Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka
-
Upload
fikenia-m-arcnet -
Category
Documents
-
view
87 -
download
11
description
Transcript of Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG PROYEK
Seni Lukis merupakan salah satu cabang dari Seni Rupa. Dengan dasar pengertian
yang sama, Seni Lukis merupakan pengembangan yang lebih utuh dan dekat dengan
menggambar. Pengertian melukis sendiri ialah kegiatan mengolah media dua dimensi
maupun permukaand dari objek tiga dimensi untuk mendapatkan kesan tertentu. Media
lukisan dapat berupa banyak objek seperti kertas, kanvas, kain, papan, dan bahkan film
dalam fotografi juga dapat dianggap sebagai media lukisan. Alat lukis yang digunakan
juga dapat bermacam-macam dengan syarat dapat memberikan bayangan dan kesan
tertentu pada media yang digunakan. Kecocokan media dan alat juga dapat
mempengaruhi kualitas dan kesan sebuah lukisan.
Gambar 1.1. Lukisan di Berbagai Macam Media Lukis (dari kiri ke kanan : kanvas, dinding, guci)
Sumber : https://images.google.com/ kata kunci “Lukisan”
Tempat atau wadah bagi para seniman untuk berkarya dan memamerkan karyanya
antara lain dengan membangun sebuah sanggar atau galeri seni lukis. Sanggar Seni
Lukis merupakan tempat bagi para pelukis untuk memperlihatkan segala hal yang
berhubungan dengan Seni Lukis baik dari proses pembuatannya sampai ke hasil karya
yang akan dipamerkan di dalam sebuah Galeri Seni Lukis. Untuk memperindah karya
yang dipamerkan, ruangan dalam Galeri Seni Lukis harus diteliti dari banyak aspek
2
mulai dari bentuk hingga pencahayaannya. Banyak Sanggar dan Galeri Seni Lukis yang
memiliki bentuk unik yang bahkan bisa mencerminkan maksud tertentu yang
berhubungan dengan karya seni di dalamnya.
Gambar 1.2. Galeri Seni Lukis
Sumber : https://images.google.com/ kata kunci “Galeri Seni Lukis”
Selain galeri seni lukis, terdapat tempat kerja pelukis yang dipamerkan atau
bahkan digunakan untuk edukasi dalam Seni Melukis. Tempat kerja ini dinamakan
sanggar dan di dalamnya memiliki banyak kebutuhan untuk melukis seperti kanvas,
kuas, dan cat. Sanggar sendiri terdiri dari dua fungsi yaitu untuk pelukis itu sendiri
maupun digunakan untuk edukasi. Sanggar yang digunakan untuk sarana edukasi
dinamakan sanggar kursus. Di dalam sanggar lukis kursus, terdapat proses
pembelajaran mulai dari dasar hingga praktek melukis.
Gambar 1.3. Sanggar Seni Lukis
Sumber : https://images.google.com/ kata kunci “Sanggar Seni Lukis”
Sanggar seni lukis yang baik tidak hanya menampilkan keindahan pada
lukisannya saja, namun juga keindahan yang terdapat di bangunannya sendiri atau
bahkan memanfaatkan keindahan alam di sekitarnya. Sanggar Seni Lukis yang
memiliki kesatuan dengan lingkungan sangat menarik dan dapat menjadi cara
3
memamerkan keindahan bangunan. Lokasi seperti di Sleman yang masih memiliki
lingkungan yang cukup baik dapat dimanfaatkan untuk membuat sebuah Sanggar Seni
Lukis. Jauh dari kebisingan kota juga dapat menjadi nilai positif yang dapat memicu
keindahan bangunan untuk dipamerkan.
1.2. LATAR BELAKANG MASALAH
Setiap seniman tentunya ingin suasana ruang kerjanya memiliki nilai lebih
dibanding dengan ruang kerja biasa. Setiap seniman hanya bisa bekerja ketika mereka
mampu menuangkan ide mereka di atas meja kerja mereka. Seniman seni lukis juga
harus mampu membangkitkan ide setiap saat ia akan melukis. Tanpa adanya ide,
seniman tidak mungkin bisa membuat hasil karya seni yang maksimal.
Ruang yang dapat membangkitkan ide inilah yang menjadi sangat penting.
Keunikan ruang dapat membentuk suatu ide tertentu bagi para seniman. Bahkan, ruang
yang unik juga dapat membangkitkan imajinasi para penikmat seni yang berada di
dalamnya. Kebutuhan ruang yang dapat membangkitkan ide menjadi sangat penting
bagi seniman maupun penikmat seni. Maka, ruang yang dapat membangkitkan ide-ide
atau dengan kata lain ruang yang Inspiratif menjadi hal yang dapat dijadikan kekuatan
pada bangunan ini.
Selain ruang, fasad maupun bentuk bangunan yang unik juga dapat memunculkan
ide-ide sekaligus dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung. Fasad maupun bentuk
bangunan yang unik akan menjadi pemicu ide yang baik bagi para seniman maupun
menjadi nilai lebih dari sebuah bangunan. Bangunan yang unik menjadi sangat penting
dan cocok dalam bangunan yang berhubungan dengan kesenian.
Indonesia merupakan Negara dengan iklim tropis. Untuk membuat bangunan
menjadi inspiratif, faktor kedekatan bangunan dengan alam dapat dijadikan salah satu
cara. Kedekatan bangunan dengan alam dapat diwujudkan salah satunya dengan
memanfaatkan arsitektur ekologis.
4
Arsitektur Ekologis merupakan cara di dalam arsitektur yang berwawasan
lingkungan. Kata ekologi memiliki arti bagaimana sebuah organisme berinteraksi
dengan lingkungannya. Dalam ekologi, makhluk hidup dan lingkungan adalah satu
kesatuan atau sistem. Maka, arsitektur ekologis sangat memberatkan kesatuan
bangunan dengan lingkungan sekitarnya.1
Gambar 1.4. Karya Arsitektur Ekologi
Sumber : http://cleanaircanada.blogspot.com/2012/10/a-tribute-to-green-architecture.html
Dengan memanfaatkan iklim dan apa yang ada di tapak, arsitektur ekologis
berusaha membuat bangunan menjadi ramah lingkungan sekaligus melestarikannya.
Arsitektur ini sangat cocok untuk bangunan yang ingin dibangun dengan menyesuaikan
tapaknya. Arsitektur ekologis ini merupakan cabang arsitektur yang cukup terbilang
baru yang difungsikan untuk memperoleh kenyamanan lingkungan dengan
memanfaatkan apa yang ada di lingkungan tersebut.
1.3. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana wujud rancangan Sanggar dan Galeri Seni Lukis yang merupakan
fasilitas pendidikan informal sekaligus fasilitas hiburan tentang seni lukis bersifat
Inspiratif melalui bangunan yang menyesuaikan kondisi tapak dengan menggunakan
arsitektur ekologis tropis? 1 http://ayodiamahardika.wordpress.com/2013/10/06/arsitektur-berwawasan-lingkungan/
5
1.4. TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan
Mewujudkan rancangan Sanggar dan Galeri Seni Lukis Inspiratif melalui
bangunan yang menyesuaikan kondisi tapak dengan menggunakan arsitektur
ekologis tropis.
Sasaran
Menganalisis pengaruh bangunan dan tata ruang dalam maupun luar pada kesan
pemanfaatan keindahan lingkungan dengan menggunakan arsitektur ekologis.
1.5. METODE PEMBAHASAN
Metode Studi Literatur, adalah proses pengumpulan data baik dengan mengkaji
bahan-bahan pustaka dan referensi untuk mendapatkan bahan acuan dalam proses
analisis perencanaan dan perancangan bangunan.
a. Metode Studi Preseden, adalah proses pengumpulan data dari beberapa fungsi
sejenis sebagai referensi tambahan untuk mendapatkan data yang diperlukan
dalam proses analisis perencanaan dan perancangan bangunan.
b. Metode Studi Tapak, adalah sebagai pengetahuan tapak yang akan digunakan
dengan detil serta menganalisis keadaan-keadaan di dalam dan sekitar tapak untuk
dijadikan acuan dalam memberikan kesan kesatuan dengan bangunannya.
6
1.6. TATA LANGKAH
LATAR
BELAKANG
RUMUSAN
MASALAH
TUJUAN DAN
SASARAN
METODE
PEMBAHASAN
STUDI
LITERATUR
STUDI
PRESEDEN
STUDI
TAPAK
Pengertian seni lukis
Sanggar dan galeri
seni lukis
Bangunan Sanggar
dan Galeri
Bangunan yang
menyesuaikan
kondisi tapak
Arsitektur Ekologis
Sleman
Potensi
Lokasi Inspiratif
Arsitektur Ekologis
ANALISIS
PROGRAMATIK
ANALISIS
TATANAN FISIK
D A T A
Fungsi
Bentuk
Ruang
Bidang
Konteks
Fasilitas
PENDEKATAN
KONSEP
7
1.7. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang, tujuan, dan sasaran ditulisnya makalah ini serta metode
dan langkah-langkah dalam menyelesaikan makalah.
BAB II : SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS INSPIRATIF
Berisi mengenai penjelasan singkat mengenai kondisi sanggar dan galeri seni lukis di
Indonesia khususnya di Yogyakarta dan juga menjelaskan tentang proyek makalah ini
hubungannya dengan sanggar dan galeri sei lukis yang sudah ada.
BAB III : LANDASAN TEORI
Berisi mengenai teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan. Teori yang
digunakan antara lain teori yang bersangkutan dengan ruang yang inspiratif, teori
tentang arsitektur dekonstruksi, teori tentang bangunan yang menyatukan ruang dengan
tapak, dan lain-lain.
BAB IV : DESKRIPSI KAWASAN
Berisi mengenai penjelasan tentang pemilihan kawasan dan tapak yang akan digunakan.
Tapak menggunakan beberapa alternative dan diputuskan setelah dijelaskan masing-
masing alternatifnya.
BAB V : ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Berisi tentang uraian dan analisis mulai dari aspek manusia sampai ke bentuk ruang dan
bangunannya berhubungan dengan masalah yang ditetapkan. Berisikan juga tentang
penjelasan struktur dan utilitas bangunan.
BAB VI : KONSEP
Berisi kesimpulan dari analisis yang akan dijadikan konsep akhir bangunan.
8
BAB II
SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS INSPIRATIF
2.1. SENI LUKIS
a. Pengertian Seni Lukis
Seni Lukis merupakan salah satu cabang dari seni rupa dan merupakan
sebuah pengembangan utuh dari menggambar. Melukis sendiri merupakan
kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi
untuk mendapatkan kesan tertentu, dengan melibatkan ekspresi, emosi, dan
gagasan pencipta. Ekspresi pelukis menjadi pendorong utama dalam kegiatan ini,
sedangkan bentuk, corak, dan warna merupakan hasil akibat ekspresi tadi.2
Dalam bahasa Latin pada abad pertengahan, terdapat istilah-istilah seperti
ars, artes, dan artista. Ars memiliki arti teknik yang maksudnya adalah
ketangkasan dan kemahiran dalam mengerjakan sesuatu. Artes berarti sekelompok
orang yang memiliki ketangkasan atau kemahiran. Artista adalah anggota yang
ada di dalam kelompok-kelompok tersebut. Maka kiranya artista dapat
dipersamakan dengan seniman.
Gambar 2.1. Contoh Lukisan
Sumber : http://vhaedyoverste.blogspot.com/p/seni-lukis.html
2 Perrbandingan : http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_lukis dan http://aenze.blogspot.com/2013/03/pengertian-seni-
lukis.html
9
Seni Lukis menurut Leo Tolstoy merupakan ungkapan perasaan pencipta
yanng disampaikan kepada orang lain agar mereka dapat merasakan apa yang
dirasakan pelukis3. Seni lukis juga dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan
pencipta yang disampaikan kepada orang lain agar mereka dapat merasakan
perasaan si pelukis lukisan tersebut4. Seni Lukis menurut Thomas Munro adalah
alat yang diciptakan manusia untuk menimbulkan efek psikologis atas manusia
lain yang melihatnya5. Seni menurut Soedarso S.P. adalah karya manusia yang
digunakan sebagai alat komunikasi antar manusia untuk mengekspresikan
pengalaman-pengalaman batin si pencipta yang disajikan secara indah sehingga
merangsang timbulnya pengalaman batin pula pada manusia lain yang
menghayati lukisan tersebut6. Dengan demikian, seni lukis secara garis besar
dapat digambarkan sebagai alat manusia untuk berkomunikasi dengan gambar dan
warna yang diolah dalam bidang dua dimensi, dimana terdapat pesan, perasaan,
ataupun pengalaman si pelukis yang ingin disebarkan kepada seluruh orang yang
menikmati lukisannya.
b. Sejarah Seni Lukis
Secara sejarah global, seni lukis sudah dikenal sejak jaman prasejarah. Hal
ini dibuktikan dengan banyaknya peninggalan-peninggalan berupa gambar pada
dinding-dinding goa yang dipercaya sebagai cara manusia pada jaman prasejarah
berkomunikasi. Susunan gambar-gambar di dinding goa jaman prasejarah
biasanya membentuk sebuah komposisi narasi (kisah ataupun cerita). Objek yang
sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan objek
alam seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Objek yang digambar tidak
selalu serupa dengan aslinya dan inilah yang dinamakan citra dan sangat mudah
dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap objeknya. Pencitraan menjadi
bagian penting karena juga dipengaruhi oleh imajinasi orang yang melihatnya.
3 Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung:Penerbit ITB, Hal.62
4 Sukaryono, Eddi. 1988. Pendidikan Seni Rupa Jilid 2. Tangerang:Bina Aksara, Hal.7
5 Susanto, Eddi. 2002. Diksi rupa: Kumpulan istilah Seni Rupa. Yogyakarta:Penerbit Kanisius, Hal.101
6 Susanto, Eddi. 2002. Diksi rupa: Kumpulan istilah Seni Rupa. Yogyakarta:Penerbit Kanisius, Hal.101
10
Dalam perkembangan seni lukis, imajinasi dan pencitraan memegang peranan
yang sangat penting hingga kini.
Gambar 2.2. Contoh-contoh lukisan dinding goa jaman prasejarah
Sumber : http://amekaw.com/2012/05/gambar-lukisan-dinding-gua-pada-zaman-dulu-kala/
Selain penemuan pada jaman prasejarah, huruf hieroglyph yang ditemukan
di dinding-dinding piramida Mesir juga merupakan salah satu hasil seni lukis
pada jaman Mesir Kuno. Huruf dalam Mesir Kuno sebenarnya merupakan gambar
dan pencitraan terhadap sebuah objek yang dapat dilihat di dalam kehidupan
sehari-hari. Ini membuktikan bahwa seluruh kebudayaan di dunia mengenal seni
lukis dikarenakan lukisan/gambar sangat mudah dibuat dan dimengerti.
Gambar 2.3. Contoh penulisan hieroglyph (Kiri : Papyrus Ani, Kanan : The Rosetta Stone)
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Egyptian_hieroglyphs
11
c. Ragam Seni Lukis
Dalam perkembangannya, Seni Lukis membuahkan banyak ragam dan
corak yang berbeda dikarenakan perkembangan jaman maupun perkembangan
kebudayaan dan trend yang berlaku di wilayah lukisan tersebut diciptakan. Selain
itu, keinginan pelukis untuk mengekspresikan dirinya lebih dalam juga salah satu
faktor yang sangat berpengaruh pada penciptaan ragam seni lukis. Perbedaan-
perbedaan ini melahirkan banyak aliran dalam Seni Lukis sendiri. Aliran-aliran
yang terdapat di dalam Seni Lukis cukup banyak dan memiliki ciri khas dan
keunikan pada masing-masing jenisnya. Berikut ini merupakan aliran-aliran yang
terdapat dalam seni lukis :7
i. Surrealisme
Aliran seni lukis ini cukup unik karena temanya yang tidak nyata.
Biasanya, pada aliran ini lukisan diciptakan berdasarkan bentuk-bentuk
yang dilihat pelukisnya di dalam mimpi. Dalam aliran ini, pelukis
berusaha untuk mengabaikan bentuk secara keseluruhan kemudian
mengolah setiap bagian tertentu dari objek untuk menghasilkan kesan
tertentu yang dapat dirasakan manusia tanpa harus mengetahui bentuk
aslinya. Pelopor aliran seni lukis ini adalah Joan Miro, Salvador Dali, dan
Andre Masson.
Gambar 2.4. Contoh Seni Lukis dengan aliran Surrealisme (Kiri : “A Friend in Need”
oleh Cassius Marcellus Coolidge dan Kanan : “Soft Construction with Beans” oleh
Salvador Dali)
Sumber : http://www.paintings2enjoy.com
7 http://wisnujadmika.wordpress.com/tag/ragam-seni-rupa/
12
ii. Kubisme
Aliran seni lukis ini cukup menarik dikarenakan pelukis
melakukan usaha abstraksi terhadap objek dalam bentuk-bentuk geometri
untuk mendapatkan kesan tertentu. Dalam aliran ini, seni lukis bukan
sebagai penggambaran alam karena bentuk-bentuknya yang sudah tidak
menyesuaikan objeknya, namun membuatnya menjadi abstrak. Aliran ini
lebih menekankan kepada kesan tertentu yang ingin diberikan dan bukan
lagi sekedar penggambaran dari objek itu sendiri. Pelukis terkenal yang
menggunakan aliran ini adalah Pablo Picaso.
Gambar 2.5. Contoh seni lukis dengan aliran Kubisme (Kiri : “Reservoir” oleh Pablo
Picaso dan Kanan : “Vrouw” oleh Georges Braque)
Sumber : http://www.webkwestie.nl/davinci%20code/html/kubisme.html
iii. Romantisme
Seni Lukis beraliran Romantisme merupakan aliran tertua di dalam
sejarah seni lukis modern di Indonesia. Dalam aliran ini, pelukis berusaha
membangkitkan kenangan-kenangan yang romantis dan memaparkan
keindahan pada setiap objeknya. Pemandangan alam merupakan objek
yang paling sering diambil sebagai latar belakang lukisan dikarenakan
alam dapat dengan mudah membuat kesan indah.
Romantisme dimulai oleh pelukis-pelukis pada jaman penjajahan
Belanda yang kemudian ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan
13
koleksi dan galeri di jaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran
ini adalah Raden Saleh.
Gambar 2.6. Contoh seni lukis dengan aliran Romantisme (Kiri : “Badai” dan Kanan :
“Perburuan Rusa” keduanya oleh Raden Saleh)
Sumber : http://fhetanblog.wordpress.com/2012/03/09/diskripsi-karya-seni-lukis/
iv. Ekspresionisme
Aliran seni lukis ini merupakan usaha dari seniman untuk
mendistorsi sebuah objek dengan berbagai macam efek emosional untuk
menciptakan sebuah lukisan. Selain di dalam lukisan, aliran ini dapat
ditemukan pada sastra, film, musik, dan arsitektur. Dalam pembuatannya,
biasanya pelukis menggunakan permainan warna dan distorsi bentuk
untuk menimbulkan kesan emosional. Pelopor seni lukis aliran
ekspresionisme adalah Vincent Van Gogh, Paul Gaugiuin, Ernast Ludwig,
Karl Schmidt, Emile Nolde, J.J..Kandinsky dan Paul Klee. Di Indonesia,
seniman yang menganut aliran seni lukis ini adalah Affandi, Zaini dan
Popo Iskandar.
14
Gambar 2.7. Contoh seni lukis dengan aliran Ekspresionisme (Kiri : “Starry Night” oleh
Vincent Van Gogh, Tengah : “Andong Jogja” oleh Affandi, dan Kanan : “The Scream”
oleh Edward Munch)
Sumber : en.wikipedia.org
v. Fauvisme
Aliran fauvisme sangat mengagungkan kebebasan berekspresi,
sehingga banyak objek lukisan yang dibuat kontras dengan aslinya seperti
pohon berwana jingga. Lukisan-lukisan fauvis betul-betul membebaskan
diri dari batasan-batasan aliran seni lukis sebelumnya.
Pelukis fauvisme cenderung melukis apa yang mereka inginkan
tanpa memikirkan isi dan makna dari sebuah lukisan yang dibuat. Maurice
De Vlaminck, merupakan tokoh fauvisme yang terinspirasi oleh goresan
warna Vincent Van Gogh.
Gambar 2.8. Contoh seni lukis dengan aliran Fauvisme (Kiri : “Le Faubourg de
Colioure” oleh André Derain dan Kanan : “Rue de Marly Leroy” oleh Maurice de
Vlaminck)
Sumber :
http://art.and.facts.site.free.fr/Site/3principalestendancesetecoles/31lanonfiguration/311l
esdifferentsmouvments/3117fauvisme800x600.html
vi. Realisme
Realisme dalam seni lukis memiliki arti sebuah aliran dimana
kebenaran, kejujuran ditampilkan pada lukisan dengan mempresentasikan
kondisi yang sebenarnya pada sebuah objek lukisan. Aliran ini tidak
memiliki interpretasi-interpretasi khusus dan hanya menampilkan apa
yang dapat terlihat oleh mata dalam kehidupan sehari-hari. Seniman
15
realism biasanya menggabungkan unsur naturalism ke dalam lukisan
mereka karena kebanyakan lukisan yang dibuat merupakan kondisi dan
kejadian di alam sekitar.
Gambar 2. 9. Contoh seni lukis dengan aliran Realisme (Kiri : “Conscience, Judas” oleh
Nikolai Ge dan Kanan oleh Vladimir Sorin)
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Realisme_(seni_rupa),
http://artodyssey1.blogspot.com/2011/01/vladimir-sorin.html
vii. Naturalisme
Naturalisme dalam seni lukis adalah aliran yang berusaha
melukiskan sesuatu objek sesuai dengan kondisi alam. Objek yang
digambarkan persis diungkapkan seperti mata melihat. Untuk memberi
kesan mirip, maka bentuk yang persis atau proporsi, keseimbangan,
perspektif, pewarnaan dan lainnya diusahakan setepat mungkin sesuai
mata kita melihat.
Dalam aliran ini, lukisan biasanya menggambarkan keadaan alam
sekitar dan keindahan-keindahan alamnya seperti sungai, sawah, dan
sebagainya. Aliran ini juga sangat dekat dengan aliran realism dan
romantisme, bahkan terkadang sebuah lukisan dapat merupakan gabungan
dari dua atau tiga di antaranya. Tokoh-tokoh naturalisme dunia antara lain
adalah Rembrant, William Hogart dan Frans Hall. Di Indonesia yang
menganut aliran ini adalah Raden Saleh, Abdullah Sudrio Subroto,Basuki
Abdullah, Gambir Anom dan Trubus.
16
Gambar 2.10. Contoh seni lukis dengan aliran Naturalisme
Sumber : http://www.kaskus.co.id/thread/508bf3af017608ef0f000008/13-macam-gambar-
aliran-seni-lukis-dan-penjelasannya-serba-13
2.2. SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS
a. Pengertian Sanggar dan Galeri Seni Lukis
Sanggar seni lukis adalah sarana yang digunakan oleh suatu komunitas
atau sekumpulan orang untuk melakukan kegiatan seni lukis8. Kegiatan yang ada
dalam sebuah sanggar seni lukis dapat berupa kegiatan pembelajaran tentang seni
lukis, yang meliputi proses dari pembelajaran, penciptaan, hingga produksi.
Segala proses tersebut hampir sebagian besar dilakukan di dalam sanggar
(tergantung ada tidaknya fasilitas dalam sanggar), dalam sanggar seni lukis, maka
proses akhir dapat berupa pameran maupun pemasaran hasil karya seni lukis.
Tempat melakukan pameran seni lukis itulah yang disebut dengan Galeri Seni
Lukis.
Sanggar seni lukis termasuk ke dalam jenis pendidikan nonformal.
Sanggar seni lukis biasanya didirikan secara mandiri atau perorangan. Tempat dan
fasilitas belajar dalam sanggar seni lukis tergantung dari kondisi masing-masing
sanggar. Kondisinya dapat sangat terbatas maupun yang memiliki fasilitas
lengkap. Sistem atau seluruh kegiatan yang terjadi dalam sanggar seni lukis
sangat fleksibel seperti menyangkut prosedur administrasi, pengadaan sertifikat,
pembelajaran yang menyangkut metode pembelajaran hingga evaluasi mengikuti
peraturan masing-masing sanggar seni. Dengan demikian antara sanggar seni
lukis satu dengan yang lainnya memiliki peraturan yang belum tentu sama.
8 http://id.wikipedia.org/wiki/Sanggar_seni
17
Berdiri secara mandiri, sanggar seni biasanya berstatus swasta, dan untuk
penyetaraan hasil pendidikannya harus melalui proses penilaian penyetaraan oleh
lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah agar bisa setara
dengan hasil pendidikan formal.
Gambar 2.11. Kegiatan di sanggar seni lukis
Sumber : http://dianvalen.files.wordpress.com
b. Keberadaan Sanggar dan Galeri Seni Lukis di Indonesia
Sanggar Seni Lukis di Indonesia sudah cukup banyak dan tersebar di
beberapa daerah, terutama di kota-kota yang memiliki aspek budaya dan
pariwisata yang cukup kuat seperti di Yogyakarta dan Bali. Aspek kebudayaan
dan pariwisata di Indonesia sangat mendapat perhatian khusus, terutama dari
wisatawan manca Negara. Mendirikan sanggar seni sekaligus untuk memamerkan
seni lukisan kepada umum menjadi hal yang sangat menguntungkan bila daerah
tersebut menjadi target wisatawan. Meski begitu tetap tidak menutup
kemungkinan adanya banyak sanggar seni lukis lain yang terdapat di daerah yang
tidak terlalu sering dikunjungi wisatawan.
Sanggar seni lukis di Indonesia sangat beragam jenisnya. Ada sanggar
yang seni lukis yang menjadi satu dengan sanggar-sanggar lainnya dan
menetapkan sebuah tema seperti tradisional, kontemporer, ataupun modern.
Sanggar seni lukis juga biasanya dibagi menjadi sanggar seni lukis anak dan
umum. Sanggar seni anak bertujuan untuk melayani anak usia dini yang ingin
belajar melukis, sedangkan untuk umum tidak ada batasan usia. Dengan demikian
sanggar seni lukis dapat dibagi berdasarkan temanya maupun berdasarkan usia
anak didiknya.
18
Sebagai contoh, di Depok, Jawa Barat terdapat sanggar seni yang cukup
besar yaitu Sanggar Perahu Nusantara. Sanggar ini merupakan sanggar terpadu
yang terdiri dari berbagai macam jenis seni, sepeti seni lukis, seni tari, seni drama,
seni musik modern, dan seni musik tradisional. Di dalam sanggar ini terdapat
banyak sekali kegiatan yang dilakukan karena banyaknya jenis seni yang diangkat.
Karena banyaknya kegiatan tersebut, sanggar ini membuat jadwal dan
menjalankan tiap kegiatan di waktu yang terpisah.
Gambar 2.12. Kegiatan Sanggar Seni Perahu Nusantara (Kiri : Seni Lukis, Tengah : Seni Perkusi,
Kanan : Seni Tari Tradisional)
Sumber : http://sangperantara.blogspot.com/p/blog-page.html
Selain sanggar Perahu Nusantara ini, masih banyak lagi sanggar-sanggar
seni lainnya yang tersebar di Indonesia.
c. Deskripsi Pelaku dan Kegiatannya pada Sanggar dan Galeri Seni Lukis
Sanggar Seni Lukis pada umumnya merupakan tempat belajar melukis dan
juga memamerkan hasil karya lukisnya. Terdapat beberapa pelaku utama dari
pengertian tersebut, yaitu : yang belajar, yang mengajar, yang memamerkan, dan
yang melihat pameran. Selain pelaku yang sudah disebutkan ada juga pelaku yang
bersifat tidak utama seperti karyawan, petugas kebersihan, petugas keamanan, dan
kepengurusan/kepengelolaan. Dengan demikian, pelaku dapat dibedakan menjadi
2 secara garis besar, yaitu :
i. Pelaku Utama, yaitu pelaku kegiatan yang menjalani fungsi utama dari
Sanggar Seni Lukis, dan
19
ii. Pelaku Pembantu, yaitu pelaku yang tugasnya membantu pelaku utama
dalam menjalankan kegiatannya.
Pelaku utama yang menjalani fungsi utama Sanggar Seni Lukis
merupakan pelaku yang menjalankan fungsi utama didirikannya bangunan ini.
Pelaku utama disini adalah peserta sanggar, pengajar sanggar, dan pengunjung
sanggar. Ketiganya merupakan pelaku utama yang menjalankan fungsi utama dari
Sanggar Seni Lukis ini. Tanpa para pelaku utama ini, maka sebuah bangunan
tidak dapat dikatakan sebagai Sanggar Seni Lukis. Kebereadaan mereka sangat
wajib dan memiliki kegiatan yang khas disbanding pelaku pembantu yang bisa
jadi sama kegiatannya pada jenis bangunan yang berbeda. Secara lengkap, pelaku
utama beserta kegiatannya di Sanggar Seni Lukis adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1. Deskripsi pelaku dan kegiatan utama pada Sanggar Seni Lukis
No Nama Pelaku Nama Kegiatan
1 Peserta Sanggar Menghadiri kelas, melukis, menghadiri
pameran lukisan, menitipkan lukisan untuk
dijual, makan dan minum, mencari
referensi.
2 Pengajar Sanggar Menghadiri kelas, mengajar, melukis,
menghadiri pameran lukisan, makan dan
minum, mencari referensi.
3 Pengunjung Sanggar Melihat lukisan, melihat proses belajar-
mengajar pada sanggar, menghadiri
pameran lukisan, makan dan minum,
mencari referensi, membeli lukisan dan
souvenir. Sumber : Pengamatan Pribadi 2013
Pelaku pembantu bukanlah yang menjadikan sebuah bangunan memiliki
jati diri, namun tugasnya juga sangat penting dalam menjalankan fungsi utama,
terutama untuk kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin dilakukan sendiri oleh
pelaku utama. Untuk itulah, tugas dan kegiatan pelaku pembantu adalah untuk
membantu pelaku utama dalam menjalankan fungsi bangunan Sanggar Seni Lukis
ini. Pelaku seperti pengurus Sanggar seni lukis mulai dari administrasi sampai
20
dengan keamanan merupakan pelaku pembantu. Maka, perlu diketahui juga bagan
organisasinya untuk kepengurusan ini sebelum melangkah lebih jauh ke deskripsi
kegiatannya.
Gambar 2.13. Struktur Kepengurusan Sanggar Seni Lukis
Sumber. http://jinggo-sobo.blogspot.com/p/ dan data pribadi
Dari bagan organisasi di atas dapat disimpulkan adanya pelaku-pelaku
pembantu yaitu penasehat, ketua, bendahara, sekretaris, bagian humas dan
promosi, bagian kependidikann, dan bagian kebersihan dan keamanan. Untuk
rincian pelaku pembantu dan kegiatannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2. Deskripsi pelaku dan kegiatan pembantu pada Sanggar Seni Lukis
No. Nama Pelaku Nama Kegiatan
1 Penasehat Memantau kinerja kepengurusan,
menerima laporan berkala dari ketua,
menulis laporan.
2 Ketua Memantau kinerja bawahan, menulis
laporan berkala, menerima laporan dari
bawahan.
3 Sekretaris Membuat laporan, memberikan laporan
kepada ketua.
KETUA
SEKRETARISBENDAHARA
BAGIAN
KEPENDIDIKAN
BAGIAN
HUMAS DAN
PROMOSI
PENASEHAT
PENGAJAR PENGAJARPENGAJAR
BAGIAN
KEBERSIHAN
DAN
KEAMANAN
21
4 Bendahara Membuat laporan, memberikan laporan
kepada ketua, mengurus keuangan,
melayani pembayaran.
5 Humas dan Promosi Menyusun program/acara, merancang
pesan tematik, membuat iklan, melakukan
pemasaran, memberikan kesan pada
masyarakat mengenai sanggar seni lukis,
membuat laporan.
6 Kependidikan Menyusun kurikulum, memantau kinerja
pengajar, membuat laporan.
7 Keamanan dan Kebersihan Menjaga kebersihan dan keamanan,
membuat laporan. Sumber : Pengamatan Pribadi 2013
d. Fasilitas Sanggar dan Galeri Seni Lukis
Fasilitas dalam sanggar seni bisa berbeda-beda tergantung kebutuhan
sanggar itu sendiri. Meski berbeda-beda, namun tetap ada fasilitas utama yang
wajib ada dalam sebuah sanggar seni. Fasilitas-fasilitas yang wajib ada adalah :
i. Ruang Kelas Sanggar
Seperti namanya, ruang kelas sanggar adalah ruang yang
diperuntukkan bagi murid sanggar untuk belajar. Ruang kelas sanggar
memiliki perbedaan dengan ruang kelas belajar biasa. Perbedaan tersebut
bisa beragam karena tataan ruang kelas sanggar bisa berbeda-beda
tergantung kebutuhannya. Meski berbeda-beda di dalam ruang kelas
sanggar biasanya terdapat meja gambar yang disediakan untuk setiap
individu di dalamnya baik murid maupun pengajarnya. Kalaupun tidak ada
meja gambar, setidaknya ruang kelas memiliki meja yang cukup luas
untuk menggambar.
Gambar 2.14. Contoh Kondisi Ruang Kelas Sanggar Seni Lukis
Sumber : http://www.missionartcenter.com/
22
Untuk penataan ruang kelas sanggar dapat sangat berbeda dengan
penataan ruang kelas biasa. Ruang kelas biasa memiliki penataan yang
teratur dan memusatkan pandangan dari tempat duduk murid ke arah
panggung atau area pengajar. Pemusatan pandangan mungkin masih dapat
dipertahankan, namun itu bukan hal yang wajib di dalam ruang kelas
sanggar. Di dalam ruang kelas sanggar justru terdapat perbedaan bagi
pergerakan pengajar. Dalam sanggar seni pengajar yang harus berkeliling
untuk melihat muridnya satu per satu dan bukan mengumpulkan
pandangan muridnya ke arah pengajar.
Gambar 2.15. Ilustrasi perbandingan tata ruang kelas biasa dengan tata ruang kelas
sanggar seni lukis
Sumber : Data Pribadi
ii. Ruang Pameran
Ruang pameran dalam sanggar seni lukis merupakan ruang yang
ditujukan untuk memamerkan hasil seni lukis. Pameran seni lukis ini dapat
berupa acara bulanan maupun mingguan. Lukisan yang dipamerkan
biasanya tidak semua lukisan, namun terkadang banyak juga yang
memamerkan semuanya jika pada acara-acara khusus. Fungsi lain dari
ruang pameran ini adalah untuk mempromosikan sanggar seni lukis yang
berkaitan dan memamerkan prestasi maupun kemampuan anak didiknya.
Skema Ruang Kelas biasa Skema Ruang Kelas
sanggar seni lukis
Fleksibel Pandangan Terpusat
23
Gambar 2.16. Contoh ruang pameran seni lukis
Sumber : Data Pribadi
Di dalam ruang pameran, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Desain dari ruang pameran harus dapat memperkuat hubungan antara
penikmat seni lukis dengan lukisannya. Karena sangat terpengaruh oleh
pilihan pengunjung, maka ruang pameran harus fleksibel sehingga dapat
disesuaikan dengan tema yang sedang diangkat maupun kesesuaian
dengan pengunjungnya. Jika memungkinkan, pengunjung harus bisa
dimanjakan dengan permainan sirkulasi sehingga tiap kali dating tidak
merasa bosan karena selalu melewati jalur yang sejalan. Jika dapat
disesuaikan secara maksimal, maka ketertarikan pengunjung untuk datang
secara berkala semakin besar.
Gambar 2.17. Syarat ruang pameran
Sumber : Time-Saver Standarts for Building Types, McGraw Hill (2001:683)
Secara ideal, ruang pameran dibuat bersebelahan atau menjadi satu
ruang. Alasannya adalah untuk memudahkan pengelolaan dalam hal
View ke dalam
Tanpa Sudut
Sudut yang masih
memungkinkan
Sudut
tumpul
24
keamanan dan kebersihan ruang. Meski begitu, apabila ruang pameran
merupakan suatu ruang yang sangat khusus maka dapat dipisahkan per
bagian untuk menunjukkan kekhususannya. Sangat penting untuk
diperhatikan bahwa sirkulasi pengunjung harus mudah diakses dan
langsung, sehingga tidak menyulitkan pengunjung dalam menemukan
lokasi pameran. Bila terdapat banyak ruang pameran, maka harus ada
“ruang pusat” untuk mengumpulkan pengunjung d antara ruang-ruang
pameran terlebih dahulu untuk memudahkan pengunjung memilih.
Ruang pameran juga harus memperhatikan pelingkup ruang
meliputi atap, dinding dan lantai ruang agar terlihat menarik. Selain
pelingkup, proporsi ruang dan pencahayaan ruang juga harus diperhatikan
demi menimbulkan kesan tertentu pada tiap tema atau lukisan yang
disajikan. Selain itu, jarak pandang manusia juga harus diperhatikan agar
pengunjung tidak kesulitan melihat lukisan dan adapt lebih menikmati
lukisan yang dipamerkan.
Gambar 2.18. Jarak Pandang Manusia terhadap Lukisan
Sumber : Time-Saver Standarts for Building Types, McGraw Hill (2001:684)
Untuk pencahayaan ruang pameran, intensitas pencahayaan dapat
beragam tergantung dari tema dan jenis pameran. Perbedaan intensitas ini
dapat memberikan kesan yang berbeda terhadap hasil karya seni yang
dipamerkan. Meski berbeda, pencahayaan ruang seharusnya lebih tinggi
30o
40o
1,2 m
± 3,6 m
25
intensitasnya kepada karya seninya daripada keseluruhan ruang tersebut,
sehingga sebuah karya seni menjadi sorotan utama sebuah pameran.
Pencahayaan ruang dapat berupa pencahayaan buatan maupun
alami. Untuk keseluruhan mungkin tidak ada masalah ketika harus
menggunakan pencahayaan alami, namun untuk hasil karya yang
dipamerkan tetap harus didukung oleh pencahayaan buatan. Sifat
pencahayaan alami menjadi lebih kepada penerangan dan pencahayaan
buatan menjadi pemberi kesan.
Gambar 2.19. Ilustrasi pemberian pencahayaan alami pada ruang pameran
Sumber : Time-Saver Standarts for Building Types, McGraw Hill (2001:691)
iii. Ruang Pengajar
Ruang pengajar adalah ruang tempat pengajar sanggar beristirahat
ketika tidak sedang mengajar di kelas. Ruang ini persis seperti ruang guru
ataupun ruang dosen pada sekolah maupun universitas formal. Di dalam
Skylight
laylight
26
ruang ini, setiap pengajar disediakan masing-masing satu meja dan kursi
untuk keperluan pribadi mereka.
Pada ruang pengajar terdapat juga ruang lain selain ruang istirahat
pengajar. Fasilitas ruang ini meliputi ruang diskusi, ruang tamu, dan ruang
arsip. Ruang diskusi digunakan untuk rapat atau mendiskusikan hal-hal
penting bagi pengajar. Ruang tamu digunakan jika ada tamu yang ingin
memasuki ruang pengajar. Ruang arsip digunakan untuk menyimpan data
tentang sanggar mulai dari visi dan misi hingga daftar murid dan pengajar.
Segala catatan penting untuk pengajar ada di dalam ruang arsip pengajar.
Dari deskripsi di atas, ruang pengajar adalah ruang tempat pengajar
mendapatkan berbagai macam akomodasi yang dibutuhkan bagi pengajar
ketika mereka tidak sedang mengajar.
iv. Gudang Penyimpanan
Gudang penyimpanan adalah tempat penyimpanan alat-alat yang
belum atau tidak selalu terpakai. Biasanya meja gambar yang tidak dipakai
disimpan di gudang ini. Gudang penyimpanan dapat berupa ruang kecil di
dekat kelas ataupun ruang yang cukup besar untuk menyimpan segala
macam barang termasuk yang bukan untuk kepentingan kelas melukis.
Selain untuk menyimpan alat, gudang penyimpanan juga terkadang
digunakan untuk menyimpan lukisan-lukisan lama yang tidak digunakan
ataupun yang belum terjual jika terdapat system penjualan lukisan.
Gudang seperti ini dapat dipisah dengan gudang penyimpanan alat
ataupun digabung tergantung kebutuhan masing-masing sanggar.
Dari deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa gudang
penyimpanan merupakan ruangan tempat menyimpan alat maupun lukisan
yang tidak sedang dipakai. Letak gudang penyimpanan bisa beragam, di
dekat masing-masing kelas maupun jadi satu di bagian tertentu dari sebuah
sanggar. Besar ruangannya beragam, sangat tergantung kebutuhan dan
besarnya sanggar itu sendiri. Semakin besar sanggar, maka peletakan dan
besaran gudang penyimpanan juga harus semakin besar.
27
v. Ruang Pengelolaan Sanggar
Ruang pengelolaan sanggar merupakan ruang yang dikhususkan
bagi pegawai yang mengurusi kepengelolaan dan sistem administrasi pada
sanggar tersebut. Besaran ruang dan banyaknya ruang disesuaikan dengan
kebutuhan pegawai yang bekerja di sanggar yang berkaitan.
Secara garis besar, fasilitas ruang yang ada di dalam ruang
pengelolaan sanggar sama seperti yang ada pada ruang pengajar. Ruang
tempat para pegawai bekerja yang dipisah per bidang masing-masing,
ruang tamu untuk menerima tamu, ruang arsip untuk menyimpan data
yang berkaitan dengan segala urusan kepengelolaan sanggar, dan ruang
rapat/diskusi untuk rapat maupun mendiskusikan hal-hal yang berkaitan
dengan kepengelolaan sanggar.
Supaya dapat dengan mudah mengontrol keseluruhan sanggar,
kontak secara visual antara kantor pengelola dengan akses masuk utama
dibutuhkan. Dalam beberapa kasus, peletakan kantor sengaja diletakkan
tepat si sebelah area masuk utama dan pengunjung harus melewati depan
kantor dahulu sebelum masuk ke dalam kawasan utama. Meja informasi
juga terdapat di daerah masuk dekat kantor untuk memudahkan pelayanan
sekaligus akses ke kantor pengelolaan.
vi. Ruang Karyawan
Ruang karyawan merupakan ruang tempat bagi para karyawan
selain urusan kepengelolaan sanggar beristirahat ataupun melakukan
kegiatannya. Karyawan yang dimaksud di sini antara lain petugas
kebersihan, petugas keamanan, petugas asrama, dan petugas lain yang
sejenis.
2.3. SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS INSPIRATIF
Sanggar Seni Lukis adalah jenis sekolah informal tempat belajar melukis. Selain
tempat belajar, sanggar juga dilengkapi dengan tempat memamerkan hasil karya lukis
28
para murid sanggar. Pengajar sanggar seni lukis biasanya adalah seorang seniman lukis
juga ataupun guru melukis. Di dalam sanggar seni lukis, praktek melukis lebih
ditekankan daripada teori-teorinya.
Sanggar Seni Lukis Inspiratif memiliki pengertian yang lebih khusus lagi dengan
tetap mempertahankan aspek-aspek sanggar di atas. Perbedaan dengan sanggar seni
lukis biasa terdapat pada spesifikasi fasilitas-fasilitas di dalamnya. Ruang kelas pada
sanggar seni lukis biasa hanya berbentuk seperti ruang kelas biasa yang diperlakukan
seperti ruang kelas biasa, namun pada sanggar seni lukis inspiratif bentuk, pandangan
dari dalam ruang kelas sangat diperhatikan.
Pandangan dari dalam ruang kelas terhadap area dalam dan menuju area luar kelas
harus bervariasi dan mampu menampilkan view menarik. Oleh karena itu pengaturan
ruang dalam bangunan harus baik sehingga dketika berada di dalamnya, pengguna
sanggar dan galeri dapat mendapatkan inspirasi secara maksimal. Pemilihan lokasi
harus tepat sehingga dapat memberikan pandangan keluar kelas dengan baik.
Gambar 2.20. Ilustrasi memberikan view yang baik
Sumber : Data Pribadi
Pendekatan bangunan yang menyesuaikan kondisi tapak memiliki arti bahwa
bangunan yang didirikan harus bisa menyesuaikan diri dengan aspek lingkungan sekitar.
Penyesuaian bangunan terhadap aspek lingkungan sekitar ditandai dengan adanya
hubungan kedekatan bangunan dengan lingkungan disekitarnya. Lingkungan sekitar
yang dimaksudkan disini lebih kepada keindahannya. Berhubungan dengan view dari
Ruang
kelas
Target
View Target
View
29
bangunan ke luar yang hendak dicapai, keindahan alam sekitar harus bisa dinikmati dari
dalam bangunan, sehingga akan menimbulkan terjadinya bukaan-bukaan di beberapa
tempat. Akan lebih baik juga jika lingkungan disekitar bangunan dapat tetap
dipertahankan tanpa harus mengubah terlalu banyak.
Lingkungan dalam kasus ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu lingkungan alami dan
buatan. Lingkungan alami berarti menggunakan apa yang sudah ada dari sebelum
dibangun menjadi bagian dari lahan bangunan. Contohnya jika ada sawah disekitar
lokasi, bisa dijadikan pemandangan yang baik tanpa harus merusak atau menyesuaikan
sawah dengan bangunannya, sehinga pemandangan sawah tersebut bisa menjadi satu
dengan lokasi bangunan didirikan. Lingkungan buatan berarti memanipulasi sebagian
lahan untuk dijadikan pandangan serupa dengan alam. Contoh lingkungan buatan
adalah taman. Taman menjadi daya tarik dan menjadi salah satu aspek buatan untuk
menampilkan keindahan view yang nantinya dapat dilihat dari dalam bangunan.
Gambar 2.21. Sawah sebagai lingkungan alami dan taman sebagai lingkungan buatan
Sumber : image.google.com (kata kunci persawahan dan taman)
Selain kedekatan secara pandangan, hubungan akses yang dekat dan langsung
juga menandai penyatuan bangunan dengan lingkungannya. Dapat mengakses
lingkungan sekitar tanpa menggunakan perantara buatan menjadi salah satu aspek
bangunan dapat dikatakan dengan dengan lingkungannya. Salah satu contohnya adalah
adanya akses dari taman ke kelas menjadikan bangunan terlihat lebih menyatu dengan
taman.
30
Gambar 2.22. Ilustrasi konsep penyatuan bangunan dengan alam
Sumber : Data Pribadi
Lingkungan Alami
– Pepohonan,
sawah.
Lingkungan
Buatan – Taman
Bangunan
Hubungan
Kedekatan
31
BAB III
LANDASAN TEORI DAN STUDI LITERATUR
3.1. MENGEMBANGKAN INSPIRASI DALAM BANGUNAN
3.2.1. Pengertian Inspirasi
Dalam mengembangkan inspirasi, terdapat beberapa faktor yang perlu
diperhatikan. Inspirasi datang dari berbagai macam hal yang unik dan tidak
biasa9
. Banyak sekali hal yang dapat mempengaruhi Inspirasi seseorang
seperti pemandangan yang indah, keramaian kota, permainan warna pada
suatu tempat, maupun kesunyian. Dengan banyaknya hal yang dapat
menimbulkan inspirasi, maka cara merangsang agar inspirasi keluar, suatu
ruang harus menyediakan pemandangan yang beragam dan tidak monoton.
Gambar 3.1. Pemberi inspirasi dalam kehidupan sehari-hari
Sumber : image.google.com (kata kunci pemandangan indah, keramaian kota, dan permainan
warna)
3.2.2. Pengaruh Bentuk
Salah satu faktor yang mempengaruhi Inspirasi adalah bentuk10
. Ketika
melihat adanya bentuk yang unik, maka manusia yang melihatnya secara tidak
langsung menyimpan bentuk unik tersebut ke dalam otak. Ketika dibutuhkan,
maka bentuk unik tadi akan memberikan ide. Ketika mata tidak biasa melihat
bentuk unik tersebut, maka ada kemungkinan itu akan dilupakan. Maka, ruang
9 http://kopikeliling.com/news/berbagai-cara-sederhana-untuk-mendapatkan-inspirasi-dalam-berkarya.html
10 Sastra M., Suparno. 2010. Inspirasi Desain: Rumah Tinggal: Tidak Bertingkat dan Bertingkat. Jakarta:Elex Media
Computindo, Hal.23
32
inspiratif yang baik harus bisa memberikan para penggunanya pengelihatan
akan bentuk unik tersebut agar tidak mudah hilang dari ingatan.
Bentuk merupakan faktor yang sangat dekat dengan arsitektur. Menurut
Ching (2007) bentuk adalah istilah inklusif yang memiliki beberapa arti dan
merupakan penampilan luar yang dapat dikenali. Bentuk memiliki komponen
visual berupa konfigurasi bentuk, ukuran, warna, tekstur, posisi, orientasi, dan
stabilitas visual bentuk.
Bentuk memiliki 3 wujud dasar yang dapat disesuaikan dengan
karakteristik bangunan.
Tabel 3.1. Sifat Wujud (shape) Dasar
Lingkaran Terpusat, berporos, dan stabil. Memiliki kesan lembut karena
tidak memiliki sudut.
Segitiga Menunjukkan kestabilan namun bila kaki-kakinya tidak sama
panjang akan menimbulkan kesan tidak stabil.
Segiempat Merupakan bentuk yang terkesan statis dan netral. Bentuk
segiempat memiliki berbagai macam variasi.
Sumber : Modul Estetika Bentuk Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch mengenai Bentuk dan
Wujud dalam Desain
Dalam mengolah bentuk menjadi sebuah susunan sangat perlu
diperhatikan untuk membuat bangunan ataupun ruang yang inspiratif. Bentuk
dapat diolah menjadi beragam jenis. Pengolahan bentuk memiliki 3 kriteria
dasar, yaitu :
Tabel 3.2. Kriteria Pengolahan Bentuk
Pola Sirkulasi Kelebihan Kekurangan
Dinamis Merupakan bentuk
pengembangan dari bentuk-
bentuk dasar dengan sedikit
perubahan yang kemudian
dipadukan mengikuti garis
Cocok untuk bangunan yang
memiliki sifat rekeatif atau unik,
namun untuk bangunan yang
memiliki lahan terbatas atau
menekankan pada kemudahan
33
lengkung. Memberikan kesan
terjadinya pergerakan yang
tidak monoton.
sirkulasi, bentuk ini sangat sulit
untuk dikembangkan.
Grid / Bujur
Sangkar
Bentuk tegas dan statis. Dapat
diolah menjadi grid yang
teratur. Memiliki garis-garis
yang tegas dimana garis-garis
tersebut menggambarkan
keteraturan fungsi dan aktifitas.
Terkesan kaku karena bentuk
merupakan grid dan terkesan
langsung pada sasaran ruang yang
dituju.
Kurva Digunakan untuk mengurangi
kesan kaku yang terdapat pada
kompleks ruang atau bangunan.
Lebih terlihat dinamis namun
tidak mengabaikan keteraturan.
Cenderung memusat pada titik
yang menjadi sumbu kurva dan
apabila tidak diatur dengan baik
akan membuat sirkulasi terlihat
membingungkan.
Sumber : Data Pribadi Kuliah Studio Arsitektur 3 (2009)
3.2.3. Pengaruh Piskologis Warna
Karena dekatnya seni lukis dengan faktor visual yang dimiliki manusia
(dalam hal ini pengelihatan manusia), maka sebuah ruang yang inspiratif
harus memiliki faktor visual yang banyak. Permainan warna pada ruang
merupakan salah satu cara memberikan inspirasi pada pengguna ruang.
Sebelum memasuki tentang pengaruh warna, akan terlebih dahulu dijelaskan
tentang penggolongan warna.
Warna dibagi menjadi 4 golongan, yaitu warna netral, primer, warna
sekunder, dan warna tersier11
. Warna netral adalah warna yang dapat
ditumpuk dengan warna lainnya, yaitu warna putih. Warna primer merupakan
warna dasar yang membentuk warna-warna lainnya. Warna yang termasuk
primer adalah warna kuning, merah, dan biru. Warna sekunder merupakan
warna yang lahir dari penggabungan 2 warna primer. Contoh warna sekondari
adalah oranye/jingga yang merupakan gabungan dari warna merah dan kuning.
Warna tersier merupakan warna yang dibentuk dari gradasi warna sekunder
terhadap cahaya. Contoh warna tersier adalah hijau muda yang merupakan
11
http://daniarwikan.blogspot.com/2009/02/teori-warna.html
34
gradasi terang dari warna hijau yang dihasilkan oleh warna kuning dan biru.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada spectrum warna di bawah ini.
Gambar 3.2. Spektrum Warna
Sumber : http://www.zainalhakim.web.id/uploads/image/teori-warna.jpg
Warna dapat mempengaruhi kondisi psikologis seseorang12
. Warna ruang
yang tidak sesuai dengan fungsi ruangnya akan menjadi tidak nyaman. Warna
yang cerah dapat memberikan kesan pada sebuah objek menjadi lebih lebar
dan ringan daripada sesungguhnya. Sebaliknya warna gelap memberikan
kesan lebih sempit dan berat. Memberikan banyak warna cerah dalam satu
ruang dapat menimbulkan kesan ceria. Efek psikologi ini sangat membawa
pengaruh bagi tujuan ruang itu digunakan sekaligus kenyamanan ruang.
Tabel 3.3. Pengaruh warna pada psikologis manusia
No. Warna Pengaruh positif Pengaruh negatif
1 Merah Hangat, membangkitkan
semangat, optimis, aktif, dan
komunikatif. Meningkatkan rasa
juang.
Bila warna yang digunakan
berlebihan justru merangsang
emosi dan dapat menimbulkan
perasaan panas.
2 Oranye Hangat, gembira, menilmbulkan Jika berlebihan akan merangsang
12
http://yayasanbsc.blogspot.com/2013/02/psikologi-warna.html
35
perasaan senang. Dapat
mengurangi perasaan tertekan.
perilaku hiperaktif.
3 Kuning Ekspresif, membangkitkan mood.
Memudahkan berpikir secara
logis dan memabangkitkan
intelektualitas.
Jika terlalu sedikit dalam
menggunakan warna ini justru
dapat menimbulkan perasaan
takut.
4 Hijau Menenangkan jiwa,
menyejukkan, memberi energy.
Dapat membantu mengurangi
tekanan dan membantu
konsentrasi.
Jika terlalu banyak digunakan
akan menimbulkan perasaan
terjebak.
5 Biru Memberikan perasaan tenang,
sejuk, hening dan damai.
Memberikan kenyamanan dan
perlindungan
Dapat mengurangi semangat jika
terlalu banyak digunakan.
6 Ungu Menarik dan hangat. Warna ungu
gelap dapat merangsang
kreatifitas, imajinasi, dan
inspiratif.
Memberikan kesan murung jika
terlalu banyak.
7 Hitam Kuat dan memberikan rasa
percaya diri.
Terlalu banyak warna hitam
akan menimbulkan perasaan
tertekan dan takut.
8 Abu-abu Serius, hening, dan hangat.
Menentramkan hati dan
memberikan kedamaian.
Dapat menimbulkan kesan yang
kaku, tidak menarik, dan tidak
komunikatif.
9 Coklat Netral, stabil, dan hangat.
Memberikan rasa aman dan
nyaman (santai).
Jika terlalu banyak akan
memberikan kesan kaku dan
berat.
Sumber : Majalah ASRI Edisi no. 02 Februari 2011
3.2.4. Pengaruh Tekstur
Tekstur merupakan karakteristik permukaan pada suatu objek. Tekstur
dibagi menjadi dua, yaitu tekstur sentuhan dan tekstur visual. Tekstur
sentuhan merupakan tekstur yang dapat didefinisikan apabila suatu objek
36
disebtuh oleh manusia. Tekstur visual merupakan tekstur yang dapat
didefinisikan oleh mata manusia seperti ukiran yang terdapat pada kayu.13
Tekstur dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :
1. Skala
Semakin halus skala per satuan tekstur yang terdapat pada suatu
objek, semakin halus pula tekstur yang terlihat secara visual.
2. Jarak Pandang
Semakin jauh jarak pandang terhadap suatu objek, maka tekstur
objek tersebut akan terlihat semakin halus.
3. Pencahayaan
Cahaya yang jatuh tepat di permukaan suatu objek akan
mempertajam tekstur bagian yang disinari tersebut.
3.2.5. Pengaruh Proporsi dan Skala
Proporsi merupakan hubungan perbandingan antara satu objek dengan
objek yang lain. Perbandingan pada proporsi dapat dilihat dari perbandingan
besaran, sudut, ataupun banyaknya objek yang dibandingkan. Proporsi di
dalam bangunan dapat dilihat dari meterialnya, struktur bangunannya,
ruangnya, dan massanya. Menurut Ching (2007), teori-teori menyangkut
proporsi dapat dijabarkan sebagai berikut :14
1. Golden Section
2. Classical Orders
3. Renaissance Theories
4. Modulor
5. Ken
6. Anthropometry
7. Scale
13
D.K. Ching, Francis. 2011. Desain Interior dengan Ilustrasi – Edisi kedua. Jakarta, Hal.97 14
D.K. Ching, Francis. 2007. Architecture Form, Space, and Order – Third Edition. United States of America, Hal.301
37
Skala merupakan perbandingan secara spesifik suatu objek dengan objek
lainnya. Skala dibedakan menjadi 3 jenis :15
1. Skala Mekanis
Perhitungan ukuran fisik sesuai standar perhitungan matematis.
2. Skala Visual
Merupakan ukuran relative yang dibandingkan oleh manusia yang
melihat suatu objek yang dibandingkan dengan objek lainnya yang
terdapat disekitarnya.
3. Skala Manusia
Merupakan perbandingan besaran objek terhadap proporsi tubuh
manusia yang berada di sekitar maupun di dalam objek untuk
mengetahui apakah objek tersebut sudah proporsional jika digunakan
manusia atau belum.
3.2. BANGUNAN YANG MENYESUAIKAN KONDISI TAPAK
3.2.1. Pengertian Bangunan yang Menyesuaikan Kondisi Tapak
Bangunan yang menyesuaikan kondisi tapak merupakan konsep yang
didasari pada Konsep Arsitektur Organik Amerika yang dikemukakan oleh
Frank Lloyd Wright. Awalnya, Wright menggunakan konsep form follow
function milik Louise Sullivan sebagai dasar yang kemudian ia kembangkan
menjadi Arsitektur Organik. Pada konsep ini sangat ditekankan bahwa bentuk
bangunan merupakan perpaduan antara struktur dengan lingkungan sekitarnya.
Konsep ini lebih menjelaskan bagaimana hubungan antara bangunan
dengan lingkungan tampak dekat. Pada dasarnya Wright menciptakan teori ini
berdasarkankonsep Form follows function milik Sullivan. Konsep ini
berusaha untuk menyatukan kondisi lingkungan sekitar dengan bangunannya
agar terlihat berdampingan. Kedekatan bangunan dengan lingkungan lebih
terlihat seperti bagaimana sebuah bangunan dapat beradaptasi dengan
15
D.K. Ching, Francis. 2011. Desain Interior dengan Ilustrasi – Edisi kedua. Jakarta, Hal.125
38
lingkungan sekitarnya. Apabila lingkungan tersebut dingin, maka penggunaan
materialnya harus yang dapat menghangatkan ruang.
3.2.2. Aplikasi Bangunan yang Menyesuaikan Kondisi Tapak ke dalam bangunan
Contoh bangunan yang menggunakan konsep ini cukup banyak ditemui.
Bangunan yang didesain oleh Frank Lloyd Wright untuk keluarga Edgar J.
Kaufmann, Falling Water House merupakan contoh penggunaan konsep
bangunan yang menyatu dengan lingkungan alam sekitarnya. Bangunan ini
merupakan bangunan yang mendefinisikan kembali hubungan antara manusia,
arsitektur, dan alam. Bangunan ini di desain dengan sebuah pemikiran akan
air terjun yang dapat dilihat sepanjang waktu dari rumah sendiri. Atas
pemikiran tersebut, rumah ini dibangun di atas air terjun.
Gambar 3.3. Eksterior Falling Water House
Sumber : http://terry-uniqueplaces.blogspot.com/2010/07/fallingwater.html
Bangunan ini menggunakan material-material dari alam seperti batu-
batuan dan kayu. Tanpa merusak alam sekitar, bangunan ini didirikan di
tengah hutan yang dulunya merupakan tempat kamping bagi pekerja di
perusahaan Kaufmann. Karena kurangnya kemampuan para karyawan untuk
berkamping secara berkala, maka tanah ini menjadi tidak terpakai. Saat itulah
keluarga Kaufmann menggunakan lahan ini untuk dijadikan rumah liburan
bagi mereka.
Wright melakukan sentuhan pada perabot dalam desain interiornya,
merancang hampir semua furnitur bahkan perapian. Ia juga menerapkan
penggunaan batu alam yang akan dijadikan dinding, lantai, dan tangga.
39
Penggunaan bahan alami ini diperuntukkan dalam menyesuaikan bangunan
agar mendapatkan kesan menyatu dengan alam sekitarnya.
Gambar 3.4. Interior Falling Water House
Sumber : http://terry-uniqueplaces.blogspot.com/2010/07/fallingwater.html
Gambar 3.5. Site Plan Falling Water House
Sumber : http://terry-uniqueplaces.blogspot.com/2010/07/fallingwater.html
40
Gambar 3.6. Denah Lantai 2 dan 3 Falling Water House
Sumber : http://terry-uniqueplaces.blogspot.com/2010/07/fallingwater.html
Dari konsep Falling Water House ini didapatkan beberapa kesimpulan
mengenai kriteria bangunan yang menyesuaikan tapak sekitar. Kriteria yang
paling penting adalah diusahakan tidak merusak lingkungan sekitar karena
konsep ini kuat karena keberadaan lingkungan sekitar pada tapak. Kriteria
berikutnya adalah dengan menggunakan material dari alam untuk
menselaraskan bangunan dengan lingkungan sekitarnya. Konsep ini akan
lebih kuat jika adanya aliran air, kayu, dan bebatuan sebagai penyelesaian
akhir baik di dalam maupun di luar bangunan.
Berangkat dari desain oleh Wright inilah, bangunan yang menyesuaikan
kondisi tapak muncul. Maksud dari pengertian konsep ini sendiri tidak
berbeda jauh dari pengertian Arsitektur milik Wright, yaitu bangunan yang
serasi dengan lingkungannya. Menciptakan bangunan yang serasi ini didasari
dengan beberapa konsep berkenaan dengan material bangunan dan penataan
massa bangunan.
Dalam pengolahan material, terdapat beberapa perbedaan yang dapat
dirasakan manusia. Material memiliki ciri khas masing-masing dan setiap
41
material memiliki “rasa” sendiri dalam menciptakan suasana. Material yang
apat digunakan untuk pelingkup bangunan terdiri dari :
Kayu
Kayu memiliki sifat tenang dan menghangatkan suasana. Ketika para
seniman maupun peserta sanggar berdiskusi dalam ruang, suasana hangat dan
akrab sangat diperlukan. Sifat ketenangan juga dapat memberikan para
seniman maupun peserta sanggar inspirasi dalam mencari ide.
Bebatuan
Bebatuan digunakan sebagai pelapis dinding yang dapat memberikan
suasana alami dan tenang. Suasana ini dapat digunakan untuk menyatukan
bangunan dengan lingkungan sekitar. Suasana ini juga memberikan para
peserta sanggar maupun seniman inspirasi.
Batu Bata
Hampir sama dengan material jenis bebatuan, batu bata memiliki kesan
alami dan tenang. Batu bata memiliki sifat untuk menolak panas sehingga
ketika berada di dalam ruang akan terasa lebih dingin. Batu bata sangat cocok
digunakan pada daerah dengan suhu yang panas seperti pada daerah iklim
tropis.
Kertas
Kertas dapat memberikan kesan menyatu dengan sekitarnya apabila
warna dan motifnya disesuaikan dengan kesan yang ingin dibangun. Dengan
menggunakan motif alami dapat membuat seolah-olah ada hubungan antara
pemandangan dekat ruang dengan dinding dan dapat memberi kesan
menghilangkan jarak ruang dengan lingkungan alam sekitarnya.
Cermin/Kaca
Cermin dapat memberikan meluaskan ruangan. Dengan cermin maka
pantulan ruang dapat dilihat dan membuat seolah-olah lantai ruang tersebut
sangat luas. Kaca dapat digunakan untuk memperlihatkan pemandangan yang
berada di luar ruang. Kaca dapat memberikan kesan menghilangkan batas
antara ruang dan ruang di luarnya.
42
Cat
Cat adalah pelapis bangunan yang paling utama digunakan. Kesan dan
suasana yang ditimbulkan tergantung dari warna maupun kombinasi warna
yang digunakan. Permainan warna pada cat dapat menimbulkan banyak
persepsi tergantung warna apa saja yang digunakan dan pengaturannya.
3.3. ARSITEKTUR EKOLOGIS TROPIS
3.3.1. Pengertian Arsitektur Ekologis Tropis
Arsitektur Ekologis merupakan penyelesaian dalam membangun
berwawasan lingkungan (Frick, 1998). Unsur-unsur yang perlu diperhatikan
dalam konsep ini adalah adanya unsur pengaruh iklim, pelestarian lingkungan
dan penghijauan. Dalam arsitektur ekologis, bangunan berdiri dengan
lingkungan disekitarnya maka bangunan tersebut harus berdampingan dengan
lingkungan sekitarnya.16
Iklim di Indonesia adalah tropis panas lembap. Curah hujan dan tingkat
kelembapan pada iklim ini tinggi disertai dengan suhu yang selalu tinggi.
Angin bertiup dari arah berlawanan pada musim hujan dan musim kemarau.
Cahaya matahari pada iklim tropis mengandung efek samping berupa sinar
panas. Sebuah bangunan yang didirikan pada daerah iklim ini harus memiliki
perlindungan terhadap radiasi matahari, hujan, serangga, dan angin.
3.3.2. Pengaruh Arsitektur Ekologis Tropis
Bangunan yang berada pada iklim tertentu akan terpengaruh oleh
lingkungan secara fisik. Pengaruh ini berupa pengaruh positif dan negatif
yang diberikan alam pada suatu bangunan. Adapun pengaruh fisik bangunan
yang dapat diterima pada iklim tropis, yaitu :17
a. Pengaruh terhadap matahari
i. Pengaruh Positif :
16
Frick, Heinz dan F.X. Bambang S. 1998. Dasar-dasar Eko Arsitektur. Yogyakarta:Penerbit Kanisius, Hal.39 17
Frick, Heinz dan Tri Hesti Mulyani. 2006. Arsitektur Ekologis. Yogyakarta:Penerbit Kanisius, Kesimpulan
43
Sebagai sumber pencahayaan alami alternatif.
Sebagai sumber energy alternatif.
Menetralisir kelembapan ruang.
Memberikan energi dan nutrisi pada vegetasi sekitar bangunan.
ii. Pengaruh Negatif :
Cahaya yang masuk secara berlebihan dapat menyebabkan suhu
ruang menjadi panas dan tidak nyaman.
Penyinaran sinar matahari langsung ke bangunan dapat
menyebabkan ketahanan material bangunan berkurang.
Dapat menimbulkan kekeringan dan dapat menurunkan kualitas
tanah.
b. Pengaruh terhadap angin
i. Pangaruh Positif :
Menjaga kestabilan suhu ruang pada siang dan malam hari.
Dapat digunakan sebagai sumber daya untuk beberapa sistem
utilitas bangunan.
ii. Pengaruh Negatif :
Tidak teraturnya suhu ruang dapat menimbulkan ketidaknyamanan
penggunanya.
Angin yang terlalu kencang dapat merusak fisik bangunan.
Bangunan sebaiknya memiliki banyak bukaan dengan jarak yang cukup
di antara bangunan agar pergerakan udara tetap terjamin (Frick, 2006)18
.
Orientasi bangunan sebaiknya diletakkan tegak lurus terhadap arah angin dan
terletak dengan arah dari timur ke barat untuk menanggapi pergerakan
matahari. Ruang disekitar bangunan juga perlu diletakkan pohon sebagai
peneduh dan pastikan tidak menggaggu pergerakan udara yang terjadi. Selain
itu perlu juga diberi tempat resapan air hujan dan penghijauan yang dapat
berupa taman.
18
Frick, Heinz dan Tri Hesti Mulyani. 2006. Arsitektur Ekologis. Yogyakarta:Penerbit Kanisius, Hal.46-47
44
Gambar 3.7. Skema Orientasi Bangunan dengan konsep ekologis pada iklim tropis
Sumber : Frick, Heinz 2006. Arsitektur Ekologis. Yogyakarta:Penerbit Kanisius hal 40
Patokan dalam membangun bangunan dengan arsitektur ekologis
menurut Frick (2006) adalah :19
1. Menciptakan kawasan penghijauan di antara kawasan
pembangunan sebagai paru-paru hijau.
2. Memilih tapak bangunan yang bebas dari radiasi geobiologis dan
meminimalkan medan elektromagnetik buatan.
3. Mempertimbangkan rantai bahan dan menggunakan bahan
bangunan alamiah.
4. Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam
bangunan.
5. Menghindari kelembapan tanah naik ke dalam konstruksi
bangunan dan memajukan sistem bangunan kering.
6. Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang
mampu mengalirkan uap air.
7. Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan antara
masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan.
8. Mempertimbangkan bentuk dan proporsi ruang berdasarkan aturan
harmonikal.
19
Frick, Heinz dan Tri Hesti Mulyani. 2006. Arsitektur Ekologis. Yogyakarta:Penerbit Kanisius, Hal.4
45
9. Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak menimbulkan
permasalahan lingkungan dan membutuhkan energi sesedikit
mungkin.
10. Menciptakan bangunan bebas hambatan sehingga dapat
dimanfaatkan oleh semua penghuni.
3.4. SANGGAR SENI LUKIS BERSIFAT INSPIRATIF MELALUI BANGUNAN
YANG MENYESUAIKAN KONDISI TAPAK DENGAN MENGGUNAKAN
ARSITEKTUR EKOLOGIS TROPIS
Dari uraian yang bersifat teoritikal maupun aplikatif pada pembahasan
sebelumnya dapat dilihat jika Inspiratif pada dasarnya dapat dibentuk melalui banyak
hal yang berhubungan dengan visual. Cara mengembangkan inspiratif adalah dengan
mencoba mengolah warna, bentuk, tekstur, proporsi dan skala. Pengolahan tersebut
harus dilakukan dengan menyesuaikan juga ke fungsi ruangnya, kondisi tapaknya, dan
juga jenis arsitekturnya.
Karakter Inspiratif memiliki beberapa unsur, yaitu :
1. Berkembang,
2. Menyesuaikan sekitarnya, dan
3. Tidak monoton.
Penyelesaian ini ditransformasikan dalam beberapa elemen arsitktural, yaitu
bentuk, warna, tekstur, material, dan proporsi/skala. Tabel berikut menunjukkan
transformasi unsur Inspiratif dengan Elemen Arsitekturnya.
Tabel 3.4. Transformasi Unsur Karakter Inspiratif ke dalam Elemen Arsitektur
Unsur Karakter
Inspiratif
Elemen Arsitektur
Bentuk Warna Tekstur Material Proporsi/
Skala
Berkembang √ √ √ √ √
Menyesuaikan √ √ √ √ √
46
Sekitar
Tidak Monoton √ √ √ √ √
Sumber: Analisis Pribadi 2014
Arsitektur ekologis pada dasarnya merupakan jenis arsitektur yang menyesuaikan
lingkungan terbangunnya. Ekologis yang tropis menjadi pilihan karena lingkungan
bangunannya berada di area beriklim tropis, maka sudah sewajarnya arsitektur
ekologisnya bersifat ekologis tropis. Arsitektur ekologis tropis ini juga terlihat dari
pengolahan :
1. Bentuk bangunan,
2. Proporsi dan skala ruang,
3. Struktur,
4. Material bangunan,
5. Bukaan yang terdapat pada bangunan, dan
6. Sirkulasi
Arsitektur ekologis sangat terlihat dari bagaimana bangunan berinteraksi terhadap
lingkungannya. Arsitektur ekologis ini sangat erat kaitannya dengan pengolahan tapak
berserta pembagian zona pada tapaknya.
47
BAB IV
DESKRIPSI KAWASAN SLEMAN DAN TAPAK TERPILIH
4.1. KRITERIA KAWASAN
Dalam setiap pembangunan, ada yang disebut dengan Kriteria. Kriteria
merupakan alat ukur untuk menentukan seberapa jauh sebuah proyek akan dijalankan
dan apa saja yang dibutuhkan di dalam pengerjaannya. Kriteria bersifat sebagai
pembatas pada sebuah pola pikir agar tidak keluar dari jalur pemikiran yang seharusnya.
Kriteria kawasan berarti sebuah alat ukur untuk menentukan cocok tidaknya
sebuah kawasan pada sebuah pola pikir proyek pembangunan yang akan dilaksanakan.
Untuk menentukan sebuah kriteria, permsalahan yang diangkat menjadi tolak ukur
pemilihan kawasan yang akan dipilih sebagai tempat pembangunan.
Sesuai dengan permasalahan “Rancangan Sanggar Seni Lukis Inspiratif melalui
bangunan yang menyesuaikan kondisi tapak dengan menggunakan arsitektur ekologis
tropis”, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
a. Pengertian Inspiratif dan dampaknya pada pemilihan lingkungan, dan
b. Lingkungan yang akan digunakan untuk menciptakan kesan kesatuan dengan
bangunan.
c. Arsitektur Ekologis Tropis
Inspiratif dalam hal ini merupakan sesuatu yang berbeda. Dari bahasan pada bab
sebelumnya, telah dibahas bahwa perwujudan inspiratif berdampak pada fasilitas yang
ingin ditawarkan. Hasilnya adalah sebuah asrama bagi pengunjung yang ingin
menginap. Sedangkan, pada bab ini akan dibahas hubungannya dengan lokasi
pembangunan.
Inspiratif memiliki arti pemunculan gagasan yang baru yang dilakukan melalui
pemikiran dan melibatkan banyak faktor. Faktor yang dimaksud meliputi lingkungan
sekitar, kondisi jiwa, dan wawasan pengetahuan. Maka, bangunan dikondisikan
berdasarkan 3 hal tersebut, terutama tentang lingkungan sekitar yang mendukung.
48
Lingkungan yang akan digunakan untuk menciptakan inspirasi seharusnya
merupakan lingkungan di luar keseharian seseorang. Apabila seseorang terbiasa tinggal
di kota, maka lingkungan desa atau pegunungan dapat memberi kesan tertentu yang
belum pernah dirasakan. Kesan tersebut yang akan menimbulkan kreativitas. Maka,
dalam kasus ini lingkungan pedesaan cukup kontras dengan kehidupan banyak orang
luar desa.
Selain wilayahnya yang baik, lingkungan yang cocok saja bukan satu-satunya
kriteria yang digunakan. Lingkungan yang mudah dicapai orang juga sangat
menentukan eksistensi dari Sanggar Seni Lukis ini. Karena itu daerah yang memiliki
akses yang baik dan mudah menjadi kriteria lainnya juga.
Selain itu kebisingan sekitar juga perlu diperhatikan. Kebanyakan kota besar di
Indonesia memiliki tingkat kebisingan yang besar dan itu merupakan keseharian
manusia yang wajar. Dengan membuat suasana tenang, maka akan memicu kreativitas.
Sama halnya dengan view lingkungan di atas, kebisingan yang berbeda dan tenang juga
menjadi salah satu aspek yang penting.
Lingkungan yang dapat menciptakan kesatuan dengan bangunan menjadi salah
satu permasalahan yang ada. Sebuah bangunan pada dasarnya dibangun di atas tanah,
namun banyak yang mengabaikan aspek lingkungan sekitarnya. Yang dimaksud dengan
kesatuan dalam hal ini adalah ketika sebuah bangunan itu bisa selaras dengan
lingkungan sekitarnya dan memberikan kesan berdiri dan terlihat berdampingan.
Dominasi salah satunya bukan hasil yang ingin dicapai melainkan penciptaan bangunan
yang sama terlihatnya dengan lingkungannya.
Dari deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa kriteria pemilihan lahan untuk
dibangun sanggar seni lukis ini adalah :
a. Lingkungan yang menampilkan view yang berbeda dari keseharian seperti
pedesaan atau pegunungan.
b. Lokasi memiliki tingkat kebisingan yang tidak terlalu besar.
c. Lokasi memiliki akses yang tidak terlalu sulit dicapai, terutama dari daerah
perkotaan.
d. Lokasi memiliki potensi untuk sebuah bangunan dapat terlihat berdampingan
dengan sekitarnya.
49
4.2. DESKRIPSI WILAYAH SLEMAN
a. Kondisi Geografis Wilayah
Sleman merupakan kabupaten yang terletak pada Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, terletak di sebelah utara Kota Yogyakarta. Wilayah
Kabupaten Sleman sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, Propinsi
Jawa Tengah; sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa
Tengah; sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi DIY
dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah; dan sebelah selatan berbatasan
dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunung Kidul,
Propinsi D.I.Yogyakarta. Luas wilayah kabupaten Sleman adalah 574,82 km2 atau
sekitar 18% dari luas seluruh Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara
administratif terdiri dari 17 wilayah Kecamatan, 86 Desa, dan 1.212 Dusun.20
Gambar 4.1. Peta Wilayah Kabupaten Sleman
Sumber : http://www.slemankab.go.id/profil-kabupaten-sleman/geografi/peta
Berdasarkan data yang diperoleh dari website kabupaten Sleman, wilayah
Sleman dapat dibagi berdasarkan 3 hal. Pembagian yang pertama adalah
20
http://www.slemankab.go.id/wp-content/file/rpjmd2011/BAB_II_GambaranUmumKondisiDaerah_a.pdf, Hal.1
50
berdasarkan karakteristik sumberdaya, berdasarkan jalur lintas daerah, dan
berdasarkan pusat-pusat pertumbuhan.
Berdasarkan karakteristik sumberdaya, wilayah Kabupaten Sleman dibagi
menjadi 4 bagian :21
i. Kawasan Lereng Gunung Merapi-Utara
Kawasan lereng gunung merapi merupakan kawasan sumber
daya air dan ekowisata yang memiliki orientasi pada kegiatan di
Gunung Merapi beserta ekosistemnya. Kawasan ini dimulai dari jalan
yang menghubungkan kota Tempel, Turi, Pakem dan Cangkringan
(ringbelt) sampai dengan puncak gunung Merapi.
ii. Kawasan Timur
Kawasan ini merupakan kawasan yang merupakan tempat
peninggalan purbakala berupa candi yang menjadi pusat wisata, daerah
lahan kring, dan sumber bahan batu putih. Kawasan ini meliputi
kecamatan prambanan, sebagian kecamatan kalasan, dan kecamatan
brebah.
iii. Kawasan Tengah-Selatan
Kawasan ini merupakan wilayah aglomerasi kota Yogyakarta
dan merupakan pusat pendidikan, perdagangan, dan jasa. Kawasan ini
meliputi Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Depok dan
Gamping.
iv. Kawasan Barat
Kawasan ini merupakan daerah pertanian lahan basah yang
tersedia cukup air dan sumber bahan baku kegiatan industri kerajinan
mendong, bambu, serta gerabah. Kawasan ini meliputi Kecamatan
Godean, Minggir, Seyegan, dan Moyudan.
Keadaan tanah Kabupaten Sleman di bagian selatan relatif datar kecuali
daerah perbukitan di bagian tenggara Kecamatan Prambanan dan sebagian di
Kecamatan Gamping. Semakin ke utara keadaan tanah relatif miring dan di
21
http://www.rumahjogjaindonesia.com/isi-majalah/rencana-tata-ruang-wilayah-kabupaten-sleman.html
51
bagian utara sekitar lereng gunung Merapi relatif terjal. (RKPD Kabupaten
Sleman Tahun 2013 II – 3)
Ketinggian wilayah Kabupaten Sleman berkisar antara 100 meter sampai
dengan 2.500 meter di atas permukaan laut (m dpl). Ketinggian tanahnya dapat
dibagi menjadi 4 kelas yaitu ketinggian <100 meter, 100-499 meter, 500-999
meter, dan >1.000 meter dpl. Ketinggian <100 m dpl seluas 6.203 ha, atau
10,79% dari luas wilayah, terdapat di Kecamatan Moyudan, Minggir, Godean,
Gamping, Berbah, dan Prambanan. Ketinggian 100-499 m dpl seluas 43.246 ha,
atau 75,32% dari luas wilayah, terdapat di 17 Kecamatan. Ketinggian 500-999 m
dpl meliputi luas 6.538 ha, atau 11,38% dari luas wilayah, ditemui di Kecamatan
Tempel, Turi, Pakem, dan Cangkringan. Ketinggian >1.000 m dpl seluas 1.495 ha,
atau 2,60% dari luas wilayah, terdapat di Kecamatan Turi, Pakem, dan
Cangkringan.22
b. Kondisi Klimatologis Wilayah
Kondisi iklim di sebagian besar wilayah Kabupaten Sleman termasuk
tropis basah, hari hujan terbanyak dalam satu bulan adalah 25 hari. Kecepatan
angin maksimum 6,00 knots dan minimum 3,00 knots, rata-rata kelembaban nisbi
udara tertinggi 97,0% dan terendah 28,0%. Temperatur udara tertinggi 32° C dan
terendah 24° C. Kondisi agroklimat di atas menunjukkan bahwa iklim di wilayah
Kabupaten Sleman pada umumnya cocok untuk pengembangan sektor
pertanian.23
4.3. PERATURAN WILAYAH SLEMAN
Menurut Peratuan Daerah Kabupaten Sleman No. 12 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2011-2031 Pasal 3 ayat (2),
wilayah Sleman digunakan sebagai :
a. Pengintegrasian dan pengembangan pusat kegiatan di luar kawasan bencana,
b. Pengelolaan kawasan rawan bencana alam dan kawasan lindung geologi,
22
http://www.slemankab.go.id/wp-content/file/rpjmd2011/BAB_II_GambaranUmumKondisiDaerah_a.pdf, Hal.2-3 23
http://www.slemankab.go.id/wp-content/file/rpjmd2011/BAB_II_GambaranUmumKondisiDaerah_a.pdf, Hal.5
52
c. Pemeliharaan kelestarian fungsi lingkungan hidup,
d. Pengembangan kawasan pertanian dala rangka keamanan dan ketahanan pangan,
e. Pengmbangan kawasan pariwisata terintegrasi,
f. Pengembangan kawasan pendidikan,
g. Pengembangan industry menengah, kecil, dan mikro yang ramah lingkungan,
h. Pengembangan kawasan pemukiman yang aman, nyaman, dan berwawasan
lingkungan,
i. Pemantapan prasarana wilayah,
j. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara.
Sanggar seni lukis merupakan sarana pendidikan dan seperti tercantum dalam
poin f yang menyebutkan bahwa Sleman merupakan daerah pengembangan kawasan
pendidikan, yang berarti kawasan Sleman dapat dibangun Sanggar seni lukis. Menurut
peraturan daerah Sleman itu juga disebutkan adanya strategi dalam pengembangan
kawasannya. Strategi dalam pengembangan kawasan pendidikan di Sleman
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (2) poin f meliputi :
a. Melakukan revitalisasi pendidikan, dan
b. Mengembangkan prasarana dan sarana pendidikan.
Dari peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan prasarana dan
saran pendidikan dengan membangun prasarana dapat dilakukan. Pengembangan
dengan membangun Sanggar seni lukis inspiratif guna memperkaya pengetahuan dan
ilmu masyrakat dan pendatang menjadi salah satu hal yang dapat dilakukan di
kabupaten Sleman. Pengembangan ini juga mungkin akan memicu perkembangan di
bidang selain pendidikan seperti ekonomi dan pariwisata, mengingat kesenian dapat
dijadikan barang yang dapat menarik wisatawan dan memajukan perekonomian daerah.
Untuk peraturan menyangkut dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) pada
wilayah Kabupaten Sleman telah ditetapkan oleh bupati Sleman. Menurut peraturan
daerah No.11 tahun 2007 tentang pembangunan, KDB wilayah Sleman cukup beragam.
Pada dasarnya, besarnya KDB dibedakan berdasarkan jenis tanahnya. KDB di
Kabupaten Sleman berkisar antara 40%-60%.
53
4.4. POTENSI WILAYAH
Pada umumnya, wilayah Sleman sangat berpotensi untuk pertanian. Namun, di
beberapa daerah juga digunakan untuk kawasan pemukiman dan pariwisata. Kawasan
Pendidikan terletak baik di kawasan pemukiman dan wisata. Pada daerah selatan
Sleman banyak digunakan untuk pemukiman dan pendidikan. Untuk dekat lereng
merapi lebih mengarah ke pertanian dan pertambangan. Berikut merupakan potensi
pengembangan wilayah di Kabupaten Sleman meliputi beberapa kawasan antara lain :24
a. Kawasan Pertanian
Kawasan ini meliputi kawasan pertanian lahan basah seluas 21.386 hektar
dan kawasan pertanian lahan kering sebesar 9.172 hektar yang tersebar di 17
kecamatan.
Gambar 4.2. Kawasan Pertanian di Kabupaten Sleman
Sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2013/06/01/nusantara-indonesia-negeri-
agraris-maritim-565231.html
b. Kawasan Pertambangan tersebar di :
ii. Batu Kapur di Kecamatan Gamping,
iii. Breksi batu apung di kecamatan Brebah dan Prambanan,
iv. Andesit di Kecamatan Tempel, Pakem, Turi, Cangkringan, Godean,
Sayegan, dan Prambanan,
v. Tanah liat di Kecamatan Tempel, Godean, Sayegan, Sleman, Gamping,
Prambanan, dan Berbah.
vi. Pasir dan kerikil di seluruh kecamatan di Kabupaten Sleman.
24
http://www.slemankab.go.id/wp-content/file/rpjmd2011/BAB_II_GambaranUmumKondisiDaerah_a.pdf, Hal.17-22, 25,dan 39
54
Gambar 4.3. Kawasan Pertambangan Pasir Merapi di Kabupaten Sleman
Sumber : http://www.mongabay.co.id/2012/09/20/tambang-pasir-merapi-menggerus-alam-dan-
kesehatan-warga-cangkringan/
c. Kawasan Industri
Kawasan ini meliputi lahan seluas 299 hektar di Kecamatan Gamping,
Berbah, dan Kalasan.
d. Kawasan Pemukiman
Kawasan ini meliputi kawasan permukiman perdesaan seluas 10.733
hektar dan kawasan permukiman perkotaan sebesar 12.590 hektar yang tersebar di
17 kecamatan.
e. Kawasan Pariwisata
Kawasan ini meliputi tema wisata alam, tema wisata budaya, tema wisata
perkotaan dan tema wisata pertanian.
Gambar 4.4. Kawasan Pariwisata Kaliuran di Kabupaten Sleman
Sumber : https://image.google.com/search?q=kawasan+pariwisata+sleman
f. Kawasan Hutan
Kawasan ini merupakan kawasan hutan rakyat seluas 4.167 hektar yang
tersebar di Kecamatan Gamping, Seyegan, Prambanan, Turi, Pakem dan
Cangkringan.
g. Kawasan Pertahanan dan Keamanan
vii. Kompi C Batalyon Infanteri 403 dan Kompi Panser 2 Batalyon Kavaleri 2
di Kecamatan Gamping.
55
viii. Batalyon Infanteri 403 di Kecamatan Depok.
ix. Bandar Udara Adisutjipto dan Pangkalan Udara TNI AU Adisutjipto di
Kecamatan Depok dan Berbah.
Menurut data statistik Kabupaten Sleman, pertambahan jumlah penduduk di
Sleman sangat pesat. Lahan pertanian yang terkonversi terus meningkat dari tahun ke
tahun. Pada tahun 1987 luas lahan pertanian sebesar 26.493 hektar dan pada tahun 2007
telah menurun menjadi 23.062 hektar. Bila dibandingkan dengan kenaikan jumlah
penduduk dari 730.889 di tahun 1987 menjadi 1.026.767 jiwa di tahun 2007, maka
sangat terlihat bahwa hal ini pasti berdampak pada naiknya total lahan pertanian yang
dikonversi karena meningkatnya kepadatan penduduk. Hal ini terus berlanjut sampai
tahun-tahun berikutnya.25
Dengan bertambahnya jumlah penduduk di Kabupaten Sleman, maka
perkembangan kota sangat terlihat berkembang ke arah Sleman. Dengan perkembangan
yang terus meningkat, maka dapat menjadi nilai lebih untuk sebuah peluang dalam hal
ekonomi, budaya, dan pendidikan. Dengan demikian, untuk tahun-tahun ke depan,
sebuah sanggar seni lukis yang menjadi salah satu bagian dari penyebaran pendidikan
di bidang seni dan budaya menjadi sangat berpeluang besar. Maka, Sleman menjadi
tempat yang cocok karena arah perkembangannya dan lokasinya yang masih banyak
memiliki unsur alami.
4.5. DESKRIPSI PEMILIHAN LOKASI
a. Lokasi dan Pelingkup Tapak
Terdapat dua tapak yang menjadi bahan pertimbangan. Kedua tapak dapat
diakses melalui Jalan Kaliurang. Tapak pertama terdapat di jalan Ngalangan yang
menghubungkan antara Jalan Kaliurang km.10 dengan Jalan Magelang sedangkan
Tapak kedua berada di pinggir Jalan Kaliurang km.12. Kedua tapak terdapat di
kecamatan Ngaglik yang merupakan kawasan pendidikan, perdagangan, dan jasa.
Maka, kedua tapak yang dipilih memenuhi syarat tersebut.
25
http://www.slemankab.go.id/wp-content/file/rpjmd2011/BAB_II_GambaranUmumKondisiDaerah_b.pdf
56
Gambar 4.5. Peta lokasi tapak pertama
Sumber : Data Pribadi
Pada lokasi tapak pertama merupakan daerah yang banyak dibangun
pertokoan, perumahan, dan beberapa ladang persawahan serta kebun. Tapak yang
pertama masuk ke dalam jalan lingkungan yang dapat diakses dari Jalan
Kaliurang maupun Jalan Magelang, karena merupakan daerah yang
menghubungkan keduanya. Di sekitar tapak pertama banyak terdapat persawahan
dan tapak tersebut juga dulunya adalah sawah dilihat dari letaknya yang
menempel pada sawah. Tapak pertama ini menghadap ke arah utara.
Lokasi tapak I
Lokasi tapak II
57
Gambar 4.6. Peta lokasi tapak pertama
Sumber : Data Pribadi
Dilihat dari gambar di atas, tapak berada di antara area persawahan.
Disekitarnya terdapat banyak perumahan dan beberapa pertokoan. Untuk masuk
ke dalam tapak, harus melewati Jalan Kaliurang kemudian masuk ke jalan
Ngalangan yang terletak di jalan kaliurang km.10. Pada dasarnya, jalan
Ngalangan ini dipenuhi oleh perumahan warga dan beberapa area pertokoan.
Setelah masuk cukup dalam, akan terlihat beberapa persawahan dan tapak
dikelilingi oleh persawahan tersebut. Jika melanjutkan masuk lebih dalam lagi,
banyak ditemukan perumahan warga baik perumahan lama maupun baru.
Untuk lokasi tapak yang kedua berada di jalan utama yaitu jalan Kaliurang.
Daerah sekitar tapak merupakan pertokoan di timur tapak yang berada di seberang
jalan, beberapa perumahan di utara tapak, dan persawahan di bagian barat tapak.
Lokasi tapak dapat dilihat dengan sangat jelas dan dapat ditemukan dengan
mudah karena lokasinya yang berada di jalan utama. Tapak kedua ini menghadap
ke arah timur.
58
Gambar 4.7. Peta lokasi tapak kedua
Sumber : Data Pribadi
Dari gambar di atas, terlihat jelas bahwa tapak dikelilingi pertokoan yang
dilambangkan dengan blok warna coklat tua yang berada di seberang tapak,
perumahan yang dilambangkan dengan blok warna oranye di utara tapak, dan
persawahan dengan blok warna hijau tua. Untuk mengakses tapak tersebut sangat
mudah karena tidak perlu masuk ke jalan lingkungan.
b. Kondisi Tapak
i. Tapak Pertama
Tapak pertama merupakan tapak yang berada pada jalan yang
menhubungkan jalan Kaliurang dengan jalan Magelang. Berdasarkan data
yang diperoleh dari lapangan, kondisi tanah di daerah tersebut cukup rata
dengan kemiringan tanah sekitar 2-3%. Tapak pertama ini merupakan
tanah kosong yang ditumbuhi rumput alang-alang. Pada tapak ini juga
terdapat sistem pengairan untuk persawahan yang digunakan untuk
pengairan sawah disekitar tapak.
59
Gambar 4.8. Tampak atas tapak pertama
Sumber : Data Pribadi
Tapak pertama ini memiliki luasan sekitar 8208 m2 dengan lebar
±76 m dan panjang ±108 m. Dari gambar di atas terlihat bahwa sebagian
besar yang berbatasan dengan tapak merupakan area persawahan. Di dekat
tapak pertama ini terdapat beberapa bangunan kecil yang difungsikan
sebagai perumahan dan pertokoan.
Gambar 4.9. Kondisi tapak pertama
Sumber : Data Pribadi
Kondisi jalan menuju tapak tidak terlalu besar mengingat
merupakan jalan lingkungan. Jalan sudah terbuat dari aspal dan dapat
dilewati kendaraan umum. Kebisingan yang dihasilkan dari sekitar tidak
terlalu besar juga karena tidak berbatasan langsung dengan bangunan
tertentu ataupun tempat yang menghasilkan kebisingan tinggi. Jalan tidak
dilalui begitu banyak kendaraan sehingga tidak bising.
1
2
4
3
2 1
60
Gambar 4.10. Kondisi jalan sebelah tapak pertama
Sumber : Data Pribadi
Selain jalan lingkungan yang menghubungkan tapak dengan jalan
kaliurang, terdapat juga jalan kecil di sebelah timur tapak yang
menghubungkan jalan lingkungan dengan persawahan di selatan tapak.
Jalan ini masih berupa jalan tanah dan hanya merupakan jalan buntu. Jalan
ini jarang sekali dilalui kendaraan bermotors sehingga hamper tidak
menimbulkan kebisingan sama sekali. Kendaraan yang sering melewati
jalan ini hanyalah sepeda milik petani yang menggarap sawah di belakang
tapak.
ii. Tapak Kedua
Tapak kedua merupakan tapak yang berada di jalan kaliurang
km.12. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, kondisi tanah di
daerah tersebut berkontur dengan ketinggian tanah yang beragam. Tapak
kedua ini merupakan tanah kosong yang ditumbuhi rumput alang-alang.
Pada tapak ini terdapat sebuah saluran pembuangan air berupa selokan
kecil yang melintang di daerah depan tapak.
3 4
61
Gambar 4.11. Tampak atas tapak kedua
Sumber : Data Pribadi
Tapak kedua ini memiliki luasan sekitar 8.937 m2 dengan ukuran
seperti yang terlihat pada gambar 3.12. Dari gambar tersebut terlihat
bahwa sebagian besar yang berbatasan dengan tapak merupakan area
persawahan namun di seberang tapak merupakan area pertokoan. Batas
sebelah selatan berbatasan dengan lahan milik sebuah rumah makan.
Terlihat jelas pada gambar bahwa tapak memiliki kontur yang semakin ke
belakang semakin tinggi.
Gambar 4.12. Kondisi tapak kedua
Sumber : Data Pribadi
Kondisi jalan menuju tapak merupakan jalan utama yang memiliki
arus kendaraan yang cukup ramai mengingat jalan kaliurang yang
1
2
4
3
2 1
62
memang cukup padat kendaraan. Jalan terbuat dari aspal dan sering
dilewati kendaraan. Kebisingan yang dihasilkan dari sekitar cukup besar
juga karena berbatasan langsung dengan jalan kaliurang. Meski dari segi
kebisingan lebih tinggi daripada tapak pertama, namun lokasi tapak kedua
ini lebih mudah ditemukan daripada lokasi tapak pertama.
Gambar 4.13. Kondisi jalan sebelah tapak kedua
Sumber : Data Pribadi
c. Kelebihan Tapak
Setiap tapak memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dalam
kasus ini, kedua tapak bukannya tidak cocok. Kedua tapak sebenarnya memiliki
kelebihan masing-masing dan semuanya dapat digunakan dengan baik dalam
membangun sebuah Sanggar Seni Lukis. Berikut merupakan tabel perbandingan
antara lokasi tapak pertama dan tapak kedua.
Tabel 4.1. Perbandingan kelebihan pada lokasi pertama dengan lokasi kedua
Lokasi I Lokasi II
Akses Biasa 3 Sangat Mudah 5
Tingkat
kebisingan
Rendah 4 Lebih tinggi 2
Luasan ± 8,202 m2 3 ± 8,937 m
2 3
Kondisi tanah Datar/Mudah 5 Berkontur/Susah 3
Padat kendaraan Rendah 4 Lebih Tinggi 2
Lingkungan
sekitar
Persawahan > perumahan
> pertokoan
- Pertokoan > persawahan >
perumahan
-
Total 21 17
Sumber : Analisis Pribadi 2014
3 4
63
Tapak pertama, dengan lokasinya yang terdapat di jalan lingkungan dan
jauh dari jalan utama menjadikan lokasi ini lebih terisolasi daripada lokasi kedua.
Lokasi pertama memiliki beberapa kelebihan terlebih dalam hal ketenangan.
Lokasi ini tidak bising dan tetap mudah untuk di akses. Keberadaan lingkungan
sekitar paling besar merupakan persawahan dan tidak banyak bangunan tinggi di
sekitar tapak. Hal ini berpengaruh pada view yang lebih dekat kepada alam sekitar
yang masih asri. Frekuensi kendaraan yang melewati tapak tidak terlalu padat,
sehingga polusi suara maupun asap sedikit. Kondisi tanah datar tanpa kontur,
sehingga lebih mudah dibangun dan tidak perlu melakukan pekerjaan perataan
tanah. Dengan luasan tanah lebih dari 8,000 m2 sudah cukup besar untuk
pembangunan sebuah sanggar seni lukis.
Tapak kedua, dengan lokasinya terdapat di jalan utama Kaliurang
menjadikan lokasi ini sangat mudah terlihat. Lokasi kedua ini memiliki beberapa
kelebihan terutama pada kemudahan masyarakat untuk menemukan tapak. Lokasi
ini banyak dilewati kendaraan dan memiliki banyak fasilitas di sekitarnya seperti
pertokoan. Meski banyaknya pertokoan, tapak ini tetap memiliki batas dengan
area persawahan dan ini menjadikan factor view dari tapak sudah baik. Kondisi
tanah berkontur memungkinkan bentuk bangunan dan susunan bangunan menjadi
lebih kreatif dan menarik. Dengan luasan lebih dari 8.000 m2 sudah cukup besar
untuk pembangunan sebuah sanggar seni lukis.
Bila dilihat dari deskripsi kedua tapak di atas, maka dapat ditemukan
cukup banyak potensi yang dapat dihasilkan dari masing-masing tapak. Dari
tingkat kesunyian dan view tapak pertama memang lebih unggul daripada tapak
kedua, sedangkan dari tingkat kemudahan akses dan fasilitas pendukung lebih
baik pada tapak kedua jika dibandingkan dengan tapak pertama. Dari segi luasan
lahan, kedua tapak memiliki luasan yang besar.
64
BAB V
ANALISIS PERANCANGAN SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS DI
YOGYAKARTA
5.1. ANALISIS FUNGSI BANGUNAN
6.1.1. Analisis Pelaku dan Kegiatan
Pelaku dan kegiatan merupakan aspek penting untuk menemukan ruang.
Dengan mengetahui pelaku yang terlibat di dalam suatu bangunan dan
kegiatannya, maka ruang yang berhubungan dengan keduanya dapat
ditemukan.
Tabel 5.1. Pelaku dan kegiatan utama pada Sanggar Seni Lukis
No Nama Pelaku Nama Kegiatan
1 Peserta Sanggar Menghadiri kelas, melukis, menghadiri
pameran lukisan, menitipkan lukisan
untuk dijual, makan dan minum, mencari
referensi.
2 Pengajar Sanggar Menghadiri kelas, mengajar, melukis,
menghadiri pameran lukisan, makan dan
minum, mencari referensi.
3 Pengunjung Sanggar Melihat lukisan, melihat kegiatan
sanggar, menghadiri pameran lukisan,
makan dan minum, mencari referensi,
membeli lukisan dan souvenir. Sumber : Analisis Pribadi 2014
Tabel 5.2. Pelaku dan kegiatan pembantu pada Sanggar Seni Lukis
No. Nama Pelaku Nama Kegiatan
1 Penasehat Memantau kinerja kepengurusan,
menerima laporan berkala dari ketua,
menulis laporan.
2 Ketua Memantau kinerja bawahan, menulis
laporan berkala, menerima laporan dari
bawahan.
65
3 Sekretaris Membuat laporan, memberikan laporan
kepada ketua, menerima laporan yang
ditujukan kepada ketua.
4 Bendahara Membuat laporan, memberikan laporan
kepada ketua, mengurus keuangan,
melayani pembayaran.
5 Humas dan Promosi Menyusun program/acara, merancang
pesan tematik, membuat iklan,
melakukan pemasaran, memberikan
kesan pada masyarakat mengenai sanggar
seni lukis, membuat laporan.
6 Kependidikan Menyusun kurikulum, memantau kinerja
pengajar, membuat laporan.
7 Keamanan dan
Kebersihan
Menjaga kebersihan dan keamanan,
membuat laporan. Sumber : Analisis Pribadi 2014
6.1.2. Analisis Kelompok Kegiatan
1. Peserta Sanggar
Gambar 5.1. Urutan Kegiatan Peserta Sanggar
Sumber : Analisis Pribadi 2014
66
2. Pengajar Sanggar
Gambar 5.2. Urutan Kegiatan Pengajar Sanggar
Sumber : Analisis Pribadi 2014
3. Pengunjung Sanggar
Gambar 5.3. Urutan Kegiatan Pengunjung Sanggar
Sumber : Analisis Pribadi 2014
4. Penasehat
Gambar 5.4. Urutan Kegiatan Penasehat Sanggar
Sumber : Analisis Pribadi 2014
67
5. Ketua/Pengelola
Gambar 5.5. Urutan Kegiatan Pengelola Sanggar
Sumber : Analisis Pribadi 2014
6. Sekretaris
Gambar 5.6. Urutan Kegiatan Sekretaris Pengelola Sanggar
Sumber : Analisis Pribadi 2014
7. Bendahara
Gambar 5.7. Urutan Kegiatan Bendahara Pengelola Sanggar
Sumber : Analisis Pribadi 2014
68
8. Humas dan Promosi
Gambar 5.8. Urutan Kegiatan Humas dan Promosi Sanggar
Sumber : Analisis Pribadi 2014
9. Kependidikan
Gambar 5.9. Urutan Kegiatan Bagian Kependidikan Sanggar
Sumber : Analisis Pribadi 2014
10. Keamanan dan Kebersihan
Gambar 5.10. Urutan Kegiatan Bagian Keamanan dan Kebersihan Sanggar
Sumber : Analisis Pribadi 2014
69
6.1.3. Analisis Kebutuhan Ruang
Berdasarkan pelaku dan kegiatan utama yang telah dirinci pada tabel di
atas, maka fasilitas utama yang akan diberikan meliputi :
1. Ruang Lobi : merupakan ruang perantara yang menghubungkan
ruang satu dengan ruang lainnya untuk mempermudah akses dalam
bangunan.
2. Ruang Kelas Sanggar : berfungsi untuk mewadahi kegiatan peserta
sanggar dalam belajar seni lukis dan bagi pengajar sanggar untuk
mengajar para peserta.
3. Ruang Pameran : berfungsi untuk mewadahi kegiatan pameran
lukisan bagi peserta sanggar, pengajar sanggar, dan pengunjung
sanggar. Selain itu juga termasuk ruang yang digunakan untuk jual-
beli souvenir ataupun lukisan.
4. Ruang Pengajar : berfungsi untuk mewadahi kegiatanistirahat,
makan dan minum bagi pengajar sanggar seni lukis.
5. Ruang Perpustakaan : berfungsi untuk pencarian referensi tentang
seni dan budaya.
6. Gudang Penyimpanan : merupakan ruang yang difungsikan untuk
menyimpan alat-alat, bahan lukisan, ataupun lukisan itu sendiri
apabila tidak terpakai agar tidak berserakan di ruang kelas.
7. Ruang Pengelolaan Sanggar : merupakan ruang tempat para
pengelola sanggar melakukan seluruh aktifitas mereka. Ruang
pengelola meliputi ruang kerja penasehat, ketua, dan sekretaris.
8. Ruang Administrasi : merupakan ruang tempat para petugas
administrasi melakukan seluruh aktifitas mereka. Ruang
Administrasi meliputi ruang kerja bendahara, bagian humas, dan
bagian kependidikan.
9. Ruang Karyawan : merupakan ruang istirahat karyawan yang
meliputi petugas keamanan dan kebersihan ketika sedang tidak
melakukan kegiatannya.
70
10. Pantri dan Restaurant : merupakan fasilitas pendukung aktifitas yang
berhubungan dengan konsumsi makan dan minum. Pantri merupakan
tempat makan khusus pegawai dan karyawan, sedangkan restaurant
merupakan tempat makan dan minum untuk umum.
Tabel 5.2. Pembagian Zona Ruang
No Nama Ruang Pembagian Zona
1 Lobi Netral
2 Ruang Sanggar PENDIDIKAN
3 Ruang Pameran HIBURAN
4 Ruang Pengajar PENDIDIKAN
5 Perpustakaan PENDIDIKAN
6 Gudang Penyimpanan Fasilitas Pendukung
7 Ruang Pengelola Sanggar PENGELOLAAN
8 Ruang Administrasi PENGELOLAAN
9 Ruang Karyawan PENGELOLAAN
10 Pantri dan Restaurant Fasilitas Pendukung
Sumber : Analisis Pribadi 2014
5.2. ANALISIS RUANG
Analisis ruang adalah analisis membahas mengenai besaran ruang dalam maupun
ruang luar serta hubungan antar ruangnya. Berikut merupakan penjelasa dan analisis
ruang.
71
5.2.1. Hubungan Ruang
Gambar 5.11. Hubungan Ruang
Sumber : Analisis Pribadi 2014
5.2.2. Analisis Dimensi Ruang Dalam
Tabel 5.3. Pembagian Zona Ruang
No. Nama Ruang Asumsi Perabot/Kapasitas Dimensi Total
1 Lobi Informasi
Asumsi 2 petugas, butuh 1
susunan = 4,8m2
Membutuhkan 2 susunan =
4,8m2 x 2 = 9,6m2
Kapasitas pengguna : 50
Kebutuhan tiap orang :
1,2m2
1,2m2 x 50 org = 60m2
Dimensi perabot
= 9,6m2 + 60m2
= 69,6m2
Dimensi Ruang
= 69,6m2 x 160%
= 111,36m2
110m2
2 Ruang Sanggar Meja dan Kursi Murid
Sanggar
Dimensi Perabot
= 24m2 + 1,2m2
+ 2,2m2
= 27,4m2
Dimensi Ruang
= 27,4m2 x 160%
44m2
x6 kelas
= 264m2
2,4
1
72
Asumsi maksimal murid per
kelas : 20
Ukuran total = 24m2
Meja dan Kursi Pengajar
Sanggar
Maksimal pengajar per
kelas : 1
Ukuran total = 1,2m
Lemari Penyimpanan
Asumsi 1 lemari untuk 10
org, 20 butuh 2 lemari =
2,2m2
= 43,84m2
3 Ruang Pengajar Meja dan Kursi Pengajar
1 Meja besar untuk 6 orang
pengajar = 7,2m2
Lemari Penyimpanan
Asumsi 1 lemari untuk 2
org, 6 butuh 3 lemari =
3,3m2
Dimensi Perabot
= 7,2m2 + 3,3m2
= 10,5m2
Dimensi Ruang
= 10,5m2 x 160%
= 16,8m2
17m2
4 Galeri Resepsionis dan Informasi Dimensi perabot
= 9,6m2 + 600m2
= 609,6m2
Dimensi Ruang
= 609,6m2 x
160%
975m2
1,2
1
2,1
1
2,2
0,5
3,6
2
2,2
0,5
73
Asumsi 2 petugas, butuh 1
susunan = 4,8m2
Membutuhkan 2 susunan =
4,8m2 x 2 = 9,6m2
Kapasitas pengguna : 500
Kebutuhan tiap orang :
1,2m2
1,2m2 x 500 org = 600m2
= 975,36m2
5 Perpustakaan Rak Buku
Kapasitas 24 rak buku =
26,4m2
Meja dan Kursi Baca
1 meja untuk 6 orang,
kapasitas duduk 48 orang,
butuh 8 susunan meja kursi
= 57,6m2
Meja Kursi Petugas
Perpustakaan
Asumsi 2 petugas
perpustakaan, butuh 1
susunan = 4,8m2
Loker
Dimensi Perabot
= 26,4m2 +
57,6m2 + 4,8m2
+ 4,4m2
= 93,2m2
Dimensi Ruang
= 93,2m2 x 160%
= 149,12m2
149,5m2
2,4
1
2,2
0,5
3,6
2
2,4
1
2,2
0,5
74
1 loker untuk 20 orang,
butuh 4 loker = 4,4m2
6 Ruang
Administrasi
Sanggar
Meja dan Kursi
1 susunan meja kursi untuk
6 orang, bila diperlukan
rapat kecil dapat digunakan,
butuh 1 meja kursi
= 7,2m2
Meja pelayanan
1 susunan meja kursi
melayani 3 orang sekaligus,
jumlah meja 1
= 6,72m2
Lemari Berkas
Asumsi 1 lemari untuk 2
orang, 9 orang butuh 5
lemari = 5,5m2
Ruang Tamu
Kapasitas susunan meja
kursi tamu untuk maksimal
6 orang, butuh 1 susunan
= 10,44m2
Dimensi Perabot
= 7,2m2 +
6,72m2 + 5,5m2
+ 10,44m2
= 29,86m2
Dimensi Ruang
= 29,86m2 x
160%
= 47,776m2
48m2
7 Ruang Pengelola
Sanggar
Meja Kursi Pengawas,
Pengelola, dan Sekretaris
Dimensi Perabot
= 5,4m2 + 3,3m2
+ 10,44m2
= 19,14m2
31m2
3,6
2
2,8
2,4
2,2
0,5
1,8
5,8
75
1 susunan meja kursi untuk
2 orang, butuh 3 susunan
= 5,4m2
Lemari berkas
Asumsi 1 lemari untuk 1
orang, butuh 3 = 3,3m2
Ruang Tamu
Kapasitas susunan meja
kursi tamu untuk maksimal
6 orang, butuh 1 susunan
= 10,44m2
Dimensi Ruang
= 19,14m2 x
160%
= 30,624m2
8 Ruang
Karyawan
Ruang Duduk Karyawan
Kebersihan
Kapasitas ruang duduk
karyawan 12 orang, butuh 2
susunan
= 20,88m2
Lemari/Loker Karyawan
Kebersihan
Asumsi 1 loker untuk 4
Dimensi Perabot
= 20,88 + 3,3 +
13,44 + 2,2
= 39,82m2
Dimensi Ruang
= 39,82 m2 x
160%
= 63.82m2
64m2
1,2
1,5
2,2
0,5
1,8
5,8
1,8
5,8
2,2
0,5
76
orang, butuh 3 loker
= 3,3m2
Ruang Duduk Petugas
Keamanan
Kapasitas ruang duduk
karyawan 6 orang, butuh 1
susunan
= 10,44m2
+Area CCTV 3m2
=13,44m2
Lemari/Loker Karyawan
Kebersihan
Asumsi 1 loker untuk 4
orang, butuh 2 loker
= 2,2m2
9 Ruang Rapat Susunan Meja Kursi Rapat
Kapasitas meja kursi 9
orang diperuntukkan rapat
besar, butuh 1 susunan
= 12,96m2
Dimensi Perabot
= 12,96m2
Dimensi Ruang
= 12,96m2 x
160%
= 20,736m2
21m2
10 Gudang
Penyimpanan
Mampu menyimpan barang
20x dimensi manusia
= 1,2m2 x 20
24m2
Dimensi perabot
= 24m2
Dimensi Ruang
= 24m2 x 160%
= 42m2
42m2
11 Pantri Kapasitas pantri 24 orang
Butuh 6 susunan
= 47,04m2
Dimensi Perabot
= 47,04m2
Dimensi Ruang
= 47,04m2 x
160%
= 75,264m2
75,2m2
1,8
5,8
2,2
0,5
5,4
2,4
2,4
2,4
77
12 Restaurant Kapasitas restaurant 100
orang
Susunan Meja Kursi 1
Butuh 16 susunan
= 125,44m2
Susunan Meja Kursi 2
Butuh 6 susunan
= 62,64m2
Dimensi Perabot
= 125,44m2 +
62,64m2
= 188,08m2
Dimensi Ruang
= 188,08m2 x
160%
= 300,928m2
300m2
13 Dapur Dapur Pantri
Counter
Butuh 1 susunan = 1,2m2
Area Masak
Butuh 1 susunan = 7,2m2
Dapur Restauran
Counter
Butuh 1 susunan = 1,2m2
Dapur Pantri
Dimensi Perabot
= 1,2m2 + 7,2m2
= 8,4m2
Dimensi Ruang
= 8,4m2 x 160%
= 13,44m2
Dapur Restauran
Dimensi Perabot
= 1,2m2 +
12,24m2
= 13,44m2
Dimensi Ruang
= 13,44m2 x
160%
= 21,504m2
Dapur
Pantri
13,5m2
Dapur
Restauran
21,5m2
2,4
2,4
1,8
5,8
1,2
1
3,6
2
1,2
1
78
Area Masak
Butuh 1 susunan = 12,24
14 Lavatori Lavatori A :
Toilet
Butuh 6 per lokasi (3 pria, 3
wanita) = 8,64m2
Urinal :
Butuh 3 per lokasi = 1,05m2
Wastafel :
Butuh 2 per lokasi = 0,7m2
Lavatori B (Pengelolaan)
Toilet
Butuh 1 per kamar
= 1,44m2
Wastafel
Butuh 1 per kamar= 0,35m2
Lavatori A :
Dimensi Perabot
= 8,64m2 +
1,05m2 + 0,7m2
= 10,39m2
Dimensi Ruang
= 10,39m2 x
160%
= 16,624m2
Lavatori B :
Dimensi Perabot
= 1,44m2 +
0,35m2
= 1,79m2
Dimensi Ruang
= 1,79m2 x 2
= 3,58m2
A :
17m2x4
= 68m2
B : 4m2x2
= 8m2
Total
2207m2
Sumber : Analisis Pribadi 2014
Catatan Tambahan :
1. Ruang rapat dan Ruang pengelola digabung menjadi 1
2. Penempatan lavatori :
a. Lavatori A : dua buah di dekat Lobi, galeri, dan
perpustakaan, dua buah di antara ruang sanggar.
b. Lavatori B : dua buah berada di dekat ruang pengelola,
ruang karyawan, dan ruang administrasi.
3,6
3,4
1,2
1,2
1,2
1,2
79
5.2.3. Analisis Ruang Luar
Analisis ini membahas tentang potensi yang dapat diolah dari ruang luar
sebuah lokasi bangunan. Ruang luar dapat digunakan untuk berbagai macam
kegiatan baik yang mendukung fungsi bangunan maupun untuk penunjang
seperti keindahan view dalam lokasi. Ruang luar dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu :
1. Ruang luar aktif, adalah ruang luar yang digunakan untuk mendukung
kegiatan utama yang ada dalam bangunan. Contoh pemanfaatan ruang luar
aktif adalah penggunaan lahan parkir.
2. Ruang luar pasif, adalah ruang luar yang digunakan untuk lahan yang
tidak berhubungan dengan fungsi bangunan namun sebagai penunjang.
Contoh penggunaan ruang luar pasif adalah pengadaan lahan hijau, lahan
resapan air, dan sebagai tempat tumbuhnya vegetasi sebagai peredam
kebisingan.
Taman
Taman merupakan pengolahan ruang luar secara pasif. Fungsi taman
adalah sebagai aspek penghijauan pada tapak sekaligus menjadi aspek daerah
resapan. Selain itu, dalam menjaga kebisingan agar tidak masuk ke dalam
bangunan, taman digunakan sebagai peredam kebisingan. Fungsi lainnya pada
taman adalah sebagai area santai yang dapat digunakan oleh para pelaku
sanggar dan galeri seni lukis.
Luasan taman akan menyesuaikan dengan sisa daerah pada tapak yang
tidak terpakai. Sangat diusahakan taman mencakup seluruh bagian tapak agar
dapat menjadi view yang baik ketika dilihat dari dalam maupun luar tapak.
Taman juga digunakan untuk area sirkulasi dari 1 zona ke zona lainnya dan
juga digunakan untuk pameran outdoor. Luasan taman merupakan 40% dari
luasan tapak yang berarti 40% dari 8.937m2 = 3.574m2.
80
Lahan Parkir
Lahan parkir dibagi menjadi 3 area, yaitu lahan parkir umum, lahan parkir
pegawai dan karyawan, dan lahan parkir khusus penginapan. Perhitungan
luasan lahan parkir disesuaikan dengan kapasitas bangunan dan jumlah
masing-masing pelaku.
Gambar 5.12. Perhitungan area parkir mobil
Sumber : Analisis Pribadi 2014
Gambar 5.13. Perhitungan area parkir bus
Sumber : Analisis Pribadi 2014
81
Gambar 5.14. Perhitungan area parkir motor
Sumber : Analisis Pribadi 2014
Untuk area parkir umum kapasitas 620 orang dengan rincian 120 orang
siswa dan 500 pengunjung galeri. Asumsikan bahwa 200 pengunjung
menggunakan sepeda motor, 260 pengunjung menggunakan mobil, dan
sisanya 160 bus. Jika 1 mobil mewakili 4 orang dan 1 bus mewakili 40 orang,
maka dibutuhkan kapasitas 200 motor, 50 mobil, dan 4 bus.
Untuk area parkir pegawai dan karyawan kapasitas 33 orang. Untuk area
parkir ini asumsikan 23 orang menggunakan sepeda motor dan 10 orang
menggunakan mobil. Dibutuhkan 23 parkir motor dan 10 parkir mobil.
Letaknya dipisahkan dari area parkir umum.
Luasan untuk seluruh ruang parkir adalah :
Tabel 5.4. Luasan Area Parkir
Area Parkir Kendaraan (Kapasitas) Luas
Pengunjung Mobil (30)
Motor (200)
Bus (4)
12,5 x 30 = 375m2
1,4 x 200 = 280m2
42,5 x 4 = 170m2
Pegawai dan Karyawan Mobil (10)
Motor (23)
12,5 x 10 = 125m2
1,4 x 23 = 32,2m2
Luasan Area Parkir
Sirkulasi Parkir 60%
Total
982,2m2
589,3,m2
1571,5m2
Sumber : Analisis Pribadi 2014
82
5.2.4. Analisis Ruang Antara
Di dalam kelompok ruang, terdapat daerah yang disebut daerah
“orientasi”. Daerah tersebut merupakan daerah dimana pelaku akan
memutuskan kegiatan awalnya dan merupakan daerah transit sebelum
melakukan kegiatannya. Daerah tersebut dapat diterjemahkan menjadi ruang
antara.
Gambar 5.15. Skema Ruang Antara
Sumber : Data Pribadi, Slide Power Point (2014)
Skema ruang antara seperti pada gambar di atas menunjukkan bahwa
ruang antara merupakan ruang yang berada di antara ruang satu dengan ruang
lainnya. Tujuan keberadaan ruang ini adalah sebagai tempat ttransit antar
ruang. Penerapan ruang ini dapat diterapkan dengan adanya lobi dan selasar
pada tiap daerah ruang.
5.3. ANALISIS TAPAK
5.3.1. Analisis Pemilihan Tapak
Tapak kedua menjadi tapak yang dipilih. Tapak kedua memiliki akses
yang lebih mudah dan lebih dekat dengan fasilitas umum. Akses yang mudah
dan dekatnya tapak terhadap fasilitas umum inilah yang akan memudahkan
83
orang untuk mengenali sebuah bangunan. Luasan yang lebih luas ini juga
menjadikan bangunan dapat didesain dengan lebih fleksibel.
Tapak kedua memang memiliki tingkat kebisingan yang tinggi dan
view yang tidak lebih baik dari tapak pertama. Dengan menggunakan
penyelesaian tertentu, kedua masalah tersebut dapat diatasi. Cara mengatasi
kebisingan ke dalam bangunan salah satunya adalah dengan memberikan jarak
antara bangunan dengan sumber kebisingan atau dengan memberikan
penghalang agar bunyi dari sumber kebisingan memantul di penghalang
tersebut. Untuk permasalahan view dapat diatasi dengan menambahkan
vegetasi buatan berupa taman di dalam tapak. Selain memperindah tapak,
taman ini juga dapat sebagai penghalang bunyi untuk merambat melalui udara
dikarenakan pepohonan dapat menjadi penghalang bunyi yang cukup alami.
Kontur tanah yang terdapat pada tapak kedua ini memang memberikan
batasan-batasan tertentu dan kesulitan yang lebih besar disbanding dengan
tapak pertama yang tanpa kontur. Kontur pada tapak kedua bila diselesaikan
dengan baik akan menghasilkan ide kreatif yang lebih baik dari tapak tanpa
kontur. Kontur dapat diatasi misalnya dengan pembuatan perbedaan
ketinggian lantai dari ruang satu ke ruang lainnya.
5.3.2. Analisis Sarana dan Prasarana Lingkungan
Kondisi sarana dan prasarana sangat berpengaruh pada perancangan.
Jaringan prasarana yang direncanakan adalah jaringan listrik, jaringan air
bersih, saluran pembuangan air hujan, dan sistem pembuangan sampah.
Kondisi sarana dan prasarana di kawasan Ngaglik adalah sebagai berikut :
1. Jaringan Listrik
PLN merupakan jaringan listrik utama dan satu-satunya
penyedia listrik. Menggunakan jaringan listrik dari PLN sudah pasti
dilakukan. Untuk keadaan darurat apabila listrik tidak menyala dapat
menggunakan cadangan energy berupa Genset. Maka, beberapa
alternaitf dapat dianalisis, yaitu :
84
a. Menggunakan PLN sebagai sumber daya listrik utama dan
menggunakan Genset sebagai sumber daya listrik cadangan.
Kelebihan : apabila terdapat masalah listrik dari pusat, dapat
menggunakan listrik cadangan.
Kekurangan : menambah biaya pembangunan, biaya perawatan
mahal, dan membutuhkan ruang khusus genset.
b. Menggunakan PLN sebagai sumber daya listrik utama dan
tidak menggunakan sumber daya listrik cadangan.
Kelebihan : biaya pembangunan berkurang, tidak perlu biaya
perawatan genset, dan tidak memerlukan ruang tambahan.
Kekurangan : apabila terdapat masalah listrik dari pusat, tidak
dapat menggunakan alat-alat yang membutuhkan listrik sampai
masalah listrik di pusat selesai.
2. Jaringan Air Bersih
PDAM menjadi sumber air bagi sebagian besar bangunan
umum di kawasan Ngaglik. Selain itu, beberapa tempat juga
menggunakan sumur sebagai sumber air utama untuk bangunan. Dari
keadaan di atas, maka didapatkan beberapa alternative yang dapat
dianalisis, yaitu :
a. Memanfaatkan PDAM sebagai jaringan air bersih.
Kelebihan : pengadaan sumber air lebih mudah dan efektif
karena menggunakan saluran air yang sudah disediakan.
Kekurangan : biaya yang dikeluarkan cukup besar disbanding
dengen memanfaatkan galian sumur.
b. Memanfaatkan galian sumur sebagai jaringan air bersih.
Kelebihan : biaya yang dikeluarkan tidak terlalu mahal
dibandingkan dengan menggunakan PDAM.
Kekurangan : pengadaan sumber air tidak semudah
menggunakan PDAM dan harus melakukan perhitungan
85
kedalaman titik air karena jika sumber air dalam maka
diperlukan penggalian yang cukup lama.
3. Air Limbah dan Tadah Hujan
Beberapa alternatif yang dapat dijadikan acuan dalam
penanganan limbah air hujan adalah sebagai berikut :
a. Membuat sumur resapan.
Kelebihan : dapat memanfaatkan limbah yang dibuang.
Kekurangan : butuh biaya dan lahan tambahan.
b. Membuang limbah air hujan menggunakan saluran terbuka
yang sudah ada pada jalan.
Kelebihan : tidak memerlukan biaya tambahan untuk
pengadaan saluran air.
Kekurangan : limbah yang dihasilkan dapat mencemari
lingkungan sekitar.
4. Jaringan Pembuangan Sampah
Sistem pembuangan sampah menggunakan jasa dari Dinas
Kebersihan dan letak pembuangan sampah cukup jauh sehingga tidak
mengganggu. Kelebihan dari metode ini adalah pembuangan sampah
lebih efisien dan mudah serta mengurangi biaya dalam pengelolaan
sampah. Kekurangan dari metode ini adalah memerlukan biaya yang
dikeluarkan untuk Dinas Kebersihan.
86
5.3.3. Analisis Lingkungan
Tabel 5.5. Tabel Analisis Lingkungan
Kondisi Tanggapan
Topografi
Tapak memiliki beberapa
level ketinggian.
Arah jatuh air dirancang
seperti pada gambar dan
disalurkan ke saluran
pembuangan air. Daerah
yang dibangun ditunjukkan
juga seperti gambar di atas.
View
Tapak dikelilingi oleh
persawahan dan beberapa
bangunan.
View ke luar tapak
ditekankan lebih kepada
area persawahan sebagai
pemandangan dan juga
sedikit view kea rah depan
bangunan.
Keterangan :
A B
C D E
A B
C D
E
0 +0,4
+1 +1,5
+2
Keterangan :
Arah jatuh air
Orientasi daerah
terbangun
Persawahan
Persawahan
Bangunan
87
Vegetasi
Vegetasi pada tapak
umumnya merupakan rumput
liar dan ada beberapa
pepohonan di sisi barat dan
utara tapak.
Gambar di atas
menunjukkan orientasi
peletakan bangunan
berdasarkan kondisi
vegetasinya.
Arah Angin
dan Lintasan
Matahari
Matahari melintasi tapak dari
timur ke barat dan cenderung
berada di utara karena tapak
terletak di bawah garis
kathulistiwa.
Orientasi bukaan bangunan
lebih dominan pada area
utara dan selatan bangunan
agar tidak ada cahaya
matahari berlebih masuk.
Namun tetap ada beberapa
Daerah pepohonan
Daerah persawahan
Keterangan : Daerah pepohonan
Daerah persawahan
Keterangan :
Orientasi daerah
terbangun
Keterangan :
Arah lintas
matahari
Keterangan :
Arah lintas
matahari
Orientasi bukaan
bangunan
88
bukaan yang ditujukan
untuk menangkap cahaya
matahari.
Kebisingan
Kebisingan pada tapak
paling besar terjadi pada area
depan tapak yang merupakan
Jalan Raya Kaliurang
Orientasi peletakan
bangunan diletakkan pada
area yang jauh dari sumber
kebisingan sehingga dapat
mengurangi kebisingan
Alternatif berikutnya adalah
dengan meletakkan
penghalang kebisingan pada
daerah antara bangunan
dengan sumber kebisingan.
Dapat berupa vegasti
maupun massa.
89
Sirkulasi
Lalu lintas di depan tapak
merupakan jalan besar 2
arah.
Sirkulasi keluar-masuk
lokasi dirancang supaya
tidak menyebabkan
gangguan lalu lintas.
Sumber : Analisis Pribadi 2014
5.3.4. Zoning
Berdasarkan analisis tapak yang telah dilakukan di atas, maka dapat
dibuat kesimpulan berupa zoning. Zoning merupakan garis besar pengaturan
massa dan ruang pada bangunan. Pengaturan ini merupakan kesimpulan dari
semua analisis tapak yang telah dilakukan.
Orientasi bangunan berada di tengah tapak karena area tersebut bebas
vegetasi dan juga memiliki jarak untuk mengurangi kebisingan dari jalan. Di
bagian belakang bangunan terdapat taman alami yang dibuat tanpa merusak
pepohonan yang sudah berdiri di situ. Untuk daerah depan tapak dapat
dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau ataupun area parkir kendaraan.
Gambar 5.16. Gambaran zoning pada tapak.
Sumber : Analisis Pribadi 2014
Keterangan :
Area Terbangun
Area Terbuka
hiijau/lahan parkir
Area Taman
90
5.4. ANALISIS PENDEKATAN
5.4.1. Tahapan Analisis
Tahapan analisis akan dilakukan bertahap tiap aspeknya. Berangkat
dari bangunan yang menyesuaikan kondisi tapaknya, kemudian dikenakan
tema arsitektur ekologis. Setelah elemen-elemen pembentuk bangunannya
didapatkan, dikenakan lagi pada tema Inspiratif.
Gambar 5.17. Tahapan Analisis Pendekatan
Sumber : Analisis Penulis 2014
5.4.2. Analisis Bangunan Menyesuaikan Kondisi Tapak
Dari tapak yang sudah dianalisis, terlihat bebrapa poin penting terkait
dalam perancangan bangunan yang menyesuaikan tapak. Tapak memiliki
kontur yang tidak rata, terdapat vegetasi di beberapa daerah tapak,
Unsur bangunan menyesuaikan kondisi tapak
1. Metode cut and fill untuk merapikan kontur tapak yang tidak rata
menjadi beberapa level ketinggian.
2. Massa bangunan menyesuaikan level ketinggian dan diolah dalam
banyak massa.
3. Ruang antara menjadi ruang terbuka, selain untuk memberikan
kesan hubungan dengan tapak, juga memberikan kemudahan untuk
mengatasi perbedaan level ketinggian pada tapak.
4. Taman dibuat berdasarkan keberadaan vegetasi yang sudah ada
kemudian dikembangkan menjadi lebih asri.
5. Menggunakan material pelapis bangunan yang dekat dengan alam
seperti kayu dan batuan.
91
5.4.3. Analisis Arsitektur Ekologis Tropis
Tabel 5.6. Tabel Analisis Arsitektur Ekologis Tropis berdasarkan Bangunan
Menyesuaikan Tapak
Unsur Ekologis
Tropis Analisis
Bentuk Dengan konsep bangunan menyesuaikan tapak,
sebaiknya garis bangunan juga mengikuti kontur
tapaknya.
Apabila tidak memungkinkan, maka dapat digunakan
metode split level pada ruang tertentu yang menabrak
garis perbedaan ketinggian tapak.
Memberikan kawasan penghijauan di antara kawasan
pembangunan menjadi salah satu syarat arsitektur
ekologis. Membangun taman di sela-sela bangunan atau
menggunakan konsep bangunan dengan banyak massa
menjadi alternatif dalam memabangun.
Proporsi dan
Skala
Untuk efisiensi penggunaan cahaya matahari dan
sirkulasi udara yang maksimal, bangunan tidak boleh
lebih dari 3 lantai supaya tidak mengganggu bangunan
disekitarnya.
Skala ruang dibatasi agar tidak terlalu luas. Jika ruang
terlalu luas, maka cahaya akan sulit masuk ke dalam
bagian ruang tengah, mengakibatkan penggunaan
cahaya buatan yang berlebih dan boros energi.
Daerah
Hijau
92
Apabila ruang terpaksa memiliki bentang lebar, maka
dapat disiasati dengan membuat akses cahaya dari atap
dengan memberikan Skylight di beberapa bagian yang
susah terkena cahaya matahari.
Selain itu dapat dilakukan juga dengan memberikan
daerah terbuka di ruang tengah agar cahaya matahari
dapat masuk melalui ruang tersebut.
Struktur
Bangunan
Menggunakan struktur yang ramah lingkungan seperti
batu bata, gypsum, dan batu alam sebagai struktur
bangunan. Penggunaan kayu atau baja ringan sebagai
bingkai struktur juga merupakan alternative yang dapat
digunakan karena lebih ramah lingkungan disbanding
menggunakan struktur beton. Selain itu struktur seperti
di atas juga dapat lebih mempertahankan ketahanan
bangunan.
Material Mempertimbangkan rantai bahan dan menggunakan
bahan bangunan alamiah. Dapat menggunakan material
yang ramah lingkungan seperti kayu dan batuan sebagai
pelapis bangunan.
Daerah
Terbuka
Ruang
bentang lebar
93
Bukaan Untuk menangkap sinar matahari, bukaan dapat berupa
jendela yang terdapat pada sisi-sisi yang mampu
menangkap sinar matahari dengan baik.
Bukaan dapat terdapat pada sisi timur untuk menangkap
matahari pagi-siang, sisi barat untuk matahari siang-
sore, dan utara untuk tambahan matahari ketika kurang
penyinaran pada ruang yang panjang.
Bukaan juga dapat digunakan untuk sirkulasi udara agar
tidak terhambat dari satu sisi bangunan ke sisi bangunan
lain.
Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara
di dalam bangunan sekaligus menangkap sedikit sinar
matahari untuk masuk ke dalam bangunan.
Sirkulasi Sirkulasi harus bebas hambatan. Artinya sirkulasi dari
satu ruang ke ruang lain harus jelas dan tidak terlalu
banyak dinding yang menghalangi. Untuk manusia akan
mempermudah akses dan untuk angina dapat
mempermudah sirkulasi udara dalam ruang.
94
Sumber : Analisis Pribadi 2014
5.4.4. Analisis Inspiratif
Tabel 5.7. Tabel Analisis Karakter Inspiratif
Unsur
Inspiratif
Analisis Karakter
Inspiratif
Analisis Arsitektural
Berkembang Unsur berkembang
didasarkan pada adanya
pergerakan di dalam
seni dari masa ke masa
dan membuat seni itu
sendiri tidak pernah
dilupakan.
Bentuk
Bentuk yang melambangkan
unsur berkembang adalah
kombinasi dari garis-garis yang
menunjukkan adanya
pergerakan/dinamisme.
Selain itu, garis naik juga
menggambarkankan adanya
perkembangan.
Selain garis, wujud (shape) dapat
dikombinasi dengan
menunjukkan adanya perubahan
wujud (shape) dari satu bagian
ke bagian lain.
Misal dari banyak sudutnya :
Dalam hal ini terjadi suatu
perkembangan dari jumlah sudut
95
paling sedikit (segitiga) ke
jumlah sudut yang paling banyak
(lingkaran).
__________________________
Warna
Warna yang menggambarkan
adanya perkembangan adalah
warna merah, oranye/jingga,
kuning, dan biru.
Selain warna secara individual,
perkembangan juga dapat
diwujudkan dari perubahan
warna ke warna lainnya melalui
spectrum warna.
__________________________
Tekstur
Menggunakan kombinasi antara
kasar dan halus dapat
memberikan kesan adanya
perkembangan. Lebih lagi jika
tekstur digradasi dari kasar ke
halus maupun halus ke kasar.
Misal : Sangat Halus > Halus >
Biasa > Kasar > Sangat Kasar
__________________________
Material
Menggunakan perpaduan
96
material yang memiliki
perbedaan tekstur dan
membuatnya dengan efek gradasi
akan memberikan kesan
berkembang.
__________________________
Proporsi dan Skala
Gunakan skala ruang yang
berbeda dalam sebuah ruang,
ataupun adanya kemiringan pada
langit-langit menjadi semakin
tinggi dapat memberikan kesan
berkembang.
Menyesuaikan
Sekitar
Unsur menyesuaikan
sekitar didasarkan pada
pernyataan bahwa
inspiratif dapat
didapatkan dari
lingkungan sekitar
yang memberikan
kesan tertentu pada
manusia yang
melihatnya.
Bentuk
Bentuk yang melambangkan
unsur menyesuaikan sekitar
adalah bentuk yang
menyesuaikan dengan apa yang
ada di sekitar ruang.
__________________________
Warna
Warna yang menggambarkan
penyesuaian dengan sekitar
adalah warna yang sesuai dengan
lingkungan, peppohonan seperti
coklat dan hijau.
97
__________________________
Tekstur
Menggunakan tekstur yang
serupa dengan kayu akan
memberikan kesan menyatu
dengan sekitar.
__________________________
Material
Menggunakan material alami
seperti kayu atau material
dengan warna daun dan kayu
sebagai finishing memberikan
kesan menyatu dengan
lingkungannya.
__________________________
Proporsi dan Skala
Skala ruang yang memberikan
kesan menysuaikan sekitar jelas
harus melihat sekitarnya.
Besaran ruang jangan terlalu
berlebihan dan terlihat dominan
sebab akan mematikan fokus
pada sekitarnya.
Tidak Monoton Unsur tidak monoton
didasarkan pada bahwa
seni lukis berbeda-beda
dan memiliki keunikan
masing-masing, ini
Bentuk
Bentuk yang melambangkan
unsur tidak monoton adalah
penggabungan dari berbagai
macam garis dan bentuk yang
98
diterapkan pada
bangunan karena dapat
mengundang hal yang
sama seperti melihat
berbagai macam
lukisan itu sendiri.
Tidak monoton berarti
menyesuaikan fungsi
ruang.
berbeda-beda pada setiap
daerahnya.
Kombinasi wujud (shapes) yang
memberikan kesan dinamis dapat
digunakan untuk menghilangkan
kesan ke-monoton-an seperti
adanya irama missal :
__________________________
Warna
Warna yang menggambarkan
tidak monoton adalah
menggunakan berbagai macam
kombinasi untuk setiap area
sesuai dengan fungsinya masing-
masing.
__________________________
Tekstur
Menggunakan kombinasi antara
kasar dan halus dapat
memberikan kesan tidak
monoton.
Misal : Kasar > Halus > Sangat
Kasar > Halus > Sangat Halus
__________________________
99
Material
Menggunakan perpaduan antara
berbagai jenis macam jenis
material dari material alami dan
buatan dapat memberikan kesan
tidak monoton. Gunakan dalam
satu fasad berbagai macam
material.
__________________________
Proporsi dan Skala
Skala ruang yang memberikan
kesan tidak monoton adalah
menggunakan berbagai macam
level ketinggian dan berbagai
macam skala yang berbeda pada
tiap daerahnya.
Sumber : Analisis Pribadi 2014
100
5.4.5. Analisis Kategori Inspiratif Melalui Bangunan yang Menyesuaikan Tapak
dengan Menggunakan Arsitektur Ekologis Tropis
Tabel 5.8. Tabel Analisis Penerapan Kategorial
Analisis Penerapan
Bentuk Garis bangunan
menyesuaikan kontur
tanah, jika terdapat
perbedaan ketinggian
diberi kontur.
1. Berkembang – adanya
pergerakan/perkembang
an.
Permainan Shape dari
segitiga ke lingkaran,
garis naik.
2. Menyesuaikan Sekitar
– menyesuaikan bentuk
sekitarnya.
3. Tidak Monoton –
Irama, Kombinasi shape
dan dimensi shape yang
terhubung dalam 1 garis
yang dinamis.
Kategori 1 (BN1)
Massa cenderung memiliki
perkembangan shape dari
segitiga ke lingkaran dan
memiliki pola bentuk yang naik.
Kategori 2 (BN2)
Massa cenderung menyesuaikan
bentuk massa sekitarnya (yang
lebih dominan)
Kategori 3 (BN3)
Massa cenderung menggunakan
irama dengan kombinasi shape
dan dimensi dalam
pembentukan ruang di
dalamnya.
Proporsi dan
Skala
Lantai bangunan tidak
lebih dari 3.
Ruang jangan terlalu
luas, jika terpaksa
gunakan skylight/beri
ruang terbuka di tengah
ruang dengan bentang
lebar.
Kategori 1 (PS1)
Ruang cenderung memiliki
perbedaan ketinggian dari satu
sisi ke sisi lainnya (terdapat
kemiringan langit-langit)
Kategori 2 (PS2)
Dalam 1 massa, sebuah ruang
101
1. Berkembang – adanya
perbedaan ketinggian
skala ruang,
memberikan kemiringan
pada langit-langit.
2. Menyesuaikan Sekitar
– Ketinggian bangunan
tidak terlalu menonjol
sehingga tidak akan
mengalahkan sekitarnya.
3. Tidak Monoton –
Gunakan ketinggian
yang berbeda pada tiap
ruang (sesuaikan dengan
fungsi ruangnya juga)
cenderung mengikuti ketinggian
ruang disekitarnya.
Kategori 3 (PS3)
Dalam 1 massa terdapat
beberapa ruang yang cenderung
memiliki perbedaan ketinggian.
Digunakan untuk massa dengan
ruang-ruang yang berbeda
fungsinya.
Struktur Menggunakan struktur
alami.
Menggunakan rangka
dari kayu atau baja
ringan.
Kategori 1 (ST1)
Menggunakan Kayu sebagai
Rangka
Kategori 2 (ST2)
Menggunakan Baja Ringan
sebagai Rangka.
Material Menggunakan material
alami seperti batu bata,
batu, dan kayu.
1. Berkembang – adanya
efek gradasi dengan
menggunakan material
yang berbeda-beda
tekstur.
2. Menyesuaikan Sekitar
Kategori 1 (MT1)
Material yang digunakan
menimbulkan efek gradasi.
Missal : cat dinding > dinding
kayu > dinding batu bata >
dinding batu alam.
Kategori 2 (MT2)
Menggunakan material alami
102
– menggunakan material
yang alami.
3. Tidak Monoton –
Menggunakan
kombinasi material
(alami dan buatan)
saja (kayu dan batu)
Kategori 3 (MT3)
Menggunakan kombinasi antara
material-material.
Bukaan Terdapat pada segala
sisi.
Gunakan Jendela dan
ventilasi.
-
Sirkulasi Bebas Hambatan (Tidak
terdapat penghalang dari
satu ruang ke ruang
lain).
-
Warna 1. Berkembang –
menggunakan warna
yang memberikan kesan
berkembang dan
menggunakan
perubahan warna dari
warna satu ke warna lain
(gradasi warna)
2. Menyesuaikan Sekitar
– menggunakan warna
yang memberikan kesan
alami seperti warna
hijau dan coklat.
3. Tidak Monoton –
menggunakan berbagai
macam kombinasi
warna yang
Kategori 1 (WR1)
Menggunakan warna yang
berkembang dan gradasi warna
pada elemen bangunan.
Kategori 2 (WR2)
Menggunakan warna yang
menyesuaikan lingkungan pada
elemen bangunan.
Kategori 3 (WR3)
Menggunakan kombinasi warna
yang menyesuaikan fungsi
ruang masing-masing pada
elemen bangunan.
103
menyesuaikan fungsi
masing-masing ruang.
Tekstur 1. Berkembang –
menggunakan gradasi
tekstur dari kasar ke
halus atau sebaliknya.
2. Menyesuaikan Sekitar
– memberikan tekstur
serupa dengan kayu
(atau menggunakan
kayu itu sendiri) agar
terkesan menyatu
dengan lingkungan.
3. Tidak Monoton –
Memberikan kombinasi
kasar dan halus. Dapat
bergantian maupun
acak.
Kategori 1 (TK1)
Menggunakan tekstur yang
berkembang dari kasar ke halus
atau sebaliknya pada elemen
bangunan.
Kategori 2 (TK2)
Menggunakan tekstur yang
menyerupai kayu (atau
menggunakan kayu itu sendiri)
pada elemen bangunan.
Kategori 3 (TK3)
Menggunakan tekstur yang
dikombinasikan secara
bergantian ataupun acak pada
elemen bangunan.
Sumber : Analisis Pribadi 2014
104
BAB VI
KONSEP PERANCANGAN SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS DI YOGYAKARTA
6.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS DI
YOGYAKARTA
Berdasarkan hasil analisis Sanggar Seni Lukis sebagai pusat pendidikan informal
dan fasilitas hiburan tentang seni lukis bersifat Inspiratif melalui bangunan yang
menyesuaikan kondisi tapak dengan menggunakan Arsitektur Ekologis Tropis, dapat
ditemukan Konsep yang menjadi dasar perancangan. Konsep dasar ini dapat
dikembangkan dalam beberapa hal yaitu bentuk, proporsi dan skala, struktur, material,
bukaan, sirkulasi, warna, dan tekstur. Penjelasan temuan konsep dasar disajikan dalam
tabel berikut :
Tabel 6.1. Konsep Dasar
Penerapan
Bentuk Kategori 1 (BN1)
Massa cenderung memiliki perkembangan shape dari segitiga
ke lingkaran dan memiliki pola bentuk yang naik.
Kategori 2 (BN2)
Massa cenderung menyesuaikan bentuk massa sekitarnya
(yang lebih dominan)
Kategori 3 (BN3)
Massa cenderung menggunakan irama dengan kombinasi
shape dan dimensi dalam pembentukan ruang di dalamnya.
Proporsi dan
Skala
Kategori 1 (PS1)
Ruang cenderung memiliki perbedaan ketinggian dari satu sisi
ke sisi lainnya (terdapat kemiringan langit-langit)
105
Kategori 2 (PS2)
Dalam 1 massa, sebuah ruang cenderung mengikuti
ketinggian ruang disekitarnya.
Kategori 3 (PS3)
Dalam 1 massa terdapat beberapa ruang yang cenderung
memiliki perbedaan ketinggian. Digunakan untuk massa
dengan ruang-ruang yang berbeda fungsinya.
Struktur Kategori 1 (ST1)
Menggunakan Kayu sebagai Rangka
Kategori 2 (ST2)
Menggunakan Baja Ringan sebagai Rangka.
Material Kategori 1 (MT1)
Material yang digunakan menimbulkan efek gradasi. Missal :
cat dinding > dinding kayu > dinding batu bata > dinding batu
alam.
Kategori 2 (MT2)
Menggunakan material alami saja (kayu dan batu)
Kategori 3 (MT3)
Menggunakan kombinasi antara material-material.
Bukaan Terdapat pada sisi yang menghadap keluar bangunan karena :
1. Pencahayaan alami ruang
2. Sirkulasi udara alami
Ventilasi untuk pergantian udara tanpa terlalu banyak panas
masuk.
Sirkulasi Sirkulasi bebas hambatan. Sirkulasi dari satu ruang ke ruang
lain harus jelas dan tidak terlalu banyak dinding yang
menghalangi karena :
1. Mempermudah akses manusia.
2. Mempermudah sirkulasi udara dalam ruang.
Warna Kategori 1 (WR1)
Menggunakan warna yang berkembang dan gradasi warna
106
pada elemen bangunan.
Kategori 2 (WR2)
Menggunakan warna yang menyesuaikan lingkungan pada
elemen bangunan.
Kategori 3 (WR3)
Menggunakan kombinasi warna yang menyesuaikan fungsi
ruang masing-masing pada elemen bangunan.
Tekstur Kategori 1 (TK1)
Menggunakan tekstur yang berkembang dari kasar ke halus
atau sebaliknya pada elemen bangunan.
Kategori 2 (TK2)
Menggunakan tekstur yang menyerupai kayu (atau
menggunakan kayu itu sendiri) pada elemen bangunan.
Kategori 3 (TK3)
Menggunakan tekstur yang dikombinasikan secara bergantian
ataupun acak pada elemen bangunan.
Sumber : Analisis Pribadi 2014
Berdasarkan konsep dasar yang telah dikembangkan, maka dapat ditemukan
pembagian kategori pada ruang-ruang sebagai berikut :
Tabel 6.2. Pembagian Kategori pada Zona Ruang
Zona Kategori
BN PS ST MT WR TK
Netral 2 2 2 2 2 2
Pendidikan 1,2,3 1,2,3 2 1,2,3 1,2,3 1,2,3
Hiburan 2,3 2,3 1 2,3 2,3 2,3
Pengelolaan 1 1 2 1 1 1
Pendukung 2 2 1 2 2 2
Sumber : Analisis Pribadi 2014
107
6.2. KONSEP FUNGSIONAL
6.2.1. Program Ruang
Berdasarkan besaran ruang pada analisis dimensi ruang dan
pembagian zona pada konsep dasar, maka program ruang pada Sanggar
Seni Lukis di Yogyakarta ini adalah sebagai berikut :
Tabel 6.3. Program Ruang
Zona Jenis Ruang Dimensi Jumlah
Ruang
Kategori
Netral Lobi 110m2 +
(17x2)m2
= 149m2
1 lobi + 2
lavatori
BN2, PS2, ST2,
MT2, WR2, TK2
Pendidikan Ruang Sanggar (44x6)m2 +
(17x2)m2
= 303m2
6 ruang
sanggar + 2
lavatori
BN1-2-3, PS1-2-
3, ST2, MT1-2-3,
WR2, TK1-2-3
Ruang Pengajar 17m2 1 BN1-2-3, PS1-2-
3, ST2, MT1-2-3,
WR2, TK1-2-3
Perpustakaan 149,5m2 1 BN1-2-3, PS1-2-
3, ST2, MT1-2-3,
WR2, TK1-2-3
Hiburan Galeri 975m2 1 BN2-3, PS2-3,
ST1, MT2-3,
WR2-3, TK2-3
Pengelolaan Ruang Pengelola
Sanggar
31m2 +
(4x2)m2
= 39m2
1 ruang
pengelola + 2
lavatori
BN1, PS1, ST2,
MT1, WR1, TK1
Ruang
Administrasi
48m2 1 BN1, PS1, ST2,
MT1, WR1, TK1
Ruang Karyawan 64m2 1 BN1, PS1, ST2,
MT1, WR1, TK1
Fasilitas
Pendukung
Pantri 75,2m2 +
13,5m2
= 88,7m2
1 pantri dan 1
dapur pantry
BN2, PS2, ST1,
MT2, WR2, TK2
108
Restauran 300m2 +
25,5m2
= 325,5m2
1 restauran
dan 1 dapur
restaurant
BN2, PS2, ST1,
MT2, WR2, TK2
Gudang
Penyimpanan
42m2 BN2, PS2, ST1,
MT2, WR2, TK2
Area Parkir Area Parkir 1571,5m2 - Terdiri dari parkir
mobil, motor, dan
bus untuk
pengunjung dan
parkir mobil dan
motor untuk
pegawai/karyawan
Taman Taman 3574m2 - Bisa berubah
tergantung sisa
pada luasan tapak.
Sumber : Analisis Pribadi 2014
6.2.2. Organisasi Ruang
Organisasi Ruang Makro
Gambar 6.1. Organisasi Ruang Makro
Sumber : Analisis Pribadi 2014
109
6.2.3. Organisasi Ruang Mikro
Gambar 6.2. Organisasi Ruang Mikro
Sumber : Analisis Pribadi 2014
6.3. KONSEP TATANAN FISIK
Konsep tatanan fisik merupakan penjabaran dari konsep dasar yang sudah
diseleksi berdasarkan kategori yang ada. Konsep tatanan fisik ini mencakup bentuk,
proporsi dan skala, struktur, material, bukaan, sirkulasi, warna, dan tekstur pada
bangunan. Berikut merupakan penjelasan mengenai manipulasi tatanan fisik :
110
6.3.1. Konsep Bentuk
Tabel 6.4. Konsep Bentuk
No. Nama Zona Bentuk Manipulasi
1 Zona Netral BN2
Menyesuaikan bentuk
ruang sekitarnya
2 Zona Pendidikan BN1,2,3
Perkembangan
menggunakan garis yang
dinamis untuk susunan
ruangnya.
Pola naik diterapkan
pada atap ruang.
111
3 Zona Hiburan BN2,3
Bentuk bangunan
menyesuaikan bentuk
lainnya. Menggunakan
bentuk naik pada
ketinggian ruangnya.
Menggunakan kombinasi
dari shape (segitiga,
segiempat, dan
lingkaran) dalam
membentuk ruang.
4 Zona Pengelolaan BN1
Menggunakan pola naik
pada bentuk atap dan
garis dinamis dalam
membentuk susunan
ruang.
5 Zona Pendukung BN2
Menyesuaikan ketinggian
ruang dan bentuk
sekitarnya.
Sumber : Analisis Pribadi 2014
112
6.3.2. Konsep Proporsi dan Skala
Tabel 6.5. Konsep Proporsi dan Skala
No. Nama Ruang Proporsi dan
Skala
Gambar
1 Lobi Wajar, mengikuti
ketinggian ruang
sekitar.
2 Ruang Sanggar Wajar, memiliki
perbedaan
ketinggian dari satu
sisi ke sisi lainnya.
3 Ruang Pengajar Wajar, lebih
rendah sedikit
daripada ruang
sanggar.
4 Ruang Pameran Wajar-Megah.
Perbedaan
ketinggian dengan
ruang di dekatnya.
5 Ruang Administrasi
dan Pengelola Sanggar
Wajar. Kemiringan
langit2 dan
mengikuti
ketinggian ruang di
dekatnya.
6 Ruang Karyawan dan
Keamanan
Wajar. Kemiringan
langit2 dan
mengikuti
ketinggian ruang di
dekatnya.
7 Ruang Rapat Wajar. Kemiringan
langit2 dan
mengikuti
ketinggian ruang di
dekatnya.
113
8 Gudang Wajar. Mengikuti
ruang sekitar.
9 Pantri dan Restaurant Wajar. Kemiringan
langit2 dan
mengikuti
ketinggian ruang di
dekatnya.
10 Perpustakaan Wajar, memiliki
perbedaan
ketinggian dari satu
sisi ke sisi lainnya.
Sumber : Analisis Pribadi 2014
6.3.3. Konsep Struktur
Struktur dibagi menjadi 2 struktur besar yaitu struktur rangka baja
dan struktur rangka kayu.
Tabel 6.6. Spesifikasi Struktur
Rangka Baja Rangka Kayu
Pondasi Tapak 120x120x25 Pondasi Batu Kali
Kolom Baja H 200, Kolom pedestal
sebagai dudukan kolom baja WF,
ukuran 15/15, Tulangan baja WF
150
Kolom dari kayu ukuran 12/18cm
Dinding Rangka Baja Dinding Rangka Kayu
Lantai urugan sirtu tebal 20cm dan
cor lantai beton.
Lantai urugan sirtu tebal 20cm dan
lantai batu.
Kuda-kuda atap baja Kuda-kuda atap kayu
Sumber : Analisis Pribadi 2014
114
6.3.4. Konsep Material
Tabel 6.7. Konsep Material
No. Nama Ruang Material
Lantai
Material Dinding Material Atap
plafon
1 Lobi Lantai Batu dan
lantai Kayu
Penutup Kayu Kayu
2 Ruang Sanggar Lantai Batu dan
Keramik
Batu dan GRC di
cat warna
Kayu
3 Ruang Pengajar Lantai Batu dan
Keramik
Batu dan GRC di
cat warna
Kayu
4 Ruang Pameran Lantai Batu dan
lantai kayu
Batu dan penutup
kayu
Kayu
5 Ruang Administrasi
dan Pengelola Sanggar
Lantai keramik GRC di cat warna Kayu
6 Ruang Karyawan dan
Keamanan
Lantai keramik GRC di cat warna Kayu
7 Ruang Rapat Lantai keramik GRC di cat warna Kayu
8 Gudang Lantai beton GRC Tidak ada plafon
9 Pantri dan Restaurant Lantai Kayu dan
Lantai Batu
Penutup kayu dan
batu
Kayu
10 Perpustakaan Lantai Keramik
dan Batu
GRC di cat warna
dan penutup kayu
Kayu
Sumber : Analisis Pribadi 2014
6.3.5. Konsep Bukaan
1. Bukaan terdapat pada seluruh sisi bangunan supaya mampu
memberikan sinar matahari masuk ke dalam ruangan.
2. Bukaan dapat berupa jendela untuk membatasi panas dari sinar
matahari yang masuk, namun cukup besar untuk memasukkan cahaya
ke dalam ruang.
3. Bukaan harus dapat mengalirkan udara dari sisi satu ke sisi lainnya.
4. Bukaan berupa ventilasi digunakan supaya adanya pergantian udara
di dalam bangunan yang membuat ruangan menjadi lebih sejuk.
115
Gambar 6.3. Skema Bukaan pada bangunan
Sumber : Sketsa Pribadi 2014
6.3.6. Konsep Sirkulasi
Sirkulasi harus bebas hambatan. Sirkulasi dari satu ruang ke ruang
lain harus jelas dan tidak terlalu banyak dinding yang menghalangi. Untuk
manusia akan mempermudah akses dan untuk angina dapat mempermudah
sirkulasi udara dalam ruang.
Gambar 6.4. Sirkulasi bebas hambatan
Sumber : Sketsa Pribadi 2014
6.3.7. Konsep Warna
Tabel 6.8. Konsep Warna
No. Nama Ruang Alternatif
Warna
Pengaruh
1 Lobi Coklat dan
Hijau
Netral, memberikan rasa aman,
membangkitkan tenaga, dan
menyejukkan
2 Ruang Sanggar Kuning dan
Hijau
Memudahkan berpikir, ekspresif
membangkitkan tenaga, mengurangi
tekanan, dan memberikan kenyamanan
3 Ruang Pengajar Hijau Memberi energy, mengurangi tekanan,
dan membantu konsentrasi.
116
4 Ruang Pameran Coklat, Oranye,
dan Ungu
Netral, stabil, memberikan rasa aman
dan nyaman, menarik, merangsang
imajinasi, menimbulkan perasaan
senang dan mengurangi tekanan.
5 Ruang Administrasi
dan Pengelola Sanggar
Coklat dan
Abu-abu
Netral, stabil, serius, menentramkan
hati, dan memberikan kenyamanan.
6 Ruang Karyawan dan
Keamanan
Coklat dan
Hijau
Netral, memberikan rasa nyaman,
membangkitkan tenaga, dan
menyejukkan.
7 Ruang Rapat Abu-abu,
coklat, dan
hitam
Serius, hening, memberikan
kenyamanan, kuat, dan memberikan
rasa percaya diri.
8 Gudang Coklat Netral, memberikan rasa aman.
9 Pantri dan Restaurant Hijau dan
Coklat
Netral, memberikan rasa aman,
membangkitkan tenaga, dan
menyejukkan.
10 Perpustakaan Kuning dan
Coklat
Memudahkan berpikir, memberikan
konsentrasi, dan memberikan
kenyamanan.
Sumber : Analisis Pribadi 2014
6.3.8. Konsep Tekstur
Tabel 6.9. Konsep Tekstur
No. Nama Ruang Tekstur Manipulasi
1 Lobi Tekstur menyerupai
Kayu
Menggunakan kayu sebagai
sebagian pelingkup bangunan
seperti lantai kayu, pelapis dinding
kayu, dan plafon kayu.
2 Ruang Sanggar Kombinasi tekstur
Tekstur menyerupai
kayu
Menggunakan kayu sebagai
sebagian pelingkup bangunan
seperti lantai kayu, dinding kayu,
dan plafon kayu.
Tekstur dinding dapat dibuat dari
ornament kayu yang menutup
sebgian dinding.
Lantai menggunakan batu dan
117
kayu (berbeda tekstur), dinding
ada yang menggunakan cat dan
ada yang menggunakan penutup
kayu (berbeda tekstur)
3 Ruang Pengajar Kombinasi tekstur
Tekstur menyerupai
kayu
Menggunakan kayu sebagai
sebagian pelingkup bangunan
seperti lantai kayu, dinding kayu,
dan plafon kayu.
Lantai menggunakan batu dan
kayu (berbeda tekstur), dinding
ada yang menggunakan cat dan
ada yang menggunakan penutup
kayu (berbeda tekstur)
4 Ruang Pameran Kombinasi tekstur
Tekstur menyerupai
kayu
Menggunakan kayu sebagai
sebagian pelingkup bangunan
seperti lantai kayu, dinding kayu,
dan plafon kayu.
Lantai menggunakan batu dan
kayu (berbeda tekstur), dinding
ada yang menggunakan cat dan
ada yang menggunakan penutup
kayu (berbeda tekstur)
5 Ruang Administrasi
dan Pengelola Sanggar
Berkembang dari
kasar ke halus
Sebagian dinding menggunakan
kayu dan sisanya GRC di cat.
6 Ruang Karyawan dan
Keamanan
Berkembang dari
kasar ke halus
Sebagian dinding menggunakan
kayu dan sisanya GRC di cat.
7 Ruang Rapat Berkembang dari
kasar ke halus
Sebagian dinding menggunakan
kayu dan sisanya GRC di cat.
8 Gudang Tekstur menyerupai
kayu
Menggunakan penutup dinding
kayu pada sebagian dinding
9 Pantri dan Restaurant Tekstur menyerupai
kayu
Menggunakan penutup dinding
kayu pada sebagian dinding
10 Perpustakaan Kombinasi tekstur
Tekstur menyerupai
kayu
Menggunakan kayu sebagai
sebagian pelingkup bangunan
seperti lantai kayu, dinding kayu,
118
dan plafon kayu.
Tekstur dinding dapat dibuat dari
ornament kayu yang menutup
sebgian dinding.
Lantai menggunakan batu dan
kayu (berbeda tekstur), dinding
ada yang menggunakan cat dan
ada yang menggunakan penutup
kayu (berbeda tekstur)
Sumber : Analisis Pribadi 2014
6.4. KONSEP TAPAK
Susunan ruang sesuai dengan organisasi dan hubungan ruangnya pada tapak akan
disusun seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 6.5. Konsep Tapak
Sumber : Sketsa Pribadi 2014
Skala
1:2000
119
6.5. KONSEP UTILITAS BANGUNAN
6.5.1. Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan dalam bangunan Sanggar Seni Lukis Inspiratif ini
memerlukan pengaturan untuk dapat mengkondisikan udara dalam suatu
bangunan agar kenyamanan termal dapat diperoleh. Sistem penghawaan
terbagi menjadi 2, yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan.
Penghawaan Alami
Penghawaan alami merupakan sistem penghawaan
menggunakan proses pertukaran udara dari luar ke dalam. Pergantian
udara yang terjadi secara alami yang berarti tidak menggunakan
bantuan alat mekanik seperti mesin penyejuk udara. Yang ditawarkan
dari penghawaan secara alami ini adalah udara yang sehat, nyaman,
dan tanpa memerlukan energy tambahan.
Untuk merencanakan penghawaan secara alami memerlukan
beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu tersedianya udara luar
yang sehat, suhu udara luar yang tidak terlalu tinggi, tidak banyak
bangunan di sekitar yang akan menghalangi aliran udara, dan
lingkungan yang tidak bising.
Adapun nilai positif dan negative yang harus dijadikan bahan
pertimbangan jika syarat di atas sudah terpenuhi. Nilai positif dari
penghawaan secara alami adalah hemat energy, menciptakan suasana
alami, biaya pembuatan dan perawatannya relative rendah, dan tidak
memerlukan ruang mesin. Nilai negative penghawaan alami adalah
suhu, kelembaban, kualitas udara, dan kecepatan angin sulit diatur,
rentan terhadap gangguan dari lingkungan seperti kebisingan,
serangga, dan dapat menimbulkan resiko terhadap kemanan bangunan.
Untuk itu, penghawaan alami hanya dapat digunakan pada sisi
samping bangunan yang memiliki udara cukup baik dikarenakan
adanya vegetasi dan juga memiliki nilai kebisingan rendah.
120
Gambar 6.6. Prediksi Penghawaan Alami
Sumber : Analisis Pribadi 2014
Selain dari lokasinya, kebutuhan pencahayaan alami ini juga
dipengaruhi oleh jenis ruangnya. Untuk ruang seperti galeri dan ruang
sanggar kurang cocok jika menggunakan penghawaan alami yang
berlebihan dikarenakan suhu untuk ruang-ruang ini harus dapat diatur
menyesuaikan kebutuhan akan kenyamanan termal. Untuk ruang
seperti restaurant dan pantry dapat menggunakan penghawaan alami
secara lebih maksimal.
Penghawaan Buatan
Sistem penghawaan buatan difungsikan sebagai solusi atas
kondisi alami yang tidak memungkinkan maupun untuk ruang yang
suhunya harus mudah diatur. Kondisi iklim di Indonesia sebenarnya
tidaklah nyaman secara termal. Ketidaknyamanan ini dapat berakibat
buruk pada produktivitas kerja manusia. Semakin tinggi aktivitas
seseorang, semakin besar panas yang dihasilkan tubuh. Ketika udara
panas, maka manusia cenderung untuk mengurangi kegiatan fisik.
(Satwiko, Prasasto. 2008:88)
Untuk mengatasi hal-hal diataslah penghawaan buatan sangat
diperlukan. Penghawaan buatan dilakukan dengan memanfaatkan
mesin penyejuk udara atau lebih dikenal sebagai Air Conditioner
121
(AC). Penggunaan AC harus efisien dan efektif agar energy yang
dibutuhkan dalam sebuah bangunan tidak terlalu besar.
Keuntungan menggunakan AC sebagai penghawaan buatan
adalah suhu udara, kecepatan angin, dan kelembaban udara lebih
mudah diatur, kebersihan udara dapat dijaga dikarenakan AC
memiliki penyaring debu dan kotoran. Karena ruang AC sudah pasti
tertutup, maka akan diperoleh juga kenyamanan akustik.
AC sendiri memiliki beberapa jenis. Secara garis besar, AC
dapat dibagi menjadi berikut :
Tabel 6.10. Jenis AC
No. Jenis Deskripsi
1 Tipe paket
tunggal
Seluruh bagian terdapat dalam satu wadah yang
dipasang langsung menembus dinding, sehingga
menimbulkan kebisingan.
2 Tipe paket
terpisah
Memiliki dua bagian terpisah, yaitu unit dalam dan
unit luar. Unit dalam bertugas untuk mendinginkan
ruangan sekaligus mengambil panas dalam
ruangan. Unit luar berfungsi untuk membuang
panas dalam ruangan. Antara kedua unit
dihubungkan dengan pipa untuk menyalurkan
udara. Satu unit luar dapat melayani satu maupun
beberapa unit dalam yang letaknya berdekatan.
Sumber : Analisis Pribadi 2014
Dengan mempertimbangkan efisiensi penggunaan AC dalam
Sanggar Seni Lukis Inspiratif ini, maka akan lebih baik menggunakan
tipe AC peket terpisah dikarenakan fungsi ruang yang beragam dan
kebutuhan ruang yang berbeda-beda. Akan lebih mudah jika suhu di
dalam setiap ruangan dapat diatur sesuai kebutuhan masing-masing
ruang. AC digunakan hanya pada zona administrasi karena pada
sebuah perangkat elektronik seperti computer yang terdapat di
dalamnya membutuhkan pendingin ruangan.
122
6.5.2. Sistem Pengaturan Listrik
Sistem pengaturan listrik utama menggunakan PLN. Cadangan
listrik yang difungsikan sebagai pengganti akan diperoleh dari genset yang
secara otomatis akan menyala bila listrik dari PLN padam. Peletakan
genset dibuat terpisah dari bangunan utama untuk menghindari
ketidaknyamanan.
Gambar 6.7. Sistem pengaturan listrik
Sumber : Analisis Pribadi 2014
6.5.3. Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan dalam Sanggar Seni Lukis Inspiratif ini perlu
diperhitungkan agar pencahayaan dalam ruang dapat dilakukan secara
maksimal dan efisien. Pencahayaan terbagi menjadi dua yaitu
pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Berikut merupakan
penjelasan masing-masing jenis :
Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami merupakan sistem pencahayaan dengan
memanfaatkan cahaya dari matahari sebagai sumber cahaya.
Pemanfaatan pencahayaan alami dapat diperoleh dari memberikan
bukaan pada ruang seperti jendela, atau bisa juga menggunakan
material kaca untuk pelingkup ruang. Pada daerah yang memang
123
mendapatkan cahaya dari matahari perlu diolah agar cahaya tersebut
dapat dimanfaatkan dengan baik untuk penerangan dalam ruang.
Selain memberikan cahaya, matahari juga memberikan panas
yang dirasa sangat mengganggu terutama pada daerah iklim tropis
lembab. Maka perlu diperhatikan juga masalah shading pada bangunan
agar sinar matahari yang masuk tidak terlalu panas namun tetap dapat
memberikan cahayanya dengan baik. Selain itu juga perlu diperhatikan
letak dan dimensi bukaan agar cahaya yang masuk cukup namun tidak
terlalu banyak membawa panas.
Adapun kelebihan dan kekurangan sinar matahari sebagai
pencahayaan alami :
Tabel 6.11. Kelebihan dan kekurangan cahaya matahari
Kelebihan Kekurangan
- Bersifat alami
- Gratis
- Berlimpah dan terbarukan
- Dinamis (arah cahaya berubah-
ubah
- Memiliki daya panas yang
dibutuhkan makhluk hidup
- Sulit memanfaatkan pada
bangunan yang lebar
- Intensitas yang tidak mudah
diatur
- Hanya tersedia pada siang hari
- Membawa panas ke dalam
ruangan
Sumber : Analisis Pribadi 2014
Pencahayaan alami ini diperlukan pada ruang-ruang yang
memang memerlukan bukaan. Ruang yang sangat membutuhkan
pencahayaan ini adalah Ruang Sanggar, Restaurant, Pantri, dan Kamar
Penginapan. Untuk ruang lainnya dapat digunakan juga bukaan
secukupnya kecuali untuk ruang pameran tidak akan diberi bukaan
terlalu banyak.
124
Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan digunakan pada ruang yang tidak
dimungkinkan mendapat cahaya alami atau ruang yang ingin diberi
suasana tertentu. Memilih bentuk, jenis, dan warna lampu juga
diperlukan apabila ingin membentuk suasana pada suatu ruang atau
objek. Untuk alasan penerangan, pencahayaan buatan difungikan
untuk membantu pencahayaan alami ketika ia tidak tersedia, seperti
pada saat malam hari maupun pada ruang yang mendapat sedikit
cahaya.
Pencahayaan buatan memerlukan energi. Energi yang didapat
harus dirancang agar tidak terlalu boros dan efisien. Maka
pencahayaan alami hanya akan digunakan pada saat-saat tertentu saja.
Pencahayaan buatan diperlukan jika tidak terdapat atau kurangnya
cahaya alami pada siang hari, cahaya matahari tidak dapat menjangkau
area tertentu dalam ruangan, diperlukan intensitas cahaya konstan pada
suatu ruang, diperlukan pencahayaan dengan warna dan arah cahaya
yang dapat diatur, penggunaan cahaya untuk memberikan efek tertentu
pada ruangan. Jenis lampu akan dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 6.12. Jenis Lampu
No Jenis Lampu Kelebihan Kekurangan
1 Lampu Pijar Pengaturan distribusi
cahaya mudah,
Perlengkapan
sederhana,
Biaya rendah,
Tidak dipengaruhi suhu
dan kelembaban,
Menampilkan warna
dengan baik.
Efikasi rendah,
Umur pendek,
Panas lampu
menambah beban AC,
Hanya untuk
kebutuhan cahaya
rendah.
2 Lampu
Fluorescent
Efikasi tinggi,
Umur panjang,
Bentuk lampu
Cahaya terpengaruh
oleh suhu dan
kelembaban,
125
menerangi area yang
luas,
Warna cahaya
menyejukkan.
Panas membebani AC,
Tidak mudah mengatur
intensitas cahaya.
3 Lampu HID Efikasi tinggi,
Umur Panjang,
Distribusi cahaya
mudah,
Biaya perawatan
murah,
Tidak terpengaruh oleh
suhu dan kelembaban.
Biaya awal tinggi,
Membutuhkan waktu
untuk bersinar secara
maksimal,
Kadang mengeluarkan
cahaya yang dapat
merusak mata.
4 Lampu LED Warna dapat
disesuaikan,
Ukuran kecil,
Umur panjang,
Dapat hidup-mati
dengan cepat tanpa
mengurangi umur,
Mati perlahan,
Dapat difokuskan
dengan mudah.
Harga mahal,
Terpengaruh oleh
suhu,
Peka terhadap listrik,
Terkadang dapat
mengganggu kesehatan
mata dan
menyebabkan polusi
cahaya bila terlalu
banyak.
Sumber : Analisis Pribadi 2014
Dari jenis di atas, maka penggunaan lampu untuk setiap ruang
tidak selalu sama. Penggunaan lampu Fluorescent hanya digunakan
pada ruang yang berskala lebar agar pencahayaan lebih maksimal.
Penggunaan lampu pada setiap ruang diatur sebagai berikut :
Tabel 6.13. Pengaturan pencahayaan pada ruang
No. Nama Ruang Kebutuhan Cahaya
Buatan
Jenis Lampu
1 Lobi Penerangan Fluorescent
2 Ruang Sanggar Penerangan LED
3 Ruang Pengajar Penerangan LED
126
4 Ruang Pameran Penerangan, efek LED
5 Ruang Administrasi
dan Pengelola Sanggar
Penerangan LED
6 Ruang Karyawan dan
Keamanan
Penerangan LED
7 Ruang Rapat Penerangan LED
8 Gudang Penerangan Fluorescent
9 Pantri dan Restaurant Penerangan LED
10 Perpustakaan Penerangan LED
Sumber : Analisis Pribadi 2014
6.5.4. Sistem Transportasi
Sistem transportasi vertikal yang digunakan pada Sanggar Seni
Lukis Inspiratif ini menggunakan tangga biasa karena lantai bangunan
yang hanya terdiri dari 2 lantai utama dan 1 lantai atap. Ramp difungsikan
juga untuk orang yang butuh kursi roda.
Gambar 6.8. Contoh Detil Tangga
Sumber : http://www.desainrumahsederhana.com/wp-content/uploads/2012/10/Tangga-
Rumah-Sederhana-Minimalis.jpg
127
Gambar 6.9. Contoh Detil ramp
Sumber : http://www.desainrumahsederhana.com/wp-content/uploads/2012/10/Ramp.jpg
6.5.5. Sistem Penyediaan Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih menggunakan air bersih dari PDAM
dengan cadangan menggunakan sumur bor. Distribusi airmenggunakan
PDAM disalurkan ke tangki bawah kemudian di pompa ke tangki besar di
atas dan di pompa juga ke hydrant. Setelah disimpan di tangki atas baru
disalurkan ke seluruh bangunan. Penggunaan tangki ini dimaksudkan
untuk menyimpan air ketika pasokan air dari PDAM mengalami gangguan
dan tidak dapat disalurkan dengan baik. Apabila persediaan air tetap tidak
cukup, maka sebagai cadangan dapat menggunakan sumur bor. Distribusi
air dari sumur bor akan disalurkan melalui tangki bawah kemudian di
pompa ke tangki atas dan hydrant. Setelah di simpan di tangki atas baru di
salurkan ke seluruh bangunan. Berikut merupakan skema sistem
penyediaan air bersih :
128
Gambar 6.10. Skema sistem penyediaan air bersih
Sumber : Analisis Pribadi 2014
6.5.6. Sistem Pembuangan Air Kotor
Sistem pembuangan air kotor dari bangunan ini menggunakan
penangkap lemak supaya minyak dan air dari dapur terpisah dan tidak
menimbulkan gumpalan yang dapat meyumbat pipa pembuangan. Air
kotor dibuang ke bak control dan berakhir di daerah resapan.
Gambar 6.11. Skema sistem pembuangan air kotor
Sumber : Analisis Pribadi 2014
Gambar 6.12. Skema sistem pembuangan kotoran padat
Sumber : Analisis Pribadi 2014
129
6.5.7. Sistem Pembuangan Air Hujan
Selain dengan memberikan daerah resapan, pembuangan air hujan
dilakukan dengan mengalirkan ke riol kecil yang terdapat pada beberapa
bagian bangunan dan mengalirkannya ke riol kota yang sudah tersedia di
depan lokasi.
Gambar 6.13. Skema sistem pembuangan air hujan
Sumber : Analisis Pribadi 2014
6.5.8. Sistem Persampahan
Persampahan perlu direncanakan agar tidak terjadi pembuangan
sampah sembarangan maupun penumpukan sampah pada tempat-tempat
tertentu. Skema sistem pembuangan persampahan sebagai berikut :
Gambar 6.14. Skema sistem persampahan
Sumber : Analisis Pribadi 2014
Sampah dipisahkan antara sampah organic dan sampah non-
organik. Pemisahan ini bertujuan supaya sampah organic dapat diolah
masyarakat menjadi pupuk kompos untuk pertanian. Pemisahan ini
dilakukan dengan membuat dua jenis tempat sampah dengan keterangan
dan warna yang berbeda.
6.5.9. Sistem Keamanan
Sistem keamanan merupakan hal yang penting di dalam bangunan
terutama bangunan umum. Sistem keamanan difungsikan untuk
memberikan keamanan pada pengguna bangunan apabila terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan seperti kebakaran, kriminalitas, dan bencana alam.
130
Fire Hydrant
Sistem yang pertama adalah penyediaan Fire Hydrant. Peletakan
fire hydrant ini terdapat di dalam bangunan maupun luar bangunan.
Adapun beberapa persyaratan pemasangannya sebagai berikut :
Memiliki daya pancar 200 galon/menit dan mampu digunakan
selama 20-30 menit.
Selang berdiameter 1,5” – 2” dengan panjang 20-30 m dan terbuat
dari bahan yang tahan panas.
Penempatan hydrant harus pada tempat yang mudah dijangkau dan
tidak tertutup oleh benda-benda lain seperti hall, lobi, dan taman.
Jumlah Hydrant yang terpasang menyesuaikan jumlah bangunan.
Gambar 6.15. Fire Hydrant
Sumber : http://202.67.224.131/sgimage/95/87195_4.jpg
Halon Gas
Sistem pemadam kebakaran berikutnya adalah halon gas. Halon
gas merupakan alternative alat pemadam kebakaran yang digunakan pada
ruang yang tidak boleh terkena air seperti perpustakaan atau ruang arsip.
Cara kerja halon gas ini adalah dengan memasang kepala sprinkler pada
tabung halon, sehingga ketika terjadi kebakaran kepala sprinkler akan
lepas dan gas otomatis keluar.
131
Gambar 6.16. Halon Gas
Sumber : http://images1.hellotrade.com/data2/KI/KN/HELLOTD-
2000530/halongasmiddlesmall-250x250.jpg
Karena dipasang pada ruang yang tidak boleh terkena air, maka
halon gas ini baiknya diletakkan pada ruang perpustakaan, ruang
pengelola, dan ruang rapat.
Vent and exhaust fan
Vent and exhaust merupakan alat pengisap asap. Fungsinya adalah
untuk mengeluarkan asap akibat kebakaran keluar dari ruangan dan juga
berfungsi untuk memasukkan udara untuk memberikan tekanan udara
tambah. Biasa digunakan pada dekat daerah evakuasi kebakaran agar asap
yang timbul dapat segera disaring. Pemasangan alat ini berada di dekat
tangga.
Gambar 6.17. Exhaust Fan
Sumber :
http://www.greenbuildingadvisor.com/sites/default/files/Panasonic%20exhaust%20fan.jpg
132
Tangga Kebakaran
Tangga kebakaran merupakan tangga evakuasi darurat apabila
terjadi kebakaran. Memiliki persyaratan dalam pemasangannya, yaitu :
Terbuat dari konstruksi beton dan baja agar memiliki ketahanan
terhadap api.
Dipisahkan dari ruangan lain dengan dinding beton dengan tebal
minimal 15 cm.
Bahan dinding dan lantai tidak mudah terbakar dan tidak licin.
Lebar minimum 120 cm agar cukup untuk 2 orang.
Pintu yang menghubungkan ke atap bangunan dan pintu paling
bawah terbuka keluar dan pintu lainnya terbuka ke arah dalam
tangga. Pintu terbuat dari bahan tahan api.
Diberikan alat penerangan otomatis sebagai penunjuk arah tangga.
Harus ada exhaust fan di depan tangga agar asap yang akan masuk
ke tangga terhisap.
Bahaya Kriminalitas
Untuk mengantisipasi bahaya kriminalitas dapat menggunakan
CCTV pada tempat-tempat tertentu yang dimonitori dari ruang keamanan.
Selain itu menggunakan alaram juga sangat penting, baik yang otomatis
seperti alarm anti pencuri maupun yang manual apabila terjadi kejahatan
di dalam bangunan. Penggunaan keamanan menggunakan satpam untuk
berjaga juga dilakukan.
Pemasangan CCTV diletakkan pada tiap sudut ruang dan lorong
agar bisa menjangkau keseluruhan bangunan. Ruang CCTV biasanya
dekat dengan ruang keamanan dan letaknya tidak mudah dijangkau oleh
pengunjung. Karena hanya butuh layar monitor LCD, ukuran ruang tidak
perlu terlalu besar dan dapat dijadikan 1 ruang dengan ruang keamanan.
133
Gambar 6.18. Jenis-jenis CCTV
Sumber : http://www.my-toserba.com/cctvpaket/cctvkamera.jpg
134
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................................... viii
ABSTRAKSI .................................................................................................................................................. ix
BAB I .............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1
1.1. LATAR BELAKANG PROYEK ............................................................................................................ 1
1.2. LATAR BELAKANG MASALAH ........................................................................................................ 3
1.3. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................... 4
1.4. TUJUAN DAN SASARAN ................................................................................................................. 5
1.5. METODE PEMBAHASAN ................................................................................................................ 5
1.6. TATA LANGKAH ............................................................................................................................. 6
1.7. SISTEMATIKA PENULISAN ............................................................................................................. 7
BAB II ............................................................................................................................................................. 8
SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS INSPIRATIF ............................................................................................. 8
2.1. SENI LUKIS ..................................................................................................................................... 8
a. Pengertian Seni Lukis .................................................................................................................... 8
b. Sejarah Seni Lukis .......................................................................................................................... 9
c. Ragam Seni Lukis ......................................................................................................................... 11
2.2. SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS ............................................................................................. 16
a. Pengertian Sanggar dan Galeri Seni Lukis ................................................................................... 16
b. Keberadaan Sanggar dan Galeri Seni Lukis di Indonesia ............................................................ 17
135
c. Deskripsi Pelaku dan Kegiatannya pada Sanggar dan Galeri Seni Lukis ..................................... 18
d. Fasilitas Sanggar dan Galeri Seni Lukis ........................................................................................ 21
2.3. SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS INSPIRATIF ........................................................................... 27
BAB III LANDASAN TEORI DAN STUDI LITERATUR ....................................................................................... 31
3.1. MENGEMBANGKAN INSPIRASI DALAM BANGUNAN .................................................................. 31
3.2.1. Pengertian Inspirasi ............................................................................................................. 31
3.2.2. Pengaruh Bentuk ................................................................................................................. 31
3.2.3. Pengaruh Piskologis Warna ................................................................................................. 33
3.2.4. Pengaruh Tekstur ................................................................................................................ 35
3.2.5. Pengaruh Proporsi dan Skala .............................................................................................. 36
3.2. BANGUNAN YANG MENYESUAIKAN KONDISI TAPAK ................................................................. 37
3.2.1. Pengertian Bangunan yang Menyesuaikan Kondisi Tapak ................................................. 37
3.2.2. Aplikasi Bangunan yang Menyesuaikan Kondisi Tapak ke dalam bangunan ...................... 38
3.3. ARSITEKTUR EKOLOGIS TROPIS ................................................................................................... 42
3.3.1. Pengertian Arsitektur Ekologis Tropis ................................................................................. 42
3.3.2. Pengaruh Arsitektur Ekologis Tropis ................................................................................... 42
3.4. SANGGAR SENI LUKIS BERSIFAT INSPIRATIF MELALUI BANGUNAN YANG MENYESUAIKAN
KONDISI TAPAK DENGAN MENGGUNAKAN ARSITEKTUR EKOLOGIS TROPIS ......................................... 45
BAB IV .......................................................................................................................................................... 47
DESKRIPSI KAWASAN SLEMAN DAN TAPAK TERPILIH ................................................................................. 47
4.1. KRITERIA KAWASAN .................................................................................................................... 47
4.2. DESKRIPSI WILAYAH SLEMAN ..................................................................................................... 49
4.3. PERATURAN WILAYAH SLEMAN .................................................................................................. 51
4.4. POTENSI WILAYAH ...................................................................................................................... 53
4.5. DESKRIPSI PEMILIHAN LOKASI .................................................................................................... 55
BAB V ........................................................................................................................................................... 64
ANALISIS PERANCANGAN SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS DI YOGYAKARTA ........................................ 64
5.1. ANALISIS FUNGSI BANGUNAN .................................................................................................... 64
136
6.1.1. Analisis Pelaku dan Kegiatan ............................................................................................... 64
6.1.2. Analisis Kelompok Kegiatan ................................................................................................ 65
6.1.3. Analisis Kebutuhan Ruang ................................................................................................... 69
5.2. ANALISIS RUANG ......................................................................................................................... 70
5.2.1. Hubungan Ruang ................................................................................................................. 71
5.2.2. Analisis Dimensi Ruang Dalam ............................................................................................ 71
5.2.3. Analisis Ruang Luar ............................................................................................................. 79
5.2.4. Analisis Ruang Antara ......................................................................................................... 82
5.3. ANALISIS TAPAK .......................................................................................................................... 82
5.3.1. Analisis Pemilihan Tapak ..................................................................................................... 82
5.3.2. Analisis Sarana dan Prasarana Lingkungan ......................................................................... 83
5.3.3. Analisis Lingkungan ............................................................................................................. 86
5.3.4. Zoning .................................................................................................................................. 89
5.4. ANALISIS PENDEKATAN ............................................................................................................... 90
5.4.1. Tahapan Analisis ................................................................................................................. 90
5.4.2. Analisis Bangunan Menyesuaikan Kondisi Tapak................................................................ 90
5.4.3. Analisis Arsitektur Ekologis Tropis ...................................................................................... 91
5.4.4. Analisis Inspiratif ................................................................................................................. 94
5.4.5. Analisis Kategori Inspiratif Melalui Bangunan yang Menyesuaikan Tapak dengan
Menggunakan Arsitektur Ekologis Tropis ......................................................................................... 100
BAB VI ........................................................................................................................................................ 104
KONSEP PERANCANGAN SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS DI YOGYAKARTA ....................................... 104
6.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS DI YOGYAKARTA ........... 104
6.2. KONSEP FUNGSIONAL ............................................................................................................... 107
6.2.1. Program Ruang .................................................................................................................. 107
6.2.2. Organisasi Ruang ............................................................................................................... 108
6.2.3. Organisasi Ruang Mikro .................................................................................................... 109
6.3. KONSEP TATANAN FISIK ............................................................................................................ 109
6.3.1. Konsep Bentuk .................................................................................................................. 110
6.3.2. Konsep Proporsi dan Skala ................................................................................................ 112
6.3.3. Konsep Struktur ................................................................................................................ 113
137
6.3.4. Konsep Material ................................................................................................................ 114
6.3.5. Konsep Bukaan .................................................................................................................. 114
6.3.6. Konsep Sirkulasi ................................................................................................................ 115
6.3.7. Konsep Warna ................................................................................................................... 115
6.3.8. Konsep Tekstur .................................................................................................................. 116
6.4. KONSEP TAPAK .......................................................................................................................... 118
6.5. KONSEP UTILITAS BANGUNAN .................................................................................................. 119
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................... 134
LAMPIRAN