, dan hakim yang lalai mengupayakan diversi.

b) Pembimbing kemasyarakatan yang tidak melakukan pendampingan,

pembimbingan, dan atau pengawasan.

c) Penyidik Anak, penuntut umum Anak, dan hakim Anak yang tidak

memeberikan perlindungan khusus bagi anak yang disangka melakukan

tindak pidana dalam situasi darurat.

d) Pembimbing kemasyarakatan, pekerja sosial profesional, tenaga

kesejahteraan sosial, penyidik Anak, penuntut umum Anak, hakim Anak,

dan advokat/ pemberi bantuan hukum lainnya yang tidak memerhatikan

kepentingan terbaik bagi anak dan tidak mengusahakan terpeliharanya

suasana kekeluargaan.

e) Petugas bapas yang tidak melakukan evaluasi perhadap program

pendidikan, pembinaan, dan pembimbingan kepada anak yang mengikuti

program di instansi pemerintah atau LPKS.

f) Penyidik Anak yang tidak meminta pertimbangan atau saran dari

pembimbing kemasyarakatan.

g) Penyidik Anak yang tidak meminta laporan sosial dari pekerja sosial

profesional atau tenaga kesejahteraan sosial.

h) Penyidik Anak yang tidak mengupayakan diversi dalam tenggang waktu 7

(tujuh) dari sejak penyidikan dimulai.

i) Petugas tempat anak ditahan yang tidak segera mengeluarkan anak, yang

telah habis masa penahanannya dari tahanan.

j) Penuntut umum Anak yang tidak mengupayakan diversi dalam tenggang

waktu 7 (tujuh hari) sejak berkas diterima dari penyidik Anak.

Page 66: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

55

k) Penuntut Anak yang tidak menyampaikan berita acara diversi dan

melimpahkan perkara ke pengadilan tidak dilampiri laporan hasil

penelitian masyarakat.

l) Hakim Anak yang tidak memerintahkan orang tua/Wali atau pendamping,

advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya, dan pembimbing

kemasyarakatan untuk mendampingi anak.

m) Pejabat pengadilan yang lalai memberikan petikan putusan pada hari

putusan diucapkan dan atau lalai memberikan salinan putusan dalam

tenggang waktu 5 (lima) hari sejak putusan diucapkan kepada atau advokat

atau pemberi bantuan hukum lainnya, pembimbing kemasyarakatan, dan

penuntut umum Anak.

D. Pengaturan Normatif Sanksi Pidana dalam Kajian Perbandingan

1. Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

a. Pidana Pokok

1) Pidana Peringatan

Pidana peringatan diatur dalam Pasal 72 UU SPPA. Pada

ketentuan tersebut tidak diatur tentang pengertian pidana peringatan,

juga tidak diatur dan dijelaskan mengapa peringatan dimasukkan

kualifikasi sebagai pidana dan bukan sebagai tindakan. Dalam

ketentuan Pasal 72 UU SPPA ditentukan bahwa, pidana peringatan

merupakan pidana ringan yang tidak mengakibatkan pembatasan

kebebasan Anak. Pidana peringatan tidak dapat dijatuhkan kepada

Anak yang tidak dapat dijatuhkan kepada Anak yang belum berumur

14 (Empat belas) tahun. Dikaji dari perspektif UU SPPA yang

mengedepankan perlindungan kepentingan tarbaik bagi Anak sebagai

penerus bangsa, seyogyanya pidana peringatan bukanlah sebagai

“pidana”, melainkan lebih tepat sebagai “tindakan”.

Pada hakikatnya, pidana peringatan dalam UU SPPA

penjabarannya dalam bentuk peraturan pelaksanaan in casu Peraturan

Pemerintah belum terbit. Akan tetapi, pidana peringatan dalam

Page 67: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

56

Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Peraturan Pelaksanaan Atas

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak (selanjutnya disingkat RPP UU SPPA) sebagai ius

constituendum diatur dalam Bab V tentang Bentuk dan Tata Cara

Pelaksanaan Pidana Bagian Ketiga Paragraf 1 tentang Pidana

Peringatan pada Pasal 99 dan 100.

2) Pidana dengan Syarat

Ketentuan pidana dengan syarat Pasal 71 ayat (1) huruf b UU

SPPA ini hakikatnya telah dikenal dalam KUHP Indonesia. Pidana

dengan syarat ini dikenal sebagai pidana percobaan (voordardelijke

verordering), sebagaimana ketentuan Pasal 14 a sampai dengan f

KUHP. Pada UU SPPA, pidana dengan syarat ini dilakukan melalui

pembinaan di luar lembaga, pelayanan masyarakat, atau

pengawasan. Kemudian, berdasarkan ketentuan Pasal 73 UU SPPA

ditentukan tentang pidana dengan syarat yaitu, yaitu:

(1) Pidana dengan syarat dapat dijatuhkan Hakim dalam hal pidana

penjara yang dijatuhkan paling lama 2 (dua) tahun.

(2) Dalam putusan pengadilan mengenai pidana dengan syarat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan syarat umum

dan syarat khusus.

(3) Syarat umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah Anak

tidak akan melakukan tindak pidana lagi selama menjalani masa

pidana dengan syarat.

(4) Syarat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah untuk

melakukan atau tidak melakukan hal tertentu yang diterapkan

dalam putsan hakim dengan tetap memperhatikan kebebasan

Anak.

(5) Masa pidana dengan syarat khusus lebih lama daripada masa

pidana dengan syarat umum.

(6) Jangka waktu masa pidana dengan syarat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) paling lama 3 (tiga) tahun.

Page 68: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

57

(7) Selama menjalin masa pidana dengan syarat, penuntut Umum

melakukan pengawasan dan pembimbing kemasyarakatan

melakukan pembimbingan agar Anak menempati persyaratan

yang telah ditetapkan.

(8) Selama anak menjalani pidana dengan syarat sebagaimana

dimaksud pada ayat (7), Anak harus mengikuti wajib belajar 9

(sembilan) tahun.

Apabila dijabarkan lebih intens ketentuan pidana dengan syarat

sebagaiman ketentuan Pasal 73 UU SPPA menentukan beberapa

dimensi, yaitu:

(1) Pidana dengan syarat dapat dijatuhkan apabila hakim Anak

menjatuhkan pidana penjara tidak lebih dari 2 (dua) tahun.

Pidana dengan syarat harus memenuhi syarat umum yaitu tidak

akan melakukan tindak pidana lagi, terhadap tindak pidana

apapun selama menjalani masa pidana dengan syarat. Kemudian

syarat khusus yaitu untuk melakukan atau tidak melakukan hal

tertentu yang ditetapkan dalam putusan hakim Anak. Syarat

khusus harus tetap memperhatikan kebebasan Anak. Tegasnya,

syarat khusus tersebut tidak boleh bertentangan dengan

kebebasan Anak, termasuk untuk kebebasan beragama (pasal 73

angka (4) UU SPPA jo Pasal 14e ayat (3) KUHP).

(2) Jangka waktu batas maksimal masa pidana dengan syarat adalah

3 (tiga) tahun (pasal 73 ayat (6) UU SPPA). Pasal ini tidak

menentukan secara spesifik dan khusus apabila tenggang waktu

tersebut dimaksudkan untuk masa pidana dengan syarat umum

dan syarat khusus. Konsekuensi logisnya, tentu harus

diinteprasikan sebagai masa pidana dengan syarat khusus,

mengingat masa pidana dengan syarat khusus, mengingat masa

pidana dengan syarat khusus tersebut sebagai masa pidana yang

lebih lama dengan syarat umum (Pasal 73 ayat (5) UU SPPA),

Page 69: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

58

sehingga konsekuensi logisnya masa pidana dengan syarat

umum ditafsirkan harus lebih rendah dari 3 (tiga) tahun.

(3) Pengawasan pidana dengan syarat dilakukan penuntut umum

Anak, sehingga apabila terjadi kegagalan dalam memenuhi

syarat umum dan syarat khusus, penuntut umum Anak

berkewajiban meminta Hakin Anak yang mamutus perkara pada

tingkat pertama untuk memerintahkan agar pidana yang telah

dijatuhkan putusan terdahulu harus dijalankan (Pasal 14 KUHP).

Oleh karena itu, seorang Anak dianggap telah gagal memenuhi

syarat umum, jikalau Anak tersebut telah terbukti melakukan

tindak pidana dalam masa pidana yang dengan syarat umum dan

hal tersebut dibuktikan berdasarkan putusan pengadilan yang

telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde).

Kemudian seorang Anak dianggap telah gagal memenuhi syarat

khusus apabila Anak tersebut telah terbukti tidak memenuhi

syarat khusus, dan hal ini dibuktikan dengan putusan hakim

Anak. Berikutnya, untuk membantu Anak dalam memenuhi

syarat umum dan syarat khusus maka undnag-undang

mewajibkan kepada pembimbing kemsyarakatan sebagai pihak

yang berkewajiban untuk membantu akan memenuhi syarat

umum dan syarat khusus (Pasal 73 ayat (7) UU SPPA).

(4) Masa pidana dengan syarat dapat melapaui batas usia Anak

yaitu 18 (delapan belas) tahun, dan apabila Anak gagal

memenuhi syarat umum dan syarat khusus, konsekuensinya

pidana dilaksanakan sesuai ketentuan Pasal 86 UU SPPS, yaitu:

a) Anak yang belum selesai menjalani pidana di LPKA dan

telah mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dipindahkan

ke lembaga pemsayarakatan pemuda.

b) Dalam hal Anak telah mencapai umur 21 (sua puluh satu)

tahun, tetapi belum selesai menjalani pidana, Anak

Page 70: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

59

dipindahkan ke lembaga pemsayarakatan dewasa dengan

memperhatikan kesinambungan pembinaan Anak.

c) Dalam hal tidak terdapat lembaga pemsayarakatan pemuda,

kepala LPKA dapat memindahkan Anak sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ke lembaga

pemasyaratan dewasa berdasarkan rekomendasi dari

pembimbing kemsyarakatan.

Dalam UU SPPA, terhadap Anak yang dijatuhka pidana

dengan syarat, diwajibkan pula untuk dikenakan salah satu 3 (tiga)

kemungkinan pembinaan.

Pertama, pembinaan diluar lemabag. Konteks ini dapat

berupa mengikuti program pembimbingan dan penyuluhan yang

dilakukan oleh pejabat pembina, mengikuti terapi dirumah sakit

jiwa dan mengikuti terapi akibat penyalahgunaan alkohol,

narkotika, psikotropika, dan adiktif lainnya. Masa pembinaan di

luar lembaga dapat diperpanjang selama 2 (dua) kali masa

pembinaan yang belum dijalani, dalam hal tidak dipenuhinya syarat

khusus sebagaiman ketentuan Padal 73 ayat (4) UU SPPA, dan

oleh karena itu masa pembinaan di luar lembaga tidak dapat

melebihi batas 3 (tiga) tahun, yang merupakan maksimal dari masa

pidana dengan syarat.

Kedua, pidana pelayanan masyarakat. Konteks pidana ini

diartikan untuk mendidik Anak mengingatkan kepeduliannya pada

kegiatan kemasyarakatan yang positif. Kegiatan tersebut dapat

berupa kegiatan membantu pekerjaan di lembaga pemerintah atau

lembaga kesejahteraan sosial. Bentuk pelayanan masyarakat

misalnya berupa membantu lansia, orang cacat atau anak yatim

piatu di panti dan membantu administrasi ringan di kantor

kelurahan (penjelasan Pasal 76 UU SPPA). Kemudian pidana

pelayanan masyarakat dijatuhkan untuk paling singkat 7 (tujuh)

jam dan paling lama 120 (seratus dua puluh) jam, dan dapat

Page 71: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

60

diulang baik seluruhnya maupun sebagian dalam hal Anak tidak

memenuhi seluruh atau sebagian kewajiban (Pasal 76 ayat (3) UU

SPPA). Kemudain teknis dan kondisi Anak ketika melakukan

pelayanan masyarakat, dapat dilihat sebagaimana ketentuan Pasal

109 RPP UU SPPA yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut:

(1) Selama masa pemidanaan pelayanan masyarakat, Anak tetap

berada dalam lingkungan keluarga, dengan ketentuan segala

persayaratan pembinaan yang telah diputus oleh pengadilan

wajib dilaksanakan oleh Anak dengan pendampingan dari

orang tua/walinya.

(2) Pelaksanaan putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Anak.

(3) Pelayanan masyarakat sebagaiman dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan pada waktu siang hari untuk jangka waktu paling

lama 3 (tiga) jam dala 1 (satu) hari kerja dan tidak boleh

mengganggu hak belajar Anak.

(4) Pembimbing kemsayarakatan wajib melakukan pembimbingan

dan pendampingan dalam pelaksanaan pembinaan pelayanan

masyarakat dengan pengawasan Jaksa Anak.

(5) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan dan hasil

pembinaan Anak.

Ketiga, pidana pengawsan. Ketentuan pasal 77 ayat (1) UU

SPPA menentukan pidana pengawasan hanya dapat dijatuhkan

kepada Anak sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 71 ayat (1)

huruf b angka 3 UU SPPA paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling

lama 2 (dua) tahun. Kemudian Anak ditempatkan di bawah

pengawasan penuntut umum Anak dan dibimbing oleh

Pembimbing Kemasyarakatan. Anak dalam kehidupan sehari-hari

dirumah Anak dan pemberian bimbingan yang dilakukan oleh

Page 72: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

61

Pembimbing Kemsyarakatan (Penjelasan Pasal 77 ayat (1) UU

SPPA).

Kemudian terhadap dimensi pidana pengawasan ini,

ketentuan Pasal 111 dan pasal 112 RPP UU SPPA.

3) Pelatihan Kerja

Ketentuan Pasal 78 UU SPPA menentukan bahwa pidana

pelatihan kerja dilaksanakan di lembaga yang melaksanakan

pelatihan kerja yang sesuai dengan usia Anak. Lembaga yang

imaksud dapat beripa balai latihan kerja, lembaga pendidikan vokasi

yang dilaksanakan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan

pemerintah dibidang ketenagakerjaan, pendidikan atau sosial. Pidana

pelatihan kerja tersebut dikenakan paling singkat 3 (tiga) bulan dan

paling lama 1 (satu) tahun. Untuk ketentuan pasal 71 ayat (1) huruf c

pidana pokok Anak berupa pelatihan kerja dimensinya diatur lebih

lanjut dalam ketentuan Pasal 113, 114 dan 115 RPP UU SPPA.

4) Pembinaan dalam Lembaga

Pembinaan dalam lembaga merupakan bentuk pidana pokok

keempat yang diatur dalam ketentuan Pasal 71 ayat (1) huruf d UU

SPPA, kemudian ketentuan Pasal 80 UU SPPA menentukan, bahwa:

a) Pidana pembinaan di dalam lembaga dilakukan di tempat

pelatihan kerja atau lembaga pembinaan yang diselenggarakan,

baik oleh pemerintah maupun swasta.

b) Pidana pembinaan di dalam lembaga dijatuhkan apabila keadaan

dan perbuatan Anak tidak membahayakan masyarakat.

c) Pembinaan dalam lembaga dilaksanakan paling singkat 3 (tiga)

bulan dan paling lama 24 ( dua puluh empat) bulan.

d) Anak yang telah menjalani ½ (satu persdua) dari lamanya

pembinaan di dalam lembaga dan tidak kurang dari 3 (tiga) bulan

berkelakuan baik berhak mendapatkan pembebasan bersyarat.

Page 73: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

62

Pada hakikatnya, UU SPPA menyebutkan bahwa pembinaan

dalam lembaga dilakukan oleh Lembag Penyelenggara

Kesejahteraan Sosial (LPKS). Kemudian terhadap pembinaan i

dalam lemabag dalam RPP UU SPPA diatur dalam ketentuan Pasal

116 dan 117.

5) Penjara

Pidana penjara adalah pidana pokok kelima dari ketentuan

Pasal 71 ayat (1) huruf e UU SPPA. Pidana penjara merupakan

pidana alternatif terakhir dari UU SPPA yang lebih mengkedepankan

sifat ultimum remedium dari para orimum remedium. Kemudian

ketentuan pidana penjara ini dijabarkan dalam ketentuan Pasal 81

UU SPPA yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut:

a) Anak dijatuhi pidana penjara di LPKA apabila keadaan dan

perbuatan Anak akan membahayakan masyarakat.

b) Pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada kepada Anak paling

lama ½ (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana penjara

bagi orang dewasa.

c) Pembinaan di LPKA dilaksanakan sampai Anak berumur 18

(delapan belas) tahun.

d) Anak yang telah menjalani ½ (datu perdua) dari lamanya

pembinaan di LPKA dan berkelakuan baik berhak mendapatkan

pembebasan bersyarat.

e) Pidana penjara terhadap Anak hanya digunakan sebagai upaya

terakhir.

f) Jika tindak pidana yang dilakukan Anak merupakan tindak pidana

yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur

hidup, pidana yang dijatuhkan adalah pidana penjara paling lama

10 (sepuluh) tahun.

Subsatansi pidana penjara, dengan tolok ukur ketentuan UU

Page 74: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

63

SPPA hanya dapat dijatuhkan dengan syarat, bahwa:

a) Anak telah berusia 14 (empat belas) tahun (pasal 32 ayat (2)

huruf a UU SPPA).

b) Hanya dilakukan dalam hal Anak melakukan tindak pidana berat

atau tindak pidana yang disertai kekerasan (Pasal 79 ayat (1)

SPPA).

c) Keadaan dan perbuatan Anak akan membahayakan masyarakat

(pasal 81 ayat (1) UU SPPA).

d) Maksimum pidana penjara adalah ½ (satu per dua) dari

maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa (Pasal 81

ayat (2) UU SPPA).

e) Jika tindak pidana yang dilakukan Anak diancam dengan

maksimum pidana mati atau seumur hidup, maka maksimum

pidana yang dapat dijatuhkan kepada Anak adalah 10 (sepuluh)

tahun (Pasal 81 ayat (6) UU SPPA).

f) Maksimum khusus pidana penjara tidak berlaku terhadap Anak

(Pasal 79 ayat (3) UU SPPA).

g) Pidana penjara terhadap Anak dilaksanakan di Lembaga

Pembinaan Khusus Anak (LPKA). UU SPPA mewajibkan dalam

tenggang waktu 3 (tiga) tahun sejak undang-undang diberlakukan,

setiap lembaga pemsayarakatan Anak melakukan perubahan

sistem menjadi LPKA. Disamping itu, undang-undnag juga

mewajibkan dalam waktu 5 (lima) tahun sejak doberlakukan

setiap provinsi wajib membangun LPKA (Pasal 105 ayat (1)

huruf e UU SPPA).

Pidana penjara ini, lebih lanjut diatur dalam ketentuan Pasal

118, 119, 120 dan 121 RPP UU SPPA.

E. Diversi

Diversi adalah suatu pengalihan penyelesaian kasus-kasus anak yang

diduga melakukan tindak pidana tertentu dari proses pidana formal ke

Page 75: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

64

penyelesaian damai antara tersangka/terdakwa/pelaku tindak pidana dengan

korban yang difasilitasi oleh keluarga dan/atau masyarakat, Pembimbing

Kemasyarakatan Anak, Polisi, Jaksa dan Hakim.53

Oleh karena itu tidak semua perkara anak yang berkonflik dengan

hukum harus diselesaikan melalui jalur peradilan formal, dan memberikan

alternatif bagi penyelesaian dengan pendekatan keadilan restoratif maka, atas

perkara anak yang berkonflik dengan hukum dapat dilakukan diversi demi

kepentingan terbaik bagi anak dengan mempertimbangkan keadilan bagi

korban.

Pada pembahasan di tingkat Panja, baik pemerintah maupun fraksi-

fraksi masyarakat sepakat dengan ide diversi yang merupakan salah satu

implementasi keadilan restoratif, mulai dari tingkat penyidikan, penuntutatn,

dan pemeriksaan perkara di pengadilan. Hal ini menajdi politik hukum bersama

antara pemerintah dan DPR dalam memebrikan upaya terbaik bagi anak yang

berkonflik dengan hukum.

Pada Pasal 6 UU Sistem Peradilan Pidana Anak, disebutkan tujuan

diversi, yakni antara lain:

a) Mencapai perdamaian antara korban dan anak;

b) Menyelesaikan perkara anak di luar proses peradilan;

c) Menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan;

d) Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi; dan

e) Menanamkan rasa tanggungjawab kepada anak;

Tujuan diversi tersebut merupakan implementasi dari keadilan

restoratif yang berupa mengembalikan pemulihan terhadap sebuah

permasalahan, bukan sebuah pembalsan yang selama ini dikenal dalam hukum

pidana.

Pada rapat panja, berkaitan dengan tyjuan diversi, F-PDIP

mengusulkan penambahan berupa menghindari dan mencegah terjadinya

stigmatisasi yang berimplikasi pada perkembangan anak. Sementara F-

Gerindra mengusulkan penambahan berupa menanamkan kesadaran terhadap

53

Dalam Naskah Akademik RUU Sistem Peradilan Pidana Anak, h., 48

Page 76: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

65

perbuatannya yang salah.54

Usulan tersebut dibawa ke Rapat Timus, yang

kemudian melihat bahwa dua usulan tersebut sudah diakomodir pada tujuan

diversi sebelumnya, sehingga tidak perlu dituliskan kembali.

Diversi wajib diupayakan pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan perkara anak di pengadilan negeri.55

Kata “wajib diupayakan”

mengundang makna bahwa penegak hukum anak dari penyidik, penuntut dan

juga hakim diwajibkan untuk melakukan upaya agar proses diversi bisa

dilaksanakan. Hal inilah yang membuat perdebatan dalam Panja RUU SPPA,

bahwa bagi penegak hukum anak apabila tidak melakukan upaya diversi

haruslah diberikan sanksi.56

Terkait dengan sanksi pidana (Pasal 96) terjadi

perdebatan, di satu pihak yang pro menginginkan agar aparat penegak hukum

harus mampu bertanggung jawab atas tindakannya apabila lalai tidak

melakukan upaya diversi, dipihak yang lain akan mengakibatkan kriminalisasi

terhadap aparat penegak hukum. Hal ini yang mungkin akan di judicial

review, oleh para hakim karena akan mempengaruhi kinerja dia dalam

memeriksa dan memutus perkara.

Kembali pada permasalahan diversi, bahwa kewajiban mengupayakan

diversi dari mulai penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan perkara ank di

pengadilan negeri, dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang dilakukan: (a)

diancam dengan pidana di bawah 7 (tujuh) tahun; dan (b) bukan merupakan

pengulangan tindak pidana.57

Ketentuan ini menjelaskan bahwa anak yang melakukan tindak pidana

yang ancamannya lebih dari 7 (tujuh) tahun dan merupakan sebuah

pengulangan maka tidak wajib diupayakan diversi, hal ini memang penting

mengingat kalau ancaman hukuman lebih dari 7 (tujuh) tahun tergolong pada

tindakan pidana berat, dan merupakan suatu pengulangan, artinya anak pernah

54

Lihat DIM RUU Sistem Peradilan Pidana Anak. 55

Lihat Pasal 7 ayat (1) UU Sistem Peradilan Pidana Anak. 56

Lihat Pasal 95 UU Sistem Peradilan Pidana Anak yang memberikan ancaman sanksi

administratif dan Pasal 96 UU Sistem Peradilan Pidana Anak yang memberikan ancaman pidana

paling lama 2 (dua) tahun penjara atau denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta

rupiah). 57

Lihat Pasal 7bayat (2) UU Sistem Peradilan Pidana Anak.

Page 77: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

66

melakukan tindak pidana baik itu sejenis maupun tidak sejenis termsuk tindak

pidana yang diselesaikan melalui diversi. Pengulangan tindak pidana oleh

anak, menjadi bukti bahwa tujuan diversi tidak tercapai yakni menanamkan

rasa tanggung jawab kepada anak untuk tidak mengulangi perbuatan yang

berupa tindak pidana. Oleh karena itu, upaya diversi terhadapnya bisa saja

tidak wajib diupayakan.

Pada pembahasan di Panja, F-PDIP mendefinisikan tindak pidana berat

bagi anak adalah 5 (lima) tahun. Menurut F-PDIP pidana penjara paling lama

7 (tujuh) tahun sangat lama dalam ukuran seorang anak, karena dapat

mengganggu pertumbuhan fisik anak. Setelah dijelaskan bahwa ukuran

ancaman pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun sesuai dengan ketentuan

pidana, apalagi menyangkut ancaman pidana bagi anak, maka ancaman pidana

paling lama 7 (tujuh) tahun lebih menguntungkan bagi anak, maka disepakati

sesuai dengan usulan pemerintah.

Sementara itu, dalam DIM (Daftar Inventarisasi Masalah), sesuai

dengan arahan penulis, F-PKS berpandangan bahwa tindak pidana yang

dilakukan diversi nailai perkaranya bisa dikesampingkan karena lasan

keadilan restoratif, misalnya kasus Raju yang pernah mengemuka, dan kasus

anak-anak yang mencuri voucher Rp. 10.000,. tetapi dipidana selama 7 (tujuh)

tahun, ini tidak mencerminkan keadilan restoratif. Usulan ini menegaskan

bahwa F-PKS berpandangan bahwa anak yang berkonflik dengan hukum

wajib diupayakan diversi berapa pun ancaman hukumannya atau juga

merupakan pengulangan tindak pidana.

Usulan F-PKS tersebut rupanya tidak bisa diterima oleh kebanyakan

fraksi dan juga dari pemerintah, dengan alasan bahwa dalam sistem

pemidanaan pemberian efek jera harus tetap ada, sehingga harus ada batasan

yang jelas ukuran diberikan diversi.

Proses diversi dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan anak

dan orang tua/walinya, korban dan/atau orang tua/walinya, Pembimbing

Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional berdasarkan pendekatan

Page 78: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

67

keadilan restoratif.58

Selain itu juga, dalam hal diperlukan, musyawarah

tersebut juga dapat melibatkan Tenaga Kesejahteraan Sosial, dan/atau

masyarakat.59

Peoses diversi sendiri wajib memperhatikan:60

a) Kepentingan korban;

b) Kesejahteraan dan tanggung jawab anak;

c) Penghindaran stigma negatif;

d) Penghindaran pembalasan;

e) Keharmonisan masyarakat; dan

f) Kepatutan, kesusilaan, dan ketertiban umum.

Pada proses penegak hukum pidana anak, maka aparat baik itu

penyidik, penuntut umum, dan hakim dalam melakukan diversi harus

mempertimbangkan kategori tindak pidana, umur anak, hasil penelitian,

kemasyarakatan dari Bapas dan dukungan lingkungan keluarga dan

masyarakat.61

Kesepakatan diversi harus mendapatkan persetujuan korban dan/atau

keluarga anak korban serta kesediaan anak dan keluarganya. Hal ini

mengindikasikan bahwa harus ada keaktifan dari korban dan keluarganya

dalam proses diversi, agar proses pemulihan keadaan dapat tercapai sesuai

dengan keadilan restoratif. Kesepakatan diversi tersebut dapat dikecualikan

untuk (a) tindak pidana berupa pelanggaran, (b) tindak pidana ringan, (c)

tindak pidana tanpa korban, dan (d) nilai kerugian korban tidak lebih dari

nilau upah minimum provinsi setempat.62

Bentuk-bentuk hasil kesepakatan diversi antara lain berupa:63

a) Perdamaian dengan atau tanpa ganti kerugian;

b) Penyerahan kembali kepada orang tua/wali;

58

Lihat Pasal 8 ayat (1) UU Sistem Peradilan Pidana Anak. 59

Lihat Pasal 8 ayat (2) UU Sistem Peradilan Pidana Anak. 60

Lihat Pasal 8 ayat (3) UU Sistem Peradilan Pidana Anak. 61

Lihat Pasal 9 ayat (1) UU Sistem Peradilan Pidana Anak. 62

Pasal 9 ayat (2) UU Sistem Peradilan Pidana Anak. 63

Pasal 11 UU Sistem Peradilan Pidana Anak.

Page 79: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

68

c) Keikutsertaan dalam pendidikan atau pelatihan di lembaga pedidikan atau

LPKS paling lama 3 (tiga) bulan;atau

d) Pelayanan masyarakat.

Hasil kesepakatan tersebut dituangkan dalam bentuk kesepakatan

diversi. Apabila proses diversi tidak menghasilkan kesepakatan atau tidak

dilaksanakan, maka proses peradilan pidana anak dilanjutkan untuk setiap

tingkatannya.64

Berkaitan dengan Hukum Acara Peradilan Pidana Anak akan

dibahas dalam bab tersendiri.

1. Pidana dan Tindakan

Pada pasal 71 UU Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) ini

ditentukan bahwa pidana pokok bagi anak terdiri atas:

a) Pidana peringatan, yakni pidana ringan yang tidak mengakibatkan

pembatasan kebebasan kebebasan anak;

b) Pidana dengan syarat:

1) Pembinaan di luar lembaga;

2) Pelayanan masyarakat; atau

3) Pengawasan;

c) Pelatihan kerja;

d) Pembinaan dalam lembaga; dan

e) Penjara.

Selain itu juga terdapat pidana tambanahan tang terdiri atas

perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana atau

pemenuhan kewajiban adat. Apabila dalam hukum materiil diancam

pidana kumulatif berupa penjara dan denda, pidana denda diganti dengan

pelatihan kerja. Hal yang ditekankan juga bahwa pidana yang dijatuhkan

kepada anak dilarang melanggar harkat dan mertabat anak.

Agar dijatuhi pidana di Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak

(LPKA) apabila keadaan dan perbuatan anak akan membahayakan

64

Pasal 13 UU Sistem Peradilan Pidana Anak.

Page 80: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

69

masyarakat. Pidana penjara terhadap anak ini hanya digunakan sebagai

upaya terakhir. Adapun pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak

paling lama ½ (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi

orang dewasa. Untuk pembinaan di LPKA dilaksanakan sampai anak

berumur 18 (delapan belas) tahun. Sementara itu, jika tindak pidana yang

dilakukan anak merupakan tindak pidana yang diancam dengan pidana

mati atau pidana penjara seumur hidup, pidana yang dijatuhkan adalah

pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun.

Sementara itu, untuk tindakan kepada anak meliputi:

a) Pengembalian kepada orang tua/wali;

b) Penyerahan kepada seseorang;

c) Perawatan di rumah sakit jiwa;

d) Perawatan di LPKS;

e) Kewajiban mengikuti pendidikan formal dan/atau pelatihan yang

diadakan oleh pemerintah atau bawan swasta;

f) Pencabutan surat izin mengemudi; dan/atau

g) Perbaikan akibat tindak pidana;

Tindakan tersebut dapat diajukan oleh Penuntut Umum dalam

tuntutannya, kecuali tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling

singkat 7 (tujuh) tahun. Dalam UU Sistem Peradilan Pidana Anak ini

ditentukan bahwa anak yang belum berusia 14 (empat belas) tahun hanya

dapat dikenai tindakan.65

65

Lihat Pasal 69 ayat (2) UU Sistem Peradilan Pidana Anak.

Page 81: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

70

BAB IV

PENERAPAN HUKUM DAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM

MEMUTUS PERKARA NOMOR 14/PID.SUS.ANAK/2015/PN.BKS.

A. Penerapan hukum dalam perkara Nomor

14/PID.Sus.Anak/2015/PN.Bks.

1. Dakwaan jaksa penuntut umum

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal

363 ayat (1) ke-4 KUHP jo. Pasal 53 ayat (1) KUHP Menimbang, bahwa

terhadap dakwaan Penuntut Umum, Penasehat Hukum Terdakwa tidak

mengajukan keberatan / Eksepsi; Menimbang, bahwa telah didengar

keterangan Pembimbing Kemasyarakatan dari BAPAS Bogor yang

bernama SUPRIATA NIP. 19610126 198303 1 001 yang pada pokoknya :

Hakim dalam memutuskan perkara ini, Pembimbing Kemasyarakatn (PK)

menyarankan agar klien atas nama Riki Nur Alvian Alias Riki Bin Rinan

agar diputus pidana seringan-ringannya, mengacu kepada Undang Undang

RI No. 11 Tahun 2012 tentang Pengadilan Anak Pasal 29 ayat (1) dan UU

RI No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, sehingga Klien bisa

menjadi warga Negara yang baik dikemudian hari.

2. Analisis penulis terhadap penerapan hukum jaksa penuntut

umum

Penerapan hukum dalam putusan dalam menjerat terdakwa adalah

dengan menerapkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang

Sistem Peradilan Pidana Anak dalam penerapan tersebut jaksa penuntut

umum melihat kronologi yang terjadi dalam peristiwa tersebut. Bahwa

Terdakwa telah didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum dengan dakwaan

Tunggal sebagaimana diatur dalam Pasal 363 ayat (1) ke- 4 KUHP jo.

Pasal 53 ayat (1) KUHP yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:

Pertama, unsur barang siapa, bahwa yang dimaksud “barang siapa”

tersebut adalah menunjuk kepada orang sebagai subyek hukum yang

mampu bertanggung jawab atas setiap perbuatannya, dalam hal ini subyek

Page 82: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

71

hukum dimaksud adalah Terdakwa dengan identitas nya sebagaimana

disebutkan didalam dakwaan Penuntut Umum; Menimbang, bahwa

dipersidangan Terdakwa tidak membantah identitas tersebut, Terdakwa

juga dapat menjawab setiap pertanyaan diajukan dipersidangan, sehingga

dapat disimpulkan Terdakwa mampu bertanggung jawab atas setiap

perbuatannya ; Berdasarkan fakta tersebut maka unsur barang siapa telah

terpenuhi.

Kedua, unsur mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau

sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara

melawan hukum, bahwa berdasarkan fakta yang terungkap

dipersidangan,bahwa pada hari Senin tanggal 23 Pebruari 2015 sekira jam.

21.00 Wib, bertempat di Perum Pondok Ungu Permai Blok AL 16/04 RT.

005/011 Kelurahan Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi,

terdakwa telah mengambil sesuatu barang berupa 1 (satu) Unit sepeda

motor merk Honda Vario warna Hitam tahun 2013 No. Pol. B-3142-FLS

yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan MUHAMAD DESTIO

SUGIATO, mengambil sepeda motor tersebut dengan cara PUDIK alias

ERIK masuk keteras rumah dan menuju sepeda motor, lalu PUDIK alias

ERIK berdiri disamping sepada motor sambil memegang kunci letter T

kemudian merusak kontak sepeda motor namun saat PUDIK alias ERIK

sedang merusak kunci kontak sepeda motor yang akan diambil datanglah

saksi korban MUHAMAD DESTIO SUGIARTO meneriaki PUDIK alias

ERIK karena panik kemudian PUDIK alias ERIK yang belum sempat

mengambil sepeda motor langsung kabur; Berdasarkan fakta tersebut

maka unsur mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian

kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan

hukum telah terpenuhi.

Berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan, bahwa PUDIK

alias ERIK pada hari telah mencoba mengambil 1 (satu) Unit sepeda

motor merk Honda Vario warna Hitam tahun 2013 No. Pol. B-3142-FLS

yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan MUHAMAD DESTIO

Page 83: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

72

SUGIATO yang diletakkan di teras rumah yang berada dalam pekarangan

tertutup yang dilakukan PUDIK alias ERIK dengan cara merusak kontak

sepeda motor dengan menggunakan kunci letter T, pada saat PUDIK alias

ERIK sedang merusak kunci kontak sepeda motor yang akan diambil

datanglah saksi korban MUHAMAD DESTIO SUGIARTO meneriaki

PUDIK alias ERIK karena panik kemudian PUDIK alias ERIK yang

belum sempat mengambil sepeda motor langsung kabur melewati

terdakwa sedangkan saksi korban MUHAMAD DESTIO SUGIARTO

yang berada dibelakang PUDIK alias ERIK melihat terdakwa sedang

menunggu di sepada motor dan berusaha kabur namun terdakwa berhasil

ditangkap dan diamankan ke Polsek Babelan guna di proses lebih lanjut;

Berdasarkan fakta tersebut maka unsur pada waktu malam dalam sebuah

rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya telah terpenuhi.

Ketiga, unsur dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-

sama, bahwa berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan bahwa pada

saat untuk mengambil sepeda motor tersebut dimana terdakwa bertugas

menunggu diujung gang dekat rumah saksi korban untuk mengawasi

sedangkan PUDIK alias ERIK bertugas mengambil sepeda motor tersebut

dengan cara PUDIK alias ERIK masuk keteras rumah dan menuju sepeda

motor, lalu PUDIK alias ERIK berdiri disamping sepada motor sambil

memegang kunci letter T kemudian merusak kontak sepeda motor namun

saat PUDIK alias ERIK sedang merusak kunci kontak sepeda motor yang

akan diambil datanglah saksi korban MUHAMAD DESTIO SUGIARTO

meneriaki PUDIK alias ERIK karena panik kemudian PUDIK alias ERIK

yang belum sempat mengambil sepeda motor langsung kabur melewati

terdakwa sedangkan saksi korban MUHAMAD DESTIO SUGIARTO

yang berada dibelakang PUDIK alias ERIK melihat terdakwa sedang

menunggu di sepada motor dan berusaha kabur namun terdakwa berhasil

ditangkap Berdasarkan fakta tersebut maka unsur dilakukan oleh dua

orang atau lebih secara bersama-sama telah terpenuhi.

Keempat, unsur Jika niat untuk itu telah nyata dari adanya

Page 84: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

73

permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan

semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri, Bahwa berdasarkan

fakta yang terungkap dipersidangan bahwa pada saat mengambil sepeda

motor tersebut dengan cara PUDIK alias ERIK masuk keteras rumah dan

menuju sepeda motor, lalu PUDIK alias ERIK berdiri disamping sepada

motor sambil memegang kunci letter T kemudian merusak kontak sepeda

motor namun saat PUDIK alias ERIK sedang merusak kunci kontak

sepeda motor yang akan diambil datanglah saksi korban MUHAMAD

DESTIO SUGIARTO meneriaki PUDIK alias ERIK karena panik

kemudian PUDIK alias ERIK yang belum sempat mengambil sepeda

motor langsung kabur melewati terdakwa sedangkan saksi korban

MUHAMAD DESTIO SUGIARTO yang berada dibelakang PUDIK alias

ERIK melihat terdakwa sedang menunggu di sepada motor. Oleh karena

itu perbuatan terdakwa mengambil barang berupa sepeda motor tersebut

tidak jadi selesai karena perbuatan terdakwa telah diketahui saksi

MUHAMAD DESTIO SUGIARTO ; Berdasarkan fakta tersebut maka

unsur Jika niat untuk itu telah nyata dari adanya permulaan pelaksanaan,

dan tidak selesainya pelaksanaan iu, bukan semata-mata disebabkan

karena kehendaknya sendiri telah terpenuhi.

Dari penjabaran diatas, penulis sependapat dengan apa yang telah

diterapkan oleh jaksa penuntut dalam menerapkan pasal percobaan

pencurian tersebut. Hal tersebut penulis nilai sesuai dengan judex facti

sebagaimana keterangan yang didapat dari BAP yang digunakan sebagai

dasar penuntutan oleh jaksa penuntut umum.

B. Pertimbangan Hakim dalam perkara Nomor

14/PID.Sus.Anak/2015/PN.Bks.

1. Kronologi Kasus

Bahwa terdakwa Riki Nur Alvian Alias Riki Bin Rinan dan PUDIK

Alias ERIK (masih dalam pencarian) pada hari Senin tanggal 23 Pebruari

2015 sekira jam. 21.00 Wib atau pada waktu lain dalam bulan Pebruari

Page 85: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

74

2015 atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam tahun 2015, bertempat

di Perum Pondok Ungu Permai Blok AL 16/04 RT. 005/011 Kelurahan

Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi atau setidak-tidaknya pada

suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan

Negeri Bekasi, yang memeriksa dan mengadili perkara ini, telah

mengambil sesuatu barang berupa 1 (satu) Unit sepeda motor merk Honda

Vario warna Hitam tahun 2013 No. Pol. B-3142-FLS yang seluruhnya atau

sebagian adalah kepunyaan MUHAMAD DESTIO SUGIATO atau setidak

tidaknya milik orang lain selain terdakwa dengan maksud untuk dimiliki

barang itu dengan melawan hukum, dilakukan oleh dua orang bersama-

sama atau lebih, dan jika niat itu untuk itu telah ternyata dari adanya

permulaan pelaksanaan dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan

semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri. Perbuatan tersebut

dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut:

Pada awalnya Terdakwa dan PUDIK Alias ERIK sepakat untuk

mencari sepeda motor yang dapat diambil dengan melawan hukum. Lalu

pada saat terdakwa dan PUDIK Alias ERIK melintasi Perum Pondok Ungu

Permai Blok AL 16/04 RT. 005/011 Kelurahan Bahagia Kecamatan

Babelan Kabupaten Bekasi, terdakwa dan PUDIK Alias ERIK melihat ada

1 (satu) unit sepeda motor merk Honda Vario milik MUHAMAD DESTIO

SUGIARTO yang sedang terparkir di teras rumah dalam keadaan kunci

stang, kemudian timbul niat terdakwa dan PUDIK alias ERIK untuk

mengambil sepeda motor tersebut dimana terdakwa bertugas menunggu

diujung gang dekat rumah MUHAMAD untuk mengawasi sedangkan

PUDIK alias ERIK bertugas mengambil sepeda motor tersebut dengan

cara PUDIK alias ERIK masuk keteras rumah dan menuju sepeda motor,

lalu PUDIK alias ERIK berdiri disamping sepada motor sambil memegang

kunci letter T kemudian merusak kontak sepeda motor namun saat PUDIK

alias ERIK sedang merusak kunci kontak sepeda motor yang akan diambil

datanglah MUHAMAD DESTIO SUGIARTO meneriaki PUDIK alias

ERIK karena panik kemudian PUDIK alias ERIK yang belum sempat

Page 86: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

75

mengambil sepeda motor langsung kabur melewati terdakwa sedangkan

MUHAMAD DESTIO SUGIARTO yang berada dibelakang PUDIK alias

ERIK melihat terdakwa sedang menunggu di sepada motor dan berusaha

kabur namun terdakwa berhasil ditangkap dan diamankan ke Polsek

Babelan guna di proses lebih lanjut.

1. PERTIMBANGAN HAKIM

a. Tuntutan oleh Penuntut Umum

1. Menyatakan terdakwa RIKI NUR ALVIAN Alias RIKI Bin

RINAN terbukti secara sa h dan meyakinkan telah bersalah

melakukan tindak pidana ”Percobaan Pencurian dengan

Pemberatan” sebagaimana dimaksud dalam Pasal 363 ayat (1) ke-5

KUHP jo. Pasal 53 ayat (1) KUHP;

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa RIKI NUR ALVIAN

Alias RIKI Bin RINAN selama: 5 (lima) bulan dikurangi selama

terdakwa dalam tahanan sementara;

3. Menetapkan barang bukti berupa :

- 1 (satu) Unit sepeda motor merk Honda NC12A1CF A/T

(Vario 125) warna Hitam tahun 2013 No. Pol. B-3142-FLS

Noka : MH1JFB11XDK499304, Nosin : JFB1E1499472;

- 1 (satu) buah STNK asli sepeda motor merk Honda

NC12A1CF A/T (Vario 125) warna Hitam tahun 2013 No. Pol.

B-3142-FLS Noka : MH1JFB11XDK499304, Nosin :

JFB1E1499472 atas nama TIO AUZAN HAWALI alamat Pd.

Ungu Permai Blok AL-16/4 RT.5/11 Bahagia Babelan

Kabupaten Bekasi, Agar dikembalikan kepada TIO AUZAN

HAWALI

- 1 (satu) Unit sepeda motor merk Honda VARIO warna Putih

Biru No. Pol. B-3336-UCW Agar dirampas untuk Negara ;

4. Menetapkan terdakwa supaya dibebani membayar biaya perkara

sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah)

Page 87: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

76

b. Keterangan Saksi-Saksi

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum

telah mengajukan saksi-saksi sebagai berikut :

a. Saksi MUHAMAD DESTIO SUGIARTO, dibawah sumpah/janji pada

pokoknya menerangkan sebagai berikut:

1) Bahwa saksi tidak kenal dengan terdakwa, tidak ada hubungan

keluarga dengan terdakwa.

2) Bahwa pada hari Senin tanggal 23 Pebruari 2015 sekira jam. 21.00

Wib, bertempat di Perum Pondok Ungu Permai Blok AL 16/04 RT.

005/011 Kelurahan Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi,

telah mengambil sesuatu barang berupa 1 (satu) Unit sepeda motor

merk Honda Vario warna Hitam tahun 2013 No. Pol. B-3142-FLS

yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan MUHAMAD

DESTIO SUGIATO.

3) Bahwa saksi mengetahui ada kejadian tersebut akan keluar dari

dalam rumah saksi, kemudian saksi melihat ada seorang laki-laki

berada diteras rumah sedang berdiri disamping sepeda motor Honda

Vario Techno 125 milik saksi, saksi melihat orang tersebut

memegang besi seperti kunci letter T yang akan dipergunakan untuk

merusak kinci kontak, kemudian saksi berkata ”Ngapain kamu

disitu” dijawab olah orang tersebut ”saya mau mencari teman saya”

saksi berkata ”kamu mau mencuri motor saya” kemudian orang

tersebut melarikan diri dan saksi mengejar orang tersebut sambil

berteriak ”maling” dan warga sekitar keluar rumah mengejar laki-

laki tersebut.

4) Bahwa pada waktu di ujung gang saksi melihat seorang laki-laki

sedang memegang sepeda motor, kemudian saksi berkata ”kamu

teman yang akan mengabil motor saya” orang tersebut melarikan diri

Page 88: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

77

sambil menuntun sepada motor, kemudian orang tersebut dapat

ditangkap oleh warga kemudian diamankan ke kantor RW;

Atas keterangan saksi, terdakwa membenarkan.

b. Saksi AGUS SALIM, dibawah sumpah/janji pada pokoknya

menerangkan sebagai berikut:

a. Bahwa saksi tidak kenal dengan terdakwa, tidak ada hubungan

keluarga dengan terdakwa.

b. Bahwa pada hari Senin tanggal 23 Pebruari 2015 sekira jam. 21.00

WIB, bertempat di Perum Pondok Ungu Permai Blok AL 16/04 RT.

005/011 Kelurahan Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi,

telah mengambil sesuatu barang berupa 1 (satu) Unit sepeda motor

merk Honda Vario warna Hitam tahun 2013 No. Pol. B-3142-FLS

yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan MUHAMAD

DESTIO SUGIATO.

c. Bahwa saksi mengetahui ada kejadian tersebut akan keluar dari

dalam rumah saksi, kemudian saksi melihat ada seorang laki-laki

berada diteras rumah sedang berdiri disamping sepeda motor Honda

Vario Techno 125 milik saksi, saksi melihat orang tersebut

memegang besi seperti kunci letter T yang akan dipergunakan untuk

merusak kinci kontak, kemudian saksi berkata ”Ngapain kamu

disitu” dijawab olah orang tersebut ”saya mau mencari teman saya”

saksi berkata ”kamu mau mencuri motor saya” kemudian orang

tersebut melarikan diri dan saksi mengejar orang tersebut sambil

berteriak ”maling” dan warga sekitar keluar rumah mengejar laki-

laki tersebut.

d. Bahwa pada waktu di ujung gang saksi melihat seorang laki-laki

sedang memegang sepeda motor, kemudian saksi berkata ”kamu

teman yang akan mengabil motor saya” orang tersebut melarikan diri

sambil menuntun sepada motor, kemudian orang tersebut dapat

ditangkap oleh warga kemudian diamankan ke kantor RW.

Atas keterangan saksi, terdakwa membenarkan.

Page 89: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

78

c. Saksi Taskim Bin Warkin (Alm), dibawah sumpah/janji pada pokoknya

menerangkan sebagai berikut:

1) Bahwa saksi tidak kenal dengan terdakwa, tidak ada hubungan

keluarga dengan terdakwa.

2) Bahwa pada hari Senin tanggal 23 Pebruari 2015 sekira jam. 21.00

Wib, bertempat di Perum Pondok Ungu Permai Blok AL 16/04 RT.

005/011 Kelurahan Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi,

ada pencurian 1 (satu) Unit sepeda motor merk Honda Vario warna

Hitam tahun 2013 No. Pol. B-3142-FLS yang seluruhnya atau

sebagian adalah kepunyaan MUHAMAD DESTIO SUGIATO.

3) Bahwa pada awalnya saksi sedang bertugas sebagai petugas

keamanan /Security Rw.012 sedang berkeliling/berpatroli melihat 2

(dua) lali-laki mengendari sepeda motor Honda Vario warna putih

biru melintas masuk kewilayah RW.012, saksi mengira bahwa kedua

orang tersebut adalah tamu warga RW. 012.

4) Bahwa kemudian saksi mendapat informasi dari warga, bahwa warga

telah mengamankan seorang laki-laki di kantor RW yang diduga

telah melakukan Percobaan Pencurian, setelah sampai di kantor RW

saksi melihat seorang lakilaki yang melintas masuk ke Perumhanan

RW.012 dan melihat sepeda motor Honda Vario warna putih biru

tersebut, dan telah diamankan ke kantor RW; Atas keterangan saksi,

terdakwa membenarkan.

d. Kesaksian Terdakwa dipersidangan telah memberikan keterangan yang

pada pokoknya sebagai berikut:

1) Bahwa pada hari Senin tanggal 23 Pebruari 2015 sekira jam. 21.00

Wib, bertempat di Perum Pondok Ungu Permai Blok AL 16/04 RT.

005/011 Kelurahan Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi,

telah mengambil sesuatu barang berupa 1 (satu) Unit sepeda motor

merk Honda Vario warna Hitam tahun 2013 No. Pol. B-3142-FLS

yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan MUHAMAD

DESTIO SUGIATO.

Page 90: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

79

2) Bahwa pada awalnya Terdakwa dan PUDIK Alias ERIK sepakat

untuk mencari sepeda motor yang dapat diambil, pada saat terdakwa

dan PUDIK Alias ERIK melintasi Perum Pondok Ungu Permai Blok

AL 16/04 RT. 005/011 Kelurahan Bahagia Kecamatan Babelan

Kabupaten Bekasi, terdakwa dan PUDIK Alias ERIK melihat ada 1

(satu) unit sepeda motor merk Honda Vario milik yang sedang

terparkir di teras rumah dalam keadaan kunci stang.

3) Bahwa kemudian timbul niat terdakwa dan PUDIK alias ERIK untuk

mengambil sepeda motor tersebut dimana terdakwa bertugas

menunggu diujung gang dekat rumah saksi korban untuk mengawasi

sedangkan PUDIK alias ERIK bertugas mengambil sepeda motor

tersebut dengan cara PUDIK alias ERIK masuk keteras rumah dan

menuju sepeda motor, lalu PUDIK alias ERIK berdiri disamping

sepada motor sambil memegang kunci letter T kemudian merusak

kontak sepeda motor namun saat PUDIK alias ERIK sedang merusak

kunci kontak sepeda motor yang akan diambil datanglah saksi

korban MUHAMAD DESTIO SUGIARTO meneriaki PUDIK alias

ERIK karena panik kemudian PUDIK alias ERIK yang belum

sempat mengambil sepeda motor langsung kabur melewati terdakwa

sedangkan saksi korban MUHAMAD DESTIO SUGIARTO yang

berada dibelakang PUDIK alias ERIK melihat terdakwa sedang

menunggu di sepada motor dan berusaha kabur namun terdakwa

berhasil ditangkap dan diamankan ke Polsek Babelan guna di proses

lebih lanjut.

Menimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut

Umum dengan dakwaan Tunggal sebagaimana diatur dalam Pasal

363 ayat (1) ke- 4 KUHP jo. Pasal 53 ayat (1) KUHP yang unsur-

unsurnya adalah sebagai berikut:

1. barang siapa ;

Page 91: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

80

2. mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian

kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara

melawan hukum ;

3. dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama

4. Jika niat untuk itu telah nyata dari adanya permulaan

pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-

mata disebabkan karena kehendaknya sendiri;

c. Pembelaan Penasehat Hukum

Setelah mendengar pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa yang

pada pokoknya sebagai berikut:

A. UTAMA

1. Memperingan, merehabilitasi, merekomendasi Bapak Bogor saat

siajukan permohonan didepan sidang pada hari Kamis tanggal 19 Maret

2015, selanjutnya untuk membebaskan klien kami dari tahanan Bulak

Kapal (LP Bulak Kapal Bekasi) karena itu adalah tahanan orang

dewasa;

2. Bahwa klien kami sangat menyesal atas perbuatannya, sehingga

mengakibatkan diri dantubuh terdakwa babak belur, berlumuran darah

dihakimi masa;

3. Bahwa klien kami yakin apa yang diperbuat tidak ada niat apalagi

rencana dan hanya kekhilafan belaka (sebagai manusia tidak sempurna)

karena terpancing dengan telpon yang tidak jelas dari Sdr. Erik yang

saat ini DPO;

Bahwa klien kami sangat menyesal dan telah bertobat saat dilakukan

penunjukan sebagai Penasihat Hukum ditingkat Kepolisian dan klien

kami tidak sebagai terdakwa pencuri motor (wa allahu alam bi sawwab)

karena apes / naas ada pada manusia tetapi sabab musababnya berbeda

beda (kriminalisasi)

2. ALTERNATIF

Apabila Ibu Hakim berpendapat lain, mohon diadili sendiri dengan

Page 92: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

81

prinsip keadilan berlaku bagi terdakwa dalam pidana khusus anak masih

muda usia demi kemanusiaan sebagai tercermin demi keadilan berdasatkan

KETUHANAN YANG MAHA ESA. Setelah mendengar tanggapan

Penuntut Umum terhadap pembelaan Penasehat Hukum

Terdakwamenyatakan tetap pada tuntutannya; Setelah mendengar

tanggapan Penasehat Hukum Terdakwa terhadap tanggapan Penuntut

Umum yang pada pokoknya menyatakan tetap pada pembelaannya;

d. Pertimbangan hakim dalam penerapan hukum

Menimbang, bahwa selanjutnya Hakim akan mempertimbangkan

apakah berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas, Terdakwa dapat

dinyatakan telah melakukan tindak pidana yang didakwakan

kepadanya; Menimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut

Umum dengan dakwaan Tunggal sebagaimana diatur dalam Pasal 363

ayat (1) ke- 4 KUHP jo.

Pasal 53 ayat (1) KUHP yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:

1. barang siapa ;

2. mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian

kepunyaan orang lain

dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum ;

3. dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama

4. Jika niat untuk itu telah nyata dari adanya permulaan pelaksanaan,

dan tidak

selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena

kehendaknya

sendiri;

Menimbang, bahwa terhadap unsur-unsur tersebut Hakim

mempertimbangkan

sebagai berikut:

a. Unsur barang siapa :

Page 93: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

82

Menimbang, bahwa yang dimaksud ”barang siapa” tersebut

adalah menunjuk kepada orang sebagai subyek hukum yang

mampu bertanggung jawab atas setiap perbuatannya, dalam hal ini

subyek hukum dimaksud adalah Terdakwa dengan identitas nya

sebagaimana disebutkan didalam dakwaan Penuntut Umum;

Menimbang, bahwa dipersidangan Terdakwa tidak membantah

identitas tersebut, Terdakwa juga dapat menjawab setiap

pertanyaan diajukan dipersidangan, sehingga dapat disimpulkan

Terdakwa mampu bertanggung jawab atas setiap perbuatannya ;

Berdasarkan fakta tersebut maka unsur barang siapa telah

terpenuhi.

b. Unsur mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau

sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk

dimiliki secara melawan hukum :

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta yang terungkap

dipersidangan,bahwa pada hari Senin tanggal 23 Pebruari 2015

sekira jam. 21.00 Wib, bertempat di Perum Pondok Ungu Permai

Blok AL 16/04 RT. 005/011 Kelurahan Bahagia Kecamatan

Babelan Kabupaten Bekasi, terdakwa telah mengambil sesuatu

barang berupa 1 (satu) Unit sepeda motor merk Honda Vario warna

Hitam tahun 2013 No. Pol. B-3142-FLS yang seluruhnya atau

sebagian adalah kepunyaan MUHAMAD DESTIO SUGIATO,

mengambil sepeda motor tersebut dengan cara PUDIK alias ERIK

masuk keteras rumah dan menuju sepeda motor, lalu PUDIK alias

ERIK berdiri disamping sepada motor sambil memegang kunci

letter T kemudian merusak kontak sepeda motor namun saat

PUDIK alias ERIK sedang merusak kunci kontak sepeda motor

yang akan diambil datanglah saksi korban MUHAMAD DESTIO

SUGIARTO meneriaki PUDIK alias ERIK karena panik kemudian

PUDIK alias ERIK yang belum sempat mengambil sepeda motor

langsung kabur; Berdasarkan fakta tersebut maka unsur mengambil

Page 94: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

83

barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang

lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum telah

terpenuhi.

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta yang terungkap

dipersidangan, bahwa PUDIK alias ERIK pada hari telah mencoba

mengambil 1 (satu) Unit sepeda motor merk Honda Vario warna

Hitam tahun 2013 No. Pol. B-3142-FLS yang seluruhnya atau

sebagian adalah kepunyaan MUHAMAD DESTIO SUGIATO

yang diletakkan di teras rumah yang berada dalam pekarangan

tertutup yang dilakukan PUDIK alias ERIK dengan cara merusak

kontak sepeda motor dengan menggunakan kunci letter T, pada

saat PUDIK alias ERIK sedang merusak kunci kontak sepeda

motor yang akan diambil datanglah saksi korban MUHAMAD

DESTIO SUGIARTO meneriaki PUDIK alias ERIK karena panik

kemudian PUDIK alias ERIK yang belum sempat mengambil

sepeda motor langsung kabur melewati terdakwa sedangkan saksi

korban MUHAMAD DESTIO SUGIARTO yang berada

dibelakang PUDIK alias ERIK melihat terdakwa sedang menunggu

di sepada motor dan berusaha kabur namun terdakwa berhasil

ditangkap dan diamankan ke Polsek Babelan guna di proses lebih

lanjut; Berdasarkan fakta tersebut maka unsur pada waktu malam

dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya

telah terpenuhi.

c. Unsur dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-

sama

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta yang terungkap

dipersidangan bahwa pada saat untuk mengambil sepeda motor

tersebut dimana terdakwa bertugas menunggu diujung gang

dekat rumah saksi korban untuk mengawasi sedangkan PUDIK

alias ERIK bertugas mengambil sepeda motor tersebut dengan

cara PUDIK alias ERIK masuk keteras rumah dan menuju

Page 95: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

84

sepeda motor, lalu PUDIK alias ERIK berdiri disamping sepada

motor sambil memegang kunci letter T kemudian merusak

kontak sepeda motor namun saat PUDIK alias ERIK sedang

merusak kunci kontak sepeda motor yang akan diambil

datanglah saksi korban MUHAMAD DESTIO SUGIARTO

meneriaki PUDIK alias ERIK karena panik kemudian PUDIK

alias ERIK yang belum sempat mengambil sepeda motor

langsung kabur melewati terdakwa sedangkan saksi korban

MUHAMAD DESTIO SUGIARTO yang berada dibelakang

PUDIK alias ERIK melihat terdakwa sedang menunggu di

sepada motor dan berusaha kabur namun terdakwa berhasil

ditangkap Berdasarkan fakta tersebut maka unsur dilakukan oleh

dua orang atau lebih secara bersama-sama telah terpenuhi.

d. Unsur Jika niat untuk itu telah nyata dari adanya

permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan

iu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya

sendiri:

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta yang terungkap

dipersidangan bahwa pada saat mengambil sepeda motor

tersebut dengan cara PUDIK alias ERIK masuk keteras rumah

dan menuju sepeda motor, lalu PUDIK alias ERIK berdiri

disamping sepada motor sambil memegang kunci letter T

kemudian merusak kontak sepeda motor namun saat PUDIK

alias ERIK sedang merusak kunci kontak sepeda motor yang

akan diambil datanglah saksi korban MUHAMAD DESTIO

SUGIARTO meneriaki PUDIK alias ERIK karena panik

kemudian PUDIK alias ERIK yang belum sempat mengambil

sepeda motor langsung kabur melewati terdakwa sedangkan

saksi korban MUHAMAD DESTIO SUGIARTO yang berada

dibelakang PUDIK alias ERIK melihat terdakwa sedang

menunggu di sepada motor.

Page 96: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

85

Menimbang, bahwa oleh karena itu perbuatan terdakwa

mengambil barang berupa sepeda motor tersebut tidak jadi

selesai karena perbuatan terdakwa telah diketahui saksi

MUHAMAD DESTIO SUGIARTO ; Berdasarkan fakta tersebut

maka unsur Jika niat untuk itu telah nyata dari adanya

permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan iu,

bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri

telah terpenuhi.

3. Amar Putusan

Dalam analisis putusan tersebut hakim mengadili :

1. Menyatakan terdakwa RIKI NUR ALVIAN Alias RIKI Bin RINAN

tersebut diatas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana "Percobaan Pencurian dalam keadaan

memberatkan ";

2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena itu dengan pidana

penjara selama : 2 (dua) bulan dan 15 (lima belas) hari;

3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani

terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;

4. Memerintahkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan;

5. Menetapkan barang bukti berupa :

- 1 (satu) Unit sepeda motor merk Honda NC12A1CF A/T (Vario

125) warna Hitam tahun 2013 No. Pol. B-3142-FLS Noka :

MH1JFB11XDK499304, Nosin : JFB1E1499472;

- 1 (satu) lembar STNK asli sepeda motor merk Honda NC12A1CF

A/T (Vario 125) warna Hitam tahun 2013 No. Pol. B-3142-FLS Noka

: MH1JFB11XDK499304, Nosin : JFB1E1499472 atas nama TIO

AUZAN HAWALI alamat Pd. Ungu Permai Blok AL-16/4 RT.5/11

Bahagia Babelan Kabupaten Bekasi, Dikembalikan kepada TIO

AUZAN HAWALI;

- 1 (satu) Unit sepeda motor merk Honda VARIO warna Putih Biru

No. Pol. B-3336-UCW.

Page 97: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

86

Dirampas untuk Negara ;

6. Membebankan terdakwa membayar biaya perkara sejumlah Rp.

2.000,- (dua ribu

rupiah);

Dalam hal ini, putusan hakim anak harus mempertimbangkan

mengenai unsur-unsur yang di dakwa oleh jaksa penuntut umum. Dalam

hal ini hakim harus melihat terpenuhinya unsur-unsur tersebut karena

apabila ada salah satu unsur yang tidak terpenuhi/terbukti maka anak

akan diputus bebas. Dalam putusan pertimbangan hakim anak tersebut

harus merujuk pada ketentuan alat bukti yang terdapat dalam pasal 184

KUHAP dan juga berdasarkan menurut para ahli maupun yurisprudensi

untuk menentukan batasan lamanya hukuman pidana tersebut. Hakim

anak juga menguraikan tentang keadaan baik yang meringankan maupun

yang memberatkan.

Dari uraian pertimbangan majelis hakim diatas, penulis

sependapat dengan pendapat putusan majelis hakim yang memutus

perkara dengan menghukum terdakwa dengan pidana 2 bulan 15 hari.

Hal tersebut diuraikan sebagai berikut:

Petama, bahwa dalam memutus perkara tersebut majelis hakim

mempertimbangkan segala, aspek. Baik dalam segi subjektif perilaku

dalam persidangan maupun tindakan yang dilakukan oleh terdakwa.

Sehingga apa yang telah ditetapkan oleh majelis hakim sudah sesuai

dengan judex facti yang diperoleh dari persidangan. Baik dari keterangan

seksi maupun dari bukti-bukti yang dihadirkan dalam persidangan.

Kedua, dengan pemidanaan tersebut tentu akan menimbulan

dampak penyesalan dari terdakwa untuk tidak melakukan tindakan

tersebut untuk selanjutnya. Itu artinya tujuan untuk memberikan efek jera

kepada terdakwa akan dapat diperoleh. Hukuman berupa 2 bulan 15 hari

ini bukanlah suatu hukuman yang besar apabila melihat bahwa terdakwa

tidak besetatus sebagai pelajar. Dimana pelaku adalah seorang buruh

yang nota bene dengan pergaulan setiap harinya dapat dikatakan telah

Page 98: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

87

dewasa. Sehingga pemidanaan selama 2 bulan 15 hari, menurut penulis

tidak terlalu memberatkan.

Ke tiga, bahwa apabila dilihat dari aspek keadilan, maka

pemberian hukuman dengan pertimbangan yang dilakukan oleh majelis

hakim menurut penulis sudah adil. Dimana semua permohonan yang

diminta oleh terdakwa yang memalui pembelan yang ia lakukan sebagai

pertimbangan diakomodir oleh majelis hakim sehingga memutus perkara

tersebut dengan pidana yang cukup ringan. Dengan seperti ini manurut

penulis telah sepadan anata petimbangan permohonan dan akibat

tindakan terdakwa.

Ke empat, bahwa pemberian hukuman terhadap terdakawa oleh

majelis hakim sudah mencerminkan sifat kemanfaatan hukum yang

diterapkan. Dimana tentu dengan dipidanakannya terdakwa sebagai

bentuk upaya jera terhadap terdakwa untuk tidak melakukan tindakan

tersebut dikemudian hari akan bermanfaan terhadap ketentraman

kehidupan masyarakat. Tentu dengan dipidanakannya terdakwa akan

bermanfaat pula bagi calon pelaku untuk tidak melakukan tindakan

serupa.

Ke lima, secara hukum pidana islam, seorang anak adalah mereka

yang belum baligh. Apabila sudah memasuki usia baligh maka dia sudah

dikatakan sebagai mukallaf (orang yang dibebani hukum syariat).

Biasanya seorang laki-laki akan memasuki usia baligh pada usia 15

tahun, dari usia itulah mereka harus memulai melakukan kewajiban yang

harus dijalani setiap muslim. Jika melihat peritiwa diatas, bahwa usia

terdakwa dalah 17 tahun maka sudah dipastikan secara hukum islam

terdakwa sudah dapat dikenakan hukum secara kaffah. Akan tetapi bila

melihat hukum posistif maka dia

masih dikategorikan anak-anak. Dari itu maka penulis

menganggap bahwa pemberian hukuman tersebut sudah sesuai sebagi

konsekwensi terhadap tindakan seorang yang telah berakal (dapat

menentukan baik dan buruk) dan baligh.

Page 99: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

88

Page 100: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

88

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Penerapan hukum yang ditetapkan oleh jaksa penuntut umum dalam putusan

nomor 14/PID.SUS.Anak/2015/PN.Bks). Penerapan hukum dalam

menjerat terdakwa adalah dengan menerapkan Pasal 363 ayat (1) ke-5

KUHP jo. Pasal 53 ayat (1) KUHP dalam penerapan tersebut jaksa penuntut

umum melihat kronologi yang terjadi dalam peristiwa tersebut. Bahwa

Terdakwa telah didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum dengan dakwaan

Tunggal sebagaimana diatur dalam Pasal 363 ayat (1) ke- 4 KUHP jo. Pasal

53 ayat (1) KUHP. Dari pasal yang digunakan tersebut jaksa penuntut

umum menyesuaikan dengan keterangan baik dari saksi maupun dari

katerangan bukti. Sehingga dari penerapan hukum (dakwaan) tersebut, jaksa

penuntut umum melakukan penuntutan berupa, 1 Menyatakan terdakwa

Riki Nur Alvian Alias Riki Bin Rinan terbukti secara sah dan meyakinkan

telah bersalah melakukan tindak pidana ”Percobaan Pencurian dengan

Pemberatan” sebagaimana dimaksud dalam Pasal 363 ayat (1) ke-5 KUHP

jo. Pasal 53 ayat (1) KUHP. 2 Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Riki

Nur Alvian Alias Riki Bin Rinan selama: 5 (lima) bulan dikurangi selama

terdakwa dalam tahanan sementara dan menetapkan barang bukti yang

digunakan dalam proses peradilan.

2. Pertimbangan yang dilakukan dalam putusan nomor

14/PID.SUS.Anak/2015/PN.Bks). berkaitan dengan dakwaan yang telah

dilakukan oleh jaksa penuntut umum. Dimana dalam persidangan jaksa

penuntut umum telah memaparkan kronologis kasus dengan menghadirkan

saksi-saksi untuk dimintai keterangan-keterangan kemudian didatengkan

bukti-bukti sebagai pertimbangan dalam memutus perkara tersebut.

Sehingga dari semua pembuktian tersebut majelis hakim menyatakan bahwa

perbuatan terdakwa secara sah dan meyakinkan telah melanggar pasal 363

ayat (1) ke 5 KUHP jo. Pasal 53 ayat (1) KUHP. Kemudian

Page 101: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

89

mempertimbangkan hal-hal yang meringankan berupa bahwa terdakwa telah

menyesali perbuatannya dan tidak akan mengulangi kembali.

Mepertimbangkan bahwa perbuatan terdakwa telah membuat keresahan bagi

masyarakat sehingga harus ada upaya prefentif terhadap terdakwa. Dari

semua pertimbangan tersebut hakim menghukum terdakwa dengan pidana 2

bulan 15 hari.

B. SARAN/ REKOMENDASI

1. Kepada aparatur penegak hukum, penulis memberikan saran bahwa

dalam menangani perkara tindak pidana yang dilakukan oleh anak harus

memperhatikan dampak kedepan bagi anak apabila ia akan dikenakan

hukum berupa pemidanaan. Penegak hukum harus mengupayakan

adanya diversi apabila memungkinkan untuk dilaksanakan. Apabila

diversi tidak dapat dilaksanakan karena syarat untuk pelaksanaanya tidak

terpenuhi, maka majelis hakim seharusnya memberikan hukuman berupa

pembinaan kepada anak, sehingga proses pendidikan yang harus

diperoleh oleh anak dapat tetap terlaksana.

2. Kepada orang tua, penulis memberikan saran agar kedua orang tua harus

lebih memperhatikan anak nya, dan memberikan education yang lebih

kepada anak. Agar anak paham dengan suatu hal atau tindakan yang

tidak boleh dilakukan maupun yang boleh dilakukan. Agar anak lebih

memahami ketentuan-ketentuan hukum di Indonesia maupun Hukum

Islam itu sendiri.

3. Kepada Masyarakat, penulis memberikan saran agar masyarakat lebih

memberikan perhatian kepada anak-anak. Apabila ada seorang anak yang

melakukan tindak pidana seharusnya masyarakat memberikan

perlindungan dan pembelajaran terhadap anak tersebut. Agar anak

tersebut tidak mengulangi perbuatan nya lagi.

Page 102: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

90

DAFTAR PUSTAKA

As-Shabuni, Ali. Tafsir Ayat Ahkam as-Shabuni Jilid I Terjemahan Muammal

Hamidi dan Imran A.Manan, Dar al-Ilmiyah, 1995.

Atmasasmita, Romli. Bunga Rampai Kriminologi, Rajawali, Jakarta. 1984.

B. Simanjuntak. Latar Belakang Kenakalan Remaja, Alumni, Bandung, 1984.,

Bimo Walgito, Kenakalan Anak (Juvenile Delinquency), Yayasan Penerbit

Fakultas Psikologi UGM, Jogyakarta, 1982.,

D. Y. Atta, Pokok-Pokok Pelaksanaan Sidang Perkara Anak Di Pengadilan

Negeri Dalam Daerah Hukum Pengadilan Tinggi Jakarta, Bina Cipta,

Jakarta, 1979.,

Daradjat, Zakiah. Remaja Harapan dan Tantangan. Ruhama, Jakarta, 1994.

Djamil, M. Nasir, Anak Bukan Untuk Dihukum catatan Pembahasan UU Sistem

Peradilan Pidana Anak (UU-SPPA), Sinar Grafika, Jakarta Timur, 2013.

Djoko Prakoso, Hukum Penitensier, Yogyakarta: Liberty, 1998.

Fahrudin, Ida Z. Beberapa Catatan Mengenai Pendidikan Anak-Anak di Bandung,

Fakultas Hukum Unpad, 1961,

Hadisupranto, Paulus. Pemberian Malu Integratif sebagai Sarana Non-Penal

Penaggulangan Perilaku Delinkuensi Anak. Disertai Doktor Ilmu Hukum,

UNDIP, 2003.,

Hamzah, Andi. KUHP Jepang Sebagai Perbandingan. Seri KUHP Negara-

Negara Asing, Editor. Ghalia Indonesia, 1987.,

Hamzah, Andi. KUHP Republik Korea sebagai Perbandingan. Seri KUHP

Negara-Negara Asing, Editor. Ghalia Indonesia, 1987.,

Hazel B. Kapper and J. Israel, Introduction To The Criminal Justice System,

Second Edition, 1979,

Ilyas, Amir. Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta: PuKAP-Indonesia, 2012

Kartono, Kartini. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Rajawali, Jakarta, 1992.,

Kartono, Kartini. Psikologi Anak, Alumni, Bandung, 1979

Page 103: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

91

Lamintang, P.A.F. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Sinar Baru,

1984

Marsum, Jinayat (Hukum Pidana Islam), Yogyakarta : UII Press Yogyakarta,

1991.

Maulana Hasan Wadong, Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak,

Jakarta: PT Grasido, 2000.

Moeljatno, Fungsi dan Tujuan Hukum Pidana Indonesia, Jakarta: Bina Aksara,

1985),

Mulyadi, Lilik, Wajah Sistem Peradilan Pidana Anak Indonesia, PT Alumni ,

Bandung, 2014.

Nashriana, Perlindungan Hukum Pidana Anak di Indonesia, PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2012.

Nation, United. Comparative On Juveline Delinquency. Part IV, Asia and The Far

East, 1953.

Natoins, United. Comparative Survey on Juvenile Delinquency, Part I. Nort

America, Departemen of Social Affairs Devition of Social Welfare, New

York, 1953.,

Rohmayanti, “Pertanggungjawaban Pidana Anak Di Bawah Umur Dalam Kasus

Pencurian Ditinjau Dalam Hukum Islam dan Hukum Positif”, Jakarta:

UIN Syarif Hidayatullah, 2018.

Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah, Jilid 9, Terj. Mohammad Nabhan Husein, Bandung

:Maarif, 1984.

Sambas, Nandang, Peradilan Pidana Anak di Indonesia dan Instrumen

Internasional Perlindungan Anak serta Penerapannya, Graha Ilmu,

Yogyakarta, 2013.

Simanjuntak, Pengantar Kriminologi dan Sosiologi, Tarsito, Bandung, 1977.,

Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Rineka Cipta, 1991.,

Sudarto, Hukum Pidana I A, Semarang: Yayasan Sudarto, 1990.

Page 104: SANKSI PIDANA BAGI ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Pengertian anak secara sosiologis, Menurut pengetahuan umum, yang

92

Sunggono Bambang, metodologi penelitian hukum , Jakarta:P.T Raja Grafindo

Persada.

Syafiyudin Sastrawujaya, Beberapa Masalah Tentang Kenakalan Remaja,

Bandung: PT. Karya Nusantara, 1997.

Teer Haar dalam Syafiyudin Sastrawujaya, Beberapa Masalah Tentang

Kenakalan Remaja, PT. Karya Nusantara, Bandung, 1997.

Tongat, Hukum Pidana Materiil, Malang: UMM Press, 2006.

Zamahsari, Imam. Tinjauan hukum Islam terhadap pasal 26 UU No. 3 Tahun

1997 Tentang Penjatuhan Pidana Bagi Anak Nakal, Semarang: IAIN Wali

Songo, 2012.

Zuhri, Muhammad Fakhruddin. Analisis Terhadapa Batas Usia Dan

Pertanggungjawaban Pidana Anak Dalam Undang-Undang Nomor 3

Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, Semarang: Iain Wali Songo, 2012