Salurantransmisi TT 2012
-
Upload
yohan-sasmi-dewanto -
Category
Documents
-
view
182 -
download
30
description
Transcript of Salurantransmisi TT 2012
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 1
BAB I
PENDAHULUAN
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari Bab I, mahasiswa akan mampu
- Menjelaskan konsep medan listrik dan medan magnetik.
- Menjelaskan konsep frekuensi, panjang gelombang dan perioda.
- Menjelaskan posisi saluran pada system transmisi dan mengenal
satuan-satuan yang digunakan dalam sistem transmisi
1.1 Medan Listrik
Saluran transmisi pada umumnya mempelajari perilaku medan listrik dan
medan magnetik di saluran tersebut. Medan listrik akan terjadi jika dua muatan
positif dan negatif dipisahkan dalam media dielektrik pada jarak tertentu. Medan
listrik diawali pada muatan negatif dan berakhir pada muatan positif sebagaimana
diperlihatkan dalam Gambar 1.1
+
-
MEDAN LISTRIK
MUATAN POSITIF
MUATAN NEGATIF
Gambar 1.1 Medan listrik disertai muatan positif dan negatif dalam udara
Sumber : Hund, 1989:5
1.1.1 Kuat Medan Listrik
Kuat medan listrik didefinisikan sebagai sejumlah gaya yang di exerted pada
satu muatan (Hund, 1989:6)
(1.1)
atau
(1.2)
dimana
: kuat medan listrik (V/m)
: gaya (N)
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 2
q : muatan satuan uji (C)
: permitivitas media (F/m)
r : jarak antar muatan (m)
Dengan demikian kuat medan listrik berbanding terbalik terhadap kuadrat jarak r,
makin jauh jarak antar muatan makin kecil kuat medan listriknya
Latihan
Berapa kuat medan dalam V/m di udara untuk satu muatan test pada likasi 1000
meter dari muatan 0,001 C? (8,99 V/m)
1.2 Medan Magnetik
Ketika ada gerakan muatan atau ada aliran arus listrik, medan magnetik akan
terjadi di sekeliling muatan tersebut. Arah medan magnetik disekitar arus
ditentukan dengan aturan tangan kanan. Medan magnetik yang terjadi tidak
menggunakan prinsip kapan medan diawali dan kapan diakhiri. Sehingga medan
magnetik selalu membentuk loop tertutup.
Medan magnetik yang mengisi udara disekitar arus mempunyai gaya
(Hund,1989:8)
(1.3)
dimana
: kuat medan magnetik
(A/m)
: muatan magnetik (Wb)
: muatan satuan uji (C)
: permeabilitas (H/m)
r : jarak antar muatan (m)
Dari persamaan 1.3 dapat dipahami bahwa kuar medan magnetik berbanding
terbalik terhadap kuadrat jarak antar muatan.
1.3 Frekuensi dan Perioda
Frekuensi adalah banyaknya siklus gelombang dalam satu detik dengan satuan
hertz (Hz), dan perioda dari satu gelombang adalah waktu untuk satu siklus penuh
dimana (Hund, 1989:16)
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 3
(1.4)
dimana
: perioda (detik)
: frekuensi (Hz)
Dari persamaan 1.4 dapat dipahami bahwa makin tinggi frekuensi gelombang makin
kecil periodanya. Sebagai gambaran gelombang mikrowave 1 GHz, akan mempunyai
perioda 1 ns dan gelombang dengan frekuensi 1 MHz akan menpunyai perioda 1 µs.
Latihan
Pada frekuensi 2 GHz, berapakah perioda gelombang tersebut? (0.5 nS)
1.4 Panjang Gelombang
Kecepatan rambat sebuah gelombang elektromagnetik dalam udara kosong adalah 3.
108 m/detik. Panjang gelombang dari gelombang elektromagnetik berbanding terbalik
dengan frekuensi (Hund, 1989:16)
(1.5)
dimana
: panjang gelombang (m)
: frekuensi (Hz)
Latihan
1. Hitung panjang gelombang dalam meter untuk gelombang elektromagnetik
yang merambat dalam udara pada frekuensi 1 GHz? (0.3m)
2. Hitung panjang gelombang dalam meter untuk gelombang elektromagnetik
yang merambat dalam udara pada frekuensi 10 GHz? (0.03m)
3. Hitung panjang gelombang dalam meter untuk gelombang elektromagnetik
yang merambat dalam udara pada frekuensi 100 MHz? (3m)
4. Buat kesimpulan dari hasil pekerjaan saudara!
Jika gelombang merambat pada media selain udara, kecepatan rambat
gelombang akan berkurang tergantung dari tetapan dielektrik media rambat
gelombang yang dinyatakan dengan rumus (Hund,1989:16)
√ (1.6)
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 4
Latihan
Hitung panjang gelombang dalam meter untuk gelombang elektromagnetik
yang merambat dalam media dengan tetapan dielektrik 2 pada frekuensi 1GHz?
(21,2 cm)
1.5 Spektrum Frekuensi
Spektrum frekuensi menberikan informasi klasifikasi penggunaan frekuensi
pada sistem komunikasi. Secara umum spektrum frekuensi kelompokkan seperti
diperlihatkan pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Spektrum frekuensi
Batas Frekuensi Peruntukan
3-30 Hz : VLF (very low frequency)
30 – 399 kHz : LF (low frequency)
300 kHz – 3 MHz : MF( medium frequency
3 MHz – 30 MHz : HF ( high frequency)
30 MHz – 300 MHz : VHF (very high frequency)
300 MHz – 3 GHz
1.12 – 2.7 GHz
2.6 – 3,95 GHz
: UHF ( ultra high frequency)
Band L
BandS
3 GHz – 30 GHz
3.95 – 5.85 GHz
4.9 - 7.05 GHz
7.05 – 10.0 GHz
8.2 – 12.4 GHz
18.0 – 26.5 GHz
: SHF(super high frequency)
Band G
Band C
Band H
Band X
Band K
30 GHz – 300 GHz : EHF(extremely high frequency)
1.6 Posisi Saluran pada Sistem Transmisi
Saluran menghubungkan sebuah sumber sinyal (signal generator) ke antenna
atau menghubnngkan antenna ke pesawat penerima sebagaimana ditunjukkan
dalam Gambar 1.2 Dari gambar tersebut, terlihat bahwa sinyal yang merambat
dalam saluran adalah sinyal listrik yang berasal dari generator sinyal. Gelombang
yang merambat pada saluran mempunyai kecepatan mendekati kecepatan cahaya,
tergantung dari jenis bahan media rambat gelombang tersebut. Sinyal listrik yang
merambat pada saluran mempunyai karakter yang unik, tergantung pada struktur
phisik saluran dan kondisi beban. Struktur phisik yang tidak sama akan
menghasilkan pola sinyal yang berbeda.
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 5
SALURAN
Zo = 50 W
S-END
AC
ANTENA RF SIG. GEN
Gambar 1.2 Saluran dalam sistem transmisi
1.7 Decibels (dB)
Decibel adalah satuan yang sering dijumpai dalam sisten radio frekuensi yang
didinisikan sebagai 10 kali logaritma basis 10 dari perbandingan dua buah daya.
(Hund, 1989:19)
⁄ (1.7)
dimana
P : perbandingan numeric (dB)
P2 : daya
P1 : daya (P2 dan P1 diekspresikan dalam satuan yang sama)
Jika P2>P1 maka hasilnya adalah nilai positif dan sebaliknya bernilai negatif.
Latihan
1. Tentukan pelemahan dalam satuan dB untuk daya input 100 mW dan daya
output 3,5 mW ( -14,6 dB)
2. Berapa daya input yang diperlulan jika daya output 450 mW dengan
penguatan sistem 28 dB? ( 713 W)
3. Berapa daya output yang dihasilkan jika sistem terdiri tiga bagian yang
masing penguatan 25 dB, pelemahan -35 dB, dan penguatan 50 dB dengan
daya input 10 mW? ( 100 W)
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 6
Tegangan Diekspresikan Sebagai dB
Karena antara daya dan tegangan terdapat hubungan yang erat, maka kita dapat
mengekspresikan tegangan sebagai dB sebagai berikut (Hund, 1989)
⁄ (1.8)
Daya Diekspresikan Sebagai dBm
Daya dapat direferensikan dalam 0.001 W, jika 1 mW digunakan sebagai
referensi
⁄ dimana P adalah daya (W). Satuan daya
dBm sering dijumpai pada instrument-instrumen RF seperti signal generator.
Penggunaan satuan dBm lebih mudah dipakai pada sistem penguat atau pelemahan
karena perhitungan yang terjadi hanya melibatkan penjumlahan.
Latihan
1. Ekspresikan 425 mW dalam dBm. (26.3 dBm)
2. Sinyal output dari sebuah generator terbaca -12 dBm. Generator ini
dihubungkan pada suatu sistem bertingkat dengan penguatan 40 dB,
pelemahan 35 dB, dan penguatan 25 dB. Hitung daya output dalam satuan
dBm. (18 dBm)
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 7
BAB II
SALURAN DUA KAWAT SEJAJAR
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari Bab II, mahasiswa akan mampu
- Menjelaskan parameter-parameter pada saluran transmisi dua
kawat serta menjelaskan rangkaian ekivalennya
- Menjelaskan hubungan medan listrik dan medan magnetik pada
berbagai macam struktur saluran
- Menerangkan penyebab rugi-rugi saluran terkait dengan efek kulit
- Menghitung nilai Zo berbagai macam struktur saluran
2.1 Pendahuluan
Saluran transmisi (ST) dalam cakupan frekuensi radio dapat didefinisikan
sebagai media komunikasi yang menghubungkan sebuah sumber energi listrik
berfrekuensi sangat tinggi (VHF/UHF) ke sebuah penerima (biasanya transduser)
seperti antenna. Sinyal yang disalurkan melalui media dimana sinyal yang
dipancarkan dipandu secara kusus oleh media seperti kabel atau pipa.
Gambar 2.1Macam saluran transmisi (a) pipih (b) koaksial (c) pipa
Sumber : (a) nevadaradio.co.uk
(b) hanbangcable.en.made-in-china.com
(c)
SIGNAL GENERATOR
DIPOLE Tx
Gambar 2.2. Letak saluran pasa sistem transmisi
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 8
Idealnya, gelombang yang merambat tidak mengalami pelemahan, perubahan
bentuk, dan bebas dari noise.Namun dalam kenyataan pelemahan pada saluran
tidak dapat dihindari. Pelemahan pada saluran memberikan dampak keterbatasan
panjang saluran karena secara konsep gelombang yang merambat tidak boleh
mengalami pelemahan berlebihan.
Macam dan jenis saluran beraneka ragam bentuk fisiknya demikian pula
parameter-parameter yang menyertainya bernilai berbeda-beda tergantung bentuk
dan ukuran fisik saluran tersebut. Parameter saluran meliputi; parameter utama
antara lain resistansi, induktansi, kapasitansi dan konduktansi dan parameter
lainnya adalah tetapan pelemahan, tetapan dielektrik media, dan tetapan fasa. Bila
berhubungan dengan beban, beberapa hal terjadi seperti kesesuaian antara saluran
dan beban, gelombang berdiri, return loss, transmission loss, rangkaian penyesuai
impedansinya dan lainnya.
2.2 Macan dan Bentuk Saluran Transmisi
Bentuk dan macam saluran diperlihatkan dalam gambar-gambar di bawah
a). Saluran dua kawat sejajar
( a) (b)
Gambar 2.3 Kabel UTP (a) , dan kabel TV 300 ohm
Sumber : a. ca.wikipedia.orgb.nevadaradio.co.uk
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 9
Kabel UTP (Unshilded Twisted Pair) sering dijumpai pada jaringan komputer
lokal (LAN) yang mana kabel ini biasanya ada empat pasang, sedangkan kabel 300
ohm digunakan pada kabel untuk penerima TV hitam putih,
b). Saluran Mikrostrip
Gambar 2.4Saluran mikrostrip tunggal
Sumber :qucs.sourceforge.net
Saluran mikrostrip sering dijumpai pada antena mikrostrip, dan filter mikrostrip
yang dirancang pada impedansi karakteristik tertentu.
c). Saluran Struktur Koaksial
Gambar 2.5 Saluran dengan struktur koaksial
Sumber : en.wikipedia.org
d). Saluran Struktur Pipa
Gambar 2.6 Saluran dengan struktur pipa
Sumber :
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 10
2.2.1 Dua Kawat Sejajar
Saluran dua kawat sejajar artinya saluran tersebut terdiri atas dua kawat
berdiameter sama, berbahan sama dan dipisahkan pada jarak tertentu. Dengan
demikian berdasar konsep teori medan, kedua kawat atau konduktor tersebut
mempunyai impedansi yang sama terhadap ground. Karena mempunyai impedansi
yang sama maka saluran ini disebut juga disebut saluran yang seimbang
(balanced lines). Salah satu contoh dari saluran ini adalah kabel telepon yang ada
di rumah kita atau kabel UTP (unshielded twisted pair) seperti Gambar 2.3 (a)
Setiap saluran dua kawat mempunyai parameter yang disebut karakteristik
impedansi (Zo) yang nilai besarannya (dalam satuan ohm) tergantung pada ukuran
diameter konduktor, jarak pemisah antar konduktor, dan bahan dielektrik antara
kedua konduktor tersebut
e
d
D
Gambar 2.7 Dua konduktor paralel
Rumus yang berhubungan dengan struktur kabel tersebut adalah (Sinnema, 1988: 4)
√ ohm (2.1)
Nilai impedansi karakteristrik tergantung pada perbandingan antara jarak
pemisah dan diameter konduktor. Jika bahan pemisah konduktor adalah udara maka
nilai tetapan dielektriknya sama dengan satu. Medan listrik dan medan magnetik di
lingkungan konduktor dua kawat diperlihatkan dalam Gambar 2.8
Gambar 2.8 Medan listrik dan medan magnetik di sekitar konduktor yang dialiri arus
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 11
2.2.2 Saluran Mikrostrip
Saluran mikrostrip umumnya digunakan pada frekuensi gelombang mikro
artinya frekuensi diatas 1 GHz. Saluran ini dibangun pada subtrat bahan tertentu
semisal epoxy, keramik atau lainnya. Struktur dasar dari saluran ini umumnya
seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.9
GROUND
KONDUKTOR
DIELEKTRIK h
w
Gambar 2.9 Struktur mikrostrip
Rumus yang berkaitan dengan struktur mikrostrip adalah (Sinnema,
1988:16)
√
(2.2)
Rumus diatas memperlihatkan bahwa nilai Zo tergantung pada perbandingan
antara w dan h. Makin tipis dielektrik, makin tinggi nilai karakteristik impedansinya
sebaliknya pula makin lebar konduktor makin kecil nilai karakteristik impedansi
saluran. Saluran struktur mikrostrip sering ditemukan di pencatuan (feeder) antenna
mikrostrip.
z
y
x
patch
substrate
Groundplane
Feeder
W
L
h
Gambar 2.10 Saluran dalam antenna mikrostrip
Sumber:
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 12
2.2.3 Struktur Koaksial
Struktur ini paling sering digunakan dalam dunia komunikasi. Ada beberapa
kelebihan jika kabel ini digunakan sebagai saluran transmisi. Kelebihan tersebut
adalah pertama, banyak instrument ukur yang menggunakan sistem unbalance
sehingga kabel ini dapat langsung digunakan tanpa memerlukan perangkat lain.
Kelebihan kedua adalah kabel ini dilengkapi pelindung terhadap pengaruh sinyal
dari luar atau karena adanya pelindung rugi-rugi radiasi yang ada pada saluran
dapat diabaikan. Rumus Zo yang berhubungan dengan struktur ini adalah (Sinnema,
1988:6)
√ ohm (2.3)
MEDAN LISTRIK
MEDAN MAGNETIK
d
D
a b
Gambar 2.11 Penampang dan kanel koaksial
Sumber (b) :jpcable99.en.made-in-china.com
Nilai karakteristik impedansi (Zo) yang sering dijumpai adalah dalam rentang 50
s/d 90 ohm.
2.2.4 Saluran Struktur Pipa
Saluran ini digunakan pada sistem gelombang mikro dengan daya yang besar,
dengan demikian saluran ini tidak sesuai jika digunakan pada frekuensi di bawah 3
GHz karena akan membutuhkan fisik yang besar. Medan listrik dan medan
magnetik yang terjadi dalam pipa diperlihatkan dalam Gambar 2.12(a)
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 13
a b
c
Gambar 2.12 Medan magnetik dan listrik pada waveguide
Sumber : (a) allaboutcircuit.com
(b) antenna theory.com
c) universe-review.ca
2,3 Rangkaian Ekivalen Saluran Dua Kawat Sejajar
Di atas telah disampaikan bahwa sebuah saluran mempunyai parameter dasar
yaitu resistansi (R), induktansi (L), Kapasitansi (C), dan Konduktansi (G)..
Resistansi muncul karena ada bahan konduktor dua kawat sejajar, dimana makin
panjang saluran, makin besar pula resistansinya. Induktansi terjadi karena adanya
arus yang mengalir di dua konduktor dengan arah yang berlawanan. Arus yang
mengalir pada masing-masing konduktor akan menghasilkan medan magnetik
dengan arah sesuai dengan kaidah tangan kanan (lihat materi teori medan), kedua
arah medan magnit ini akan berlawanan dan apabila ada perubahan amplitudonya
maka akan muncul induktansi. Makin panjang saluran maka makin besar nilai
induktansinya. Kapasitansi muncul pada saluran karena kedua konduktor yeng
mempunyai beda potensial dipisahkan oleh dielektrik sehingga di dielektrik muncul
medan listrik. Makin besar nilai beda potensialnya makin besar pula nilai medan
listrik yang terjadi dan makin panjang saluran makin besar pula nilai
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 14
kapasitansinya. Konduktansi muncul karena adanya kebocoran muaran pada bahan
dielektrik dan makin panjang saluran makin besar pula nilai konduktansi saluran.
Nilai-nilai parameter tersebut di atas dapat diukur dengan cara sebagai berikut; (1)
untuk mengukur nilai resistansi saluran dapat digunakan jembatan Wheatstone, (2)
untuk menghitung nilai kapasitansi dan konduktansi saluran dapat menggunakan
jembatan Wien, (3) untuk menghitung nilai induktansi saluran dapat menggunakan
jembatan Maxwell.
Untuk mempelajari perilaku tegangan dan arus dan sudah tentu juga perilaku
impedansi pada saluran, kita memerlukan pemahaman rangkaian ekivalen saluran
tersebut. Untuk saluran dua konduktor sejajar, rangkaian ekivalennya per satuan
panjang secara sederhana seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.13
R
RR
RL L
LL
C G
a
R RL L
C G
Gambar 2.13 Rangkaian ekivalen saluran per satuan panjang
Karena nilai resistansi dan induktansi akan bertambah besar dengan
bertambahnya panjang saluran, maka kedua komponen ini terhubung seri dan
sebaliknya dengan komponen kapasitansi dan konduktansi saluran, karena nilai
kedua komponen akan bertambah besar dengan bertambahnya panjang saluran
maka kedua komponen tersebut terhubung secara parallel. Dengan demikian satuan
resistansi pada saluran adalah W per satuan panjang. henry per satuan panjang
disederhanakan
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 15
untuk induktansi, farad per satuan panjang untuk kapasitansi dan siemen per satuan
panjang untuk konduktansi. Sebagai misal resistansi saluran 30 W per 100 meter,
induktansi saluran 40 H per 100 meter, kapasitansi saluran 10 nF per 100 meter,
dan konduktansi saluran 0,0000001 siemen per 100 meter.
Rangkaian ekivalen tersebut di atas dapat tidak sama tergantung pada nilai
frekuensi pang dipakai pada saluran. Jika menggunakan frekuensi UHF (ultra high
frequency), nilai reaktansi induktif akan lebih besar dibanding nilai resistansi,
demikian pula nilai suceptansi kapasitif akan lebih besar dibanding nilai
konduktansinya, sehingga yang tertinggal hanya dua komponen yairu kapasitansi C
dan induktansi L.
2.4 Rugi-Rugi Saluran Transmisi
Semua saluran transmisi menghasilkan pelemahan, artinya sinyal yang
merambat pada saluran akan melemah dan melemah tergantung panjang saluran,
makin panjang saluran makin besar pelemahan sinyal yang akan terjadi. Pelemahan
sinyal ini identik dengan rugi-rugi energi yang terjadi pada saluran. Nilai
pelemahan saluran umumnya diekspresikan dalam satuan dB (deciBell).
Pemahaman tentang satuan ini telah dibicarakan pada Bab 1. Pelemahan
saluran umumnya dinyatakan per satuan panjang pada frekuensi tertentu. Pada
frekuensi yang lebih tinggi, nilai pelemahan akan bertambah besar. Pertanyaannya
adalah bagaimana fenomena ini terjadi.
Ada tiga penyebab pelemahan saluran. Mareka adalah pelemahan yang
disebabkan konduktor atau disebut dengan rugi konduktor (conductor loss),
pelemahan yang disebabkan oleh bahan dielektrik (dielectric loss), dan pelemahan
yang disebabkan adanya kebocoran radiasi di lingkungan sekitar (radiation loss).
Rugi konduktor, rugi konduktor identik dengan hilangnya daya sepanjang
saluran ( i2R), R adalah resistansi efektif dari konduktor, sehingga nilai resistansi
ini sangat tergantung pada luasan penampang konduktor yang dilalui aliran muatan.
Besarnya luas penampang mengikuti konsep kedalaman penetrasi muatan atau efek
kulit. Fenomena efek kulit adalah fenomena dimana kecenderungan muatan
merambat pada permukaan konduktor. Fenomena ini terjadi pada frekuensi UHF
atau VHF. Kerapatan muatan maksimum terjadi pada permukaan kondultor dan
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 16
akan makin berkurang dengan bertambahnya kedalaman menuju pusat konduktor
(untuk konduktor bulat). Rumus yang dapat digunakan untuk menentukan
kedalaman penetrasi muatan/efek kulit adalah (Sinnema,1998:146)
√
(2.4)
dimana
: kedalaman penetrasi muatan (m)
: frekuensi sudut (2f)
: permeabilitas
: konduktivitas bahan (S/m)
Berikut adalah tabel yang dapat digunakan untuk pemahaman efek kulit
Tabel 2.1 Perbandingan efek kulit untuk beberapa frekuensi dan bahan
frekuensi (Hz)
kedalaman penetrasi muatan (mm)
bahan tembaga
= 5.8 x 107 S/m
bahan perak
= 6.2 x 107 S/m
1 Hz 66.1 ………
100 Hz 6.61 ………
104 Hz 0.661 ………
106 Hz ( 1 MHz) 0.0661 ………
108 Hz (100 MHz) 0.00661 0.0064
1010
Hz (10 GHz) 0.000661 ………
1012
Hz (100 GHz) 0.0000661 ………
Dari Tabel 2.1 dapat dimengerti bahwa makin tinggi frekuensi, luasan efektif
konduktor makin kecil sehingga resistansi konduktor akan bertambah nilai dan
akibatnya rugi konduktor akan bertambah besar nilainya.
KEDALAMAN
KULIT
1/e
PERMUKAAN
Gambar 2. 14. Kedalaman kulit pada konduktor
Sumber: Hund,1989:53
Rugi dielektrik; dielektrik adalah bahan yang memisahkan kedua konduktor
pada saluran transmisi. Rugi dielektrik akan bertambah besar dengan naiknya
frekuensi. Rugi ini dapat dikurangi dengan pemilihan bahan yang digunakan dalam
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 17
saluran. Jika dielektriknya udara maka rugi dayanya akan minimal
Rugi radiasi, rugi ini muncul karena panjang saluran merupakan bagian
signifikan dari panjang gelombang/ terdapat banyak panjang gelombang.
Kejadiannya hampir sama dengan radiasi sebuah antenna bedanya kalau di antenna
radiasi ini diinginkan sedang pada saluran dihindari atau diminimalkan.
Data Teknik Kabel Transmisi
Mengetahui arti data teknik saluran transmisi sangat penting karena dari data
tersebut , dapat diprediksikan karakteristik saluran tersebut. Contoh data teknis
salluran ditujukkan pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Contoh data teknik kabel
No. RG : 8/U JAN C-17A, 8/U, 9/U, 58A/U, 59/U
AWG & stranding material : 13(7x21) bar copper
Insulation Nom. Core O D : Polyethylene ( .285)
No. of shield & core : 1 bare copper
Jacket : Black vinyl, Black non-contaminating vinyl
Nom. OD ( inch) : .405 ( 8/U)
Nom. Imp (ohms) : 52
Nom. Vel of Prop : 66%
Nom. Cap ( pF/ft) : 29.5
Nom. Atten. Per 100 ‘ : 2.0 dB ( 100 MHz)
3.0 dB ( 200 MHz)
4.7 dB ( 400 MHz)
7.8 dB ( 900 MHz)
Latihan- Latihan
1. Gambarkan rangkaian ekivalen saluran dalam model L
2. Gambarkan rangkaian ekivalen saluran dalam model phi
3. Gambarkan rangkaian ekivalen saluran dalam model T
4. Hitung jumlah panjang gelombang pada kabel 240 meter yang digunakan pada
jaringan rumah tangga 60 Hz. Asumsikan cepat rambat gelombang 3x108
m/detik.
5. Ulangi untuk saluran transmisi koaksial pada frekuensi 500 MHz.
6. Sebuah saluran transmisi kawat sejajar dipisahkan dengan jarak 2 cm. Zo yang
terjadi sebesar 300 Ω . Hitung diameter kawat tersebut.
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 18
7. Tentukan jarak 2 kawat sejajar 0.01 cm yang harus di pisahkan agar mempunyai
karakteristik impedansi (Zo) sebesar ( a) 300 ohm , (b) 600 ohm..
8. Sebuah kabel koaksial mempunyai kawat dalam dengan diameter 0.03 cm dan
diameter konduktor bagian luar 1 cm. Bila tetapan dielektrik antara kedua
konduktor tersebut 2, hitung karakteristik impedansi koaksial tersebut.
9. Kabel koaksial dengan tetapan dielektrik 1,2. Bila Zo yang diinginkan 72 ohm,
tentukan perbandingan diameter konduktor luar dan dalam yang diperlukan.
10. Jelaskan mengapa rugi-rugi saluran transmisi makin besar dengan naiknya
frekuensi.
11. Saat ini dikenal kabel untuk komunikasi data dengan nama UTP. Buatlah
artikel singkat tentang kabel ini dan dimana kabel ini sering digunakan?
12. Kabel 2 kawat dapat dikelompokkan dalam jenis kabel seimbang dan kabel
tidak seimbang. Jelaskan maksud dari kabel seimbang dan tidak seimbang serta
berikan contoh-contohnya yang disertai dengan gambar kabel tersebut.
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 19
BAB III
RAMBATAN GELOMBANG
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari Bab III, mahasiswa akan mampu
- Menerangkan konsep TEM, TE dan TM.
- Menerangkan pola medan listrik dan medan magnetikt pada
saluran koaksial.
- Menghitung panjang gelombang di berbagai macam struktur
saluran.
3.1 Pendahuluan
Gelombang yang merambat pada saluran transmisi berupa gelombang
elektromagnetik atau dikenal dengan istilah TEM yaitu transverse electromagnetik
yang artinya medan listrik E dan medan magnetik H saling tegak lurus terhadap
arah rambatan sebagaimana digambarkan dalam Gambar 3.1.
direction of travel
E
E
H
H
X
Y
Z
Ey
Hz
X
Y
Z
direction of travel
TEM
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 20
Gambar 3.1 Gelombang TEM
Beberapa istilah selain TEM adalah TE (transverse electric) dan TM (transverse
magnetikic). Pemahaman antara TE dan TE perlu diketahui agar dapat
membedakan antara TEM, TE, dan TM. Gambar 3.2 menggambarkan TE dimana
medan listrik tegak lurus terhadap arah rambatan tetapi medan magnetik tidak tegak
lurus terhadap arah rambatan. Demikian pula untuk TM, medan magnetik tegak
lurus terhadap arah rambatan gelombang tetapi medan listrik tidak.
Ey
Hz
X
Z
direction of travel
TE WAVE
Hx
H
Y
Ey
Hz
X
Z
direction of travel
TM WAVE
Ex
Y
E
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 21
Gambar 3.2 TE dan TM
Berdasar pola pada gambar 3.1, medan listrik dan medan magnetik untuk berbagai
saluran dapat diperlihatkan pada gambar-gambar berikut:
a
b
er
√ ⁄
Gambar 3.3. TEM saluran transmisi parallel
Nilai Zo saluran tergantung pada perbandingan antara ketebalan subtrat a dan lebar
saluran, makin tebal substrat yang digunakan makin besar pula nilai Zo.
d
D
√
⁄
Gambar 3.4 TEM saluran transmisi dua kawat terbuka
Sumber: Sinnema,1988:4
Nilai karakteristik impedansi sangat ditentukan oleh perbandingan antara jarak
antara pusat konduktor dan diameter konduktor. Kedua konduktor harus
diasumsikan mempunyai luas penampang yang sama dan berbahan yang sama pula.
Selain itu nilai tetapan dielektrik media antara kedua konduktor harus diketahui.
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 22
Dd
h
√ * (
)+
⁄
⁄
Gambar 3.5 TEM Saluran dua kawat terlindung (shielded line)
(Sumber: Sinnema,1988:14)
Saluran Gambar 3.5 adalah saluran dua kawat sejajar yang dilengkapi dengan
pelindung berbahan konduktor yang dapat berupa anyaman. Fungsi pelindung
adalah untuk menjaga agar medan listrik dan medan magnetik tidak keluar dari selubung
sehingga rugi radiasi dapat diminimalkan atau dihilangkan.
MEDAN LISTRIK
MEDAN MAGNETIK
d
D
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 23
Gambar 3.6 TEM saluran transmisi koaksial
Sumber :Sumber: Sinnema,1988:6
GROUND
KONDUKTOR
DIELEKTRIK h
w
Gambar 3.7 TEM saluran mikrostrip
Sumber: Sinnema,1988:15
Gambar 38 TEM tri-plate line
Sumber: Sinnema,1988:15
Gambar 3.9 TEM waveguide segiempat untuk TE10
Sumber: www.wikipedia.org
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 24
3.2 Cepat Rambat Gelombang
Kecepatan rambat gelombang pada saluran transmisi dipengaruhi oleh bahan
media antara kedua konduktor (bahan dielektrik), .jika dielektrik terbuat dari bahan
plastic (PE) kecepatan rambat gelombang lebih kecil dibanding 3x108 m/det.
Hubungan cepat rambat gelombang dengan bahan dielektrik adalah
√ m/det
dimana
v : kecepatan rambat gelombang di media tertentu
c : kecepatan rambat gelombang di udara kosong
er : tetapan dielektrik relative
Dampak dari kecepatan rambat gelombang yang berbeda dari satu dielektrik
dengan dielektrik yang lain, maka panjang gelombangpun akan berbeda –beda
sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 3.10.
Gambar 3.10 Satu gelombang dalam medium yang berbeda.
Contoh perhitungan panjang gelombang
Sebuah generator sinyal menghasilkan daya keluaran 0 dBm pada frekuensi 2 GHz.
Sebuah kabel koaksial digunakan sebagai media transmisi antara generator sinyal
dan beban antenna. Hitung panjang gelombang di saluran jika tetapan dielektrik
relatif sebesar 2,0.
Medium-1 Medium-2 Medium-3
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 25
Jawab.
diketahui : er sebesar 2,0 dan frekuensi 2 GHz.
ditanyakan:
jawab:
√
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 26
BAB IV
TEGANGAN, ARUS dan KARAKTERISTIK IMPEDANSI
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari Bab IV, mahasiswa akan mampu
- Menerangkan bagaimana pola arus dan tegangan pada saluran.
- Menerangkan konsep karakteristik impedansi saluran dan nilainya
sebagai fungsi frekuensi.
- Menjelaskan hubungan antara satuan dB dan Neper
4.1 Tegangan dan Arus
Pemahaman hubungan antara tegangan dan arus dalam saluran, diperlukan
pemahaman tentang hukum Ohm dan Kirchoff demikian pula dengan rangkaian
ekivalennya agar dapat dijabarkan tegangan dan arus pada saluran.
Sending-end Receiving -end
Es Er
Is
Ex
x
L
Eg
d
Gambar 4.1 Diagram saluran transmisi
dimana: Eg : tegangan sumber
IS : arus pada sending-end
ES : tegangan pada sending-end
EX : tegangan pada titik x
Er : tegangan pada receiving-end
x : panjang saluran pada titik x dengan acuan sending-end
d : panjang saluran pada titik x dengan acuan beban
L : panjang saluran keseluruhan
Rangkaian ekivalen diperlukan untuk analisa matematika tegangan dan arus.
Gambar 4.2 memperlihatkan rangkaian ekivalen model L untuk saluran dengan
panjang x.
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 27
x
xL xR
xC xGE E+E
I I+ I
Gambar 4.2 Rangkaian ekivalen untuk panjang x
Untuk saluran transmisi pendek (x) pada lokasi x, kita akan mempunyai model
seperti diperlihatkan pada Gambar 4.2. Elemen seri terdiri xR dan xL dan
elemenparalel terdiri xC dan xG.
dimana:
xR : resistansi seri per satuan panjang x.
xL : induktansi seri per satuan panjang x .
xG : konduktansi paralel per satuan panjang x.
xC : kapasitansi paralel per satuan panjang x.
Dengan menggunakan hukum Ohm dan Kirchhoff , (Sinnema,1988:40)
(4.1)
atau
(4.2)
Persamaan 4.2 menyatakan bahwa perubahan tegangan (E) yang terjadi dalam
jarak (x) disebabkan tegangan jatuh pada impedansi seri (R+jL).
Dengan cara sama, perbedaan arus di ujung jauh disebabkan oleh arus yang
mengalir ke Gx dan Cx.
(4.3)
dimana xE dapat diabaikan untuk x yang kecil.
(4.4)
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 28
Persamaan 4.4 menunjukkan bahwa perubahan arus (I) sepanjang saluran
transmisi (x) disebabkan pengaruh paralel dari G+jC. Persamaan diferensial
untuk tegangan-arus pada saluran transmisi dapat dijabarkan dengan membiarkan
x mendekati nol untuk persamaan 4.3 dan 4.4.
(4.5)
(4.6)
(4.7)
(4.8)
dimana:
Z = R+j L ohm per satuan panjang
Y = G+jC siemen per satuan panjang
Untuk mendapatkan ekspresi tegangan dan arus dalam saluran transmisi, kita harus
menjabarkan persamaan differensial 4.7 dan 4.8. Pertama kita harus menghilangkan
I dalam persamaan 4.7 dengan cara mendeferensialkan persamaaan 4.7 terhadap x
dan mensubstitusikan hasil dI/dx.
(4.9)
(4.10)
Penyelesaian persamaan 4.10 dapat berbentuk fungsi hiperbolik, fungsi sinus
komplek, fungsi eksponensial dan sebagainya. Salah satu penyelesaian umum
persamaan 4.10 adalah
√
√ volt (4.11)
A1 dan A2 adalah tetapan integrasi yang dapat berupa tegangan/arus;
Persamaan 4.11 menyatakan tegangan yang terukur pada titik x yang ujung saluran
dihubung buka (lihat Gambar 4.2), merupakan penjumlahan dari dua buah tegangan
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 29
yaitu tegangan insiden ( √ ) dan tegangan pantul
√ . A1 merupakan
nilai maksimum dari tegangan insiden demikian pula A2 merupakan tegangan
maksikum dari tegangan pantul. Perlu diketahui bahwa nilai A2 tidak sama
harganya dengan A1. Ini disebabkan oleh pelemahan saluran tetapi jika kita bicara
tentang saluran yang tidak ada pelemahan nilai A2 akan sama dengan A1.
Kedua tegangan ini akan mengalami pelemahan, makin jauh dari sumber tegangan
makin kecil amplitudonya mengikuti fungsi eksponensial. Dari persamaan 4.14
dapat diturunkan persamaan arus sebagai berikut.
√
√ –√
√ (4.12)
√
√ –
√
(4.13)
Besaran√
yang mempunyai satuan ohm disebut karakteristik impedansi (Zo)
saluran. Maksud persamaan 4.11 dan 4.12 dapat diilustrasikan dengan Gambar 4.4
Arah rambatan Arah rambatan
Gelombang
insidenGelombang
pantul
e+
i+
e-
i-
Gambar 4.4 Rambatan gelombang tegangan dan arus
Secara umum Zo saluran tanpa rugi-rugi terlihat
a. tidak tergantung panjang saluran.
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 30
b. tidak tergantung terminasi saluran (beban).
4.2 Karakteristik Impedansi (Zo)
Dari persamaan 4.13 diketahui bahwa √
dengan satuan ohm.
Dengan demikian nilai Zo tergantung pada frekuensi sebagaimana digambarkan
dalam Gambar 4.5 yang mana Zo maksimum akan terjadi pada frekuensi 0 Hz
dengan nilai √
ohm dan bernilai minimal pada frekuensi tinggi dimana Zo
menjadi √
Gambar 4.5 Nilai Zo fungsi frekuensi
Dalam realita nilai Zo diinformasikan oleh pabrik pembuat kabel seperti
dicontohkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data kabel koaksial Tipe
kabel
Impedansi Dia.
keseluruhan
Jml. Kond.
Bag. dalam
Dia.kond.
dalam
Kapasitansi
per meter
Pelemahan per 10 m
(dB)
Ekivalen
USA
27 MHz 934 MHz
UR 43 52 0,495 1 0,8 95 pF 0,72 4,3 RG-58/U
UR 67 50 1,029 7 0,7 98,4 pF 0,33 2,3 RG-213/U
UR 74 51 2,210 1 4,8 98,4 pF 0,16 1,3 RG-218/U
UR 76 51 0,495 19 0,17 95 pF 0,85 6,6 RG-58C/U
UR 95 50 0,246 1 0,45 103 pF 1,25 7,5 -
Z
o
0 f
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 31
Tetapan√ pada persamaan 4.11 adalah tetapan propagasi gelombang yang
disimbolkan γ yang merupakan bilangan komplek. Bagian riil disimbolkan α yang
menggambarkan tetapan pelemahan gelombang saat berpropagasi (merambat)
dengan satuan neper per satuan panjang sedangkan bagian imajiner disimbolkan β
yang menggambarkan tetapan perubahan fasa saat gelombang merambat
(rad/satuan panjang), dengan demikian γ = α +jβ tanpa satuan.
Contoh Perhitungan Zo.
Dalam suatu percobaan, diperoleh data sebagai berikut;
1. Resistansi kabel 35 ohm per 100 meter
2. Induktasi kabel 40 F per 100 meter
3. Kapasitansi kabel 10 nF/ 100 meter
4. Konduktansi kabel 1/35000 ohm per 100 meter
Pertanyaannya
1. Hitung nilai Zo maksimumnya
2. Hitung nilai Zo minimumnya
3. Hitung nilai Zo pada frekuensi 1000 Hz
4. Hitung tetapan propagasi gelombangnya pada frekuensi 1000 Hz.
5. Hitung pelemahan kabel (Np)pada frekuensi 1000 Hz
4.3 Hubungan Satuan Neper dan dB
Dalam latihan 1 terdapat satuan neper dan decibel. Namun kita belum
membahas apa itu neper dan apa itu decibel serta bagaimana hubungannya. Gambar
4.6 memperlihatkan suatu saluran transmisi yang jodoh (matched-line). Jika kita
perhatikan dua titik x1 dan x2, teganan pada masing-masing titik tersebut adalah
(Sinnema,1988:50)
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 32
Sending-end Receiving -end
Es Zo
Is
E1
x1
E2
x2
x
Gambar 4.6 Saluran yang jodoh
[ ] [ ]
[ ] [ ]
Perbandingan tegangan pada kedua titik tersebut adalah
[
⁄ ]
[
⁄ ]
(4.14)
dimana adalah pelemahan keseluruhan antara dua titik x 1 dan x 2.
Ekspresi untuk rugi total adalah
x = -ln E2/E1 dimana E2<E1
Untuk mendapatkan decibel dalam bentuk neper, kita harus ke difinisi dasar
decibel.
dB = 10 log10P2/P1
dimana :
P2 adalah daya pada titik x2
P1 adalah daya pada titik x1
P2 = E12/Zo
P1 = E12/Zo
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 33
dB = 20 log E2/E1
= 20 log e-X
= -x 20 log e
= -x 8.686
karena menunjukan rugi total dalam neper, maka 1 neper = 8,686 dB
1 Np = 8,686 dB (4.15)
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 34
BAB V
SALURAN TRANSMISI YANG SESUAI DAN TIDAK SESUAI
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari Bab V, mahasiswa akan mampu
- Menjelaskan konsep saluran yang sesuai
- Menjelaskan konsep gelombang insiden dan pantul pada saluran
yang sesuai
- Menerangkan hubungan gelombang pantul terhadap nilai beban
yang dipasang
- Menghitung rugi-rugi saluran dalam satuan dB.
- Menjelaskan gelombang berdiri pada saluran
- Menerangkan pola impedansi pada saluran
5.1 Saluran Transmisi yang Sesuai
Saluran transmisi yang sesuai artinya impedansi beban yang terpasang sama
dengan karakteristik impedansi saluran. Sebelumnya telah dibicarakan besarnya
tegangan saluran yaitu;
√
√ volt
dimana :
√ adalah tetapan propagasi gelombang yang mana
(5.1)
Tetapan propagasi juga disimbolkan gama ( ) sehingga
(5.2)
dimana:
adalah tetapan pelemahan (dB) per satuan panjang.
adalah tetapan propagasi (rad)per satuan panjang.
Dari uraian di atas maka besarnya tegangan pada saluran dapat
diekspresikan sebagai berikut;
volt (5.3)
Untuk saluran yang sesuai(ZR=ZO), = 0 sehingga
volt (5.4)
Untuk menghitung harga A1, x sama dengan nol,
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 35
(5.5)
Sekali lagi saluran trasmisi yang dibebani sebesar impedansi karakteristiknya
disebut saluran yang sesuai/jodoh (matched line). Saluran seperti ini kadang-
kadang juga disebut saluran non resonan atau saluran rata (flat line). Rangkaian
ekivalen untuk ujung pengirim adalah sebagai berikut;
Zg
Eg Zo Es
Gambar 5.1 Rangkaian ekivalen ujung pengirim.
Es = Eg . (Zo/(Zo+Zg)) (5.6)
dimana :
Es adalah tegangan pada ujung pengirim.
Eg adalah tegangan sumber.
Zo adalah impedansi karakteristik saluran.
Zg adalah impedansi sumber teganan.
Gambar 5. 2 Tegangan ideal pada saluran yang sesuai (match) (hund : 45)
Sumber: Hund,1989:45
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 36
Amplitudo
tegangan
panjang
ideal
f1
f2
f3
f4
f1<f2<f3<f4
0
Gambar 5.3 Tegangan pada beban match
Gambar 5.2 menunjukkan ada pelemahan pada saluran yang match. Pelemahan
ini disebabkan rugi-rugi yang ada di saluran, makin jauh dari sumber tegangan yang
terukur semakin kecil dan makin tinggi frekuensi pada saluran, pelemahannya
semakin besar. Berikut adalah fenomena tegangan yang terukur pada saluran yang
match.
Gambar 5.3 Es untuk beban match
Gambar 5.3 adalah gelombang insiden atau gelombang datang yang diukur pada
titik sending end. Gelombang berupan pulsa dengan perioda 10 detik dan lebar
pulsa 0,5 detik. Dengan demikian gelombang ini mewakili A1 pada persamaan
4.11. Terlihat bahwa pada saluran tidak terjadi pemantulan, semua energi yang
dikirimkan ke beban 100% terserap oleh beban tersebut.
Latihan soal
1. Saluran kabel koaksial 50 ohm terbebani dalam kondisi match disambungkan ke
sebuah generator yang mempunyai impedansi output Zg =50 ohm dan tegangan
yang terukur Eg sebesar 10 volt. Bila frekuensi saluran 100 MHz, hitung
(a). kuat arus pada ujung saluran (sending-end)
Volt/div 1 volt
Time/div 2 s
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 37
(b). daya pada sending-end
(c). tegangan pada receiving-end /beban bila pelemahan total
kabel sebesar 4 dB.
(d). arus pada receiving end apabila pelemahan total kabel 4 dB.
(e). daya pada receiving end.
2. Buatlah kesimpulan pada saluran yang match pada kondisi ideal dan tidak ideal
3. Jelaskan arti dari saluran yang match dan apa yang akan terjadi bila kondisi
saluran tidak match.
5.2 Saluran Tidak Match
Saluran tidak sesuai artinya beban yang terpasang pada saluran tidak sama
dengan karakteristik impedansi saluran sehingga terjadi pemantulan pada beban
tersebut. Nilainya tegangan yang dipantulkan pada beban tergantung pada
perbedaan nilai antara beban dan Zo. Makin besar perbedaannya makin besar pula
amplitude tegangan pantulnya. Tegangan pantul ini akan menuju sumber tegangan
sehingga apabila kita melakukan pengukuran tegangan pada saluran tersebut, hasil
pengukuran yang diperoleh merupakan penjumlahan dua gelombang yaitu
gelombang insiden dan gelombang pantul. Berikut adalah gambaran fenomena
tegangan pantul pada saluran yang ujung bebannya dibiarkan terbuka sehingga
tegangan yang dipantulkan bernilai maksimum. Tegangan diukur pada titik sending
end. Sinyal yang di berikan ke saluran berbentuk pulsa dengan lebar pulsa jauh
lebih kecil dibanding waktu yang diperlukan gelombang untuk merambat di
saluran.
Sebagai gambaran tentang lebar pulsa adalah sebagai berikut, jika panjang
saluran 100 meter dan tetapan dielektrik saluran 2,25 untuk plastik, maka kecepatan
rambat gelombang akan sebesar 2x108 m/detik, dan waktu yang diperlukan
gelombang untuk merambat adalah
. Dengan demikian pulsa dengan lebar 0,1 detik sudah lebih dari
mencukupi untuk dipropagasikan ke saluran sebagaimana diperlihatkan dalam
Gambar 5.4.
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 38
Gambar 5.4 Gelombang insiden dan pantul
Gambar 5.4 memberikan informasi bahwa sinyal yang diberikan pada
saluran yang tidak sesuai akan terjadi pemantulan pada beban. Gelombang pantul
ini mengalami pelemahan yang mengikuti fungsi eksponensial sebagaimana
dijelaskan dalam persamaan √
√ , Dengan demikian jika
gelombang pantul dilemahkan mengikuti fungsi eksponensial, maka gelombang
insiden juga dilemahkan sebagai fungsi eksponensial.
5.2.1 Tegangan Pantul
Sebagaimana dijelaskan di atas, saluran yang tidak match akan menghasilkan
pemantulan gelombang pada beban. Perbandingan antara tegangan pantul dengan
tegangan insiden pada beban disebut koefisien pantul dari beban tersebut. Jika
tegangan insiden pada beban disimbolkan , tegangan pantulnya disimbolkan
,
dan koeffisien pantul disimbolkan , maka
(tanpa satuan) (5.7)
pada beban ZR
(5.8)
(5.9)
(5.10)
Gelombang Insiden
Gelombang pantul
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 39
(5.11)
(5.12)
Jika ZR> Zo, nilai adalah positif dengan pengertian fasa tegangan pantul dan
tegangan insiden sama seperti diperlihatkan Gambar 5.5
Gambar 5.5 Fasa gelombang insiden dan pantul sama
Jika ZR< Zo, nilai adalah negatif dengan pengertian fasa tegangan pantul
dan tegangan insiden berbeda 180 seperti diperlihatkan Gambar 5.6. Nilai
koefisien pantul maksimum terjadi pada saat beban maksimum (ZR = 0 W) atau
pada saat beban minimum (ZR = W).
Fasa gelombang insiden dan
pantul sama
Tegangan referensi 0 volt
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 40
Gambar 5.6 Tegangan insiden dan pantul berbeda fasa 180
5.2.2 Pemantulan dari Beban Resitif
Beban resitif artinya beban terdiri atas komponen resistansi. Sebagaimana
dalam bahasan sebelumnya untuk beban yang besarnya sama dengan karakteristk
impedansi saluran tidak terjadi pemantulan pada beban tersebut dan daya yang
masuk melalui saluran terdesipasi pada beban dalam bentuk panas. Juga untuk
saluran yang tidak terbebani atau terhubung singkat, semua daya dipantulkan
kembali ke saluran.
Untuk kasus umum, dimana beban resitif tidak sama dengan Zo saluran, sebagian
daya dikembalikan ke saluran dan sisanya diserap oleh beban. Sejumlah tegangan
yang dipantulkan kembali ke saluran didefinisikan sebagai koefisien pemantulan
tegangan (Hund:37)
(5.13)
dimana
: tegangan pantul (V)
: tegangan maju (V)
: koefisien pemantulan tegangan, tanpa satuan
ketika berharga positif, tegangan pantul sephasa dengan tegangan maju,
sebaliknya akan berbeda phasa 180. Prosentase gelombang tegangan yang
dipantulkan ke saluran (% tegangan pantul ) = x 100 dan besarnya daya yang
terpantul sebesar Vr2/Zo watt sehingga Pr/Pi =
2 dan % daya yang dipantulkan
kembali sama dengan 2 x 100%.
Fasa tegangan insiden berbeda
180 dengan tegangan pantul
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 41
Untuk beban resitif murni besarnya =(Zr-Zo)/(Zr+Zo). Ketika kondisi mismatch
terjadi pada kedua ujung saluran gelombang akan terpantul dan dipantulkan
kembali hingga suatu keseimbangan akan terjadi. Hasil penjumlahan gelombang
insiden dan gelombang pantul akan menghasilkan pola gelombang yang disebut
gelombang berdiri.
Contoh 1
Jika gelombang tegangan maju (insiden) sebesar 40 volt dan tegangan
pantul 25 volt, maka;
= 0,625
% tegangan terpantul = 62,5%
koefisien pantul daya = 0,391
% koefisien pantul daya = 39,1%.
Contoh 2.
Jika Zo = 100 W dan Zr = 200 W, hitung % koefisen pantul tegangan dan
daya.
Contoh 3
Suatu saluran 75W dihubungan ke sumber tegangan DC sebesar 100 V yang
berimpedansi sumber 35W, beban terpasang sebesar105 W, hitung gelombang
teganga maju dan tiga gelombang pantul berikutnya yang terjadi dalam saluran.
Asumsikan pelemahan kabel 0 dB
5.2.3 Gelombang Berdiri
Sebuah gelombang berdiri yang terbentuk dari penjumlahan gelombang insiden
dan gelombang pantul akan mempunyai titik-titik node yang cenderung tetap
terhadap waktu. Diantara kedua titik ini, gelombang secara kontinyu naik ke harga
tertingi( maksimum) dan turun ke harga minimum. Sebagaimana ditunjukkan pada
gambar di bawah (pola distribusi tegangan pada saluran yang tidak match =
gelombang berdiri).
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 42
Gambar 5.6 Gelombang berdiri
Sumber: hund, 1989:41
Gelombang berdiri hanya dapat terjadi jika frekuensi-frekuensi gelombang
insiden dan gelombang pantul adalah sama. Harga Vmax pada gelombang berdiri
terjadi gelombang maju dan gelombang pantul sephasa dan harga minimum terjadi
saat kedua gelombang tersebut berbeda 180. Perbandingan antara kedua tegangan
tersebut dikenal dengan nama VSWR (Voltage Standing Wave Ratio) dan
perbandingan tegangan gelombang berdiri yang diekspresikan dalam dB disebut
SWR (Standing Wave Ratio).
VSWR = ( V max / V min) (5.14)
SWR(dB) = 20 log10 VSWR (5.15)
Karena V max = I max . Zo dan V min = I min . Zo maka
VSWR = ( I max / I min) (5.16)
5.2.4 Impedansi Maksimum dan Minimum Pada Saluran
Impedansi maksimum dapat terjadi bila tegangan maksimum arusnya minimum
dan sebaliknya impedansi minimum akan terjadi bila tegangan minimum dan
arusnya maksimum. Untuk mengetahui hubungan antara Z maksimun dengan
VSWR perhatikan rumus-rumus di bawah;
VSWR = ( Ii+Ir) / (Imin) dengan hukum Ohm I = V/Z
VSWR = ((Vi/Zo) + (Vr/Zo)) / I min
VSWR = (Vi + Vr)/ (I min .Zo)
VSWR = V max / ( I min .Zo)
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 43
VSWR = Z max/ Zo
Z max(W) = (VSWR) . Zo (5.17)
Dengan cara yang sama
Z min(W) = Zo/ ( VSWR) (5.18)
Selain VSWR dapat ditentukan dengan perbandingan V max dan V min, juga dapat
dijabarkan dalam koefisien pantul.
VSWR = ( V max)/ ( V min)
VSWR = ( +
)/( -
)
VSWR = ( 1+ /
) / ( 1 – /
)
VSWR = ( 1 + ) / (1 - )
Karena harga dapat berharga positif atau negatif maka rumus diatas dapat di
kembangkan menjadi;
VSWR = ( 1 + ) / ( 1 - ) (5.19)
= (Zr-Zo)/(Zr+Zo)
VSWR = Zo/Zr untuk Zo> Zr atau
VSWR = Zr/Zo untuk Zr> Zo (5.20)
5.3 Tegangan dan Arus pada Saluran Transmisi Tidak Sesuai
Kita telah mengetahui bahwa pada saluran transmisi yang tidak sesuai, terdapat
dua gelombang yaitu gelombang maju (incident wave) dan gelombang pantul
(reflected wave). Gelombang maju merambat dari sumber sinyal menuju beban
sedangkan gelombang pantul merambat dari beban menuju sumber sinyal. Jadi
pada suatu saluran yang tidak sesuai (ZR Zo), besarnya tegangan pada saluran
merupakan penjumlahan dari gelombang maju dan gelombang pantul.
Tujuan kita adalah menentukan teganan total pada beberapa titik x. Langkah
pertama adalah menjumlahkan tegangan maju pada suatu titik x dengan tegangan
pantulnya.
E(x) = E+ (x) + E
- (x) (5.21)
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 44
keterangan
E+ (x) : tegangan maju pada titik x.
E- (x) : tegangan pantul pada titik x.
Sending-end Receiving -end
Es Zo
Is
Ex+ + Ex
-
x
L
d
IR
ER
Gambar 5.7 Skematik saluran transmisi
Tegagan pada titik x, E
(5.22)
E(0) adalah tegangan insiden pada titik sending – end, tegangan insiden pada
beban titik receiving- end adalah
Pada titik yang sama juga terjadi pemantulan sehingga tegangan pantul pada titik
ini adalah atau
(5.23)
dimana adalah koeffisien pantul beban, yang didefinisikan sebagai perban-
dingan tegangan pantul terhadap tegangan maju. Jika dilihat dari beban, teganan
pantul pada titik x dengan jarak d dari beban adalah
(5.24)
Tegangan total pada sembarang titik sepanjang saluran adalah
E
E [ ] (5.25)
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 45
Karena dalam persamaan (5.25) tidak dapat diukur secara langsung maka
persamaan (5.25) diekspresikan dalam tegangan pada ujung awal saluran Es
Pada x=0,
[ ] (5.26)
maka
[ ]
E [ ]
[ ] (5.27)
Besarnya arus insiden pada titik x adalah
(5.28)
Sedangkan arus pantulnya adalah
(5.29)
Tanda negatif menunjukkan arus mengalir dari beban ke sumber. Besarnya arus
total pada titik tersebut adalah
[
]
[ ]
[ ]
[
]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 46
[ ]
[ ]
[ ]
Untuk menghitung Zs, impedansi sending-end atau impedansi input(Zin) tetapan
gelombang dapat di sederhanakan dengan menganggap saluran tidak mempunyai
pelemahan sehingga = j
dan
[
] (5.30)
Persamaan (5.30) menyatakan bahwa besarnya ZS sangat tergantung beban (ZR)
dan panjang saluran atau frekuensi saluran. Untuk saluran yang match (ZR= Zo),
besarnya ZS = Zo. Dengan demikian saluran tidak jodoh dapat terjadi jika (1)
beban yang terpasang tidak sama dengan Zo, (2) saluran terhubung singkat, (3)
saluran terhubung terbuka, dan (4) saluran yang digunakan tidak sama.
[ ]
[ ]
[ ]
(5.31)
kita dapat menghitung tegangan pada beban sebesar;
[ ]
(5.32)
(5.33)
dan (5.34)
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 47
[ ]
atau
(5.35)
(5.36)
Untuk hubung singkat (ZR = 0)
(5.37)
(5.38)
(5.39)
5.4 Saluran Terhubung Singkat
Impedansi dapat diperoleh dengan cara mengukur tegangan dan arus pada titik
pengukuran yang sama. Perbandingan antara tegangan dan arus menghasilkan
impedansi.
I
V
½ 1
A
L(panjang)
0
Gambar 5.8 Tegangan dan arus pada beban hubung singkat
Gambar 5.8 menujukkan hubungan tegangan dan arus yang mana antara
tegangan dan arus ada perbedaan fasa 90. Dengan referensi beban, pola tegangan
mengikuti fungsi sinus dan pola arus mengikuti fungsi cosinus. Kedua pola ini
menghasilkan pola impedansi sepanjang saluran sebagaimana diperlihatkan dalam
Gambar 5.9
Dari persamaan (5.39), kita dapat melihat bahwa impedansi saluran transmisi
hubung singkat tanpa rugi-rugi adalah reaktif murni. Impedansi ini dapat kapasitif
atau induktif tergantung dari panjang saluran dan frekwensi saluran. Jika d<1/4,
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 48
saluran bersifat induktif dan bila /2>d>1/4, saluran bersifat kapasitif dan
seterusnya.
Gambar 5.9 a. distribusi gelombang tegangan dan arus beban 0 W
b. distribusi impedansi sepanjang saluran beban 0 W
Sumber: Hund,1989:51
Gambar 5.10 menunjukkan hubungan antara tegangan input dan arus input
untuk beban terhubung singkat pada saluran koaksial, dimana fasa tegangan
mendahului fasa arus sehingga impedansi pada sisi input bersifat induktif. Pada saat
panjang saluran mendekati 0 atau ¼ , fasa tegangan dan fasa arus mendekati
sama (bersifat resitif) seperti diperlihatkan dalam Gambar 5.11 dan akan bersifat
kapasitif jika panjang saluran lebih dari ¼ . Karena struktur kabel koaksial tidak
dapat mewakili struktur induktor murni, maka perbedaan sudut fasa 90 tidak dapat
dicapai.
GELOMBANG
TEGANGAN
GELOMBANG ARUS
Gambar 5.10 Fasa tegangan mendahului fasa arus pada beban hubung singkat
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 49
5.5 Saluran Terhubung Buka (ZR = )
Untuk saluran yang terminasi terbuka (ZR= ) , distribusi tegangan dan arus
kebalikan dari distribusi ZR = 0 W sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 5.11
(a). Gambar 5.11 memperlihatkan distribusi tegangan dan arus serta distribusi
impedansi sepanjang saluran untuk ZR = W. Untuk panjang saluran (d) kurang
dari ¼ impedansi pada ujung pengirim (Zsending-end) bersifat kapasitif dan
untuk ½ >d >¼ impedansi input bersifat induktif.
Gambar 5.11 a. distribusi gelombang tegangan dan arus beban W
b. distribusi impedansi sepanjang saluran beban W
Sumber: Hund,1989:50
Gambar 5.12 memperlihatkan hubungan antara tegangan dan arus pada titik
sending-end untuk beban terbuka.
Gambar 5.12 Fasa tegangan mendahului fasa arus pada beban hubung singkat
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 50
Impedansi sepanjang saluran mengikuti distribusi fungsi cotangent sebagaimana
dirumuskan sebagai berikut (Sinnema, 1989:68)
(5.40)
Latihan
1. Berapakah nilai impedansi input saluran Zo = 50 W yang panjangnya 1/8 dari
beban yang terhubung singkat? (-j50 W)
2. Berapakah nilai impedansi input saluran Zo = 50 W yang panjangnya 1/2 dari
beban yang terhubung singkat? (-j0 W)
3. Berapakah nilai impedansi input saluran Zo = 50 W yang panjangnya 1/4 dari
beban yang terhubung singkat? (-jW)
5.6 Gelombang Pantul
Gelombang pantul pada saluran transmisi terjadi jika terjadi saat ada
ketidakseragaman saluran yang disebabkan oleh beban yang terpasang tidak sama
dengan nilai karakteristik impedansi (Zo) saluran atau penggunaan saluran yang
tidak sama. Besarnya gelombang pantul tergantung dari nilai koefisien pantul yang
dirumuskan
(5.41)
dimana
: koefisien pantul (tanpa satuan)
: impedansi beban (W)
: impedansi saluran (W)
Dari persamaan (5.41), kita dapat menyimpulkan bahwa koefisien pantul akan
berharga positif bila impedansi beban (ZR) lebih besar dari impedansi karakteristik
saluran dan berharga negatif bila ZR< Zo. Berharga nol bila ZR = Zo, yang artinya
semua energi yang dipancarkan atau ditransmisikan ke beban diterima secara
maksimum atau dengan kata lain tidak ada energi yang dikembalikan lagi ke
sumber.
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 51
Latihan
1. Jika tegangan insiden yang terukur pada beban sebesar 40 volt dan tegangan
pantul pada titik yang sama 25 V, berapa koefisien pantul pada beban tersebut.
(0,625)
2. Saluran transmisi mempunyai Zo sebesar 50 ohm yang dibebani 200 ohm.
Berapa persentasi tegangan dan daya yang dipantulkan? (33,3%, 11,1%)
5.7 Return Loss (RL)
Istilah return loss (RL) sering dijumpai dalam pengukuran yang berkaitan
dengan saluran dan beban (dalam hal ini antenna). RL erat hubungannya dengan
koeffisien pantul dimana
dB (5.42)
RL menunjukkan persentase daya yang dipantulkan pada titik beban. Sebagai
contoh RL sebesar -10 dB menunjukkan 10% daya dipantulkan kembali ke saluran
dan 90% daya diteruskan ke beban.
Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan sifat-safat tegangan dan
arus pada saluran untuk berbagai beban sebagai berikut :
Terminasi hubung buka(open - circuit termination)
1. Tegangan insiden dan tegangan pantul sefasa pada terminal hubung buka
2. Koeffisien pantul satu pada terminal hubung buka
3. Nilai arus pantul sama dengan nilai arus insident tetapi beda phasa 1800 dan
terulang untuk interval setengah gelombang dari terminal hubung buka.
4. VSWR tak terhingga.
5. Tegangan minimum pertama terjadi pada jarak ¼ dari terminal hubung buka.
6. Arus minimum pertama terjadi pada jarak 1/2 dari terminal hubung buka.
Hubung singkat (short-circuit termination)
1. Arus insiden dan arus pantul sephasa pada terminal hubung singkat dan terulang
pada interval 1/2 panjang gelombang dari terminal hubung singkat.
2. VSWR tak terhingga.
3. koefisien pantul sama dengan 1 dan sudut koefisiennya 1800.
4. Tegangan minimum pertama terjadi pada 1/2 dari hubung singkat.
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 52
5. Arus minimum pertama terjadi pada 1/4 gelombang dari hubung singkat.
6. Impedansi input saluran merupakan fungsi panjang saluran.
Beban sesuai/jodoh
1. Gelombang pantulnya nol.
2. Tidak ada gelombang berdiri.
3. VSWR satu.
4. Koeffisien pantul nol.
5. Impedansi inpput saluran tidak tergantung dari panjang saluran.
Beban resistansi murni yang lebih besar dari Zo
1. Gelombang insiden dan gelombang pantul sephasa pada beban interval 1/2
panjang gelombang dari beban.
2. Tegangan maksimum muncukl pada beban dan pada interval 1/2 panjang
gelombang dari beban.
3. Sudut koeffisien pantul nol pada beban dan pada interval 1/2 panjang
gelombang dari beban.
4. Besarnya gelombang pantul, besarran koeffisien pantul dan VSWR tergantung
pada harga Zo dan beban Zr.
5. Arus pantul pada phasa 1800 dengan arus insiden dan pada interval 1/2 panjang
gelombanng dari beban.
6. Lokasi panjang gelombang tegangan dan arus maksimum minimum mengikuti
pola yang sama dengan rangkaian terbuka kecuali amplitudonya yang
bervariasi.
Resistansi murni kurang dari Zo
1. Arus insiden dan arus pantul sephasa pada beban dan di interval 1/2 panjang
gelombang dari beban.
2. Tegangan insiden dan tegangan pantul beda phasa 1800 di beban dan di interval
1/2 panjang gelombang dari beban.
3. Tegangan minimum terletak di baban.
Beban reaktansi murni
1. Tegangan insiden dan tegangan pantul beda phasa 1800 kecuali di Emax
(sephasa) dan di Emin (beda1800).
2. VSWR tak terhingga dan koefisien pantul adalah 1,0.
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 53
BAB VI
PENYESUAI IMPEDANSI
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari Bab VI, mahasiswa akan mampu
- Mengerti cara menggunakan diagram Smith.
- Merancang rangkaian penyesuai impedansi ¼
- Merancang rangkaian penyesuai impedansi dengan STUB
Penyesuai impedansi berfungsi untuk mengubah suatu nilai impedansi dari
suatu nilai ke nilai impedansi lainnya, sebagai contoh impedansi 100 W akan diubah
nilai menjadi 50 W atau sebaliknya. Tujuan digunakannya penyesuai impedansi
adalah untuk mengurangi atau jika mungkin menghilangkan gelombang pantul
sehingga diperoleh efisiensi yang tinggi. Beberapa penyesuai impedansi yang
digunakan pada frekuensi sangat tinggi (VHF dan UHF) digunakan saluran sebagai
rangkaian penyesuai impedansi. Mereka diantaranya penyesuai impedansi ¼ lamda,
balance to unbalanced ½ lamda, STUB dan lainnya.
6.1 Penyesuai Impedansi ¼
Penyesuai impedansi ¼ lamda (transformer ¼ ) banyak digunakan pada
antenna struktur mikrostrip. Prinsip rangkaian ini adalah saluran yang panjangnya
¼ dimana rumus dasar yang digunakan, (Hund, 1989:49)
[
] (6.1)
Apabila panjang saluran L sebesar ¼ , maka
(6.2)
Pemahaman rumus 6.2 dapat digambarkan sebagai berikut
ZRZIN ZO
¼ LAMDA
SALURAN
Gambar 6.1 Transformer ¼
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 54
Sebagai contoh beban sebesar 100 ohm dapat diubah nilainya menjadi 50 ohm pada
sisi input jika Zo saluran dibuat 71 ohm. Ini ini dapat diperoleh dengan asumsi nilai
ZR adalah resitif dan Zin yang dinginkan juga resitif.
Contoh permasalahan.
Saluran koaksial 50 ohm dibebani sebesar 100 ohm resitif. Jika diinginkan saluran
menjadi match, tentukan nilai Zo dari transformer ¼ ?
100 WZIN Zo ?
¼ LAMDA
SALURAN UTAMA
Zo = 50 W
S-END
TRANSFORMER
Gambar 6.2 Posisi transformer ¼ dalam saluran dengan beban resitif
Agar saluran utama menjadi match, impedansi di titik sambung antara saluran
utama dengan transformer dipaksa sama dengan Zo saluran utama sebesar 50 ohm.
Dengan demikian berdasar rumus 6.2 , Zo(transformer) = (100 x50)-1/2
= 70,7 ohm
Permasalahan akan lebih komplek jika nilai beban mengandung komponen reaktif (
Z = R +jXL atau Z = R-jXC. Kita tidak dapat menggunakan rumus 6.2 secara
langsung karena rumus tersebut hanya dapat digunakan untuk beban resitif. Untuk
mengatasi permasalahan beban reaktif, diperlukan alat bantu yang bernama diagram
Smith (Smith Chart) atau SC karena diagram ini mampu memberikan berbagai
informasi yang berkaitan dengan impedansi saluran.
6.2 Penggunaan Diagram Smith
Diagram Smith adalah diagram lingkar seperti diperlihatkan dalam Gambar 6.2.
Tahun 1939, Philip H Smith mempublikasikan artikel tentang diagram lingkar yang
berguna untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan system
transmisi frekuensi radio
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 55
Gambar 6.3 Diagram Smith
Sumber http://www.cadfamily.com (29/05/2012)
Walaupun diagram ini dikenalkan 73 tahun yang lalu, namun sampai saat ini
masih digunakan dalam perangkat modern khususnya yang berkaitan dengan
system transmisi frekuensi UHF seperti dicontohkan dibawah.
Gambar 6.4 Diagram Smith dalam aplikasi simulator antena
Diagram Gambar 6.4 kita temukan pada perangkat lunak simulator antenna
IE3D yang sangat popular di dunia perancangan antenna, bahkan ditemukan dalam
instrument ukur modern seperti scalar network. Dengan demikian pemahaman
tentang diagram ini diperlukan bagi mahasiswa yang berhubungan dengan saluran
transmisi maupun antenna.
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 56
6.2.1 Komponen-komponen dalam SC
Komponen komponen dalam SC meliputi
1. Komponen resistansi atau konduktansi yang ternormalisasi
2. Komponen reaktansi induktif atau susceptansi kapasitif yang ternormalisasi
3. Komponen reaktansi kapasitif atau susceptansi induktif yang ternormalisasi
4. Panjang gelombang kearah beban
5. Panjang gelombang kearah sumber
6. Koeffisien pantul
7. VSWR dll.
Komponen Resistansi atau Konduktansi
Komponen ini ada di tengah lingkaran yang berupa garis lurus mulai dari sisi
kiri ke sisi kanan seperti ditunjukkan dalam Gambar 6.5.
1.0
0 RESISTANCE OR
CONDUCTANCE
COMPONENT
LINGKAR LUAR
R/Zo atau G/Yo
Gambar 6.5 Komponen resistansi
Lingkar Tetap Resistansi atau Konduktansi
Setiap skala resistansi mempunyai lingkaran-lingkaran seperti diperlihatkan
dalam Gambar 6.6. lingkaran ini digunakan sebagai garis bantu dalam penentuan
beban komplek. Nilai resistansi yang ada merupakan nilai ternormalisasi terhadap
Zo atau Yo (untuk konduktansi)
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 57
1.0
0
LINGKAR LUAR
Gambar 6.6 Lingkar resistansi
Garis Tetap Reaktansi atau Sesceptansi
Selain lingkar resistansi, terdapat skala ternormalisasi untuk reaktansi baik
reaktansi induktif (+jXL/Zo) atau reaktansi kapasitif –jXC/Zo dan skala
ternormalisasi susceptansi kapasitif +jB/Yo atau susceptansi induktif -jB/Yo
sebagaimana diperlihatkan dalam Ganbar 6.7
1.0
0
KOMPONEN REKTANSI INDUKTIF ATAU
SUSCEPTANSI KAPASITIF
KOMPONEN REKTANSI KAPASITIF ATAU
SUSCEPTANSI INDUKTIF
Gambar 6.7 Komponen ternormalisasi reaktansi atau susceptansi
Sama dengan fungsi garis lingkar resistansi, garis kurva reaktansi digunakan
untuk menyatakan nilai reaktansi mulai nilai 0 sampai tak terhingga, sebagai
gambaran kita akan menggambarkan beban dengan nilai impedansi Z = 50 +j 50 Ω
, yang dipasangkan pada kabel koaksial dengan karakteristik impedansi 50 Ω.
Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan nilai ternormalisasi beban
tersebut yaitu ZL/Zo sebesar 1+ j1 (tanpa satuan). Nilai 1 adalah nilai ternormalisasi
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 58
R/Zo yang ada dalam diagram smith (lingkar warna biru dalam Gambar 6.8). Nilai
+j1 adalah nilai ternormalisasi +jXL/Zo (kurva warna merah). Pertemuan lingkar
R/Zo sebesar 1 dan kurva +jXL/Zo adalah beban ternormalisasi ZL/Zo seperti
diperlihatkan dalam Gambar 6.8
1.00
1.0
+j1.0
ZL/ZO = 1+j1
Gambar 6.8 Posisi ZL/Zo dalam diagram Smith
Wavelength Toward Load (WTL)
WTL dapat diartikan panjang gelombang dengan arah menuju beban dengan
satuan lamda sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 6.9. Dalam SC arah putarnya
searah dengan arah jarum jam dan sebaliknya untuk wavelengt toward generator.
50+J50 WZo = 50 W
S-END
Gambar 6.9 Wavelength toward load (WTL)
6.2.2 Impedansi Sepanjang Saluran
Maksud dari impedansi sepanjang saluran adalah nilai impedansi yang terdapat
pada sepanjang saluran yang terbebani dengan ZL. Ada rumus yang memberikan
informasi tentang impedansi sepanjang saluran (5.30) namun penyelesaian rumus
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 59
1.00
LINGKAR LUAR
1.0
KOMPONEN REKTANSI INDUKTIF ATAU
SUSCEPTANSI KAPASITIF
KOMPONEN REKTANSI KAPASITIF ATAU
SUSCEPTANSI INDUKTIF
WAVELE
NGTH
TOW
ARD
GENERATO
R
WA
VE
LE
NG
TH
TO
WA
RD
LO
AD
Gambar 6.10 Bagian-bagian dari SC
tersebut membutuhkan waktu yang agak lama, dengan bantuan SC, kita dapat
menghemat waktu untuk memahami nilai impedansi saluran tersebut. Sebagai
gambaran pemahaman impedansi sepanjang saluran dapat dijelaskan sebagai
berikut; (1) posisikan beban saluran dalam SC seperti dijelaskan langkah
sebelumnya. Misal beban saluran 50+j50 Ω. (2) normalisasikan beban tersebut
terhadap Zo 50 Ω. Maka ZL/Zo = 1+j1 dan daman SC ditunjukkan dalam Gambar
6.10
1.00
1.0
WAVELE
NGTH
TOW
ARD
GENERATO
R
WA
VE
LE
NG
TH
TO
WA
RD
LO
AD
+j1.0
ZR/ZO = 1+j1
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 60
Gambar 6.10 ZL dalam SC
Dengan menggunakan jangka dibuat lingkaran dengan pusat lingkaran di tengah-
tengah lingkaran SC seperti diperlihatkan dalam gambar 6.11
1.00
1.0
WAVELE
NGTH
TOW
ARD
GENERATO
R
WA
VE
LE
NG
TH
TO
WA
RD
LO
AD
+j1.0
ZR/ZO = 1+j1
RADIUS
LIN
GK
AR
AN
VS
WR
HARGA VSWR
Gambar 6.11 Impedansi sepanjang saluran
Gambar 6.11 memberikan informasi bahwa nilai impedansi sepanjang saluran
ditunjukkan lingkaran warna merah yang dimulai dari beban ZL/Zo. Dengan
memutar searah jarum jam, nilai impedansi dapat diketahui dengan acuan beban
menuju sumber sinyal. Besarnya impedansi tergantung dari jarak terhadap beban.
Dengan lingkaran tersebut, informasi nilai impedansi maksimum dan minimum
dapat diketahui. Selain itu nilai standing wave ratio (SWR), juga diperoleh.nilai
impedansi sepanjang saluran yang dijelaskan dalam bahasan ini diasumsikan
pelemahan saluran dianggap nol.
6.3 Penyesuai Impedansi ¼ untuk Beban Reaktif
Untuk beban reaktif (induktif stau kapasitif), transformer ¼ tidak dapat
langsung disambungkan ke beban sebagai mana bahasan sebelumnya, karena rumus
6.2 hanya dapat digunakan jika semua nilai impedansinya resitif, jika Zin dalam
rumus tersebut diasumsikan resitif maka ZL juga harus resitif. Dengan demikian
konsep penggunaan transformer ¼ hanya untuk kondisi resitif dengan demikian
transformer ini harus dipasang pada impedansi saluran yang resitif. Nilai impedansi
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 61
saluran resitif ditunjukkan pada nilai impedansi maksimum atau minimum. Untuk
lebih jelas, perhatukan contoh berikut.
Contoh-1
Saluran dengan karakteristik impedansi Zo 50 ohm dibebani sebesar 50+j50 Ω.
Tentukan jarak ¼ yang harus dipasang dari beban dan tentukan nilai karakteristik
impedansi transformer tersebut.
Solusi
Konsep solusinya adalah menentujan L-1 yaitu jarak titik resitif pada saluran
terhadap beban seperti diperlihatkan dalam Gambar 6.12
50+j50 W
ZIN Zo ?
¼ LAMDA
SALURAN UTAMA
Zo = 50 W
S-END
TRANSFORMER
Zo = 50 W
L-1
Zmax
Gambar 6.12 Penempatan transformer ¼ terhadap beban resitif
dengan menggunakan SC,
1. ditentukan letak ZL/Zo pada SC
2. dibuat lingkaran dengan pusat lingkaran di titik R/Zo = 1,0 dan lingkaran
melalui 1+j1
3. ditentukan titik Z maksimum
4. dihitung jarak dari beban menuju titik Z maksimum tersebut;
5. dibaca nilai Zmak/Zo pada SC dan konversikan ke nilai sebenarnya
6. dengan rumus 6.2 dihitung nilai karakteristik impedansi transformer
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 62
1.00
1.0
WAVELE
NGTH
TOW
ARD
GENERATO
R
WA
VE
LE
NG
TH
TO
WA
RD
LO
AD
+j1.0
ZR/ZO = 1+j1
Zmax
JARAK BEBAN
KE IMPEDANSI
MAKSIMUM (L-1)
Zmin
Gambar 6.13 Prosedur penyelesaian beban induktif
Untuk beban kapasitif, langkah penyelesaiannya hampir sama yaitu sebagai berikut
50-J50 WZIN Zo ?
¼ LAMDA
SALURAN UTAMA
Zo = 50 W
S-END
TRANSFORMER
Zo = 50 W
L-1
ZMIN
Gambar 6.14 Posisi transformer pada beban reaktif
dengan menggunakan SC,
1. ditentukan letak ZL/Zo pada SC
2. dibuat lingkaran dengan pusat lingkaran di titik R/Zo = 1,0 dan lingkaran
melalui 1-j1
3. ditentukan titik Z minimum
4. dihitung jarak dari beban menuju titik Z minimum tersebut;
5. dibaca nilai Zmin/Zo pada SC dan konversikan ke nilai sebenarnya
dengan rumus 6.2 dihitung nilai karakteristik impedansi transformer
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 63
1.00
1.0
WA
VE
LE
NG
TH
TO
WA
RD
LO
AD
- j1.0
ZL/ZO = 1- j1
Zmax
JARAK BEBAN KE IMPEDANSI
MINIMUM (L-1)
Zmin
Gambar 6.15 SC dalam penyesuai impedansi ¼
Admitansi pada SC
Selain nilai ternormalisasi untuk impedansi, SC juga menyediakan nilai
ternomalisasi untuk admitansi YL/Yo, komponen dari admitansi YL adalah
konduktansi G dan susceptansi JB. SC memberikan kemudahan bagaimana
mengubah nilai impedansi menjadi susceptansi (Gambar 6.16). penggunaan
susceptansi diperlukan saat membahas perhitungan rangkaian paralel.
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 64
1.0
- j1.0
ZR/ZO
ZmaxZmin
YR/YO
Gambar 6.16 Mengubah Z menjadi Y
6.4 STUB
STUB adalah rangkaian penyesuai impedansi dengan menggunakan saluran
yang sama untuk tujuan menghilangkan atau mengurangi pemantulan pada sending
end. Umumnya STUB dihubungkan paralel dengan saluran. Ujung STUB dapat
dibuat terbuka atau terhubung singkat.
50+J50 WZo = 50 W
S-END
STUB
Zo = 50 W
Gambar 6.17 STUB dalam saluran
Konsep pemahaman STUB adalah sebagai berikut. Saat STUB ujung r-end
nya dibuka atau dihubung singkat, STUB mempunyai admitansi input reaktif,
dapat kapasitif atau induktif. Fungsi STUB adalah menghilangkan komponen
susceptansi dimana STUB akan diparalelkan dengan demikian admitansi input
STUB harus konjugate dengan admitansi saluran dimana STUB akan diparalelkan.
Setelah STUB diparalelkan, admitansi pada titik dimana STUB diparalel harus
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 65
sama dengan karakteristik admitansi saluran Yo agar tidak terjadi pemantulan
gelombang pada titik tersebut.
Berikut adalah langkah-langkah dalam menentukan dimana STUB harus
diparelelkan dan berapa panjang STUB agar tidak terjadi pemantukan pada saluran
utama.Perhatikan permasalahan berikut, jika beban antena 50-j50 Ω disambungkan
dengan kabel koaksial 50 Ω, tentukan dimana STUB harus dipasang dan berapa
panjang STUB agar tidak terjadi pemantukan pada saluran koaksial 50 Ω?
Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah senagai berikut;
1. Dinormalisasikan beban antena; ZL/Zo = (50-j50)/50 = 1-j1
2. Ditentukan letak beban ini dalam SC (Gb. 7.19)
3. Dibuat lingkaran SWR (Gb. 7.19)
4. Karena STUB dipasang paralel, konversikan ZL/Zo menjadi YL/Yo.
(Gb.6.18)
5. Dibuat garis lurus dari pusat SC menuju beban YL/Yo sampai lingkaran luar
SC dan dibaca nilai panjang gelombang yang tertera di lingkaran luar
tersebut (Gb. 6.19).
1.0
- j1.0
ZR/ZO
YR/YO
.
Gambar 6.18 Konversi dari ZR/Zo ke YL/Yo
6. Karena masih di posisi beban YL/Yo, ikuti lingkaran WSR dengan
menggeser ke arah jarum jam hingga memotong pada lingkaran G/Yo sama
dengan satu.( Gb. 6.19)
7. Jarak Konduktansi G/Yo terhadap beban YL/Yo dihitung
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 66
- j1.0
ZL/ZO
YL/YO
1,0
Gambar 6.19 Admitansi YL/Yo menuju admitansi G/Yo
ZL/ZO
YL/YO
1,0
1+jB
L-1
Gambar 6.20 Jarak konduktansi G/Yo satu ke beban YL/Yo
8. Nilai admitansi yang memotong G/Yo satu dibaca ( 1+jB)
9. STUB yang akan diparalelkan fungsinya untuk menghilangkan komponen
+jB sehingga admitansi input STUB dipaksa sama dengan –jB sehingga dija
STUB diparalelkan dengan saluran akan menghasilkan Y/Yo = 1. Jika ujung
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 67
SUB dibiarkan terbuka, maka L-2 dapat dihitung sebagaimana diperlihatkan
dalam Gambar 6.21
- j1.0
ZL/ZO
YL/YO
1,0
1+jB
L-1
L-2
-jB
0
Gambar 6.21 Perhitungan L-2
Jika ujung STUB dihubung singkat, panjang STUB di hitung dari konduktansi ∞
sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 7.23
- j1.0
ZL/ZO
YL/YO
1,0
1+jB
L-1
L-2
-jB
Gambar 6.22 Perhitungan untuk STUB hubung singkat
Latihan-latihan
Gunakan SC kosong untuk meyelesaikan permasalahan berikut
1. Rancang penyesuai impedansi ¼ pada saluran koaksial 75 Ω jika antena
yang terpasang mempunyai impedansi 36+j 21 ohm.
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 68
2. Jika frekuensi saluran soal no.1 600 MHz, dan tetapan dielektrik sebesar
2.15, teutukan jarak pasang transformer (cm) terhadap beban dan panjang
transformer tersebut (cm).
3. Jika STUB tunggal yang digunakan untuk penyesuai impedansi soal no.1,
rancang STUB tersebut jika (a) ujung STUB dibiarkan terbuka dan (b)
ujung STUB dihubung singkat dan tentukan jarak STUB yang harus
dipasang (cm) terhadap beban, dan panjang masing-masing STUB (cm).
REFERENSI
1. Dunlop and Smith, Telecommunications Engineering, Van Nostrand
Reinhold, United Kingdom.
2. Hund, 1989, Microwave Communication, Mc Graw Hill, Singapura.
3. Lapatine, 1978, Electronic in Communication, John Wiley, New York
4. Shen and Kong, 2001, Aplikasi Elektromagnetik, Erlangga
5. Sinnema, 1988, Electronic Transmisiion Technology, Prentice Hall,
New Jersey.
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SALURAN TRANSMISI-RF 69
GLOSARY
dBm Satuan daya dengan acuan 1 mW
Frekuensi Jumlah siklus gelombang dalam satu detik
Gelombang berdiri
Gelombang pantul
Impedansi Input Impedansi pada sisi input saluran yang merupakan
perbandingan antara tegangan dan arus
Karakteristik
Impedansi
Impedansi saluran ketika tidak terjadi gelombang pantul
Match line Saluran yang dibebani sebesar karakteristik impedansinya
Medan listrik Medan yang disebabkan oleh adanya beda potensial
Medan magnetik Medan yang disebabkan oleh adanya aliran arus listrik
Neper Satuan dari pelemahan berbasis logaritma natural
Penyesuai impedansi
Perioda Waktu untuk satu gelombang
Return loss
Saluran transmisi Media yang menghubungkan antara sumber sinyal ke beban
STUB
Tegangan insiden
Tegangan pantul
TEM Medan listrik dan medan magnetik keduanya tegak lurus
terhadap arah rambatan gelombang
Transformer ¼