SALINAN - jdih.surabaya.go.id · Indoncsia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lcmbaran Ncgara Rcpublik...
Transcript of SALINAN - jdih.surabaya.go.id · Indoncsia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lcmbaran Ncgara Rcpublik...
Mcnimbang :
Mcngingat :
SALINAN
PRESIDENREPUELIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 2017
TENTANG
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEMELENGGAMANPEMERINTAHAN DAERAH
DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBUK INDONESIA,
bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 353 dalamrangka mcmberi kcpastian hukum tcrhadap I'ata carapcngenaan sanksi administratif. dalam pcnyclcnggara:rnPcmerintahan Dacrah dan untuk melaksanakan kctentrranPasal 383 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 Lcnt-angPcmerintahan Daerah, perlu mcnetapkan peraturan
Pcmerintah tcntang Pembinaan dan pcngawasan
Pe nyclcn ggaraan Pemcrintahan Daerah;
l. Pasal 5 ayat (21 Undang-Undang Dasar Ncgara RcpubliklndonesiaTahun l94S;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tcntangPcmcrintahan Daerah (Lembnran Ncgara RepublikIndoncsia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan LcmbaranNcgara Rcpublik Indoncsia Nomor 5587), sc!^p,r.ir1snstclah beberapa kali diubah tcrakhir dcngan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 20IS tentang pcrubahan Kcdu.aAtas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tcntangPemerintahan Daerah (kmbaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2015 Nomor Sg, Tambahan LcmbaranNegara Rcpublik Indonesia Nomor .5679);
MEMUTUSKAN:
PERATURAN PEMERINTAH TEMTANG PEMBINAAN DANPENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHANDAERAH.
Mcnctapkan :
BAB I
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-2-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
l. Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Dacrahadalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang ditujukanuntuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraanPcmerintahan Daerah dalam kerangka Negara KesatuanRepublik Indonesia.
2. Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerahadalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang ditujukanuntuk menjamin penyelenggaraan Pcmerintahan Daerahberjalan sccara cfisicn dan efektif scsuai dcngankctentuan peraturan perundang-undangan.
3. Aparat Pengawas Internal Pemerintah yang selanjutnyadisingkat APIP adalah inspektorat jenderal kcmenterian,unit pengawasan lembaga pemerintah nonkementerian,inspektorat provinsi, dan inspektorat kabupaten/ kota.
4. Pcmcrintah Pusat adalah Fresiden Republik Indoncsiayang memegang kckuasaan pemerintahan negaraRepublik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presidcndan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
5. Pcmerintahan Daerah adalah penyclenggaraan urusanpcmcrintahan oleh Pcmerintah Dacrah dan DewanPcru,akilan Rakyat Daerah mcnurut asas otonomi dantugas pcmbantuan dcngan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara KcsatuanRcpublik Indonesia sebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang Dasar Negara Rcpublik IndonesiaTahun 1945.
6. Pcmcrintah
6.
7.
8.
9.
PRE S ID ENREPUBLIK INDONESIA
-3-
Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsurpenyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpinpelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadikewenangan daerah otonom.
Dewan Perwalilan Rakyat Daerah yang selanjutnyadisingkat DPRD adalah lembaga perwakilan ralqyatDaerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraPemerintahan Daerah.
Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerahdan DPRD dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahanyang menjadi kewenangan daerah otonom.
Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan dalam negeri.
10. Kementerian adalah kementerian yangmenyelenggarakan urus€u1 pemerintahan dalam negeri.
Pasal 2
(1) Pembinaan dan Pengawasan penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah secara nasional dikoordinasikanoleh Mcntcri.
(2) Pembinaan dan Pengawasan penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah sebagaimana dimaksud padaayat (l) dilakukan secara cfisien dan efektif untukmeningkatkan kapasitas daerah dalam rangkamendukung pelaksanaan urusan pemcrintahankonkuren sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.
BAB II
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-4-BAB II
PEMBINAAN PENYELENGGARAANPEMERINTAHAN DAERAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
(1) Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah:
a. provinsi, dilaksanakan oleh:
I. Menteri, untuk pembinaan umum; dan2. menteri teknis/kepala lembaga pemerintah
nonkementerian, untuk pembinaan teknis;b. kabupaten/kota, dilaksanakan olch gubernur
sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk pembinaanumum dan teknis.
(21 Pembinaan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (l)huruf a angka 1 dan huruf b meliputi:a. pembagian urusan pemerintahan;
b. kelembagaan daerah;
c. kepegawaian pada Perangkat Daerah;d. keuangan daerah;
e. pcmbangunan daerah;f. pelayanan publik di daerah;g. kerja sama daerah;h. kebijakan daerah;i. kepala daerah dan DpRD; danj. bcntuk pembinaan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.(3) Pcmbinaan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
huruf a angka 2 dilakukan tcrhadap teknispenyelenggaraar urusan pemerintahan yang diserahkanke daerah provinsi dan pembinaan teknis sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan terhadaptcknis pcnyeleng3araan urusan pemcrintahan yangdiserahkan ke daerah kabupaten/kota.
(4) Datam . . .
(s)
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-5-
(4) Dalam melakukan pembinaan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf b, gubemur sebagai wakil PemerintahPusat dibantu oleh perangkat gubernur sebagai wakilPcmerintah Pusat sesuai dengan ketcntuan pcraturanperundang-undangan.
Dalam hat melakukan pembinaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), gubernur sebagai wakilPcmerintah Pusat:
a. bclum mampu melakukan pembinaan umum danteknis, Mentcri dan menteri teknis/kepala lcmbagapemerintah nonkementerian mclakukan PcmbinaanPcnyclenggaraan Pemerintahan Daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan masing-masingdengan berkoordinasi kepada gubernur sebagai
wakil Pemerintah Pusat; atau
b. tidak melakukan pembinaan umum dan teknis,Mcnteri dan menteri teknis/kcpala lembagapemerintah nonkementerian melakukan PcmbinaanPenyelenggaraan Pemerintahan Dacrah kabupatcn/kota sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Dalam hal melaksanakan kcwenangan pembinaan umumterdapat kcterkaitan dengan kewenangan pembinaantcknis, Mentcri mengadakan koordinasi dengan menteritcknis/ kepala lcmbaga pemcrintah nonkcmcnterian.
Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayaL (6)
dilakukan dalam aspek perencanaan, pcnganggaran,pengorganisasian, pelaksanaan, pelaporan, dan evaluasi.
Pembinaan umum dan tcknis sebagaimana dimaksudpada ayat (1) sampai dengan ayat (6) dilakukaa dalambentuk fasilitasi, konsultasi, pendidikan dan pelatihanserta penelitian dan pcngembangan.
(6)
(71
(8)
Bagian
(1)
(2)
P RE S IDENREPUBLIK INDONESIA
-6-Bagian Kedua
Bentuk Pembinaan
Paragraf IFasilitasi
Pasal 4
Fasilitasi dilakukan secara efisien dan efektif untukmeningkatkan kapasitas daerah dalam penyelenggaraanPemerintahan Daerah.
Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatdilakukan pada tahapan perencanaan, penganggaran,pengorganisasian, pelaksanaan, pelaporan, evaluasi, danpertanggungiawaban penyelenggaraan PemerintahanDaerah.
(3) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputikegiatan:
a. pemberdayaanPemerintahanDaerah;
b. penguatan kapasitas Pemerintahan Dacrah; dan
c. bimbingan teknis kepada Pemerintahan Daerah.
Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukandalam bentuk penycdiaan sarana dan prasaranapemerintahan dan/atau pendampingan.
Patagraf 2Konsultasi
Pasal 5
Konsultasi dilakukan untuk mendapatkan petunjuk,pertimbangan, dan/atau pendapat terhadappermasa-lahan penyelenggaraan Pemerintahan Daerahyang sifatnya mendesak dan/atau menyangkutkcpentingan masyarakat luas yang belum diatur sccarategas dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.Konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatdilakukan secara langsung atau tidak langsung.
(4)
(l)
(2t
(3) Dalam .
(3)
(4)
mPRE S ID EN
REPUBLIK INDONESIA
-7 -
Dalam hal konsultasi dilakukan secara langsung, hasilkonsultasi dituangkan secara tertulis dalam berita acarahasil konsultasi.
Dalam hal konsultasi dilakukan secara tidak langsung,hasil konsultasi dituangkan secara tertrrlis dalam suratjawaban.
Konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayaL (2) yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah provinsidisclcnggarakan oleh Menteri dan menteri teknis/kepalalcmbaga pemerintah nonkementerian sesuai dengankcwenangan masing-masing dan mcmperhatikanketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (6)
dan ayat (7).
Konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (l) danayat (21 yang dilakukan oleh Pemerintah Daerahkabupatcn/kota diselenggarakan oleh gubernur sebagaiwakil Pemcrintah Pusat.
(7) Hasil konsultasi harus ditindaklanjuti olch PemerintahDacrah melalui pcnycmpurnaan dan/ atau pcnyelarasankebijakan daerah sesuai dengan ketentuan pcraturanperundang-undangan.
(s)
(6)
(1)
Paragraf 3
Pendidikan dan Pelatihan
Pasal 6
Pendidikan dan pelatihan diselenggarakan dalam rangkapcngcmbangan kompetensi penyelenggara pemerintahanDaerah.
Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud padaayat (1) meliputi:a. pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsional
substantif pemerintahan dalam negeri;
(2)
b. pendidikan.
(3)
(4)
PRE S IO ENREPUBLIK INDONESIA
-8-
b. pendidikan dan pelatihan kepemimpinanpemerintahan dalam negeri;
c. pendidikan dan pelatihan kepamongprajaan;
d. pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsionalsubstantif kementerian/ lembaga pemerintahnonkementerian; dan/atau
e. pendidikan dan pelatihan lain sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud padaayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai denganketcntuan pcraturan perundang-undangan.
Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud padaayat (21 huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf cdiselenggarakan oleh Kcmenterian scsuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud padaayat (2) huruf d dan huruf e diselenggarakan olehkementerian/lembaga pemerintah nonkementeriansesuai dengan kewenangannya dan dikoordinasikankepada Menteri.
Pendidikan dan pelatihan dapat dilaksanakan melaluikerja salna antarkementerian/lembaga pemcrintahnonkcmenterian, antar-Pemerintah Daerah, dan/ataudengan perguruan tinggi serta lembaga pendidikan danpelatihan lainnya.
Pasal 7
Menteri menetapkan standardisasi dan sertifikasiprogram pendidikan dan pelatihan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 6 ayat (41.
(s)
(6)
(1)
(2) Menteri .
ffiPRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-9-
(21 Menteri telnris/kepala lembaga
(1)
(2t
(3)
pemerintahnonkementerian menetapkan standardisasi dansertilikasi program pendidikan dan pelatihansebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5) sesuaidengan kewenangannya dan dikoordinasikan kepadaMenteri.
Paragraf 4
Penelitian dan Pengembangan
Pasal 8
Pcnelitian dan pengembangan dilakukan dalam rangkameningkatkan kualitas kebijakan dan programpenyelcnggaraan Pemerintahan Daerah.
Penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) termasuk pengkajian, penerapan,perekayasaan, dan pengoperasian.
Penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dapat dilakukan melalui kerja samaantarkementerian/ lembaga pemerintah nonkcmentcrian,antar-Pemcrintah Daerah, dan/atau dengan pcrguruantinggi serta lembaga penelitian dan pcngembanganlainnya.
Hasil penelitian dan pengembangan dijadikan dasarperumusan kebijakan penyelenggaraan PemcrintahanDaerah.
Pasal 9
Mentcri menetapkan standardisasi program penelitiandan pengcmbangan untuk pembinaan umum.Menteri teknis/kepala lembaga pemerintahnonkementerian menetapkan standardisasi programpcnelitian dan pengembangan untuk pembinaan tcknisscsuai dengan kewenangannya.
(4)
(i)
(2t
BAB III
(l)
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
_ro_
BAB IIIPENGAWASAN PEI{YELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAERAH
Pasal 10
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah:
a. provinsi, dilaksanakan oleh:
1. Menteri, untuk pengawasan umum; dan
2. mcnteri tcknis/kepala lembaga pemerintahnonkementerian, untuk pengawasan tcknis;
b. kabupaten/kota, dilaksanakan oleh gubernursebagai wakil Pemerintah Pusat untuk pengawasanumum dan teknis.
Pengawasan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (l)huruf a angka 1 dan huruf b meliputi:
a. pemba#an urusan pemerintahan;
b. kelembagaan daerah;
c. kepegawaian pada Perangkat Daerah;
d. keuangan daerah;
c. pembangunan daerah;
f. pelayanan publik di daerah;
g. kerja sama daerah;
h. kebijakan daerah;
i. kepala daerah dan DPRD; danj. bentuk pengawasan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pengawasan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (l)huruf a ar:g)<a 2 dilakukan terhadap teknis pelaksanaansubstansi urusan pemerintahan yang diserahkan kedaerah provinsi dan pengawasan teknis sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan terhadapteknis pelaksanaan substansi urusan pemcrintahan yangdiserahkan ke daerah kabupatcn/ kota.
(2)
(3)
(4) Pcngau'asan
(41
PRE S ID ENREPUBLIK INDONESIA
_ ll _
Pengawasan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
meliputi:
a. capaian standar pelayanan minimal atas pelayanandasar;
b. ketaatan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan termasuk ketaatan pelalsanaan norna,standar, prosedur, dan kriteria, yang ditetapkanoleh Pemerintah Pusat dalam pelaksanaan urusanpemerintahan konkuren;
c. dampak pelaksanaan urusan pemerintahankonkuren yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah;dan
d. akuntabilitas pengelolaan anggaran pendapatan danbelanja negara dalam pelaksanaan urusanpemerintahan konkuren di daerah.
Selain melakukan Pengawasan PenyelenggaraanPemerintahan Daerah provinsi, Menteri dan menteriteknis/kepala lembaga pemcrintah nonkemcnteriansesuai dengan kewenangan masing-masing melakukanpengawasan atas pelaksanaan pengawasan yang menjaditugas gubernrrl sslagai wakil Pemerintah Pusat.
Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksudpada ayat (l) huruf b, gubernur sebagai wakil PemerintahPusat dibantu oleh perangkat gubernur 5c!ag,ai wakilPemerintah Pusat sesuai dengan ketentuan pcraturanperundang-undangan.
(71 Dalam hal melakukan pengawasan scbagaimanadimaksud pada ayat (l), gubernur sebagai wakilPemcrintah Pusat:
(s)
(6)
a. belum .
#pPRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-12-
a. belum mampu melakukan pengawasan umum danteknis, Menteri dan menteri teknis/kepala lembagapemerintah nonkementerian berdasarkanpermintaan bantuan dari gubernur sebagai wakilPemerintah Pusat melalukan PengawasanPenyelenggaraan Pemerintahan Daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan masing-masing;atau
b. tidak melakukan pengawasan umum dan teknis,Menteri dan menteri teknis/ kepala lembagapemerintah nonkementerian berdasarkan telaahanhasil pembinaan dan pengawasan melakukanPcngawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerahkabupaten/ kota sesuai dengan kewenangan masing-masing.
(8) Mentcri teknis dan kepala lembaga pemcrintahnonkementerian dalam melakukan pengawasan teknissebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ar,gka 2,ayat (5), dan ayat (7) sesuai dengan kewenangan masing-masing berkoordinasi dengan Menteri.
(9) Dalam hal melaksanakan kewenangan pengawasanumum terdapat keterkaitan dengan kewenanganpengawasan teknis, Menteri mengadakan koordinasidengan menteri teknis/kepala lembaga pcmerintahnonkementerian.
(lO) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (8) danayat (9) dilakukan dalam aspck perencanaan,penganggaran, pengorganisasian, pclaksanaan,pelaporan, dan cvaluasi.
(11) Pengawasan umum dan teknis sebagaimana dimaksudpada ayat (1) sampai dengan ayat (71 dilakukan dalambentuk reviu, monitoring, evaluasi, pemeriksaan, danbentuk pengawasan lainnya.
(12) Pengawasan
BAB IVTATA CARA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAERAH
Bagian KesatuKoordinasi Pembinaan dan Pengawasan
PRESIDENREPUELIK INDONESIA
-13-
(12) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (11)
dilaksanakan oleh APIP sesuai dengan fungsi dankewenangannya.
Pasal 1l
Menteri mengoordinasikan Pembinaan dan PcngawasanPenyelenggaraan Pemerintahan Daerah secara nasional.
Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (l )
dilakukan terhadap aspek perencanaan, penganggaran,pengorganisasian, pelaksanaErn, pelaporan, dan evaluasi.
Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan melibatkan seluruh kcmenterianteknis, lembaga pemerintah nonkemcnterian, danPemerintah Daerah.
Hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (l),ayat (21, dan ayat (3) dilaksanakan oleh Menteri,kementerian teknis, lembaga pemerintahnonkementerian, dan Pemerintah Dacrah.
Bagian KeduaPerencanaan Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 12
(1) Menteri mengoordinasikan perencanaan pembinaan danPengawasan Penyelenggaraan pemerintahan Daerahdalam bentuk perencanaan:
a. Pembinaan dan Pengawasan penyelenggaraanPemerintahan Daerah S (Iima) tahunan; dan
(l)
(2)
(3)
(4t
b. Pembinaan
PR E S IDENREPUBLIK INOONESIA
-L4-
b. Pembinaan dan Pengawasan PenyelenggaraanPemerintahan Daerah tahunan.
(2) Perencanaan Pembinaan dan PengawasanPenyelenggaraan Pemerintahan Daerah 5 (lirna) tahunansebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:a. prioritas Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; dan
b. sasaran dan target Pembinaan dan PengawasanPenyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
(3) Perencanaan Pembinaan dan PengawasanPenyelenggaraan Pemerintahan Daerah tahunan5slagaimana dimaksud pada ayat (l) huruf b, meliputi:
a. fokus Pembinaan dan Pcngawasan PenyelenggaraanPemerintahan Daerah yang disusun bcrbasisprioritas dan risiko;
b. sasaran Pembinaan dan PengawasanPenyelenggaraan Pemerintahan Dacrah; dan
c. jadwal pelaksanaan Pembinaan dan PengawasanPenyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
(4) Pcrencanaan Pembinaan dan PengawasanPenyelenggaraan Pemerintahan Daerah 5 (lima) tahunansebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan olehMenteri dengan mengacu pada rencana pembangunanjangka menengah nasional.
(5) Perencanaan Pembinaan dan PengawasanPenyclenggaraan Pemerintahan Daerah tahunansebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan palinglambat akhir bulan April setiap tahun oleh Menteriberdasarkan masukan dari menteri teknis/kepalalembaga pemerintah nonkementerian dan kepala daerah.
(6) Perencanaan
(6)
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-15-Perencanaan Pembinaan dan PengawasanPenyelenggaraan Pemerintahan Dacrah yang telahditetapkan 5slegairnzns dimaksud pada ayat (4) danayat (5) dapat dilakukan perubahan berdasarkankebutuhan sesuai dengan ketcntuan pcraturanperundang-undangan.
Pasal 13
Menteri dan menteri teknis/ kepala lembaga pcmerintahnonkementerian melakukan koordinasi untukharmonisasi jadwal pelaksanaan Pembinaan danPengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Dacrahprovinsi dan disampaikan kepada gubernur.
Gubernur sebagai wakil Pemcrintah Pusat mclakukankoordinasi untuk harmonisasi jadwal pelaksanaanPembinaan dan Pengawasan PenyelenggaraanPcmcrintahan Daerah kabupaten/kota dan disampaikankcpada bupati/walikota.
Harmonisasi jadwal pelaksanaan Pembinaan danPengawasan Pcnyelenggaraan Pcmcrintahan Daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayal l2ldilakukan berdasarkan prinsip keserasian danketcrpaduan serta berdasarkan prinsip efisiensi dancfcktivitas dalam penggunaan sumber daya yangtcrsedia.
Pasal 14
Menteri dan menteri teknis/kepala lcmbaga pcmerintahnonkcmcnterian wajib mencantumkan programPembinaan dan Pengawasan penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah dalam dokumen percncanaan danpenganggaran kementerian/lembaga pemerintahnonkementerian sesuai dengan kcwcnangan masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(1)
(21
(3)
(1)
(2) Pemerintah . . .
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-16-
(2) Pemerintah Daerah wajib mencantumkan programPembinaan dan Pcngawasan PcnyelenggaraanPemcrintahan Daerah sesuai dengan kewenangannyadalam dokumen perencanaan dan penganggaran daerahserta mengalokasikan anggaran Pcmbinaan danPengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerahdalam anggaran pendapatan dan belanja dacrah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan danpenganggaran Pembinaan dan PcngawasanPenyclcnggaraan Pemerintahan Daerah yang bersumberdari anggaran pendapatan dan belanja dacrah diaturdalam Pcraturan Menteri.
Bagian KetigaPclaksanaan Pembinaan dan Pengawasan
Paragraf 1
Umum
Pasal 15
(1) Pcmbinaan dan Pengawasan PenyelenggaraanPemerintahan Daerah dilaksanakan dengan kctcntuan:
a. untuk pembinaan umum, Menteri mcnugaskan unitkerja di lingkungan Kementerian scsuai dcnganfungsi dan kewenangannya dan dilaksanakan secara
cfisicn dan efektif serta koordinatif;
b. untuk pengawasan umum, Menteri menugaskanAPIP di lingkungan Kemcntcrian scsuai denganfungsi dan kewenangannya dan dilaksanakan sccaracfisicn dan cfcktif serta koordinatif;
c. untuk pembinaan teknis, menteri teknis/ kepalaIembaga pemerintah nonkementcrian menugaskanunit kcrja di lingkungan kementerian/lembagapemerintah nonkcmenterian masing-masing sesuaidcngan fungsi dan kewenangannya dandilaksanakan secara efisien dan efektif sertakoordinatif; dan
d. untuk
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-t7-
d. untuk pengawasan teknis, menteri teknismenugaskan APIP di lingkungan kementerian teknismasing-masing sesuai dengan fungsi dankewenangannya dan kepala lembaga pemerintahnonkementerian menugaskan APIP di lingkunganunit pengawasan lembaga pemerintahnonkementerian masing-masing sesuai denganfungsi dan kewenangannya dan dilaksanakan secaraelisien dan efektif serta koordinatif.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembinaandan pengawasan umum diatur dengan PeraturanMentcri.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembinaandan pengawasan teknis diatur dengan peraturan mentcriteknis atau peraturan kepala lembaga pemerintahnonkementerian sesuai dengan kewenangannya setelahberkoordinasi dengan Kementerian dan kementerian/lemb"ga pemerintah nonkementerian tcrkait.
Paragral 2
Pengawasan oleh APIP
Pasal 16
Pcngawasan Pcnyelenggaraan Pemerintahan Dacrah yangdilaksanakan oleh APIP harus berdasarkan kompetensiyang dimitiki terkait dengan pelaksanaan pengawasanurusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerahsesuai fungsi dan kewenangannya serta sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yangdilaksanakan oleh APIP sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilaksanakan berdasarkan prinsip:a. profcsional;
(1)
(21
b. independen .
PRE S IO ENREPUBLIK INDONESIA
-18-
b. independen;
c. objcktif;
d. tidak tumpang tindih antar-APIP; dan
e. berorientasi pada perbaikan dan peringatan dini.(3) Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang
dilaksanakan oleh APIP sebagaimana dimaksud padaayat (1) dan ayat (2) dilakukan pada tahapan kegiatan:
a. penJrusunan dokumen perencanaan danpenganggaran daerah;
b. pelaksanaan Pembinaan PenyelenggaraanPemerintahan Daerah;
c. pelaksanaan program strategis nasional di daerah;
d. berakhirnya masa jabatan kepala daerah untukmengevaluasi capaian rencana pcmbangunanjangka mcnengah daerah; dan
e. pengawasan dalam rangka tu.iuan tertentu sesuaidengan ketentuan peraturErn perundang-undangan.
Paragraf 3Pembinaan dan Pengawasan oleh Kepala Daerah
Pasal 17
Pembinaan dan pengawasan kepala daerah terhadapPerangkat Daerah dilaksanakan oleh gubernur untukdaerah provinsi dan bupati/walikota untuk daerahkabupaten/kota.
Pembinaan dan pcngawasan kcpala daerah terhadapPerangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibantu oleh inspektorat daerah.
Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimalsudpada ayat (l) dan ayat (2) dilaksanakan dalam bentukaudit, reviu, monitoring, evaluasi, pemantauan, danbimbingan teknis serta bentuk pembinaan danpengawasan lainnya.
(l)
(2t
(3)
(4) Pembinaan
PRESIDENREPUBLIK INOONESIA
-19-
(41 Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksudpada ayat (l), ayat (21, dan ayat (3) ditaksanakan sejaktahap perencanaan, penganggaran, pengorganisasian,pelaksanaan, pelaporan, evaluasi, danpertanggungjawaban penyelenggaraan PemcrintahanDaerah.
(5) Pembinaan dan pengawasan yang dilaksanakan olehinspektorat daerah provinsi dapat dibantu olehinspektorat jenderal Kementerian dan/ataukemcnterian / lembaga terkait.
Pasal 18
(1) Pcmbinaan dan pengawasan kepala daerah terhadapPerangkat Daerah meliputi:
a. pelaksanaan urusan pcmerintahan yang menjadikewenangan daerah;
b. pelaksanaan tugas pembantuan yang bcrsumberdari anggaran pendapatan dan belanja daerah;
' c. ketaatan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan termasuk ketaatan pelaksanaan norma,standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan olehPemerintah Pusat dalam tahap perencanaan,penganggaran, pengorganisasian, pclaksanaan,pclaporan, evaluasi, dan pertanggungjawaban ataspelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadikewenangan daerah; dan
d. akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah yangbersumber dari anggaran pendapatan dan belanjadaerah.
(21 Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilaksanakan bcrdasarkan prinsipsebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) danmeliputi:
a. pemeriksaan
b.
c.
d.
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-20-
pemeriksaan dan penilaian atas manfaat dankeberhasilan kebijakan serta pelaksanaan programdan kegiatan;
pemeriksaan secara berkala atau sewaktu-waktumaupun pemeriksaan terpadu;
reviu terhadap dokumen atau laporan secarabcrkala atau sewaktu-waktu dari Perangkat Daerah;
pengusutan atas kebenaran laporan mengenaiadanya indikasi terjadinya penyimpangan, korupsi,kolusi, dan nepotisme; dan
monitoring dan evaluasi terhadap program dankegiatan Perangkat Daerah.
Pasal 19
Selain melakukan pembinaan dan pengawasansebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1),
bupati/walikota melakukan pembinaan dan pengawasanterhadap desa.
Dalam melakukan pembinaan dan pengawasansebagaimana dimaksud pada ayat (1), bupati/walikotadibantu oleh camat atau sebutan lain dan inspektoratkabupaten/kota.
Pembinaan dan pcngawasan oleh camat atau sebutanlain sebagaimana dimaksud pada ayat (21 dilaksanalansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan hasil pembinaan dan pengawasanterscbut disampaikan kepada bupati/walikota.Berdasarkan hasil pembinaan dan pengawasansebagaimana dimaksud pada ayat (3), bupati/walikotamenugaskan Perangkat Daerah terkait melaksanakantindak lanjut hasil pembinaan dan pengawasan scrtauntuk selanjutnya dilakukan pcmantauan olehinspcktorat kabupatcn/ kota.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5) Pcmbinaan
(s)
(6)
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-21 -
Pembinaan dan pengawasan oleh inspcktoratkabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan untuk menjaga akuntabilitas pcngclolaankeuangan desa.
Pembinaan dan pengawasan yang dilaksanakan untukmcnjaga akuntabilitas pengelolaan kcuangan dcsasebagaimana dimaksud pada ayat (5) meliputi:
a. laporan pertanggungiawaban pengelolaan kcuangandesa;
b. cfisicnsi dan efcktivitas pcngclolaan kcuangan desa;dan
c. pelaksanaern tugas lain scsuai dengan ketcntuanperaturan perundang-undangan.
(7) Inspektorat kabupaten/kota dalam melakukanpembinaan dan pcngawasan sebagaimana dimaksudpada ayat (a) dan ayat (5) harus berkoordinasi dengancamat atau sebutan lain dan hasil pcmbinaan danpcngawasan tcrsebut disampaikan kcpada bupati/walikota.
Paragral 4Pengawasan oleh DPRD
Pasal 20
(1) Pcngawasan oleh DPRD bcrsifat kcbijakan.(2) Pengawasan oleh DPRD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mcliputi:
a. pelaksanaan peraturan daerah dan peraturankcpala dacrah;
b. pelaksanaan peraturan perundang-undangan yangterkait dengan pcnyclenggaraan pcrncrintahanDaerah; dan
c. pclaksanaan tindak lanjut hasil pcmcriksaanIaporan keuangan oleh Badan Pcmcriksa Keuangan.
(3) Dalam . . .
(3)
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-22-Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf c, DPRD mempunyai hak:
a. mendapatkan laporan hasil pemcriksaan BadanPemeriksa Keuangan;
b. melakukan pembahasan terhadap laporan hasilpemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan;
c. mcminta klarifikasi atas tcmuan laporan hasilpemeriksaan kepada Badan Pemeriksa Keuangan;dan
d. meminta kepada Badan Pemeriksa Keuangan untukmelakukan pemeriksaan lanjutan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
Pembahasan dan klarifikasi terhadap laporan hasilpemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimanadimaksud pada ayat (3) hanya dilakukan tcrhadaplaporan keuangan Pemerintah Dacrah yang tidakmcmpcroleh opini wajar tanpa pengecualian.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengawasanoleh DPRD dilaksanakan sesuai dengan kctentuanperaturan perundang-undangan yang mengaturmcngcnai tata tertib DPRD.
Paragraf 5Pengawasan oleh Masyarakat
Pasal 21
Pengawasan oleh masyarakat mcrupakan salah satubentuk partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraanPcmcrintahan Daerah.
Pengawasan oleh masyarakat sebagaimana dimaksudpada ayat (l) dapat dilakukan secara perorangan,perwakilan kelompok pengguna pelayanan, perwakilankelompok pemerhati, atau perwakilan badan hukumyang mempunyai kepedulian terhadap penyelenggaraanPcmcrintahan Daerah.
(4)
(s)
(1)
l2t
Pasal22
mPRE S ID EN
REPUBLIK INDONESIA
-23-
PasaL22
(l) Masyarakat dapat menyampaikan laporan ataupengaduan atas dugaan penyimpangan yang dilakukanoleh kepala daerah, wakil kepala dacrah, anggota DPRD,dan/atau aparatur sipil negara di instansi daerah danperangkat desa kepada APIP dan/atau aparat penegakhukum.
(2) Laporan atau pengaduan dugaan penyimpanganscbagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara
tertulis yang memuat paling sedikit:
a. nama dan alamat pihak yang melaporkan;
b. nama, jabatan, dan alamat lengkap pihak yangdilaporkan;
c. pcrbuatan yang diduga melanggar kctentuanperaturan perundang-undangan; dan
d. keterangan yang memuat fakta, data, atau petunjukterjadinya pelanggaran.
Bagian KelimaPclaporan Hasil Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 23
(1) Hasil pengawasan oleh APIP dituangkan dalam bentuklaporan hasil pengawasan dan disampaikan kepadapimpinan instansi masing-masing sesuai denganketentuan peraturan pcrundang-undangan.
(21 Laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud padaayat (l) bersifat rahasia, tidak bolch dibuka kepadapublik, dan tidak boleh diberikan kepada publik kecualiditentukan lain sesuai dcngan ketentuan peraturanpcrundang-undangan.
Pasal 24.
(1)
(2t
P RE S IDENREPUBLIK INDONESIA
-24-
Pasal 24
Bupati/walikota menyampaikan laporan hasil pembinaandan pengawasan terhadap Perangkat Daerah kabupaten/kota dan pembinaan dan pengawasan terhadap desaserta 'pembinaan dan pengawasan lain yang terkaitdcngan penyelenggaraan Pemcrintahan Daerah sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangankepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
Gubernur menyampaikan laporan hasil pcmbinaan danpengawasan terhadap Pcrangkat Daerah provinsi danPembinaan dan Pengawasan PenyelenggaraanPemerintahan Daerah kabupatcn/ kota serta pembinaandan pengawasan lain yang tcrkait denganpenyelenggaraan Pemerintahan Daerah sesuai dcnganketentuan pcraturan perundang-undangan kepadaMenteri.
(3) Mcnteri teknis/kepala lembaga pemerintahnonkementcrian menyampaikan laporan hasil Pembinaandan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerahsesuai dengan kewenangan masing-masing kepadaPresiden melalui Menteri.
Menteri menyampaikan laporan hasil Pembinaan danPengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerahsesuai dengan kewenangannya kepada Presidcn.
Selain menyampaikan laporan sebagaimana dimaksudpada ayat (41, Menteri menJrusun ikhtisar hasilPembinaan dan Pengawasan Penyeleng3araanPemerintahan Daerah secara nasional berdasarkanlaporan 5sfagaimana dimaksud dalam pasal 23 danlaporan sebagaimana dimalsud pada ayat (l) sampaidcngan ayat (41.
(4)
(s)
(6) Dalam .
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-25-
(6) Dalam menyusun ikhtisar hasil Pembinaan danPengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,Menteri melibatkan menteri teknis/kepala lembagapemerintah nonkementerian terkait dan kepala daerah.
(71 Menteri menyampaikan ikhtisar hasil Pembinaan danPengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (5) kepada Presiden.
Bagian KeenamTindak Lanjut Hasil Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 25
(1) APIP wajib melakukan pemeriksaan atas dugaanpenyimpangan yang dilaporkan atau diadukan olehmasyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22.
(21 Dalam melakukan pemeriksaan atas dugaanpenyimpangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) APIPmelakukan koordinasi dengan aparat penegak hukum.
(3) Aparat penegak hukum melakukan pemcriksaan ataslaporan atau pengaduan yang disampaikan olehmasyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22scsuai tata cara penanganan laporan atau pengaduanberdasarkan kcterituan pcraturan perundang-undangansetelah terlcbih dahulu berkoordinasi dengan APIP.
(4) Pemeriksaan oleh APIP dan aparat penegak hukumsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)
dilakukan setelah terpenuhi semua unsur laporan ataupengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22ayat (21.
(5) APIP dan aparat penegak hukum melakukan koordinasidalam pcnanganan laporan atau pengaduan setelahtcrlcbih dahulu melakukan pengumpulan dan verifrkasidata awal.
(6) Koordinasi
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-26-
(6) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (21,
ayat (3), dan ayat (5) dilakukan dalam bentuk:
a. pemberianinformasi;
b. verifikasi;
c. pengumpulan data dan keterangan;
d. pemaparan hasil pemeriks€ran penanganan laporanatau pengaduan masyarakat dimaksud; dan/atau
e. bentuk koordinasi lain sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.
(71 Koordinasi antara APIP dan aparat pcncgak hukumsebagaimana dimaksud pada ayat (21, ayaL (3), danayat (5) dilaksanakan sesuai dengan fungsi dankewenangan masing-masing antara:
a. inspektorat jenderal Kementerian, inspektoratjenderal kementerian terkait, unit pengawasanlembaga pemerintah nonkementerian, inspektoratprovinsi, dan/atau inspektorat kabupatcn/kota; dan
b. kcpolisian dan/atau kejaksaan.
(8) Hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
dituangkan dalam berita acara.
(9) Jika berdasarkan hasil koordinasi sebagaimanadimaksud pada ayat (71 ditemukan bukti adanyapenyimpangan yang bersifat administratif, proses lebihlanjut diserahkan kepada APIP untuk ditindaklanjutisesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah inidan ketentuan peraturan perundang-undangan yangmengatur mengenai administrasi pemerintahan.
(10) Jika berdasarkan hasil koordinasi sebagaimanadimaksud pada ayat (7) ditemukan bukti permulaanadanya penyimpangan yang bersifat pidana, proses lebihlanjut diserahkan kepada aparat penegak hukum untukditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.
Pasal 26
PRESIDENREPUBLIK INOONESIA
-27-Pasal 26
Bentuk dan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud dalamPasal 25 bersifat rahasia, tidak boleh dibuka kepada publik,dan tidak boleh diberikan kepada publik kecuali ditentukanlain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal2T
(l) Kepala daerah, wakil kepala dacrah, dan kepalaPerangkat Daerah wajib melaksanakan tindak lanjuthasil pembinaan dan pengawasan.
(21 Untuk membantu kepala daerah dalam melaksanakantindak lanjut hasil pembinaan dan pengawasan, wakilkepala daerah mengoordinasikan pelaksanaan tindaklanjut hasil pembinaan dan pengawasan sebagaimanadimaksud pada ayat (1).
(3) Dalam mengoordinasikan pelaksanaan tindak lanjuthasil pembinaan dan pcngawasan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (21, wakil kepala daerahdibantu oleh inspektorat.
(41 Tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat(2), dan ayat (3), untuk hasil pembinaan dan pcngawasanyang terkait dengan tuntutan pcrbendaharaan dan/atautuntutan ganti rugi wajib dilakukan proses tuntutanperbcndaharaan dan/ atau tuntutan ganti rugi sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (l),ayat (2), dan ayat (3), untuk hasil pembinaan danpengawasan yang tidak terkait dcngan tuntutanperbcndaharaan dan/atau tuntutan ganti rugidilaksanakan paling lama 60 (enam puluh) hari kerjasetelah hasil pembinaan dan pengawasan diterima.
(6) Selama masa tindak lanjut sebagaimana dimaksud padaayat (4) dan ayat (5), hasil pembinaan dan pengawasantidak dapat dipidanakan kecuali ditentukan lain sesuaidengan ketentuan pcraturan perundang-undangan.
Pasal 28
(1)
(21
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-28-
Pasal 28
APIP wajib memantau dan melakukan pemutakhirandata tindak lanjut hasil Pembinaan dan PengawasanPenyclenggaraan Pemerintahan Daerah.
Pelaksanaan pemutakhiran data tindak lanjut hasilPembinaan dan Pengawasan PenyclcnggaraanPemerintahan Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (l) dilaksanakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam1 (satu) tahun.
Hasil pemutakhiran data scbagaimana dimaksud padaayat (1)dan ayat (2) secara nasional dikoordinasikan olehMentcri.
Bagian KetujuhEvaluasi
pasal 29
(l) Mentcri, menteri teknis/kepala lembaga pemcrintahnonkementerian terkait, dan kcpala dacrah mclakukanevaluasi secara berkala terhadap pelaksanaanPembinaan dan Pengawasan Penyeleng;araanPemerintahan Daerah.
(21 Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (l)dilaksanakan scsuai dengan kctentuan peraturanpcrundang-undangan.
BAB VPENGHARGAAN DAN FASILITASI KHUSUS
Bag'an KesatuUmum
Pasal 30
Selain bentuk pembinaan scbagaimana dimaksud dalamPasal 3 ayat (8), pembinaan juga dapat bcrupa pemberianpenghargaan dan fasilitasi khusus.
(3)
Bagian.
(1)
(2t
(3)
(4)
PRESIOENREPUBLIK INDONESIA
-29-
Bagian KeduaPenghargaan
Pasal 31
Presiden memberikan penghargaan kepada Pemerintah
Daerah yang mencapai peringkat kinerja tertinggi secara
nasional dalam penyelenggaraan Pemcrintahan Daerah.
Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibcrikan berdasarkan hasil evaluasi terhadap indeks
dan peringkat kinerja penyclenggaraan Pemcrintahan
Daerah.
Indeks dan peringkat kinerja sebagaimana dimaksudpada ayat (2) disusun setiap tahun oleh Menteri.
Pcmberian pcnghargaan kepada Pemerintah Daerah
dilaksanakan scsuai dengan ketentuan Peraturanpcrundang-undangan.
Bagian KetigaFasilitasi Khusus
Pasal 32
Jika hasil evaluasi pcnyelcnggaraan PemerintahanDaerah mcmbuktikan daerah berkinerja rendah:
a. Menteri dan menteri teknis/kepala lembaga
pemerintah nonkementerian sesuai dengan
kewenangan masing-masing melakukan pembinaan
secara berkoordinasi terhadap pcnyelenggaraan
urusan pemerintahan tertentu yang menjadikewenangan daerah provinsi; dan
b. gubernur sebagai wakil Pcmerintah Pusatmelakukan pembinaan tcrhadap pcnyelenggaraan
urusan pemerintahan tertentu yang menjadikewenangan daerah kabupaten/kota.
(1)
(2) Jika .
PRESIOENREPUBLIK INDONESIA
-30-
(2) Jika pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
telah dilakukan dan daerah tidak menunjukkanperbaikan kinerja serta penyelenggaraan urusanpcmcrintahan tcrtcntu yang telah dibina tersebut tidal<
bcrpotcnsi merugikan kepentingan umum secara meluas
atau tidak berpotensi merugikan sebagian besar
masyarakat di daerah yang bersangkutan:
a. Menteri melakukan fasilitasi khusus terhadappenyelenggaraan Pemerintahan Daerah provinsi,
setelah berkoordinasi dengan menteri teknis/kepalalembaga pcmcrintah nonkemcnterian terkait; atau
b. gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
melakukan fasilitasi khusus terhadap
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kabupaten/kota, setelah meminta pertimbangan Menteri.
(3) Fasilitasi khusus sebagaimana dimaksud pada ayal (21
dilakukan untuk pcrbaikan atau pcnyempurnaanpcnyelenggaraan Pemcrintahan Daerah, berupa:
a. ketcrlibatan secara langsung dalam perumusan dan
pcngarahan pelaksanaan kebijakan;
b. advokasi dan pengkajian urusEln pemerintahan
tertentu yang menjadi kewenangan daerah;
c. analisis kemungkinan dampak urusanpemerintahan tertentu yang menjadi kcwcnangan
daerah;
d. pilihan tindakan pengurangan risiko urusanpemerintahan tertentu yang menjadi kewenangandaerah;
e. alokasi aparatur sipil negara yang tersedia untukmelaksanakan urusan pemerintahan tertentu yangmenjadi kewenangan daerah; dan
f. bcntuk fasilitasi khusus lainnya sesuai dengankctentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 33 .
(1)
PRESIDENREPUELI( INOONESIA
-31 -
Pasal 33
Dalam hal daerah yang sudah dibina dan dilakukan
fasilitasi khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
tetap tidak menunjukkan perbaikan kinerja dan
berpotensi merugikan kepentingan umum sccara meluas
atau berpotensi merugikan sebagian besar masyarakat didaerah yang bersangkutan, Mentcri melakukanpengambilalihan pelaksanaan urusan pcmcrintahan
tertentu yang menjadi kewcnangan daerah provinsi dan
kabupaten/kota, setelah berkoordinasi dengan menteri
teknis/kepala lembaga pemerintah nonkementerian
tcrkait.
Pelaksanaan urusan pemerintahan tcrtentu yang diambilalih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai
anggaran pendapatan dan belanja dacrah yang
bersangkutan.
Pclaksanaan urusan pemerintahan tertcntu yang diambilalih sebagaimana dimaksud pada ayat (l) meliputi:
a. pengkajian secara cepat dan tepat tcrhadapkewenangan daerah yang diambil alih;
b. pcmenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang
terkena dampak;
c. pemenuhan dengan segera tcrhadap prasarana dan
sarana;
d. pemulihan dengan segera pelayanan dan/ataupcnyelenggaraan urusan pada masyarakat yang
terkcna dampak; dan
c. bcntuk pelaksanaan lainnya sesuai dengan
kctcntuan peraturan perundang-undangan.
(2t
(s)
Pasal 34...
(1)
PRESIOENREPUBLIK INOONESIA
-32-
Pasal 34
Mentcri dan menteri teknis/kepala lembaga pemerintah
nonkementerian terkait melakukan evaluasi secara
berkala terhadap kemampuan Pemerintah Daerah dalam
melaksanakan urusan pemerintahan tertentu yang
diambil alih.
Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.
Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dan
ayat (2\disampaikan oleh Menteri kepada Presiden.
Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), dalam hal Presiden menetapkan Pemerintah
Daerah dinyatakan mampu melaksanakan urusanpemerintahan tertentu yang diambil alih, Mentcrimenyerahkan kembali pelaksanaan urusanpemcrintahan tertentu kepada Pemerintah Daerah.
(5) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), dalam hal Presiden menetapkan Pemerintah
Dacrah dinyatakan belum mampu melaksanakan urusanpemerintahan tertentu yang diambil alih, Menteri danmenteri teknis/kepala lembaga pemerintah
nonkementerian terkait tetap melaksanakan urusanpemerintahan tertentu yang diambil alih sampai dengan
Pemerintah Daerah dinyatakan mampu melaksanakanurusan pemcrintahan tertentu yang diambil alih.
Pasal 35
(1) Ketentuan lebih Ianjut mengenai tata cara fasilitasikhusus dan tata cara pengambilalihan pelaksanaanurusan pemerintahan tertentu yang menjadi kewenangandaerah provinsi dan kabupaten / kota diatur dalamPeraturan Menteri.
(2t
(3)
(4)
(2) Penyusunan . . .
(2t
PRESIOENREPUBLIK INOONESIA
-33-
Penyusunan Peraturan Menteri sebagaimana dimaksudpada ayat (l) harus melibatkan menteri teknis/ kepala
lembaga pemerintah nonkementerian terkait.
BAB VISANKSI ADMINISTRATIF
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 36
Kepala daerah, wakil kepala daerah, anggota DPRD, dandaerah yang melakukan pelanggaran administratif dalampenyelenggaraan Pemerintahan Daerah dijatuhi sanksiadministratif.
Pelanggaran administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a. kepala daerah dan/ atau wakil kepala daerah tidakmelaksanakan program strategis nasional;
b. kepala daerah tidak menyampaikan laporanpenyelenggaraan Pemerintahan Daerah danringkasan laporan penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah dalam waktu I (satu) kali dalam I (satu)
tahun paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahunanggaran berakhir kepada:
1. Presiden melalui Menteri, untuk daerahprovinsi; atau
2. Mcnteri melalui gubernur sebagai wakilPemerintah Pusat, untuk daerahkabupaten/kota.
c. kcpala daerah tidak menyampaikan laporanketerangan pertanggungiawaban kcpada DPRDdalam waktu I (satu) kali dalam I (satu) tahunpaling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaranberakhir;
(l)
(2t
d. kepala .
d.
PRESIOENREPUBLIK INDONESIA
-34-kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah
menjadi pengurus suatu perusahaan, baik milikswasta maupun milik negara/ daerah atau pengurus
yayasan bidang apa pun;
kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah
melakukan perjalanan ke luar negeri tanpa izin dariMenteri;
kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah
meninggalkan tugas dan wilayah kcrja lebih dari7 (tujuh) hari kerja berturut-turut atau tidakberturut-turut dalam waktu I (satu) bulan tanpaizin dari Menteri untuk gubernur dan wakilgubernur serta tanpa izin dari gubernur untukbupati dan wakil bupati atau walikota dan wal<il
walikota, kecuali jika dilakukan untuk kepentinganpengobatan yang bersifat mendesak;
kepala daerah tidak menyampaikan pcraturandaerah dan peraturan kepala daerah kepada
Menteri/gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusatpaling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah ditetapkan;
kepala daerah dan anggota DPRD serta daerahmasih memberlakukan peraturan daerah yang telahdibatalkan oleh Menteri atau oleh gubernur sebagai
wakil Pemerintah Pusat;
daerah masih memberlakukan peraturan daerah
mengenai pajak daerah dan/atau retribusi daerahyang dibatalkan oleh Menteri atau dibatalkan olehgubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat;
kepala daerah tidak menyebarluaskan peraturandaerah dan peraturan kcpala dacrah yang telahdiundangkan;
kcpala daerah dan anggota DPRD tidak menetapkanperaturan daerah tentang rcncana pembangunanjangka panjang daerah dan rencana pembangunanjangka menengah daerah;
o
h.
J.
l
l. kcpala .
o.
p.
q.
PRESIOENREPUBLIK INOONESIA
-35-
kepala daerah tidak menetapkan peraturan kepala
daerah tentang rencana kerja Pemerintah Daerah;
kepala daerah melakukan pungutan atau dengan
sebutan lain di luar yang diatur dalam undang-
undang;
kepala daerah tidak mengajukan rancanganperaturan daerah tentang anggaran pendapatan danbelanja daerah kepada DPRD sesuai dengan waktuyang ditentukan oleh ketentuan peraturanperundang-undangan;
kepala daerah dan anggota DPRD tidak mcnyctujuibersama rancangan pcraturan daerah tentanganggaran pendapatan dan belanja daerah scbelum
dimulainya tahun anggaran setiap tahun;
kepala daerah tidak mengumumkan informasi
tentang pelayanan publik kepada masyarakat
melalui media dan tempat yang dapat diakses oleh
masyarakat luas;
kcpala daerah tidak memberikan pelayanan
perizinan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan;
r. kepala daerah tidak melaksanakan rekomendasi
Ombudsman sebagai tindak lanjut pengaduan
masyarakat atas:
1. penyelenggara Pcmcrintahan Daerah yang tidakmelaksanakan kewajiban dan/ atau mclanggarlarangan sebagaimana dimaksud dalamketentuan peraturan perundang-undanganmengenai pelayanan publik; dan
2. pelaksana yang memberi pelayanan yang tidaksesuai dengan standar pelayanan sebagaimanadimaksud dalam ketcntuan pcraturanpcrundang-undangan mengenai pelayananpublik;
s. kepala . . .
(1)
PRESIOENR€PU€LIK INOONESIA
-36-
s. kepala daerah tidak mengumumkan informasipembangunan daerah dan informasi keuangandaerah kepada masyarakat serta tidakmenyampaikan informasi keuangan daerah kepada
Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan bidang keuangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 37
Kepala daerah, wakil kepala daerah, anggota DPRD, dan
daerah yang melakukan pelanggaran administratifsebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) dijatuhisanksi administratif oleh Presiden, Menteri, dangubemur sebagai wakil Pemerintah Pusat sesuai dengankewcnangannya setelah dilakukan verilikasi dan/ ataupemeriksaan secara teliti, objektif, dan didukung dengan
data, informasi, dan/ atau dokumen lainnya yang
berkaitan dengan dugaan pelanggaran dimaksud.
Data, informasi, dan/ atau dokumen sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat berasal dari:
a. informasi tertulis dari kepala daerah dan pimpinanDPRD;
b. informasi tertulis dari pimpinan lembaga negara;
c. laporan hasil pemeriksaan Badan PcmeriksaKeuangan;
d. laporan hasil pembinaan dan pengawasankementerian/ lembaga pemerintah nonkementerian;
c. Iaporan atau pengaduan masyarakat; dan/atauf. bentuk lainnya sesuai dengan ketentuan pcraturan
perundang-undangan.
Sanksi administratif yang dijatuhkan merupakan tindaklanjut hasil Pengawasan Penyelenggaraan PemerintahanDacrah dan sebagai bagian dari PembinaanPenyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
(2)
(3)
(4) Sanksi...
PRESIOENREPUBLIK INOONESIA
-37-
(41 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (l) terdiri atas:
a. teguran tertulis;
b. tidak dibayarkan hak keuangan selama 3 (tiga)
bulan;
c. tidak dibayarkan hak keuangan selama 6 (enam)
bulan;
d. penundaan evaluasi rancangan peraturan daerah;
e. pengambilalihankewenanganperizinan;
f. penundaan atau pemotongan dana alokasi umumdan/ atau dana bagi hasil;
g. mengikuti program pembinaan khusus pendalaman
bidang pemerintahan;
h. pemberhentian sementara selama 3 (tiga) bulan;dan/atau
i. pemberhentian.
Bagian KeduaTata Cara Penjatuhan Sanksi Administratif
Pasal 38
(l) Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah yangmelakukan pelanggaran administratif sebagaimanadimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) huruf a dijatuhi sanksiadministratif secara bertahap bcrupa:
a. teguran tertulis;
b. teguran tertulis kedua;
c. pemberhentian sementara selama 3 (tiga) bulan;dan/ atau
d. pemberhentian.
(2) Sanksi
(2t
(3)
PRESIDENREPUELIK INDONESIA
-38-
Sanksi teguran tertulis dan teguran tertulis keduasebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a danhuruf b dijatuhkan oleh Menteri kcpada gubernurdan/ atau wakil gubernur serta oleh gubernur sebagai
wakil Pemerintah Pusat kepada bupati/walikotadan/atau wakil bupati/wakil walikota.
Penjatuhan sanksi teguran tertulis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a didasarkan atas hasilvcrilikasi secara tcliti, objcktif, dan didukung dengan
data, informasi, dan/ atau dokumen lainnya yangberkaitan dengan dugaan pelanggaran.
Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah yang
dijatuhi sanksi teguran tertulis wajib menindaklanjutisanksi yang dijatuhkan.
Kepala daerah dan/ atau wakil kepala dacrah yang tetaptidak menjalankan program strategis nasional setelahpaling cepat 14 (empat belas) hari dan paling lambat21 (dua puluh satu) hari sejak penjatuhan tegurantertulis dijatuhi sanksi berupa teguran tertulis kcdua.
Penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
didasarkan atas hasil verilikasi secara teliti, objektif, dandidukung dengan data, informasi, dan/ atau dokumcnlainnya yang berkaitan dengan tidak ditaatinya sanksitcguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) danayat (4).
Kepala daerah dan/ atau wakil kepala daerah yangdijatuhi sanksi teguran tertulis kcdua wajibmenindaklanjuti sanksi yang dijatuhkan.Kepala daerah dan/ atau wakil kepala dacrah yang tctaptidak menjalankan program strategis nasional setelahpaling cepat 14 (empat belas) hari dan paling larnbat21 (dua puluh satu) hari sejak penjatuhan tegurantcrtulis kedua dijatuhi sanksi berupa pcmberhentianscmentara selama 3 (tiga) bulan.
(4)
(s)
(6)
(71
(8)
(9) Sanksi .
PRESIOENREPUSLIK INOONESIA
-39-
(9) Sanksi pemberhentian sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (8) dijatuhkan oleh Presiden kepada
gubernur dan/atau wakil gubernur atas usulan Menteri
serta oleh Menteri kepada bupati/walikota dan/atauwakil bupati/wakil walikota.
(10) Usulan pemberhentian sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (9) ditindaklanjuti paling lambat
30 (tiga puluh) hari sejak usulan diterima.
(11) Penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
didasarkan atas hasil pemeriksaan sccara teliti, objektitdan didukung dengan data, informasi, dan/ataudokumen lainnya yang berkaitan dengan tidak ditaatinyasanksi teguran tertulis kedua sebagaimana dimaksudpada ayat (5) dan ayat (7).
(12) Selama diberhentikan sementara sebagaimana dimaksudpada ayat (8), kepala daerah dan/ atau wakil kepala
dacrah tidak mendapatkan hak protokoler serta hanyadiberikan hak keuangan bcrupa gaji pokok, tunjangananak, dan tunjangan istri/ suami.
(13) Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah yang tctaptidak menjalankan program strategis nasional setelah
selesai menjalani pemberhentian scmentara selama
3 (tiga) bulan dijatuhi sanksi berupa pemberhentian.
(14) Sanksi pcmberhentian sebagaimana dimaksud pada
ayat (13) dijatuhkan oleh Presiden kepada gubernurdan/atau wakil gubernur atas usulan Menteri serta olehMentcri kepada bupati/walikota dan/atau wakil bupati/wakil walikota.
(15) Usulan pemberhentian sebagaimana dimaksud padaayat (14) ditindaklanjuti paling lambat 30 (tiga puluh)hari scjak usulan diterima.
(16) Penjatuhan .
PRESIOENREPUBLIK INOONESIA
-40-
(16) Penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (13)
didasarkan atas hasil pemeriksaan secara teliti, objektif,
dan didukung dengan data, informasi, dan/ataudokumen lainnya yang berkaitan dengan tidak ditaatinyasanksi pemberhentian sementara selama 3 (tiga) bulansebagaimana dimaksud pada ayat (8).
(17) Menteri atau gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
sesuai dcngan kewenangannya menugaskan APIP untukmelakukan pemcriksaan dugaan pelanggaran
administratif yang dilaporkan atau diadukan.
(18) Proses administratif dan verifikasi penjatuhan sanksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan ayat (5)
serta proses administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (8) dan ayat (13) dilakukan olch:
a. inspektorat jenderal Kementerian, untuk sanksiyang dijatuhkan oleh Presidcn atau Menteri; dan
. b. perangkat gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat, untuk sanksi yang dijatuhkan oleh gubernur
sebagai wakil Pcmerintah Pusat.
(19) Pemeriksaan oleh APIP sebagaimana dimaksud pada
ayat (17) dilakukan dengan kctentuan:
a. APIP Kementerian melakukan pemeriksaan terhadapgubernur dan/atau wakil gubernur danmcnyampaikan hasil pemeriksaannya kepada
Menteri;
b. perangkat gu.bcrnur sebagai wakil Pemcrintah Pusat
melakukan pemeriksaan terhadap bupati/walikotadan/atau wakil bupati / wakil walikota danmenyampaikan hasil pemeriksaannya kepadagubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat; dan
c. pemeriksaan dilakukan paling lama 45 (empatpuluh lima) hari kerja.
(2O)APrP.
PRESIDENREPUBLII( INOONESIA
-41 -
(2O) APIP sebagaimana dimaksud pada ayat (19) berwenang:
a. melakukan klarifikasi dan validasi terhadap laporanatau pengaduan;
b. mengumpulkan fakta, data, dan/atau keteranganyang diperlukan;
c. memeriksa kepala daerah dan/ atau wakil kepaladaerah yang diduga melakukan pelanggaran
administratif serta pihak terkait lainnya;
d. meminta keterangan lebih lanjut dari pihak yang
melaporkan atau mengadukan; dan
e. memberikan rekomendasi terkait tindak lanjut hasilpemeriksaan.
(2f ) Dalam pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksudpada ayat (20) huruf e, APIP dapat berkoordinasi dengan
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerianterkait dan dapat dibantu oleh pakar atau tenaga ahlisesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan.
Pasal 39
(1) Kepala daerah dan/ atau wakil kepala daerah yangmelakukan pelanggaran administratif scbagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) huruf b, huruf c,
huruf f, huruf j, huruf p, dan huruf s dijatuhi sanksiadministratif secara bertahap berupa:
a. teguran tertulis;
b. teguran tertulis kedua; dan/atauc. mengikuti program pembinaan khusus pendalaman
bidang pemerintahan.
(21 Sanksi teguran tertulis dan teguran tertulis keduaterhadap pelanggaran administratif sebagaimanadimaksud dalam:
a. Pasal 36 . . .
(3)
PR€SIOENREPUBLIK INOONESIA
-42-a. Pasal 36 ayat (21 huruf b, huruf c, hurufj, huruf p,
dan huruf s dijatuhkan oleh Menteri kepadagubemur dan/ atau wakil gubernur serta olehgubemur sebagai wakil Pemerintah Fusat kepada
bupati/walikota dan/atau wakil bupati/wakilwalikota; dan
b. Pasal 36 ayat (21 huruf f dijatuhkan oleh Presiden
kepada gubernur dan/ atau wakil gubernur sertaoleh Menteri kepada bupati/walikota dan/ atau wakilbupati/walikota.
Sanksi mengikuti program pembinaan khususpendalaman bidang pemerintahan terhadap pelanggaran
administratif sebagaimana dimaksud dalam:
a. Pasal 36 ayat (21 huruf b, huruf c, huruf j, huruf p,
dan huruf s dijatuhkan oleh Menteri kepadagubernur serta oleh gubernur sebagai wakilPemerintah Pusat kepada bupati/walikota; dan
b. Pasal 36 ayat l2l huruf f dijatuhkan oleh Presiden
untuk gubernur dan/atau wakil gubernur serta olehMenteri untuk bupati dan/ atau wakil bupati atauwalikota dan/ atau wakil walikota.
Ketentuan mengenai verifikasi dan penjatuhan sanksiteguran tertulis dan teguran tertulis kedua sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 ayat (3) sampai dengan ayat (71
berlaku secara mutatis mutandis terhadap vcrifikasi danpenjatuhan sanksi teguran tcrtulis dan teguran tertuliskedua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a danhuruf b.
Kepala daerah yang tetap melakukan pelanggaranadministratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36ayat (21 huruf b, huruf c, huruf f, huruf j, huruf p, danhuruf s setelah paling cepat 14 (empat belas) hari danpaling lambat 2l (dua puluh satu) hari sejak penjatuhanteguran tertulis kedua dijatuhi sanksi berupa mengikutiprogram pembinaan khusus pendalaman bidangpemerintahan
(4)
(s)
(6) Penjatuhan...
PRESIOENREPUBLI( INOONESIA
-43-
(6) Penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
didasarkan atas hasil pemeriksaan sccara teliti, objektif,dan didukung dengan data, informasi, dan/ataudokumen lainnya yang berkaitan dengan tidak ditaatinyasanksi teguran tertulis kedua.
(71 Walil kepala daerah yang tetap melakukan pelanggaran
administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36ayaL (21 huruf f setelah paling cepat 14 (empat belas) haridan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari sejakpenjatuhan teguran tertulis kedua dijatuhi sanksi berupamengikuti program pembinaan khusus pendalaman
bidang pemerintahan.
(8) Penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
didasarkan atas hasil pemeriksaan secara teliti, objektif,dan didukung dengan data, informasi, dan/ataudokumcn lainnya yang berkaitan dengan tidak ditaatinyasanksi teguran tertrrlis kedua.
(9) Menteri atau gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
sesuai dengan kewenangannya menugaskan APIP untukmelakukan pemeriksaan dugaan pelanggaran
administratif yang dilaporkan atau diadukan.
(10) Proses administratif dan verifikasi penjatuhan sanksisebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a danhuruf b serta proses administratif sebagaimanadimaksud pada ayat (5) dan ayat (7) dilakukan oleh:
a. inspektorat jenderal Kementerian, untuk sanksiyang dijatuhkan oleh Presiden atau Menteri; dan
b. perangkat gubernur scbagai wakil PemerintahPusat, untuk sanksi yang dijatuhkan oleh gubernursebagai wakil Pemerintah Pusat.
(11) Ketentuan. . .
PRESIOENREPUELIK INDONESIA
-44-
(11) Ketentuan mengenai pemeriksaan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 38 ayat (19) sampai denganayat (2L) berlaku secara mutatis mutandis terhadappemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (9).
(12) Program pembinaan khusus pendalaman bidangpemcrintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) danayat (7) dilaksanakan dalam bentuk:
a.. orientasi pendalaman bidang tugas terhadapkegiatan yang sejenis;
b. pembelqjaran dari keberhasilan bidang yang sama ditempat lain; dan/ atau
c. melaksanakan kegiatan program pembinaan khususlainnya sesuai dengan ketentuan pcraturanperundang-undangan.
(13) Program pembinaan khusus pendalaman bidangpemerintahan dilaksanakan paling singkat I (satu) bulandan paling lama 3 (tiga) bulan.
(14) Selama kepala daerah mengikuti program pembinaankhusus pendalaman bidang pemerintahan sebagaimanadimaksud pada ayat (12), tugas dan kewenangannyadilaksanakan oleh wakil kepala daerah atau pejabat yangditunjuk.
(15) Kepala daerah dan/ atau wakil kepala dacrah yangmengikuti program pembinaan khusus pcndalamanbidang pcmerintahan tetap dibcrikan hak keuangannyasesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(16) Ketentuan lebih lanjut mcngenai pelaksanaan programpembinaan khusus pendalaman bidang pemerintahandiatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 40 .
(1)
(2t
(3)
PRESIOENREPUBLIK INOONESIA
-45-
Pasal 40
Kepala daerah dan/ atau wakil kepala daerah yang
melakukan pelanggaran administratif sebagaimanadimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) huruf d dan huruf e
dijatuhi sanksi administratif berupa pemberhentiansementara selama 3 (tiga) bulan.
Sanksi pemberhentian sementara sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dijatuhkan oleh Presiden kepadagubcrnur dan/ atau wakil gubernur atas usulan Menteriserta oleh Menteri kepada bupati/walikota dan/ atauwakil bupati/ wakil walikota.
Penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayaL (21
didasarkan atas hasil pemeriksaan secara teliti, objektif,dan didukung dengan data, informasi, dan/ataudokumen lainnya yang berkaitan dengan dugaanpelanggaran.
Menteri menugaskan APIP untuk melakukanpemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
Proses administratif penjatuhan sanksi sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh inspektoratjenderal Kementerian.
Ketentuan mengenai pemeriksaan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 38 ayat (19) sampai denganayat (21) berlaku secara mutatis mutandis terhadappemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
Pasal 4 1
Kepala daerah yang melakukan pelanggaranadministratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36ayat (2) huruf g dijatuhi sanksi administratif berupateguran tertulis.
(4t
(s)
(6)
(1)
(2) Sanksi .
(2t
(3)
(1)
(21
(3)
PRESIOENREPUBLIK INOONESIA
_46_
Sanksi teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dijatuhkan oleh Menteri kepada gubernurdan/ atau wakil gubernur serta oleh gubernur sebagai
wakil Pemerintah Pusat kepada bupati/walikotadan/atau wakil bupati/wakil walikota.
Ketentuan mengenai verifikasi dan pcnjatuhan sanksiteguran tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3u
ayat (3) dan ayat (4) berlaku secara mutatis mutandistcrhadap verifikasi dan penjatuhan sanksi tegurantertulis 5sfagairn6ns dimaksud pada ayat (2).
Pasal 42
Kcpala daerah dan/atau anggota DPRD yang melakukanpelanggaran administratif sebagaimana dimaksud dalamPasal 36 ayat (21 huruf h, huruf k, dan huruf I dijatuhisanksi administratif berupa tidak dibayarkan hakkcuangan selama 3 (tiga) bulan.
Hak keuangan yang tidak dibayarkan sclama 3 (tiga)
bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputiscluruh hak keuangan sesuai dengan kctentuanperaturan perundang-undangan yang mengaturmengenai hak keuangan kepala daerah dan anggotaDPRD.
Sanksi tidak dibayarkan hak keuangan selama 3 (tiga)
bulan scbagaimana dimaksud pada ayat (l) dan ayat (2)
dijatuhkan oleh Menteri kepada gubernur dan/atauanggota DPRD provinsi serta oleh gubernur scbagai wakilPemerintah Pusat kepada bupati/walikota dan/ atauanggota DPRD kabupaten/kota.
Penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
didasarkan atas hasil pemeriksaan sccara tcliti, objektif,dan didukung dengan data, informasi, dan/ ataudokumcn lainnya yang berkaitan dengan dugaanpclanggaran.
(4)
(5) Khusus
(s)
(6)
(7t
(8)
(e)
PRESIOENR€PUBLIK INOONESIA
-47-
Khusus untuk pelanggaran administratif sebagaimanadimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) huruf h, selain sanksisebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dijatuhisanksi berupa penundaan evaluasi rancangan peraturandaerah kepada daerah.
Menteri atau gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
sesuai dengan kewenangannya menugaskan APIP untukmelakukan pemeriksaan dugaan pelang;aranadministratif yang dilaporkan atau diadukan.
Prose s administratif penjatuhan sanksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (5) dilakukan oleh:
a. inspektorat jenderal Kementerian, untuk sanksiyang dijatuhkan oleh Menteri; dan
b. perangkat gubernur sebagai wakil PemerintahPusat, untuk sanksi yang dijatuhkan oleh gubernursebagai wakil Pemerintah Pusat.
Ketentuan mengenai pemeriksaan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 38 ayat (19) sampai denganayat (21) berlaku secara mutatis mutandis terhadappemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6).
Hasil pelaksanaan terhadap penjatuhan sanksi tiderk
dibayarkan hak keuangan sclama 3 (tiga) bulansebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaporkan oleh:
a. sekretaris daerah provinsi kepada Menteri melaluiinspektorat jenderal Kementerian, untuk sanksiyang dijatuhkan kepada gubernur dan/ atau anggotaDPRD provinsi; dan
b. sekretaris daerah kabupaten/kota kepada gubernurscbagai wakil Pemerintah Pusat melalui perangkatgubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, untuksanksi yang dijatuhkan kepada bupati/walikotadan/ atau anggota DPRD kabupatcn / kota.
(10) Sanksi
(2)
PRESIOENREPUELIK INOONESIA
_48_
(lO) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dan ayat (5)
tidak diterapkan pada saat kepala daerah dan/atauanggota DPRD yang dijatuhi sanksi masih mengajukankebcratan kepada Presiden untuk peraturan daerahprovinsi dan kepada Menteri untuk peraturan daerahkabupaten/kota.
.
Pasal 43
(1) Dacrah yang melakukan pelanggaran administratifsebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) huruf idijatuhi sanksi administratif berupa pcnundaan ataupcmotongan dana a-lokasi umum dan/atau dana bagihasil.
Sanksi penundaan atau pemotongan dana alokasi umumdan/atau dana bagi hasil scbagaimana dimaksud padaayat (l) ditetapkan oleh Mentcri untuk daerah provinsiserta oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusatuntuk daerah kabupaten/kota setelah dilakukanpcmcriksaan secara teliti, objektit dan didukung dcngandata, informasi, dan/atau dokumen lainnya yangbcrkaitan dengan dugaan pelanggaran sebagaimanadimaksud pada ayat (1) serta berkoordinasi dengankementerian yang menyelenggarakan urusanpemerintahan bidang keuangan.
Mcnteri atau gubcrnur scbagai wakil Pcmerintah Pusatsesuai dengan kewenangannya menugaskan APIP untukmelakukan pemeriksaan dugaan pelanggaranadministratif yang dilaporkan atau diadukan.Proses administratif penetapan sanksi olch Mentcriscbagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan olchinspektorat jenderal Kementerian.Proscs administratif penctapan sanksi oleh gubernursebagai wakil Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksudpada ayat (2) dilaksanakan olch pcrangkat gubernursebagai wakil Pcmerintah Pusat.
(3)
(4)
(s)
(6) Ketentuan .
(6)
t7l
PRESIOENREPUBLIK INOONESIA
-49-Ketentuan mengenai pemeriksaan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 38 ayat (19) sampai denganayat (21) berlaku secara mutatis mutandis terhadappemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
Penetapan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sesuai dengan kewenangan masing-masing disampaikankepada menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan bidang keuangan disertai denganpermintaan untuk melaksanakan sanksi sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 44
Kepala daerah dan/atau anggota DPRD yang melakukanpelanggaran administratif sebagaimana dimaksud dalamPasal 36 ayat (21 huruf m, huruf n, dan huruf o dijatuhisanksi administratif berupa tidak dibayarkan hakkeuangan selama 6 (enam) bulan.Hak keuangan yang tidak dibayarkan selama 6 (enam)
bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) meliputiseluruh hak keuangan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan yang mengaturmengenai hak keuangan kepala daerah dan serta anggotaDPRD.
Sanksi tidak dibayarkan hak keuangan selama 6 (enam)
bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dijatuhkan oleh Mcnteri kepada gubernur dan/atauanggota DPRD provinsi serta oleh gubernur sebagai wakilPemerintah Pusat kepada bupati/walikota dan/atauanggota DPRD kabupaten/ kota.Penjatuhan sanksi scbagaimana dimaksud pada ayat (3)
didasarkan atas hasil pemeriksaan secara teliti, objektif,dan didukung dengan data, informasi, dan/ataudokumen lainnya yang berkaitan dengan dugaanpelanggaraa.
Menteri atau gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusatsesuai dengan kewenangannya menugaskan APIP untukmelakukan pemeriksaan dugaan pelanggaranadministratif yang dilaporkan atau diadukan.
(1)
(21
(3)
14t
(s)
(6) Proses . . .
(6)
PRESIOENREPUBLIK INOONESIA
-50-
Proses administratif penjatuhan sanksi sebagaimanadimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh:
a. inspektorat jenderal Kementcrian, untuk sanksiyang dijatuhkan oleh Menteri; dan
b. perangkat gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat, untuk sanksi yang dijatuhkan oleh gubernursebagai wakil Pemerintah Pusat.
Ketentuan mengenai pemeriksaan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 38 ayat (19) sampai denganayat (21) berlaku secara mutatis mutandis terhadappemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
Hasil pelaksanaan terhadap penjatuhan sanksi tidakdibayarkan hak keuangan selama 6 (enam) bulansebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaporkan oleh:
a. sekretaris daerah provinsi kepada Mcnteri melaluiinspektorat jenderal Kementerian, untuk sanksiyang dijatuhkan kepada gubernur dan/atau anggota
DPRD provinsi; dan
b. sekretaris daerah kabupaten/kota kepada gubernursebagai wakil Pemerintah Pusat melalui perangkatgubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, untuksanksi yang dijatuhkan kepada bupati/walikotadan/atau anggota DPRD kabupaten/ kota.
Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dapatdijatuhkan kepada anggota DPRD apabila keterlambatanpenetapan anggaran pendapatan dan belanja daerahdisebabkan oleh kepala daerah terlambat menyampaikanrancangan peraturan daerah tcntang anggaranpendapatan dan belanja dacrah kepada DPRD darijadwal yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuanperaturan perundang-undangan.
(7t
(8)
(e)
Pasal 45
(1)
l2t
(3)
(41
PRESIOENREPUBLIK INOONESIA
-51 -
Pasal 45
Kepala daerah yang melakukan pelanggaranadministratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36ayat (21 huruf q dijatuhi sanksi administratif secarabertahap berupa:
a. teguran tertulis;
b. teguran tertulis kedua; dan/atauc. pengambilalihan kewenangan perizinan.
Sanksi teguran tertulis dan teguran tertulis keduasebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a danhuruf b dijatuhkan oleh Menteri kepada gubernurdan/ atau wakil gubernur serta oleh gubernur sebagai
wakil Pemerintah Pusat kepada bupati/walikotadan/atau wakil bupati/wakil walikota.
Sanksi pengambilalihan kewenangan perbinarrsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijatuhkan olehMenteri kepada gubernur serta oleh gubernur sebagaiwakil Pemerintah Pusat kepada bupati/ walikota.
Ketentuan mengenai verifikasi dan penjatuhan sanksiteguran tertulis dan teguran tcrtulis kedua sebagaimanadimaksud dalam Pasal 38 ayat (3) sampai dengan ayat (71
berlaku secara mutatis mutandis terhadap verifikasi danpenjatuhan sanksi teguran tertulis dan teguran tertuliskedua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a danhuruf b.
(5) Kcpala daerah yang tetap tidak memberikan pelayananperizinan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan setelah paling cepat 14 (empatbelas) hari dan paling lambat 21 (dua puluh satu) harisejak penjatuhan teguran tertulis kedua dijatuhi sanksiberupa pengambilalihan kewenangan perizinan.
(6) Penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
didasarkan atas hasil pemeriksaan secara teliti, objektif,dan didukung dengan data, informasi, dan/ataudokumen lainnya yang berkaitan dengan dugaanpelanggaran.
(7) Menteri .
PRESIOENREPUBLIK INOONESIA
-52-(7) Menteri atau gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
sesuai dcngan kewenangannya menugaskan APIP untukmelakukan pemeriksaan dugaan pelang3aranadministratif yang dilaporkan atau diadukan.
(8) Proses administratif dan verilikasi penjatuhan sanksisebagaimana dimaksud pada ayat (2) serta proses
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan oleh:
a. inspektorat jenderal Kementerian, untuk sanksiyang dijatuhkan oleh Menteri; dan
b. perangkat gubernur sebagai wakil PemerintahPusat, untuk sanksi yang dijatuhkan oleh gubernursebagai wakil Pemerintah Pusat.
(9) Ketentuan mengenai pemeriksaan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 38 ayat (19) sampai denganayat (2ll berlaku secara mutatis mutandis terhadappemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
(1O) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata carapengambilalihan kewenangan perizinan sebagaimanadimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 46
(1) Kcpala daerah yang melakukan pelang;aranadministratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36ayat (21 huruf r dijatuhi sanksi administratif berupamengikuti program pembinaan khusus pendalamanbidang pemerintahan.
(2) Sanksi berupa mengikuti program pembinaan khususpendalaman bidang pemerintahan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dijatuhkan oleh Mcnteri kepadagubernur serta oleh gubernur sebagai wakil PcmerintahPusat kepada bupati/ walikota.
(3) Penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (21
didasarkan atas hasil pemeriksaan secara teliti, objektif,dan didukung dengan data, informasi, dan/ ataudokumen lainnya yang berkaitan dengan dugaanpelangggaran dimaksud.
(4) Mentcri .
PRESIDENREPUBLIK INOONESIA
-53-
(4) Menteri atau gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusatsesuai dengan kewenangannya menugaskan APIP untukmelakukan pemeriksaan dugaan pelanggaranadministratif yang dilaporkan atau diadukan.
(5) Proses administratif penjatuhan sanksi scbagaimanadimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh:
a. inspektorat jenderal Kementerian, untuk sanksiyang dijatuhkan oleh Menteri; dan
b. perangkat gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat, untuk sanksi yang dijatuhkan oleh gubernur
sebagai wakil Pemcrintah Pusat.
(6) Ketentuan mengenai pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal ayat (19) sampai dengan ayat (2llberlaku secara mutatis mutandis terhadap pemeriksaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
l7l Ketentuaa mengenai program pembinaan khususpendalaman bidang pemerintahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39 ayat (12) sampai dengan
ayat (15) berlaku secara mutatis mutandis terhadapprogram pembinaan khusus pendalaman bidangpemerintahan dalam penjatuhan sanksi atas pelanggaran
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Pasal 47
Dalam hal gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat sesuaidcngan kewenangannya tidak menjatuhkan sanksiadministratif, penjatuhan sanksi administratif diambil aliholeh Menteri.
Pasal 48
PRESIOENREPUBLIK INOONESIA
-54-
Pasal 48
(1) Ketcntuan mengenai tata cara pcnjatuhan sanksisebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 sampai denganPasal 47 berlaku secara mutatis mutandis terhadap tatacara penjatuhan sanksi kepada wakil kepala daerah yangmelaksanakan tugas sebagai kepala daerah.
(2) Dalam hal pejabat yang ditunjuk melaksanakan tugaskepala daerah berasal dari pegawai negeri sipilmelakukan pelanggaran administratif sebagaimanadimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) diberhentikan secaralangsung dari jabatan pelaksana tugas kepala daerahdan dikembalikan ke unit kerja asalnya.
BAB VIIPENDANAAN
Pasal 49
Pcndanaan Pembinaan dan Pengawasan PenyclenggaraanPcmerintahan Daerah yang menjadi kewenangan PemcrintahPusat bersumber dari anggaran dan pcndapatan belanjanegara dan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerahbersumber dari anggaran dan pendapatan belanja daerahsesuai dcngan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VIIIKETENTUAN PERALIHAN
Pasal 50
Dalam hal pcrangkat gubernur sebagai wakil PemerintahPusat belum terbentuk, Pembinaan dan PcngawasanPenyclcnggeraan Pemerintahan Daerah di kabupaten/ kotadilaksanakan oleh Perangkat Daerah provinsi yangmempunyai tugas membantu kepala daerah membina danmengawasi pelaksanaan urusan pcmerintahan yang menjadikewenangan Daerah.
BAB IX. . .
PRESIOENREPUBLIK INOONESIA
-55-
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 51
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:1. Semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan
secara langsung dengan Pembinaan dan PengawasanPenyelenggaraan Pemerintahan Daerah wajibmendasarkan pengaturannya pada Peraturan Pemerintahini.
2. Semua peraturan pcrundang-undangan yang mengaturmengenai Pembinaan dan Pengawasan PcnyelenggaraanPemerintahan Daerah dinyatakan masih tetap berlakusepanjang belum diganti dan tidak bertentangan denganketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini atau tidakdiatur secara khusus dalam Peraturan Pemerintah ini.
3. Scmua peraturan perundang-undangan yang mengaturmengcnai tata cara penjatuhan sanksi administratifdalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepadakepala daerah, wakil kepala daerah, anglgota DPRD, dandaerah dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang belumdiganti dan tidak bertentangan dengan ketentuan dalamPeraturan Pemerintah ini atau tidak diatur secara
khusus dalam Peraturan Pemerintah ini.4. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2O05 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan PenyclenggaraanPcmcrintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan kmbaranNcgara Rcpublik Indonesia Nomor 4593) dicabut dandinyatakan tidak berlaku.
Pasal 52
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.
Agar .
. PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
:---5b-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundarigan Peraturan Pemerintah ini .dengan
penempatannya dalam kmbaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakartapada tansgal 5 April 2017
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakartapada tanggal 7 April2OLT
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGAM REPUBLIK INDONESIATAHUN 2017 NOMOR 73
Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN SEKRETARI,AT NEGAM RIAsisten Deputi Bidang Pemerintahan DalamNegeri Otonomi Daerah, Deputi Bidang
Perundang-undangan,
Xt-Karyono
PRESIOENREPUBLIK INOONESIA
PENJEI"ASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR12 TAHUN 2017
TENTANG
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAERAH
I. UMUM
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentang Pemerintahan Daerah
mcndclegasikan pengaturan lebih lanjut mengenai tata cara penjatuhan
sanksi administratif dan program pembinaan khusus bidang
pcmerintahan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 353 serta
pengaturan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan
penyeleng;araan Pemerintahan Daerah sebagaimana diamanatkan dalam
Pasal 383. Kedua materi muatan yang didelegasikan terscbut tcrsebutsangat bcrkaitan, yakni pengaturan mengenai sanksi administratif dan
program pcmbinaan khusus bidang pemerintahan tersebut merupakan
tindak lanjut hasil Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
dan scbagai bagian dari Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah.
Pcngaturan mengenai mekanisme pembinaan dan Pengawasan
Penyelcnggaraan Pemerintahan Daerah serta sanksi yang jelas dan tegas
kepada penyelenggara Pemerintahan Daerah dan daerah dimaksudkanuntuk mempcrkuat pelaksanaan otonomi daerah sesuai dcngan amanatdan tuj uan otonomi daerah.
Pembinaan . . .
R.",J.T*tt'*oo1"r.,o-2-
Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah terdiri atas pembinaan dan pengawasan umumscrta pcmbinaan dan pengawasan teknis penyelenggaraan PemerintahanDacrah karena esensi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah merupakanpenccrminan pclaksanaan urusan pemerintahan oleh daerah. Pembinaan
dan pengawasan umum dilakukan oleh Menteri guna mendukungpelaksanaan urusan pemerintahan oleh daerah agar dapat berjalan ef,rsien
dan efektif sedangkan pembinaan dan pengawasan teknis oleh
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian dilakukan dalamrangka pclaksanaan urusan pemerintahan konkuren daerah agar sesuai
dcngan norrna, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan olch
Pemcrintah Pusat. Pembinaan dan pengawasan kcpada Pemerintah
Dacrah kabupaten/ kota dilakukan oleh gubernur sebagai wakilPemcrintah Pusat, gubernur bertindak atas nama Pemerintah Pusat
melaksanakan pembinaan dan pengawasan kepada Pemerintah Daerah
kabupaten/kota karena adanya pelimpahan kewenangan dari Presiden.
Agar proses pembinaan dan pengawasan berjalan secara efektif dan
chsien diperlukan adanya kejelasan tugas dan sinergi pembinaan dan
pengawasan melalui mekanisme koordinasi antara Pemerintah Pusat dangubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat serta Pemcrintah Daerah
kabupaten/kota. Menteri selaku koordinator pembinaan dan pengawasan
penyclenggaraan Pemerintahan Dacrah secara nasional senantiasamelakukan koordinasi yang bertujuan agar tidak terjadi pembinaan dan
pengawasan yang melebihi kewenangannya dan tumpang tindih.
Peraturan Pemerintah ini juga memperjelas mekanisme koordinasiantara APIP dengan Aparat Penegak Hukum dalam penangananpengaduan masyarakat. Di samping itu, Peraturan Pemerintah ini jugamemperjelas pembinaan dan pengawasan terhadap pemerintahan desa
sebagai penyelcnggara urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakatdcsa dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesiayang menerima dan mengelola sumber daya negara.
Sccara . .
PRESIO€NREPUBLIK INOONESIA
-3-
Sccara umum materi muatan dalam Peraturan Pemerintah inimengatur mengenai Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, tata cara Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, penghargaan
dan fasilitasi khusus, pendanaan, dan sanksi administratif termasuk tatacara penjatuhan sanksi administratif dan sanksi program pembinaan
khusus bidang pemerintahan bagi penyelenggara Pemerintahan Daerah
dan dacrah yang mclanggar ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal I
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
PRESIOENREPU€LIK INOONESIA
-4-
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf fCukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan "kebijakan daerah" tcrmasukdidalamnya pelaksanaan peraturan dacrah, peraturan
kepala daerah, dan keputusan kepala daerah.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf jCukup jelas.
Ayat (3)
Pembinaan teknis yang dilakukan oleh mcnteri teknis/kepalalembaga pemerintah nonkementerian dan gubernur sebagai
wakil Pcmcrintah Pusat, misalnya di bidang pendidikanantara lain pelatihan guru, penelitian dan pengembangankurikulum lokal dan konsultasi akrcditasi guru.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
"r*i.T*tt',355*..,o-5-
Ayat (5)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "belum mampu melalcukan
pembinaan umum dan teknis' dibuktikan dengan suratgubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat kepada
Menteri dan/ atau berdasarkan telaahan hasilpemantauan dan/ atau evaluasi dari Kementerian.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "tidak melakukan pembinaan
umum dan teknis' dibuktikan dengan laporan hasilpemantauan dan/ atau evaluasi dari Kementerian.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jclas.
Ayat (8)
Cukup jclas.
Pasal 4
Ayat (l)
Cukup jclas.
Ayat (2)
Cukup jclas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jclas.
Huruf b. . .
R.r,i.T*tl"?5|*..,o-6-
Huruf b
Yang dimaksud dengan upenguatan kapasitasPemerintahan Daerah" adalah termasuk didalamnyadukungan pembiayaan dan personil sertapendampingan implementasi kebijakan dan programsesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jclas.
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "secara langsung" adalah konsultasidilakukan melalui pertemuan dan tatap muka secara
langsung dan yang dimaksud dengan "tidak langsung'adalahkonsultasi dilakukan melalui surat cetak, surat elektronik,dan/atau media teleconferen@ t:,:r.pe. melalui pertemuan dantatap muka secara langsung.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (s)
Cukup jclas.
Ayat(6) ...
*.",i.T*tt',?55*..,o-7 -
Ayat (6)
Cukup jclas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "penyelenggara PemerintahanDacrah" termasuk didalamnya penyelenggara pemerintahandesa yaitu kepala desa, perangkat desa dan anggota badanpermusyawzrratan desa atau sebutan lain.
Ayat (21
Huruf a
Yang dimaksud dengan 'pendidikan dan pelatihan
teknis dan fungsional substantif pemcrintahan dalamnegcri" antara lain jabatan fungsional PengawasPenyelenggara Urusan Pemerintahan Daerah (P2UPD),
Pelatih Masyarakat, Pemadam Kebakaran, dan PolisiPamong Praja.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "pendidikan dan pelatihankepemimpinan pemerintahan dalam negcri" adalahpelatihan, kursus atau penataran kepemimpinan bagipegawai negeri sipil yang menduduki jabatan kcpalaperangkat daerah, jabatan administrator dan jabatanpengawas antara lain terkait dengan kebijakandesentralisasi, wawasan nusantara, nasionalisme yangberlandaskan pada Bhinneka Tunggal lka, hubunganPemerintah Pusat dengan daerah, pcmcrintahanumum, pengelolaan keuangan daerah, UrusanPemerintahan yang menjadi kewenangan daerah,hubungan Pemerintah Daerah dengan DPRD dan etikapemerintahan.
Huruf c. . .
wPRESIOEN
REPUBLIK INOONESIA
-8-Huruf c
Yang dimaksud dengan "pendidikan dan pelatihankepamongprajaan' adalah pendidikan tinggi yang
dilakukan oleh Institut Pemerintahan Dalam Negeri
dengan menerapkan metode kombinasi antarapengajaran, pengasuhan dan peiatihan. Pendidikan danpelatihan kepamongprajaan juga mencakup pendidikandan pelatihan dalam rangka pengembangan kompetensikepamongprajaan yang dilaksanakan oleh lembagayang mempunyai tugas bidang pengembangan sumberdaya manusia pemerintahan dalam negeri.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "pcndidikan dan pelatihanteknis dan fungsional substantif kementerian/lembagapemerintah nonkementerian" adalah terkait substansipelaksanaan urusan Pemerintahan Daerah.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jclas.
Ayat (6)
Yang dimaksud dengan "lembaga pendidikan dan pelatihanlainnya" adalah lembaga pendidikan dan pelatihannonpemerintah yang bergerak dalam bidang pengembangansumber daya manusia dan telah mendapatkan sertilikasinasional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 7
PRESIOENREPUBLIK INOONESIA
-9-
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "penelitian" adalah kegiatan yangdilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara
sistcmatis untuk memperoleh informasi, data, danketerangan yang berkaitan dengan pemahaman danpembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsidan/ atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologiterkait dengan penyelenggaraan pemerintahan dalam negeridan menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuankebij akan pemerintahan.
Yang dimaksud dengan "pcngcmbangan" adalah kegiatanilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuanmcmanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yangterbukti kcbenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat,dan aplikasi ilmu pengetahuan yang telah ada, atau
' menghasilkan teknologi baru yang terkait denganpenyelenggaraan pemerintahan dalam negeri.
Ayat (21
Yang dimaksud dengan "pengkajian" adalah penelitiantcrapan yang bertujuan memecahkan permasalahan yangsedang berkembang yang dilakukan untuk mencapai tujuanjangka menengah dan jangka panjang lembaga yang terkaitdcngan penyelenggaraan pemerintahan dalam negcri.
Yang dimaksud dengan "penerapan" adalah pemanfaatanhasil penelitian, pengembangan, dan/ atau ilmu pengctahuandan teknologi yang telah ada ke dalam kegiatanperekayasaan, inovasi serta difusi teknologi yang tcrkaitdengan pcnyelenggarazr.n pemerintahan dalam ncgcri.
Yang . . .
PRESIOENREPUBLIK INOONESIA
-10-
Yang dimaksud dengan operekayasaan" adalah kegiatanpenerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau inovasidalam bentuk desain dan rancang bangun untukmcnghasilkan nilai, produk dan/atau proses produksi dengan
mcmpertimbangkan keterpaduan sudut pandang dan/ataukonteks teknikal, fungsional, bisnis, sosial budaya dan
estetika, dalam suatu kelompok kerja fungsional yang terkaitdengan penyelenggaraan pemerintahan dalam negeri.
Yang dimaksud dengan "pengoperasian" adalah kegiatan yang
meliputi uji pelaksanaan rekomendasi, cvaluasi, diseminasi
untuk efektilitas dan elisiensi suatu alternatif kebijakan
dan/ atau program yang terkait dengan penyelenggaraan
pcmerintahan dalam negeri.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 1O
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
ruPRESIO€N
REPUBLIK INOONESIA
- 11 -
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf fCukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan "kebijakan daerah" termasukdidalamnya pelaksanaan peraturan daerah, peraturankepala daerah, dan keputusan kepala daerah.
Huruf i
Cukup jelas.
Hurufj
Cukup jelas.
Ayat (s)
Pengawasan teknis yang dilakukan oleh mcntcriteknis/kepala lembaga pemerintah nonkementerian dangubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, misalnya di bidangpendidikan antara lain pelaLihan guru, penelitian danpengembangan kurikulum lokal, dan konsultasi akreditasiguru.
Ayat (4)
Cukup jclas.
Ayat(s)...
PRESIOENR€PUBLIK INOONESIA
t2-
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Yang dimaksud dengan "belum mampu melakukanpcngawasan umum dan teknis" dibuktikan dengan suratgubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat kepada Menteri.
Yang dimaksud dengan "tidak melakukan pengawasan umumdan teknis" dibuktikan dengan laporan hasil pemantauan
dan/ atau evaluasi dari Kementerian.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Cukup jelas.
Ayat (l l)Yang dimaksud dengan ureviu" adalah penelaahan ulangbuktibukti suatu kegiatan untuk memastikan bahwakegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai denganketentuan, standar, rencana, atau norma yang telahditetapkan.
Yang dimaksud dengan "monitorint' adalah proses penilaiankcmajuan suatu program atau kegiatan dalam mencapaitujuan yang telah ditetapkan.
Yang.
"r*iT*tt'*oot5*.r,o-13-
Yang dimaksud dengan 'evaluasi' adatah rangkaian kegiatanmembandingkan hasil atau prestasi suatu kegiatan denganstandar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan, danmenentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilanatau kegagalan suatu kegiatan dalam mcncapai tujuan.
Yang dimaksud dengan "pemeriksaan" adalah proscsidentifrkasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yangdilakukan secara independen, obyektif dan profesionalberdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran,kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan kcandalaninformasi pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
Ayat (12)
APIP dalam ketentuan ini termasuk aparatur pengawas yzrng
berasal dari inspektorat jenderal Kementerian daninspektorat jenderal kementerian teknis/lembaga pemerintahnonkemcnterian yang melakukan pengawasan umum dantcknis pada perangkat gubernur sebagai wakil PemerintahPusat.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (l)
Huruf a
Kebijakan pembinaan dan pengawasan 5 (lima) tahunandimasukkan dan menjadi bagian tidak tcrpisahkan daridokumen rencana pembangunan jangka menengahdaerah.
Huruf b
Kcbijakan pembinaan dan pcngawasan tahunandisusun khususnya tcrhadap pendidikan dan pelatihanserta pcnelitian dan pengembangan.
Ayat (2)
".ruJ.T*ttlooT".r,o-t4-
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "mengalokasikan anggaranPembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan PemerintahanDaerah" adalah besaran anggaran pendapatan dan belanjadaerah yang mencerminkan jumlah program dan kegiatanurusan Pemerintahan Daerah yang akan diawasi oleh APIP;jumlah Perangkat Daerah mencerminkan jumlah waktu yangdibutuhkan dalam pelaksanaan pengawasan; jumlahpengawas mencerminkan bcban kcrja yang akan dipikul olehsetiap pengawas dan kebutuhan sarana dan prasaranapengawasan; peningkatan kompetensi dan tambahanpenghasilan APIP; dan luas wilayah mencerminkan cakupanarea pengawasan, tingkat kesulitan geografis sertakemahalan.
Ayat (3)
PRESIOENREPUELIK INOONESIA
_15_
Ayat (3)
Cukup jclas.
Pasal 1.5
Cukup jclas.
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "profesional" adalah pekerjaanatau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang danmenjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yangmemenuhi standar mutu atau norma tertentu scrtamcmerlukan pendidikan profesi.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "independen" adalah sikap tidakmemihak serta tidak dibawah pengaruh atau tekananpihak tertentu dalam mengambil kcputusan dantindakan dalam melaksanakan pengawasan.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "objektil" adalah memiliki sikapyang netral dan tidak bias serta menghindari konflikkepentingan dalam merencanakan, melaksanakan, danmelaporkan pekerjaan yang dilakukannya.
Huruf d
PRESIOENREPUBLIK INOONESIA
_16_
Huruf d
Yang dimaksud dengan "tidak tumpang tindih" adalahdengan melakukan pengawasan yang terkoordinasidengan baik dan sesuai dengan jadwal pengawasanyang telah ditetapkan bersama.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Rcncana pembangunan jangka menengah daerahmemuat visi, misi dan program kcpala daerah.Pemcriksaan terhadap rencana pembangunan jangkamcnengah daerah berpedoman pada rencanapembangunan jangka panjang daerah danmemperhatikan rencana pembangunan jangkamenengah nasional, kondisi lingkungan strategis didacrah serta hasil evaluasi terhadap pelaksanaanrencana pcmbangunan jangka menengah dacrahperiode scbelumnya.
Pemeriksaan . . .
**,J,-T,[t'*o55*..,o-17-
Pemeriksaan terhadap rencana kerja pemerintah daerahmcmuat rancangan kerangka ekonomi daerah, programprioritas pembangunan daerah, rencana kerja danpendanaannya serta prakiraan maju denganmempertimbangkan kerangka pendanaan dan paguindikatif, baik yang bersumber dari anggaranpendapatan dan belanja daerah maupun sumber-sumber lain yang ditempuh dengan mendorongpartisipasi masyarakat. Pcnetapan program prioritasberorientasi pada pemenuhan hak-hak dasar
. masyarakat dan pcncapaian keadilan yangberkesinambungan dan berkelanjutan.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jclas.
Ayat l2l
Yang dimaksud dengan "dibantu oleh inspektorat daerah"adalah inspektorat daerah berperan dalam melakukanidentilikasi pcnyclenggaraan urllsan dacrah dan untukkebijakan lebih lanjut diserahkan kcpada kepala dacrah.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Cukup jclas.
Ayat (5)
Cukup jclas.
Pasal l[J
*r"ri.T*tllooT*r'o-18-
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengawasan oleh DPRD bersifatkebijakan" adalah pengawasan yang dilaksanakan oleh DPRD
terhadap kebijakan pemerintahan daerah bersifat terbataspada pencapaian tujuan kebijakan dan tidak termasuk padateknis operasional pelaksanaan kcbijakan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "laporan hasil pemcriksaanBadan Pemeriksa Kcuangan" meliputi laporanpemeriksaan keuangan, laporan pemeriksaan kinerja,dan laporan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jclas.
Ayat(s) ...
*.rrJ.T*tlloot5*..,o-19-
Ayat (5)
Cukup jclas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jclas.
Pasal 24
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "laporan hasil pembinaan danpcngawasan" adalah pengawasan terhadap Perangkat Daerahkabupatcn/kota dan pembinaan dan pengawasan terhadapdesa serta pembinaan dan pengawasan lain yang terkaitdengan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah termasukmeliputi capaian atas pelaksanaan prioritas Pembinaan danPengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah tahunan.
Ayat (21
Yang dimaksud dengan "laporan hasil pembinaan danpcngawasan" adalah pengawasan terhadap Perangkat Daerahprovinsi dan Pembinaan dan Pengawasan penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah kabupaten/kota serta pembinaan danpengawasan lain yang terkait dengan penyelenggaraanPemerintahan Daerah termasuk meliputi capaian ataspclaksanaan prioritas Pembinaan dan pengawasan
Pcnyelenggaraan Pemerintahan Daerah tahunan.
Ayat(s) ...
w..r,i.T,il'*"oT*..,o
-20-
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "laporan hasil pembinaan danpengawasan" adalah pengawasan termasuk meliputi capaianatas pelaksanaan prioritas Pembinaan dan PengawasanPenyelenggaraan Pemerintahan Daerah tahunan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jclas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jclas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31 ...
Pasal
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
PRESIOENREPUBLIK INOONESIA
2t-3lCukup jelas.
32
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "berpotensi merugikan kepentinganumum secara meluas" adalah apabila kerugian yangditimbulkan, dialami oleh sebagian besar masyarakat didaerah tersebut.
Ayat (3)
Cukup jclas.
Cukup jelas.
35
Cukup jelas.
36
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "program strategis nasional"adalah program yang ditetapkan Presiden sebagaiprogram yang memiliki sifat strategis secara nasionaldalam upaya meningkatkan pertumbuhan danpemerataan pembangunan serta menjaga pertahanandan kearnanan dalarn rangka meningkatkankesej ahteraan masyarakat.
Yang.
PRESIOENREPUALI( INDONESIA
_22_
Yang dimaksud dengan "tidak melaksanakan programstrategis nasional' adalah tidak melaksanakankewajiban daerah untuk melalsanakan programstrategis nasional yang ditetapkan oleh PemcrintahPusat atau ketentuan peraturan peraturan perundang-undangan.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jclas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf fCukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jclas.
Huruf i
Cukup jelas.
Hurufj
Cukup jclas.
Huruf kCukup jelAs.
Hurufl . . .
"..,i.T*t1',?55*..,o_23_
Huruf I
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Huruf o
Cukup jelas.
Huruf p
Cukup jelas.
Huruf q
Cukup jelas.
Huruf r
Cukup jelas.
Huruf s
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 4O
Cukup jelas.
Pasal 41 ...
PRESIOENREPUBLI( INOONESIA
'24-
Pasal 4 I
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jclas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jclas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jclas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5041