Sandra Mata Lbm 2

48
LBM 2 MODUL MATA SGD 8 STEP 1 1. COBBLE STONE : benjolan yg besarnya 1mm biasanya tejadi krn penimbunan cairan dan sel limfoit dibawah konjungtiva fornix,bisa juga timbul di palpebra superior 2. Injeksi konjungtiva : adany a pelebar an pembuluh darah a.konjungti va posterior,semakin bnyak terlihat di konjungtiva fornix 3. Vods 6/ 6 : samadengan visus 6/6 = bisa melihat jarak 6m yg pda orng normal jg dpt mlhat pd jrk 6m mata kanan kiri STEP 2 1. Meng apa mata mera h,gata l,keluara secre t tetapi pnd angan tdk kabur ?? 2. Kenap a sakit nya be rulang u lang fa ctor pncetus?? 3. Hub makan udang d an ker ang dg keluhan? 4. Kenapa alergi dimata tdk di organ lain?? 5. Kenapa ada injeksi konjungti va dab sif at dr injeksi tsb?? 6. Bagaimana terjadinya cobble stone? 7. Kenapa keluhan sudah 5hr tp tdk membaik juga?? 8. Cara kerja dr obat tetes mata dan obat minum pd scenario dan kemungkinan obat itu apa?? 9. Dd STEP 3 1. Mengapa mata merah,gatal,keluara secre t tetapi pnd angan tdk kabur ??  Tidak ada kelainan pd media refrakta,terjadi kelainan di med ia lain Gangguan pada visus ada 3:refraksi,media refrakta,nervus Ada gangguan pd adneksa mata,trjadi gangguan pd konjungtiva Mata merah karena adanya infalamasi,vasodilatasi(bradikinin,leukotrin,ptostalgladin)

Transcript of Sandra Mata Lbm 2

Page 1: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 1/48

LBM 2 MODUL MATA SGD 8

STEP 1

1. COBBLE STONE : benjolan yg besarnya 1mm biasanya tejadi krn penimbunan

cairan dan sel limfoit dibawah konjungtiva fornix,bisa juga timbul di palpebra

superior

2. Injeksi konjungtiva : adanya pelebaran pembuluh darah a.konjungtiva

posterior,semakin bnyak terlihat di konjungtiva fornix

3. Vods 6/6 : samadengan visus 6/6 = bisa melihat jarak 6m yg pda orng normal jg

dpt mlhat pd jrk 6m mata kanan kiri

STEP 2

1. Mengapa mata merah,gatal,keluara secret tetapi pndangan tdk kabur??

2. Kenapa sakitnya berulang ulang factor pncetus??

3. Hub makan udang dan kerang dg keluhan?

4. Kenapa alergi dimata tdk di organ lain??

5. Kenapa ada injeksi konjungtiva dab sifat dr injeksi tsb??

6. Bagaimana terjadinya cobble stone?

7. Kenapa keluhan sudah 5hr tp tdk membaik juga??

8. Cara kerja dr obat tetes mata dan obat minum pd scenario dan kemungkinan obat

itu apa??

9. Dd

STEP 3

1. Mengapa mata merah,gatal,keluara secret tetapi pndangan tdk kabur??

 Tidak ada kelainan pd media refrakta,terjadi kelainan di media lain

Gangguan pada visus ada 3:refraksi,media refrakta,nervus

Ada gangguan pd adneksa mata,trjadi gangguan pd konjungtiva

Mata merah karena adanya

infalamasi,vasodilatasi(bradikinin,leukotrin,ptostalgladin)

Page 2: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 2/48

a. Teori Spesifisitas Teori ini menyatakan bahwa terdapat suatu kelompok sel saraf

sensoris yang hanya memberikan respon terhadap stimuli pruritogenik.

 Teori ini didukung oleh bukti-bukti adanya serabut saraf C spesifik untuk

rasa gatal yang menghantarkan rangsang rasa gatal dari perifer ke

sentral dan terdapatnya sel saraf yang sensitif terhadap histamin pada

traktus spinotalamikus.

Sensasi gatal dapat timbul apabila terjadi rangsangan baik mekanik

maupun kimiawi terhadap reseptor gatal. Reseptor gatal adalah akhiran

saraf yang tidak bermyelin dan tidak spesifik dari serabut saraf. Bahan

atau mediator kimia serta rangsangan fisik dapat menyebabkan gatal.

Pola gatal dari orang satu ke orang lain sangatlah berbeda, bahkan

sensasi gatal pada seseorang juga tidak sama walaupun diberi rangsang

gatal yang sama. Rangsangan gatal kemudian disalurkan atau

dipancarkan ke cornu dorsalis medulla spinalis pada sisi yang berlawanan

menyilang garis tengah kemudian naik ke traktus contra-latera

spinothalamic kemudian ke thalamus dan berakhir pada cornu sensorik

otak pada cortex cerebri. Rangsangan gatal ditransmisikan oleh serabut

C tidak bermyelin (Unmyelinated nociceptor C fiber). Walaupun

rangsangan gatal melewati jalur yang sama seperti jalur nyeri, tapi ada

Page 3: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 3/48

perbedaan jarak antara rangsangan gatal yang unik pada titik gatal tadi

dengan rangsangan nyeri.

b. Teori Intensitas

 Teori ini mengatakan bahwa perbedaan intensitas stimulus

berperan penting pada aktivasi serabut saraf. Intensitas stimulus yang

rendah akan mengaktivasi serabut saraf rasa gatal, sedangkan

peningkatan intensitas stimulus akan mengaktivasi serabut saraf nyeri.

c. Teori Selektivitas

 Teori ini menyatakan bahwa terdapat suatu kelompok nosiseptoraferen yang secara selektif memberikan respon terhadap stimulus

pruritogenik. Kelompok nosiseptor ini memiliki hubungan sentral yang

berbeda dan mengaktifkan sel saraf sentral yang berbeda pula.

 Yosipovitch G, Ishhiuji Y. Neurophysiology of Itch. In: Granstein RD (eds)

Neuroimmunology of the skin. Springer-Verlag, Berlin-Heidelberg 2009; pp 179-85

Page 4: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 4/48

 

 The Immune System, Garland Science 2005

Pada paparan ulang, alergen akan berikatan dengan IgE

spe s i f ik pada membr an ma s tos i t dan menimbulkan

degranulasi mastosit yang akan melepaskan beberapa

mediator, histamin, prostaglandin dan leukotrien yang

menyebabkan timbulnya reaksi alergi pada hidung, kulit

Page 5: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 5/48

dan paru (gambar 2 dan 3).

Gambar 2. Patofisiologi alergi (rinitis, eczema, asma) paparan

alergen pertama dan selanjutnya.

Gambar 2 menunjukkan pada paparan alergen yang pertama, IgE spesifikakan berikatan dengan reseptor pada membran mastosit sehingga pada

paparan berikutnya alergen tersebut akan dengan cepat berikatan

dengan mastosit sehingga menimbulkan degranulasi.

Patofisiologi rinitis alergika dimulai dengan earlyphase nasal reaction

yaitu reaksi mediator kimiawi (histamin, PGD2, dll) yang dilepaskan

mastosit dengan mukosa hidung dengan gejala gatal, bersin, rhinorrhea

dan hidung buntu. Setelah 2 sampai 6 jam mastosit terjadi lagi pelepasan

mediator kimiawi (leukotrien B4) dan sitokin yang memicu keradangan

dan disebut sebagai late phase reaction dengan gejala hidung buntu

hiperreaktivitas dan anosmia (gambar 3).1,2

Gambar 3 menunjukkan alergen diproses oleh APC dan dipresentasikan

pada Limfosit Th2. Pada penderita atopi proses ini memicu produks

sitokin IL4, IL-5, IL-6, IL-9, IL-10 dan IL-13 oleh Th2. Interleukin-4 dan IL-13

selanjutnya akan menstimulasi terjadinya isotype switching IgG menjad

IgE pada limfosit B. Imunoglobulin E yang dilepaskan oleh sel plasma

akan berikatan dengan mastosit dan menyebabkan degranulasi

Page 6: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 6/48

Pelepasan mediator oleh ma s tos i t akan memi cu ear l y -phas e nasa

r eac t ion. Pelepasan mediator berikutnya terjadi 2–6 jam kemudian

sehingga terjadi kekambuhan. Late-phase nasal reaction merupakan

keradangan yang terjadi karena pelepasan faktor kemotaksis oleh

mastosit dan sitokin baik oleh sel Th2 juga mastosit.

http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-2-12.pdf 

Imunopatologi Alergi

Reaksi alergi terjadi melalui tahap-tahap aktivasi sel-sel imunokompeten,

aktivasi sel-sel struktural, aktivasi dan recruitment sel-sel mast, eosinofil

dan basofil, reaksi mediator dengan target organ dan tahap timbulnya

gejala. Alergen yang berhasil masuk tubuh akan diproses oleh APC.

Peptida alergen yang dipresentasikan oleh APC menginduksi aktivasi

Limfosit T. Aktivasi Limfosit T oleh APC yang memproses alergen akan

mengaktivasi Limfosit TH2 untuk

memproduksi sitokin-sitokinnya.Kontrol specialized pattern recognitionreceptors (PRRs), yaitu Toll-like receptors (TLR) dari sel-sel dendritik (DCs)

atas respons imun innate menentukan respons imun adaptif TH1, Treg

atau TH2. Limfosit TH1 memproduksi IL-2, IFN-g dan TNF-a,sedangkan

Limfosit TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6, IL-9, IL-10, IL-13, dan GM-

CSF.Limfosit TH yang baru diaktifkan alergen akan berfenotip TH2.

Produksi sitokin TH2 terutama IL-4 akan mensupresi perkembangan TH1

dan produksi sitokin TH1 terutama TNF-a akanmensupresi perkembangan

 TH2. Bila sitokin yang dihasilkan Limfosit TH2 berinteraksi dengan

Limfosit B, maka Limfosit B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma yangmemproduksi IgE.Sitokin yang dihasilkan TH2 menstimulasi produksi sel

mast, basofil dan eosinofil. Interaksi antara alergen, sel mast dan IgE

menghasilkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast melepaskan

mediator histamin. Histamin yang dilepaskan sel mast ditangkap reseptor

histamin di target organ. Bila terjadi interaksi histamin dengan

reseptornya pada target organ, maka reaksi alergi akan terjadi. Reseptor

H1-histamin mempunyai peran yang lebih luas dalam proses radang

daripada sekedar mediator yang menyebabkan alergi. Reseptor H2-

histamin mempunyai

peran dalam terjadinya rasa gatal dan nyeri pada kulit serta peningkatan

permeabilitas dan vasodilatasi perifer, sedangkan reseptor H3-histamin

meningkatan pelepasan neurotransmitter seperti histamine,

norepinephrine, asetilkolin, peptide dan 5-hidroksitriptamin.

Page 7: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 7/48

Gambar 1. Mekanisme alergi. Pada individu yang memiliki predisposisi

alergi, paparan pertama alergen menimbulkan aktivasi sel-sel allergen-

specific T helper 2 (TH2) dan sintesis IgE, yang dikenal sebagai sensitisasi

alergi. Paparan alergen

selanjutnya akan menimbulkan penarikan sel-sel inflamasi dan aktivasi

serta pelepasan mediator-mediator, yang dapat menimbulkan early

(acute) allergic responses (EARs) dan late allergic responses (LARs). Pada

EAR, dalam beberapa menit3 kontak dengan alergen, sel mast yang

tersensitisasi IgE mengalami degranulasi, melepaskan mediator pre-

formed dan mediator newly synthesized pada individu sensitif. Mediator-

mediator tersebut meliputi histamin, leukotrien dan sitokin yang

meningkatkan permeabilitas vaskuler, kontraksi otot polos dan produksi

mukus. Kemokin yang dilepas sel mast dan sel-sel lain merekrut sel-sel

inflamasi yang menyebabkan LAR, yang ditandai dengan influks eosinofil

dan sel-sel TH2. Pelepasan eosinofil menimbulkan pelepasan mediator

pro-inflamasi, termasuk leukotrien-leukotrien dan protein-protein basic

(cationic

proteins, eosinophil peroxidase, major basic protein and eosinophil-

derived neurotoxin), dan mereka merupakan sumber dari interleukin-3(IL-3), IL-5, IL-13 dan granulocyte/macrophage colony-stimulating factor.

Neuropeptides juga berkonstribusi pada patofisiologi simptom alergi.

(Dikutip dari Hawrylowicz CM dan O’Garra A, 2005. Potential role of 

interleukin-10-secreting regulatory T cells in allergy and asthma. Nature

Reviews Immunology 5; 271-83),

http://www.pediatrik.com/buletin/06224114052-ubg9tv.pdf 

Page 8: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 8/48

• Mekanisme inflamasi

• Masuknya bakteri ke dalam jaringan

• Vasodilatasi sistem mikrosirkulasi area yg terinfeksi →meningkatkan

aliran darah (RUBOR/kemerahan & CALOR/panas)

• Permeabilitas kapiler & venul yang terinfeksi terhadap protein meningkat

→ difusi protein & filtrasi air ke interstisial (TUMOR/bengkak &

DOLOR/nyeri)

• Keluarnya neutrofil lalu monosit dari kapiler & venula ke interstisial

• Penghancuran bakteri di jaringan → fagositosis (respons sistemik:

demam)

• Perbaikan jaringan

staff.ui.ac.id/internal/139903001/material/SISTEMIMUN _revisi.ppt

A. Hipersensitifitas Tipe 1

Komponen :

Sel mast Sel B IgE

Sel Th

Mekanisme :

Reaksi tipe satu disebut juga reaksi cepat atau reaksi anafilaksis atau reaksi

alergi, timbul sesudah tubuh terpajan dengan alergen.

Urutan kejadian :

Fase sensitasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampadiikatnya oleh reseptor spesifik (Fce-R) pada permukaan sel mast dan

basofil. Fase aktivasi yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan

antigen yang spesifik dan sel mast melepas isinya yang berisiskan granulayang menimbulkan reaksi.

Fase efektor yaitu waktu terjadi respons yang kompleks (anafilaksis) sebagaiefek mediator-mediator yang dilepas sel mast dengan aktivitas farmakologi.

Antigen merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel Th. IgE

diikat oleh sel mast/basofil melalui reseptor Fce. Apabila tubuh terpajan ulang

dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan diikat oleh IgE yang

Page 9: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 9/48

sudah ada pada permukaan sel mast/basofil. Akibat ikatan antigen-IgE, se

mast/basofil mengalami degranulasi dan melepas mediator yang preformed

antara lain histamin yang menimbulkan gejala reaksi hipersensitifitas tipe 1.

Reaksi yang terjadi dapat berupa :

Eritem (kemerahan oleh karena dilatasi vaskular) Bentol/edem (pembengkakan yang disebabkan oleh masuknya serum ke

dalam jaringan)

B. Hipersensitifitas Tipe IIKomponen : IgM, IgG

Mekanisme :

Reaksi tipe II yang disebut juga reaksi sitotoksik terjadi oleh karena dibentuk

antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian dari se

pejamu tersebut dapat mengaktivkan komplemen dan menimbulkan lisis. Lisis

sel dapat pula terjadi melalui sensitasi sel NK sebagai efektor Antibody

Dependent Cell Cytotoxicity (ADCC).

Contoh reaksi tipe II adalah destruksi sel darah merah akibat reaksi transfusi

dan penyakit anemia hemolitik pada bayi yang baru dilahirkan dan dewasa.

Sebagian kerusakan jaringan pada penyakit autoimun seperti miasternia gravis

dan tirotoksikosis juga ditimbulkan melalui mekanisme reaksi tipe II. Anemia

hemolitik dapat ditimbulakn oleh obat seperti penisilin, kinin dan sulfonamid.

C. Hipersensitifitas Tipe IIIKomponen : Kompleks imun (antigen dalam sirkulasi dan IgM dan IgG)

Mekanisme :

Reaksi tipe III disebut juga reaksi kompleks imun terjadi akibat endapan

kompleks antigen-antibodi dalam jaringan atau pembuluh darah. Antibodi disini

biasanya jenis IgG atau IgM. Kompleks tersebut mengaktifkan komplemen yang

kemudian melepas berbagai mediator terutama macrophage chemotactic

faktor. Makrofag yang dikerahkan ke tempat tersebut akan merusak jaringan

sekitar tempat tesebut. Antigen dapat berasal dari infeksi kuman patogen

persisten (malaria), bahan yang terhirup (spora jamur yang menimbulkan

alveolitis ekstrinsik alergi) atau dari jaringan sendiri (penyakit autoimun). Infeks

tersebut disertai dengan antigen dalam jumlah yang berlebihan, tetapi tidak

disertai dengan respons antibodi efektif. Pembentukan kompleks imun yang

terbentuk dalam pembuluh darah.

Antigen dan antibodi bersatu membentuk kompleks imun. Selanjutnya

kompleks imun mengaktifkan C yang melepas C3a dan C5a dan merangsang

Page 10: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 10/48

basofil dan trombosit melepas berbagai mediator antara lain histamin yang

meningkatkan permeabilitas vaskuler.

Dalam keadaan normal kompleks imun dimusnahkan oleh sel fagosit

mononuklear terutama dalam hati, limpa, dan paru tanpa bantuan komplemen

Dalam proses tersebut, ukuran kompleks imun merupakan faktor penting. Pada

umumnya kompleks yang besar, mudah dan cepat dimusnahkan dalam hati.

Kompleks yang larut terjadi bila antigen ditemukan jauh lebih banyak dari padaantibodi yang sulit untuk dimusnahkan dan oleh karena itu dapat lebih lama

ada dalam sirkulasi. Kompleks imun yang ada dalam sirkulasi meskipun untuk

 jangka waktu lama, biasanyan tidak berbahaya. Permasalahan akan timbul bila

kompleks imun menembus dinding pembuluh darah dan mengendap d

 jaringan. Gangguan fungsi fagosit diduga dapat merupakan sebab mengapa

kompleks imun sulit dimusnahkan.

D. Hipersensitifitas Tipe IVKomponen : CD4 dan CD8

Mekanisme

Reaksi hipersensitifitas Tipe IV dibagi dalam :

1. DTH melalui sel CD4Pada DTH, sel CD4 Th1 mengaktifkan makrofag yang berperan sebaga

efektor. CD4 Th1 melepas sitokin (IFN-gamma) yang mengaktifkan makrofag

dengan menginduksi inflamasi. Pada DTH, kerusakan jaringan disebabkan

oleh produk makrofag yang diaktifkan seperti enzim hidrolitik, oksigen

reaktif intermediat, oksida nitrat dan sitokin proinflamasi. DTH dapat juga

terjadi sebagai respon terhadap bahan yang tidak berbahaya dalamlingkungan seperti nikel yang menimbulkan dermatitis kontak. Pada keadaan

yang paling menguntungkan DTH berakhir dengan hancurnya

mikroorganisme oleh enzim lisosom dan prodak makrofag lainnnya sepert

peroksid raikal dan superoksid. Pada beberaa keadaan terjadi ha

sebaliknya. Antigen bahkan terlindung.

2. T Cell Mediatid Cytolysis melalui sel CD8Dalam T Cell Mediated Cytolysis, kerusakan terjadi melalui sel CD8 yang

langsung membunuh sel sasaran. Penyakit yang ditimbulkan hipersensitifitas

seluler cenderung terbatas kepada beberapa organ saja dan biasanya tidaksistemik. Pada penyakit virus hepatitis, virus sendiri tidak sitopatik, tetapi

kerusakan ditimbulkan oleh respon CTL terhadap hepatosit yang terinfeksi.

Sel CD8 yang spesifik untuk antigen atau sel autologis dapat membunuh

dengan langsug. Pada banyak penyakit autoimun yang terjadi melalu

mekanisme selular, biasanya ditemukan sel CD4 maupun CD8 spesifik untuk

self-antigen dan kedua jenis sel tersebut dapat menimbulkan kerusakan.

Page 11: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 11/48

(IPD FKUI Jilid I Edisi IV)

Sel darah putih apakah member gambaran penyakit yg diderita?

Fungsi sel darah putih (leukosit) :

Mempertahankan tubuh terhadap serangan patogen dengan

memfagosit atau menyebabkan kerusakan patogen dengan tiap se

mempunyai kekhususan tersendiri

Mengidentifikasi dan menghancurkan sel kanker yg tumbuh

dalam tubuh

Membersihkan tubuh dari sisa-sisa sel mati , terluka , dan debris

lain

1. neutrofil membantu melindungi tubuh melawan infeksi bakteri dan jamur dan mencernabenda asing sisa-sisa peradangan.

2. eosinofil membunuh parasit, merusak sel-sel kanker dan berperan

dalam respon alergi.

3. basofil juga berperan dalam respon alergi.

4. limfosit memiliki 2 jenis utama, yaitu

limfosit t (memberikan perlindungan terhadap infeksi virus dan

bisa menemukan dan merusak beberapa sel kanker) dan

limfosit b (membentuk sel-sel yang menghasilkan antibodi atau

sel plasma).

5. monosit mencerna sel-sel yang mati atau yang rusak dan memberikan

perlawanan imunologis terhadap berbagai organisme penyebab infeksi.

• Buku Saku Patologi Klinik 

 Jenis2 sekret : serous: secret bening lebih encer dr mucus(krn virus),mucus:secret

kental dan elastic (alergi),purulen:cair keruh(bakteri)fibrin hancur tdk

elastis,sanguis:merah biasanya brcamur dg darah (kronis),membrane:keruh

lengketklau ditarik tdk brdarah,pseudomembran: ketika ditarik akan berdarah

Page 12: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 12/48

Mekanisme pembentukan secret

KONJUNGTIVA

Konjungtiva adalah membran mukosa jernih yang melapisi permukaan dalam

kelopak mata (konjungtiva palpebra) dan menutupi permukaan sklera pada bagia

depan bola mata (konjungtiva bulbi ). Konjungtiva di susun oleh epitel berlapis silindri

yang mengandung sel goblet yang terletak di atas suatu lamina basal dan lamina propia

yang terdiri atas jaringan ikat longgar. Sekret sel-sel goblet ikut menyusun tirai ai

mata yang berfungsi sebagai pelumas dan pelindung epitel mata bagian depan. Pad

corneoscleral junction, tempat berawalnya kornea, konjungtiva melanjutkan diri sebaga

epitel kornea berlapis gepeng kornea dan tidak mengandung sel goblet.

  Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang biasanya ditandai ole

konjungtiva yang hiperemis (merah) dan sekret yang banyak. Hal ini mungkin disebabka

oleh bakteri, virus, alergen atau parasit-parasit lainnya.

dr. Ahmad Aulia Jusuf, PhD, Modul Indera Suatu Tinjauan dari Aspek Histologis

2. Kenapa sakitnya berulang ulang factor pncetus??

Krna sel mast mmpunyai memori trhap alergi trsbut

3. Cobble stone?

Pembengkakkan discus saraf optik pada papilledema disebabkan oleh karena

tertahannya aliran axoplasmic dengan edema intra-axonal pada daerah discus

saraf optik. Ruang subarachnoid pada otak dilanjutkan langsung dengan

pembungkas saraf optik. Oleh karenanya, jika tekanan cairan cerebrospinal (LCS)

meningkat, maka tekanannya akan diteruskan ke saraf optik, dan pembungkus

saraf optic bekerja sebagai suatu tourniquet untuk impede transport axoplasmik.

Hal ini menyebabkan penumpukan material di daerah lamina cribrosa,

menyebabkan pembengkakan yang khas pada saraf kepala. Papilledema dapattidak terjadi pada kasus sebelum terjadinya optic atrophy. Pada kasus ini

ketiadaan papilledema sepertinya adalah sebagai akibat sekunder terhadap

penurunan jumlah serabut saraf yang aktif secara fisiologis.

4. Imun pada konjungtiva

Page 13: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 13/48

KONJUNGTIVA

Konjungtiva terdiri dari dua lapisan : lapisan epitel dan lapisan jaringan ikat yang

disebut substansia propria. Konjungtiva tervaskularisasi dengan baik dan memiliki

sistem drainase limfe yang baik ke limfonodi preaurikularis dan submandibularis.

 Jaringan ini mengandung banyak sel Langerhans, sel dendritik dan makrofag yang

berperan sebagai  Antigen Presenting Cell (APC) yang potensial. Folikel padakonjungtiva yang membesar setelah infeksi ataupun inflamasi pada ocular surface

menunjukkan adanya kumpulan sel T, sel B dan APC. Folikel ini merupakan daerah

untuk terjadinya respon imun terlokalisir terhadap antigen oleh sel B dan sel T

secara lokal di dalam folikel.5, 7,13

5. Proteksi imun untuk mucosal surface termasuk ocular adalah Mucosa-Associated

Lymphoid Tissue. MALT terbentuk oleh adanya interkoneksi dari daerah mukosa

yang memberikan gambaran imunologis spesifik tertentu yaitu banyak terdapat

APC, struktur khusus untuk memproses antigen secara terlokalisir (Peyer’s patches

atau tonsil) dan sel efektor (sel T intraepitelial dan sel mast yang berlimpah). Salah

satu fungsi utama MALT adalah untuk menciptakan keseimbangan antara imunitas

dan toleransi untuk mencegah kerusakan jaringan mukosa.5, 7, 9

6. Substansia propria kaya akan sel-sel imun dari bone marrow yang akan

membentuk sistem imun mukosa pada konjungtiva yang dikenal dengan

Conjunctiva Associated Limphoied Tissue (CALT) yang merupakan salah satubagian dari MALT. CALT merupakan sistem imunoregulasi yang utama bag

konjungtiva. Pada substansia propria terdapat neutrofil, limfosit, IgA, IgG, se

dendrite dan sel mast. Eosinofil dan basofil tidak ditemukan pada konjungtiva yang

sehat. Konjungtiva mengandung banyak sel mast. IgA merupakan antibodi yang

paling banyak dalam lapisan air mata. IgA menyerang bakteri dengan cara

“membungkusnya” sehingga mencegah terjadinya perlekatan antara bakter

dengan sel epitel. Molekul terlarut yang banyak adalah komplemen. Respon imun

yang terjadi pada konjungtiva sebagian besar merupakan respon imun yang

dimediasi oleh antibodi dan limfosit, namun juga terdapat respon imun yang

dimediasi oleh IgE terhadap sel mast pada reaksi alergi.5, 7, 9

7.

8. Hub makan udang dan kerang dg keluhan?

Page 14: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 14/48

Menurut epitopa. Unideterminan, univalent. Hanya 1 jenis determinan / epitop pada 1 molekulb. Unideterminan, multivalent. Hanya 1 jenis determinan tetapi 2 / lebih

determinan tersebut ditemuakan pada 1 molekulc. Multideterminan, univalent. Banyak epitop bermacam2 tetapi hanya 1 dar

setiap macamnya (kebanyakan protein)d. Multideterminan, multivalent. Banyak epitop dan banyak dari setiap macam

pada 1 molekul (antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks

secara kimiawi)Faktor endogen dan eksogen dr kerang dan udang yg mnyebabkan alergi

Penyebab alergi di dalam makanan adalah protein, glikoprotein atau polipeptida

dengan berat molekul lebih dari 18.000 dalton, tahan panas dan tahan ensim

proteolitik. Sebagian besar alergen pada makanan adalah glikoprotein dan berkisar

antara 14.000 sampai 40.000 dalton. Molekul-molekul kecil lainnya juga dapat

menimbulkan kepekaan (sensitisasi) baik secara langsung atau melalui mekanisme

hapten-carrier.Kandungan udang yang membuat alergi adalah histamin yang

terdapat pada udang, terutama yang sudah tidak segar lagi. Karena, histamin

terbentuk dari protein –hewan laut mengandung protein tinggi– yang bereaksidengan enzim-enzim yang terbentuk setelah kematian makhluk hidup. Jadi

singkatnya, gejala alergi akan muncul bila makanan laut yang dikonsumsi

kualitasnya tak baik lagi karena daging ikan sudah mulai ‘dihabiskan’ oleh

mikroorganisma pembusuk yang bereaksi dengan enzim-enzim tersebut, Terus

alergi itu juga di picu kekebalan tubuh seseorang dan riwayat kesehatan

keluarganya.

9. Kenapa alergi dimata tdk di organ lain??

Page 15: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 15/48

10. Kenapa ada injeksi konjungtiva dan sifat dr injeksi tsb??

Krn proses inflamasi

Sifat2: mudah digerakkan knpa?

Karena tidak melekat pada sclera

Page 16: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 16/48

Mata merah dengan penglihatan normal dan kotor atau belekMata kotor atau belekGejala khusus pada kelainan konjungtiva adalah terbentuk sekret. Sekretmerupakan produk kelenjar yang pada konjumgtiva bulbi dikeluarkan oleh segoblet. Sekret konjungtiva bulbi pada konjungtivitis dapat bersifat:

• Air, kemungkinan disebabkan infeksi virus atau alergi• Purulen, oleh bakteri atau klamidia• Hiperpurulen, disebabkan gonokok atau meningokok• lengket, oleh alergi atau vernal, dan• Seros, oleh adenovirus

Bila pada sekret konjungtiva bulbi dilakukan pemeriksaan sitologik danpewarnaan Giemsa maka akan didapat dugaan kemungkinan penyebabsekret seperti terdapatnya :

• Limfosit - monosit - sel berisi nukleus sedikit plasma, maka infeksimungkin disebabkan virus,

• Neutrofil oleh bakteri,• Eosinofil oleh alergi

• Sel epitel dengan badan inklusi basofil sitoplasma oleh klamidia,

Sel raksasa multinuklear oleh herpes,• Sel Leber -makrofag raksasa oleh trakoma,

• Karatnisasi dengan filamen oleh pemfigus atau dry eye,

• Badan Guarneri eosinofilik oleh vaksinia.

George M. Bohigian.M.D.:"Handbook of External Disease of The

Eye". New Jersey. Sla-ck Incorporated. Third Edition.

1987.p.19.Table 3.

Macam-macam sekret:

serous, (cair bening)

Encer seperti air dengan penyebabnya virus. Setelah dua/ tiga hari dapat menjad

mukopurulen, karena super infeksi dari kuman komensal, (daya tahan menurun

sehingga kuman komensal tumbuh tak terkendali)

mucous, (kental bening elastis)

kental, bening, elastis (bila ditarik dengan ujung kapas). Penyebabnya biasanya

karena proses khronis/alergi . Fibrin-fibrin dalam keadaan utuh.

Klinis : bila ditutul kapas akan mulur (elastis) Sebab zat mucous terdiri dari fibrin

Page 17: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 17/48

purulen, (cair keruh kuning)

Makin ganas kumannya makin purulen (nanah) mis : Gonococcen

Banyak sel yang mati, terutama leucocyt, dan jaringan nekrose

Kuman-kumannya type ganas, fibrin sudah hancur.

Bila ditutul kapas, ia akan terhisap, sifatnya seperti air,berwarna kuning

Campuran : mucopurulen, kental berwarna kuning, elastis. Penyebabnya

biasanya kuman coccen yang lain.

membran, (keruh lengket pada permukaan, bila diangkat tak berdarah)

Misal : pada conjunctivitis diphtherica.

 Terbentuk sekret, sel - sel lepas dan terbentuk jaringan nekrotik.

 Terjadi defek konjungtiva.

Membran sukar dilepas dan bila dipaksa akan berdarah karena ada ulkus

dibawahnya.

Bila dilepas /dikupas akan berdarah

pseudomembran, (keruh lengket pada pemukaan, bila diangkat berdarah)

Seolah-olah seperti melekat pada conjunctiva tetapi mudah diambil dan tak

mengakibatkan perdarahan. Penyebabnya antara lain streptococcus haemoliticus

Sanguis, (cair merah ada darah)

Sekret berdarah. Terdapat pada konjungtivitis karena virus yang sangat virulent.

Sering disertai sekret purulent setelah dua/ tiga hari, karena ada super infeksi dari

bakteri komensal.

Injeksi Injeksi Injeksi

Page 18: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 18/48

konjungtiva siliar/perkorne

al

episkleral

Asal a. konjungtiva

posterior

a. siliar longus a. siliar

Memperdara

hi

Konj. Bulbi Kornea segmen

anterior

Intraokular

Warna Merah Ungu Merah gelapArah aliran Ke perifer Ke sentral Ke perifer

Konjungtiva

digerakkan

Ikut bergerak Tdk bergerak Tdk ikut

bergerakDengan

epinefrin

Menciut Tdk Tdk

Kelainan Konjungtiva Kornea/iris Glaukoma/

endoftalmitisSekret + - -

Visus N Turun Sangat turun

• Konjunctivitis

Definisi

Merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lender yang menutup

belakang kelopak mata dan bola mata.

(ILMU PENYAKIT MATA, Prof.Dr.H.Sidarta ilyas , SpM)

Etiologi

• Infeksi:

a. Bakterial

Neisseria GO

Neiseria meningitides

Pneumokokus

Haemofilus influenza

Stafilokokus

Streptokokus

Page 19: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 19/48

Klamidia trakomatis

b. Virus

Adenovirus

Varicella-Zooster

Herpes simpleks

Riccketsia

c. Fungi

Candida

d. Parasit

Onchocerca volvulus

Loa-loa

Ascaris lumbricoides

Larva lalat

• Imunologik ( alergik )

• Reaksi hipersensitifitas segera ( humoral )

Kerato konjungitivitis vernal ( musim semi )

Kerato konjungitivitis atopic

Konjungitivitis papiler raksasa

• Reaksi hipersensitifitas tertunda ( seluler )

Phlyctenulosis ( reaksi hipersensitivitas lambat terhadap antigen mikroba,

spt stafilokokus, mikrobakterial)

• Penyakit autoimun

Keratokonjungtivitis sicca pada sindrom Sjogren

• Kimiawi atau iritatif 

• Iatrogenik

Miotika

Idoxuridine

Obat topical lain

Larutan lensa kontak

•  Yang berhubungan dengan pekerjaan

Asam

Page 20: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 20/48

Basa

Asap

Angin

Cahaya ultra violet

Bulu ulat

• Etiologi tidak diketahui

Folikulosis

Konjungitivitis folikuler menahun

Rosasea akuler

Psoriasis

Dermatitis herpetiform

Epidermolisis bulosa

Keratokonjungtivitis limbic superior

Sindrom Reiter

Sindrom limfondus mukokutaneus (penyakit kawasaki)

• Bersama penyakit sistemik

• Sekunder terhadap dakriosistitis atau kanakulitis

Oftalmologi umum. Vaughan

Patofisiologi

Benda asing masuk tubuh akan membentuk suatu mekanisme pertahanan tubuh

melalui reaksi inflamasi atau peradangan, yang pertama kali terjadi adalah

adanya kalor (panas) karena vasodilatasi pembuluh darah, tapi hal ini sangat

 jarang terjadi pada mata karena organ nya kecil dan pembuluh darahnya tidak

banyak dan kecil-kecil, kemudian akan timbul rubor (kemerahan) karenavasodilatasi pembuluh darah dan meningkatnya aliran darah pada daerah yang

terkena, kemudian terjadi tumor (pembengkakan) karena adanya peningkatan

masa jaringan akibat edema dan transudasi jaringan, lalu timbul dolor (rasa nyeri)

karena akibat rangsangan pada serabut saraf sensoris dan akhirnya dapat

menyebabkan fungsiolesa (fungsi organ yang terkena menjadi terganggu).

Page 21: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 21/48

(OFTALMOLOGI UMUM, Daniel G. Vaughan dkk)

Manifestasi klinis

 Tanda dan gejala konjungtivitis secara umum

Dari anamnesis didapatkan keluhan mata merah, sensasi benda asing/mengganjal, sensasi tergores atau panas, gatal, berair dan keluar kotoran mata/

lodok. Tidak didapatkan penurunan tajam penglihatan.

 Tanda penting pada konjungtivitis adalah :

a. Hiperemi :Kemerahan yang paling nyata pada fornix dan mengurang ke arah limbus.

Hal ini disebabkan oleh dilatasi pembuluh – pembuluh konjungtiva posterior.

Pembuluh darah konjungtiva posterior berasal dari cabang nasal dan

lakrimal yang merupakan cabang teminal arteri oftalmika, menuju kelopakmata melalui forniks. Diantara keduanya terdapat anastomosis. Injeks

konjungtiva menunjukkan adanya kelainan pada konjungtiva superficial.

b. Lakrimasi :Sekresi air mata oleh karena adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar/

gatal.

c. Eksudasi :Adanya secret yang keluar saat bangun tidur dan bila berlebihan palpebra

saling melengket.

Page 22: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 22/48

d. Kemosis :Udem konjungtiva oleh karena transudasi cairan dari pembuluh darah kapiler

konjungtiva. Klinis tampak seperti gelembung/benjolan bening pada

konjungtiva bulbi atau fornix. Kemosis dapat terjadi secara :

- Aktif : peningkatan permeabilitas pada peradangan ( eksudat )

-Pasif : akibat stasis ( perbandingan “ tissue fluid “ didalam jaringan/organtergantung pada keseimbangan antara produk cairan dari arteri, penyerapanke vena dan drainage oleh limfatik ). Ketidakseimbangan salah satu factor indapat menyebabkan kemosis.

e. Folikel : Tampak pada kebanyaan kasus konjungtivitis virus, kasus konjungtivitis

khlamidia. Sering terdapat pada tarsus terutama tarsus superior. Secara

klinik dapat dikenali sebagai struktur kelabu atau putih yang avaskuler dan

bulat. Pada pemeriksaan slit lamp, pembuluh-pembuluh kecil tampak muncul

pada batas folikel dan mengintarinya.

f. Pseudomembran :Adalah haasil proses eksudatif dan hanya berbeda derajatnya.

Pseudomembran adalah pengentalan di atas permukaan epitel, bila diangkatepitel tetap utuh. Bila sebuah membran adalah pengentalan yang meliputi

seluruh epitel epitel jika diangkat akan meninggalkan permukaan yg kasar

dan berdarah. Pseudomembran atau membran dapat menyertai

konjungtivitis virus herpes, pemphigoid sikatriks, difteria. Membran dan

pseudomembran dapat berupa sisa akibat luka bakar kimiawi.

Page 23: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 23/48

g. Hipertrofi papila :Reaksi konjungtiva non spesifik yang terjadi karena konjungtiva terikat pada

tarsus atau limbus. Konjungtiva papiler merah mengesankan penyakit

bakteri atau klamidia.

h. Nodus preaurikuler:Pembesaran nodus limfatikus. Ada nyeri tekan pada konj. Herpes dan inklusi

dan trakoma.

Tanda Bakterial Viral Alergik Toksik TRIC

Injeksi

konjuntivitis

Hemoragi

Kemosis

Eksudat

Pseudomembran

Papil

Mencolok

+

++

Purulen atau

mukopurule

n

+/-

(strep.,C.dip

Sedang

+

+/-

 Jarang,

air

+/-

-

Ringan-

sedang

-

++

Berserabut

(lengket), air

-

+

-

Ringan-

sedang

-

+/-

-

-

-

Sedang

-

+/-

Berserab

ut

(lengket)

-

Page 24: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 24/48

Folikel

Nodus

Preaurikular

Panus

h)

+/-

-

+

-

+

++

-

-

- (kecuali

vernal)

+

(medikasi

)

-

-

+/-

+

+/-

+

• tr achoma and inclusion conjunctivitis. = TRIC

Daniel Vaughan, General Ophthalmology. Fifteenth edition, Appleton and Lange, San

Fransisco, USA. 1999

KONJUNGTIVITIS GONOREDEFINISI

Konjungtivis gonore adalah suatu radang konjungtiva akut dan hebat dengan sekretpurulen yang disebabkan oleh kuman neisseria gonorrhoeae.

ETIOLOGIKonjungtivis gonore disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae.

KLASIFIKASIPenyakit ini dapat mengenai bayi berumur 1 – 3 hari, disebut oftalmia neonatorum,akibat infeksi jalan lahir. Dapat pula mengenai bayi berumur lebih dari 10 hari atau padaanak-anak yang disebut konjungtivitis gonore infantum. Bila mengenai orang dewasabiasanya disebut konjungtivitis gonoroika adultorum.

PATOFISIOLOGIKonjungtiva adalah lapisan mukosa yang membentuk lapisan terluar mata. Iritasi apapunpada mata dapat menyebabkan pembuluh darah dikonjungtiva berdilatasi. Iritasi yangterjadi ketika mata terinfeksi menyebabkan mata memproduksi lebih banyak air mata.Sel darah putih dan mukus yang tampak di konjungtiva ini terlihat sebagai dischargeyang tebal kuning kehijauan. 6

Perjalanan penyakit pada orang dewasa secara umum, terdiri atas 3 stadium :1. Infiltratif 2. Supuratif atau purulenta3. Konvalesen (penyembuhan), hipertrofi papil.

1. Stadium Infiltratif.Berlangsung 3 – 4 hari, dimana palpebra bengkak, hiperemi, tegang, blefarospasme,disertai rasa sakit. Pada konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva yang lembab,kemotik dan menebal, sekret serous, kadang-kadang berdarah. Kelenjar preauikulermembesar, mungkin disertai demam. Pada orang dewasa selaput konjungtiva lebihbengkak dan lebih menonjol dengan gambaran hipertrofi papilar yang besar. Gambaranini adalah gambaran spesifik gonore dewasa. Pada umumnya kelainan ini menyerangsatu mata terlebih dahulu dan biasanya kelainan ini pada laki-laki didahului pada matakanannya

2. Stadium Supurativa/Purulenta.

Page 25: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 25/48

Berlangsung 2 – 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra masih bengkak,hiperemis, tetapi tidak begitu tegang dan masih terdapat blefarospasme. Sekret yangkental campur darah keluar terus-menerus. Pada bayi biasanya mengenai kedua matadengan sekret kuning kental, terdapat pseudomembran yang merupakan kondensasifibrin pada permukaan konjungtiva. Kalau palpebra dibuka, yang khas adalah sekretakan keluar dengan mendadak (memancar muncrat), oleh karenanya harus hati-hati bilamembuka palpebra, jangan sampai sekret mengenai mata pemeriksa.

3. Stadium Konvalesen (penyembuhan).

Berlangsung 2 – 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra sedikit bengkak,konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltratif. Pada konjungtiva bulbi injeksi konjungtivamasih nyata, tidak kemotik, sekret jauh berkurang. 

Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran,sehingga pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang sedang menderita penyakittersebut. Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelaminsendiri.Pada neonatus, penyakit ini menimbulkan sekret purulen padat dengan masa inkubasiantara 12 jam hingga 5 hari, disertai perdarahan sub konjungtiva dan konjungtivakemotik.

GAMBARAN KLINISPada bayi dan anak Gejala subjektif : (-)Gejala objektif :

Ditemukan kelainan bilateral dengan sekret kuning kental, sekret dapat bersifatserous tetapi kemudian menjadi kuning kental dan purulen. Kelopak mata membengkak,sukar dibuka (gambar 1) dan terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal.Konjungtiva bulbi merah, kemotik dan tebal.

Pada orang dewasGejala subjektif :

Rasa nyeri pada mata.Dapat disertai tanda-tanda infeksi umum.Biasanya terdapat pada satu mata. Lebih sering terdapat pada laki-laki dan biasanya

mengenai mata kanan.Gambaran klinik meskipun mirip dengan oftalmia nenatorum tetapi mempunyai beberapa

perbedaan, yaitu sekret purulen yang tidak begitu kental. Selaput konjungtiva terkenalebih berat dan menjadi lebih menonjol, tampak berupa hipertrofi papiler yang besar(gambar 2). Pada orang dewasa infeksi ini dapat berlangsung berminggu-minggu.

PEMERIKSAAN PENUNJANG.

Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sediaan langsung sekret denganpewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitasuntuk perencanaan pengobatan.Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret denganpewarnaan metilen biru, diambil dari sekret atau kerokan konjungtiva , yang diulaskanpada gelas objek, dikeringkan dan diwarnai dengan metilen biru 1% selama 1 – 2 menit.Setelah dibilas dengan air, dikeringkan dan diperiksa di bawah mikroskop. Padapemeriksaan dapat dilihat diplokok yang intraseluler sel epitel dan lekosit, disamping

Page 26: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 26/48

diplokok ekstraseluler yang menandakan bahwa proses sudah berjalanmenahun. Morfologi dari gonokok sama dengan meningokok, untuk membedakannyadilakukan tes maltose, dimana gonokok memberikan test maltose (-). Sedangmeningokok test maltose (+).Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka kedua orang tua harus diperiksa. Jikapada orang tuanya ditemukan gonokok, maka harus segera diobati.

KOMPLIKASI

Penyulit yang didapat adalah tukak kornea marginal terutama di bagian atas, dimulaidengan infiltrat, kemudian pecah menjadi ulkus. Tukak ini mudah perforasi akibatadanya daya lisis kuman gonokok (enzim proteolitik). Tukak kornea marginal dapatterjadi pada stadium I atau II, dimana terdapat blefarospasme dengan pembentukansekret yang banyak, sehingga sekret menumpuk dibawah konjungtiva palpebra yangmerusak kornea dan hidupnya intraseluler, sehingga dapat menimbulkan keratitis, tanpadidahului kerusakan epitel kornea. Ulkus dapat cepat menimbulkan perforasi,edofthalmitis, panofthalmitis dan dapat berakhir dengan ptisis bulbi.Pada anak-anak sering terjadi keratitis ataupun tukak kornea sehingga sering terjadiperporasi kornea. Pada orang dewasa tukak yang terjadi sering berbentuk cincin.

PENCEGAHAN1. Skrining dan terapi pada perempuan hamil dengan penyakit menular seksual.2. Secara klasik diberikan obat tetes mata AgNO3 1% Segera sesudah lahir (harus

diperhatikan bahwa konsentrasi AgNO3 tidak melebihi 1%).3. Cara lain yang lebih aman adalah pembersihan mata dengan solusio borisi dan

pemberian kloramfenikol salep mata.4. Operasi caesar direkomendasikan bila si ibu mempunyai lesi herpes aktif saat

melahirkan.5. Antibiotik, diberikan intravena, bisa diberikan pada neonatus yang lahir dari ibu

dengan gonore yang tidak diterapi. 

PENATALAKSANAAN- Pengobatan dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram positif diplokok batang 

intraseluler dan sangat dicurigai konjungtivitis gonore.- Pasien dirawat dan diberi pengobatan dengan penicillin, salep dan suntikan, pada bayi

diberikan 50.000 U/kgBB selama 7 hari.- Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih (direbus) atau dengan

garam fisiologik setiap ¼ jam, kemudian diberi salep penisillin setiap ¼ jam. Penisillintetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisillin (caranya : 10.000 – 20.000unit/ml) setiap 1 menit sampai 30 menit. Kemudian salep diberikan setiap 5 menitselama 30 menit., disusul pemberian salep penisillin setiap 1 jam selama 3 hari.

- Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokok.- Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksan mikroskopik yang dibuat setiap hari

menghasilkan 3 kali berturut-turut negatif.- Pada pasien yang resisten terhadap penicillin dapat diberikan cefriaksone (Rocephin)

atau Azithromycin (Zithromax) dosis tinggi.

Efek samping pengobatan- Tetes nitrat Argenti yang diberi pada bayi baru lahir untuk mencegah infeksi gonore

akan menyebabkan iritasi ringan, tapi akan sembuh dengan sendirinya satu sampaidua hari tanpa meninggalkan kerusakan menetap.

Page 27: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 27/48

- Antibiotika topikal dapat menyebabkan reaksi alergi.- Antibiotika oral dapat menyebabkan gangguan perut, ruam dan reaksi alergi.Vaughan, Daniel G., Asbury Taylor, Riordan Eva-Paul. Ofthalmologi Umum. Edisi14.Jakarta:Widya Medika,2000 ; Ilyas, H. Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2003

KONJUNGTIVITIS BAKTERI AKUT

1) Etiologi

i) Konjungtivitis bakteri akut disebabkan Streptokokus

Corynebacterium diphtherica, pseudomonas, neisseria, dan

hemophilus.

2) Gambaran Klinis

i) Gambaran klinis berupa konjungtivitis mukopurulen dan

konjungtivitis purulen. Perjalanan penyakit akut yang dapat berjalan

kronis.ii) Dengan tanda hiperemi konjungtiva, edema kelopak, papil dan

dengan kornea yang jernih.

3) Pengobatan

i) Pengobatan kadang-kadang diberikan sebelum pemeriksaan

biologik dengan antibiotik tunggal seperti neosporin, basitrasin,

gentamisin, kloramfenicol, tobramisin, eritromisin, dan sulfa. Bila

pengobatan memberikan hasil dengan antibiotik setelah 3-5 harmaka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan

mikrobiologik.

ii) Bila terjadi penyulit pada kornea maka diberikan sikloplegik.

iii) Pada konjungtivitis bakteri sebaiknya dimintakan pemeriksaan

langsung dan bila ditemukan kumannya, maka pengobatan

disesuaikan. Apabila tidak ditemukan kuman dalam sediaan

langsung, maka berikan antibiotik spektrum luas dalam bentuk

tetes mata tiap jam atau salep mata 4 sampai 5 kali sehari. Apabila

dipakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur diberi salep mata

(sulfasetamid 10-15% atau khloramfenicol). Apabila tidak sembuh

dalam satu minggu bila mungkin dilakukan pemeriksaan resistensi,

kemungkinan defisiensi air mata atau kemungki obstruksi duktus

nasolakrimal.

Page 28: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 28/48

KONJUNGTIVITIS GONORE

1) Definisi & Etiologi

i) Konjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan

hebat yang disertai dengan sekret purulen. Gonokok merupakankuman yang sangat patogen, virulen dan bersifat invasif sehingga

reaksi radang terhadap kuman ini sangat berat.

ii) Penyakit kelamin yang disebabkan oleh gonore merupakan penyakit

yang tersebar luas di seluruh dunia secara endemik.

iii) Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada

 jalan kelahiran, sedang pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu

yang sedang menderita penyakit tersebut. Pada orang dewasa

penyakit,ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin sendiri.

iv) Tipe dewasa disebabkan infeksi sendiri dengan gejala mendadak

dengan purulensi berat yang dapat memberikan penyulit keratitis

komea, sepsis, atrhritis, dan dakrioadenitis.

2) Gambaran klinik

i) Di klinik kita akan melihat penyakit ini dalam bentuk oftalmia

neonatorum (bayi berusia 1-3 hari), konjungtivitis gonore infantum

(usia lebih dari 10 hari) dan konjungtivitis gonore adultorum

 Terutama mengenai golonn bayi dan bayi yang ditularkan ibunya

Merupakan penyebab utama oftalmia neonatum. Memberikan

sekret purulen paclat dengan masa inkubasi antara 12 jam hingga 5

hari, disertai perdarahan subkonjungtiva dan konjungtivitis kemotik.

ii) Pada orang dewasa terdapat 3 stadium penyakit infiltratif, supuratif

dan penyembuhan.

(a)Pada stadium infiltratif ditemukan kelopak dan konjungtiva

yang kaku disertai rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata

membengkak dan kaku sehingga sukar dibuka. Terdapat

pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior sedang

konjungtiva bulbi merah, kemotik dan menebal. Pada orang

Page 29: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 29/48

dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih menonjo

dengan gambaran spesifik gonore dewasa. Pada orang

dewasa terclapat perasaan sakit pada mata yang dapat

disertai dengan tanda-tanda infeksi umum. Pada umumnya

menyerang satu mata terlebih dahulu dan biasanya kelainan

ini pada laki-laki didahului pada mata kanannya.(b)Pada stadium supuratif terdapat sekret yang kental. Pada

bayi biasanya mengenai kedua mata dengan sekret kuning

kental. Kadang-kadang bila sangat dini sekret dapat sereus

yang kemudian menjadi kental dan purulen, Berbeda dengan

oftalmia neonatorum, pada orang dewasa sekret tidak kenta

sekali. Terdapat pseudomembran yang merupakan

kondensasi fibrin pada permukaan konjungtiva. Pada orang

dewasa penyakit ini berlangsung selama 6 minggu dan tidak

 jarang ditemukan pembesaran disertai rasa sakit Kelenjar

preaurikul.

(c)Pada stadium penyembuhan semua gejala sangat

berkurang. Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan

mikroskopik yang dibuat menghasilkan 3 kali berturut-turut

negatif.

3) Diagnosis

i) Diagnosis pasti penyakit ini adalah pemeriksaan sekret dengan

pewarnaan metilen biru dimana akan terlihat diplokok di dalam se

leukosit.

ii) Dengan pewarnaan Gram akan terdapat sel intraselular atau ekstra

selular dengan sifat Gram negatif.

iii) Pemeriksaan sensitivitas dilakukan pada agar darah dan coklat.

iv) Saat terlihat penyakit, gambaran klinis serta hasil pemeriksaan

akan membantu untuk menentukan kausa.

v) Pemeriksaan laboratorium akan memberikan gambaran yang khas

untuk jenis infeksi, yang akan memperlihatkan tanda-tanda infeksi

 jamur dan,bakteri pada perneriksaan sitologik.

Page 30: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 30/48

4) Pengobatan

i) Pengobatan segera dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram

positif diplokok batang intraselular dan sangat dicuriga

konjungtivitis gonore. Pasien dirawat dan diberi pengobatan dengan

penisilin salep dan suntikan, pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB

selama 7 hari.

ii) Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air atau dengan

garam fisiologik setiap 1/4jam. Kemudian diberi salep setiap 1/4

 jam. Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan

penisilin G 10.000 - 20.000 unit/ml setiap 1 menit sampai 30 menit.

Kemudian salep diberikan setiap 5 menit sampai 30 menit. Disusu

pemberian salep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.iii) Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan

iv) Pengobatan biasanya dengan perawatan di Rumah Sakit dengan

terisolasi, dibersihkan dengan garam fisiologis, penisilin sodium G

100. unit/ml, eritromisin topikal, dan penisilin 4.8 juta unit dibagi 2

kali sistemik

5) Penyulit

i) Penyulit yang dapat terjadi adalah tukak kornea marginal terutama

di bagian atas. Tukak ini mudah perforasi akibat adanya daya lisis

gonokok ini. Pada anak-anak sering terjadi keratitis ataupun tukak

sehingga sering terjadi perforasi kornea. Pada orang dewasa tukak

terjadi sering terletak marginal dan sering berbentuk cincin

Perforasi komea dapat mengakibatkan endoltalmitis dan

panoftalmitis sehingga terjadi kebutaan total. .

6) Pencegahan

i) Pencegahan : Cara yang lebih aman ialah membersihkan mata

segera setelah lahir dengan larutan berisi dan memberikan salep

kloramfenikol.

Page 31: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 31/48

7) DD

i) Konjungtivitis purulen pada bayi sebaiknya dibedakan dengan mia

neonatorium lainnya seperti klamidia konjungtivitis (inklusion

blenore infeksi diberikan bakteri lain, virus dan jamur.

Page 32: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 32/48

KONJUNGTIVITIS MENAHUN

1) Konjungtivitis alergi

i) Definisi

(a)Bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap

noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan

reaksi terlambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada

reaksi terhadap obat, bakteri, dan toksik. Merupakan reaksiantibodi humoral terhadap alergen. Biasanya dengan riwayat

atopi.

ii) Gejala

(1)Semua gejala pada konjungtiva akibat konjungtiva bersifat

rentan terhadap benda asing.

Page 33: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 33/48

(2)Gejala utama penyakit alergi ini adalah radang (merah, sakit,

bengkak, dan panas), gatal, silau berulang dan menahun.

Tanda karakteristik lainnya adalah terdapatnya papi

besar pada konjungtiva, datang bermusim, yang dapat

mengganggu penglihatan. Walaupun penyakit alerg

konjungtiva sering sembuh sendiri akan tetapi  dapatmemberikan keluhan yang memerlukan pengobatan.

iii) PP

(1)Pada perneriksaan laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel

plasma, limfosit dan basofil.

iv) Pengobatan

(1)Pengobatan terutama dengan menghindarkan penyebab

pencetus penyakit dan memberikan astringen, sodium kromolin,

steroid topikal dosis rendah yang kemudian disusul dengan

kompres dingin untuk menghilangkan edemanya. Pada kasus

yang berat dapat diberikan antihistamin dan steroid sistemik.

2) Klasifikasi :

Dikenal beberapa macam bentuk konjungtivitis alergi seperti:

1. Konjungtivitis flikten,

2. konjungtivitis vermal,3. konjungtivitis atopi,

4. konjungtivitis alergi bakteri,

5. konjungtivitis alergi akut,

6. konjungtivitis alergi kronik,

7. sindrom Stevens Johnson,

8. pemfigoid okuli, dan sindrom Syogren.

i) Konjungtivitis vernal

Page 34: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 34/48

(a)Etiologi

1. Konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas (tipe 1)

yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren.

2. Pada mata ditemukan papil besar dengan permukaan

rata pada konjungtiva tarsal, dengan rasa gatal berat,

sekret gelatin yang berisi eosonofil atau granula

eosinofil, pada kornea terdapat keratitis,

neovaskularisasi, dan tukak indolen.

3. Pada tipe limbal terlihat benjolan di daerah limbus

dengan bercak Horner Trantas yang berwarna

keputihan yang terdapat di dalam benjolan. Secara

histologik penonjolan ini adalah suatu hiperplasi dan

hialinisasi jaringan ikat disertai proliferasi sel epitel dan

sebukan sel limfosit, sel plasma dan sel eosinofil.

4. Merupakan penyakit yang dapat rekuren dan bilatera

pada musim panas.

5. Mengenai pasien usia muda antara 3-25 tahun dan

kedua jenis kelamin sama. Biasanya pada laki-laki mula

pada usia di bawah 10 tahun.

(b)Gejala

Penderita konjungtivitis vernal sering menunjukkan

gejala-gejala alergi terhadap tepung sari rumput-

Page 35: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 35/48

rumput. Dua bentuk utama (yang dapat berjalan

bersama) :

i. Bentuk palpebra. Pada tipe palpebra terutama

mengenai tiva tarsal superior. Terdapat

pertumbuhan papil yang ble stone) yang diliput

sekret yang mukoid. Konjungtiva bawah hiperem

dan edema, dengan kelainan kornea lebih

dibanding bentuk limbal. Secara klinik papil besar

ini tampak tonjolan bersegi banyak dengan

permukaan yang rata dan kapiler di tengahnya.

ii. Bentuk limbal,  hipertrofi papil pada limbus

superior yang membentuk jaringan hiperplastik

gelatin, dengan, Trantas dot merupakandegenerasi epitel kornea atau eosinofil di bagian

limbus kornea, terbentuknya pannus, dengan

sedikit eosinofil.

(c)Pengobatan

1. Ahtihistamin dan desensitisasi mempunyai efek yang

ringan Vasokonstriktor, kromolin topikal dapat

mengurangi pemakaian steroid, siklosporin dapatbermanfaat.

2. Obat anti inflamasi non lainnya tidak banyak manfaat

Pengobatan dengan steroid topikal dan salep akan

dapat menyembuhkan.

3. Hati-hati pemakaian steroid lama. Bila tidak ada hasi

dapat diberikan radiasi, atau dilakukan pengangkatan

giant papil. Penyakit ini biasanya sembuh sendid tanpa

diobati. Dapat diberi obat kompres dingin, natrium

karbonat dan vasokonstriktor. Kelainan komea dan

konjungtiva dapat di dengan natrium cromolyn topikal.

Bila terdapat tukak maka diberi antibiotik untuk

mencegah infeksi sekunder disertai dengan sikloplegik.

Page 36: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 36/48

ii) Konjungtivitis flikten

(a)Definisi

1. Merupakan konjungtivitis nodular yang disebabkan

alergi terhadap bakteri atau antigen tertentu.

(b)Etiologi

1. Konjungtivitis flikten disebabkan karena alerg(hipersensitivitas tipe IV) terhadap tuberkuloprotein

stafilokok, limfogranuloma venerea, leismaniasis, infeks

parasit, dan infeksi di tempat lain dalam tubuh. Kelainan

ini lebih sering ditemukan pada anak-anak di daerah

padat yang biasanya dengan gizi kurang atau sering

mendapat radang saluran napas.

(c)PP

1. Secara histopatologik terlihat kumpulan sel leukosit

neutrofil dikelilingi sel limfosit, makrofag, dan kadang-

kadang sel datia berinti banyak. Flikten merupakan

infiltrasi selular subepitel yang terutama terdiri atas se

monokular limfosit.

(d)Diagnosis

1. Biasanya konjungtivitis flikten terlihat unilateral dan

kadang-kadang mengenai kedua mata. Pada

konjungtiva terlihat sebagai bintik putih yang dikeliling

daerah hiperemi.

2. Pada pasien akan terlihat kumpulan pembuluh darah

yang mengelilingi suatu tonjolan bulat dengan warna

kuning kelabu seperti suatu mikroabses yang biasanya

terletak di dekat limbus. Biasanya abses ini menjalar ke

arah, sentral atau kornea dan terdapat tidak hanyasatu.

3. Gejala

a. Gejala konjungtivitis flikten adalah mata berair, iritas

dengan rasa sakit, fotofobia dapat ringan hingga

berat.

Page 37: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 37/48

b. Bila kornea ikut terkena selain daripada rasa sakit

pasien juga akan merasa silau diserta

blefarospasme.

(e)Prognosis

1. Dapat sembuh sendiri dalam 2 minggu, dengan

kemungkinan2. terjadi kekambuhan. Keadaan akan lebih berat bila

terkena kornea.

(f) DD

1. Diagnosis banding adalah pinguekula iritan (lokalisas

pada palpebra), ulkus kornea, okular rosazea, dan

keratitis herpes simpleks.

(g)Pengobatan

1. Pengobatan pada konjungtivitis flikten adalah dengan

diberi

2. steroid topikal, midriatika bila terjadi penyulit pada

kornea, diberi

3. kacamata hitam karena adanya rasa silau yang sakit

Diperhatikan

4. higiene mata dan diberi antibiotika salep mata waktu

tidur, dan air mata buatan. Sebaiknya dicar

penyebabnya seperti adanya tuberkulosis, blefaritis

stafilokokus kronik dan lainnya.

5. Karena sering terdapat pada anak dengan gizi kurang

maka sebaiknya diberikan vitamin dan makanan

tambahan.

(h)Penyulit

1. Penyulit yang dapat ditimbulkan adalah menyebarnyaflikten kedalam kornea atau terjadinya infeksi sekunder

sehingga timbul abses.

iii) Konjungtivitis iatrogenik

(a)Etiologi

Page 38: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 38/48

1. Konjungtivitis akibat pengobatan yang dliberikan

dokter.

2. Berbagai obat dapat memberikan efek samping pada

tubuh demikian pula pada mata yang dapat terjad

dalam bentuk konjungtivitis.

iv) Sindrom Steven Johnson(a)Definisi

1. Sindrom Steven Johnson adalah suatu penyakit eritema

multiform yang berat (mayor).

2. Penyakit ini sering ditemukan pada orang muda usia

sekitar 35 tahun.

(b)Etiologi

1. Penyebabnya diduga suatu reaksi alergi pada orang

yang mempunyai predisposisi alergi terhadap obat-obat

sulfonamid, barbiturat. Ada yang beranggapan bahwa

penyakit ini,idiopatik dan ditemukan sesudah suatu

infeksi herpes simpleks.

(c)Diagnosis

1. Tanda dan gejala

a. Kelainan ditandai dengan lesi pada kulit dan mukosa

pada kulit berupa lesi eritema yang dapat timbu

mendadak sebar secara simetris.

b. Mata merah dengan demam dan kelemahan umum

dan sakit pada sendi merupakah keluhan sindrom

Steven Johnson ini.

c. Sindrom ini disertai dengan gejala vesikel pada kulit

bula, dan titis ulseratif. Pada mata terdapat

vaskularisasi kornea, parut konjungtiva keringsimblefaron, tukak dan perforasi kornea dan dapa

berikan penyulit endoftalmitis.

d. Kelainan mukosa dapat berupa konjungtivitis

pseudomembran.

e. Pada keadaan lanjut dapat terjadi kelainan, yang

sangat menurunkan daya penglihatan.

Page 39: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 39/48

(d)Pengobatan

1. Pengobatan bersifat simtomatik dengan pengobatan

berupa kortikosteroid sistemik dan infus cairan

antibiotik.

2. Pengobatan lokal pada mata berupa pembersihan

sekret yang timbul, mi steroid topikal dan mencegahsimblefaron.

3. Pemberian kortik harus hati-hati terhadap adanya

infeksi herpes simpleks.

v) Konjungtivitis atopik

1. Reaksi alergi selaput lendir mata atau konjungtiva

terhadap disertai dengan demam. Memberikan tanda

mata berair, bengkak. belek berisi eosinofil.

KONJUNGTIVITIS FOLIKULARIS KRONIS

i) Definisi

(a)Merupakan konjungtivitis yang sering ditemukan pada anak-

anak,

(b)tidak pernah terlihat pada bayi baru lahir kecuali bila usia

sudah beberapa bulan.

ii) Gejala

(a)Konjungtivitis folikularis kronis ditandai dengan terdapatnya

tanda khusus berupa benjolan kecil berwarna kemerah-

merahan pada lipatan retrotarsal. Folikel yang terjad

merupakan reaksi konjungtiva terhadap virus dan alergen

toksik seperti iododioksiuridin, fisostigmin, dan klamidia

Folikel(b)terlihat sebagai benjolan kecil mengkilat dengan pembuluh

darah kecil

(c)atasnya, yang pada pemeriksaan histologik berupa sel limfoid

Setiap folikel ini merupakan pusat germinatif tunggal limfoid.

Folikel ini bila diakibatkan trakoma akan berdegenerasi yang

akan membentuk jaringan parut.

Page 40: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 40/48

(d)Folikel yang didapatkan pada tarsus inferior anak dan orang

dewasa sering dapat dianggap normal.

iii) Etiologi

(a)Konjungtivitis akut terdapat pada penyakit epidemik

keratokonjungtivitis folikularis (adenovirus 8), demam

faringokonjungtiva (adenovirus 3), herpes simplekskonjungtivitis hemoragika akut (adenovirus 90), konjungtivitis

inklusi, trakoma akut, penyakit New Castle, influenza, herpes

zoster.

(b)Konjungtivitis kronis terdapat pada trakoma, toksis obat

(kosmetik), bakteri, keratokonjuntivitis Thygeson, moluskum

kontagiosum, dan Parinaud konjungtivitis.

iv) Diagnosis Banding Konjungtivitis Folikularis

Konjungtivitis folikularis akut Konjungtivitis folikularis kronik

Kerato-konjungtivitis epidermika

Demam faringo-konjungtiva

Herpessimpleks primer

Konjungtivitis inklusi

Eksasebasi akut trakoma

Konjungtivitis hemoragika akut

Penyakit New Castle influenza tipe

A

Herpes zoster (jarang)

Femam garukan-kucing (cat

scratch fever) & sewaktu2 kausa

lain sindrom Parinaud

Axenfeld

Moluskum kontagiosum reaksi

kimia &toksik fisostigmin pilokarpin dan

isoflurophate (jarang)

Page 41: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 41/48

Gordon's Medical Management of Ocular Diseases, second edition,

Edward A. Dunlap, M.D. D.Sc. (hon) p. Table.

• Konjungtivitis bakterial

a. Konjungtivitis bakterial akut

b. Konjungtivitis gonore

c. Oftalmia neonatarum

d. Konjungtivitis angular

e. Konjungtivitis mukopurulen

• Konjungtivitis virus akut

a. Demamm faringokonjungtiva

b. keratokonjungtivitis epidemi

c. konjungtivitis herpetik

♥ konjungtivitis herpes simplek

♥ konjungtivitis varisella-zooster

d. konjungtivitis inklusi

e. konjungtivitis new castel

f. konjungtivitis hemoragik epidemi akut

• konjungtivitis menahun

g. konjungtivitis alergi

♥ konjungtivitis vernal

♥ konjungtivitis flikten

♥ konjungtivitis iatrogenik

Page 42: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 42/48

♥ konjungtivitis steven johnson

♥ konjungtivitis atopik

Ilyas, sidarta. Ilmu penyakit mata. 2002

a. Etiologi

Konjungtivitis dapat disebabkan bakteri seperti konjungtivitis gonokok,

virus, klamidia, alergi toksik, dan molluscum contagiosum.

♥ konjungtivitis vernal reaksi hipersensitifitas tipe 1

♥ konjungtivitis flikten reaksi hipersensitifitas IV yang disebabkan

tuberkuloprotein, stafilokok, limfogranuloma venerea, leismeniasis

infeksi parasit.

♥ konjungtivitis iatrogenik akibat pengobatan dokter

♥ konjungtivitis steven johnson reaksi alergi pada orang-arang

♥ konjungtivitis atopik

Ilyas, sidarta. Ilmu penyakit mata. 2002

o bakteri

- konjungtivitis bakteri akut

disebabkan oleh Streptokokus, corynebacterium diphtherica,

pseudomonas, neisseria, dan hemophilus. Gambaran klinis berupa

konjungtivitis mukopurulen dan konjungtiva purulen. Perjalanan penyakit

akut yang dapat berjalan khronis. Dengan tanda hiperemi konjungtiva,

edema kelopak, papil dengan dan kornea yang jernih.

- konjungtivitis Gonore

merupakan radang konjungtiva akut dan hebat, yang disertai

dengan sekret purulen. Genokok merupakan kuman yang sangat patogen,

virulen dan bersifat invasif sehingga reaksi radang terhadap kuman ini

Page 43: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 43/48

sangat berat. Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada

pada jalan kelahiran, sedang pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang

sedang menderita penyakit tersebut. Di klinik penyakit ini dapat dilihat

dalam bentuk oftalmia neonatorum (bayi usia 1-3 hari), konjungtivitis gonore

infantum (usia > 10 hari) dan konjungtivitis gonore adultorum. Memberikan

sekret purulen padat dengan masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari,disertai perdarahan subkonjungtiva dan konjungtiva kemotik.

Pada orang dewasa terdapat 3 stadium penyakit: infiltratif, supurtif 

dan penyembuhan.

o stadium infiltratif : ditemukan kelopak dan konjungtiva yang kaku

disertai rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata membengkak dan kaku

sehingga sukar dibuka. Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal

superior sedang konjungtiva bulbu merah, kemotik dan menebal. Pada orang

dewasa selaput konjungtiva lebih lebih bengkak dan lebih menonjol dengan

gambaran hipertrofi papilar yang besar

o stadium supuratif : terdapat sekret yang kental. Pada bayi

biasanya mengenai ke 2 mata dengan sekret kuning kental. Kadang2 bila

sangat dini dapat serous yang kemudian menjadi kental dan purulen.

- konjungtivitis difteri

radang konjungtiva yang disebabkan bekteri difteri dan memberikan

gambaran khusus berupa terbentuknya membran pada konjungtiva

tarsal. Membran yang terbentukterdiri atas bahan nekrotik bercampur fibrin

yang bila diangkat akan menyebabkan terjadinya perdarahan.

Biasanya konjungtivitis difteri terdapat pada anak yang menderita

difteri. Kelopak mata membengkak, merah dan kaku disertai membran padakonjungtiva tarsal.

- Konjungtivitis folikular

merupakan konjungtivitis yang disertai dengan pembentukan folikel

pada konjungtiva. Terbentuknya folikel terjadi akibat penimbunan limfosit

dalam jaringan adenoid subepitel konjungtiva. Folikel akan membentuk

Page 44: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 44/48

tonjolan pada konjungtiva sebesar 0,5 mm, dengan permukaan yang landai,

licin, berwarna abu2 kemerahan. Warna merah ini terlihat akibat adanya

pembuluh darah dari bagian perifer folikel yang menuju puncak folikel.

Konjungtivitis merupakan konjungtivitis yang sering ditemukan pada anak2

akan tetapi tidak ditemukan pada bayi. Beda dengan folikel trakoma maka

pada konjungtivitis folikular tidak pernah terbentuk sikatriks. Bersamaandenga terlihatnya mata merah biasanya juga disertai dengan lakrimasi yang

nyata.

- konjungtivitis angular

merupakan peradangan konjungtiva yang terutama didapatkan

didaerah kantus interpalpebra, disertai ekskoriasi kulit disekitar daearah

meradang. Konjungtivitis angular disebabkan oleh basil Maroxella Axenfeld.

Konjungtivitis anguler terdapat sekret mukopurulen dan pasien sering

mengedip dan terdapat penyulit blefaritis.

- konjungtivitis mukopurulen

merupakan konjungtivitis dengan gejala umum konjungtivitis kataral

mukoid. Penyebabnya adalah Staphylococcus, basil Koch Weeks,

pneumococ, staphylococ, haemophylus Aegypti, yang dapat terlihat juga

pada penyakit virus.

Gejala konjungtivitis mukopurulen adalah terdapatnya hiperemia

kinjungtiva dengan sekret berlendir yang mengakibatkan ke 2 kelopak

melekat terutama pada waktu bangun pagi. Pasien merasa seperti kelilipan

kemasukan pasir. Sering ada keluhan seperti adanya halo atau gambaran

pelangi yang sebaiknya dibedakan dengan halo pada glukoma. Bila

disebabkan oleh pneumococ maka akan terlihat perdarahan kecil pada

konjungtiva. Gejala penyait terberat terjadi pada hari ke 3 dan bila tidak

diobati akan berjalan kronis.

- Blefarokonjungtivitis

blefarokonjungtivitis atau radang kelopak dan konjungtiva ini

disebabkan oleh staphylococ dengan keluhan terutama rasa gatal pada mata

Page 45: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 45/48

disertai terbentuknya krusta pada tepi kelopak . bersamaan dengan ini

biasanya disertai dengan keratitis pungtata epitelial. Radang ini juga

mengenai kelenjar Meibom dan folikel rambut. Blefarokonjungtivitis sering

menimbulkan reaksi alergi pada kornea sehingga menimbulkan keratitis

marginal ataupun tukak marginal kornea.

o virus

demam faringokonjungtiva

konjungtivitis demam faringokonjungtiva disebabkan oleh infeksi

virus. Kelainan ini akan memberikan gejala demam, faringitis, sekret berair

dan sedikit, yang mengenai satu atau ke dua mata. Biasanya disebabkan

oleh adenovirus tipe 2, 4 dan 7, terutama mengenai remaja yang disebarkan

melalui droplet atau kolam renang. Masa inkubasi 5-12 hari, yangmenularkan selama 12 hari, dan bersifat epidemik. Mengenai satu mata

yang akan mengnai mata lainnya dalam minggu berikutnya. Berjalan akut

dengan gejala penyakit hiperemia konjungtiva, mata seperti kemasukan

pasir, folikel pada konjungtiva, sekret serous, fotofobia, kelopak bengkak

dengan pseudomembran. Pada kornea dapat terjadi keratitis superfisial, dan

atau subepitel dengan pembesaaran kelenjar limfe preaurikel.

keratokonjungtiva epidemik

keratokonjungtiva epidemik merupakan radang yang berjalan akut,

disebabkan oleh adenovirus tipe 3,7,8 dan 19. konjungtivitis ini dapat timbul

sebagai suatu epidemi. Penularan biasanya terjadi melalui kolam renang

selain dari pada akibat wabah. Mudah menular dengan masa inkubasi 8-9

hari dan masa infeksious 14 hari.

Gejala klinik berupa demam dengan mata seperti kelilipan, mata berairberat, folikel terutama konjungtiva bawah, kadang2 terdapat

pseudomembran. Terdapat infiltrat subepitel kornea atau keratitis setelah

terjadinya konjungtivitis. Infiltrat ini dapat bertahan selama 3 minggu. Dalam

sekret ditemukan sel neutrofil.

konjungtivitis herpetik

Page 46: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 46/48

merupakan manifestasi primer herpes dan terdapat pada anak2

yang mendapat infeksi dari pembawa virus. Pada konjungtivitis ini akan

terdapat limfadenopati preaurikel dan vesikel pada kornea yang dapat

meluas membentuk gambaran dendrit.

- konjungtivitis herpes simplek

merupakan infeksi berulang pada mata. Sering disertai infeksi

herpes pada kulit dengan pembesaran kelenjar preaurikel.

- konjungtivitis varisela-zoster

varisela zoster disebut juga shingle, zona, atau posterior ganglionitis

akut. Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion Gaseri

saraf trigeminus. Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan

terlihat gejala2 herpes zoster pada mata. Kelainan yang terjadi akibat herpes

zoster tidak akan melampaui garis median kepala. Herpes zoster dan

varisela memberikan gambaran yang sama pada konjungtivitis seperti mata

hiperemia, vesikel dan pseudomembran pada konjungtiva, papil dengan

pembesaran kelenjar preaurikel.

konjungtivitis inklusi

merupakan penyakit okulogenital disebabkan oleh infeksi klamidia \,

yang merupakan penyakit kelamin (uretra, prostat, serviks dan epitel

rektum), dengan masa inkubasi 5-10 hari. Klamidia menetap didalam

 jaringan uretra, prostat serviks dan epitel rektum untuk beberapa tahun

sehingga mudah terjadi infeksi ulang. Penyakit ini dapat bersifat epidemik

karena merupakan swimming pool konjungtivitis. Konjungtivitis okulogenital

pada bayi timbul 3-5 hari setelah lahir. Pada bayi dapat memberikan

gambaran konjungtivitis purulen sedang pada orang dewasa dapat dalambeberapa bentuk, konjungtiva hiperemik, kemotik, pseudomembran, folikel

yang nyata terutama pada kelopak bawah dan tidak jarang memberika

gambaran seperti hipertrofi papil disertai pembesaran kelenjar preaurikel.

konjungtivitis New Castle

Page 47: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 47/48

disebabkan oleh virus New Castle, dengan gambaran klinis sama

dengan demam faringokoknjungtiva . penyakit ini biasanya terdapat pada

pekerja peternakan unggas yang ditulari virus New Castle yang terdapat

pada unggas. Umumnya penyakit ini bersifat unilateral walaupun dapat juga

bilateral.

Konjungtivitis ini memberikan gejala influensa dengan demam ringan,

sakit kepala dan nyeri sendi. Konjungtivitis New Castle akan memberikan

keluhan rasa sakit pada mata, gatal, mata berair, penglihatan kabur dan

fotofobia. Penyakit ini sembuh dalam jangka waktu kurang dari 1 minggu.

Pada mata akan terlihat edema palpebra ringan, kemosis dan sekret yang

sedikit, dan folikel2 terutama ditemukan pada konjungtiva tarsal bagian

bawah. Pada kornea ditemukan keratitis epitelial atau keratitis subepitel.

Pembesaran kelenjar getah bening preaurikel yang tidak nyeri tekan.

konjungtivitis hemoragik epidemik akut

` merupakan konjungtivitis disertai timbulnya perdarahan

konjungtiva. Masa inkubasi 24-48 jam, dengan tanda2 ke 2 mata iritatif,

deperti kelilipan dan sakit periorbita. Edema kelopak, kemosis konjungtiva,

sekret seromukos, fotofobia disertai lakrimasi. Terdapat gejala akut dimana

ditemukan adanya konjungtivitis folikular ringan, sakit periorbita

Virus

Bakteri Fungusdanparasit

Alergi

Purulen Nonpurulen

Kotoran Sedikit Mengucur Sedikit Sedikit SedikitAir mata Mengucur Sedang Sedang Sedikit SedangGatal Sedikit Sedikit -o- -o- MencolokInjeksi Umum Umum Lokal Lokal Umum

Nodulpreaurikular

Lazim Jarang Lazim Lazim -o-

Pewarnaan usapan

MonositLimfosit

BakteriPMN

BakteriPMN

BiasanyaNegatif 

Eosinofil

Sakittenggorokan danpanas ygmenyertai

Sewaktu-waktu

 Jarang -o- -o- -o-

Page 48: Sandra Mata Lbm 2

7/28/2019 Sandra Mata Lbm 2

http://slidepdf.com/reader/full/sandra-mata-lbm-2 48/48

• Diagnosis Banding Konjungtivitis Gambaran Klinis

 Tanda Bakterial Viral Alergik Toksik TRICInjeksiKonjungtivitis

Mencolok Sedang Ringan-Sedang

Ringan-Sedang

Sedang

Hemoragi + + - - -Kemosis ++ +/- ++ +/- +/-Eksudat Purulen

ataumukopurulen

 Jarang,air

Berserabut,(lengket)putih

- Berserabut(lengket)

Pseudomembran

+/-(strept.C.diph)

+/- - - -

Papil +/- - + - +/-Folikel - + - +

(medikasi)

+

NodusPreaurikular

+ ++ - - +/-

Panus - - - (kec.vernal)

- +

• Perbedaan Konjungtivitis dgn Iritis dan Keratitis

 Tanda Konjungtivitis Keratitis/Iritis

 TajamPenglihatan

Normal Turun Nyata

Silau Tidak ada NyataSakit Pedes, rasa

kelilipanSakit

Mata merah Injeksikonjungtival

Injeksi siliar

Sekret Serous, mukos,purulen

 Tidak ada

Lengket kelopak Terutama pagihari

 Tidak ada

Pupil Normal Mengecil