SALINAN - kppip.go.id

49
SALINAN Menimbang Mengingat Menetapkan PRES IDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2O2L TENTANG KEMUDAHAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk melaksanakan Pasal 3 huruf d, Pasal 26, Pasal 31, Pasal 36, Pasal 124, Pasal 173, dan Pasal 18S huruf b Undang-Undang Nomor 1 1 Tahun 2O2O tentang Cipta Kerja, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Kemudahan Proyek Strategis Nasional; 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O2O tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2O2O Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573); MEMUTUSKAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KEMUDAHAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL. 2 SK No 086226 A BAB I

Transcript of SALINAN - kppip.go.id

Page 1: SALINAN - kppip.go.id

SALINAN

Menimbang

Mengingat

Menetapkan

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 42 TAHUN 2O2L

TENTANG

KEMUDAHAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

bahwa untuk melaksanakan Pasal 3 huruf d, Pasal 26,Pasal 31, Pasal 36, Pasal 124, Pasal 173, dan Pasal 18Shuruf b Undang-Undang Nomor 1 1 Tahun 2O2O tentang CiptaKerja, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentangKemudahan Proyek Strategis Nasional;

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O2O tentang CiptaKerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2O2ONomor 245, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 6573);

MEMUTUSKAN

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KEMUDAHAN PROYEKSTRATEGIS NASIONAL.

2

SK No 086226 A

BAB I

Page 2: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-2-

i

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

Proyek Strategis Nasional adalah proyek dan/atauprogram yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat,Pemerintah Daerah, dan/atau Badan Usaha yangmemiliki sifat strategis untuk pertumbuhan danpemerataan pembangunan dalam rangka upayapenciptaan kerja dan peningkatan kesejahteraanmasyarakat.

Kemudahan adalah segala bentuk kemudahanp erizinan/ non - pe r izinan yan g diberi kan dalam rangkapercepatan proses perencanaan, penyiapan, transaksi,konstruksi, dan kelancaran pengendalian operasi,termasuk di dalamnya mekanisme pembiayaan untukProyek Strategis Nasional.

Perizinan Berusaha adalah legalitas yang diberikankepada pelaku usaha untuk memulai danmenjalankan usah a dan I atau kegiatannya.

Badan Usaha adalah badan usaha yang berbentukbadan hukum yang melakukan usaha dan/ataukegiatan pada bidang tertentu.Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disingkatBUMN adalah badan usaha yang seluruh atausebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melaluipenyertaan secara langsung yang berasal darikekayaan negara yang dipisahkan.

6.Kerja...

2

3

4

5

SK No 094758 A

Page 3: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

--o-

6. Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha yangselanjutnya disingkat KPBU adalah kerja sama antarapemerintah dan Badan Usaha dalam penyediaaninfrastruktur untuk kepentingan umum denganmengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkansebelumnya oleh menteri/kepala lembaga/kepaladaerah/BUMN/badan usaha milik daerah, yangsebagian atau seluruhnya menggunakan sumber dayaBadan Usaha dengan memperhatikan pembagianrisiko diantara para pihak.

7. Pemerintah Pusat adaiah Presiden Republik Indonesiayang memegang kekuasaan pemerintahan NegaraRepublik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presidendan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia TahunL945.

8. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagaiunsur penyelenggara pemerintahan daerah yangmemimpin pelaksanaan. urusan pemerintahan yangmenjadi kewenangan daerah otonom.

9. Penanggung Jawab Proyek Kerja sama yangselanjutnya disingkat PJPK adalah menteri/kepalalembaga, gubernur, bupati/wali kota, atauBUMN/badan usaha milik daerah sebagai penyediadan/atau penyelenggara infrastruktur berdasarkanperaturan perundang-undangan.

10. Menteri adalah menteri yang mempunyai tugasmenyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, danpengendalian urusan kementerian di bidangperekonomian selaku ketua komite yang dibentukuntuk mempercepat penyediaan infrastrukturprioritas sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

11. Badan.

SK No 094759 A

Page 4: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-4-

1 1. Badan Usaha Pelaksana Proyek Strategis Nasionalmelalui skema KPBU yang selanjutnya disebut denganBadan Usaha Pelaksana adalah perseroan terbatasyang didirikan untuk mengikuti tahapan pemilihandan melaksanakan perjanjian kerja sama denganpemerintah atau perseroan terbatas yang didirikanoleh Badan Usaha pemenang pemilihan.

12. Penanganan Dampak Sosial adalah penangananmasalah sosial untuk masyarakat yang terdampaklangsung pembangunan Proyek Strategis Nasional.

13. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yangselanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangantahunan pemerintahan negara yang disetujui olehDewan Perwakilan Ra}ryat.

14. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yangselanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangantahunan pemerintahan daerah yang disetujui olehDewan Perwakilan Ralryat Daerah.

15. Jaminan Pemerintah adalah jaminan yang diberikanoleh menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang keuangan negara untukmeningkatkan kelayakan proyek dengan skemapembagian risiko dalam rangka mendukungpercepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

16. Panel Konsultan adalah satu atau lebih calon penyediajasa konsultansi dalam panel yang memberikanpelayanan jasa konsultansi tertentu dalampelaksanaan Proyek Strategis Nasional serta dipilihdan ditetapkan oleh kementerian/lembaga melaluiproses kualifikasi.

17. Panel Badan Usaha adalah satu atau tebih BadanUsaha dalam satu panel yang terdiri dari beberapacalon Badan Usaha Pelaksana dalam pelaksanaanProyek Strategis Nasional serta dipilih dan ditetapkanoleh kementerian/lembaga melalui proses kualifikasi.

78.Project...

SK No 094760 A

Page 5: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-5-

18. Project Deuelopment Facilities yang selanjutnyadisingkat PDF adalah fasilitas fiskal yang disediakanoleh menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang keuangan negara untukmeningkatkan efektivitas pelaksanaan penyiapan danpelaksanaan transaksi proyek.

Pasal 2

(1) Proyek Strategis Nasional dilaksanakan denganmemprioritaskan integrasi konektivitas antarinfrastruktur dan latau pusat kegiatan ekonomi untukmendorong percepatan pertumbuhan ekonomiberbasis kewilayahan dengan memperhatikan arahpembangunan kewilayahan yang dimuat dalamperencanaan pembangunan nasional.

(2) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atauBadan Usaha mendapatkan fasilitas KemudahanProyek Strategis Nasional.

(3) Fasilitas Kemudahan sebagaimana dimaksud padaayat (2) diberikan pada tahapan:

a. perencanaan;

b. penyiapan;

c. transaksi;

d. konstruksi; dan

e. operasi dan pemeliharaan

(4) Selain fasilitas Kemudahan pada tahapansebagaimana dimaksud pada ayat (3),kementerian/lembaga dan Pemerintah Daerah dalampelaksanaan Proyek Strategis Nasional mendapatkankemudahan pengadaan.

(5) Menteri mengoordinasikan fasilitas Kemudahan padatahapan Proyek Strategis Nasional sebagaimanadimaksud pada ayat (3).

(6) Ketentuan...

SK No 094761 A

Page 6: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-6-

(6) Ketentuan mengenai percepatan penerbitan PerizinanBerusaha dilaksanakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Pasal 3

(1) Daftar Proyek Strategis Nasional untuk pertama kaliditetapkan dalam Peraturan Presiden mengenaipercepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

(2) Menteri/kepala lembaga/kepala daerah dan BadanUsaha mengajukan usulan Proyek Strategis Nasionalkepada Menteri sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

(3) Menteri melakukan evaluasi atas daftar ProyekStrategis Nasional sebagaimana dimaksud padaayat (1) dan/atau usulan Proyek Strategis Nasionalsebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksudpada ayat (3), Menteri menetapkan perubahan daftarProyek Strategis Nasional setelah mendapatkanpersetujuan Presiden.

Pasal 4

Kemudahan dalam pelaksanaan Proyek Strategis Nasionalsebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Menteri melakukan:

a. koordinasi perencanaan dan penganggaran antarkementerian, lembaga, Pemerintah Daerah, BadanUsaha, dan/atau pihak lainnya dengan lingkup tugasdan fungsi berkaitan dengan upaya percepatanpenyediaan Proyek Strategis Nasional;

b. penetapan strategi dan kebijakan dalam rangkapercepatan Proyek Strategis Nasional;

c. penJrusunan prioritas Proyek Strategis Nasional;

d. fasilitasi penyiapan Proyek Strategis Nasional;

e.pemantauan...

SK No 094762 A

Page 7: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-7 -

e

f

ob

h

1

pemantauan dan pengendalian pelaksanaan strategidan kebijakan dalam rangka percepatan penyediaanProyek Strategis Nasional;

fasilitasi peningkatan kapasitas aparatur dankelembagaan terkait dengan penyediaan proyekStrategis Nasional;

fasilitasi penyelesaian permasalahan dalam perizinanBerusaha dan pengadaan tanah bagi Proyek StrategisNasional;

koordinasiNasional;

optimasi pemanfaatan Proyek Strategis

koordinasi penetapan strategi kebijakan danpersetujuan atas penanganan dampak sosial yangdiajukan oleh menteri/kepala lembaga, gubernur, danbupati/wali kota;

evaluasi dan pembinaan pelaksanaan Panel Konsultandan Panel Badan Usaha yang dibentuk olehkementerian/lembaga;

koordinasi perencanaan, pengembangan, danpenetapan skema aiternatif pembiayaan untuk proyekStrategis Nasional; dan/ atau

pelaporan perkembangan pelaksanaan proyekStrategis Nasional kepada Presiden.

BAB II

J

k

I

SK No 086225 A

Page 8: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-8-

BAB II

KEMUDAHAN PERENCANAAN

Bagian Kesatu

Identifikasi Perizinan dan Non-Perizinan

Pasal 5

(1) Menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/walikota mengidentifikasi perizinan Berusaha dan non-perizinan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaanProyek Strategis Nasional sesuai dengan kewenanganmasing-masing.

(2) Menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangan masing-masingmemberikan percepatan perizinan Berusaha bagikegiatan usaha yang termasuk dalam risiko tinggi padaProyek Strategis Nasional.

(3) Menteri/kepala lembaga, gubernur atau bupati/walikota selaku penanggung jawab proyek StrategisNasional mengajukan penyelesaian perizinanBerusaha dan non-perizinan yang diperlukan untukmemulai pelaksanaan proyek Strategis Nasionalberdasarkan hasil identifikasi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) kepada menteri/kepala lembaga,gubernur, atau bupati/wali kota terkait sesuai dengankewenangan masing-masing.

(4) Gubernur atau bupati/wali kota selaku penanggungjawab Proyek Strategis Nasional di daerah memberikanPerizinan Berusaha dan non-perizinan yangdiperlukan untuk memulai pelaksanaan proyekStrategis Nasional sesuai dengan kewenangan masing-masing berdasarkan hasil identifikasi sebagaimanldimaksud pada ayat (1) kepada menteri/kepalalembaga terkait sesuai dengan kewenangan maslng_masing.

(5) Ketentuan...

SK No 094764 A

Page 9: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-9-

(5) Ketentuan mengenai penerbitan perrzinan Berusahadan non-perizinan dilaksanakan berdasarkan norma,standar, prosedur, dan kriteria sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 6

(1) BUMN yang mendapatkan penugasan dari pemerintah,mengidentifikasi Perizinan Berusaha dan non-perizinan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaanProyek Strategis Nasional.

(2) Terhadap hasil identifikasi sebagaimana dimaksudpada ayat (1), BUMN mengajukan penyelesaianPertzinan Berusaha dan non-perizinan ,yangdiperlukan untuk memulai pelaksanaan proyekStrategis Nasional kepada menteri/kepala lembaga,gubernur, dan bupati/wali kota sesuai dengankewenangan masing-masing.

(3) BUMN yang mendapatkan penugasan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) metaporkan hasil identif,rkasiPertzinan Berusaha dan non-perizinan kepada menteriyang memberikan penugasan.

(1)

(2)

Pasal 7

Menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/walikota melaporkan kepada Menteri hasit identifikasiPerizinan Berusaha dan non-perizinan yangdiperlukan dalam rangka pelaksanaan prtyekStrategis Nasional.

Menteri melakukan pengendalian atas percepatanpenyelesaian Perrzinan Berusaha dan non -perizinanyang diperlukan untuk memulai pelaksanaan proyekStrategis Nasional.

SK No 094765 A

Bagian

Page 10: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-10-

Bagian Kedua

Rencana Tata Ruang

Pasal 8

(1) Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional dilakukansesuai dengan rencana tata ruang dan/atauperencanaan ruang laut.

(2) Dalam hal lokasi Proyek Strategis Nasional belumsesuai dengan rencana tata ruang, pemanfaatan ruangtetap dapat dilaksanakan setelah mendapatrekomendasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruangdari menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang tata ruang.

(3) Dalam hal lokasi Proyek Strategis Nasional belumsesuai dengan perencanaan ruang laut, pemanfaatanruang laut tetap dapat dilaksanakan setelah mendapatrekomendasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruangiaut dari menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang kelautan.

(4) Ketentuan mengenai penetapan rencana tata ruangdan/atau perencanaan ruang laut dilaksanakansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga

Pengadaan Tanah

Pasal 9

(1) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi bidang pertanahan mengidentifikasi kebutuhantanah yang diperlukan untuk mempercepatpelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

(2) PJPK...

SK No 094766 A

Page 11: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPIJBLIK INDONESIA

- 11-

(2) PJPK mengajukan rencana alokasi pembebasan lahankepada menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang keuangan negara setelahdilakukan penetapan lokasi atas proyek StrategisNasional.

(3) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi bidang keuangan negara mengalokasikan anggaranuntuk pembebasan lahan berdasarkan usulan daftarProyek Strategis Nasional yang disampaikan olehMenteri.

(4) Dalam hal anggaran pembebasan lahan tidakdialokasikan di satuan kerja yang menyelenggarakantugas dan fungsi manajemen aset negara padalingkungan kementerian yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang keuangan negara,anggaran pembebasan lahan dialokasikan padakementerian/lembaga atau Pemerintah Daerah.

(5) Penyelenggaraan pengadaan tanah untukStrategis Nasional dilaksanakan sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan.

(1)

Proyekdengan

Bagian Keempat

Studi Lingkungan Hidup

Pasal 10

Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi bidang lingkungan hidup dan kehutananmengidentifikasi kebutuhan studi lingkungan hidupyang diperlukan untuk memulai pelaksanaan proyekStrategis Nasional.

(2) Ketentuan mengenai studidilaksanakan sesuai denganperundang-undangan.

lingkungan hidupketentuan peraturan

SK No 094767 A

Bagian

Page 12: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-t2-

Bagian Kelima

Penggunaan Kawasan Hutan

Pasal 1 1

(1) Menteri yang menyelenggarakan Ltrusan pemerintahandi bidang lingkungan hidup dan kehutananmengidentifikasi kebutuhan penggunaan kawasanhutan yang diperlukan untuk pelaksanaan proyekStrategis Nasional.

(2) Ketentuan mengenai penggunaan kawasan hutandilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Bagian Keenam

Rencana Induk Sektor

Pasal 12

(1) Menteri/kepala lembaga wajib menetapkan proyekStrategis Nasional dalam rencana induk sektorkementerian/lembaga sesuai dengan kewenanganmasing-masing.

(2) Dalam hal Proyek Strategis Nasional belum termuatdalam rencana induk sektor, menteri/kepala lembagawajib menerbitkan rekomendasi kesesuaian proyekStrategis Nasional dengan rencana induk sektorkementerian/lembaga sesuai dengan kewenanganmasing-masing.

Bagian KetujuhPerencanaan Pembiayaan

Pasal 13

(1) Pembiayaan Proyek Strategisbersumber dari:

a. APBN;

Nasional dapat

SK No 094768 A

b. APBD;

Page 13: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

_ 13_

b. APBD; dan/atauc. pembiayaan lain yang sah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Perencanaan pembiayaan Proyek Strategis Nasionalyang bersumber dari APBN dan/atau APBDsebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a danhuruf b dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan mengenai sistem perencanaanpembangunan nasional.

(3) Perencanaan pembiayaan Proyek Strategis Nasionalyang bersumber dari pembiayaan lain yang sahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf cdilakukan dengan memperhatikan:

a. integrasi secara teknis dengan rencana indukpada sektor yang bersangkutan;

b. kelayakan secara ekonomi dan finansial; danc. kemampuan keuangan Badan Usaha untuk

membiayai pelaksanaan penyediaan proyekStrategis Nasional, dalam hal Badan Usahabertindak seiaku pemrakarsa dan/atau mendapatpenugasan dari Pemerintah.

(41 Perencanaan pembiayaan Proyek Strategis Nasionalyang bersumber dari gabungan antara APBN/APBDdan pembiayaan lain yang sah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan dengan mengutamakanintegrasi perencanaan, pengalokasian anggaran sertarencana penyelesaian dan pengoperasian proyek.

(5) Koordinasi perencanaan, pengembangan, danpenetapan skema pembiayaan lain yang sahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c untukProyek Strategis Nasional dilakukan oleh Menteri.

Pasal 14

SK No 086224 A

Page 14: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-14-

Pasal 14

(1) Pembiayaan Proyek Strategis Nasional yang bersumberdari pembiayaan lain yang sah sebagaimana dimaksuddalam Pasal 13 ayat (1) huruf c dapat dilakukanmelalui KPBU dan/atau bentuk pembiayaan lainnyamelalui kerja sama sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

(2) KPBU dilakukan berdasarkan prakarsa pemerintahatau prakarsa Badan Usaha.

(3) Dalam hal KPBU dilakukan berdasarkan prakarsaBadan Usaha, Badan Usaha pemrakarsa wajibmen5rusun studi kelayakan atas proyek StrategisNasional yang diusulkan.

(4) Terhadap hasil studi kelayakan dan dokumenpendukungnya yang diusulkan Badan Usahasebagaimana dimaksud pada ayat (3), menteri/kepalalembaga, gubernur, dan bupati/wali kota dapatmengubah atau melakukan penambahan terhadaplingkup studi kelayakan dan dokumen pendukungnyatanpa memerlukan persetujuan dari Badan Usahapemrakarsa.

Pasal 15

Kategori Proyek Strategis Nasional yang penyediaannyadapat dilakukan melalui prakarsa Badan Usaha, meliputi:a. penyediaaninfrastrukturpelayananpublik;

b. optimasi barang milik negaraf barang milik daerah;c. optimasi aset BUMN; dan/ataud. meningkatkan pendapatan negara d.anlata.u daerah.

Pasal 16.

SK No 094770 A

Page 15: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-15-

Pasal 16

(1) Dalam hal KPBU dilakukan berdasarkan prakarsaBadan Usaha, Badan Usaha pemrakarsa wajibmen5rusun studi pendahuluan atas proyek StrategisNasional yang diusulkan.

(21 Terhadap hasil studi pendahuluan yang diusulkanBadan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1),menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/walikota dapat mengubah atau melakukan penambahanterhadap studi pendahuluan tanpa memerlukanpersetujuan terlebih dahulu dari Badan Usahapemrakarsa.

Pasal 17

(1) Badan Usaha pemrakarsa yang telah ditetapkan olehPJPK men),Llsun studi kelayakan dan dokumenpendukung atas Proyek Strategis Nasional yangdiusulkan.

(2) Badan Usaha pemrakarsa wajib menJrusun studikelayakan dan dokumen pendukung sebagaimanadimaksud pada ayat (t) paling lama 3 (tiga) bulan sejakBadan Usaha pemrakarsa ditetapkan.

(3) Terhadap hasil studi kelayakan dan dokumenpendukung yang disampaikan Badan Usahapemrakarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (2),PJPK dapat mengubah atau melakukan penambahanterhadap studi kelayakan dan dokumenpendukungnya.

(4) Badan Usaha pemrakarsa meiakukan penyesuaianterhadap perubahan atau penambahan atas studikelayakan yang disampaikan pJpK sebagaimanadimaksud pada ayat (3) pating lama 3 (tiga) bulan.

Pasal 18. . .

SK No 094771 A

Page 16: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-t6-

Pasal 18

(1) Pemerintah dapat memberikan Jaminan pemerintahterhadap Proyek Strategis Nasionai yangpembiayaannya bersumber dari pembiayaan lain yangsah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Jaminan Pemerintah sebagaimana dimaksud padaayat (1), diberikan terhadap:

a. kredit atau pembiayaan syariah;

b. kelayakan usaha;

c. KPBU; dan/ataud. risiko politik.

(3) Jaminan Pemerintah sebagaimana dimaksud padaayat (2) diberikan oleh menteri yang menyelenggarakanurusan pemerintah di bidang keuangan negara denganmempertimbangkan prin sip-prinsip :

a. kemampuan keuangan negara;

b. kesinambungan fiskal; dan

c. pengelolaan risiko fiskat APBN.

(41 Dalam mempertimbangkan Jaminan pemerintahsebagaimana dimaksud pada ayat (3), menteri yangmenyelenggarakan urusan pemerintah di bidangkeuangan negara:

a. menetapkan batas maksimal penjaminan secaraberkala sebagai patokan dalam pemberianJaminan Pemerintah; dan/atau

b. mengalokasikan anggaran kewajiban pemerintahatas Jaminan Pemerintah sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Jaminan Pemerintah sebagaimana dimaksud padaayat (2) diberikan terhadap proyek Strategis Nasionalyang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. layak...

SK No 094772 A

Page 17: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-t7-

a. layak secara teknis dan finansial; danb. PJPK memiliki dokumen identifikasi dan rencana

mitigasi risiko yang memadai.

(6) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi bidang keuangan negara dapat memberikanpenugasan khusus kepada badan usaha penjaminaninfrastruktur untuk memberikan Jaminan pemerintahsebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

(71 Ketentuan lebih lanjut mengenai Jaminan pemerintahuntuk Proyek Strategis Nasional diatur denganperaturan menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang keuangan negara.

BAB IIIKEMUDAHAN PENYIAPAN

Bagian Kesatu

Fasilitas Penyiapan Proyek

Pasal 19

(1) Menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/walikota melakukan penyiapan proyek Strategis Nasionalyang menghasilkan paling sedikit:a. studi kelayakan;

b. kesesuaian rencana tata ruang, rencana zonasikawasan strategis nasional tertentu, danf ataurencana zonasi kawasan antarwilayah;

c. penetapan lokasi pengadaan tanah;d. dokumen lingkungan hidup; dane. sumber pembiayaan.

(2) Selain...

SK No 094773 A

Page 18: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-18-

(2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),untuk pembiayaan Proyek Strategis Nasional yangbersumber dari pembiayaan lain yang sah sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan,menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/watikota juga melakukan penyiapan proyek StrategisNasional atas:

a. rencana dukungan Pemerintah dan JaminanPemerintah; dan

b. penetapan tata cara pengembalian investasiBadan Usaha Pelaksana.

Pasal 20

(1) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi bidang keuangan negara dapat memberikan pDFkepada Proyek Strategis Nasional.

(2) PDF sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:a. fasilitas untuk meningkatkan efektivitas

pelaksanaan penyiapan;

b. fasilitas untuk meningkatkan efektivitaspelaksanaan transaksi.

(3) Menteri menetapkan prioritas pada daftar proyekStrategis Nasional yang mendapatkan pDF setelahberkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang keuangan negara.

(4) Dalam hal pemberian pDF sebagaimana dimaksudpada ayat (1) tidak sesuai dengan tujuan pemberianPDF atau mengalami kegagalan dalam pelaksanaannyayang disebabkan oleh kelalaian pJpK, menteri yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangkeuangan negara berwenang mengambil tindakansesuai dengan yang diperjanjikan.

SK No 094774 A

Pasal 2l . .

Page 19: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-19-

Pasal 21

(1) Penyiapan Proyek Strategis Nasional dapat dilakukanbersama dengan Badan Usaha atau lembaga/institusi/organisasi internasional berdasarkankesepakatan dengan menteri/kepala lembaga,gubernur, atau bupati/wali kota.

(2) Pemilihan Badan Usaha untuk penyiapansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukanmelalui Panel Konsultan atau penunjukan langsung.

(3) Biaya penyiapan Proyek Strategis Nasional danpengadaan Badan Usaha mitra penyiapan yangdilakukan menteri/kepala lembaga, gubernur, ataubupati/wali kota dengan bantuan Badan Usaha/lembaga/institusi/organisasi internasional, dapatdibebankan kepada Badan Usaha pemenang pemilihanbaik sebagian atau seluruhnya.

(4) Pembebanan biaya penyiapan proyek StrategisNasional dengan bantuan Badan Usaha atau lembaga/institusi/organisasi internasional dibayarkan dengantata cara:

a. pembayaran secara berkala (retainer fee);b. pembayaran secara penuh (lump sum);

c. gabungan pembayaran secara berkala dan secarapenuh; dan/atau

d. tata cara lain yang disepakati antara menteri/kepala lembaga, gubernur, atau bupati/wali kotadengan Badan Usaha/lembaga/institusi/organisasi internasional.

Pasal 22

(1) PJPK men5rusun prastudi kelayakan dan studikelayakan atas penyediaan proyek Strategis Nasionalyang akan dibangun.

(2) Dalam...

SK No 094775 A

Page 20: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-20-

(21 Dalam hal pembiayaan Proyek Strategis Nasionalbersumber dari APBN dan/atau APBD, pen)rusunanprastudi kelayakan dan studi kelayakan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Dalam hal pembiayaan Proyek Strategis Nasionalbersumber dari pembiayaan lain yang sah sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan,prastudi kelayakan dan studi kelayakan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), menghasilkan kesimpulanpaling sedikit meliputi:

a. sumber pembiayaan;

b. identifikasi kerangka kontraktual, pengaturan,dan kelembagaan;

c. kelayakan finansial dan ekonomi;

d. rancangan kerja sama dari aspek teknis;

e. usulan dukungan pemerintah dan JaminanPemerintah yang diperlukan ;

f. identifikasi risiko dan rekomendasi mitigasi, sertapengalokasian risiko tersebut; t

g. bentuk pengembalian investasi Badan UsahaPelaksana; dan

h. kelembagaan dan hukum.

Pasal 23

(1) Menteri/kepala lembaga, gubernur, atau bupati/watikota menyiapkan perjanjian kerja sama untuk ProyekStrategis Nasional.

(2) Bentuk dan isi perjanjian kerja sama untuk proyekStrategis Nasional yang pembiayaannya berasal dariAPBN/APBD dilakukan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

(3) Bentuk...

SK No 094776 A

Page 21: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-21 -

(3) Bentuk dan isi perjanjian kerja sama untuk proyekStrategis Nasional yang pembiayaannya berasal daripembiayaan lain yang sah sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan paling sedikitmemuat:

a. lingkup pekerjaan;

b. jangka waktu;

c. jaminan pelaksanaan;

d. tarif dan mekanisme penyesuaiannya;

e. hak dan kewajiban termasuk alokasi risiko;f. standar kinerja pelayanan;

g. pengalihan saham sebelum infrastrukturberoperasi secara komersial;

h. sanksi dalam hal para pihak tidak memenuhiketentuan perjanjian;

i. pemutusan atau pengakhiran perjanjian kerjasama;

j. status kepemilikan aset;

k. mekanisme penyelesaian sengketa yang diatursecara berjenjang, meliputi musyawarah mufakat,mediasi, dan arbitrase;

l. mekanisme pengawasan kinerja Badan UsahaPelaksana dalam melaksanakan pengadaan;

m. mekanisme perubahan pekerjaan dan/ataulayanan;

n. mekanisme hak pengambilalihan oleh pemerintahdan pemberi pinjaman;

o' penggunaan dan kepemilikan aset infrastrukturdan/atau pengelolaannya kepada pJpK;

p. pengembalian aset infrastruktur dan/ataupengelolaannya kepada pJpK; '

q. keadaan memaksa;

r. pernyataan. . .

SK No 094777 A

Page 22: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-22-

r. pernyataan dan jaminan para pihak bahwaperjanjian kerja sama sah dan mengikat parapihak dan telah sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan ;

s. penggunaan bahasa dalam perjanjian kerja sama,yaitu Bahasa Indonesia atau apabila diperiukandapat dibuat dalam Bahasa Indonesia dan BahasaInggris (sebagai terjemahan resmi/ olfi.cialtranslation), serta menggunakan BahasaIndonesia dalam penyelesaian perselisihan diwilayah hukum Indonesia;

t. hukum yang berlaku, yaitu hukum Indonesia; danu. jaminan untuk tidak melakukan nasionalisasi.

Bagian Kedua

Pemanfaatan Bersama Aset BUMN

Pasal 24

(1) PJPK mengidentifikasi potensi persinggunganpembangunan Proyek Strategis Nasional dengan asetBUMN.

(21 Dalam hal pembangunan Proyek Strategis Nasionalterdapat persinggungan dengan aset BUMN, pJpKmenyiapkan pembiayaan yang terbatas hanya untuk:a. pembayaran sewa;

b. pembongkaran dan pemindahan sebagian fasilitasaset BUMN; dan

c. rehabilitasi aset BUMN.

(3) Penilaian atas kelayakan pembiayaan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh penilai sebagaidasar pembayaran oleh PJPK.

(4) Dalam...

SK No 086223 A

Page 23: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-23-

(4) Dalam hal pembangunan proyek Strategis Nasionalterdapat persinggungan dengan aset BUMN, pJpKbersama dengan BUMN menetapkan standarpelayanan (seruice leuel agreement) mengenaipemeliharaan dan operasional atas pemanfaatanbersama aset BUMN.

(5) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi bidang badan usaha milik negara melakukanpembinaan dan pengawasan atas peraturan direksiBUMN mengenai pembiayaan sebagaimana dimaksudpada ayat (2) dan pelaksanaan standar pelayanan(seruice leuel agreemenf,) pemanfaatan bersama asetBUMN sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

(6) Dalam hal penetapan nilai harga dan standarpelayanan (seruice leuel agreement) sebagaimanadimaksud pada ayat (4) tidak mencapai kesepakatan,Menteri melakukan koordinasi untuk menetapkanstandar pelayanan (seruice leuel agreement).

BAB IV

KEMUDAHAN TRANSAKSI

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 25

Transaksi penyediaan infrastruktur pada proyek StrategisNasional yang pembiayaannya bersumber dari APBNdan/atau APBD ditakukan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Pasal 26Transaksi penyediaan infrastruktur pada proyek StrategisNasionai yang pembiayaannya bersumber dari pembiayaanlain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan terdiri atas kegiatan:

a. pengadaan .

SK No 094779 A

Page 24: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-24-

a. pengadaan Badan Usaha Pelaksana;

b. penandatangananperjanjian; dan

c. pemenuhan pembiayaan.

Bagian Kedua

Pengadaan Badan Usaha Pelaksana

Pasal 27

(1) Pengadaan Badan Usaha Pelaksana dalam rangkaProyek Strategis Nasional dilaksanakan setelahdiperoleh penetapan lokasi pengadaan tanah untukpelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

(2) Pengadaan Badan Usaha Pelaksana dilakukan setelahmenteri/kepala lembaga, gubernur, atau bupati/walikota selaku PJPK menyelesaikan penyiapansebagaimana dimaksud dalam Pasal 19.

Pasal 28

(1) Menteri/kepala lembaga, gubernur, atau bupati/walikota selaku PJPK membentuk panitia pengadaanBadan Usaha Pelaksana.

(21 Menteri/kepala lembaga, gubernur, atau bupati/walikota selaku PJPK dapat membentuk tim teknis (probityaduisor) dalam pelaksanaan pengadaan Badan UsahaPelaksana.

Bagian Ketiga

Proyek Atas Prakarsa Pemerintah

Pasal 29

(1) Pengadaan Badan Usaha Pelaksana pada proyek yangdiprakarsai oleh Pemerintah dapat dilakukan melaluipemilihan Panel Badan Usaha.

(2) Pengadaan...

SK No 086222 A

Page 25: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-25-

(21 Pengadaan Badan Usaha Pelaksana sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan denganmemperhatikan kemampuan teknis, pengalaman, dankeuangan calon Badan Usaha Pelaksana.

(3) Pemilihan Badan Usaha Pelaksana dalam Panel BadanUsaha dilakukan berdasarkan penilaian teknis melaluiseleksi dalam Panel Badan Usaha oleh kelompok kerja.

(4) Dalam hal terdapat 1 (satu) calon Badan UsahaPelaksana yang menyampaikan penawaran, menteri/kepala lembaga menetapkan calon Badan UsahaPelaksana sebagai pemenang setelah dilakukanpenilaian teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihanBadan Usaha Pelaksana diatur dengan peraturanlembaga yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang kebijakan pengadaanbarang I jasa pemerintah.

Bagian Keempat

Proyek Atas Prakarsa Badan Usaha

Pasal 30

(1) Pengadaan Badan Usaha Peiaksana pada proyek yangdiprakarsai oleh Badan Usaha dilakukan denganmemberikan right to match kepada Badan Usahapemrakarsa.

(21 Pemberian right to match sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilaksanakan dengan memberikan kesempatankepada Badan Usaha pemrakarsa untukmeningkatkan atau memperbaharui proposal awalatas proyek prakarsa Badan Usaha.

(3) Dalam...

SK No 086221 A

Page 26: SALINAN - kppip.go.id

(3)

(4)

(2)

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-26-

Dalam hal Badan Usaha pembanding menyampaikanpenawaran kurang dari 8O%o (delapan puluh persen)dari nilai proposal penawaran yang disampaikanBadan Usaha pemrakarsa, Badan Usaha pembandingmenyerahkan jaminan penawaran sebesar 3% (tigapersen) sampai dengan S% (tima persen) dari nilaiproposal penawaran Badan Usaha pemrakarsa.Ketentuan mengenai tata cara pengadaan BadanUsaha meialui pemberian ight to match sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Iyang merupakan bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Pemerintah ini.

Pasal 31

PJPK dapat memberikan hak eksklusif kepada BadanUsaha pemenang pengadaan untuk mengembangkan studikelayakan dan dokumen pendukung yang diajukan olehpemrakarsa setelah penetapan sebagai Badan UsahaPelaksana.

Bagian Kelima

Pemenuhan Pembiavaan

(1)

Pasal 32

Dalam jangka waktu paling lama 9 (sembilan) bulansetelah Badan Usaha pelaksana menandatanganiperjanjian, Badan Usaha pelaksana harus tetahmemperoleh pembiayaan untuk pelaksanaan proyekStrategis Nasionai.

Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat diperpanjang oleh menteri/t<epala lembaga,gubernur, atau bupati/wali kota selaku pJpK apabilakegagaian memperoleh pembiayaan bukan disebabkanoleh kelalaian Badan Usaha pelaksana, sesuai dengankriteria yang ditetapkan oleh menteri/kepala lembaga,gubernur, atau bupati/wali kota.

(3) Kriteria...

SK No 094782 A

Page 27: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-27 -

(3) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:a. keadaan kahar;

b. terjadi perubahan kebijakan pemerintah;

c. perubahan desain;

d. terhambatnya pembebasan lahan; dan/ataue. pertimbangan lain yang dianggap krusial.

(+) Perpanjangan jangka waktu oleh menteri/kepalalembaga, gubernur, atau bupati/wali kota selaku pJpKsebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberikan palinglama 3 (tiga) bulan.

(5) Dalam hai perpanjangan jangka waktu sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dilakukan untuk keduakalinya, menteri/kepala lembaga, gubernur, ataubupati/wali kota selaku PJPK harus mendapatkanpersetujuan Menteri.

(6) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud padaayat (1) atau jangka waktu perpanjangan sebagaimanadimaksud pada ayat (4) tidak dapat dipenuhi olehBadan Usaha Pelaksana, perjanjian berakhir danjaminan pelaksanaan berhak dicairkan oleh menteri/kepala lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota.

Pasal 33

(1) Pemenuhan pembiayaan yang bersumber daripinjaman dinyatakan terlaksana apabila:a. ditandatangani perjanjian pinjaman untuk

membiayai seluruh konstruksi pada proyekStrategis Nasional; dan

b. pinjaman pembiayaan sebagaimana dimaksudpada huruf a, sebagian dicairkan untuk memulaitahapan pekerjaan konstruksi.

(2) Dalam...

SK No 094783 A

Page 28: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-28-

(2) Dalam hal pembiayaan proyek Strategis Nasionalterbagi dalam beberapa tahapan, pemenuhanpembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dinyatakan terlaksana apabila:a. ditandatangani perjanjian pinjaman untuk

membiayai salah satu tahapan konstruksi padaProyek Strategis Nasional; dan

b. pinjaman pembiayaan sebagaimana dimaksuddalam huruf a, sebagian dicairkan untuk memulaitahapan pekerjaan konstruksi.

BAB V

KEMUDAHAN KONSTRUKSI

(1)

Pasal 34

PJPK melakukan pengendalian atas pelaksanaankonstruksi Proyek strategis Nasional seiuai denganruang lingkup yang tertuang dalam perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud dalam pasal 23.Pengendalian atas pelaksanaan konstruksi proyekStrategis Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat(1) wajib memperhatikan dan memenuhi standarkeamanan, keselamatan, kesehatan, dankeberlanjutan.

Kementerian/lembaga men)rusun standar keamanan,keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan untuksetiap konstruksi proyek strategii Nasionalsebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengankewenangan masing-masing.

(2)

(3)

Pasal 35Penyedia pekerjaan konstruksi wajib mengajukanpermohonan uji kelaikan konstruksi kepada menteri/]<ep3la lembaga teknis paling lambat 30 (tiga puluh)hari kalender sebelum dilakukannya

".r"h ierimatahap pertama (prouisional hand. orer).

(2) Kementerian...

SK No 094784 A

(1)

Page 29: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-29-

(2) Kementerian/lembaga wajib mengeluarkan sertifikatkelaikan fungsi konstruksi yang mengajukanpermohonan uji kelaikan konstruksi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) sesuai dengan norma, standar,prosedur, dan kriteria yang ditetapkan sesuai dengankewenangan masing- masing.

(3) Sertifikat kelaikan fungsi konstruksi sebagaimanadimaksud pada ayat (2) sebagai dasar pengoperasiandan pemeliharaan konstruksi sesuai dengan fungsikonstruksi.

(4) Ketentuan mengenai penerbitan sertifikat kelaikanfungsi konstruksi dilakukan sesuai dengankewenangan masing-masing.

BAB VI

OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Pasal 36

(1) Menteri/kepala lembaga, gubernur, atau bupati/walikota wajib men5rusun rencana pengoperasian danpemeliharaan Proyek Strategis Nasional yang dananyabersumber dari APBN/APBD.

(21 Rencana pengoperasian dan pemeliharaansebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikitmemuat:

a. rencana bisnis atau rencana kerja; danb. rencana anggaran.

Pasal 37

(1) PJPK wajib menyelesaikan inventarisasi dan rencanapengelolaan aset paling lama 6 (enam) bulan sebelumperjanjian kerja sama berakhir.

(2) Penilaian aset dan penyerahan aset hasil kerja samadilakukan secara proporsional sesuai denganperjanjian kerja sama. '

(3) Penyerahan...

SK No 094785 A

Page 30: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-30-

(3) Penyerahan aset hasil kerja sama sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui percepatanperalihan menjadi aset barang milik negarafbarangmilik daerah.

(4) PJPK bersama menteri yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang keuangan negaramelakukan percepatan peralihan aset hasil kerja sama

' untuk dicatatkan sebagai barang milik negaralbarangmilik daerah setelah dilakukan penyerahan aset hasilkerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Pasal 38

(1) Pengelolaan barang milik negaraf barang milik daerahyang telah selesai masa pemeliharaannya olehpenyedia dan/atau telah berakhirnya masa perjanjiankerja sama dengan Badan Usaha pelaksana dilakukansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Menteri/kepala lembaga, gubernur, atau bupati/walikota dapat melakukan kerja sama dengan BadanUsaha dalam pengoperasian dan/atau pemeliharaaninfrastruktur setelah masa pemeliharaan olehpenyedia selesai atau perjanjian kerja sama berakhirdengan tetap memperhatikan:

a. kapasitas keuangan negaraf keuangan daerahuntuk pengoperasian dan/atau pemeliharaanbarang milik negaraf barang milik daerah;

b. peningkatan kapasitas, pengembangan, dan/atauoptimasi barang milik negarafbarang milikdaerah; dan/atau

c. dukungan operasional dan/atau pemeliharaanbarang milik negara/barang milik daerah.

SK No 094786 A

BAB VII . .

Page 31: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-31 -

BAB VII

KEMUDAHAN PENGADAAN DALAM RANGKA

PROYEK STRATEGIS NASIONAL

Bagian Kesatu

Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah

Pasal 39

(1) Menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/walikota melaksanakan percepatan pengadaan barangfjasa dalam rangka pelaksanaan proyek StrategisNasional.

(2) Percepatan pengadaan barang/jasa proyek StrategisNasional dilakukan oleh menteri/kepala lembaga,gubernur, dan bupati/wali kota dengan ketentuansebagai berikut:

a. pengadaan langsung dapat dilakukan terhadappengadaan jasa konsultansi yang bernilai palingtinggi Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);

b. penunjukan langsung dapat dilakukan kepadalembaga keuangan internasional yang melakukankerja sama dengan kementerian/lembaga, atauPemerintah Daerah dalam rangka penyiapanProyek Strategis Nasional;

c. dapat dilakukan penunjukan 1angsung patingbanyak 2 (dua) kali kepada penyedia , jasakonsultansi yang telah melaksanakan kontraksejenis dengan kinerja baik pada kementerianflembaga, atau Pemerintah Daerah bersangkutanuntuk pengadaan jasa konsultansi yang rutin;

d. dapat dilakukan penunjukan langsung palingbanyak 2 (dua) kali kepada penyedia barang/jasalainnya yang telah melaksanakan kontrak sejenisdengan kinerja baik pada kementerian/lembaga,atau Pemerintah Daerah bersangkutan;

(3) Dalam...

SK No 094787 A

Page 32: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPIJBLIK INDONESIA

-32-

(3) Dalam hal pelaksanaan kontrak tidak selesai sampaidengan akhir tahun anggaran akibat kesalahankementerian/lembaga atau pemerintah Daerah,kontrak dapat dilanjutkan dengan menyediakananggaran kementerian/lembaga atau pemerintahDaerah untuk tahun anggaran berikutnya.

Bagian Kedua

Panel Konsultan

Pasal 40

(1) Dalam rangka percepatan penyediaan jasa konsultansidalam pelaksanaan proyek Strategis Nasional,menteri/kepala lembaga membentuk panel Konsultan.

(2) Pen5rusunan daftar panel Konsultan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui seleksi.

(3) Panel Konsultan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)berjumlah paling sedikit 5 (lima) calon penyedia jasakonsultansi.

(4) Pemilihan konsultan dalam daftar panel Konsultansebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukanmelalui seleksi dalam panel Konsurian uniuk penilaianteknis berdasarkan kesesuaian bidang proyek.

(5) calon penyedia jasa konsultansi sebagai bagian dariPanel Konsultan dipilih dan ditetapkan oleh menteri/kepala lembaga.

Pasal 4 1

(1) Menteri/kepala lembaga melaksanakanpenandatanganan kontrak payung (Jrameworkcontract) untuk pengikatan calon penyedia jasakonsultansi sebagaimana dimaksud dalam pasal 40ayat (5) selama jangka waktu paling lama 3 (tiga)tahun.

(2) Menteri...

SK No 094788 A

Page 33: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-33-

(2) Menteri/kepala lembaga dapat mendelegasikankewenangan pemilihan dan penetapan daftar panelKonsultan kepada pejabat tinggi madya di lingkungankementerian/ lembaga masing-masing.

(3) Menteri/kepala lembaga melakukan evaluasi terhadapcalon penyedia jasa konsultansi yang terdapat dalamkontrak payung fframework contract) sebagaimanadimaksud pada ayat (1) setiap 1 (satu) tahun selamamasa kontrak payung fframework contract).

(4) Menteri melakukan evaluasi dan pembinaan terhadapkebijakan dan pelaksanaan panel Konsultan.

(5) Ketentuan tata cara seleksi dan penetapan panelKonsultan sebagaimana tercantum dalam Lampiran IIyang merupakan bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Pemerintah ini.

Bagian Ketiga

Panel Badan Usaha

Pasal 42

(1) Dalam rangka percepatan penyediaan Badan Usahadalam pelaksanaan proyek Strategis Nasional,menteri/kepala lembaga membentuk panel BadanUsaha.

(2) Pen5rusunan daftar panel Badan Usaha sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan meialui seleksi.

(3) Panel Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat(2) berjumlah paling sedikit 5 (lima) calon BadanUsaha.

(4) Pemilihan Badan Usaha dalam daftar panel BadanUsaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukanmelalui penilaian penawaran teknis dan biayaberdasarkan kesesuaian bidang proyek.

(5) calon Badan Usaha sebagai bagian dari panel BadanUsaha dipilih dan ditetapkan oleh menteri/kepalalembaga.

Pasal43...

SK No 094789 A

Page 34: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-34-

Pasal 43

Dalam hal Badan Usaha selaku pemrakarsa proyekStrategis Nasional tidak terdapat dalam Panel BadanUsaha, pemilihan Badan Usaha Pelaksana dilakukanmelalui seleksi dalam Panel Badan Usaha untuk penilaianteknis dengan peserta yang terdapat dalam Panel BadanUsaha ditambah Badan Usaha pemrakarsa.

Pasal 44

(1) Menteri/kepala lembaga melaksanakanpenandatanganan kontrak payung fframeutorkcontract) untuk pengikatan calon Badan Usahasebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 selama jangkawaktu paling lama 3 (tiga) tahun.

(2) Menteri/kepala lembaga dapat mendelegasikankewenangan pemilihan dan penetapan daftar panelBadan Usaha kepada pejabat tinggi madya dilingkun gan kemen terian I lembaga masing- masin g.

(3) Menteri/kepala lembaga melakukan evaluasi terhadapcalon Badan Usaha yang terdapat dalam kontrakpayung (Jramework contracfl sebagaimana dimaksudpada ayat (1) setiap 1 (satu) tahun selama masakontrak payung (framew ork contract).

(4) Menteri melakukan evaluasi dan pembinaan terhadapkebijakan dan pelaksanaan Panel Badan Usaha.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihanPanel Badan Usaha diatur dengan peraturan lembagayang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah.

BAB VIIIPENANGANAN DAMPAK SOSIAL

Pasal 45

Menteri/kepala lembaga, gubernur, d,anfataubupati/wali kota menyiapkan program dan anggaranuntuk penanganan dampak sosial bagi masyarakatterdampak langsung atas pelaksanaan proyekStrategis Nasional.

(2) Program.

SK No 094790 A

(1)

Page 35: SALINAN - kppip.go.id

BAB IXPENYELESAIAN PERMASALAHAN HUKUM DALAM PELAKSANAAN

PROYEK STRATEGIS NASIONAL

PRE S I DENREPUBLIK INDONESIA

-35-

(21 Program dan anggaran untuk penanganan dampaksosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disesuaikan dengan kemampuan keuangan negaradan/atau keuangan daerah.

(3) Dalam hal kemampuan keuangan negara dan/ataukeuangan daerah tidak memadai, Badan Usaha dapatmembantu penyediaan anggaran untuk penanganandampak sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(4) Menteri meiakukan koordinasi untuk menetapkan danmenyetujui program dalam rangka pelaksanaanpenanganan dampak sosiai sebagaimana dimaksudpada ayat (21.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata carapelaksanaan penanganan dampak sosial dilaksanakansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penanganan dampak sosialkemasyarakatan dalam rangka penyediaan tanahuntuk pembangunan nasional.

Pasal 46

(1) Dalam hal terdapat laporan danf atau pengaduan darimasyarakat kepada menteri/kepala lembaga,gubernur, atau bupati/wali kota sebagai pelaksanaProyek Strategis Nasional atau kepada KejaksaanRepublik Indonesia atau Kepolisian Negara RepublikIndonesia mengenai penyimpangan ataupenyalahgunaan wewenang dalam pelaksanaan proyekStrategis Nasional, penyelesaian dilakukan denganmendahulukan proses administrasi sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan di bidangadministrasi pemerintahan.

(21 Dalam...

SK No 086219 A

Page 36: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-36-

(2) Dalam hal laporan dan/atau pengaduan darimasyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disampaikan kepada Kejaksaan Republik Indonesiaatau Kepolisian Negara Republik Indonesia, KejaksaanRepublik Indonesia atau Kepolisian Negara RepublikIndonesia meneruskan/menyampaikan laporanmasyarakat tersebut kepada menteri/kepala lembaga,gubernur, atau bupati/wali kota untuk dilakukanpemeriksaan dan tindak lanjut penyelesaian ataslaporan masyarakat tersebut dalam waktu paling lama5 (lima) hari sejak laporan masyarakat diterima.

(3) Menteri/kepala lembaga, gubernur, atau bupati/walikota memeriksa laporan dan/atau pengaduan darimasyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) baikyang diterima oleh kementerian/lembagabersangkutan ataupun laporan yang diteruskanKejaksaan Repubiik Indonesia atau Kepolisian NegaraRepublik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat(2t.

(4) Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud padaayat (2) ditemukan indikasi penyalahgunaanwewenang, menteri/kepala lembaga, gubernur, ataubupati/wali kota meminta Aparat pengawasan InternPemerintah untuk melakukan pemeriksaan/auditdalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja.

(5) Hasil pemeriksaan Aparat pengawasan InternPemerintah sebagaimana dimaksud pada ayai (4)dapat berupa:

a- kesalahan administrasi yang tidak menimbulkankerugian negara;

kesalahan administrasikerugian negara; atau

yang menimbulkan

tindak pidana yang bukan bersifat administratif.

b

SK No 094792 A

c

(6) Dalam

Page 37: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-37 -

(6) Dalam hal hasil pemeriksaan Aparat PengawasanIntern Pemerintah berupa kesalahan administrasi yangtidak menimbulkan kerugian negara sebagaimanadimaksud pada ayat (5) huruf a, penyelesaiandilakukan melalui penyempurnaan administrasi dalamwaktu paling lama 10 (sepuluh) hari keda sejak hasilpemeriksaan Aparat Pengawasan Intern Pemerintahdisampaikan.

(7) Dalam hal hasil pemeriksaan Aparat PengawasanIntern Pemerintah berupa kesalahan administrasi yangmenimbulkan kerugian negara sebagaimana dimaksudpada ayat (5) huruf b, penyelesaian dilakukan melaluipenyempurnaan administrasi dan pengembaliankerugian negara dalam waktu paling lama 10 (sepuluh)hari kerja sejak hasil pemeriksaan Aparat PengawasanIntern Pemerintah disampaikan.

(8) Penyelesaian hasil pemeriksaan Aparat PengawasanIntern Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat(6) dan ayat (7) disampaikan oleh menteri/kepalalembaga, gubernur, atau bupati/wali kota kepadaKejaksaan Republik Indonesia atau Kepolisian NegaraRepublik Indonesia dalam waktu paling lama 5 (lima)hari kerja.

(9) Dalam hal hasil pemeriksaan Aparat PengawasanIntern Pemerintah berupa tindak pidana yang bukanbersifat administratif sebagaimana dimaksud padaayat (5) huruf c, menteri/kepala lembaga, gubernur,atau bupati/wali kota dalam waktu paling lama 5(lima) hari kerja menyampaikan kepada KejaksaanRepublik Indonesia atau Kepolisian Negara RepublikIndonesia, untuk ditindaklanjuti sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

BABX.

SK No 086270 A

Page 38: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-38-

BAB X

PELAPORAN

Pasal47

(1) PJPK dan pemangku kepentingan terkait lainnya wajibmemberikan informasi secara langsung mengenaiperkembangan pelaksanaan Proyek Strategis Nasionalkepada Menteri.

(21 Penyampaian informasi secara langsung sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat disampaikan dalambentuk fisik dan/atau bentuk digital.

(3) Penyampaian informasi secara langsung sebagaimanadimaksud pada ayat (2) disampaikan setiap 3 (tiga)bulan dan/atau sewaktu-waktu diperlukan.

Pasal 48

(1) Menteri melakukan monitoring dan evaluasi terhadappelaksanaan Proyek Strategis Nasional berdasarkaninformasi dari PJPK dan pemangku kepentinganterkait lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal47.

(2) Menteri melaporkan hasil monitoring dan evaluasisebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Presidenpaling sedikit 1 (satu) kali daiam 6 (enam) bulan atausewaktu-waktu diperlukan.

BAB XI

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 49

Dalam hal Peraturan Pemerintah ini memberikan pilihantidak mengatur, tidak lengkap, atau tidak jelas, dan/atauadanya stagnasi pemerintahan, Menteri dapat melakukandiskresi untuk mengatasi persoalan konkret dalampenyelenggaraan urusan pemerintahan terkait denganpelaksanaan kemudahan Proyek Strategis Nasional.

SK No 086269 A

BAB XII . .

Page 39: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-39-

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 50

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:a. Proyek Strategis Nasional yang dalam tahap

perencanaan danf atau tahap penyiapan sebelumdiundangkannya Peraturan Pemerintah ini;

b. Proyek Strategis Nasional yang dalam penyelesaiantahap transaksi dan/atau telah menyelesaikan tahaptransaksi sebelum diundangkannya peraturanPemerintah ini; atau

c. Proyek Strategis Nasional yang dalam penyelesaiantahap konstruksi dan/atau perjanjian sebelumdiundangkannya Peraturan Pemerintah ini,

tetap dilanjutkan dengan menyesuaikan ketentuan dalamPeraturan Pemerintah ini.

BAB XIIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 51

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentangPercepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20L6Nomor 4) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhirdengan Peraturan Presiden Nomor 1O9 Tahun 2O2O tentangPerubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor S Tahun2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek StrategisNasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2o2oNomor 259), dan peraturan pelaksanaannya dinyatakantetap berlaku sepanjang tidak bertentangan denganketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 52

Peraturan Pemerintah ini mulaidiundangkan.

berlaku pada tanggal

SK No 086268 A

Agar

Page 40: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-40_

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Pemerintah ini denganpenempatannya dalam Lembaran Negara RepublikIndonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 2 Februari2O2l

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakartapada tanggal 2 Februari 2O2l

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2O2I NOMOR 52

Salinan sesuai dengan aslinya

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARAREPUBLIK INDONESIA

Deputi Bidang Perundang-undangan danistrasi Hukum,

ttd

ttd

SK No 086267 A

vanna Djaman

Page 41: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 42 TAHUN 2O2I

TENTANG

KEMUDAHAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL

I. UMUM

Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional merupakan upaya dalammewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila danUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, denganmenitikberatkan pada pembangunan fisik dan nonfisik yang mempunyaiperan penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakatmelalui pendekatan pembangunan infrastruktur kewilayahan.

Selain berperan dalam mendukung berbagai bidang pembangunan,Proyek Strategis Nasional juga berperan dalam mendukung pertumbuhandan perkembangan berbagai industri barang dan jasa serta menciptakanruang pekerjaan bagi masyarakat luas guna mendukung peningkatanperekonomian dan kesejahteraan nasional.

Dalam upaya tersebut, pemerintah menetapkan kebijakan dan langkah-langkah strategis melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O2O tentangCipta Kerja, yang dalam implementasinya memerlukan keterlibatan semuapihak terkait, untuk menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya bagi rakyatIndonesia dalam rangka memenuhi hak atas penghidupan yang layak,melalui percepatan Proyek Strategis Nasionai.

Dalam penyelesaian Proyek Strategis Nasional, regulasi dan institusimasih menjadi hambatan paling utama disamping hambatan fiskal,infrastruktur, dan sumber daya manusia. Regulasi yang ada dianggap belumdapat mendukung penciptaan dan pengembangan usaha, bahkan cenderungmembatasi pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Sehingga diperlukanregulasi yang memberikan fasilitas kemudahan dalam percepatanpelaksanaan Proyek Strategis Nasional pada tahapan perencanaan,penyiapan, transaksi, konstruksi, serta kemudahan dalam operasional danpemeliharaan dari Proyek Strategis Nasionai dimaksud, termasuk didalamnya kemudahan dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasapemerintah untuk mendukung Kemudahan Proyek Strategis Nasional.

Kemudahan .

SK No 086263 A

Page 42: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-2-

Kemudahan Proyek Strategis Nasional dimaksud akan memberikankepastian dalam keberlanjutan penyelesaian Proyek Strategis Nasional,sehingga pelaku usaha memiliki kepastian penghitungan waktu dan biayaatas pengembalian investasi yang diberikan dalam pembangunan ProyekStrategis Nasional. Selain itu, kemudahan dalam tahapan pelaksanaanProyek Strategis Nasional memberikan kepastian pembagian risiko danpembagian tugas dalam setiap tahapan pelaksanaan Proyek StrategisNasional, termasuk jaminan tidak dilakukannya nasionalisasi atas ProyekStrategis Nasional yang sedang dalam masa konsesi dengan Badan UsahaPelaksana.

Daiam kaitannya dengan pengadaan Badan Usaha Pelaksana dalamProyek Strategis Nasional, dilakukan pula relaksasi dalam pengadaannyamelalui Panel Badan Usaha dan seleksi dalam Panel Badan Usaha. Keduametode tersebut dilakukan tanpa mengurangi persaingan usaha yang sehatdan kompetisi antara Badan Usaha, guna mendapatkan Badan UsahaPelaksana yang memiliki kemampuan teknis dan finansial yang layak untukpenyelesaian Proyek Strategis Nasional.

Selain itu, pendekatan lain dalam Kemudahan Proyek Strategis Nasionaldilakukan terhadap kemampuan Proyek Strategis Nasional berperan sebagaipengungkit pertumbuhan ekonomi kewilayahan melalui integrasiinfrastruktur sebagai sebuah sistem kesinambungan rantai pasok danketersediaan sistem logistik bagi peningkatan ekonomi kewilayahan, danpemberdayaan tenaga lokal melalui padat karya sebagai salah satu bentukpenanganan dampak sosial atas pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

Terkait pengelolaan barang milik negara/barang milik daerah pascapenyelesaian masa konstruksi dan/atau masa konsesi juga menjadi bagiantidak terpisahkan dari pengelolaan barang milik negaraf barang milik daerahguna menjaga keberlanjutan operasional dan pemeliharaan sertamempertahankan nilai barang milik negaralbarang milik daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

SK No 094798 A

Pasal 4

Page 43: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-3-

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas. Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal i 1

Cukup jelas.

Pasal 12

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "rencana induk sektor" contohnya antaralain Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik, Rencana IndukPerkeretaapian, Rencana Induk Kepelabuhanan, dan RencanaInduk/ Tatanan Kebandarudaraan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Ayat (1)

Bentuk pembiayaan lain yang sah melalui kerja sama namuntidak terbatas pada:

a.kerja...

SK No 094799 A

Page 44: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK TNDONESIA

-4-

a. kerja sama dalam penyediaan pelayanan publik, sepertiKerja Sama Penyediaan Infrastruktur (KSPI), Kerja SamaDaerah dengan Pihak Ketiga (KSDPK), dan Land ValueCaphtre (LVC);

b. kerja sama dalam optimasi barang milik negaralbarangmilik daerah, serta aset BUMN dan bentuk lainnya HakPengelolaan Terbatas (HPT);

c. kerja sama dalam meningkatkan pendapatan negara danlatau daerah, seperti sewa; dan

d. kerja sama lainnya sepanjang tidak bertentangan denganperaturan perundang-undangan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (a)

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Ayat (1)

Dokumen pendukung atas Proyek Strategis Nasional yangdiusulkan terdiri atas:

a. dokumen prastudi kelayakan;

b. lembar ringkasan dari dokumen prastudi kelayakan;

c. surat pernyataan persetujuan prinsip dukunganPemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah, apabiladiperlukan; dan

d. dokumen .

SK No 086265 A

Page 45: SALINAN - kppip.go.id

d

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-5-

dokumen perencanaan, dalam hal proyek belum diusulkandalam daftar rencana KPBU.

Pasal

PasaI

Pasal

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (a)

Cukup jelas

18

Cukup jelas.

19

Cukup jelas.

20

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Koordinasi yang dimaksud dalam ketentuan ini meliputi:a. melakukan pembahasan untuk penyiapan dan

pelaksanaan transaksi proyek kerja sama Pemerintahdengan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur;

b. menentukan prioritas proyek yang akan mendapatkan PDFdengan berpedoman pada tata cara, mekanisme, kriteriasebagaimana ketentuan yang beriaku; dan

c. menyampaikan surat daftar prioritas proyek yang akanmendapatkan PDF.

Ayat (a)

Cukup jelas.

Pasal 2 1

Cukup jelas.

SK No 094801 A

Pasal 22

Page 46: SALINAN - kppip.go.id

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-6-

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal24

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf aPembayaran sewa sebagaimana dimaksud dikenakanselama masa pembangunan dan/atau selama masakonsesi.

Huruf bCukup jelas.

Huruf cCukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (a)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal28...

SK No 082770 A

Page 47: SALINAN - kppip.go.id

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-7

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

SK No 082771 A

Pasal42...

Page 48: SALINAN - kppip.go.id

Pasal

Pasal

Pasal

Pasal

Pasal

Pasal

Pasal

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-8-

42

Cukup jelas.

43

Cukup jelas.

44

Cukup jelas.

45

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "masyarakat terdampak langsung"antara lain:

a. masyarakat yang menguasai tanah negara atau tanah yangdimiliki oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN,atau badan usaha milik daerah;

b. masyarakat yang memiliki hak atas tanah; atau

c. masyarakat yang mengalami kerugian secara langsung danterukur.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

46

Cukup jelas.

47

Cukup jelas.

48

Cukup jelas.

Pasal49...

SK No 086264 A

Page 49: SALINAN - kppip.go.id

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-9-

Pasal 49

Cukup jelas.

Pasal 50

Cukup jelas.

Pasal 51

Cukup jelas.

Pasal 52

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6654

SK No 086444 A