Gambar Studi Kasus Paku Keling Pada Dudukan Pegas Mobil Dyna
Sambungan Paku Keling
-
Upload
zazu-setyas -
Category
Documents
-
view
216 -
download
7
description
Transcript of Sambungan Paku Keling
SAMBUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN PAKU KELING
Paku keling (rivet) adalah salah satu alat penyambung atau profil baja,
selain baut dalam las. Paku keling terdiri dari sebuah baja yang pendek yang
mudah ditempa dan berbentuk mangkuk setengah bulatan. Pada saat paku keling
dalam keadaan plastis, paku keling dipukul dengan palu sehingga akan terbentuk
sebuah kepala lagi pada sisi yang lainnya. Dan biasanya, paku keling akan
mengembang sehingga mengisi seluruh lubang. Penggunaan paku keling sebagai
alat penyambung lebih kaku bila dibandingkan dengan penggunaan baut.
.
1. Uraian Paku Keling
Sambungan keling digunakan secara luas dalam struktur
boiler, kapal, jembatan, bangunan, tangki, kapal, pesawat uadara, dll.
Dalam perancangan sambungan keling, diameter keling yang dijadikan
parameter desain, walaupun setelah dipasang diameter rivet akan ekpansi
memenuhi ukuran lubang. Beberapa kelebihan sambungan keling antara lain
adalah :
• Tidak akan longgar karena adanya getaran atau beban kejut
• Relatif murah dan pemasangan yang cepat
• Ringan
• Dapat diasembling dari sisi “blind”
• Lebih tahan korosi dibandingkan sambungan baut
• Kekuatan fatigue lebih baik dari sambungan las
Sedangkan kelemahan sambungan keling adalah tidak dapat dilepas, dan
pencekaman tidak sekencang sambungan baut.
Jarak minimum antar keling biasanya adalah sekitar tiga kali diameter
(kecuali pada strukutr boiler), sedangkan jarak maksimum adalah 16 kali
tebal pelat. Jarak antar keling yang terlalu jauh akan mengakibatkan
terjadi plate buckling. Untuk menjamin keselamatan, prosedur
perancangan konstruksi yang menggunakan sambungan paku keling
haruslah mengikuti persayaratan yang ditetapkan oleh Code yang telah
disusun oleh AISC dan ASME.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar berikut ini.
Selama proses penempaan, sebuah alat bucking di tempatkan dibawah kepala
paku keling di sisi belakang sambungan, untuk memegang paku keling supaya
tidak bergerak dan berfungsi sebagai landasan. Setelah ditempa, paku keling
kemudian menjadi pendek, proses pemendekkan ini akan memberikan tekanan
pada pelat-pelat yang disambung. Didalam perhitungan, prinsip sambungan
dengan menggunakan paku keling sama saja dengan prinsip sambungan dengan
menggunakan baut. Yang membedakannya hanyalah tegangan izin. Untuk
mengetahui tegangan izinnya dapat dilihat PPBBI pasal 8.3. ayat (1). Kecuali
kombinasi tegangan geser dan tegangan tarik yang diizinkan sama dengan
kombinasi tegangan geser dan tegangan tarik pada sambungan baut, yaitu :
σ = σ 2 +1,56τ 2 ≤σ
Hal ini didasarkan kepada pendapat Gunawan dan Margaret (1991) yang
menyatakan bahwa pada PPBBI rumus tersebut ditulis salah. Besarnya tegangan
gizi dalam menghitung kekuatan paku keling adalah :
Tegangan geser yang diizinkan : τ = 0,8 σ
Tegangan tarik yang diizinkan : σ tr = 0,8 σ
Tegangan tumpuan yang diizinkan :
σ tr = 2 σ untuk S1 > 2 d
σ tr = 1,6 σ untuk1,5 d ≤ S1 ≤ 2 d
Dimana :
S1 = Jarak dari paku keling yang paling luar ke tepi bagian yang disambung
d = Diameter pake keling.
σ = Tegangan dasar menurut tabel 1 (pasal 2.2), kecuali untuk tumpuan
menggunakan tegangan dasar bahan yang disambung.
Contoh :
Diketahui suatu sambungan seperti tergambar, gaya yang bekerja = 25 ton dan
diameter pake keling = 20 mm. Lebar pelat = 300 mm, dan tebal pelat = 12 mm
dan 16 mm. Mutu baja BJ 37.
Ditanya :
1) Hitung besarnya tegangan yang timbul
2) Periksa tegangan yang timbul terhadap tegangan izin
3) Hitunglah besarnya gaya yang dapat didukung sambung tersebut.
Jawab :
1) Besarnya tegangan yang timbul
a. Tegangan tarik : σ = P / Fn
Fn = Fbr – t (d + 0,1 mm) 3 lubang
= (30 x 1,6) – 1,6 (2,0 + 0,1) 3
= 37,92 cm2
Maka σ = P / Fn
= 25000 kg / 37,92 cm
= 659,28 kg/cm2
b. Tegangan Geser : τ = P / nFs
Fs = 2 (1/4 π d2)
= 2 (1/4 x 3,14 x 2,02)
= 6,28 cm2
Maka : τ = P / nFs
= 25000 . 3 x 6,28
= 1326,96 kg / cm2
c. Tegangan tumpu :σ = P / nFtp
Ftp = d x t
= 2,0 cm x 1,6 cm
= 3,20
σ tp = P / nFtp
= 2500 kg / 3 x 3,20 cm2
= 2604,16 kg / cm2
Kalau anda perhatikan dengan contoh di depan dengan menggunakan baut,
angka ini persis sama bukan.
2) Periksa terhadap tegangan yang dizinkan
a. Tegangan tarik : σ trk < 0,8σ
659, 28 kg/cm2 < 0,8 x 1600 kg/cm2
ternyata 659,28 kg/cm2 < 1280 kg/cm2
b. Tegangan geser : τ < 0,8 σ
1326,96 kg/cm2 > 0,8 x 1600 kg/cm2
ternyata 1326,96 kg/cm2 > 1280 kg/cm2
c. Tegangan tumpu : σ tp = 2 σ
2604, 16 kg/cm2 > 2 x 1600 kg/cm2
ternyata 2604, 16 kg/cm2 > 3200 kg/cm2
Kalau anda perhatikan, tegangan izin inilah yang membedakan baut dengan paku
keling
3) Besarnya gaya yang dapat didukung sambungan adalah :
a. Gaya Tarik : Ptrk = Fn x 0,8σ
= 37,92 cm2 x 0,8 x 1600 kg/cm2
= 48537,6 kg
= 48,537 ton
b. Gaya geser : Pgr = n x Fs x 0,6σ
= 3 x 6,28 cm2 x 0,8 x 1600 kg/cm2
= 24115,2 kg
= 24,115ton
c. Kekuatan tumpu : Ptp = n x Ftp xσ tp
= 3 x 3,2 cm2 x 3200 kg/cm2
= 30720 kg
= 30,720 ton
Jadi gaya maksimum yang mungkin diadakan adalah Pmax = 24,115 ton (Hasil
perhitungan yang paling kecil)
Kalau anda perhatikan, gaya maksimum juga berbeda dan ternyata daya dukung
paku keling lebih besar bila dibandingkan dengan baut.