Sandra Mata Lbm 2
-
Upload
sandra-mignon -
Category
Documents
-
view
255 -
download
0
Transcript of Sandra Mata Lbm 2
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 1/48
LBM 2 MODUL MATA SGD 8
STEP 1
1. COBBLE STONE : benjolan yg besarnya 1mm biasanya tejadi krn penimbunan
cairan dan sel limfoit dibawah konjungtiva fornix,bisa juga timbul di palpebra
superior
2. Injeksi konjungtiva : adanya pelebaran pembuluh darah a.konjungtiva
posterior,semakin bnyak terlihat di konjungtiva fornix
3. Vods 6/6 : samadengan visus 6/6 = bisa melihat jarak 6m yg pda orng normal jg
dpt mlhat pd jrk 6m mata kanan kiri
STEP 2
1. Mengapa mata merah,gatal,keluara secret tetapi pndangan tdk kabur??
2. Kenapa sakitnya berulang ulang factor pncetus??
3. Hub makan udang dan kerang dg keluhan?
4. Kenapa alergi dimata tdk di organ lain??
5. Kenapa ada injeksi konjungtiva dab sifat dr injeksi tsb??
6. Bagaimana terjadinya cobble stone?
7. Kenapa keluhan sudah 5hr tp tdk membaik juga??
8. Cara kerja dr obat tetes mata dan obat minum pd scenario dan kemungkinan obat
itu apa??
9. Dd
STEP 3
1. Mengapa mata merah,gatal,keluara secret tetapi pndangan tdk kabur??
Tidak ada kelainan pd media refrakta,terjadi kelainan di media lain
Gangguan pada visus ada 3:refraksi,media refrakta,nervus
Ada gangguan pd adneksa mata,trjadi gangguan pd konjungtiva
Mata merah karena adanya
infalamasi,vasodilatasi(bradikinin,leukotrin,ptostalgladin)
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 2/48
a. Teori Spesifisitas Teori ini menyatakan bahwa terdapat suatu kelompok sel saraf
sensoris yang hanya memberikan respon terhadap stimuli pruritogenik.
Teori ini didukung oleh bukti-bukti adanya serabut saraf C spesifik untuk
rasa gatal yang menghantarkan rangsang rasa gatal dari perifer ke
sentral dan terdapatnya sel saraf yang sensitif terhadap histamin pada
traktus spinotalamikus.
Sensasi gatal dapat timbul apabila terjadi rangsangan baik mekanik
maupun kimiawi terhadap reseptor gatal. Reseptor gatal adalah akhiran
saraf yang tidak bermyelin dan tidak spesifik dari serabut saraf. Bahan
atau mediator kimia serta rangsangan fisik dapat menyebabkan gatal.
Pola gatal dari orang satu ke orang lain sangatlah berbeda, bahkan
sensasi gatal pada seseorang juga tidak sama walaupun diberi rangsang
gatal yang sama. Rangsangan gatal kemudian disalurkan atau
dipancarkan ke cornu dorsalis medulla spinalis pada sisi yang berlawanan
menyilang garis tengah kemudian naik ke traktus contra-latera
spinothalamic kemudian ke thalamus dan berakhir pada cornu sensorik
otak pada cortex cerebri. Rangsangan gatal ditransmisikan oleh serabut
C tidak bermyelin (Unmyelinated nociceptor C fiber). Walaupun
rangsangan gatal melewati jalur yang sama seperti jalur nyeri, tapi ada
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 3/48
perbedaan jarak antara rangsangan gatal yang unik pada titik gatal tadi
dengan rangsangan nyeri.
b. Teori Intensitas
Teori ini mengatakan bahwa perbedaan intensitas stimulus
berperan penting pada aktivasi serabut saraf. Intensitas stimulus yang
rendah akan mengaktivasi serabut saraf rasa gatal, sedangkan
peningkatan intensitas stimulus akan mengaktivasi serabut saraf nyeri.
c. Teori Selektivitas
Teori ini menyatakan bahwa terdapat suatu kelompok nosiseptoraferen yang secara selektif memberikan respon terhadap stimulus
pruritogenik. Kelompok nosiseptor ini memiliki hubungan sentral yang
berbeda dan mengaktifkan sel saraf sentral yang berbeda pula.
Yosipovitch G, Ishhiuji Y. Neurophysiology of Itch. In: Granstein RD (eds)
Neuroimmunology of the skin. Springer-Verlag, Berlin-Heidelberg 2009; pp 179-85
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 4/48
The Immune System, Garland Science 2005
Pada paparan ulang, alergen akan berikatan dengan IgE
spe s i f ik pada membr an ma s tos i t dan menimbulkan
degranulasi mastosit yang akan melepaskan beberapa
mediator, histamin, prostaglandin dan leukotrien yang
menyebabkan timbulnya reaksi alergi pada hidung, kulit
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 5/48
dan paru (gambar 2 dan 3).
Gambar 2. Patofisiologi alergi (rinitis, eczema, asma) paparan
alergen pertama dan selanjutnya.
Gambar 2 menunjukkan pada paparan alergen yang pertama, IgE spesifikakan berikatan dengan reseptor pada membran mastosit sehingga pada
paparan berikutnya alergen tersebut akan dengan cepat berikatan
dengan mastosit sehingga menimbulkan degranulasi.
Patofisiologi rinitis alergika dimulai dengan earlyphase nasal reaction
yaitu reaksi mediator kimiawi (histamin, PGD2, dll) yang dilepaskan
mastosit dengan mukosa hidung dengan gejala gatal, bersin, rhinorrhea
dan hidung buntu. Setelah 2 sampai 6 jam mastosit terjadi lagi pelepasan
mediator kimiawi (leukotrien B4) dan sitokin yang memicu keradangan
dan disebut sebagai late phase reaction dengan gejala hidung buntu
hiperreaktivitas dan anosmia (gambar 3).1,2
Gambar 3 menunjukkan alergen diproses oleh APC dan dipresentasikan
pada Limfosit Th2. Pada penderita atopi proses ini memicu produks
sitokin IL4, IL-5, IL-6, IL-9, IL-10 dan IL-13 oleh Th2. Interleukin-4 dan IL-13
selanjutnya akan menstimulasi terjadinya isotype switching IgG menjad
IgE pada limfosit B. Imunoglobulin E yang dilepaskan oleh sel plasma
akan berikatan dengan mastosit dan menyebabkan degranulasi
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 6/48
Pelepasan mediator oleh ma s tos i t akan memi cu ear l y -phas e nasa
r eac t ion. Pelepasan mediator berikutnya terjadi 2–6 jam kemudian
sehingga terjadi kekambuhan. Late-phase nasal reaction merupakan
keradangan yang terjadi karena pelepasan faktor kemotaksis oleh
mastosit dan sitokin baik oleh sel Th2 juga mastosit.
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-2-12.pdf
Imunopatologi Alergi
Reaksi alergi terjadi melalui tahap-tahap aktivasi sel-sel imunokompeten,
aktivasi sel-sel struktural, aktivasi dan recruitment sel-sel mast, eosinofil
dan basofil, reaksi mediator dengan target organ dan tahap timbulnya
gejala. Alergen yang berhasil masuk tubuh akan diproses oleh APC.
Peptida alergen yang dipresentasikan oleh APC menginduksi aktivasi
Limfosit T. Aktivasi Limfosit T oleh APC yang memproses alergen akan
mengaktivasi Limfosit TH2 untuk
memproduksi sitokin-sitokinnya.Kontrol specialized pattern recognitionreceptors (PRRs), yaitu Toll-like receptors (TLR) dari sel-sel dendritik (DCs)
atas respons imun innate menentukan respons imun adaptif TH1, Treg
atau TH2. Limfosit TH1 memproduksi IL-2, IFN-g dan TNF-a,sedangkan
Limfosit TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6, IL-9, IL-10, IL-13, dan GM-
CSF.Limfosit TH yang baru diaktifkan alergen akan berfenotip TH2.
Produksi sitokin TH2 terutama IL-4 akan mensupresi perkembangan TH1
dan produksi sitokin TH1 terutama TNF-a akanmensupresi perkembangan
TH2. Bila sitokin yang dihasilkan Limfosit TH2 berinteraksi dengan
Limfosit B, maka Limfosit B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma yangmemproduksi IgE.Sitokin yang dihasilkan TH2 menstimulasi produksi sel
mast, basofil dan eosinofil. Interaksi antara alergen, sel mast dan IgE
menghasilkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast melepaskan
mediator histamin. Histamin yang dilepaskan sel mast ditangkap reseptor
histamin di target organ. Bila terjadi interaksi histamin dengan
reseptornya pada target organ, maka reaksi alergi akan terjadi. Reseptor
H1-histamin mempunyai peran yang lebih luas dalam proses radang
daripada sekedar mediator yang menyebabkan alergi. Reseptor H2-
histamin mempunyai
peran dalam terjadinya rasa gatal dan nyeri pada kulit serta peningkatan
permeabilitas dan vasodilatasi perifer, sedangkan reseptor H3-histamin
meningkatan pelepasan neurotransmitter seperti histamine,
norepinephrine, asetilkolin, peptide dan 5-hidroksitriptamin.
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 7/48
Gambar 1. Mekanisme alergi. Pada individu yang memiliki predisposisi
alergi, paparan pertama alergen menimbulkan aktivasi sel-sel allergen-
specific T helper 2 (TH2) dan sintesis IgE, yang dikenal sebagai sensitisasi
alergi. Paparan alergen
selanjutnya akan menimbulkan penarikan sel-sel inflamasi dan aktivasi
serta pelepasan mediator-mediator, yang dapat menimbulkan early
(acute) allergic responses (EARs) dan late allergic responses (LARs). Pada
EAR, dalam beberapa menit3 kontak dengan alergen, sel mast yang
tersensitisasi IgE mengalami degranulasi, melepaskan mediator pre-
formed dan mediator newly synthesized pada individu sensitif. Mediator-
mediator tersebut meliputi histamin, leukotrien dan sitokin yang
meningkatkan permeabilitas vaskuler, kontraksi otot polos dan produksi
mukus. Kemokin yang dilepas sel mast dan sel-sel lain merekrut sel-sel
inflamasi yang menyebabkan LAR, yang ditandai dengan influks eosinofil
dan sel-sel TH2. Pelepasan eosinofil menimbulkan pelepasan mediator
pro-inflamasi, termasuk leukotrien-leukotrien dan protein-protein basic
(cationic
proteins, eosinophil peroxidase, major basic protein and eosinophil-
derived neurotoxin), dan mereka merupakan sumber dari interleukin-3(IL-3), IL-5, IL-13 dan granulocyte/macrophage colony-stimulating factor.
Neuropeptides juga berkonstribusi pada patofisiologi simptom alergi.
(Dikutip dari Hawrylowicz CM dan O’Garra A, 2005. Potential role of
interleukin-10-secreting regulatory T cells in allergy and asthma. Nature
Reviews Immunology 5; 271-83),
http://www.pediatrik.com/buletin/06224114052-ubg9tv.pdf
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 8/48
• Mekanisme inflamasi
• Masuknya bakteri ke dalam jaringan
• Vasodilatasi sistem mikrosirkulasi area yg terinfeksi →meningkatkan
aliran darah (RUBOR/kemerahan & CALOR/panas)
• Permeabilitas kapiler & venul yang terinfeksi terhadap protein meningkat
→ difusi protein & filtrasi air ke interstisial (TUMOR/bengkak &
DOLOR/nyeri)
• Keluarnya neutrofil lalu monosit dari kapiler & venula ke interstisial
• Penghancuran bakteri di jaringan → fagositosis (respons sistemik:
demam)
• Perbaikan jaringan
staff.ui.ac.id/internal/139903001/material/SISTEMIMUN _revisi.ppt
A. Hipersensitifitas Tipe 1
Komponen :
Sel mast Sel B IgE
Sel Th
Mekanisme :
Reaksi tipe satu disebut juga reaksi cepat atau reaksi anafilaksis atau reaksi
alergi, timbul sesudah tubuh terpajan dengan alergen.
Urutan kejadian :
Fase sensitasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampadiikatnya oleh reseptor spesifik (Fce-R) pada permukaan sel mast dan
basofil. Fase aktivasi yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan
antigen yang spesifik dan sel mast melepas isinya yang berisiskan granulayang menimbulkan reaksi.
Fase efektor yaitu waktu terjadi respons yang kompleks (anafilaksis) sebagaiefek mediator-mediator yang dilepas sel mast dengan aktivitas farmakologi.
Antigen merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel Th. IgE
diikat oleh sel mast/basofil melalui reseptor Fce. Apabila tubuh terpajan ulang
dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan diikat oleh IgE yang
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 9/48
sudah ada pada permukaan sel mast/basofil. Akibat ikatan antigen-IgE, se
mast/basofil mengalami degranulasi dan melepas mediator yang preformed
antara lain histamin yang menimbulkan gejala reaksi hipersensitifitas tipe 1.
Reaksi yang terjadi dapat berupa :
Eritem (kemerahan oleh karena dilatasi vaskular) Bentol/edem (pembengkakan yang disebabkan oleh masuknya serum ke
dalam jaringan)
B. Hipersensitifitas Tipe IIKomponen : IgM, IgG
Mekanisme :
Reaksi tipe II yang disebut juga reaksi sitotoksik terjadi oleh karena dibentuk
antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian dari se
pejamu tersebut dapat mengaktivkan komplemen dan menimbulkan lisis. Lisis
sel dapat pula terjadi melalui sensitasi sel NK sebagai efektor Antibody
Dependent Cell Cytotoxicity (ADCC).
Contoh reaksi tipe II adalah destruksi sel darah merah akibat reaksi transfusi
dan penyakit anemia hemolitik pada bayi yang baru dilahirkan dan dewasa.
Sebagian kerusakan jaringan pada penyakit autoimun seperti miasternia gravis
dan tirotoksikosis juga ditimbulkan melalui mekanisme reaksi tipe II. Anemia
hemolitik dapat ditimbulakn oleh obat seperti penisilin, kinin dan sulfonamid.
C. Hipersensitifitas Tipe IIIKomponen : Kompleks imun (antigen dalam sirkulasi dan IgM dan IgG)
Mekanisme :
Reaksi tipe III disebut juga reaksi kompleks imun terjadi akibat endapan
kompleks antigen-antibodi dalam jaringan atau pembuluh darah. Antibodi disini
biasanya jenis IgG atau IgM. Kompleks tersebut mengaktifkan komplemen yang
kemudian melepas berbagai mediator terutama macrophage chemotactic
faktor. Makrofag yang dikerahkan ke tempat tersebut akan merusak jaringan
sekitar tempat tesebut. Antigen dapat berasal dari infeksi kuman patogen
persisten (malaria), bahan yang terhirup (spora jamur yang menimbulkan
alveolitis ekstrinsik alergi) atau dari jaringan sendiri (penyakit autoimun). Infeks
tersebut disertai dengan antigen dalam jumlah yang berlebihan, tetapi tidak
disertai dengan respons antibodi efektif. Pembentukan kompleks imun yang
terbentuk dalam pembuluh darah.
Antigen dan antibodi bersatu membentuk kompleks imun. Selanjutnya
kompleks imun mengaktifkan C yang melepas C3a dan C5a dan merangsang
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 10/48
basofil dan trombosit melepas berbagai mediator antara lain histamin yang
meningkatkan permeabilitas vaskuler.
Dalam keadaan normal kompleks imun dimusnahkan oleh sel fagosit
mononuklear terutama dalam hati, limpa, dan paru tanpa bantuan komplemen
Dalam proses tersebut, ukuran kompleks imun merupakan faktor penting. Pada
umumnya kompleks yang besar, mudah dan cepat dimusnahkan dalam hati.
Kompleks yang larut terjadi bila antigen ditemukan jauh lebih banyak dari padaantibodi yang sulit untuk dimusnahkan dan oleh karena itu dapat lebih lama
ada dalam sirkulasi. Kompleks imun yang ada dalam sirkulasi meskipun untuk
jangka waktu lama, biasanyan tidak berbahaya. Permasalahan akan timbul bila
kompleks imun menembus dinding pembuluh darah dan mengendap d
jaringan. Gangguan fungsi fagosit diduga dapat merupakan sebab mengapa
kompleks imun sulit dimusnahkan.
D. Hipersensitifitas Tipe IVKomponen : CD4 dan CD8
Mekanisme
Reaksi hipersensitifitas Tipe IV dibagi dalam :
1. DTH melalui sel CD4Pada DTH, sel CD4 Th1 mengaktifkan makrofag yang berperan sebaga
efektor. CD4 Th1 melepas sitokin (IFN-gamma) yang mengaktifkan makrofag
dengan menginduksi inflamasi. Pada DTH, kerusakan jaringan disebabkan
oleh produk makrofag yang diaktifkan seperti enzim hidrolitik, oksigen
reaktif intermediat, oksida nitrat dan sitokin proinflamasi. DTH dapat juga
terjadi sebagai respon terhadap bahan yang tidak berbahaya dalamlingkungan seperti nikel yang menimbulkan dermatitis kontak. Pada keadaan
yang paling menguntungkan DTH berakhir dengan hancurnya
mikroorganisme oleh enzim lisosom dan prodak makrofag lainnnya sepert
peroksid raikal dan superoksid. Pada beberaa keadaan terjadi ha
sebaliknya. Antigen bahkan terlindung.
2. T Cell Mediatid Cytolysis melalui sel CD8Dalam T Cell Mediated Cytolysis, kerusakan terjadi melalui sel CD8 yang
langsung membunuh sel sasaran. Penyakit yang ditimbulkan hipersensitifitas
seluler cenderung terbatas kepada beberapa organ saja dan biasanya tidaksistemik. Pada penyakit virus hepatitis, virus sendiri tidak sitopatik, tetapi
kerusakan ditimbulkan oleh respon CTL terhadap hepatosit yang terinfeksi.
Sel CD8 yang spesifik untuk antigen atau sel autologis dapat membunuh
dengan langsug. Pada banyak penyakit autoimun yang terjadi melalu
mekanisme selular, biasanya ditemukan sel CD4 maupun CD8 spesifik untuk
self-antigen dan kedua jenis sel tersebut dapat menimbulkan kerusakan.
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 11/48
(IPD FKUI Jilid I Edisi IV)
Sel darah putih apakah member gambaran penyakit yg diderita?
Fungsi sel darah putih (leukosit) :
Mempertahankan tubuh terhadap serangan patogen dengan
memfagosit atau menyebabkan kerusakan patogen dengan tiap se
mempunyai kekhususan tersendiri
Mengidentifikasi dan menghancurkan sel kanker yg tumbuh
dalam tubuh
Membersihkan tubuh dari sisa-sisa sel mati , terluka , dan debris
lain
1. neutrofil membantu melindungi tubuh melawan infeksi bakteri dan jamur dan mencernabenda asing sisa-sisa peradangan.
2. eosinofil membunuh parasit, merusak sel-sel kanker dan berperan
dalam respon alergi.
3. basofil juga berperan dalam respon alergi.
4. limfosit memiliki 2 jenis utama, yaitu
limfosit t (memberikan perlindungan terhadap infeksi virus dan
bisa menemukan dan merusak beberapa sel kanker) dan
limfosit b (membentuk sel-sel yang menghasilkan antibodi atau
sel plasma).
5. monosit mencerna sel-sel yang mati atau yang rusak dan memberikan
perlawanan imunologis terhadap berbagai organisme penyebab infeksi.
• Buku Saku Patologi Klinik
Jenis2 sekret : serous: secret bening lebih encer dr mucus(krn virus),mucus:secret
kental dan elastic (alergi),purulen:cair keruh(bakteri)fibrin hancur tdk
elastis,sanguis:merah biasanya brcamur dg darah (kronis),membrane:keruh
lengketklau ditarik tdk brdarah,pseudomembran: ketika ditarik akan berdarah
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 12/48
Mekanisme pembentukan secret
KONJUNGTIVA
Konjungtiva adalah membran mukosa jernih yang melapisi permukaan dalam
kelopak mata (konjungtiva palpebra) dan menutupi permukaan sklera pada bagia
depan bola mata (konjungtiva bulbi ). Konjungtiva di susun oleh epitel berlapis silindri
yang mengandung sel goblet yang terletak di atas suatu lamina basal dan lamina propia
yang terdiri atas jaringan ikat longgar. Sekret sel-sel goblet ikut menyusun tirai ai
mata yang berfungsi sebagai pelumas dan pelindung epitel mata bagian depan. Pad
corneoscleral junction, tempat berawalnya kornea, konjungtiva melanjutkan diri sebaga
epitel kornea berlapis gepeng kornea dan tidak mengandung sel goblet.
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang biasanya ditandai ole
konjungtiva yang hiperemis (merah) dan sekret yang banyak. Hal ini mungkin disebabka
oleh bakteri, virus, alergen atau parasit-parasit lainnya.
dr. Ahmad Aulia Jusuf, PhD, Modul Indera Suatu Tinjauan dari Aspek Histologis
2. Kenapa sakitnya berulang ulang factor pncetus??
Krna sel mast mmpunyai memori trhap alergi trsbut
3. Cobble stone?
Pembengkakkan discus saraf optik pada papilledema disebabkan oleh karena
tertahannya aliran axoplasmic dengan edema intra-axonal pada daerah discus
saraf optik. Ruang subarachnoid pada otak dilanjutkan langsung dengan
pembungkas saraf optik. Oleh karenanya, jika tekanan cairan cerebrospinal (LCS)
meningkat, maka tekanannya akan diteruskan ke saraf optik, dan pembungkus
saraf optic bekerja sebagai suatu tourniquet untuk impede transport axoplasmik.
Hal ini menyebabkan penumpukan material di daerah lamina cribrosa,
menyebabkan pembengkakan yang khas pada saraf kepala. Papilledema dapattidak terjadi pada kasus sebelum terjadinya optic atrophy. Pada kasus ini
ketiadaan papilledema sepertinya adalah sebagai akibat sekunder terhadap
penurunan jumlah serabut saraf yang aktif secara fisiologis.
4. Imun pada konjungtiva
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 13/48
KONJUNGTIVA
Konjungtiva terdiri dari dua lapisan : lapisan epitel dan lapisan jaringan ikat yang
disebut substansia propria. Konjungtiva tervaskularisasi dengan baik dan memiliki
sistem drainase limfe yang baik ke limfonodi preaurikularis dan submandibularis.
Jaringan ini mengandung banyak sel Langerhans, sel dendritik dan makrofag yang
berperan sebagai Antigen Presenting Cell (APC) yang potensial. Folikel padakonjungtiva yang membesar setelah infeksi ataupun inflamasi pada ocular surface
menunjukkan adanya kumpulan sel T, sel B dan APC. Folikel ini merupakan daerah
untuk terjadinya respon imun terlokalisir terhadap antigen oleh sel B dan sel T
secara lokal di dalam folikel.5, 7,13
5. Proteksi imun untuk mucosal surface termasuk ocular adalah Mucosa-Associated
Lymphoid Tissue. MALT terbentuk oleh adanya interkoneksi dari daerah mukosa
yang memberikan gambaran imunologis spesifik tertentu yaitu banyak terdapat
APC, struktur khusus untuk memproses antigen secara terlokalisir (Peyer’s patches
atau tonsil) dan sel efektor (sel T intraepitelial dan sel mast yang berlimpah). Salah
satu fungsi utama MALT adalah untuk menciptakan keseimbangan antara imunitas
dan toleransi untuk mencegah kerusakan jaringan mukosa.5, 7, 9
6. Substansia propria kaya akan sel-sel imun dari bone marrow yang akan
membentuk sistem imun mukosa pada konjungtiva yang dikenal dengan
Conjunctiva Associated Limphoied Tissue (CALT) yang merupakan salah satubagian dari MALT. CALT merupakan sistem imunoregulasi yang utama bag
konjungtiva. Pada substansia propria terdapat neutrofil, limfosit, IgA, IgG, se
dendrite dan sel mast. Eosinofil dan basofil tidak ditemukan pada konjungtiva yang
sehat. Konjungtiva mengandung banyak sel mast. IgA merupakan antibodi yang
paling banyak dalam lapisan air mata. IgA menyerang bakteri dengan cara
“membungkusnya” sehingga mencegah terjadinya perlekatan antara bakter
dengan sel epitel. Molekul terlarut yang banyak adalah komplemen. Respon imun
yang terjadi pada konjungtiva sebagian besar merupakan respon imun yang
dimediasi oleh antibodi dan limfosit, namun juga terdapat respon imun yang
dimediasi oleh IgE terhadap sel mast pada reaksi alergi.5, 7, 9
7.
8. Hub makan udang dan kerang dg keluhan?
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 14/48
Menurut epitopa. Unideterminan, univalent. Hanya 1 jenis determinan / epitop pada 1 molekulb. Unideterminan, multivalent. Hanya 1 jenis determinan tetapi 2 / lebih
determinan tersebut ditemuakan pada 1 molekulc. Multideterminan, univalent. Banyak epitop bermacam2 tetapi hanya 1 dar
setiap macamnya (kebanyakan protein)d. Multideterminan, multivalent. Banyak epitop dan banyak dari setiap macam
pada 1 molekul (antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks
secara kimiawi)Faktor endogen dan eksogen dr kerang dan udang yg mnyebabkan alergi
Penyebab alergi di dalam makanan adalah protein, glikoprotein atau polipeptida
dengan berat molekul lebih dari 18.000 dalton, tahan panas dan tahan ensim
proteolitik. Sebagian besar alergen pada makanan adalah glikoprotein dan berkisar
antara 14.000 sampai 40.000 dalton. Molekul-molekul kecil lainnya juga dapat
menimbulkan kepekaan (sensitisasi) baik secara langsung atau melalui mekanisme
hapten-carrier.Kandungan udang yang membuat alergi adalah histamin yang
terdapat pada udang, terutama yang sudah tidak segar lagi. Karena, histamin
terbentuk dari protein –hewan laut mengandung protein tinggi– yang bereaksidengan enzim-enzim yang terbentuk setelah kematian makhluk hidup. Jadi
singkatnya, gejala alergi akan muncul bila makanan laut yang dikonsumsi
kualitasnya tak baik lagi karena daging ikan sudah mulai ‘dihabiskan’ oleh
mikroorganisma pembusuk yang bereaksi dengan enzim-enzim tersebut, Terus
alergi itu juga di picu kekebalan tubuh seseorang dan riwayat kesehatan
keluarganya.
9. Kenapa alergi dimata tdk di organ lain??
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 15/48
10. Kenapa ada injeksi konjungtiva dan sifat dr injeksi tsb??
Krn proses inflamasi
Sifat2: mudah digerakkan knpa?
Karena tidak melekat pada sclera
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 16/48
Mata merah dengan penglihatan normal dan kotor atau belekMata kotor atau belekGejala khusus pada kelainan konjungtiva adalah terbentuk sekret. Sekretmerupakan produk kelenjar yang pada konjumgtiva bulbi dikeluarkan oleh segoblet. Sekret konjungtiva bulbi pada konjungtivitis dapat bersifat:
• Air, kemungkinan disebabkan infeksi virus atau alergi• Purulen, oleh bakteri atau klamidia• Hiperpurulen, disebabkan gonokok atau meningokok• lengket, oleh alergi atau vernal, dan• Seros, oleh adenovirus
Bila pada sekret konjungtiva bulbi dilakukan pemeriksaan sitologik danpewarnaan Giemsa maka akan didapat dugaan kemungkinan penyebabsekret seperti terdapatnya :
• Limfosit - monosit - sel berisi nukleus sedikit plasma, maka infeksimungkin disebabkan virus,
• Neutrofil oleh bakteri,• Eosinofil oleh alergi
• Sel epitel dengan badan inklusi basofil sitoplasma oleh klamidia,
•
Sel raksasa multinuklear oleh herpes,• Sel Leber -makrofag raksasa oleh trakoma,
• Karatnisasi dengan filamen oleh pemfigus atau dry eye,
• Badan Guarneri eosinofilik oleh vaksinia.
George M. Bohigian.M.D.:"Handbook of External Disease of The
Eye". New Jersey. Sla-ck Incorporated. Third Edition.
1987.p.19.Table 3.
Macam-macam sekret:
serous, (cair bening)
Encer seperti air dengan penyebabnya virus. Setelah dua/ tiga hari dapat menjad
mukopurulen, karena super infeksi dari kuman komensal, (daya tahan menurun
sehingga kuman komensal tumbuh tak terkendali)
mucous, (kental bening elastis)
kental, bening, elastis (bila ditarik dengan ujung kapas). Penyebabnya biasanya
karena proses khronis/alergi . Fibrin-fibrin dalam keadaan utuh.
Klinis : bila ditutul kapas akan mulur (elastis) Sebab zat mucous terdiri dari fibrin
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 17/48
purulen, (cair keruh kuning)
Makin ganas kumannya makin purulen (nanah) mis : Gonococcen
Banyak sel yang mati, terutama leucocyt, dan jaringan nekrose
Kuman-kumannya type ganas, fibrin sudah hancur.
Bila ditutul kapas, ia akan terhisap, sifatnya seperti air,berwarna kuning
Campuran : mucopurulen, kental berwarna kuning, elastis. Penyebabnya
biasanya kuman coccen yang lain.
membran, (keruh lengket pada permukaan, bila diangkat tak berdarah)
Misal : pada conjunctivitis diphtherica.
Terbentuk sekret, sel - sel lepas dan terbentuk jaringan nekrotik.
Terjadi defek konjungtiva.
Membran sukar dilepas dan bila dipaksa akan berdarah karena ada ulkus
dibawahnya.
Bila dilepas /dikupas akan berdarah
pseudomembran, (keruh lengket pada pemukaan, bila diangkat berdarah)
Seolah-olah seperti melekat pada conjunctiva tetapi mudah diambil dan tak
mengakibatkan perdarahan. Penyebabnya antara lain streptococcus haemoliticus
Sanguis, (cair merah ada darah)
Sekret berdarah. Terdapat pada konjungtivitis karena virus yang sangat virulent.
Sering disertai sekret purulent setelah dua/ tiga hari, karena ada super infeksi dari
bakteri komensal.
Injeksi Injeksi Injeksi
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 18/48
konjungtiva siliar/perkorne
al
episkleral
Asal a. konjungtiva
posterior
a. siliar longus a. siliar
Memperdara
hi
Konj. Bulbi Kornea segmen
anterior
Intraokular
Warna Merah Ungu Merah gelapArah aliran Ke perifer Ke sentral Ke perifer
Konjungtiva
digerakkan
Ikut bergerak Tdk bergerak Tdk ikut
bergerakDengan
epinefrin
Menciut Tdk Tdk
Kelainan Konjungtiva Kornea/iris Glaukoma/
endoftalmitisSekret + - -
Visus N Turun Sangat turun
• Konjunctivitis
Definisi
Merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lender yang menutup
belakang kelopak mata dan bola mata.
(ILMU PENYAKIT MATA, Prof.Dr.H.Sidarta ilyas , SpM)
Etiologi
• Infeksi:
a. Bakterial
Neisseria GO
Neiseria meningitides
Pneumokokus
Haemofilus influenza
Stafilokokus
Streptokokus
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 19/48
Klamidia trakomatis
b. Virus
Adenovirus
Varicella-Zooster
Herpes simpleks
Riccketsia
c. Fungi
Candida
d. Parasit
Onchocerca volvulus
Loa-loa
Ascaris lumbricoides
Larva lalat
• Imunologik ( alergik )
• Reaksi hipersensitifitas segera ( humoral )
Kerato konjungitivitis vernal ( musim semi )
Kerato konjungitivitis atopic
Konjungitivitis papiler raksasa
• Reaksi hipersensitifitas tertunda ( seluler )
Phlyctenulosis ( reaksi hipersensitivitas lambat terhadap antigen mikroba,
spt stafilokokus, mikrobakterial)
• Penyakit autoimun
Keratokonjungtivitis sicca pada sindrom Sjogren
• Kimiawi atau iritatif
• Iatrogenik
Miotika
Idoxuridine
Obat topical lain
Larutan lensa kontak
• Yang berhubungan dengan pekerjaan
Asam
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 20/48
Basa
Asap
Angin
Cahaya ultra violet
Bulu ulat
• Etiologi tidak diketahui
Folikulosis
Konjungitivitis folikuler menahun
Rosasea akuler
Psoriasis
Dermatitis herpetiform
Epidermolisis bulosa
Keratokonjungtivitis limbic superior
Sindrom Reiter
Sindrom limfondus mukokutaneus (penyakit kawasaki)
• Bersama penyakit sistemik
• Sekunder terhadap dakriosistitis atau kanakulitis
Oftalmologi umum. Vaughan
Patofisiologi
Benda asing masuk tubuh akan membentuk suatu mekanisme pertahanan tubuh
melalui reaksi inflamasi atau peradangan, yang pertama kali terjadi adalah
adanya kalor (panas) karena vasodilatasi pembuluh darah, tapi hal ini sangat
jarang terjadi pada mata karena organ nya kecil dan pembuluh darahnya tidak
banyak dan kecil-kecil, kemudian akan timbul rubor (kemerahan) karenavasodilatasi pembuluh darah dan meningkatnya aliran darah pada daerah yang
terkena, kemudian terjadi tumor (pembengkakan) karena adanya peningkatan
masa jaringan akibat edema dan transudasi jaringan, lalu timbul dolor (rasa nyeri)
karena akibat rangsangan pada serabut saraf sensoris dan akhirnya dapat
menyebabkan fungsiolesa (fungsi organ yang terkena menjadi terganggu).
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 21/48
(OFTALMOLOGI UMUM, Daniel G. Vaughan dkk)
Manifestasi klinis
Tanda dan gejala konjungtivitis secara umum
Dari anamnesis didapatkan keluhan mata merah, sensasi benda asing/mengganjal, sensasi tergores atau panas, gatal, berair dan keluar kotoran mata/
lodok. Tidak didapatkan penurunan tajam penglihatan.
Tanda penting pada konjungtivitis adalah :
a. Hiperemi :Kemerahan yang paling nyata pada fornix dan mengurang ke arah limbus.
Hal ini disebabkan oleh dilatasi pembuluh – pembuluh konjungtiva posterior.
Pembuluh darah konjungtiva posterior berasal dari cabang nasal dan
lakrimal yang merupakan cabang teminal arteri oftalmika, menuju kelopakmata melalui forniks. Diantara keduanya terdapat anastomosis. Injeks
konjungtiva menunjukkan adanya kelainan pada konjungtiva superficial.
b. Lakrimasi :Sekresi air mata oleh karena adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar/
gatal.
c. Eksudasi :Adanya secret yang keluar saat bangun tidur dan bila berlebihan palpebra
saling melengket.
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 22/48
d. Kemosis :Udem konjungtiva oleh karena transudasi cairan dari pembuluh darah kapiler
konjungtiva. Klinis tampak seperti gelembung/benjolan bening pada
konjungtiva bulbi atau fornix. Kemosis dapat terjadi secara :
- Aktif : peningkatan permeabilitas pada peradangan ( eksudat )
-Pasif : akibat stasis ( perbandingan “ tissue fluid “ didalam jaringan/organtergantung pada keseimbangan antara produk cairan dari arteri, penyerapanke vena dan drainage oleh limfatik ). Ketidakseimbangan salah satu factor indapat menyebabkan kemosis.
e. Folikel : Tampak pada kebanyaan kasus konjungtivitis virus, kasus konjungtivitis
khlamidia. Sering terdapat pada tarsus terutama tarsus superior. Secara
klinik dapat dikenali sebagai struktur kelabu atau putih yang avaskuler dan
bulat. Pada pemeriksaan slit lamp, pembuluh-pembuluh kecil tampak muncul
pada batas folikel dan mengintarinya.
f. Pseudomembran :Adalah haasil proses eksudatif dan hanya berbeda derajatnya.
Pseudomembran adalah pengentalan di atas permukaan epitel, bila diangkatepitel tetap utuh. Bila sebuah membran adalah pengentalan yang meliputi
seluruh epitel epitel jika diangkat akan meninggalkan permukaan yg kasar
dan berdarah. Pseudomembran atau membran dapat menyertai
konjungtivitis virus herpes, pemphigoid sikatriks, difteria. Membran dan
pseudomembran dapat berupa sisa akibat luka bakar kimiawi.
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 23/48
g. Hipertrofi papila :Reaksi konjungtiva non spesifik yang terjadi karena konjungtiva terikat pada
tarsus atau limbus. Konjungtiva papiler merah mengesankan penyakit
bakteri atau klamidia.
h. Nodus preaurikuler:Pembesaran nodus limfatikus. Ada nyeri tekan pada konj. Herpes dan inklusi
dan trakoma.
Tanda Bakterial Viral Alergik Toksik TRIC
Injeksi
konjuntivitis
Hemoragi
Kemosis
Eksudat
Pseudomembran
Papil
Mencolok
+
++
Purulen atau
mukopurule
n
+/-
(strep.,C.dip
Sedang
+
+/-
Jarang,
air
+/-
-
Ringan-
sedang
-
++
Berserabut
(lengket), air
-
+
-
Ringan-
sedang
-
+/-
-
-
-
Sedang
-
+/-
Berserab
ut
(lengket)
-
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 24/48
Folikel
Nodus
Preaurikular
Panus
h)
+/-
-
+
-
+
++
-
-
- (kecuali
vernal)
+
(medikasi
)
-
-
+/-
+
+/-
+
• tr achoma and inclusion conjunctivitis. = TRIC
Daniel Vaughan, General Ophthalmology. Fifteenth edition, Appleton and Lange, San
Fransisco, USA. 1999
KONJUNGTIVITIS GONOREDEFINISI
Konjungtivis gonore adalah suatu radang konjungtiva akut dan hebat dengan sekretpurulen yang disebabkan oleh kuman neisseria gonorrhoeae.
ETIOLOGIKonjungtivis gonore disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae.
KLASIFIKASIPenyakit ini dapat mengenai bayi berumur 1 – 3 hari, disebut oftalmia neonatorum,akibat infeksi jalan lahir. Dapat pula mengenai bayi berumur lebih dari 10 hari atau padaanak-anak yang disebut konjungtivitis gonore infantum. Bila mengenai orang dewasabiasanya disebut konjungtivitis gonoroika adultorum.
PATOFISIOLOGIKonjungtiva adalah lapisan mukosa yang membentuk lapisan terluar mata. Iritasi apapunpada mata dapat menyebabkan pembuluh darah dikonjungtiva berdilatasi. Iritasi yangterjadi ketika mata terinfeksi menyebabkan mata memproduksi lebih banyak air mata.Sel darah putih dan mukus yang tampak di konjungtiva ini terlihat sebagai dischargeyang tebal kuning kehijauan. 6
Perjalanan penyakit pada orang dewasa secara umum, terdiri atas 3 stadium :1. Infiltratif 2. Supuratif atau purulenta3. Konvalesen (penyembuhan), hipertrofi papil.
1. Stadium Infiltratif.Berlangsung 3 – 4 hari, dimana palpebra bengkak, hiperemi, tegang, blefarospasme,disertai rasa sakit. Pada konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva yang lembab,kemotik dan menebal, sekret serous, kadang-kadang berdarah. Kelenjar preauikulermembesar, mungkin disertai demam. Pada orang dewasa selaput konjungtiva lebihbengkak dan lebih menonjol dengan gambaran hipertrofi papilar yang besar. Gambaranini adalah gambaran spesifik gonore dewasa. Pada umumnya kelainan ini menyerangsatu mata terlebih dahulu dan biasanya kelainan ini pada laki-laki didahului pada matakanannya
2. Stadium Supurativa/Purulenta.
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 25/48
Berlangsung 2 – 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra masih bengkak,hiperemis, tetapi tidak begitu tegang dan masih terdapat blefarospasme. Sekret yangkental campur darah keluar terus-menerus. Pada bayi biasanya mengenai kedua matadengan sekret kuning kental, terdapat pseudomembran yang merupakan kondensasifibrin pada permukaan konjungtiva. Kalau palpebra dibuka, yang khas adalah sekretakan keluar dengan mendadak (memancar muncrat), oleh karenanya harus hati-hati bilamembuka palpebra, jangan sampai sekret mengenai mata pemeriksa.
3. Stadium Konvalesen (penyembuhan).
Berlangsung 2 – 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra sedikit bengkak,konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltratif. Pada konjungtiva bulbi injeksi konjungtivamasih nyata, tidak kemotik, sekret jauh berkurang.
Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran,sehingga pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang sedang menderita penyakittersebut. Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelaminsendiri.Pada neonatus, penyakit ini menimbulkan sekret purulen padat dengan masa inkubasiantara 12 jam hingga 5 hari, disertai perdarahan sub konjungtiva dan konjungtivakemotik.
GAMBARAN KLINISPada bayi dan anak Gejala subjektif : (-)Gejala objektif :
Ditemukan kelainan bilateral dengan sekret kuning kental, sekret dapat bersifatserous tetapi kemudian menjadi kuning kental dan purulen. Kelopak mata membengkak,sukar dibuka (gambar 1) dan terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal.Konjungtiva bulbi merah, kemotik dan tebal.
Pada orang dewasGejala subjektif :
Rasa nyeri pada mata.Dapat disertai tanda-tanda infeksi umum.Biasanya terdapat pada satu mata. Lebih sering terdapat pada laki-laki dan biasanya
mengenai mata kanan.Gambaran klinik meskipun mirip dengan oftalmia nenatorum tetapi mempunyai beberapa
perbedaan, yaitu sekret purulen yang tidak begitu kental. Selaput konjungtiva terkenalebih berat dan menjadi lebih menonjol, tampak berupa hipertrofi papiler yang besar(gambar 2). Pada orang dewasa infeksi ini dapat berlangsung berminggu-minggu.
PEMERIKSAAN PENUNJANG.
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sediaan langsung sekret denganpewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitasuntuk perencanaan pengobatan.Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret denganpewarnaan metilen biru, diambil dari sekret atau kerokan konjungtiva , yang diulaskanpada gelas objek, dikeringkan dan diwarnai dengan metilen biru 1% selama 1 – 2 menit.Setelah dibilas dengan air, dikeringkan dan diperiksa di bawah mikroskop. Padapemeriksaan dapat dilihat diplokok yang intraseluler sel epitel dan lekosit, disamping
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 26/48
diplokok ekstraseluler yang menandakan bahwa proses sudah berjalanmenahun. Morfologi dari gonokok sama dengan meningokok, untuk membedakannyadilakukan tes maltose, dimana gonokok memberikan test maltose (-). Sedangmeningokok test maltose (+).Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka kedua orang tua harus diperiksa. Jikapada orang tuanya ditemukan gonokok, maka harus segera diobati.
KOMPLIKASI
Penyulit yang didapat adalah tukak kornea marginal terutama di bagian atas, dimulaidengan infiltrat, kemudian pecah menjadi ulkus. Tukak ini mudah perforasi akibatadanya daya lisis kuman gonokok (enzim proteolitik). Tukak kornea marginal dapatterjadi pada stadium I atau II, dimana terdapat blefarospasme dengan pembentukansekret yang banyak, sehingga sekret menumpuk dibawah konjungtiva palpebra yangmerusak kornea dan hidupnya intraseluler, sehingga dapat menimbulkan keratitis, tanpadidahului kerusakan epitel kornea. Ulkus dapat cepat menimbulkan perforasi,edofthalmitis, panofthalmitis dan dapat berakhir dengan ptisis bulbi.Pada anak-anak sering terjadi keratitis ataupun tukak kornea sehingga sering terjadiperporasi kornea. Pada orang dewasa tukak yang terjadi sering berbentuk cincin.
PENCEGAHAN1. Skrining dan terapi pada perempuan hamil dengan penyakit menular seksual.2. Secara klasik diberikan obat tetes mata AgNO3 1% Segera sesudah lahir (harus
diperhatikan bahwa konsentrasi AgNO3 tidak melebihi 1%).3. Cara lain yang lebih aman adalah pembersihan mata dengan solusio borisi dan
pemberian kloramfenikol salep mata.4. Operasi caesar direkomendasikan bila si ibu mempunyai lesi herpes aktif saat
melahirkan.5. Antibiotik, diberikan intravena, bisa diberikan pada neonatus yang lahir dari ibu
dengan gonore yang tidak diterapi.
PENATALAKSANAAN- Pengobatan dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram positif diplokok batang
intraseluler dan sangat dicurigai konjungtivitis gonore.- Pasien dirawat dan diberi pengobatan dengan penicillin, salep dan suntikan, pada bayi
diberikan 50.000 U/kgBB selama 7 hari.- Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih (direbus) atau dengan
garam fisiologik setiap ¼ jam, kemudian diberi salep penisillin setiap ¼ jam. Penisillintetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisillin (caranya : 10.000 – 20.000unit/ml) setiap 1 menit sampai 30 menit. Kemudian salep diberikan setiap 5 menitselama 30 menit., disusul pemberian salep penisillin setiap 1 jam selama 3 hari.
- Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokok.- Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksan mikroskopik yang dibuat setiap hari
menghasilkan 3 kali berturut-turut negatif.- Pada pasien yang resisten terhadap penicillin dapat diberikan cefriaksone (Rocephin)
atau Azithromycin (Zithromax) dosis tinggi.
Efek samping pengobatan- Tetes nitrat Argenti yang diberi pada bayi baru lahir untuk mencegah infeksi gonore
akan menyebabkan iritasi ringan, tapi akan sembuh dengan sendirinya satu sampaidua hari tanpa meninggalkan kerusakan menetap.
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 27/48
- Antibiotika topikal dapat menyebabkan reaksi alergi.- Antibiotika oral dapat menyebabkan gangguan perut, ruam dan reaksi alergi.Vaughan, Daniel G., Asbury Taylor, Riordan Eva-Paul. Ofthalmologi Umum. Edisi14.Jakarta:Widya Medika,2000 ; Ilyas, H. Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2003
KONJUNGTIVITIS BAKTERI AKUT
1) Etiologi
i) Konjungtivitis bakteri akut disebabkan Streptokokus
Corynebacterium diphtherica, pseudomonas, neisseria, dan
hemophilus.
2) Gambaran Klinis
i) Gambaran klinis berupa konjungtivitis mukopurulen dan
konjungtivitis purulen. Perjalanan penyakit akut yang dapat berjalan
kronis.ii) Dengan tanda hiperemi konjungtiva, edema kelopak, papil dan
dengan kornea yang jernih.
3) Pengobatan
i) Pengobatan kadang-kadang diberikan sebelum pemeriksaan
biologik dengan antibiotik tunggal seperti neosporin, basitrasin,
gentamisin, kloramfenicol, tobramisin, eritromisin, dan sulfa. Bila
pengobatan memberikan hasil dengan antibiotik setelah 3-5 harmaka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan
mikrobiologik.
ii) Bila terjadi penyulit pada kornea maka diberikan sikloplegik.
iii) Pada konjungtivitis bakteri sebaiknya dimintakan pemeriksaan
langsung dan bila ditemukan kumannya, maka pengobatan
disesuaikan. Apabila tidak ditemukan kuman dalam sediaan
langsung, maka berikan antibiotik spektrum luas dalam bentuk
tetes mata tiap jam atau salep mata 4 sampai 5 kali sehari. Apabila
dipakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur diberi salep mata
(sulfasetamid 10-15% atau khloramfenicol). Apabila tidak sembuh
dalam satu minggu bila mungkin dilakukan pemeriksaan resistensi,
kemungkinan defisiensi air mata atau kemungki obstruksi duktus
nasolakrimal.
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 28/48
KONJUNGTIVITIS GONORE
1) Definisi & Etiologi
i) Konjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan
hebat yang disertai dengan sekret purulen. Gonokok merupakankuman yang sangat patogen, virulen dan bersifat invasif sehingga
reaksi radang terhadap kuman ini sangat berat.
ii) Penyakit kelamin yang disebabkan oleh gonore merupakan penyakit
yang tersebar luas di seluruh dunia secara endemik.
iii) Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada
jalan kelahiran, sedang pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu
yang sedang menderita penyakit tersebut. Pada orang dewasa
penyakit,ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin sendiri.
iv) Tipe dewasa disebabkan infeksi sendiri dengan gejala mendadak
dengan purulensi berat yang dapat memberikan penyulit keratitis
komea, sepsis, atrhritis, dan dakrioadenitis.
2) Gambaran klinik
i) Di klinik kita akan melihat penyakit ini dalam bentuk oftalmia
neonatorum (bayi berusia 1-3 hari), konjungtivitis gonore infantum
(usia lebih dari 10 hari) dan konjungtivitis gonore adultorum
Terutama mengenai golonn bayi dan bayi yang ditularkan ibunya
Merupakan penyebab utama oftalmia neonatum. Memberikan
sekret purulen paclat dengan masa inkubasi antara 12 jam hingga 5
hari, disertai perdarahan subkonjungtiva dan konjungtivitis kemotik.
ii) Pada orang dewasa terdapat 3 stadium penyakit infiltratif, supuratif
dan penyembuhan.
(a)Pada stadium infiltratif ditemukan kelopak dan konjungtiva
yang kaku disertai rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata
membengkak dan kaku sehingga sukar dibuka. Terdapat
pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior sedang
konjungtiva bulbi merah, kemotik dan menebal. Pada orang
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 29/48
dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih menonjo
dengan gambaran spesifik gonore dewasa. Pada orang
dewasa terclapat perasaan sakit pada mata yang dapat
disertai dengan tanda-tanda infeksi umum. Pada umumnya
menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasanya kelainan
ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya.(b)Pada stadium supuratif terdapat sekret yang kental. Pada
bayi biasanya mengenai kedua mata dengan sekret kuning
kental. Kadang-kadang bila sangat dini sekret dapat sereus
yang kemudian menjadi kental dan purulen, Berbeda dengan
oftalmia neonatorum, pada orang dewasa sekret tidak kenta
sekali. Terdapat pseudomembran yang merupakan
kondensasi fibrin pada permukaan konjungtiva. Pada orang
dewasa penyakit ini berlangsung selama 6 minggu dan tidak
jarang ditemukan pembesaran disertai rasa sakit Kelenjar
preaurikul.
(c)Pada stadium penyembuhan semua gejala sangat
berkurang. Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan
mikroskopik yang dibuat menghasilkan 3 kali berturut-turut
negatif.
3) Diagnosis
i) Diagnosis pasti penyakit ini adalah pemeriksaan sekret dengan
pewarnaan metilen biru dimana akan terlihat diplokok di dalam se
leukosit.
ii) Dengan pewarnaan Gram akan terdapat sel intraselular atau ekstra
selular dengan sifat Gram negatif.
iii) Pemeriksaan sensitivitas dilakukan pada agar darah dan coklat.
iv) Saat terlihat penyakit, gambaran klinis serta hasil pemeriksaan
akan membantu untuk menentukan kausa.
v) Pemeriksaan laboratorium akan memberikan gambaran yang khas
untuk jenis infeksi, yang akan memperlihatkan tanda-tanda infeksi
jamur dan,bakteri pada perneriksaan sitologik.
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 30/48
4) Pengobatan
i) Pengobatan segera dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram
positif diplokok batang intraselular dan sangat dicuriga
konjungtivitis gonore. Pasien dirawat dan diberi pengobatan dengan
penisilin salep dan suntikan, pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB
selama 7 hari.
ii) Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air atau dengan
garam fisiologik setiap 1/4jam. Kemudian diberi salep setiap 1/4
jam. Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan
penisilin G 10.000 - 20.000 unit/ml setiap 1 menit sampai 30 menit.
Kemudian salep diberikan setiap 5 menit sampai 30 menit. Disusu
pemberian salep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.iii) Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan
iv) Pengobatan biasanya dengan perawatan di Rumah Sakit dengan
terisolasi, dibersihkan dengan garam fisiologis, penisilin sodium G
100. unit/ml, eritromisin topikal, dan penisilin 4.8 juta unit dibagi 2
kali sistemik
5) Penyulit
i) Penyulit yang dapat terjadi adalah tukak kornea marginal terutama
di bagian atas. Tukak ini mudah perforasi akibat adanya daya lisis
gonokok ini. Pada anak-anak sering terjadi keratitis ataupun tukak
sehingga sering terjadi perforasi kornea. Pada orang dewasa tukak
terjadi sering terletak marginal dan sering berbentuk cincin
Perforasi komea dapat mengakibatkan endoltalmitis dan
panoftalmitis sehingga terjadi kebutaan total. .
6) Pencegahan
i) Pencegahan : Cara yang lebih aman ialah membersihkan mata
segera setelah lahir dengan larutan berisi dan memberikan salep
kloramfenikol.
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 31/48
7) DD
i) Konjungtivitis purulen pada bayi sebaiknya dibedakan dengan mia
neonatorium lainnya seperti klamidia konjungtivitis (inklusion
blenore infeksi diberikan bakteri lain, virus dan jamur.
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 32/48
KONJUNGTIVITIS MENAHUN
1) Konjungtivitis alergi
i) Definisi
(a)Bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap
noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan
reaksi terlambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada
reaksi terhadap obat, bakteri, dan toksik. Merupakan reaksiantibodi humoral terhadap alergen. Biasanya dengan riwayat
atopi.
ii) Gejala
(1)Semua gejala pada konjungtiva akibat konjungtiva bersifat
rentan terhadap benda asing.
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 33/48
(2)Gejala utama penyakit alergi ini adalah radang (merah, sakit,
bengkak, dan panas), gatal, silau berulang dan menahun.
Tanda karakteristik lainnya adalah terdapatnya papi
besar pada konjungtiva, datang bermusim, yang dapat
mengganggu penglihatan. Walaupun penyakit alerg
konjungtiva sering sembuh sendiri akan tetapi dapatmemberikan keluhan yang memerlukan pengobatan.
iii) PP
(1)Pada perneriksaan laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel
plasma, limfosit dan basofil.
iv) Pengobatan
(1)Pengobatan terutama dengan menghindarkan penyebab
pencetus penyakit dan memberikan astringen, sodium kromolin,
steroid topikal dosis rendah yang kemudian disusul dengan
kompres dingin untuk menghilangkan edemanya. Pada kasus
yang berat dapat diberikan antihistamin dan steroid sistemik.
2) Klasifikasi :
Dikenal beberapa macam bentuk konjungtivitis alergi seperti:
1. Konjungtivitis flikten,
2. konjungtivitis vermal,3. konjungtivitis atopi,
4. konjungtivitis alergi bakteri,
5. konjungtivitis alergi akut,
6. konjungtivitis alergi kronik,
7. sindrom Stevens Johnson,
8. pemfigoid okuli, dan sindrom Syogren.
i) Konjungtivitis vernal
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 34/48
(a)Etiologi
1. Konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas (tipe 1)
yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren.
2. Pada mata ditemukan papil besar dengan permukaan
rata pada konjungtiva tarsal, dengan rasa gatal berat,
sekret gelatin yang berisi eosonofil atau granula
eosinofil, pada kornea terdapat keratitis,
neovaskularisasi, dan tukak indolen.
3. Pada tipe limbal terlihat benjolan di daerah limbus
dengan bercak Horner Trantas yang berwarna
keputihan yang terdapat di dalam benjolan. Secara
histologik penonjolan ini adalah suatu hiperplasi dan
hialinisasi jaringan ikat disertai proliferasi sel epitel dan
sebukan sel limfosit, sel plasma dan sel eosinofil.
4. Merupakan penyakit yang dapat rekuren dan bilatera
pada musim panas.
5. Mengenai pasien usia muda antara 3-25 tahun dan
kedua jenis kelamin sama. Biasanya pada laki-laki mula
pada usia di bawah 10 tahun.
(b)Gejala
Penderita konjungtivitis vernal sering menunjukkan
gejala-gejala alergi terhadap tepung sari rumput-
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 35/48
rumput. Dua bentuk utama (yang dapat berjalan
bersama) :
i. Bentuk palpebra. Pada tipe palpebra terutama
mengenai tiva tarsal superior. Terdapat
pertumbuhan papil yang ble stone) yang diliput
sekret yang mukoid. Konjungtiva bawah hiperem
dan edema, dengan kelainan kornea lebih
dibanding bentuk limbal. Secara klinik papil besar
ini tampak tonjolan bersegi banyak dengan
permukaan yang rata dan kapiler di tengahnya.
ii. Bentuk limbal, hipertrofi papil pada limbus
superior yang membentuk jaringan hiperplastik
gelatin, dengan, Trantas dot merupakandegenerasi epitel kornea atau eosinofil di bagian
limbus kornea, terbentuknya pannus, dengan
sedikit eosinofil.
(c)Pengobatan
1. Ahtihistamin dan desensitisasi mempunyai efek yang
ringan Vasokonstriktor, kromolin topikal dapat
mengurangi pemakaian steroid, siklosporin dapatbermanfaat.
2. Obat anti inflamasi non lainnya tidak banyak manfaat
Pengobatan dengan steroid topikal dan salep akan
dapat menyembuhkan.
3. Hati-hati pemakaian steroid lama. Bila tidak ada hasi
dapat diberikan radiasi, atau dilakukan pengangkatan
giant papil. Penyakit ini biasanya sembuh sendid tanpa
diobati. Dapat diberi obat kompres dingin, natrium
karbonat dan vasokonstriktor. Kelainan komea dan
konjungtiva dapat di dengan natrium cromolyn topikal.
Bila terdapat tukak maka diberi antibiotik untuk
mencegah infeksi sekunder disertai dengan sikloplegik.
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 36/48
ii) Konjungtivitis flikten
(a)Definisi
1. Merupakan konjungtivitis nodular yang disebabkan
alergi terhadap bakteri atau antigen tertentu.
(b)Etiologi
1. Konjungtivitis flikten disebabkan karena alerg(hipersensitivitas tipe IV) terhadap tuberkuloprotein
stafilokok, limfogranuloma venerea, leismaniasis, infeks
parasit, dan infeksi di tempat lain dalam tubuh. Kelainan
ini lebih sering ditemukan pada anak-anak di daerah
padat yang biasanya dengan gizi kurang atau sering
mendapat radang saluran napas.
(c)PP
1. Secara histopatologik terlihat kumpulan sel leukosit
neutrofil dikelilingi sel limfosit, makrofag, dan kadang-
kadang sel datia berinti banyak. Flikten merupakan
infiltrasi selular subepitel yang terutama terdiri atas se
monokular limfosit.
(d)Diagnosis
1. Biasanya konjungtivitis flikten terlihat unilateral dan
kadang-kadang mengenai kedua mata. Pada
konjungtiva terlihat sebagai bintik putih yang dikeliling
daerah hiperemi.
2. Pada pasien akan terlihat kumpulan pembuluh darah
yang mengelilingi suatu tonjolan bulat dengan warna
kuning kelabu seperti suatu mikroabses yang biasanya
terletak di dekat limbus. Biasanya abses ini menjalar ke
arah, sentral atau kornea dan terdapat tidak hanyasatu.
3. Gejala
a. Gejala konjungtivitis flikten adalah mata berair, iritas
dengan rasa sakit, fotofobia dapat ringan hingga
berat.
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 37/48
b. Bila kornea ikut terkena selain daripada rasa sakit
pasien juga akan merasa silau diserta
blefarospasme.
(e)Prognosis
1. Dapat sembuh sendiri dalam 2 minggu, dengan
kemungkinan2. terjadi kekambuhan. Keadaan akan lebih berat bila
terkena kornea.
(f) DD
1. Diagnosis banding adalah pinguekula iritan (lokalisas
pada palpebra), ulkus kornea, okular rosazea, dan
keratitis herpes simpleks.
(g)Pengobatan
1. Pengobatan pada konjungtivitis flikten adalah dengan
diberi
2. steroid topikal, midriatika bila terjadi penyulit pada
kornea, diberi
3. kacamata hitam karena adanya rasa silau yang sakit
Diperhatikan
4. higiene mata dan diberi antibiotika salep mata waktu
tidur, dan air mata buatan. Sebaiknya dicar
penyebabnya seperti adanya tuberkulosis, blefaritis
stafilokokus kronik dan lainnya.
5. Karena sering terdapat pada anak dengan gizi kurang
maka sebaiknya diberikan vitamin dan makanan
tambahan.
(h)Penyulit
1. Penyulit yang dapat ditimbulkan adalah menyebarnyaflikten kedalam kornea atau terjadinya infeksi sekunder
sehingga timbul abses.
iii) Konjungtivitis iatrogenik
(a)Etiologi
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 38/48
1. Konjungtivitis akibat pengobatan yang dliberikan
dokter.
2. Berbagai obat dapat memberikan efek samping pada
tubuh demikian pula pada mata yang dapat terjad
dalam bentuk konjungtivitis.
iv) Sindrom Steven Johnson(a)Definisi
1. Sindrom Steven Johnson adalah suatu penyakit eritema
multiform yang berat (mayor).
2. Penyakit ini sering ditemukan pada orang muda usia
sekitar 35 tahun.
(b)Etiologi
1. Penyebabnya diduga suatu reaksi alergi pada orang
yang mempunyai predisposisi alergi terhadap obat-obat
sulfonamid, barbiturat. Ada yang beranggapan bahwa
penyakit ini,idiopatik dan ditemukan sesudah suatu
infeksi herpes simpleks.
(c)Diagnosis
1. Tanda dan gejala
a. Kelainan ditandai dengan lesi pada kulit dan mukosa
pada kulit berupa lesi eritema yang dapat timbu
mendadak sebar secara simetris.
b. Mata merah dengan demam dan kelemahan umum
dan sakit pada sendi merupakah keluhan sindrom
Steven Johnson ini.
c. Sindrom ini disertai dengan gejala vesikel pada kulit
bula, dan titis ulseratif. Pada mata terdapat
vaskularisasi kornea, parut konjungtiva keringsimblefaron, tukak dan perforasi kornea dan dapa
berikan penyulit endoftalmitis.
d. Kelainan mukosa dapat berupa konjungtivitis
pseudomembran.
e. Pada keadaan lanjut dapat terjadi kelainan, yang
sangat menurunkan daya penglihatan.
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 39/48
(d)Pengobatan
1. Pengobatan bersifat simtomatik dengan pengobatan
berupa kortikosteroid sistemik dan infus cairan
antibiotik.
2. Pengobatan lokal pada mata berupa pembersihan
sekret yang timbul, mi steroid topikal dan mencegahsimblefaron.
3. Pemberian kortik harus hati-hati terhadap adanya
infeksi herpes simpleks.
v) Konjungtivitis atopik
1. Reaksi alergi selaput lendir mata atau konjungtiva
terhadap disertai dengan demam. Memberikan tanda
mata berair, bengkak. belek berisi eosinofil.
KONJUNGTIVITIS FOLIKULARIS KRONIS
i) Definisi
(a)Merupakan konjungtivitis yang sering ditemukan pada anak-
anak,
(b)tidak pernah terlihat pada bayi baru lahir kecuali bila usia
sudah beberapa bulan.
ii) Gejala
(a)Konjungtivitis folikularis kronis ditandai dengan terdapatnya
tanda khusus berupa benjolan kecil berwarna kemerah-
merahan pada lipatan retrotarsal. Folikel yang terjad
merupakan reaksi konjungtiva terhadap virus dan alergen
toksik seperti iododioksiuridin, fisostigmin, dan klamidia
Folikel(b)terlihat sebagai benjolan kecil mengkilat dengan pembuluh
darah kecil
(c)atasnya, yang pada pemeriksaan histologik berupa sel limfoid
Setiap folikel ini merupakan pusat germinatif tunggal limfoid.
Folikel ini bila diakibatkan trakoma akan berdegenerasi yang
akan membentuk jaringan parut.
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 40/48
(d)Folikel yang didapatkan pada tarsus inferior anak dan orang
dewasa sering dapat dianggap normal.
iii) Etiologi
(a)Konjungtivitis akut terdapat pada penyakit epidemik
keratokonjungtivitis folikularis (adenovirus 8), demam
faringokonjungtiva (adenovirus 3), herpes simplekskonjungtivitis hemoragika akut (adenovirus 90), konjungtivitis
inklusi, trakoma akut, penyakit New Castle, influenza, herpes
zoster.
(b)Konjungtivitis kronis terdapat pada trakoma, toksis obat
(kosmetik), bakteri, keratokonjuntivitis Thygeson, moluskum
kontagiosum, dan Parinaud konjungtivitis.
iv) Diagnosis Banding Konjungtivitis Folikularis
Konjungtivitis folikularis akut Konjungtivitis folikularis kronik
Kerato-konjungtivitis epidermika
Demam faringo-konjungtiva
Herpessimpleks primer
Konjungtivitis inklusi
Eksasebasi akut trakoma
Konjungtivitis hemoragika akut
Penyakit New Castle influenza tipe
A
Herpes zoster (jarang)
Femam garukan-kucing (cat
scratch fever) & sewaktu2 kausa
lain sindrom Parinaud
Axenfeld
Moluskum kontagiosum reaksi
kimia &toksik fisostigmin pilokarpin dan
isoflurophate (jarang)
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 41/48
Gordon's Medical Management of Ocular Diseases, second edition,
Edward A. Dunlap, M.D. D.Sc. (hon) p. Table.
• Konjungtivitis bakterial
a. Konjungtivitis bakterial akut
b. Konjungtivitis gonore
c. Oftalmia neonatarum
d. Konjungtivitis angular
e. Konjungtivitis mukopurulen
• Konjungtivitis virus akut
a. Demamm faringokonjungtiva
b. keratokonjungtivitis epidemi
c. konjungtivitis herpetik
♥ konjungtivitis herpes simplek
♥ konjungtivitis varisella-zooster
d. konjungtivitis inklusi
e. konjungtivitis new castel
f. konjungtivitis hemoragik epidemi akut
• konjungtivitis menahun
g. konjungtivitis alergi
♥ konjungtivitis vernal
♥ konjungtivitis flikten
♥ konjungtivitis iatrogenik
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 42/48
♥ konjungtivitis steven johnson
♥ konjungtivitis atopik
Ilyas, sidarta. Ilmu penyakit mata. 2002
a. Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan bakteri seperti konjungtivitis gonokok,
virus, klamidia, alergi toksik, dan molluscum contagiosum.
♥ konjungtivitis vernal reaksi hipersensitifitas tipe 1
♥ konjungtivitis flikten reaksi hipersensitifitas IV yang disebabkan
tuberkuloprotein, stafilokok, limfogranuloma venerea, leismeniasis
infeksi parasit.
♥ konjungtivitis iatrogenik akibat pengobatan dokter
♥ konjungtivitis steven johnson reaksi alergi pada orang-arang
♥ konjungtivitis atopik
Ilyas, sidarta. Ilmu penyakit mata. 2002
o bakteri
- konjungtivitis bakteri akut
disebabkan oleh Streptokokus, corynebacterium diphtherica,
pseudomonas, neisseria, dan hemophilus. Gambaran klinis berupa
konjungtivitis mukopurulen dan konjungtiva purulen. Perjalanan penyakit
akut yang dapat berjalan khronis. Dengan tanda hiperemi konjungtiva,
edema kelopak, papil dengan dan kornea yang jernih.
- konjungtivitis Gonore
merupakan radang konjungtiva akut dan hebat, yang disertai
dengan sekret purulen. Genokok merupakan kuman yang sangat patogen,
virulen dan bersifat invasif sehingga reaksi radang terhadap kuman ini
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 43/48
sangat berat. Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada
pada jalan kelahiran, sedang pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang
sedang menderita penyakit tersebut. Di klinik penyakit ini dapat dilihat
dalam bentuk oftalmia neonatorum (bayi usia 1-3 hari), konjungtivitis gonore
infantum (usia > 10 hari) dan konjungtivitis gonore adultorum. Memberikan
sekret purulen padat dengan masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari,disertai perdarahan subkonjungtiva dan konjungtiva kemotik.
Pada orang dewasa terdapat 3 stadium penyakit: infiltratif, supurtif
dan penyembuhan.
o stadium infiltratif : ditemukan kelopak dan konjungtiva yang kaku
disertai rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata membengkak dan kaku
sehingga sukar dibuka. Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal
superior sedang konjungtiva bulbu merah, kemotik dan menebal. Pada orang
dewasa selaput konjungtiva lebih lebih bengkak dan lebih menonjol dengan
gambaran hipertrofi papilar yang besar
o stadium supuratif : terdapat sekret yang kental. Pada bayi
biasanya mengenai ke 2 mata dengan sekret kuning kental. Kadang2 bila
sangat dini dapat serous yang kemudian menjadi kental dan purulen.
- konjungtivitis difteri
radang konjungtiva yang disebabkan bekteri difteri dan memberikan
gambaran khusus berupa terbentuknya membran pada konjungtiva
tarsal. Membran yang terbentukterdiri atas bahan nekrotik bercampur fibrin
yang bila diangkat akan menyebabkan terjadinya perdarahan.
Biasanya konjungtivitis difteri terdapat pada anak yang menderita
difteri. Kelopak mata membengkak, merah dan kaku disertai membran padakonjungtiva tarsal.
- Konjungtivitis folikular
merupakan konjungtivitis yang disertai dengan pembentukan folikel
pada konjungtiva. Terbentuknya folikel terjadi akibat penimbunan limfosit
dalam jaringan adenoid subepitel konjungtiva. Folikel akan membentuk
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 44/48
tonjolan pada konjungtiva sebesar 0,5 mm, dengan permukaan yang landai,
licin, berwarna abu2 kemerahan. Warna merah ini terlihat akibat adanya
pembuluh darah dari bagian perifer folikel yang menuju puncak folikel.
Konjungtivitis merupakan konjungtivitis yang sering ditemukan pada anak2
akan tetapi tidak ditemukan pada bayi. Beda dengan folikel trakoma maka
pada konjungtivitis folikular tidak pernah terbentuk sikatriks. Bersamaandenga terlihatnya mata merah biasanya juga disertai dengan lakrimasi yang
nyata.
- konjungtivitis angular
merupakan peradangan konjungtiva yang terutama didapatkan
didaerah kantus interpalpebra, disertai ekskoriasi kulit disekitar daearah
meradang. Konjungtivitis angular disebabkan oleh basil Maroxella Axenfeld.
Konjungtivitis anguler terdapat sekret mukopurulen dan pasien sering
mengedip dan terdapat penyulit blefaritis.
- konjungtivitis mukopurulen
merupakan konjungtivitis dengan gejala umum konjungtivitis kataral
mukoid. Penyebabnya adalah Staphylococcus, basil Koch Weeks,
pneumococ, staphylococ, haemophylus Aegypti, yang dapat terlihat juga
pada penyakit virus.
Gejala konjungtivitis mukopurulen adalah terdapatnya hiperemia
kinjungtiva dengan sekret berlendir yang mengakibatkan ke 2 kelopak
melekat terutama pada waktu bangun pagi. Pasien merasa seperti kelilipan
kemasukan pasir. Sering ada keluhan seperti adanya halo atau gambaran
pelangi yang sebaiknya dibedakan dengan halo pada glukoma. Bila
disebabkan oleh pneumococ maka akan terlihat perdarahan kecil pada
konjungtiva. Gejala penyait terberat terjadi pada hari ke 3 dan bila tidak
diobati akan berjalan kronis.
- Blefarokonjungtivitis
blefarokonjungtivitis atau radang kelopak dan konjungtiva ini
disebabkan oleh staphylococ dengan keluhan terutama rasa gatal pada mata
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 45/48
disertai terbentuknya krusta pada tepi kelopak . bersamaan dengan ini
biasanya disertai dengan keratitis pungtata epitelial. Radang ini juga
mengenai kelenjar Meibom dan folikel rambut. Blefarokonjungtivitis sering
menimbulkan reaksi alergi pada kornea sehingga menimbulkan keratitis
marginal ataupun tukak marginal kornea.
o virus
demam faringokonjungtiva
konjungtivitis demam faringokonjungtiva disebabkan oleh infeksi
virus. Kelainan ini akan memberikan gejala demam, faringitis, sekret berair
dan sedikit, yang mengenai satu atau ke dua mata. Biasanya disebabkan
oleh adenovirus tipe 2, 4 dan 7, terutama mengenai remaja yang disebarkan
melalui droplet atau kolam renang. Masa inkubasi 5-12 hari, yangmenularkan selama 12 hari, dan bersifat epidemik. Mengenai satu mata
yang akan mengnai mata lainnya dalam minggu berikutnya. Berjalan akut
dengan gejala penyakit hiperemia konjungtiva, mata seperti kemasukan
pasir, folikel pada konjungtiva, sekret serous, fotofobia, kelopak bengkak
dengan pseudomembran. Pada kornea dapat terjadi keratitis superfisial, dan
atau subepitel dengan pembesaaran kelenjar limfe preaurikel.
keratokonjungtiva epidemik
keratokonjungtiva epidemik merupakan radang yang berjalan akut,
disebabkan oleh adenovirus tipe 3,7,8 dan 19. konjungtivitis ini dapat timbul
sebagai suatu epidemi. Penularan biasanya terjadi melalui kolam renang
selain dari pada akibat wabah. Mudah menular dengan masa inkubasi 8-9
hari dan masa infeksious 14 hari.
Gejala klinik berupa demam dengan mata seperti kelilipan, mata berairberat, folikel terutama konjungtiva bawah, kadang2 terdapat
pseudomembran. Terdapat infiltrat subepitel kornea atau keratitis setelah
terjadinya konjungtivitis. Infiltrat ini dapat bertahan selama 3 minggu. Dalam
sekret ditemukan sel neutrofil.
konjungtivitis herpetik
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 46/48
merupakan manifestasi primer herpes dan terdapat pada anak2
yang mendapat infeksi dari pembawa virus. Pada konjungtivitis ini akan
terdapat limfadenopati preaurikel dan vesikel pada kornea yang dapat
meluas membentuk gambaran dendrit.
- konjungtivitis herpes simplek
merupakan infeksi berulang pada mata. Sering disertai infeksi
herpes pada kulit dengan pembesaran kelenjar preaurikel.
- konjungtivitis varisela-zoster
varisela zoster disebut juga shingle, zona, atau posterior ganglionitis
akut. Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion Gaseri
saraf trigeminus. Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan
terlihat gejala2 herpes zoster pada mata. Kelainan yang terjadi akibat herpes
zoster tidak akan melampaui garis median kepala. Herpes zoster dan
varisela memberikan gambaran yang sama pada konjungtivitis seperti mata
hiperemia, vesikel dan pseudomembran pada konjungtiva, papil dengan
pembesaran kelenjar preaurikel.
konjungtivitis inklusi
merupakan penyakit okulogenital disebabkan oleh infeksi klamidia \,
yang merupakan penyakit kelamin (uretra, prostat, serviks dan epitel
rektum), dengan masa inkubasi 5-10 hari. Klamidia menetap didalam
jaringan uretra, prostat serviks dan epitel rektum untuk beberapa tahun
sehingga mudah terjadi infeksi ulang. Penyakit ini dapat bersifat epidemik
karena merupakan swimming pool konjungtivitis. Konjungtivitis okulogenital
pada bayi timbul 3-5 hari setelah lahir. Pada bayi dapat memberikan
gambaran konjungtivitis purulen sedang pada orang dewasa dapat dalambeberapa bentuk, konjungtiva hiperemik, kemotik, pseudomembran, folikel
yang nyata terutama pada kelopak bawah dan tidak jarang memberika
gambaran seperti hipertrofi papil disertai pembesaran kelenjar preaurikel.
konjungtivitis New Castle
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 47/48
disebabkan oleh virus New Castle, dengan gambaran klinis sama
dengan demam faringokoknjungtiva . penyakit ini biasanya terdapat pada
pekerja peternakan unggas yang ditulari virus New Castle yang terdapat
pada unggas. Umumnya penyakit ini bersifat unilateral walaupun dapat juga
bilateral.
Konjungtivitis ini memberikan gejala influensa dengan demam ringan,
sakit kepala dan nyeri sendi. Konjungtivitis New Castle akan memberikan
keluhan rasa sakit pada mata, gatal, mata berair, penglihatan kabur dan
fotofobia. Penyakit ini sembuh dalam jangka waktu kurang dari 1 minggu.
Pada mata akan terlihat edema palpebra ringan, kemosis dan sekret yang
sedikit, dan folikel2 terutama ditemukan pada konjungtiva tarsal bagian
bawah. Pada kornea ditemukan keratitis epitelial atau keratitis subepitel.
Pembesaran kelenjar getah bening preaurikel yang tidak nyeri tekan.
konjungtivitis hemoragik epidemik akut
` merupakan konjungtivitis disertai timbulnya perdarahan
konjungtiva. Masa inkubasi 24-48 jam, dengan tanda2 ke 2 mata iritatif,
deperti kelilipan dan sakit periorbita. Edema kelopak, kemosis konjungtiva,
sekret seromukos, fotofobia disertai lakrimasi. Terdapat gejala akut dimana
ditemukan adanya konjungtivitis folikular ringan, sakit periorbita
Virus
Bakteri Fungusdanparasit
Alergi
Purulen Nonpurulen
Kotoran Sedikit Mengucur Sedikit Sedikit SedikitAir mata Mengucur Sedang Sedang Sedikit SedangGatal Sedikit Sedikit -o- -o- MencolokInjeksi Umum Umum Lokal Lokal Umum
Nodulpreaurikular
Lazim Jarang Lazim Lazim -o-
Pewarnaan usapan
MonositLimfosit
BakteriPMN
BakteriPMN
BiasanyaNegatif
Eosinofil
Sakittenggorokan danpanas ygmenyertai
Sewaktu-waktu
Jarang -o- -o- -o-
7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2
http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 48/48
• Diagnosis Banding Konjungtivitis Gambaran Klinis
Tanda Bakterial Viral Alergik Toksik TRICInjeksiKonjungtivitis
Mencolok Sedang Ringan-Sedang
Ringan-Sedang
Sedang
Hemoragi + + - - -Kemosis ++ +/- ++ +/- +/-Eksudat Purulen
ataumukopurulen
Jarang,air
Berserabut,(lengket)putih
- Berserabut(lengket)
Pseudomembran
+/-(strept.C.diph)
+/- - - -
Papil +/- - + - +/-Folikel - + - +
(medikasi)
+
NodusPreaurikular
+ ++ - - +/-
Panus - - - (kec.vernal)
- +
• Perbedaan Konjungtivitis dgn Iritis dan Keratitis
Tanda Konjungtivitis Keratitis/Iritis
TajamPenglihatan
Normal Turun Nyata
Silau Tidak ada NyataSakit Pedes, rasa
kelilipanSakit
Mata merah Injeksikonjungtival
Injeksi siliar
Sekret Serous, mukos,purulen
Tidak ada
Lengket kelopak Terutama pagihari
Tidak ada
Pupil Normal Mengecil