sampul penelitian KPU kab

88
PERILAKU PEMILIH PEMILIHAN UMUM PRESIDEN TAHUN 2014 DI KABUPATEN KEDIRI LAPORAN PENELITIAN

Transcript of sampul penelitian KPU kab

Page 1: sampul penelitian KPU kab

PERILAKU PEMILIHPEMILIHAN UMUM PRESIDEN

TAHUN 2014

DI KABUPATEN KEDIRI

LAPORAN PENELITIAN

Page 2: sampul penelitian KPU kab

Laporan Penelitian

Perilaku Pemilih (voters behavior)

Pemilu Presiden Tahun 2014

di Kabupaten Kediri

Fakultas Hukum Universitas Islam Kadiri (Uniska) dan KPU Kabupaten Kediri

2015 

Page 3: sampul penelitian KPU kab

ii 

 

Susunan Peneliti

Penasehat: Lembaga Penelitian Universitas Islam Kadiri

Penanggung Jawab: Dekan Fakultas Hukum Uniska

Tim Peneliti

Ketua: Zainal Arifin, S. S., M..Pd. I., S. H., M. H.

Wakil: Bayu Pramuntoko, S. E., M. M.

Sekretaris: Trinas Dwi Haryani, S. H., M. H.

Bendahara: Wahid Hasyim, S. H., M. H.

Peneliti Utama: Dr. Hj. Neti Idrawati, S. H., M. H.

Pembantu Peneliti:

R.Toto Sugiharto, S. S.

Ronggo Nagoro

Wahyudi, M. Si.

Pengolah Data:

Suhardi, S. Sos.

Editor/Layout/Tata Letak: Irwan Maftuhin

Page 4: sampul penelitian KPU kab

iii 

 

KATA PENGANTAR

PENELITIAN mengenai perilaku pemilih dalam pemilihan umum

presiden dan wakil presiden (Pilpres) tahun 2014 di Kabupaten Kediri ini adalah

yang pertama kali dan hingga saat ini belum pernah dilakukan penelitian

sebelumnya.Dalam tim penelitian memusatkan pada kecenderungan perilaku

pemilih, terutama dari segi tingkat pendidikan yang ikut berperan aktif dalam

menentukan pilihan. Selanjutnya, tim melakukan pendekatan secara sosiologis

dan psikologis.

Pendekatan sosiologis dilakukan sebagai upaya melihat bahwa dalam

kehidupan masyarakat ada hirarki atau strata, yaitu karakteristik sosial

berdasarkan pengelompokan sosial seperti usia, jenis kelamin, agama, pekerjaan,

latar belakang keluarga, kegiatan-kegiatan dalam kelompok formal dan informal

danlainnya. Hal itu diindikasikan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

pembentukan pilihan-pilihan politik. Misalnya, perbedaan tingkat pendidikan

masyarakat tentunya mempengaruhi cara pandang masyarakat pada masing-

masing kandidat dan itu juga berpengaruh dalam menentukan kandidat mana yang

akan dipilih menjadi presiden dan wakil presiden selanjutnya.

Sedangkan pendekatan psikologis diasumsikan sebagai faktor yang

menentukan keputusan pemilih. Melalui pendekatan psikologis, dapat dicermati

perilaku pemilih dari segi sikap pemilih, dan sikap tersebut berkaitan dengan

psikis atau psikologis seseorang yang telah terbentuk melalui sosialisasi

yangberlangsung lama, baik melalui komunikasi langsung maupun dari

pandangan politiknya. Selain itu, sikap tersebut dapat terbentuk dari beberapa

factor seperti informasi-informasi yang diterima dari media massa, keluarga,

ataupun lingkungan sekitar. sikap inilah yang membawa pengaruh pada perilaku

pemilih dalam menentukan kandidat mana yang akan dipilihnya.

Selanjutnya, tim menyusun laporan penelitian melalui penerbitan buku ini.

Kami sadar bahwa penelitian ini masih jauh dari keadaan sempurna.Karena itu,

Page 5: sampul penelitian KPU kab

iv 

 

kami tetap menantikan kritik, saran, atau masukan yang konstruktif guna

perbaikan dalam penelitian atau kegiatan ilmiah serupa. Kami juga mengharapkan

dari kerja ilmiah tim peneliti fakultas hukum Uniska kiranya dapat bermanfaat

bagi masyarakat Kediri, khususnya bagi masyarakat atau komunitas akademik

serta umumnya untuk masyarakat Indonesia.

Sebelum mengakhiri Kata Pengantar ini, kami menyampaikan terima kasih

dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Ketua dan komisioner, serta

sekretariat KPUD Kabupaten Kediri yang telah menunjuk Fakultas Hukum untuk

melaksanakan penelitian perilaku pemilih pemilihan umum Presiden dan Wakil

Presiden tahun 2014 di Kabupaten Kediri, para responden yang telah

berpartisipasi aktif dalam penelitian ini, dengan mengisi dan mengembalikan

kuesioner serta narasumber yang bersedia mengikuti wawancara, jajaran rektoriat

Uniska, Lembaga Penelitian Uniska, dan pihak Fakultas Hukum Uniska, serta

tim peneliti, dan seluruh pihak yang telah membantu dan berperan dalam

penelitian ini, yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Atas budi baik semua

pihak tersebut, semoga menjadi amal kebaikan dan mendapatkan pahal setimpal

dari Allah SWT.

Kediri, Juli 2015

Tim Peneliti

Page 6: sampul penelitian KPU kab

 

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Susunan Peneliti

Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Rumusan Masalah 3

1.3. Tujuan Penelitian 3

1.4. Manfaat Penelitian 3

1.5. Sistematika Penulisan 4

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Sejarah Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 6

2.2. Teori Perilaku Pemilih 9

2.2.1. Perilaku Pemilih dengan Model Sosiologis 11

2.2.2. Perilaku Pemilih dengan Model Psikologis 12

2.2.3. Perilaku Pemilih dengan Model Pilihan Rasional 13

2.3. Pengaruh Media 15

2.4. Orisinalitas Penelitian 17

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Kuantitatif dan Kualitatif 18

3.2. Data dan Sumber 21

3.2.1. Data Primer 21

3.2.2. Data Sekunder 21

3.2.3. Populasi dan Sampel 21

3.2.3.1.Populasi 21

3.2.3.2.Sampel 22

3.4. Teknik Pengambilan Sampel 23

3.5. Teknik Pengumpulan Data 23

Page 7: sampul penelitian KPU kab

vi 

 

3.7.1.Kuesioner 23

3.7.2. Interview 24

3.8. Teknik Analisis 24

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

4.1. Sekilas Kabupaten Kediri 25

4.2. Asal Usul Istilah Kediri 28

4.3. Sejarah Kediri dan Bhagawanta Bari 29

4.4. Data Angka Kabupaten Kediri 31

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5. 1. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian 36

5.2. Analisis Kuantitatif 68

5.3. Hasil Indepht Interview 69

5.4. Analisis Kualitatif 76

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan 78

6.2. Saran 79

DAFTAR PUSAKA

 

Page 8: sampul penelitian KPU kab

1  

                                                           

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

PEMILIHAN Umum (Pemilu) merupakan salah satu perwujudan

demokrasi. Pemilihan umum adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-

jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari

presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa.1

Pemilihan Umum secara langsung mencerminkan kehidupan demokrasi rakyat

dimana rakyat diberikan kebebasan untuk berpendapat atau berbicara dengan cara

menggunakan hak pilihnya sebagai warga negara. Melalui pemilihan umum

secara langsung, rakyat diajak ikut serta menentukan masa depan bangsa dengan

ikut menentukan siapa yang layak menjadi pemimpin bangsa dan siapa yang layak

menjadi wakil-wakil rakyat dalam menyalurkan aspirasi rakyat.

Sejak tahun 1955 Indonesia telah melakukan pemilihan umum secara

langsung. Pemilihan umum saat itu hanya untuk memilih anggota DPR dan

anggota konstituante. Sedangkan untuk pemilihan presiden secara langsung oleh

rakyat pertama kali dilaksanakan pada tahun 2004. Tepatnya pada tanggal 20

September 2004, masyarakat Indonesia melakukan pemungutan suara untuk

memilih presiden secara langsung.2 Sebelumnya, pemilihan presiden diadakan

oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Kemudian berdasarkan amanah

yang tertuang dalam amandemen keempat UUD 1945 bahwa pemilihan presiden

dan wakil presiden dilakukan secara langsung, umum, bebas, dan rahasia. Aturan

tersebut semakin diperkuat dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden yang

kemudian diganti menjadi Undang - Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang

 1 Pemilihan Umum, https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum, diakses Rabu 1 Juli

2015, jam 22.00 WIB. 2 Sekilas pemilu dari masa ke masa, http://www.pusakaindonesia.org/sekilas-pemilu-dari-

masa-ke-masa/, diakses Rabu 1 Juli 2015, jam 22.00 WIB.  

Page 9: sampul penelitian KPU kab

2  

                                                           

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Undang-Undang Nomor 42

Tahun 2008 dalam pasal 2 menyatakan bahwa Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan asas langsung,

umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Penyelenggaraan pemilu secara langsung bukan berarti tidak ada

hambatan. Dugaaan kecurangan, bahkan blackcampaign selalu mewarnai pada

saat menjelang pemilihan umum. Moneypolitics ataupun blackcampaign apapun

bentuknya menjadi faktor yang dapat mempengaruhi hati nurani rakyat itu sendiri

dalam menggunakan hak pilihnya, sedangkan pemilihan umum secara langsung

memerlukan suara hati nurani rakyat yang benar-benar murni bahwa apa yang

dipilihnya adalah murni pilihannya dan bukan karena adanya faktor x, seperti

blackcampaign ataupun moneypolitics.

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Tahun

2014 (disingkat Pilpres 2014) dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2014 untuk

memilih Presiden dan Wakil Presiden Indonesia untuk masa bakti 2014-2019.

Pemilihan ini menjadi pemilihan presiden langsung ketiga di Indonesia3. 

Pemilihan Presiden secara langsung pada tahun 2014 memberikan suasana

berbeda dibanding Pemilihan Presiden pada tahun–tahun sebelumnya. Kandidat

presiden yang terdiri dari 2 (dua) pasang kandidat dengan latar belakang dan track

record yang berbeda tetapi dengan pendukung-pendukungnya yang sama-sama

kuat menjadikan persaingan antara kedua kandidat dalam pemilu tahun 2014

terasa lebih panas. Rakyat juga lebih antusias dalam mengikuti pemilihan umum

presiden dan wakil presiden dibandingkan pemilihan presiden pada tahun-tahun

sebelumnya.

Terkait dengan hal itu, maka perlu ditelusuri faktor-faktor yang mendasari

perilaku memilih dalam pemilu Presiden dan wakil Presiden.Tentunya banyak hal

yang menjadi dasar pemilih dalam menjatuhkan pilihannya pada salah satu

kandidat.

 3 https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_Presiden_Indonesia_2014 diakses Rabu

1 Juli 2015, jam 22.00 WIB.

Page 10: sampul penelitian KPU kab

3  

Berdasarkan uraian tersebut maka melalui penelitian ini diharapkan dapat

diketahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku pemilih dalam

memilih kandidat pada saat Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden

(Pilpres) tahun 2014 khususnya di Kabupaten Kediri.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Faktor apakah yang menjadi dasar pemilih dalam menggunakan

hak pilihnya dalam pemilihan presiden dan wakil presiden 2014?

1.2.2. Apakah ada keterkaitan antara tingkat pendidikan dan tingkat

ekonomi pemilih dengan perilaku memilih di Kabupaten Kediri?

1.2.3. Apakah media informasi berpengaruh terhadap keputusan pemilih?

1.2.4. Apakah faktor kedekatan berpengaruh pada keputusan pemilih?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pemilih dalam

pemilihan Presiden dan wakil Presiden tahun 2014 khususnya di

Kabupaten Kediri.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Untuk mengetahui faktor apakah yang menjadi dasar

pemilih dalam menggunakan hak pilihnya dalam

pemilihan presiden dan wakil presiden 2014

1.3.2.2. Untuk mengethaui apa ada keterkaitan antara tingkat

pendidikan dan tingkat ekonomi pemilih dengan perilaku

memilih di Kabupaten Kediri

1.3.2.3. Untuk mengetahui apakah informasi media berpengaruh

terhadap keputusan pemilih

1.3.2.4. Untuk mengetahui apakah faktor kedekatan berpengaruh

pada keputusan pemilih.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.2. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk pemerintah pusat maupun

daerah, khususnya pihak penyelenggara Pemilu Presiden/Wakil

Page 11: sampul penelitian KPU kab

4  

sebagai bahan kajian dan evaluasi dalam menyelenggarakan

Pemilu Presiden/Wakil Presiden dimasa mendatang.

1.4.3. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk pemerintah Kabupaten

Kediri, khususnya dinas, instansi, dan stakeholder yang

berkompeten serta terkait dengan penyelenggaraan Pemilu

Presiden/Wakil Presiden didaerah, khususnya di wilayah

Kabupaten Kediri.

1.4.4. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk organisasi sosial, serta partai

politik pengusung calon Prsiden dalam Pemilu Presiden yang akan

datang serta bermanfaat untuk politisi di daerah, khususnya di

Kabupaten Kediri.

1.4.5. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat di

Kabupaten Kediri, khususnya, serta masyarakat di Provinsi Jawa

Timur serta masyarakat luas, umumnya, untuk mengetahui

kecenderungan perilaku pemilih, khususnya pada Pemilu

Presiden/Wakil Presiden pada 2014 di Kabupaten Kediri, terutama

dalam menumbuhkan kesadaran berpolitik atau menggunakan hak

pilih.

1.5. Sistematika Penulisan

Penelitian ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

Sejarah Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden

Perilaku Pemilih dengan Model Sosiologis

Page 12: sampul penelitian KPU kab

5  

Perilaku Pemilih dengan Model Psikologis

Perilaku Pemilih dengan Model Pilihan Rasional

Pengaruh Media

Orisinalitas Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Metode Kuantitatif dan Kualitatif

Data dan Sumber

Data Primer

Data Sekunder

Populasi dan Sampel

Populasi

Sampel

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik Pengumpulan Data

Kuesioner

Interview

Teknik Analisis Data

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

Sekilas Kabupaten Kediri

Asal mula istilah Kediri

Sejarah singkat Kediri dan Bagawanta Bhari

Kediri dalam angka

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian

Analisis Kuantitatif

Hasil Indepht Interview

Analisis Kualitatif

BAB VIPENUTUP

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: sampul penelitian KPU kab

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Sejarah Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden

SEJAK Indonesia merdeka, kedudukan Presiden dan Wakil Presiden saat

itu dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dengan suara terbanyak.

Hal itu sesuai dengan yang diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 6. Pemilihan

Presiden oleh MPR dengan suara terbanyak tersebut berjalan bahkan setelah

terjadinya peralihan kekuasan dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto yang

dikenal sebagai Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret).4 Pemilihan Presiden

oleh MPR dengan suara terbanyak membawa Presiden Soeharto menjadi Presiden

Republik Indonesia selama 32 tahun.

Pada tahun 1999 setelah jatuhnya rezim Orde Baru yang ditandai dengan

mundurnya Soeharto dari jabatannya sebagai Presiden pada 21 Mei 1998, maka

pemerintahan dipegang oleh B. J. Habibie yang saat itu menjabat sebagai Wakil

Presiden. Selanjutnya, dimasa pemerintahan transisi dengan Presiden B. J.

Habibie, ditetapkan untuk melakukan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.5

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden saat itu masih dilaksanakan

melalui pemilihan oleh MPR dengan suara terbanyak. Dari pemilihan tersebut,

terpilihlah presiden Indonesia ke- 4, yaitu Presiden Abdurahman Wahid yang

kemudian pada tahun 2001 diberhentikan oleh MPR di tengah-tengah masa

jabatannya dan digantikan oleh Presiden Megawati Soekarno Putri yang saat itu

menjabat sebagai wakil presiden sehingga otomatis Presiden Megawai Soekarno

Putri menjadi Presiden ke-5. Setelah masa jabatannya yang kurang dari 5 tahun,

maka pada tahun 2004 untuk pertama kalinya pemilihan umum presiden dan

wakil presiden dilaksanakan secara langsung dipilih oleh rakyat. Hal itu sesuai

                                                            4 Pengalihan kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Letnan Jenderal Soeharto, http ://

www.sejarah-negara.com/2013/04/pengalihan-kekuasaan-dari-presiden.html, diakses Rabu 1 Juli 2015, pukul 22.30 WIB. 

5 Pemilihan presiden dari masa ke masa http://www.kompasiana.com/bemfeui2014/ pemi lihan-presiden-dari-masa-ke-masa_54f7189ea33311190b8b491f, diakses Rabu 1 Juli 2015, pukul 22.30 WIB 

6  

Page 14: sampul penelitian KPU kab

amanat pasal 6A UUD 1945 amandemen ke-4 bahwa presiden dan wakil presiden

dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Pasal 6A UUD 1945

amandemen ke-4 itu kemudian diatur secara khusus dalam Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden

yang kemudian mengalami perubahan menjadi Undang-Undang Nomor 42 Tahun

2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.

Tahun 2004 menjadi tahun bersejarah dimana sistem pemilihan presiden

dan wakil presiden untuk pertama kalinya dipilih secara langsung oleh rakyat.6

Pemilihan secara langsung tersebut melahirkan Presiden ke-6, yaitu Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono sekaligus sebagai presiden pertama hasil pemilihan

umum presiden dan wakil presiden secara langsung oleh rakyat. Pemilihan umum

presiden dan wakil presiden secara langsung tersebut juga membawa Presiden

Joko Widodo menjadi Presiden Republik Indonesia ke-7 hasil dari pemilihan

umum yang dilaksanakan pada 9 Juli 2014.7

Penelitian dan pengamatan terhadap perilaku pemilih pada Pemilu 2014

telah dilakukan Lembaga Survei Nasional (LSN) sejak dua tahun sebelumnya,

yaitu pada Juni 2012. Dalam survei nasional itu ditanyakan perihal faktor-faktor

yang mempengaruhi pilihan mereka terhadap parpol dan capres dalam Pemilu

2014. Dari hasil survei tersebut ditemukan sejumlah variabel yang mempengaruhi

pilihan responden terhadap parpol dan capres, di antaranya program kerja parpol

maupun capres, faktor kepemimpinan, ideologi atau sistem nilai, dan faktor-faktor

sosial ekonomi. 8

Sedangkan dari survei LSN yang dilakukan satu tahun berikutnya, yaitu

pada 10-12 Desember 2013, meskipun meneliti tentang perilkau pemilih pemilu

legislaif, namun bisa dijadikan gambaran dalam penelitian di kabupaten Kediri.

Hasil LSN menunjukan bahwa program menjadi alasan pemilih dalam

menentukan pilihan. Bahwa mayoritas publik (49,7%) mengaku akan memilih

                                                            6 Ibid 7 Ibid 8 Umar S Bakry, “Perilaku Pemilih dalam Pemilu 2014” dimuat di Media Indonesia,

edisi 4 Februari 2014.

7  

Page 15: sampul penelitian KPU kab

parpol dalam Pemilu 2014 karena mempertimbangkan faktor program kerja yang

ditawarkan partai politik yang akan dipilihnya. Kemudian 11,2% responden

mengaku lebih tertarik menyoroti rekam jejak atau kinerja parpol dimasa lalu.

Berdasarkan temuan tersebut, dapat dikategorikan sebagai pemilih

rasional. Keputusan mereka untuk menjatuhkan pilihan akan lebih banyak

dipengaruhi sejauh mana parpol dan capres menawarkan program kerja yang

memiliki similarity atau kesamaan dan proximity atau kedekatan dengan

ekspektasi dan permasalahan yang mereka hadapi.

Sementara itu, sekitar 14,5% publik mengaku lebih tertarik pada ideologi,

asas atau sistem nilai yang diusung parpol. Sebaliknya, sebanyak 18,5% mengaku

lebih tertarik pada figur pemimpin parpol. Hal itu mengindikasikan bahwa sekitar

33% calon pemilih Indonesia dalam Pemilu 2014 masih tergolong pemilih

tradisional. Faktor lainnya, seperti ekonomi, tampak tidak cukup signifikan

meskipun banyak sinyalemen mengatakan banyak pemilih kita hanya mau datang

ke Tempat Pemungutan Suara untuk memilih jika ada imbalan nyata seperti uang

atau sembako.

Dengan mendasarkan pada hasil survei tersebut, dapat diperkirakan faktor

program kerja yang ditawarkan parpol, caleg, dan capres akan dominan

mempengaruhi perilaku pemilih dalam Pemilu 2014. Meskipun pada realitasnya

tolok ukur program kerja menjadi kabur atau tidak jelas setelah diterjemahkan

oleh parpol, caleg, dan capres.Sehingga, program kerja yang ditawarkan terlalu

abstrak dan umum serta tidak bersentuhan langsung dengan problem-problem

nyata yang dihadapi masyarakat.

Profil perilaku pemilih dalam menyikapi Pemilu Presiden/Wakil, menurut

Wandi Prawisnu Simanullang, dapat dikenali menjadi empat kategori. Yakni,

pemilih rasional, pemilih pragmatis, pemilih kritis, dan pemilih skeptis. Pemilih

rasional memilih calon presiden yang memiliki kesamaan (similarity) nilai dengan

si pemilih, baik dalam hal agama (keyakinan), etnis, dan lainnya. Sehingga,

pemilih cenderung mengutamakan faktor suku dan agama daripada kapasitas,

kredibilitas, dan integritas capres.

8  

Page 16: sampul penelitian KPU kab

Kedua, pemilih pragmatis jika merujuk Weber, bertumpu pada apa yang

akan diperoleh. Pemilih memutuskan pilihannya pada calon presiden yang dapat

memenuhi keinginan dan kebutuhannya, meski hanya berupa sesuatu yang

sifatnya sementara dan sederhana. Perilaku pemilih pragmatis menilai pemilu

Presiden/Wakil bukan sarana untuk mencurahkan harapan kepada capres. Pemilih

menganggap program dan janji yang ditawarkan caleg bukan hal yang menarik

dan penting untuk diketahui. Acara hiburan saat kampanye, pembagian sembako,

dan kegiatan “amal” yang lebih diharapkan.Timbulnya perilaku pragmatis di

kalangan pemilih merupakan refleksi kekecewaan yang telah dialami sekian lama.

Dari Pemilu ke Pemilu tidak ada perubahan apa pun, keadaan tetap sama.

Ketiga, pemilih kritis cenderungan memiliki perhatian besar pada program

kerja dan kebijakan parpol atau kandidat presiden. Pemilih kritis akan menjadikan

nilai-nilai ideologi sebagai pijakan untuk menentukan parpol atau capres yang

akan dipilih. Selanjutnya, pemilih mengkritisi kebijakan atau program kerja yang

akan atau yang telah dilakukan oleh presiden terpilih.

Kecenderungan jumlah pemilih kritis di Indonesia semakin subur. Tanda-

tandanya, masyarakat semakin bisa memilah-milah, mana capres yang hanya

berambisi pada kekuasaan, mana yang memang memiliki kompetensi. Sedangkan

keempat, pemilih skeptis tidak memiliki orientasi dengan ideologi, nilai, program

kerja, dan kontestan tertentu. Mereka sebagai kelompok masyarakat yang skeptis

dan tidak yakin terhadap pemilu. Mereka berpandangan, parpol pemenang pemilu

dan mengusung presiden pilihan tidak akan membawa dampak perubahan

signifikan.

2.2. Teori Perilaku Pemilih

Perilaku pemilih dapat dikelompokkan berdasarkan kategorisasi predikat

atau peran dan fungsi pemilih. Umar S Bakry menyusun kategorisasi pemilih ke

dalam empat golongan.Yakni, pemilih rasional (rationalvoter), pemilih kritis

(criticalvoter), pemilih tradisional (traditionalvoter), dan pemilih skeptis

(skepticvoter).9

                                                            9 Ibid.

9  

Page 17: sampul penelitian KPU kab

Pemilih rasional adalah pemilih yang memiliki perhatian tinggi terhadap

program kerja partai politik atau kontestan pemilu. Pemilih ini melihat kinerja di

masa lalu (backwardlooking) dan tawaran program untuk menyelesaikan berbagai

permasalahan yang dihadapi (forwardlooking). Pemilih rasional tidak begitu

mementingkan ideologi parpol/kontestan. Faktor seperti asas, asal-usul, nilai

tradisional, budaya, agama, dan psikografis memang dipertimbangkan, tetapi tidak

signifikan untuk mereka. Pemilih jenis itu sangat mudah berganti-ganti pilihan.10

Pemilih kritis, menurut Bakry, lebih concern pada program kerja

parpol/kontestan. Namun, dalam melihat program kerja itu mereka menggunakan

paradigma sistem nilai yang mereka yakini.Program kerja parpol atau capres tidak

saja harus sesuai dengan ekspektasi dan permasalahan yang mereka hadapi, tetapi

juga harus selaras dengan ideologi atau sistem nilai mereka.

Merujuk pada teori model pilihan rasional Downs, Bakry menggaris

bawahi, pemilih akan cenderung memberikan suara mereka kepada parpol atau

kontestan yang menawarkan suatu program yang memiliki kesamaan (similarity)

dan kedekatan (proximity) dengan sistem nilai dan keyakinan mereka.

Sedangkan pemilih tradisional, lanjut Bakry merupakan pemilih yang

memiliki orientasi ideologi dan sistem keyakinan sangat tinggi. Pemilih jenis itu

sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai (values), asal-usul

(primordial), agama, dan paham sebagai ukuran untuk memilih parpol atau capres

dalam pemilu.

Pemilih skeptis adalah pemilih yang tidak memiliki orientasi baik kepada

ideologi atau sistem nilai dan program kerja yang ditawarkan. Mereka ialah

kelompok masyarakat yang skeptis terhadap pemilu. Di mata mereka, parpol atau

capres yang menang pemilu tidak akan mengubah keadaan. Kategori pemilih

skeptis masih potensial menjadi golput dalam pemilu.

Sementara itu, jika mengikuti teori Newcomb, menurut Bakry, ada tiga

variabel yang berhubungan dengan perilaku memilih, yaitu proximity, similarity,

dan attraction. Artinya, ketertarikan (attraction) seseorang terhadap partai

dipengaruhi faktor kedekatan (proximity) dan kesamaan (similarity). Kedekatan                                                             

10 Ibid

10  

Page 18: sampul penelitian KPU kab

mengacu kepada faktor-faktor ideologis, sedangkan similarity berorientasi pada

program.

Namun, pada akhirnya teori mengenai perilaku pemilih di negara

demokratis dibagi ke dua kelompok, yaitu pendekatan psikologis dan sosiologis.

Pada model psikologis mengungkap perilaku politik para pemilih sebagai

cerminan dari tanggapan mereka terhadap berbagai rangsangan ataupun tekanan

psikologis pada saat tertentu dalam jang ka dekat. Dengan demikian, pendekatan

psikologis ini melihat bahwa pada dasarnya pilihan politik seseorang bisa

mengalami pergeseran yang mendasar dari waktu ke waktu, bergantung pada

stimulan apa yang merangsang atau menekan dia dalam jangka dekat. Bisa jadi,

pada waktu seseorang menjadi pemilih pemula, identifikasi kepartaian seseorang

lebih merujuk ke pilihan orangtuanya, tetapi berubah saat dewasa.

Sementara itu, model sosiologis mengkaji masyarakat berdasar hierarki

status dengan masyarakat adalah sebuah sistem yang berjenjang.Perilaku politik

seseorang sangat ditentukan posisi dan kelas sosialnya. Misalnya, posisi laki-laki

atau perempuan, tua atau muda. Termasuk di dalamnya ialah ia tergabung dalam

kelompok apa, misalnya agama, ideologi, posisi di masyarakat dan bidang

pekerjaan, dan posisi dalam keluarga. Singkat kata, pendekatan sosiologis

berasumsi bahwa kecenderungan aspirasi atau pilihan politik seseorang

dipengaruhi kedudukannya di masyarakat.

2.2.1. Perilaku Pemilih dengan Model Sosiologis

Perilaku pemilih dengan pendekatan secara sosiologis melihat bahwa

dalam kehidupan masyarakat ada hierarki atau strata, yaitu karakteristik sosial

berdasarkan pengelompokan sosial seperti usia, jenis kelamin, agama, pekerjaan,

latar belakang keluarga, kegiatan-kegiatan dalam kelompok formal dan informal,

dan lainnya. Hal itu diindikasikan memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap pembentukan pilihan-pilihan politik. Misalnya, perbedaan tingkat

pendidikan masyarakat tentunya mempengaruhi cara pandang masyarakat pada

masing-masing kandidat. Hal itu juga berpengaruh dalam menentukan kandidat

mana yang akan dipilih menjadi presiden dan wakil presiden selanjutnya.

11  

Page 19: sampul penelitian KPU kab

Pada pendekatan model sosiologis, ikatan sosial cenderung mempengaruhi

pembentukan perilaku pemilih.Pendekatan ini disebut juga Mazhab Columbia

yang berakar pada The Columbia School of Electoral Behaviour. Karakteristik

sosiologis dan pengelompokan sosial, seperti karakteristik umum meliputi umur,

jenis kelamin, agama, suku, kelas atau status sosial, okupansi, latar belakang

keluarga, cecenderung berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan

perilaku pemilih.

Pendekatan ini dapat membangun sikap, persepsi, dan orientasi individu

melalui proses yang berlangsung di luar diri pemilih terhadap sikap preferensi

politiknya. Sejumlah faktor eksternal yang melingkupi diri pemilih, seperti

lingkungan yang mencakup sosial ekonomi, afiliasi politik, priomordial etnis,

keluarga, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal cenderung mempengaruhi

perilaku pemilih.11

2.2.2. Perilaku Pemilih dengan Model Psikologis

Perilaku pemilih dengan pendekatan psikologis melihat perilaku pemilih

dari segi sikap pemilih. Sikap tersebut berkaitan dengan psikis atau psikologis

seseorang, dimana psikologis seseorang terbentuk melalui sosialisasi yang

berlangsung lama, baik melalui komunikasi langsung maupun dari pandangan

politiknya. Selain itu, sikap tersebut dapat terbentuk dari beberapa faktor, seperti

informasi-informasi yang diterima dari media massa, keluarga, ataupun

lingkungan sekitar. Sikapinilah yang membawa pengaruh pada perilaku pemilih

dalam menentukan kandidat mana yang akan dipilihnya.

Pendekatan Psikologis ini dikembangkan di Amerika Serikat melalui

Survey Research Centre Michigan University. Pelopornya August Campbell.

Pendekatan ini disebut juga sebagai Mazhab Michigan. Model psikologis ini

sebagai upaya memecahkan kelemahan model pendekatan sosiologis yang sulit

mengukur secara tepat indikator kelas sosial, tingkat pendidikan, dan agama.

                                                            11 Afan Gaffar. 1992.Javanese Voters: A Case Study of Election Under A Hegemonic

Party Sistem. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal 191  

12  

Page 20: sampul penelitian KPU kab

Karenanya, pendekatan ini lebih mengelaborasi aspek psikologis

seseorang yang memberikan pengaruh kepadanya di dalam menentukan pilihan

politiknya. Pendekatan ini mengungkap ada tiga anasir yang sangat

mempengaruhi perilaku memilih. Pertama, informasi politik yang diperoleh

terkait dengan informasi kepentingan umum maupun kegiatan politik, seperti

kampanye atau berita politik yang ada di media massa. Kedua, ketertarikan

terhadap politik.Ketiga, identitas partai atau Party ID yang terkait dengan

perasaan dekat, sikap mendukung/setia atau identifikasi diri dengan partai politik

tertentu.

Pendekatan ini juga menempatkan pengaruh signifikan dari dalam diri

pemilih.Yakni, peta kognisi tentang realitas sosial politik.Misalnya, mengungkap

bagaimana pemilih memiliki gambaran mengenai dunia politik di sekitarnya.

Kedua, konseptualisasi yang mengakibatkan seseorang mengambil sebuah sinyal

politik dan menentukan rasa terhadap apa yang mereka terima atau

mengkonsepsikan realitas politik. Aspek-aspek seperti perasaan, pengalaman, dan

interprestasi dari kejadian-kejadian politik juga secara signifikan mempengaruhi

perilaku politik seseorang.

2.2.3. Perilaku Pemilih dengan Pilihan Rasional

Masih ada pendekatan yang mempertimbangkan dinamika sosial dan

psikis tiap-tiap individu pemilih. Pendekatan ini dikenal dengan konsep model

piihan rasional. Menurut model pilihan rasional versi Anthony Downs, James

Buchannan, Gordon Tullock dan Manchur Olsen12 perilaku pemilih ditentukan

oleh penilaian terhadap keadaan ekonomi, sosial, dan politik di tingkat individu

(egosentrik) dan di tingkat lokal, regional, hingga nasional (sosiotropik).

Model ini mengkritisi pendekatan sosiologis dan psikologis sebelumnya

yang tidak melengkapi konteks ruang dan waktu proses politik yang dialami

pemilih. Sehingga, menempatkan pemilih sebagai objek yang statis yang hanya

ditentukan oleh struktur sosial masyarakat, seperti umur, jenis kelamin,

pendidikan, penghasilan, agama, dan lainnya.

                                                            12 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

2008, hal. 92 

13  

Page 21: sampul penelitian KPU kab

Demikian pula pada pendekatan psikologis, menurut pendekatan pilihan

rasional, yang menentukan dalam sebuah pemilu bukanlah adanya ketergantungan

terhadap ikatan sosial struktural atau ikatan partai yang kuat, melainkan hasil

penilaian rasional dari warga).13 Pendekatan tersebut menempatkan individu

sebagai aspek yang bebas dalam menentukan pilihannya.

Anthony Downs pun mendasarkan persepsinya pada motif ekonomi

pemilih. Sehingga, tiap-tiap individu pemilih pada akhirnya tetap memendam

kepentingan ekonomis atas tindakan pilihan rasionalnya. Artinya, pemilih

cenderung akan memilih calon presiden yang menjanjikan keuntungan bagi

dirinya.14 Dalam hal ini pemilih mengesampingkan faktor ideologis partai politik

dan koalisinya. Pada saat bersamaan secara psikis timbul harapan akan terjadinya

perubahan dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik di bawah kepemimpinan

calon presiden pilihan mereka. Timbulnya politik uang dapat bersambut gayung

dengan terpendamnya motif ekonomi tersebut. Namun, bagi pemilih cerdas,

mereka akan lebih mempertimbangkan kemungkinan keuntungan ekonomis yang

dapat diraihnya dalam kurun waktu lima tahun ke depan di bawah kepemimpinan

calon presiden pilihannya. Kemenangan calon presiden dalam kompetisi politik,

boleh jadi karena kerja tim sukses yang mampu mengelola dan mempertemukan

masing-masing kelompok pemilih pragmatis dengan yang strategis tersebut.

Sementara itu, dalam konteks politik, menurut Down, perilaku memilih

berhubungan dengan kebijakan pemerintah (government actions) dalam suatu

periode sebelum Pemilu dilaksanakan. Perilaku memilih ditentukan oleh

kemanfaatan terhadap pendapatan yang diterima akibat dari kebijakan pemerintah

atau kepercayaan terhadap janji politik dari partai oposisi.15 Karena, pemilih akan

cenderung mengabaikan anasir rezim lama dan memilih figur capres baru yang

tidak atau belum terlibat dalam rezim sebelumnya.

                                                            13 Roth, Dieter, 2008, Studi Pemilih Empiris, Sumber, Teori-Teori Instrumen dan

Metode, Jakarta, Freidresh Nouman-Shiftung for die Freiheit, hal. 48 14 Ibid hal 49 15 Ibid hal 50-51

14  

Page 22: sampul penelitian KPU kab

Sebaliknya, Saiful Mujani pernah mengungkap kemungkinan enam faktor

yang mempengaruhi perilaku memilih, yaitu kepemimpinan, identifikasi partai,

orientasi religius, ekonomi politik, sosiologis, dan demografis.Keenam faktor

tersebut sebagai hasil penelitian dalam Pemilu 1999 dan 2004 di Indonesia. Pada

kedua periode pemilu itu, Saiful Mujani menyimpulkan, faktor identifikasi partai

dan kepemimpinan signifikan mempengaruhi perilaku pemilih dalam menentukan

pilihan pada pemilu legislatif dan pilpres.16

Secara teoritis, menurut Down, faktor ekonomi politik sebenarnya yang

justru mempengaruhi perilaku pemilih. Perilaku politik sesorang tidak terlepas

dari perilaku-perilaku lain maupun keadaan yang ada disekitarnya17.  Seseorang

memilih calon presiden bila sang kandidat dipandang dapat membantu pemilih

memenuhi kebutuhan primernya, yaitu kecukupan ekonomi. Dalam model

ekonomi politik, perilaku politik pemilih dipengaruhi oleh kepentingan

ekonominya. Jika keadaan ekonomi rumah tangga seorang pemilh sudah cukup

mapan, maka pemilih tersebut cenderung akan memilih partai atau calon presiden

yang sedang memerintah saat itu. Kecuali jika sang presiden sudah habis masa

jabatannya maka pemilih akan mencari figur calon presiden yang dapat memenuhi

kepentingan ekonominya.

2.3. Pengaruh Media

Salah satu faktor eksternal yang ikut mempengaruhi perilaku pemilih

adalah media massa. Keberadaan media dan proses interaksi dengan masyarakat

yang berjalan intensif, terutama melalui media elektronik televisi dan radio tentu

akan mempengaruhi perilaku seseorang, terkait untuk menetapkan pilihan pada

Pemilu Presiden/Wakil 2014. Jauh hari sebelum pelaksanaan Pemilu Legislatif

dan Pemilu Presiden 2014, media massa sudah kerap menyiarkan iklan, opini, dan

pemberitaan terkait Pemilu 2014, baik dalam hal deklarasi partai politik,

                                                            16 Syaiful Mujani, R. Wiliam Lidle , Kuskrido Ambadi, Kuasa Rakyat, Mizan Republika,

2012, hal. 98 17.Sudijono Sastroatmodjo, Perilaku Politik, IKIP Perss, Semarang, 1995, hal 21, dalam Research Center for Politics and Government (PolGov) Jurusan Politik dan Pemerintahan, FISIPOL UGM bekerjasama dengan The Asia Foundation (TAF).“Perilaku Pemilih dan Political Linkage di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Magelang” Utilisasi Political Tracking sebagai Instrumen Pendidikan Pemilih dan Penguatan Engagement antara Politisi dan Konstituen, hal. 3

15  

Page 23: sampul penelitian KPU kab

pencalonan legislator, pencalonan presiden, maupun informasi perihal rekam jejak

yang bersangkutan.

Berdasarkan fungsinya, Onong Uchjana Effendi memerinci media meliputi

menyiarkan informasi, hiburan, pendidikan, dan mempengaruhi. Menyiarkan

informasi merupakan fungsi pertama dan utama dari media. Masyarakat membaca

media cetak dan/atau mendengarkan radio serta menonton dan mendengarkan

televisi, terutama karena motivasi ingin memperoleh informasi. Dari proses

komunikasi tersebut masyarakat mendapatkan informasi perihal rekam jejak calon

presiden yang akan maju dalam Pilpres 2014. 18

Sedangkan fungsi mempengaruhi sebenarnya merupakan implikasi dari

proses komunikasi. Seperti dinyatakan dalam Undang-Undang No. 40 Tahun

1999 tentang Pers, fungsi mempengaruhi tidak dicantumkan. Dalam UU No 40

Tahun 1999 tentang Pers hanya disebutkan fungsi media antara lain media

informasi, pendidikan, hiburan, dan control sosial. Selain itu, fungsi media

sebagai lembaga ekonomi. Namun, menurut Sudirman, unsur mempengaruhi

tersirat dalam fungsi media sebagai control sosial melalui tindakan

persuasive.Artinya, media tidak hanya menyiarkan informasi saja, melainkan juga

membujuk dan mengajak khalayak untuk mengambil sikap tertentu agar berbuat

sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Muatan bujukan atau ajakan biasanya

dikandung dalam tajuk rencana dan juga iklan politik yang berarti sama dengan

mempengaruhi.19

Fungsi mempengaruhi yang dijalankan secara tersirat oleh media juga

dimanfaatkan oleh pemasang iklan. Pemasang iklan berlomba-lomba dan

berkompetisi menyajikan iklan politik dengan tema sosok calon presiden dan

wakil presiden yang ditayangkan berkali-kali di beberapa media elektronik

televisi, radio, portal berita online, maupun media cetak harian, mingguan, dan

bulanan. Pemasang iklan akan memilih media yang memiliki pengaruh kuat untuk

mempromosikan produknya.

                                                            18 Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, Bandung, Remaja Karya, 1986,

dalam Buku Pengaruh Media terhadap Masyarakat di Kabupaten Kediri dalam Menilai Citra Pemkab Kediri, 2010, MIP Publishing, Kediri, hal 29-30

19 Sudirman Tebba, 2005, Jurnalisme Baru, Jakarta, Kalam Indonesia, hal. 11

16  

Page 24: sampul penelitian KPU kab

17  

Bahkan, menjelang pelaksanaan Pilpres 2014 sudah terlihat dan terkesan

terjadinya kompetisi dalam penyajian informasi melalui televisi swasta. Media

elektronik televisi swasta pun terbelah menjadi tiga kubu, antara kubu pasangan

Prabowo Subianto – Hatta Rajasa, Joko Widodo – HM Jusuf Kala, dan kubu

netral. Kedua kubu yang mendukung kedua pasangan saling membela caprea

pilihan yang didukung dan mencari sisi kelemahan capres rivalnya. Tidak hanya

dalam pemberitaan dan pemilihan narasumber yang sangat subjektif membela

institusi media masing-masing, bahkan pada saat penghitungan dan analisis

perolehan suara hasil pelaksanaan Pilpres 2014 pun masing-masing media

menyajikannya dengan subjektivitas masing-masing. Alhasil, media elektronik

yang terbagi ke dalam dua kubu pasangan Capres/Cawapres sama-sama

menghasilkan informasi yang saling menyerang kubu lawan.

2.4. Orisinalitas Penelitian

Penelitian mengenai perilaku pemilih dalam pemilihan presiden dan wakil

presiden tahun 2014 di Kabupaten Kediri ini adalah yang pertama kali dan hingga

saat ini belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya.  

Page 25: sampul penelitian KPU kab

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Kuantitatif dan Kualitatif

INDIKATOR yang hendak diukur dalam penelitian ini adalah adanya

pengaruh tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi, kedekatan dan informasi

terhadap pilihan Presiden di Kabupaten Kediri. Indikator tersebut didasarkan pada

hipotesis sementara bahwa tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi pemilih

mempengaruhi perilaku pemilih. Untuk menemukan jawaban yang sebenarnya

maka penelitian ini memerlukan suatu metode penelitian. Dalam suatu penelitian,

metode merupakan suatu cara kerja yang diambil oleh peneliti dalam usahanya

mencari, mengumpulkan, dan mengolah data, serta menuangkannya dalam bentuk

laporan penelitian. Penelitian yang dilakukan dapat mencapai hasil yang sesuai

dengan tujuan yang diharapkan serta dapat di pertanggung jawabkan

kebenarannya secara menyeluruh jika memilih dan menggunakan metode

penelitian yang sesuai.20

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode campuran yaitu metode kualitatif deskriptif dan metode

kuantitatif. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip

umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam

kehidupan sosial. Sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek

penelitian, misalnya perilaku, motivasi, tindakan, dan lain-lain yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. Pendekatan kuantitatif ialah pendekatan yang didalam usulan

penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data

sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek pengukuran, perhitungan,

rumus dan kepastian data numerik.21

                                                            20 Suharsimi Arikunto, 1993, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi

Revisi. IV. Jakarta : Rineka Cipta, h. 215 21 Julia Brannen, Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, 1997. Pustaka

Pelajar, Yogyakarta, hal 90

18  

Page 26: sampul penelitian KPU kab

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kediri, Jawa Timur pada tanggai 25

Mei hingga 5 Juli 2015.Tim peneliti yang terlibat dalam penelitian ini 10 orang,

terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, dan peneliti utama, masing

masing satu orang serta pembantu peneliti sejumlah lima orang. Dalam

pengumpulan data, penelitian ini menggunakan sistem penyebaran angket ke

populasi dengan sampel 10 persen dari total 1.182.255 pemilih yang tersebar di 26

kecamatan. Dengan sampel 10% maka dari 26 kecamatan penelitian ini memilih

lokasi sampel di 5 kecamatan di wilayah Kabupaten Kediri yaitu Kecamatan Kras,

Kecamatan Ngasem, Kecamatan Semen, Kecamatan Purwoasri, dan Kecamatan

Pare, dengan sampel informan total 153 pemilih yang menggunakan hak pilihnya

dalam pemilihan presiden dan wakil presiden 2014.

Responden dalam penelitian ini terdiri dalam tujuh kelompok profesi,

yakni Wiraswasta sejumlah 53 responden, TNI/Polri (2), PNS (7), Petani (19),

Pedagang (14), Guru/Dosen (12), dan profesi lainnya (46). Jumlah total

responden sebanyak 153 orang. Teknik pemilihan responden dalam penelitian ini

menggunakan teknik purposivesampling dan snowball, dimana pemilihan

responden sudah ditentukan sebelumnya dan jumlahnya dapat bertambah.Dalam

hal ini penentuan responden mencakup hampir seluruh unsur atau kalangan

masyarakat yang menggunakan hak pilihnya pada Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden tahun 2014.Sehingga, diharapkan informasi atau data yang didapatkan

lebih bervariasi. Selain menggunakan angket atau kuesioner, penelitian ini juga

dilakukan dengan indepht interview (wawancara mendalam) secara terstruktur

untuk memudahkan mendapatkan data secara maksimal berdasarkan masalah

yang sedang diteliti dan ingin diketahui jawabannya oleh sumber informasi.

Responden yang diinterview dalam hal ini adalah warga masyarakat di Kabupaten

Kediri yang telah menggunakan hak pilihnya dalam pemilu 2014. Pengambilan

data dalam penelitian ini akan menggunakan sumber data utama dalam penelitian

kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan dan

lain-lain.

Pengambilan data dilakukan dengan bantuan surveyor sebanyak 10 orang.

Teknis pengumpulan data adalah metode kuesioner dan wawancara. Kedua

19  

Page 27: sampul penelitian KPU kab

metode dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama penyebaran kuesioner kepada

153 responden yang diasumsikan mewakili cluster atau kelompok profesi. Tahap

kedua, wawancara mendalam dengan mengambil empat responden secara

acak.Pada tahap wawancara mendalam, surveyor membacakan menyampaikan

pertanyaan-pertanyaan yang substansi materinya merupaka bagian dari pertanyaan

dalam kuesioner.Kemudian,responden menjawab dan surveyor merekam dan

mencatat substansi jawaban responden ke dalam buku catatan.

Pada tahap penyebaran kuesioner, tidak jarang surveyor juga berperan

sebagai asisten peneliti yang bertugas membantu menjelaskan pertanyaan

dikuesioner kepada responden. Karena, dalam proses pengumpulan data survei,

tidak jarang ada responden yang kurang atau tidak dapat menangkap maksud

pertanyaan yang ada dikuesioner.

Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui rekaman

(audio tape recorder). Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berasal dari hasil

wawancara dengan responden, berbagai data yang didapat dari beberapa instansi,

internet, dan juga tulisan-tulisan yang berhubungan dengan tema yang diteliti dan

sangat membantu dalam penelitian ini.Penelitian ini merupakan jenis penelitian

gabungan kuantitatif dan kualitatif. Sehingga, dalam pengolahan data akan

dilakukan melalui tabulasi berikut analisis data kuantitatif serta deskripsi dan

analisis hasil wawancara yang telah dilakukan dilapangan.

Skema Indikator dan Variabel Penelitian

INDIKATOR PENELITIAN 

SOSIOLOGIS:  PSIKOLOGIS: 

1. Tingkat pendidikan  Keputusan pemilih dalam 

menentukan pilihan calon presiden 2. Tingkat ekonomi 3. Kedekatan  4. Informasi 

20  

Page 28: sampul penelitian KPU kab

3.2. Data dan Sumber

3.2.1. Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari objek penelitian, yakni melalui

pengumpulan langsung dari objek penelitian.Caranya, memberikan

kuesioner kepada responden dan wawancara mendalam dengan

pengambilan sampel di antara responden.data primer terutama

memuat database perihal responden atau karakteristik responden,

antara lain jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan penghasilan.

Dalam proses pencarian responden, penyebaran kuesioner, dan

pengumpulannya kembali tentu saja ditemukan hambatan dan

sejumlah kesulitan. Dari segi waktu pelaksanaan misalnya,

penelitian dilaksanakan bersamaan bulan Ramadhan sehingga

masyarakat tengah menjalankan ibadah puasa dan berdampak pada

kecepatan penyebaran, pengisian, dan pengumpulankembali

kuesioner. Selain itu, bersamaan pula dengan jam kerja dan masa

pendidikan (kuliah) yang tidak optimal di masa bulan puasa serta

kesibukan responden sehingga tidak dapat optimal dalam pengisian

dan pengembalian kuesioner serta wawancara mendalam, meskipun

pada akhirnya masih dapat dikejar untuk melakukan tabulasi dan

analisis data.

3.2.2. Data Sekunder

Data sekunderdiperoleh dari buku Kediri dalam Angka (Badan

Pusat Statistik Kabupaten Kediri) dan data Komisi Pemilihan

Umum (KPU) Kabupaten Kediri.

3.2.3. Populasi dan Sampel

3.2.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

21  

Page 29: sampul penelitian KPU kab

kesimpulannya.22 Atau seluruh individu atau objek yang akan

diteliti, khususnya yang memiliki karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti sebagai objek penelitian. Populasi diambil

dari masyarakat Kabupaten Kediri yang telah dewasa, berusia 17

tahun atau sudah kawin/berkeluarga. Dari perkiraan populasi

berusia dewasa, dapat dipetakan dari jumlah pemilih dalam Pemilu

Legislatif dan Pemilu Presiden/Wakil Presiden pada 2009 dan

khususnya jumlah pemilih pada Pemilu pada April 2014, yakni

sebanyak 1.182.255 pemilih. Sementara untuk Pilpres tahun 2014,

menurut Ketua KPU Kabupaten Kediri Sapta Andaruisworo,S.Pt,

MMA pasangan nomor urut 1. H. Prabowo Subianto - Ir. H. M.

Hatta Rajasa sebanyak 294.429 suara sedangkan pasangan nomor

urut 2. Ir. H. Joko Widodo - Drs. H. M. Jusuf Kalla mendapat

619.456 suara. Suara sah sebanyak 913.885 suara dan suara tidak

sah sebanyak 8.926 suara. 

3.2.3.1.Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil dari

karakteristiknya yang dapat dianggap mewakili keseluruhan

populasi. Sample penelitian adalah subjek yang mudah ditemui

sehingga memudahkan pula proses pengumpulan data.23   Oleh

karena itu, berdasarkan penetapan populasi tersebut, diambil

responden sebanyak 153 orang dengan tingkat akurasi

pengembalian kuesioner 100 % atau kembali utuh sejumlah 153

eksemplar.

                                                            22 Syaifuddin Azwar, 2010, Metode Penelitian, Yogyakarta:, Pustaka Pelajar, hal.5 23 Djarwanto, 1994, Pokok-pokok Metode Risetdan BimbinganTeknis Penulisan

Skripsi,Yogyakarta, Liberty, dikutip dalam Research Center for Politics and Government (PolGov) Jurusan Politik dan Pemerintahan, FISIPOL UGM bekerjasama dengan The Asia Foundation (TAF).“Perilaku Pemilih dan Political Linkage di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Magelang” Utilisasi Political Tracking sebagai Instrumen Pendidikan Pemilih dan Penguatan Engagement antara Politisi dan Konstituen. hal 2

22  

Page 30: sampul penelitian KPU kab

3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menerapkan metode pengambilan

sampel cluster (baca: klaster) atau gugus. Subjek responden yang diambil

ditetapkan berdasarkan seleksi kelompok sampel secara acak atau melakukan

randomisasi terhadap kelompok, bukan terhadap subjek secara individual.24 Cara

yang ditempuh, antara lain menyebarkan kuesioner di lingkungan institusi atau

organisasi profesi, seperti pedagang, pengacara, akademisi (dosen dan

mahasiswa), dan komunitas terbuka, seperti wiraswastawan ataupun pemilih

pemula.

Sementara itu, untuk pelaksanaan metode kualitatif dilakukan dengan

wawancara mendalam (in depth interview) yang melibatkan responden dari gugus

akademisi, wiraswastawan, profesional, dan kelompok penyelenggara

pemungutan suara, berusia antara 30-an tahun hingga 50-an tahun.

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan metode kuantitatif dan

kualitatif agar dapat saling melengkapi dalam proses analisisnya. Selain itu,

metode kualitatif dapat mengungkapkan hal-hal atau permasalahan yang bersifat

terbuka yang tidak dapat diperoleh apabila penelitian hanya menggunakan metode

kuantitatif. Metode kualitatif diterapkan dengan format wawancara mendalam

kepada empat narasumber (responden).

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh secara langsung dari responden yang menjadi objek

penelitian.Data tersebut dikumpulkan melalui teknik pengumpulan kuesioner dan

interview.

3.4.1.Kuesioner

Teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan daftar

pertanyaan tertutup yang disusun dalam berkas kuesioner kepada

responden.

3.4.2.Interview

Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara atau tanya jawab

secara lisan dan langsung tatap muka dengan responden terkait                                                             

24 Loc. Cit. Syaifudin Azwar hal 87

23  

Page 31: sampul penelitian KPU kab

24  

                                                           

dengan pokok masalah dalam penelitian. Pelaksanaan interview

dilakukan dengan wawancara terbuka dan direkam serta dicatat.

3.5. Teknik Analisis Data

Data adalah suatu yang dapat dianalisis. Analisis data dilakukan dengan

mengolah data dari hasil pendekatan dengan metode kuantitatif dan kualitatif.

Analisis data dari metode kuantitatif dilakukan dengan pengelompokan

berdasarkan karakteristik dasar responden, seperti jenis kelamin, pekerjaan,

penghasilan, dan usia. Selain itu, dilakukan pembagian kelompok berdasarkan

keterkaitan poin pertanyaan sebagai cara mempermudah analisis. 25

Demikian pula pada analisis data dari metode kualitatif juga menggunakan

pengelompokan berdasarkan kesamaan dan kecenderungan dari mayoritas atau

sebagian besar dari sampel yang diwawancara.26 Sehingga, dari dua metode

kuantitatif dan kualitatif diperoleh kesimpulan yang tidak selisih jauh, bahkan

diperoleh pola kecenderungan yang sama.

 

 25 Ida Bagus Matra.2004. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, hal 128 26 Ibid

Page 32: sampul penelitian KPU kab

BAB IV

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

4.1.Sekilas Kabupaten Kediri

Kabupaten Kediri memiliki luas wilayah 138.605 hektar (ha). Secara

geografis Kabupaten Kediri terletak antara 111o47 050 - 112o 18 200 BT (Bujur

Timur) dan antara 7o36 12 - 8o32 LS (Lintang Selatan). Secara administratif,

kabupaten ini masuk dalam wilayah Provinsi Jawa Timur, terletak berbatasan

dengan lima daerah kabupaten lainnya.

- sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Jombang dan Kabupaten

Nganjuk

- sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Blitar dan Kabupaten

Tulungagung

- sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Malang dan Kabupaten

Jombang

- sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten

Tulungagung.

Kondisi topografi terdiri dari dataran rendah dan pegunungan yang

dilalui aliran Sungai Brantas. Sungai ini membelah dari selatan ke utara. Pada

2005 suhu udara berkisar antara 23o C sampai dengan 31o C dengan tingkat

curah hujan rata-rata sekitar 1.652 mm per hari. Secara keseluruhan luas

wilayah mencapai sekitar 1.386.05 km2 atau kira-kira 5% dari luas wilayah

Provinsi Jawa Timur.

Ditinjau dari jenis lapisan tanahnya, Kabupaten Kediri dapat dibagi

menjadi 5 (lima) golongan.

a. Regosol coklat kekelabuan seluas 77.397 ha atau 55,84 %

Merupakan jenis tanah yang sebagian besar ada di wilayah

Kecamatan Kepung, Puncu, Ngancar, Plosoklaten, Wates, Gurah, Pare,

Kandangan, Kandat, Ringinrejo, Kras, Papar, Purwoasri, Pagu,

Plemahan, Kunjang, dan Gampengrejo.

25  

Page 33: sampul penelitian KPU kab

b. Aluvial kelabu coklat seluas 28.178 ha atau 20,33 %

Merupakan jenis tanah yang dijumpai di Kecamatan

Ngadiluwih, Kras, Semen, Mojo, Grogol, Banyakan, Papar, Tarokan,

dan Kandangan.

c. Andosol coklat kuning, regosol coklat kuning, litosol seluas 4.408 ha

atau 3,18 %

Jenis tanah ini dijumpai di daerah ketinggian di atas 1.000 di

atas permukaan laut (dpl) seperti Kecamatan Kandangan, Grogol,

Semen, dan Mojo.

d. Mediteran coklat merah, grumosol kelabu seluas 13.556 ha atau 9,78

%

Jenis tanah ini terdapat di Kecamatan Mojo, Semen, Grogol,

Banyakan, Tarokan, Plemahan, Pare, dan Kunjang.

e. Litosol coklat kemerahan seluas 15.066 ha atau 10,87%

Terdapat di Kecamatan Semen, Mojo, Grogol, Banyakan, Tarokan,

dan Kandangan.

Wilayah Kabupaten Kediri diapit oleh dua gunung yang berbeda

sifatnya, yaitu Gunung Kelud di sebelah Timur yang bersifat vulkanik dan

Gunung Wilis di sebelah barat yang bersifat nonvulkanik. Sedangkan tepat

di bagian tengah wilayah Kabupaten Kediri melintas Sungai Brantas yang

membelah wilayah Kabupaten Kediri menjadi dua bagian, yaitu bagian

barat Sungai Brantas merupakan perbukitan lereng Gunung Wilis dan

Gunung Klotok serta bagian timur Sungai Brantas.

Untuk mengetahui secara jelas gambaran wilayah Kabupaten

Kediri dapat dilihat pada peta Kabupaten Kediri sebagai berikut:

26  

Page 34: sampul penelitian KPU kab

27  

Page 35: sampul penelitian KPU kab

4.2. Asal Usul Istilah Kediri

NAMA Kediri ada yang berpendapat berasal dari kata "Kedi" yang artinya

"Mandul" atau "Wanita yang tidak berdatang bulan".Menurut Kamus Jawa Kuno

karya Wodjo Wasito, 'Kedi" berarti “Orang kebiri bidan” atau “Dukun”.Di dalam

lakon wayang, Sang Arjuna pernah menyamar sebagai Guru Tari di Negara

Wirata, bernama Kedi Wrakantolo.Bila kita hubungkan dengan nama tokoh Dewi

Kilisuci yang bertapa di Gua Selomangleng, "Kedi" berarti “Suci” atau “Wadad”.

Disamping itu, kata Kediri berasal dari kata "Diri" yang berarti “Adeg”,

“Angdhiri”, menghadiri atau menjadi Raja (bahasa Jawa Jumenengan). Untuk itu

dapat kita baca pada prasasti "Wanua" tahun 830 Saka, yang diantaranya

berbunyi, "Ing Saka 706 cetrana sadanami saklapaka sawara, angdhirira

kepanaraban", artinya: pada tahun saka 706 atau 734 Masehi, bertahta Raja Pake

Panaraban.27

Nama Kediri banyak terdapat pada kesusastraan kuno yang berbahasa

Jawa Kuno seperti Kitab Samaradana, Pararaton, Negara Kertagama, dan Kitab

Calon Arang. Demikian pula pada beberapa prasasti yang menyebutkan nama

Kediri, seperti Prasasti Ceber, berangka tahun 1109 Saka yang terletak di Desa

Ceker, sekarang Desa Sukoanyar Kecamatan Mojo. Dalam prasasti ini

menyebutkan, karena penduduk Ceker berjasa kepada Raja, maka mereka

memperoleh hadiah, "Tanah Perdikan".Dalam prasasti itu tertulis "Sri Maharaja

Ri Siminaninaring Bhuwi Kadiri" artinya raja telah kembali kesimanya atau

harapannya di Bhumi Kadiri.Prasasti Kamulan di Desa Kamulan Kabupaten

Trenggalek yang berangkat tahun 1116 Saka, tepatnya menurut Damais tanggal

31 Agustus 1194.Pada prasasti itu juga menyebutkan nama Kediri, yang diserang

oleh raja dari kerajaan sebelah timur."Akanisatruwadwakalasangkepurnowo",

sehingga raja meninggalkan istananya di Katangkatang ("tatkalaninkentar sang

kekadetwanringkatang-katang deninkir malryatik kaprabon sri maharajasini

                                                            27http://kedirikab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=

93&Itemid=180, diakses Rabu 22 Juli 2014, pukul 22.00 WIB.  

28  

Page 36: sampul penelitian KPU kab

wiring bhumi Kadiri"). Menurut M. M. Sukarto Kartoatmojo, "hari jadi Kediri"

muncul pertama kalinya bersumber dari tiga buah prasasti Harinjing A-B-C,

namun pendapat beliau, nama Kadiri yang paling tepat dimuculkan pada ketiga

prasasti. Alasannya Prasti Harinjing A tanggal 25 Maret 804 Masehi, dinilai

usianya lebih tua daripada kedua prasasti B dan C, yakni tanggal 19 September

921 dan tanggal 7 Juni 1015 Masehi.Dilihat dari ketiga tanggal tersebut

menyebutkan nama Kediri ditetapkan tanggal 25 Maret 804 M. Tatkala

Bagawantabhari memperoleh anugerah tanah perdikan dari Raja Rake Layang

Dyah Tulodong yang tertulis di ketiga prasasti Harinjing.Nama Kediri semula

kecil lalu berkembang menjadi nama Kerajaan Panjalu yang besar dan sejarahnya

terkenal hingga sekarang.Selanjutnya ditetapkan surat Keputusan Bupati Kepada

Derah Tingkat II Kediri tanggal 22 Januari 1985 nomor 82 tahun 1985 tentang

hari jadi Kediri, yang pasal 1 berbunyi, "Tanggal 25 Maret 804 Masehi ditetapkan

menjadi Hari Jadi Kediri.28

4.3.Sejarah Kediri dam Bhagawanta Bari

Mungkin saja Kediri tidak akan tampil dalam panggung sejarah, andaikata

Bhagawanta Bari, seorang tokoh spiritual dari belahan Desa Culanggi, tidak

mendapatkan penghargaan dari Sri Maharaja Rake Layang Dyah Tuladong. Boleh

dikata, pada waktu itu Bhagawanta Bari, seperti memperoleh penghargaan

Parasamya Purnakarya Nugraha.Kalau hal itu terjadi saat ini mungkin seperti

memperoleh penghargaan Kalpataru sebagai Penyelamat Lingkungan.Memang

kiprah Bhagawanta Bari kala itu, bagaimana upaya tokoh spiritual ini

meyelamatkan lingkungan dari amukan banjir tahunan yang mengancam

daerahnya.Ketekunannya yang tanpa pamrih inilah akhirnya menghantarkan

dirinya sebagai panutan, sekaligus idola masyarakat kala itu.

Ketika itu tidak ada istilah Parasamya atau Kalpataru, namun bagi

masyarakat yang berhasil dalam ikut serta memakmurkan negara akan mendapat

"Ganjaran" seperti Bhagawanta Bari, dirinya juga memperoleh ganjaran itu                                                             

28 Ibid

29  

Page 37: sampul penelitian KPU kab

berupa gelar kehormatan "Wanuta Rama" (ayah yang terhormat atau Kepala

Desa) dan tidak dikenakan berbagai macam pajak (Mangilaladrbyahaji) di daerah

yang dikuasai Bagawanta Bhari, seperti Culanggi dan Kawasan

Kabikuannya.Sementara itu, daerah seperti wilayah Waruk Sambung dan Wilang

hanya dikenakan "I mas Suwarna" kepada Sri Maharaja setiap bulan

"Kesanga".Pembebasan atas pajak itu antara lain berupa "Kring Padammaduy"

(iuran Pemadam Kebakaran), "Tapahaji erhaji" (Iuran yang berkaitan dengan air),

"Tuhan Tuha dagang" (Kepala perdagangan), "Tuha hujamman" (Ketua

Kelompok Masyarakat), "Manghuri" (Pujangga Kraton), "Pakayungan

Pakalangkang" (Iuran lumbung padi), "Pamanikan" (Iuran manik-manik, permata)

dan masih banyak pajak lainnya.Kala itu juga belum ada piagam penghargaan

untuknya.Maka, sebagai peringatan atas jasanya itu lalu dibuat prasasti sebagai

"Pngeleng-eleng" (Peringatan). Prasasti itu diberi nama "HARINJING" B" yang

bertahun Masehi 19 September 921 Masehi. Dan, disebutlah "Selamat tahun saka

telah lampau 843, bulan Asuji, tanggal lima belas paro terang, paringkelan

Haryang, Umanis (legi). Budhawara (Hari Rabo), Naksatra (bintang) Uttara

Bhadrawada, dewata ahnibudhana, yoga wrsa.29

Menurut penelitian ahli lembaga Javanologi, Drs. M.M. Soekarton

Kartoadmodjo, Kediri lahir pada Maret 804 Masehi. Sekitar tahun itulah Kediri

mulai disebut-sebut sebagai nama tempat maupun negara. Belum ada sumber

resmi seperti prasasti maupun dokumen tertulis lainnya yang dapat menyebutkan,

kapan sebenarnya Kediri ini benar-benar menjadi pusat dari sebuah Pemerintahan

maupun sebagai mana tempat.Dari prasasti yang diketemukan kala itu, masih

belum ada pemisah wilayah administratif seperti sekarang ini. Yaitu adanya

Kabupaten dan Kodya Kediri, sehingga peringatan Hari Jadi Kediri yang sekarang

ini masih merupakan milik dua wilayah dengan dua kepala wilayah pula.

Menurut para ahli, baik Kadiri maupun Kediri sama-sama berasal dari

bahasa Sansekerta, dalam etimologi "Kadiri" disebut sebagai "Kedi" yang artinya

"Mandul", tidak berdatang bulan (aprodit). Dalam bahasa Jawa Kuno, "Kedi" juga

mempunyai arti "Dikebiri" atau dukun. Menurut Drs. M.M. Soekarton                                                             

29 Ibid

30  

Page 38: sampul penelitian KPU kab

Kartoadmodjo, nama Kediri tidak ada kaitannya dengan "Kedi" maupun tokoh

"Rara Kilisuci". Namun berasal dari kata "dhiri" yang berarti "adeg" (berdiri)

yang mendapat awalan "Ka" yang dalam bahasa Jawa Kuno berarti "Menjadi

Raja".Kediri juga dapat berarti mandiri atau berdiri tegak, berkepribadian atau

berswasembada.Jadi, pendapat yang mengaitkan Kediri dengan perempuan,

apalagi dengan Kedi kurang beralasan.

Menurut Drs. Soepomo Poejo Soedarmo, dalam kamus bahasa Melayu,

kata "Kediri" dan "Kendiri" sering menggantikan kata sendiri.Perubahan

pengucapan "Kadiri" menjadi "Kediri" menurut Drs. Soepomo paling tidak ada

dua gejala. Yang pertama, gejala usia tua dan gejala informalisasi. Hal ini

berdasarkan pada kebiasaan dalam rumpun bahasa Austronesia sebelah barat,

dimana perubahan seperti tadi sering terjadi.30

4.4.Data Angka Kabupaten Kediri

Setelah sekilas gambaran sejarah Kabupaten Kediri, peneliti mulai

mencari data angka (numerik) diantaranya berupa neraca tenaga kerja dan

lowongan kerja menurut jenis kelamin pada tahun 2014 maka ditemukan data dari

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kediri dan Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kediri sebagai berikut:31

Banyaknya Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan mulai tingkat

Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas

(SMA), tingkat Perguruaan Tinggi (PT), baik yang diploma satu (D1), Diploma

dua (D 2) Diploma tiga (D 3), Diploma 4 (D4), Sarjana strata satu (S1), Sarjana

Srata dua (S2), maupun Sratata tiga (S3) serta Jenis Kelamin Laki-laki, dan

perempuan, pada tahun 2014

Banyaknya Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

                                                            30 Ibid 31 Ibid

31  

Page 39: sampul penelitian KPU kab

No Uraian Laki-laki Perempuan Jumlah/Total

1 2 3 4

1 Belum Tamat SD

2 Tamat SD 334 267 601

3 Tamat SMP 2.965 2.675 5.640

4 Tamat SMA

3.967 3.222 7.189Perguruan Tinggi

5 D.1 & 2 138 101 239

6 D.3 / Sarjana Muda 302 175 477

7

Sarjana Srata 1 dan

Sarjana Srata 2

(S.1 & 2)

993 567 1.560

Jumlah/Total 2014 8.699 7.007 15.706

Jumlah/Total 2013 7.303 5.511 12.814

Jumlah/Total 2012 6.710 5.824 12.534

Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kediri 2015

32  

Page 40: sampul penelitian KPU kab

Jumlah Penduduk Kabupaten Kediri per Desa Tahun 2014

NO. NAMA

KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 SEMEN 24.192 23.312 47.5042 MOJO 35.747 34.565 70.3123 KRAS 29.363 29.342 58.7054 NGADILUWIH 36.396 35.911 72.3075 KANDAT 28.715 28.334 57.0496 WATES 42.857 41.887 84.7447 NGANCAR 21.907 21.084 42.9918 PUNCU 29.271 28.081 57.3529 PLOSOKLATEN 34.181 33.046 67.22710 GURAH 38.478 37.612 76.09011 PAGU 18.812 18.507 37.31912 GAMPENGEREJO 16.271 15.618 31.88913 GROGOL 22.113 21.137 43.25014 PAPAR 25.195 24.847 50.04215 PURWOASRI 28.953 29.193 58.14616 PLEMAHAN 28.293 28.032 56.32517 PARE 48.680 47.982 96.66218 KEPUNG 38.861 37.181 76.04219 KANDANGAN 24.139 23.320 47.45920 TAROKAN 29.279 27.689 56.96821 KUNJANG 17.867 17.695 35.56222 BANYAKAN 26.904 26.060 52.96423 RINGINREJO 25.704 24.641 50.34524 KAYEN KIDUL 22.080 22.007 44.08725 NGASEM 30.179 29.970 60.14926 BADAS 31.191 29.904 61.095

Jumlah 755.628 736.957 1.492.585Sumber: Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan Kabupaten Kediri 2015

33  

Page 41: sampul penelitian KPU kab

Jumlah pendududk menurut strukur usia atau umur di Kabupaten Kediri

pada tahuan 2014 dapat di peroeh data sebagai berikut:32

NO. STRUKTUR UMUR

LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 0-4 51.423 48.133 99.556

2 5-9 60.053 57.011 117.0643 10-14 62.479 59.670 122.1494 15-19 57.416 53.573 110.9895 20-24 55.180 5 108.1766 25-29 55.155 52.546 107.7017 30-34 64.792 62.537 127.3298 35-39 59.374 58.164 117.5389 40-44 59.501 60.054 119.55510 4549 58.643 60.876 119.51911 50-54 48.416 50.649 99.06512 55-59 40.151 38.732 78.88313 60-64 30.645 27.916 58.56114 65-69 19.607 19.957 39.56415 70-74 16.366 15.852 32.21816 >75 16.427 18.291 34.718

JUMLAH 755.628 736.957 1.492.585

                                                            32 Ibid

34  

Page 42: sampul penelitian KPU kab

35  

Jumlah Pemilih Pilpres 2014 di Kabupaten Kediri Nama Kecamatan TPS PEREMPUAN LAKI-LAKI JUMLAH1. BADAS 156 23.617 23.029 46.6462. BANYAKAN 151 22.009 21.918 43.9273. GAMPENGREJO 92 12.290 12.128 24.4184. GROGOL 121 17.520 17.171 34.6915. GURAH 199 29.713 29.675 59.3886. KANDANGAN 142 19.251 18.949 38.2007. KANDAT 138 21.238 21.726 42.9648. KAYEN KIDUL 130 17.255 17.641 34.8969. KEPUNG 225 33.138 31.255 64.39310. KRAS 171 22.356 23.074 45.43011. KUNJANG 104 13.877 14.092 27.96912. MOJO 204 29.186 27.728 56.91413. NGADILUWIH 209 28.040 28.556 56.59614. NGANCAR 130 17.980 17.997 35.97715. NGASEM 161 22.614 23.253 45.86716. PAGU 100 14.130 14.510 28.64017. PAPAR 147 19.281 19.893 39.17418. PARE 229 37.688 38.044 75.73219. PLEMAHAN 157 22.023 22.483 44.50620. PLOSOKLATEN 201 26.598 26.350 52.94821. PUNCU 168 23.217 22.587 45.80422. PURWOASRI 161 22.631 23.814 46.44523. RINGINREJO 142 20.855 20.558 41.41324. SEMEN 132 19.462 18.817 38.27925. TAROKAN 145 23.170 22.384 45.55426. WATES 255 32.776 32.708 65.484 JUMLAH TOTAL: 4.170 591.915 590.340 1.182.255

Sumber:  https://data.kpu.go.id/ss8.php

Page 43: sampul penelitian KPU kab

36 

 

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB ini memuat hasil penelitian dari dua pendekatan metode kuantitatif

dan kualitatif.Pada pendekatan dengan metode kuantitatif dimaksudkan untuk

memetakan distribusi frekuensi variable penelitian, yang meliputi karakteristik

responden, pandangan atau pikiran, dan sikap atau perilaku responden dalam

kaitannya dengan posisinya sebagai pemilih dalam penyelenggaraan Pemilu

Presiden dan Wakil Presiden pada tahun 2014.

Sementara itu, hasil penelitian dengan pendekatan metode kualitatif

merupakan hasil indephtinterview atau wawancara mendalam dengan responden,

terkait dengan pikiran dan perilaku responden dalam posisinya sebagai pemilih

dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden pada tahun 2014.

5.1. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian

1. Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid pria 84 54.9 54.9 54.9

wanita 69 45.1 45.1 100.0

Total 153 100.0 100.0

Page 44: sampul penelitian KPU kab

37 

 

Grafik:

Berdasarkan tabulasi dan gambar grafik diatas terlihat bahwa distribusi

responden berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 84 orang atau 54,9% berjenis

kelamin pria dan sebanyak 69 orang atau 45,1% berjenis kelamin perempuan.

2. Pendidikan Terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SD 25 16.3 16.3 16.3

SMP 24 15.7 15.7 32.0

SMA 64 41.8 41.8 73.9

Sarjana 36 23.5 23.5 97.4

Lainnya 4 2.6 2.6 100.0

Total 153 100.0 100.0

Page 45: sampul penelitian KPU kab

Grafik:

Berdasarkan tabulasi dan gambar grafik di atas terlihat bahwa distribusi

responden berdasarkan jenjang pendiddikan, sebanyak 64 orang atau 41,8%

berpendidikan SMA, 36 orang atau 23,5% berpendidikan Sarjana, 25 orang atau

16,3% berpendidikan SD, 24 orang atau 15,7% berpendidikan SMP dan hanya 4

orang atau 4,6% yang menyatakan lainnya.

38 

 

Page 46: sampul penelitian KPU kab

3. Pekerjaan Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Wiraswasta 53 34.6 34.6 34.6

TNI/Polri 2 1.3 1.3 35.9

PNS 7 4.6 4.6 40.5

Petani 19 12.4 12.4 52.9

Pedagang 14 9.2 9.2 62.1

Guru/Dosen 12 7.8 7.8 69.9

Lainnya 46 30.1 30.1 100.0

Total 153 100.0 100.0

Grafik:

Berdasarkan tabulasi dan gambar grafik di atas terlihat bahwa distribusi

responden berdasarkan jenis pekerjaan responden terlihat bahwa sebanyak 53

orang atau 34,6% responden berprofesi sebagai wiraswasta, kemudian disusul

mereka yang memiliki jenis pekerjaan lainnya selain yang peneliti ajukan

sebanyak 46 orang atau 30,1% responden. Adapun yang dimaksud lainnya disini

39 

 

Page 47: sampul penelitian KPU kab

bisa mahasiswa, ibu rumah tangga dan lain sebagainya.Sedangkan jenis pekerjaan

yang dimiliki responden selain wiraswasta dan yang lainnya, meliputi TNI/Polri,

PNS, petani, pedagang, dan guru/dosen.

4. Penghasilan Penghasilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Belum Bekerja 6 3.9 3.9 3.9

Dibawah 1 juta 81 52.9 52.9 56.9

Antara 1 juta - 3 juta 59 38.6 38.6 95.4

Antara 3 - 5 juta 6 3.9 3.9 99.3

Diatas 5 jt 1 .7 .7 100.0

Total 153 100.0 100.0

Grafik:

40 

 

Page 48: sampul penelitian KPU kab

Berdasarkan tabulasi dan gambar grafik tentang penghasilan responden

terlihat bahwa lebih dari separo (52,9%) responden menyatakan berpenghasilan

dibawah 1 juta, kemudian disusul oleh mereka yang berpenghasilan antara 1 – 3

juta sebanyak 59 orang atau 38,6% responden, yang berpenghasilan antara 3 – 5

juta dan yang belum bekerja memiliki jumlah yang sama yaitu 6 orang atau 3,9%

responden dan yang terakhir yang menyatakan berpenghasilan di atas 5 juta hanya

1 orang (0.7%). Namun demikian, pernyataan responden tentang penghasilan ini

masih diragukan karena jumlah prosentase TNI/Polri (2 orang), PNS (7 orang)

dan guru/dosen (12 orang) tentu hal ini sangat diragukan.

5. Tanggapan Responden terhadap pernyataan: Sudah berapa kali anda

mengikuti Pemilu Presiden dan Wakil Presiden x1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 kali 19 12.4 12.4 12.4

2 kali 23 15.0 15.0 27.5

3 kali 53 34.6 34.6 62.1

lebih dari 4 kali 58 37.9 37.9 100.0

Total 153 100.0 100.0

Grafik:

41 

 

Page 49: sampul penelitian KPU kab

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa 70% lebih responden telah mengikuti

Pemilu Presiden lebih dari 3 kali. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar

responden telah berpengalaman,

6. Tanggapan Responden terhadap pernyataan: Apakah anda datang ke lokasi

TPS untuk memilih calon Presiden dan Wakil Presiden pada tahun 2014 x2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 152 99.3 99.3 99.3

Lainnya 1 .7 .7 100.0

Total 153 100.0 100.0

Grafik:

42 

 

Page 50: sampul penelitian KPU kab

Dari hasil tanggapan responden tentang kedatangan mereka ke TPS

membuktikan bahwa lebih dari 99% responden datang ke TPS untuk memberikan

suaranya dalam Pilpres.

7. Tanggapan Responden terhadap pernyataan: Apakah anda selalu datang ke

TPS untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden atas kesadaran sendiri x3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 4 2.6 2.6 2.6

Ya 149 97.4 97.4 100.0

Total 153 100.0 100.0

Grafik:

43 

 

Page 51: sampul penelitian KPU kab

Dari grafik tersebut diatas terlihat bahwa dari keseluruhan respoden, 4

menyatakan tidak dan 149 menyatakan ya artinya bahwa tingkat kehadiran cukup

tinggi yakni 97. 4 persen dan yang tidak hadir hanya 2,6 persen.

8. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda memilih presiden

berdasarkan program yang ditawarkan calon presiden x4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 48 31.4 31.4 31.4

Ya 105 68.6 68.6 100.0

Total 153 100.0 100.0

Grafik:

44 

 

Page 52: sampul penelitian KPU kab

Dari hasil tanggapan responden diatas terlihat bahwa sebanyak 68,6%

responden menyatakan memilih Presiden/Wakil Presiden dalam Pemilu 2014 lalu

berdasarkan program yang ditawarkan, sedangkan sisanya 31,4% responden

menyatakan tidak. Ini artinya bahwa warga di Kabupeten Kediri, perilaku

memilihnya karena pertimbangan rasional.

9. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda memilih presiden

karena kesamaan suku/agama atau daerah asal calon Presiden x5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 114 74.5 74.5 74.5

Ya 39 25.5 25.5 100.0

Total 153 100.0 100.0

Grafik:

45 

 

Page 53: sampul penelitian KPU kab

Berdasarkan tanggapan responden terhadap pernyataan bahwa pilihan Presiden/

Wakil Presiden berdasarkan suku/agama atau daerah asal calon, sebanyak 74,5%

responden menyatakan tidak. Hal ini membuktikan bahwa suku/agama atau

daerah asal calon Presiden/Wakil bukan menjadi pertimbangan utama pemilih.

10. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda memilih presiden

karena partai yang mencalonkan sama dengan partai pilihan anda

x6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 98 64.1 64.1 64.1

Ya 55 35.9 35.9 100.0

Total 153 100.0 100.0

Grafik:

46 

 

Page 54: sampul penelitian KPU kab

Berdasarkan tanggapan responden terhadap pilihan Presiden berdasarkan partai

yang dimiliki, sebanyak 64,1% responden menyatakan tidak berdasarkan partai

dan sebanyak 35,9% responden menyatakan berdasarkan partai. Hasil ini semakin

meyakinkan peneliti bahwa kedekatan partai, bukan berari pemilih di Kabupaten

Kediri akan memilih Presiden dari partai yang dianut. Artinya perilaku pemilih

seperti ini adalah perilaku rasional.

11. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda memilih presiden

karena diberi uang untuk memilih salah satu calon x7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 141 92.2 92.2 92.2

Ya 12 7.8 7.8 100.0

Total 153 100.0 100.0

Grafik:

47 

 

Page 55: sampul penelitian KPU kab

Berdasarkan tanggapan responden terhadap adanya money politic dalam

Pilpres, sebanyak 92,2% responden menyatakan tidak terpengaruh. Artinya bahwa

responden memilih calon Presiden bukan atas dasar pemberian uang dari pihak-

pihak tertentu.

12. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda melihat rekam jejak

atau riwayat hidup calon Presiden sebelum menggunakan hak pilih

x8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 37 24.2 24.2 24.2

Ya 116 75.8 75.8 100.0

Total 153 100.0 100.0

Grafik:

48 

 

Page 56: sampul penelitian KPU kab

Hasil tanggapan responden terhadap rekam jejak Presiden sebelum

melakukan pemilihan, sebanyak 75,8% responden menyatakan melihat rekam

jejak dan riwayat calon Presiden sebelum menggunakan hak pilih. Hal ini

membuktikan bahwa pemberitaan tentang rekam jejak dan riwayat calon Presiden

sangat perlu.

13. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah media massa membantu

anda untuk mengetahui rekam jejak calon Presiden/Wakil

x9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 27 17.6 17.6 17.6

Ya 126 82.4 82.4 100.0

Total 153 100.0 100.0

Grafik:

49 

 

Page 57: sampul penelitian KPU kab

Dari tanggapan responden tentang peran media dalam membantu responden untuk

mengetahui rekam jejak calon Presiden, sebanyak 82,4% responden menyatakan

media massa sangat membantu, dan hanya 17,6% yang menyatakan tidak.

14. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah pemberitaan calon

Presiden di media massa menjadi rujukan/dasar pertimbangan saudara dalam

memilih Presiden.

x10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 31 20.3 20.3 20.3

Ya 122 79.7 79.7 100.0

Total 153 100.0 100.0

Grafik:

Tanggapan responden terhadap pernyataan bahwa pemberitaan tentang

calon Presiden di media massa menjadi rujukan/dasar pertimbangan saudara

50 

 

Page 58: sampul penelitian KPU kab

dalam memilih Presiden, sebanyak 79,7% menyatakan ya dan 20,3% menyatakan

tidak. Hal ini membuktikan bahwa pemberitaan media massa tentang calon

Presiden banyak dijadikan rujukan oleh responden sebelum menentukan

pilihannya.

15. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Media apa yang mempengaruhi

saudara dalam memilih calon Presiden x11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 2 1.3 1.3 1.3

koran 17 11.1 11.1 12.4

TV 119 77.8 77.8 90.2

Lainnya 15 9.8 9.8 100.0

Total 153 100.0 100.0

Grafik:

51 

 

Page 59: sampul penelitian KPU kab

Hasil analisa terhadap pernyataan Media apa yang mempengaruhi

responden dalam memilih calon Presiden, sebanyak 77,8% meyatakan media TV,

dan sisanya 22,2% merupakan gabungan dari media yang ada seperti koran, radio

dan internet.

16. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda memilih presiden

karena calon presiden memiliki pendidikan Sarjana x12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 96 62.7 62.7 62.7

Ya 57 37.3 37.3 100.0

Total 153 100.0 100.0

Grafik:

52 

 

Page 60: sampul penelitian KPU kab

Pada analisa terhadap pernyataan apakah responden memilih presiden

karena calon presiden memiliki pendidikan Sarjana, sebanyak 62,7% responden

menyatakan tidak dan 37,3% menyatakan ya. Hal ini membuktikan bahwa

sebagian besar responden tidak mempersyaratkan calon Presiden memiliki atau

berpendidikan Sarjana.

17. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda memilih Presiden

karena wajah x13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 140 91.5 91.5 91.5

Ya 13 8.5 8.5 100.0

Total 153 100.0 100.0

Grafik:

53 

 

Page 61: sampul penelitian KPU kab

Hasil analisa terhadap pernyataan apakah responden memilih Presiden

karena wajah, sebanyak 91,5% responden menyatakan tidak. Hal ini

membuktikan bahwa penampilan fisik calon Presiden bukan menjadi

pertimbangan responden dalam memilih Presiden.

18. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda mengetahui tujuan

penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden x14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 38 24.8 24.8 24.8

Ya 115 75.2 75.2 100.0

Total 153 100.0 100.0

Grafik:

54 

 

Page 62: sampul penelitian KPU kab

Hasil analisa terhadap pernyataan apakah responden mengetahui tujuan

penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, sebanyak 75,2% responden

menyatakan mengetahui (ya). Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar

responden mengetahui tujuan penyelenggaraan Pilpres.

19. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda mengetahui

tahapan-tahapan dalam Pemilu 2014 Presiden dan Wakil Presiden 2014 lalu x14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 38 24.8 24.8 24.8

Ya 115 75.2 75.2 100.0

Total 153 100.0 100.0

Grafik:

55 

 

Page 63: sampul penelitian KPU kab

Hasil analisa tanggapan responden terhadap pernyataan apakah responden

mengetahui tahapan-tahapan dalam Pemilu 2014 Presiden dan Wakil Presiden

2014 lalu, sebanyak 75,2% responden menyatakan Ya, artinya bahwa sebagian

responden mengetahui tahapan-tahapan dalam Pilpres 2014 yang lalu.

20. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda mengetahui siapa

saja yang boleh ikut serta sebagai pemilih dalam Pemilu 2014 x16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 40 26.1 26.1 26.1

Ya 113 73.9 73.9 100.0

Total 153 100.0 100.0

Grafik:

56 

 

Page 64: sampul penelitian KPU kab

Hasil analisa tanggapan responden terhadap pernyataan apakah responden

mengetahui siapa saja yang boleh ikut serta sebagai pemilih dalam Pemilu 2014,

sebanyak 73,9% responden menyatakan mengetahui dan sebanyak 26,1%

menyatakan tidak mengetahui.

21. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda mengetahui syarat-

syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi pemilih dalam pemilu Presiden

2014 x17

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 51 33.3 33.3 33.3

Ya 102 66.7 66.7 100.0

Total 153 100.0 100.0

Grafik:

57 

 

Page 65: sampul penelitian KPU kab

Hasil analisa tanggapan responden terhadap pernyataan apakah responden

mengetahui syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi pemilih dalam

pemilu Presiden 2014, sebanyak 66,7% responden menyatakan mengetahui dan

33,3% responden menyatakan tidak. Hal ini membuktikan bahwa sosialisasi yang

dilakukan KPUD terhadap pemilih cukup berhasil.

22. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda mengetahui tata

cara menggunakan hak pilih dalam pemilu Presiden 2014

x18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 23 15.0 15.0 15.0

Ya 130 85.0 85.0 100.0

Total 153 100.0 100.0

Grafik:

58 

 

Page 66: sampul penelitian KPU kab

59 

 

Hasil analisa tanggapan responden terhadap pernyataan apakah responden

mengetahui tata cara menggunakan hak pilih dalam pemilu Presiden 2014,

sebanyak 85% responden menyatakan mengetahui tata cara menggunakan hak

pilih. Hal ini membuktikan hampir semua responden tidak mengalami kendala

tata cara menggunakan hak pilih.

23. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Darimana anda memperoleh

informasi mengenai Pemilu Presiden 2014

x19

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid media cetak (surat kabar,

majalah)

20 13.1 13.1 13.1

media elektronik

(tv,radio,internet)

103 67.3 67.3 80.4

media pendukung (poster,

brosur, spanduk, banner, baliho)

20 13.1 13.1 93.5

sosialisasi tatap muka tingkat RT

oleh KPU

3 2.0 2.0 95.4

sosialisasi tatap muka tingkat

desa oleh KPU

3 2.0 2.0 97.4

sosialisasi tata muka tingkat

Kecamatan oleh KPU

1 .7 .7 98.0

Saudara/kerabat 3 2.0 2.0 100.0

Total 153 100.0 100.0

Page 67: sampul penelitian KPU kab

Grafik:

Hasil analisa tanggapan responden terhadap pernyataan darimana

memperoleh informasi mengenai Pemilu Presiden 2014, sebanyak 67,3%

responden menyatakan memperoleh informasi tentang Pilpres 2014 dari media

elektronik (tv, radio dan internet), yang menyatakan memperoleh informasi dari

media cetak dan media pendukung (brosur, spanduk dll) masing-masing sebanyak

13,1% dan sisanya dari sosialisasi KPU melalui tatap muka ditingkat Desa dan

Kecamatan serta dari saudara/kerabat.

Dominannya media elektronik dalam memberikan informasi mengenai

Pemilu Presiden 2014 membuktikan bahwa akses dan perkembangan informasi

melalui media elektronik telah menyentuh lapisan bawah, apalagi pada saat

mendekati Pemilu hampir semua media elektronik khususnya TV menginformasi

hal-hal yang berkaitan dengan Pemilu.

60 

 

Page 68: sampul penelitian KPU kab

24. Tanggapan responden terhadap pernyataan: Apakah anda dalam pemilu

Presiden 2019 akan datang ke TPS untuk menggunakan hak milik

x20

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 4 2.6 2.6 2.6

Ya 149 97.4 97.4 100.0

Total 153 100.0 100.0

Grafik:

61 

 

Hasil analisis tanggapan responden terhadap pernyataan apakah responden

dalam pemilu Presiden 2019 akan datang ke TPS untuk menggunakan hak milik,

sebanyak 97,4% responden menyatakan akan datang, dan hanya 2,6% responden

saja yang menyatakan tidak akan datang. Hal ini membuktikan bahwa optimisme

terhadap proses pemilihan Presiden di tahun-tahun mendatang masih menjadi

harapan sebagian besar responden.

Page 69: sampul penelitian KPU kab

62 

 

25. Hubungan identitas responden dengan memilih Presiden berdasarkan program

yang ditawarkan Correlations

JK PT Pekerjaan Penghasilan x4

JK Pearson Correlation 1 .007 .226** -.250** .103

Sig. (2-tailed) .936 .005 .002 .204

N 153 153 153 153 153

PT Pearson Correlation .007 1 -.128 .152 .128

Sig. (2-tailed) .936 .116 .061 .115

N 153 153 153 153 153

Pekerjaan Pearson Correlation .226** -.128 1 -.178* -.062

Sig. (2-tailed) .005 .116 .027 .444

N 153 153 153 153 153

Penghasilan Pearson Correlation -.250** .152 -.178* 1 -.035

Sig. (2-tailed) .002 .061 .027 .665

N 153 153 153 153 153

x4 Pearson Correlation .103 .128 -.062 -.035 1

Sig. (2-tailed) .204 .115 .444 .665

N 153 153 153 153 153

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hasil analisa korelasi product moment yaitu identitas responden yang

terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir (PT), pekerjaan dan penghasilan

terhadap memilih presiden berdasarkan program (X4), terlihat bahwa semua tidak

ada hubungan yang signifikan. Hal ini membuktikan bahwa memilih presiden

berdasarkan program yang ditawarkan tidak dipengaruhi oleh keadaan

responden khususnya jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.

Page 70: sampul penelitian KPU kab

63 

 

26. Hubungan identitas responden dengan memilih Presiden karena kesamaan

suku/ agama Correlations

JK PT Pekerjaan Penghasilan x5

JK Pearson Correlation 1 .007 .226** -.250** .133

Sig. (2-tailed) .936 .005 .002 .101

N 153 153 153 153 153

PT Pearson Correlation .007 1 -.128 .152 -.133

Sig. (2-tailed) .936 .116 .061 .101

N 153 153 153 153 153

Pekerjaan Pearson Correlation .226** -.128 1 -.178* .051

Sig. (2-tailed) .005 .116 .027 .535

N 153 153 153 153 153

Penghasilan Pearson Correlation -.250** .152 -.178* 1 .038

Sig. (2-tailed) .002 .061 .027 .645

N 153 153 153 153 153

x5 Pearson Correlation .133 -.133 .051 .038 1

Sig. (2-tailed) .101 .101 .535 .645

N 153 153 153 153 153

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hasil analisa korelasi product moment yaitu identitas responden yang

terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir (PT), pekerjaan dan penghasilan

terhadap memilih Presiden karena kesamaan suku/ agama (X5), terlihat bahwa

semua tidak ada hubungan yang signifikan. Hal ini membuktikan bahwa

memilih presiden berdasarkan kesamaan suku/agama dan daerah asal tidak

menjadi bahan pertimbangan utama. Artinya kesamaan suku/agama dan

asal daerah tidak menjadi pertimbangan dalam memilih calon Presiden.

Page 71: sampul penelitian KPU kab

64 

 

27. Hubungan identitas responden dengan memilih Presiden karena kesamaan

partai politik

Correlations

JK PT Pekerjaan Penghasilan x6

JK Pearson Correlation 1 .007 .226** -.250** -.049

Sig. (2-tailed) .936 .005 .002 .544

N 153 153 153 153 153

PT Pearson Correlation .007 1 -.128 .152 -.132

Sig. (2-tailed) .936 .116 .061 .104

N 153 153 153 153 153

Pekerjaan Pearson Correlation .226** -.128 1 -.178* -.147

Sig. (2-tailed) .005 .116 .027 .070

N 153 153 153 153 153

Penghasilan Pearson Correlation -.250** .152 -.178* 1 -.030

Sig. (2-tailed) .002 .061 .027 .717

N 153 153 153 153 153

x6 Pearson Correlation -.049 -.132 -.147 -.030 1

Sig. (2-tailed) .544 .104 .070 .717

N 153 153 153 153 153

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hasil analisa korelasi product moment yaitu identitas responden yang

terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir (PT), pekerjaan dan penghasilan

terhadap kesamaan partai politik (X6), terlihat bahwa semua tidak ada hubungan

yang signifikan. Hal ini membuktikan bahwa memilih presiden berdasarkan

kesamaan partai politik bukan menjadi pertimbangan dalam menentukan

pilihan. Fenomena ini membuktikan bahwa calon Presiden yang partai

politik besarpun belum menjadi jaminan akan menjadi pilihan rakyat.

Page 72: sampul penelitian KPU kab

65 

 

28. Hubungan identitas responden dengan memilih Presiden karena diberi uang

Correlations

JK PT Pekerjaan Penghasilan x7

JK Pearson Correlation 1 .007 .226** -.250** -.069

Sig. (2-tailed) .936 .005 .002 .397

N 153 153 153 153 153

PT Pearson Correlation .007 1 -.128 .152 -.015

Sig. (2-tailed) .936 .116 .061 .855

N 153 153 153 153 153

Pekerjaan Pearson Correlation .226** -.128 1 -.178* -.053

Sig. (2-tailed) .005 .116 .027 .516

N 153 153 153 153 153

Penghasilan Pearson Correlation -.250** .152 -.178* 1 -.012

Sig. (2-tailed) .002 .061 .027 .881

N 153 153 153 153 153

x7 Pearson Correlation -.069 -.015 -.053 -.012 1

Sig. (2-tailed) .397 .855 .516 .881

N 153 153 153 153 153

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hasil analisa korelasi product moment yaitu identitas responden yang

terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir (PT), pekerjaan dan penghasilan

terhadap memilih Presiden karena diberi uang (X7), terlihat bahwa semua tidak

ada hubungan yang signifikan. Hal ini membuktikan bahwa dalam memilih

presiden, responden tidak dipengaruhi oleh pemberian uang yang dilakukan oleh

calon presiden maupun kader-kader dibawah. Artinya, pemberian uang (money

politic) yang dilakukan oleh calon Presiden tidak akan mengubah pilihan

responden.

Page 73: sampul penelitian KPU kab

66 

 

29. Hubungan identitas responden dengan melihat rekam jejak calon Presiden Correlations

JK PT Pekerjaan Penghasilan x8

JK Pearson Correlation 1 .007 .226** -.250** .082

Sig. (2-tailed) .936 .005 .002 .311

N 153 153 153 153 153

PT Pearson Correlation .007 1 -.128 .152 .054

Sig. (2-tailed) .936 .116 .061 .506

N 153 153 153 153 153

Pekerjaan Pearson Correlation .226** -.128 1 -.178* .027

Sig. (2-tailed) .005 .116 .027 .740

N 153 153 153 153 153

Penghasilan Pearson Correlation -.250** .152 -.178* 1 .102

Sig. (2-tailed) .002 .061 .027 .210

N 153 153 153 153 153

x8 Pearson Correlation .082 .054 .027 .102 1

Sig. (2-tailed) .311 .506 .740 .210

N 153 153 153 153 153

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hasil analisa korelasi product moment yaitu identitas responden yang

terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir (PT), pekerjaan dan penghasilan

terhadap rekam jejak calon Presiden (X9), terlihat bahwa semua tidak ada

hubungan yang signifikan. Hal ini membuktikan identitas responden tidak

berhubungan dengan memilih calon Presiden berdasarkan rekam jejak calon

Presiden. Artinya bahwa pilihan responden terhadap calon Presiden dengan

melihat rekam jejak tidak dibatasi oleh latar belakang/identitas responden baik itu

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.

Page 74: sampul penelitian KPU kab

67 

 

30. Hubungan identitas responden dengan media masa yang membantu melihat

rekam jejak calon Presiden

Correlations

JK PT Pekerjaan Penghasilan x9

JK Pearson Correlation 1 .007 .226** -.250** .109

Sig. (2-tailed) .936 .005 .002 .178

N 153 153 153 153 153

PT Pearson Correlation .007 1 -.128 .152 .011

Sig. (2-tailed) .936 .116 .061 .888

N 153 153 153 153 153

Pekerjaan Pearson Correlation .226** -.128 1 -.178* -.047

Sig. (2-tailed) .005 .116 .027 .561

N 153 153 153 153 153

Penghasilan Pearson Correlation -.250** .152 -.178* 1 -.052

Sig. (2-tailed) .002 .061 .027 .527

N 153 153 153 153 153

x9 Pearson Correlation .109 .011 -.047 -.052 1

Sig. (2-tailed) .178 .888 .561 .527

N 153 153 153 153 153

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hasil analisa korelasi product moment yaitu identitas responden yang

terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir (PT), pekerjaan dan penghasilan

terhadap media yang membantu mengetahui rekam jejak (X10), terlihat bahwa

semua tidak ada hubungan yang signifikan. Hal ini membuktikan bahwa dalam

melihat rekam jejak calon Presiden, media massa yang membantu mereka semua

sama dan tidak dipengaruhi oleh latar belakang responden baik itu jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.

Page 75: sampul penelitian KPU kab

68 

 

5.2. Analisis Kuantitatif

Bagian ini merupakan hasil analisis dari data statistik Distribusi Frekuensi

Variabel Penelitian. Dari 29 poin dirangkum ke dalam 10 poin sebagai berikut.

1. Karakteristik Responden

Penelitian ini diikuti oleh sebagian besar responden berpendidikan

SMA atau sederajat dan berjenis kelamin laki-laki dengan profesi

sebagai wiraswastawan serta berpenghasilan di bawah Rp 1 juta.

2. Program Calon Presiden dan wakil Presiden Pilihan

Responden sudah mengikuti Pilpres lebih dari 4 kali dan datang ke

lokasi TPS dengan kesadaran sendiri dan memilih capres berdasarkan

program yang disampaikan dalam kampanye, bukan karena

pertimbangan suku/agama atau daerah (asal).

3. Pilih Figur Calon Presiden dan wakil Presiden

Responden memilih capres lebih kepada sosok atau figur, bukan

karena koalisi partai pengusung capres.Selain itu, responden memilih

capres bukan karena suap atau pemberian uang.

4. Jejak Rekam Capres

Responden memilih capres berdasarkan rekam jejak capres pilihan

dan media massa memberikan informasi yang sangat membantu serta

dijadikan rujukan dalam menentukan pilihan. Media elektronik

(televisi) sangat mempengaruhi responden dalam menentukan capres

pilihan.

5. Figur Capres: Pendidikan dan Wajah

Pendidikan capres yang menjadi pilihan responden tidak harus

setingkat Sarjana.Wajah capres juga bukan menjadi pertimbangan

responden dalam memilih capres.

6. Tujuan dan Tahapan Pilpres

Responden mengetahui tujuan dan tahapan dilaksanakannya Pilpres.

7. Syarat Pemilih Pilpres

Page 76: sampul penelitian KPU kab

69 

 

Responden mengetahui siapa saja yang dibolehkan menjadi pemilih

dalam Pilpres dan syarat-syarat untuk menjadi pemilih serta tata cara

menggunakan hak pilih.

8. Sumber Informasi Pemilu/Pilpres

Responden mengetahui informasi perihal Pemilu/Pilpres dari media

elektronik, (TV, Radio), media cetak (koran, majalah)

9. Akan Memilih Lagi

Responden menyatakan akan mengikuti Pilpres untuk 2019

mendatang.

10. Hubungan Identitas Responden dalam memilih capres berdasarkan

program dan kesamaan suku/agama atau daerah asal serta kesamaan

partai politik.

Proses politik dalam menetapkan pilihan capres yang dilakukan responden

tidak berkaitan dengan karakteristik personal responden, seperti jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Pilihan responden juga tidak berdasarkan

pada kesamaan suku/agama atau daerah asal serta koalisi partai politik pengusung

capres.

5.3. Hasil In depth Interview

Wawancara mendalam di lakukan peneliti dengan memilih lima responden

yang bervariasi yang dianngap mewakili pemilih Presiden di Kabupaten Kediri

dalam pemilu Presiden dan wakil Presiden pada tahuan 2014 lalu. Yakni petani

intelektual, pedagang, bankir, profesional dalam hal ini pengacara.

I.Dosen, Petani (33)

Pilpres 3 kali, datang 1 kali

1. Kedatangan di TPS

Pemilihan presiden sebagai pintu masuk menuju perubahan menjadi

lebih baik. Narasumber menganggap Pilpres 2014 sebagai momentum

penting untuk terjadinya perubahan. Karenanya, ia datang ke lokasi

Page 77: sampul penelitian KPU kab

70 

 

TPS dan mencoblos pilihannya, sementara dua kali Pilpres

sebelumnya ia tidak ikut memilih (mencoblos).

2. Program Capres Pilihan

Responden memilih capres/cawapres berdasarkan program. Visi,

misi,dan program capres yang sesuai dengan keinginan narasumber,

yaitu pertanian, mencakup program pengelolaan pertanan dari hulu

hingga hilir. Dari benih hingga ke pemasaran.Ia menilai capres

mengetahui atau ada kompetensi pada persoalan pertanian. Dan,

setelah pasangan capres/cawapres terpilih, program itu berjalan cukup

baik dalam kurun satu tahun sejak Pilpres 2014.

3. Politik Uang

Politik uang bisa berjalan hanya kepada pemilih miskin.Mereka

menganggap pemberian uang dalam Pilpres 2014 sebagai pengganti

jam/hari kerja.

4. Capres dan Afiliasi Politik Partai

Warga sudah memahami bahwa partai tidak mewakili aspirasi warga

negara/anggotanya.Dalam konteks politik, warga menilai wajar bagi

politisi/partai bermain di dua kaki.

5. Rekam Jejak Capres

Responden mengetahui rekam jejak kedua calon presiden serta motif

kedua pasangan capres itu.yaitu pengembangan bisnis.

6. Informasi Rekam Jejak Capres

Sumber informasi rekam jejak capres dari sahabat, internet, dan

televisi

7. Tujuan Pilpres

Responden memahami Pilpres sebagai bagian dari pembangunan

demokrasi dan sarana mewadahi aspirasi dan eksistensi negara.

8. Tahapan Pemilu/Pilpres

Responden memahami tahapan Pilpres/pemilu dimulai dari

pembentukan panitia, aturan main pemilu/pilpres, kriteria pemimpin,

proses pencalonan, ketentuan/menentukan yang boleh dipilih, dll.

Page 78: sampul penelitian KPU kab

71 

 

9. Syarat Pemilih Presiden

Responden memahami syarat pemilih presiden, antara lain setiap

WNI di dalam dan di luar negeri, berusia 17 tahun ke atas, berakal

sehat (tidak sakit ingatan).

10. Syarat Calon Presiden

Responden memahami syarat capres meliputi, WNI, didukung partai

dengan kuota tertentu atau melalui jalur independen (nonpartai) dan

mendapat dukung calon dengan ketentuan yang diatur, serta kesiapan

fisik dan mental menjadi presiden.

11. TataCara Pemilihan Presiden

Responden memahami proses pemilihan presiden, meliputi pemilihan

langsung, coblos atau centeng salah satu calon.

12. Asal Informasi soal Calon Dipilih

Responden mengetahui informasi mengenai capres antara lain dari

teman, media televisi, internet, dan koran.

13. Akan Memilih Lagi

Responden baru satu kali mengikuti pemilihan Presiden dan akan

datang ke TPS untuk Pilpres 2019. Sebelumnya tidak

memilih.Capres/cawapres pilihan narasumber sesuai dengan

harapannya dan banyak terealisasi.

II.Ketua Pedagang Pasar (Ketua Asosiasi Pedagang Pasar) umur 45 tahun

Ikut Pilpres 2 kali, selalu datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).

1. Kedatangan di TPS

Responden sudah dua kali menjadi pemilih dalam Pilpres.

Narasumber menilai Pilpres sangat penting karena ia akan memilih

pemimpin yang ideal dan yang mampu membuat pelayanan

pemerintahan menjadi lebih baik.

2. Calon Presiden dari Suku dan Agama Sama

Responden menganggap presiden harus satu suku dan agama yang

sama dengan pemilihnya. Tujuannya supaya lebih mudah

Page 79: sampul penelitian KPU kab

72 

 

berkomunikasi serta memiliki kesamaan pengetahuan agama dan

keyakinan.

3. Politik Uang

Responden menganggap politik uang hanya menipu.Yang tertipu

mereka yang memilih karena sudah menerima uang.

4. Capres dan Afiliasi Politik Partai

Dalam Pilpres yang dipilih adalah figur atau sosok capres, bukan

afiliasi poliik partai pengusung capres.Responden menganggap partai

belum tentu mewakili aspirasi warga negara/anggotanya.

5. Rekam Jejak Capres

Responden menganggap rekam jejak capres dapat memberikan

gambaran tentang sosok capres.Rekam jejak capres dibutuhkan

masyarakat yang menjadi pemilih.

6. Informasi Rekam Jejak Capres

Responden mengetahui informasi rekam jejak capres, antara lain dari

media televisi, koran, dan internet.

7. Tujuan Pilpres

Responden mengetahui tujuan Pilpers 2014 sebagai proses memilih

pemimpin yang ideal.

8. Tahapan Pemilu/Pilpres

Responden memahami tahapan Pilpres, antara lain dimulai dari

pencalonan, kampanye, pemilihan, dan pelantikan.

9. Syarat Pemilih Presiden

Responden memahami syarat menjadi pemilih dalam Pilpres, meliputi

berusia 17 tahun ke atas, memiliki KTP, waras (tidak sakit ingatan),

WNI.

10. Syarat Calon Presiden

Responden memahami syarat menjadi capres, meliputi WNI,

berwibawa, pintar dan beriman, usia cukup.

11. Tata Cara Pemilihan Presiden

Responden memilih presiden dengan cara mencoblos dan mencentang

Page 80: sampul penelitian KPU kab

73 

 

12. Asal Informasi soal Calon dipilih

Responden mendapatkan informasi dari televisi, internet, dan koran.

13. Akan Memilih Lagi

Responden menyatakan akan datang ke TPS lagi untuk Pilpres 2019.

Narasumber tidak ingin negara dipimpin oleh orang yang salah.

III.Bankir, Laki-laki, 45, Panitia KPPS atau pengurus KPPS

1. Kedatangan di TPS

Responden menilai dengan menggunakan hak pilih sama dengan

menjalankan kewajiban sebagai warga negara yang baik.

2. Memilih Presiden Tidak Berdasarkan Program

Responden menganggap program bersifat umum dan formalitas serta

semua calon memiliki program, melainkan dari

profesionalisme.Narasumber menilai capres terbuka bagi siapa saja

WNI, dari suku dan agama mana saja.

3. Politik Uang

Responden menolak politik uang.Setiap warganeagar memiliki harga

diri yang tidak dapat dibeli dengan uang.

4. Capres dan Afiliasi Politik Partai

Responden menganggap para pemilih capres tidak mengacu pada

partai politik pengusung calon.Responden sudah tidak mempercayai

partai.

5. Rekam Jejak Capres

Responden menilai rekam jejak capres bisa menjadi acuan informasi

tentang capres.

6. Informasi Rekam Jejak Capres

Responden mengetahui informasi rekam jejak capres dari televisi dan

internet.

7. Tujuan Pilpres

Page 81: sampul penelitian KPU kab

74 

 

Responden menyatakan tujuan Pilpres adalah untuk mencapai

perubahan sistem demokrasi menjadi lebih baik dan menjawab

harapan masyarakat

8. Tahapan Pemilu/Pilpres

Responden memahami tahapan Pilpres meliputi sosialisasi, penentuan

DCS, penetapan DPT, pencalonan, kampanye.Dan pembentukan

panitia.

9. Syarat Pemilih Presiden

Responden mengetahui syarat pemilih capres, antara lain memiliki

KTP atau sudah berumur 17 tahun ke atas, WNI di dalam negeri dan

luar negeri, dan datang sendiri.

10. Syarat Calon Presiden

Responden memahami syarat capres, antara lain memiliki KTP, WNI,

tidak tercela, dicalonkan partai, dan calon dari independen.

11. Tata Cara Pemilihan Presiden

Responden mengetahui tata cara pemilihan dengan dicoblos dan

dicentang.

12. Asal Informasi soal Calon Dipilih

Responden mengetahui informasi mengenai calon presiden yang

dipilih dari media televisi, internet, dan koran.

13. Akan Memilih Lagi

Responden menyatakan akan memilih lagi. Narasumber akan

menggunakan hak memilih untuk setiap kesempatan pemilihan kades,

bupati , legislatif bahkan ketua RT.

IV.Pengacara, 54 Tahun.

1. Kedatangan di TPS

Responden memahami menjdi pemilih dalam Pilpres 2014 untuk

melaksanakan hak pilih selaku warga negara.

2. Memilih Presiden Berdasarkan Program

Page 82: sampul penelitian KPU kab

75 

 

Responden memilih calon presiden berdasarkan rogram kerja,

khususnya terkait dengan upaya meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Motif responden bergabung dengan partai juga untuk

memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Sedangkan faktor agama atau

suku masih dijadikan bahan pertimbangan karena kedekatan,

kebiasaan, dan pengetahuan warga.

3. Politik Uang

Responden menolak politik uang.Responden menganggap uang tidak

sepenuhnya dapat mempengaruhi pemilih.

4. Capres dan Afiliasi Politik Partai

Responden menilai capres yang dipilih bukan karena pertimbangan

partai pengusung merupakan bagian dari kegagalan partai dalam

mendidik politik masyarakat.Partai belum serius melakukan

pendidikan politik.

5. Rekam Jejak Capres

Responden menganggap rekam jejak capres dibutuhkan masyrakat

untuk mengetahui latar belakang capres.

6. Informasi Rekam Jejak Capres

Responden mendapatkan informasi rekam jejak capres dari koran,

televisi, dan majalah. Narasumber menilai media tersebut tidak

objektif dala mpemberitaan.

7. Tujuan Pilpres

Responden memahami tujuan Pilpres adalah memiih pemimpin yang

akan mengelola negara.

8. Tahapan Pemilu/Pilpres

Responden memahami tahapan Pilpres meliputi pencalonan panitia

secara selektif, seleksi calon presiden, pemilihan, dan pelantikan.

9. Syarat Pemilih Presiden

Responden mengetahui syarat pemilih presiden antara lain

mempunyai hak pilih/kartu pemilih, berumur 17 tahun ke atas,

memiliki KTP, WNI, dan sehat.

Page 83: sampul penelitian KPU kab

76 

 

10. Syarat Calon Presiden

Responden memahami syarat capres, antara lain WNI, cakap dan bisa

meningkatkan kesejahteraan rakyat, berwibawa, pintar dan beriman,

usianya cukup

11. Tata Cara Pemilihan Presiden

Responden memahami tata cara pemilihan presiden dengan dicoblos

dan dicentang

12. Akan Memilih Lagi

Responden menyatakan akan memilih lagi untuk mendapatkan

pemimpin yang bisa mengurangi kemiskinan dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

5.4. Analisis Kualitatif

Bab ini merupakan simpulan dari materi indephtinterview atau wawancara

terbuka dengan empat responden.Keempat responden memiliki latar belakang

profesi atau pekerjaan beragam, yaitu dosen merangkap petani berusia 33 tahun,

pedagang dan pimpinan asosiasipedagang pasar (45 tahun), bankir yang menjadi

panitia KPPS, dan pengacara (54 tahun).

Materi simpulan ini disusun berdasarkan kecenderungan kesamaan

aspirasi atau pendapat dari mayoritas responden yang diwawancara. Bagian ini

juga merupakan analisis dari pendekatan kualitatif.

1. Pemilihan Umum/Presiden

Pemilihan Presiden (Pilpres) yang dilaksanakan secara langsung merupakan

bagian dari pembangunan politik yang demokratis.Warga negara Indonesia

seharusnya menggunakan hak pilih karena Pilpres menjadi momentum untuk

perubahan menjadi lebih baik.

2. Program Capres Pilihan

Masyarakat cenderung memilih capres berdasarkan program yang

disampaikan pasangan capres/cawapres pada saat kampanye.Dari pilihan

program, masyarakat berharap terjadi perbaikan dan kesejahteraan bagi

masyarakat.

Page 84: sampul penelitian KPU kab

77 

 

3. Politik Uang

Masyarakat cenderung menolak pemberian uang untuk motif kepentingan

politik bagi capres/cawapres tertentu.Pemberian uang dianggap tidak

menghargai harga diri warga Negara dan tidak dapat mempengaruhi suara

mereka.

4. Capres dan Afiliasi Politik Partai

Masyarakat cenderung memilih Capres pilihan bukan karena partai politik

dan koalisinya yang mengajukan pasangan capres/cawapres, melainkan

karena figur atau sosok capres yang bersangkutan.

5. Rekam Jejak Capres

Masyarakat memerlukan informasi yang objektif tentang rekam jejak capres.

6. Informasi Rekam Jejak Capres

Masyarakat memerlukan media massa yang menginformasikan perihal rekam

jejak capres secara objektif.

7. Tujuan Pilpres

Masyarakat memahami tujuan Pilpres untuk memilih pemimpin yang

diharapkan dapat mengelola pemerintahan menjadi lebih baik dan membawa

perubahan bagi kehidupan bernegara dan bermasyarakat menjadi lebih baik.

8. Tahapan Pemilu/Pilpres

Masyarakat memahami tahapan Pilpres.

9. Syarat Pemilih Presiden

Masyarakat memahami syarat untuk menjadi pemilih atau peserta Pilpres.

10. Syarat Capres (Calon Presiden)

Masyarakat memahami syarat menjadi capres.

11. Tata Cara Pemilihan Presiden

Masyarakat memahami tata cara pemilihan presiden.

12. Asal Informasi Soal Calon Dipilih

Masyarakat mengetahui informasi mengenai capres dari media massa.

13. Akan Memilih Lagi

Masyarakat menyadari untuk menggunakan hak pilih dalam Pilpres dan akan

memilih lagi jika diselenggarakan Pilpres.  

Page 85: sampul penelitian KPU kab

78 

 

BAB VI

PENUTUP

1.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data melalui metode kuantitatif dan kualitatif,

diperoleh kecenderungan adanya kesamaan atas perilaku pemilih pada Pemilu

Presiden/Wakil 2014 di Kabupaten Kediri.

1.1.1. Faktor yang menjadikan dasar bagi masyarakat yang sudah

mempunyai hak pilih dalam Pemilu Presiden dan wakil Presiden

2014 di Kabupaten Kediri adalah kesadaran rasional yang tinggi

untuk berpartisipasi aktif menjadi pemilih dalam Pemilu Presiden

dan wakil Presiden .

1.1.2. Tidak ada keterkaitan antara tingkat pendidikan dan tingkat

ekonomi pemilih dengan perilaku pemilih dalam Pemilu Presiden

2014 di Kabupaten Kediri.

1.1.3. Media informasi berpengaruh terhadap keputusan pemilih dalam

Pemilu Presiden dan wakil Presiden di Kabupten Kediri tahun

2014. Media massa berperan dalam meningkatkan pengetahuan

dan menumbuhkan kesadaran politik pada masyarakat di segala

lapisan, terutama masyarakat yang terpinggir dalam kelompok

menengah kebawah.

1.1.4. Tidak ada pengaruh faktor kedekatan calon Presiden dan wakil

Presiden dengan perilaku pemilih di Kabupaten Kediri dalam

Pilpres 2014. Para pemilih di Kabupaten Kediri sudah mendapat

pengetahuan politik. Mereka memilih presiden berdasarkan pada

program yang ditawarkan capres, bukan mengutamakan

penampilan fisik/wajah capres ataupun berdasarkan suku/agama

dan daerah asal.

Page 86: sampul penelitian KPU kab

79 

 

1.2. Saran

Saran yang dapat disampaikan dalam kaitannya dengan proses dan hasil

penelitian ini dapat mencakup faktor internal penelitian dan eksternal pelaksanaan

Pemilu Presiden/Wakil Presiden di Kabupaten Kediri.

1.2.1. Pada penelitin mendatang perlu dana yang lebih besar dan

responden yang lebih banyak. Dengan metode tetap kualitatif dan

kuantitatif

1.2.2. Pada persoalan eksternal penelitian, khususnya dalam hal

penyelenggaraan Pemilu Presiden/Wakil Presiden, maka dapat

diajukan saran kepada penyelenggara Pemilu Presiden/Wakil

Presiden, yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Kediri

khususnya, dan KPU Provinsi Jawa Timur serta KPU Pusat

umumnya, agar lebih optimal dan intensif dalam menyosialisasikan

Pemilu Presiden/Wakil Presiden, terutama di tingkat Provinsi

maupun Kabupaten.

1.2.3. Media massa cetak, elektornik, ataupun portal berita online serta

jejaring sosial media supaya lebih dioptimalkan dalam

menginformasikan segala hal terkait pelaksanaan dan persyaratan

Pemilu Presiden/Wakil Presiden serta didalam melaporkan rekam

jejak masing-masing calon Presiden/wakil Presiden dan dapat

diakses serta dijangkau masyarakat dari segala lapisan dan daerah

tempat tinggal.

1.2.4. Peran dan fungsi lembaga pengawas Pemilu lebih ditingkatkan lagi

agar lebih optimal dalam menjalankan fungsi kontrol dan

pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya pelanggaran, seperti

black campaign, politik uang, ataupun pemberitaan oleh media

yang tidak objektif.  

Page 87: sampul penelitian KPU kab

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Buku Afan Gaffar. 1992.JavaneseVoters: A Case Study of Election Under A Hegemonic

Party Sistem. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Arifin, Zainal, dkk. 2008. Pengaruh Media terhadap Masyarakat di Kabupaten Kediri. Kediri: Mip Publishing

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-DasarIlmuPolitik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Djarwanto, 1994, Pokok-PokokMetodeRisetdanBimbinganTeknisPenulisanSkripsi. Yogyakarta: Liberty.

Ida Bagus Matra.2004. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Julia Brannen, Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, 1997. Pustaka

Pelajar, Yogyakarta

Effendi, Onong Uchjana. 1986. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Karya.

Mujani, Saiful, R. William Liddle, dan Kuskridho Ambardi. 2012. Kuasa Rakyat, Jakarta: Mizan Publika.

Roth, Dieter. 2008. Studi Pemilu Empiris: Sumber, Teori-Teori, Instrumendan Metode. Jakarta: Friedrish-Naumann-Stiftung fur die Freiheit.

Sastroatmodjo, S 1995, Perilaku Politik. Semarang: IKIP Press.

Tebba, Sudirman. 2004. Jurnalistik Baru: Jakarta Kalam Indonesia.

UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers.

UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.

Research Center for Politics and Government (PolGov) Jurusan Politik dan Pemerintahan, FISIPOL UGM bekerjasama dengan The Asia Foundation (TAF).“Perilaku Pemilih dan Political Linkage di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Magelang” Utilisasi Political Tracking sebagai Instrumen Pendidikan Pemilih dan Penguatan Engagement antara Politisi dan Konstituen.

Page 88: sampul penelitian KPU kab

 

 

Internet/Artikel Majalah/Surat Kabar Umar S Bakry, “Perilaku Pemilih dalam Pemilu 2014” di muat di Media Indonesia, 4

Februari 2014.

Sekilas pemilu dari masa ke masa, http://www.pusakaindonesia.org/sekilas-pemilu-dari-masa-ke-masa/

Pemilihan Umum, https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum

Pemilihan presiden dari masa ke masa, http://www.kompasiana.com/bemfeui2014/ pemilihan-presiden-dari-masa-ke-masa_54f7189ea33311190b8b491f  

Pengalihan kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Letnan Jenderal Soeharto, http: //www.sejarah-negara.com/2013/04/pengalihan-kekuasaan-dari-presiden.html,

https://data.kpu.go.id/ss8.php

http://kedirikab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=93&Itemid=180