sanitasi ling

28
By : Febry Fahmi, Kedokteran Universitas Riau, November 2009 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sarana dan bangunan umum merupakan tempat dan atau alat yang dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatannya, oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan kehidupan dan penghidupannya untuk mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja dengan produktif secara social ekonomis. Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan. 1 Menurut laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2006 sebanyak 24 % dari penyakit global disebabkan oleh segala jenis faktor lingkungan yang dapat dicegah serta lebih dari 13 juta kematian tiap tahun disebabkan faktor lingkungan yang dapat dicegah. Empat penyakit utama yang disebabkan oleh lingkungan yang buruk adalah diare, infeksi Saluran Pernapasan Bawah, berbagai jenis luka yang tidak intens, dan malaria. 2 Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara negara berkembang. Menurut WHO, penyakit diare membunuh satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karena access pada sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional. 3

Transcript of sanitasi ling

Page 1: sanitasi ling

By : Febry Fahmi, Kedokteran Universitas Riau, November 2009 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sarana dan bangunan umum merupakan tempat dan atau alat yang dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatannya, oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan kehidupan dan penghidupannya untuk mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja dengan produktif secara social ekonomis. Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan.

1

Menurut laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2006 sebanyak 24 % dari penyakit global disebabkan oleh segala jenis faktor lingkungan yang dapat dicegah serta lebih dari 13 juta kematian tiap tahun disebabkan faktor lingkungan yang dapat dicegah. Empat penyakit utama yang disebabkan oleh lingkungan yang buruk adalah diare, infeksi Saluran Pernapasan Bawah, berbagai jenis luka yang tidak intens, dan malaria.

2

Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara negara berkembang. Menurut WHO, penyakit diare membunuh satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karena access pada sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional.

3

Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih penyebab utama kematian di Indonesia. Kecenderungan ini juga semakin mendapatkan legitimasi seiring dengan munculnya flu burung dan flu babi, dua penyakit yang sangat berkaitan dengan sanitasi lingkungan. Di Pekanbaru sendiri, data penyakit berbasis lingkungan pada tahun 2004, didapatkan data malaria sebanyak 236 kasus, tahun 2005 198 kasus, tahun 2006 195 kasus. TB paru pada tahun 2004 didapatkan 347 kasus, tahun 2005 633 kasus, tahun 2006 287 kasus. DBD tahun 2004 253 kasus, tahun 2005 839, tahun 2006 347 kasus. Diare tahun 2006 1.059 kasus, ISPA tahun 2006 231 kasus. Oleh karena itu, ke depan semakin dibutuhkan upaya yang intensif dan serius dari banyak pihak terkait untuk melakukan intervensi terahadap faktor lingkungan.

2, 3, 4

Program kesehatan lingkungan Puskesmas Muara Fajar telah melakukan kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, namun kegiatan tersebut belum sesuai target yang

Page 2: sanitasi ling

ditetapkan Depkes RI. Dari laporan kegiatan program Kesling bulan By : Febry Fahmi, Kedokteran Universitas Riau, November 2009 2

Januari-November 2009, terdapat 42 tempat umum yang ada di wilayah Puskesmas Muara Fajar, baru 14 yang pernah dilakukan pemeriksaan sanitasi. Jika dipersentasikan, cakupan pelayanannya adalah 33,33%, sedangkan menurut standar pelayanan minimal Kabupaten/kota yaitu 80%. Hasil wawancara dengan penanggung jawab program Kesling, permasalahan terletak pada kurangnya jumlah tenaga sanitarian dengan wilayah kerja yang luas, serta banyaknya beban kerja lainnya. Selain itu formulir pemeriksaan dan inspeksi sanitasi untuk tempat-tempat umum belum tersedia lengkap.

1.2. Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujauan Umum

Teroptimalnya kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.

1.2.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus makalah ini adalah : 1.

Teridentifikasinya masalah-masalah dalam program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Muara Fajar. 2.

Diketahuinya prioritas masalah program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Muara Fajar. 3.

Diperolehnya penyebab masalah belum optimalnya pendataan dan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum pada program Kesehatan Lingkungan. 4.

Diperolehnya beberapa alternatif pemecahan masalah belum optimalnya pendataan dan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum pada program Kesehatan Lingkungan. 5.

Dilaksanakannya upaya pemecahan masalah dalam rangka mengoptimalkan pendataan dan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum. 6.

Terevaluasinya kegiatan pemecahan masalah dalam rangka mengoptimalkan pendataan dan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum. By : Febry Fahmi, Kedokteran Universitas Riau, November 2009 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Page 3: sanitasi ling

2.1 Kesehatan Lingkungan

Menurut

World Health Organization

(WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.

Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) mendefinisikan kesehatan lingkungan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

5

Terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut

World Health Organization

(WHO), yaitu :

6

1.

Penyediaan air minum 2.

Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran 3.

Pembuangan sampah padat 4.

Pengendalian vektor 5.

Page 4: sanitasi ling

Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia 6.

Higiene makanan, termasuk higiene susu 7.

Pengendalian pencemaran udara 8.

Pengendalian radiasi 9.

Kesehatan kerja 10.

Pengendalian kebisingan 11.

Perumahan dan pemukiman 12.

Aspek kesling dan transportasi udara 13.

Perencanaan daerah dan perkotaan 14.

Pencegahan kecelakaan 15.

Rekreasi umum dan pariwisata 16.

Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan

perpindahan penduduk 17.

Page 5: sanitasi ling

Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan. Di Indonesia, berdasarkan undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Kesehatan pasal 22 ayat 3 menyebutkan bahwa kesehatan lingkungan meliputi kegiatan/program penyehatan air dan udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah By : Febry Fahmi, Kedokteran Universitas Riau, November 2009 4

gas, radiasi, kebisingan, pengendalian vektor penyakit dan penyakit berbasis lingkungan, dan penyehatan atau pengamanan lainnya.

7

Lingkungan merupakan salah satu faktor penentu derajat kesehatan, disamping beberapa variabel lainnya seperti perilaku, keberadaan pelayanan kesehatan dan herediter. Penyakit dengan jumlah terbesar setiap tahun, dalam konteks kesehatan, kesakitan, dan kecacatan yang diakibatkan oleh faktor lingkungan antara lain ;

2

Diare sebagian besar disebabkan air yang tidak bersih, sanitasi dan hygiene yang buruk.

Infeksi Saluran pernapasan bawah, sebagian besar disebabkan oleh polusi udara, di dalam dan luar ruangan.

Luka yang tidak intens selain luka akibat kecelakaan, sebagian besar disebabkan oleh tata kota yang buruk atau tata rancang lingkungan yang buruk dari sistem transportasi.

Malaria, sebagian besar akibat sumber air yang buruk, pengelolaan penggunaan lahan dan rumah yang memungkinkan keberadaan vektor berkembang biak.

Page 6: sanitasi ling

Kerusakan paru obstruksi kronis atau

Chronic Obstructive Pulmonary Diseases

, sebagian besar disebabkan paparan debu dan partikulat di tempat kerja serta bentuk lain dari polusi udara di dalam dan luar ruangan.

Kondisi perinatal Laporan WHO menunjukkan bahwa faktor lingkungan berpengaruh secara signifikan terhadap lebih dari 80 % penyakit-penyakit tersebut. Lebih jauh lagi, secara kuantitatif hanya risiko faktor lingkungan tersebut yang dapat berubah. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi penyakit akibat lingkungan ini antara lain :

2

Peningkatan persediaan air bersih pada rumah tangga

Higiene lingkungan yang lebih baik

Penggunaan bahan bakar dan pembersih yang lebih aman

Peningkatan keamanan lingkungan sehat

Page 7: sanitasi ling

Penggunaan dan pengelolaan materi beracun di rumah dan tempat kerja

Pengelolaan sumber air bersih yang lebih baik Dengan mengoptimalkan langkah terhadap faktor lingkungan, jutaan kematian dapat dicegah tiap tahun, yang juga patut diperhatikan adalah perlunya kerjasama dengan sektor yang memilki keterkaitan erat dengan faktor lingkungan, seperti energi, transportasi, pertanian, dan industri.

2

By : Febry Fahmi, Kedokteran Universitas Riau, November 2009 5

2.2. Sanitasi Tempat-tempat Umum

Sanitasi, menurut kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai pemelihara kesehatan. Menurut WHO, sanitasi

adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia, yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan, bagi perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan hidup manusia.

3

Tempat-tempat umum yaitu tempat kegiatan bagi umum, yang mempunyai tempat, sarana dan kegiatan tetap, diselenggarakan badan pemerintah, swasta, dan atau perorangan, yang dipergunakan langsung oleh masyarakat. Jenis tempat-tempat umum antara lain :

8, 9

a.

Yang berhubungan dengan sarana Pariwisata : -

Penginapan/Losmen -

Page 8: sanitasi ling

Mess -

Kolam Renang -

Bioskop -

Tempat Hiburan -

Tempat Rekreasi -

Bilyard -

Tempat Bersejarah b.

Yang berhubungan dengan sarana Perhubungan : -

Terminal Angkutan Darat -

Terminal Angkutan Sungai c.

Yang berhubungan dengan sarana Komersial : -

Pemangkas Rambut -

Salon Kecantikan -

Page 9: sanitasi ling

Pasar-Pasar -

Apotik -

Toko Obat -

Perbelanjaan d.

Yang berhubungan dengan sarana Sosial : -

Tempat-Tempat Ibadah -

Rumah Sakit -

Klinik Bersalin -

Sekolah-Sekolah/Asrama -

Panti Asuhan e.

Kantor-Kantor Pemerintahan dan Swasta termasuk Bank-Bank Pemerintah dan Swasta. By : Febry Fahmi, Kedokteran Universitas Riau, November 2009 6

Sanitasi tempat-tempat umum merupakan usaha untuk mengawasi kegiatan yang berlangsung di tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit, sehingga kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut dapat dicegah. Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi kebutuhan

Page 10: sanitasi ling

fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan. Penyelenggaraan sarana dan bangunan umum berada di luar kewenangan Departemen Kesehatan, namun sarana dan bangunan umum tersebut harus memenuhi persyaratan kesehatan. Hal ini telah diamanatkan pada UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

1

2.3. Pedoman Penyehatan Sarana Dan Bangunan Umum

1

Dasar pelaksanaan kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum adalah Kepmenkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. Menurut Kepmenkes tersebut, batasan pengertian penyehatan sarana dan bangunan umum, adalah upaya kesehatan lingkungan, dalam pengendalian faktor risiko penyakit pada sarana dan bangunan umum. Faktor resiko penyakit adalah hal-hal yang memiliki potensi terhadap timbulnya penyakit. Tujuan diadakannya penyehatan sarana dan bangunan umum adalah sebagai upaya untuk meningkatkan pengendalian faktor risiko penyakit dan kecelakaan pada sarana dan bangunan umum. Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah : a.

Lingkungan Pemukiman antara lain perumahan, asrama, pondok pesantren, condominium / apartemen, rumah susun dan sejenisnya. b.

Tempat umum antara lain hotel, penginapan, pasar, bioskop, tempat rekreasi, kolam renang, terminal, Bandar udara, pelabuhan laut, pusat perbelanjaan dan usaha-usaha yang sejenis. c.

Lingkungan kerja antara lain kawasan perkantoran, kawasan industri, atau yang sejenisnya. d.

Angkutan umum antara lain bus umum, pesawat udara komersial, kapal penumpang, kapal ferry penumpang, kereta api dan sejenis. e.

Page 11: sanitasi ling

Lingkungan lainnya antara lain tempat pengungsian, daerah transmigrasi, lembaga permasyarakatan, sekolah dan sejenis. f.

Sarana Pelayanan Umum antara lain samsat, bank, kantor pos dan tempat ibadah yang sejenis. By : Febry Fahmi, Kedokteran Universitas Riau, November 2009 7

g.

Sarana Kesehatan antara lain rumah sakit, puskesmas, laboratorium, pabrik obat, apotik dan yang sejenis. Untuk pelaksanaan kegiatan di tingkat pusat, adalah Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PPM & PL), dan sebagai penanggung jawab program adalah Direktur Jenderal PPM & PL. Untuk pelaksanaan di tingkat propinsi sebagai penanggung jawab adalah Gubernur Kepala Daerah dan Pelaksananya adalah Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. Pelaksanaan di Tingkat Kabupaten, sebagai Penanggung jawab program adalah Bupati / Walikota dan pelaksananya adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. Di Tingkat Kecamatan Penanggung jawab pelaksanaan program adalah Camat dan pelaksananya adalah Kepala Puskesmas. Dinas Kabupaten/kota memiliki unit pelaksana teknis yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya yaitu Puskesmas. Lingkup kegiatan yang dilakukan dalam program penyehatan sarana dan bangunan umum di tingkat Kabupaten/Kota adalah : a.

Perencanaan 1)

Membuat program kegiatan upaya penyehatan sarana dan bangunan umum. 2)

Mengumpulkan data, menetapkan prioritas dan implementasi / pelaksanaan program serta melakukan evaluasi. b.

Pengawasan kualitas Pengawasan kualitas yang dilakukan, meliputi : 1)

Inspeksi sanitasi. 2)

Pengambilan sample dan pemeriksaan sample 3)

Page 12: sanitasi ling

Analisa data dan rumusan pemecahan masalah, serta memberi rekomendasi untuk tindak lanjut. c.

Investigasi Invstigasi dilakukan bila ditemukan adanya Kejadian Luar Biasa, dan atau keluhan dari masyarakat. d.

Tindak lanjut Tindak lanjut dilakukan berdasarkan hasil monitoring dan investigasi, melalui penyuluhan, pelatihan, perbaikan dan pemeliharaan. Sebagai sumber daya yang diperlukan untuk kegiatan Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum adalah : 1.

Sumber daya manusia By : Febry Fahmi, Kedokteran Universitas Riau, November 2009 8

Kegiatan ini didukung oleh tenaga kesehatan lingkungan yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai. Tenaga kesehatan lingkungan adalah petugas atau pengelola yang memperoleh pendidikan atau pelatihan dibidang kesehatan lingkungan. 2.

Peralatan Untuk menunjang kegiatan diperlukan instrumen yaitu : a.

Formulir Pengamatan 1)

Formulir pemeriksaan 2)

Formulir Inspeksi Sanitasi b.

Peralatan pengukuran kualitas lingkungan antara lain : 1)

Pengukur pencahayaan (

Lightmeter

Page 13: sanitasi ling

) 2)

Pengukur kelembaban (

Hygrometer

) 3)

Pengukur mikroba dalam ruangan (

Microbiological Test Kit

) 4)

Pengukur kebisingan (

Integrating Sound Level Meter

) 5)

Pengukur kualitas air 6)

Pengukur kualitas udara (

Air Polution Test Kit

)

7)

Sanitarian Kit 8)

Vector Kit

9)

Page 14: sanitasi ling

Peralatan lain yang dipergunakan untuk mengukur kualitas lingkungan 3.

Metode Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala, sekurang-kurangnya 2(dua) kali dalam satu tahun. Pengawasan pada kejadian luar biasa (KLB) dilakukan sesuai dengan kondisi setempat dan memperhatikan risiko atau gangguan pada kesehatan masyarakat. Cara pengawasan dilakukan melalui wawancara, pengamatan, pengukuran, analisa laboratorium, penyusunan laporan dan tindak lanjut. 4.

Dana Sumber pendanaan yang diperlukan dapat diperoleh melalui : a.

APBN b.

APBD c.

Bantuan Luar Negeri d.

Bantuan lain yang tidak mengikat By : Febry Fahmi, Kedokteran Universitas Riau, November 2009 9

2.4

.

Kerangka Teori Proyek Peningkatan Mutu

Upaya peningkatan mutu ini dimulai dengan mendapatkan topik permasalahan yang kemudian dilakukan observasi kegiatan terhadap topik permasalahan yaitu dibidang Kesling Puskesmas Muara Fajar Pekanbaru. Observasi dilaksanakan melalui pendekatan program. Kemudian dilakukan wawancara dengan petugas kesehatan dibidang Kesling yang dimulai pada bulan November 2009. Hasil observasi dan wawancara didiskusikan dengan pembimbing kegiatan upaya peningkatan mutu untuk menentukan permasalahan yang perlu mengalami perbaikan. Metode yang digunakan dalam upaya peningkatan mutu ini adalah metode

Plan, Do, Check, and Action

(

Page 15: sanitasi ling

PDCA

cycle

) yang didasari atas masalah yang dihadapi (

problem-faced

) ke arah penyelesaian masalah (

problem solving

). Konsep

PDCA

cycle

pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan

Shewhart cycle

―. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ‖

The Deming Wheel”

.

PDCA

cycle

berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau sistem. Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam

PDCA

cycle

Page 16: sanitasi ling

, yaitu:

a.

Plan

1.

Mengidentifikasi

output

pelayanan, siapa pengguna jasa pelayanan, dan harapan pengguna jasa pelayanan

tersebut melalui analisis suatu proses tertentu. 2.

Mendeskripsikan proses yang dianalisis saat ini

Pelajari proses dari awal hingga akhir, identifikasi siapa saja yang terlibat dalam prose tersebut.

Teknik yang dapat digunakan :

brainstorming

3.

Mengukur dan menganalisis situasi tersebut

Page 17: sanitasi ling

Menemukan data apa yang dikumpulkan dalam proses tersebut

Bagaimana mengolah data tersebut agar membantu memahami kinerja dan dinamika proses

Teknik yang digunakan : observasi

Mengunakan alat ukur seperti wawancara 4.

Fokus pada peluang peningkatan mutu

Pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan

Kriteria masalah : menyatakan efek atas ketidakpuasan, adanya

gap

antara kenyataan dengan yang diinginkan, spesifik, dapat diukur. By : Febry Fahmi, Kedokteran Universitas Riau, November 2009 10

5.

Mengidentifikasi akar penyebab masalah

Page 18: sanitasi ling

Menyimpulkan penyebab

Teknik yang dapat digunakan :

brainstorming

Alat yang digunakan :

fish bone analysis

Ishikawa 6.

Menemukan dan memilih penyelesaian

Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah

Teknik yang dapat digunakan :

brainstorming

b.

Do

1.

Page 19: sanitasi ling

Merencanakan suatu proyek uji coba

Merencanakan sumber daya manusia, sumber dana, dan sebagainya.

Merencanakan rencana kegiatan (

plan of action

) 2.

Melaksanakan

Pilot Project

Pilot Project

dilaksanakan dalam skala kecil dengan waktu relatif singkat (± 2 minggu)

c.

Check

1.

Evaluasi hasil proyek

Bertujuan untuk efektivitas proyek tersebut

Page 20: sanitasi ling

Membandingkan target dengan hasil pencapaian proyek (data yang dikumpulkan dan teknik pengumpulan data harus sama)

Target yang ingin dicapai 80%

Teknik yang digunakan: observasi dan survei

Alat yang digunakan: kamera dan kuisioner 2.

Membuat kesimpulan proyek

Hasil menjanjikan namun perlu perubahan

Jika proyek gagal, cari penyelesaian lain

Jika proyek berhasil, selanjutnya dibuat rutinitas

d.

Page 21: sanitasi ling

Action

1.

Standarisasi perubahan

Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan

Revisi proses yang sudah diperbaiki

Modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada

Komunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas perubahan yang dilakukan. By : Febry Fahmi, Kedokteran Universitas Riau, November 2009 11

Lakukan pelatihan bila perlu

Mengembangkan rencana yang jelas

Dokumentasikan proyek 2.

Page 22: sanitasi ling

Memonitor perubahan

Melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur

Alat yang digunakan untuk dokumentasi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

I.

SIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1.

Beberapa masalah yang ditemukan pada program Kesling antara lain, belum optimalnya kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi TTU, belum optimalnya pemeriksaan rumah tangga sehat, serta belum berjalannya kegiatan pengawasan sanitasi TPM. 2.

Prioritas masalah yang didapatkan pada program Kesling PKM Muara Fajar adalah belum optimalnya kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum. 3.

Penyebab masalah belum optimalnya kegiatan tersebut antara lain kurangnya jumlah petugas, tidak tersedianya formulir yang lengkap dan peralatan pengukuran kualitas lingkungan, tidak tersedianya pedoman umum, serta belum adanya alokasi dana khusus untuk kugiatan. 4.

Alternatif pemecahan masalah yang disarankan antara lain memberikan surat rekomendasi serta penyediaan formulir dan pedoman umum untuk pelaksanaan kegiatan. 5.

Page 23: sanitasi ling

Upaya pemecahan masalah yang telah terlaksana adalah pemberian surat rekomendasi yang berisi pemberdayaan petugas, penyediaan alat pengukuran kualitas lingkungan, dan pengalokasian dana khusus untuk kegiatan. 6.

Evaluasi terhadap pelaksanaan rekomendasi tidak dapat dilakukan karena keterbatasan waktu.

II.

SARAN

1.

Sebaiknya Kepala Puskesmas memberdayaan petugas lain untuk membantu petugas Kesling dalam pelaksanan kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi TTU. 2.

Kepada Kepala Puskesmas sebaiknya menyediakan peralatan yang penting untuk mengukur kualitas lingkungan, seperti 1 buah meteran, 1 buah

vektor kit

, 1 buah

microbial test kit

dan 1

air polution test kit

yang dapat dilakukan secara bertahap. 3.

Petugas sanitasi agar dapat memanfaatkan sumber daya serta peralatan yang ada secara optimal untuk menunjang kegiatan ini. By : Febry Fahmi, Kedokteran Universitas Riau, November 2009 28

DAFTAR PUSTAKA

1.

Page 24: sanitasi ling

Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 288/MENKES/SK/III/2003 Tentang Pedoman Penyehatan Sarana Dan Bangunan Umum. Jakarta : 2003. 2.

Depkes RI. 2006. Intervensi Faktor Lingkungan Cegah 13 Juta Kematian.

http://www.depkes.go.id

[Diakses 7 Desember 2009]. 3.

Arifin, Munif. 2009. Beberapa Pengertian Tentang Sanitasi Lingkungan. http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2009/07/sanitasi-lingkungan

. [Diakses 7 Desember 2009]. 4.

Seksi Penyehatan Lingkungan. Laporan rekapitulasi penyakit berbasis lingkungan Puskesmas kota Pekanbaru. Pekanbaru: Dinkes kota Pekanbaru, 2006. 5.

Setiyabudi R. 2007. Dasar Kesehatan Lingkungan. Disitasi dari : http://www.ajago.blogspot.htm

. [Diakses : 20 November 2009]. 6.

World Health Organization (WHO). 2008.

Environmental Health

. http://www.WHO.int

. [Diakses 20 November 2009]. 7.

Depkes RI. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang