sal pencernaan bakmi

download sal pencernaan bakmi

of 21

Transcript of sal pencernaan bakmi

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI SALURAN PENCERNAAN AYAM PPDH GELOMBANG XV

KELOMPOK II OLEH Anis Popi Inayati Lila Dhanarty. P. M. Wahyu Hargiyanto Ilham Kurniawan 061031069 061031067 061031021 061031015

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2010

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Dalam usaha peternakan ayam, penyakit merupakan salah satu resiko yang harus dihadapi. Pemeliharaan kesehatan merupakan bagian penting dalam peningkatan produksi ternak. Produktifitas dan reproduktifitas ternak hanya dapat dicapai secara optimal apabila ternak dalam keadaan sehat. Oleh karena itu, pengetahuan tentang gejala masing-masing penyakit, sumber penyebab, dan cara melakukan pencegahan penyakit serta tatalaksana pemeliharaan dan pengendalian kesehatan ternak merupakan salah satu bekal yang penting bagi suksesnya usaha peternakan dan merupakan salah satu prasyarat tercapainya target produksi yang optimal. Salah satu penyakit yang sering terjadi di peternakan pada ayam adalah diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dimana kotoran yang dikeluarkan lebih cair dari biasanya. Meskipun jarang menyebabkan kematian pada ayam, namun pada kasus diare yang kronis dapat juga berpotensi menyebabkan kematian. Saat mendiagnosa suatu penyakit, ada kalanya diperlukan uji laboratorium untuk menangguhkan pemeriksaan diagnosa klinis. Penyakit-penyakit yang terjadi bisa disebabkan oleh bakteri-bakteri patogen yang menginfeksi suatu hewan. Identifikasi bakteri dilakukan dalam uji laboratorium agar pengobatan dengan antibiotik tertentu sesuai dan efektif. Pengambilan sampel bahan yang akan di uji tergantung penyakit yang didiagnosa sebelumnya.

1.2. Perumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan masalah apakah bakteri sebagai sebagai penyebab diare pada ayam?

1.3. Tujuan Tujuan yang akan dicapai adalah untuk mengetahui bakteri-bakteri penyebab diare pada ayam.

1.4. Manfaat Manfaat yang dapat diambil adalah mengetahui bakteri yang menyebabkan diare pada ayam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diare Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dimana kotoran yang dikeluarkan lebih cair dari biasanya. Diare terbagi menjadi diare akut dan kronik. Diare akut berdurasi 2 minggu atau kurang, sedangkan diare kronis lamanya lebih dari 2 minggu. Ayam yang menderita diare kronik akan kehilangan berat badan dan mengalami suatu keadaan yang disebut gagal tumbuh (failure to thrive), akan tetapi masalah terpenting pada ayam yang mengalami diare adalah dehidrasi, yang terjadi karena kehilangan cairan yang berlebihan. Diare bukan penyakit yang datang dengan sendirinya. Secara umum, berikut ini beberapa hal yang menjadi penyebab diare, yaitu: 1. Infeksi oleh bakteri, virus, atau parasit; 2. Alergi terhadap makanan atau obat tertentu; dan 3. Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain. Dalam kotoran penderita juga dapat ditemui darah, yang berarti ada kerusakan pada lapisan saluran pencernaan akibat aktivitas kuman. Selain itu, dapat pula dijumpai lendir di kotorannya. Diare tanpa adanya darah biasanya disebabkan oleh virus, parasit atau toksin yang dihasilkan oleh bakteri. Infeksi saluran pencernaan yang disebabkan suatu virus yang disebut rotavirus akan menyebabkan diare yang encer. Sebagian besar kuman yang menyebabkan diare juga dapat menyebabkan gejala-gejala lain seperti demam, hilangnya nafsu

makan, nyeri perut, kram perut, mual, muntah, hilangnya berat badan, dan terutama dehidrasi.

2.2. Bakteri Penyebab Diare 2.2.1. Escherichia coli Escherichia coli (E. coli) adalah bakteri penyebab penyakit colibacillosis. Penyebaran bakteri ini sangat luas, umumnya ditemukan dalam usus terutama usus bagian bawah, baik pada hewan maupun pada manusia. Pada unggas infeksi E. coli dapat menyebabkan omphalitis, air sac disease, peritonitis, salphingitis, Hjarre's disease, dan colibacillosis. Pada pengamatan mikroskopis, E. coli memiliki bentuk batang coccoid bipolar hingga bentuk filament, gram negatif, motil, dan tidak membentuk spora. Pada media Mac Conkey Agar koloni E. coli berwarna merah. Bakteri ini keluar dari tubuh bersama feses dalam jumlah besar, dan mampu bertahan beberapa hari sampai beberapa minggu lamanya. Namun, bakteri ini akan mati pada suhu 600C selama 30 menit.

2.2.2. Shigella sp. Shigella adalah genus bakteri yang menjadi penyebab utama dari diare berdarah serta mukus pada feses dan disentri. Bakteri ditransmisikan melalui masuknya makanan dan minuman yang terkontaminasi atau melalui kontak antar personal. Dalam tubuh bakteri ini dapat menginvasi dan menghancurkan sel-sel pada usus besar, menyebabkan ulserasi mukosa dan diare berdarah.

Selain diare, gejala yang ditimbulkan oleh Shigella termasuk demam, pendarahan abdominal dan nyeri pada rektal. Kebanyakan penderita sembuh tanpa komplikasi dalam tujuh hari. Shigellosis dapat diobati dengan antibiotik, meskipun beberapa strain telah mengalami resistensi obat. Sifat dari bakteri ini tidak memfermentasi laktosa, tetapi memfermentasi glukosa, bersifat non-motil dan tidak menghasilkan H2S.

2.2.3. Klebsiella sp.

2.3. Media Selektif Media Selektif adalah media khusus yang digunakan untuk menumbuhkan kuman tertentu, diantaranya adalah sebagai berikut. 2.3.1. Eosin-Methyline Blue Agar (EMBA) Media ini khusus untuk melihat warna pertumbuhan koloni kuman Eschericia coli yaitu hijau metalik. 2.3.2. Salmonella Shigella Agar (SSA) Merupakan media selektif untuk mengisolasi kuman Salmonella. Koloni yang tampak adalah tidak berwarna atau tampak warna hitam pada bagian sentral (black spot). 2.3.3. Mac Conkay Agar (MCA)

Merupakan media deferensial yang digunakan untuk mengisolasi kuman yang tergolong famili Enterobactericeae serta membedakan kuman-kuman yang bersifat memfermentasi laktosa dan yang tidak memfermentasi laktosa. 2.3.4. Tetrathionat Broth Merupakan media cair yang memiliki efek menghambat atau menekan pertumbuhan kuman coliform, tetapi Salmonella sp. dapat tumbuh dengan baik. 2.3.5. Triple Sugar Iron Agar (TSIA) Merupakan media padat yang digunakan untuk membedakan kuman yang tergolong famili Enterobactericeae yaitu dalam kemampuannya memfermentasi karbohidrat membentuk asam, gas, dan H2S. Warna kuning (asam) menunjukkan glukosa, sukrosa dan laktosa difermentasi. Warna merah (alkalis) menunjukkan glukosa, sukrosa, laktosa tidak difermentasi. H2S (+) ditandai dengan terjadinya perubahan warna menjadi hitam. 2.3.6. Sulfide Indol Motility (SIM) Merupakan media semi solid yang berfungsi untuk mengetahui terbentuknya sulfide, indol dan mengetahui pergerakan kuman. Perubahan atau reaksi yang terlihat adalah sebagai berikut. 1. H2S ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam pada media sebagai hasil reaksi H2S dengan Fe menjadi FeS. 2. Terbentuknya indol dari tryptophan diuji dengan penambahan reagen Kovac. Adanya indol terlihat berupa cincin merah pada lapisan atas media. 3. Motilitas terlihat dengan adanya penyebaran pertumbuhan kuman pada tempat tusukan atau media tampak berkabut. 2.3.7. Simons Citrate Agar (SCA)

Merupakan media yang berfungsi untuk mengetahui kemampuan kuman dalam memanfaatkan natrium citrate sebagai sumber karbon untuk keperluan hidupnya. Tanda adanya pertumbuhan bakteri pada medium ini adalah adanya perubahan warna dari hijau menjadi biru. 2.3.8. Urea Agar Merupakan media yang dipergunakan untuk mengetahui adanya enzim urease dari kuman. Jika kuman menghasilkan enzim urease maka kuman akan mampu menguraikan urea yang ditandai dengan perubahan warna medium menjadi merah ungu. 2.3.9. Larutan Gula-Gula Merupakan media untuk mengetahui kemampuan fermentasi bakteri terhadap gula-gula. Reaksi positif bila medium berwarna kuning, artinya gula difermentasi dengan menghasilkan asam. Bila negatif medium tetap berwarna merah. Jenis-jenis karbohidrat yang dipakai antara lain glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa, manitol.

BAB III MATERI DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu Pemeriksaan Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 15-21 Oktober 2010 di Laboratorium Bakteriologi dan Mikrobiologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya. 3.2. Materi Pemeriksaan

3.2.1. Bahan Pemeriksaan Pada pemeriksaan ini sampel diambil dengan cara swab dari kloaka ayam serta dari usus. Anamnesa dari ayam sebagai sampel pemeriksaan. Diketahui ayam mengalami diare dengan ciri-ciri feses lembek dan encer, dehidrasi, mata sayu, bulu kusam dan terdapat nasal discharge. Bahan-bahan yang digunakan untuk isolasi kuman penyebab adalah media deferensial media selektif berupa EMBA (Eosin Methyline Blue Agar) dan SSA (Salmonella Shigella Agar), uji biokimia dan gula-gula, pewarnaan gram, aquades dan oil emersi.

3.2.2. Alat Pemeriksaan Alat-alat yang digunakan antara lain autoclave, inkubator, refrigerator, plate, tabung reaksi, erlenmeyer, obyek gelas, mikroskop, bunsen, tabung reaksi, pipet, ose, dan kertas label.

3.3. Metode Pemeriksaan 3.3.1. Sterilisasi Alat Sebelum dilakukan pemeriksaan, dilakukan sterilisasi semua alat menggunakan autoklaf pada suhu 121C selama 15 menit. Uji sterilisasi media dilakukan dalam inkubator selama 24 jam.

3.3.2. Isolasi a. Isolasi Primer

Dilakukan pada media SSA dan EMBA untuk mendapatkan koloni yang terpisah. Caranya adalah dengan metode swab, yaitu mengambil atau mengusap bagian dalam kloaka dengan ose, lalu dioleskan pada media SSA dan EMBA secara aseptis. Setelah itu olesan tersebut distreak dengan menggunakan ose. Kemudian media SSA dan EMBA diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam dalam inkubator. Selanjutnya dilakukan evaluasi secara makroskopis terhadap bentuk koloninya. Kemudian dilanjutkan pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi dari bakteri. Untuk memastikan diagnosa dilakukan isolasi sekunder pada koloni yang terpisah.

b. Isolasi Sekunder Isolasi sekunder didapatkan dari isolasi primer, dimana koloni yang terpisah dibiakkan pada media yang sama seperti SSA dan EMBA dengan tujuan pemurnian koloni dan didapatkan koloni yang terpisah. Streak koloni diambil dari satu koloni yang dilakukan pada media tersebut, kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Selanjutnya melihat secara mikroskopisnya.

3.3.3. Pemeriksaan Mikroskopis Untuk mengetahui morfologi dari bakteri penyebab Klebsiella maka dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan gram. Pada pemeriksaan ini dilakukan pewarnaan gram untuk membedakan apakah bakteri tersebut termasuk gram positif atau gram negatif dengan metode sebagai berikut: 1. Membuat preparat ulas koloni dari media kemudian difiksasi sampai kering.

2. Gentian violet diteteskan pada preparat ulas dan didiamkan selama 1-2 menit. 3. Lugol atau iodine diteteskan dan diamkan selama 1 menit. 4. Kemudian dicuci dengan air mengalir, dan ditetesi alkohol aseton lalu dicuci segera dengan air. 5. Preparat ditantang dengan safranin atau carbol fuchsin selama 30 detik kemudian dicuci dengan air mengalir. 6. Preparat dikeringkan dan diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x dengan menggunakan oil emersi.

3.3.4. Identifikasi Uji Biokimia dan Uji Gula-gula Dilakukan untuk mengetahui zat yang diproduksi dan hasil-hasil metabolisme bakteri dengan menggunakan media TSIA, SIM, Urea Agar, SCA dan uji gula-gula.

Bagan Isolasi dan Identifikasi Klebsiella sp. pada ayam

Sampel ayam (swab kloaka dan usus)

Isolasi Primer

EMBA

SSA

Koloni

Koloni

Pemeriksaan mikroskopis

Pemeriksaan makroskopis

Pemeriksaan makroskopis

Pemeriksaan mikroskopis

Pewarnaan Gram

Isolasi Sekunder

Pewarnaan Gram

SSA

EMBA

Uji Biokimiawi

Pewarnaan Gram

TSIA

Urease

SIM

SCA

Gula-gula

BAB IV HASIL PEMERIKSAAN

4.1. Laporan Kegiatan Harian Hari / tanggal Kamis 14 Oktober 2010 Jumat Jenis Kegiatan Sterilisasi alat, pembuatan media isolasi yaitu Salmonella Shigella Agar (SSA) dan Eosin Methylen Blue Agar (EMBA) Pengambilan sampel Swab kloaka dan usus pada ayam, dan isolasi primer pada media EMBA dan SSA

15 Oktober 2010 Sabtu 16 Oktober 2010 Minggu 17 Oktober 2010 Senin 18 Oktober 2010 Pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis dari isolasi primer. Lalu dilakukan isolasi sekunder pada media SSA dan EMBA. Pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis dari isolasi sekunder dan media SSA. Pembuatan media untuk uji biokimia (TSIA, SCA, Urease, SIM) Pembuatan media gula-gula untuk uji biokimia (Laktosa, Sukrosa, Maltosa, Mannitol, Glukosa). Pelaksanaan uji biokimia (TSIA, SCA, Urease, SIM) dari isolasi sekunder Evaluasi uji biokimia (TSIA, SCA, Urease, SIM) Isolasi bakteri pada media gula-gula. Evaluasi Uji Gula-gula

Selasa 19 Oktober 2010 Rabu 20 Oktober 2010 Kamis 21 Oktober 2010 Jumat 22 Oktober 2010

Uji Antigen Pullorum dan Sterilisasi alat.

Pengumpulan Laporan dan Ujian

4.2. Tahap Isolasi KumanN o1

Tgl

Sampel

Media Isolasi PrimerEMBA

Makros

Pemeriksaan MikrosBatang panjang, tersebar, gram (-) ,merah Batang pendek, tersebar, gram (-) , merah Batang panjang, tersebar, gram (-) , merah

Pemeriksaan Makros Mikros-

15/10/10

Swab Kloaka dan usus Swab Kloaka dan usus

2

15/10/10

SSA

1. terdapat koloni dengan warna hijau metalik 1. terdapat koloni dengan bentuk bulat dan berwarna putih 2. terdapat koloni dengan bulat dan berwarna merah muda

Terdapat koloni dengan warna putih Terdapat koloni dengan warna merah muda

Batang pendek, tersebar, gram (-) , merah Batang pendek, tersebar, gram (-) , merah

4.3. Tahap Identifikasi Kuman

4.3.1 Media SSANo. 1 Tgl 09/04/10 Media Isolasi Sekunder SSA Media Identifikasi TSIA SIM Urease SCA 2 10/04/10 SSA Glukosa Sukrosa Maltosa Manitol Laktosa Hasil Merah (slant), Gas (+), H2S (+) Indol (-) Motil (+) (-) (-) warna berubah menjadi biru Terfermentasi, gas (+) Tidak terfermentasi, gas (-) Tidak terfermentasi, gas (-) Tidak terfermentasi, gas (-) Tidak terfermentasi, gas (-) Bakteri Penyebab Salmonella pullorum

4.3.2 Media SSA ANo. 1 Tgl 09/04/10 Media Isolasi Sekunder SSA A Media Identifikasi TSIA SIM Urease SCA Glukosa Sukrosa Maltosa Manitol Laktosa Hasil Kuning, Gas (+), H2S (-) Indol (+) Motil (-) (+) (-) Terfermentasi, gas (+) Tidak terfermentasi, gas (-) Terfermentasi, gas (-) Terfermentasi, gas (+) Terfermentasi, gas (-) Bakteri Penyebab Eschericia coli

2

10/04/10

SSA A

4.3.3 Media SSA BNo. 1 Tgl 09/04/10 Media Isolasi Sekunder SSA B Media Identifikasi TSIA SIM Urease SCA Glukosa Sukrosa Hasil Merah (Slant), Gas (+), H2S (-) Indol (-) Motil (-) (-) (-) Terfermentasi, gas (-) Tidak terfermentasi, gas (-) Bakteri Penyebab Shigella sp.

2

10/04/10

SSA B

Maltosa Manitol Laktosa

Terfermentasi, gas (+) Terfermentasi, gas (-) Tidak terfermentasi, gas (-)

BAB V PEMBAHASAN

Pemeriksaan pada DOC yang mengalami diare berwarna putih yang diduga Salmonella dilakukan melalui beberapa tahap yang meliputi isolasi primer, isolasi sekunder, pemeriksaan mikroskopis dan identifikasi. Pertama dilakukan isolasi primer dari swab kloaka pada media Eosin Methyline Blue Agar (EMBA), Mac Conkey Agar (MCA), dan media Tetrathionate Broth, lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37C. Hasil yang diperoleh pada media EMBA terdapat pertumbuhan koloni berwarna hijau metalik sedangkan pada media MCA terdapat dua jenis koloni berwarna merah muda dan putih. Pada media Tetrathionat Broth terdapat endapan keruh berwarna putih. Hasil mikroskopis pada media EMBA yaitu batang panjang, tersebar, dan gram negatif, pada media MCA yaitu batang pendek, tersebar dan gram negatif,

sedangkan pada media Tetrathionate Broth adanya endapan putih keabuaan, berkabut. Koloni-koloni tersebut kemudian diisolasi sekunder pada 3 media SSA. Pada media SSA, bakteri berasal dari media Tetrathionat Broth, sedangkan pada media SSA A dan SSA B berasal dari media MCA yang ditumbuhi 2 koloni bakteri. Hasil mikroskopis dari media tersebut sama dengan hasil dari isolasi primer sehingga perlu dilakukan uji biokimiawi berupa uji TSIA, SCA, Urease, SIM, dan Gula-gula untuk mengetahui jenis bakteri yang terdapat pada media.

Hasil uji biokimia pada media SSA adalah pada uji TSIA bagian slant berwarna merah karena asam laktosa dan sukrosa tidak difermentasi. Pada bagian butt berwarna hitam karena terjadi pembentukan H2S oleh mikroorganisme yang menunjukkan adanya penguraian asam amino yang mengandung sulfur. Mikroorganisme yang menghasilkan desulfurase sewaktu dibiakkan dalam media yang kaya dengan asam amino yang mengandung sulfur akan membentuk H2S. Fe++ yang terdapat dalam media biakan bereaksi dengan H2S dan menghasilkan senyawa FeS yang berwarna hitam dan tidak larut dalam air. Fermentasi glukosa tidak dapat terlihat karena bagian butt tertutupi oleh pembentukan FeS (hitam). Hasil uji biokimiawi dari media SSA A, pada uji TSIA pada bagian slant dan butt terjadi perubahan warna menjadi kuning, hal ini menunjukkan bahwa Glukosa, sukrosa dan laktosa difermentasikan. Terjadi pembentukan gas pada bagian butt yaitu H2 atau CO2. Hasil uji TSIA pada media SSA Bmenunjukkan pada bagian slant berwarna merah dan pada bagian butt berwarna kuning. Hal ini menunjukkan bahwa mikroorganisme memfermentasikan glukosa.

Hasil uji SCA dari media SSA berubah warna dari hijau menjadi biru. Hal karena mikroorganisme mampu menggunakan sitrat maka asam akan dihilangkan dari media pembiakan sehingga menyebabkan peningkatan pH. Sedangkan hasil uji Urease dari media SSA menunjukkan hasil negatif diman tidak terjadi hidrolisis urea oleh mikroorganisme. Hasil uji SCA dari media SSA A dan SSA B, pada uji ini tidak terjadi perubahan warna pada media yang berarti mikroorganisme tidak memanfaatkan natrium sitrat sebagai sumber karbon untuk keperluan hidupnya. Media SIM dengan uji biokimiawi dari media SSA terbentuk H2S, pada saat pemberian reagen tidak terlihat adanya cincin berwarna merah yang berarti bakteri tidak menghasilkan indol. Terlihat pertumbuhan disekitar tusukan, hal ini menunjukkan bahwa mikroorganisme bersifat motil. Sedangkan dari media SSA A dan SSA B pada saat pemberian reagen terbentuk adanya cincin berwarna merahyang menunjukkan mikroorganisme mengalami pembentukan indol, tetapi pada media SSA B tidak terlihat adanya pergerakan mikroorganisme. Pada uji gula-gula dari media SSA mengalami fermentasi (perubahan warna dari merah menjadi kuning) dan menghasilkan gas pada glukosa, sedangkan pada laktosa, sukrosa, maltosa dan mannitol tidak mengalami fermentasi (tidak mengalami perubahan warna). Pada media SSA A menunjukkan hasil negatif pada sukrosa dan menunjukkan hasil positif pada glukosa (gas), laktosa, mannitol (gas), dan maltosa. Pada media SSA B menunjukkan hasil negatif pada laktosa dan sukrosa dan menunjukkan hasil positif pada glukosa, maltosa (gas) dan mannitol.

BAB VI KESIMPULAN

Berdasarkan hasil isolasi, pemeriksaan mikroskopis serta identifikasi dengan uji biokimia dan gula-gula dapat disimpulkan bahwa pada media SSA menunjukkan ciri-ciri bakteri Salmonella pullorum, sedangkan pada media SSA A menunjukkan ciri-ciri bakteri Eschericia coli dan pada media SSA B menunjukkan ciri-ciri bakteri Shigella sp. Maka, diduga sampel DOC tersebut terinfeksi oleh S. Pullorum, E. Coli, dan Shigella sp.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2001. Specimen Veteriner Bulletin Epidemiologi Veteriner. Edisi Khusus. Direktorat Kesehatan Hewan dan Direktorat Jendral Peternakan. Jakarta. Lay, Bibiana W. 1994 Analisa Mikroba di Laboratorium Edisi 1. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. R. Erni dkk. 2005. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Veteriner I Program Studi S-1. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Universitas Airlangga, Surabaya.

Lampiran

Gambar 1. Uji TSIA

Gambar 2. Uji Urease

Gambar 3. Uji SCA

Gambar 4. Uji Gula-gula SSA

Gambar 5. Uji Gula-gula SSA A

Gambar 6. Uji Gula-gula SSA B