sampul - kkn.unnes.ac.id

30
Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’ i KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019 sampul TIM KKN ALTERNATIF 2B UNNES DESA MLUWEH

Transcript of sampul - kkn.unnes.ac.id

Page 1: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

i

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

sampul

TIM KKN ALTERNATIF 2B UNNES DESA MLUWEH

Page 2: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

ii

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan /atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta), atau pidana penjara paling lama 7 (Tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun, atau dikenakan denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan diperuntukkan kepentingan komersial Program Komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Dilarang keras mengutip, memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini serta memperjualbelikannya tanpa seizin penerbit dan penulis.

Page 3: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

iii

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

Page 4: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

iv

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

Katalog Dalam Terbitan (KDT) Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Modul Pembuatan Kompos “COMPOSTING”

ISBN: 978-623-7590-16-3 Cetakan: I, November 2019

Tebal: 21 x 14 cm, vi + 23 Halaman Hak cipta dilindungi undang-undang

All rights reserved Modul Pembuatan Kompos

“COMPOSTING” Penulis:

Tim KKN Alternatif 2b Desa Mluwah Tahun 2019 Penyunting:

Hamidulloh Ibda, M.Pd. Pengisi Materi:

Eva Lia Yulianti & Aprilistra Restu T. Layouter:

Nurul Aisyara Diterbitkan: CV. Pilar Nusantara

Jl. Soekarno Hatta No. 131 Pedurungan, Kota Semarang, Jawa Tengah. Telepon: (024) 76423442 / 08562674799

Email : [email protected]

Page 5: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

v

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

PRAKATA PENYUSUN

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan hidayahNya kepada kami,

sehingga kami dapat menyelesaikan modul Composting ini. Modul ini disusun sebagai salah satu luaran KKN dan

diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca. Semua kegiatan KKN Alternatif 2B termasuk penyusunan modul ini tidak

akan berjalan dengan baik tanpa adanya bantuan dari segenap pihak. Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. M. Burhan Wijaya,M.Pd, selaku Kepala Pusbang KKN UNNES

2. Nurul Fibrianti, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Lapangan.

3. Asariyono selaku Kepala Desa Mluweh yang telah memberikan dukungan secara moral dan fasilitas selama kami

melakukan KKN di Desa Mluweh.

4. Perangkat Desa serta tokoh Desa Mluweh yang telah memberikan ilmu, nasihat, dukungan materiil dan moril.

5. Ibu Tri yang telah mengizinkan kami untuk menempati rumahnya, yang dijadikan sebagai posko KKN Alternatif

2B Desa Mluweh.

6. Masyarakat Desa Mluweh yang telah mendukung seluruh kegiatan kami.

7. Seluruh pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, kami mengucapkan terima kasih.

Kami menyadari modul ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik, saran, dan

masukan yang membangun dan tidak menjatuhkan demi karya kami yang lebih baik pada kesempatan selanjutnya.

Kabupaten Semarang, November 2019

Tim KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

Page 6: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

vi

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

Daftar Isi Sampul ............................................................................................................................................................................................................... i

Prakata Penyusun ............................................................................................................................................................................................ v

Daftar Isi .......................................................................................................................................................................................................... vi

UNIT 1 .............................................................................................................................................................................................................. 1

A. COMPOSTING ..................................................................................................................................................................................... 2

1. Pengertian ......................................................................................................................................................................................... 2

2. Jenis-Jenis Sampah ............................................................................................................................................................................ 2

3. Teknologi Pengomposan .................................................................................................................................................................... 3

4. Prinsip Proses Pengomposan .............................................................................................................................................................. 4

B. PUPUK KOMPOS ............................................................................................................................................................................... 5

C. KEGUNAAN PUPUK KOMPOS ........................................................................................................................................................ 7

UNIT 2 ............................................................................................................................................................................................................ 10

A. TUJUAN ............................................................................................................................................................................................ 10

B. MANFAAT ........................................................................................................................................................................................ 10

UNIT 3 ............................................................................................................................................................................................................ 12

A. ALAT DAN BAHAN ......................................................................................................................................................................... 12

B. LANGKAH KERJA .......................................................................................................................................................................... 15

C. FAKTOR YANG MEMENGARUHI PROSES PENGOMPOSAN ................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................................................................... 21

Page 7: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

1

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

UNIT 1

COMPOSTING

Sampah menjadi permasalahan utama di Indonesia, dimana sampah belum dikelola secara maksimal oleh

masyarakat, belum lagi pertumbuhan penduduk yang semakin pesat dan jumlahnya tidak terkontrol sehingga

mengakibatkan bertambahnya timbunan sampah. Berdasarkan arus pergerakan sampah sejak dari sumber sampai menuju

pembuangan akhir menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan, sampah yang paling banyak dibuang

oleh masyarakat adalah sampah organik, sampah organik ini memiliki kandungan air yang tinggi sehingga cepat

mengalami pembusukan. Ketika membusuk sampah organik dapat penyebabkan pencemaran lingkungan dan menjadi

sumber penyakit. Sampah organik merupakan sampah padat yang mudah membusuk dan menimbulkan bau yang sangat

menyengat. Keberadaan sampah ini sangat mengganggu kebersihan dan kesehatan lingkungan. Adanya penumpukan

sampah tidak terlepas dari pola kecenderungan konsumsi masyarakat itu sendiri. Selama ini sampah hanya dipindahkan

dari sumbernya menuju ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Upaya penanggulangan yang dapat dilakukan

adalah melibatkan peran serta masyarakat dan meningkatkan upaya pendaur ulangan sampah salah satunya adalah

kegiatan composting.

Gambar 1. pembuatan kompos daun kering

Page 8: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

2

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

A. COMPOSTING

1. Pengertian

Pengomposan (composting) adalah suatu cara pengolahan sampah organik dengan memanfaatkan

aktifitas mikroorganisme untuk mengubah sampah menjadi pupuk kompos. Menurut (Sahwan, 2012)

Pengomposan merupakan suatu proses dekomposisi (penguraian) berbagai materi organik yang kompleks seperti

sampah, dedaunan, rumput, sisa makanan, kotoran ternak, dan serbuk gergaji. Proses penguraian menjadi bentuk

yang lebih sederhana dilakukan secara biologis oleh konsorsium mikroorganisme seperti bakteri, fungi, dan

aktinomicetes. Prosesnya sendiri berlangsung dalam kondisi aerobik dan termofilik yang terkendali, sehingga

dihasilkan materi yang sederhana dan relatif stabil yang disebut kompos. Dengan proses pengomposan tingkat

kematangan dan kandungan unsur hara dapat dikontrol, lebih mudah dan cepat diserap tanaman, serta tidak

menimbulkan efek negatif terhadap pertumbuhan tanaman itu sendiri. Dengan demikian, harapan untuk

meningkatkan kualitas dan produktivitas tanah dan tanaman, akan menjadi lebih mudah tercapai apabila produksi

POG dibuat dari bahan organik yang telah diproses menjadi kompos terlebih dahulu.

Composting memiliki peran penting dalam upaya pendauran ulang sampah, karena kemampuannya

mengubah sampah organik menjadi pupuk organik kompos. Di alam terbuka, proses pengomposan bisa terjadi

dengan sendirinya, lewat proses alami yaitu rumput, dedaunan, dan kotoran hewan serta sampah lainnya lama-

kelamaan membusuk karena adanya kerja sama antara mikroorganisme dengan cuaca. Proses tersebut bisa

dipercepat oleh perlakuan manusia yaitu dengan menambahkan mikroorganisme pengurai sehingga dalam waktu

singkat akan di peroleh kompos yang berkualitas baik.

2. Jenis-Jenis Sampah

Jenis-jenis sampah jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam, ada yang berupa sampah

rumah tangga, sampah industri, sampah pasar, sampah rumah sakit, sampah pertanian, sampah perkebunan,

Page 9: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

3

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

sampah peternakan, sampah institusi/kantor/sekolah, dan sebagainya. Menurut (Setyaningsih, dkk, 2017)

berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut :

a. Sampah organik

Sampah organik, adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat diuraikan oleh

mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami.

Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah

dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun

dan ranting. Selain itu, pasar tradisional juga banyak menyumbangkan sampah organik seperti sampah

sayuran, buah-buahan dan lain-lain. Sampah organik inilah yang nantinya dapat dimanfaatkan dalam

pembuatan pupuk kompos organik.

b. Sampah anorganik

Sampah Anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati, baik berupa produk

sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi :

sampah logam dan produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik,

sampah detergen. Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh alam/ mikroorganisme secara keseluruhan

(unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis

ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng, (Gelbert dkk, 1996).

3. Teknologi Pengomposan

Teknologi pengomposan sampah semakin hari menjadi sangat beragam, baik secara aerobik maupun

anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan yang sudah banyak beredar antara

lain: PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic

Decomposer dan SUPERFARM (Effective Microorganism)atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos

(vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri. Pengomposan secara aerobik paling

banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang

Page 10: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

4

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan

udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara

dalam mendegradasi bahan organik. (Dewi & Treesnowati, 2012)

Teknologi komposting skala kawasan yang paling sesuai untuk kondisi Indonesia, berdasarkan kondisi

iklim, ekonomi dan sosial budaya adalah sistem dengan tumpukan terbuka (open windrow) atau modifikasinya.

Hal tersebut telah diuji dengan analisis multikriteria pengambilan keputusan dalam seleksi teknologi composting.

Parameter utama yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses composting yang baik adalah rasio C/N,

kadar air, konsentrasi oksigen, ukuran partikel, suhu, pH dan ketersediaan konsorsium mikroorganisme.

Perbandingan karbon dan nitrogen (rasio C/N) ideal untuk suatu proses composting adalah antara 20 sampai 40

atau optimalnya 30 karbon berbanding dengan 1 (satu) nitrogen. (Sahwan, 2012)

Teknologi open windrow merupakan sistem atau cara pembuatan kompos dengan cara menumpuk

memanjang dari materi organik yang akan dikomposkan. Secara periodik dilakukan pembalikan, sedangkan

proses penyiraman dalam rangka menciptakan kadar air yang optimal dilakukan sesuai kebutuhan.

4. Prinsip Proses Pengomposan

Bahan organik tidak dapat digunakan secara langsung oleh tanaman karena perbandingan kandungan C/N

dalam bahan tersebut tidak sesuai dengan C/N tanah. Rasio C/N merupakan perbandingan antara karbohidrat (C)

dan nitrogen (N). Rasio C/N tanah berkisar antara 10-12. Apabila bahan organik mempunyai rasio C/N mendekati

atau sama dengan rasio C/N tanah, maka bahan tersebut dapat digunakan tanaman. Namun pada umumnya bahan

organik segar mempunyai rasio C/N tinggi (jerami 50-70, dedaunan tanman 50-60, kayu-kayuan > 400, dll).

Prinsip pengomposan adalah untuk menurunkan rasio C/N bahan organik hingga sama dengan C/N tanah

(<20). Semakin tinggi rasio C/N bahan organik maka proses pengomposan atau perombakan bahan semakin lama.

Waktu yang dibutuhkan bervariasi dari satu bulan hingga beberapa tahun tergantung bahan dasar. Proses

perombakan bahan organik terjadi secara biofisika-kimia, melibatkan aktivitas biologi mikroba dan mesofauna.

Page 11: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

5

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

Secara alami proses peruraian tersebut bisa dalam keadaan aerob (dengan O2) maupun anaerob (tanpa O2).

Proses penguraian aerob dan anaerob secara garis besar sebagai berikut :

(Dewi & Treesnowati, 2012)

Pada proses pengomposan terjadi berbagai perubahan, yaitu (Indriani, 2005) :

1. Karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, lemak dan lilin menjadi CO2 dan air.

2. Protein menjadi amonia, CO2 dan air.

3. Senyawa organik terurai menjadi senyawa yang siap diserap oleh akar tanaman.

B. PUPUK KOMPOS

Pupuk kompos merupakan salah satu pupuk organik yang sengaja dibuat melalui suatu proses yang

terkendali yang disebut pengomposan untuk menghasilkan pupuk organik yang berkualitas. Kompos merupakan

salah satu pupuk organik yang digunakan pada pertanian untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik.

Penggunaan kompos dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan mikrobiologi tanah (Syam, 2003). Kompos

umumnya berasal atau terbuat dari sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan dan sampah organik

yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi. Bahan mentahnya bisa berupa sisa tanaman, sampah

dapur dan sebagainya. Menjadi kompos akibat dari proses pelapukan dan penguraian.

Page 12: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

6

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

Sisa tanaman, hewan, atau kotoran hewan, juga sisa jutaan makhluk kecil seperti bakteri, jamur,

ganggang, hewan bersel satu maupun bersel banyak merupakan sumber bahan organik yang sangat potensial bagi

tanah. Bahan-bahan ini menjadi lapuk dan busuk dan busuk bila dalam keadaan basah dan lembab, seperti

dedaunan akan menjadi lapuk jika jatuh ke tanah dan menyatu dengan tanah tersebut. Selama proses perubahan

dan penguraian bahan organik, unsur hara akan terbebas menjadi bentuk yang larut sehingga dapat diserap oleh

tanaman, sebelum mengalami proses penguraian sisa hewan dan tumbuhan ini tidak akan berguna bagi tanaman

karena unsur hara masih dalam bentuk terikat yang tidak dapat diserap oleh tanaman.

Menurut (Habibi, 2008) kompos merupakan istilah untuk pupuk organik buatan manusia yang dibuat dari

proses pembusukan sisa-sisa bahan organik. Proses pengomposan dapat berlangsung secara aerobik dan

anaerobik yang saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Secara keseluruhan proses ini disebut

dekomposisi atau penguraian.

Keunggulan kompos dibandingkan dengan pupuk anorganik menurut (Djuarnani dkk, 2005) yaitu,

- Sifat Pupuk Kompos (Organik)

1. Mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap walaupun dalam jumlah yang sedikit.

2. Dapat memperbaiki struktur tanah dengan cara sebagai berikut :

a. Menggemburkan dan meningkatkan ketersediaan bahan organik di dalam tanah.

b. Meningkatkan daya serap tanah terhadap air dan zat hara.

c. Memperbaiki kehidupan mikroorganisme di dalam tanah dengan cara menyediakan bahan

makanan bagi mikroorganisme tersebut.

d. Memperbesar daya ikat tanah berpasir, sehingga tidak mudah terpencar.

e. Memperbaiki drainase dan tata udara di dalam tanah.

f. Membantu proses pelapukan bahan mineral.

g. Melindungi tanah terhadap kerusakan yang disebabkan erosi.

h. Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK).

3. Beberapa tanaman yang menggunakan kompos lebih tahan terhadap serangan penyakit.

Page 13: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

7

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

4. Menurunkan aktivitas mikroorganisme tanah yang merugikan.

- Sifat Pupuk Anorganik

1. Hanya mengandung satu atau beberapa unsur hara, tetapi dalam jumlah banyak.

2. Tidak dapat memperbaiki struktur tanah, tetapi justru penggunaan dalam jangka waktu panjang dapat

membuat tanah menjadi keras.

3. Sering membuat tanaman manja sehingga rentan terhadap penyakit.

C. KEGUNAAN PUPUK KOMPOS

Kompos merupakan pupuk organik penting karena merupakan pupuk organik. Penggunaan organik

banyak dimanfaatkan karena mempunyai 3 keuntungan yaitu : keuntungan bagi lingkungan, tanah, dan bagi

tanaman, kompos sangat membantu dalam penyelesaian masalah lingkungan, terutama sampah. Bahan baku

pembuatan kompos adalah sampah maka permasalahan sampah rumah tangga dan sampah kota dapat diatasi.

Bagi tanah, kompos dapat menambah unsur hara dan dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah, dan

menyimpan air. Dengan demikian semakin baik kualitas tanah dan didukung dengan unsur hara yang mencukupi,

maka tanaman akan menghasilkan produksi yang optimal (Murbandono, 2000).

Menurut (Ekawandani & Kusuma, 2018)

Kompos bermanfaat untuk :

a. Memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur

b. Memperkuat daya ikat agregat tanah berpasir

c. Meningkatkan daya tahan dan daya serap air

d. Memperbaiki drainase dan pori-pori dalam tanah

e. Menambah dan mengaktifkan unsur hara

f. Meningkatkan daya ikat tanah terhadap unsur hara

g. Membantu dekomposisi bahan mineral

h. Menyediakan bahan makanan bagi mikroorganisme yang menguntungkan pertumbuhan tanaman.

Page 14: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

8

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

Menurut Musnamar, 2003 dan Suriawiria, 2002 dalam (Sentana, 2010) pupuk organik mempunyai

berbagai manfaat, antara lain adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan kesuburan tanah

Pupuk organik mengandung unsur hara makro (N, P, K) dan mikro (Ca, Mg, Fe, Mn, Bo, S, Zn dan Co)

yang dapat memperbaiki struktur dan porositas tanah. Pemakaian pupuk organik pada tanah liat akan

mengurangi kelengketan sehingga mudah diolah, sedang pada tanah berpasir dapat meningkatkan daya

ikat tanah terhadap air dan udara. Bahan organik dapat bereaksi dengan ion logam membentuk senyawa

kompleks sehingga ion-ion logam yamg bersifat racun terhadap tanaman atau menghambat penyediaan

unsur hara misalnya Al, Fe dan Mn dapat berkurang (Setyorini, 2005).

2. Memperbaiki kondisi kimia, fisika dan biologi tanah

Kehadiran pupuk organik akan menyebabkan terjadinya sistem pengikatan dan pelepasan ion dalam tanah

sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Kemampuan pupuk organik untuk mengikat air dapat

meningkatkan porositas tanah sehingga memperbaiki respirasi dan pertumbuhan akar tanaman. Pupuk

organik merangsang mikroorganisme tanah yang menguntungkan, misal rhizobium, mikoriza dan bakteri.

3. Aman bagi manusia dan lingkungan

Pemakaian pupuk organik tidak menimbulkan residu pada hasil panen sehingga tidak membahayakan

manusia dan lingkungan

4. Meningkatkan produksi pertanian

Berbagai penelitian menunjukkan pengaruh positif kompos terhadap pertumbuhan dan produksi pertanian.

Kompos dapat meningkatkan produksi jagung, mentimun, kobis, wortel, cabe dan semangka (Roe, 1998).

Kompos tandan kosong kelapa sawit meningkatkan produksi jeruk dan tomat (Anonim, 2003). Basri

(2008) melaporkan bahwa pupuk organik solid meningkatkan produksi padi dari 3-3,6 ton GKG/ha

menjadi 9,6 ton GKG/ha. Pemberian sludge cair limbah biogas dari kotoran sapi juga dapat meningkatkan

berat kering jagung pipilan lebih dari 50% dibandingkan pemakaian pupuk kimia (Febrisiantosa dkk.,

2009). Pupuk organik juga meningkatkan produksi kacang tanah dan sawi masing-masing 25 dan 21%

(Nurhikmat dkk., 2009).

Page 15: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

9

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

5. Mengendalikan penyakit-penyakit tertentu

Penyakit busuk akar pada tanaman bunga yang disebabkan oleh Phytophthora sp dapat diberantas dengan

kompos yang mempunyai C/N rasio tinggi seefektif dengan penggunaan fungisida (Hoitink dkk., 1991).

Kompos juga menghambat penyakit Fusarium sp. (Hoitink dkk., 1997). Ekstrak kompos pada konsentrasi

5- 15% dapat menghambat pertumbuhan jamur patogenik (R. lignosus, S. rolfsii, C. gloeosporioides dan

F. oxysporum). Bakteri B. subtilis yang ditambahkan pada proses pengomposan juga dapat mengendalikan

penyakit akar gada pada kubis (Tombe, 2003).

Page 16: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

10

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

UNIT 2

TUJUAN DAN MANFAAT COMPOSTING

A. TUJUAN

1. Memanfaatkan limbah rumah tangga dan sampah organik, menjadi pupuk kompos.

2. Menumbuhkan rasa cinta terhadap alam.

3. Membantu penghijauan

4. Mengembalikan kesuburan tanah

5. Membantu bakteri pengurai untuk menguraikan sampah.

6. Mempercepat proses penguraian dari bahan organik menjadi pupuk organik (kompos).

7. Dapat menghemat biaya pengeluaran untuk proses penyuburan tanah dan tanaman.

B. MANFAAT

Manfaat dari kegiatan composting yaitu, memfungsikan sampah yang ada di tempat tinggal seperti,

1. Dapat menyediakan pupuk organik yang tidak mahal dan ramah lingkungan.

2. Mengurangi adanya tumpukan sampah organik seperti daun kering yang berserakan di sekitar tempat tinggal.

3. Adanya kegiatan composting ini dapat membantu pengolahan sampah secara dini.

4. Menyelamatkan lingkungan sejak dini dari risiko kerusakan dan masalah seperti bau, selokan macet, banjir,

tanah longsor, serta penyakit yang ditularkan oleh serangga dan binatang pengerat.

Page 17: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

11

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

Ekonomi

• Mengehemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah atau sampah.

• Mengurangi volume /ukuran limbah.

• Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari bahan asalnya.

Lingkungan

• Mengurangi polusi udara akibat pembakaran limbah atau sampah.

• Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.

Bagi Tanah dan Tumbuhan

• Meningkatkan kesuburan tanah.

• Memperbaiki struktur tanah.

• Meningkatkan aktivitas mikroba tanah.

• Menyediakan nutrisi bagi tanaman.

• Meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah.

Adapun manfaat lain dari kegiatan pembuatan kompos yang terbagi dalam beberapa aspek, antara lain :

Page 18: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

12

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

UNIT 3

PEMBUATAN KOMPOS DAUN KERING

A. ALAT DAN BAHAN

Pembuatan pupuk kompos dengan menggunakan metode open windrow menggunakan perlengkapan yang

sederhana dengan memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak terpakai atau barang bekas. Alat-alat yang

digunakan meliputi,

1. Alat pencacah

Alat pencacah yang digunakan dalam skala besar biasanya adalah mesin cacah yang berfungsi untuk mencacah

atau mengubah sampah organik menjadi partikel yang lebih kecil, dalam skala kecil mesin cacah bisa digantikan

oleh gunting atau parang.

2. Sekop

Sekop digunakan sebagai alat pengaduk saat proses pencampuran bahan dan mengaduk kompos yang sudah

hampir jadi. Sekop juga bisa digantikan dengan alat lain yang fungsinya sama yaitu pengaduk, cara lain yaitu

dengan mengaduk menggunakan tangan dan tak lupa memakai sarung tangan agar terhindar dari kotoran dan

bakteri masuk ke dalam kuku sehingga dapat menimbulkan penyakit.

3. Karung bekas

Karung bekas fungsinya sebagai alas saat proses mencampurkan bahan-bahan agar mudah dimasukkan ke dalam

tong dan tidak berserakan.

4. Gembor

Gembor atau alat untuk menyiram digunakan untuk pencampuran larutan dan menyiramkan larutan pada kompos.

Gembor juga dapat diganti dengan ember atau gayung.

Page 19: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

13

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

5. Tong

Tong digunakan untuk tempat penyimpanan akhir kompos yang sudah dicampurkan dengan bahan lain, tong yang

dimaksud adalah yang memiliki tutup karena kompos harus dalam keadaan lembab dan terhindar dari cahaya

matahari.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk kompos merupakan bahan yang mudah dicari. pupuk organik

kompos tidak hanya berbahan baku kotoran hewan. Semua bahan organik, yaitu semua bahan yang berasal dari

makhluk hidup, apakah itu manusia, hewan atau tumbuhan merupakan bahan baku yang dapat dijadikan kompos.

Semakin beragam bahan baku yang digunakan, semakin mudah membentuk kondisi optimal dari parameter-

parameter yang dibutuhkan untuk suatu proses composting yang baik. Bahan-bahan yang digunakan dalam

pembuatan kompos daun kering antara lain.

1. Daun kering

Sampah organik yang digunakan adalah daun kering yang mudah ditemukan di daerah yang memiliki jumlah

pohon banyak atau di daerah dataran tinggi, sampah daun kering ini biasanya menggunung atau bahkan tertiup

angin karena massanya yang ringan sehingga mudah terbawa angin. Sampah organik lain dapat dimanfaatkan

dalam pembuatan pupuk kompos yaitu, sampah dapur sisa sayur dana buah, ikan, dan lain-lain.

2. Pupuk kandang

Pupuk kandang yang digunakan bisa menggunakan pupuk kandang sapi atau kambing. Secara umum setiap ton

pupuk kandang mengandung 5 kg N, 3 kg P2O5 dan 5 kg K2O serta unsur – unsur hara esensial lain dalam jumlah

yang relatif kecil (Hardjowigeno, 2003).

Sifat – sifat dari pupuk kandang adalah sebagai berikut:

a. Kotoran ayam mengandung N tiga kali lebih besar daripada pupuk kandang.

b. Kotoran kambing mengandung N dan K masing – masing dua kali lebih besar daripada kotoran sapi.

c. Kotoran babi mengandung P dua kali lebih banyak daripada kotoran sapi.

Page 20: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

14

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

d. Pupuk kandang dari kuda atau kambing mengalami fermentasi dan menjadi panas lebih cepat daripada pupuk

kandang sapi dan babi. Karena itu banyak petani menyebut pupuk kandang sapi dan babi

sebagai pupuk dingin (cold manures).

3. Starter EM4

Pengelolaan sampah dengan menjadikan pupuk kompos bisa dilakukan dengan cara konvensional dan

penggunaan Effective Microorganism (EM4). EM4 merupakan pupuk hayati yang memanfaatkan

mikroorganisme efektif untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, menghancurkan bahan organik dalam waktu

singkat dan bersifat racun terhadap hama. Mikroorganisme utama dalam larutan Effective microorganism 4

(EM4) terdiri dari bakteri fotosintetik (bakteri fototropik), bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.), dan

yeast (Saccharomyces sp.) (Higa & Parr, 1998). Selain produk komersial EM4, berbagai macam mikroorganisme

pengurai di alam dapat dimanfaatkan sebagai bioaktivator pada proses pengomposan sampah. Mikroba jenis ini

sering disebut sebagai mikroorganisme lokal (MOL), yang dapat dibiakkan menggunakan berbagai sumber bahan

organik. Limbah sayur dapat menjadi media yang baik bagi perkembangbiakan mikroorganisme pengurai, dan

dapat dimanfaatkan sebagai bioaktivator dalam proses pengomposan. Hampir semua sayuran akan mengalami

fermentasi asam laktat, yang biasanya

dilakukan oleh berbagai jenis bakteri Streptococcus, Leuconostoc, Lactobacillus, serta Pediococcus.

Mikroorganisme ini akan mengubah gula pada sayuran terutama menjadi asam laktat yang akan membatasi

pertumbuhan organisme lain (Utama, dkk, 2013).

4. Gula pasir

Gula pasir dilarutkan bersama EM4, dia berfungsi sebagai nutrisi untuk mikroorganisme agar mampu melakukan

metabolisme dengan baik sehingga optimal dalam membantu proses penguraian.

5. Air

Air digunakan sebagai pelarut yaitu larutan campuran EM4 dan gula pasir.

Page 21: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

15

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

B. LANGKAH KERJA

Cara pembuatan kompos daun kering disajikan pada tabel berikut ini,

Gambar 2. cara pembuatan kompos daun kering

Page 22: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

16

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

Pupuk yang telah matang memiliki ciri-ciri, yaitu berwarna coklat tua hingga hitam, remah, memiliki suhu ruang,

dan tidak berbau.

Gambar 4. pencampuran bahan daun kering dan pupuk kandang

Gambar 3. Pencampuran larutan em4, gula, dan air

Page 23: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

17

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

Gambar 6. Pemberian larutan em4, gula, dan air

Gambar 5. Pengadukan semua bahan

Gambar 7. Penyimpanan kompos dalam tong

Page 24: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

18

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

C. FAKTOR YANG MEMENGARUHI PROSES PENGOMPOSAN

Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-

beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah

padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman, pindah

ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat

menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri. Menurut (Dewi & Treesnowati, 2012) Faktor-faktor

yang mempengaruhi proses pengomposan antara lain:

1. Rasio C/N

Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah

senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d

40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi,

mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.

Umumnya, masalah utama pengomposan adalah pada rasio C/N yang tinggi, terutama jika bahan utamanya

adalah bahan yang mengandung kadar kayu tinggi (sisa gergajian kayu, ranting, ampas tebu, dsb). Untuk

menurunkan rasio C/N diperlukan perlakuan khusus, misalnya menambahkan mikroorganisme selulotik

(Toharisman, A. 1991) atau dengan menambahkan kotoran hewan karena kotoran hewan mengandung banyak

senyawa nitrogen.

2. Ukuran Partikel

Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan

meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran

partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat

dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.

3. Aerasi

Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan

terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin

masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan (kelembaban).

Page 25: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

19

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap.

Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan

kompos.

4. Porositas

Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur

volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan

menyuplai Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan

berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.

5. Kelembaban (Moisture content)

Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak

langsung berpengaruh pada suplai oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan

organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme

mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih

rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume

udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang

menimbulkan bau tidak sedap.

6. Temperatur/suhu

Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi

oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula

proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang

berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC

akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu

yang tinggi juga akan membunuh mikrobamikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.

7. pH

Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan

berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses

Page 26: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

20

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai

contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan

menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang

mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah

matang biasanya mendekati netral.

8. Kandungan Hara

Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan biasanya terdapat di dalam kompos-kompos

dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.

9. Kandungan Bahan Berbahaya

Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba.

Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini.

Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.

10. Lama Pengomposan

Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan, metode pengomposan

yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan

akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang.

Page 27: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

21

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

DAFTAR PUSTAKA

Djuarnani, N., Kristian dan Setiawan, B.S. (2005). Cara Cepat Membuat Kompos. Cetakan 1. Jakarta :

AgroMedia Pustaka

Endang Setyaningsih, Dwi Setyo Astuti, Rina Astuti. 2017. Kompos Daun Solusi Kreatif Pengendali Limbah

Bioeksperimen Volume 3 No.2, ISSN 2460-1365.

Firman L. Sahwan. 2012. Analisis Proses Komposting pada Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Skala

Kawasan (Studi Kasus Di Kota Depok). Pusat Teknologi Lingkungan. (ISSN 1411-318X), Vol.

13, No. 3.

Habibi, Lafran (2008). Pembuatan Pupuk Kompos dari Limbah Rumah Tangga. Cetakan 1. Bandung :

Penerbit Titian Ilmu

Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu tanah. Akademik pressindo. Jakarta

Higa, T., & Parr, J. F. (1998). Effective Microor-ganisms (EM) Untuk Pertanian dan Lingkungan yang

Berkelanjutan. Indo-nesia Kyusai Nature Farming Societies. Jakarta.

Indriani, Y. H. 2005. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta. 62 halaman.

Nunik Ekawandani,Arini Anzi Kusuma. 2018. Pengomposan Sampah Organik (Kubis dan Kulit Pisang)

Dengan Menggunakan EM4 Teknik Kimia, Politeknik TEDC Bandung. TED. Vol. 12 No. 1.

Page 28: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

22

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

Suharwaji Sentana. 2010. Pupuk Organik, Peluang dan Kendalanya. Prosiding Seminar Nasional Teknik

Kimia “Kejuangan” Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam

Indonesia. ISSN 1693 – 4393

Syam, A. (2003). Efektivitas Pupuk Organik dan Anorganik terhadap Produktivitas Padi di Lahan Sawah.

Jurnal Agrivigor 3 (2), 232–244.

Utama CS, Sulistiyanto B & Setiani B. 2013. Profil Mikrobiologis Pollard yang Difermentasikan dengan

Ekstrak Limbah Pasar Sayur pada Lama Peram yang Berbeda. Jurnal Agripet.13(2): 26-30

Yusriani Sapta Dewi dan Treesnowati. 2012. Pengolahan Sampah Skala Rumah Tangga Menggunakan

Metode Komposting. Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S. Vol.8 (2)

Page 29: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

23

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019

Page 30: sampul - kkn.unnes.ac.id

Modul Pembuatan Pupuk Kompos ‘COMPOSTING’

24

KKN Alternatif 2B Desa Mluweh Tahun 2019