Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

45
SALAH DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH DALAM PENGELOLAAN KELAS BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam menangani tugasnya, guru-guru sering menghadapi permasalahan dengan kegiatan-kegiatan didalam kelasnya. Baik itu yang menyangkut pengajaran atau pun yang menyangkut pengelolaan kelas. Oleh karena itu, guru-guru harus mampu membedakan permasalahan itu dan menemukan pemecahannya secara tepat sehingga dapat tercapainya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. B. RUMUSAN MASALAH a. Apa saja masalah-masalah yang ada dalam pengelolaan kelas? b. Bagaimana upaya pemecahan masalah yang ada dalam pengelolaan kelas? C. TUJUAN PENULISAN a. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Pengelolaan Kelas. b. Untuk mengetahui masalah-masalah yang ada dalam pengelolaan kelas. c. Untuk mengetahui upaya pemecahan masalah yang ada dalam pengelolaan kelas.

description

free download

Transcript of Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

Page 1: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

SALAH DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH DALAM PENGELOLAAN KELAS

 BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Dalam menangani tugasnya, guru-guru sering menghadapi permasalahan dengan

kegiatan-kegiatan didalam kelasnya. Baik itu yang menyangkut pengajaran atau pun yang

menyangkut pengelolaan kelas. Oleh karena itu, guru-guru harus mampu membedakan

permasalahan itu dan menemukan pemecahannya secara tepat sehingga dapat tercapainya proses

belajar mengajar yang efektif dan efisien.

B.     RUMUSAN MASALAH

a.       Apa saja masalah-masalah yang ada dalam pengelolaan kelas?

b.      Bagaimana upaya pemecahan masalah yang ada dalam pengelolaan kelas?

C.    TUJUAN PENULISAN

a.       Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Pengelolaan Kelas.

b.      Untuk mengetahui masalah-masalah yang ada dalam pengelolaan kelas.

c.       Untuk mengetahui upaya pemecahan masalah yang ada dalam pengelolaan kelas.

Page 2: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

d.       

BAB II

PEMBAHASAN

A.    MASALAH-MASALAH PENGELOLAAN KELAS

1.      Kegiatan Mengajar dan Mengelola Kelas

Kegiatan guru didalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas.

Kegiatan mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas agar

kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

Dalam kenyataan sehari-hari kedua jenis kegiatan itu menyatu dalam kegiatan atau tingkah laku

guru sehingga sukar dibedakan. Namun demikian, pembedaan seperti itu amat perlu, terutama apabila

kita ingin menanggulangi secara tepat permasalahan yang berkaitan dengan kelas.

2.      Masalah Pengajaran dan Masalah Pengelolaan Kelas

Ada dua masalah yang ada di kelas, yaitu masalah pengajaran dan masalah pengelolaan kelas.

Masalah pengajaran harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengajaran dan masalah

pengelolaan harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan.

Solusi untuk dapat menangani masalah-masalah pengelolaan kelas secara efektif guru harus

mampu:

1.      Mengenali secara tepat berbagai jenis masalah pengelolaan kelas baik yang bersifat

perorangan maupun kelompok;

2.      Memahami pendekatan mana yang cocok dan tidak cocok untuk jenis masalah tertentu.

3.      Memilih dan menetapkan pendekatan yang paling tepat untuk memecahkan masalah yang

dimaksud.

Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan dan yang bersifat kelompok.

a.      Masalah Perorangan

Penggolongan masalah perorangan ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku

manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk

memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang individu gagal mengembangkan rasa memiliki

dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah laku menyimpang. Ada empat jenis penyimpangan

tingkah laku, yaitu tingkah laku menarik perhatian orang lain, mencari kekuasaan, menuntut balas dan

Page 3: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

memperlihatkan ketidakmampuan. Keempat tingkah laku ini diurutkan makin lama makin berat. Misalnya,

seorang anak yang gagal menarik perhatian orang lain boleh jadi menjadi anak yang mengejar

kekuasaan. Masalah perorangan ini mengacu pada masalah psikologis anak/jiwa anak.

Ada empat teknik sederhana untuk mengenali adanya masalah-masalah perorangan seperti

diuraikan diatas pada diri para siswa.

1.      Jika guru merasa terganggu (atau bosan) dengan tingkah laku seorang siswa, hal itu merupakan

tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari perhatian.

2.      Jika guru merasa terancam (atau merasa dikalahkan), hal itu merupakan tanda bahwa siswa

yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari kekuasaan.

3.      Jika guru merasa amat disakiti, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan

mungkin mengalami masalah menuntut balas.

4.      Jika guru merasa tidak mampu menolong lagi, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang

bersangkutan mungkin mengalami masalah ketidakmampuan. Ditekankan, guru hendaknya

benar-benar mampu mengenali dan memahami secara tepat arah tingkah laku siswa-siswa yang

dimaksud (apakah tingkah laku siswa itu mengarah ke mencari perhatian, mencari kekuasaan,

menuntut balas, atau memperlihatkan ketidakcampuran) agar guru itu mampu menangani

masalah siswa secara tepat pula.

b.      Masalah Kelompok

Ada tujuh masalah kelompok yang dikenal dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas, yaitu :

1. Kekurang-kompakan

2. Kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok

3. Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok

4. Penerimaan kelas (kelompok) atau tingkah laku yang menyimpang

5. Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah

ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang

(anggota) lainnya saja

6. Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes

7. Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan

Masalah kelompok yang paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes dan tidak mau

melakukan kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun terselubung. Permintaan penjelasan

yang terus menerus tentang sesuatu tugas, kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas

Page 4: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

itu tertinggal di rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan lain-lain

merupakan contoh-contoh protes atau keengganan bekerja. Masalah kelompok ini menyangkut unsur

adaptasi social dan unsur adaptasi pribadi.

B.     MENGHADAPI MASALAH MASALAH PENGELOLAAN KELAS

Dalam menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas guru dapat menerapkan berbagai

pendekatan. Pendekatan pertama ialah dengan menerapkan sejumlah “larangan dan anjuran” misalnya:

1. Jangan menegur siswa di hadapan kawan-kawannya.

2. Dalam memberikan peringatan kepada siswa janganlah mempergunakan nada

suara yang tinggi.

3. Bersikaplah tegas dan adil terhadap semua siswa

4. Jangan pilih kasih

5. Sebelum menghukum siswa, buktikanlah terlebih dahulu bahwa siswa itu bersalah

6. Patuhlah pada aturan-aturan yang sudah anda tetapkan.

Pendekatan “larangan dan anjuran” diatas tampaknya mudah, namun karena tidak didasarkan

pada teori atau prinsip-prinsip tertentu pada umumnya kurang dapat dilaksanakan secara mantap.

Masing-masing perintah atau larangan itu dapat diterapkan atas dasar generalisasi masalah-masalah

pengelolaan kelas tertentu. Disamping itu, guru yang melaksanakan perintah dan larangan itu hanya

bersikap reaktif terhadap masalah-masalah pengelolaan kelas yang timbul. Jangkauan tindakan yang

reaktif inipun amat sempit, yaitu hanya terbatas pada masalah-masalah yang muncul sesewaktu saja.

Padahal dari guru diharapkan tindakan-tindakan yang menjangkau kemungkinan timbulnya masalah-

masalah yang dapat muncul di masa depan, sehingga timbulnya masalah-masalah itu dapat dicegah,

atau kalau toh masalah-masalah itu timbul juga intensitasnya tidak begitu besar dan dapat ditanggulangi

secara tepat.

Kesulitan lain yang dapat ditimbulkan dengan diterapkannya pendekatan “perintah dan larangan”

yang mirip-mirip resep itu ialah, jika “resep” itu ternyata gagal, maka guru dapat kehilangan akal dalam

menangani masalah yang dihadapinya. Guru tidak mampu menganalisis masalah itu dan tidak mampu

menemukan alternatif-alternatif tindakan yang mungkin justru lebih ampuh daripada perintah dan

larangan sebagaimana tercantum didalam “resep” itu.

Page 5: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

Pendekatan “perintah dan larangan” itu bersifat absolut dan tidak membuka peluang bagi

diambilnya tindakan-tindakan yang lebih luwes dan kreatif. Pendekatan “resep” ini hanya mengatakan:

“Jika terjadi masalah itu, lakukanlah itu atau itu atau itu”. Guru-guru yang hanya mengandalkan

penerapan pendekatan seperti itu dianggap kurang memanfaatkan potensinya sendiri dan kurang mampu

menyelenggarakan pengelolaan kelas secara efektif.

Ada pendekatan lain yang tidak tepat untuk dipakai, yaitu meliputi tiga hal:

1. penghukuman atau pengancaman,

2. pengalihan dan pemasabodohan, dan

3. penguasaan atau penekanan.

Berikut ini adalah beberapa tindakan yang tidak tepat untuk menangani masalah-masalah yang

timbul didalam kelas:

1. Tindakan penghukuman atau pengancaman:

-          Menghukum dengan kekerasan, larangan atau pengusiran

-          Menerapkan ancaman atau memaksakan berlakunya larangan-larangan

-          Menghardik, mengasari dengan kata, mencemooh atau menertawakan

-          Menghukum seorang diantara siswa sebagai contoh bagi siswa-siswa lainnya

-          Memaksa siswa untuk meminta maaf atau memaksakan tuntutan-tuntutan lainnya.

2. Tindakan pengalihan atau pemasabodohan:

-          Meremehkan sesuatu kejadian atau tidak melakukan apa-apa sama sekali.

-          Menukar susunan kelompok dengan mengganti atau mengeluarkan anggota tertentu.

-          Mengalihkan tanggungjawab kelompok kepada tanggungjawab seseorang anggota.

-          Menukar kegiatan (yang seharusnya dilakukan oleh siswa) untuk menghindari

tingkah laku tertentu dari siswa.

-          Mengalihkan tingkah laku siswa dengan cara-cara lain.

3. Tindakan penguasaan atau penekanan:

-          Memerintah, memarahi, mengomel

-          Memakai pengaruh orang-orang yang berkuasa (misalnya orang tua, pimpinan

sekolah)

-          Menyatakan ketidaksetujuan dengan mempergunakan kata-kata, tindakan atau

pandangan.

Page 6: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

-          Melakukan tindakan kekerasan sebagai pelaksanaan dari ancaman-ancaman yang

pernah dijanjikan.

-          Mempergunakan hadiah sebagai perbandingan terhadap hukuman bagi para

pelanggar.

-          Mendelegasikan wewenang kepada siswa untuk memaksakan penguasaan kelas.

Dalam menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas, pemakaian pendekatan proses

kelompok didasarkan atas pertimbangan bahwa tingkah laku yang menyimpang pada dasarnya bukanlah

peristiwa yang menimpa seorang individu yang kebetulan menjadi anggota kelompok kelas tertentu,

namun adalah peristiwa sosial yang menyangkut kehidupan kelompok dimana individu itu menjadi

anggotanya.

Tujuan utama bagi guru yang menangani tingkah laku yang menyimpang itu ialah membantu

kelompok itu bertanggungjawab atas perbuatan anggota-anggotanya dan pengelolaan kegiatan kelompok

itu sendiri. Kelompok yang berfungsi secara efektif dapat melakukan kontrol yang mantap terhadap

anggota-anggotanya.

C.    PENDEKATAN PENGUBAHAN TINGKAH LAKU DALAM PENGELOLAAN

KELAS

Seperti yang telah dikemukakan, pendekatan pengubahan tingkah laku didasarkan atas prinsip-

prinsip psikologi behavioral. Prinsip pokoknya ialah bahwa semua tingkah laku itu dipelajari, baik tingkah

laku yang disukai maupun tidak disukai. Para penganut pendekatan ini percaya bahwa seorang siswa

yang bertingkah laku menyimpang melakukan perbuatannya itu karena satu atau dua alasan:

1. siswa telah mempelajari tingkah laku yang menyimpang itu, atau

2. siswa itu belum mempelajari tingkah laku yang sebaiknya.

Pendekatan pengubahan tingkah laku dibangun atas dua anggapan dasar:

1. ada empat proses yang perlu diperhitungkan dalam belajar bagi semua orang pada

segala tingkatan umur dan dalam segala keadaan dan

2. proses belajar itu sebagian atau seluruhnya dipengaruhi (dikontrol) oleh kejadian-

kejadian yang berlangsung di lingkungan. Dengan demikian, tugas pokok guru adalah

menguasai dan menerapkan keempat proses yang telah terbukti (bagi kaum behavioris)

Page 7: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

merupakan pengontrol tingkah laku manusia, yaitu: penguatan positif, penghukuman,

penghilangan dan penguatan negatif.

Para penganut pemberian penguatan menekankan bahwa apabila seorang siswa menampilkan

tingkah laku tertentu, maka tingkah lakunya itu diikuti oleh akibat (konsekwensi) tertentu. Ada empat

kategori dasar dari akibat:

1. apabila ganjaran diberikan,

2. apabila hukuman diberikan,

3. apabila ganjaran dihentikan, dan

4. apabila hukuman dihentikan.

Pemberian ganjaran disebut penguatan positif dan pemberian hukuman disebut saja

penghukuman. Penghentian pemberian ganjaran disebut penghilangan (extinention) atau penundaan

(time out), tergantung pada keadaannya. Penghentian hukuman disebut penguatan negatif. Frekuensi

munculnya tingkah laku tertentu sejalan dengan jenis mana yang mengikuti tingkah laku itu. Penguatan

positif, yaitu pemberian ganjaran setelah ditampilkannya tingkah laku yang dimaksud, mengakibatkan

ditingkatkannya frekuensi pemunculan tingkah laku yang dimaksud. Tingkah laku yang memperoleh

ganjaran itu diperbuat dan diulangi lagi di waktu mendatang.

Contoh:

Bambang menulis laporan dengan rapi dan menyerahkannya kepada guru (tingkah laku siswa). Guru

memuji pekerjaan Bambang itu dan memberikan komentar bahwa laporan Bambang yang ditulis dengan

rapi lebih mudah dibaca dibandingkan dengan yang ditulis secara tidak rapi (penguatan positif). Untuk

laporan-laporan berikutnya, Bambang terus memperhatikan kerapian laporan itu (frekuensi tingkah laku

yang dikuatkan itu meningkat).

Penghukuman menampilkan perangsang yang tidak diinginkan atau tidak disukai (yaitu

hukuman) setelah dilakukannya suatu perbuatan tertentu yang menyebabkan frekuensi pemunculan

tingkah laku itu menurun.

Penguatan negatif adalah peniadaan perangsang yang mengenakkan atau tidak disukai (yaitu

hukuman) setelah ditampilkannya suatu tingkah laku yang mengakibatkan menurunnya frekuensi tingkah

laku yang dimaksud.

Peniadaan hukuman itu memperkuat tingkah laku yang ditampilkan dan meningkatkan kecenderungan

diulanginya tingkah laku tersebut.

Contoh:

Page 8: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

Para siswa di kelas Ibu Eti (guru Bahasa Inggris) yakin bahwa guru mereka itu akan menyelenggarakan

permainan kata-kata (word game) jika para siswa mengerjakan tugas dan baik. Permainan seperti itu

amat digemari oleh para siswa. Ternyata siswa-siswa memang mengerjakan tugas dengan baik, kecuali

Jayeng. Ibu Eti mengatakan bahwa Jayeng tidak diperkenankan ikut serta dalam permainan itu dan

duduk sendiri terpisah dari kelompok-kelompoknya (mengecualikan pemberian ganjaran untuk siswa

tertentu). Selanjutnya, Jayeng mengerjakan tugas-tugas dengan lebih baik (frekuensi tingkah laku laku

menurun).

Contoh diatas mengisyaratkan bahwa guru harus amat hati-hati dalam memilih dan menerapkan

penguat-penguat yang tepat untuk siswa-siswa tertentu. Hal ini tampaknya sukar, namun sebenarnya

tidaklah demikian. Jenis-jenis penguat tertentu sebenarnya tidak terlepas dari kebutuhan siswa tertentu,

bahkan siswa itu dapat (secara tidak langsung) menunjukkan penguat-penguat yang dibutuhkannya. Ada

tiga cara untuk mengenali jenis-jenis penguat yang bersangkutan dengan siswa tertentu:

1.      melihat petunjuk-petunjuk (gelagat) khusus berkaitan dengan jenis penguat tertentu

dengan jalan mengamati hal-hal apa yang ingin dilakukan oleh siswa;

2.      melihat petunjuk-petunjuk tambahan dengan mengamati apa yang terjadi setelah siswa

menampilkan tingkah laku tertentu; dalam hal ini guru mencoba menerapkan tindakan

atau tingkah laku apa yang dilakukan guru dan teman-teman siswa itu yang tampaknya

menguatkan tingkah laku siswa yang bersangkutan; dan

3.      memperoleh petunjuk-petunjuk tambahan dengan jalan langsung menanyakan kepada

siswa yang bersangkutan tentang apa yang ingin dilakukannya jika dia memiliki waktu

terluang, apa yang ingin dimilikinya, dan untuk apa atau untuk siapa biasanya siswa itu

melakukan sesuatu yang berarti. Setelah secara singkat membahas penggunaan ganjaran,

marilah kita singgung sedikit lagi tentang hal yang sebenarnya masih merupakan suatu

dilema atau masih diperdebatkan, yaitu penggunaan hukuman untuk mengurangi atau

meniadakan tingkah laku yang tidak disukai. Dalam kaitan ini ada tiga pokok pandangan,

yaitu:

penggunaan hukuman secara tepat adalah amat efektif untuk mengurangi atau

menghilangkan tingkah laku siswa yang menyimpang;

penggunaan hukuman secara bijaksana terhadap hal-hal tertentu secara terbatas dapat

menimbulkan akibat yang baik secara cepat (segera), tetapi guru harus dengan hati-hati mencatat

akibat-akibat sampingan dari hukuman itu, dan

Page 9: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

penggunaan hukuman itu hendaklah sama sekali dihindarkan karena penanggulangan

terhadap tingkah laku siswa yang menyimpang dapat dilakukan dengan cara-cara lain yang tidak

perlu menimbulkan akibat sampingan sebagaimana dapat ditimbulkan oleh hukuman.

Keuntungan dan kerugian penggunaan hukuman

Beberapa keuntungan ialah:

1.      Hukuman dapat menghentikan dengan segera tingkah laku siswa yang menyimpang, dan

dapat mencegah berulangnya kembali tingkah laku itu dalam waktu yang cukup lama.

2.      Hukuman berfungsi sebagai pemberi petunjuk kepada siswa dengan kenyataan bahwa

siswa dibantu untuk segera mengetahui tingkah laku mana yang dapat diterima.

3.      Hukuman berfungsi sebagai pengajaran bagi siswa-siswa lain dengan kenyataan bahwa

hukuman itu mungkin mengurangi kemungkinan siswa-siswa lain meniru tingkah yang

mendapat hukuman itu.

Kerugian penggunaan hukuman:

1.      Hukuman dapat ditafsirkan secara salah. Kadang-kadang penghukuman terhadap tingkah

laku tertentu digeneralisasikan untuk tingkah laku-tingkah laku lainnya. Misalnya, seorang

siswa yang dihukum karena berbicara tanpa mengindahkan giliran mungkin tetap akan

tidak berbicara meskipun kesempatan berbicara baginya terbuka luas.

2.      Hukuman dapat menyebabkan siswa yang bersangkutan menarik diri sama sekali.

3.      Hukuman dapat menyebabkan siswa agresif.

4.      Hukuman dapat menimbulkan reaktif negatif dan kawan-kawan siswa yang bersangkutan.

Misalnya, siswa-siswa dapat menampilkan tingkah laku yang tidak diinginkan (seperti

menertawakan, simpati) terhadap siswa yang menerima hukuman.

5.      Hukuman dapat menimbulkan sikap negatif pada diri sendiri atau terhadap suasana diluar

dirinya. Misalnya, hukuman dapat merusak perasaan bahwa diri sendiri cukup berharga

atau dapat menumbuhkan sikap negatif terhadap sekolah. Dalam mempertimbangkan

keuntungan dan kerugian penggunaan hukuman, pilihan-pilihan yang akan diterapkan

harus benar-benar dipertimbangkan secara hati-hati. Jika cara hukuman tertentu memang

sudah dipilih, maka penerapannya harus dicatat secara diteliti.

Page 10: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

BAB III

PENUTUP

Dari makalah ini dapat kami tarik kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:

1.      Masalah pengajaran harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengajaran dan

masalah pengelolaan harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan.

2.      Memberikan ganjaran terhadap tingkah laku siswa yang baik dan menahan pemberian

ganjaran tingkah laku yang tidak baik adalah amat efektif untuk membina tingkah laku siswa

yang lebih baik didalam kelasnya.

3.      Menghukum tingkah laku siswa yang tidak baik dapat meniadakan tingkah laku itu tetapi

mungkin menimbulkan akibat sampingan yang bersifat negatif.

4.      Memberikan ganjaran terhadap tingkah laku yang baik tampaknya merupakan kunci bagi

pengelolaan kelas yang efektif.

Page 11: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

Jumat, 26 April 2013

MAKALAH PENGELOLAAN KELAS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Masalah pokok yang dihadapi guru,  baik pemula maupun yang sudah 

berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang paling sering didiskusikan 

oleh penulis profesional dan oleh para pengajar adalah juga pengelolaan kelas. 

Mengapa   demikian?   Jawabnya   sederhama.   Pengelolaan   kelas   merupakan 

masalah   tingkah   laku   yang   kompleks,   dan   guru   menggunakannya   untuk 

meciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak 

didik dapat mencapai tujuan pengajaran efisien dan menggunakan mereka dapat 

belajar.   Dengan   demikian   pengelolaan   kelas   yang   efektif   adalah   syarat   bagi 

pengajaran   yang   efektif.   Tugas   utama   dan   paling   sulit   bagi   guru   adalah 

pengelolaan kelas,   lebih-lebih  tidak ada satu pun pendekatan yang dikatakan 

paling baik.

Dengan  masalah   yang   telah   bukan   rahasia   umum   itu  maka   penulis 

menarik kesimpulan untuk lebih membuka lagi mengenai judul yang akan kami 

bahas yaitu “Pengelolaan Kelas”   yang mana di  dalamnya terdapat  beberapa 

masalah-masalah pengelolaan kelas, untuk lebih jelasnya akan penulis paparkan 

di dalam Pembahasan yaitu pada Bab II.

1.2  Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah yang 

akan kami bahas yaitu:

1.      Apa itu Pengertian Pengelolaan kelas?

2.      Apa Tujuan Pengelolaan Kelas?

3.      Apa peran guru dalam strategi pengelolaan kelas?

4.      Apa Saja Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas ?

5.      Apa Saja  Pendekatan-Pendekatan dalam pengelolaan kelas ?

6.      Bagaimana Penataan ruang kelas?

7.      Apa Yang Menjadi Masalah dalam pengelolaan kelas ?

Page 12: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

1.3  Tujuan Penulisan

Adapun   tujuan   dari   penulisan  makalah   ini   adalah   untuk  menambah 

wawasan  penulis  dan  pembaca  dalam bidang  pembelajaran   khususnya   yaitu 

mengenai pengelolaan kelas dengan interaksi komunikatif siswa. Adapun rincian 

yang ingin di capai dalam pembahasan makalah penulis adalah:

1.      Agar dapat memahami pengertian Pengelolaan kelas

2.      Agar dapat mengetahui Tujuan dari Pengelolaan Kelas

3.      Agar dapat mengetahui Peran guru dalam strategi pengelolaan kelas

4.      Agar mengetahui Prinsip-prinsip dalam pengelolaan Kelas

5.      Agar mengetahui Pendekatan-Pendekatan dalam pengelolaan kelas

6.      Agar dapat memahami Penataan ruang kelas

7.      Agar dapat mengetahui Masalah yang timbul dalam pengelolaan kelas

1.4  Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah yang penulis susun adalah ada 

beberapa   poin   yang   dapat   di   ambil   sebagai   bahan   pembelajaran   yang 

bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan kepada pembaca pada umumnya.

Adapun manfaat yang bisa di ambil dari penulisan makalah ini adalah:

1.      Dapat memahami pengertian Pengelolaan kelas

2.      Dapat mengetahui Tujuan dari Pengelolaan Kelas

3.      Dapat mengetahui Peran guru dalam strategi pengelolaan kelas

4.      Dapat mengetahui Prinsip-prinsip dalam pengelolaan Kelas

5.      Dapat mengetahui Pendekatan-Pendekatan dalam pengelolaan kelas

6.      Dapat memahami Penataan ruang kelas

7.      Dapat mengetahui Masalah yang timbul dalam pengelolaan kelas

1.5  Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

1.2  Rumusan Masalah

1.3  Tujuan Penulisan

1.4  Manfaat Penulisan

1.5  Sistematika Penulisa

BABA II PEMBAHASAN

Page 13: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

2.1    Pengertian Pengelolaan Kelas

2.2    Tujuan Pengelolaan Kelas

2.3    Peran Guru Dalam Strategi pengeloloaan kelas

2.4    Prinsip – prinsip dalam Pengelolaan Kelas

2.5    Pendekatan-Pendekatan dalam pengelolaan kelas

2.6    Penataan ruang kelas

2.7    Masalah yang timbul dalam pengelolaan kelas

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan   kelas   terdiri   dari dua kata,   yaitu pengelolaan dan kelas. 

Pengelolaan itu sendiri asal katanya adalah ”kelola”, ditambah awalan “pe” dan 

akhiran   “an”.   Istilah   lain   dari   kata   pengelolaan   adalah   “manajemen”. 

Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu “management”, 

yang   berarti   ketatalaksanaan,   tata   pimpinan,   pengelolaan.  Manajemen   atau 

pengelolaan   dalam   pengertian   umum  menurut   Suharsimi   Arikunto   (1990;2) 

adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.[1]

Sedangkan   kelas   menurut   Oemar   Hamalik   (1987:311)   adalah   suatu 

kelompok   orang   yang  melakukan   kegiatan   belajar   bersama,   yang  mendapat 

pengajaran dari guru.[2]

Pengelolaan  kelas  adalah  suatu  usaha  yang  dengan   sengaja  dilakukan 

guna   mencapai   tujuan   pengajaran.   Kesimpulan   sederhananya   adalah 

pengelolaan   kelas  merupakan   kegiatan   pengaturan   kelas   untuk   kepentingan 

pengajaran.[3]

Dalam konteks yang demikian itulah kiranya pengelolaan kelas penting 

untuk diketahui  oleh siapapun juga yang menerjunkan dirinya kedalam dunia 

pendidikan.

Sedangkan menurut Sudirman N,  dalam (dkk.  1991;  310),  pengelolaan 

kelas   adalah   upaya  mendayagunakan   potensi   kelas.   Ditambahkan   lagi   oleh 

Page 14: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

Hadari  Nawawi   (1989;115),  dengan  mengatakan  bahwa  kegiatan  manajemen 

atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas 

dalam  mendayagunakan   potensi   kelas   berupa   pemberian   kesempatan   yang 

seluas-luasnya  pada setiap personal  untuk  melakukan kegiatan-kegiatan  yang 

kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan 

secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan 

kurikulum dan perkembangan murid.[4]

2.2    Tujuan Pengelolaan Kelas

Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan 

pendidikan.   Secara   umum  pengelolaan   kelas   adalah   penyedian   fasilitas   bagi 

bermacam macam kegiatan belajar  siswa dalam lingkungan sosial,  emosional, 

dalam intelektual dalam kelas. Fasilitas yang demikian itu memungkinkan siwa 

belajar   dan   bekerja,   terciptanya   suasana   sosial   yang  memberikan   kepuasan, 

suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi 

pada siswa. (Sudirman N, 1991, 311)

Suharsimi  Arikunto  (1988  :  68)  berpendapat  bahwa tujuan pengelolaan kelas 

adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai 

tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.[5]

Terkait dari penjelasan diatas dalam hal pengelolaan kelas dapat pula  ditinjau dari segi interaksi 

komunikatif.   Artinya   seorang   guru   dituntut  mampu  mengatur   segala   kondisi 

apapun yang terjadi didalam kelas saat pebelajaran berlangsung agar terciptanya 

komunikasi   dua   arah   yaitu   antara   guru   dengan  murid,  murid   dengan   guru 

sehingga   proses   belajar-mengajar   dapat   berlangsung   dengan   baik.   Hal   ini 

bertujuan untuk memudahkan sekaligus meringankan tugas guru atau wali kelas.

2.3    Peran Guru Dalam Strategi Pengeloloaan Kelas

Pada   dasarnya   proses   belajar   mengajar  merupakan   inti   dari   proses 

pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor 

yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam 

kelas.   Oleh   karena   itu   guru   dituntut   untuk   meningkatkan   peran   dan 

kompetensinya,   guru   yang   kompeten   akan   lebih   mampu   menciptakan 

lingkungan   belajar   yang   efektif   dan   akan   lebih  mampu  mengelola   kelasnya 

sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Adam dan Decey 

(dalam   Usman,   2003)   mengemukakan   peranan   guru   dalam   proses   belajar 

mengajar   adalah   sebagai   berikut:   (a)   guru   sebagai   demonstrator,   (b)   guru 

sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru 

sebagai valuator.

Page 15: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

a)      Guru Sebagai Demonstrator

Guru menjadi sosok yang ideal bagi siswanya hal ini dibuktikan apabila 

ada orang tua yang memberikan argumen yang berbeda dengan gurunya maka 

siswa   tersebut   akan  menyalahkan   argumen   si   orangtua   dan  membenarkan 

seorang guru. Guru adalah acuan bagi peserta didiknya oleh karena itu segala 

tingkah laku yang dilakukannya sebagian besar akan ditiru oleh siswanya. Guru 

sebagai demonstrator dapat diasumsikan guru sebagai tauladan bagi siswanya 

dan contoh bagi peserta didik.

b)      Guru Sebagai Pengelola Kelas

Evaluator atau menilai  sangat penting adalah rangkaian pembelajaran 

karena   setiap   pembelajaran   pada   akhirnya   adalah   nilai   yang   dilihat   baik 

kuantitatif   maupun   kualitatif.   Rangkaian   evaluasi   meliputi   persiapan, 

pelaksanaan, evaluasi. Tingkat pemikiran ada beberapa tingkatan antara lain :

-          Mengetahui

-          Mengerti

-          Mengaplikasikan

-          Analisis

-          Sintesis (analisis dalam berbagai sudut)

-          Evaluasi

Manfaat   evaluasi   bisa   digunakan   sebagai   umpan   balik   untuk   siswa 

sehingga hasil nilai ini bukan hanya suatu point saja melainkan menjadi solusi 

untuk mencari kelemahan di pembelajaran yang sudah diajarkan. Hal -hal yang 

paling penting dalam melaksanakan evaluasi. Harus dilakukan oleh semua aspek 

baik efektif, kognitif dan psikomotorik. Evaluasi dilakukan secara terus menerus 

dengan   pola   hasil   evaluasi   dan   proses   evaluasi. Evalusi   dilakuakan   dengan 

berbagai proses instrument harus terbuka.

c)      Guru Sebagai Mediator Dan Fasilitator

Manager  memenage  kelas,   tanpa  kemampuan   ini  maka  performence 

dan   karisma   guru   akan  menurun,   bahkan   kegiatan   pembeajaran   bisa   kacau 

tanpa tujuan.  Guru Sebagai  Pengelola  Kelas,  agar  anak didik  betah tinggal  di 

kelas   dengan   motivasi   yang   tinggi   untuk   senantiasa   belajar   di   dalamnya. 

Beberapa fungsi guru sebagai pengelola kelas : Merancang tujuan pembelajaran 

mengorganisasi  beberapa sumber pembelajaran Memotivasi,  mendorong,  dan 

menstimulasi   siswa.   Ada   2  macam dalam  memotivasi   belajar   bisa   dilakukan 

dengan   hukuman   atau   dengan   reaward  Mengawasi   segala   sesuatu   apakah 

berjalan dengan lancar apa belum dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Page 16: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

d)      Guru Sebagai Evaluator

Seorang guru harus dapat menguasai benar materi yag akan diajarkan 

juga  media   yang   akan   digunakan   bahkan   lingkungan   sendiri   juga   termasuk 

sebagai sember belajar yang harus dipelajari oleh seorang guru. Seorang siswa 

mempunyai beberapa kemampuan menyerap materi berbeda-beda oleh karena 

itu pendidik harus pandai dalam merancang media untuk membantu siswa agar 

mudah   memahami   pelajaran.   Keterampilan   untuk   merancang   media 

pembelajaran adalah hal  yang pokok yang harus dikuasai,  sehingga pelajaran 

yang akan diajarkan bisa dapat diserap dengan mudah oleh peserta didik. Media 

pembelajaran  didalam kelas   sangat  banyak   sekali  macamnya  misalkan   torsu, 

chart maket, LCD, OHP/OHT, dll.

2.4    Prinsip – Prinsip Dalam Pengelolaan Kelas

Dalam   rangka  memperkecil  masalah   gangguan   dalam   kelas,   prinsip-

prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Maka adalah penting bagi guru 

untuk  mengetahui   dan  menguasai   prinsi-prinsip   pengelolaan   kelas,   yang   di 

uraikan berikut ini :

1.      Hangat dan antusias

Hangat   dan   antusias   diperlukan   dalam  proses   belajar  mengajar.guru 

yang  hangat  dan  akrab  engan  anak  didik   selalu  menunjukkan  antusias  pada 

tugasnya   atau   pada   aktivitasnya   akan   berhasil   dalam  mengimplementasikan 

pengelolaan kelas

2.      Tantangan

Penggunaan   kata-kata,   tindakan,   cara   kerja   atau   bahan-bahan   yang 

menantang   akan   meningkatkan   gairah   anak   didik   untuk   belajar   sehingga 

mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang

3.      Bervariasi

Penggunaan alat atau media atau alat bantu,gaya mengajar guru, pola interaksi 

antara guru dan anak didik mengurangi munculnya gangguan, kevariasian dalam 

penggunaan   apa   yang   dsi   sebut   diatas  merupakan   kunci   untuk   tercapainya 

pengelolaan kelas yang efektif.

4.      Keluesan

Keluesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat 

mencegah   kemungkinan  munculnya   gangguan   anak   didik   serta  menciptakan 

iklim belajar mengajar yang efektif.

Page 17: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

5.      Penekanan pada hal-hal yang positif

Pada dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan 

pada hal-hal yang positif, dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada 

hal-hal  yang negatif.  Penekanan  tersebut  dapat  dilakukan dengan pemberian 

penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan Yang 

dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar

6.      Penanaman disiplin diri

Tujuan   akhir   dari   pengelolaan   kelas   adalah   anak   didik   dapat 

mengembangkan   disiplin   diri   sendiri.   Karena   itu,guru   sebaiknya   selalu 

mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri 

hendaknya   menjadi   teladan   mengenai   pengendalian   diri   dan   pelaksanaan 

tanggung   jawab.   Jadi,   guru   harus   disiplin   dalam   segala   hal   bila   ingin   anak 

didiknya iku disiplin berdisiplin dalam segala hal.[6] 

2.5    Pendekatan-Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas

Manajemen kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait 

dengan  berbagai   faktor.   Permasalahan  anak  didik   adalah   faktor  utama  yang 

dilakukan   guru  tidak   lain   adalah   untuk  meningkatkan   kegairahan   siswa  baik 

secara berkelompok maupun secara individual.

Keharmonisan   hubungan   guru   dan   anak   didik,   tingginya   kerjasama 

diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal 

bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.

(Djamarah 2006:179)

Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:

1.      Pendekatan Kekuasaan

Pengelolaan   kelas   diartikan   sebagai   suatu   proses   untuk  mengontrol 

tingkah   laku   anak   didik.   Peranan   guru   disini   adalah   menciptakan   dan 

mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang 

menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya.  Di  dalamnya ada kekuasaan 

dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam 

bentuk norma itu guru mendekatinya.

2.      Pendekatan Ancaman

Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah 

juga   sebagai   suatu  proses  untuk  mengontrol  tingkah   laku  anak  didik.   Tetapi 

dalam  mengontrol   tingkah   laku   anak   didik   dilakukan   dengan   cara  memberi 

ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.

Page 18: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

3.      Pendekatan Kebebasan

Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik 

agar  merasa  bebas  untuk  mengerjakan  sesuatu  kapan  saja  dan  dimana  saja. 

Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.

4.      Pendekatan Resep

Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar 

yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan 

oleh  guru  dalam mereaksi   semua masalah  atau   situasi   yang   terjadi  di   kelas. 

Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh 

guru.  Peranan  guru  hanyalah  mengikuti  petunjuk   seperti  yang   tertulis  dalam 

resep.

5.      Pendekatan Pengajaran

Pendekatan   ini   didasarkan   atas   suatu   anggapan   bahwa   dalam   suatu 

perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku 

anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini 

menganjurkan   tingkah   laku   guru   dalam   mengajar   untuk   mencegah   dan 

menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah 

merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.

6.      Pendekatan Perubahan Tingkah Laku

Sesuai   dengan   namanya,   pengelolaan   kelas   diartikan   sebagai   suatu 

proses   untuk   mengubah   tingkah   laku   anak   didik.   Peranan   guru   adalah 

mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku 

yang kurang baik.  Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah  laku (behavior 

modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.

Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku 

yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif 

yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi 

anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau 

positif   harus   dirangsang   dengan   memberikan   pujian   atau   hadiah   yang 

menimbulkan perasaan senang atau puas.

Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program 

kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas 

dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari

7.      Pendekatan Sosio-Emosional

Page 19: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

Pendekatan   sosio-emosional   akan   tercapai   secarta  maksimal   apabila 

hubungan   antar   pribadi   yang   baik   berkembang   di   dalam   kelas.   Hubungan 

tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa. 

Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh 

karena   itu   seharusnya   guru  mengembangkan   iklim   kelas   yang   baik  melalui 

pemeliharaan  hubungan  antar  pribadi  di  kelas.  Untuk   terrciptanya  hubungan 

guru dengan siswa yang positif,  sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap 

melindungi.

8.      Pendekatan Kerja Kelompok

Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan 

kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan 

kemampuan   guru   untuk   menciptakan   kondisi-kondisi   yang   memungkinkan 

kelompok  menjadi   kelompok   yang  produktif,   dan   selain   itu   guru  harus  pula 

dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut 

guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan 

mengurangi masalah-masalah pengelolaan.

9.      Pendekatan Elektis atau Pluralistik

Pendekatan   elektis   (electic   approach)   ini   menekankan   pada 

potensialitas,   kreatifitas,   dabn   inisiatif   wali   atau   guru   kelas   dalam  memilih 

berbagai   pendekatan   tersebut   berdasarkan   situasi   yang   dihadapinya. 

Penggunaan pendekatan  itu  dalam suatu situasi  mungkin  dipergunakan salah 

satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga 

pendekatan   tersebut.  Pendekatan  elektis  disebut   juga  pendekatan  pluralistik, 

yaitu   pengelolaan   kelas   yang   berusaha   menggunakan   berbagai   macam 

pendekatan   yang   memiliki   potensi   untuk   dapat   menciptakan   dan 

mempertahankan   suatu   kondisi   memungkinkan   proses   belajar   mengajar 

berjalan efektif  dan efisien.  Guru memilih  dan menggabungkan secara bebas 

pendekatan   tersebut   sesuai   dengan   kemampuan   dan   selama   maksud   dan 

penggunaannnya   untuk   pengelolaan   kelas   disini   adalah   suatu   set   (rumpun) 

kegiatan   guru   untuk  menciptakan   dan  mempertahankan   kondisi   kelas   yang 

memberi   kemungkinan   proses   belajar  mengajar   berjalan   secara   efektif   dan 

efisien.

2.6    Penataan Ruang Kelas

Meneciptakan   suasana   belajar   yang   menggairahkan   perlu 

memeperhatikan   peraturan/penataan   ruang   kelas/belajar.   Penyusunan   dan 

Page 20: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

pengaturan  belajar hendaknya memungkinkan  anak didik duduk berkelompok  

dan memudahkan anak didik bergerak secara leluasa. Dalam pengaturan ruang 

belajar, hal-hal yang diperhatikan adalah:

a.      Ukuran dan bentuk kelas

b.      Bentuk serta ukuran bangku dan meja anak didik

c.       Jumlah anak didik dalam kelas

d.      Jumlah anak didik dalam setiap kelompok

e.       Jumlah kelompok dalam kelas

Komposisi anak didik dalam kelompok (seperti anak didik pandai dengan 

anak didik kurang pandai, pria dengan wanita).[7]

2.7    Masalah Yang Timbul Dalam Pengelolaan Kelas

Keaneka macaman masalah perilaku siswa itu menimbulkan beberapa 

masalah   pengelolaan   kelas.   Menurut   made   pidarta   masalah-masalah 

pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku siswa adalah:

1. Kurang kesatuan, dengan adanya kelompok-kelompok, klik-klik, dan pertentangan jenis 

kelamin.

2. Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut, bercakap-cakap, 

bergi kesana-kemari, dan sebagainya 

3. Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut, bermusuhan, mengucilkan, 

merendahkan kelompok bodoh dan sebagainya 

4. Kelas mentolerasi kekeliruan-kekeliruan temannya, ialah menerima dan mendorong 

perilaku siswa yang keliru. 

5.  Mudah mereaksi negatif atau terganggu misalnya didatangi monitor, tamu-tamu, iklim 

yang berubah dan sebagainya 

6.  Moral rendah, permusuhan dan agresif misalnya dalam lembaga dengan alat-alat 

belajar kurang, kekurangan uang, dan sebagainya 

7.  Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas-tugas 

tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru dan sebagainya .[8]

Kegiatan interaksi edukatif dengan pendekatan kelompok menghendaki peninjauan pada 

aspek   perbedaan   individual   anak   didik.   Postur   tubuh   anak   didik   yang   tinggi   sebaiknya   di 

tempatkan di belakang. Anak didik yang mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran 

sebaiknya  di   tempatkan  di  depan  kelas.  Dengan  begitu,  mata  anak  didik  yang  minus  dapat 

melihat   tulisan   di   papantulis   dengan   cukup   baik.   Penempatan   anak   didik   yang  mengalami 

Page 21: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

ganggung   pendengaran   didepan   akan   mempermudah   si   anak   untuk   menyimak   apa   yang 

disampaikan guru.

Pengaturan   tempat   duduk   sebenarnya   akan   berhubungan   dengan 

permasalahan siswa sebagai   individu dengan perbedaan pada aspek biologis, 

intelektual, dan psikologis. Tetapi di dalam perbedaan dari ketiga aspek itu ada 

juga terselip persamaannya, persamaan dan perbedaan dimaksud adalah:

1.      Persamaan dan perbedaan dalam kecerdasan (inteligensi)

2.      Persamaan dan perbedaan dalam kecakapan

3.      Persamaan dan perbedaan dalam hasil belajar

4.      Persamaan dan perbedaan dalam bakat

5.      Persamaan dan perbedaan dalam sikap

6.      Persamaan dan perbedaan dalam kebiasaan

7.      Persamaan dan perbedaan dalam pengetahuan /pengalaman

8.      Persamaan dan perbedaan dalam ciri-ciri jasmaniah

9.      Persamaan dan perbedaan dalam minat

10.  Persamaan dan perbedaan dalam cita-cita

11.  Persamaan dan perbedaan dalam kebutuhan

12.  Persamaan dan perbedaan dalam kepribadian

13.  Persamaan dan perbedaan dalam pola-pola dan tempo perkembangan

14.  Persamaan dan perbedaan dalam latar belakang lingkungan

Berbagai persamaan dan perbedaan kepribadian siswa diatas, berguna 

dalam  membantu   usaha   pengaturan   kelas.   Terutaman   berhubungan   dengan 

masalah bagaimana pola pengelompokan siswa guna menciptakan lingkungan 

belajar yang aktif dan kreatif, sehingga kegiatan belajar yang penuh kesenangan 

dan bergairah dapat bertahan dalam waktu yang relatif lama.

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

1.      Pengertian pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan 

guna   mencapai   tujuan   pengajaran.   Kesimpulan   sederhananya   adalah 

pengelolaan   kelas  merupakan   kegiatan   pengaturan   kelas   untuk   kepentingan 

pengajaran.

Page 22: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

2.      Tujuan Pengelolaan Kelas adalah menyediakan fasilitas bagi bermacam macam 

kegiatan  belajar   siswa  dalam  lingkungan   sosial,   emosional,   dalam  intelektual 

dalam kelas.

3.      Peran guru dalam strategi pengelolaan kelas adalah :  Guru sebagai Demostrator, 

guru sebagai Evaluator, Guru sebagai Pengelola Kelas, Guru sebagai Fasilitator.

4.      Prinsip-Prinsip   Pengelolaan   Kelas   adalah   Hangat   dan   Antusias,   Tantangan, 

Bervariasi,  Keluesan, Penekanan pada hal-hal yang positif, Penanaman disiplin 

diri.

5.      Pendekatan  –  pendekatan  dalam pengelolaan  kelas   terdiri  dari   :  Pendekatan 

kekuasan,  Pendekatan  Ancaman,  Pendekatan  kebebasan,   Pendekatan  Resep, 

Pendekatan Pengajaran, Pendekatan Perubahan Tingkah laku, Pendekatan sosio 

Emosional, Pendekatan Kerja kelompok, Pendekatan Elektis atau pluralistik.

6.      Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal yang diperhatikan adalah : Ukuran dan 

bentuk kelas,  Bentuk serta ukuran bangku dan meja anak didik,   Jumlah anak 

didik dalam kelas, Jumlah anak didik dalam setiap kelompok, Jumlah kelompok 

dalam kelas.

7.      Masalah Dalam Pengelolaan Kelas adalah: Kurang kesatuan, Tidak ada standar 

perilaku dalam bekerja kelompok, Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, 

Kelas  mentolerasi   kekeliruan-kekeliruan   temannya,  Mudah  mereaksi   negatif 

atau terganggu misalnya didatangi monitor, Moral rendah, permusuhan, Tidak 

mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah.

3.2   Saran

Kami  menyadari  akan kekurangan dalam makalah  ini,  maka pembaca 

dapat menggali  kembali  sumber-sumber  lainnya,  untuk menyempurnakannya. 

Jadi kami harapkan kritik yang membangun dari anda sekalian, untuk kami lebih 

bisa baik dan sempurna lagi dalam pembuatan makalah ini selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, Cv. Rajawali, Jakarta, 1991.

Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar I, Jakarta :Rineka Cipta, 2002.

Syaiful Bahri Djamarah,Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : Rineka Cipta,2002.

Tutut Sholehah, Strategi Pembelajaran yang Efektif, Jakarta : Citra Grafika Desian, 2008.

Page 23: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

http://jaririndu.blogspot.com/2012/09/makalah-pengelolaan-kelas.html   di   Akses   pada   16-03-

2013 (21:28)

http://diyanshintaweecaihadiansyah.blogspot.com/2012/01/makalah-manajemen-kelas.html dia

kses pada 17-03-2013 pkl 22:10

[1]Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar I, Jakarta :Rineka Cipta, 2002, h. 196

[2] Ibid, h. 196[3] Ibid, h. 198

[4]Ibid, h. 85.

[5] Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar I, Jakarta :Rineka Cipta, 2002, h. 

199-200

[6 ] Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar MengajarI, Jakarta : Rineka Cipta, 2002, h. 

206

[7] SyaifulBahriDjamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : Rineka 

Cipta, 2002, h. 174

[8] SyaifulBahriDjamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar I, Jakarta : Rineka Cipta, 2002, h. 

218

MASALAH-MASALAH DALAM MANAJEMEN KELAS

 

Disusun Oleh:

AlmasawiFitria

NurainiRudiansyah

Saina Tahetasae

Page 24: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAUPEKANBARU

2010

Page 25: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim …………..Segala puji dan syukur hanya berhak kita berikan kepada Allah SWT, sang kekasih abadi

yang selalu setia memantau keberadaan hambaNya di bumi yang indah ini, bumi yang menjadi ajang perlombaan para hamba yang mencintaiNya dan selalu mengharapkan perjumpaan denganNya dalam kondisi yang khusnul khatimah. Amin.

Tak terlepas shalawat dan salam kami haturkan kepada junjungan besar, sang inspirator untuk segera bangkit dan berjuang, pejuang sejati, pembela kaum lemah, dan sang revolusioner peradaban, kepada Beliau Nabi Muhammad SAW beserta istri-istrinya, keluarganya, sahabat, para syuhada dan para pengikutnya yang selalu berusaha dan Istiqomah hingga Yaumil Akhir nanti.

Alhamdulillahirobbilalamin........Akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mandiri, yang bertemakan : Masalah-Masalah Dalam Manajemen Kelas yang sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita sebagai calon guru kelak.

Akhirnya pada Allah jualah penulis ucapkan terimakasih atas kekuatan akal dan pikiran yang telah dianugerahkan kepada penulis dan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pnyelesaian tugas ini .

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari makalah ini, untuk itu penulis sangat berharap masukan dan kritikan dari semua pihak demi kesempurnaan dan kelengkapan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan banyak manfaat untuk kita semua . Amin....

Pekanbaru ,5 Juni  2010

Penulis

Page 26: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

BAB II PEMBAHASAN................................................................................

1.      Pengertian Pengelolaan Kelas...............................................................

2.      Masalah-Masalah Pengelolaan Kelas....................................................

3.      Pendekatan-Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas.............................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan.......................................................................................................

Page 27: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

BAB IPENDAHULUAN

Manajemen kelas merupakan berbagai jenis kegiatan yang dengan sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar di kelas. Manajemen kelas sangat berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif, di dalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas yang ada.

Kegiatan guru didalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas. Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan siswa mencapai tujuan-tujuan seperti menelaah kebutuhan-kebutuhan siswa, menyusun rencana pelajaran, menyajikan bahan pelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan kepada siswa, menilai kemajuan siswa adalah contoh-contoh kegiatan mengajar. Kegiatan mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Memberi ganjaran dengan segera, mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan siswa, mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan kelompok adalah contoh-contoh kegiatan mengelola kelas.

Dalam kenyataan sehari-hari kedua jenis kegiatan itu menyatu dalam kegiatan atau tingkah laku guru sehingga sukar dibedakan. Namun demikian, pembedaan seperti itu sangat perlu, terutama apabila kita ingin menanggulangi secara tepat permasalahan yang berkaitan dengan kelas.

Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting. Usman dalam salah satu bukunya mengemukakan bahwa suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur murid dan sarana pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran.

Di sini jelas sekali betapa pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif pula.Berdasarkan pendapat di atas, jelas betapa pentingnya pengelolaan kelas guna menciptakan suasana kelas yang kondusif demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi tugas dan tanggung jawab guru

Page 28: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas demi kelangsungan proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru dituntut secara profesional mengelola kelas sehingga terciptanyaa suasana kelas yang kondusif guna menunjang proses pembelajaran yang optimal menuntut kemampuan guru untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang dinilai efektif menciptakan suasana kelas yang kondusif.Setidaknya ada tujuh pendekatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk pengelolaan kelas.

Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan.

Page 29: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

BAB IIPEMBAHASAN

1.      Pengertian Pengelolaan KelasBerbagai definisi tentang pengelolaan kelas yang dapat diterima oleh para ahli

pendidikan, yaitu :a.       Perangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan

menguragkan tingkah laku yang tidak diinginkan.b.      Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan

iklim sosio emosional kelas yang positif.c.       Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas

yang efektif.Dari ketiga definisi diatas, masing-masing mempunyai asumsi yang berbeda-beda. Para

ahli menggabungkan ketiga dimensi itu menjadi definisi yang bersifat pluralistik, yaitu bahwa pengelolaan kelas sebagai seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan, menghubungkan interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.

2. Masalah-Masalah Pengelolaan KelasDalam menangani tugasnya, guru-guru sering menghadapi permasalahan dengan

kegiatan-kegiatan didalam kelasnya. Permasalahan ini meliputi dua jenis juga, yaitu yang menyangkut pengajaran dan yang menyangkut pengelolaan kelas. Guru-guru harus mampu membedakan kedua permasalahan itu dan menemukan pemecahannya secara tepat. Amat sering terjadi guru-guru menangani masalah yangbersifat pengajaran dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan dan sebaliknya. Misalnya, seorang guru berusaha membuat penyajian pelajaran lebih menarik agar siswa yang sering tidak masuk menjadi lebih tertarik untuk menghadiri pelajaran itu, padahal siswa tersebut tidak senang berada di kelas itu karena dia merasa tidak diterima oleh kawan-kawannya. Pemecahan seperti ini tentu saja tidak tepat. “Membuat pelajaran lebih menarik” adalah permasalahan pengajaran, sedangkan “diterima atau tidak diterima oleh kawan” adalah permasalahan pengelolaan. Masalah pengajaran harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengajaran dan masalah pengelolaan harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan.

Untuk dapat menangani masalah-masalah pengelolaan kelas secara efektif guru harus mampu:

a. Mengenali secara tepat berbagai jenis masalah pengelolaan kelas baik yang bersifat perorangan maupun kelompok;

b. Memahami pendekatan mana yang cocok dan tidak cocok untuk jenis masalah tertentu.c. Memilih dan menetapkan pendekatan yang paling tepat untuk memecahkan masalah yang

dimaksud.

Dalam salah satu tulisannya Raka Joni mengupas tentang pengelolaan kelas. Menurutnya pengelolaan kelas merupakan salah satu keterampilan penting yang harus dikuasai guru.

Page 30: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktupenetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas.

Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan atau individual dan yang bersifat kelompok. Disadari bahwa masalah perorangan atau individual dan masalah kelompok seringkali menyatu dan amat sukar dipisahkan yang satu dari yang lain. Namun demikian, pembedaan antara kedua jenis masalah itu akan bermanfaat, terutama apabila guru ingin mengenali dan menangani permasalahan yang ada dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya.Masalah pengelolaan kelas tersebut, yaitu :

1.      Masalah Individual :Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku

manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang individu gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah laku menyimpang. Ada empat jenis penyimpangan tingkah laku, yaitu tingkah laku menarik perhatian orang lain, mencari kekuasaan, menuntut balas dan memperlihatkan ketidakmampuan. Keempat tingkah laku ini diurutkan makin lama makin berat. Misalnya, seorang anak yang gagal menarik perhatian orang lain boleh jadi menjadi anak yang mengejar kekuasaan.

Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).

Seorang siswa yang gagal menemukan kedudukan dirinya secara wajar dalam suasana hubungan sosial yang saling menerima biasanya (secara aktif ataupun pasif) bertingkah laku mencari perhatian orang lain. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang aktif dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer, melawak(memperolok), membuat onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya; singkatnya, tukang rewel. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang pasif dapat dijumpai pada anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus meminta bantuan orang lain.

Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan)

Tingkah laku mencari kekuasaan sama dengan perhatian yang destruktif, tetapi lebih mendalam. Pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan adanya pertentangan pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang lain dan menunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka. Pencari kekuasaan yang pasif tampak pada anak-anak yang amat menonjolkan kemalasannya sehingga tidak melakukan apa-apa sama sekali. Anak-anak ini amat pelupa, keras kepala, dan secara pasif memperlihatkan ketidakpatuhan.

Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).

Page 31: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

Siswa yang menuntut balas mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak menyadari bahwa dia sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain. Keganasan, penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap sesama siswa, petugas atau pengusaha, ataupun terhadap binatang sering dilakukan anak-anak ini. Anak-anak seperti ini akan merasa sakit kalau dikalahkan, dan mereka bukan pemain-pemain yang baik (misalnya dalam pertandingan). Anak-anak yang suka menuntut balas ini biasanya lebih suka bertindak secara aktif daripada pasif. Anak-anak penuntut balas yang aktif sering dikenal sebagai anak-anak yang ganas dan kejam, sedang yang pasif dikenal sebagai anak-anak pencemberut dan tidak patuh (suka menetang).

Helplessness (peragaan ketidakmampuan).

Siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya merasa amat tidak mampu berusaha mencari sesuatu yang dikehendakinya (yaitu rasa memiliki) yang bersikap menyerah terhadap tantangan yang menghadangnya; bahkan siswa ini menganggap bahwa yang ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus. Perasaan tanpa harapan dan tidak tertolong lagi ini biasanya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau memencilkan diri. Sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu berbentuk pasif.

Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain atau kelompok. Ada empat teknik sederhana untuk mengenali adanya masalah-masalah individu seperti diuraikan diatas pada diri para siswa.

a.       Jika guru merasa terganggu (atau bosan) dengan tingkah laku seorang siswa, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari perhatian.

b.      Jika guru merasa terancam (atau merasa dikalahkan), hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari kekuasaan.

c.       Jika guru merasa amat disakiti, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah menuntut balas.

d.      Jika guru merasa tidak mampu menolong lagi, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah ketidakmampuan. Ditekankan, guru hendaknya benar-benar mampu mengenali dan memahami secara tepat arah tingkah laku siswa-siswa yang dimaksud (apakah tingkah laku siswa itu mengarah ke mencari perhatian, mencari kekuasaan, menuntut balas, atau memperlihatkan ketidakcampuran) agar guru itu mampu menangani masalah siswa secara tepat pula.

2.      Masalah Kelompok :Dikenal adanya tujuh masalah kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas:

a. Kurangnya kekompakan

Kurangnya kekompakan kelompok ditandai dengan adanya kekurang-cocokkan (konflik) diantara para anggota kelompok. Konflik antara siswa-siswa dari kelompok yang berjenis kelamin atau bersuku berbeda termasuk kedalam kategori kekurang-kompakan ini. Dapat dibayangkan bahwa kelas yang siswa-siswa tidak kompak akan beriklim tidak sehat yang diwarnai oleh adanya konflik, ketegangan dan kekerasan. Siswa-siswa di kelas seperti ini akan

Page 32: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

merasa tidak senang dengan kelompok kelasnya sehingga mereka tidak merasa tertarik dengan kelas yang mereka duduki itu. Para siswa tidak saling bantu membantu.

b. Kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok

Jika suasana kelas menunjukkan bahwa siswa-siswa tidak mematuhi aturan-aturan kelas yang telah ditetapkan, maka masalah yang kedua muncul, yaitu kekurang-mampuan mengikuti peraturan kelompok. Contoh-contoh masalah ini ialah berisik; bertingkah laku mengganggu padahal pada waktu itu semua siswa diminta tenang; berbicara keras-keras atau mengganggu kawan padahal waktu itu semua siswa diminta tenang bekerja di tempat duduknya masing-masing; dorong-mendorong atau menyela waktu antri di kafetaria dan lain-lain.

c. Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok

Reaksi negatif terhadap anggota kelompok terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar yang dilontarkan terhadap anggota kelompok yang tidak diterima oleh kelompok itu, anggota kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok atau anggota kelompok yang menghambat kegiatan kelompok. Anggota kelompok dianggap “menyimpang” ini kemudian “dipaksa” oleh kelompok itu untuk mengikuti kemauan kelompok.

d. Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang.

Penerimaan kelompok (kelas) atas tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila kelompok itu mendorong timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku menyimpang dari norma-norma sosial pada umumnya. Contoh yang amat umum ialah perbuatan memperolok-olokan (memperlawakkan), misalnya membuat gambar-gambar yang “lucu” tentang guru. Jika hal ini terjadi maka masalah kelompok dan masalah perorangan telah berkembang dan masalah kelompok kelihatannya lebih perlu mendapat perhatian.

e. Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja.

Masalah kelompok anak timbul dari kelompok itu mudah terganggu dalam kelancaran kegiatannya. Dalam hal ini kelompok itu mereaksi secara berlebihan terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak berarti atau bahkan memanfaatkan hal-hal kecil untuk mengganggu kelancaran kegiatan kelompok itu. Contoh yang sering terjadi ialah para siswa menolak untuk melakukan karena mereka beranggapan guru tidak adil. Jika hal ini terjadi, maka suasana diwarnai oleh ketidaktentuan dan kekhawatiran.

f. Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes.

Masalah kelompok yang paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes dan tidak mau melakukan kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun terselubung. Permintaan penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas, kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan lain-lain merupakan contoh-contoh protes atau

Page 33: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

keengganan bekerja. Pada umumnya protes dan keengganan seperti itu disampaikan secara terselubung dan penyampaian secara terbuka biasanya jarang terjadi.

g. Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan

Ketidak-mampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan terjadi apabila kelompok (kelas) mereaksi secara tidak wajar terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan jadwal kegiatan, pergantian guru dan lain-lain. Apabila hal itu terjadi sebenarnya para siswa (anggota kelompok) sedang mereaksi terhadap suatu ketegangan tertentu; mereka menganggap perubahan yang terjadi itu sebagai ancaman terhadap keutuhan kelompok. Contoh yang paling sering terjadi ialah tingkah laku yang tidak sedap pada siswa terhadap guru pengganti, padahal biasanya kelas itu adalah kelas yang baik.

3.      Pendekatan-Pendekatan dalam Pengelolaan KelasUntuk mengatasi masalah dalam pengelolaan kelas di atas, ada beberapa pendekatan yang

dapat dilakukana.       Behavior – Modification Approach (Behaviorism Apparoach)Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa perilaku “baik” dan

“buruk” individu merupakan hasil belajar. Upaya memodifikasi perilaku dalam mengelola kelas dilakukan melalui pemberian positive reinforcement (untuk membina perilaku positif) dan negative reinforcement (untuk mengurangi perilaku negatif). Kendati demikian, dalam penggunaan reinforcement negatif seyogyanya dilakukan secara hati-hati, karena jika tidak tepat malah hanya akan menimbulkan masalah baru.

b.      Socio-Emotional Climate Approach (Humanistic Approach)Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa proses belajar

mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang baik antara peserta didik – guru dan atau peserta didik – peserta didik dan guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik.

Dalam hal ini, Carl A. Rogers mengemukakan pentingnya sikap tulus dari guru (realness, genuiness, congruence); menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia (acceptance, prizing, caring, trust) dan mengerti dari sudut pandangan peserta didik sendiri (emphatic understanding).

Sedangkan Haim C. Ginnot mengemukakan bahwa dalam memecahkan masalah, guru berusaha untuk membicarakan situasi, bukan pribadi pelaku pelanggaran dan mendeskripsikan apa yang ia lihat dan rasakan; serta mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan sebagai alternatif penyelesaian.

Selain itu juga dikemukakan William Glasser bahwa guru sebaiknya membantu mengarahkan peserta didik untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapi; menganalisis dan menilai masalah; menyusun rencana pemecahannya; mengarahkan peserta didik agar committed terhadap rencana yang telah dibuat memupuk keberanian menanggung akibat “kurang menyenangkan”; serta membantu peserta didik membuat rencana penyelesaian baru yang lebih baik.

Sementara itu, Rudolf Draikurs mengemukakan pentingnya Democratic Classroom Process, dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat memikul

Page 34: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

tanggung jawab; memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang dapat secara bijak mengambil keputusan dengan segala konsekuensinya; dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati tata aturan masyarakat.

c.       Group Process ApproachAsumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa pengalaman belajar

berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif. Richard A. Schmuck & Patricia A. Schmuck mengemukakan prinsip – prinsip dalam penerapan pendekatan group proses, yaitu : (a) mutual expectations; (b) leadership; (c) attraction (pola persahabatan); (c) norm; (d) communication; (d) cohesiveness.

d.      Pendekatan OtoriterPandangan yang otoriter dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan guru

untuk nienciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa ke arah disiplin. Bila timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan:

1)      perintah dan larangan2)      penekanan dan penguasaan3)      penghukuman dan pengancaman4)      Pendekatan perintah dan larangan

e.       Pendekatan PermisifPendekatan yang primisif dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan

pengajar yang memaksimalkan kebebasan pembelajar untuk melakukan sesuatu. Sehingga pembelajar bila kebebasan ini dihalangi dapat menghambat perkembangan pembelajar. Berbagai bentuk pendekatan dalam pelaksanaan pengelolaan kelas ini banyak menyerahkan segala inisiatif dan tindakan pada diri pembelajar

1)      Tindakan pendekatan pengalihan dan pemasabodohan merupakan tindakan yang bersifat premisif. Dari tindakan pendekatan ini muncul hal-hal yang kurang disadari oleh pembelajar:

2)      Meremehkan sesuatu kejadian, atau tidak melakukan apa-apa sama sekali3)      Memberi peluang kemalasan dan menunda pekerjaan .4)      Menukar dan mengganti susunan kelompok tanpa melalui prosedur yang sebenarnya5)      Menukar kegiatan salah satu pembelajar, digantikan oleh orang lain6)      Mengalihkan tanggung jawab kelompok kepada seorang anggota

f.       Pendekatan membiarkan dan memberi kebebasanSekali lagi pengajar memandang pembelajar telah mampu meiakiikan sesuatu dengan

prosedur yang benar. “Biarlah mereka bekerja sendiri dengan bebas”, demikian pegangan pengajar dalam mengelola kelas. Lebih kurang menguntungkan lagi kalau selama pembeiajar bekerja sendiri, pengajar juga aktif mengerjakan tugas sendiri dan pada saat waktu habis baru ditanyakan atau disusun. Percaya atau tidak bahwa hasil bekerja pembelajar belum memadai dan kurang terarah Akibat yang sering terjadi pembelajar merasa telah benar dengan tingkah laku dalam pengerjaan tugas, telah bertanggung jawab dalam kelompok atau kelas itu. Tapi ternyata setelah dibandingkan dengan kelompok lainnya kurang atau malahan lebih rendah. Kedua

Page 35: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

pendekatan inipun kurang menguntungkan, tanpa kontrol dan pengajar bersikap serta memandang ringan terhadap gejala-gejala yang muncul. Pihak pengajar dan pembelajar tampak bebas, kurang memikat.

Page 36: Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas

BAB IIIPENUTUP

KesimpulanMasalah-masalah yang sudah dijelaskan diatas merupakan masalah-masalah yang

berkaitan dengan masalah individual peserta didik, sedangkan yang menyangkut kelompok yaitu kelas kurang kohesif atau kurangnya kepaduan antar sesama. Hal ini biasanya dikarenakan alasan jenis kelamin, suku, tingkatan, sosial ekonomi, dan sebagainya. Seringkali ditemukan adanya penyimpangan-penyimpangan norma-norma yang telah disepakati sebelumnya yang dilakukan oleh kelompok, terkadang kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya, kelompok juga cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap, bahkan ada juga siswa yang sengaja malas atau semangat kerjanya rendah sebagai semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair.

Pendekatan dalam manajemen kelas oleh guru dapat dilakukan dengan berbagai ciri, diantaranya yaitu pendekatan otoriter. Pada pendekatan ini guru merasa bahwa siswa perlu diawasi dan diatur. Pendekatan intimidasi dilakukan untuk mengawasi siswa dan menertibkan siswa dengan cara intimidasi. Selanjutnya yaitu pendekatan permisif, yaitu guru melakukan pendekatan dengan memberikan kebebasan kepada siswa mengenai apa yang ingin dilakukan siswa, sedangkan guru hanya memantau. Jika guru menggunakan pendekatan resep masakan berarti siswa harus mengikuti dengan tertib dan tepat hal-hal yang sudah ditentukan, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Guru juga bisa menggunakan pendekatan pengajaran yang bisa dilakukan dengan menyusun rencana pengajaran dengan tepat untuk menghindari permasalahan perilaku siswa yang tidak diharapkan.

Selain itu, ada juga pendekatan modifikasi perilaku yang mengupayakan perubahan perilaku

yang positif pada siswa. Pendekatan iklim sosio-emosional lebih mengutamakan hubungan sosial

yang terjadi antara guru dan murid, yaitu saling menjalin hubungan yang positif antara guru dan

siswa. Yang terakhir adalah pendekatan sistem proses kelompok atau dinamika kelompok yang

berusaha meningkatkan dan memelihara kelompok kelas yang efektif dan produktif.Share ke:

Facebook Google+ Twitter