Sandi Rohani Alas Ketonggo
-
Upload
krida-pamungkas -
Category
Documents
-
view
103 -
download
15
description
Transcript of Sandi Rohani Alas Ketonggo
MENGUNGKAP SANDI ROHANI ALAS KETONGGO
Budaya Jawa menyimpan dan menyelinapkan tabir-tabir misteri sebagai
inspirasi spirit dan mental yang berwujud sanepan dengan makna yang
tersirat, bukan tersurat bagi generasi-nya, agar tidak lengkang oleh
perkembangan zaman. Alas Ketonggo sebagai satu contoh yang tempatnya
menyimpan legenda dan mitos di dalam angan-angan dan impian di dalam
pikiran, perasaan dan budi. Ada banyak masyarakat yang hanyut pengertian
dan pengetahuannya untuk meyakini dan mempercayai Alas Ketonggo dengan
makna tersurat atau lahiriah. Hingga tidak tanggung-tanggung secara mentah
menjadikan Alas Ketonggo sebagai ajang pencarian inspirasi demi
perkembangan mental dan spiritnya.
Dimanakah letak yang hakiki untuk menyikapi Alas Ketonggo, secara tersurat
atau tersirat? Guratan tinta inilah yang akan mengupas tuntas apa yang
seharusnya kita mengerti dan pahami agar diri kita tidak tersesat di dalam
pengetahuan dan pengertian.
Alas Ketonggo secara lokasi atau obyek bertempat di Alas Purwo. Selain itu di
Kalasan Yogyakarta disebut Bathok Bolu Isi Madu, di Wonosari, di Ngawi
dengan sebutan Alas Ketonggo Kapetak, di Blora di dekat masyarakat Samin
juga menyebut Alas Ketonggo, juga di Temanggung tempat Angling Darmo, dll.
Kesemuanya tempat itu diyakini masyarakat setempat sebagai pusat kraton
gaib yang terus dibangun dan tak kunjung selesai. Inilah guratan tinta untuk
menjelaskan pengertian dan pengetahuan yang sebenarnya, agar berfungsi
peran di dalam pengetahuan kita bersama.
1. Alas Ketonggo, “alas” berarti hutan, dasar pokok atau keramaian. Ketonggo
berasal dari kata “katon” (terlihat) dan “onggo” (makhluk halus) atau
makhluk halus atau kehidupan yang halus yang katon atau kelihatan.
2. Siapapun yang meyakini kekuasaan Tuhan harus meyakini adanya alam
rohani, tempat kehidupan makhluk-makhluk rohani atau gaib.
3. Ada kehidupan setelah terjadi kematian, yaitu alam kehidupan gaib atau
alam rohani bagi para arwah yang telah meninggalkan dunia atau alam
kehidupan jasmani.
4. Siapapun yang hendak menuju kehadirat Tuhan-nya esok sebagai tujuan
atau perjalanan akhir harus memahami alam kehidupan rohani. Jelasnya,
siapapun untuk tertuju kehadirat-Nya harus melewati tujuh lapisan alam
kehidupan rohani atau harus melewati perjalanan langit ke tujuh.
5. Selagi dirimu hanya terbelenggu oleh pengetahuan akal alam jasmani
dengan mengandalkan perangkat tubuh jasmani dan inderanya, dirimu
tidak akan pernah mampu mengerti dan memahami dimensi kehidupan
alam gaib itu.
6. Mengetahui alam kehidupan jasmani sebagai pijakan dasar yang tidak boleh
ditinggalkan selagi menjadi manusia. Namun tujuh alam kehidupan rohani
juga harus kau alami dan ketahui.
7. Untuk mengetahui kehidupan alam rohani, dirimu harus memahami sinandi
Alas Ketonggo, yang sesungguhnya kehidupan buwana alit-mu.
8. Bukankah dirimu sering mengalami kekosongan, keheningan dan kesepian
seperti di tengah hutan lebat yang jauh dari aktivitas manusia. Tentu di
dalam kesepian, kekosongan dan keheningan akan menjumpai keramaian
yang melebihi aktivitas alam jasmani yang senyatanya. Itulah pengertian
dasar Alas Ketonggo.
9. Kosong adalah isi, isi adalah kosong. Maya itu katon dan katon itu maya.
Itulah pokok-pokok pengertian rohani Alas Ketonggo yang sesungguhnya
menyimpan rahasia atau tabir pengetahuan dan pengertian untuk cerdas
dan tangkas menyikapi kehidupan bersama.
10. Memahami sifat dan peran fenomena energi hawa dan nafsu di dalam
kehidupanmu akan mengungkap segala pencarian aktivitas keramaian
akan mendapatkan kesepian dan mencari keheningan dan kesepian akan
mendapatkan keramaian. Hanya orang yang beralaskan kesadaran saja
yang mampu mengungkap rahasia itu.
11. Alas Ketonggo adalah ekspresi kehidupan jiwamu yang terdapat fenomena
energi hawa dan nafsu yang harus kau kendalikan dan kau atur demi
kebaikan hidupmu dan sesamamu.
12. Fenomena energi hawa dan nafsu di dalam jiwamu ada pada pikiran,
perasaan dan budimu yang syarat dengan adanya kegiatan maya dan
samar seperti angan-angan, harapan, khayalan, imajinasi dan impian.
Bukankah fenomena energi itu seperti aktivitas makhluk halus di alam
maya atau alam rohani yang sulit ditentukan oleh siapapun yang tidak
mengetahui dan memahaminya.
13. Siapapun yang mampu menyatakan segala perwujudan yang maya dan
samar maka disebut mengalami alas ketonggo.
14. Melihat atau menyaksikan, mengalami hingga terampil bertahan hidup di
alas ketonggo (jiwa) adalah yang seharusnya kau alami dalam
kehidupanmu saat ini, agar dirimu membuahkan cipta, rasa dan karsa
karya nyata untuk membangun hidup dunia bagi sesamamu
15. Siapapun yang telah lulus dari alas ketonggo akan menjadi pemimpin bagi
umat manusia dan segenap makhluk hidup beserta alam semesta ciptaan-
Nya.
16. Jangan sampai hidupmu dikuasai oleh jagat onggo-onggo atau jagatnya
para dedemit atau makhluk halus yang serba menebar kebingungan,
kekhawatiran, ketakutan, mudah heran (gumunan) tetapi kita yang harus
menguasainya. Oleh sebab itu, kuasailah Alas Ketonggo (jiwamu).
17. Menguasai Alas Ketonggo akan memahami pengertian Sastra Jendra
Hayuningrat Pangruwataning Diyu, agar dirimu tidak dikuasai oleh mereka
yang menguasai segala hal yang samar atau yang tidak jelas, seperti
kekhawatiran, kebingungan, ketakutan, dll.
18. Pada dasarnya ketakutan, kekhawatiran, kebingungan dan ketakutan
hanyalah bagi siapapun yang belum genap pengertian dan
pengetahuannya.
19. Selama dirimu mengalami ketakutan, kekhawatiran dan kebingungan,
berarti dirimu masih dikuasai dan dibelenggu oleh setan atau iblis beserta
walinya, yang berkarya menguasai dan membelenggu hidupmu.
20. Alas Ketonggo adalah sinandi bagimu yang harus kau ketahui rahasianya,
agar dirimu genap disebut manusia yang hidup karena titah Tuhan, bukan
hidup karena asal atau waton hidup.
21. Siapapun yang belum memahami apa yang tersirat dalam Alas Ketonggo
akan tersesat, karena sebuah dasar pengetahuan pokok dalam melakukan
perjalanan hidup yang sekaligus sebagai perjalanan rohani.
22. Sejarah serta jati diri dan identitas bangsamu tersimpan memorinya di
dalam alas ketonggo. Dirimu akan mengungkapnya dengan melihat
aktivitas leluhurmu di alam rohani alas ketonggo.
23. Memasuki alas ketonggo akan membuat dirimu cerdas, berpengetahuan
dan berpengertian luas untuk menyelesaikan segala permasalahan yang
ada.
24. Bahkan segala pengetahuan yang telah punah dan sirna oleh zaman masih
tersimpan rapi di alas ketonggo, tentu mendapatkannya dengan
berinteraksi di dalam pengetahuannya.
25. Siapapun yang berhasil mengupas Alas Ketonggo akan menjadi sosok
pemimpin, sebab dengan pengetahuan dan pengertiannya akan
membuahkan terang bagi yang mengalami kegelapan pengetahuannya dan
menjadi pembebas penderitaan.
26. Bangsa yang jaya tetap terus berjuang menemukan dan mempertahankan
jati diri dan identitasnya, dengan berjuang mencapai pencerahan atau
kemerdekaan menuju kedamaian, ketentraman dan kemakmuran baginya.
27. Bukankah kesengsaraan dan derita adalah simbol daripada neraka dan
simbol kebahagiaan, kemerdekaan, kebebasan, pencerahan, kemakmuran,
kedamaian dan ketentraman adalah simbol surga
28. Satria piningit akan muncul dari alas ketonggo, dengan tanda munculnya
bathok bolu isi madu adalah sinandi bagi perjalanan rohani.
29. Bathok Bolu Isi Madu adalah makna tersirat dalam Sastra Jendra
Hayuningrat Pangruwataning Diyu yang diawali dengan pembukaan
delapan lubang atau pintu gerbang energi kehidupan agar terbuka pintu
yang kesembilan.
30. Hanya Satria piningitlah dalam pengertian tersirat yang mampu membuka
kedelapan pintu gerbang atau yang disebut Bathok Bolu Isi Madu.
31. Olehnya, ke delapan pintu gerbang terbuka di dalam bathok bolu isi madu
oleh satria piningit, kemudian satria piningit mampu membuka pintu
gerbang kedelapan, maka satria piningit menjadi Ratu Adil.
32. Munculnya bathok bolu isi madu sebagai tanda keberhasilan satria
piningit, jika berhasil membuka pintu gerbang kebebasan dan pencerahan
hidup.
33. Pintu gerbang kesembilan jika terbuka maka satria piningit akan
melepaskan ikatan duniawi lapis tujuh, hingga disebut sebagai Ratu Adil
atau Hingkang Sinuwun atau Ingsun.……
34. Satria piningit itu adalah dirimu atau pribadi sejatimu atau roh sejatimu
yang menguasai hidupmu, yang disebut Ingsun.
Mengapa alas ketonggo menjadi sinandi pencerahan rohani dan jasmani
beserta kejayaan umat manusia, di dalam pengetahuan luhur budaya Jawa?
1. Alas walaupun disebut hutan yang oleh beragam makhluk hidup seperti
pepohonan, hehewanan serta makhluk halus yang berasal dari arwah-
arwah para leluhur masa silam, sebagai ekspresi fenomena hawa dan nafsu
kita semua, yang liar dan terkendali.
2. Sinandi alas ketonggo sebagai sinandi kehidupan jagat cilik (hawa dan
nafsu-kita) dan jagat gedhe (alam semesta).
3. Alas ketonggo dalam pengertian jagat cilik adalah fenomena kehidupan kita,
yang pada dasarnya sulit dikendalikan tetapi harus mampu kita
kendalikan. Sedangkan alas ketonggo dalam arti makro atau dalam
pengertian nyata, seperti Kraton beserta Raja-nya sebagai sentral budaya,
tempat-tempat yang dimitoskan atau disakralkan dalam kegiatan
peziarahan. Arti pesan yang mendalam bahwa kita tidak boleh
meninggalkan budaya dan sejarah masa lalu.
4. Alas Ketonggo tempat arwah-arwah para leluhur yang telah meninggalkan
dunia puluhan hingga ratusan tahun, namun belum berpulang dihadirat
Tuhan, dan masih menyimpan rapi di dalam tubuh halus maniknya.
5. Banyak pengetahuan masa silam yang sebagai simbol jati diri dan identitas
bangsa-mu di Alas Ketonggo. Oleh itu, kehidupan para arwah leluhur masih
aristokrat, sesuai peradaban budayanya lalu.
6. Peradaban budaya beserta nilai-nilai luhur masa silamnya menyimpan
potensi kekuatan identitas dan jati diri bangsa-mu. Apabila bangsa-mu
ingin jaya dan menjadi terang dunia harus berpijak pada budaya atau jati
diri dan identitasmu.
7. Jangan melupakan sejarah atau budaya leluhur-mu, jika melupakan sejarah
dan budaya-mu dari situlah kelemahan bangsa-mu.
8. Pahamilah sandi Alas Ketonggo, sebab dialah yang menyimpan sejarah,
rahasia dan kenangan masa lalu yang membantu dirimu untuk menemukan
jati diri dan identitasmu.
9. Bukankah bangsamu mengalami krisis keyakinan dan kepercayaan akan jati
diri dan identitasmu. Artinya bangsamu telah asing mengenali potensi
dirinya.
10. Bahkan bangsamu tidak mengetahui dan menyadari kekrisisannya. Itulah
bencana akibat meninggalkan pilar dan pondasi budayanya.
11. Negara dan bangsa manapun akan mengalami kejayaan jika telah
menemukan jati diri dan identitasnya (budayanya) dan itu tersimpan
dalam sandi Alas Ketonggo.
12. Walaupun sandi Alas Ketonggo disebut dan dikatakan mitos bagi
pemahaman modern, tetap mereka jaya sebagai pusat pemikiran
dikarenakan berangkat dari mitos atau yang disebut angan-angan,
harapan, cita-cita, impian, dll.
13. Bangsa manapun tidak akan maju dan jaya jika meninggalkan angan-
angan, harapan, cita-cita, keinginan, kehendak, harapan, impian yang
kesemuanya adalah simbol mitos.
14. Lihatlah bangsa-bangsa yang telah jaya, mereka mengawali kejayaannya
dengan kesadaran kolektif mitosnya di dalam jiwa pikiran, perasaan, budi
dan perilaku indera jasmaninya atau cipta, rasa dan karsanya.
15. Alas Ketonggo sandi untuk menggali jati diri dan identitasnya sebagai awal
mengumpulkan kekuatan untuk terbebaskan dari kesengsaraan, derita,
ketidaktentraman dan ketidakdamaian, ketidakmakmuran, kemiskinan dan
belenggu bangsa-mu.
16. Bangsa yang telah jaya menggali budaya asalnya sendiri melalui prosesi
sinandi alas ketonggo dengan menghormati perjuangan leluhurnya.
17. Bagaimana bangsamu atau dirimu akan mendapatkan pencerahan dan
kemerdekaan hidup bagi bangsamu, jika dirimu saling berjuang demi
kepentingan dan kekuasaan kelompok-mu.
18. Salah satu nasehat sinandi Alas Ketonggo,“Janganlah energi jiwa hawa dan
nafsumu saling bertubrukan menyalakan api kesengsaraan yang
menambah dirimu atau bangsamu saling terbelenggu dan membelenggu”.
19. Jika energi jiwa hawa dan nafsumu saling bertubrukan atau bertabrakan
maka dirimu akan saling memiliki kebingungan, saling memiliki
kekhawatiran, saling memiliki ketakutan, sekalipun hal itu terungkap atau
tidak terungkap.
20. Masuklah ke alam alas ketonggo, disitulah banyak pengetahuan yang
mengisi kekurangan dan kelemahanmu, agar dirimu tidak mudah bingung,
takut, khawatir, menderita dan sengsara, dll.
21. Jika dirimu mampu membuka sinandi Alas Ketonggo, ambillah potensi
lebihnya dan jadikan kelemahannya menjadi hikmah, agar dirimu trampil
menghimpun kekuatan dan mengerti keinginan dan kehendak energi hawa
dan nafsu untuk menyelamatkan generasi muda bangsa-mu.
22. Jika telah mampu membuka sinandi Alas Ketonggo, para leluhurmu akan
berinteraksi denganmu dan memberikan pengetahuan yang memubuat
bangsa-mu jaya dan maju.
23. Memasuki alas ketonggo diperlukan seni ketrampilan melepaskan
belenggu tubuh jasmani, jika tidak memiliki hanya akan dapat kesunyian
dan aktivitas kesendirian tanpa arti dan makna seperti melamun atau
menghayal.
24. Alangkah lebih lengkapnya jika dirimu yang memiliki kecerdasan akal
jasmani, kemudian memiliki kecerdasan rohani di dalam pikiran, perasaan
dan budimu, maka pengetahuan dan ketrampilanmu akan disebut
seimbang.
25. Sungguh keseimbangan diperlukan jika memasuki alas ketonggo, agar akal
jasmani dipersiapkan agar tidak mengalami gejolak keterbatasan dengan
kehidupan rohani.
ALAS KETANGGA,
versi Gusti Pangeran Haryo Dipokusumo
KETANGGA kalebu kejawen deles. Sekawit pancen akeh
sing mbatang, ketangga minangka jeneng laladan sepi
(Alas Ketangga) sing mapan ing wilayah Ngawi, Jawa
Timur. Papan iku pancen cocog kanggo menebake batin,
laku spiritual kejawen.
Mung wae, bareng aku ngrungokake andharane Drs GPH
Dipokusumo, pangageng Parentah Karaton Surakarta
Hadiningrat nalika Sarasehan Nasional Spiritual Jawa,
ing Sasana Mulya Surakarta, ora ngira jebul ketangga
iku unen-unen filosofis-psikologis kejawen kang
dhuwur.
Lire, ketangga iku dumadi saka jarwa dhosok keteging
angga (keteging awak). Ketangga mujudake krenteging
jiwa (cipta, rasa, lan karsa) nalika urip makarti.
Keteging angga kuwi babaring kandha jiwa, sing
blakasuta, ora bisa diapusi. Keteg iki mujudake wohing
olah batin (rasa). Mula, Sinuhun Paku Buwana IV ing
Serat Wulangreh wis dhawuh: “Rasa rasaning punika
upayanen darapon sampurna ugi ing kauripanira.”
Tegese, sajroning urip, manungsa prelu nguwasani rasa.
Rasa, tumrape wong Jawa, ora liya ati, uga batin.
Wong sing bisa ngendhaleni batin ateges “Jawa” tenan.
“Jawa” tegese bisa ngeja hawa (nguja hawa), maca
playune hawa nguwasani batin.
Batin iku mobah-mosik njur nglairake osik. Lamun batin
bisa dikuwasani kanthi pamanthenging pikir, intuisi
bakal muncul. Intuisi kuwi prentule driya kaping nem,
ngluwihi feeling (rasaning ati). Sing alus daya
intuisine adat saben bisa maca glagating jaman lan
kebat srengate wong liya.
Wong mau kanthi lambaran ketangga bisa nguwasani
ngelmu agal-alus. Krenteging angga kasebut bakal dadi
nurani (net). Neting batin iki kang nuntun marang iman
lan pandaya. Kanthi mangkono, kabeh kang ditindakake
manungsa ora bakal selang surup, merga wis sumurup
paraning batin.
Parane batin iku osik. Osik mujudake polahe batin.
Krana osik, batin dadi urip. Urip kang diwuwuhi
ketangga. Menawa manut wejangane Kangjeng Sunan
Kalijaga, polahe batin iku bakal thukul dadi cawang
telu.
Sepisan, batin cacat, iki wujud ketangga kang ora
wening, ora istikamah. Batin ngene iki bakal
mblusukake manungsa tekan tumindak reged utawa kleru
arah (fallacy). Wusana manungsa kesurang-surang,
tansah nandhang kecingkrangan batin salawase, sanajan
urip numpuk bandha donya.
Kapindho, batin kang garing (mati). Tegese batin sing
nistha. Batin kasebut wis dikemonah hawa nepsu. Wong
Jawa ngarani menungsa mau wis mati rasane. Kadhang
kala wong mau wis ora nduwe isin, tanpa kapribaden
Jawa. Uripe mung tansah nglantur.
Katelu, batin urip. Tegese, polahe batin kang resik.
Iki wujude ketangga kang suci, nuntun marang
karahayon.
Wong sing nguwasani polahe batin, keteging angga bakal
murub makantar-kantar mawa cahya lungid. Dheweke nduwe
watak eling lawan waspada. Kang ditengenake wudharing
panembah jati. Panembah bakal nuntun marang kosmogoni
sangkan paraning dumadi. Bab iki prelu disumurupi
kanthi tapis, amarga unen-unen Jawa wis pratela:
“Reretuning jagad tan bisa sinirep limpading budi”.
Tegese, angkara murka kang mumbul saka hawa nepsu
angel ditelukake dening nalar lan bebuden lamun ora
dilambari panembah.
Amrih bisa tekan anggone nyilemi ketangga, jiwa kudu
teguh lan tinarbuka. Cak-cakane laku, ora liya patrap
manekung (semedi, manengku puja). Krana manekung,
batin bakal grayah-grayah. Sumurup ing rasa, munjuk
tekan rasa sejati kawedhar. Batin saya resik, bisa
maneges marang kasunyatan. Najan ngonoa, manungsa
tetep pasrah. Jer unen-unen Jawa wis nyethakake:
“Kridhane ati ora bisa mbedhah kuthaning pesthi”.
Tegese, manungsa mung bisa mbudi daya, dene pesthi
gumantung Kang Mahasuci. Pesthi iku sejatine tumuju
kabecikan. Ewadene ye ana sing ala, iku dumadi saka
wiradate manungsa.
Ngono iku wis didhadha dening wong Jawa. Buktine, para
luhur biyen mesthi nyasmitani, yen nulis (aksara) Jawa
kudu nggandhul garis tur ndhoyong nengen. Nggandhul
garis tegese mung cumadhong, pasrah sumarah. Ndhoyong
nengen ateges tumindak kang bener.
Yen anggone nulis aksara jejeg, dianggep ndhisiki
kersa (nggege mangsa). Karomaneh, panulise aksara
prayoga kandel-alus. Kandel-alus nuwuhake yen urip iku
owah gingsir, amrih pikoleh, tinemu harmoni.
Wong sing bisa ngerti marang ketangga ateges sumurup
marang jati dhirine. Dheweke wis sembada ngliwati
telung tataran urip. Sepisan, dadi “wong” (kang durung
pati gaduk ngelmu sepuh). Celathu lakune isih sok
ngumbar hawa, kaya kewan najan blegere wong. Iku figur
wong pengawak kewan. Ewasemono, isih ana ketangga kang
tumuju marang tobat. Isih ana sapletik batin, kepengin
ndandani urip, bali marang kabecikan. Suwalike, yen
anggone bali becik mau nganti kesuwen, ana sing sok
ngarani pawongan mau “wong-wongan”, dudu wong.
Yen ngene iki, ateges ketangga luwih menang amarah,
supiyah, lan aluamahe. Mutmainahe ketutup, wusana
uripe ora kajen.
Kapindho, dadi “manungsa” (wis ngerti udanegara).
“Manungsa” iku tataran madya. Keteging angga manungsa
luwih jumulur ing watak budi luhur. Dheweke gelem
njaga katentremen, dhemen tapa ngrame lan urip kanggo
sapadha-padha. Watak manungsa nduwe kamanungsan, bisa
ngrasakake lara yen dijiwit, krasa kepenak yen dialem
(dikudang). Mulane, urip dadi saya nggenah, ora
degsiya. Ketangga kang ngembangi uripe, bisa nyariing
bener-luput lan ala-becik. Wusana, uripe saya kepenak,
bisa karyanak tyasing sasama.
Katelu, dadi “jalma”. Jalma ana tatarane maneh, yaiku
jalma pinilih, jalma linuwih, lan jalma satriya
pinandhita. Ing tataran iki, katangga wis munjuk
dhuwur tekan urip sing nembang pangkur (mungkurake
donya). Urip kanggo makrifat. Sumangga, arep dadi
“wong”, “manungsa”, apa “jalma” -ngenut iline
ketangga.
Mugi sageta manfaat kangge mbengkas sanepan…
Rahayu
Satria piningit akan muncul dari alas ketonggo, dengan tanda
munculnya bathok bolu isi madu adalah sinandi bagi perjalanan rohani.
Wis linaku anggone suci
Bakale anyurupi kraton gung suci sejati
Sejatine suci Ingsun suci sejati
Kraton gung suci sejati
Awujud alas kang gawat sinawat
Jalma lembut mlebu ginawa pati
Jalma manungsa mlebu ginawa mati
Kabeh kewan sumingkir
Sing ana gur dzat agung suci sejati
Sejatining suci Ingsun suci sejati
Kang kalebu suci
Ya bakal angerteni
Kang kalebu suci
Ya bakal anyurupi
Cahya suci Kraton gung suci sejati
Wis dadi winingite agung
Kraton gung suci sejati
Kalebu pancering kawula sejati
Sejatine suci ning alam ndonya
Ratu gung suci sejati
Para gung suci
Ngrentas suci sejati
Tumeka mandap ning ngarcapada
Jejuluk suci jroning sejati
Angasta senjata suci sejati
Titah suci Ingsun suci sejati
Mernahke kang kudu dipernahke
Benake kang kudu dibenake
Jejere suci Ingsun suci sejati
Asta kanan tumetes, kitab kasampurnan sejati
Asta kiwa tumetes, pusaka suci trisula weda
Wingkingipun gapura suci sejati
Sejatine suci Ingsun suci sejati
Ratu gung suci sejati
Ratune kraton gung suci sejati
Awujud wana kang katutup suci
Jroning sing kang suci
Kang bakal anyurupi
Pratanda suci wis katon sranane
Anggone ngesti aja pada dilaleke
Pengadilan suci wis ngancik ning ngarep
Pratanda alam kang bakal angukuti
Lelaku sejati jaman kang suci
Sucining diri jumeneng sejati
Sejatine suci Ingsun suci sejati
Kraton gung suci sejati
Kodrat suci
Ginaris sejati
Gemah ripah lohjinawi
Tata tentrem kerta raharja
Papan palenggahan suci
Cahya suci kang angiyupi
Kawula suci kang bakal amriksani
Palenggahan suci sejati
Sabda suci kang anuntuni
Kawula suci kang bakal angerteni
Tinibane wanci sowan
Kabeh wis lelaku suci
Sucining diri
Sowan sejati
Sejatine suci
Ingsun suci sejati
Kraton gung suci sejati
Regol kencana awujud emas
Benteng suci awujud giok
Pendapa suci tinatah berlian
Kabeh kalebu kodrat suci Ingsun
Kabeh kalebu ginaris suci Ingsun
Sejatine suci Ingsun suci sejati
Kraton gung suci sejati
Kraton suci
Palenggahan sejati
Sejatine suci
Ingsun suci sejati
Yen ta
Kalebu suci
Ana ngendi wae
Bakale tinampa
Mukti
Yen ta
Ora kalebu suci
Ana ngendi wae
Bakale tinampa
Mati
Owal kodrat
Lan owal ginaris Ingsun
Mlebu ning alam peteng
Tineba saklawase
Jejere suci
Kang bakal angadili
Lelakon surya
Kang wus mlaku
Bakale tinuju suci
Sejatine suci
Ingsun suci sejati
Anggone lelaku
Aja pada dilaleke
Cahya suci
Kang anuntuni
Anggone ngesti
Aja pada dilaleke
Sabda suci
Kang angiyupi
Asma suci
Jumeneng sejati
Sejatine suci
Ingsun suci sejati
Gegayuhan kang suci
Lumebet ning rasa suci
Pinayungan sejatine rasa
Rasa suci ngesti sejati
Nyawiji suci
Manunggaling rasa suci
Jumeneng cahya suci
Babar bebaksan wadi
Lumebet winingit suci
Jalma suci
Gegayuhan sejati
Jumeneng suci
Ingsun suci sejati
Sejatine suci
Ingsun suci sejati
Condro mukti
Tirta suci
Ya kuwi kang bakal
Anetepi suci
Kanggo uwong kang kalebu suci
Suci rasa sejati sira
Suci ngesti sejati
Sejatine suci
Ingsun suci sejati
Ngerteni apa
Kang disebut suci
Ya priya gung suci sejati
Ratu gung suci sejati
Ratu kang sumemplak cahyane
Ratu kang ngerteni urip lan pati
Ratu kang duweni daya kekuwatan agung
Ratu kang alus pituture teges anggone laku
Ratu kang dadi panuntune bangsa
Ratu kang alenggahan suci
Sejatine suci Ingsun suci sejati
Kabeh kalebu kodrat suci Ingsun
Kabeh kalebu ginaris suci Ingsun
Yen ta
Ndonya bakale malih rupane
Kang ala ora digawa
Kang becik digawa mukti
Kang mukti tinampa suci
Suci rasa sejati sira
Ngesti sejatine rasa
Rasa kang suci
Suci diri pribadi
Sowan sejatine suci
Ingsun suci sejati
Ana sakjroning suci
Kang dadi gegayuhe sejati
Sejatine suci
Ingsun syuci sejati
Dzat suci jumeneng sejati
Kang bakal angiyupi
Rasa suci sejati
Serjatine suci
Ingsun suci sejati
Tiningkep jangkep ageman suci
Nitih kereta agung kencana mulya
Naga papat tinarik suci
Barisan suci kang dadi pendereke
Linaku suci ning awang awang
Barisan agung cemlorot cahyane
Ganda wangi lumeber ning angkasa
Surya suci kang dadi pinuntune
Angasta pusaka agung suci sejati
Linaku kodrat suci Ingsun
Linaku ginaris suci Ingsun
Lelampahe surya
Linaku ning timur
Condro muksa tinempa wadi
Alenggahan para gung suci
Kidung suci
Lumaku ning sejati
Sejatine suci
Ingsun suci sejati
Babakan anyar
Bakale anyurupi
Lelakon suci
Ginaris sejati
Sejatine suci
Diri pribadi
Ngesti sejati
Jumeneng suci
Sejatine suci
Ingsun suci sejati
Amadangi dalan kang peteng
Lumaku ning kodrat sejati
Rasa suci bukak sejati
Sejatine suci
Ingsun suci sejati
Lelaku kang wis ginaris suci
Lumebet ana rasa kang suci
Gugah sejatine rasa
Rasa suci ngesti sejati
Sejatine suci
Ingsun suci sejati