Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas
-
Upload
tarilegong -
Category
Documents
-
view
72 -
download
0
description
Transcript of Salah Dan Upaya Pemecahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas
SALAH DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH DALAM PENGELOLAAN KELAS
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam menangani tugasnya, guru-guru sering menghadapi permasalahan dengan
kegiatan-kegiatan didalam kelasnya. Baik itu yang menyangkut pengajaran atau pun yang
menyangkut pengelolaan kelas. Oleh karena itu, guru-guru harus mampu membedakan
permasalahan itu dan menemukan pemecahannya secara tepat sehingga dapat tercapainya proses
belajar mengajar yang efektif dan efisien.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa saja masalah-masalah yang ada dalam pengelolaan kelas?
b. Bagaimana upaya pemecahan masalah yang ada dalam pengelolaan kelas?
C. TUJUAN PENULISAN
a. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Pengelolaan Kelas.
b. Untuk mengetahui masalah-masalah yang ada dalam pengelolaan kelas.
c. Untuk mengetahui upaya pemecahan masalah yang ada dalam pengelolaan kelas.
d.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MASALAH-MASALAH PENGELOLAAN KELAS
1. Kegiatan Mengajar dan Mengelola Kelas
Kegiatan guru didalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas.
Kegiatan mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas agar
kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Dalam kenyataan sehari-hari kedua jenis kegiatan itu menyatu dalam kegiatan atau tingkah laku
guru sehingga sukar dibedakan. Namun demikian, pembedaan seperti itu amat perlu, terutama apabila
kita ingin menanggulangi secara tepat permasalahan yang berkaitan dengan kelas.
2. Masalah Pengajaran dan Masalah Pengelolaan Kelas
Ada dua masalah yang ada di kelas, yaitu masalah pengajaran dan masalah pengelolaan kelas.
Masalah pengajaran harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengajaran dan masalah
pengelolaan harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan.
Solusi untuk dapat menangani masalah-masalah pengelolaan kelas secara efektif guru harus
mampu:
1. Mengenali secara tepat berbagai jenis masalah pengelolaan kelas baik yang bersifat
perorangan maupun kelompok;
2. Memahami pendekatan mana yang cocok dan tidak cocok untuk jenis masalah tertentu.
3. Memilih dan menetapkan pendekatan yang paling tepat untuk memecahkan masalah yang
dimaksud.
Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan dan yang bersifat kelompok.
a. Masalah Perorangan
Penggolongan masalah perorangan ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku
manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk
memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang individu gagal mengembangkan rasa memiliki
dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah laku menyimpang. Ada empat jenis penyimpangan
tingkah laku, yaitu tingkah laku menarik perhatian orang lain, mencari kekuasaan, menuntut balas dan
memperlihatkan ketidakmampuan. Keempat tingkah laku ini diurutkan makin lama makin berat. Misalnya,
seorang anak yang gagal menarik perhatian orang lain boleh jadi menjadi anak yang mengejar
kekuasaan. Masalah perorangan ini mengacu pada masalah psikologis anak/jiwa anak.
Ada empat teknik sederhana untuk mengenali adanya masalah-masalah perorangan seperti
diuraikan diatas pada diri para siswa.
1. Jika guru merasa terganggu (atau bosan) dengan tingkah laku seorang siswa, hal itu merupakan
tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari perhatian.
2. Jika guru merasa terancam (atau merasa dikalahkan), hal itu merupakan tanda bahwa siswa
yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari kekuasaan.
3. Jika guru merasa amat disakiti, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan
mungkin mengalami masalah menuntut balas.
4. Jika guru merasa tidak mampu menolong lagi, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang
bersangkutan mungkin mengalami masalah ketidakmampuan. Ditekankan, guru hendaknya
benar-benar mampu mengenali dan memahami secara tepat arah tingkah laku siswa-siswa yang
dimaksud (apakah tingkah laku siswa itu mengarah ke mencari perhatian, mencari kekuasaan,
menuntut balas, atau memperlihatkan ketidakcampuran) agar guru itu mampu menangani
masalah siswa secara tepat pula.
b. Masalah Kelompok
Ada tujuh masalah kelompok yang dikenal dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas, yaitu :
1. Kekurang-kompakan
2. Kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok
3. Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok
4. Penerimaan kelas (kelompok) atau tingkah laku yang menyimpang
5. Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah
ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang
(anggota) lainnya saja
6. Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes
7. Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan
Masalah kelompok yang paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes dan tidak mau
melakukan kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun terselubung. Permintaan penjelasan
yang terus menerus tentang sesuatu tugas, kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas
itu tertinggal di rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan lain-lain
merupakan contoh-contoh protes atau keengganan bekerja. Masalah kelompok ini menyangkut unsur
adaptasi social dan unsur adaptasi pribadi.
B. MENGHADAPI MASALAH MASALAH PENGELOLAAN KELAS
Dalam menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas guru dapat menerapkan berbagai
pendekatan. Pendekatan pertama ialah dengan menerapkan sejumlah “larangan dan anjuran” misalnya:
1. Jangan menegur siswa di hadapan kawan-kawannya.
2. Dalam memberikan peringatan kepada siswa janganlah mempergunakan nada
suara yang tinggi.
3. Bersikaplah tegas dan adil terhadap semua siswa
4. Jangan pilih kasih
5. Sebelum menghukum siswa, buktikanlah terlebih dahulu bahwa siswa itu bersalah
6. Patuhlah pada aturan-aturan yang sudah anda tetapkan.
Pendekatan “larangan dan anjuran” diatas tampaknya mudah, namun karena tidak didasarkan
pada teori atau prinsip-prinsip tertentu pada umumnya kurang dapat dilaksanakan secara mantap.
Masing-masing perintah atau larangan itu dapat diterapkan atas dasar generalisasi masalah-masalah
pengelolaan kelas tertentu. Disamping itu, guru yang melaksanakan perintah dan larangan itu hanya
bersikap reaktif terhadap masalah-masalah pengelolaan kelas yang timbul. Jangkauan tindakan yang
reaktif inipun amat sempit, yaitu hanya terbatas pada masalah-masalah yang muncul sesewaktu saja.
Padahal dari guru diharapkan tindakan-tindakan yang menjangkau kemungkinan timbulnya masalah-
masalah yang dapat muncul di masa depan, sehingga timbulnya masalah-masalah itu dapat dicegah,
atau kalau toh masalah-masalah itu timbul juga intensitasnya tidak begitu besar dan dapat ditanggulangi
secara tepat.
Kesulitan lain yang dapat ditimbulkan dengan diterapkannya pendekatan “perintah dan larangan”
yang mirip-mirip resep itu ialah, jika “resep” itu ternyata gagal, maka guru dapat kehilangan akal dalam
menangani masalah yang dihadapinya. Guru tidak mampu menganalisis masalah itu dan tidak mampu
menemukan alternatif-alternatif tindakan yang mungkin justru lebih ampuh daripada perintah dan
larangan sebagaimana tercantum didalam “resep” itu.
Pendekatan “perintah dan larangan” itu bersifat absolut dan tidak membuka peluang bagi
diambilnya tindakan-tindakan yang lebih luwes dan kreatif. Pendekatan “resep” ini hanya mengatakan:
“Jika terjadi masalah itu, lakukanlah itu atau itu atau itu”. Guru-guru yang hanya mengandalkan
penerapan pendekatan seperti itu dianggap kurang memanfaatkan potensinya sendiri dan kurang mampu
menyelenggarakan pengelolaan kelas secara efektif.
Ada pendekatan lain yang tidak tepat untuk dipakai, yaitu meliputi tiga hal:
1. penghukuman atau pengancaman,
2. pengalihan dan pemasabodohan, dan
3. penguasaan atau penekanan.
Berikut ini adalah beberapa tindakan yang tidak tepat untuk menangani masalah-masalah yang
timbul didalam kelas:
1. Tindakan penghukuman atau pengancaman:
- Menghukum dengan kekerasan, larangan atau pengusiran
- Menerapkan ancaman atau memaksakan berlakunya larangan-larangan
- Menghardik, mengasari dengan kata, mencemooh atau menertawakan
- Menghukum seorang diantara siswa sebagai contoh bagi siswa-siswa lainnya
- Memaksa siswa untuk meminta maaf atau memaksakan tuntutan-tuntutan lainnya.
2. Tindakan pengalihan atau pemasabodohan:
- Meremehkan sesuatu kejadian atau tidak melakukan apa-apa sama sekali.
- Menukar susunan kelompok dengan mengganti atau mengeluarkan anggota tertentu.
- Mengalihkan tanggungjawab kelompok kepada tanggungjawab seseorang anggota.
- Menukar kegiatan (yang seharusnya dilakukan oleh siswa) untuk menghindari
tingkah laku tertentu dari siswa.
- Mengalihkan tingkah laku siswa dengan cara-cara lain.
3. Tindakan penguasaan atau penekanan:
- Memerintah, memarahi, mengomel
- Memakai pengaruh orang-orang yang berkuasa (misalnya orang tua, pimpinan
sekolah)
- Menyatakan ketidaksetujuan dengan mempergunakan kata-kata, tindakan atau
pandangan.
- Melakukan tindakan kekerasan sebagai pelaksanaan dari ancaman-ancaman yang
pernah dijanjikan.
- Mempergunakan hadiah sebagai perbandingan terhadap hukuman bagi para
pelanggar.
- Mendelegasikan wewenang kepada siswa untuk memaksakan penguasaan kelas.
Dalam menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas, pemakaian pendekatan proses
kelompok didasarkan atas pertimbangan bahwa tingkah laku yang menyimpang pada dasarnya bukanlah
peristiwa yang menimpa seorang individu yang kebetulan menjadi anggota kelompok kelas tertentu,
namun adalah peristiwa sosial yang menyangkut kehidupan kelompok dimana individu itu menjadi
anggotanya.
Tujuan utama bagi guru yang menangani tingkah laku yang menyimpang itu ialah membantu
kelompok itu bertanggungjawab atas perbuatan anggota-anggotanya dan pengelolaan kegiatan kelompok
itu sendiri. Kelompok yang berfungsi secara efektif dapat melakukan kontrol yang mantap terhadap
anggota-anggotanya.
C. PENDEKATAN PENGUBAHAN TINGKAH LAKU DALAM PENGELOLAAN
KELAS
Seperti yang telah dikemukakan, pendekatan pengubahan tingkah laku didasarkan atas prinsip-
prinsip psikologi behavioral. Prinsip pokoknya ialah bahwa semua tingkah laku itu dipelajari, baik tingkah
laku yang disukai maupun tidak disukai. Para penganut pendekatan ini percaya bahwa seorang siswa
yang bertingkah laku menyimpang melakukan perbuatannya itu karena satu atau dua alasan:
1. siswa telah mempelajari tingkah laku yang menyimpang itu, atau
2. siswa itu belum mempelajari tingkah laku yang sebaiknya.
Pendekatan pengubahan tingkah laku dibangun atas dua anggapan dasar:
1. ada empat proses yang perlu diperhitungkan dalam belajar bagi semua orang pada
segala tingkatan umur dan dalam segala keadaan dan
2. proses belajar itu sebagian atau seluruhnya dipengaruhi (dikontrol) oleh kejadian-
kejadian yang berlangsung di lingkungan. Dengan demikian, tugas pokok guru adalah
menguasai dan menerapkan keempat proses yang telah terbukti (bagi kaum behavioris)
merupakan pengontrol tingkah laku manusia, yaitu: penguatan positif, penghukuman,
penghilangan dan penguatan negatif.
Para penganut pemberian penguatan menekankan bahwa apabila seorang siswa menampilkan
tingkah laku tertentu, maka tingkah lakunya itu diikuti oleh akibat (konsekwensi) tertentu. Ada empat
kategori dasar dari akibat:
1. apabila ganjaran diberikan,
2. apabila hukuman diberikan,
3. apabila ganjaran dihentikan, dan
4. apabila hukuman dihentikan.
Pemberian ganjaran disebut penguatan positif dan pemberian hukuman disebut saja
penghukuman. Penghentian pemberian ganjaran disebut penghilangan (extinention) atau penundaan
(time out), tergantung pada keadaannya. Penghentian hukuman disebut penguatan negatif. Frekuensi
munculnya tingkah laku tertentu sejalan dengan jenis mana yang mengikuti tingkah laku itu. Penguatan
positif, yaitu pemberian ganjaran setelah ditampilkannya tingkah laku yang dimaksud, mengakibatkan
ditingkatkannya frekuensi pemunculan tingkah laku yang dimaksud. Tingkah laku yang memperoleh
ganjaran itu diperbuat dan diulangi lagi di waktu mendatang.
Contoh:
Bambang menulis laporan dengan rapi dan menyerahkannya kepada guru (tingkah laku siswa). Guru
memuji pekerjaan Bambang itu dan memberikan komentar bahwa laporan Bambang yang ditulis dengan
rapi lebih mudah dibaca dibandingkan dengan yang ditulis secara tidak rapi (penguatan positif). Untuk
laporan-laporan berikutnya, Bambang terus memperhatikan kerapian laporan itu (frekuensi tingkah laku
yang dikuatkan itu meningkat).
Penghukuman menampilkan perangsang yang tidak diinginkan atau tidak disukai (yaitu
hukuman) setelah dilakukannya suatu perbuatan tertentu yang menyebabkan frekuensi pemunculan
tingkah laku itu menurun.
Penguatan negatif adalah peniadaan perangsang yang mengenakkan atau tidak disukai (yaitu
hukuman) setelah ditampilkannya suatu tingkah laku yang mengakibatkan menurunnya frekuensi tingkah
laku yang dimaksud.
Peniadaan hukuman itu memperkuat tingkah laku yang ditampilkan dan meningkatkan kecenderungan
diulanginya tingkah laku tersebut.
Contoh:
Para siswa di kelas Ibu Eti (guru Bahasa Inggris) yakin bahwa guru mereka itu akan menyelenggarakan
permainan kata-kata (word game) jika para siswa mengerjakan tugas dan baik. Permainan seperti itu
amat digemari oleh para siswa. Ternyata siswa-siswa memang mengerjakan tugas dengan baik, kecuali
Jayeng. Ibu Eti mengatakan bahwa Jayeng tidak diperkenankan ikut serta dalam permainan itu dan
duduk sendiri terpisah dari kelompok-kelompoknya (mengecualikan pemberian ganjaran untuk siswa
tertentu). Selanjutnya, Jayeng mengerjakan tugas-tugas dengan lebih baik (frekuensi tingkah laku laku
menurun).
Contoh diatas mengisyaratkan bahwa guru harus amat hati-hati dalam memilih dan menerapkan
penguat-penguat yang tepat untuk siswa-siswa tertentu. Hal ini tampaknya sukar, namun sebenarnya
tidaklah demikian. Jenis-jenis penguat tertentu sebenarnya tidak terlepas dari kebutuhan siswa tertentu,
bahkan siswa itu dapat (secara tidak langsung) menunjukkan penguat-penguat yang dibutuhkannya. Ada
tiga cara untuk mengenali jenis-jenis penguat yang bersangkutan dengan siswa tertentu:
1. melihat petunjuk-petunjuk (gelagat) khusus berkaitan dengan jenis penguat tertentu
dengan jalan mengamati hal-hal apa yang ingin dilakukan oleh siswa;
2. melihat petunjuk-petunjuk tambahan dengan mengamati apa yang terjadi setelah siswa
menampilkan tingkah laku tertentu; dalam hal ini guru mencoba menerapkan tindakan
atau tingkah laku apa yang dilakukan guru dan teman-teman siswa itu yang tampaknya
menguatkan tingkah laku siswa yang bersangkutan; dan
3. memperoleh petunjuk-petunjuk tambahan dengan jalan langsung menanyakan kepada
siswa yang bersangkutan tentang apa yang ingin dilakukannya jika dia memiliki waktu
terluang, apa yang ingin dimilikinya, dan untuk apa atau untuk siapa biasanya siswa itu
melakukan sesuatu yang berarti. Setelah secara singkat membahas penggunaan ganjaran,
marilah kita singgung sedikit lagi tentang hal yang sebenarnya masih merupakan suatu
dilema atau masih diperdebatkan, yaitu penggunaan hukuman untuk mengurangi atau
meniadakan tingkah laku yang tidak disukai. Dalam kaitan ini ada tiga pokok pandangan,
yaitu:
penggunaan hukuman secara tepat adalah amat efektif untuk mengurangi atau
menghilangkan tingkah laku siswa yang menyimpang;
penggunaan hukuman secara bijaksana terhadap hal-hal tertentu secara terbatas dapat
menimbulkan akibat yang baik secara cepat (segera), tetapi guru harus dengan hati-hati mencatat
akibat-akibat sampingan dari hukuman itu, dan
penggunaan hukuman itu hendaklah sama sekali dihindarkan karena penanggulangan
terhadap tingkah laku siswa yang menyimpang dapat dilakukan dengan cara-cara lain yang tidak
perlu menimbulkan akibat sampingan sebagaimana dapat ditimbulkan oleh hukuman.
Keuntungan dan kerugian penggunaan hukuman
Beberapa keuntungan ialah:
1. Hukuman dapat menghentikan dengan segera tingkah laku siswa yang menyimpang, dan
dapat mencegah berulangnya kembali tingkah laku itu dalam waktu yang cukup lama.
2. Hukuman berfungsi sebagai pemberi petunjuk kepada siswa dengan kenyataan bahwa
siswa dibantu untuk segera mengetahui tingkah laku mana yang dapat diterima.
3. Hukuman berfungsi sebagai pengajaran bagi siswa-siswa lain dengan kenyataan bahwa
hukuman itu mungkin mengurangi kemungkinan siswa-siswa lain meniru tingkah yang
mendapat hukuman itu.
Kerugian penggunaan hukuman:
1. Hukuman dapat ditafsirkan secara salah. Kadang-kadang penghukuman terhadap tingkah
laku tertentu digeneralisasikan untuk tingkah laku-tingkah laku lainnya. Misalnya, seorang
siswa yang dihukum karena berbicara tanpa mengindahkan giliran mungkin tetap akan
tidak berbicara meskipun kesempatan berbicara baginya terbuka luas.
2. Hukuman dapat menyebabkan siswa yang bersangkutan menarik diri sama sekali.
3. Hukuman dapat menyebabkan siswa agresif.
4. Hukuman dapat menimbulkan reaktif negatif dan kawan-kawan siswa yang bersangkutan.
Misalnya, siswa-siswa dapat menampilkan tingkah laku yang tidak diinginkan (seperti
menertawakan, simpati) terhadap siswa yang menerima hukuman.
5. Hukuman dapat menimbulkan sikap negatif pada diri sendiri atau terhadap suasana diluar
dirinya. Misalnya, hukuman dapat merusak perasaan bahwa diri sendiri cukup berharga
atau dapat menumbuhkan sikap negatif terhadap sekolah. Dalam mempertimbangkan
keuntungan dan kerugian penggunaan hukuman, pilihan-pilihan yang akan diterapkan
harus benar-benar dipertimbangkan secara hati-hati. Jika cara hukuman tertentu memang
sudah dipilih, maka penerapannya harus dicatat secara diteliti.
BAB III
PENUTUP
Dari makalah ini dapat kami tarik kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
1. Masalah pengajaran harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengajaran dan
masalah pengelolaan harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan.
2. Memberikan ganjaran terhadap tingkah laku siswa yang baik dan menahan pemberian
ganjaran tingkah laku yang tidak baik adalah amat efektif untuk membina tingkah laku siswa
yang lebih baik didalam kelasnya.
3. Menghukum tingkah laku siswa yang tidak baik dapat meniadakan tingkah laku itu tetapi
mungkin menimbulkan akibat sampingan yang bersifat negatif.
4. Memberikan ganjaran terhadap tingkah laku yang baik tampaknya merupakan kunci bagi
pengelolaan kelas yang efektif.
Jumat, 26 April 2013
MAKALAH PENGELOLAAN KELAS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah
berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang paling sering didiskusikan
oleh penulis profesional dan oleh para pengajar adalah juga pengelolaan kelas.
Mengapa demikian? Jawabnya sederhama. Pengelolaan kelas merupakan
masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk
meciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak
didik dapat mencapai tujuan pengajaran efisien dan menggunakan mereka dapat
belajar. Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi
pengajaran yang efektif. Tugas utama dan paling sulit bagi guru adalah
pengelolaan kelas, lebih-lebih tidak ada satu pun pendekatan yang dikatakan
paling baik.
Dengan masalah yang telah bukan rahasia umum itu maka penulis
menarik kesimpulan untuk lebih membuka lagi mengenai judul yang akan kami
bahas yaitu “Pengelolaan Kelas” yang mana di dalamnya terdapat beberapa
masalah-masalah pengelolaan kelas, untuk lebih jelasnya akan penulis paparkan
di dalam Pembahasan yaitu pada Bab II.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah yang
akan kami bahas yaitu:
1. Apa itu Pengertian Pengelolaan kelas?
2. Apa Tujuan Pengelolaan Kelas?
3. Apa peran guru dalam strategi pengelolaan kelas?
4. Apa Saja Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas ?
5. Apa Saja Pendekatan-Pendekatan dalam pengelolaan kelas ?
6. Bagaimana Penataan ruang kelas?
7. Apa Yang Menjadi Masalah dalam pengelolaan kelas ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah
wawasan penulis dan pembaca dalam bidang pembelajaran khususnya yaitu
mengenai pengelolaan kelas dengan interaksi komunikatif siswa. Adapun rincian
yang ingin di capai dalam pembahasan makalah penulis adalah:
1. Agar dapat memahami pengertian Pengelolaan kelas
2. Agar dapat mengetahui Tujuan dari Pengelolaan Kelas
3. Agar dapat mengetahui Peran guru dalam strategi pengelolaan kelas
4. Agar mengetahui Prinsip-prinsip dalam pengelolaan Kelas
5. Agar mengetahui Pendekatan-Pendekatan dalam pengelolaan kelas
6. Agar dapat memahami Penataan ruang kelas
7. Agar dapat mengetahui Masalah yang timbul dalam pengelolaan kelas
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah yang penulis susun adalah ada
beberapa poin yang dapat di ambil sebagai bahan pembelajaran yang
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan kepada pembaca pada umumnya.
Adapun manfaat yang bisa di ambil dari penulisan makalah ini adalah:
1. Dapat memahami pengertian Pengelolaan kelas
2. Dapat mengetahui Tujuan dari Pengelolaan Kelas
3. Dapat mengetahui Peran guru dalam strategi pengelolaan kelas
4. Dapat mengetahui Prinsip-prinsip dalam pengelolaan Kelas
5. Dapat mengetahui Pendekatan-Pendekatan dalam pengelolaan kelas
6. Dapat memahami Penataan ruang kelas
7. Dapat mengetahui Masalah yang timbul dalam pengelolaan kelas
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
1.5 Sistematika Penulisa
BABA II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengelolaan Kelas
2.2 Tujuan Pengelolaan Kelas
2.3 Peran Guru Dalam Strategi pengeloloaan kelas
2.4 Prinsip – prinsip dalam Pengelolaan Kelas
2.5 Pendekatan-Pendekatan dalam pengelolaan kelas
2.6 Penataan ruang kelas
2.7 Masalah yang timbul dalam pengelolaan kelas
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas.
Pengelolaan itu sendiri asal katanya adalah ”kelola”, ditambah awalan “pe” dan
akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”.
Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu “management”,
yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajemen atau
pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto (1990;2)
adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.[1]
Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik (1987:311) adalah suatu
kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat
pengajaran dari guru.[2]
Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan
guna mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan sederhananya adalah
pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan
pengajaran.[3]
Dalam konteks yang demikian itulah kiranya pengelolaan kelas penting
untuk diketahui oleh siapapun juga yang menerjunkan dirinya kedalam dunia
pendidikan.
Sedangkan menurut Sudirman N, dalam (dkk. 1991; 310), pengelolaan
kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas. Ditambahkan lagi oleh
Hadari Nawawi (1989;115), dengan mengatakan bahwa kegiatan manajemen
atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas
dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang
seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan
secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan
kurikulum dan perkembangan murid.[4]
2.2 Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan
pendidikan. Secara umum pengelolaan kelas adalah penyedian fasilitas bagi
bermacam macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional,
dalam intelektual dalam kelas. Fasilitas yang demikian itu memungkinkan siwa
belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan,
suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi
pada siswa. (Sudirman N, 1991, 311)
Suharsimi Arikunto (1988 : 68) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas
adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai
tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.[5]
Terkait dari penjelasan diatas dalam hal pengelolaan kelas dapat pula ditinjau dari segi interaksi
komunikatif. Artinya seorang guru dituntut mampu mengatur segala kondisi
apapun yang terjadi didalam kelas saat pebelajaran berlangsung agar terciptanya
komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan murid, murid dengan guru
sehingga proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan baik. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan sekaligus meringankan tugas guru atau wali kelas.
2.3 Peran Guru Dalam Strategi Pengeloloaan Kelas
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor
yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam
kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan
kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya
sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Adam dan Decey
(dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru dalam proses belajar
mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru
sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru
sebagai valuator.
a) Guru Sebagai Demonstrator
Guru menjadi sosok yang ideal bagi siswanya hal ini dibuktikan apabila
ada orang tua yang memberikan argumen yang berbeda dengan gurunya maka
siswa tersebut akan menyalahkan argumen si orangtua dan membenarkan
seorang guru. Guru adalah acuan bagi peserta didiknya oleh karena itu segala
tingkah laku yang dilakukannya sebagian besar akan ditiru oleh siswanya. Guru
sebagai demonstrator dapat diasumsikan guru sebagai tauladan bagi siswanya
dan contoh bagi peserta didik.
b) Guru Sebagai Pengelola Kelas
Evaluator atau menilai sangat penting adalah rangkaian pembelajaran
karena setiap pembelajaran pada akhirnya adalah nilai yang dilihat baik
kuantitatif maupun kualitatif. Rangkaian evaluasi meliputi persiapan,
pelaksanaan, evaluasi. Tingkat pemikiran ada beberapa tingkatan antara lain :
- Mengetahui
- Mengerti
- Mengaplikasikan
- Analisis
- Sintesis (analisis dalam berbagai sudut)
- Evaluasi
Manfaat evaluasi bisa digunakan sebagai umpan balik untuk siswa
sehingga hasil nilai ini bukan hanya suatu point saja melainkan menjadi solusi
untuk mencari kelemahan di pembelajaran yang sudah diajarkan. Hal -hal yang
paling penting dalam melaksanakan evaluasi. Harus dilakukan oleh semua aspek
baik efektif, kognitif dan psikomotorik. Evaluasi dilakukan secara terus menerus
dengan pola hasil evaluasi dan proses evaluasi. Evalusi dilakuakan dengan
berbagai proses instrument harus terbuka.
c) Guru Sebagai Mediator Dan Fasilitator
Manager memenage kelas, tanpa kemampuan ini maka performence
dan karisma guru akan menurun, bahkan kegiatan pembeajaran bisa kacau
tanpa tujuan. Guru Sebagai Pengelola Kelas, agar anak didik betah tinggal di
kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya.
Beberapa fungsi guru sebagai pengelola kelas : Merancang tujuan pembelajaran
mengorganisasi beberapa sumber pembelajaran Memotivasi, mendorong, dan
menstimulasi siswa. Ada 2 macam dalam memotivasi belajar bisa dilakukan
dengan hukuman atau dengan reaward Mengawasi segala sesuatu apakah
berjalan dengan lancar apa belum dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
d) Guru Sebagai Evaluator
Seorang guru harus dapat menguasai benar materi yag akan diajarkan
juga media yang akan digunakan bahkan lingkungan sendiri juga termasuk
sebagai sember belajar yang harus dipelajari oleh seorang guru. Seorang siswa
mempunyai beberapa kemampuan menyerap materi berbeda-beda oleh karena
itu pendidik harus pandai dalam merancang media untuk membantu siswa agar
mudah memahami pelajaran. Keterampilan untuk merancang media
pembelajaran adalah hal yang pokok yang harus dikuasai, sehingga pelajaran
yang akan diajarkan bisa dapat diserap dengan mudah oleh peserta didik. Media
pembelajaran didalam kelas sangat banyak sekali macamnya misalkan torsu,
chart maket, LCD, OHP/OHT, dll.
2.4 Prinsip – Prinsip Dalam Pengelolaan Kelas
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam kelas, prinsip-
prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Maka adalah penting bagi guru
untuk mengetahui dan menguasai prinsi-prinsip pengelolaan kelas, yang di
uraikan berikut ini :
1. Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar.guru
yang hangat dan akrab engan anak didik selalu menunjukkan antusias pada
tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan
pengelolaan kelas
2. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang
menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga
mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang
3. Bervariasi
Penggunaan alat atau media atau alat bantu,gaya mengajar guru, pola interaksi
antara guru dan anak didik mengurangi munculnya gangguan, kevariasian dalam
penggunaan apa yang dsi sebut diatas merupakan kunci untuk tercapainya
pengelolaan kelas yang efektif.
4. Keluesan
Keluesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat
mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan
iklim belajar mengajar yang efektif.
5. Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan
pada hal-hal yang positif, dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada
hal-hal yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian
penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan Yang
dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar
6. Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat
mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu,guru sebaiknya selalu
mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri
hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan
tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak
didiknya iku disiplin berdisiplin dalam segala hal.[6]
2.5 Pendekatan-Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
Manajemen kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait
dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang
dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik
secara berkelompok maupun secara individual.
Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama
diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal
bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.
(Djamarah 2006:179)
Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:
1. Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol
tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan
mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang
menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan
dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam
bentuk norma itu guru mendekatinya.
2. Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah
juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi
dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi
ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
3. Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik
agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja.
Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4. Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar
yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan
oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas.
Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh
guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam
resep.
5. Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu
perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku
anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini
menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan
menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah
merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu
proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah
mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku
yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior
modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.
Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku
yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif
yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi
anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau
positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang
menimbulkan perasaan senang atau puas.
Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program
kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas
dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari
7. Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila
hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan
tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa.
Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh
karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui
pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terrciptanya hubungan
guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap
melindungi.
8. Pendekatan Kerja Kelompok
Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan
kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan
kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan
kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula
dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut
guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan
mengurangi masalah-masalah pengelolaan.
9. Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada
potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih
berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya.
Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah
satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga
pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik,
yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam
pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan
mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar
berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas
pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan
penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun)
kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang
memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan
efisien.
2.6 Penataan Ruang Kelas
Meneciptakan suasana belajar yang menggairahkan perlu
memeperhatikan peraturan/penataan ruang kelas/belajar. Penyusunan dan
pengaturan belajar hendaknya memungkinkan anak didik duduk berkelompok
dan memudahkan anak didik bergerak secara leluasa. Dalam pengaturan ruang
belajar, hal-hal yang diperhatikan adalah:
a. Ukuran dan bentuk kelas
b. Bentuk serta ukuran bangku dan meja anak didik
c. Jumlah anak didik dalam kelas
d. Jumlah anak didik dalam setiap kelompok
e. Jumlah kelompok dalam kelas
Komposisi anak didik dalam kelompok (seperti anak didik pandai dengan
anak didik kurang pandai, pria dengan wanita).[7]
2.7 Masalah Yang Timbul Dalam Pengelolaan Kelas
Keaneka macaman masalah perilaku siswa itu menimbulkan beberapa
masalah pengelolaan kelas. Menurut made pidarta masalah-masalah
pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku siswa adalah:
1. Kurang kesatuan, dengan adanya kelompok-kelompok, klik-klik, dan pertentangan jenis
kelamin.
2. Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut, bercakap-cakap,
bergi kesana-kemari, dan sebagainya
3. Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut, bermusuhan, mengucilkan,
merendahkan kelompok bodoh dan sebagainya
4. Kelas mentolerasi kekeliruan-kekeliruan temannya, ialah menerima dan mendorong
perilaku siswa yang keliru.
5. Mudah mereaksi negatif atau terganggu misalnya didatangi monitor, tamu-tamu, iklim
yang berubah dan sebagainya
6. Moral rendah, permusuhan dan agresif misalnya dalam lembaga dengan alat-alat
belajar kurang, kekurangan uang, dan sebagainya
7. Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas-tugas
tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru dan sebagainya .[8]
Kegiatan interaksi edukatif dengan pendekatan kelompok menghendaki peninjauan pada
aspek perbedaan individual anak didik. Postur tubuh anak didik yang tinggi sebaiknya di
tempatkan di belakang. Anak didik yang mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran
sebaiknya di tempatkan di depan kelas. Dengan begitu, mata anak didik yang minus dapat
melihat tulisan di papantulis dengan cukup baik. Penempatan anak didik yang mengalami
ganggung pendengaran didepan akan mempermudah si anak untuk menyimak apa yang
disampaikan guru.
Pengaturan tempat duduk sebenarnya akan berhubungan dengan
permasalahan siswa sebagai individu dengan perbedaan pada aspek biologis,
intelektual, dan psikologis. Tetapi di dalam perbedaan dari ketiga aspek itu ada
juga terselip persamaannya, persamaan dan perbedaan dimaksud adalah:
1. Persamaan dan perbedaan dalam kecerdasan (inteligensi)
2. Persamaan dan perbedaan dalam kecakapan
3. Persamaan dan perbedaan dalam hasil belajar
4. Persamaan dan perbedaan dalam bakat
5. Persamaan dan perbedaan dalam sikap
6. Persamaan dan perbedaan dalam kebiasaan
7. Persamaan dan perbedaan dalam pengetahuan /pengalaman
8. Persamaan dan perbedaan dalam ciri-ciri jasmaniah
9. Persamaan dan perbedaan dalam minat
10. Persamaan dan perbedaan dalam cita-cita
11. Persamaan dan perbedaan dalam kebutuhan
12. Persamaan dan perbedaan dalam kepribadian
13. Persamaan dan perbedaan dalam pola-pola dan tempo perkembangan
14. Persamaan dan perbedaan dalam latar belakang lingkungan
Berbagai persamaan dan perbedaan kepribadian siswa diatas, berguna
dalam membantu usaha pengaturan kelas. Terutaman berhubungan dengan
masalah bagaimana pola pengelompokan siswa guna menciptakan lingkungan
belajar yang aktif dan kreatif, sehingga kegiatan belajar yang penuh kesenangan
dan bergairah dapat bertahan dalam waktu yang relatif lama.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pengertian pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan
guna mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan sederhananya adalah
pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan
pengajaran.
2. Tujuan Pengelolaan Kelas adalah menyediakan fasilitas bagi bermacam macam
kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dalam intelektual
dalam kelas.
3. Peran guru dalam strategi pengelolaan kelas adalah : Guru sebagai Demostrator,
guru sebagai Evaluator, Guru sebagai Pengelola Kelas, Guru sebagai Fasilitator.
4. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas adalah Hangat dan Antusias, Tantangan,
Bervariasi, Keluesan, Penekanan pada hal-hal yang positif, Penanaman disiplin
diri.
5. Pendekatan – pendekatan dalam pengelolaan kelas terdiri dari : Pendekatan
kekuasan, Pendekatan Ancaman, Pendekatan kebebasan, Pendekatan Resep,
Pendekatan Pengajaran, Pendekatan Perubahan Tingkah laku, Pendekatan sosio
Emosional, Pendekatan Kerja kelompok, Pendekatan Elektis atau pluralistik.
6. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal yang diperhatikan adalah : Ukuran dan
bentuk kelas, Bentuk serta ukuran bangku dan meja anak didik, Jumlah anak
didik dalam kelas, Jumlah anak didik dalam setiap kelompok, Jumlah kelompok
dalam kelas.
7. Masalah Dalam Pengelolaan Kelas adalah: Kurang kesatuan, Tidak ada standar
perilaku dalam bekerja kelompok, Reaksi negatif terhadap anggota kelompok,
Kelas mentolerasi kekeliruan-kekeliruan temannya, Mudah mereaksi negatif
atau terganggu misalnya didatangi monitor, Moral rendah, permusuhan, Tidak
mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah.
3.2 Saran
Kami menyadari akan kekurangan dalam makalah ini, maka pembaca
dapat menggali kembali sumber-sumber lainnya, untuk menyempurnakannya.
Jadi kami harapkan kritik yang membangun dari anda sekalian, untuk kami lebih
bisa baik dan sempurna lagi dalam pembuatan makalah ini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, Cv. Rajawali, Jakarta, 1991.
Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar I, Jakarta :Rineka Cipta, 2002.
Syaiful Bahri Djamarah,Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : Rineka Cipta,2002.
Tutut Sholehah, Strategi Pembelajaran yang Efektif, Jakarta : Citra Grafika Desian, 2008.
http://jaririndu.blogspot.com/2012/09/makalah-pengelolaan-kelas.html di Akses pada 16-03-
2013 (21:28)
http://diyanshintaweecaihadiansyah.blogspot.com/2012/01/makalah-manajemen-kelas.html dia
kses pada 17-03-2013 pkl 22:10
[1]Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar I, Jakarta :Rineka Cipta, 2002, h. 196
[2] Ibid, h. 196[3] Ibid, h. 198
[4]Ibid, h. 85.
[5] Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar I, Jakarta :Rineka Cipta, 2002, h.
199-200
[6 ] Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar MengajarI, Jakarta : Rineka Cipta, 2002, h.
206
[7] SyaifulBahriDjamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : Rineka
Cipta, 2002, h. 174
[8] SyaifulBahriDjamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar I, Jakarta : Rineka Cipta, 2002, h.
218
MASALAH-MASALAH DALAM MANAJEMEN KELAS
Disusun Oleh:
AlmasawiFitria
NurainiRudiansyah
Saina Tahetasae
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAUPEKANBARU
2010
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim …………..Segala puji dan syukur hanya berhak kita berikan kepada Allah SWT, sang kekasih abadi
yang selalu setia memantau keberadaan hambaNya di bumi yang indah ini, bumi yang menjadi ajang perlombaan para hamba yang mencintaiNya dan selalu mengharapkan perjumpaan denganNya dalam kondisi yang khusnul khatimah. Amin.
Tak terlepas shalawat dan salam kami haturkan kepada junjungan besar, sang inspirator untuk segera bangkit dan berjuang, pejuang sejati, pembela kaum lemah, dan sang revolusioner peradaban, kepada Beliau Nabi Muhammad SAW beserta istri-istrinya, keluarganya, sahabat, para syuhada dan para pengikutnya yang selalu berusaha dan Istiqomah hingga Yaumil Akhir nanti.
Alhamdulillahirobbilalamin........Akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mandiri, yang bertemakan : Masalah-Masalah Dalam Manajemen Kelas yang sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita sebagai calon guru kelak.
Akhirnya pada Allah jualah penulis ucapkan terimakasih atas kekuatan akal dan pikiran yang telah dianugerahkan kepada penulis dan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pnyelesaian tugas ini .
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari makalah ini, untuk itu penulis sangat berharap masukan dan kritikan dari semua pihak demi kesempurnaan dan kelengkapan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan banyak manfaat untuk kita semua . Amin....
Pekanbaru ,5 Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................
1. Pengertian Pengelolaan Kelas...............................................................
2. Masalah-Masalah Pengelolaan Kelas....................................................
3. Pendekatan-Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas.............................
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................................
BAB IPENDAHULUAN
Manajemen kelas merupakan berbagai jenis kegiatan yang dengan sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar di kelas. Manajemen kelas sangat berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif, di dalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas yang ada.
Kegiatan guru didalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas. Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan siswa mencapai tujuan-tujuan seperti menelaah kebutuhan-kebutuhan siswa, menyusun rencana pelajaran, menyajikan bahan pelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan kepada siswa, menilai kemajuan siswa adalah contoh-contoh kegiatan mengajar. Kegiatan mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Memberi ganjaran dengan segera, mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan siswa, mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan kelompok adalah contoh-contoh kegiatan mengelola kelas.
Dalam kenyataan sehari-hari kedua jenis kegiatan itu menyatu dalam kegiatan atau tingkah laku guru sehingga sukar dibedakan. Namun demikian, pembedaan seperti itu sangat perlu, terutama apabila kita ingin menanggulangi secara tepat permasalahan yang berkaitan dengan kelas.
Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting. Usman dalam salah satu bukunya mengemukakan bahwa suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur murid dan sarana pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran.
Di sini jelas sekali betapa pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif pula.Berdasarkan pendapat di atas, jelas betapa pentingnya pengelolaan kelas guna menciptakan suasana kelas yang kondusif demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi tugas dan tanggung jawab guru
dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas demi kelangsungan proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru dituntut secara profesional mengelola kelas sehingga terciptanyaa suasana kelas yang kondusif guna menunjang proses pembelajaran yang optimal menuntut kemampuan guru untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang dinilai efektif menciptakan suasana kelas yang kondusif.Setidaknya ada tujuh pendekatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk pengelolaan kelas.
Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan.
BAB IIPEMBAHASAN
1. Pengertian Pengelolaan KelasBerbagai definisi tentang pengelolaan kelas yang dapat diterima oleh para ahli
pendidikan, yaitu :a. Perangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan
menguragkan tingkah laku yang tidak diinginkan.b. Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan
iklim sosio emosional kelas yang positif.c. Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas
yang efektif.Dari ketiga definisi diatas, masing-masing mempunyai asumsi yang berbeda-beda. Para
ahli menggabungkan ketiga dimensi itu menjadi definisi yang bersifat pluralistik, yaitu bahwa pengelolaan kelas sebagai seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan, menghubungkan interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.
2. Masalah-Masalah Pengelolaan KelasDalam menangani tugasnya, guru-guru sering menghadapi permasalahan dengan
kegiatan-kegiatan didalam kelasnya. Permasalahan ini meliputi dua jenis juga, yaitu yang menyangkut pengajaran dan yang menyangkut pengelolaan kelas. Guru-guru harus mampu membedakan kedua permasalahan itu dan menemukan pemecahannya secara tepat. Amat sering terjadi guru-guru menangani masalah yangbersifat pengajaran dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan dan sebaliknya. Misalnya, seorang guru berusaha membuat penyajian pelajaran lebih menarik agar siswa yang sering tidak masuk menjadi lebih tertarik untuk menghadiri pelajaran itu, padahal siswa tersebut tidak senang berada di kelas itu karena dia merasa tidak diterima oleh kawan-kawannya. Pemecahan seperti ini tentu saja tidak tepat. “Membuat pelajaran lebih menarik” adalah permasalahan pengajaran, sedangkan “diterima atau tidak diterima oleh kawan” adalah permasalahan pengelolaan. Masalah pengajaran harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengajaran dan masalah pengelolaan harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan.
Untuk dapat menangani masalah-masalah pengelolaan kelas secara efektif guru harus mampu:
a. Mengenali secara tepat berbagai jenis masalah pengelolaan kelas baik yang bersifat perorangan maupun kelompok;
b. Memahami pendekatan mana yang cocok dan tidak cocok untuk jenis masalah tertentu.c. Memilih dan menetapkan pendekatan yang paling tepat untuk memecahkan masalah yang
dimaksud.
Dalam salah satu tulisannya Raka Joni mengupas tentang pengelolaan kelas. Menurutnya pengelolaan kelas merupakan salah satu keterampilan penting yang harus dikuasai guru.
Pengelolaan kelas berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktupenetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas.
Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan atau individual dan yang bersifat kelompok. Disadari bahwa masalah perorangan atau individual dan masalah kelompok seringkali menyatu dan amat sukar dipisahkan yang satu dari yang lain. Namun demikian, pembedaan antara kedua jenis masalah itu akan bermanfaat, terutama apabila guru ingin mengenali dan menangani permasalahan yang ada dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya.Masalah pengelolaan kelas tersebut, yaitu :
1. Masalah Individual :Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku
manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang individu gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah laku menyimpang. Ada empat jenis penyimpangan tingkah laku, yaitu tingkah laku menarik perhatian orang lain, mencari kekuasaan, menuntut balas dan memperlihatkan ketidakmampuan. Keempat tingkah laku ini diurutkan makin lama makin berat. Misalnya, seorang anak yang gagal menarik perhatian orang lain boleh jadi menjadi anak yang mengejar kekuasaan.
Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
Seorang siswa yang gagal menemukan kedudukan dirinya secara wajar dalam suasana hubungan sosial yang saling menerima biasanya (secara aktif ataupun pasif) bertingkah laku mencari perhatian orang lain. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang aktif dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer, melawak(memperolok), membuat onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya; singkatnya, tukang rewel. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang pasif dapat dijumpai pada anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus meminta bantuan orang lain.
Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan)
Tingkah laku mencari kekuasaan sama dengan perhatian yang destruktif, tetapi lebih mendalam. Pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan adanya pertentangan pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang lain dan menunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka. Pencari kekuasaan yang pasif tampak pada anak-anak yang amat menonjolkan kemalasannya sehingga tidak melakukan apa-apa sama sekali. Anak-anak ini amat pelupa, keras kepala, dan secara pasif memperlihatkan ketidakpatuhan.
Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).
Siswa yang menuntut balas mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak menyadari bahwa dia sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain. Keganasan, penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap sesama siswa, petugas atau pengusaha, ataupun terhadap binatang sering dilakukan anak-anak ini. Anak-anak seperti ini akan merasa sakit kalau dikalahkan, dan mereka bukan pemain-pemain yang baik (misalnya dalam pertandingan). Anak-anak yang suka menuntut balas ini biasanya lebih suka bertindak secara aktif daripada pasif. Anak-anak penuntut balas yang aktif sering dikenal sebagai anak-anak yang ganas dan kejam, sedang yang pasif dikenal sebagai anak-anak pencemberut dan tidak patuh (suka menetang).
Helplessness (peragaan ketidakmampuan).
Siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya merasa amat tidak mampu berusaha mencari sesuatu yang dikehendakinya (yaitu rasa memiliki) yang bersikap menyerah terhadap tantangan yang menghadangnya; bahkan siswa ini menganggap bahwa yang ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus. Perasaan tanpa harapan dan tidak tertolong lagi ini biasanya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau memencilkan diri. Sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu berbentuk pasif.
Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain atau kelompok. Ada empat teknik sederhana untuk mengenali adanya masalah-masalah individu seperti diuraikan diatas pada diri para siswa.
a. Jika guru merasa terganggu (atau bosan) dengan tingkah laku seorang siswa, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari perhatian.
b. Jika guru merasa terancam (atau merasa dikalahkan), hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari kekuasaan.
c. Jika guru merasa amat disakiti, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah menuntut balas.
d. Jika guru merasa tidak mampu menolong lagi, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah ketidakmampuan. Ditekankan, guru hendaknya benar-benar mampu mengenali dan memahami secara tepat arah tingkah laku siswa-siswa yang dimaksud (apakah tingkah laku siswa itu mengarah ke mencari perhatian, mencari kekuasaan, menuntut balas, atau memperlihatkan ketidakcampuran) agar guru itu mampu menangani masalah siswa secara tepat pula.
2. Masalah Kelompok :Dikenal adanya tujuh masalah kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas:
a. Kurangnya kekompakan
Kurangnya kekompakan kelompok ditandai dengan adanya kekurang-cocokkan (konflik) diantara para anggota kelompok. Konflik antara siswa-siswa dari kelompok yang berjenis kelamin atau bersuku berbeda termasuk kedalam kategori kekurang-kompakan ini. Dapat dibayangkan bahwa kelas yang siswa-siswa tidak kompak akan beriklim tidak sehat yang diwarnai oleh adanya konflik, ketegangan dan kekerasan. Siswa-siswa di kelas seperti ini akan
merasa tidak senang dengan kelompok kelasnya sehingga mereka tidak merasa tertarik dengan kelas yang mereka duduki itu. Para siswa tidak saling bantu membantu.
b. Kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok
Jika suasana kelas menunjukkan bahwa siswa-siswa tidak mematuhi aturan-aturan kelas yang telah ditetapkan, maka masalah yang kedua muncul, yaitu kekurang-mampuan mengikuti peraturan kelompok. Contoh-contoh masalah ini ialah berisik; bertingkah laku mengganggu padahal pada waktu itu semua siswa diminta tenang; berbicara keras-keras atau mengganggu kawan padahal waktu itu semua siswa diminta tenang bekerja di tempat duduknya masing-masing; dorong-mendorong atau menyela waktu antri di kafetaria dan lain-lain.
c. Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok
Reaksi negatif terhadap anggota kelompok terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar yang dilontarkan terhadap anggota kelompok yang tidak diterima oleh kelompok itu, anggota kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok atau anggota kelompok yang menghambat kegiatan kelompok. Anggota kelompok dianggap “menyimpang” ini kemudian “dipaksa” oleh kelompok itu untuk mengikuti kemauan kelompok.
d. Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang.
Penerimaan kelompok (kelas) atas tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila kelompok itu mendorong timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku menyimpang dari norma-norma sosial pada umumnya. Contoh yang amat umum ialah perbuatan memperolok-olokan (memperlawakkan), misalnya membuat gambar-gambar yang “lucu” tentang guru. Jika hal ini terjadi maka masalah kelompok dan masalah perorangan telah berkembang dan masalah kelompok kelihatannya lebih perlu mendapat perhatian.
e. Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja.
Masalah kelompok anak timbul dari kelompok itu mudah terganggu dalam kelancaran kegiatannya. Dalam hal ini kelompok itu mereaksi secara berlebihan terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak berarti atau bahkan memanfaatkan hal-hal kecil untuk mengganggu kelancaran kegiatan kelompok itu. Contoh yang sering terjadi ialah para siswa menolak untuk melakukan karena mereka beranggapan guru tidak adil. Jika hal ini terjadi, maka suasana diwarnai oleh ketidaktentuan dan kekhawatiran.
f. Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes.
Masalah kelompok yang paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes dan tidak mau melakukan kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun terselubung. Permintaan penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas, kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan lain-lain merupakan contoh-contoh protes atau
keengganan bekerja. Pada umumnya protes dan keengganan seperti itu disampaikan secara terselubung dan penyampaian secara terbuka biasanya jarang terjadi.
g. Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan
Ketidak-mampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan terjadi apabila kelompok (kelas) mereaksi secara tidak wajar terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan jadwal kegiatan, pergantian guru dan lain-lain. Apabila hal itu terjadi sebenarnya para siswa (anggota kelompok) sedang mereaksi terhadap suatu ketegangan tertentu; mereka menganggap perubahan yang terjadi itu sebagai ancaman terhadap keutuhan kelompok. Contoh yang paling sering terjadi ialah tingkah laku yang tidak sedap pada siswa terhadap guru pengganti, padahal biasanya kelas itu adalah kelas yang baik.
3. Pendekatan-Pendekatan dalam Pengelolaan KelasUntuk mengatasi masalah dalam pengelolaan kelas di atas, ada beberapa pendekatan yang
dapat dilakukana. Behavior – Modification Approach (Behaviorism Apparoach)Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa perilaku “baik” dan
“buruk” individu merupakan hasil belajar. Upaya memodifikasi perilaku dalam mengelola kelas dilakukan melalui pemberian positive reinforcement (untuk membina perilaku positif) dan negative reinforcement (untuk mengurangi perilaku negatif). Kendati demikian, dalam penggunaan reinforcement negatif seyogyanya dilakukan secara hati-hati, karena jika tidak tepat malah hanya akan menimbulkan masalah baru.
b. Socio-Emotional Climate Approach (Humanistic Approach)Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa proses belajar
mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang baik antara peserta didik – guru dan atau peserta didik – peserta didik dan guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik.
Dalam hal ini, Carl A. Rogers mengemukakan pentingnya sikap tulus dari guru (realness, genuiness, congruence); menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia (acceptance, prizing, caring, trust) dan mengerti dari sudut pandangan peserta didik sendiri (emphatic understanding).
Sedangkan Haim C. Ginnot mengemukakan bahwa dalam memecahkan masalah, guru berusaha untuk membicarakan situasi, bukan pribadi pelaku pelanggaran dan mendeskripsikan apa yang ia lihat dan rasakan; serta mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan sebagai alternatif penyelesaian.
Selain itu juga dikemukakan William Glasser bahwa guru sebaiknya membantu mengarahkan peserta didik untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapi; menganalisis dan menilai masalah; menyusun rencana pemecahannya; mengarahkan peserta didik agar committed terhadap rencana yang telah dibuat memupuk keberanian menanggung akibat “kurang menyenangkan”; serta membantu peserta didik membuat rencana penyelesaian baru yang lebih baik.
Sementara itu, Rudolf Draikurs mengemukakan pentingnya Democratic Classroom Process, dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat memikul
tanggung jawab; memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang dapat secara bijak mengambil keputusan dengan segala konsekuensinya; dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati tata aturan masyarakat.
c. Group Process ApproachAsumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa pengalaman belajar
berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif. Richard A. Schmuck & Patricia A. Schmuck mengemukakan prinsip – prinsip dalam penerapan pendekatan group proses, yaitu : (a) mutual expectations; (b) leadership; (c) attraction (pola persahabatan); (c) norm; (d) communication; (d) cohesiveness.
d. Pendekatan OtoriterPandangan yang otoriter dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan guru
untuk nienciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa ke arah disiplin. Bila timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan:
1) perintah dan larangan2) penekanan dan penguasaan3) penghukuman dan pengancaman4) Pendekatan perintah dan larangan
e. Pendekatan PermisifPendekatan yang primisif dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan
pengajar yang memaksimalkan kebebasan pembelajar untuk melakukan sesuatu. Sehingga pembelajar bila kebebasan ini dihalangi dapat menghambat perkembangan pembelajar. Berbagai bentuk pendekatan dalam pelaksanaan pengelolaan kelas ini banyak menyerahkan segala inisiatif dan tindakan pada diri pembelajar
1) Tindakan pendekatan pengalihan dan pemasabodohan merupakan tindakan yang bersifat premisif. Dari tindakan pendekatan ini muncul hal-hal yang kurang disadari oleh pembelajar:
2) Meremehkan sesuatu kejadian, atau tidak melakukan apa-apa sama sekali3) Memberi peluang kemalasan dan menunda pekerjaan .4) Menukar dan mengganti susunan kelompok tanpa melalui prosedur yang sebenarnya5) Menukar kegiatan salah satu pembelajar, digantikan oleh orang lain6) Mengalihkan tanggung jawab kelompok kepada seorang anggota
f. Pendekatan membiarkan dan memberi kebebasanSekali lagi pengajar memandang pembelajar telah mampu meiakiikan sesuatu dengan
prosedur yang benar. “Biarlah mereka bekerja sendiri dengan bebas”, demikian pegangan pengajar dalam mengelola kelas. Lebih kurang menguntungkan lagi kalau selama pembeiajar bekerja sendiri, pengajar juga aktif mengerjakan tugas sendiri dan pada saat waktu habis baru ditanyakan atau disusun. Percaya atau tidak bahwa hasil bekerja pembelajar belum memadai dan kurang terarah Akibat yang sering terjadi pembelajar merasa telah benar dengan tingkah laku dalam pengerjaan tugas, telah bertanggung jawab dalam kelompok atau kelas itu. Tapi ternyata setelah dibandingkan dengan kelompok lainnya kurang atau malahan lebih rendah. Kedua
pendekatan inipun kurang menguntungkan, tanpa kontrol dan pengajar bersikap serta memandang ringan terhadap gejala-gejala yang muncul. Pihak pengajar dan pembelajar tampak bebas, kurang memikat.
BAB IIIPENUTUP
KesimpulanMasalah-masalah yang sudah dijelaskan diatas merupakan masalah-masalah yang
berkaitan dengan masalah individual peserta didik, sedangkan yang menyangkut kelompok yaitu kelas kurang kohesif atau kurangnya kepaduan antar sesama. Hal ini biasanya dikarenakan alasan jenis kelamin, suku, tingkatan, sosial ekonomi, dan sebagainya. Seringkali ditemukan adanya penyimpangan-penyimpangan norma-norma yang telah disepakati sebelumnya yang dilakukan oleh kelompok, terkadang kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya, kelompok juga cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap, bahkan ada juga siswa yang sengaja malas atau semangat kerjanya rendah sebagai semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair.
Pendekatan dalam manajemen kelas oleh guru dapat dilakukan dengan berbagai ciri, diantaranya yaitu pendekatan otoriter. Pada pendekatan ini guru merasa bahwa siswa perlu diawasi dan diatur. Pendekatan intimidasi dilakukan untuk mengawasi siswa dan menertibkan siswa dengan cara intimidasi. Selanjutnya yaitu pendekatan permisif, yaitu guru melakukan pendekatan dengan memberikan kebebasan kepada siswa mengenai apa yang ingin dilakukan siswa, sedangkan guru hanya memantau. Jika guru menggunakan pendekatan resep masakan berarti siswa harus mengikuti dengan tertib dan tepat hal-hal yang sudah ditentukan, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Guru juga bisa menggunakan pendekatan pengajaran yang bisa dilakukan dengan menyusun rencana pengajaran dengan tepat untuk menghindari permasalahan perilaku siswa yang tidak diharapkan.
Selain itu, ada juga pendekatan modifikasi perilaku yang mengupayakan perubahan perilaku
yang positif pada siswa. Pendekatan iklim sosio-emosional lebih mengutamakan hubungan sosial
yang terjadi antara guru dan murid, yaitu saling menjalin hubungan yang positif antara guru dan
siswa. Yang terakhir adalah pendekatan sistem proses kelompok atau dinamika kelompok yang
berusaha meningkatkan dan memelihara kelompok kelas yang efektif dan produktif.Share ke:
Facebook Google+ Twitter