SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

70

Transcript of SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

Page 1: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id
Page 2: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

Indonesia sudah 74 tahun merdeka, bila diibaratkan dengan umur manusia maka ter-masuk umur-umur yang sangat matang untuk berjalan di atas dunia ini. Namun kenyataann-

ya setelah 74 tahun merdeka, masih sangat ban-yak persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indo-nesia. Memang tidak ada satupun negara di dunia yang tidak mempunyai persoalan, namun setida-knya sebagai negara yang besar dan mempunyai kekayaan alam yang melimpah, Indonesia harus-nya sudah menjadi negara maju sejak lama.

Dalam pidatonya di Upacara HUT Kemerdekaan RI ke-74, Bapak Presiden Jokowi mengangkat tema yaitu Meningkatkan Sumber Daya Manusia Unggul, Indonesia Maju. Sepertinya Bapak Pres-iden Jokowi juga memang sudah merencanakan hal ini sebelumnya bahkan dari awal periode per-tama beliau memimpin.

Berdasarkan riset dari Bank Dunia tahun 2018, Indeks Sumber Daya Manusia (Human Capital Index/HCI) Indonesia berada pada peringkat 87 dari 157 negara. Nilai HCI Indonesia adalah 0,53 tertinggal dari beberapa negara Asia Tenggara seperti Singapura 0,88, Malaysia 0,62, Vietnam 0,67, Thailand 0,60, dan Filipina 0,55. Singapu-ra sendiri menduduki peringkat pertama di dunia dalam skala HCI.

Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, Indo-nesia harus melakukan upaya serius dalam pen-ingkatan sumber daya manusia. Pemerintah telah menetapkan fokus untuk membangun manusia Indonesia. Presiden Republik Indonesia Joko

Widodo mengungkapkan pentingnya pemban-gunan sumber daya berkualitas yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Memang sudah waktunya SDM Indonesia diting-katkan apalagi zaman sudah berkembang den-gan pesat. Kemajuan teknologi dunia harus cepat diantisipasi melalui pengembangan SDM. Jangan sampai Indonesia masih jalan di tempat karena tidak melek teknologi. Cita-cita Indonesia maju tentu dapat terwujud jika SDM nya berkualitas dan unggul.

Memajukan SDM Indonesia tentu harus mempu-nyai strategi sendiri sesuai dengan sasaran yang akan dituju. Peminatan satu orang dengan orang lain bisa sangat berbeda sehingga diperlukan kebijakan dalam memilih metode pembangunan sumberdaya manusia Indonesia. Cita -cita In-donesia menjadi negara maju pada tahun 2045 (seratus tahun kemerdekaan RI) jangan sampai hanya sekedar mimpi belaka. Infrastruktur yang sudah ada dan yang terus dibangun harus diman-faatkan untuk membantu mendorong pembangu-nan SDM di Indonesia.

Dalam edisi ke-VI Majalah Infestera kali ini mengangkat tema “Pengawasan Intern untuk Mewujudkan SDM Unggul, Indonesia Maju di Lingkungan Kemenristekdikti”, kami ingin berbagi cerita tentang sebuah strategi untuk meningkat-kan SDM Unggul, Indonesia Maju sesuai dengan sasaran yang dituju. (Syafira)

SALAM REDAKSI

INFESTERA | Page 2

Page 3: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

TIM REDAKSI

01 PENANGGUNG JAWAB PELAKSANA - YUSRIAL BACHTIAR

02 DEWAN REDAKSI - DADIT HERDIKIAGUNG

- SATRIA EL KARIMUN

- DJASWADIN

- SALWIN

- AGUS BINTORO

- YUNIARTIN

03 DESAIN - YUSRON NURRACHIM

- KHARIS HABIB HIDAYAT

- M. FIRMANSYAH

- SYAFIRA DWI HERLIANA

04 SEKERTARIAT - I DEWA MADE M.

- NILAWATI

- MEDISITA ISTIQMALIA

- NANDANG WIGUNA

- LIS PURWANTI

- FEBRI QURATA

- PUTRI RAUDHATUL J.

- ENSIMIRDAYANTI

- RATRI ANNISA

05 FOTOGRAFER - INTAN K. PUTRI

- ALDINO MEIRIANTO P.

- AMALIA MARETITA S.

- ENDRIYONO

- DINDHA FADHILAH

06 EDITOR - ALDINA MAHTIASARI

- AZHAR SYAHRIR

- FIRDAUS R. AKBAR

- DIANITA ARIYANTINI

- SARI USTIKA DEWI

- RIO SATRIO WIBOWO

INFESTERA | Page 3

Page 4: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

DAFTAR ISI

LAPORAN UTAMA

1. Kebijakan Pengawasan Internal Kemenristek/BRIN 6

ARTIKEL PENGAWASAN

1. Pengawasan Intern Berkualitas Menuju SDM Unggul 12 Indonesian Maju 2. Peran Itjen dalam SPIP & Upaya Peningkatan SDM 19

3. Pengembangan Pelatihan Karyawan Lewat Kursus Online 25

4. Mewujudkan Iklim yang Kondusif terhadap Perkembangan 30 Inovasi melalui Perumusan Kebijakan dalam Rangka Penataan Regulasi

5. Skeptisme Profesional Auditor Internal dalam Mendeteksi 39 fraud pada Kementerian/Lembaga Pemerintahan

6. Peran Pengawasan Kemenristekdikti dalam Mewujudkan 45 SDM Unggul Indonesia Maju

INFESTERA | Page 4

Page 5: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

7. Ciri-Ciri SDM Berkualitas untuk Indonesia Maju 49

8. Diseminasi IPTEK Untuk SDM Unggul 51

9.Peran SPI dalam Membangun SDM Unggul PTNB yang 67 Taat Hukum

REPORTASE

1. Peran Pengawasan Pusat Sains Antariksa dalam 53 Mewujudkan SDM Unggul Indonesia Maju

2. Cara Unsoed dalam Meningkatkan SDM Unggul Indonesia 57 Maju 3. Peran Pengawasan Badan Informasi Gesopasial dalam 61 Meningkatkan Kinerja SDM Indonesia

INFOGRAFIS

GALLERY

INFESTERA | Page 5

Page 6: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

LAPORAN UTAMA

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL KEMENTERIAN RISET & TEKNOLOGI/BRIN

Menjelang akhir tahun menjadi saat yang sibuk bagi satuan pengawas internal dari PTN dan LLDIKTI karena menyele-saikan laporan keuangan. Laporan

keuangan ini juga menjadi dasar untuk mengakhiri laporan Kemenristekdikti, mengingat Kemenristek-dikti sudah tidak ada lagi semenjak kabinet baru diberlakukan. SPI perlu memastikan kerja laporan keuangan yang terbaik dan memastikan ketertiban keperluan administrasi. Adapun Inspektorat akan ada bagiannya yang gabung ke KemenristekBRIN. Status WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) yang me-nempel di Kemenristekdikti diharapkan tetap dapat dipertahankan. SPI yang ada di kampus seluruh In-donesia; PTN BH, PTN BLU, PTN Satker itu jangan

sampai kendor untuk membuat laporan keuangan terbaik. Menjadi pekerjaan rumah saya (selaku Men-teri Riset dan Teknologi) untuk menyelesaikan lapo-ran pertanggung jawaban Kemenristekdikti.

Sesuai dengan judul acara ini “Peran SPI Nasional dalam Mengawal Perubahan Organisasi dari Kemen-ristekdikti menjadi KemenristekBRIN”, maka saya selaku Menristek dan Pak Nadiem Menteri Pendi-dikan dan Budaya sudah sepakat untuk berbagi tu-gas, untuk PTN fungsi pengajaran atau pendidikan akan dipegang oleh Kemendikbud, sedangkan unsur penelitian dan sebagian pengabdian masyarakat ada di Kemenristek. Hal ini harus diantisipasi oleh para Satuan Pengendali Internal, jika sebelumnya satu

INFESTERA | Page 6

Page 7: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

arah dari Itjen Kemenristekdikti, tetapi setelah ber-pisah ini, maka manfaat dari pertemuan malam ini, selain menyelesaikan laporan keuangan tahun 2019 juga bisa menangkap lebih detail terkait rencana kesepakatan bagaimana mekanisme pengawasan ketika pengawasnya ada dua, ada Itjen Kemenristek dan Itjen Kemendikbud. Jika untuk LLDIKTI, me-mang secara unit sudah pasti di Kemendikbud, teta-pi untuk unsur penelitian tetap dikawal Kemenristek. Mengingat Perguruan Tinggi Swasta mulai ada yang masuk sepuluh besar kategori mandiri terbaik se-In-donesia. Perguruan Tinggi Swasta banyak yang su-dah bisa bersaing dengan Perguruan Tinggi Negeri. Maka SPI di LLDIKTI harus lebih aware dalam men-gawal Perguruan Tinggi Swasta.

Penelitian yang dilakukan di kampus itu bukan hanya sebagai pelengkap. Penelitian bukan hanya sebagai syarat untuk dosen jadi naik pangkat, dari muda menjadi lektor, atau lektor menjadi guru besar. Pe-nelitian juga bukan hanya untuk kepentingan gelar mahasiswa. Tapi yang kita inginkan perguruan ting-gi itu penelitian menjadi sebuah alat untuk berkon-tribusi besar kepada negara, membuat kita dapat meningkatkan daya saing. Penelitian yang dapat meningkatkan daya saing Indonesia menjadi lebih baik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Proses penelitian di universitas diharapkan dapat dihilirkan dan mampu mewujudkan universitas yang kaya publikasi dan banyak inovasi. Adapun hak pat-en juga merupakan karya dari dosen yang derajatn-ya sama atau bahkan lebih dari publikasi. Universitas juga perlu melibatkan bidang usaha dalam penelitian.

SPI selaku Satuan Pengendali Internal menjadi gar-da terdepan untuk memberikan rambu-rambu agar peneliti atau dosen tidak terjerembab melakukan suatu tindakan pidana. Tugas SPI adalah membuat orang tidak takut dalam melakukan penelitian, den-gan memberitahukan prosedur seperti apa yang ha-

rus dipenuhi. Adapun inovasi juga dapat muncul jika orang itu memiliki kenyamanan dan tenang, inovasi sulit lahir dari orang yang memiliki banyak kekhawa-tiran dan stres. Inovasi tidak dapat muncul di bawah ketakutan dan stres. Marilah kita bekerja sama un-tuk membuat rambu-rambu agar dosen tidak terli-bat tindakan melanggar hukum. Inovasi seharusnya dapat menjadi jalan bagi Indonesia untuk menjadi negara maju. Sumber daya alam yang dimiliki Indo-nesia cukup melimpah. Bahkan Jawa pernah menja-di penghasil gula terbesar di dunia. Ekonomi Indo-nesia pun semakin membaik secara perlahan.

Kemakmuran dapat diwujudkan dengan inovasi dan masyarakat yang menguasai IPTEK. Revolusi 4.0 akan menimbulkan job loss, tetapi job loss itu tidak sama dengan unemployment. Pemerintah kini gen-car untuk pengembangan SDM, agar job loss aki-bat perkembangan teknologi tidak menjadi unem-ployment. Contohnya bagi pekerjaan akuntan, itu akan terganti dengan Oracle yang merupakan solusi untuk sistem akuntansi. ITB pun merupakan kam-pus yang ahli dalam coding dan banyak mencetak para ahli yang handal dalam data science. Indonesia dapat mengambil inspirasi dari Finlandia yang dig-italnya luar biasa dan inovasinya pun berkembang pesat. Pemerintah Finlandia memberikan kursus coding gratis bagi penduduknya dan tidak mengenal usia maupun pekerjaan, ibu rumah tangga pun dapat mengikuti kursus coding tersebut.

Kreativitas merupakan hal yang perlu didorong. Ranking daya saing Indonesia (Global Competitive Index) itu rendah dan cenderung turun. Faktor yang membuat rendah salah satunya adalah karena min-imnya inovasi. Hasil riset yang ada pun sayangnya belum semua dikonversi menjadi hal yang dapat dikomersialisasikan. Science Techno Park merupa-kan salah satu cara untuk membantu mengkomer-sialisasikan hasil riset. Pada Science Techno Park

VOL 006

INFESTERA | Page 7

Page 8: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

terjadi kolaborasi Triple Helix yaitu kerjasama antara akademisi, industri, dan pemerintah. Adapun pre-sentase sumber daya manusia yang berpendidikan S3 itu hanya 14% dari total jumlah peneliti. Kemudian pusat penelitian yang dimiliki Indonesia yaitu seban-yak 330 pusat penelitian. Anggaran riset di publik itu 80% ada di pemerintah, padahal dana riset itu harusnya banyak di dunia usaha. Itupun jika dunia usaha ingin menang dan meningkatkan daya saing karena inovasi. Pada negara lain seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Korea, dan Jepang dana peneli-tian itu banyaknya dari swasta.

Peneliti itu jangan terlalu dicurigai. Para Satuan Pen-gendali Internal dan unsur pengawasan harus dapat menemukan cara bagaimana mengawal para peneli-ti untuk tidak melakukan pelanggaran tetapi tetap semangat dalam melakukan inovasi. Kreativitas itu jangan dibungkam dan jangan dihalangi. Jangan pula terlalu apriori pada kreativitas. Inovasi hanya dapat lahir dari entrepreneurship yang kuat. Indo-nesia akan semakin maju jika banyak entrepreneur yang membuat start up digital. Adapun Badan Riset Inovasi Nasional dan Undang-Undang Sistem Na-sional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dibuat se-bagai bentuk evaluasi dari anggaran 25T yang bera-da di badan litbang agar dapat meningkat efisiensi dan efektifitas produktifitasnya. Badan Riset Ino-vasi Nasional (BRIN) diharapkan dapat membuat dunia riset menjadi lebih fokus, tidak saling replika, dapat berkolaborasi, dan talent-talent dapat saling berkumpul untuk melakukan penelitian. Contohnya pada penelitian padi, BATAN melakukan penelitian tentang benih padi unggul, LIPI juga buat, jika ber-gabung maka hasilnya akan lebih maksimal. BRIN bertugas menkonsolidasikan dana terkait riset dan penelitian agar sesuai dengan kebutuhan lapangan. BRIN diibaratkan sebagai orkestra.

Kita dapat menerapkan prinsip yang dijalani oleh Prof

Habibie yaitu bermula di akhir dan berakhir di awal. Jadi inovasi itu dilakukan dengan membaca terlebih dahulu masalah apa yang ada di lapangan. Adanya dibuat BPPT oleh Prof Habibie adalah sebagai lem-baga pengkajian dan penerapan teknologi, salah sa-tunya untuk melakukan imitation. Namun diharapkan tidak hanya imitasi, contohlah Korea Selatan dimana mereka menerapkan imitation to innovation. Proses imitasi dilanjutkan sampai menjadi inovasi. Para pe-neliti sebaiknya menghindari apa yang disebut den-gan lembah kematian inovasi, yaitu ketika hasil pe-nelitian tidak menjadi produk. Diharapkan Indonesia dapat meningkat dari segi Technology Readiness Level.

Hal selanjutnya yang menjadi perhatian bagi SPI adalah untuk mengembangkan komunikasi sebagai skill utama. Pada dunia riset dan inovasi, dari sep-uluh percobaan contohnya, mungkin hanya satu yang berhasil. Tetapi sembilan lainnya tidak berarti langsung dianggap menjadi kerugian negara. Riset memang tidak selalu bisa berhasil. SPI harus cerdas dalam mengawal dan mengawasi, tidak hanya apa-kah riset itu ada hasilnya atau tidak, tetapi bagaima-na prosedur yang dijalani sudah sesuai atau belum, dan apabila gagal itu disebabkan oleh apa. SPI ha-rus memastikan meskipun penelitian belum berhasil, usaha yang telah dilakukan peneliti sudah maksimal, bukan kegagalan yang disebabkan karena berma-las-malasan. SPI harus pandai pula dalam meng-komunikasikan dan menjelaskan kepada eksternal auditor (BPK) terkait riset yang tidak menjadi pro-duk dan komunikasikan penyebab gagalnya karena apa. Adapun skema penelitian itu mengacu pada Ren-cana Induk Riset Nasional 2017 -2045 dan mengacu mana kategori penelitian yang kompetitif. Baik yang penelitian dasar, research and development, bah-kan yang bersifat pengembangan, penelitian untuk mendukung perguruan tinggi, dan penelitian yang

INFESTERA | Page 8

LAPORAN UTAMA

Page 9: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

mendukung pendidikan pasca sarjana. Ada pula pe-nelitian riset unggulan. Peran SPI dapat memberikan bekal kepada peneliti bersama rektor dan diban-tu dengan para guru besar, bagaimana mencegah agar kemungkinan gagal dapat diminimalisir, dengan memberikan target yang realistis contohnya. Dibuat realistis dengan kondisi yang ada dengan dana dan waktu yang ada, hasil penelitiannya akan sampai se-jauh mana. Jangan semua ditargetkan sampai jadi prototype karena itu membutuhkan tingkat kesiapan level teknologi yang paling tinggi yaitu sembilan. Hal ini juga menghindari hal tersebut dikategorikan men-jadi temuan BPK.

Inovasi itu diawali dengan invensi atau temuan. Fokus inovasi, riset, dan penelitian diarahkan men-gacu pada Rencana Riset Induk Nasional 2017 – 2045 yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2018. Fokus Riset pada Prioritas Riset Nasional 2020 – 2024 adalah sektor pangan, en-ergi, kesehatan obat, transportasi, produk rekayasa keteknikan, pertahanan dan keamanan, kemariti-man, sosial humaniora seni budaya, dan bidang mul-tidisiplin lainnya. KemenristekBRIN akan melakukan fungsi litbangjirap atau penelitian pengembangan pengkajian penerapan riset, inovasi, dan teknologi. Jadi tidak hanya litbang seperti sebelumnya pene-litian pengembangan, tetapi lebih lengkap menjadi litbangjirap; penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan.

Selanjutnya tugas Inspektorat antara lain menja-di yang pertama memberi tahu jika ada kesalahan prosedur atau melakukan early warning system. Lalu melakukan fungsi katalisator termasuk dalam mem-bina hubungan yang baik. Inspektorat sebagai pen-gawas internal dapat membuat kondisi dimana satu pihak dapat mengerti apa yang sedang dilakukan oleh pihak lain, contohnya bagaimana menjelaskan ketika penelitian itu tidak berhasil sehingga tidak

ada kesalahpahaman. Kemudian fungsi Inspektorat yang terakhir yaitu sebagai konsultan. Inspektorat dan SPI dapat menjadi konsultan dalam menjelas-kan prosedur yang ada. Inspektorat harus dapat memaksimalkan manfaat sumber daya manusia yang ada, juga bersinergi dengan Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) lainnya seperti BPKP, jika butuh memperjelas apabila ada peraturan yang membingungkan. Auditor internal memiliki tugas untuk memberikan guidance, yaitu bersifat arahan yang mendukung. Inspektorat dan BPKP sebagai auditor internal itu berbeda dengan auditor ekster-nal. Inspektorat KemenristekBRIN juga kedepannya akan berkoordinasi dengan Itjen Kemendikbud, In-spektorat di Lembaga Litbang, SPI PTN LLDIKTI, dan APIP lainnya.

Mudah-mudahan setelah organisasi terbentuk, fung-si pengawasan dapat dijalankan dengan baik dan maksimal. Kita harus dapat mewujudkan kenyaman-an bagi dosen dan peneliti, agar mereka nyaman dan dapat menghasilkan kreativitas untuk melaku-kan penelitan dan berkarya. Peningkatan riset dan inovasi diharapkan dapat menyelamatkan Indonesia dari middle income trap. Hal tersebut juga untuk memperkuat pesan Presiden Jokowi untuk memba-ngun Indonesia yang adaptif, Indonesia yang pro-duktif, Indonesia yang inovatif, dan Indonesia yang kompetitif. (Nesya).

INFESTERA | Page 9

VOL 006

Page 10: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

MENCETAK SDM UNGGUL INDONESIA MAJU!Peningkatan kualitas SDM dapat ditempuh dengan perbaikan pendidikan untuk menjalankan kemajuan teknologi seiring kemajuan industri 4.0 - Menristek/BRIN.

1. Membangun SDM yang berbudi pekerti luhur dan berkarakter kuat.

2. Membangun SDM yang terampil dan mengua-sai ilmu pengetahuan.

3. Pendidikan berdasarkan budaya bangsa, memperjuangkan kepentingan nasional, dan tanggap terhadap perubahan dunia.

4. Menanamkan nilai mandiri, percaya diri, got-ong royong, dan saling peduli sejak pendi-dikan dasar.

5. Pelajar tingkat pendidikan menengah harus sudah dapat berpikir kritis dan problem solv-ing

6. Keterampilan vokasional disesuaikan dengan kebutuhan industri dan dilatih sejak pendi-dikan menengah.

INFOGRAFIS VOL 006

INFESTERA | Page 10

Page 11: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

VOL 006

Sumber: http://kab-belitung.atrbpn.go.id/Publikasi/Berita-Kantor-Pertanahan/74th-sdm-unggul-indonesia-maju-92529.aspx

PENGAWASAN INTERN BERKUALITAS MENUJU SDM UNGGUL INDONESIA MAJU

Berdasarkan riset dari Bank Dunia tahun 2018, Indeks Sumber Daya Manusia (Hu-man Capital Index/HCI) Indonesia be-rada pada peringkat 87 dari 157 negara.

Nilai HCI Indonesia adalah 0,53 dan tertinggal dari beberapa negara Asia Tenggara seperti Singapura 0,88, Malaysia 0,62, Vietnam 0,67, Thailand 0,60, dan Filipina 0,55. Singapura sendiri menduduki per-ingkat pertama di dunia dalam skala HCI.

Badan Pusat Statistik (BPS) 2019 menyebutkan bahwa berdasarkan indikator tingkat kualitas SDM bangsa Indonesia masih jauh dari harapan, yaitu proporsi penduduk yang umurnya 15 tahun ke atas yang punya ijazah tinggi hanya 8,8%, Sekolah Me-nengah Atas (SMA) hanya 26,4%, Sekolah Menen-gah Pertama (SMP) 21,2%, dan Sekolah Dasar (SD) paling banyak, yakni 43,7%. Hal ini merupakan fakta bahwa kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki Indonesia saat ini ternyata masih rendah.

Demikian juga dari daya saing ekonomi, kita masih jauh tertinggal dari negara maju. Berdasarkan World Economic Forum (WEF) 2018, indeks daya saing Indonesia sebesar 64,9 dari skor 0-100 yang men-empati peringkat 45 dari 140 negara. Sementara itu, di tahun yang sama, Business World memaparkan bahwa peringkat daya saing SDM Indonesia berada di ranking 45 dari 63 negara. Peringkat ini masih kalah dari dua negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia yang masing-masing berada diperingkat 13 dan 22.

Kualitas pendidikan tinggi di Indonesia masih rela-tif rendah baik dalam konteks institusi (Perguruan Tinggi) maupun program studi, yang diindikasikan oleh mayoritas Perguruan Tinggi hanya berakred-itasi C dan masih sangat sedikit yang berakreditasi A atau B. Di samping itu, Perguruan Tinggi Indonesia juga belum mampu berkompetisi dengan Perguru-an Tinggi negara lain bahkan masih tertinggal dari

Penulis: Sujatmiko Wibowo

VOL 006ARTIKEL PENGAWASAN

INFESTERA | Page 11

Page 12: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

negara-negara di kawasan Asia Tenggara sekalipun. Dari target Perguruan Tinggi di Indonesia masuk Top 500 Dunia yang ditetapkan sebanyak 4 Perguruan Tinggi baru terealisasi sebanyak 3 Perguruan Ting-gi, dengan persentase capaian kinerja sebesar 75%. Jika dibandingkan target Renstra 2015-2019, real-isasi mencapai 60% dari target 5 Perguruan Tinggi di Indonesia masuk Top 500 Dunia. Dalam hal ini, menurut Scientific Journal Ranking (SJR), Indo-nesia berada pada peringkat ke-61 dengan H-index sebesar 112. H-index merupakan indeks komposit dari 5 indikator: (1) jumlah dokumen (publikasi) dari tahun 1996-2017; (2) jumlah publikasi yang layak dikutip (citable documents); (3) jumlah kutipan (citations); (4) jumlah kutipan sendiri (self citation); dan (5) jumlah kutipan per dokumen (citations per document). Di antara negara-negara ASEAN, Indo-nesia masih di bawah Singapura dan Malaysia (Lakin Kemenristekdikti, 2018).

Kondisi demikian bukan hanya mempengaruhi kes-iapan Indonesia menghadapi tantangan era industri 4.0, tetapi juga mempersulit upaya memotong ling-karan setan kemiskinan yang saat ini masih meng-gurita dan mengakar di semua lini kehidupan bang-sa Indonesia. Dari data skor Indeks SDM, Indeks Daya Saing, dan Indikator Kualitas Pendidikan Tinggi tersebut di atas menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja dan kemampuan inovasi bangsa Indonesia ter-bilang masih cukup rendah. Presiden Joko Widodo, dalam pidato Nota Keuangan Tahun Anggaran 2020 di Gedung DPR/MPR pada tanggal 16 Agustus 2019 menyampaikan bahwa Pemerintah mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar Rp505,8 triliun pada APBN 2020. Angka tersebut meningkat 29,6 pers-en jika dibandingkan dengan realisasi pendidikan lima tahun lalu (2014-2019) sebesar Rp390,3 trili-un. Dengan anggaran pendidikan yang meningkat tersebut, diharapkan tidak ada lagi anak dan pelajar

Indonesia yang tertinggal. Kemampuan dasar anak-anak Indonesia akan terus dibangun, mulai dari pendidikan usia dini dan pendidikan dasar, terutama untuk meningkatkan kemampuan literasi, matemati-ka, dan sains, sehingga menjadi pijakan bagi pening-katan pengetahuan dan keterampilan anak di jen-jang pendidikan yang lebih tinggi (www.kompasiana.com). Sementara itu, Menristekdikti dalam sambu-tannya pada upacara peringatan 17 Agustus 2019 di lingkungan Kementerian Riset Teknologi dan Pendi-dikan Tinggi (Kemenristekdikti) menyatakan bahwa kemajuan industri yang berjalan di Indonesia tidak cukup hanya dengan infrastruktur, akan tetapi ha-rus didukung dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan peningkatan kualitas SDM dapat ditempuh dengan perbaikan pendidikan untuk men-jalankan kemajuan teknologi seiring kemajuan indus-tri 4.0 (www.ristekdikti.go.id).

Peningkatan kapasitas dan kualitas suatu bangsa melalui pembangunan SDM yang unggul merupakan tugas bersama dalam menciptakan bangsa yang kuat dan Negara yang makmur. Melalui SDM yang unggul, tangguh dan berkualitas baik secara fisik

INFESTERA | Page 12

ARTIKEL PENGAWASAN

Page 13: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

dan mental akan berdampak positif tidak hanya terhadap peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa, namun juga dalam mendukung pembangunan nasional. SDM unggul merupakan kunci Indonesia di masa de-pan, diantaranya SDM yang berbudipekerti luhur, berkarakter kuat, menguasai keterampilan, dan menguasai ilmu pengetahuan di masa kini dan masa depan (Infografis Antaranews, 2019).

Terdapat beberapa hal yang harus menjadi prioritas utama dalam upaya pembangunan kualitas SDM an-tara lain:1. Sistem pendidikan yang baik dan bermutu.

Diperlukan penataan terhadap sistem pendi-dikan secara menyeluruh, terutama berkaitan dengan kualitas pendidikan, serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Pemerintah memiliki peran penting dalam penye-lenggaraan sistem pendidikan yang efektif dan efisien, berorientasikan pada penguasaan iptek, serta merata di seluruh pelosok tanah air.

2. Penguatan peran agama. Perlu penguatan dan peningkatan pendidikan agama dalam kehidupan sosial bermasyarakat dalam rangka memperko-

koh jati diri dan kepribadian bangsa (character building).

3. Peningkatan kapasitas SDM.Peningkatan kapasi-tas SDM dapat dilakukan melalui berbagai diklat, kompetensi, pembinaan dan lain-lain. Tenaga kerja profesional dan terampil sesuai tuntutan/kebutuhan pasar merupakan faktor keunggulan suatu bangsa dalam menghadapi persaingan global. Pemerintah memegang peranan penting dalam menyiapkan program-program strategis guna menghasilkan SDM berkualitas dan siap memasuki pasar kerja.

4. Pembinaan dan pengembangan masyarakat ter-utama generasi muda. Sebagai penopang uta-ma dalam roda pembangunan, pemberdayaan

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=xDmrPBmw8L0

INFESTERA | Page 13

VOL 006

Page 14: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

generasi muda diharapkan dapat menciptakan generasi yang kreatif, inovatif dan berdaya saing tinggi. Karakteristik generasi muda seperti inilah yang diharapkan mampu berkonstribusi dan me-menangkan persaingan global di era 4.0.

Perguruan Tinggi merupakan garda terdepan dalam mencetak SDM yang unggul dan kompetitif di masa mendatang. Satu hal yang harus ditempuh adalah selalu meningkatkan kualitas SDM perguruan tinggi,

serta menyiapkan diri agar mampu beradaptasi untuk mencapai keberhasilan dalam membangun bangsa. Keunggulan SDM di era ini dapat dilihat dari tingkat inovasi dan kreativitas yang dihasilkan. Pemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat harus saling bahu membahu, bekerja sama, menjadi lokomotif inovasi dan kreativitas bangsa, menjadi penggerak pembi-naan dan pembudayaan inovasi dan kreativitas.

Sumber: https://www.mitsde.com/PGDinHumanResourceMng

Berdasarkan Keputusan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 142/M/KPT/2019 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Lingkungan Kemenristekdikti Tahun 2019, disebutkan bahwa ki-nerja PTN dapat diukur berdasarkan capaian IKU pada setiap periode anggaran atau dalam satu ta-hun. Dalam IKU tersebut sudah memuat berbagai target capaian program peningkatan kualitas SDM pada setiap PTN, diantaranya adalah: jumlah maha-

siswa berwirausaha, persentase lulusan bersertifikat kompetensi dan profesi, presentase kualitas dosen, jumlah publikasi internasional, jumlah HAKI, jumlah produk inovasi, jumlah prototype industri, jumlah kerjasama dengan industri, dan lain sebagainya.Penetapan indikator kinerja perguruan tinggi terse-but dimaksudkan untuk mendorong percepatan dan peningkatan kualitas pendidikan, serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja, ser-ta peningkatan tata kelola sistem pendidikan yang

ARTIKEL PENGAWASAN

INFESTERA | Page 14

Page 15: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

efektif dan efisien, berorientasikan pada pengua-saan iptek, serta merata di seluruh pelosok tanah air. Hasil peningkatan capaian kinerja yang dicapai perguruan tinggi ini diharapkan dapat meningkat-kan kualitas sumber daya manusia, terutama PTN di lingkungan Kemenristekdikti.

Sesuai visi Inspektorat Jenderal (Itjen) Kemen-ristekdikti yaitu Terwujudnya Pengawasan Intern Yang Profesional Dan Berkualitas Untuk Mendorong Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Ting-gi Yang Bermutu Dan Berdaya Saing, maka sudah menjadi kewajiban jika Itjen selaku Aparat Penga-wasan Intern Pemerintah (APIP) ikut mengawal dan mendukung program Kemenristekdikti dalam mewujudkan capaian program SDM yang Unggul. Sesuai tugas dan fungsinya, maka Itjen Kemen-ristekdikti dalam mendukung dan mengawal pro-gram SDM Unggul diantaranya dengan melakukan Pengawasan Intern yang berkualitas atas pelaksa-naan semua program dan kegiatan di semua satuan kerja di lingkungan Kemenristedikti.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemer-intah, Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan ke-giatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka mem-berikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kelo-la pemerintahan yang baik (good government gov-ernance).

Pengawasan berkualitas adalah proses pemeriksaan yang dilakukan secara sistematis sesuai standar yang berlaku umum, dengan auditor’s judgement (skeptisme dan pertimbangan profesional) yang bermutu tinggi, dilakukan oleh auditor yang kompe-

ten dan independen untuk menghasilkan audit yang bermutu tinggi (Knechel et al, 2012). Terkait dengan standar kualitas audit Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK, 2017) telah menyusun standar kualitas audit yang diantaranya terdiri dari:1. Kualitas strategis. Kualitas hasil pengawasan ha-

rus harus dapat memberikan informasi kepada pemakai laporan secara tepat waktu.

2. Kualitas teknis. Kualitas teknis pengawasan dian-taranya adalah penyajian temuan, simpulan dan rekomendasi atau saran harus jelas, konsisten, dapat diakses dan obyektif.

3. Kualitas proses.Kualitas proses pengawasan diantaranya adalah proses kegiatan sejak dari perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan tin-dak lanjut pemeriksaan dilakukan sesuai standar yang berlaku umum.

Menurut The Financial Reporting Council (FRC, 2008), Kualitas suatu pengawasan yang dilakukan oleh APIP dapat dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor, di-antaranya adalah sebagai berikut:1. The culture within an audit firm. Kualitas penga-

wasan dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya organisasi internal audit terhadap pelaksaanaan pemeriksaan yang baik sesuai standar yang ber-laku umum.

2. The skill and personnel qualities of audit partner and staff. Kualitas pengawasan dipengaruhi oleh kompetensi, keahlian dan pengalaman auditor di dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan audit yang baik.

3. The effectiveness of the audit process. Kuali-tas pengawasan dipengaruhi oleh metodolo-gi, prosedur, kepatuhan, manfaat, efisiensi dan pelaksanaan audit sesuai program kerja audit.

4. The realibility and usefullness of audit reporting.Kualitas pengawasan dipengaruhi oleh temuan, rekomendasi, dan laporan hasil audit yang dis-usun sesuai standar audit dan disampaikan ke-

VOL 006

INFESTERA | Page 15

Page 16: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

pada auditee tepat waktu. 5. Factors outside the control of auditors affecting

audit quality. Kualitas pengawasan dipengaruhi oleh suatu peraturan, kebijakan pimpinan atau kebijakan organisasi yang berada di luar ke-wenangan auditor.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bah-wa Pembangunan SDM Unggul yang dicanangkan sejak tahun 2019 hingga tahun-tahun mendatang menjadi pengarusutamaan strategi pembangunan bangsa Indonesia, pilihan strategi tersebut diupay-akan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi yang dibutuhkan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Urgensi pembangunan SDM menjadi faktor kunci dalam memenangkan persaingan global di era 4.0, yang membawa konsekuensi semakin ketatnya persaingan ditengah ketidakpastian, langkah strat-egis ini sudah selayaknya mendapatkan dukung penuh dari seluruh pemangku kepentingan.

Terlebih Inspektorat Jenderal Kemenristekdik-ti sebagai APIP harus melakukan Pengawasan In-tern (audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan ke-giatan pengawasan lain) yang berkualitas untuk mendukung kebijakan nasional berupa penguatan SDM Indonesia yang Unggul, dan diharapkan berim-plikasi pada peningkatan produktivitas kerja, dalam memenangkan persaingan ditengah perubahan yang berlangsung cepat dalam dunia bisnis, ekonomi poli-tik dan budaya menuju Indonesia Maju.

Dewasa ini, terdapat kebijakan restrukturisasi organ-isasi pada Kemenristekdikti yaitu bidang Pendidikan Tinggi kembali ke Kementerian Pendidikan dan Ke-budayaan (Kemendikbud), sehingga urusan Pendi-dikan Tinggi ditangani oleh Kemendikbud sementara urusan Riset dan Inovasi dikelola oleh Kementerian Riset dan Teknologi / Badan Riset Nasional (Kemen-

ristek/BRIN), tentunya sedikit banyak cukup ber-pengaruh terhadap pelaksanaan program peningka-tan SDM Unggul baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun, hal ini diharapkan tidak menyurut-kan langkah dan mengendorkan semangat semua pemangku kepentingan, baik di lingkungan Kemen-dikbud maupun lingkungan Kemenristek/BRIN da-lam memujudkan SDM yang unggul sesuai kapasitas dan bidang kerja masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Pemeriksa Keuangan. 2017. Peraturan Badan Pemerik-saan Keuangan Nomor 1 Tahun 2017 tentang Standar Pemer-iksaaan Keuangan Negara.

2. Bastian, Indra. 2019. Audit Sektor Publik. Edisi Pertama. Ce-takan Pertama. Penerbit Universitas Terbuka. Tangerang Se-latan.

3. Kemenristekdikti.2018. Laporan Kinerja Kementerian Riset Te-knologi dan Pendidikan Tinggi Tahun 2018.

4. Kemenristekdikti. 2019. Keputusan Menteri Riset, Teknolo-gi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 142/M/KPT/2019 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Lingkungan Kemenristekdikti Tahun 2019.

5. Kumaat, V.G. 2011. Internal Audit. Penerbit Erlangga. Jakarta.6. Knechel et al. 2012. Audit Quality: Insights from the Academic

Literature. Auditing A Journal of Practice & Theory 32(Sup-plement 1).

7. Republik Indonesia. 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127).

8. Tandiontong, M. 2016. Kualitas Audit dan Pengukurannya. Pe-nerbit Alfabeta. Bandung

9. The Financial Reporting Council. 2008. The Audit Quality Framework. London.

10. www.antaranews.com diakses pada 2 November 2019.11. www.bps.go.id diakses pada 26 Oktober 2019.12. www.bworldonline.com diakses pada 1 November 2019.13. www.kompasiana.com diakses pada 1 November 2019.

14. www.ristekdikti.go.id diakses pada 1 November 2019.15. www.tanotofoundation.org diakses pada 2 November 2019.16. www.weforum.org diakses 25 Oktober 2019.17. www.worldbank.org diakses pada 27 Oktober 2019.

VOL 006ARTIKEL PENGAWASAN

INFESTERA | Page 16

Page 17: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

VOL 006

“Mereka semua tahu bahwa yang dibutuhkan

oleh negara ini adalah riset seperti apa, riset

yang menyelesaikan masalah pembangunan.”

- Menristek/BRIN

Page 18: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

ARTIKEL PENGAWASAN

INFESTERA | Page 18

PERAN INSPEKTORAT JENDRAL DALAM SISTEM

PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) &

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

Sumber: https://blogs.iadb.org/efectividad-desarrollo/es/auditorias-reducen-corrupcion-brasil/

Sistem Pengendalian Intern memegang peran yang sangatlah peting terhadap jalannya suatu pemerintahan. Tentu saja Sistem Pengendalian Intern akan dapat

berjalan jika seluruh unsur yang terlibat dalam pe-merintahan memiliki pengetahuan yang didukung dengan kemampuan dan kemauan, serta komitmen yang kuat untuk menjalankan secara bersamaan dan berkesinambungan, sehingga penyelenggaraan pemerintahan dapat berjalan dengan baik.

Diharapkan Sistem Pengendalian Intern yang dim-ulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, penga-wasan, sampai dengan pertanggung-jawaban bisa berjalan dengan tertib, terkendali serta efektif dan efisien. Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerin-tah (SPIP), pada BAB I Pasal 1 ayat (5) diantaranya menyatakan bahwa Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan penga-

Penulis: Bambang Sudarmaji

Page 19: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

VOL 006

INFESTERA | Page 19

wasan intern adalah aparat pengawasan intern pe-merintah yang bertanggungjawab langsung kepa-da Menteri/Pimpinan Lembaga. Sangat diharapkan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan benar-benar dapat dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan pegawai agar dapat memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan pe-merintah melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset Negara serta ketaatan terhadap peraturan perun-dang-undangan sebagaimana maksud mendasar dari Sistem Pengendalian Intern itu sendiri.

Satuan Kerja yang berada di bawah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemen-ristekdikti) tentunya memiliki peran masing-masing dalam membangun Sistem Pengendalian Intern Pe-merintah (SPIP) di unit kerjanya dan Inspektorat Jenderal berkewajiban untuk mengawal dan menilai efektivitas pelaksanaan SPIP di Satuan Kerja yang berada di bawah Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi tersebut. Terhadap kewajiban un-tuk mengawal dan menilai maka dibutuhkan suatu sistem yang dapat memberi keyakinan memadai bahwa penyelenggaraan pemerintah dapat menca-pai tujuannya secara efektif dan efisien, melaporkan pengelolaan keuangan negara secara andal, men-gamankan aset negara dan mendorong ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Dalam penerapan Sistem Pengendalian Intern Pe-merintah (SPIP) agar bisa mencapai tujuan bersa-ma dibutuhkan komitmen mulai dari pimpinan dan seluruh pegawai, sementara itu untuk menghasilkan laporan pertanggungjawaban yang baik diperlukan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang handal, transparan, akuntabel dan sesuai ketentuan. Selain itu Inspektorat Jenderal berperan untuk memasti-

kan penyelenggaraan SPIP Satuan Kerja di lingkun-gan Kemenristekdikti sudah berjalan dengan baik sesuai dengan ketentuan/pedoman serta melaku-kan pemantauan secara berkala, karena penye-lenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada Satuan Kerja di lingkungan Kemen-ristekdikti merupakan motor penggerak organisasi. APIP dalam hal ini Inspektorat Jenderal merupakan benteng pertahanan terakhir, tanpa adanya pengen-dalian Internal maka semakin besar peluang terjad-inya permasalahan. Jika bisa terwujudnya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang handal, trans-paran, akuntabel dan sesuai ketentuan, maka pro-gram/kegiatan bisa berjalan efektif dan efisien den-gan laporan keuangan yang handal, sehingga Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selalu bisa diraih setiap tahunnya. Hal ini menegaskan bahwa Inspek-torat Jenderal punya peranan yang sangat strategis dalam terwujudnya Sistem Pengendalian Intern Pe-merintah yang baik.

Pada Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK-RI dari tahun 2015 s.d. 2017 khususnya mengenai Sistem Pengendalian Intern (SPI) masih saja ditemukan adanya permasalahan, hal ini menunjukkan masih adanya kelemahan dalam pengelolaan terhadap Sistem Pengendalian Intern (SPI). Adapun perma-salahan terkait dengan Sistem Pengendalian In-tern (SPI) di lingkungan Kemenristekdikti secara umum terlihat telah dilaksanakan tapi belum diter-apkan dengan optimal. Hal tersebut ditandai den-gan adanya temuan hasil audit yang masih berulang, serta masih munculnya temuan-temuan atas pena-tausahaan dan pengelolaan Aset Tetap yang belum sepenuhnya memadai, belum kuatnya peran Satuan Tugas SPIP, disamping itu juga berbagai kelemahan Sistem Pengendalian Intern lainnya. Permasalahan-nya adalah masih berbeda-beda tingkat keandalan

Page 20: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

SPIP dari masing-masing Satker di lingkungan Ke-menristekdikti, disamping itu efektivitas pengenda-lian belum dievaluasi secara optimal sehingga adan-ya kelemahan–kelemahan yang ada belum ditangani secara memadai.

Berbicara mengenai Sistem Pengendalian Intern Pe-merintah (SPIP), maka Sistem pengendalian internal merupakan suatu hal yang wajib dilaksanakan pada setiap organisasi pemerintahan. Kalau dicermati pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerin-tah (SPIP) khususnya di lingkungan Kemenristek-dikti pada dasarnya sudah dilaksanakan secara alamiah dan masih sementara berproses untuk leb-ih baik, pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di lingkungan Kemenristekdikti yang meliputi :1. Lingkungan Pengendalian Dalam penerapan

SPIP dimana pimpinan Instansi Pemerintah dalam hal ini di lingkungan Kemenristekdikti, merupakan kewajiban untuk bisa menciptakan lingkungan pengendalian yang kondusif, memba-ngun hubungan antara pimpinan dan bawahan, membangun kekompakan.

2. Penilaian risiko - risiko yang ada dan merupakan penghambat dalam pencapaian tujuan suatu or-

ganisasi, untuk itu perlu kiranya Instansi Pemer-intah wajib melakukan penilaian dan pengenda-lian risiko demikian juga untuk Kemenristekdikti. Sebagaimana diketahui bahwa untuk identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko di lingkungan Kemenristekdikti sudah mulai berjalan, namun demikian belum semua Satker di bawah Kemen-ristekdikti sudah melakukan pengidentifikasian, penilaian dan pengendalian atas risiko – risiko yang ada, kalau dilihat secara umum di tingkat Kemenristekdikti sudah mulai menerapkannya sehingga sedikit banyak sudah mampu melaku-kan pengidentifikasian, penilaian dan pengenda-lian terhadap risiko yang ada dalam berjalannya suatu organisasi setingkat Kementerian.

3. Kegiatan Pengendalian adalah mencakup semua kegiatan yang dilakukan dalam pengawasan di-antaranya dilaksanakan melalui Reviu Laporan Keuangan (LK), reviu RKA - KL, kegiatan Audit baik itu berupa Audit Kinerja maupun Audit Tu-juan Tertentu (ATT), melalui Evaluasi, pemantau-an, serta kegiatan Pendampingan.

4. Informasi dan Komunikasi sudah mulai berjalan dengan baik, diantaranya koordinasi dan konsul-tasi antara pimpinan dan bawahan, informasi dan konsultasi antara setingkat satuan kerja dengan Inspektorat Jenderal, dimana informasi yang ada juga sudah relevan dan komunikasi sudah efek-tif.

5. Pemantauan Pengendalian Intern di lingkun-gan Kemenristekditi telah memiliki kebijakan prosedur pemantauan berkelanjutan, diantara-nya berupa supervisi kegiatan, pembandingan, rekonsiliasi, sidak dan prosedur lain semua ini telah mulai dilaksanakan dengan baik. Pemangku kepentingan di lingkungan Kemenristekdikti menyadari betul betapa pentingnya Sistem Pen-gendalian Intern Pemerintah (SPIP), maka den-gan itu perlunya membentuk satuan tugas SPIP guna mendukung jalannya organisasi di Kemen-

ARTIKEL PENGAWASAN

INFESTERA | Page 20

Page 21: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

VOL 006

INFESTERA | Page 21

ristekdikti, untuk implementasinya sangatlah diperlukan adanya kerjasama yang baik antara Satker-Satker dengan Inspektorat Jenderal Ke-menristekdikti, dimana Inspektorat Jenderal se-bagai pengendali intern di tingkat Kementerian dan Satker-Satker sebagai objek pengawasan.

Pengendalian internal adalah sebuah proses yang dilakukan dan melibatkan seluruh komponen Sem-ber Daya Manusia dalam suatu organisasi, demikian

juga Kemenristekdikti yang merupakan salah satu bagian dari organisasi pemerintah, Pengendalian yang dirancang untuk memberikan keyakinan me-madai mengenai pencapaian tujuan, guna memenuhi unsur-unsur Efektivitas dan Efisiensi, Keandalan Pelaporan, Kepatuhan terhadap Peraturan Perun-dangan yang berlaku, dimana semua ini dilakukan dalam rangka peningkatan untuk mencapai level 3 Maturitas SPIP.

Sumber: https://blogs.iadb.org/efectividad-desarrollo/es/auditorias-reducen-corrupcion-brasil/

Inspektorat Jenderal yang merupakan ujung tom-bak sebagai pengendali intern di tingkat Kemente-rian dan satker-satker sebagai objek pengawasan, maka Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti telah melakukan upaya-upaya, diantaranya berkomitmen untuk memberikan keyakinan yang memadai, per-ingatan dini, memelihara atau meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dari setiap instan-si atau setiap organisasi di lingkungan Kemenristek-dikti, disamping itu Inspektorat Jenderal juga telah mengikutkan diklat atau pelatihan terhadap pegawai

di tingkat sekretariat maupun auditornya, mengop-timalkan penataan administrasi untuk meningkat-kan kualitas pengawasan dan laporan keuangan, menambah jumlah Staf Sekretariat dan Auditor, melakukan konsultasi dan koordinasi dengan BPKP dan juga BPK.Berkaitan dengan Pengendalian internal di lingkungan Kemenristekdikti Inspektorat Jenderal mengemban tugas, diantaranya:1. Sebagai leader yang merupakan corong terde-

pan dengan cara melakukan koordinasi, melaku-

Page 22: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

kan fungsi kontrol;2. Mendorong terciptanya reformasi birokrasi dan

tata kelola pemerintahan yang baik.;3. Memberi saran terhadap kinerja dan manejemen

risiko;4. Sebagai penopang, wasit yang menilai tatanan

pelaksanaan SPIP;5. Sebagai Quality Assurance yaitu menjamin bah-

wa suatu kegiatan dapat berjalan secara efisien, efektif dan sesuai dengan Peraturan Perundang – undangan yang berlaku dalam mencapai tujuan organisasi, dimana Quality Assurance dalam se-tiap pelaksanaan Audit diharapkan mampu men-gidentifikasi risiko dan mendorong proses per-baikan yang berkelanjutan;

6. Mendorong APIP Inspektorat Jenderal untuk melaksanakan salah satu perannya sebagai pen-jamin mutu.

Adapun kendala yang mempengaruhi peran Inspek-torat Jenderal dalam pelaksanaan SPIP di lingkun-gan Kemenristekdikti, sebagaimana dimuat pada PP Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengenda-lian Intern Pemrintah, dijelaskan bagaimana pelak-sanaan SPIP, serta peran dan fungsi Inspektorat Jenderal dalam mewujudkan pemerintahan yang efektif. Kemenristekdikti telah mengeluarkan atur-an sebagai penjabaran dari PP No. 60 tahun 2008, yaitu berupa Permenristekdikti No. 56 Tahun 2016 dengan adanya peraturan tersebut Inspektorat lebih memiliki power dalam melaksanakan tugasnya se-bagai pengendali dengan maksimal, namun demikian terkait dengan kualitas Sumber Daya Manusia yang ada, paling tidak ada 3 (tiga) hal yang sangat ber-pengaruh sehingga kualitas SDM menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan SPIP, yaitu:1. Kualitas SDM yang belum merata terhadap ting-

kat pemahaman akan SPIP, penempatan SDM yang belum sepenuhnya sesuai dengan kebutu-han, pelatihan/diklat/bimtek untuk pengemban-

gan kapasitas yang masih sangat terbatas atau bahkan kurang, tentunya hal ini akan berpen-garuh terhadap minimnya pengetahuan menge-nai SPIP. Pengembangan SDM tentunya harus mengacu pada kepentingan staf dan personil yang ada di dalam organisasi. Pengembangan SDM merupakan proses pembelajaran jangka panjang dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisasi, selain itu pengem-bangan SDM juga merupakan aktivitas memeli-hara dan meningkatkan kompetensi SDM guna mencapai efektivitas organisasi.

2. Jumlah dan kompetensi personil di Inspektorat Jenderal yang belum terpenuhi secara ideal seh-ingga tidak seimbang, bila dibandingkan dengan jumlah objek pengawasan, jenis kegiatan, besa-ran anggaran, kompleksitas permasalahan yang menjadi sasaran pengawasan.

3. Anggaran Kegiatan Pengawasan yang diharapkan bisa mendukung pelaksanaan tugas yang maksi-mal, namun hal ini belum sepenuhnya terealisasi sehingga mengakibatkan kegiatan pengawasan di lingkungan Kemenristekdikti tidak bisa terlak-sana secara menyeluruh. Dalam hal ini berkaitan dengan anggaran pengawasan perlu mendapat-kan perhatian lebih, karena dengan meningkat-kan anggaran untuk kegiatan pengawasan maka keseluruhan tugas pengawasan khususnya SPIP dapat dilaksanakan dengan maksimal.

Pengawasan berbasis risiko merupakan hal penting dalam rangka memenuhi peran Inspektorat Jenderal untuk memberikan keyakinan yang memadai, perin-gatan dini serta memelihara dan meningkatkan kual-itas tata kelola penyelenggaraan pemerintahan. Ins-pektorat Jenderal diharapkan senantiasa melakukan pendampingan dalam penilaian risiko pada setiap Satuan Kerja (Satker), sehingga seluruh Satker di lingkungan Kemenristekdikti mampu melakukan pe-metaan risiko, mengidentifikasi risiko, menilai dan

ARTIKEL PENGAWASAN

INFESTERA | Page 22

Page 23: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

mengendalikan risiko yang ada. Inspektorat Jender-al diharapkan secara terus menerus dapat memberi-kan pemahaman akan pentingnya pelaksanaan SPIP baik melalui sosialisasi, asistensi maupun konsultasi. Selain itu Inspektorat Jenderal juga perlu membuka ruang seluas-luasnya untuk semua pihak (Satker) yang berkepentingan dalam menyelesaikan persoa-lan-persoalan yang dihadapinya.

Berkaitan dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) upaya yang telah dilakukan Inspektorat Jen-deral, diantaranya peningkatan dan pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui jenjang pendidikan, diklat, bimtek ataupun Pelatihan Kantor Sendiri (PKS), pembinaan, melakukan koordinasi meningkatkan pendidikan dengan lembaga-lembaga seperti BPKP dan BPK, serta mengupayakan nai-knya alokasi anggaran untuk kegiatan pengawasan.Inspektorat Jenderal dituntut harus melakukan pen-gendalian sejak awal melalui penilaian risiko dengan cara mengidentifikasi risiko, melakukan kegiatan pemetaan risiko, menganalisis risiko, sehingga un-tuk setiap program/kegiatan sudah diketahui mana yang memiliki risiko dan harus diwaspadai serta per-lu ditangani dengan cepat dan tepat, terus memban-gun komunikasi yang baik dan melakukannya secara intens dengan Satker-satker maupun BPKP selaku Pembina SPIP.Dari uraian di atas diambil simpulan, sebagai berikut:1. Kehadiran Inspektorat Jenderal dalam pelak-

sanaan SPIP pada satker-satker di lingkungan Kemenristekdikti sangat dibutuhkan yaitu dalam hal kepemimpinan, pengawasan intern, konsul-tan dan penjamin mutu.

2. Perlu adanya perhatian terkait dengan kualitas SDM terutama berkaitan dengan belum mer-atanya terhadap tingkat pemahaman akan SPIP, penempatan SDM sesuai dengan kebutuhan, pelatihan/diklat/bimtek untuk pengembangan

kapasitas yang memadai dengan mengacu pada kepentingan staf dan personil yang ada di dalam organisasi.

3. Pemenuhan Jumlah personil di Inspektorat Jenderal secara ideal sehingga seimbang, bila dibandingkan dengan jumlah, jenis kegiatan, besaran anggaran, kompleksitas permasalahan objek pengawasan yang menjadi sasaran pen-gawasan.

4. Anggaran Kegiatan Pengawasan yang mencuku-pi sehingga bisa mendukung pelaksanaan tugas yang maksimal.

5. Dibutuhkan komitmen yang kuat mulai dari pimpinan dan seluruh pegawai.

DAFTAR REFERENSI/DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2008, tentang ten-tang Sistem Pengendalian Intern Pemrintah (SPIP)

2. Permenristekdikti Nomor 56 Tahun 2016, tentang Sistem Pengendalian Intern Pemrintah (SPIP), di lingkungan Kemen-terian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi

3. Kebijakan Pengawasan Itjen Kemenristekdikti Tahun 2019 oleh Inspektur Jenderal Kemenristekdikti, dalam Rapat Koor-dinasi Tahun 2019 di Bogor.

4. Bahan Paparan Irjen Kemenristekdikti di Hotel Arya Duta Manado, tentang Penguatan Peran SPI Dalam Kerangka Tata Kelola Perguruan Tinggi.

VOL 006

INFESTERA | Page 23

Page 24: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

ARTIKEL PENGAWASAN

INFESTERA | Page 24

PENGEMBANGAN PELATIHAN KARYAWAN LEWAT KURSUS

ONLINE

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), disebut juga pengemban-gan sumber daya manusia, berfungsi melaksanakan perencanaan sumber

daya manusia, implementasi, dan perekrutan (ter-masuk seleksi), pelatihan dan pengembangan kari-er karyawan, serta melakukan inisiatif terhadap pengembangan organisasional suatu organisasi. Sasaran utama MSDM adalah memaksimalkan pro-duktivitas organisasi melalui optimalisasi keefektifan karyawannya dan secara simultan meningkatkan kualitas kehidupan kerja karyawan serta memper-lakukan karyawan sebagai sumber daya yang sangat bernilai bagi organisasi. Sebagai konsekuensinya, MSDM mencakup usaha-usaha untuk mengangkat kemajuan personal, kepuasan karyawan, dan me-matuhi ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan ketenagakerjaan.

Oleh karena itu, untuk mencapai keseimbangan antara sasaran dan kebutuhan organisasi dengan sasaran dan kebutuhan karyawan, MSDM memusat-kan perhatiannya pada tiga hal utama yaitu pertama, perencanaan sumber daya manusia yang terinte-grasi dengan memperhitungkan berbagai tantangan dan peluang di masa mendatang sehingga menjad-

ikan SDM organisasi menjadi SDM yang kompetitif. Kedua, implementasi fungsi MSDM secara efektif dan efisien, tanpa mengabaikan berbagai peratur-an-perundangan yang berlaku sehingga tercapai produktivitas SDM yang tinggi, serta terpenuhin-ya sasaran dan kebutuhan organisasi, dan individu karyawan. Ketiga, evaluasi fungsi MSDM mencakup penilaian terhadap kebijakan MSDM untuk menen-tukan apakah berbagai kebijakan SDM benar-benar efektif.

Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bidang dari manajemen umum, seperti ma-najemen keuangan, manajemen pemasaran, dan manajemen operasi. Manajemen sumber daya ma-nusia menjadi bidang kajian penting dalam organi-sasi karena permasalahan yang dihadapi organisasi (baca: perusahaan) bukan hanya persoalan bahan mentah, alat-alat kerja dan produksi, atau mod-al kerja saja, tetapi juga masalah tenaga kerja atau sumber daya manusia yang nota bene adalah pihak yang menjalankan dan mengelola faktor-faktor pro-duksi sekaligus merupakan tujuan dari kegiatan pro-duksi itu sendiri. Mengutip pernyataan Rivai (2005), keberadaan manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola,

Penulis: Firdaus R. Akbar

Page 25: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

mengatur, mengurus, dan menggunakan SDM seh-ingga dapat berfungsi secara produktif, efektif, dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan. Kega-galan perusahaan dalam mengelola SDM-nya dapat mengakibatkan perusahaan gagal dalam mencapai sasaran dan tujuannya. Contoh, ketidakpedulian pe-rusahaan komputer Apple terhadap SDMnya telah membawa kepada kejatuhan perusahaan tersebut pada pertengahan Tahun 1980-an. Menurut Pfeffer (dalam Anthony, W.P., et al., 2002), dalam mengha-dapi tantangan dari para pesaingnya yang semakin meningkat pada pertengahan Tahun 1980 an, peru-sahaan Apple Computer justru melakukan tindakan merumahkan banyak karyawan yang sangat ber-bakat dan langka, sehingga menyebabkan jatuhnya

kemampuan bersaing Apple Computer akibat tidak adanya inovasi.

Baik, sekarang kita kembali kepada pembicaraan tentang definisi manajemen sumber daya manusia. Definisi MSDM adalah pendekatan stratejik dan ko-heren untuk mengelola aset paling berharga milik organisasi yaitu orang-orang yang bekerja di dalam organisasi, baik secara individu ataupun kolektif, dalam rangka memberikan sumbangan untuk men-capai sasaran organisasi. Untuk mempermudah saudara dalam mencerna makna definisi MSDM, pertama-tama kita dapat mulai dengan mendefi-nisikan istilah manajemen. Manajemen pada umum-nya didefinisikan sebagai suatu proses pencapaian

VOL 006

INFESTERA | Page 25

https://ivyleaguementorsprep.com/enroll/

Page 26: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

sasaran melalui pihak lain. Menurut Stoner, et al. (1996), istilah manajemen umumnya didefinisikan dalam empat fungsi spesifik dari manajer, yaitu merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan. Dengan kata lain, kita dapat menga-takan bahwa manajemen merupakan proses mem-buat perencanaan, mengorganisasikan, memimp-in, dan mengendalikan berbagai usaha dan semua sumber daya, termasuk sumber daya manusia, untuk mencapai sasaran dan tujuan organisasi. Mengutip pendapat Flippo (1991), manajemen adalah pihak yang mempergunakan wewenang dan kepemi-mpinan atas pihak lain. Lantas pertanyaannya adalah kewenangan dan kepemimpinan dalam hal apa yang dipergunakan oleh manajemen SDM? Mengenai hal ini terdapat berbagai pendapat dari para ahli, teta-pi secara umum kewenangan dan kepemimpinan MSDM adalah dalam hal pengadaan tenaga kerja, pengembangan karyawan, pemberian kompensasi, pemeliharaan karyawan, dan pemutusan hubungan kerja. Berdasarkan pengertian ini, kita dapat mer-umuskan pengertian manajemen sumber daya ma-nusia secara lengkap sebagai berikut. Manajemen sumber daya manusia adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan seluruh kegiatan pengadaan tenaga kerja, pengem-bangan karyawan, pemberian kompensasi, pemeli-haraan karyawan, dan pemutusan hubungan kerja berdasarkan ketentuan dan perundangan yang ber-laku untuk mencapai sasaran dan tujuan individu karyawan, perusahaan, dan masyarakat.

Dalam konteks organisasi non profit pengertian MSDM pada prinsipnya tidak berbeda dengan pen-gertian MSDM dalam konteks perusahaan bisnis. Menurut Berman, E. M., et al. (2001) MSDM berkai-tan dengan pengembangan kebijakan pemanfaatan SDM dalam organisasi secara efektif. Dengan kata lain, seluruh keputusan yang mempengaruhi hubun-gan antara individu dan organisasi dapat dipandang

sebagai dimensi MSDM. Selanjutnya, Berman, E. M. menyatakan bahwa sasaran psikologis dan produk-tivitas sangat penting pada hubungan individu dalam organisasi tersebut. Artinya, performa pekerjaan ha-rus memiliki nilai, baik bagi individu karyawan mau-pun bagi organisasi. MSDM juga merupakan kekua-tan yang sangat besar yang membentuk kondisi di mana para karyawan dapat menemukan diri mereka sendiri (Berman, E. M., et al., 2001). Dalam praktek sehari-hari, MSDM merupakan area dimana para administrator bertanggung jawab terhadap para karyawan. Pekerjaan yang paling penting dari seo-rang administrator SDM adalah membantu organi-sasinya untuk mendapatkan dan menggunakan aset terpentingnya, yaitu karyawan, seefektif mungkin mulai dari membuat keputusan tentang bagaimana individu karyawan akan direkrut hingga bagaima-na mereka selanjutnya digaji, dilatih, dan dievaluasi, bahkan (secara terbatas) termasuk pengembangan karier seluruh karyawan.

Jadi sebagaimana yang telah disampaikan pada pengertian MSDM organisasi sebelumnya, admin-istrator SDM lah yang mencurahkan waktu lebih banyak dibanding administrator lainnya berkaitan

INFESTERA | Page 26

ARTIKEL PENGAWASAN

Page 27: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

dengan usaha mengangkat, mempertahankan, dan mengembangkan karyawan serta usaha menjaga ketaatan dan ketertiban karyawan demi mening-katkan kemampuan organisasi. Secara singkat dapat dikatakan, MSDM adalah usaha memperoleh dan memanfaatkan SDM organisasi seefisien dan seefektif mungkin.

Tujuan MSDM secara keseluruhan adalah untuk me-mastikan bahwa organisasi mampu mencapai keber-hasilan melalui manusia. Seperti telah diungkapkan oleh Ulrich dan Lake (1990), sistem MSDM dapat menjadi sumber kapabilitas organisasi yang memu-ngkinkan perusahaan belajar dan memperagakan kesempatan untuk peluang baru. Secara khusus, tu-juan MSDM adalah sebagai berikut. 1. Memungkinkan organisasi mendapatkan dan

mempertahankan tenaga kerja yang cakap, dapat dipercaya dan memiliki motivasi tinggi, seperti yang dibutuhkan;

2. Meningkatkan dan memperbaiki kapasitas yang melekat pada manusia - kontribusi, kemampuan dan kecakapan mereka;

3. Mengembangkan sistem kerja dengan kinerja tinggi yang meliputi prosedur perekrutan dan seleksi yang teliti, sistem kompensasi dan insentif yang tergantung pada kinerja, dan pengemban-gan manajemen serta aktivitas pelatihan yang terkait dengan kebutuhan bisnis. ( Mengem-bangkan praktek manajemen dengan komitmen tinggi yang menyadari bahwa karyawan adalah stakeholder dalam organisasi yang bernilai dan membantu mengembangkan iklim kerja sama dan kepercayaan bersama;

4. Menciptakan iklim, diharapkan hubungan yang produktif dan harmonis dapat dipertahank-an melalui asosiasi antara manajemen dengan karyawan;

Pada prinsipnya, fungsi MSDM meliputi berbagai

aktivitas yang secara signifikan mempengaruhi kes-eluruhan area kerja suatu organisasi yang terdiri atas perencanaan, pengangkatan dan pemberhentian karyawan; pengupahan dan pemberian tunjangan; penilaian kinerja, penghargaan dan pengembangan karier; pelatihan dan pengembangan; keselamatan dan kesehatan kerja, kepemimpinan, dan produkti-vitas.

Pelatihan dan Pengembangan

Sumber daya manusia pada dasarnya merupakan hal yang unik, terletak pada potensinya untuk tum-buh dan berkembang dalam menghadapi tantangan baru. Oleh karena itu, ketika karyawan memandang organisasi sebagai tempat bekerja, maka kesem-patan untuk berkembang dan meningkatkan diri menjadi penting bagi mereka. Karyawan dapat dila-tih dan dikembangkan melalui prosedur formal atau informal. Pelatihan formal sering dikaitkan dengan pengenalan terhadap jabatan baru atau sebagai alat untuk mengikuti perubahan secara teknologis atau secara prosedural. Pelatihan informal berlangsung di tempat kerja dan diadministrasikan oleh karyawan yang senior atau sejawat. Departemen sumber daya manusia dapat memberikan kursus-kursus pelatihan bagi pelatih dan mengkoordinasikan peluang-pe-luang di tempat kerja dengan perencanaan karier karyawan dan kebutuhan sumber daya manusia yang telah di rencanakan oleh organisasi.

Berikut ini lima kursus online yang menawarkan tem-pat belajar untuk mengembangkan bakat dan ke-mampuan, sekaligus memperkaya resume:1. IndonesiaX, hadir dengan beragam pilihan ma-

teri dalam bahasa Indonesia maupun Inggris. IndonesiaX juga menggandeng institusi dan in-stansi terkemuka, termasuk Universitas Indone-sia, Universitas Airlangga, Universitas Terbuka, Institut Teknologi Bandung, Bank Negara Indo-

INFESTERA | Page 27

VOL 006

Page 28: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

nesia, NET TV, dan lain-lain. Walaupun kursus di IndonesiaX ini gratis, namun kita perlu memba-yar biaya administrasi untuk mendapatkan sert-ifikat.

2. Coursera, menyediakan banyak kursus gratis dengan beragam topik, mulai dari kursus akade-mik, seni rupa, sampai kursus tentang meditasi dan kebahagiaan. Namun, untuk mendapatkan sertifikat resmi, Anda masih harus melakukan pembayaran yang dipersyaratkan.

3. Udemy, Para pengusaha dapat memperoleh akses ke kursus paling populer Udemy bagi karyawan mereka untuk mendorong mereka be-lajar. Ternyata beberapa perusahaan besar sep-erti Adidas, Pinterest, dan Eventbrite telah men-gambil keuntungan dari ini.

4. SquLine, merupakan situs kursus online un-tuk belajar bahasa asing. Melalui layanan yang ditawarkan, Anda dapat belajar bahasa Inggris atau Mandarin dari mana saja. Anda tidak perlu lagi datang ke tempat kursus untuk belajar ba-hasa asing.

5. edX, merupakan situs hasil kerja sama dua uni-

versitas, yaitu Harvard University dan Massachu-setts Institute of Technology (MIT) pada tahun 2012. edX dikelola oleh universitas dengan ske-ma non-profit dan open source. Jadi, siapapun dapat membuat dan mengadopsi situs kursus online-nya masing-masing. Ada lebih dari seribu materi pelajaran yang dapat diakses secara gra-tis, mulai dari TOEFL Preparation, seni, budaya, hingga arsitektur. Sejak akhir tahun 2015, edX menyediakan sertifikat setelah Anda berhasil menyelesaikan materi dan membayar biaya yang ditentukan.

6. Alison, Melalui Alison, Anda bisa mengakses lebih dari 750 materi pelajaran dalam bahasa Inggris. Ada dua tipe materi di Alison, yaitu Di-ploma Courses dan Certificate. Materi Diploma membahas materi dengan lebih mendalam, se-mentara materi Certificate hanya tersedia dalam bentuk cetak.

Referensi:1. Drs. Yun Iswanto, M.Si. Universitas Terbuka2. Widyanto Gunadi Kursus Online 2018

ARTIKEL PENGAWASAN

INFESTERA | Page 28

Sumber: https://blogs.iadb.org/efectividad-desarrollo/es/auditorias-reducen-corrupcion-brasil/

Page 29: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

VOL 006

INFESTERA | Page 29

-filosofi kopi-

Page 30: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

ARTIKEL PENGAWASAN

INFESTERA | Page 30

MEWUJUDKAN IKLIM YANG KONDUSIF TERHADAP PERKEMBANGAN INOVASI MELALUI PERUMUSAN KEBIJAKAN DALAM RANGKA PENATAAN REGULASIPenulis: Djaswadin

Banyak faktor yang saling mempengruhi rendahnya daya saing Indonesia diting-kat global salah satu diantaranya adalah regulasi yang kurang kondusif terhadap

perkembangan inovasi nasional, bahkan Menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bah-wa ditemukan 70 Undang-undang yang menghabat kreatifitas. Hal ini disampaikan oleh Menteri Keuan-gan Sri Mulyani dalam sambutan untuk acara Pe-luncuran Buku Indonesia Menuju 5 Besar Dunia di Tahun 2045.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan dan keber-hasilan ekonomi sebuah negara ditentukan oleh se-berapa besar kemampuan teknologi yang dimilikinya dan tidak lagi bertumpu pada kekayan sumber daya alam. Teknologi yang jantungnya adalah inovasi telah menjadi penggerak utama kemajuan ekonomi se-buah negara karenanya perlu perangkat kebijakan yang menjadi arah pengembangan teknologi melalui regulasi yang tepat.

Sumber: https://www.pelajaran.co.id/2016/07/pengertian-inovasi-dan-ciri-ciri-inovasi-menurut-pendapat-para-ahli.html

Page 31: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

VOL 006

INFESTERA | Page 31

Pada tanggal 13 agustus tahun 2019 telah disyah-kan Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 11 Tahun 2019 Tentang Sistem Nasional Ilmu Penge-tahuan dan Teknologi yang memberikan harapan baru akan peningkatan daya saing nasional namun demikian, regulasi yang menjadi pelaksanaan dari Undang-undang ini harus didorong segera un-tuk penyelesaiannya sehingga terwujud regulasi yang baik dan mampu menjawab tantangan dalam perkembangan global.

Oleh karena itu peran pemerintah melalui Kemen-terian Riset dan Teknologi/Badan Riset Inovasi nasional sangat penting karena tidak hanya harus mengembangkan berbagai regulasi yang member-ikan iklim yang kondusif yang dapat mendorong perkembangan inovasi nasioanl tetapi juga sangat mendesak untuk melakukan pemetaan, analisis dan evaluasi regulasi yang sudah ada dan masih berlaku akan tetapi sudah tidak sesuai dengan perkemban-gan hukum yang dibutuhkan dalam mendorng pen-ingkatan dayasaing nasional.

Sebagaimana diketahui bahwa berdasarkan Glob-al Innovation Index (GII) 2019, daya saing Indo-nesia masih jauh tertinggal dengan negara-negara lain, bahkan jika dibandingkan dengan negara-neg-ara ASEAN Indonesia berada pada peringkat ke-85 dengan memiliki skor 29,72. Dengan kata lain peringkat inovasi Indonesia berada di posisi kedua terendah.

Negara tetangga lainnya di ASEAN yang berhasil ma-suk peringkat 10 besar dunia hanya Singapura yaitu berada di peringkat 8 dengan skor 58,37. Adapun negara-negara ASEAN lainnya yaitu Malaysia berada di peringkat ke-35 dengan skor 42.68, Vietnam per-ingkat ke-42 dengan skor 38.8, Thailand peringkat ke-43, dengan skor 38.63, Filipina peringkat ke-54

dengan skor 36,18, Brunei Darussalam peringkat ke- 71 dengan skor 32.35, Indonesia peringkat ke 85 dengan skor 29,72 dan Kamboja peringkat ke-98 dengan skor 26,59

Dengan posisi Indonesia yang begitu terpuruk bah-kan tertinggal dengan negeri-negara ASEAN, maka Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset Ino-vasi Nasional tidak cukup dengan hanya berjalan, tetapi harus berlari mengejar ketertingglannya den-gan segera mengambil langkah-langkah yang di per-lukan dengan melakukan penataan regulasi sesuai tugas dan fungsi, atau melakukan koordinasi pena-taan regulasi dengan kementerian terkait yang men-jadi pemrakarsa lahirnya suatu regulasi yang kurang mendukung pengembangan inovasi bahkan seba-liknya menghambat sehingga dilakukan perubah-an-perubahan yang diperlukan.

Perlunya koordinasi dikarenakan seringkali para pe-rumus kebijakan yang kemudian ditetapkan menjdi regulasi ketidakmampuan menemukenali masalah kebijakan yang menjadi akar dari persoalan yang timbul, dengan kata lain salah mendiagnosa penya-kit yang diderita, dampaknya lalu berlanjut dengan memberikan obat yang salah. Dalam statistik sering kita mengenai adanya dua kesalahan yaitu memi-lih masalah yang salah dan menolak masalah yang benar. Kesalahan-kesalahan ini biasanya dikaitkan dengan pembuktian suatu hipotesis yakni hipotesis nol dan hipotesis satu. Dalam perumusan kebijakan publik ada satu kesalah yang dianggap lebih parah dari itu yakni melakukan pemecahan masalah yang salah. Para perumus kebijakan menjadikan dampak suatu masalah sebagai faktor utama yang menjadi landasan dalam formulasi kebijakan sehingga reg-ulasi yang dihasilkan tidak memberikan jawaban memuaskan atas tuntutan persoalan yang diharpkan.

Page 32: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

ARTIKEL PENGAWASAN

INFESTERA | Page 32

Walaupun regulasi yang disusun tidak akan pernah memuaskan semua pihak yang mempunyai interest masing-masing dalam memandang masalah kebija-kan sesuai kelompok dan kepentingannya. Namun demikian regulasi harus dibangun dan ditempat-kan diatas kepentingan semua kelompok dan atau golongan yang dusun berdasarkan masalah yang sangat mendasar. Karenanya menjadi tanggung-jawab semua warga Kementerian Riset dan Teknolo-gi/Badan Riset Inovasi Nasional utuk memberikan masukan ke unit kerja yang mempunyai tugas dan fungsi terkait dengan substansi kebijakan yang akan disusun.

Jadi upaya-upaya yang harus segera dilakukan Ke-menterian Riset dan Teknologi/Badan Riset Inova-si Nasional adalah pertama, menyelesaikan dengan segera peraturan pelaksanaan Undang-undang no-mer 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi seperti antara lain Ren-cana Induk Pemajuan Ilmu Pengetahuan dan Te-knologi, pelaksanaan Kliring Teknologi dan Audit Te-knologi, pengukuran tingkat kesiapterapan teknologi, Ahli Teknologi, Invensi dan Inovasi. Kedua, dengan segera melakukan pemetaan dan koordinasi dengan Kementerian Lembaga terkait perihal regulasi yang diketahui menghambat peningkatan daya saing dan inovasi nasional.

Tahapan Pembentukan Kebijakan Publik.1. Problem Identifiation (Identifikasi masalah), yang

perlu dilakukan pada tahap ini adalah pemetaan dan pengumpulan data mengenai permasalah sosial, politik, ekonomi dan lainnya yang terkait renacana kebijakan yang akan disusun atau mengidentifikasi masalah yang sedang dihadapi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, un-tuk kemudian disusun regulasinya, misalnya yang menyangkut kliring teknologi dan audit teknologi, atau masalah yang terkait dengan kode etik Pe-

nelitian, pengembangan, pengkajian, dan pener-apan dan komisi etik, setelah itu mengidentifika-si kebutuhan regulasi yang diperlukan. Tahapan selanjutnya adalah mengolah, memilah, dan mim-ilih data mengenai masalah dan kebutuhan serta dampak yang mungkin timbul jika masalah tidak terpecahkan dan kebutuhan tidak terpenuhi, se-lanjutnya dianalisis dan ditransformasikan keda-lam laporan yang terorganisasi untuk mengetahui penyebabnya, sehingga perlunya disusun sauatu kebijakan, dan yang lebih penting lagi adalah dampak apa yang akan ditimbulkan apabila hal-hal yang dinggap masalah yang telah teridenti-fikasi tidak terselesaikan dengan baik misalnya hal yang terkait dengan rencana induk pemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagaimana dimaksud UU No. 11 Tahun 2019 dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal 11 yang harus diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

2. Penginformasian rencana kebijakan, seringka-li perumus kebijakan merasa lebih mengetahui substansi kebijakan yang akan disusun dengan tidak melibatkan pihak-pihak terkait dalam peru-musan, akibatnya kebijakan tidak mencerminkan aspirasi masyarakat atau tidak merepresenta-sikan harapan dari banyak kalangan, oleh se-bab itu berdasarkan hasil analisis, isu-isu yang menjadi rencana kebijakan harus disampaikan kepada masyarakat yang terkait atau yang akan terkena dampak kebijakan untuk memperoleh tanggapan, koreksi dan/atau masukan.

3. Agenda Kebijakan, Tidak semua masalah publik akan masuk ke dalam agenda kebijakan. Mas-alah–masalah tersebut saling berkompetisi an-tara satu dengan yang lain. Hanya masalah–mas-alah tertentu yang pada akhirnya akan masuk ke dalam agenda kebijakan. Suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan harus me-menuhi syarat–syarat tertentu, seperti misalnya

4. Pemilihan Alternatif Kebijakan. Setelah masalah–

Page 33: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

VOL 006

INFESTERA | Page 33

masalah publik didefenisikan dengan baik dan para perumus kebijakan sepakat untuk mema-sukkan masalah tersebut ke dalam agenda ke-bijakan, maka langkah selanjutnya adalah mem-buat pemecahan masalah. Disini para perumus kebijakan akan berhadapan dengan alternatif –alternatif kebijakan yang dapat diambil untuk memecahkan masalah tersebut. Pada tahap ini para perumus kebijakan akan dihadapkan pada pertarungan kepentingan antar berbagai aktor yang terlibat dalam perumusan kebijakan. Dalam kondisi seperti ini, maka pilihan – pilihan kebija-kan akan didasarkan pada kompromi dan nego-siasi yang terjadi antar aktor yang berkepentin-gan dalam pembuatan kebijakan.

5. Tahap Penetapan Kebijakan. Setelah salah satu dari sekian alternatif kebijakan diputuskan diam-bil sebagai cara untuk memecahkan masalah kebijakan, maka tahap paling akhir dalam pem-bentukan kebijakan adalah menetapkan kebija-kan yang dipilih tersebut sehingga mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Alternatif ke-bijakan yang diambil pada dasarnya merupakan kompromi dari berbagai kelompok kepentingan yang terlibat dalam pembentukan kebijakan tersebut. Penetapan kebijakan dapat berbentuk berupa Undang–Undang, Yurisprudensi, Kepu-tusan Presiden, Keputusan–Keputusan Menteri dan lain sebagainya.

Pemetaan, analis dan Evalusi

Tentu regulasi dibuat berdasarkan kajian, analisis serta pertimbangan yang mendalam sejak identifi-kasi masalah, formulasi kebijakan yang dituangkan kedalam naskah akademik atau naskah urgensi se-suai kondisi faktual saat itu sampai pada tahap le-galisasi, namun demikian dengan perjalanan waktu serta perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat bisa saja regulasi yang dibuat sebel-

umnya menjadi tidak relevan bahkan berpotensi menghambat pengembangan inovasi, serta penca-paian tujuan organisasi karena saling bertentangan, atau bahkan terdapat kekosongan hukum. Pemeta-an, analisis dan evaluasi regulasi tidak saja diper-lukan untuk mendukung formulasi kebijakan untuk pembentukan regulasi yang baru, tetapi juga untuk menyesuaikan regulasi yang telah ditetapkan sebel-umnya sesuai perkembangan hukum. Hal ini sangat penting dilakukan sehingga regulasi yang ada tidak ketinggalan zaman.

Urgensi dari pemetaan, analis dan evaluasi dikare-nakan seringkali ditemukan fakta bahwa ketika membaca sebuah regulasi maka kesan yang ditim-bulkan adalah rumusan dan pengaturannya telah sempurna dan tidak adan cacatnya, namun demiki-an ketika membaca dan membandingkannya den-gan regulasi yang lain baru terdeteksi adanya mas-alah. Hal ini mungkin terjadi karena semakin banyak regulasi, semakin banyak pula potensi masalah yang bisa ditemukan antara lain adalah:1. Konflik, terdapat pasal atau ketentuan yang nya-

ta-nyata bertentangan dengan peraturan lain-nya. Contoh 1: Pasal 29 ayat (2) dan ayat (3)

Page 34: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) yang mengatur bahwa Hak Guna Usaha (HGU) dapat diberikan untuk jangka waktu paling lama 60 tahun dengan Pasal 22 ayat (1) huruf a Un-dang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) yang mengatur bah-wa HGU dapat diberikan untuk jangka waktu paling lama 95 tahun, dan Pasal 35 ayat (1) dan (2) UUPA yang mengatur bahwa Hak Guna Ban-gunan (HGB) dapat diberikan untuk jangka wak-tu paling lama 50 tahun dengan Pasal 22 ayat (1) huruf b UUPM yang mengatur bahwa HGB dapat diberikan untuk jangka waktu paling lama 80 ta-hun; Contoh 2: Undang-Undang nomor 25 Ta-hun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pemba-ngunan Nasional dengan UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pasal 19 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004: “Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala Daerah dilantik”. Sedang-kan Pasal 150 ayat (3e) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004: “Rencana Pembangunan Jang-ka Panjang (RPJP) Daerah dan RPJM Daerah se-bagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan b ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

2. Multitafsir, karena ketidakjelasan pada obyek dan subyek yang diatur berakibat pada ketidak-jelasan rumusan bahasa (sulit dimengerti) serta sistematika yang tidak jelas. Misalnya: pasal 14 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menyatakan: “Setiap pena-nam modal berhak mendapat: a. kepastian hak, hukum, dan perlindungan; b. dst...”. Penjelasan pasal 14 huruf (a) menyatakan bahwa “Yang di-

maksud dengan ‘kepastian hak’ adalah jaminan pemerintah bagi penanam modal untuk mem-peroleh hak sepanjang penanam modal telah melaksanakan kewajiban yang ditentukan. Peru-musan pasal dan penjelasannya tidak menjawab “hak apa saja” sehingga potensi terjadinya multi tafsir sangat besar

3. Inkonsisten, terdapat ketentuan atau pengatur-an yang tidak konsisten dalam satu peraturan perundang-undangan beserta turunannya. Con-toh: definisi penanaman modal dalam Pasal 1 angka 1 UndangUndang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia) dengan definisi penanaman modal dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2007 jo. PP Nomor 62 Tahun 2008 Tentang Fasili-tas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Mod-al di Bidang-bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-daerah Tertentu (Penanaman modal adalah investasi berupa aktiva tetap berwujud termasuk tanah yang digunakan untuk kegiatan utama usaha, baik untuk penanaman modal baru maupun perluasan dari usaha yang telah ada).

4. Tidak Operasional adalah regulasi yang tidak memiliki daya guna, namun regulasi tersebut masih berlaku namun belum memiliki peraturan pelaksana

5. Hasil pemetaan, analis dan Evalusi regulasi dapat berupa rekomendasi perubahan, pencabutan atau simplifikasi regulasi.

ARTIKEL PENGAWASAN

INFESTERA | Page 34

Page 35: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

Sumber: https://www.nutraingredients-asia.com/Article/2017/08/02/OPINION-Once-in-a-generation-chance-to-improve-Australia- s-supplement-laws

Koordinasi dengan Kementerian terkait

Apabila dalam hasil analias regulasi yang mengham-bat itu diprakarsai Kementerian Riset dan Teknologi, maka dengan mudah dilakukan perubahan dengan memprosesnya sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undan-gan, namun jika yang memprakarsai adalah kement-erian lainnya maka perlu koordinasi yang baik untuk menyampaikan hasil pemetaan, analis dan evaluasi regulasi yang bermasalah. Sejumlah permasalahan mendasar dalam system regulasi di Indonesia ada-lah yaitu: (1) sinkronisasi kebijakan dan regulasi pu-sat dan daerah yang belum optimal, (2) absennya monitoring dan evaluasi, (3) perencanaan regulasi yang tidak optimal, (4) disharmoni dalam penyusu-

nan regulasi, serta (5) lemahnya peran kelembagaan dan minimnya penguatan sistem pendukung.

Bisa jadi suatu regulasi dibuat sesuai dengan kebu-tuhan hukum serta kondisi faktual saat itu, namun demikian dengan tantangan perubahan yang begitu pesat seiring dengan kemajuan teknologi dan keter-bukaan informasi, sangat memungkinkan suatu reg-ulasi menjadi tidak relevan lagi dengan keadaan dan kondisi yang dibutuhkan saat ini, bahkan bisa jadi menghambat upaya pemerintah dalam mendorong perkembangan innovasi nasional. Untuk itu diperlu-kan koordinasi, pertemuan dan pembahasan hasil pemetaan, analisis dan evaluasi yang telah dilakukan sebagai upaya mencari solusi bersama, serta men-yamakan presepsi serta langkah-langkah yang ha-rus dilakukan terhadap pasal-pasal yang dianggap mengahambat perkembangan inovasi. Hal ini perlu

VOL 006

INFESTERA | Page 35

Page 36: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

dilakukan mengingat sebagai pemrakarsa atas la-hirnya suatu regulasi, maka kementerian tersebutlah yang mempunyai kewenangan menyampaikan usu-lan perubahan atau pencabutan ke dalam program legislasi nasional. Kementerian riset dan Teknologi/BRIN harus berperan aktif dan mendorong kemen-terian dan lembaga pemrakarsa untuk melakukan penataan ulang.

Dari aspek pengawasan regulasi menjadi acuan da-lam melakukan pengawasan internal untuk mem-berikan keyakinan yang memadai atas pengelolaan keuangan secara efektif, efesien dan akuntabel

dengan memotret kondisi ril dalam implementasi ke-bijakan yang telah ditetapkan dalam program kegia-tan, kemudian dibandingkan dengan regulasi yang ada. Tentu akan menjadi temuan apabila terdapat ketidak sesuaian antara pemenuhan kriteria ses-ui regulasi yang ada dengan pelaksanan kegiatan. Karena itu regulasi yang baik, mudah dipahami, tidak bertentangan dengan regulasi lainnya, menimbulkan multitafsir, inkonsisten akan mendorong terwujud-nya good governance yang akan berdampak pula pada iklim yang kondusif terhadap perkembangan inovasi nasional yang pada akhirnya akan pada pen-ingkatan daya saing Indonesia di tingkat global.

Sumber: https://stock.adobe.com/images/compliance-rules-law-regulation-policy-business-technology-concept/136641251

ARTIKEL PENGAWASAN

INFESTERA | Page 36

Page 37: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

VOL 006

INFESTERA | Page 37

Page 38: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR INTERNAL DALAM MENDETEKSI FRAUD PADA KEMENTERIAN/

LEMBAGA PEMERINTAHANPenulis: Sastra Manjani

Peran dan keberadaan auditor internal pe-merintah dewasa ini telah menjadi hal yang cukup strategis dan sentral pada seti-ap kementerian/lembaga pemerintahan,

baik pada lembaga pemerintahan di tingkat pusat maupun lembaga pemerintahan di tingkat daerah termasuk juga pada Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D). Hal ini seiring dengan adanya reformasi tahun 1998 yang menuntut adanya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) pada semua lini pemerintahan. Auditor internal ha-

rus dapat menghasilkan kualitas audit yang baik dan dapat diandalkan. Untuk dapat menghasilkan kualitas audit yang baik, auditor internal bertanggu-ng jawab merencanakan dan melaksanakan audit agar mendapatkan kepastian secara memadai bah-wa laporan keuangan tidak mengandung kesalahan material yang disebabkan oleh kecurangan maupun kekeliruan (Auditing Standard Boards, 2011).

Auditor internal pemerintah sebagai Aparat Penga-was Intern Pemerintah (APIP) merupakan first de-

Sumber: https://www.pymnts.com/news/security-and-risk/2019/datavisor-launches-feature-platform-to-automate-fraud-detection/

ARTIKEL PENGAWASAN

INFESTERA | Page 38

Page 39: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

fense dalam upaya pencegahan tindakan fraud yang dilakukan di instansi pemerintah. Dengan kapasitas fungsi dan wewenangnya sebagai APIP semestinya dapat mencegah terjadinya tindakan fraud melalui peran pengawasannya baik dalam bidang audit in-ternal, reviu, evaluasi dan monitoring. Audit internal adalah kegiatan independen untuk memberikan ja-minan bahwa pengendalian internal yang dijalankan organisasi telah cukup memadai untuk memperkecil terjadinya risiko, dan menjamin bahwa kegiatan op-erasional organisasi telah berjalan secara efektif dan efisien, serta memastikan bahwa sasaran dan tujuan organisasi telah tercapai (Hery, 2018).

Berdasarkan hasil penilaian tingkat kapabilitas oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) per 31 Desember 2014, pada 474 APIP Ke-menterian, Lembaga, dan Pemerintah daerah per 31 Desember 2014, sebanyak 404 APIP atau 85,23% berada pada Level-1, 69 APIP atau 14,56% Level-2, dan baru 1 APIP atau 0,21% yang berada pada Lev-el-3. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa sebe-sar 85,23 persen Auditor Internal Pemerintah yang tersebar di Kementerian, Lembaga, dan Instansi Pe-merintah Daerah, berada pada level 1. Hal ini menun-jukkan Auditor Internal Pemerintah memiliki kapabili-tas yang masih rendah dan belum dapat mendeteksi fraud (kecurangan). Rendahnya kapabilitas auditor internal pemerintah dalam mendeteksi kecurangan dapat disebabkan oleh kurangnya penerapan sikap skeptisisme profesional (BPKP, 2014).

Skeptisisme berasal dari bahasa Yunani “skeptes-thai” yang berarti menguji, menyelidiki, memper-timbangkan. Kaum skeptis selalu meragukan seti-ap klaim pengetahuan, karena memiliki sikap tidak puas dan masih mencari kebenaran. Skeptisisme diartikan sebagai aliran atau paham yang meman-dang sesuatu selalu tidak pasti, meragukan, dan mencurigakan. Skeptisisme profesional merupakan

sikap mutlak yang harus dimiliki auditor. Unsur-unsur skeptisisme profesional dalam definisi IFAC, anatara lain enam (6) sikap skeptisme profesional tersebut diantaranya adalah:1. A critical assessment, Auditor internal harus

mempunyai sikap dan penilaian yang kritis dan tidak menerima begitu saja dokumen dan per-nyataan dari auditee.

2. With a question mind, Auditor internal harus mengembangkan cara berfikir yang terus me-nerus bertanya dan mempertanyakan atas tran-saksi, peristiwa beserta dokumen yang ada.

3. The validity of audit evidence obtained, Au-ditor internal harus melakukan pengujian dan pemeriksaan atas keabsahan dari semua bukti yang diperoleh.

4. Allert to audit evidence that contradicts, Au-ditor internal harus mempunyai sikap maupun pola pikir yang hati-hati dan waspada terhadap bukti audit yang kontradiktif.

5. Brings into question the reliability of docu-ments and responses to inquiries and other information, Auditor internal harus selalu mem-pertanyakan keandalan dokumen dan jawaban atau pernyataan atas pertanyaan serta informasi lainnya; dan

6. Obtained from management and those charged with governance, Auditor internal ha-rus menggali semua informasi yang diperoleh dari manajemen dan mereka yang berwenang dalam pengelolaan, (Tuanakotta, 2012).

Menurut Standar Audit Internal Pemerintah (AAI-PI, 2014), Skeptisme profesional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan pengujian secara kritis terhadap bukti. Dalam menggunakan skeptisme profesional, auditor tidak harus puas dengan bukti yang kurang persuas-if karena keyakinannya bahwa manajemen adalah ju-jur. Seorang auditor harus memiliki sikap skeptisme

VOL 006

INFESTERA | Page 39

Page 40: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

profesional untuk menguji suatu bukti audit yang di-perolehnya.

Islahuzzaman (2012: 429) dalam Sinta Rahayu (2017) mendefinisikan skeptisisme sebagai ker-aguan terhadap pernyataan yang belum cukup kuatsebagai dasar pembuktian. Bukan hanya percaya, tapi butuh bukti. Dalam filsafat, skeptisisme merajuklebih khusus untuk satu atau lebih sudut pandang. Skeptisisme profesional mencakup pikiran yang se-lalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi se-cara kritis terhadap bukti audit. Karena bukti audit-dikumpulkan dan dinilai selama proses audit, maka skeptisisme profesional harus digunakan selama proses tersebut. Auditor tidak boleh menganggap bahwa manajemen entitas yang diperiksa tidak jujur, tetapi juga tidak boleh menganggap bahwa kejuju-ran manajemen tersebut tidak diragukan lagi.

Peterson dan Buckhoff (2004); Martin dan Phillips (2006) menyatakan skeptisisme profesional mer-upakan sikap yang penting dimiliki oleh auditor da-lam mendeteksi kecurangan. Selain itu, Quadackerset al., (2009) menyatakan bahwa auditor internal dengan tingkat skeptisisme yang tinggi dapat men-deteksi kecurangan secara dini mulai dari tahapan perencanaan hingga pelaksanaan audit. Dalam men-jalankan tugasnya, auditor internal pemerintah perlu untuk mempertimbangkan kemungkinan adanya ke-curangan yang terjadi pada setiap tahapan kegia-tan operasional di suatu organisasi. Oleh karena itu, sikap skeptisisme profesional auditor perlu menjadiperhatian dalam melakukan pendeteksian kecuran-gan saat melaksanakan audit.

Menurut International Standard on Auditing (ISA 200) skeptisisme professional adalah sikap yang mencakup pikiran yang mempertanyakan, waspada terhadap kondisi yang dapat mengindikasikan ke-mungkinan salah saji yang disebabkan kesalahan

atau penipuan (fraud), dan penilaian kritis terhadap bukti audit. Hurtt et al. (2010) skala skeptisisme pro-fessional Hurrt terdiri dari tiga puluh item yang digu-nakan untuk mengukur tingkat skeptisisme profes-sional seorang individu. Tiga puluh item didasarkan pada karakteristik individu yang berasal dari standaraudit dan penelitian psikologis. Hurt (2010) menga-dakan percobaan untuk melakukan proses validasi skala ketat dan berulang menggunakan siswa dan auditor internasional.

Berdasarkan tiga puluh item, Hurt (2010) mengiden-tifikasi enam sifat skeptisisme professional yang per-tama terdiri dari tiga karakteristik yang berhubungandengan pemeriksaan dan pengujian bukti (examina-tion of evidence) yaitu: 1. questioning mind, pikiran yang selalu mempertanyakan sesuatu; 2. suspensionof judgment, penangguhan dalam penilaian; dan 3. search for knowledge, pencarian pengetahuan. Karakteristik keempat terkait dengan pertimbanganaspek manusia dan pemahaman penyedia informasiketika mengevaluasi bukti audit yaitu interperson-al understanding (pemahaman antar pribadi). Dua karakteristik terakhir dengan keberanian profesional

ARTIKEL PENGAWASAN

INFESTERA | Page 40

Page 41: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

auditor yaitu 5. self-confidence, percaya diri dan 6.self-determination, determinasi diri.

Prof. Steven M Glover dan Douglas F. Prawitt (2013)mencatat bahwa sementara konsep yang mendasa-ri skeptisisme profesional kurangnya pemahaman umum atau panduan praktis tentang apa itu sekp-tisisme professional dan bagaimana hal itu dapat ditunjukkan dan didokumentasikan. Ketika memer-iksa definisi skeptisisme professional dalam standar audit dan literatur akademik, keduanya menemukan definisi yang saling terkait, tetapi berbeda. Dalam standar audit internasional menekankan pada pikiran yang mempertanyakan dan penilaian kritis terhadap bukti audit. Beberapa literatur akademi. lebih meru-juk kepada presumptive doubt view, yang menga-sumsikan tingkat kecerobohan, ketidakmampuan,

atau ketidakjujuran pada bagian dari penyusunan laporan keuangan, laporan kegiatan.

Keduanya berpendapat bahwa daripada berfokus-pada satu perspektif tertentu dalam keseluruhan audit, mungkin lebih produktif untuk memikirkan penerapan skeptisisme professional sebagai ses-uatu hal yang memungkinkan auditor untuk dapat mengambil setiap perspektif tergantung pada situasiyang ada selama audit. Untuk alasan ini, Prof. Stevandan Douglas (2013) mengusulkan penerapan “pro-fessional skepticism continum” yang mengakui bah-wa penerapan skeptisisme professional yang sesuai akan tergantung pada karakteristik risiko dari lapo-ran dan pernyataan dengan harapan dapat mem-bantu auditor mencapai keseimbangan optimalantara efektivitas dan efisiensi.

Sumber: https://www.fwi.co.uk/business/how-to-avoid-being-a-victim-of-fraud

VOL 006

INFESTERA | Page 41

Page 42: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

Aspek lain dari mendefinisikan skeptisisme adalah apakah itu secara fundamental terdiri dari serang-kaian keterampilan dan perilaku, atau apakah itu juga melibatkan pengetahuan dan keahlian atau sifat-si-fat kepribadian. Sementara beberapa sarjana labih condong kearah keterampilan dan yang lain kearah sifat pribadi, kami percaya dialog yang berkelanju-tan paling baik dilayani dengan mempertimbangkan skeptisisme professional dalam hal kombinasi dari sifat-sifat pribadi, pengetahuan, dan keterampilan.

Penelitian yang dilakukan oleh Hurtt et al, (2010) menyatakan bahwa auditor internal dengan tingkat skeptisisme lebih tinggi memiliki kemampuan yang lebih besar untuk memperoleh informasi atas kecu-rangan. Senada, menurut Pramudyastuti (2014) dan Anggriawan (2014), skeptisisme profesional auditor berpengaruh terhadap kemampuan dalam men-deteksi kecurangan. Pendapat berbeda, penelitian yang dilakukan oleh Mustarikah & Agustia (2018) menyatakan bahwa hubungan langsung indepen-densi auditor berpengaruh signifikan terhadap ke-mampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan sedangkan hubungan tidak langsung independensi auditor terhadap kemampuan auditor dalam men-deteksi kecurangan dengan skeptisme profesional tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

Berdasarkan teori dan penelitian di atas dapat di-simpulkan bahwa auditor internal pemerintah wa-jib mempunyai sikap skeptisme profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai auditor. Terutama dalam tugas dan kewenangannya dalam mendeteksi dan mencegah adanya fraud dalam organisasi dima-na dia bekerja. Pertanyaan berikutnya adalah apa-kah semua auditor internal pemerintah mempunyai pengalaman dan kompetensi keahlian yang sama dalam melaksanakan tugasnya mengawal kebijakan kementerian/lembaga pemerintah? Jawabnya pasti tidak. Auditor internal pemerintah pada kementeri-

an/lembaga terdiri dari berbagai latar belakang pen-didikan dan pengalaman. Dengan berbagai macam latar belakang pendidikan, keahlian dan pengalaman ini menjadikan tidak meratanya keahlian auditor in-ternal dalam pelaksaan tugas audit.

Hal ini menjadi tantangan bagi manajemen dan pimpinan pada kementerian dan lembaga pemer-intahan khususnya Inspektorat Jenderal untuk se-lalu melakukan program pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan untuk meningkatkan keahlian dan pengalaman auditornya dalam melakukan audit. Terlebih lagi dalam penerapan skeptime profession-al auditor untuk melakukan pencegahan dan pen-deteksian perilaku fraud dalam organisasi, untuk itu diperlukan auditor internal yang mempunyai keahl-ian, ketrampilan dan jam terbang yang cukup tinggi.Ada minat yang meningkat dalam penerapan skep-tisisme professional oleh auditor karena berbagai alasan termasuk penipuan akutansi berskala besar yang merupakan katalisator untuk reformasi regula-si, seperti Sarbanes-Oxley Act; meningkatnya kom-pleksitas dalam transaksi; perluasan penggunaan estimasi subyektif dan nilai wajar dalam akuntansi, yang membutuhkan lebih banyak penilaian dalam memperkirakan dan mengevaluasi nilai-nilai yang di-laporkan dalam laporan keuangan; temuan inspek-si yang menganggap kekurangan audit disebabkan oleh kurangnya skeptisisme professional; dan per-mintaan yang terus meningkat oleh pengguna un-tuk keandalan dan kepercayaan dalam pelaporan keuangan.

INFESTERA | Page 42

ARTIKEL PENGAWASAN

Page 43: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

Dunia usaha akan memanfaatkan AI untuk melakukan “tugas berpikir” berbasis data, sehingga mereka dapat secara signifikan mengurangi waktu yang dihabiskan untuk mengamati, berdebat, merencanakan skenario dan menguji setiap inovasi baru.

VOL 006

INFESTERA | Page 43

4 PREDIKSI TEKNOLOGI YANG MENGUBAH MASA DEPAN

Teknologi-teknologi baru seperti VR dan AI, akan membantu orang mencari dan bertindak terhadap infor-masi yang diterima tanpa dipengaruhi emosi atau prasang-ka eksternal.

Pada 2018, sejumlah besar pemain e-Sports duduk di belakang layar atau menggu-nakan headset VR untuk berkompetisi dalam dunia rekayasa komputer high-defini-tion. Dengan ratusan juta pemain dan penonton yang menyaksikan, e-Sports akan menjadi permainan mainstream. Wilayah APJ mulai merealisasikan hal tersebut dengan e-Sports menjadi salah satu ajang olahraga resmi di Asian Games 2022.

Mulai 2018, sejumlah langkah besar menanamkan kecerdasan buatan berkecepatan tinggi (near instant) dalam IoT, baik kecerdasan buatan yang diterapkan di perkotaan, bisnis, perumahan, dan kendaraan. Setiap objek akan menjadi lebih cerdas dan membantu kita menikmati hidup secara lebih cerdas.

Page 44: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

Pengawasan Pendidikan Tinggi

Pada era revolusi industri 4.0, semua ke-biasaan manusia berubah. Hal-hal yang dib-utuhkan bisa dengan mudah didapat dalam hitungan menit: tanpa pengeluaran berlebih,

tanpa langkah berbelit, tanpa proses yang panjang, dan semuanya ada hanya dengan mengetik di me-sin pencari. Era masa kini secara langsung mengu-bah cara manusia bekerja, khususnya usia produktif (15 - 64 tahun) dalam menciptakan kebiasaan baru di kehidupan mereka sehari-hari. Meskipun hal ini masih terus berkembang, tetapi masyarakat sudah sedikit demi sedikit beradaptasi tentang perubahan zaman yang semakin modern.

Hal ini tentu saja disadari penuh oleh Kementerian Riset Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dalam programnya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia menjadi unggul dan kompe-ten, serta sesuai dengan kebutuhan kerja di lingkup nasional dan global. Sebagaimana yang pernah dis-ampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kemenristekdikti Ainun Na’im dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 bertajuk Membangun Sumber Daya Manusia Menyongsong Era Industri 4.0: Memasti-kan Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komu-nikasi (TIK), Industri Manufaktur, SDM Riset, dan Skema Dukungan Anggaran pada tahun 2019. Be-liau mengatakan bahwa Kemenristekdikti salah sa-tunya selalu berupaya melakukan terobosan untuk peningkatan akses pendidikan tinggi yang bermutu

Penulis: Dina Agustina

(Social Media & Creative Planner)

Sumber: https://unsplash.com/photos/pYWuOMhtc6k

ARTIKEL PENGAWASAN

INFESTERA | Page 44

Peran Pengawasan Kemenristekdikti dalam Mewujudkan SDM Unggul Indonesia Maju

Page 45: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

ke seluruh wilayah Indonesia sebagai bentuk nyata inovasi di era revolusi industri masa kini. Tentu saja suatu program harus bersifat komprehensif jika in-gin berhasil dari berbagai aspek dan berkelanjutan, khususnya pada peningkatan sumber daya manusia yang siap kerja, memiliki ide-ide inovatif, dan mampu memberikan solusi yang kreatif. Beberapa di antara-nya adalah sebagai berikut:1. Melakukan program pendidikan jarak jauh

(e-learning) ke seluruh wilayah Indonesia. Den-gan begitu, akses informasi dan wawasan pen-getahuan dapat dipelajari dengan mudah lewat platform digital ke bagian daerah di Indonesia. Beliau mengatakan bahwa konektivitas yang dikembangan melalui e-learning dapat member-ikan fleksibilitas dengan kualitas tinggi. Melalui cyber university, masing-masing universitas baik secara prodi maupun mahasiswa di dalam kam-pus dapat memanfaatkan dan menyeleksi pilihan studi supaya mendapat dosen dan materi kuliah terbaik.

2. Membangun infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang memiliki peran vi-tal dalam upaya mengakselerasi pembangunan SDM Indonesia yang unggul dan mampu ber-saing di tingkat global di Era Revolusi Industri 4.0. Hal ini bisa mendukung program e-learning agar konektivitas yang dihasilkan menjadi opti-mal dan terarah dengan baik.

3. Merubah konten kurikulum pendidikan agar semua fokus studi yang dipelajari oleh generasi muda bisa memberikan dasar-dasar ilmu yang berkaitan dengan teknologi, data, dan humani-ty. Dengan begitu, lulusan perguruan tinggi akan siap menghadapi tantangan dunia kerja di era Revolusi Industri 4.0

4. Menjadikan sertifikasi kompetensi sebagai fokus pengembangan SDM di perguruan tinggi se-bagai syarat kelulusan, khususnya di politeknik dan pendidikan vokasi, sehingga mereka terja-

min untuk memiliki soft skills yang kompeten dan dibutuhkan di dunia kerja.

5. Melakukan kolaborasi industri untuk meningkat-kan relevansi kurikulum di politeknik dan pen-didikan vokasi dengan dunia industri, melalui program revitalisasi pendidikan vokasi. Kemen-ristekdikti juga mewajibkan politeknik dan pen-didikan vokasi memiliki partner industri agar ilmu yang dipelajari bisa langsung dipraktekkan den-gan binaan profesional di bidang-bidang pilihan. Kerja sama yang erat antara politeknik dan dunia industri diharapkan mampu mengisi ruang per-bedaan antara teori dan praktek yang di ajarkan di kampus dengan kebutuhan kompetensi sebe-narnya di dunia industri.

Tidak dipungkiri jika pendidikan secara teori harus dibarengi dengan pelatihan yang sifatnya praktikal, baik kemampuan teknis maupun kemampuan non akademik. Hal ini disebabkan karena mahasiswa atau pelajar yang terbiasa dengan pembelajaran ter-struktur melalui buku lebih menekankan ilmu pen-getahuan sebagai nilai, sikap, dan kemahiran untuk mengembangkan kepribadian mereka lewat poten-si yang dimunculkan oleh guru dan tenaga penga-jar mereka. Pendidikan secara teoritis merupakan proses perubahan perilaku menuju kedewasaan, dan juga merupakan proses pengembangan ke-mampuan atau perilaku yang diinginkan oleh mas-yarakat. Sedangkan pelatihan lebih mengedepankan investasi sumber daya manusia (human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan meningkatkan kinerja seorang pekerja. Biasanya, pelatihan atau pendidikan vokasi dilakukan dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan industri, diberikan dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan tujuan untuk membekali seseorang dengan keterampilan yang bisa langsung diaplikasikan.

Perubahan kurikulum yang bermaksud untuk menyeimbangkan pendidikan teori dengan pendi-

VOL 006

INFESTERA | Page 45

Page 46: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

dikan vokasi dapat menjadi alternatif terbaik untuk menyiapkan generasi muda ke dunia kerja yang di-namis. Perubahan ini diperlukan agar kualitas, kuan-titas, maupun kaitannya dengan efektivitas dan relevansinya terhadap zaman tetap sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. Di sini, banyak yang tel-ah dilakukan dan terus dikembangkan. Inovasi terus diciptakan. Perbaikan-perbaikan dalam tatanan pen-didikan terus dievaluasi dari berbagai sisi. Salah sat-unya adalah kualitas guru, dosen, dan tenaga pendi-dik lainnya. Kebutuhan tersebut tidak hanya berlaku untuk mencetak mahasiswa yang unggul, tetapi juga harus datang dari kalangan dosen yang mam-pu mengedepankan praktek vokasi dalam pengaja-rannya. Penjelasan ini selaras dengan ujaran Dirjen Ali Ghufron Mukti yang juga merupakan Guru Besar UGM, “untuk mencetak lulusan siap pakai di industri, Kemenristekdikti tengah memperkuat bidang voka-si. Oleh sebab itu, peningkatan kompetensi dosen vokasi menjadi fokus kami. Para dosen ditingkatkan kualifikasinya melalui berbagai skema beasiswa jen-jang Doktor. Selain itu, kami juga memiliki program pelatihan, baik di dalam maupun luar negeri untuk para dosen, serta mendukung sarana prasarana pendidikan di politeknik.

Kemenristekdikti juga ikut serta dalam mewujudkan peningkatan kompetensi para calon guru pada level pendidikan dasar dan menengah, khususnya guru di daerah terpencil, sekaligus mendorong terwujudnya lulusan Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang unggul dan berkarakter untuk daerah 3T (Tertinggal, Terde-pan, dan Terluar). Program PPG 3T ini ditujukan bagi putera dan puteri di daerah 3T untuk dapat mengi-kuti program PPG bersubsidi. Setelah itu, pada saat mereka lulus dan mendapat sertifikat profesi guru, mereka akan siap untuk mengabdi sebagai guru di daerah asal 3T mereka untuk membangun dan mendidik SDM di daerahnya masing-masing. Di-

rektorat Jenderal (Ditjen) Belmawa bekerja sama dengan para Kepala Dinas Pendidikan Provinsi yang memiliki daerah 3T dan para Lembaga Pendidikan tenaga Keguruan (LPTK) penyelenggara PPG sudah melakukan koordinasi mulai dari perencanaan, pros-es seleksi, proses pembelajaran, dan pelaksanaan Uji Kompetensi Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (UKMPPG). Melalui program ini, diharapkan hasil yang akan diperoleh adalah para mahasiswa unggul dan kreatif, sebagaimana Permenristekdikti no. 55 Tahun 2017, dimana dalam peraturan tersebut men-jelaskan bahwa penyelanggaraan PPG berpedoman pada Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendi-dikan Tinggi tentang standar pendidikan guru.

Tentu saja tidak hanya para guru yang wajib berdaya saing tinggi demi terciptanya kualitas pengajaran dan pengembangan karakter di lingkungan pendi-dikan, tetapi juga kesempatan bagi kalangan anak muda yang memiliki potensi besar dalam memajukan negara. Untuk itu, salah satu cara Kemenristekdikti dalam menyiapkan kalangan muda atau millennials dan centennials untuk memiliki daya saing ada-lah dengan meningkatkan akses pendidikan tinggi melalui beasiswa. Mohamad Nasir selaku Mantan Menteri Kemenristek pernah menjelaskan bahwa anggaran Beasiswa Bidikmisi mendapat penamba-han dari Rp3,76 miliar untuk 368.961 mahasiswa pada 2018 menjadi Rp4,43 miliar untuk 430.961 mahasiswa pada 2019. Kemenristekdikti juga akan meningkatkan penerima Beasiswa Afirmasi Pendi-dikan Tinggi (ADik) untuk pemuda Papua Barat, Pap-ua, serta daerah 3T, yang sebelumnya beranggaran Rp99,68 miliar untuk 5.743 mahasiswa pada 2018 menjadi Rp118,28 miliar untuk 7.148 pada 2019. Hal ini dilakukan sebagai tindakan nyata dalam bentuk pembangunan SDM unggul Indonesia Maju untuk mewujudukan visi Indonesia dalam pembangunan tahap berikutnya di tahun 2019 - 2024.

INFESTERA | Page 46

ARTIKEL PENGAWASAN

Page 47: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

INFESTERA | Page 47

VOL 006

Page 48: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

Ketika di pra sekolah atau juga jenjang se-kolah dasar dulu, bisa menjadi momen-momen mulai berkembangnya seorang individu. Di masa-masa itu juga seseorang

diajarkan pertama kalinya untuk berkelompok, sep-erti mencari jawaban dari pertanyaan sederhana bersama atau sekedar berkreasi bersama untuk di-kumpulkan ke guru dan mendapat nilai. Dalam se-buah kelompok belajar misalnya, pasti dibutuhkan orang-orang yang yang bisa berperan aktif untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Pertanyaannya yang bisa muncul adalah, apakah semua orang bisa berperan aktif? Dalam mencapai tujuan yang diing-inkan, dibutuhkan kerja keras. Apalagi ini berhubun-gan dengan kepentingan atau tujuan kelompok. Peran aktif dari tiap-tiap individu menjadi salah satu tolok ukur yang sangat penting untuk mendapatkan apa yang diharapkan di kelompok tersebut. Sum-ber daya manusia yang berkualitas tentu akan san-

gat membantu untuk membawa suatu kelompok itu menjadi maju dengan kualitas pula tentunya. Ses-eorang atau sumber daya manusia yang berkuali-tas itu merupakan seseorang yang senantiasa men-gantisipasi tuntutan pada masa depan, mempunyai sikap positif, berwawasan, berperilaku terpuji, dan mempunyai keterampilan, kemampuan, serta keah-lian yang memang sesuai kebutuhan pada berbagai bidang dan sektor. Atau paling tidak pada bidang di mana SDM tersebut ditempatkan. Lalu, seperti apa ciri-ciri SDM yang berkualitas untuk memaju-kan Indonesia? Ciri-ciri sumber daya manusia yang berkualitas, biasanya memiliki sifat-sifat seperti:1. Ulet, Sumber daya manusia yang berkualitas

adalah seseorang yang tak gampang putus asa. Jadi akan terus menerus berusaha mencari penyelesaian, diiringi dengan sikap tekun, keule-tan tersebut akan membawa orang tersebut pada sebuah dedikasi pekerjaan yang bermu-

Ciri-Ciri SDM Berkualitas Untuk Indonesia Maju

ARTIKEL PENGAWASAN

INFESTERA | Page 48

Sumber: https://www.dictio.id/t/apa-saja-komponen-komponen-yang-terdapat-pada-plan-human-resource-management/19477

Page 49: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

tu dan berkualitas. Di mana ini tentu saja akan membawa dampak positif pada perusahaan tempat pegawai tersebut bekerja.

2. Inovatif, Selain ulet, sifat kedua ini juga penting untuk masuk dalam kategori sumber daya ma-nusia berkualitas. SDM yang berkualitas itu bu-kanlah seorang pegawai yang cepat puas den-gan apa yang mereka gapai, namun merupakan seorang manusia unggul, yakni manusia kreatif, yang senantiasa aktif dalam mencari berbagai hal yang baru. Tentunya yang bersifat positif dan mendukung pekerjaan mereka untuk mencapai hasil yang lebih baik lagi, bukan penurunan kin-erja.

3. Tekun, Seseorang yang memiliki kemampuan untuk memfokuskan perhatian mereka pada sesuatu yang sedang mereka kerjakan. Perlu diketahui, bahwa tidak semua orang bisa memi-liki kemampuan ini. Ketekunan itu sendiri, akan menciptakan sesuatu, sebab manusia atau SDM berkualitas tak akan berhenti jika mereka belum membuahkan sesuatu yang positif untuk peru-sahaan atau tempat organisasi di mana mereka bekerja.

4. Jujur, Sifat jujur sangatlah penting. Banyak SDM yang harus diberhentikan secara sepihak oleh perusahaan karena tidak memenuhi sifat ini, bahkan harus berurusan dengan hukum. Keju-juran ini, lebih luas, bukan hanya bagi orang lain namun juga bagi diri sendiri. Di mana kejujuran pada orang lain yakni harus bisa bekerja sama, dilandasi oleh rasa saling percaya. Kejujuran pada perusahaan, bekerja dengan baik dan ses-uai aturan yang berlaku. Namun juga harus jujur terhadap kemampuan mereka sendiri, jika seo-rang SDM jujur terhadap apa yang bisa mereka perbuat serta apa yang tak dapat mereka per-buat, maka orang tersebut akan mendapatkan tanggung jawab pekerjaan yang sesuai. Dan ti-dak menutup kemungkinan untuk berkembang

ke depannya.5. Dedikasi, Walaupun terlihat dan terdengar se-

pele, namun dedikasi ini juga sifat yang penting yang harus dimiliki oleh SDM berkualitas. Seo-rang yang unggul wajib untuk memiliki rasa peng-abdian pada tugas serta pekerjaan mereka. Di mana mereka harus mempunyai visi yang jauh ke depan. Seseorang dengan dedikasi yakni seo-rang yang disiplin, sebab akan fokus pada apa yang mau mereka wujudkan. Jika dilihat dari sisi profesionalitas, maka memiliki arti tidak bekerja setengah-setengah.

Tentunya manajemen dari sumber daya manusia di-haruskan memiliki kaitan erat dengan hal-hal di atas. Suatu kelompok, organisasi atau perusahaan harus memiliki sistem manajemen yang baik, sehingga bisa mempertahankan sumber daya yang berkualitas un-tuk terus memberikan keuntungan bagi kelompok, organisasi atau perusahaan dan sumber daya ma-nusia itu sendiri.Sementara dari sisi yang luas, Indonesia sebagai negara yang berkembang membutuhkan peran dari orang-orang yang berkualitas. Karena kema-juan suatu bangsa dapat diraih salah satunya berkat kualitas sumber daya manusia yang mumpuni agar bisa bersaing di ajang global.

Referensi:http://ksp.go.id/sdm-unggul-indonesia-siap-bersaing-di-ajang-global/index.htmlhttp://manajemen-sdm.com/kompetensi-sdm/ciri-sdm-berkualitas-seperti-apa/

VOL 006

INFESTERA | Page 49

Muhammad Firdaus Soeroto (Content Writer)

blog: www.firdaussoeroto.com

Page 50: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

Kekayaan sumber bahan pangan ternyata luput dalam mengupayakan penurunan jumlah gizi buruk pada balita. Balita pen-derita stunting bisa ditemui dari mulai

daerah pertanian sampai ke kota besar. Pada se-buah kesempatan dalam Australia Awards Alumni: Professional Development Series di Kupang pada awal tahun 2011, penulis mendapat kesempatan un-tuk menyaksikan penyerahan sumbangan dari Pe-merintah Australia berupa ambulans dengan peng-gerak empat roda dan sejumlah ambulans motor. Sumbangan ini diberikan untuk mengurangi ting-kat kematian ibu dan bayi di NTT. Pada kegiatan itu, sempat ditayangkan video pendek mengenai keadaan kontur pegunungan yang belum terdapat

fasilitas jalan. Bantuan ini diharapkan bisa membantu para ibu dalam proses kelahiran atau untuk memba-wa ibu ke lokasi lain yang terdapat fasilitas keseha-tan yang memadai.

Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018 menunjuk-kan angka tingkat stunting di Indonesa tergolong tinggi. Disampaikan bahwa 1 dari 3 anak di Indo-nesia menderita stunting. Tingkat prevalensi balita stunting tersebut tidak menguntungkan dibanding-kan dengan negara tetangga terdekat seperti Viet-nam 19,4 %, Malaysia 19,4 %, atau Thailand 16,3%. Stunting adalah kondisi hambatan dalam pertum-buhan pada balita akibat kekurangan gizi kronis di 1000 hari pertama kehidupan.

Sumber: http://www.cybersoma.com/goldnames.html

INFESTERA | Page 50

ARTIKEL PENGAWASAN

Diseminasi Iptek untuk SDM UnggulPenulis: Dr.Syafrizal Maludin, SE., MTIM (Peneliti LIPI)

Page 51: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

INFESTERA | Page 51

Stunting di Kota dan Desa

Dalam sebuah wawancara dengan seorang ibu, dis-ampaikan masalah nafsu makan yang rendah pada anaknya. Menariknya, bukan karena kebiasan yang tidak suka makan, melainkan perhiasan yang dike-nakan ibu itu. Jelas bukan masalah sumber daya dan kesejahteraan yang dihadapi oleh ibu itu. Pan-gan jajanan anak sekolah (PJAS) pada tahun 2018, terungkap fakta bahwa pembuat makanan tidak menggunakan sarung tangan atau masker. Disam-paikan juga bahwa 62 persen PJAS menggunakan air sumur. Mutu PJAS yang baik setara pentingnya dengan pemberian ASI pada bayi.

Jadi pantaslah kalau masalah gizi dan ketahanan pangan untuk balita itu harus dihadapi mulai dari daerah terpencil sampai di Jakarta. Bukanlah han-ya jauhnya jarak dari kota atau ketersediaan bah-an pangan yang menyebabkan kualitas hidup bali-ta yang buruk. Disisi lain, tradisi kebiasaan tiap-tiap daerah yang berbeda-beda juga berpengaruh. Ma-salah asupan gizi yang baik untuk balita di Jakarta sebetulnya diluar perkiraan. Namun penangangan balita memang masih tertinggal. Seperti tertinggaln-ya anak-anak pada pengasuhnya yang belum tentu memahami mengenai pentingnya asupan gizi. Pada keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke atas, pengasuh anaknya juga sudah lebih maju dan terbiasa dengan televisi kabel dan sosial me-dia. Sehingga mudah untuk meletakan balita dengan makanan didalam ranjang bayi yang berpagar dan dihadapkan pada televisi. Anak menjadi tidak rewel tapi tidak menjamin akan menghabiskan makanan-nya. Pengasuh sibuk mencuci dan berbenah ruang bayi. Dari situ sebetulnya bukan hanya masalah gizi yang dikhawatirkan, tapi juga perkembangan kecer-dasan anak.

Seperti Memelihara Tulip di Jakarta

Tentunya tidaklah adil untuk mengharapkan bunga tulip berkembang baik di Jakarta dengan iklim yang berbeda dari daerah asalnya. Walaupun pengairan dan pemupukan sudah dilakukan dengan teratur. Dalam kasus ini, maka penting untuk memberikan bagian penting selain air dan pupuk. Hal serupa bisa disejajarkan dengan kasus ketahanan gizi ini. Ino-vasi teknologi mampu melumpuhkan Teori Malthus. Teorinya menyatakan pertumbuhan manusia seperti deret ukur dan pertumbuhan makanan seperti deret hitung. Tanpa inovasi teknologi di bidang rekayasa genetik, misalnya, mungkin pertambahan jumlah penduduk yang menyebabkan penyempitan lahan pertanian akan menyebabkan kekurangan bahan makanan. Kalau iklan rokok bisa diberikan gambar mengerikan yang ditujukan untuk memberikan efek jera bagi perokok. Maka perlu inovasi dalam melaku-kan diseminasi yang mengarahkan untuk memberi-kan perhatian baik dan seimbang terhadap asupan gizi anak-anak. Maka perlu inovasi dalam melaku-kan diseminasi yang mengarahkan untuk member-ikan perhatian baik dan seimbang pada anak-anak. Apalagi dengan pengaruh jangka Panjang stunting dalam kerugian ekonomi 2 – 3 persen dari PDB.

VOL 006

Page 52: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

REPORTASE

PERAN PENGAWASAN PUSAT SAINS ANTARIKSA DALAM MEWUJUDKAN SDM UNGGUL INDONESIA MAJU

Dalam suatu organisasi, Sistem Pengenda-lian Internal merupakan tolak ukur untuk suksesnya organisasi tersebut. Sistem Pengendalian Internal yang baik dapat

membawa organisasi pada kesuksesan dalam pen-capaian tujuannya. Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi.

Sistem pengawasan yang kuat dan efektif diperlukan untuk membantu manajemen untuk melaksanakan kebijakan yang diambil secara efektif dan efisien dalam rangka menjaga agar sasaran reformasi bi-rokrasi dapat tercapai. Pengawasan diarahkan untuk menghindari adanya penyelewengan atau penyim-

pangan atas tujuan reformasi birokrasi, disamping mengidentifikasi resiko tidak tercapainya sasaran, sehingga diperoleh sistem pengendalian yang te-pat. Salah satu Lembaga Pemerintah Non-Kemen-terian secara khusus membagikan kisahnya tentang bagaimana Peran Pengawasan Intern di Pusat Sains Antariksa Bandung dalam mewujudkan SDM Unggul Indonesia Maju

Pusat Sains Antariksa-LAPAN merupakan LPNK yang bertugas melakukan penelitian dan pengem-bangan serta pemanfaatan sains antariksa terutama cuaca antariksa. Kemudian memberikan informa-si dan prediksi kondisi cuaca antariksa, peringatan dini benda jatuh antariksa guna mitigasi dampaknya

INFESTERA | Page 52

Page 53: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

VOL 006

INFESTERA | Page 53

yang merugikan kehidupan manusia.

Training apa saja yang dilakukan Pusat Sains Antariksa Bandung dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang antariksa bagi pegawai?

Ada yang khusus kebanyakan untuk jenjang S1 kemudian langsung melanjutkan ke S2 kemudi-an melanjutkan dari S2 ke S3 (untuk gelar peneli-ti) yang untuk non gelar (hanya beberapa bulan). Kemudian ada yang melakukan tugas belajar keluar negeri seperti Swiss, Jepang, Korea untuk jurusan rata-rata astronomi, dokter, maupun IT. Kalau untuk didalam negeri kebanyakan melanjutkan di ITB pada jurusan Fisika, dan Sains Astronomi. Serta mengikuti diklat-diklat yang diselenggarakan diawal tahun yang diselenggarakan oleh LAPAN sendiri yaitu Bimtek Strategi Anggaran (BAS) yang berkaitan dengan an-ggaran, mengikuti workshop, dan mengikuti Simpo-sium-simposium local dan internasional secara rutin.

Apa saja inovasi dan riset yang telah dihasilkan oleh Pusat Sains Antariksa Bandung?

Riset yang telah dihasilkan oleh Pusat Sains Antarik-sa Bandung yaitu Layanan Cuaca Antariksa, dan Layanan Informasi Benda Jatuh (telah memiliki sert-ifikat ISO), dan Layanan Swift.

Upaya apa saja yang dilakukan Pusat Sains An-tariksa Bandung untuk membangun SDM maju Indonesia Unggul?

Pusat Sains Antariksa Bandung ingin memban-gun Observatorium Nasional di Kupang yang ma-sih menjadi proyek tahun 2017-2020 yang nantinya akan menjadi wisata edukasi dan membangun minat generasi muda untuk cinta keantariksaan. Serta me-nerima kunjungan-kunjungan dari mulai SD sampai mahasiswa.

Kendala apa saja yang biasanya terjadi atau ditemui dalam mengembangkan Iptek di bidang Antariksa di Indonesia?

Karena Pusat Sains Antariksa Bandung sifatnya APBN jadi lancar-lancar saja dalam melakukan pene-litian. Masih ada permasalahan dalam pembangunan Observatorium Nasional di Kupang, karena disana adat istiadat masyarakatnya masih kental, terutama dalam urusan tanah adat mengenai pembebasan la-han. Tetapi masalah OBNAS sudah beres. Kemudi-an terjadi kendala pencairan anggaran dalam pem-buatan teleskop. Karena pembuatan teleskopnya berada di Jepang dan bukan barang ready stock melainkan harus dibuat dan dirakit dahulu. Serta barangnya belum bisa diangkut ke Kupang karena kendala jalannya yang kurang memadai. Padahal dengan adanya OBNAS ini sangat menguntungkan Kupang yang berdampak pada penjualan tanah di Kupang dan perekonomian di Kupang akan mening-kat.

Apa harapan Pusat Sains Antariksa Bandung ter-hadap pemerintah dalam meningkatkan kualitas SDM agar lebih Maju?

Dari sisi SDM akses untuk pengembangan PNS leb-ih difasilitasi terutama program-program riset Pro karena setelah diajukan tidak berhasil. Serta da-lam sisi jabatan fungsional untuk lebih diperhatikan. Pusat Sains Antariksa Bandung juga telah memili-ki Planetarium Mini yang siap keliling yang berna-ma Equator. Dan kita sudah melakukan sosialisasi ke sekolah sekolah terkait Planetarium Mini. Serta terdapat Open Sains Center yang niatnya memang untuk menyediakan SDM maju dibidang antariksa dan sains nasional.

Apa Cita-cita Pusat Sains Antariksa Bandung kedepannya dalam pengembangan IPTEK di bidang Antariksa?

Page 54: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

Cita-cita Pusat Sains Antariksa Bandung menga-cu pada turunan UU No. 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan untuk melakukan kegiatan litbang dan pemanfaatan sains antariksa ini berperan penting dalam mengatasi dan mengantisipasi masalah-ma-salah yang ada di cuaca antariksa sehingga LAPAN sudah membangun dan menempatkan peralatan di wilayah Indonesia ada 15 lokasi untuk melaku-kan pengamatan terkait cuaca antariksa dimana alat –alat pengamatan tersebut harus dijaga supaya mendapat data yang valid kemudian diterjemahkan pada renstra dan terarah mengikuti aturan dasar.

Pencapaian serta prestasi apa saja yang telah diraih oleh Pusat Sains Antariksa Bandung dalam pengembangan IPTEK di bidang Antariksa?

Prestasi yang telah diraih oleh Pusat Sains An-tariksa Bandung yaitu tentang layanan Swift yang mendapatkan sertifikasi ISO, Sertifikat WBK, dan Sertifikat KENAP juga masih dalam proses. Pusat Sains Antariksa Bandung juga Mendapatkan peng-hargaan menjadi penyelenggara terbaik kedua. Ser-

ta mendapatkan penghargaan Subroto dibidang penghematan energi.

Apa saja upaya yang dilakukan Pusat Sains An-tariksa Bandung untuk meningkatkan ketertari-kan masyarakat terhadap bidang Iptek khusus-nya antariksa?

Upaya Pusat Sains Antariksa Bandung untuk mening-katkan ketertarikan masyarakat terhadap bidang Iptek khusunya antariksa yaitu dengan melaku-kan kunjungan-kunjungan berupa planetarium mini (Equator), menyelenggarakan festival, menyeleng-garakan acara malam langit gelap, serta melakukan program kerja sama dengan Jepang yang disebut Program Edukasi Siswa mengenai Robotic, dan Kibo yang nantinya tidak hanya mengenai antariksa me-lainkan tentang ilmu hayati. Bekerjasama dengan pemda setempat untuk membangun taman edukasi. Serta melakukan pendekatan melalui media sosial seperti youtube, dan instagram LAPAN pusat yang dibuat secara kekinian.

REPORTASE

INFESTERA | Page 54

Page 55: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

VOL 006

INFESTERA | Page 55

Setelah dilakukan pengawasan dari Inspektorat secara rutin, dampak apa yang dirasakan oleh Pusat Sains Antariksa Bandung sebagai satker yang diawas?

Paradigma terhadap Inspektorat bukan sesuatu yang ditakuti melainkan sifatnya pembinaan. Awal dari Pusat Sains Antariksa Bandung menciptakan pengendalian internal mulai dari KPA, P2K, Pemer-iksa tata seluruh pegawai ada komitmen awal untuk bersifat bersih dan jujur. Serta ada fakta integritas di awal yang harus ditanda tangani. Disamping se-bagai pegawai terkait dengan seluruh pengelolaan anggaran ada fakta integritas plus. Dari segi mental juga dibina sebelum meminta ke Inspektorat. Awal-nya membangun benteng pribadi atau mengelola diri sendiri (pengendalian intern) supaya tidak ada ben-turan kepentingan. Inspektorat itu mitra jadi bukan sesuatu yang perlu ditakuti. Aspek apa saja yang berubah dari Pusat Sains Antariksa Bandung sebagai tindak lan-jut dari pengawasan yang dilakukan Inspektorat?

Di awal tahun akan dibuatkan kontak ker-ja, tentang apa saja targetnya sampai ke staff kebawah. Serta terdapat laporan kinerja, evaluasi pelaporan, monev anggaran, evaluasi se-mester dan evaluasi akhir tahun. Kalau misalnya kinerjanya tidak penuh akan dipotong tukinnya. Dari sudut pandang sebagai satker, bagaima-na peran pengawasan yang dilakukan Inspek-torat dalam mendorong Pusat Sains Antariksa Bandung dalam mewujudkan reformasi birokra-si?

Untuk Reformasi Birokrasi sendiri sudah jalan 8 un-sur perubahan. Pada keuangan juga sudah jalan, WBK juga lancar tanpa hambatan. Untuk Reforma-

si Birokrasi pada kunjungan PKL kita tidak meneri-ma apapun. Dan biasanya pada surat balasan kami sampaikan dalam surat bahwa kita tidak menerima apapun. Untuk sistem pelayanan sudah mengakar serta melakukan sosialisasi di daerah-daerah ter-pencil keliling menggunakan mobil Equator. Melaku-kan koordinasi dengan BNPB dan pihak kepolisian mengenai benda jatuh.

Dari sudut pandang Pusat Sains Antariksa Band-ung sebagai satker, bagaimana korelasi antara fungsi pengawasan yang dijalani oleh Inspek-torat dengan misi presiden dalam mewujudkan SDM unggul Indonesia Maju?

Mengenai fungsi pengawasan bukan tentang keuan-gan saja melainkan Inspektorat mengawasi kinerja dengan unsur disiplin Inspektorat memantau, seper-ti melakukan tugas belajar dimana. Untuk pemberian tukin juga diharapkan ada audit kinerjanya. Karena di Pusat Sains Antariksa bandung sistem auditnya masih operasional (menyeluruh) belum khusus.

Bagaimana harapan Pusat Sains Antariksa Band-ung terhadap perkembangan IPTEK terutama antariksa di Indonesia?

Mengenai administrasi belum ada yang dibiayai. Ka-lau dari satkernya belum ada. Sedangkan untuk pe-neliti harus memiliki gelar S3. (Syafira).

Page 56: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

REPORTASE

CARA UNSOED DALAM MENINGKATKAN SDM UNGGUL

INDONESIA MAJU

Universitas Jenderal Soedirman (Un-soed), merupakan Perguruan Tinggi Neg-eri (PTN) yang terletak di Jawa Tengah bagian selatan, tepatnya di Purwokerto,

Kabupaten Banyumas. Universitas ini berdiri pada tanggal 23 September 1963, berdasarkan Keputu-san Presiden RI No.195/1963 dan SK Menteri No. 153/1963. Nama Jenderal Soedirman sendiri diambil dari seorang Panglima Besar yang merupakan Pahl-awan Nasional kelahiran Purbalingga untuk men-genang jasa-jasanya pada nusa, bangsa, dan negara. Kampus yang memiliki luas lebih dari 850.000 m2 ini memiliki udara yang relatif sejuk dan dingin kare-na secara geografis letaknya berada di kaki Gunung

Slamet sebelah utara Purwokerto, selain sejuk juga letaknya tidak berada persis di tengah keramaian kota sehingga bisa dikategorikan kondusif dan nya-man untuk kegiatan belajar mengajar, serta untuk kegiatan edukasi lainnya.

Universitas Jenderal Soedirman pada awal berdir-inya hanya memiliki 3 fakultas saja, yaitu Fakultas Pertanian, Fakultas Biologi, Fakultas Ekonomi. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan dari masa ke masa Saat ini terdapat 12 fakultas yang terdiri atas lebih dari 50 program studi, baik program diploma, sarjana, pascasarjana, dan doktoral. Kini, di usianya yang ke-56, UNSOED tetap bersetia dengan komit-

INFESTERA | Page 56

Page 57: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

VOL 006

mennya sebagai perguruan tinggi yang berorien-tasi pada pengembangan sumberdaya perdesaan berkelanjutan, serta penggalian dan pemanfaatan kearifan lokal.

UNSOED saat ini juga telah, sedang dan terus mengembangkan kemitraan strategis dengan sesa-ma perguruan tinggi, kalangan pebisnis, masyarakat, dan pemerintah pusat/daerah untuk bersama-sama mengembangkan potensi yang ada dalam rangka meningkatkan peran dan aktualisasinya, sehingga kiprah ketridharmaannya dapat dirasakan keman-faatannya bagi nusa, bangsa, negara, dan nilai-nilai kemanusiaan. Pada tanggal 6 November 2019, tim liputan Infestera mendatangi UNSOED untuk me-wawancarai rektor UNSOED Bapak Prof.Dr. Suwar-to, M.S. Kedatangan tim liputan Infestera disambut hangat oleh beliau ditengah kesibukannya sebagai orang nomor satu di UNSOED.

Berikut adalah wawancara dengan Prof. Dr. Suwar-to, M.S :

Bagaimana definisi SDM unggul yang sesuai den-gan Visi Presiden Joko Widodo?

Jadi suatu bangsa itu keunggulan yang berdampak pada kemanjuan bangsa tergantung pada 10 % SDA dan 90% SDM. SDM itu 40% inovasi, Riset 30% dan Networking 20%. Sehingga yang dinginkan aadalah SDM yang mampu menciptakan inovasi yang ber-manfaat bagi masyarakat sehingga dapat mening-katkan kesejahteraan masyarakat.

UNSOED ada PTN terbesar di Jawa Tengah Ba-gian selatan, bagaimana UNSOED untuk mencip-takan SDM Unggul?

Pertama dari Input, melalui proses seleksi akademik yang menjamin kuailitas mahasiswa. Dalam proses

kami berusaha agar mahasiswa sesuai dengan yang dibutuhkan stakeholder, dalam sarana pemebelaja-ran pun kamu berusaha untuk memaksimalkan agar lulusan dapat memenuhi kompetensi stakeholder. Didalam riset kami juga berusaha memecahkan ma-salah yang terjadi pada masyarakat. Mahasiswa juga terlibat dalam riset dosen yang bermuara pada pe-mecahan masalah pada masyarakat. Dengan input, proses yang baik maka dapat tercipta sdm yang se-suai dengan keinginan stakedholder.

Bagaimana dengan Pendidikan Vokasi di UN-SOED?

Untuk vokasi di Unsoed belum ada penambahan program vokasi, tapi di S2 ada kenotariatan dan akuntasi, dan ada peralihan dari D3 menjadi S1 ter-apan. Tapi kami mengakui kesulitan dalam pengem-bangan vokasi karena keterbatasan SDM. Kami kekurangan pendidik dan sarana prasarana dalam mengembangkan program vokasi. Karena vokasi 70% membutuhkan praktek yang berbeda dengan akademik. Jadi kami masih berusaha tapi belum se-suai harapan.

Apakah lulusan dari UNSOED sudah sesuai den-gan kebutuhan stakeholder?

Jadi untuk melihat data itu kami harus data ber-dasarkan tes terstudi, tapi kami belum bisa men-jangku alumni yang harus mengembalikan quisoner, jadi kami belum bisa menjawab secara kuantitat-if. Tapi dengan proses input dan output UNSOED mendekatkan diri dengan stakeholder, kami ber-harap dapat memenuhi kriteria.

Bagaimana Strategi UNSOED dalam mewujud-kan SDM Unggul Indonesia Maju?

Didalam proses, kami berusaha keras mendekatkan

INFESTERA | Page 57

Page 58: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

antara mahasiswa dengan industri kami mendirikan teaching industri. Yang sudah berdiri adalah dibidang peternakan dan ditahun ini dalam industry padi dan bibit. Pembiayaan di dapatkan dari Kemenristekdikti, sedangkan peternakan dengan swasta. Kami beru-saha mahasiswa dalam praktek kerja lapangan agar apa yang dikerjakan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh stakeholder. Untuk thesis ataupun riset pun se-suai dengan masalah yang dihadapi stakeholder.

Bagaimana dengan kondisi SDM di UNSOED Sendiri?

SDM dikelompokan menjadi 2, dosen dan tenaga kependidikan. Dari segi dosen kamu menugaskan atau mewajibkan dosen unduk S3 di universitas ter-kenal di dalam dan luar negeri agar 80-90% dalam 5 tahun kedepan sudah S3. Karena dalam penerimaan pns sebagian besar masih S2, padahal kedepannya S3 merupakan suatu kewajiban bagi dosen Unsoed supaya apa yang diajarkan dosen sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, tuntutan dan te-

knologi yang ada. Tenaga kependidikan kebanya-kan fungsional, tahun ini UNSOED banyak mengirim tenaga kependidikan untuk mengikuti pelatihan dan juga melanjutkan studi kejenjang selanjutnya, karena kita ingin meningkatkan kualitas SDM kita.

Apakah UNSOED mengalami kesulitan dalam mendapatkan SDM yang unggul?

Untuk tenaga tertentu iya, tetapi untuk tenaga yang

tidak membutuhkan pendidikan yang lama tidak sulit, yang sulit biasanya mencari dokter spesialis, kare-na pada saat dibuka pendaftaran tidak ada yang mendaftar. Kemudian dokter yang sudah S2 ternyata jarang yang S2, khusus dokter jika jika sudah men-gambil spesialis dapat disetarakan dengan s2. Jadi untuk tenaga yang berahlian khusus kami mengalami kesulitan.

Kesulitan sekarang adalah 5 tahun kedepan kita ti-dak bisa mengangkat pegawai baru, baik honorer dan PNS sehingga kita membutuhkan tenaga ini. Kami di

REPORTASE

INFESTERA | Page 58

Page 59: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

tenaga Pendidikan juga memiliki karyawan kontrak yang cukup banyak yang statusnya msh kontrak yang menjadi pikiran kami kedepan, dalam artian kami membutuhkan kejelasan apakah dapat diang-kat PNS atau PPPK.

Bagaimana penanggulangan radikalisme di lingkungan UNSOED?

Radikalisme dalam arti mahasiswa dan dosen yang secara terbuka menyatakan sikap seperti itu me-mang ada indikasi, jika ada indikasi tentunya yang bersangkutan kamu panggil untuk klarifikasi dan kami berikan pemahaman tentang hidup bernega-ra. Untuk kemahasiswaan kami banyak melakukan aktifitas yang mengarah kepaa penekanan radika-lisme. Contohnya mahasiswa baru kita berikan pem-bekalan tentang Pancasila, UUD 1945 dan GBHN. Kemudian selama proses pembelajaran ada matkul JDU yang intinya perjuangan pahlawan dalam men-egakkan NKRI.

Secara berkala kami juga mengajak mahasiswa, ten-dik dan dosen untuk napak tilas Jenderal Soedirman. Kemudian dengan penggunaan tempat ibadah, pen-gelolaannya juga diserahkan oleh mereka yang cinta NKRI bukan orang-orang yang menghendaki bentuk lain. Kami juga berkordinasi dengan Polres, Korem dan kejaksaan untuk informasi radikalisme untuk penangannya. Tetapi selama ini belum ada sanksi kepada mahasiswa dosen dan lain, hanya sebatas pemanggilan saja.

Dalam penerimaan mahasiswa baru dengan jalur mandiri, kita melakukan screening dengan menga-dakan tes tambahan tentang intoleransi dari calon mahasiswa, apabila terindikasi intoleransi maka akan kami coret. Untuk kegiatan di luar kampus, kami be-lum bisa mengawasi sepenuhnya tetapi untuk kegia-tan di lingkungan kampus akan kami seleksi, apabila terindikasi radikalisme tidak akan kami izinkan.Tiap kegiatan kemahasiswaan dapat kita monitor, untuk kegiatan diluar kampus kami tidak dapat men-gawasi sepenuhnya tetapi kita memiliki informasi dari kegiatan tersebut.

Bagaiamana Peran Inspektorat Jenderal sebagai mitra pengawasan UNSOED dalam menuwudkan SDM Unggul?

Setiap tahun kami menyusun kegiatan, kegiatan tersebut adalah kegiatan pelatihan dan kegiatan khusus yang akan diikuti staf kamu yang berdampak pada anggaran kami. Itjen pada periode tertentu akan datang untuk mengawasi apakah yang sudah direncanakan sudah dilakukan dan bagaimana hasil-nya. Tetapi untul SDM dosen, itjen hanya mengecek kontrak kinerja dosen saja, tetapi pengawasan berkelanjutan sangat kurang karena kebanyakan berfokus lebih pada keuangan. Tapi dari segi kual-itas perencanaan SDM di UNSOED belum banyak disentuh oleh Itjen. Mungkin kedepannya harus mu-lai menyentuh bagian tersebut. (Aldino).

VOL 006

INFESTERA | Page 59

Page 60: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

Peran Pengawasan Badan Informasi Geospasial Dalam Meningkatkan Kinerja Sumber Daya Manusia Indonesia

Badan Informasi Geospasial (BIG) lahir un-tuk menggantikan Badan Koordinasi Sur-vei dan Pemetaan Nasional (BAKOSUR-TANAL) sebagai penuaian amanat pasal 22

ayat 4 dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (IG). UU ini disetujui Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia pada tanggal 15 April 2011 dan disahkan oleh Presiden Re-publik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, pada tanggal 21 April 2011. Lahirnya BIG ditandai dengan ditandatanganinya Peraturan Presiden Nomor 94 tahun 2011 mengenai Badan Informasi Geospasial pada tanggal 27 Desember 2011.

BIG merupakan Lembaga Pemerintah Non Kement-erian yang bertugas melaksanakan pemerintahan di bidang informasi geospasial. BIG terdiri dari Kepala, Sekretaris Utama, dan 3 Deputi yaitu Deputi Geo-spasial Dasar, Deputi Informasi Geospasial Tematik,

dan Deputi Infrastruktur Informasi Geospasial. Data Geospasial (DG) yang menjadi tugas pemerintahan BIG yaitu meliputi data tentang Lokasi Geografis, di-mensi atau ukuran keruangan, dan/atau karakteristik objek dalam dan/atau buatan manusia yang bera-da dibawah, pada atau diatas permukaan bumi. DG tersebut di atas akan menjadi Informasi Geospasial (IG) jika sudah diolah sehingga IG dapat dimanfaat-kan sebagai alat bantu perumusan kebijakan, pen-gambilan keputusan, dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan ruang kebumian. Dalam Peraturan Presiden Nomor 27 tahun 2014, disebut-kan bahwa IG diperlukan oleh semua level pemer-intah dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dalam semua aspek pemer-intah secara nasional.

Dengan kerja keras dan dukungan seluruh pemangku kepentingan di bidang informasi geospasial baik dari

INFESTERA | Page 60

REPORTASE

Page 61: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

unsur pemerintah, akademisi, pengusaha, profesion-al dan segenap masyarakat, BIG siap mengemban amanah sebagai institusi terdepan dalam mengopti-malkan penyelenggaraan informasi geospasial untuk negeri. Program Manajemen Sumber Daya Manusia di Badan Informasi Geospasial diantaranya:1. Pembinaan Kelembagaan Informasi Geospasial

(IG)2. Pembinaan dan Peningkatan Kualitas Sumber-

daya Manusia (SDM) IG Melalui Pembinaan Ja-batan Fungsional, Diklat, dan Litbang IG

3. Sertifikasi SDM dan Badan Usaha IGMengingat visi utama presiden adalah pada periode 2019-2024 adalah SDM Unggul, Indonesia Maju, Tim majalah pengawasan Inspektorat Jenderal Ke-menristekdikti menghadirkan wawancara dengan Badan Informasi Geospasial (BIG) untuk lebih da-lam mengetahui tugas dan fungsi serta hubungan dan peranan Badan Informasi Geospasial (BIG) da-lam visi utama Presiden periode saat ini.

Bagaimana peran BIG untuk dapat menanamkan Visi Misi Presiden Jokowi dengan slogan SDM Unggul Indonesia Maju?

Di Badan Informasi Geospasial sendiri ada dua bidang yang utama, yaitu bidang geodesi dan geografi. Saat ini untuk pengembangan lebih lanjut sekarang kita membutuhkan SDM yang mempunyai keahlian dalam bidang IT. Hal itu diperlukan untuk diseminasi hasil, contohnya apabila dulu orientasi kami adalah peta cetak dan sekarang yang mer-upakan era 4.0 kami harus membuat peta tersebut menjadi digital dan mudah untuk di akses.

Pegawai Badan Informasi Geospasial harus sep-erti apa?

Sejak para CPNS bergabung dengan BIG, dari awal kami akan memberikan orientasi pelatihan agar

tangguh baik secara mental maupun fisik. Contohn-ya pada masa orientasi kami memberikan pelatihan Jungle Survival yang dampaknya mulai terasa apa-bila mereka harus pergi ke verifikasi lapangan mau-pun supervisi lapangan. Kami mengadakan surviv-al tersebut dikarenakan saat perjalanan dinas kami lebih banyak ke daerah terpencil karena yang dip-etakan sampai seluruh Indonesia dan dapat ditu-gaskan untuk menetap sampai berbulan-bulan. Hal itulah sebagai surveyor pemetaan dituntut untuk tangguh karena daerah yang dituju terkadang cuk-up ekstrim. Kedepannya BIG mempunyai program bagaimana mereka bisa berkarir di BIG dengan era 4.0. selain menguasai bagian geografi dan geode-si, serta melakukan pekerjaan seperti pengelolaan keuangan maupun bagian administrasi, para pega-wai diharapkan dapat mengerti bisnis proses di BIG.

Apakah para surveyor hanya untuk spesifikasi geodesi?

Yang paling utama adalah geodesi dan geografi. Un-tuk bidang lain biasanya sekarang sudah ada pe-metaan sosial yaitu untuk teman-teman yang back-groundnya seperti sosiologi, antropologi dilibatkan untuk memperkaya hasil seperti untuk peta tem-atik. Untuk pemetaan dasar memang lebih banyak teman-teman dari geodesi itu lebih banyak.

Bagaimana tingkat pendidikan pegawai di Badan Informasi Geospasial?

Saat ini pegawai di Badan Informasi Geospasial ma-sih ada yang berpendidikan dari SD sampai Doktoral (S3), hal ini dikarenakan pada pembuatan peta di tahun 70 – 90an masih menggunakan metode gam-bar manual, namun pada saat ini teknologi di dunia pemetaan sangat berkembang pesat sehingga cara –cara manual sudah tergantikan dengan teknologi digital mapping.

INFESTERA | Page 61

VOL 006

Page 62: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

Apakah ada kriteria terkait Pegawai di Badan In-formasi Geospasial?

Pegawai di Badan Informasi Geospasial harus memi-liki latar belakang pendidikan Kebumian dan Infor-matika, namun tidak menutup kemungkinan untuk latar belakang pendidikan lainnya yang ingin men-jadi pegawai Badan Informasi Geospasial, seperti : manajemen, akuntansi, hukum dan lain-lain. Badan Informasi Geospasial memberikan pendidikan un-tuk pegawai baru berkaitan dengan informasi geo-spasial agar ketika masyarakat menanyakan terkait dengan Badan Informasi Geospasial maka mereka dapat menjawab. Penggabungan antara ilmu kebu-mian dengan informatika salah satunya adalah ap-likasi SAKTI (Sistem Akuisis data Toponim Indone-sia untuk survei toponimi berbasiskan mobile dan webGIS.

Apakah ada kendala di 4.0 terkait Sumber Daya Manusia?

Ada, kendala paling utama yaitu saat peralihan sum-ber daya manusia yang lama ke yang baru, yang be-lum familiar dengan teknologi komputer dan internet kemudian beralih ke generasi milenial yang sudah familiar dengan teknologi. dulu membuat peta ma-sih dengan cara manual seperti meja gambar dan sejenisnya, sehingga membuat generasi yang lebih senior belum familiar dengan perangkat software komputer pemetaan digital. ada masa peraihan pada tahun 2004, 2005, 2006 yang memaksa generasi yang sebelumnya tidak digital untuk menggunakan komputer atau digital. Hal ini dilakukan bertahap dari pemetaan manual menjadi pemetaan yang sebatas untuk menghasilkan peta cetak menggunakan soft-aware AutoCAD, seiring berjalannya waktu mulai bergeser beralih ke pemetaan yang berbasis kom-puter sesungguhnya, seperti GIS atau software pe-

metaan lainnya.

Strateginya bagaimana untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia?

Ada pelatihan, Badan Informasi Geospasial (BIG) memfasilitasi untuk bimbingan teknis jika semisal ada teknologi terbaru, dengan berkerjasama melalui provider dan/atau dari universitas.

Apa cara untuk memotivasi Sumber Daya Manu-sia?

Selain remunerasi, BIG juga menerapkan tunjangan kinerja berbasis kinerja pegawai. ada tukin yang ber-beda-beda sesuai dengan hasil penilaian kinerja oleh atasannya, untuk di bagian pelayanan, kami menga-dakan Employee of The Month pada balai layanan sebagai apresiasi kepada pegawai yang memberi-kan pelayanan maksimal

Rencana Badan Informasi Geospasial jangka pendek 3 tahun ke depan dan Rencana jangka panjang 10 tahun ke depan terkait dengan kuali-tas Sumber Daya Manusia Unggul untuk Indone-sia Maju?Rencana Jangka Pendek Badan Informasi Geospa-sial terkait dengan sumber daya manusia, mendapa-tkan amanah dari RPJM untuk pembangunan ska-la besar dalam 5 tahun jadi SDM sehingga semua pegawai harus mengikuti perkembangan teknologi. Sedangkan Rencana Jangka Panjang Badan Infor-masi Geospasial ke depannya dapat memanfaat-kan data-data informasi geospasial untuk memban-tu pembangunan negara. Sebagai contoh: apabila semua data-data informasi geospasial sudah ter-sedia, maka sumber daya manusia badan informa-si geospasial harus dapat memanfaatkan data-data tersebut untuk meningkatkan perekonomian baru

INFESTERA | Page 62

REPORTASE

Page 63: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

indonesia sehingga tidak perlu menggunakan pro-vider peta dijital dari luar negeri, akan tetapi dapat menggunakan peta yang dikeluarkkan oleh badan informasi geospasial.

Harapannya Badan Informasi Geospasial ke de-pan terkait dengan Sumber Daya Manusia?

Harapannya ke depan sumber daya manusia bu-kan hanya menjadi “juru ukur” dan “tukang gambar” karena pada saat ini hanya menjadi tukang gambar peta kemudian di publish ke masyarakat. Harapan-nya ke depan sumber daya manusia di Badan In-formasi Geospasial mampu mengembangkan data informasi geospasial yang sudah tersedia. Untuk dapat dikembangkan kedalam berbagai macam sektor. Salah satu contoh membantu satu wilayah dalam pengembangan potensi daerah sehingga dapat berkembang sesuai karektiristiknya. Pengem-bangnya dapat melalui masyarakat atau lembaga lain, serta organisasi masyarakat. Datanya bersum-ber dari Badan Informasi Geospasial dikembangkan untuk berbagai macam kepentingan. Sebagai con-toh : terkait potensi daerah, terkait tentang rawan bencana, terkait dengan konflik sosial, terkait pen-erapan gagal teknologi. Datanya harus akurat, aktual dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan wilayah Indonesia yang sangat luas, pada saat ini terkadang sulit memperbaharui dalam satu waktu yang bersa-maan. Saat ini ada teknologi yang mampu melakukan pemetaan yang mampu membantu dalam melaku-kan pemetaan tersebut, teknologi tersebut bernama crowd sourching dengan konsep gotong royong un-tuk mengupdate informasi. Kendalanya adalah ke-benaran informasi yang diberikan oleh masyarakat ataupun user dalam konteks memanfaatkan gotong royong/crowd sourching tersebut. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pelaksanaan verifikasi dalam setiap pemetaan untuk memastikan kebenaran data yang

di informasikan tersebut, tidak bisa data yang masuk tidak sesuai dengan data kebenaran yang seharusn-ya terinput dalam pemetaan, karena data ini nantinya menjadi data resmi yang akan digunakan oleh user yang membutuhkan data pemetaan Indonesia. In-formasi terkait tentang fasilitas umum perlu untuk dimasukan. Informasi yang kurang terpercaya dan sedikt ambigu juga perlu diverifikasi. Saat ini me-mang semua cenderung untuk revolusi industri 4.0, namun demikian verifikasi data dari masyarakat/user tetap diperlukan agar data resmi nantinya tidak mer-upakan data fiktif maupun sifatnya ambigu. Badan Informasi Geospasial selalu berusaha update dan memastikan kebenaran update data itu merupakan informasi secara benar. Harapan lainnya Badan In-formasi Geospasial sejalan dengan visi pemerintah adalah mencetak SDM yang unggul untuk Indonesia maju, dengan cara kerja cepat, kerja keras dan kerja produktif. Biasakan yang benar, bukan membenar-kan yang biasa.

Terkait dengan absensi pegawai Badan Informa-si Geospasial?

Dalam hal kepegawaian terkait absen kehadiran, di Badan Informasi Geospasial menggunakan data fin-gerprint untuk presensi. Jam kerja yang diterapkan pada hari kerja di Badan Informasi Geospasial ini mulai pukul 07.30 s.d. 16.00 dari hari Senin sam-pai dengan hari Kamis, sedangkan untuk hari Jumat mulai pada pukul 07.30 s.d. 16.30 pada hari jumat. Seluruh pegawai diwajibkan melakukan presensi fin-gerprint. Dalam hal reward Badan Informasi Geo-spasial belum memberikan reward bagi pegawai yang disiplin dalam menerapkan presensi kehad-iran. Namun secara eksplisit reward ini diterapkan dalam bentuk penilaian Sasaran Kinerja Persemes-ter Pegawai pada komponen perilaku kedisiplinan. Namun adakalanya penilaian ini juga perlu diimbangi

INFESTERA | Page 63

VOL 006

Page 64: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

dengan komponen lain penilaian perilaku karena ada sebagian kecil yang secara presensi bagus namun secara kinerja kurang, serta subyektifitas penilaian jadi untuk penilaian tersebut tidak bisa mengandal-kan presensi saja.

Jika dari segi kedisiplinan untuk memastikan ka-lau orang yang bertugas benar berada ke lokasi yang ditinjau?

Dalam pemetaan ada proses yang namanya Quality Control (QC), kemudian akan di cek kembali peng-gambaran atau penempatan tulisan. jika surveyornya sudah senior ada hal-hal yang sudah menjadi pola, jika tidak sesuai dengan pola berarti ada sesuatu yang janggal. itu dilakukan pengecekan data QC, jika kemudian terdapat ketidaksesuaian data pihak BIG punya kontak person untuk menanyakan kembali sampai clear. Quality Control (QC) juga memonitor-ing proses pemetaan, dalam proses QC bisa meja-di koordinator, bagian tim, atau menjadi supervisor serta megkoordinir setiap pelaksanaan. pembagian tim dibagi tergantung luasan wilayah yang di survey melalui surat tugas dalam rangka survey dan pe-metaan selama waktu yang ditentukan.

Adakah reward untuk pegawai berprestasi?

Saat ini, belum ada reward terkait dengan pegawai yang berprestasi. Sebelum, ada peraturan baru kepa-la badan yang baru tentang manajemen kinerja, dulu Badan Informasi Geospasial memakai SKP mengi-kuti aturan nasional pernah memberikan penghar-gaan buat pegawai yang berprestasi terkait dengan kinerja. Pernah Ada pegawai yang secara presensi bagus, akan tetapi secara kinerja tidak baik. Jadi, ti-dak bisa menggunakan data presensi sebagai acuan untuk memberikan reward, akan tetapi juga kinerja. Standar penilian tiap unit berbeda-beda. Baru-ba-

ru ini ada Perka baru sehingga ke depan mungkin dapat diterapkan kembali berkaitan dengan peng-hargaan untuk pegawai berprestasi.

Adakah punishment untuk pegawai yang melang-gar?

Sesuai dengan Perka yang baru, setiap pegawai dijawabkan membuat laporan harian dan triwulan. Apabila ada pegawai tidak melaporkan, maka akan melakukan penundaan pembayaran tunjangan kin-erja sampai pegawai tersebut membuat laporan har-ian dan triwulan. Terkait kekurangan jam kerja, maka disesuaikan dengan PP 53 tahun 2010 tentang di-siplin pegawai negeri sipil. Sebelum menjatuhkan ke-disiplinan pegawai, maka diverifikasi terlebih dahulu apakah pegawai tersebut tidak melakukan pereka-man presensi atau ada tugas akan tetapi belum diin-put atau alasan lainnya. Badan Informasi Geospasial memastikan langsung kepada atasan pegawainya terlebih dahulu terkait dengan penjatuhan disiplin pegawai. Pembayaran tunjangan kinerja di Badan Informasi Geospasial dibagi menjadi dua yaitu Tun-jangan kinerja berbasis Kinerja dan Tunjangan kiner-ja berbasis Kehadiran. Perhitungan tunjangan kiner-ja berbasis kehadiran dihitung setiap bulan berjalan sesuai dengan kehadiran pegawai. Tunjangan kinerja berbasis kinerja diperhitungkan setiap triwulan se-bagai dasar pembayaran Tunjakan Kinerja untuk tiga bulan kedapan. Pemberian Tunjangan Kinerja terse-but dibayarkan setiap bulannya.

Apakah ada rotasi pegawai Badan Informasi Geospasial?

Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan up-aya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemer-intahan terutama menyangkut aspek-aspek kelem-

INFESTERA | Page 64

REPORTASE

Page 65: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

bagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business prosess) dan sumber daya manusia aparatur. Berb-agai permasalahan/hambatan yang mengakibatkan sistem penyelenggaraan pemerintahan tidak ber-jalan atau diperkirakan tidak akan berjalan dengan baik harus ditata ulang atau diperharui. Reformasi bi-rokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Di lingkungan PNS rotasi/mutasi jabatan adalah hal yang umum. Saat perpindahan tugas dan area ker-ja akan memperkaya pengalaman setiap Pegawai dalam mengadaptasi lingkungan strategis yang be-rubah sedemikian cepat menyesuaikan perubahan zaman dan dapat menjadi potensi dan pembinaan karier. Badan Informasi Geospasial melakukan ro-tasi atau perputaran pegawai setiap setahun sekali.

Tugas Pengawasan Internal Badan Informasi Geospasial?

Inspektorat Badan Informasi Geospasial (BIG) ha-nya melakukan audit terkait keuangan jika diaudit penggantian tahunan bisa saja BPK. Inspektorat Badan Informasi Geospasial (BIG) juga belum per-nah melakukan audit internal tentang kepegawaian di Badan Informasi Geospasial (BIG).

Sistem pengawasan Quality Control dan inspek-torat di Badan Informasi Geospasial?

Quality Control (QC) untuk melakukan pengawasan terkait dengan produk. Sedangkan untuk tertib ad-ministrasi dari Inspektorat Badan Informasi Geo-spasial (BIG).

INFESTERA | Page 65

VOL 006

Page 66: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

PERAN SPI DALAM MEMBANGUN SDM UNGGUL PTNB YANG TAAT HUKUM

Perguruan tinggi Negeri Baru (PTNB) mer-upakan sosok baru yang lahir dari rahim perguruan tinggi swasta. Dengan keane-karagaman otonomi, kemandirian dalam

administrasi serta aturan mandiri menjadikan PTS sebelumnya sangat leluasa dalam menentukan arah dan kebijakan perguruan tinggi tersebut. Sekat yang begitu besar sangat sulit untuk diluluhkan saat bayi baru lahir yang bernama PTNB hadir. Budaya yang masih melekat dalam the old mindset masih tetap mengekang dan menjadi kekuatan alam bawah sa-dar manajemen menyebabkan kekakuan Sumber Daya manusia (SDM). Kharuspatuhan manajemen dalam menaati aturan-aturan negara seolah menja-di beban yang menggelayut dalam tata pola kerja

di PTNB. Dalam praktiknya, terdapat aneka prob-lematika yang dihadapi oleh PTNB, yaitu bagaimana mewujudkan manajemen tata kelola bidang keuan-gan, pengelolaan aset, pengadaan barang dan jasa (PBJ) serta kepegawaian yang baik dan sesuai den-gan aturan hukum. Perpindahan dari perguruan ting-gi yang murni swasta atau setengah swasta, menjadi negeri pastinya membutuhkan waktu agak panjang dan penyesuaian yang tidaklah mudah.

Penulis: Acep Zoni Saeful Mubarok (Ketua SPI Universitas Siliwangi)

Sumber: http://www.iphorizons.com/home.html

INFESTERA | Page 66

ARTIKEL PENGAWASAN

Page 67: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

Terkait hal tersebut, sesungguhnya PTNB memiliki organ pengawas internal yang menjadi garda ter-depan dalam memberikan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan satuan kerja seh-ingga melahirkan Sumber Daya manusia (SDM) ma-najemen yang memiliki kompetensi unggul. Di sinilah Satuan Pengawas Internal atau yang dikenal den-gan SPI harus berperan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sebagaimana Arens (Arens et al. 2008) pernah menyebutkan bahwa pengendalian internal didesain untuk memberikan keyakinan memadai un-tuk pencapaian tujuan keandalan pelaporan keuan-gan, efektivitas dan efisiensi operasi, serta kepatu-han terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.Inti dari semua tugas manajemen adalah mentaa-ti aturan-aturan yang telah digariskan oleh negara. Manajeman yang unggul adalah yang taat terhadap regulasi yang telah ditentukan. SPI berperan san-gat penting untuk membimbing semua manajemen di satuan kerja untuk taat hukum, SPI mempunyai beberapa peran yang sangat strategis dalam mewu-judkan kesadaran hukum di PTNB di antaranya per-an konsultan, peran pengawal, peran kontrol dan peran motivator.

Peran Konsultan

Kekagetan yang dirasakan oleh PTS yang berubah menjadi PTNB tidak harus berlarut menjadi kelema-han akan tetapi harus bangkit menjadi sebuah insti-tusi yang kokoh sebagaimana PTN lainnya. Di sinilah SPI harus berperan sebagai konsultan yang baik. Peran SPI dalam hal ini dengan cara memberikan konsultasi kepada manajeman, diminta ataupun ti-dak, supaya terwujud pencapaian tujuan penye-lenggaraan pemerintahan negara, laporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan dan mencegah ke-borosan dan kebocoran.

Peran Pengawal

Dalam mewujudkan kesadaran dan ketaatan hukum di PTNB, peran SPI harus mampu menjadi penga-wal dalam dalam menelisik sistem keuangan serta mengimplementasikan manajemen risiko. Dalam hal tugas inti SPI yang berkaitan dengan manajemen risiko adalah dengan memberikan kepastian bahwa kegiatan manajemen risiko telah sesuai dan berjalan dengan efektif dalam memberikan jaminan yang wa-jar terhadap pencapaian sasaran organisasi. SPI ha-rus mampu mengawal dengan teliti, supaya dapat dipastikan risiko utama dari bisnis telah ditangani dengan baik dan memastikan bahwa kegiatan ma-najemen risiko dan pengendalian internal telah ber-jalan dengan efektif.

Peran Kontrol

Dalam kerjanya SPI diharapkan menjadi pengontrol yang tidak hanya memberikan rekomendasi, akan tetapi harus mampu membekali manajemen dengan ilmu dan wawasan sehingga SPI mampu menjadi pendorong terciptanya kesadaran hukum di PTNB.Menurut Prof. Satjipto Rahardjo (pakar hukum), ada tiga faktor yang menyebabkan seseorang mematuhi

INFESTERA | Page 67

VOL 006

Page 68: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

hukum yaitu kepatuhan, identifikasi dan internal-isasi. Kepatuhan karena didasarkan pada harapan peroleh imbalan atau adanya usaha untuk mengh-indarikan diri dari ancaman hukuman. Identifikasi, di mana minat untuk mematuhi hukumnya diperoleh dari hubungan baik dengan pemegang kekuasaan (pimpinan). Oleh karenanya kepatuhan tergantung pada interaksi yang baik atau buruk dari pemegang kekuasaan ke bawah atau masyarakat. Sedangkan Internalisasi, yaitu suatu kepatuhan yang memiliki nilai dalam dirinya sendiri sehingga ketahuna terha-dap hukum wujud dengan sendirinya. Peran kontrol SPI diantaranya pada scope pengendalian admin-istratif dan pengendalian akuntansi. Dalam hal ini titik tekannya kepada pengendalian terhadap pen-catatan akuntansi supaya meningkatkan efektifitas dan efisiensi dan taat pada hukum yang berlaku. Selain itu, SPI harus berperan menciptakan kontrol ketaatan hukum dengan pendekatan yang nyaman dan teratur. Keteraturan inilah yang akan melahirkan perjalanan manajeman menapak di atas rel aturan.

Peran Motivator

Selain itu, peran SPI dalam hal hal mewujudkan SDM unggul yang sadar hukum adalah harus mam-pu menjadi menjadi motivator supaya semua elemen patuh terhadap hukum. Dalam hal mendongkrak kepatuhan hukum, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu represif, preventif, dan persuasif. Adapun yang dimaksud dengan cara represif ada-lah adanya tindakan yang diberikan supaya terjadi penegakan hukum. Preventif merupakan usaha un-tuk mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran hukum atau lunturnya kesadaran hukum. Persuasif yaitu memotivasi, memacu dan mendorong, semua elemen supaya sadar hukum. Dengan kehadiran SPI di PTNB sudah seharusnya menjadi pengungkit nilai

kesadaran akan berhukum dan berundang-undang dengan baik dan benar. Lebih jauh dari itu, tujuan akhirnya adalah bagaimana peran SPI berpengaruh terhadap kinerja manajemen dalam pencapaian efektivitas, efisiensi, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan keandalan penyajian laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian, bertolak dari semua elemen yang taat hu-kum akan meningkatkan tata kelola pemerintahan, reformasi birokrasi, transparansi dan akuntabilitas keuangan pemerintah demi terwujudnya good pub-lic governance. Semoga.

INFESTERA | Page 68

Page 69: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id

INFESTERA | Page 69

Page 70: SALAM REDAKSI I - ittama.brin.go.id