sampah plastik surabaya

13
SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH PLASTIK TERINTEGRASI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI TOTAL GUNA MENINGKATKAN PERAN SERTA MASYARAKAT (STUDI KASUS : SURABAYA) Irma Hardi Pratiwi, Sritomo Wignjosoebroto, dan Dyah Santhi Dewi Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email: [email protected] ; [email protected] ; [email protected] Abstrak Limbah plastik merupakan masalah yang sudah dianggap serius bagi pencemaran lingkungan, khususnya terhadap pencemaran tanah. Salah satu solusi yang dapat diterapkan dalam penanganan limbah atau sampah plastik ini adalah dengan mendaur ulang. Dalam menyelesaikan semua isu yang berkenaan dengan manajemen sampah, dibutuhkan sebuah pendekatan secara holistik yang memandang keseluruhan sebagai sebuah sistem (Vesilind et al, 2003). Untuk itu dibutuhkan sebuah sistem pengelolaan yang terintegrasi, dimana seluruh elemen yang ada pada sistem turut berpartisiasi aktif. Pengelolaan sampah plastik yang disusun disini adalah sistem terintegrasi dengan pendekatan ergonomi total yaitu integrasi antara ergonomi mikro dan makro. Integrasi keduanya membawa kerangka kerja dalam mengoptimalkan kesesuaian antara manusia, teknologi dan organisasional. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini antara lain sistem pengelolaan sampah plastik terintegrasi, dengan meningkatkan peran serta masyarakat melalui sosialisasi melalui media poster maupun pemberian insentif, teknologi pengolahan sampah plastik, fasilitas pendukung, pengolahan sampah plastik, rancangan stasiun kerja yang mempertimbangkan faktor ergonomis, serta sistem manajerial dengan memanfaatkan TPS sebagai tempat pengolahan sampah tahap pertama. Dihasilkan pula rancangan buku Guideline Pengelolaan Sampah Plastik Kata kunci: Pengelolaan sampah plastik, integrasi, ergonomi total, ergonomi partisipatori, Anthropometri Abstract Nowadays, plastic waste is becoming a big problem and even be more seriously for environmental continuing, especially for soil quality. Recycling is a strategy that can be done to solve this problem. Not all kind of plastics can be recycled, and every kind of plastics have its own processing method. All issues related to managing solid waste must be addressed using a holistic approach (Vesilind et al, 2003). Therefore, an integrated plastics waste management are needed, which is all element related to the system had to participated active. This recommended plastic waste management system is an integrated management system using totalergonomics approach. Totalergonomics are integration between microergonomics and macroergonomics. This framework usability is a part of a complex process optimizing the three-way fit between people, technology, and organization. This research present an Integrated Plastic Waste Management System, an integrated management system which is organized into five major perspectives such as functional activities, problems and constraints, technological options (crusher plastic machine), stakeholder, ergonomics facilities, and optimalization the temporary dump site (TPS) function as 2 nd place after household for the next processing plastic waste. The second result of this research is a strategic approach to increasing the public careness using some media such as poster about how to disposing plastic waste, waste categorizing, and to processing., which is embraced into one guidebook. Keywords: Plastic Waste Management, Integration, Totalergonomics, Partisipatory ergonomics, Anthropometri

Transcript of sampah plastik surabaya

Page 1: sampah plastik surabaya

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH PLASTIK TERINTEGRASI DENGAN

PENDEKATAN ERGONOMI TOTAL GUNA MENINGKATKAN PERAN SERTA

MASYARAKAT (STUDI KASUS : SURABAYA)

Irma Hardi Pratiwi, Sritomo Wignjosoebroto, dan Dyah Santhi Dewi Jurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

Email: [email protected] ; [email protected]; [email protected]

Abstrak Limbah plastik merupakan masalah yang sudah dianggap serius bagi pencemaran lingkungan,

khususnya terhadap pencemaran tanah. Salah satu solusi yang dapat diterapkan dalam

penanganan limbah atau sampah plastik ini adalah dengan mendaur ulang. Dalam menyelesaikan

semua isu yang berkenaan dengan manajemen sampah, dibutuhkan sebuah pendekatan secara

holistik yang memandang keseluruhan sebagai sebuah sistem (Vesilind et al, 2003). Untuk itu

dibutuhkan sebuah sistem pengelolaan yang terintegrasi, dimana seluruh elemen yang ada pada

sistem turut berpartisiasi aktif. Pengelolaan sampah plastik yang disusun disini adalah sistem

terintegrasi dengan pendekatan ergonomi total yaitu integrasi antara ergonomi mikro dan makro.

Integrasi keduanya membawa kerangka kerja dalam mengoptimalkan kesesuaian antara manusia,

teknologi dan organisasional. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini antara lain sistem

pengelolaan sampah plastik terintegrasi, dengan meningkatkan peran serta masyarakat melalui

sosialisasi melalui media poster maupun pemberian insentif, teknologi pengolahan sampah

plastik, fasilitas pendukung, pengolahan sampah plastik, rancangan stasiun kerja yang

mempertimbangkan faktor ergonomis, serta sistem manajerial dengan memanfaatkan TPS sebagai

tempat pengolahan sampah tahap pertama. Dihasilkan pula rancangan buku Guideline

Pengelolaan Sampah Plastik

Kata kunci: Pengelolaan sampah plastik, integrasi, ergonomi total, ergonomi partisipatori,

Anthropometri

Abstract Nowadays, plastic waste is becoming a big problem and even be more seriously for environmental

continuing, especially for soil quality. Recycling is a strategy that can be done to solve this

problem. Not all kind of plastics can be recycled, and every kind of plastics have its own processing

method. All issues related to managing solid waste must be addressed using a holistic approach

(Vesilind et al, 2003). Therefore, an integrated plastics waste management are needed, which is all

element related to the system had to participated active. This recommended plastic waste

management system is an integrated management system using totalergonomics approach.

Totalergonomics are integration between microergonomics and macroergonomics. This framework

usability is a part of a complex process optimizing the three-way fit between people, technology,

and organization. This research present an Integrated Plastic Waste Management System, an

integrated management system which is organized into five major perspectives such as functional

activities, problems and constraints, technological options (crusher plastic machine), stakeholder,

ergonomics facilities, and optimalization the temporary dump site (TPS) function as 2nd

place after

household for the next processing plastic waste. The second result of this research is a strategic

approach to increasing the public careness using some media such as poster about how to

disposing plastic waste, waste categorizing, and to processing., which is embraced into one

guidebook.

Keywords: Plastic Waste Management, Integration, Totalergonomics, Partisipatory ergonomics,

Anthropometri

Page 2: sampah plastik surabaya

2

1. Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Limbah plastik merupakan masalah yang sudah

dianggap serius bagi pencemaran lingkungan

khususnya bagi pencemaran tanah. Bahan

plastik merupakan bahan organik yang tidak

bisa terurai oleh bakteri. Dan alangkah baiknya

jika limbah plastik tersebut dapat digunakan

lagi dengan cara mendaur ulang dan dijadikan

produk baru. Upaya pengelolaan daur ulang

sampah plastik telah banyak dilakukan oleh

pemerintah, seperti dengan menyediakan tempat

sampah yang sudah dipecah menjadi beberapa

kategori sampah (sampah basah dan sampah

kering). Akan tetapi strategi ini masih belum

memberikan hasil yang signifikan dalam reduksi

jumlah sampah plastik. Dengan kata lain,

manajemen yang ada saat ini belum sepenuhnya

berjalan efektif. Masih banyak masyarakat yang

membuang sampah tidak berdasarkan kategori

sampah. Peningkatan pemahaman kepada

masyarakat perlu dilakukan baik dengan

sosialisasi secara langsung maupun tidak

langsung. Seperti yang diungkapkan oleh

Vesilind et al (2003) menyatakan bahwa dalam

implementasi sebuah manajemen/pengelolaan

sampah dalam sebuah komunitas, hal pertama

yang dilakukan adalah dengan melakukan

reduksi sampah langsung pada sumber

penghasil sampah. Dibutuhkan sebuah cara

efektif agar dalam aktivitas ini, sampah plastik

yang terkumpul sudah terpisah berdasarkan

kategori jenis plastik, sehingga proses daur

ulang di tingkat selanjutnya dapat dilakukan

lebih efisien. Pengelolaan daur ulang sampah

plastik yang ergonomis dan terintegrasi dengan

baik akan dapat membantu kegiatan atau

program strategis dalam upaya pengurangan

jumlah sampah plastik yang efektif. Dalam

proses suatu sistem ada 6 aspek yang perlu

diperhatikan yaitu secara teknis, ekonomis,

ergonomis, sosio-kultural, bisa

dipertanggungjawabkan, hemat energi, dan turut

melestarikan lingkungan (Manuaba, 2004).

Dengan memperhatikan keenam aspek atau

kriteria inilah yang akan digunakan dalam

penyusunan manajemen/pengelolaan daur ulang

sampah plastik ini.

1. Dalam penelitian ini akan dibangun

sebuah strategi manajemen/pengelolaan daur

ulang sampah plastik yang efektif dengan

melibatkan masyarakat (sumber penghasil

sampah) secara langsung dan lembaga-lembaga

informal daur ulang yang terkait, disertai

dengan pemilihan teknologi dan fasilitas yang

efisien dan ergonomis guna meningkatkan

pemberdayaan masyarakat, pada khusunya

adalah rumah tangga sebagai fokus utama dalam

kajian penelitian ini. Sehingga pada akhirnya

penelitian ini dapat memberikan alternatif

teknologi dalam proses daur ulang sehingga

dapat meningkatkan produktivitas kerja serta

dapat digunakan sebagai acuan dalam strategi

pengelolaan sampah plastik yang terintegrasi

guna peningkatan pemberdayaan masyarakat

dan diharapkan dapat menekan jumlah sampah

plastik

2. Metodologi

Pendekatan utama yang digunakan dalam

merancang sistem pengelolaan sampah plastik

adalah konsep Ergonomi Total yang

meruapakan integrasi antara Ergonomi Makro

dan Ergonomi Mikro. Tahap pertama yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah

indentifikasi dan penelitian awal. Penelitian

awal adalah mempelajari kondisi existing dari

sistem pengelolaan sampah plastik di Surabaya.

Mulai dari aktivitas-aktivitas inti pengelolaan

sampai pada operasional pengelolaan.

Kemudian dilakukan indentifikasi terhadap

kekurangan atau permasalahan-permasalahan

yang terjadi pada pengelolaan sampah plastik.

Indentifikasi permasalahan dilakukan dengan

menyebarkan sejumlah kuisioner terhadap 75

responden untuk mengetahui tingkat kesadaran

dan pengetahuan masyarakat mengenai sampah

dan sampah plastik khususnya. Selanjutnya

adalah dirancang sebuah sistem pengelolaan

sampah plastik terintegrasi guna meningkatkan

peran aktif masyarakat melalui pendekatan

ergonomi secara total, yaitu manusia, teknologi

dan lingkungan. Kerangka yang digunakan

pertama kali disini adalah pendekatan

pemilahan sampah plastik mulai dari

sumbernya, kemudian fasilitas pengangkutan

yang ergonomis dan tepat guna, serta

pendekatan sistem pengolahan sampah plastik

dengan menekankan pada teknologi yang

digunakan dan lingkungan kerja (stasiun kerja).

Page 3: sampah plastik surabaya

3

Gambar 1 Pendekatan Ergonomi Total

Sehingga hasil rancangan sistem pengelolaan

yang baru diharapkan dapat menarik masyarakat

untuk mau berperan aktif dalam pengelolaan

sampah plastik. Tahap akhir yang dilakukan

adalah menarik kesimpulan dari hasil penelitian

dan memberikan saran untuk pengembangan

penelitian selanjutnya.

3. Hasil-hasil Penelitian

3.1 Existing Sistem Pengelolaan Sampah

Plastik di Surabaya

Jumlah sampah kota yang dihasilkan di

Surabaya adalah sebesar 8700 m3/hari

(BAPPEKO, 2005 dalam Sudiarno, 2006)

dimana dari total timbulan sampah yaitu 8.700

m3/hari, sekitar 79.21% berasal dari rumah

tangga atau apabila dikonversikan adalah

sejumlah 6970.48 m3. Dan kurang lebih 10.09%

merupakan sampah plastik (LP3M ITS, 2006).

Komposisi Sampah Plastik Produk Kemasan

Unilever Perumahan Kota Surabaya

PETE, 7.02%

HDPE, 25.05%

PP, 22.97%

Campuran,

44.96%

Gambar 2 Komposisi Sampah Plastik Produk

kemasan Unilever Perumahan Surabaya (LP3M

ITS, 2006)

Komposisi Sampah di TPS Perumahan

Organik

73.50%

Karet

0.20%Logam

1.12% Lain-lain

1.10%

Kain

4.17%Kaca

1.40%

Kayu

1.40%

Kertas

7.30%

Plastik

9.81%

Gambar 3 Komposisi Sampah di TPS (LP3M

ITS, 2006)

Gambar 4 menunjukkan kondisi existing dari

manajemen sampah kota Surabaya. Pengelolaan

sampah di Surabaya dilaksanakan dibawah

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Surabaya..

Sampah yang berhasil dikumpulkan oleh

petugas langsung ditransfer ke TPS untuk

selanjutnya dikirim ke TPA. Dalam kondisi ini,

sampah tidak dipisahkan langsung dari

sumbernya sehingga para pelaku daur ulang

sampah plastik masih perlu memisahkan lagi

berdasarkan jenis atau kategori sampah. Dalam

penelitiannya, Sudiarno (2006)

merekomendasikan untuk mulai memilah

sampah langsung dari sumbernya dengan

mengkategorikan sampah berdasarkan jenisnya

yaitu sampah organik, sampah plastik, kayu,

gelas/kaca, alumunium, logam, dan lain-lain.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

5.

Gambar 4 Model Existing Manajemen Sampah

Kota Surabaya (Sudiarno, 2006)

Page 4: sampah plastik surabaya

4

Gambar 5 Model Manajemen Sampah

Terintegrasi (Sudiarno, 2006)

Jumlah sampah yang semakin meningkat tidak

diikuti dengan peningkatan kapasitas tempat

pembuangan sampah baik di TPS maupun TPA.

Keterbatasan lahan adalah salah satu faktor

penyebabnya. Secara fungsional, TPS saat ini

hanya sekedar berfungsi sebagai tempat

penampungan sementara dengan luasan rata-rata

300 m2. Selain itu secara manajerial,

pengelolaannya masih belum terstruktur dengan

baik sehingga tampak disejumlah TPS sampah-

sampah yang ada meluber kemana-mana. Untuk

menumbuhkan peran aktif masyarakat,

pemerintah bekerja sama dengan pihak swasta

mengadakan lomba-lomba kebersihan pada

waktu-waktu tertentu seperti dalam rangka

ulang tahun kota Surabaya maupun hari

Lingkungan Hidup. Selain itu disediakan pula

fasilitas tempat sampah yang membagi sampah

menjadi 2 (dua) kategori yaitu sampah basah

dan sampah kering.

Gambar 6 Tempat Sampah 2 (dua) Jenis

Untuk pengawasan pengelolaan sampah,

pemerintah kota membagi kawasan pengelolaan

menjadi 5 disesuaikan dengan wilayah Kota

Surabaya. Untuk lebih jelasnya mengenai

pembagian wilayah pengawasan dapat dilihat

pada gambar 7.

Gambar 7 Zona Modulasi Pengelolaan Sampah

Plastik di Surabaya (Sudiarno, 2006)

3.2 Pengolahan Sampah Plastik

3.2.1 Pengumpulan Sampah Plastik

Pengumpulan sampah plastik dilakukan dengan

melibatkan beberapa lembaga informal yaitu

pemulung, lapak, dan bandar. Pelaku daur ulang

sampah plastik biasanya mengumpulkan sampah

plastik untuk selanjutnya diperjualbelikan

hingga berakhir pada industri daur ulang

sampah plastik. Pemulung biasanya mengambil

sampah plastik dari tempat sampah, TPS, Depo

maupun langsung di TPA. Para pemulung

biasanya mengambil jenis sampah kering yang

masih dapat dijual lagi seperti kardus, kertas,

kaleng, botol kaca, dan lainnya. Selain

pemulung, untuk mengumpulkan sampah

pemerintah kota telah menyediakan gerobak

sampah. Gerobak sampah ini digunakan untuk

mengambil sampah di berbagai tempat.

3.2.2 Pemilahan Sampah Plastik

Pemilahan sampah plastik yang dilakukan saat

ini masih dilakukan oleh pelaku daur ulang yang

pertama yaitu pemulung/perangkas.

Pemulung/perangkas biasanya mulai memilah

sampah menurut jenisnya langsung di tempat

sampah atau di TPS. Salah satu hal yang

menyulitkan pelaku daur ulang sampah adalah

masih tercampurnya berbagai jenis sampah

sehingga tidak jarang terjadi kontaminasi

terhadap sampah plastik. Hal inilah yang

menyebabkan adanya aktivitas tambahan di

tingkat lapak maupun bandar dalam melakukan

daur ulang terhadap sampah plastik. Aktivitas

tambahan ini berupa aktivitas pencucian sampah

plastik dari bahan/kotoran yang melekat pada

Page 5: sampah plastik surabaya

5

plastik. Kotoran ini apabila tidak dibersihkan

akan menyebabkan kontaminasi dalam proses

daur ulang plastik, yang pada akhirnya

menyebabkan kualitas plastik daur ulang

menjadi rendah, dan bahkan tidak jarang pula

sampah plastik menjadi tidak dapat diaur ulang.

Dalam upayanya memisahkan jenis sampah

antara sampah basah dan sampah kering,

pemerintah telah memasang di banyak tempat,

terutama di pinggir jalan, tempat sampah yang

langsung membagi menjadi dua (2) jenis

sampah (sampah basah dan kering). Tetapi hal

ini belum menampakkan hasil yang cukup

signifikan karena pada kenyataannya ketika

sudah sampai pada TPS maupun TPA sampah-

sampah ini masih tetap tercampur. Kurangnya

kesadaran masyarakat mengenai pentingnya

pemilahan sampah bisa diakibatkan oleh

beberapa faktor. Berdasarkan hasil wawancara

secara acak terhadap 75 responden, 45%

menyatakann mengetahui perbedaan antara

sampah basah dan sampah kering dan sisanya

yaitu sebesar 55% menyatakan masih bingung

atau belum mengetahui perbedaan sampah

basah dan sampah kering.

Prosentase Hasil Wawancara Tentang Sampah

Tahu

45%Tidak Tahu

55%

Gambar 8 Prosentase Hasil Wawancara Tentang

Sampah

Untuk jenis sampah plastik, pemulung, lapak

maupun bandar membagi menjadi 8 kategori

yaitu:

1. Plastik putih/bening.

2. Plastik botol.

3. Plastik gelas

4. Plastik PE-putih.

5. Plastik bak.

6. Plastik atom.

7. Plastik campur.

8. Plastik tas kresek.

3.2.3 Kompaksi

Aktivitas selanjutnya setelah dipilah

berdasarkan jenisnya adalah aktivitas kompaksi.

Proses yang dilakukan disini adalah

memipihkan botol-botol plastik menjadi tipis.

Cara yang biasa dilakukan adalah dengan

mengijaknya. Tetapi cara ini hanya dilakukan

untuk jenis plastik seperti botol plastik bekas air

mineral (jenis LDPE) dan plastik gelas. Untuk

jenis plastik bak dan plastik atom proses

kompaksi agak sulit dilakukan karena plastik

jenis ini cenderung lebih keras dan lebih tebal

dibandingkan jenis plastik botol dan plastik

gelas maupun plastik jenis lainnya.

3.2.4 Prefabrikasi

Tahap selanjutnya yang dilakukan terhadap

sampah plastik adalah proses pre-fabrikasi.

Sebelum masuk ke proses inti yaitu mendaur

ulang sampah plastik menjadi produk plastik

daur ulang, sampah plastik yang telah

dipipihkan akan dirajang atau dipotong-potong

menjadi serpihan kecil. Sebelum dirajang,

plastik yang telah pipih dicuci terlebih dahulu

supaya bahan-bahan yang dapat

mengkontaminasi proses selanjutnya

dihilangkan. Bahan yang mengkontaminasi itu

bisa berupa label merek, yang terbuat dari kertas

atau metal. Setelah dibersihkan plastik dirajang.

Pada tingkat bandar maupun supplier, aktivitas

daur ulang yang dilakukan hanya sampai pre-

fabrikasi saja. Hal ini disebabkan karena

keterbatasan modal untuk membeli teknologi

peletisasi. Beberapa bandar telah memiliki

mesin perajang plastik.

3.2.5 Fabrikasi

Aktivitas akhir yang dilakukan adalah fabrikasi,

yaitu proses mengubah sampah plastik menjadi

bijih plastik recycle, dengan menggunakan

metode melting dan peletisasi. Aktivitas

fabrikasi biasanya dilakukan pada tingkat

industri recycle, karena teknologi yang

digunakan membutuhkan modal yang cukup

besar. Pada aktivitas fabrikasi terdiri dari tahap

pemilahan tahap kedua, yaitu membedakan

sampah plastik berdasarkan tipe plastik.

Pemilahan kedua ini dilakukan karena setiap

tipe plastik memiliki titik leleh sendiri-sendiri,

sehingga tidak dapat diperlakukan sama.

Metode yang digunakan disini adalah dengan

memasukkan serpihan sampah plastik ke dalam

cairan seperti air, minyak tanah, maupun

minyak goreng. Perbedaan masssa jenis dari

masing-masing tipe plastik akan menyebabkan

serpihan plastik tenggelam dan terapung.

Serpihan plastik yang terapung dipisahkan

Page 6: sampah plastik surabaya

6

dengan yang tenggelam. Setelah dipisahkan,

serpihan plastik dilelehkan (melting) dengan

menggunakan temperatur yang disesuaikan

dengan tipe plastik. Pada proses ini akan

dihasilkan strand (lelehan plastik yang masih

panjang seperti mie). Kemudian masuk pada

bagian penyaringan (filtering) untuk

memisahkan antara strand dengan bahan

kontaminasi yang tidak tersaring saat inspeksi

(pemilahan tahap I). Strand selanjutnya masuk

ke dalam mesin peletisasi, sehingga dihasilkan

bijih plastik recycle.

3.3 Identifikasi Permasalahan Pengelolaan

Sampah Plastik

Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh

para pelaku daur ulang sampah plastik terletak

pada kesulitan dalam pemilahan sampah plastik

berdasarkan jenisnya. Hal ini lebih banyak

disebabkan oleh tercampurnya segala jenis

sampah mulai dari sumber. Sampah basah

maupun sampah kering tercampur jadi satu dan

ditimbun begitu saja sampai diambill oleh

petugas kebersihan. Selain itu percampuran

antar jenis sampah plastik juga terjadi akibat

kegiatan pemulung/perangkas ketika mengambil

barang bekas yang masih bernilai di timbunan

sampah (Gambar 10).

3.4 Anthropometri dan Body Map Quesioner

Lingkungan dan fasilitas kerja dalam

pengolahan sampah plastik yang ada saat ini

belum sepenuhnya nyaman bagi pekerjanya.

Sehingga rasa lelah dan sakit akan sering

dirasakan oleh pekerja. Sikap kerja yang tidak

memperhatikan anthropomeri tubuh merupakan

salah satu penyebab rasa sakit dan lelah yang

dialami oleh pekerja. Untuk itu akan dirancang

sebuah lingkungan kerja yang lebih ergonomis.

Disini dikumpulkan sejumlah data

anthropometri tubuh dari orang dewasa baik

pria maupun wanita, dikarenakan operator yang

bekerja adalah pria dan wanita. Data yang

berhasil dikumpulkan adalah data pria dan

wanita dewasa dengan rentang usia 18-25 tahun.

Data anthropometri tubuh yang diambil antara

lain tinggi badan tegak (D1), tinggi bahu tegak

(D3), tinggi siku tegak (D4), tinggi duduk tegak

(D6), tinggi mata duduk (D7), tinggi bahu

duduk (D8), tinggi siku duduk (D9), tebal paha

(D10), jarak pantat ke lutut (D11), jarak pantat

ke popliteal (D12), tinggi lutut (D13), tinggi

popliteal (D14), lebar bahu (D15), lebar pinggul

(D16), panjang tangan jangkauan (D26),

Gambar 10 Bagan Identifikasi Permasalahan

Pelaku Daur Ulang Sampah Plastik

(Diformulasikan dari LP3M ITS, 2006;

Sudiarno, 2006)

Setelah melakukan uji keseragaman dan

kecukupan data, selanjutnya dihitung nilai

percentil dari masing-masing dimensi tubuh.

Hasil perhitungan ini akan digunakan untuk

menentukan dimensi rancangan area kerja dari

proses pemilahan sampah. Dalam kondisi kerja

yang monoton dan kontinu seperti yang

dilakukan oleh para pemilah sampah plastik,

keluhan rasa sakit sering dialami. Untuk

mengetahui beberapa keluhan yang dialami oleh

para pekerja pemilah sampah, dilakukan dengan

kuisioner Body Map.

4. Rancangan Manajemen/Pengelolaan

Sampah Plastik Terintegrasi

4.1 Manajemen/Pengelolaan Sampah Plastik

Terintegrasi

Selama ini pengelolaan sampah plastik hanya

diserahkan langsung kepada para pelaku daur

ulang sampah maupun Dinas Kebersihan Kota,

sehingga seolah-olah kewajiban atas

penanganan sampah plastik yang ada hanya

tanggung jawab pemerintah saja. Dari sudut

pandang pelaku daur ulang, belum adanya

pendekatan dari segi teknologi yang praktis dan

ekonomis, dukungan fasilitas yang nyaman,

masih menjadi kendala utama dalam

Page 7: sampah plastik surabaya

7

kelangsungan proses daur ulang. Menilik dari

indikasi tersebut, sentuhan ergonomi total yang

mengintegrasikan antara aktivitas daur ulang,

teknologi, fasilitas, peningkatan kesadaran

masyarakat dan industri serta didukung oleh

legalitas hukum dari pemerintah sangat

diperlukan. Dengan membuat siklus sampah

plastik menjadi sebuah loop tertutup,

permasalahan sampah plastik akan dapat

direduksi.

Model manajemen sampah terintegrasi yang

dirancang disini adalah dengan melihat

karakteristik dari sampah plastik yang paling

banyak dihasilkan, kemudian didekati dengan

sistem pengolahan sampah plastik. Kerangka

yang digunakan pertama kali disini adalah

pendekatan pemilahan sampah plastik mulai

dari sumbernya, kemudian fasilitas

pengangkutan yang ergonomis dan tepat guna,

serta pendekatan sistem pengolahan sampah

plastik dengan menekankan pada teknologi yang

digunakan dan lingkungan kerja (stasiun kerja).

Serangkaian integrasi ini akan mampu

menurunkan biaya operasional terutama untuk

biaya pemilahan sampah maupun pengangkutan

sampah.

Gambar 11 Mekanisme Pengelolaan Sampah

Terintegrasi dengan Pendekatan Ergonomi Total

(Ergonomi dan Manajemen)

Dari gambar 12 terlihat bahwa sejak dari

sumber yaitu rumah tangga, sampah yang

dihasilkan langsung dipilah menjadi 7 (tujuh)

kategori yaitu Burnable Waste, Hazardous

Waste, Crushable Waste, Bulky Waste, Plastic

Waste, Recycable Waste, Composting Waste dan

Landfill Waste. Untuk memudahkan masyarakat

membedakan antar kategori sampah, pada

subbab selanjutnya akan dibahas media

sosialisasi yang digunakan. Untuk jenis sampah

Burnable Waste merupakan jenis sampah

organik yang berupa rumput, ranting, ataupun

sisa makanan yang tidak bisa dibuat kompos.

Sampah organik yang dapat diolah menjadi

kompos langsung diolah pada tingkat rumah

tangga dengan menggunakan metode Takakura

Home. Pada tingkat TPS, kemungkinan sampah

tercampur masih ada, sehingga pada tingkat

TPS difungsikan sebagai tempat pengolahan

tahap kedua setelah rumah tangga yaitu

melakukan akivitas pengomposan dan sebagai

tempat pemilahan sampah kering untuk

selanjutnya dijual kepada bandar maupun

pelaku daur ulang lainnya. Jenis sampah seperti

Bulky Waste, Crushable Waste, Hazardous

Waste dan Plastic Waste dapat diserahkan

kepada pihak swasta yang lain yang

memanfatkan sampah dari ketiga jenis tersebut.

Untuk jenis Landfill Waste dan akan diolah di

TPA karena memerlukan lahan yang lebih luas.

Sistem pengelolaan terintegrasi melibatkan

banyak pihak yang terlibat didalamnya,

sehingga dibutuhkan koordinasi yang baik antar

pihak yang bersangkutan.

Gambar 13 Bagan Pendekatan Teknologi dan

Fasilitas Kerja pada Sistem Pengelolaan

Sampah Terintegrasi

4.2 Aktivitas Pemilahan Sampah

Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mulai

memilah sampah sejak dari rumah tangga

merupakan kunci pembuka permasalahan

pengelolaan sampah dan sampah plastik pada

khususnya. Dari hasil wawancara yang

dilakukan 55% responden menyatakan belum

mengetahui perbedaan antara sampah basah dan

sampah kering. Sedangkan sisanya sebesar 45%

menyatakan tahu. Strategi yang strategis untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat antara lain:

1. Mengadakan lomba-lomba kebersihan

lingkungan.

PENGELOLAAN

SAMPAH PLASTIK

TERINTEGRASI

WHAT

WHEN

WHERE

WHO HOW

WHY

TEKNOLOGI

FASILITAS

PEMILAHAN

PEMBUANGAN

PENGAMBILANPENGOLAHAN

PENDISTRIBU

-SIAN

Page 8: sampah plastik surabaya

8

2. Memasang beberapa poster informasi

mengenai keberadaan dan kategori sampah.

3. Membuat guidebook yang memuat semua

informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat

mengenai pembuangan sampah, sampah

plastik pada khususnya.

4.3 Aktivitas Pembuangan Sampah dan

Sampah Plastik

Aktivitas pembuangan sampah dilakukan oleh

setiap rumaha tangga disesuaikan dengan

jadwal yang telah disepakati bersama yang

tertuang dalam Guideline pembuangan sampah.

Dalam buku guideline tersebut dijelaskan secara

terperinci pengkategorian jenis sampah, cara

membuangnya, dimana lokasi pembuangan, dan

kapan pembuangan sampah serta waktu

pengambilan sampah.

4.4 Aktivitas Pengambilan Sampah

Sampah plastik yang telah dikumpulkan

selanjutnya dipindahkan ke tempat pembuangan

sementara (TPS) maupun TPA. Setelah dari

sumber penghasil sampah dipilah sesuai dengan

jenis sampah, sampah-sampah ini akan diangkut

menuju tempat pembuangan sementara maupun

di tempat pembuangan akhir. Selama ini

fasilitas yang digunakan berupa gerobak sampah

biasa dimana sampah-sampah dikumpulkan

dalam satu kotak. Hal ini menyebabkan

tercampurnya kembali jenis sampah yang sudah

dipisahkan sebelumnya. Oleh karena itu

dibutuhkan fasilitas gerobak sampah maupun

pengangkut sampah yang juga memisahkan

sampah berdasarkan jenisnya. Kenyamanan

fasilitas yang digunakan juga akan mendukung

semangat petugas untuk mengumpulkan

sampah.

Sumber

Sampah

Burnable

Waste

Landfill

WastePlastic Waste

Recyclable

Waste

Hazardous

Waste

Composting

Waste

Crushable

WasteBulky Waste

Daur Ulang

oleh Pelaku

Daur Ulang

Takakura

Home

Method

PETHDPEPVCLDPEPPPSMultilayer

PelletisasiPengecoran

Pemilahan di

Rumah Tangga

Pengolahan di

Tingkat Rumah

Tangga

Pengolahan

pada Pihak

Swasta

TPA

TPS

Konsumen/

Pihak Swasta

Jenis Aktivitas

Gambar 12 Rancangan Sistem Pengelolaan Sampah Plastik Terintegrasi

Page 9: sampah plastik surabaya

9

Gambar 14 Gerobak Sampah Ergonomis (Tepat

Fungsi dan Guna)

4.5 Aktivitas Pengolahan Sampah Plastik

Permasalahan lain yang dihadapi dalam

pengelolaan sampah plastik adalah berkaitan

dengan permasalahan teknis seperti

keterbatasan lahan operasional, teknologi

pengolahan sampah plastik, dan lingkungan

kerja (stasiun kerja) yang kurang ergonomis.

4.5.1 Mesin Perajang Plastik

Untuk mesin perajang plastik saat ini telah

dikembangkan mesin perajang plastik dengan

spesifikasi tertentu. Untuk mesin rakitan bisa

menggunakan spesifikasi komponen mesin yang

ada.

4.5.2 Identifikasi Jenis plastik

Pada tingkat bandar, lapak, dan sebagainya,

masih saja kesulitan dalam membedakan jenis

plastik sebab secara fisik banyak sekali

kemiripan fisik walaupun sebenarnya berupa

jenis plastik yang berbeda. Untuk kemasan

produk yang dapat didaur ulang terdapat tanda

tiga anak panah melingkar dan didalamnya

memiliki nomor tertentu dari angka 1 sampai 7,

sesuai dengan jenis masing-masing plastik.

Untuk itu disini akan didentifikasi atas produk

yang ada berdasarkan jenis polimer

pembentuknya, yaitu:

1. PET (Polyethylene Terephtalate), dengan

tanda angka 1.

2. HDPE (High Density Polyethylene), dengan

tanda angka 2.

3. LDPE (Low Density Polyethylene), dengan

tanda angka 3.

4. PVC (Polyvinyl Chloride), dengan tanda

angka 4.

5. PP (Polypropylene), dengan tanda angka 5.

6. PS (Polystyrene), dengan tanda angka 6.

7. Multilayer, dengan tanda angka 7.

4.5.3 Pengolahan Sampah Plastik

Setiap jenis plastik memiliki sistem pengolahan

senediri. Untuk plastik jenis LDPE, HDPE,

PET, PVC, PS, dan PP Ada beberapa tahap

yang dilakukan dalam mendaur ulang plastik,

yaitu:

1. Bersihkan plastik dari kontaminer seperti

kertas, ataupun tipe plastik yang lain

(biasanya berasal dari label plastik atau sisa

isi yang masih melekat). Untuk

membersihkan bisa menggunakan cutter

maupun dicuci sampai benar-benar bersih

dari kontaminer.

2. Pipihkan plastik (bila berongga seperti

botol) dengan cara menginjaknya atau

menggunakan mesin pres.

3. Masukkan ke dalam mesin perajang plastik.

4. Pilah kembali serpihan plastik untuk

membedakan tiap tipe plastik. Media yang

digunakan adalah air atau minyak goreng.

Berikut identifikasi yang dapat dilakukan

untuk membantu membedakan antar tipe

plastik:

5. Plastik yang telah dibedakan tipenya

(tenggelam dan mengapung), dipisahkan

untuk diproses sesuai dengan tipenya.

Serpihan akan dimasukkan ke dalam mesin

peleleh (melting). Temperatur yang

digunakan untuk masing-masing tipe plastik

dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 1 Media Pemilahan Plastik

No Tipe Plastik Media Air Media

Minyak

1 PET Terapung Terapung

2 HDPE Terapung Terapung

3 PVC Tenggelam Tenggelam

4 LDPE Terapung Terapung

5 PP Tenggelam Tenggelam

6 PS Terapung Terapung

7 Multilayer Terapung Terapung

Tabel 2 Temperatur Leleh Plastik

No Tipe Plastik Temperatur

Leleh

1 PET (Polyethylene

Terephtalate)

700C – 80

0C

2 HDPE (High Density

Polyethylene)

700C – 800C

3 PVC (Polyvinyl

Chloride)

700C – 1000C

4 LDPE (Low Density 700C – 80

0C

Page 10: sampah plastik surabaya

10

Polyethylene)

5 PP (Polypropylene) 1600C – 170

0C

6 PS (Polystyrene) 800C – 950C

7 Multilayer Pengecoran

6. Setelah diproses pada mesin melting, hasil

yang keluar berupa strand yang kemudian

dipotong dengan menggunakan mesin

pellet. Dan dihasilkan bijih plastik.

Sedangkan untuk Plastik Multilayer, diproses

dengan pengecoran, berikut keterangan proses

pengolahan plastik jenis multilayer:

1. Cuci plastik multilayer dan bersihkan dari

sisa kotoran yang masih melekat. Misalkan

untuk sachet sampo bersihkan dari sisa

sampo yang masih ada.

2. Keringkan dengan cara dijemur sampai

kering.

3. Setelah kering, bakar plastik multilayer

sampai semua kandungan plastik leleh.

Setelah kandungan plastik leleh, yang

tersisa adalah kandungan alumunium

(logam).

4. Kandungan logam yang tersisa akan

dilelehkan dengan menggunakan tungku

pemanas dengan temperatur 7000C untuk

alumunium, 15000C untuk besi, dan >

15000C untuk baja. Hasil lelehan logam

dicetak lalu dinginkan.

4.5.4 Rancangan Stasiun Kerja

Kurangnya sistem pengelolaan juga terlihat

pada aktivitas yang dilakukan di TPS. TPS

secara fungsional hanya digunakan sebagai

fasilitas untuk menampung sampah sementara

sebelum diangkut ke TPA. Hal inilah yang

sebenarnya membuat mahal pembiayaan

pengelolaan sampah. TPS dapat dioptimalkan

fungsinya sebagai tempat pengolahan sampah

tahap kedua setelah ditingkat rumah tangga

(Sudiarno, 2006). Dengan mempertimbangkan

keterbatasan lahan operasional (luas ±300 m2),

disini akan disusun sebuah rancangan stasiun

kerja di tingkat TPS dengan menambah

fungsinya sebagai tempat pengolahan sampah.

Gambar 15 Rancangan Rekomendasi Fasilitas

TPS (2D)

Gambar 15 Rancangan Rekomendasi Fasilitas

TPS (3D)

Terdapat penambahan beberapa fasilitas yaitu

pembagian ruangan untuk beberapa proses

seperti:

1. Tempat pengomposan sampah organik;

2. Tampat pengolahan sampah plastik

lanjut;

3. Storage sampah plastik yang siap

diambil oleh pelaku daur ulang;

4. Tempat pemilahan sampah, dock

penerimaan sampah, dan

5. Timbangan.

4.6 Operasional Pengelolaan Sampah Plastik

Fasilitas yang tersedia tidak akan dimanfaatkan

dengan baik apabila tidak ada manajemen yang

baik dalam mengelolanya. Rancangan

pengelolaan sampah plastik disusun berdasarkan

prinsip desentralisasi. Untuk lebih jelasnya

mengenai alur pengelolaan sampah plastik dapat

dilihat pada gambar 16.

Pengumpulan sampah dari sumber dilakukan

dengan partisipasi aktif masyarakat dimana

sampah telah dipilah-pilah sejak dari sumber.

Sampah-sampah tersebut akan diambil oleh

petugas berdasarkan jadwal yang telah

ditentukan. Lebih jelasnya mengenai rancangan

Page 11: sampah plastik surabaya

11

jadwal pengambilan sampah yang termuat

dalam guidebook.

Gambar 16 Alur Pengelolaan Sampah Plastik

Pengelolaan sampah plastik ini dibagi menjadi

beberapa zona modulasi dimana sesuai dengan

kondisi existing tetap dipertahankan. Hanya saja

lebih ditonjolkan dari segi manajemen di setiap

zona. Zona modulasi merupakan pembagian

wilayah pengelolaan sampah, dimana setiap

zona memiliki TPS yang memiliki fasilitas

pengolahan sampah. Setiap zona modulasi

dibangun atas koordinasi mulai dari tingkat RT

sampai kelurahan.

Gambar 17 Jalur Koordinasi Pengelolaan

Sampah Plastik

Pada tingkat RT bertanggung jawab atas

mekanisme pemilahan sampah oleh tiap kepala

keluarga, mulai dari penyediaan kantung plastik,

guidebook, dan lokasi pembuangan. Pada

tingkat RW bertanggungjawab atas mekanisme

pengambilan sampah, yaitu jadwal pengambilan

sampah, sarana dan fasilitas pengangkutan

(pengambilan) berupa gerobak sampah. Pada

tingkat kelurahan bertanggung jawab atas

fasilitas pengolahan yaitu TPS di kelurahan

masing-masing. Pengawasan berkala dilakukan

di tiap zona modulasi. Aktivitas-aktivitas yang

dilakukan pada tiap TPS di tiap zona modulasi

antara lain:

1. Pemilahan sampah, dimana dikategorikan

menjadi sampah organik, sampah

anorganik, dan residu.

2. Pengolahan sampah organik dengan

melakukan composting. Metode composting

yang digunakan merujuk pada rekomendasi

yang diberikan oleh Sudiarno (2006) yaitu

dengan menggunakan Takakura Susun

Method (TSM).

3. Pengolahan sampah plastik lanjut, yaitu

dengan memilah sampah plastik

berdasarkan tipe plastik. Metode yang

dilakukan disini telah dijelaskan pada sub-

subbab 5.4.2.

4. Pengiriman sampah residu ke tempat

pembuangan akhir.

4.7 Analisa Rancangan Sistem

Rancangan sistem pengelolaan sampah plastik

terintegrasi akan memotong jalur pengolahan

sampah. Pada existing sistem, pengolahan

sampah hanya terfokus pada TPA, TPS hanya

difungsikan sebagai tempat transit sementara

untuk selanjutnya didistribusikan ke TPA.

Sehingga pada rancangan pengelolaan sampah

terintegrasi ini mengoptimalkan TPS sebagai

lahan yang digunakan untuk tahap pengolahan

kedua setelah rumah tangga. Dengan demikian

sampah plastik terutama yang dapat di daur

ulang dapat segera didistribusikan kepada

pelaku daur ulang untuk di proses menjadi

produk recycle. Daur hidup sampah plastik akan

menjadi lebih singkat, dengan kata lain

kesetimbangan frekuensi entiti yang masuk

dengan yang keluar dapat didekati, dan daur

hidup sampah plastik dapat dibuat menjadi loop

yang tertutup.Pada rancangan sistem

pengelolaan sampah plastik terintegrasi peran

aktif masyarakat sebagai sumber sampah akan

benar-benar dilibatkan sebagai bentuk tanggung

jawab moral dan emosi dalam menjaga

kelestarian lingkungan hidup, khususnya

terhadap keberadaan sampah plastik.

4.8 Parameter Keberhasilan Rancangan

Pengelolaan Sampah Plastik Terintegrasi

Suatu keberhasilan dari sebuah rancangan baru

adalah ketika berhasil mencapai tujuan yang

diinginkan. Dalam implementasinya, rancangan

Page 12: sampah plastik surabaya

12

manajemen/pengelolaan sampah plastik

terintegrasi ini diperlukan paramater sebagai

tolak ukur keberhasilan. Berikut beberapa tolak

ukur yang digunakan :

1. Jumlah timbulan sampah plastik di TPS

semakin menurun.

2. Jumlah timbulan sampah plastik di TPA

semakin menurun.

3. Peningkatan jumlah masyarakat yang

melakukan pemilahan sampah dari awal.

4. Persentase penggunaan dana operasional

dengan anggaran yang disediakan. Dimana

bila terjadi penurunan maka akan

menunjukkan efektifitas rancangan.

5. Persentase biaya transportasi pemindahan

sampah dari sumber ke TPS. Yang

diharapkan disini adalah terjadi penurunan

terhadap anggaran yang disediakan.

6. Konsistensi pengambilan sampah sesuai

jadwal yang telah ditentukan. Diharapkan

disini adalah pembuangan dan pengambilan

sampah tepat waktu sesuai jadwal

meningkat.

7. Peningkatan kesehatan masyarakat.

Terutama untuk masyarakat yang dekat

dengan pusat penimbunan sampah.

8. Jumlah sampah plastik yang dapat didaur

ulang. Dimana bila terjadi peningkatan

jumlah sampah plastik yang dapat didaur

ulang.

9. Ketepatan estimasi usia tempat pembuangan

dengan yang penggunaan yang sebenarnya.

10. Laju timbulan sampah. Diharapkan terjadi

penurunan laju timbulan sampah.

11. Persentase biaya pengumpulan sampah

terhadap anggaran yang disediakan.

Penurunan nilai terhadap indikator ini

adalah yang diharapkan.

Untuk mengukur tingkat keberhasilan rancangan

desain sistem pengelolaan sampah ini,

dibutuhkan sebuah metode yang mampu

mengakomodasi keseluruhan parameter yang

ada di dalam sistem pengelolaan. Baik yang

bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

5. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian

ini antara lain:

1. Pemilahan sampah dikategorikan menjadi 7

(tujuh) macam yaitu Burnable Waste,

Plastic Waste, Landfill Waste, Recyclable

Waste, Hazardous Waste, Bulky Waste, dan

Crushable Waste. Untuk sampah plastik

yang dapat di daur ulang terdiri dari plastik

PET, LDPE, HDPE, PVC, PP, PS dan

Multilayer atau pada produk yang terdapat

tanda tiga anak panah melingkar.

2. Teknologi perajang plastik menggunakan

mesin perajang plastik yang sudah ada,

maupun dengan merakit sendiri.

3. Stasiun kerja yang dirancang

mempertimbangkan faktor ergonomi yang

disesuaikan dengan anthropometri tubuh

manusia meliputi tinggi badan, jangkaun

tangan, dan sikap kerja.

4. Media sosialisasi yang dapat diterapkan

yaitu pemasangan sejumlah poster tentang

sampah plastik dibeberapa tempat strategis,

pembuatan buku guideline pembuangan

sampah yang diberikan di setiap rumah

tangga, dan memberikan insentif bagi

masyarakat yang melakukan pemilahan

sampah.

5. Pengoptimalan fungsi TPS menjadi tempat

pengolahan sampah tahap kedua setelah

rumah tangga yaitu proses pemilahan

sampah, pengomposan sampah organik, dan

pengumpulan sampah kering yang dapat di

daur ulang untuk didistribusikan kepada

pihak swasta.

6. Daftar Pustaka

Anshory, I.,dan Achmad, H. 2000. Acuan

Pelajaran Kimia SMU untuk Kelas 3.

Jakarta : Erlangga.

Artayasa, I Nyoman. 2006. Ergonomi Total

Mengimplementasikan Revitalisasi

Pertanian Demi Meningkatnya Kualitas

Hidup Petani. Prosiding Seminar Nasional

Ergonomi dan K3, Surabaya 29 Juli

2006:A02-1 – A02-8.

Budi, Bambang Setia. Feb. 2006. Memisahkan

Sampah:Belajar dari Jepang,

<URL:http://www.beritaiptek.com/zberita-

beritaiptek-2006-02-22-Sistem-Evaluasi-

Bangunan-dan-Lingkungan-yang-

Berkelanjutan.....html>

Cunningham, William P., dan Ann, Mary. 2002.

Principles of Environmental Science

Inquiry and Applications. McGraw-Hill,

Inc.

Darsono, V. 2005. Upaya Pengelolaan Sampah

Perkotaan. Jurnal Teknologi Industri IX, 3

(Juli):247-252.

Hendrick, H. W. 2002. Macroergonomics: A

Better Approach to Work System Design,

Page 13: sampah plastik surabaya

13

<http://www.semac.org.mx/congreso/4-

10.pdf.>.

Hendrick, H. W., dan Kleiner, B. M., 2002.

Macroergonomics : Theory, Methods, and

Applications. London: Lawrence Erlbaum

Associates.

Hermawan, N.C., dan Sucipto, Haryo. 2005.

Mesin Perajang Plastik. Laporan Tugas

Akhir: Program Studi D3 Teknik Mesin

Produksi ITS, Surabaya.

Karwowski, Waldemar. 2005. Ergonomics and

Human Factors: The Paradigms for

science, engineering, design, Technology,

and Management of Human-Compatible

Systems. USA:Ergonomics (in press).

Kum, V., Sharp, A., dan Harnpornchai, N. 2004.

A System Dynamic Approach for Financial

Planning in Solid Waste Management : A

Case study in Phonm Penh City.

Thammasat Int. J. Sc. Tech., Vol. 9, No.2,

April-June 2004.

Kusnoputranto, Haryoto. 1983. Kesehatan

Lingkungan. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Universitas Indonesia Fakultas

Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Manuaba, Adnyana. 2004. Pendekatan

Ergonomi Holistik Satu Keharusan Dalam

Otomasi untuk mencapai Proses Kerja dan

Produk yang Manusiawi, Kompetitif dan

Lestari. Prosiding Seminar Nasional

Ergonomi Aplikasi Ergonomi dalam

Industri. Yogyakarta, 27 Maret 2004.

Nissa’, Khamidatun. 2006. Analisa Kelayakan

Proyek Recycle Multilayer Plastic (Plastik

Kemasan Sachet). Laporan Tesis. Jurusan

Teknik Industri ITS, Surabaya.

Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi, Konsep

Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Guna

Widya.

Ramadhan, Hary. 1999. Sistem Daur Ulang

Limbah Plastik. Laporan Kerja Praktek.

Jurusan Teknik Lingkungan Institut

Teknologi Sepuluh Nopember,Surabaya.

Sudiarno, Adithya. 2006. Integrasi Ergonomi

Total dan Ekologi pada Pemodelan Sistem

Manajemen Sampah di Kota Surabaya

Menuju Kota Ecopolish. Laporan Tesis.

Jurusan Teknik Industri ITS, Surabaya.

Tchobanoglous, Vigil, dan Theisen. 1993.

Integrated Solid Waste Management,

Engineering Principles and Management

Issues. McGraw-Hill, Inc.

Torf, Y., dan Joubert, D. 2005. Procceding of

CybErg 2005 (Thatcher, A., James,

J.,&Todd, A.) The Fourth International

Cyberspace Conference Johannesburg.

International Ergonomics Association Press.

Vesilind, Worrell, dan Reinhart. 2003. Solid

Waste Engineering. Brooks/Cole Thomson

Learning, Inc.

Wignjosoebroto, Sritomo. 2003. Ergonomi,

Studi Gerak dan Waktu: Teknik Analisis

Untuk Peningkatan Produktivitas. Jakarta:

PT. Guna Widya.

Yayasan ULI Peduli dan LP3M ITS. 2006. Studi

Rantai Post Consumer Waste. Laporan

Akhir. Lembaga Penelitian dan Pengabdian

Pada Masyarakat ITS, Surabaya.

Yudoko, Gatot. 2002. Municipal Solid Waste

Planning and Management in Developing

Countries: A State-of-The-Art and

Implications for Further Research. Jurnal

TMI 22 (3): 15-34.