Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

137
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PROYEK Seni Lukis merupakan salah satu cabang dari Seni Rupa. Dengan dasar pengertian yang sama, Seni Lukis merupakan pengembangan yang lebih utuh dan dekat dengan menggambar. Pengertian melukis sendiri ialah kegiatan mengolah media dua dimensi maupun permukaand dari objek tiga dimensi untuk mendapatkan kesan tertentu. Media lukisan dapat berupa banyak objek seperti kertas, kanvas, kain, papan, dan bahkan film dalam fotografi juga dapat dianggap sebagai media lukisan. Alat lukis yang digunakan juga dapat bermacam-macam dengan syarat dapat memberikan bayangan dan kesan tertentu pada media yang digunakan. Kecocokan media dan alat juga dapat mempengaruhi kualitas dan kesan sebuah lukisan. Gambar 1.1. Lukisan di Berbagai Macam Media Lukis (dari kiri ke kanan : kanvas, dinding, guci) Sumber : https://images.google.com/ kata kunci “Lukisan” Tempat atau wadah bagi para seniman untuk berkarya dan memamerkan karyanya antara lain dengan membangun sebuah sanggar atau galeri seni lukis. Sanggar Seni Lukis merupakan tempat bagi para pelukis untuk memperlihatkan segala hal yang berhubungan dengan Seni Lukis baik dari proses pembuatannya sampai ke hasil karya yang akan dipamerkan di dalam sebuah Galeri Seni Lukis. Untuk memperindah karya yang dipamerkan, ruangan dalam Galeri Seni Lukis harus diteliti dari banyak aspek

description

arsitektur

Transcript of Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

Page 1: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG PROYEK

Seni Lukis merupakan salah satu cabang dari Seni Rupa. Dengan dasar pengertian

yang sama, Seni Lukis merupakan pengembangan yang lebih utuh dan dekat dengan

menggambar. Pengertian melukis sendiri ialah kegiatan mengolah media dua dimensi

maupun permukaand dari objek tiga dimensi untuk mendapatkan kesan tertentu. Media

lukisan dapat berupa banyak objek seperti kertas, kanvas, kain, papan, dan bahkan film

dalam fotografi juga dapat dianggap sebagai media lukisan. Alat lukis yang digunakan

juga dapat bermacam-macam dengan syarat dapat memberikan bayangan dan kesan

tertentu pada media yang digunakan. Kecocokan media dan alat juga dapat

mempengaruhi kualitas dan kesan sebuah lukisan.

Gambar 1.1. Lukisan di Berbagai Macam Media Lukis (dari kiri ke kanan : kanvas, dinding, guci)

Sumber : https://images.google.com/ kata kunci “Lukisan”

Tempat atau wadah bagi para seniman untuk berkarya dan memamerkan karyanya

antara lain dengan membangun sebuah sanggar atau galeri seni lukis. Sanggar Seni

Lukis merupakan tempat bagi para pelukis untuk memperlihatkan segala hal yang

berhubungan dengan Seni Lukis baik dari proses pembuatannya sampai ke hasil karya

yang akan dipamerkan di dalam sebuah Galeri Seni Lukis. Untuk memperindah karya

yang dipamerkan, ruangan dalam Galeri Seni Lukis harus diteliti dari banyak aspek

Page 2: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

2

mulai dari bentuk hingga pencahayaannya. Banyak Sanggar dan Galeri Seni Lukis yang

memiliki bentuk unik yang bahkan bisa mencerminkan maksud tertentu yang

berhubungan dengan karya seni di dalamnya.

Gambar 1.2. Galeri Seni Lukis

Sumber : https://images.google.com/ kata kunci “Galeri Seni Lukis”

Selain galeri seni lukis, terdapat tempat kerja pelukis yang dipamerkan atau

bahkan digunakan untuk edukasi dalam Seni Melukis. Tempat kerja ini dinamakan

sanggar dan di dalamnya memiliki banyak kebutuhan untuk melukis seperti kanvas,

kuas, dan cat. Sanggar sendiri terdiri dari dua fungsi yaitu untuk pelukis itu sendiri

maupun digunakan untuk edukasi. Sanggar yang digunakan untuk sarana edukasi

dinamakan sanggar kursus. Di dalam sanggar lukis kursus, terdapat proses

pembelajaran mulai dari dasar hingga praktek melukis.

Gambar 1.3. Sanggar Seni Lukis

Sumber : https://images.google.com/ kata kunci “Sanggar Seni Lukis”

Sanggar seni lukis yang baik tidak hanya menampilkan keindahan pada

lukisannya saja, namun juga keindahan yang terdapat di bangunannya sendiri atau

bahkan memanfaatkan keindahan alam di sekitarnya. Sanggar Seni Lukis yang

memiliki kesatuan dengan lingkungan sangat menarik dan dapat menjadi cara

Page 3: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

3

memamerkan keindahan bangunan. Lokasi seperti di Sleman yang masih memiliki

lingkungan yang cukup baik dapat dimanfaatkan untuk membuat sebuah Sanggar Seni

Lukis. Jauh dari kebisingan kota juga dapat menjadi nilai positif yang dapat memicu

keindahan bangunan untuk dipamerkan.

1.2. LATAR BELAKANG MASALAH

Setiap seniman tentunya ingin suasana ruang kerjanya memiliki nilai lebih

dibanding dengan ruang kerja biasa. Setiap seniman hanya bisa bekerja ketika mereka

mampu menuangkan ide mereka di atas meja kerja mereka. Seniman seni lukis juga

harus mampu membangkitkan ide setiap saat ia akan melukis. Tanpa adanya ide,

seniman tidak mungkin bisa membuat hasil karya seni yang maksimal.

Ruang yang dapat membangkitkan ide inilah yang menjadi sangat penting.

Keunikan ruang dapat membentuk suatu ide tertentu bagi para seniman. Bahkan, ruang

yang unik juga dapat membangkitkan imajinasi para penikmat seni yang berada di

dalamnya. Kebutuhan ruang yang dapat membangkitkan ide menjadi sangat penting

bagi seniman maupun penikmat seni. Maka, ruang yang dapat membangkitkan ide-ide

atau dengan kata lain ruang yang Inspiratif menjadi hal yang dapat dijadikan kekuatan

pada bangunan ini.

Selain ruang, fasad maupun bentuk bangunan yang unik juga dapat memunculkan

ide-ide sekaligus dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung. Fasad maupun bentuk

bangunan yang unik akan menjadi pemicu ide yang baik bagi para seniman maupun

menjadi nilai lebih dari sebuah bangunan. Bangunan yang unik menjadi sangat penting

dan cocok dalam bangunan yang berhubungan dengan kesenian.

Indonesia merupakan Negara dengan iklim tropis. Untuk membuat bangunan

menjadi inspiratif, faktor kedekatan bangunan dengan alam dapat dijadikan salah satu

cara. Kedekatan bangunan dengan alam dapat diwujudkan salah satunya dengan

memanfaatkan arsitektur ekologis.

Page 4: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

4

Arsitektur Ekologis merupakan cara di dalam arsitektur yang berwawasan

lingkungan. Kata ekologi memiliki arti bagaimana sebuah organisme berinteraksi

dengan lingkungannya. Dalam ekologi, makhluk hidup dan lingkungan adalah satu

kesatuan atau sistem. Maka, arsitektur ekologis sangat memberatkan kesatuan

bangunan dengan lingkungan sekitarnya.1

Gambar 1.4. Karya Arsitektur Ekologi

Sumber : http://cleanaircanada.blogspot.com/2012/10/a-tribute-to-green-architecture.html

Dengan memanfaatkan iklim dan apa yang ada di tapak, arsitektur ekologis

berusaha membuat bangunan menjadi ramah lingkungan sekaligus melestarikannya.

Arsitektur ini sangat cocok untuk bangunan yang ingin dibangun dengan menyesuaikan

tapaknya. Arsitektur ekologis ini merupakan cabang arsitektur yang cukup terbilang

baru yang difungsikan untuk memperoleh kenyamanan lingkungan dengan

memanfaatkan apa yang ada di lingkungan tersebut.

1.3. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana wujud rancangan Sanggar dan Galeri Seni Lukis yang merupakan

fasilitas pendidikan informal sekaligus fasilitas hiburan tentang seni lukis bersifat

Inspiratif melalui bangunan yang menyesuaikan kondisi tapak dengan menggunakan

arsitektur ekologis tropis? 1 http://ayodiamahardika.wordpress.com/2013/10/06/arsitektur-berwawasan-lingkungan/

Page 5: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

5

1.4. TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan

Mewujudkan rancangan Sanggar dan Galeri Seni Lukis Inspiratif melalui

bangunan yang menyesuaikan kondisi tapak dengan menggunakan arsitektur

ekologis tropis.

Sasaran

Menganalisis pengaruh bangunan dan tata ruang dalam maupun luar pada kesan

pemanfaatan keindahan lingkungan dengan menggunakan arsitektur ekologis.

1.5. METODE PEMBAHASAN

Metode Studi Literatur, adalah proses pengumpulan data baik dengan mengkaji

bahan-bahan pustaka dan referensi untuk mendapatkan bahan acuan dalam proses

analisis perencanaan dan perancangan bangunan.

a. Metode Studi Preseden, adalah proses pengumpulan data dari beberapa fungsi

sejenis sebagai referensi tambahan untuk mendapatkan data yang diperlukan

dalam proses analisis perencanaan dan perancangan bangunan.

b. Metode Studi Tapak, adalah sebagai pengetahuan tapak yang akan digunakan

dengan detil serta menganalisis keadaan-keadaan di dalam dan sekitar tapak untuk

dijadikan acuan dalam memberikan kesan kesatuan dengan bangunannya.

Page 6: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

6

1.6. TATA LANGKAH

LATAR

BELAKANG

RUMUSAN

MASALAH

TUJUAN DAN

SASARAN

METODE

PEMBAHASAN

STUDI

LITERATUR

STUDI

PRESEDEN

STUDI

TAPAK

Pengertian seni lukis

Sanggar dan galeri

seni lukis

Bangunan Sanggar

dan Galeri

Bangunan yang

menyesuaikan

kondisi tapak

Arsitektur Ekologis

Sleman

Potensi

Lokasi Inspiratif

Arsitektur Ekologis

ANALISIS

PROGRAMATIK

ANALISIS

TATANAN FISIK

D A T A

Fungsi

Bentuk

Ruang

Bidang

Konteks

Fasilitas

PENDEKATAN

KONSEP

Page 7: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

7

1.7. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi mengenai latar belakang, tujuan, dan sasaran ditulisnya makalah ini serta metode

dan langkah-langkah dalam menyelesaikan makalah.

BAB II : SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS INSPIRATIF

Berisi mengenai penjelasan singkat mengenai kondisi sanggar dan galeri seni lukis di

Indonesia khususnya di Yogyakarta dan juga menjelaskan tentang proyek makalah ini

hubungannya dengan sanggar dan galeri sei lukis yang sudah ada.

BAB III : LANDASAN TEORI

Berisi mengenai teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan. Teori yang

digunakan antara lain teori yang bersangkutan dengan ruang yang inspiratif, teori

tentang arsitektur dekonstruksi, teori tentang bangunan yang menyatukan ruang dengan

tapak, dan lain-lain.

BAB IV : DESKRIPSI KAWASAN

Berisi mengenai penjelasan tentang pemilihan kawasan dan tapak yang akan digunakan.

Tapak menggunakan beberapa alternative dan diputuskan setelah dijelaskan masing-

masing alternatifnya.

BAB V : ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Berisi tentang uraian dan analisis mulai dari aspek manusia sampai ke bentuk ruang dan

bangunannya berhubungan dengan masalah yang ditetapkan. Berisikan juga tentang

penjelasan struktur dan utilitas bangunan.

BAB VI : KONSEP

Berisi kesimpulan dari analisis yang akan dijadikan konsep akhir bangunan.

Page 8: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

8

BAB II

SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS INSPIRATIF

2.1. SENI LUKIS

a. Pengertian Seni Lukis

Seni Lukis merupakan salah satu cabang dari seni rupa dan merupakan

sebuah pengembangan utuh dari menggambar. Melukis sendiri merupakan

kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi

untuk mendapatkan kesan tertentu, dengan melibatkan ekspresi, emosi, dan

gagasan pencipta. Ekspresi pelukis menjadi pendorong utama dalam kegiatan ini,

sedangkan bentuk, corak, dan warna merupakan hasil akibat ekspresi tadi.2

Dalam bahasa Latin pada abad pertengahan, terdapat istilah-istilah seperti

ars, artes, dan artista. Ars memiliki arti teknik yang maksudnya adalah

ketangkasan dan kemahiran dalam mengerjakan sesuatu. Artes berarti sekelompok

orang yang memiliki ketangkasan atau kemahiran. Artista adalah anggota yang

ada di dalam kelompok-kelompok tersebut. Maka kiranya artista dapat

dipersamakan dengan seniman.

Gambar 2.1. Contoh Lukisan

Sumber : http://vhaedyoverste.blogspot.com/p/seni-lukis.html

2 Perrbandingan : http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_lukis dan http://aenze.blogspot.com/2013/03/pengertian-seni-

lukis.html

Page 9: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

9

Seni Lukis menurut Leo Tolstoy merupakan ungkapan perasaan pencipta

yanng disampaikan kepada orang lain agar mereka dapat merasakan apa yang

dirasakan pelukis3. Seni lukis juga dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan

pencipta yang disampaikan kepada orang lain agar mereka dapat merasakan

perasaan si pelukis lukisan tersebut4. Seni Lukis menurut Thomas Munro adalah

alat yang diciptakan manusia untuk menimbulkan efek psikologis atas manusia

lain yang melihatnya5. Seni menurut Soedarso S.P. adalah karya manusia yang

digunakan sebagai alat komunikasi antar manusia untuk mengekspresikan

pengalaman-pengalaman batin si pencipta yang disajikan secara indah sehingga

merangsang timbulnya pengalaman batin pula pada manusia lain yang

menghayati lukisan tersebut6. Dengan demikian, seni lukis secara garis besar

dapat digambarkan sebagai alat manusia untuk berkomunikasi dengan gambar dan

warna yang diolah dalam bidang dua dimensi, dimana terdapat pesan, perasaan,

ataupun pengalaman si pelukis yang ingin disebarkan kepada seluruh orang yang

menikmati lukisannya.

b. Sejarah Seni Lukis

Secara sejarah global, seni lukis sudah dikenal sejak jaman prasejarah. Hal

ini dibuktikan dengan banyaknya peninggalan-peninggalan berupa gambar pada

dinding-dinding goa yang dipercaya sebagai cara manusia pada jaman prasejarah

berkomunikasi. Susunan gambar-gambar di dinding goa jaman prasejarah

biasanya membentuk sebuah komposisi narasi (kisah ataupun cerita). Objek yang

sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan objek

alam seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Objek yang digambar tidak

selalu serupa dengan aslinya dan inilah yang dinamakan citra dan sangat mudah

dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap objeknya. Pencitraan menjadi

bagian penting karena juga dipengaruhi oleh imajinasi orang yang melihatnya.

3 Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung:Penerbit ITB, Hal.62

4 Sukaryono, Eddi. 1988. Pendidikan Seni Rupa Jilid 2. Tangerang:Bina Aksara, Hal.7

5 Susanto, Eddi. 2002. Diksi rupa: Kumpulan istilah Seni Rupa. Yogyakarta:Penerbit Kanisius, Hal.101

6 Susanto, Eddi. 2002. Diksi rupa: Kumpulan istilah Seni Rupa. Yogyakarta:Penerbit Kanisius, Hal.101

Page 10: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

10

Dalam perkembangan seni lukis, imajinasi dan pencitraan memegang peranan

yang sangat penting hingga kini.

Gambar 2.2. Contoh-contoh lukisan dinding goa jaman prasejarah

Sumber : http://amekaw.com/2012/05/gambar-lukisan-dinding-gua-pada-zaman-dulu-kala/

Selain penemuan pada jaman prasejarah, huruf hieroglyph yang ditemukan

di dinding-dinding piramida Mesir juga merupakan salah satu hasil seni lukis

pada jaman Mesir Kuno. Huruf dalam Mesir Kuno sebenarnya merupakan gambar

dan pencitraan terhadap sebuah objek yang dapat dilihat di dalam kehidupan

sehari-hari. Ini membuktikan bahwa seluruh kebudayaan di dunia mengenal seni

lukis dikarenakan lukisan/gambar sangat mudah dibuat dan dimengerti.

Gambar 2.3. Contoh penulisan hieroglyph (Kiri : Papyrus Ani, Kanan : The Rosetta Stone)

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Egyptian_hieroglyphs

Page 11: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

11

c. Ragam Seni Lukis

Dalam perkembangannya, Seni Lukis membuahkan banyak ragam dan

corak yang berbeda dikarenakan perkembangan jaman maupun perkembangan

kebudayaan dan trend yang berlaku di wilayah lukisan tersebut diciptakan. Selain

itu, keinginan pelukis untuk mengekspresikan dirinya lebih dalam juga salah satu

faktor yang sangat berpengaruh pada penciptaan ragam seni lukis. Perbedaan-

perbedaan ini melahirkan banyak aliran dalam Seni Lukis sendiri. Aliran-aliran

yang terdapat di dalam Seni Lukis cukup banyak dan memiliki ciri khas dan

keunikan pada masing-masing jenisnya. Berikut ini merupakan aliran-aliran yang

terdapat dalam seni lukis :7

i. Surrealisme

Aliran seni lukis ini cukup unik karena temanya yang tidak nyata.

Biasanya, pada aliran ini lukisan diciptakan berdasarkan bentuk-bentuk

yang dilihat pelukisnya di dalam mimpi. Dalam aliran ini, pelukis

berusaha untuk mengabaikan bentuk secara keseluruhan kemudian

mengolah setiap bagian tertentu dari objek untuk menghasilkan kesan

tertentu yang dapat dirasakan manusia tanpa harus mengetahui bentuk

aslinya. Pelopor aliran seni lukis ini adalah Joan Miro, Salvador Dali, dan

Andre Masson.

Gambar 2.4. Contoh Seni Lukis dengan aliran Surrealisme (Kiri : “A Friend in Need”

oleh Cassius Marcellus Coolidge dan Kanan : “Soft Construction with Beans” oleh

Salvador Dali)

Sumber : http://www.paintings2enjoy.com

7 http://wisnujadmika.wordpress.com/tag/ragam-seni-rupa/

Page 12: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

12

ii. Kubisme

Aliran seni lukis ini cukup menarik dikarenakan pelukis

melakukan usaha abstraksi terhadap objek dalam bentuk-bentuk geometri

untuk mendapatkan kesan tertentu. Dalam aliran ini, seni lukis bukan

sebagai penggambaran alam karena bentuk-bentuknya yang sudah tidak

menyesuaikan objeknya, namun membuatnya menjadi abstrak. Aliran ini

lebih menekankan kepada kesan tertentu yang ingin diberikan dan bukan

lagi sekedar penggambaran dari objek itu sendiri. Pelukis terkenal yang

menggunakan aliran ini adalah Pablo Picaso.

Gambar 2.5. Contoh seni lukis dengan aliran Kubisme (Kiri : “Reservoir” oleh Pablo

Picaso dan Kanan : “Vrouw” oleh Georges Braque)

Sumber : http://www.webkwestie.nl/davinci%20code/html/kubisme.html

iii. Romantisme

Seni Lukis beraliran Romantisme merupakan aliran tertua di dalam

sejarah seni lukis modern di Indonesia. Dalam aliran ini, pelukis berusaha

membangkitkan kenangan-kenangan yang romantis dan memaparkan

keindahan pada setiap objeknya. Pemandangan alam merupakan objek

yang paling sering diambil sebagai latar belakang lukisan dikarenakan

alam dapat dengan mudah membuat kesan indah.

Romantisme dimulai oleh pelukis-pelukis pada jaman penjajahan

Belanda yang kemudian ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan

Page 13: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

13

koleksi dan galeri di jaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran

ini adalah Raden Saleh.

Gambar 2.6. Contoh seni lukis dengan aliran Romantisme (Kiri : “Badai” dan Kanan :

“Perburuan Rusa” keduanya oleh Raden Saleh)

Sumber : http://fhetanblog.wordpress.com/2012/03/09/diskripsi-karya-seni-lukis/

iv. Ekspresionisme

Aliran seni lukis ini merupakan usaha dari seniman untuk

mendistorsi sebuah objek dengan berbagai macam efek emosional untuk

menciptakan sebuah lukisan. Selain di dalam lukisan, aliran ini dapat

ditemukan pada sastra, film, musik, dan arsitektur. Dalam pembuatannya,

biasanya pelukis menggunakan permainan warna dan distorsi bentuk

untuk menimbulkan kesan emosional. Pelopor seni lukis aliran

ekspresionisme adalah Vincent Van Gogh, Paul Gaugiuin, Ernast Ludwig,

Karl Schmidt, Emile Nolde, J.J..Kandinsky dan Paul Klee. Di Indonesia,

seniman yang menganut aliran seni lukis ini adalah Affandi, Zaini dan

Popo Iskandar.

Page 14: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

14

Gambar 2.7. Contoh seni lukis dengan aliran Ekspresionisme (Kiri : “Starry Night” oleh

Vincent Van Gogh, Tengah : “Andong Jogja” oleh Affandi, dan Kanan : “The Scream”

oleh Edward Munch)

Sumber : en.wikipedia.org

v. Fauvisme

Aliran fauvisme sangat mengagungkan kebebasan berekspresi,

sehingga banyak objek lukisan yang dibuat kontras dengan aslinya seperti

pohon berwana jingga. Lukisan-lukisan fauvis betul-betul membebaskan

diri dari batasan-batasan aliran seni lukis sebelumnya.

Pelukis fauvisme cenderung melukis apa yang mereka inginkan

tanpa memikirkan isi dan makna dari sebuah lukisan yang dibuat. Maurice

De Vlaminck, merupakan tokoh fauvisme yang terinspirasi oleh goresan

warna Vincent Van Gogh.

Gambar 2.8. Contoh seni lukis dengan aliran Fauvisme (Kiri : “Le Faubourg de

Colioure” oleh André Derain dan Kanan : “Rue de Marly Leroy” oleh Maurice de

Vlaminck)

Sumber :

http://art.and.facts.site.free.fr/Site/3principalestendancesetecoles/31lanonfiguration/311l

esdifferentsmouvments/3117fauvisme800x600.html

vi. Realisme

Realisme dalam seni lukis memiliki arti sebuah aliran dimana

kebenaran, kejujuran ditampilkan pada lukisan dengan mempresentasikan

kondisi yang sebenarnya pada sebuah objek lukisan. Aliran ini tidak

memiliki interpretasi-interpretasi khusus dan hanya menampilkan apa

yang dapat terlihat oleh mata dalam kehidupan sehari-hari. Seniman

Page 15: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

15

realism biasanya menggabungkan unsur naturalism ke dalam lukisan

mereka karena kebanyakan lukisan yang dibuat merupakan kondisi dan

kejadian di alam sekitar.

Gambar 2. 9. Contoh seni lukis dengan aliran Realisme (Kiri : “Conscience, Judas” oleh

Nikolai Ge dan Kanan oleh Vladimir Sorin)

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Realisme_(seni_rupa),

http://artodyssey1.blogspot.com/2011/01/vladimir-sorin.html

vii. Naturalisme

Naturalisme dalam seni lukis adalah aliran yang berusaha

melukiskan sesuatu objek sesuai dengan kondisi alam. Objek yang

digambarkan persis diungkapkan seperti mata melihat. Untuk memberi

kesan mirip, maka bentuk yang persis atau proporsi, keseimbangan,

perspektif, pewarnaan dan lainnya diusahakan setepat mungkin sesuai

mata kita melihat.

Dalam aliran ini, lukisan biasanya menggambarkan keadaan alam

sekitar dan keindahan-keindahan alamnya seperti sungai, sawah, dan

sebagainya. Aliran ini juga sangat dekat dengan aliran realism dan

romantisme, bahkan terkadang sebuah lukisan dapat merupakan gabungan

dari dua atau tiga di antaranya. Tokoh-tokoh naturalisme dunia antara lain

adalah Rembrant, William Hogart dan Frans Hall. Di Indonesia yang

menganut aliran ini adalah Raden Saleh, Abdullah Sudrio Subroto,Basuki

Abdullah, Gambir Anom dan Trubus.

Page 16: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

16

Gambar 2.10. Contoh seni lukis dengan aliran Naturalisme

Sumber : http://www.kaskus.co.id/thread/508bf3af017608ef0f000008/13-macam-gambar-

aliran-seni-lukis-dan-penjelasannya-serba-13

2.2. SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS

a. Pengertian Sanggar dan Galeri Seni Lukis

Sanggar seni lukis adalah sarana yang digunakan oleh suatu komunitas

atau sekumpulan orang untuk melakukan kegiatan seni lukis8. Kegiatan yang ada

dalam sebuah sanggar seni lukis dapat berupa kegiatan pembelajaran tentang seni

lukis, yang meliputi proses dari pembelajaran, penciptaan, hingga produksi.

Segala proses tersebut hampir sebagian besar dilakukan di dalam sanggar

(tergantung ada tidaknya fasilitas dalam sanggar), dalam sanggar seni lukis, maka

proses akhir dapat berupa pameran maupun pemasaran hasil karya seni lukis.

Tempat melakukan pameran seni lukis itulah yang disebut dengan Galeri Seni

Lukis.

Sanggar seni lukis termasuk ke dalam jenis pendidikan nonformal.

Sanggar seni lukis biasanya didirikan secara mandiri atau perorangan. Tempat dan

fasilitas belajar dalam sanggar seni lukis tergantung dari kondisi masing-masing

sanggar. Kondisinya dapat sangat terbatas maupun yang memiliki fasilitas

lengkap. Sistem atau seluruh kegiatan yang terjadi dalam sanggar seni lukis

sangat fleksibel seperti menyangkut prosedur administrasi, pengadaan sertifikat,

pembelajaran yang menyangkut metode pembelajaran hingga evaluasi mengikuti

peraturan masing-masing sanggar seni. Dengan demikian antara sanggar seni

lukis satu dengan yang lainnya memiliki peraturan yang belum tentu sama.

8 http://id.wikipedia.org/wiki/Sanggar_seni

Page 17: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

17

Berdiri secara mandiri, sanggar seni biasanya berstatus swasta, dan untuk

penyetaraan hasil pendidikannya harus melalui proses penilaian penyetaraan oleh

lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah agar bisa setara

dengan hasil pendidikan formal.

Gambar 2.11. Kegiatan di sanggar seni lukis

Sumber : http://dianvalen.files.wordpress.com

b. Keberadaan Sanggar dan Galeri Seni Lukis di Indonesia

Sanggar Seni Lukis di Indonesia sudah cukup banyak dan tersebar di

beberapa daerah, terutama di kota-kota yang memiliki aspek budaya dan

pariwisata yang cukup kuat seperti di Yogyakarta dan Bali. Aspek kebudayaan

dan pariwisata di Indonesia sangat mendapat perhatian khusus, terutama dari

wisatawan manca Negara. Mendirikan sanggar seni sekaligus untuk memamerkan

seni lukisan kepada umum menjadi hal yang sangat menguntungkan bila daerah

tersebut menjadi target wisatawan. Meski begitu tetap tidak menutup

kemungkinan adanya banyak sanggar seni lukis lain yang terdapat di daerah yang

tidak terlalu sering dikunjungi wisatawan.

Sanggar seni lukis di Indonesia sangat beragam jenisnya. Ada sanggar

yang seni lukis yang menjadi satu dengan sanggar-sanggar lainnya dan

menetapkan sebuah tema seperti tradisional, kontemporer, ataupun modern.

Sanggar seni lukis juga biasanya dibagi menjadi sanggar seni lukis anak dan

umum. Sanggar seni anak bertujuan untuk melayani anak usia dini yang ingin

belajar melukis, sedangkan untuk umum tidak ada batasan usia. Dengan demikian

sanggar seni lukis dapat dibagi berdasarkan temanya maupun berdasarkan usia

anak didiknya.

Page 18: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

18

Sebagai contoh, di Depok, Jawa Barat terdapat sanggar seni yang cukup

besar yaitu Sanggar Perahu Nusantara. Sanggar ini merupakan sanggar terpadu

yang terdiri dari berbagai macam jenis seni, sepeti seni lukis, seni tari, seni drama,

seni musik modern, dan seni musik tradisional. Di dalam sanggar ini terdapat

banyak sekali kegiatan yang dilakukan karena banyaknya jenis seni yang diangkat.

Karena banyaknya kegiatan tersebut, sanggar ini membuat jadwal dan

menjalankan tiap kegiatan di waktu yang terpisah.

Gambar 2.12. Kegiatan Sanggar Seni Perahu Nusantara (Kiri : Seni Lukis, Tengah : Seni Perkusi,

Kanan : Seni Tari Tradisional)

Sumber : http://sangperantara.blogspot.com/p/blog-page.html

Selain sanggar Perahu Nusantara ini, masih banyak lagi sanggar-sanggar

seni lainnya yang tersebar di Indonesia.

c. Deskripsi Pelaku dan Kegiatannya pada Sanggar dan Galeri Seni Lukis

Sanggar Seni Lukis pada umumnya merupakan tempat belajar melukis dan

juga memamerkan hasil karya lukisnya. Terdapat beberapa pelaku utama dari

pengertian tersebut, yaitu : yang belajar, yang mengajar, yang memamerkan, dan

yang melihat pameran. Selain pelaku yang sudah disebutkan ada juga pelaku yang

bersifat tidak utama seperti karyawan, petugas kebersihan, petugas keamanan, dan

kepengurusan/kepengelolaan. Dengan demikian, pelaku dapat dibedakan menjadi

2 secara garis besar, yaitu :

i. Pelaku Utama, yaitu pelaku kegiatan yang menjalani fungsi utama dari

Sanggar Seni Lukis, dan

Page 19: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

19

ii. Pelaku Pembantu, yaitu pelaku yang tugasnya membantu pelaku utama

dalam menjalankan kegiatannya.

Pelaku utama yang menjalani fungsi utama Sanggar Seni Lukis

merupakan pelaku yang menjalankan fungsi utama didirikannya bangunan ini.

Pelaku utama disini adalah peserta sanggar, pengajar sanggar, dan pengunjung

sanggar. Ketiganya merupakan pelaku utama yang menjalankan fungsi utama dari

Sanggar Seni Lukis ini. Tanpa para pelaku utama ini, maka sebuah bangunan

tidak dapat dikatakan sebagai Sanggar Seni Lukis. Kebereadaan mereka sangat

wajib dan memiliki kegiatan yang khas disbanding pelaku pembantu yang bisa

jadi sama kegiatannya pada jenis bangunan yang berbeda. Secara lengkap, pelaku

utama beserta kegiatannya di Sanggar Seni Lukis adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1. Deskripsi pelaku dan kegiatan utama pada Sanggar Seni Lukis

No Nama Pelaku Nama Kegiatan

1 Peserta Sanggar Menghadiri kelas, melukis, menghadiri

pameran lukisan, menitipkan lukisan untuk

dijual, makan dan minum, mencari

referensi.

2 Pengajar Sanggar Menghadiri kelas, mengajar, melukis,

menghadiri pameran lukisan, makan dan

minum, mencari referensi.

3 Pengunjung Sanggar Melihat lukisan, melihat proses belajar-

mengajar pada sanggar, menghadiri

pameran lukisan, makan dan minum,

mencari referensi, membeli lukisan dan

souvenir. Sumber : Pengamatan Pribadi 2013

Pelaku pembantu bukanlah yang menjadikan sebuah bangunan memiliki

jati diri, namun tugasnya juga sangat penting dalam menjalankan fungsi utama,

terutama untuk kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin dilakukan sendiri oleh

pelaku utama. Untuk itulah, tugas dan kegiatan pelaku pembantu adalah untuk

membantu pelaku utama dalam menjalankan fungsi bangunan Sanggar Seni Lukis

ini. Pelaku seperti pengurus Sanggar seni lukis mulai dari administrasi sampai

Page 20: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

20

dengan keamanan merupakan pelaku pembantu. Maka, perlu diketahui juga bagan

organisasinya untuk kepengurusan ini sebelum melangkah lebih jauh ke deskripsi

kegiatannya.

Gambar 2.13. Struktur Kepengurusan Sanggar Seni Lukis

Sumber. http://jinggo-sobo.blogspot.com/p/ dan data pribadi

Dari bagan organisasi di atas dapat disimpulkan adanya pelaku-pelaku

pembantu yaitu penasehat, ketua, bendahara, sekretaris, bagian humas dan

promosi, bagian kependidikann, dan bagian kebersihan dan keamanan. Untuk

rincian pelaku pembantu dan kegiatannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.2. Deskripsi pelaku dan kegiatan pembantu pada Sanggar Seni Lukis

No. Nama Pelaku Nama Kegiatan

1 Penasehat Memantau kinerja kepengurusan,

menerima laporan berkala dari ketua,

menulis laporan.

2 Ketua Memantau kinerja bawahan, menulis

laporan berkala, menerima laporan dari

bawahan.

3 Sekretaris Membuat laporan, memberikan laporan

kepada ketua.

KETUA

SEKRETARISBENDAHARA

BAGIAN

KEPENDIDIKAN

BAGIAN

HUMAS DAN

PROMOSI

PENASEHAT

PENGAJAR PENGAJARPENGAJAR

BAGIAN

KEBERSIHAN

DAN

KEAMANAN

Page 21: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

21

4 Bendahara Membuat laporan, memberikan laporan

kepada ketua, mengurus keuangan,

melayani pembayaran.

5 Humas dan Promosi Menyusun program/acara, merancang

pesan tematik, membuat iklan, melakukan

pemasaran, memberikan kesan pada

masyarakat mengenai sanggar seni lukis,

membuat laporan.

6 Kependidikan Menyusun kurikulum, memantau kinerja

pengajar, membuat laporan.

7 Keamanan dan Kebersihan Menjaga kebersihan dan keamanan,

membuat laporan. Sumber : Pengamatan Pribadi 2013

d. Fasilitas Sanggar dan Galeri Seni Lukis

Fasilitas dalam sanggar seni bisa berbeda-beda tergantung kebutuhan

sanggar itu sendiri. Meski berbeda-beda, namun tetap ada fasilitas utama yang

wajib ada dalam sebuah sanggar seni. Fasilitas-fasilitas yang wajib ada adalah :

i. Ruang Kelas Sanggar

Seperti namanya, ruang kelas sanggar adalah ruang yang

diperuntukkan bagi murid sanggar untuk belajar. Ruang kelas sanggar

memiliki perbedaan dengan ruang kelas belajar biasa. Perbedaan tersebut

bisa beragam karena tataan ruang kelas sanggar bisa berbeda-beda

tergantung kebutuhannya. Meski berbeda-beda di dalam ruang kelas

sanggar biasanya terdapat meja gambar yang disediakan untuk setiap

individu di dalamnya baik murid maupun pengajarnya. Kalaupun tidak ada

meja gambar, setidaknya ruang kelas memiliki meja yang cukup luas

untuk menggambar.

Gambar 2.14. Contoh Kondisi Ruang Kelas Sanggar Seni Lukis

Sumber : http://www.missionartcenter.com/

Page 22: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

22

Untuk penataan ruang kelas sanggar dapat sangat berbeda dengan

penataan ruang kelas biasa. Ruang kelas biasa memiliki penataan yang

teratur dan memusatkan pandangan dari tempat duduk murid ke arah

panggung atau area pengajar. Pemusatan pandangan mungkin masih dapat

dipertahankan, namun itu bukan hal yang wajib di dalam ruang kelas

sanggar. Di dalam ruang kelas sanggar justru terdapat perbedaan bagi

pergerakan pengajar. Dalam sanggar seni pengajar yang harus berkeliling

untuk melihat muridnya satu per satu dan bukan mengumpulkan

pandangan muridnya ke arah pengajar.

Gambar 2.15. Ilustrasi perbandingan tata ruang kelas biasa dengan tata ruang kelas

sanggar seni lukis

Sumber : Data Pribadi

ii. Ruang Pameran

Ruang pameran dalam sanggar seni lukis merupakan ruang yang

ditujukan untuk memamerkan hasil seni lukis. Pameran seni lukis ini dapat

berupa acara bulanan maupun mingguan. Lukisan yang dipamerkan

biasanya tidak semua lukisan, namun terkadang banyak juga yang

memamerkan semuanya jika pada acara-acara khusus. Fungsi lain dari

ruang pameran ini adalah untuk mempromosikan sanggar seni lukis yang

berkaitan dan memamerkan prestasi maupun kemampuan anak didiknya.

Skema Ruang Kelas biasa Skema Ruang Kelas

sanggar seni lukis

Fleksibel Pandangan Terpusat

Page 23: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

23

Gambar 2.16. Contoh ruang pameran seni lukis

Sumber : Data Pribadi

Di dalam ruang pameran, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.

Desain dari ruang pameran harus dapat memperkuat hubungan antara

penikmat seni lukis dengan lukisannya. Karena sangat terpengaruh oleh

pilihan pengunjung, maka ruang pameran harus fleksibel sehingga dapat

disesuaikan dengan tema yang sedang diangkat maupun kesesuaian

dengan pengunjungnya. Jika memungkinkan, pengunjung harus bisa

dimanjakan dengan permainan sirkulasi sehingga tiap kali dating tidak

merasa bosan karena selalu melewati jalur yang sejalan. Jika dapat

disesuaikan secara maksimal, maka ketertarikan pengunjung untuk datang

secara berkala semakin besar.

Gambar 2.17. Syarat ruang pameran

Sumber : Time-Saver Standarts for Building Types, McGraw Hill (2001:683)

Secara ideal, ruang pameran dibuat bersebelahan atau menjadi satu

ruang. Alasannya adalah untuk memudahkan pengelolaan dalam hal

View ke dalam

Tanpa Sudut

Sudut yang masih

memungkinkan

Sudut

tumpul

Page 24: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

24

keamanan dan kebersihan ruang. Meski begitu, apabila ruang pameran

merupakan suatu ruang yang sangat khusus maka dapat dipisahkan per

bagian untuk menunjukkan kekhususannya. Sangat penting untuk

diperhatikan bahwa sirkulasi pengunjung harus mudah diakses dan

langsung, sehingga tidak menyulitkan pengunjung dalam menemukan

lokasi pameran. Bila terdapat banyak ruang pameran, maka harus ada

“ruang pusat” untuk mengumpulkan pengunjung d antara ruang-ruang

pameran terlebih dahulu untuk memudahkan pengunjung memilih.

Ruang pameran juga harus memperhatikan pelingkup ruang

meliputi atap, dinding dan lantai ruang agar terlihat menarik. Selain

pelingkup, proporsi ruang dan pencahayaan ruang juga harus diperhatikan

demi menimbulkan kesan tertentu pada tiap tema atau lukisan yang

disajikan. Selain itu, jarak pandang manusia juga harus diperhatikan agar

pengunjung tidak kesulitan melihat lukisan dan adapt lebih menikmati

lukisan yang dipamerkan.

Gambar 2.18. Jarak Pandang Manusia terhadap Lukisan

Sumber : Time-Saver Standarts for Building Types, McGraw Hill (2001:684)

Untuk pencahayaan ruang pameran, intensitas pencahayaan dapat

beragam tergantung dari tema dan jenis pameran. Perbedaan intensitas ini

dapat memberikan kesan yang berbeda terhadap hasil karya seni yang

dipamerkan. Meski berbeda, pencahayaan ruang seharusnya lebih tinggi

30o

40o

1,2 m

± 3,6 m

Page 25: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

25

intensitasnya kepada karya seninya daripada keseluruhan ruang tersebut,

sehingga sebuah karya seni menjadi sorotan utama sebuah pameran.

Pencahayaan ruang dapat berupa pencahayaan buatan maupun

alami. Untuk keseluruhan mungkin tidak ada masalah ketika harus

menggunakan pencahayaan alami, namun untuk hasil karya yang

dipamerkan tetap harus didukung oleh pencahayaan buatan. Sifat

pencahayaan alami menjadi lebih kepada penerangan dan pencahayaan

buatan menjadi pemberi kesan.

Gambar 2.19. Ilustrasi pemberian pencahayaan alami pada ruang pameran

Sumber : Time-Saver Standarts for Building Types, McGraw Hill (2001:691)

iii. Ruang Pengajar

Ruang pengajar adalah ruang tempat pengajar sanggar beristirahat

ketika tidak sedang mengajar di kelas. Ruang ini persis seperti ruang guru

ataupun ruang dosen pada sekolah maupun universitas formal. Di dalam

Skylight

laylight

Page 26: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

26

ruang ini, setiap pengajar disediakan masing-masing satu meja dan kursi

untuk keperluan pribadi mereka.

Pada ruang pengajar terdapat juga ruang lain selain ruang istirahat

pengajar. Fasilitas ruang ini meliputi ruang diskusi, ruang tamu, dan ruang

arsip. Ruang diskusi digunakan untuk rapat atau mendiskusikan hal-hal

penting bagi pengajar. Ruang tamu digunakan jika ada tamu yang ingin

memasuki ruang pengajar. Ruang arsip digunakan untuk menyimpan data

tentang sanggar mulai dari visi dan misi hingga daftar murid dan pengajar.

Segala catatan penting untuk pengajar ada di dalam ruang arsip pengajar.

Dari deskripsi di atas, ruang pengajar adalah ruang tempat pengajar

mendapatkan berbagai macam akomodasi yang dibutuhkan bagi pengajar

ketika mereka tidak sedang mengajar.

iv. Gudang Penyimpanan

Gudang penyimpanan adalah tempat penyimpanan alat-alat yang

belum atau tidak selalu terpakai. Biasanya meja gambar yang tidak dipakai

disimpan di gudang ini. Gudang penyimpanan dapat berupa ruang kecil di

dekat kelas ataupun ruang yang cukup besar untuk menyimpan segala

macam barang termasuk yang bukan untuk kepentingan kelas melukis.

Selain untuk menyimpan alat, gudang penyimpanan juga terkadang

digunakan untuk menyimpan lukisan-lukisan lama yang tidak digunakan

ataupun yang belum terjual jika terdapat system penjualan lukisan.

Gudang seperti ini dapat dipisah dengan gudang penyimpanan alat

ataupun digabung tergantung kebutuhan masing-masing sanggar.

Dari deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa gudang

penyimpanan merupakan ruangan tempat menyimpan alat maupun lukisan

yang tidak sedang dipakai. Letak gudang penyimpanan bisa beragam, di

dekat masing-masing kelas maupun jadi satu di bagian tertentu dari sebuah

sanggar. Besar ruangannya beragam, sangat tergantung kebutuhan dan

besarnya sanggar itu sendiri. Semakin besar sanggar, maka peletakan dan

besaran gudang penyimpanan juga harus semakin besar.

Page 27: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

27

v. Ruang Pengelolaan Sanggar

Ruang pengelolaan sanggar merupakan ruang yang dikhususkan

bagi pegawai yang mengurusi kepengelolaan dan sistem administrasi pada

sanggar tersebut. Besaran ruang dan banyaknya ruang disesuaikan dengan

kebutuhan pegawai yang bekerja di sanggar yang berkaitan.

Secara garis besar, fasilitas ruang yang ada di dalam ruang

pengelolaan sanggar sama seperti yang ada pada ruang pengajar. Ruang

tempat para pegawai bekerja yang dipisah per bidang masing-masing,

ruang tamu untuk menerima tamu, ruang arsip untuk menyimpan data

yang berkaitan dengan segala urusan kepengelolaan sanggar, dan ruang

rapat/diskusi untuk rapat maupun mendiskusikan hal-hal yang berkaitan

dengan kepengelolaan sanggar.

Supaya dapat dengan mudah mengontrol keseluruhan sanggar,

kontak secara visual antara kantor pengelola dengan akses masuk utama

dibutuhkan. Dalam beberapa kasus, peletakan kantor sengaja diletakkan

tepat si sebelah area masuk utama dan pengunjung harus melewati depan

kantor dahulu sebelum masuk ke dalam kawasan utama. Meja informasi

juga terdapat di daerah masuk dekat kantor untuk memudahkan pelayanan

sekaligus akses ke kantor pengelolaan.

vi. Ruang Karyawan

Ruang karyawan merupakan ruang tempat bagi para karyawan

selain urusan kepengelolaan sanggar beristirahat ataupun melakukan

kegiatannya. Karyawan yang dimaksud di sini antara lain petugas

kebersihan, petugas keamanan, petugas asrama, dan petugas lain yang

sejenis.

2.3. SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS INSPIRATIF

Sanggar Seni Lukis adalah jenis sekolah informal tempat belajar melukis. Selain

tempat belajar, sanggar juga dilengkapi dengan tempat memamerkan hasil karya lukis

Page 28: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

28

para murid sanggar. Pengajar sanggar seni lukis biasanya adalah seorang seniman lukis

juga ataupun guru melukis. Di dalam sanggar seni lukis, praktek melukis lebih

ditekankan daripada teori-teorinya.

Sanggar Seni Lukis Inspiratif memiliki pengertian yang lebih khusus lagi dengan

tetap mempertahankan aspek-aspek sanggar di atas. Perbedaan dengan sanggar seni

lukis biasa terdapat pada spesifikasi fasilitas-fasilitas di dalamnya. Ruang kelas pada

sanggar seni lukis biasa hanya berbentuk seperti ruang kelas biasa yang diperlakukan

seperti ruang kelas biasa, namun pada sanggar seni lukis inspiratif bentuk, pandangan

dari dalam ruang kelas sangat diperhatikan.

Pandangan dari dalam ruang kelas terhadap area dalam dan menuju area luar kelas

harus bervariasi dan mampu menampilkan view menarik. Oleh karena itu pengaturan

ruang dalam bangunan harus baik sehingga dketika berada di dalamnya, pengguna

sanggar dan galeri dapat mendapatkan inspirasi secara maksimal. Pemilihan lokasi

harus tepat sehingga dapat memberikan pandangan keluar kelas dengan baik.

Gambar 2.20. Ilustrasi memberikan view yang baik

Sumber : Data Pribadi

Pendekatan bangunan yang menyesuaikan kondisi tapak memiliki arti bahwa

bangunan yang didirikan harus bisa menyesuaikan diri dengan aspek lingkungan sekitar.

Penyesuaian bangunan terhadap aspek lingkungan sekitar ditandai dengan adanya

hubungan kedekatan bangunan dengan lingkungan disekitarnya. Lingkungan sekitar

yang dimaksudkan disini lebih kepada keindahannya. Berhubungan dengan view dari

Ruang

kelas

Target

View Target

View

Page 29: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

29

bangunan ke luar yang hendak dicapai, keindahan alam sekitar harus bisa dinikmati dari

dalam bangunan, sehingga akan menimbulkan terjadinya bukaan-bukaan di beberapa

tempat. Akan lebih baik juga jika lingkungan disekitar bangunan dapat tetap

dipertahankan tanpa harus mengubah terlalu banyak.

Lingkungan dalam kasus ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu lingkungan alami dan

buatan. Lingkungan alami berarti menggunakan apa yang sudah ada dari sebelum

dibangun menjadi bagian dari lahan bangunan. Contohnya jika ada sawah disekitar

lokasi, bisa dijadikan pemandangan yang baik tanpa harus merusak atau menyesuaikan

sawah dengan bangunannya, sehinga pemandangan sawah tersebut bisa menjadi satu

dengan lokasi bangunan didirikan. Lingkungan buatan berarti memanipulasi sebagian

lahan untuk dijadikan pandangan serupa dengan alam. Contoh lingkungan buatan

adalah taman. Taman menjadi daya tarik dan menjadi salah satu aspek buatan untuk

menampilkan keindahan view yang nantinya dapat dilihat dari dalam bangunan.

Gambar 2.21. Sawah sebagai lingkungan alami dan taman sebagai lingkungan buatan

Sumber : image.google.com (kata kunci persawahan dan taman)

Selain kedekatan secara pandangan, hubungan akses yang dekat dan langsung

juga menandai penyatuan bangunan dengan lingkungannya. Dapat mengakses

lingkungan sekitar tanpa menggunakan perantara buatan menjadi salah satu aspek

bangunan dapat dikatakan dengan dengan lingkungannya. Salah satu contohnya adalah

adanya akses dari taman ke kelas menjadikan bangunan terlihat lebih menyatu dengan

taman.

Page 30: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

30

Gambar 2.22. Ilustrasi konsep penyatuan bangunan dengan alam

Sumber : Data Pribadi

Lingkungan Alami

– Pepohonan,

sawah.

Lingkungan

Buatan – Taman

Bangunan

Hubungan

Kedekatan

Page 31: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

31

BAB III

LANDASAN TEORI DAN STUDI LITERATUR

3.1. MENGEMBANGKAN INSPIRASI DALAM BANGUNAN

3.2.1. Pengertian Inspirasi

Dalam mengembangkan inspirasi, terdapat beberapa faktor yang perlu

diperhatikan. Inspirasi datang dari berbagai macam hal yang unik dan tidak

biasa9

. Banyak sekali hal yang dapat mempengaruhi Inspirasi seseorang

seperti pemandangan yang indah, keramaian kota, permainan warna pada

suatu tempat, maupun kesunyian. Dengan banyaknya hal yang dapat

menimbulkan inspirasi, maka cara merangsang agar inspirasi keluar, suatu

ruang harus menyediakan pemandangan yang beragam dan tidak monoton.

Gambar 3.1. Pemberi inspirasi dalam kehidupan sehari-hari

Sumber : image.google.com (kata kunci pemandangan indah, keramaian kota, dan permainan

warna)

3.2.2. Pengaruh Bentuk

Salah satu faktor yang mempengaruhi Inspirasi adalah bentuk10

. Ketika

melihat adanya bentuk yang unik, maka manusia yang melihatnya secara tidak

langsung menyimpan bentuk unik tersebut ke dalam otak. Ketika dibutuhkan,

maka bentuk unik tadi akan memberikan ide. Ketika mata tidak biasa melihat

bentuk unik tersebut, maka ada kemungkinan itu akan dilupakan. Maka, ruang

9 http://kopikeliling.com/news/berbagai-cara-sederhana-untuk-mendapatkan-inspirasi-dalam-berkarya.html

10 Sastra M., Suparno. 2010. Inspirasi Desain: Rumah Tinggal: Tidak Bertingkat dan Bertingkat. Jakarta:Elex Media

Computindo, Hal.23

Page 32: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

32

inspiratif yang baik harus bisa memberikan para penggunanya pengelihatan

akan bentuk unik tersebut agar tidak mudah hilang dari ingatan.

Bentuk merupakan faktor yang sangat dekat dengan arsitektur. Menurut

Ching (2007) bentuk adalah istilah inklusif yang memiliki beberapa arti dan

merupakan penampilan luar yang dapat dikenali. Bentuk memiliki komponen

visual berupa konfigurasi bentuk, ukuran, warna, tekstur, posisi, orientasi, dan

stabilitas visual bentuk.

Bentuk memiliki 3 wujud dasar yang dapat disesuaikan dengan

karakteristik bangunan.

Tabel 3.1. Sifat Wujud (shape) Dasar

Lingkaran Terpusat, berporos, dan stabil. Memiliki kesan lembut karena

tidak memiliki sudut.

Segitiga Menunjukkan kestabilan namun bila kaki-kakinya tidak sama

panjang akan menimbulkan kesan tidak stabil.

Segiempat Merupakan bentuk yang terkesan statis dan netral. Bentuk

segiempat memiliki berbagai macam variasi.

Sumber : Modul Estetika Bentuk Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch mengenai Bentuk dan

Wujud dalam Desain

Dalam mengolah bentuk menjadi sebuah susunan sangat perlu

diperhatikan untuk membuat bangunan ataupun ruang yang inspiratif. Bentuk

dapat diolah menjadi beragam jenis. Pengolahan bentuk memiliki 3 kriteria

dasar, yaitu :

Tabel 3.2. Kriteria Pengolahan Bentuk

Pola Sirkulasi Kelebihan Kekurangan

Dinamis Merupakan bentuk

pengembangan dari bentuk-

bentuk dasar dengan sedikit

perubahan yang kemudian

dipadukan mengikuti garis

Cocok untuk bangunan yang

memiliki sifat rekeatif atau unik,

namun untuk bangunan yang

memiliki lahan terbatas atau

menekankan pada kemudahan

Page 33: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

33

lengkung. Memberikan kesan

terjadinya pergerakan yang

tidak monoton.

sirkulasi, bentuk ini sangat sulit

untuk dikembangkan.

Grid / Bujur

Sangkar

Bentuk tegas dan statis. Dapat

diolah menjadi grid yang

teratur. Memiliki garis-garis

yang tegas dimana garis-garis

tersebut menggambarkan

keteraturan fungsi dan aktifitas.

Terkesan kaku karena bentuk

merupakan grid dan terkesan

langsung pada sasaran ruang yang

dituju.

Kurva Digunakan untuk mengurangi

kesan kaku yang terdapat pada

kompleks ruang atau bangunan.

Lebih terlihat dinamis namun

tidak mengabaikan keteraturan.

Cenderung memusat pada titik

yang menjadi sumbu kurva dan

apabila tidak diatur dengan baik

akan membuat sirkulasi terlihat

membingungkan.

Sumber : Data Pribadi Kuliah Studio Arsitektur 3 (2009)

3.2.3. Pengaruh Piskologis Warna

Karena dekatnya seni lukis dengan faktor visual yang dimiliki manusia

(dalam hal ini pengelihatan manusia), maka sebuah ruang yang inspiratif

harus memiliki faktor visual yang banyak. Permainan warna pada ruang

merupakan salah satu cara memberikan inspirasi pada pengguna ruang.

Sebelum memasuki tentang pengaruh warna, akan terlebih dahulu dijelaskan

tentang penggolongan warna.

Warna dibagi menjadi 4 golongan, yaitu warna netral, primer, warna

sekunder, dan warna tersier11

. Warna netral adalah warna yang dapat

ditumpuk dengan warna lainnya, yaitu warna putih. Warna primer merupakan

warna dasar yang membentuk warna-warna lainnya. Warna yang termasuk

primer adalah warna kuning, merah, dan biru. Warna sekunder merupakan

warna yang lahir dari penggabungan 2 warna primer. Contoh warna sekondari

adalah oranye/jingga yang merupakan gabungan dari warna merah dan kuning.

Warna tersier merupakan warna yang dibentuk dari gradasi warna sekunder

terhadap cahaya. Contoh warna tersier adalah hijau muda yang merupakan

11

http://daniarwikan.blogspot.com/2009/02/teori-warna.html

Page 34: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

34

gradasi terang dari warna hijau yang dihasilkan oleh warna kuning dan biru.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada spectrum warna di bawah ini.

Gambar 3.2. Spektrum Warna

Sumber : http://www.zainalhakim.web.id/uploads/image/teori-warna.jpg

Warna dapat mempengaruhi kondisi psikologis seseorang12

. Warna ruang

yang tidak sesuai dengan fungsi ruangnya akan menjadi tidak nyaman. Warna

yang cerah dapat memberikan kesan pada sebuah objek menjadi lebih lebar

dan ringan daripada sesungguhnya. Sebaliknya warna gelap memberikan

kesan lebih sempit dan berat. Memberikan banyak warna cerah dalam satu

ruang dapat menimbulkan kesan ceria. Efek psikologi ini sangat membawa

pengaruh bagi tujuan ruang itu digunakan sekaligus kenyamanan ruang.

Tabel 3.3. Pengaruh warna pada psikologis manusia

No. Warna Pengaruh positif Pengaruh negatif

1 Merah Hangat, membangkitkan

semangat, optimis, aktif, dan

komunikatif. Meningkatkan rasa

juang.

Bila warna yang digunakan

berlebihan justru merangsang

emosi dan dapat menimbulkan

perasaan panas.

2 Oranye Hangat, gembira, menilmbulkan Jika berlebihan akan merangsang

12

http://yayasanbsc.blogspot.com/2013/02/psikologi-warna.html

Page 35: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

35

perasaan senang. Dapat

mengurangi perasaan tertekan.

perilaku hiperaktif.

3 Kuning Ekspresif, membangkitkan mood.

Memudahkan berpikir secara

logis dan memabangkitkan

intelektualitas.

Jika terlalu sedikit dalam

menggunakan warna ini justru

dapat menimbulkan perasaan

takut.

4 Hijau Menenangkan jiwa,

menyejukkan, memberi energy.

Dapat membantu mengurangi

tekanan dan membantu

konsentrasi.

Jika terlalu banyak digunakan

akan menimbulkan perasaan

terjebak.

5 Biru Memberikan perasaan tenang,

sejuk, hening dan damai.

Memberikan kenyamanan dan

perlindungan

Dapat mengurangi semangat jika

terlalu banyak digunakan.

6 Ungu Menarik dan hangat. Warna ungu

gelap dapat merangsang

kreatifitas, imajinasi, dan

inspiratif.

Memberikan kesan murung jika

terlalu banyak.

7 Hitam Kuat dan memberikan rasa

percaya diri.

Terlalu banyak warna hitam

akan menimbulkan perasaan

tertekan dan takut.

8 Abu-abu Serius, hening, dan hangat.

Menentramkan hati dan

memberikan kedamaian.

Dapat menimbulkan kesan yang

kaku, tidak menarik, dan tidak

komunikatif.

9 Coklat Netral, stabil, dan hangat.

Memberikan rasa aman dan

nyaman (santai).

Jika terlalu banyak akan

memberikan kesan kaku dan

berat.

Sumber : Majalah ASRI Edisi no. 02 Februari 2011

3.2.4. Pengaruh Tekstur

Tekstur merupakan karakteristik permukaan pada suatu objek. Tekstur

dibagi menjadi dua, yaitu tekstur sentuhan dan tekstur visual. Tekstur

sentuhan merupakan tekstur yang dapat didefinisikan apabila suatu objek

Page 36: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

36

disebtuh oleh manusia. Tekstur visual merupakan tekstur yang dapat

didefinisikan oleh mata manusia seperti ukiran yang terdapat pada kayu.13

Tekstur dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :

1. Skala

Semakin halus skala per satuan tekstur yang terdapat pada suatu

objek, semakin halus pula tekstur yang terlihat secara visual.

2. Jarak Pandang

Semakin jauh jarak pandang terhadap suatu objek, maka tekstur

objek tersebut akan terlihat semakin halus.

3. Pencahayaan

Cahaya yang jatuh tepat di permukaan suatu objek akan

mempertajam tekstur bagian yang disinari tersebut.

3.2.5. Pengaruh Proporsi dan Skala

Proporsi merupakan hubungan perbandingan antara satu objek dengan

objek yang lain. Perbandingan pada proporsi dapat dilihat dari perbandingan

besaran, sudut, ataupun banyaknya objek yang dibandingkan. Proporsi di

dalam bangunan dapat dilihat dari meterialnya, struktur bangunannya,

ruangnya, dan massanya. Menurut Ching (2007), teori-teori menyangkut

proporsi dapat dijabarkan sebagai berikut :14

1. Golden Section

2. Classical Orders

3. Renaissance Theories

4. Modulor

5. Ken

6. Anthropometry

7. Scale

13

D.K. Ching, Francis. 2011. Desain Interior dengan Ilustrasi – Edisi kedua. Jakarta, Hal.97 14

D.K. Ching, Francis. 2007. Architecture Form, Space, and Order – Third Edition. United States of America, Hal.301

Page 37: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

37

Skala merupakan perbandingan secara spesifik suatu objek dengan objek

lainnya. Skala dibedakan menjadi 3 jenis :15

1. Skala Mekanis

Perhitungan ukuran fisik sesuai standar perhitungan matematis.

2. Skala Visual

Merupakan ukuran relative yang dibandingkan oleh manusia yang

melihat suatu objek yang dibandingkan dengan objek lainnya yang

terdapat disekitarnya.

3. Skala Manusia

Merupakan perbandingan besaran objek terhadap proporsi tubuh

manusia yang berada di sekitar maupun di dalam objek untuk

mengetahui apakah objek tersebut sudah proporsional jika digunakan

manusia atau belum.

3.2. BANGUNAN YANG MENYESUAIKAN KONDISI TAPAK

3.2.1. Pengertian Bangunan yang Menyesuaikan Kondisi Tapak

Bangunan yang menyesuaikan kondisi tapak merupakan konsep yang

didasari pada Konsep Arsitektur Organik Amerika yang dikemukakan oleh

Frank Lloyd Wright. Awalnya, Wright menggunakan konsep form follow

function milik Louise Sullivan sebagai dasar yang kemudian ia kembangkan

menjadi Arsitektur Organik. Pada konsep ini sangat ditekankan bahwa bentuk

bangunan merupakan perpaduan antara struktur dengan lingkungan sekitarnya.

Konsep ini lebih menjelaskan bagaimana hubungan antara bangunan

dengan lingkungan tampak dekat. Pada dasarnya Wright menciptakan teori ini

berdasarkankonsep Form follows function milik Sullivan. Konsep ini

berusaha untuk menyatukan kondisi lingkungan sekitar dengan bangunannya

agar terlihat berdampingan. Kedekatan bangunan dengan lingkungan lebih

terlihat seperti bagaimana sebuah bangunan dapat beradaptasi dengan

15

D.K. Ching, Francis. 2011. Desain Interior dengan Ilustrasi – Edisi kedua. Jakarta, Hal.125

Page 38: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

38

lingkungan sekitarnya. Apabila lingkungan tersebut dingin, maka penggunaan

materialnya harus yang dapat menghangatkan ruang.

3.2.2. Aplikasi Bangunan yang Menyesuaikan Kondisi Tapak ke dalam bangunan

Contoh bangunan yang menggunakan konsep ini cukup banyak ditemui.

Bangunan yang didesain oleh Frank Lloyd Wright untuk keluarga Edgar J.

Kaufmann, Falling Water House merupakan contoh penggunaan konsep

bangunan yang menyatu dengan lingkungan alam sekitarnya. Bangunan ini

merupakan bangunan yang mendefinisikan kembali hubungan antara manusia,

arsitektur, dan alam. Bangunan ini di desain dengan sebuah pemikiran akan

air terjun yang dapat dilihat sepanjang waktu dari rumah sendiri. Atas

pemikiran tersebut, rumah ini dibangun di atas air terjun.

Gambar 3.3. Eksterior Falling Water House

Sumber : http://terry-uniqueplaces.blogspot.com/2010/07/fallingwater.html

Bangunan ini menggunakan material-material dari alam seperti batu-

batuan dan kayu. Tanpa merusak alam sekitar, bangunan ini didirikan di

tengah hutan yang dulunya merupakan tempat kamping bagi pekerja di

perusahaan Kaufmann. Karena kurangnya kemampuan para karyawan untuk

berkamping secara berkala, maka tanah ini menjadi tidak terpakai. Saat itulah

keluarga Kaufmann menggunakan lahan ini untuk dijadikan rumah liburan

bagi mereka.

Wright melakukan sentuhan pada perabot dalam desain interiornya,

merancang hampir semua furnitur bahkan perapian. Ia juga menerapkan

penggunaan batu alam yang akan dijadikan dinding, lantai, dan tangga.

Page 39: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

39

Penggunaan bahan alami ini diperuntukkan dalam menyesuaikan bangunan

agar mendapatkan kesan menyatu dengan alam sekitarnya.

Gambar 3.4. Interior Falling Water House

Sumber : http://terry-uniqueplaces.blogspot.com/2010/07/fallingwater.html

Gambar 3.5. Site Plan Falling Water House

Sumber : http://terry-uniqueplaces.blogspot.com/2010/07/fallingwater.html

Page 40: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

40

Gambar 3.6. Denah Lantai 2 dan 3 Falling Water House

Sumber : http://terry-uniqueplaces.blogspot.com/2010/07/fallingwater.html

Dari konsep Falling Water House ini didapatkan beberapa kesimpulan

mengenai kriteria bangunan yang menyesuaikan tapak sekitar. Kriteria yang

paling penting adalah diusahakan tidak merusak lingkungan sekitar karena

konsep ini kuat karena keberadaan lingkungan sekitar pada tapak. Kriteria

berikutnya adalah dengan menggunakan material dari alam untuk

menselaraskan bangunan dengan lingkungan sekitarnya. Konsep ini akan

lebih kuat jika adanya aliran air, kayu, dan bebatuan sebagai penyelesaian

akhir baik di dalam maupun di luar bangunan.

Berangkat dari desain oleh Wright inilah, bangunan yang menyesuaikan

kondisi tapak muncul. Maksud dari pengertian konsep ini sendiri tidak

berbeda jauh dari pengertian Arsitektur milik Wright, yaitu bangunan yang

serasi dengan lingkungannya. Menciptakan bangunan yang serasi ini didasari

dengan beberapa konsep berkenaan dengan material bangunan dan penataan

massa bangunan.

Dalam pengolahan material, terdapat beberapa perbedaan yang dapat

dirasakan manusia. Material memiliki ciri khas masing-masing dan setiap

Page 41: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

41

material memiliki “rasa” sendiri dalam menciptakan suasana. Material yang

apat digunakan untuk pelingkup bangunan terdiri dari :

Kayu

Kayu memiliki sifat tenang dan menghangatkan suasana. Ketika para

seniman maupun peserta sanggar berdiskusi dalam ruang, suasana hangat dan

akrab sangat diperlukan. Sifat ketenangan juga dapat memberikan para

seniman maupun peserta sanggar inspirasi dalam mencari ide.

Bebatuan

Bebatuan digunakan sebagai pelapis dinding yang dapat memberikan

suasana alami dan tenang. Suasana ini dapat digunakan untuk menyatukan

bangunan dengan lingkungan sekitar. Suasana ini juga memberikan para

peserta sanggar maupun seniman inspirasi.

Batu Bata

Hampir sama dengan material jenis bebatuan, batu bata memiliki kesan

alami dan tenang. Batu bata memiliki sifat untuk menolak panas sehingga

ketika berada di dalam ruang akan terasa lebih dingin. Batu bata sangat cocok

digunakan pada daerah dengan suhu yang panas seperti pada daerah iklim

tropis.

Kertas

Kertas dapat memberikan kesan menyatu dengan sekitarnya apabila

warna dan motifnya disesuaikan dengan kesan yang ingin dibangun. Dengan

menggunakan motif alami dapat membuat seolah-olah ada hubungan antara

pemandangan dekat ruang dengan dinding dan dapat memberi kesan

menghilangkan jarak ruang dengan lingkungan alam sekitarnya.

Cermin/Kaca

Cermin dapat memberikan meluaskan ruangan. Dengan cermin maka

pantulan ruang dapat dilihat dan membuat seolah-olah lantai ruang tersebut

sangat luas. Kaca dapat digunakan untuk memperlihatkan pemandangan yang

berada di luar ruang. Kaca dapat memberikan kesan menghilangkan batas

antara ruang dan ruang di luarnya.

Page 42: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

42

Cat

Cat adalah pelapis bangunan yang paling utama digunakan. Kesan dan

suasana yang ditimbulkan tergantung dari warna maupun kombinasi warna

yang digunakan. Permainan warna pada cat dapat menimbulkan banyak

persepsi tergantung warna apa saja yang digunakan dan pengaturannya.

3.3. ARSITEKTUR EKOLOGIS TROPIS

3.3.1. Pengertian Arsitektur Ekologis Tropis

Arsitektur Ekologis merupakan penyelesaian dalam membangun

berwawasan lingkungan (Frick, 1998). Unsur-unsur yang perlu diperhatikan

dalam konsep ini adalah adanya unsur pengaruh iklim, pelestarian lingkungan

dan penghijauan. Dalam arsitektur ekologis, bangunan berdiri dengan

lingkungan disekitarnya maka bangunan tersebut harus berdampingan dengan

lingkungan sekitarnya.16

Iklim di Indonesia adalah tropis panas lembap. Curah hujan dan tingkat

kelembapan pada iklim ini tinggi disertai dengan suhu yang selalu tinggi.

Angin bertiup dari arah berlawanan pada musim hujan dan musim kemarau.

Cahaya matahari pada iklim tropis mengandung efek samping berupa sinar

panas. Sebuah bangunan yang didirikan pada daerah iklim ini harus memiliki

perlindungan terhadap radiasi matahari, hujan, serangga, dan angin.

3.3.2. Pengaruh Arsitektur Ekologis Tropis

Bangunan yang berada pada iklim tertentu akan terpengaruh oleh

lingkungan secara fisik. Pengaruh ini berupa pengaruh positif dan negatif

yang diberikan alam pada suatu bangunan. Adapun pengaruh fisik bangunan

yang dapat diterima pada iklim tropis, yaitu :17

a. Pengaruh terhadap matahari

i. Pengaruh Positif :

16

Frick, Heinz dan F.X. Bambang S. 1998. Dasar-dasar Eko Arsitektur. Yogyakarta:Penerbit Kanisius, Hal.39 17

Frick, Heinz dan Tri Hesti Mulyani. 2006. Arsitektur Ekologis. Yogyakarta:Penerbit Kanisius, Kesimpulan

Page 43: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

43

Sebagai sumber pencahayaan alami alternatif.

Sebagai sumber energy alternatif.

Menetralisir kelembapan ruang.

Memberikan energi dan nutrisi pada vegetasi sekitar bangunan.

ii. Pengaruh Negatif :

Cahaya yang masuk secara berlebihan dapat menyebabkan suhu

ruang menjadi panas dan tidak nyaman.

Penyinaran sinar matahari langsung ke bangunan dapat

menyebabkan ketahanan material bangunan berkurang.

Dapat menimbulkan kekeringan dan dapat menurunkan kualitas

tanah.

b. Pengaruh terhadap angin

i. Pangaruh Positif :

Menjaga kestabilan suhu ruang pada siang dan malam hari.

Dapat digunakan sebagai sumber daya untuk beberapa sistem

utilitas bangunan.

ii. Pengaruh Negatif :

Tidak teraturnya suhu ruang dapat menimbulkan ketidaknyamanan

penggunanya.

Angin yang terlalu kencang dapat merusak fisik bangunan.

Bangunan sebaiknya memiliki banyak bukaan dengan jarak yang cukup

di antara bangunan agar pergerakan udara tetap terjamin (Frick, 2006)18

.

Orientasi bangunan sebaiknya diletakkan tegak lurus terhadap arah angin dan

terletak dengan arah dari timur ke barat untuk menanggapi pergerakan

matahari. Ruang disekitar bangunan juga perlu diletakkan pohon sebagai

peneduh dan pastikan tidak menggaggu pergerakan udara yang terjadi. Selain

itu perlu juga diberi tempat resapan air hujan dan penghijauan yang dapat

berupa taman.

18

Frick, Heinz dan Tri Hesti Mulyani. 2006. Arsitektur Ekologis. Yogyakarta:Penerbit Kanisius, Hal.46-47

Page 44: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

44

Gambar 3.7. Skema Orientasi Bangunan dengan konsep ekologis pada iklim tropis

Sumber : Frick, Heinz 2006. Arsitektur Ekologis. Yogyakarta:Penerbit Kanisius hal 40

Patokan dalam membangun bangunan dengan arsitektur ekologis

menurut Frick (2006) adalah :19

1. Menciptakan kawasan penghijauan di antara kawasan

pembangunan sebagai paru-paru hijau.

2. Memilih tapak bangunan yang bebas dari radiasi geobiologis dan

meminimalkan medan elektromagnetik buatan.

3. Mempertimbangkan rantai bahan dan menggunakan bahan

bangunan alamiah.

4. Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam

bangunan.

5. Menghindari kelembapan tanah naik ke dalam konstruksi

bangunan dan memajukan sistem bangunan kering.

6. Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang

mampu mengalirkan uap air.

7. Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan antara

masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan.

8. Mempertimbangkan bentuk dan proporsi ruang berdasarkan aturan

harmonikal.

19

Frick, Heinz dan Tri Hesti Mulyani. 2006. Arsitektur Ekologis. Yogyakarta:Penerbit Kanisius, Hal.4

Page 45: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

45

9. Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak menimbulkan

permasalahan lingkungan dan membutuhkan energi sesedikit

mungkin.

10. Menciptakan bangunan bebas hambatan sehingga dapat

dimanfaatkan oleh semua penghuni.

3.4. SANGGAR SENI LUKIS BERSIFAT INSPIRATIF MELALUI BANGUNAN

YANG MENYESUAIKAN KONDISI TAPAK DENGAN MENGGUNAKAN

ARSITEKTUR EKOLOGIS TROPIS

Dari uraian yang bersifat teoritikal maupun aplikatif pada pembahasan

sebelumnya dapat dilihat jika Inspiratif pada dasarnya dapat dibentuk melalui banyak

hal yang berhubungan dengan visual. Cara mengembangkan inspiratif adalah dengan

mencoba mengolah warna, bentuk, tekstur, proporsi dan skala. Pengolahan tersebut

harus dilakukan dengan menyesuaikan juga ke fungsi ruangnya, kondisi tapaknya, dan

juga jenis arsitekturnya.

Karakter Inspiratif memiliki beberapa unsur, yaitu :

1. Berkembang,

2. Menyesuaikan sekitarnya, dan

3. Tidak monoton.

Penyelesaian ini ditransformasikan dalam beberapa elemen arsitktural, yaitu

bentuk, warna, tekstur, material, dan proporsi/skala. Tabel berikut menunjukkan

transformasi unsur Inspiratif dengan Elemen Arsitekturnya.

Tabel 3.4. Transformasi Unsur Karakter Inspiratif ke dalam Elemen Arsitektur

Unsur Karakter

Inspiratif

Elemen Arsitektur

Bentuk Warna Tekstur Material Proporsi/

Skala

Berkembang √ √ √ √ √

Menyesuaikan √ √ √ √ √

Page 46: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

46

Sekitar

Tidak Monoton √ √ √ √ √

Sumber: Analisis Pribadi 2014

Arsitektur ekologis pada dasarnya merupakan jenis arsitektur yang menyesuaikan

lingkungan terbangunnya. Ekologis yang tropis menjadi pilihan karena lingkungan

bangunannya berada di area beriklim tropis, maka sudah sewajarnya arsitektur

ekologisnya bersifat ekologis tropis. Arsitektur ekologis tropis ini juga terlihat dari

pengolahan :

1. Bentuk bangunan,

2. Proporsi dan skala ruang,

3. Struktur,

4. Material bangunan,

5. Bukaan yang terdapat pada bangunan, dan

6. Sirkulasi

Arsitektur ekologis sangat terlihat dari bagaimana bangunan berinteraksi terhadap

lingkungannya. Arsitektur ekologis ini sangat erat kaitannya dengan pengolahan tapak

berserta pembagian zona pada tapaknya.

Page 47: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

47

BAB IV

DESKRIPSI KAWASAN SLEMAN DAN TAPAK TERPILIH

4.1. KRITERIA KAWASAN

Dalam setiap pembangunan, ada yang disebut dengan Kriteria. Kriteria

merupakan alat ukur untuk menentukan seberapa jauh sebuah proyek akan dijalankan

dan apa saja yang dibutuhkan di dalam pengerjaannya. Kriteria bersifat sebagai

pembatas pada sebuah pola pikir agar tidak keluar dari jalur pemikiran yang seharusnya.

Kriteria kawasan berarti sebuah alat ukur untuk menentukan cocok tidaknya

sebuah kawasan pada sebuah pola pikir proyek pembangunan yang akan dilaksanakan.

Untuk menentukan sebuah kriteria, permsalahan yang diangkat menjadi tolak ukur

pemilihan kawasan yang akan dipilih sebagai tempat pembangunan.

Sesuai dengan permasalahan “Rancangan Sanggar Seni Lukis Inspiratif melalui

bangunan yang menyesuaikan kondisi tapak dengan menggunakan arsitektur ekologis

tropis”, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

a. Pengertian Inspiratif dan dampaknya pada pemilihan lingkungan, dan

b. Lingkungan yang akan digunakan untuk menciptakan kesan kesatuan dengan

bangunan.

c. Arsitektur Ekologis Tropis

Inspiratif dalam hal ini merupakan sesuatu yang berbeda. Dari bahasan pada bab

sebelumnya, telah dibahas bahwa perwujudan inspiratif berdampak pada fasilitas yang

ingin ditawarkan. Hasilnya adalah sebuah asrama bagi pengunjung yang ingin

menginap. Sedangkan, pada bab ini akan dibahas hubungannya dengan lokasi

pembangunan.

Inspiratif memiliki arti pemunculan gagasan yang baru yang dilakukan melalui

pemikiran dan melibatkan banyak faktor. Faktor yang dimaksud meliputi lingkungan

sekitar, kondisi jiwa, dan wawasan pengetahuan. Maka, bangunan dikondisikan

berdasarkan 3 hal tersebut, terutama tentang lingkungan sekitar yang mendukung.

Page 48: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

48

Lingkungan yang akan digunakan untuk menciptakan inspirasi seharusnya

merupakan lingkungan di luar keseharian seseorang. Apabila seseorang terbiasa tinggal

di kota, maka lingkungan desa atau pegunungan dapat memberi kesan tertentu yang

belum pernah dirasakan. Kesan tersebut yang akan menimbulkan kreativitas. Maka,

dalam kasus ini lingkungan pedesaan cukup kontras dengan kehidupan banyak orang

luar desa.

Selain wilayahnya yang baik, lingkungan yang cocok saja bukan satu-satunya

kriteria yang digunakan. Lingkungan yang mudah dicapai orang juga sangat

menentukan eksistensi dari Sanggar Seni Lukis ini. Karena itu daerah yang memiliki

akses yang baik dan mudah menjadi kriteria lainnya juga.

Selain itu kebisingan sekitar juga perlu diperhatikan. Kebanyakan kota besar di

Indonesia memiliki tingkat kebisingan yang besar dan itu merupakan keseharian

manusia yang wajar. Dengan membuat suasana tenang, maka akan memicu kreativitas.

Sama halnya dengan view lingkungan di atas, kebisingan yang berbeda dan tenang juga

menjadi salah satu aspek yang penting.

Lingkungan yang dapat menciptakan kesatuan dengan bangunan menjadi salah

satu permasalahan yang ada. Sebuah bangunan pada dasarnya dibangun di atas tanah,

namun banyak yang mengabaikan aspek lingkungan sekitarnya. Yang dimaksud dengan

kesatuan dalam hal ini adalah ketika sebuah bangunan itu bisa selaras dengan

lingkungan sekitarnya dan memberikan kesan berdiri dan terlihat berdampingan.

Dominasi salah satunya bukan hasil yang ingin dicapai melainkan penciptaan bangunan

yang sama terlihatnya dengan lingkungannya.

Dari deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa kriteria pemilihan lahan untuk

dibangun sanggar seni lukis ini adalah :

a. Lingkungan yang menampilkan view yang berbeda dari keseharian seperti

pedesaan atau pegunungan.

b. Lokasi memiliki tingkat kebisingan yang tidak terlalu besar.

c. Lokasi memiliki akses yang tidak terlalu sulit dicapai, terutama dari daerah

perkotaan.

d. Lokasi memiliki potensi untuk sebuah bangunan dapat terlihat berdampingan

dengan sekitarnya.

Page 49: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

49

4.2. DESKRIPSI WILAYAH SLEMAN

a. Kondisi Geografis Wilayah

Sleman merupakan kabupaten yang terletak pada Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta, terletak di sebelah utara Kota Yogyakarta. Wilayah

Kabupaten Sleman sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, Propinsi

Jawa Tengah; sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa

Tengah; sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi DIY

dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah; dan sebelah selatan berbatasan

dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunung Kidul,

Propinsi D.I.Yogyakarta. Luas wilayah kabupaten Sleman adalah 574,82 km2 atau

sekitar 18% dari luas seluruh Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara

administratif terdiri dari 17 wilayah Kecamatan, 86 Desa, dan 1.212 Dusun.20

Gambar 4.1. Peta Wilayah Kabupaten Sleman

Sumber : http://www.slemankab.go.id/profil-kabupaten-sleman/geografi/peta

Berdasarkan data yang diperoleh dari website kabupaten Sleman, wilayah

Sleman dapat dibagi berdasarkan 3 hal. Pembagian yang pertama adalah

20

http://www.slemankab.go.id/wp-content/file/rpjmd2011/BAB_II_GambaranUmumKondisiDaerah_a.pdf, Hal.1

Page 50: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

50

berdasarkan karakteristik sumberdaya, berdasarkan jalur lintas daerah, dan

berdasarkan pusat-pusat pertumbuhan.

Berdasarkan karakteristik sumberdaya, wilayah Kabupaten Sleman dibagi

menjadi 4 bagian :21

i. Kawasan Lereng Gunung Merapi-Utara

Kawasan lereng gunung merapi merupakan kawasan sumber

daya air dan ekowisata yang memiliki orientasi pada kegiatan di

Gunung Merapi beserta ekosistemnya. Kawasan ini dimulai dari jalan

yang menghubungkan kota Tempel, Turi, Pakem dan Cangkringan

(ringbelt) sampai dengan puncak gunung Merapi.

ii. Kawasan Timur

Kawasan ini merupakan kawasan yang merupakan tempat

peninggalan purbakala berupa candi yang menjadi pusat wisata, daerah

lahan kring, dan sumber bahan batu putih. Kawasan ini meliputi

kecamatan prambanan, sebagian kecamatan kalasan, dan kecamatan

brebah.

iii. Kawasan Tengah-Selatan

Kawasan ini merupakan wilayah aglomerasi kota Yogyakarta

dan merupakan pusat pendidikan, perdagangan, dan jasa. Kawasan ini

meliputi Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Depok dan

Gamping.

iv. Kawasan Barat

Kawasan ini merupakan daerah pertanian lahan basah yang

tersedia cukup air dan sumber bahan baku kegiatan industri kerajinan

mendong, bambu, serta gerabah. Kawasan ini meliputi Kecamatan

Godean, Minggir, Seyegan, dan Moyudan.

Keadaan tanah Kabupaten Sleman di bagian selatan relatif datar kecuali

daerah perbukitan di bagian tenggara Kecamatan Prambanan dan sebagian di

Kecamatan Gamping. Semakin ke utara keadaan tanah relatif miring dan di

21

http://www.rumahjogjaindonesia.com/isi-majalah/rencana-tata-ruang-wilayah-kabupaten-sleman.html

Page 51: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

51

bagian utara sekitar lereng gunung Merapi relatif terjal. (RKPD Kabupaten

Sleman Tahun 2013 II – 3)

Ketinggian wilayah Kabupaten Sleman berkisar antara 100 meter sampai

dengan 2.500 meter di atas permukaan laut (m dpl). Ketinggian tanahnya dapat

dibagi menjadi 4 kelas yaitu ketinggian <100 meter, 100-499 meter, 500-999

meter, dan >1.000 meter dpl. Ketinggian <100 m dpl seluas 6.203 ha, atau

10,79% dari luas wilayah, terdapat di Kecamatan Moyudan, Minggir, Godean,

Gamping, Berbah, dan Prambanan. Ketinggian 100-499 m dpl seluas 43.246 ha,

atau 75,32% dari luas wilayah, terdapat di 17 Kecamatan. Ketinggian 500-999 m

dpl meliputi luas 6.538 ha, atau 11,38% dari luas wilayah, ditemui di Kecamatan

Tempel, Turi, Pakem, dan Cangkringan. Ketinggian >1.000 m dpl seluas 1.495 ha,

atau 2,60% dari luas wilayah, terdapat di Kecamatan Turi, Pakem, dan

Cangkringan.22

b. Kondisi Klimatologis Wilayah

Kondisi iklim di sebagian besar wilayah Kabupaten Sleman termasuk

tropis basah, hari hujan terbanyak dalam satu bulan adalah 25 hari. Kecepatan

angin maksimum 6,00 knots dan minimum 3,00 knots, rata-rata kelembaban nisbi

udara tertinggi 97,0% dan terendah 28,0%. Temperatur udara tertinggi 32° C dan

terendah 24° C. Kondisi agroklimat di atas menunjukkan bahwa iklim di wilayah

Kabupaten Sleman pada umumnya cocok untuk pengembangan sektor

pertanian.23

4.3. PERATURAN WILAYAH SLEMAN

Menurut Peratuan Daerah Kabupaten Sleman No. 12 Tahun 2012 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2011-2031 Pasal 3 ayat (2),

wilayah Sleman digunakan sebagai :

a. Pengintegrasian dan pengembangan pusat kegiatan di luar kawasan bencana,

b. Pengelolaan kawasan rawan bencana alam dan kawasan lindung geologi,

22

http://www.slemankab.go.id/wp-content/file/rpjmd2011/BAB_II_GambaranUmumKondisiDaerah_a.pdf, Hal.2-3 23

http://www.slemankab.go.id/wp-content/file/rpjmd2011/BAB_II_GambaranUmumKondisiDaerah_a.pdf, Hal.5

Page 52: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

52

c. Pemeliharaan kelestarian fungsi lingkungan hidup,

d. Pengembangan kawasan pertanian dala rangka keamanan dan ketahanan pangan,

e. Pengmbangan kawasan pariwisata terintegrasi,

f. Pengembangan kawasan pendidikan,

g. Pengembangan industry menengah, kecil, dan mikro yang ramah lingkungan,

h. Pengembangan kawasan pemukiman yang aman, nyaman, dan berwawasan

lingkungan,

i. Pemantapan prasarana wilayah,

j. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara.

Sanggar seni lukis merupakan sarana pendidikan dan seperti tercantum dalam

poin f yang menyebutkan bahwa Sleman merupakan daerah pengembangan kawasan

pendidikan, yang berarti kawasan Sleman dapat dibangun Sanggar seni lukis. Menurut

peraturan daerah Sleman itu juga disebutkan adanya strategi dalam pengembangan

kawasannya. Strategi dalam pengembangan kawasan pendidikan di Sleman

sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (2) poin f meliputi :

a. Melakukan revitalisasi pendidikan, dan

b. Mengembangkan prasarana dan sarana pendidikan.

Dari peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan prasarana dan

saran pendidikan dengan membangun prasarana dapat dilakukan. Pengembangan

dengan membangun Sanggar seni lukis inspiratif guna memperkaya pengetahuan dan

ilmu masyrakat dan pendatang menjadi salah satu hal yang dapat dilakukan di

kabupaten Sleman. Pengembangan ini juga mungkin akan memicu perkembangan di

bidang selain pendidikan seperti ekonomi dan pariwisata, mengingat kesenian dapat

dijadikan barang yang dapat menarik wisatawan dan memajukan perekonomian daerah.

Untuk peraturan menyangkut dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) pada

wilayah Kabupaten Sleman telah ditetapkan oleh bupati Sleman. Menurut peraturan

daerah No.11 tahun 2007 tentang pembangunan, KDB wilayah Sleman cukup beragam.

Pada dasarnya, besarnya KDB dibedakan berdasarkan jenis tanahnya. KDB di

Kabupaten Sleman berkisar antara 40%-60%.

Page 53: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

53

4.4. POTENSI WILAYAH

Pada umumnya, wilayah Sleman sangat berpotensi untuk pertanian. Namun, di

beberapa daerah juga digunakan untuk kawasan pemukiman dan pariwisata. Kawasan

Pendidikan terletak baik di kawasan pemukiman dan wisata. Pada daerah selatan

Sleman banyak digunakan untuk pemukiman dan pendidikan. Untuk dekat lereng

merapi lebih mengarah ke pertanian dan pertambangan. Berikut merupakan potensi

pengembangan wilayah di Kabupaten Sleman meliputi beberapa kawasan antara lain :24

a. Kawasan Pertanian

Kawasan ini meliputi kawasan pertanian lahan basah seluas 21.386 hektar

dan kawasan pertanian lahan kering sebesar 9.172 hektar yang tersebar di 17

kecamatan.

Gambar 4.2. Kawasan Pertanian di Kabupaten Sleman

Sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2013/06/01/nusantara-indonesia-negeri-

agraris-maritim-565231.html

b. Kawasan Pertambangan tersebar di :

ii. Batu Kapur di Kecamatan Gamping,

iii. Breksi batu apung di kecamatan Brebah dan Prambanan,

iv. Andesit di Kecamatan Tempel, Pakem, Turi, Cangkringan, Godean,

Sayegan, dan Prambanan,

v. Tanah liat di Kecamatan Tempel, Godean, Sayegan, Sleman, Gamping,

Prambanan, dan Berbah.

vi. Pasir dan kerikil di seluruh kecamatan di Kabupaten Sleman.

24

http://www.slemankab.go.id/wp-content/file/rpjmd2011/BAB_II_GambaranUmumKondisiDaerah_a.pdf, Hal.17-22, 25,dan 39

Page 54: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

54

Gambar 4.3. Kawasan Pertambangan Pasir Merapi di Kabupaten Sleman

Sumber : http://www.mongabay.co.id/2012/09/20/tambang-pasir-merapi-menggerus-alam-dan-

kesehatan-warga-cangkringan/

c. Kawasan Industri

Kawasan ini meliputi lahan seluas 299 hektar di Kecamatan Gamping,

Berbah, dan Kalasan.

d. Kawasan Pemukiman

Kawasan ini meliputi kawasan permukiman perdesaan seluas 10.733

hektar dan kawasan permukiman perkotaan sebesar 12.590 hektar yang tersebar di

17 kecamatan.

e. Kawasan Pariwisata

Kawasan ini meliputi tema wisata alam, tema wisata budaya, tema wisata

perkotaan dan tema wisata pertanian.

Gambar 4.4. Kawasan Pariwisata Kaliuran di Kabupaten Sleman

Sumber : https://image.google.com/search?q=kawasan+pariwisata+sleman

f. Kawasan Hutan

Kawasan ini merupakan kawasan hutan rakyat seluas 4.167 hektar yang

tersebar di Kecamatan Gamping, Seyegan, Prambanan, Turi, Pakem dan

Cangkringan.

g. Kawasan Pertahanan dan Keamanan

vii. Kompi C Batalyon Infanteri 403 dan Kompi Panser 2 Batalyon Kavaleri 2

di Kecamatan Gamping.

Page 55: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

55

viii. Batalyon Infanteri 403 di Kecamatan Depok.

ix. Bandar Udara Adisutjipto dan Pangkalan Udara TNI AU Adisutjipto di

Kecamatan Depok dan Berbah.

Menurut data statistik Kabupaten Sleman, pertambahan jumlah penduduk di

Sleman sangat pesat. Lahan pertanian yang terkonversi terus meningkat dari tahun ke

tahun. Pada tahun 1987 luas lahan pertanian sebesar 26.493 hektar dan pada tahun 2007

telah menurun menjadi 23.062 hektar. Bila dibandingkan dengan kenaikan jumlah

penduduk dari 730.889 di tahun 1987 menjadi 1.026.767 jiwa di tahun 2007, maka

sangat terlihat bahwa hal ini pasti berdampak pada naiknya total lahan pertanian yang

dikonversi karena meningkatnya kepadatan penduduk. Hal ini terus berlanjut sampai

tahun-tahun berikutnya.25

Dengan bertambahnya jumlah penduduk di Kabupaten Sleman, maka

perkembangan kota sangat terlihat berkembang ke arah Sleman. Dengan perkembangan

yang terus meningkat, maka dapat menjadi nilai lebih untuk sebuah peluang dalam hal

ekonomi, budaya, dan pendidikan. Dengan demikian, untuk tahun-tahun ke depan,

sebuah sanggar seni lukis yang menjadi salah satu bagian dari penyebaran pendidikan

di bidang seni dan budaya menjadi sangat berpeluang besar. Maka, Sleman menjadi

tempat yang cocok karena arah perkembangannya dan lokasinya yang masih banyak

memiliki unsur alami.

4.5. DESKRIPSI PEMILIHAN LOKASI

a. Lokasi dan Pelingkup Tapak

Terdapat dua tapak yang menjadi bahan pertimbangan. Kedua tapak dapat

diakses melalui Jalan Kaliurang. Tapak pertama terdapat di jalan Ngalangan yang

menghubungkan antara Jalan Kaliurang km.10 dengan Jalan Magelang sedangkan

Tapak kedua berada di pinggir Jalan Kaliurang km.12. Kedua tapak terdapat di

kecamatan Ngaglik yang merupakan kawasan pendidikan, perdagangan, dan jasa.

Maka, kedua tapak yang dipilih memenuhi syarat tersebut.

25

http://www.slemankab.go.id/wp-content/file/rpjmd2011/BAB_II_GambaranUmumKondisiDaerah_b.pdf

Page 56: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

56

Gambar 4.5. Peta lokasi tapak pertama

Sumber : Data Pribadi

Pada lokasi tapak pertama merupakan daerah yang banyak dibangun

pertokoan, perumahan, dan beberapa ladang persawahan serta kebun. Tapak yang

pertama masuk ke dalam jalan lingkungan yang dapat diakses dari Jalan

Kaliurang maupun Jalan Magelang, karena merupakan daerah yang

menghubungkan keduanya. Di sekitar tapak pertama banyak terdapat persawahan

dan tapak tersebut juga dulunya adalah sawah dilihat dari letaknya yang

menempel pada sawah. Tapak pertama ini menghadap ke arah utara.

Lokasi tapak I

Lokasi tapak II

Page 57: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

57

Gambar 4.6. Peta lokasi tapak pertama

Sumber : Data Pribadi

Dilihat dari gambar di atas, tapak berada di antara area persawahan.

Disekitarnya terdapat banyak perumahan dan beberapa pertokoan. Untuk masuk

ke dalam tapak, harus melewati Jalan Kaliurang kemudian masuk ke jalan

Ngalangan yang terletak di jalan kaliurang km.10. Pada dasarnya, jalan

Ngalangan ini dipenuhi oleh perumahan warga dan beberapa area pertokoan.

Setelah masuk cukup dalam, akan terlihat beberapa persawahan dan tapak

dikelilingi oleh persawahan tersebut. Jika melanjutkan masuk lebih dalam lagi,

banyak ditemukan perumahan warga baik perumahan lama maupun baru.

Untuk lokasi tapak yang kedua berada di jalan utama yaitu jalan Kaliurang.

Daerah sekitar tapak merupakan pertokoan di timur tapak yang berada di seberang

jalan, beberapa perumahan di utara tapak, dan persawahan di bagian barat tapak.

Lokasi tapak dapat dilihat dengan sangat jelas dan dapat ditemukan dengan

mudah karena lokasinya yang berada di jalan utama. Tapak kedua ini menghadap

ke arah timur.

Page 58: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

58

Gambar 4.7. Peta lokasi tapak kedua

Sumber : Data Pribadi

Dari gambar di atas, terlihat jelas bahwa tapak dikelilingi pertokoan yang

dilambangkan dengan blok warna coklat tua yang berada di seberang tapak,

perumahan yang dilambangkan dengan blok warna oranye di utara tapak, dan

persawahan dengan blok warna hijau tua. Untuk mengakses tapak tersebut sangat

mudah karena tidak perlu masuk ke jalan lingkungan.

b. Kondisi Tapak

i. Tapak Pertama

Tapak pertama merupakan tapak yang berada pada jalan yang

menhubungkan jalan Kaliurang dengan jalan Magelang. Berdasarkan data

yang diperoleh dari lapangan, kondisi tanah di daerah tersebut cukup rata

dengan kemiringan tanah sekitar 2-3%. Tapak pertama ini merupakan

tanah kosong yang ditumbuhi rumput alang-alang. Pada tapak ini juga

terdapat sistem pengairan untuk persawahan yang digunakan untuk

pengairan sawah disekitar tapak.

Page 59: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

59

Gambar 4.8. Tampak atas tapak pertama

Sumber : Data Pribadi

Tapak pertama ini memiliki luasan sekitar 8208 m2 dengan lebar

±76 m dan panjang ±108 m. Dari gambar di atas terlihat bahwa sebagian

besar yang berbatasan dengan tapak merupakan area persawahan. Di dekat

tapak pertama ini terdapat beberapa bangunan kecil yang difungsikan

sebagai perumahan dan pertokoan.

Gambar 4.9. Kondisi tapak pertama

Sumber : Data Pribadi

Kondisi jalan menuju tapak tidak terlalu besar mengingat

merupakan jalan lingkungan. Jalan sudah terbuat dari aspal dan dapat

dilewati kendaraan umum. Kebisingan yang dihasilkan dari sekitar tidak

terlalu besar juga karena tidak berbatasan langsung dengan bangunan

tertentu ataupun tempat yang menghasilkan kebisingan tinggi. Jalan tidak

dilalui begitu banyak kendaraan sehingga tidak bising.

1

2

4

3

2 1

Page 60: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

60

Gambar 4.10. Kondisi jalan sebelah tapak pertama

Sumber : Data Pribadi

Selain jalan lingkungan yang menghubungkan tapak dengan jalan

kaliurang, terdapat juga jalan kecil di sebelah timur tapak yang

menghubungkan jalan lingkungan dengan persawahan di selatan tapak.

Jalan ini masih berupa jalan tanah dan hanya merupakan jalan buntu. Jalan

ini jarang sekali dilalui kendaraan bermotors sehingga hamper tidak

menimbulkan kebisingan sama sekali. Kendaraan yang sering melewati

jalan ini hanyalah sepeda milik petani yang menggarap sawah di belakang

tapak.

ii. Tapak Kedua

Tapak kedua merupakan tapak yang berada di jalan kaliurang

km.12. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, kondisi tanah di

daerah tersebut berkontur dengan ketinggian tanah yang beragam. Tapak

kedua ini merupakan tanah kosong yang ditumbuhi rumput alang-alang.

Pada tapak ini terdapat sebuah saluran pembuangan air berupa selokan

kecil yang melintang di daerah depan tapak.

3 4

Page 61: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

61

Gambar 4.11. Tampak atas tapak kedua

Sumber : Data Pribadi

Tapak kedua ini memiliki luasan sekitar 8.937 m2 dengan ukuran

seperti yang terlihat pada gambar 3.12. Dari gambar tersebut terlihat

bahwa sebagian besar yang berbatasan dengan tapak merupakan area

persawahan namun di seberang tapak merupakan area pertokoan. Batas

sebelah selatan berbatasan dengan lahan milik sebuah rumah makan.

Terlihat jelas pada gambar bahwa tapak memiliki kontur yang semakin ke

belakang semakin tinggi.

Gambar 4.12. Kondisi tapak kedua

Sumber : Data Pribadi

Kondisi jalan menuju tapak merupakan jalan utama yang memiliki

arus kendaraan yang cukup ramai mengingat jalan kaliurang yang

1

2

4

3

2 1

Page 62: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

62

memang cukup padat kendaraan. Jalan terbuat dari aspal dan sering

dilewati kendaraan. Kebisingan yang dihasilkan dari sekitar cukup besar

juga karena berbatasan langsung dengan jalan kaliurang. Meski dari segi

kebisingan lebih tinggi daripada tapak pertama, namun lokasi tapak kedua

ini lebih mudah ditemukan daripada lokasi tapak pertama.

Gambar 4.13. Kondisi jalan sebelah tapak kedua

Sumber : Data Pribadi

c. Kelebihan Tapak

Setiap tapak memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dalam

kasus ini, kedua tapak bukannya tidak cocok. Kedua tapak sebenarnya memiliki

kelebihan masing-masing dan semuanya dapat digunakan dengan baik dalam

membangun sebuah Sanggar Seni Lukis. Berikut merupakan tabel perbandingan

antara lokasi tapak pertama dan tapak kedua.

Tabel 4.1. Perbandingan kelebihan pada lokasi pertama dengan lokasi kedua

Lokasi I Lokasi II

Akses Biasa 3 Sangat Mudah 5

Tingkat

kebisingan

Rendah 4 Lebih tinggi 2

Luasan ± 8,202 m2 3 ± 8,937 m

2 3

Kondisi tanah Datar/Mudah 5 Berkontur/Susah 3

Padat kendaraan Rendah 4 Lebih Tinggi 2

Lingkungan

sekitar

Persawahan > perumahan

> pertokoan

- Pertokoan > persawahan >

perumahan

-

Total 21 17

Sumber : Analisis Pribadi 2014

3 4

Page 63: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

63

Tapak pertama, dengan lokasinya yang terdapat di jalan lingkungan dan

jauh dari jalan utama menjadikan lokasi ini lebih terisolasi daripada lokasi kedua.

Lokasi pertama memiliki beberapa kelebihan terlebih dalam hal ketenangan.

Lokasi ini tidak bising dan tetap mudah untuk di akses. Keberadaan lingkungan

sekitar paling besar merupakan persawahan dan tidak banyak bangunan tinggi di

sekitar tapak. Hal ini berpengaruh pada view yang lebih dekat kepada alam sekitar

yang masih asri. Frekuensi kendaraan yang melewati tapak tidak terlalu padat,

sehingga polusi suara maupun asap sedikit. Kondisi tanah datar tanpa kontur,

sehingga lebih mudah dibangun dan tidak perlu melakukan pekerjaan perataan

tanah. Dengan luasan tanah lebih dari 8,000 m2 sudah cukup besar untuk

pembangunan sebuah sanggar seni lukis.

Tapak kedua, dengan lokasinya terdapat di jalan utama Kaliurang

menjadikan lokasi ini sangat mudah terlihat. Lokasi kedua ini memiliki beberapa

kelebihan terutama pada kemudahan masyarakat untuk menemukan tapak. Lokasi

ini banyak dilewati kendaraan dan memiliki banyak fasilitas di sekitarnya seperti

pertokoan. Meski banyaknya pertokoan, tapak ini tetap memiliki batas dengan

area persawahan dan ini menjadikan factor view dari tapak sudah baik. Kondisi

tanah berkontur memungkinkan bentuk bangunan dan susunan bangunan menjadi

lebih kreatif dan menarik. Dengan luasan lebih dari 8.000 m2 sudah cukup besar

untuk pembangunan sebuah sanggar seni lukis.

Bila dilihat dari deskripsi kedua tapak di atas, maka dapat ditemukan

cukup banyak potensi yang dapat dihasilkan dari masing-masing tapak. Dari

tingkat kesunyian dan view tapak pertama memang lebih unggul daripada tapak

kedua, sedangkan dari tingkat kemudahan akses dan fasilitas pendukung lebih

baik pada tapak kedua jika dibandingkan dengan tapak pertama. Dari segi luasan

lahan, kedua tapak memiliki luasan yang besar.

Page 64: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

64

BAB V

ANALISIS PERANCANGAN SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS DI

YOGYAKARTA

5.1. ANALISIS FUNGSI BANGUNAN

6.1.1. Analisis Pelaku dan Kegiatan

Pelaku dan kegiatan merupakan aspek penting untuk menemukan ruang.

Dengan mengetahui pelaku yang terlibat di dalam suatu bangunan dan

kegiatannya, maka ruang yang berhubungan dengan keduanya dapat

ditemukan.

Tabel 5.1. Pelaku dan kegiatan utama pada Sanggar Seni Lukis

No Nama Pelaku Nama Kegiatan

1 Peserta Sanggar Menghadiri kelas, melukis, menghadiri

pameran lukisan, menitipkan lukisan

untuk dijual, makan dan minum, mencari

referensi.

2 Pengajar Sanggar Menghadiri kelas, mengajar, melukis,

menghadiri pameran lukisan, makan dan

minum, mencari referensi.

3 Pengunjung Sanggar Melihat lukisan, melihat kegiatan

sanggar, menghadiri pameran lukisan,

makan dan minum, mencari referensi,

membeli lukisan dan souvenir. Sumber : Analisis Pribadi 2014

Tabel 5.2. Pelaku dan kegiatan pembantu pada Sanggar Seni Lukis

No. Nama Pelaku Nama Kegiatan

1 Penasehat Memantau kinerja kepengurusan,

menerima laporan berkala dari ketua,

menulis laporan.

2 Ketua Memantau kinerja bawahan, menulis

laporan berkala, menerima laporan dari

bawahan.

Page 65: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

65

3 Sekretaris Membuat laporan, memberikan laporan

kepada ketua, menerima laporan yang

ditujukan kepada ketua.

4 Bendahara Membuat laporan, memberikan laporan

kepada ketua, mengurus keuangan,

melayani pembayaran.

5 Humas dan Promosi Menyusun program/acara, merancang

pesan tematik, membuat iklan,

melakukan pemasaran, memberikan

kesan pada masyarakat mengenai sanggar

seni lukis, membuat laporan.

6 Kependidikan Menyusun kurikulum, memantau kinerja

pengajar, membuat laporan.

7 Keamanan dan

Kebersihan

Menjaga kebersihan dan keamanan,

membuat laporan. Sumber : Analisis Pribadi 2014

6.1.2. Analisis Kelompok Kegiatan

1. Peserta Sanggar

Gambar 5.1. Urutan Kegiatan Peserta Sanggar

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Page 66: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

66

2. Pengajar Sanggar

Gambar 5.2. Urutan Kegiatan Pengajar Sanggar

Sumber : Analisis Pribadi 2014

3. Pengunjung Sanggar

Gambar 5.3. Urutan Kegiatan Pengunjung Sanggar

Sumber : Analisis Pribadi 2014

4. Penasehat

Gambar 5.4. Urutan Kegiatan Penasehat Sanggar

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Page 67: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

67

5. Ketua/Pengelola

Gambar 5.5. Urutan Kegiatan Pengelola Sanggar

Sumber : Analisis Pribadi 2014

6. Sekretaris

Gambar 5.6. Urutan Kegiatan Sekretaris Pengelola Sanggar

Sumber : Analisis Pribadi 2014

7. Bendahara

Gambar 5.7. Urutan Kegiatan Bendahara Pengelola Sanggar

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Page 68: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

68

8. Humas dan Promosi

Gambar 5.8. Urutan Kegiatan Humas dan Promosi Sanggar

Sumber : Analisis Pribadi 2014

9. Kependidikan

Gambar 5.9. Urutan Kegiatan Bagian Kependidikan Sanggar

Sumber : Analisis Pribadi 2014

10. Keamanan dan Kebersihan

Gambar 5.10. Urutan Kegiatan Bagian Keamanan dan Kebersihan Sanggar

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Page 69: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

69

6.1.3. Analisis Kebutuhan Ruang

Berdasarkan pelaku dan kegiatan utama yang telah dirinci pada tabel di

atas, maka fasilitas utama yang akan diberikan meliputi :

1. Ruang Lobi : merupakan ruang perantara yang menghubungkan

ruang satu dengan ruang lainnya untuk mempermudah akses dalam

bangunan.

2. Ruang Kelas Sanggar : berfungsi untuk mewadahi kegiatan peserta

sanggar dalam belajar seni lukis dan bagi pengajar sanggar untuk

mengajar para peserta.

3. Ruang Pameran : berfungsi untuk mewadahi kegiatan pameran

lukisan bagi peserta sanggar, pengajar sanggar, dan pengunjung

sanggar. Selain itu juga termasuk ruang yang digunakan untuk jual-

beli souvenir ataupun lukisan.

4. Ruang Pengajar : berfungsi untuk mewadahi kegiatanistirahat,

makan dan minum bagi pengajar sanggar seni lukis.

5. Ruang Perpustakaan : berfungsi untuk pencarian referensi tentang

seni dan budaya.

6. Gudang Penyimpanan : merupakan ruang yang difungsikan untuk

menyimpan alat-alat, bahan lukisan, ataupun lukisan itu sendiri

apabila tidak terpakai agar tidak berserakan di ruang kelas.

7. Ruang Pengelolaan Sanggar : merupakan ruang tempat para

pengelola sanggar melakukan seluruh aktifitas mereka. Ruang

pengelola meliputi ruang kerja penasehat, ketua, dan sekretaris.

8. Ruang Administrasi : merupakan ruang tempat para petugas

administrasi melakukan seluruh aktifitas mereka. Ruang

Administrasi meliputi ruang kerja bendahara, bagian humas, dan

bagian kependidikan.

9. Ruang Karyawan : merupakan ruang istirahat karyawan yang

meliputi petugas keamanan dan kebersihan ketika sedang tidak

melakukan kegiatannya.

Page 70: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

70

10. Pantri dan Restaurant : merupakan fasilitas pendukung aktifitas yang

berhubungan dengan konsumsi makan dan minum. Pantri merupakan

tempat makan khusus pegawai dan karyawan, sedangkan restaurant

merupakan tempat makan dan minum untuk umum.

Tabel 5.2. Pembagian Zona Ruang

No Nama Ruang Pembagian Zona

1 Lobi Netral

2 Ruang Sanggar PENDIDIKAN

3 Ruang Pameran HIBURAN

4 Ruang Pengajar PENDIDIKAN

5 Perpustakaan PENDIDIKAN

6 Gudang Penyimpanan Fasilitas Pendukung

7 Ruang Pengelola Sanggar PENGELOLAAN

8 Ruang Administrasi PENGELOLAAN

9 Ruang Karyawan PENGELOLAAN

10 Pantri dan Restaurant Fasilitas Pendukung

Sumber : Analisis Pribadi 2014

5.2. ANALISIS RUANG

Analisis ruang adalah analisis membahas mengenai besaran ruang dalam maupun

ruang luar serta hubungan antar ruangnya. Berikut merupakan penjelasa dan analisis

ruang.

Page 71: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

71

5.2.1. Hubungan Ruang

Gambar 5.11. Hubungan Ruang

Sumber : Analisis Pribadi 2014

5.2.2. Analisis Dimensi Ruang Dalam

Tabel 5.3. Pembagian Zona Ruang

No. Nama Ruang Asumsi Perabot/Kapasitas Dimensi Total

1 Lobi Informasi

Asumsi 2 petugas, butuh 1

susunan = 4,8m2

Membutuhkan 2 susunan =

4,8m2 x 2 = 9,6m2

Kapasitas pengguna : 50

Kebutuhan tiap orang :

1,2m2

1,2m2 x 50 org = 60m2

Dimensi perabot

= 9,6m2 + 60m2

= 69,6m2

Dimensi Ruang

= 69,6m2 x 160%

= 111,36m2

110m2

2 Ruang Sanggar Meja dan Kursi Murid

Sanggar

Dimensi Perabot

= 24m2 + 1,2m2

+ 2,2m2

= 27,4m2

Dimensi Ruang

= 27,4m2 x 160%

44m2

x6 kelas

= 264m2

2,4

1

Page 72: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

72

Asumsi maksimal murid per

kelas : 20

Ukuran total = 24m2

Meja dan Kursi Pengajar

Sanggar

Maksimal pengajar per

kelas : 1

Ukuran total = 1,2m

Lemari Penyimpanan

Asumsi 1 lemari untuk 10

org, 20 butuh 2 lemari =

2,2m2

= 43,84m2

3 Ruang Pengajar Meja dan Kursi Pengajar

1 Meja besar untuk 6 orang

pengajar = 7,2m2

Lemari Penyimpanan

Asumsi 1 lemari untuk 2

org, 6 butuh 3 lemari =

3,3m2

Dimensi Perabot

= 7,2m2 + 3,3m2

= 10,5m2

Dimensi Ruang

= 10,5m2 x 160%

= 16,8m2

17m2

4 Galeri Resepsionis dan Informasi Dimensi perabot

= 9,6m2 + 600m2

= 609,6m2

Dimensi Ruang

= 609,6m2 x

160%

975m2

1,2

1

2,1

1

2,2

0,5

3,6

2

2,2

0,5

Page 73: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

73

Asumsi 2 petugas, butuh 1

susunan = 4,8m2

Membutuhkan 2 susunan =

4,8m2 x 2 = 9,6m2

Kapasitas pengguna : 500

Kebutuhan tiap orang :

1,2m2

1,2m2 x 500 org = 600m2

= 975,36m2

5 Perpustakaan Rak Buku

Kapasitas 24 rak buku =

26,4m2

Meja dan Kursi Baca

1 meja untuk 6 orang,

kapasitas duduk 48 orang,

butuh 8 susunan meja kursi

= 57,6m2

Meja Kursi Petugas

Perpustakaan

Asumsi 2 petugas

perpustakaan, butuh 1

susunan = 4,8m2

Loker

Dimensi Perabot

= 26,4m2 +

57,6m2 + 4,8m2

+ 4,4m2

= 93,2m2

Dimensi Ruang

= 93,2m2 x 160%

= 149,12m2

149,5m2

2,4

1

2,2

0,5

3,6

2

2,4

1

2,2

0,5

Page 74: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

74

1 loker untuk 20 orang,

butuh 4 loker = 4,4m2

6 Ruang

Administrasi

Sanggar

Meja dan Kursi

1 susunan meja kursi untuk

6 orang, bila diperlukan

rapat kecil dapat digunakan,

butuh 1 meja kursi

= 7,2m2

Meja pelayanan

1 susunan meja kursi

melayani 3 orang sekaligus,

jumlah meja 1

= 6,72m2

Lemari Berkas

Asumsi 1 lemari untuk 2

orang, 9 orang butuh 5

lemari = 5,5m2

Ruang Tamu

Kapasitas susunan meja

kursi tamu untuk maksimal

6 orang, butuh 1 susunan

= 10,44m2

Dimensi Perabot

= 7,2m2 +

6,72m2 + 5,5m2

+ 10,44m2

= 29,86m2

Dimensi Ruang

= 29,86m2 x

160%

= 47,776m2

48m2

7 Ruang Pengelola

Sanggar

Meja Kursi Pengawas,

Pengelola, dan Sekretaris

Dimensi Perabot

= 5,4m2 + 3,3m2

+ 10,44m2

= 19,14m2

31m2

3,6

2

2,8

2,4

2,2

0,5

1,8

5,8

Page 75: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

75

1 susunan meja kursi untuk

2 orang, butuh 3 susunan

= 5,4m2

Lemari berkas

Asumsi 1 lemari untuk 1

orang, butuh 3 = 3,3m2

Ruang Tamu

Kapasitas susunan meja

kursi tamu untuk maksimal

6 orang, butuh 1 susunan

= 10,44m2

Dimensi Ruang

= 19,14m2 x

160%

= 30,624m2

8 Ruang

Karyawan

Ruang Duduk Karyawan

Kebersihan

Kapasitas ruang duduk

karyawan 12 orang, butuh 2

susunan

= 20,88m2

Lemari/Loker Karyawan

Kebersihan

Asumsi 1 loker untuk 4

Dimensi Perabot

= 20,88 + 3,3 +

13,44 + 2,2

= 39,82m2

Dimensi Ruang

= 39,82 m2 x

160%

= 63.82m2

64m2

1,2

1,5

2,2

0,5

1,8

5,8

1,8

5,8

2,2

0,5

Page 76: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

76

orang, butuh 3 loker

= 3,3m2

Ruang Duduk Petugas

Keamanan

Kapasitas ruang duduk

karyawan 6 orang, butuh 1

susunan

= 10,44m2

+Area CCTV 3m2

=13,44m2

Lemari/Loker Karyawan

Kebersihan

Asumsi 1 loker untuk 4

orang, butuh 2 loker

= 2,2m2

9 Ruang Rapat Susunan Meja Kursi Rapat

Kapasitas meja kursi 9

orang diperuntukkan rapat

besar, butuh 1 susunan

= 12,96m2

Dimensi Perabot

= 12,96m2

Dimensi Ruang

= 12,96m2 x

160%

= 20,736m2

21m2

10 Gudang

Penyimpanan

Mampu menyimpan barang

20x dimensi manusia

= 1,2m2 x 20

24m2

Dimensi perabot

= 24m2

Dimensi Ruang

= 24m2 x 160%

= 42m2

42m2

11 Pantri Kapasitas pantri 24 orang

Butuh 6 susunan

= 47,04m2

Dimensi Perabot

= 47,04m2

Dimensi Ruang

= 47,04m2 x

160%

= 75,264m2

75,2m2

1,8

5,8

2,2

0,5

5,4

2,4

2,4

2,4

Page 77: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

77

12 Restaurant Kapasitas restaurant 100

orang

Susunan Meja Kursi 1

Butuh 16 susunan

= 125,44m2

Susunan Meja Kursi 2

Butuh 6 susunan

= 62,64m2

Dimensi Perabot

= 125,44m2 +

62,64m2

= 188,08m2

Dimensi Ruang

= 188,08m2 x

160%

= 300,928m2

300m2

13 Dapur Dapur Pantri

Counter

Butuh 1 susunan = 1,2m2

Area Masak

Butuh 1 susunan = 7,2m2

Dapur Restauran

Counter

Butuh 1 susunan = 1,2m2

Dapur Pantri

Dimensi Perabot

= 1,2m2 + 7,2m2

= 8,4m2

Dimensi Ruang

= 8,4m2 x 160%

= 13,44m2

Dapur Restauran

Dimensi Perabot

= 1,2m2 +

12,24m2

= 13,44m2

Dimensi Ruang

= 13,44m2 x

160%

= 21,504m2

Dapur

Pantri

13,5m2

Dapur

Restauran

21,5m2

2,4

2,4

1,8

5,8

1,2

1

3,6

2

1,2

1

Page 78: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

78

Area Masak

Butuh 1 susunan = 12,24

14 Lavatori Lavatori A :

Toilet

Butuh 6 per lokasi (3 pria, 3

wanita) = 8,64m2

Urinal :

Butuh 3 per lokasi = 1,05m2

Wastafel :

Butuh 2 per lokasi = 0,7m2

Lavatori B (Pengelolaan)

Toilet

Butuh 1 per kamar

= 1,44m2

Wastafel

Butuh 1 per kamar= 0,35m2

Lavatori A :

Dimensi Perabot

= 8,64m2 +

1,05m2 + 0,7m2

= 10,39m2

Dimensi Ruang

= 10,39m2 x

160%

= 16,624m2

Lavatori B :

Dimensi Perabot

= 1,44m2 +

0,35m2

= 1,79m2

Dimensi Ruang

= 1,79m2 x 2

= 3,58m2

A :

17m2x4

= 68m2

B : 4m2x2

= 8m2

Total

2207m2

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Catatan Tambahan :

1. Ruang rapat dan Ruang pengelola digabung menjadi 1

2. Penempatan lavatori :

a. Lavatori A : dua buah di dekat Lobi, galeri, dan

perpustakaan, dua buah di antara ruang sanggar.

b. Lavatori B : dua buah berada di dekat ruang pengelola,

ruang karyawan, dan ruang administrasi.

3,6

3,4

1,2

1,2

1,2

1,2

Page 79: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

79

5.2.3. Analisis Ruang Luar

Analisis ini membahas tentang potensi yang dapat diolah dari ruang luar

sebuah lokasi bangunan. Ruang luar dapat digunakan untuk berbagai macam

kegiatan baik yang mendukung fungsi bangunan maupun untuk penunjang

seperti keindahan view dalam lokasi. Ruang luar dibedakan menjadi 2 jenis,

yaitu :

1. Ruang luar aktif, adalah ruang luar yang digunakan untuk mendukung

kegiatan utama yang ada dalam bangunan. Contoh pemanfaatan ruang luar

aktif adalah penggunaan lahan parkir.

2. Ruang luar pasif, adalah ruang luar yang digunakan untuk lahan yang

tidak berhubungan dengan fungsi bangunan namun sebagai penunjang.

Contoh penggunaan ruang luar pasif adalah pengadaan lahan hijau, lahan

resapan air, dan sebagai tempat tumbuhnya vegetasi sebagai peredam

kebisingan.

Taman

Taman merupakan pengolahan ruang luar secara pasif. Fungsi taman

adalah sebagai aspek penghijauan pada tapak sekaligus menjadi aspek daerah

resapan. Selain itu, dalam menjaga kebisingan agar tidak masuk ke dalam

bangunan, taman digunakan sebagai peredam kebisingan. Fungsi lainnya pada

taman adalah sebagai area santai yang dapat digunakan oleh para pelaku

sanggar dan galeri seni lukis.

Luasan taman akan menyesuaikan dengan sisa daerah pada tapak yang

tidak terpakai. Sangat diusahakan taman mencakup seluruh bagian tapak agar

dapat menjadi view yang baik ketika dilihat dari dalam maupun luar tapak.

Taman juga digunakan untuk area sirkulasi dari 1 zona ke zona lainnya dan

juga digunakan untuk pameran outdoor. Luasan taman merupakan 40% dari

luasan tapak yang berarti 40% dari 8.937m2 = 3.574m2.

Page 80: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

80

Lahan Parkir

Lahan parkir dibagi menjadi 3 area, yaitu lahan parkir umum, lahan parkir

pegawai dan karyawan, dan lahan parkir khusus penginapan. Perhitungan

luasan lahan parkir disesuaikan dengan kapasitas bangunan dan jumlah

masing-masing pelaku.

Gambar 5.12. Perhitungan area parkir mobil

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Gambar 5.13. Perhitungan area parkir bus

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Page 81: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

81

Gambar 5.14. Perhitungan area parkir motor

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Untuk area parkir umum kapasitas 620 orang dengan rincian 120 orang

siswa dan 500 pengunjung galeri. Asumsikan bahwa 200 pengunjung

menggunakan sepeda motor, 260 pengunjung menggunakan mobil, dan

sisanya 160 bus. Jika 1 mobil mewakili 4 orang dan 1 bus mewakili 40 orang,

maka dibutuhkan kapasitas 200 motor, 50 mobil, dan 4 bus.

Untuk area parkir pegawai dan karyawan kapasitas 33 orang. Untuk area

parkir ini asumsikan 23 orang menggunakan sepeda motor dan 10 orang

menggunakan mobil. Dibutuhkan 23 parkir motor dan 10 parkir mobil.

Letaknya dipisahkan dari area parkir umum.

Luasan untuk seluruh ruang parkir adalah :

Tabel 5.4. Luasan Area Parkir

Area Parkir Kendaraan (Kapasitas) Luas

Pengunjung Mobil (30)

Motor (200)

Bus (4)

12,5 x 30 = 375m2

1,4 x 200 = 280m2

42,5 x 4 = 170m2

Pegawai dan Karyawan Mobil (10)

Motor (23)

12,5 x 10 = 125m2

1,4 x 23 = 32,2m2

Luasan Area Parkir

Sirkulasi Parkir 60%

Total

982,2m2

589,3,m2

1571,5m2

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Page 82: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

82

5.2.4. Analisis Ruang Antara

Di dalam kelompok ruang, terdapat daerah yang disebut daerah

“orientasi”. Daerah tersebut merupakan daerah dimana pelaku akan

memutuskan kegiatan awalnya dan merupakan daerah transit sebelum

melakukan kegiatannya. Daerah tersebut dapat diterjemahkan menjadi ruang

antara.

Gambar 5.15. Skema Ruang Antara

Sumber : Data Pribadi, Slide Power Point (2014)

Skema ruang antara seperti pada gambar di atas menunjukkan bahwa

ruang antara merupakan ruang yang berada di antara ruang satu dengan ruang

lainnya. Tujuan keberadaan ruang ini adalah sebagai tempat ttransit antar

ruang. Penerapan ruang ini dapat diterapkan dengan adanya lobi dan selasar

pada tiap daerah ruang.

5.3. ANALISIS TAPAK

5.3.1. Analisis Pemilihan Tapak

Tapak kedua menjadi tapak yang dipilih. Tapak kedua memiliki akses

yang lebih mudah dan lebih dekat dengan fasilitas umum. Akses yang mudah

dan dekatnya tapak terhadap fasilitas umum inilah yang akan memudahkan

Page 83: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

83

orang untuk mengenali sebuah bangunan. Luasan yang lebih luas ini juga

menjadikan bangunan dapat didesain dengan lebih fleksibel.

Tapak kedua memang memiliki tingkat kebisingan yang tinggi dan

view yang tidak lebih baik dari tapak pertama. Dengan menggunakan

penyelesaian tertentu, kedua masalah tersebut dapat diatasi. Cara mengatasi

kebisingan ke dalam bangunan salah satunya adalah dengan memberikan jarak

antara bangunan dengan sumber kebisingan atau dengan memberikan

penghalang agar bunyi dari sumber kebisingan memantul di penghalang

tersebut. Untuk permasalahan view dapat diatasi dengan menambahkan

vegetasi buatan berupa taman di dalam tapak. Selain memperindah tapak,

taman ini juga dapat sebagai penghalang bunyi untuk merambat melalui udara

dikarenakan pepohonan dapat menjadi penghalang bunyi yang cukup alami.

Kontur tanah yang terdapat pada tapak kedua ini memang memberikan

batasan-batasan tertentu dan kesulitan yang lebih besar disbanding dengan

tapak pertama yang tanpa kontur. Kontur pada tapak kedua bila diselesaikan

dengan baik akan menghasilkan ide kreatif yang lebih baik dari tapak tanpa

kontur. Kontur dapat diatasi misalnya dengan pembuatan perbedaan

ketinggian lantai dari ruang satu ke ruang lainnya.

5.3.2. Analisis Sarana dan Prasarana Lingkungan

Kondisi sarana dan prasarana sangat berpengaruh pada perancangan.

Jaringan prasarana yang direncanakan adalah jaringan listrik, jaringan air

bersih, saluran pembuangan air hujan, dan sistem pembuangan sampah.

Kondisi sarana dan prasarana di kawasan Ngaglik adalah sebagai berikut :

1. Jaringan Listrik

PLN merupakan jaringan listrik utama dan satu-satunya

penyedia listrik. Menggunakan jaringan listrik dari PLN sudah pasti

dilakukan. Untuk keadaan darurat apabila listrik tidak menyala dapat

menggunakan cadangan energy berupa Genset. Maka, beberapa

alternaitf dapat dianalisis, yaitu :

Page 84: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

84

a. Menggunakan PLN sebagai sumber daya listrik utama dan

menggunakan Genset sebagai sumber daya listrik cadangan.

Kelebihan : apabila terdapat masalah listrik dari pusat, dapat

menggunakan listrik cadangan.

Kekurangan : menambah biaya pembangunan, biaya perawatan

mahal, dan membutuhkan ruang khusus genset.

b. Menggunakan PLN sebagai sumber daya listrik utama dan

tidak menggunakan sumber daya listrik cadangan.

Kelebihan : biaya pembangunan berkurang, tidak perlu biaya

perawatan genset, dan tidak memerlukan ruang tambahan.

Kekurangan : apabila terdapat masalah listrik dari pusat, tidak

dapat menggunakan alat-alat yang membutuhkan listrik sampai

masalah listrik di pusat selesai.

2. Jaringan Air Bersih

PDAM menjadi sumber air bagi sebagian besar bangunan

umum di kawasan Ngaglik. Selain itu, beberapa tempat juga

menggunakan sumur sebagai sumber air utama untuk bangunan. Dari

keadaan di atas, maka didapatkan beberapa alternative yang dapat

dianalisis, yaitu :

a. Memanfaatkan PDAM sebagai jaringan air bersih.

Kelebihan : pengadaan sumber air lebih mudah dan efektif

karena menggunakan saluran air yang sudah disediakan.

Kekurangan : biaya yang dikeluarkan cukup besar disbanding

dengen memanfaatkan galian sumur.

b. Memanfaatkan galian sumur sebagai jaringan air bersih.

Kelebihan : biaya yang dikeluarkan tidak terlalu mahal

dibandingkan dengan menggunakan PDAM.

Kekurangan : pengadaan sumber air tidak semudah

menggunakan PDAM dan harus melakukan perhitungan

Page 85: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

85

kedalaman titik air karena jika sumber air dalam maka

diperlukan penggalian yang cukup lama.

3. Air Limbah dan Tadah Hujan

Beberapa alternatif yang dapat dijadikan acuan dalam

penanganan limbah air hujan adalah sebagai berikut :

a. Membuat sumur resapan.

Kelebihan : dapat memanfaatkan limbah yang dibuang.

Kekurangan : butuh biaya dan lahan tambahan.

b. Membuang limbah air hujan menggunakan saluran terbuka

yang sudah ada pada jalan.

Kelebihan : tidak memerlukan biaya tambahan untuk

pengadaan saluran air.

Kekurangan : limbah yang dihasilkan dapat mencemari

lingkungan sekitar.

4. Jaringan Pembuangan Sampah

Sistem pembuangan sampah menggunakan jasa dari Dinas

Kebersihan dan letak pembuangan sampah cukup jauh sehingga tidak

mengganggu. Kelebihan dari metode ini adalah pembuangan sampah

lebih efisien dan mudah serta mengurangi biaya dalam pengelolaan

sampah. Kekurangan dari metode ini adalah memerlukan biaya yang

dikeluarkan untuk Dinas Kebersihan.

Page 86: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

86

5.3.3. Analisis Lingkungan

Tabel 5.5. Tabel Analisis Lingkungan

Kondisi Tanggapan

Topografi

Tapak memiliki beberapa

level ketinggian.

Arah jatuh air dirancang

seperti pada gambar dan

disalurkan ke saluran

pembuangan air. Daerah

yang dibangun ditunjukkan

juga seperti gambar di atas.

View

Tapak dikelilingi oleh

persawahan dan beberapa

bangunan.

View ke luar tapak

ditekankan lebih kepada

area persawahan sebagai

pemandangan dan juga

sedikit view kea rah depan

bangunan.

Keterangan :

A B

C D E

A B

C D

E

0 +0,4

+1 +1,5

+2

Keterangan :

Arah jatuh air

Orientasi daerah

terbangun

Persawahan

Persawahan

Bangunan

Page 87: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

87

Vegetasi

Vegetasi pada tapak

umumnya merupakan rumput

liar dan ada beberapa

pepohonan di sisi barat dan

utara tapak.

Gambar di atas

menunjukkan orientasi

peletakan bangunan

berdasarkan kondisi

vegetasinya.

Arah Angin

dan Lintasan

Matahari

Matahari melintasi tapak dari

timur ke barat dan cenderung

berada di utara karena tapak

terletak di bawah garis

kathulistiwa.

Orientasi bukaan bangunan

lebih dominan pada area

utara dan selatan bangunan

agar tidak ada cahaya

matahari berlebih masuk.

Namun tetap ada beberapa

Daerah pepohonan

Daerah persawahan

Keterangan : Daerah pepohonan

Daerah persawahan

Keterangan :

Orientasi daerah

terbangun

Keterangan :

Arah lintas

matahari

Keterangan :

Arah lintas

matahari

Orientasi bukaan

bangunan

Page 88: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

88

bukaan yang ditujukan

untuk menangkap cahaya

matahari.

Kebisingan

Kebisingan pada tapak

paling besar terjadi pada area

depan tapak yang merupakan

Jalan Raya Kaliurang

Orientasi peletakan

bangunan diletakkan pada

area yang jauh dari sumber

kebisingan sehingga dapat

mengurangi kebisingan

Alternatif berikutnya adalah

dengan meletakkan

penghalang kebisingan pada

daerah antara bangunan

dengan sumber kebisingan.

Dapat berupa vegasti

maupun massa.

Page 89: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

89

Sirkulasi

Lalu lintas di depan tapak

merupakan jalan besar 2

arah.

Sirkulasi keluar-masuk

lokasi dirancang supaya

tidak menyebabkan

gangguan lalu lintas.

Sumber : Analisis Pribadi 2014

5.3.4. Zoning

Berdasarkan analisis tapak yang telah dilakukan di atas, maka dapat

dibuat kesimpulan berupa zoning. Zoning merupakan garis besar pengaturan

massa dan ruang pada bangunan. Pengaturan ini merupakan kesimpulan dari

semua analisis tapak yang telah dilakukan.

Orientasi bangunan berada di tengah tapak karena area tersebut bebas

vegetasi dan juga memiliki jarak untuk mengurangi kebisingan dari jalan. Di

bagian belakang bangunan terdapat taman alami yang dibuat tanpa merusak

pepohonan yang sudah berdiri di situ. Untuk daerah depan tapak dapat

dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau ataupun area parkir kendaraan.

Gambar 5.16. Gambaran zoning pada tapak.

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Keterangan :

Area Terbangun

Area Terbuka

hiijau/lahan parkir

Area Taman

Page 90: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

90

5.4. ANALISIS PENDEKATAN

5.4.1. Tahapan Analisis

Tahapan analisis akan dilakukan bertahap tiap aspeknya. Berangkat

dari bangunan yang menyesuaikan kondisi tapaknya, kemudian dikenakan

tema arsitektur ekologis. Setelah elemen-elemen pembentuk bangunannya

didapatkan, dikenakan lagi pada tema Inspiratif.

Gambar 5.17. Tahapan Analisis Pendekatan

Sumber : Analisis Penulis 2014

5.4.2. Analisis Bangunan Menyesuaikan Kondisi Tapak

Dari tapak yang sudah dianalisis, terlihat bebrapa poin penting terkait

dalam perancangan bangunan yang menyesuaikan tapak. Tapak memiliki

kontur yang tidak rata, terdapat vegetasi di beberapa daerah tapak,

Unsur bangunan menyesuaikan kondisi tapak

1. Metode cut and fill untuk merapikan kontur tapak yang tidak rata

menjadi beberapa level ketinggian.

2. Massa bangunan menyesuaikan level ketinggian dan diolah dalam

banyak massa.

3. Ruang antara menjadi ruang terbuka, selain untuk memberikan

kesan hubungan dengan tapak, juga memberikan kemudahan untuk

mengatasi perbedaan level ketinggian pada tapak.

4. Taman dibuat berdasarkan keberadaan vegetasi yang sudah ada

kemudian dikembangkan menjadi lebih asri.

5. Menggunakan material pelapis bangunan yang dekat dengan alam

seperti kayu dan batuan.

Page 91: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

91

5.4.3. Analisis Arsitektur Ekologis Tropis

Tabel 5.6. Tabel Analisis Arsitektur Ekologis Tropis berdasarkan Bangunan

Menyesuaikan Tapak

Unsur Ekologis

Tropis Analisis

Bentuk Dengan konsep bangunan menyesuaikan tapak,

sebaiknya garis bangunan juga mengikuti kontur

tapaknya.

Apabila tidak memungkinkan, maka dapat digunakan

metode split level pada ruang tertentu yang menabrak

garis perbedaan ketinggian tapak.

Memberikan kawasan penghijauan di antara kawasan

pembangunan menjadi salah satu syarat arsitektur

ekologis. Membangun taman di sela-sela bangunan atau

menggunakan konsep bangunan dengan banyak massa

menjadi alternatif dalam memabangun.

Proporsi dan

Skala

Untuk efisiensi penggunaan cahaya matahari dan

sirkulasi udara yang maksimal, bangunan tidak boleh

lebih dari 3 lantai supaya tidak mengganggu bangunan

disekitarnya.

Skala ruang dibatasi agar tidak terlalu luas. Jika ruang

terlalu luas, maka cahaya akan sulit masuk ke dalam

bagian ruang tengah, mengakibatkan penggunaan

cahaya buatan yang berlebih dan boros energi.

Daerah

Hijau

Page 92: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

92

Apabila ruang terpaksa memiliki bentang lebar, maka

dapat disiasati dengan membuat akses cahaya dari atap

dengan memberikan Skylight di beberapa bagian yang

susah terkena cahaya matahari.

Selain itu dapat dilakukan juga dengan memberikan

daerah terbuka di ruang tengah agar cahaya matahari

dapat masuk melalui ruang tersebut.

Struktur

Bangunan

Menggunakan struktur yang ramah lingkungan seperti

batu bata, gypsum, dan batu alam sebagai struktur

bangunan. Penggunaan kayu atau baja ringan sebagai

bingkai struktur juga merupakan alternative yang dapat

digunakan karena lebih ramah lingkungan disbanding

menggunakan struktur beton. Selain itu struktur seperti

di atas juga dapat lebih mempertahankan ketahanan

bangunan.

Material Mempertimbangkan rantai bahan dan menggunakan

bahan bangunan alamiah. Dapat menggunakan material

yang ramah lingkungan seperti kayu dan batuan sebagai

pelapis bangunan.

Daerah

Terbuka

Ruang

bentang lebar

Page 93: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

93

Bukaan Untuk menangkap sinar matahari, bukaan dapat berupa

jendela yang terdapat pada sisi-sisi yang mampu

menangkap sinar matahari dengan baik.

Bukaan dapat terdapat pada sisi timur untuk menangkap

matahari pagi-siang, sisi barat untuk matahari siang-

sore, dan utara untuk tambahan matahari ketika kurang

penyinaran pada ruang yang panjang.

Bukaan juga dapat digunakan untuk sirkulasi udara agar

tidak terhambat dari satu sisi bangunan ke sisi bangunan

lain.

Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara

di dalam bangunan sekaligus menangkap sedikit sinar

matahari untuk masuk ke dalam bangunan.

Sirkulasi Sirkulasi harus bebas hambatan. Artinya sirkulasi dari

satu ruang ke ruang lain harus jelas dan tidak terlalu

banyak dinding yang menghalangi. Untuk manusia akan

mempermudah akses dan untuk angina dapat

mempermudah sirkulasi udara dalam ruang.

Page 94: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

94

Sumber : Analisis Pribadi 2014

5.4.4. Analisis Inspiratif

Tabel 5.7. Tabel Analisis Karakter Inspiratif

Unsur

Inspiratif

Analisis Karakter

Inspiratif

Analisis Arsitektural

Berkembang Unsur berkembang

didasarkan pada adanya

pergerakan di dalam

seni dari masa ke masa

dan membuat seni itu

sendiri tidak pernah

dilupakan.

Bentuk

Bentuk yang melambangkan

unsur berkembang adalah

kombinasi dari garis-garis yang

menunjukkan adanya

pergerakan/dinamisme.

Selain itu, garis naik juga

menggambarkankan adanya

perkembangan.

Selain garis, wujud (shape) dapat

dikombinasi dengan

menunjukkan adanya perubahan

wujud (shape) dari satu bagian

ke bagian lain.

Misal dari banyak sudutnya :

Dalam hal ini terjadi suatu

perkembangan dari jumlah sudut

Page 95: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

95

paling sedikit (segitiga) ke

jumlah sudut yang paling banyak

(lingkaran).

__________________________

Warna

Warna yang menggambarkan

adanya perkembangan adalah

warna merah, oranye/jingga,

kuning, dan biru.

Selain warna secara individual,

perkembangan juga dapat

diwujudkan dari perubahan

warna ke warna lainnya melalui

spectrum warna.

__________________________

Tekstur

Menggunakan kombinasi antara

kasar dan halus dapat

memberikan kesan adanya

perkembangan. Lebih lagi jika

tekstur digradasi dari kasar ke

halus maupun halus ke kasar.

Misal : Sangat Halus > Halus >

Biasa > Kasar > Sangat Kasar

__________________________

Material

Menggunakan perpaduan

Page 96: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

96

material yang memiliki

perbedaan tekstur dan

membuatnya dengan efek gradasi

akan memberikan kesan

berkembang.

__________________________

Proporsi dan Skala

Gunakan skala ruang yang

berbeda dalam sebuah ruang,

ataupun adanya kemiringan pada

langit-langit menjadi semakin

tinggi dapat memberikan kesan

berkembang.

Menyesuaikan

Sekitar

Unsur menyesuaikan

sekitar didasarkan pada

pernyataan bahwa

inspiratif dapat

didapatkan dari

lingkungan sekitar

yang memberikan

kesan tertentu pada

manusia yang

melihatnya.

Bentuk

Bentuk yang melambangkan

unsur menyesuaikan sekitar

adalah bentuk yang

menyesuaikan dengan apa yang

ada di sekitar ruang.

__________________________

Warna

Warna yang menggambarkan

penyesuaian dengan sekitar

adalah warna yang sesuai dengan

lingkungan, peppohonan seperti

coklat dan hijau.

Page 97: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

97

__________________________

Tekstur

Menggunakan tekstur yang

serupa dengan kayu akan

memberikan kesan menyatu

dengan sekitar.

__________________________

Material

Menggunakan material alami

seperti kayu atau material

dengan warna daun dan kayu

sebagai finishing memberikan

kesan menyatu dengan

lingkungannya.

__________________________

Proporsi dan Skala

Skala ruang yang memberikan

kesan menysuaikan sekitar jelas

harus melihat sekitarnya.

Besaran ruang jangan terlalu

berlebihan dan terlihat dominan

sebab akan mematikan fokus

pada sekitarnya.

Tidak Monoton Unsur tidak monoton

didasarkan pada bahwa

seni lukis berbeda-beda

dan memiliki keunikan

masing-masing, ini

Bentuk

Bentuk yang melambangkan

unsur tidak monoton adalah

penggabungan dari berbagai

macam garis dan bentuk yang

Page 98: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

98

diterapkan pada

bangunan karena dapat

mengundang hal yang

sama seperti melihat

berbagai macam

lukisan itu sendiri.

Tidak monoton berarti

menyesuaikan fungsi

ruang.

berbeda-beda pada setiap

daerahnya.

Kombinasi wujud (shapes) yang

memberikan kesan dinamis dapat

digunakan untuk menghilangkan

kesan ke-monoton-an seperti

adanya irama missal :

__________________________

Warna

Warna yang menggambarkan

tidak monoton adalah

menggunakan berbagai macam

kombinasi untuk setiap area

sesuai dengan fungsinya masing-

masing.

__________________________

Tekstur

Menggunakan kombinasi antara

kasar dan halus dapat

memberikan kesan tidak

monoton.

Misal : Kasar > Halus > Sangat

Kasar > Halus > Sangat Halus

__________________________

Page 99: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

99

Material

Menggunakan perpaduan antara

berbagai jenis macam jenis

material dari material alami dan

buatan dapat memberikan kesan

tidak monoton. Gunakan dalam

satu fasad berbagai macam

material.

__________________________

Proporsi dan Skala

Skala ruang yang memberikan

kesan tidak monoton adalah

menggunakan berbagai macam

level ketinggian dan berbagai

macam skala yang berbeda pada

tiap daerahnya.

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Page 100: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

100

5.4.5. Analisis Kategori Inspiratif Melalui Bangunan yang Menyesuaikan Tapak

dengan Menggunakan Arsitektur Ekologis Tropis

Tabel 5.8. Tabel Analisis Penerapan Kategorial

Analisis Penerapan

Bentuk Garis bangunan

menyesuaikan kontur

tanah, jika terdapat

perbedaan ketinggian

diberi kontur.

1. Berkembang – adanya

pergerakan/perkembang

an.

Permainan Shape dari

segitiga ke lingkaran,

garis naik.

2. Menyesuaikan Sekitar

– menyesuaikan bentuk

sekitarnya.

3. Tidak Monoton –

Irama, Kombinasi shape

dan dimensi shape yang

terhubung dalam 1 garis

yang dinamis.

Kategori 1 (BN1)

Massa cenderung memiliki

perkembangan shape dari

segitiga ke lingkaran dan

memiliki pola bentuk yang naik.

Kategori 2 (BN2)

Massa cenderung menyesuaikan

bentuk massa sekitarnya (yang

lebih dominan)

Kategori 3 (BN3)

Massa cenderung menggunakan

irama dengan kombinasi shape

dan dimensi dalam

pembentukan ruang di

dalamnya.

Proporsi dan

Skala

Lantai bangunan tidak

lebih dari 3.

Ruang jangan terlalu

luas, jika terpaksa

gunakan skylight/beri

ruang terbuka di tengah

ruang dengan bentang

lebar.

Kategori 1 (PS1)

Ruang cenderung memiliki

perbedaan ketinggian dari satu

sisi ke sisi lainnya (terdapat

kemiringan langit-langit)

Kategori 2 (PS2)

Dalam 1 massa, sebuah ruang

Page 101: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

101

1. Berkembang – adanya

perbedaan ketinggian

skala ruang,

memberikan kemiringan

pada langit-langit.

2. Menyesuaikan Sekitar

– Ketinggian bangunan

tidak terlalu menonjol

sehingga tidak akan

mengalahkan sekitarnya.

3. Tidak Monoton –

Gunakan ketinggian

yang berbeda pada tiap

ruang (sesuaikan dengan

fungsi ruangnya juga)

cenderung mengikuti ketinggian

ruang disekitarnya.

Kategori 3 (PS3)

Dalam 1 massa terdapat

beberapa ruang yang cenderung

memiliki perbedaan ketinggian.

Digunakan untuk massa dengan

ruang-ruang yang berbeda

fungsinya.

Struktur Menggunakan struktur

alami.

Menggunakan rangka

dari kayu atau baja

ringan.

Kategori 1 (ST1)

Menggunakan Kayu sebagai

Rangka

Kategori 2 (ST2)

Menggunakan Baja Ringan

sebagai Rangka.

Material Menggunakan material

alami seperti batu bata,

batu, dan kayu.

1. Berkembang – adanya

efek gradasi dengan

menggunakan material

yang berbeda-beda

tekstur.

2. Menyesuaikan Sekitar

Kategori 1 (MT1)

Material yang digunakan

menimbulkan efek gradasi.

Missal : cat dinding > dinding

kayu > dinding batu bata >

dinding batu alam.

Kategori 2 (MT2)

Menggunakan material alami

Page 102: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

102

– menggunakan material

yang alami.

3. Tidak Monoton –

Menggunakan

kombinasi material

(alami dan buatan)

saja (kayu dan batu)

Kategori 3 (MT3)

Menggunakan kombinasi antara

material-material.

Bukaan Terdapat pada segala

sisi.

Gunakan Jendela dan

ventilasi.

-

Sirkulasi Bebas Hambatan (Tidak

terdapat penghalang dari

satu ruang ke ruang

lain).

-

Warna 1. Berkembang –

menggunakan warna

yang memberikan kesan

berkembang dan

menggunakan

perubahan warna dari

warna satu ke warna lain

(gradasi warna)

2. Menyesuaikan Sekitar

– menggunakan warna

yang memberikan kesan

alami seperti warna

hijau dan coklat.

3. Tidak Monoton –

menggunakan berbagai

macam kombinasi

warna yang

Kategori 1 (WR1)

Menggunakan warna yang

berkembang dan gradasi warna

pada elemen bangunan.

Kategori 2 (WR2)

Menggunakan warna yang

menyesuaikan lingkungan pada

elemen bangunan.

Kategori 3 (WR3)

Menggunakan kombinasi warna

yang menyesuaikan fungsi

ruang masing-masing pada

elemen bangunan.

Page 103: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

103

menyesuaikan fungsi

masing-masing ruang.

Tekstur 1. Berkembang –

menggunakan gradasi

tekstur dari kasar ke

halus atau sebaliknya.

2. Menyesuaikan Sekitar

– memberikan tekstur

serupa dengan kayu

(atau menggunakan

kayu itu sendiri) agar

terkesan menyatu

dengan lingkungan.

3. Tidak Monoton –

Memberikan kombinasi

kasar dan halus. Dapat

bergantian maupun

acak.

Kategori 1 (TK1)

Menggunakan tekstur yang

berkembang dari kasar ke halus

atau sebaliknya pada elemen

bangunan.

Kategori 2 (TK2)

Menggunakan tekstur yang

menyerupai kayu (atau

menggunakan kayu itu sendiri)

pada elemen bangunan.

Kategori 3 (TK3)

Menggunakan tekstur yang

dikombinasikan secara

bergantian ataupun acak pada

elemen bangunan.

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Page 104: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

104

BAB VI

KONSEP PERANCANGAN SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS DI YOGYAKARTA

6.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS DI

YOGYAKARTA

Berdasarkan hasil analisis Sanggar Seni Lukis sebagai pusat pendidikan informal

dan fasilitas hiburan tentang seni lukis bersifat Inspiratif melalui bangunan yang

menyesuaikan kondisi tapak dengan menggunakan Arsitektur Ekologis Tropis, dapat

ditemukan Konsep yang menjadi dasar perancangan. Konsep dasar ini dapat

dikembangkan dalam beberapa hal yaitu bentuk, proporsi dan skala, struktur, material,

bukaan, sirkulasi, warna, dan tekstur. Penjelasan temuan konsep dasar disajikan dalam

tabel berikut :

Tabel 6.1. Konsep Dasar

Penerapan

Bentuk Kategori 1 (BN1)

Massa cenderung memiliki perkembangan shape dari segitiga

ke lingkaran dan memiliki pola bentuk yang naik.

Kategori 2 (BN2)

Massa cenderung menyesuaikan bentuk massa sekitarnya

(yang lebih dominan)

Kategori 3 (BN3)

Massa cenderung menggunakan irama dengan kombinasi

shape dan dimensi dalam pembentukan ruang di dalamnya.

Proporsi dan

Skala

Kategori 1 (PS1)

Ruang cenderung memiliki perbedaan ketinggian dari satu sisi

ke sisi lainnya (terdapat kemiringan langit-langit)

Page 105: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

105

Kategori 2 (PS2)

Dalam 1 massa, sebuah ruang cenderung mengikuti

ketinggian ruang disekitarnya.

Kategori 3 (PS3)

Dalam 1 massa terdapat beberapa ruang yang cenderung

memiliki perbedaan ketinggian. Digunakan untuk massa

dengan ruang-ruang yang berbeda fungsinya.

Struktur Kategori 1 (ST1)

Menggunakan Kayu sebagai Rangka

Kategori 2 (ST2)

Menggunakan Baja Ringan sebagai Rangka.

Material Kategori 1 (MT1)

Material yang digunakan menimbulkan efek gradasi. Missal :

cat dinding > dinding kayu > dinding batu bata > dinding batu

alam.

Kategori 2 (MT2)

Menggunakan material alami saja (kayu dan batu)

Kategori 3 (MT3)

Menggunakan kombinasi antara material-material.

Bukaan Terdapat pada sisi yang menghadap keluar bangunan karena :

1. Pencahayaan alami ruang

2. Sirkulasi udara alami

Ventilasi untuk pergantian udara tanpa terlalu banyak panas

masuk.

Sirkulasi Sirkulasi bebas hambatan. Sirkulasi dari satu ruang ke ruang

lain harus jelas dan tidak terlalu banyak dinding yang

menghalangi karena :

1. Mempermudah akses manusia.

2. Mempermudah sirkulasi udara dalam ruang.

Warna Kategori 1 (WR1)

Menggunakan warna yang berkembang dan gradasi warna

Page 106: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

106

pada elemen bangunan.

Kategori 2 (WR2)

Menggunakan warna yang menyesuaikan lingkungan pada

elemen bangunan.

Kategori 3 (WR3)

Menggunakan kombinasi warna yang menyesuaikan fungsi

ruang masing-masing pada elemen bangunan.

Tekstur Kategori 1 (TK1)

Menggunakan tekstur yang berkembang dari kasar ke halus

atau sebaliknya pada elemen bangunan.

Kategori 2 (TK2)

Menggunakan tekstur yang menyerupai kayu (atau

menggunakan kayu itu sendiri) pada elemen bangunan.

Kategori 3 (TK3)

Menggunakan tekstur yang dikombinasikan secara bergantian

ataupun acak pada elemen bangunan.

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Berdasarkan konsep dasar yang telah dikembangkan, maka dapat ditemukan

pembagian kategori pada ruang-ruang sebagai berikut :

Tabel 6.2. Pembagian Kategori pada Zona Ruang

Zona Kategori

BN PS ST MT WR TK

Netral 2 2 2 2 2 2

Pendidikan 1,2,3 1,2,3 2 1,2,3 1,2,3 1,2,3

Hiburan 2,3 2,3 1 2,3 2,3 2,3

Pengelolaan 1 1 2 1 1 1

Pendukung 2 2 1 2 2 2

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Page 107: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

107

6.2. KONSEP FUNGSIONAL

6.2.1. Program Ruang

Berdasarkan besaran ruang pada analisis dimensi ruang dan

pembagian zona pada konsep dasar, maka program ruang pada Sanggar

Seni Lukis di Yogyakarta ini adalah sebagai berikut :

Tabel 6.3. Program Ruang

Zona Jenis Ruang Dimensi Jumlah

Ruang

Kategori

Netral Lobi 110m2 +

(17x2)m2

= 149m2

1 lobi + 2

lavatori

BN2, PS2, ST2,

MT2, WR2, TK2

Pendidikan Ruang Sanggar (44x6)m2 +

(17x2)m2

= 303m2

6 ruang

sanggar + 2

lavatori

BN1-2-3, PS1-2-

3, ST2, MT1-2-3,

WR2, TK1-2-3

Ruang Pengajar 17m2 1 BN1-2-3, PS1-2-

3, ST2, MT1-2-3,

WR2, TK1-2-3

Perpustakaan 149,5m2 1 BN1-2-3, PS1-2-

3, ST2, MT1-2-3,

WR2, TK1-2-3

Hiburan Galeri 975m2 1 BN2-3, PS2-3,

ST1, MT2-3,

WR2-3, TK2-3

Pengelolaan Ruang Pengelola

Sanggar

31m2 +

(4x2)m2

= 39m2

1 ruang

pengelola + 2

lavatori

BN1, PS1, ST2,

MT1, WR1, TK1

Ruang

Administrasi

48m2 1 BN1, PS1, ST2,

MT1, WR1, TK1

Ruang Karyawan 64m2 1 BN1, PS1, ST2,

MT1, WR1, TK1

Fasilitas

Pendukung

Pantri 75,2m2 +

13,5m2

= 88,7m2

1 pantri dan 1

dapur pantry

BN2, PS2, ST1,

MT2, WR2, TK2

Page 108: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

108

Restauran 300m2 +

25,5m2

= 325,5m2

1 restauran

dan 1 dapur

restaurant

BN2, PS2, ST1,

MT2, WR2, TK2

Gudang

Penyimpanan

42m2 BN2, PS2, ST1,

MT2, WR2, TK2

Area Parkir Area Parkir 1571,5m2 - Terdiri dari parkir

mobil, motor, dan

bus untuk

pengunjung dan

parkir mobil dan

motor untuk

pegawai/karyawan

Taman Taman 3574m2 - Bisa berubah

tergantung sisa

pada luasan tapak.

Sumber : Analisis Pribadi 2014

6.2.2. Organisasi Ruang

Organisasi Ruang Makro

Gambar 6.1. Organisasi Ruang Makro

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Page 109: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

109

6.2.3. Organisasi Ruang Mikro

Gambar 6.2. Organisasi Ruang Mikro

Sumber : Analisis Pribadi 2014

6.3. KONSEP TATANAN FISIK

Konsep tatanan fisik merupakan penjabaran dari konsep dasar yang sudah

diseleksi berdasarkan kategori yang ada. Konsep tatanan fisik ini mencakup bentuk,

proporsi dan skala, struktur, material, bukaan, sirkulasi, warna, dan tekstur pada

bangunan. Berikut merupakan penjelasan mengenai manipulasi tatanan fisik :

Page 110: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

110

6.3.1. Konsep Bentuk

Tabel 6.4. Konsep Bentuk

No. Nama Zona Bentuk Manipulasi

1 Zona Netral BN2

Menyesuaikan bentuk

ruang sekitarnya

2 Zona Pendidikan BN1,2,3

Perkembangan

menggunakan garis yang

dinamis untuk susunan

ruangnya.

Pola naik diterapkan

pada atap ruang.

Page 111: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

111

3 Zona Hiburan BN2,3

Bentuk bangunan

menyesuaikan bentuk

lainnya. Menggunakan

bentuk naik pada

ketinggian ruangnya.

Menggunakan kombinasi

dari shape (segitiga,

segiempat, dan

lingkaran) dalam

membentuk ruang.

4 Zona Pengelolaan BN1

Menggunakan pola naik

pada bentuk atap dan

garis dinamis dalam

membentuk susunan

ruang.

5 Zona Pendukung BN2

Menyesuaikan ketinggian

ruang dan bentuk

sekitarnya.

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Page 112: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

112

6.3.2. Konsep Proporsi dan Skala

Tabel 6.5. Konsep Proporsi dan Skala

No. Nama Ruang Proporsi dan

Skala

Gambar

1 Lobi Wajar, mengikuti

ketinggian ruang

sekitar.

2 Ruang Sanggar Wajar, memiliki

perbedaan

ketinggian dari satu

sisi ke sisi lainnya.

3 Ruang Pengajar Wajar, lebih

rendah sedikit

daripada ruang

sanggar.

4 Ruang Pameran Wajar-Megah.

Perbedaan

ketinggian dengan

ruang di dekatnya.

5 Ruang Administrasi

dan Pengelola Sanggar

Wajar. Kemiringan

langit2 dan

mengikuti

ketinggian ruang di

dekatnya.

6 Ruang Karyawan dan

Keamanan

Wajar. Kemiringan

langit2 dan

mengikuti

ketinggian ruang di

dekatnya.

7 Ruang Rapat Wajar. Kemiringan

langit2 dan

mengikuti

ketinggian ruang di

dekatnya.

Page 113: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

113

8 Gudang Wajar. Mengikuti

ruang sekitar.

9 Pantri dan Restaurant Wajar. Kemiringan

langit2 dan

mengikuti

ketinggian ruang di

dekatnya.

10 Perpustakaan Wajar, memiliki

perbedaan

ketinggian dari satu

sisi ke sisi lainnya.

Sumber : Analisis Pribadi 2014

6.3.3. Konsep Struktur

Struktur dibagi menjadi 2 struktur besar yaitu struktur rangka baja

dan struktur rangka kayu.

Tabel 6.6. Spesifikasi Struktur

Rangka Baja Rangka Kayu

Pondasi Tapak 120x120x25 Pondasi Batu Kali

Kolom Baja H 200, Kolom pedestal

sebagai dudukan kolom baja WF,

ukuran 15/15, Tulangan baja WF

150

Kolom dari kayu ukuran 12/18cm

Dinding Rangka Baja Dinding Rangka Kayu

Lantai urugan sirtu tebal 20cm dan

cor lantai beton.

Lantai urugan sirtu tebal 20cm dan

lantai batu.

Kuda-kuda atap baja Kuda-kuda atap kayu

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Page 114: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

114

6.3.4. Konsep Material

Tabel 6.7. Konsep Material

No. Nama Ruang Material

Lantai

Material Dinding Material Atap

plafon

1 Lobi Lantai Batu dan

lantai Kayu

Penutup Kayu Kayu

2 Ruang Sanggar Lantai Batu dan

Keramik

Batu dan GRC di

cat warna

Kayu

3 Ruang Pengajar Lantai Batu dan

Keramik

Batu dan GRC di

cat warna

Kayu

4 Ruang Pameran Lantai Batu dan

lantai kayu

Batu dan penutup

kayu

Kayu

5 Ruang Administrasi

dan Pengelola Sanggar

Lantai keramik GRC di cat warna Kayu

6 Ruang Karyawan dan

Keamanan

Lantai keramik GRC di cat warna Kayu

7 Ruang Rapat Lantai keramik GRC di cat warna Kayu

8 Gudang Lantai beton GRC Tidak ada plafon

9 Pantri dan Restaurant Lantai Kayu dan

Lantai Batu

Penutup kayu dan

batu

Kayu

10 Perpustakaan Lantai Keramik

dan Batu

GRC di cat warna

dan penutup kayu

Kayu

Sumber : Analisis Pribadi 2014

6.3.5. Konsep Bukaan

1. Bukaan terdapat pada seluruh sisi bangunan supaya mampu

memberikan sinar matahari masuk ke dalam ruangan.

2. Bukaan dapat berupa jendela untuk membatasi panas dari sinar

matahari yang masuk, namun cukup besar untuk memasukkan cahaya

ke dalam ruang.

3. Bukaan harus dapat mengalirkan udara dari sisi satu ke sisi lainnya.

4. Bukaan berupa ventilasi digunakan supaya adanya pergantian udara

di dalam bangunan yang membuat ruangan menjadi lebih sejuk.

Page 115: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

115

Gambar 6.3. Skema Bukaan pada bangunan

Sumber : Sketsa Pribadi 2014

6.3.6. Konsep Sirkulasi

Sirkulasi harus bebas hambatan. Sirkulasi dari satu ruang ke ruang

lain harus jelas dan tidak terlalu banyak dinding yang menghalangi. Untuk

manusia akan mempermudah akses dan untuk angina dapat mempermudah

sirkulasi udara dalam ruang.

Gambar 6.4. Sirkulasi bebas hambatan

Sumber : Sketsa Pribadi 2014

6.3.7. Konsep Warna

Tabel 6.8. Konsep Warna

No. Nama Ruang Alternatif

Warna

Pengaruh

1 Lobi Coklat dan

Hijau

Netral, memberikan rasa aman,

membangkitkan tenaga, dan

menyejukkan

2 Ruang Sanggar Kuning dan

Hijau

Memudahkan berpikir, ekspresif

membangkitkan tenaga, mengurangi

tekanan, dan memberikan kenyamanan

3 Ruang Pengajar Hijau Memberi energy, mengurangi tekanan,

dan membantu konsentrasi.

Page 116: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

116

4 Ruang Pameran Coklat, Oranye,

dan Ungu

Netral, stabil, memberikan rasa aman

dan nyaman, menarik, merangsang

imajinasi, menimbulkan perasaan

senang dan mengurangi tekanan.

5 Ruang Administrasi

dan Pengelola Sanggar

Coklat dan

Abu-abu

Netral, stabil, serius, menentramkan

hati, dan memberikan kenyamanan.

6 Ruang Karyawan dan

Keamanan

Coklat dan

Hijau

Netral, memberikan rasa nyaman,

membangkitkan tenaga, dan

menyejukkan.

7 Ruang Rapat Abu-abu,

coklat, dan

hitam

Serius, hening, memberikan

kenyamanan, kuat, dan memberikan

rasa percaya diri.

8 Gudang Coklat Netral, memberikan rasa aman.

9 Pantri dan Restaurant Hijau dan

Coklat

Netral, memberikan rasa aman,

membangkitkan tenaga, dan

menyejukkan.

10 Perpustakaan Kuning dan

Coklat

Memudahkan berpikir, memberikan

konsentrasi, dan memberikan

kenyamanan.

Sumber : Analisis Pribadi 2014

6.3.8. Konsep Tekstur

Tabel 6.9. Konsep Tekstur

No. Nama Ruang Tekstur Manipulasi

1 Lobi Tekstur menyerupai

Kayu

Menggunakan kayu sebagai

sebagian pelingkup bangunan

seperti lantai kayu, pelapis dinding

kayu, dan plafon kayu.

2 Ruang Sanggar Kombinasi tekstur

Tekstur menyerupai

kayu

Menggunakan kayu sebagai

sebagian pelingkup bangunan

seperti lantai kayu, dinding kayu,

dan plafon kayu.

Tekstur dinding dapat dibuat dari

ornament kayu yang menutup

sebgian dinding.

Lantai menggunakan batu dan

Page 117: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

117

kayu (berbeda tekstur), dinding

ada yang menggunakan cat dan

ada yang menggunakan penutup

kayu (berbeda tekstur)

3 Ruang Pengajar Kombinasi tekstur

Tekstur menyerupai

kayu

Menggunakan kayu sebagai

sebagian pelingkup bangunan

seperti lantai kayu, dinding kayu,

dan plafon kayu.

Lantai menggunakan batu dan

kayu (berbeda tekstur), dinding

ada yang menggunakan cat dan

ada yang menggunakan penutup

kayu (berbeda tekstur)

4 Ruang Pameran Kombinasi tekstur

Tekstur menyerupai

kayu

Menggunakan kayu sebagai

sebagian pelingkup bangunan

seperti lantai kayu, dinding kayu,

dan plafon kayu.

Lantai menggunakan batu dan

kayu (berbeda tekstur), dinding

ada yang menggunakan cat dan

ada yang menggunakan penutup

kayu (berbeda tekstur)

5 Ruang Administrasi

dan Pengelola Sanggar

Berkembang dari

kasar ke halus

Sebagian dinding menggunakan

kayu dan sisanya GRC di cat.

6 Ruang Karyawan dan

Keamanan

Berkembang dari

kasar ke halus

Sebagian dinding menggunakan

kayu dan sisanya GRC di cat.

7 Ruang Rapat Berkembang dari

kasar ke halus

Sebagian dinding menggunakan

kayu dan sisanya GRC di cat.

8 Gudang Tekstur menyerupai

kayu

Menggunakan penutup dinding

kayu pada sebagian dinding

9 Pantri dan Restaurant Tekstur menyerupai

kayu

Menggunakan penutup dinding

kayu pada sebagian dinding

10 Perpustakaan Kombinasi tekstur

Tekstur menyerupai

kayu

Menggunakan kayu sebagai

sebagian pelingkup bangunan

seperti lantai kayu, dinding kayu,

Page 118: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

118

dan plafon kayu.

Tekstur dinding dapat dibuat dari

ornament kayu yang menutup

sebgian dinding.

Lantai menggunakan batu dan

kayu (berbeda tekstur), dinding

ada yang menggunakan cat dan

ada yang menggunakan penutup

kayu (berbeda tekstur)

Sumber : Analisis Pribadi 2014

6.4. KONSEP TAPAK

Susunan ruang sesuai dengan organisasi dan hubungan ruangnya pada tapak akan

disusun seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 6.5. Konsep Tapak

Sumber : Sketsa Pribadi 2014

Skala

1:2000

Page 119: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

119

6.5. KONSEP UTILITAS BANGUNAN

6.5.1. Sistem Penghawaan

Sistem penghawaan dalam bangunan Sanggar Seni Lukis Inspiratif ini

memerlukan pengaturan untuk dapat mengkondisikan udara dalam suatu

bangunan agar kenyamanan termal dapat diperoleh. Sistem penghawaan

terbagi menjadi 2, yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan.

Penghawaan Alami

Penghawaan alami merupakan sistem penghawaan

menggunakan proses pertukaran udara dari luar ke dalam. Pergantian

udara yang terjadi secara alami yang berarti tidak menggunakan

bantuan alat mekanik seperti mesin penyejuk udara. Yang ditawarkan

dari penghawaan secara alami ini adalah udara yang sehat, nyaman,

dan tanpa memerlukan energy tambahan.

Untuk merencanakan penghawaan secara alami memerlukan

beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu tersedianya udara luar

yang sehat, suhu udara luar yang tidak terlalu tinggi, tidak banyak

bangunan di sekitar yang akan menghalangi aliran udara, dan

lingkungan yang tidak bising.

Adapun nilai positif dan negative yang harus dijadikan bahan

pertimbangan jika syarat di atas sudah terpenuhi. Nilai positif dari

penghawaan secara alami adalah hemat energy, menciptakan suasana

alami, biaya pembuatan dan perawatannya relative rendah, dan tidak

memerlukan ruang mesin. Nilai negative penghawaan alami adalah

suhu, kelembaban, kualitas udara, dan kecepatan angin sulit diatur,

rentan terhadap gangguan dari lingkungan seperti kebisingan,

serangga, dan dapat menimbulkan resiko terhadap kemanan bangunan.

Untuk itu, penghawaan alami hanya dapat digunakan pada sisi

samping bangunan yang memiliki udara cukup baik dikarenakan

adanya vegetasi dan juga memiliki nilai kebisingan rendah.

Page 120: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

120

Gambar 6.6. Prediksi Penghawaan Alami

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Selain dari lokasinya, kebutuhan pencahayaan alami ini juga

dipengaruhi oleh jenis ruangnya. Untuk ruang seperti galeri dan ruang

sanggar kurang cocok jika menggunakan penghawaan alami yang

berlebihan dikarenakan suhu untuk ruang-ruang ini harus dapat diatur

menyesuaikan kebutuhan akan kenyamanan termal. Untuk ruang

seperti restaurant dan pantry dapat menggunakan penghawaan alami

secara lebih maksimal.

Penghawaan Buatan

Sistem penghawaan buatan difungsikan sebagai solusi atas

kondisi alami yang tidak memungkinkan maupun untuk ruang yang

suhunya harus mudah diatur. Kondisi iklim di Indonesia sebenarnya

tidaklah nyaman secara termal. Ketidaknyamanan ini dapat berakibat

buruk pada produktivitas kerja manusia. Semakin tinggi aktivitas

seseorang, semakin besar panas yang dihasilkan tubuh. Ketika udara

panas, maka manusia cenderung untuk mengurangi kegiatan fisik.

(Satwiko, Prasasto. 2008:88)

Untuk mengatasi hal-hal diataslah penghawaan buatan sangat

diperlukan. Penghawaan buatan dilakukan dengan memanfaatkan

mesin penyejuk udara atau lebih dikenal sebagai Air Conditioner

Page 121: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

121

(AC). Penggunaan AC harus efisien dan efektif agar energy yang

dibutuhkan dalam sebuah bangunan tidak terlalu besar.

Keuntungan menggunakan AC sebagai penghawaan buatan

adalah suhu udara, kecepatan angin, dan kelembaban udara lebih

mudah diatur, kebersihan udara dapat dijaga dikarenakan AC

memiliki penyaring debu dan kotoran. Karena ruang AC sudah pasti

tertutup, maka akan diperoleh juga kenyamanan akustik.

AC sendiri memiliki beberapa jenis. Secara garis besar, AC

dapat dibagi menjadi berikut :

Tabel 6.10. Jenis AC

No. Jenis Deskripsi

1 Tipe paket

tunggal

Seluruh bagian terdapat dalam satu wadah yang

dipasang langsung menembus dinding, sehingga

menimbulkan kebisingan.

2 Tipe paket

terpisah

Memiliki dua bagian terpisah, yaitu unit dalam dan

unit luar. Unit dalam bertugas untuk mendinginkan

ruangan sekaligus mengambil panas dalam

ruangan. Unit luar berfungsi untuk membuang

panas dalam ruangan. Antara kedua unit

dihubungkan dengan pipa untuk menyalurkan

udara. Satu unit luar dapat melayani satu maupun

beberapa unit dalam yang letaknya berdekatan.

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Dengan mempertimbangkan efisiensi penggunaan AC dalam

Sanggar Seni Lukis Inspiratif ini, maka akan lebih baik menggunakan

tipe AC peket terpisah dikarenakan fungsi ruang yang beragam dan

kebutuhan ruang yang berbeda-beda. Akan lebih mudah jika suhu di

dalam setiap ruangan dapat diatur sesuai kebutuhan masing-masing

ruang. AC digunakan hanya pada zona administrasi karena pada

sebuah perangkat elektronik seperti computer yang terdapat di

dalamnya membutuhkan pendingin ruangan.

Page 122: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

122

6.5.2. Sistem Pengaturan Listrik

Sistem pengaturan listrik utama menggunakan PLN. Cadangan

listrik yang difungsikan sebagai pengganti akan diperoleh dari genset yang

secara otomatis akan menyala bila listrik dari PLN padam. Peletakan

genset dibuat terpisah dari bangunan utama untuk menghindari

ketidaknyamanan.

Gambar 6.7. Sistem pengaturan listrik

Sumber : Analisis Pribadi 2014

6.5.3. Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan dalam Sanggar Seni Lukis Inspiratif ini perlu

diperhitungkan agar pencahayaan dalam ruang dapat dilakukan secara

maksimal dan efisien. Pencahayaan terbagi menjadi dua yaitu

pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Berikut merupakan

penjelasan masing-masing jenis :

Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami merupakan sistem pencahayaan dengan

memanfaatkan cahaya dari matahari sebagai sumber cahaya.

Pemanfaatan pencahayaan alami dapat diperoleh dari memberikan

bukaan pada ruang seperti jendela, atau bisa juga menggunakan

material kaca untuk pelingkup ruang. Pada daerah yang memang

Page 123: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

123

mendapatkan cahaya dari matahari perlu diolah agar cahaya tersebut

dapat dimanfaatkan dengan baik untuk penerangan dalam ruang.

Selain memberikan cahaya, matahari juga memberikan panas

yang dirasa sangat mengganggu terutama pada daerah iklim tropis

lembab. Maka perlu diperhatikan juga masalah shading pada bangunan

agar sinar matahari yang masuk tidak terlalu panas namun tetap dapat

memberikan cahayanya dengan baik. Selain itu juga perlu diperhatikan

letak dan dimensi bukaan agar cahaya yang masuk cukup namun tidak

terlalu banyak membawa panas.

Adapun kelebihan dan kekurangan sinar matahari sebagai

pencahayaan alami :

Tabel 6.11. Kelebihan dan kekurangan cahaya matahari

Kelebihan Kekurangan

- Bersifat alami

- Gratis

- Berlimpah dan terbarukan

- Dinamis (arah cahaya berubah-

ubah

- Memiliki daya panas yang

dibutuhkan makhluk hidup

- Sulit memanfaatkan pada

bangunan yang lebar

- Intensitas yang tidak mudah

diatur

- Hanya tersedia pada siang hari

- Membawa panas ke dalam

ruangan

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Pencahayaan alami ini diperlukan pada ruang-ruang yang

memang memerlukan bukaan. Ruang yang sangat membutuhkan

pencahayaan ini adalah Ruang Sanggar, Restaurant, Pantri, dan Kamar

Penginapan. Untuk ruang lainnya dapat digunakan juga bukaan

secukupnya kecuali untuk ruang pameran tidak akan diberi bukaan

terlalu banyak.

Page 124: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

124

Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan digunakan pada ruang yang tidak

dimungkinkan mendapat cahaya alami atau ruang yang ingin diberi

suasana tertentu. Memilih bentuk, jenis, dan warna lampu juga

diperlukan apabila ingin membentuk suasana pada suatu ruang atau

objek. Untuk alasan penerangan, pencahayaan buatan difungikan

untuk membantu pencahayaan alami ketika ia tidak tersedia, seperti

pada saat malam hari maupun pada ruang yang mendapat sedikit

cahaya.

Pencahayaan buatan memerlukan energi. Energi yang didapat

harus dirancang agar tidak terlalu boros dan efisien. Maka

pencahayaan alami hanya akan digunakan pada saat-saat tertentu saja.

Pencahayaan buatan diperlukan jika tidak terdapat atau kurangnya

cahaya alami pada siang hari, cahaya matahari tidak dapat menjangkau

area tertentu dalam ruangan, diperlukan intensitas cahaya konstan pada

suatu ruang, diperlukan pencahayaan dengan warna dan arah cahaya

yang dapat diatur, penggunaan cahaya untuk memberikan efek tertentu

pada ruangan. Jenis lampu akan dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 6.12. Jenis Lampu

No Jenis Lampu Kelebihan Kekurangan

1 Lampu Pijar Pengaturan distribusi

cahaya mudah,

Perlengkapan

sederhana,

Biaya rendah,

Tidak dipengaruhi suhu

dan kelembaban,

Menampilkan warna

dengan baik.

Efikasi rendah,

Umur pendek,

Panas lampu

menambah beban AC,

Hanya untuk

kebutuhan cahaya

rendah.

2 Lampu

Fluorescent

Efikasi tinggi,

Umur panjang,

Bentuk lampu

Cahaya terpengaruh

oleh suhu dan

kelembaban,

Page 125: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

125

menerangi area yang

luas,

Warna cahaya

menyejukkan.

Panas membebani AC,

Tidak mudah mengatur

intensitas cahaya.

3 Lampu HID Efikasi tinggi,

Umur Panjang,

Distribusi cahaya

mudah,

Biaya perawatan

murah,

Tidak terpengaruh oleh

suhu dan kelembaban.

Biaya awal tinggi,

Membutuhkan waktu

untuk bersinar secara

maksimal,

Kadang mengeluarkan

cahaya yang dapat

merusak mata.

4 Lampu LED Warna dapat

disesuaikan,

Ukuran kecil,

Umur panjang,

Dapat hidup-mati

dengan cepat tanpa

mengurangi umur,

Mati perlahan,

Dapat difokuskan

dengan mudah.

Harga mahal,

Terpengaruh oleh

suhu,

Peka terhadap listrik,

Terkadang dapat

mengganggu kesehatan

mata dan

menyebabkan polusi

cahaya bila terlalu

banyak.

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Dari jenis di atas, maka penggunaan lampu untuk setiap ruang

tidak selalu sama. Penggunaan lampu Fluorescent hanya digunakan

pada ruang yang berskala lebar agar pencahayaan lebih maksimal.

Penggunaan lampu pada setiap ruang diatur sebagai berikut :

Tabel 6.13. Pengaturan pencahayaan pada ruang

No. Nama Ruang Kebutuhan Cahaya

Buatan

Jenis Lampu

1 Lobi Penerangan Fluorescent

2 Ruang Sanggar Penerangan LED

3 Ruang Pengajar Penerangan LED

Page 126: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

126

4 Ruang Pameran Penerangan, efek LED

5 Ruang Administrasi

dan Pengelola Sanggar

Penerangan LED

6 Ruang Karyawan dan

Keamanan

Penerangan LED

7 Ruang Rapat Penerangan LED

8 Gudang Penerangan Fluorescent

9 Pantri dan Restaurant Penerangan LED

10 Perpustakaan Penerangan LED

Sumber : Analisis Pribadi 2014

6.5.4. Sistem Transportasi

Sistem transportasi vertikal yang digunakan pada Sanggar Seni

Lukis Inspiratif ini menggunakan tangga biasa karena lantai bangunan

yang hanya terdiri dari 2 lantai utama dan 1 lantai atap. Ramp difungsikan

juga untuk orang yang butuh kursi roda.

Gambar 6.8. Contoh Detil Tangga

Sumber : http://www.desainrumahsederhana.com/wp-content/uploads/2012/10/Tangga-

Rumah-Sederhana-Minimalis.jpg

Page 127: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

127

Gambar 6.9. Contoh Detil ramp

Sumber : http://www.desainrumahsederhana.com/wp-content/uploads/2012/10/Ramp.jpg

6.5.5. Sistem Penyediaan Air Bersih

Sistem penyediaan air bersih menggunakan air bersih dari PDAM

dengan cadangan menggunakan sumur bor. Distribusi airmenggunakan

PDAM disalurkan ke tangki bawah kemudian di pompa ke tangki besar di

atas dan di pompa juga ke hydrant. Setelah disimpan di tangki atas baru

disalurkan ke seluruh bangunan. Penggunaan tangki ini dimaksudkan

untuk menyimpan air ketika pasokan air dari PDAM mengalami gangguan

dan tidak dapat disalurkan dengan baik. Apabila persediaan air tetap tidak

cukup, maka sebagai cadangan dapat menggunakan sumur bor. Distribusi

air dari sumur bor akan disalurkan melalui tangki bawah kemudian di

pompa ke tangki atas dan hydrant. Setelah di simpan di tangki atas baru di

salurkan ke seluruh bangunan. Berikut merupakan skema sistem

penyediaan air bersih :

Page 128: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

128

Gambar 6.10. Skema sistem penyediaan air bersih

Sumber : Analisis Pribadi 2014

6.5.6. Sistem Pembuangan Air Kotor

Sistem pembuangan air kotor dari bangunan ini menggunakan

penangkap lemak supaya minyak dan air dari dapur terpisah dan tidak

menimbulkan gumpalan yang dapat meyumbat pipa pembuangan. Air

kotor dibuang ke bak control dan berakhir di daerah resapan.

Gambar 6.11. Skema sistem pembuangan air kotor

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Gambar 6.12. Skema sistem pembuangan kotoran padat

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Page 129: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

129

6.5.7. Sistem Pembuangan Air Hujan

Selain dengan memberikan daerah resapan, pembuangan air hujan

dilakukan dengan mengalirkan ke riol kecil yang terdapat pada beberapa

bagian bangunan dan mengalirkannya ke riol kota yang sudah tersedia di

depan lokasi.

Gambar 6.13. Skema sistem pembuangan air hujan

Sumber : Analisis Pribadi 2014

6.5.8. Sistem Persampahan

Persampahan perlu direncanakan agar tidak terjadi pembuangan

sampah sembarangan maupun penumpukan sampah pada tempat-tempat

tertentu. Skema sistem pembuangan persampahan sebagai berikut :

Gambar 6.14. Skema sistem persampahan

Sumber : Analisis Pribadi 2014

Sampah dipisahkan antara sampah organic dan sampah non-

organik. Pemisahan ini bertujuan supaya sampah organic dapat diolah

masyarakat menjadi pupuk kompos untuk pertanian. Pemisahan ini

dilakukan dengan membuat dua jenis tempat sampah dengan keterangan

dan warna yang berbeda.

6.5.9. Sistem Keamanan

Sistem keamanan merupakan hal yang penting di dalam bangunan

terutama bangunan umum. Sistem keamanan difungsikan untuk

memberikan keamanan pada pengguna bangunan apabila terjadi hal-hal

yang tidak diinginkan seperti kebakaran, kriminalitas, dan bencana alam.

Page 130: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

130

Fire Hydrant

Sistem yang pertama adalah penyediaan Fire Hydrant. Peletakan

fire hydrant ini terdapat di dalam bangunan maupun luar bangunan.

Adapun beberapa persyaratan pemasangannya sebagai berikut :

Memiliki daya pancar 200 galon/menit dan mampu digunakan

selama 20-30 menit.

Selang berdiameter 1,5” – 2” dengan panjang 20-30 m dan terbuat

dari bahan yang tahan panas.

Penempatan hydrant harus pada tempat yang mudah dijangkau dan

tidak tertutup oleh benda-benda lain seperti hall, lobi, dan taman.

Jumlah Hydrant yang terpasang menyesuaikan jumlah bangunan.

Gambar 6.15. Fire Hydrant

Sumber : http://202.67.224.131/sgimage/95/87195_4.jpg

Halon Gas

Sistem pemadam kebakaran berikutnya adalah halon gas. Halon

gas merupakan alternative alat pemadam kebakaran yang digunakan pada

ruang yang tidak boleh terkena air seperti perpustakaan atau ruang arsip.

Cara kerja halon gas ini adalah dengan memasang kepala sprinkler pada

tabung halon, sehingga ketika terjadi kebakaran kepala sprinkler akan

lepas dan gas otomatis keluar.

Page 131: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

131

Gambar 6.16. Halon Gas

Sumber : http://images1.hellotrade.com/data2/KI/KN/HELLOTD-

2000530/halongasmiddlesmall-250x250.jpg

Karena dipasang pada ruang yang tidak boleh terkena air, maka

halon gas ini baiknya diletakkan pada ruang perpustakaan, ruang

pengelola, dan ruang rapat.

Vent and exhaust fan

Vent and exhaust merupakan alat pengisap asap. Fungsinya adalah

untuk mengeluarkan asap akibat kebakaran keluar dari ruangan dan juga

berfungsi untuk memasukkan udara untuk memberikan tekanan udara

tambah. Biasa digunakan pada dekat daerah evakuasi kebakaran agar asap

yang timbul dapat segera disaring. Pemasangan alat ini berada di dekat

tangga.

Gambar 6.17. Exhaust Fan

Sumber :

http://www.greenbuildingadvisor.com/sites/default/files/Panasonic%20exhaust%20fan.jpg

Page 132: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

132

Tangga Kebakaran

Tangga kebakaran merupakan tangga evakuasi darurat apabila

terjadi kebakaran. Memiliki persyaratan dalam pemasangannya, yaitu :

Terbuat dari konstruksi beton dan baja agar memiliki ketahanan

terhadap api.

Dipisahkan dari ruangan lain dengan dinding beton dengan tebal

minimal 15 cm.

Bahan dinding dan lantai tidak mudah terbakar dan tidak licin.

Lebar minimum 120 cm agar cukup untuk 2 orang.

Pintu yang menghubungkan ke atap bangunan dan pintu paling

bawah terbuka keluar dan pintu lainnya terbuka ke arah dalam

tangga. Pintu terbuat dari bahan tahan api.

Diberikan alat penerangan otomatis sebagai penunjuk arah tangga.

Harus ada exhaust fan di depan tangga agar asap yang akan masuk

ke tangga terhisap.

Bahaya Kriminalitas

Untuk mengantisipasi bahaya kriminalitas dapat menggunakan

CCTV pada tempat-tempat tertentu yang dimonitori dari ruang keamanan.

Selain itu menggunakan alaram juga sangat penting, baik yang otomatis

seperti alarm anti pencuri maupun yang manual apabila terjadi kejahatan

di dalam bangunan. Penggunaan keamanan menggunakan satpam untuk

berjaga juga dilakukan.

Pemasangan CCTV diletakkan pada tiap sudut ruang dan lorong

agar bisa menjangkau keseluruhan bangunan. Ruang CCTV biasanya

dekat dengan ruang keamanan dan letaknya tidak mudah dijangkau oleh

pengunjung. Karena hanya butuh layar monitor LCD, ukuran ruang tidak

perlu terlalu besar dan dapat dijadikan 1 ruang dengan ruang keamanan.

Page 133: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

133

Gambar 6.18. Jenis-jenis CCTV

Sumber : http://www.my-toserba.com/cctvpaket/cctvkamera.jpg

Page 134: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

134

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................................................... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................................................... viii

ABSTRAKSI .................................................................................................................................................. ix

BAB I .............................................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1

1.1. LATAR BELAKANG PROYEK ............................................................................................................ 1

1.2. LATAR BELAKANG MASALAH ........................................................................................................ 3

1.3. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................... 4

1.4. TUJUAN DAN SASARAN ................................................................................................................. 5

1.5. METODE PEMBAHASAN ................................................................................................................ 5

1.6. TATA LANGKAH ............................................................................................................................. 6

1.7. SISTEMATIKA PENULISAN ............................................................................................................. 7

BAB II ............................................................................................................................................................. 8

SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS INSPIRATIF ............................................................................................. 8

2.1. SENI LUKIS ..................................................................................................................................... 8

a. Pengertian Seni Lukis .................................................................................................................... 8

b. Sejarah Seni Lukis .......................................................................................................................... 9

c. Ragam Seni Lukis ......................................................................................................................... 11

2.2. SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS ............................................................................................. 16

a. Pengertian Sanggar dan Galeri Seni Lukis ................................................................................... 16

b. Keberadaan Sanggar dan Galeri Seni Lukis di Indonesia ............................................................ 17

Page 135: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

135

c. Deskripsi Pelaku dan Kegiatannya pada Sanggar dan Galeri Seni Lukis ..................................... 18

d. Fasilitas Sanggar dan Galeri Seni Lukis ........................................................................................ 21

2.3. SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS INSPIRATIF ........................................................................... 27

BAB III LANDASAN TEORI DAN STUDI LITERATUR ....................................................................................... 31

3.1. MENGEMBANGKAN INSPIRASI DALAM BANGUNAN .................................................................. 31

3.2.1. Pengertian Inspirasi ............................................................................................................. 31

3.2.2. Pengaruh Bentuk ................................................................................................................. 31

3.2.3. Pengaruh Piskologis Warna ................................................................................................. 33

3.2.4. Pengaruh Tekstur ................................................................................................................ 35

3.2.5. Pengaruh Proporsi dan Skala .............................................................................................. 36

3.2. BANGUNAN YANG MENYESUAIKAN KONDISI TAPAK ................................................................. 37

3.2.1. Pengertian Bangunan yang Menyesuaikan Kondisi Tapak ................................................. 37

3.2.2. Aplikasi Bangunan yang Menyesuaikan Kondisi Tapak ke dalam bangunan ...................... 38

3.3. ARSITEKTUR EKOLOGIS TROPIS ................................................................................................... 42

3.3.1. Pengertian Arsitektur Ekologis Tropis ................................................................................. 42

3.3.2. Pengaruh Arsitektur Ekologis Tropis ................................................................................... 42

3.4. SANGGAR SENI LUKIS BERSIFAT INSPIRATIF MELALUI BANGUNAN YANG MENYESUAIKAN

KONDISI TAPAK DENGAN MENGGUNAKAN ARSITEKTUR EKOLOGIS TROPIS ......................................... 45

BAB IV .......................................................................................................................................................... 47

DESKRIPSI KAWASAN SLEMAN DAN TAPAK TERPILIH ................................................................................. 47

4.1. KRITERIA KAWASAN .................................................................................................................... 47

4.2. DESKRIPSI WILAYAH SLEMAN ..................................................................................................... 49

4.3. PERATURAN WILAYAH SLEMAN .................................................................................................. 51

4.4. POTENSI WILAYAH ...................................................................................................................... 53

4.5. DESKRIPSI PEMILIHAN LOKASI .................................................................................................... 55

BAB V ........................................................................................................................................................... 64

ANALISIS PERANCANGAN SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS DI YOGYAKARTA ........................................ 64

5.1. ANALISIS FUNGSI BANGUNAN .................................................................................................... 64

Page 136: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

136

6.1.1. Analisis Pelaku dan Kegiatan ............................................................................................... 64

6.1.2. Analisis Kelompok Kegiatan ................................................................................................ 65

6.1.3. Analisis Kebutuhan Ruang ................................................................................................... 69

5.2. ANALISIS RUANG ......................................................................................................................... 70

5.2.1. Hubungan Ruang ................................................................................................................. 71

5.2.2. Analisis Dimensi Ruang Dalam ............................................................................................ 71

5.2.3. Analisis Ruang Luar ............................................................................................................. 79

5.2.4. Analisis Ruang Antara ......................................................................................................... 82

5.3. ANALISIS TAPAK .......................................................................................................................... 82

5.3.1. Analisis Pemilihan Tapak ..................................................................................................... 82

5.3.2. Analisis Sarana dan Prasarana Lingkungan ......................................................................... 83

5.3.3. Analisis Lingkungan ............................................................................................................. 86

5.3.4. Zoning .................................................................................................................................. 89

5.4. ANALISIS PENDEKATAN ............................................................................................................... 90

5.4.1. Tahapan Analisis ................................................................................................................. 90

5.4.2. Analisis Bangunan Menyesuaikan Kondisi Tapak................................................................ 90

5.4.3. Analisis Arsitektur Ekologis Tropis ...................................................................................... 91

5.4.4. Analisis Inspiratif ................................................................................................................. 94

5.4.5. Analisis Kategori Inspiratif Melalui Bangunan yang Menyesuaikan Tapak dengan

Menggunakan Arsitektur Ekologis Tropis ......................................................................................... 100

BAB VI ........................................................................................................................................................ 104

KONSEP PERANCANGAN SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS DI YOGYAKARTA ....................................... 104

6.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN SANGGAR DAN GALERI SENI LUKIS DI YOGYAKARTA ........... 104

6.2. KONSEP FUNGSIONAL ............................................................................................................... 107

6.2.1. Program Ruang .................................................................................................................. 107

6.2.2. Organisasi Ruang ............................................................................................................... 108

6.2.3. Organisasi Ruang Mikro .................................................................................................... 109

6.3. KONSEP TATANAN FISIK ............................................................................................................ 109

6.3.1. Konsep Bentuk .................................................................................................................. 110

6.3.2. Konsep Proporsi dan Skala ................................................................................................ 112

6.3.3. Konsep Struktur ................................................................................................................ 113

Page 137: Sanggar Dan Galeri Seni Lukis Di Yogyaka

137

6.3.4. Konsep Material ................................................................................................................ 114

6.3.5. Konsep Bukaan .................................................................................................................. 114

6.3.6. Konsep Sirkulasi ................................................................................................................ 115

6.3.7. Konsep Warna ................................................................................................................... 115

6.3.8. Konsep Tekstur .................................................................................................................. 116

6.4. KONSEP TAPAK .......................................................................................................................... 118

6.5. KONSEP UTILITAS BANGUNAN .................................................................................................. 119

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................... 134

LAMPIRAN