SAKINAH AMIR - Unhas

180
PENGARUH POLA KONSUMSI SAGU TERHADAP KADAR LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL) DAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) PADA WANITA USIA 35-55 TAHUN KABUPATEN LUWU UTARA EFFECTS OF SAGO CONSUMPTION PATTERN ON LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL) AND HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) IN WOMEN AGED 35-55 YEARS OLD NORTH LUWU DISTRICT SAKINAH AMIR PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Transcript of SAKINAH AMIR - Unhas

Page 1: SAKINAH AMIR - Unhas

PENGARUH POLA KONSUMSI SAGU TERHADAP KADAR LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL) DAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN

(HDL) PADA WANITA USIA 35-55 TAHUN KABUPATEN LUWU UTARA

EFFECTS OF SAGO CONSUMPTION PATTERN ON LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL) AND HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) IN WOMEN AGED 35-55 YEARS OLD NORTH LUWU DISTRICT

SAKINAH AMIR

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 2: SAKINAH AMIR - Unhas

ii

PENGARUH POLA KONSUMSI SAGU TERHADAP KADAR LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL) DAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN

(HDL) PADA WANITA USIA 35-55 TAHUN KABUPATEN LUWU UTARA

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Master

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun dan diajukan oleh

SAKINAH AMIR

kepada

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 3: SAKINAH AMIR - Unhas

iii

Page 4: SAKINAH AMIR - Unhas

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sakinah Amir

Nomor mahasiswa : P1803215008

Program studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambil alihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari

terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini

hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi perbuatan tersebut.

Makassar, November 2017

Yang menyatakan

Sakinah Amir

Page 5: SAKINAH AMIR - Unhas

v

Page 6: SAKINAH AMIR - Unhas

vi

Page 7: SAKINAH AMIR - Unhas

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya

dengan kuasa dan izin-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

yang berjudul “Pengaruh Pola Konsumsi Sagu Terhadap Kadar Low

Density Lipoprotein (LDL) dan High Density Lipoprotein (HDL) pada

Wanita Usia 35-55 Tahun Kabupaten Luwu Utara”.

Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

studi di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pascasarjana Universitas

Hasanuddin Makassar. Penyusunan tesis ini tidak akan terselesaikan tanpa

bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan penuh

rasa hormat, penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. dr.

Burhanuddin Bahar, MS selaku Pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. dr. Muh.

Tahir Abdullah, M.Sc., MSPH selaku Pembimbing II, yang telah meluangkan

waktu dan pikirannya untuk membimbing dan memberikan dorongan kepada

penulis sejak proses awal hingga akhir penyusunan tesis ini. Ucapan yang

sama juga kepada Ibu Dr. dr. Citrakesumasari, M.Kes., Sp.GK selaku

Penguji I, Bapak Prof. dr. Veni Hadju, M.Sc., Ph.D selaku Penguji II dan

Bapak Prof. Dr. Saifuddin Sirajuddin, MS selaku Penguji III yang secara

aktif telah memberikan masukan dalam perbaikan tesis ini.

Page 8: SAKINAH AMIR - Unhas

viii

Secara khusus penulis ucapan banyak terima kasih kepada keluarga

tercinta, Ayahanda Prof. Dr. H. M. Amir HM, M.Ag dan Ibunda Dra. Hj.

Aisyah Rasyid, M.Sy, drg. Saidah Amir, SKG., Muhammad Alamsyah,

S.Pdi., M.Pdi, H. Muhammad Fakhri Amir, Lc., ME serta keponakan kecil

penulis Najhiyah Haris Masaid atas segala pengorbanan, doa, kesabaran,

kasih sayang, dan motivasi yang tak pernah berhenti kepada penulis. Dengan

selesainya tesis ini, penulis juga mengucapkan terima kasih serta

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1) Rektor Universitas Hasanuddin yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis melanjutkan studi di Pascasarjana Universitas

Hasanuddin Makassar.

2) Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Ketua

Program Studi Kesehatan Masyarakat dan Ketua Departemen Gizi

beserta seluruh staf pengelola yang telah membantu dan membimbing

penulis selama mengikuti pendidikan di Pascasarjana Universitas

Hasanuddin Makassar.

3) Seluruh dosen di Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar yang

telah memberikan bekal ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis.

4) Staf Gizi yaitu Kak Sri, kak Yessi, Kak Risal, Kak Ija yang telah banyak

membantu penulis hingga penyelesaian Tesis ini.

5) Bapak Kepala Desa Buangin, Bapak Camat Masamba, dan Bapak Desa

Kaluku yang telah memberi ruang kepada penulis untuk meneliti di lokasi

Page 9: SAKINAH AMIR - Unhas

ix

penelitian, terkhusus untuk ibu-ibu yang telah bersedia menjadi sampel

dalam penelitian ini.

6) Kakak-kakak petugas UTD yaitu kak Wizal, kak Gede, dan kak Abel serta

Laboran RSUD Andi Djemma yaitu kak Rukayah yang telah membantu

peneliti selama di lokasi penelitian.

7) Harmiany Andi Shadiq dan keluarga yang telah banyak membantu dan

memberi tempat tinggal selama penulis berada di lokasi penelitian.

8) Teman-teman seperjuangan Gizi Angkatan 2015 yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, atas kebersamaan selama ± 2 tahun bersama

yang senantiasa memberikan dukungan, semangat serta bantuan yang

tak terhingga dalam proses penyelesaian Tesis ini.

9) Sahabat seperjuangan Nur Fauzia Asmi yang sejak awal berjuang

bersama dari pembuatan proposal hingga akhir penyelesaian Tesis ini.

10) Sahabat-sahabat group “Berbagi Info” (Nuro’, Pia, Elli, Rara, Lia, Febi,

Titi, Desi, Curly, Nini, Ippi, Cica, Marini, Diana, Raisya, Ika, Riska, Oni,

Etti, Febry, Taqwa) yang telah memberikan dukungan dan motivasi pada

penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

11) Sahabat-sahabat terkasih penulis Masitah, S.P., Yusdiarni HS, S.Sy.,

Syaema Hamzah, S.Pd.I., Mufliha Haerati, S.Pd., Musafirah, S.Si., dan

St. Nurfadillah, S.Sos yang telah menjadi pendengar yang baik bagi

penulis sejak MAN hingga sekarang.

Page 10: SAKINAH AMIR - Unhas

x

12) Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang turut

membantu dalam terselesainya tesis ini.

Harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak, dan penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang

membangun guna penyempurnaan tesis ini. Akhir kata semoga sumbangsih

yang diberikan akan memperoleh balasan dari Allah SWT. Aamiin...

Makassar, November 2017

Sakinah Amir

Page 11: SAKINAH AMIR - Unhas

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.... .............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN.... ............................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN.... ................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................... v

PRAKATA ............................................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xviii

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 9

A. Tinjauan Pustaka Tentang Low Density Lipoprotein (LDL) dan

High Density Lipoprotein (HDL) ................................................. 9

Page 12: SAKINAH AMIR - Unhas

xii

B. Tinjauan Pustaka Tentang Hubungan Kadar Low Density

Lipoprotein (LDL), High Density Lipoprotein (HDL), Serat dan

Penyakit Jantung Koroner ......................................................... 25

C. Tinjauan Pustaka tentang Sagu (Metroxylon sp.)...................... 43

D. Kerangka Teori .......................................................................... 54

E. Kerangka Konsep ...................................................................... 55

F. Tabel Sintesa ............................................................................ 56

G. Definisi Operasional .................................................................. 61

H. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ........................................................ 62

I. Hipotesis Penelitian ................................................................... 63

BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 64

A. Rancangan Penelitian ............................................................... 64

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 64

C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................ 65

D. Pengambilan Sampel ................................................................ 66

E. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ........................... 67

F. Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 68

G. Alur Penelitian ........................................................................... 70

H. Kerangka Penarikan Sampel..................................................... 71

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 72

A. Hasil Penelitian ......................................................................... 72

B. Pembahasan ............................................................................ 100

Page 13: SAKINAH AMIR - Unhas

xiii

C. Keterbatasan Penelitian ........................................................... 120

BAB V. KESIMPULAN DA SARAN ....................................................... 121

A. Kesimpulan ................................................................................ 121

B. Saran ........................................................................................ 122

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 123

LAMPIRAN .............................................................................................. 132

Page 14: SAKINAH AMIR - Unhas

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Lipoprotein ............................................................... 10

Tabel 2.2 Klasifikasi Kadar Profil Lipid menurut NCEP-ATP III (2001) ..... 27

Tabel 2.3 Nilai Gizi Sagu dan Beberapa Bahan Pangan per 100 gram .... 51

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Umum

Responden ............................................................................... 76

Tabel 4.2 Perbandingan Rata-Rata Lingkar Perut, Tekanan Darah

Sistolik dan Tekanan Darah Diastolik pada Kelompok Sering

Mengonsumsi Sagu dan Kelompok Jarang Mengonsumsi

Sagu ......................................................................................... 78

Tabel 4.3 Perbandingan Rata-Rata Kadar LDL dan HDL pada

Kelompok Sering Mengonsumsi Sagu dan Kelompok Jarang

Mengonsumsi Sagu .................................................................. 80

Tabel 4.4 Perbandingan Asupan Zat Gizi Responden pada Kelompok

Sering Mengonsumsi Sagu dan Kelompok Jarang

Mengonsumsi Sagu .................................................................. 81

Tabel 4.5 Distribusi Responden Kelompok Sering Mengonsumsi Sagu

Berdasarkan Konsumsi Makanan Sumber karbohidrat ............. 85

Tabel 4.6 Distribusi Responden Kelompok Jarang Mengonsumsi Sagu

Berdasarkan Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat ............ 86

Tabel 4.7 Distribusi Responden Kelompok Sering Mengonsumsi Sagu

Berdasarkan Konsumsi Sayuran ............................................... 88

Tabel 4.8 Distribusi Responden Kelompok Jarang Mengonsumsi Sagu

Berdasarkan Konsumsi Makan Sayuran ................................... 89

Page 15: SAKINAH AMIR - Unhas

xv

Tabel 4.9 Distribusi Responden Kelompok Sering Mengonsumsi Sagu

Berdasarkan Konsumsi Makan Buah ........................................ 91

Tabel 4.10 Distribusi Responden Kelompok Jarang Mengonsumsi Sagu

Berdasarkan Konsumsi Buah ................................................... 92

Tabel 4.11 Distribusi Responden Kelompok Sering Mengonsumsi Sagu

Berdasarkan Konsumsi Lemak ................................................. 93

Tabel 4.12 Distribusi Responden Kelompok Jarang Mengonsumsi Sagu

Berdasarkan Konsumsi Lemak ................................................. 93

Tabel 4.13 Distribusi Responden Kelompok Sering Mengonsumsi Sagu

Berdasarkan Konsumsi Protein Hewani .................................... 94

Tabel 4.14 Distribusi Responden Kelompok Sering Mengonsumsi Sagu

Berdasarkan Konsumsi Protein Nabati ..................................... 95

Tabel 4.15 Distribusi Responden Kelompok jarang Mengonsumsi Sagu

Berdasarkan Konsumsi Protein Hewani .................................... 96

Tabel 4.16 Distribusi Responden Kelompok Jarang Mengonsumsi Sagu

Berdasarkan Konsumsi Protein Nabati ..................................... 97

Tabel 4.17 Distribusi Aktivitas Fisik Responden pada Kelompok Sering

Mengonsumsi Sagu dan Kelompok Jarang Mengonsumsi

Sagu ......................................................................................... 98

Tabel 4.18 Hubungan Aktivitas Fisik Terhadap Kadar HDL dan LDL

pada Kelompok Sering Mengonsumsi Sagu dan Kelompok

Jarang Mengonsumsi Sagu ...................................................... 99

Tabel 4.19 Kandungan Omega-3, Omega-6, Omega-9 pada Beberapa

Ikan ........................................................................................... 115

Page 16: SAKINAH AMIR - Unhas

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jalur Metabolisme Lipid Endogen Dan Eksogen …………… 18

Gambar 2.2 Animasi Struktur LDL…………………………………………… 25

Gambar 2.3 Intake Makanan Terhadap PJK………………………………… 29

Gamabr 2.4 Sirkulasi Enterohepatik Empedu ………………………………. 31

Gambar 2.5 Diagram Alir Proses Pengolahan Sagu Basah dan Tepung

Sagu Kering Dengan Teknologi Sederhana ………………….. 50

Gambar 2.6 Kerangka Teori Penelitian………………………………………. 54

Gambar 2.7 Kerangka Konsep……………………………………………….. 55

Gambar 2.8 Kerangka Alur Penelitian ………………………………………. 70

Gambar 2.9 Kerangka Pengambilan Sampel……………………………….. 71

Page 17: SAKINAH AMIR - Unhas

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Surat Izin Penelitian

Lampiran Rekomendasi Persetujuan Etik

Lampiran Foto Penelitian

Lampiran Foto Proses Pembuatan Sagu

Lampiran Foto Proses Pembuatan Kapurung

Lampiran Informed consent

Lampiran Kuesioner Food Frekuensi Semi Kuantitatif

Lampiran Kuesioner Recall 24 jam

Lampiran Kuesioner Aktivitas Fisik

Lampiran Output SPSS Hasil Analisis Penelitian

Lampiran Contoh Perhitungan PAL

Lampiran Contoh Perhitungan Frekuensi Makan

Lampiran Daftar Riwayat Hidup

Page 18: SAKINAH AMIR - Unhas

xviii

DAFTAR SINGKATAN

ABCA1 : ATP-binding cassette transporter AI

AHA : American Heart Association

ATP : Adenosine Triphosphate

CAD : Coronary Artery Diseases

HL : Hepatic Lipase

HDL : High Density Lipoprotein

LDL : Low Density Lipoprotein

LPL : Lipoprotein Lipase

LCAT : Lecithin-Cholesterol Acyltransferase

MUFA : Mono Unsaturated Fatty Acids

PUFA : Polyunsaturated Fatty Acids

PLTP : Phospholipid Transport Protein

PJK : Penyakit Jantung Koroner

PTM : Penyakit Tidak Menular

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

VLDL : Very Low Density Lipoprotein

WHO : World Health Organization

Page 19: SAKINAH AMIR - Unhas

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pergerakan penyakit menular ke penyakit tidak menular mulai

terjadi di sebagian besar negara. Penyakit tidak menular merupakan

penyakit kronis yang tidak dapat ditularkan dari orang ke orang. Jumlah

kesakitan akibat penyakit tidak menular dan kecelakaan akan meningkat

dan penyakit menular akan menurun (WHO, 2011). Penyakit tidak menular

mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang lambat.

Empat jenis penyakit tidak menular (PTM) utama menurut WHO adalah

penyakit kardiovaskular (penyakit jantung koroner, stroke), kanker,

penyakit pernafasan kronis (asma dan penyakit paru obstruksi kronis), dan

diabetes (Riskesdas, 2013).

Secara global, penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab

kematian nomor satu dan diproyeksikan akan tetap demikian. Penyakit

kardiovaskuler mencakup penyakit jantung koroner, penyakit

serebrovaskuler, peningkatan tekanan darah, penyakit arteri perifer,

penyakit jantung rematik, penyakit jantung bawaan, dan gagal jantung

(WHO, 2015).

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit

non-infeksi yang menjadi sorotan dunia. Hal ini terkait dengan adanya

perubahan gaya hidup seiring dengan kemajuan dan perkembangan

Page 20: SAKINAH AMIR - Unhas

zaman. World Health Organization (WHO) pada tahun 2008

memperkirakan 17,3 juta jiwa meninggal akibat penyakit kardiovaskular,

7,3 juta jiwa diakibatkan oleh penyakit jantung koroner dan 6,2 juta akibat

stroke (WHO, 2012).

Di Amerika Serikat, dilaporkan setiap menit ada satu orang yang

meninggal akibat PJK. Di Indonesia juga dilaporkan hal yang sama atau

hampir sama. Penyebab utama penyakit ini adalah proses penuaan dan

berbagai faktor risiko yang memicu. Jadi terjadinya PJK karena umur rata-

rata penduduk dunia saat ini semain meningkat ditambah gaya hidup

masa kini yang penuh resiko terjadinya PJK membuat penyakit ini menjadi

masalah kesehatan utama. Padahal jantung sebenarnya merupakan

organ paling kuat dibanding organ-organ lain dalam tubuh manusia (Kabo,

2012).

Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 menunjukkan

penyakit jantung koroner berada pada posisi ketujuh tertinggi PTM

(Penyakit Tidak Menular) di Indonesia. Prevalensi penyakit jantung

koroner berdasarkan diagnosis dokter Indonesia sebesar 0.5%,

sedangkan berdasarkan gejala (tanpa diagnosis dokter) sebesar 1.5%.

WHO memperkirakan kematian akibat PJK di Indonesia mencapai 17.5%

dari total kematian di Indonesia (Riskesdas, 2013).

Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang

terutama disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses

aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya (Majid, 2007).

Page 21: SAKINAH AMIR - Unhas

Proses aterosklerosis, berawal dari penumpukan kolesterol terutama Low

Density Lipoprotein (LDL) di dinding arteri. Hal tersebut dapat

mengakibatkan pembuluh darah koroner menyempit, sehingga pasokan

oksigen dan darah berkurang yang mengakibatkan kinerja jantung

terganggu dan menimbulkan nyeri dada (Maulana, 2007).

Abnormalitas kadar lipid dalam darah merupakan salah satu faktor

risiko timbulnya penyakit kardiovaskular dan metabolik, misalnya

aterosklerosis, penyakit jantung koroner, stroke, sindrom metabolik dan

sebagainya. Serangkaian penelitian mengindikasikan bahwa kadar LDL

yang tinggi diduga menjadi penyebab utama penyakit jantung koroner,

sehingga penurunan kadar LDL masih menjadi target utama

penatalaksanaan abnormalitas kadar kolesterol (Riskesdas, 2013).

Data di Indonesia yang diambil dari riset kesehatan dasar nasional

(RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan ada 35.9 % dari penduduk

Indonesia yang berusia ≥ 15 tahun dengan kadar kolesterol abnormal

(berdasarkan NCEP ATP III, dengan kadar kolesterol ≥ 200 mg/dl) dimana

perempuan lebih banyak dari laki-laki dan perkotaan lebih banyak dari di

pedesaan. Dislipidemia merupakan faktor risiko primer untuk PJK dan

mungkin berperan sebelum faktor risiko utama lainnya muncul. Data

epidemiologi menunjukkan bahwa hiperkolesterolemia merupakan faktor

risiko untuk stroke iskemia (Perkeni, 2015).

Pada penduduk >15 tahun didapatkan kolesterol total abnormal

35,9 persen, HDL rendah 22,9 persen, LDL tidak optimal dengan kategori

Page 22: SAKINAH AMIR - Unhas

gabungan near optimal-borderline tinggi 60,3 persen dan kategori tinggi-

sangat tinggi 15,9 persen, trigliserida abnormal dengan kategori borderline

tinggi 13,0 persen dan kategori tinggi-sangat tinggi 11,9 persen, serta

kreatinin serum abnormal 6,0 persen (Riskesdas, 2013).

Pola makan menjadi perhatian khusus dalam pencegahan penyakit

jantung dan kardiovaskular, terutama penyakit jantung koroner. Pola

makan yang tidak sehat dapat meningkatkan kadar kolestrol dalam darah

yang kemudian akan menumpuk di dinding bagian dalam pembuluh darah

sehingga menimbulkan atherosklerosis. Modifikasi faktor risiko merupakan

salah satu hal yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan penyakit

jantung dan kardiovaskular, terutama modifikasi pola makan (Zulfa, 2016).

Diet tinggi serat-makanan (> 25 g/hari) berhubungan dengan

penurunan kejadian PJK. The American Heart Association (AHA)

merekomendasikan peningkatan asupan serat larut 10 hingga 25 g/hari

untuk menurunkan lipid, khususnya mengurangi kolesterol LDL.

Peningkatan asupan serat larut paling sedikit 5 sampai 10 g/hari bisa

mengurangi kolesterol LDL sebesar 5 persen (Anderson JW et al, 2004).

Sagu (Metroxylon sp) merupakan pangan pokok lokal yang sudah

dikenal sejak dahulu, di beberapa daerah antara lain : Maluku, Papua dan

Sulawesi. Sebagai tanaman tradisional khas masyarakat Maluku, sagu

merupakan tanaman yang cukup berpotensi, dimana sejak dahulu, pati

sagu telah dimanfaatkan sebagai bahan pangan pokok (Staple food),

seperti : papeda, sagu lempeng, sinoli, bubur sagu serta penganan,

Page 23: SAKINAH AMIR - Unhas

seperti serut, bagea dan sagu tumbu (Louhenapessy, dkk., 2010). Bahan

pangan tradisional ini memiliki nilai gizi tidak kalah dengan sumber

pangan lainnya seperti beras, jagung, ubi kayu, dan kentang. Tepung

sagu dan produk olahannya dapat dikelompokkan sebagai pangan

fungsional karena memiliki kandungan karbohidrat (84,7%) dan serat

pangan (3,69-5,96%) yang cukup tinggi, indeks glikemik (28) rendah, dan

mengandung pati resisten, polisakarida bukan pati, dan karbohidrat rantai

pendek yang sangat berguna bagi kesehatan (Janes Berthy Alfons dan A.

Arivin Rivaie, 2011). Selain itu kandungan pati sagu sangat berguna bagi

kesehatan pencernaan karena memiliki kandungan serat pangan yang

berguna untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan mempermudah

dalam proses pencernaan makanan di dalam usus (Achmad dkk, dalam

huningkor, 2015).

Produksi sagu di Sulawesi Selatan pada tahun 2010 sebesar 1.065

ton. Total potensi lahan yang dikembangkan untuk sagu di Sulawesi

Selatan seluas 4.102 ha, yang berada di Kabupaten Luwu seluas 1.462 ha

(35,6%) dan di Luwu Utara seluas 1.590 ha (38,8%), sehingga kedua

kabupaten tersebut merupakan daerah penghasil sagu terbesar di

Sulawesi Selatan. (Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2010).

Pada umumnya masyarakat Luwu sebagian besar mengkonsumsi

sagu karena Kabupaten Luwu Utara merupakan sentra penghasil sagu.

Tingginya persentase masyarakat yang sering mengkonsumsi sagu di

Kabupaten Luwu Utara disebabkan karena sagu bagi sebagian besar

Page 24: SAKINAH AMIR - Unhas

masyarakat sekitar merupakan makanan pokok kedua setelah beras.

Alasan bagi masyarakat Kabupaten Luwu Utara mengapa mereka

mengkonsumsi sagu karena rasanya enak dan sudah menjadi kebiasaan

secara turun temurun. Selain itu karena bahan bakunya mudah didapat,

harganya terjangkau dan dapat digunakan sebagai pengganti beras. Jika

suatu saat terjadi krisis beras, sebagian besar masyarakat di Kabupaten

Luwu Utara menyatakan bahwa sagu dapat dijadikan sebagai alternatif

pengganti beras (Syahdima dkk, 2013).

Berbagai penelitian tentang sagu telah dilakukan, namun sampai

saat ini belum ada penelitian yang melihat konsumsi sagu terhadap kadar

LDL dan HDL pada kelompok yang sering mengonsumsi sagu dan

kelompok yang jarang mengonsumsi sagu di Kabupaten Luwu Utara yang

dapat menjadi salah satu faktor risiko terhadap penyakit jantung koroner.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah

ada pengaruh konsumsi sagu terhadap kadar Low Density

Lipoprotein (LDL) dan High Density Lipoprotein (HDL) pada wanita

usia 35-55 tahun Kabupaten Luwu Utara?”

Page 25: SAKINAH AMIR - Unhas

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh konsumsi sagu terhadap kadar Low

Density Lipoprotein (LDL) dan High Density Lipoprotein (HDL) pada

wanita usia 35-55 tahun pada kelompok yang sering mengonsumsi

sagu dan kelompok yang jarang mengonsumsi sagu.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik fisik lingkar perut dan

tekanan darah pada kelompok yang sering mengonsumsi sagu dan

kelompok yang jarang mengonsumsi sagu.

2. Untuk mengetahui perbedaan kadar Low Density Lipoprotein (LDL)

wanita usia 35-55 tahun pada kelompok yang sering mengonsumsi

sagu dan kelompok yang jarang mengonsumsi sagu.

3. Untuk mengetahui perbedaan kadar High Density Lipoprotein (HDL)

wanita usia 35-55 tahun pada kelompok yang sering mengonsumsi

sagu dan kelompok yang jarang mengonsumsi sagu.

4. Untuk mengetahui perbandingan asupan da pola konsumsi sagu

pada kelompok sering mengonsumsi sagu dan kelompok jarang

mengonsumsi sagu.

5. Untuk mengetahui distribusi aktivitas fisik kedua kelompok dan

mengetahui hubungan antara aktivitas fisik terhadap kadar LDL dan

Page 26: SAKINAH AMIR - Unhas

HDL pada kelompok sering mengonsumsi sagu dan kelompok jarang

mengonsumsi sagu.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

khasanah ilmu pengetahuan dan wawasan dibidang kesehatan

khususnya mengenai konsumsi sagu terhadap Low Density Lipoprotein

(LDL) dan High Density Lipoprotein (HDL) sebagai salah satu faktor

resiko penyakit jantung koroner sehingga dapat dilakukan tindakan

preventif yang nantinya dapat dilakukan perbaikan gaya hidup di

masyarakat terutama melalui pola konsumsi sagu yang merupakan

salah satu makanan pokok lokal.

2. Manfaat Praktis

Dari aspek kemasyarakatan, diharapkan hasil penelitian ini dapat

memberi informasi kepada masyarakat khususnya mengenai konsumsi

sagu terhadap Low Density Lipoprotein (LDL) dan High Density

Lipoprotein (HDL) sebagai salah satu faktor risiko penyakit jantung

koroner.

Page 27: SAKINAH AMIR - Unhas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka Tentang Low Density Lipoprotein (LDL)

dan High Density Lipoprotein (HDL)

Lipid didefinisikan sebagai senyawa yang tak larut dalam air yang

diekstrak dari organisme hidup menggunakan pelarut yang kepolarannya

lemah atau pelarut nonpolar. Definisi ini berdasarkan atas sifat fisik,

berlawanan dengan definisi protein, karbohidrat, maupun asam nukleat

yang berdasarkan atas struktur kimianya. Istilah lipid mencakup berbagai

macam kelompok senyawa yang berbeda-beda strukturnya (Ngili, 2009).

Lipid dalam makanan manusia yang utama adalah triasilgliserol,

sterol, dan membran fosfolipid yang berasal dari hewan dan tumbuhan.

Proses metabolisme lipid membentuk dan mendegradasi simpanan lipid

dan memproduksi karakteristik struktur dan fungsi lipid dalam jaringan

tertentu (Ngili, 2009).

Lemak (fat) yang diserap dari makanan dan lipid yang disintesis

oleh hati dan jaringan adiposa harus diangkut ke berbagai jaringan dan

organ untuk digunakan dan disimpan. Karena lipid tidak larut di dalam air,

maka cara pengangkutan lipid dalam plasma darah yang berbahan dasar

air, dipecah dengan cara menggabungkan lipid nonpolar (triasilgliserol dan

ester kolesteril) dengan lipid amfipatik (fosfolipid dan kolesterol) serta

Page 28: SAKINAH AMIR - Unhas

protein untuk menghasilkan lipoprotein yang dapat bercampur dengan air

(Murray, 2006).

Lipoprotein merupakan gabungan molekul lipid dan protein yang

disintesis di dalam hati. Seperempat sampai sepertiga bagian dari

lipoprotein adalah protein dan selebihnya lipid. Lipoprotein mempunyai

fungsi mengangkut lipid di dalam plasma ke jaringan-jaringan yang

membutuhkannya sebagai sumber energi, sebagai komponen membran

sel atau sebagai prekursor metabolit aktif (Almatsier, 2009).

Empat kelompok utama lipoprotein yang penting secara fisiologis

yaitu (1) Kilomikron yang berasal dari penyerapan triasilgliserol dan lipid

lain di usus; (2) Lipoprotein berdensitas sangat rendah (Very Low Density

Lipoprotein,VLDL, atau pra-β-lipoprotein) yang berasal dari hati untuk

ekspor triasilgliserol; (3) Lipoprotein berdensitas rendah (Low Density

Lipoprotein, LDL, atau β-lipoprotein) yang menggambarkan suatu tahap

akhir metabolisme VLDL; dan (4) Lipoprotein berdensitas tinggi (High

Density Lipoprotein, HDL, atau α-lipoprotein) yang berperan dalam

transpor kolesterol dan pada metabolisme VLDL dan kilomikron.

Tabel 2.1. Komposisi Lipoprotein

Lipoprotein Trigliserida Kolesterol Fosfolipid Protein

% % % %

Kilomikron 80-90 2-7 3-6 1-2

VLDL 55-65 10-15 15-20 5-10

LDL 10 45 22 25

HDL 5 20 30 45-50

Page 29: SAKINAH AMIR - Unhas

1. Low Density Lipoprotein (LDL)

LDL merupakan turununan VLDL yang kehilangan inti

trigliserida sehingga menghasilkan zat baru dengan berat jenis antara

1019-1063 g/mL. Secara struktur LDL yang lebih kecil merupakan tipe

yang mengandung makin sedikit ester dan kolesterol bebas.

Penurunan persentase kolesterol atau komponen lipid dibanding

dengan apo B atau komponen protein merupakan karakteristik LDL

padat kecil (Yoshini G, 2002).

Fungsi LDL yaitu membawa kolesterol dari hepar ke jaringan

perifer termasuk ke sel otot jantung, otak, dan lain-lain agar dapat

berfungsi sebagaimana mestinya (untuk sintesis membran plasma dan

hormon steroid). Rangkaian proses penyediaan kolesterol pada

jaringan ekstrahepatik disebut LDL receptor pathway, sedangkan

rangkaian proses pengembalian kolesterol ke hepar dari jaringan

perifer disebut reverse cholesterol transport. Kedua jalur tersebut

dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (Mayes dan Botham,

2003).

Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10 persen dan

kolesterol 60 persen. Kadar LDL plasma tergantung dari banyak faktor

termasuk kolesterol dalam makanan, asupan lemak jenuh, kecepatan

produksi dan eliminasi LDL dan VLDL. Bila kita makan banyak lemak

jenuh atau bahan makanan yang kaya akan kolesterol, maka kadar

LDL dalam darah kita tinggi. Kelebihan LDL akan mudah melekat

Page 30: SAKINAH AMIR - Unhas

pada dinding sebelah dalam (intima) pembuluh darah degan risiko

penumpukan atau pengendapan kolesterol LDL pada dinding

pembuluh darah arteri, yang diikuti dengan terjadinya aterosklerosis.

Makin kecil ukuran LDL atau makin tinggi kepadatannya, makin

mudah pula LDL tersebut menyusup kedalam intima. LDL demikian

disebut LDL kecil padat (small dense LDL). Oleh karena sifat tersebut,

maka LDL disebut kolesterol jahat. LDL mengalami katabolisme

melalui jalur reseptor dan jalur non reseptor. Jalur katabolisme

reseptor dapat ditekan oleh produksi kolesterol endogen. Bila

katabolisme LDL oleh hati dan jaringan perifer berkurang maka kadar

kolesterol plasmanya meningkat. Peningkatan kadar kolesterol

sebagian disalurkan ke dalam makrofag yang akan membentuk sel

busa (foam cells) yang berperan dalam terjadinya aterosklerosis

(Rader dan Hobbs, 2005).

Pembentukan LDL oleh reseptor LDL ini penting dalam

pengontrolan kolesterol darah. Di samping itu dalam pembuluh darah

terdapat sel-sel perusak yang dapat merusak LDL. Melalui jalur sel-sel

perusak ini (scavenger pathway) molekul LDL dioksidasi, sehingga

tidak dapat masuk kembali ke dalam aliran darah. Kolesterol yang

banyak terdapat dalam LDL akan menumpuk dalam sel-sel perusak.

Bila hal ini terjadi selama bertahun-tahun, kolesterol akan menumpuk

pada dinding pembuluh darah dan membentuk plak. Plak akan

bercampur dengan protein dan ditutupi oleh sel-sel otot dan kalsium.

Page 31: SAKINAH AMIR - Unhas

Hal inilah yang kemudian dapat berkembang menjadi aterosklerosis.

Pengatur utama kadar kolesterol darah adalah hati, karena sebagian

besar (50-75%) reseptor LDL terdapat di dalam hati (Almatsier, 2009).

2. High Density Lipoprotein (HDL)

High Density Lipoprotein (HDL) adalah lipoprotein berdensitas

tinggi, terutama mengandung protein. HDL diproduksi di hati dan usus

halus. HDL mengambil kolesterol dan fosfolipid yang ada di dalam

darah dan menyerahkannya ke lipoprotein lain untuk diangkut kembali

atau dikeluarkan dari tubuh (Muray, 2009).

HDL adalah partikel lipoprotein yang terkecil, memiliki densitas

yang paling tinggi karena lebih banyak mengandung protein

dibandingkan kolesterol. Kandungan apolipoprotein terbanyak adalah

Apo A-1 dan Apo A-II. Hati mensintesis lipoprotein sebagai kompleks

dari apolipoprotein dan fosfolipid, yang membentuk partikel kolesterol

bebas, kompleks ini mampu mengambil kolesterol yang dibawa secara

internal dari sel melalui interaksi dengan ATP-binding cassette

transporter AI (ABCA1). Suatu enzim plama yang disebut Lecithin-

Cholesterol Acyltransferase (LCAT) mengkonversi kolesterol bebas

menjadi kolesteril ester (bentuk yang lebih hidrofobik dari kolesterol),

yang kemudian tersekuestrasi ke dalam inti dari partikel lipoprotein,

akhirnya menyebabkan HDL yang baru disintesis berbentuk bulat.

Partikel HDL bertambah besar karena beredar melalui aliran darah

dan memasukkan lebih banyak kolesterol dan molekul fosfolipid dari

Page 32: SAKINAH AMIR - Unhas

sel dan lipoprotein lainnya, misalnya dengan interaksi dengan

transporter ABCG1 dan Phospholipid Transport Protein (PLTP)

(Murray, 2009).

HDL mengangkut kolesterol sebagian besar ke hati atau organ

steroidogenik seperti adrenal, ovarium, dan testis oleh kedua jalur

langsung dan tidak langsung. HDL akan dibersihkan oleh reseptor

HDL seperti Scavenger Reseptor BI (SR-BI), yang memediasi

penyerapan selektif kolesterol dari HDL. Pada manusia, mungkin jalur

yang paling relevan adalah yang tidak langsung, yang dimediasi oleh

Kolesterol Ester Trafer Protein (CEPT). Protein ini merubah trigliserida

dari VLDL terhadap esterl kolesterol HDL. Sebagai hasilnya, VLDL

diproses untuk LDL, yang dibuang dari sirkulasi oleh reseptor LDL

jalur. Trigliserida tidak stabil dalam HDL, tetapi teregredasi oleh

hepatik lipase sehingga partikrl HDL kecil yang tersisa, yang akan

memulai kembali penyerapan kolestererol dari sel. Kolesterol yang

ditranspor ke hati akan disekresikan ke empdu usus baik secara

langsung maupun tidak langsung setelah dikonversi menjadi asam

empedu. Pengiriman kolesterol HDL ke adrenal, ovarium, dan testis

penting untuk sintesis hormon streroid (Murray, 2009).

3. Metabolisme Lipoprotein

Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber

yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hati, yang bisa disimpan

di dalam sel-sel lemak sebagai cadangan energi. Lemak yang

Page 33: SAKINAH AMIR - Unhas

terdapat dalam makanan akan diuraikan menjadi kolesterol,

trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas pada saat dicerna dalam

usus. Keempat unsur lemak ini akan diserap dari usus dan masuk ke

dalam darah.

Lemak tidak larut larut dalam air, berarti lemak juga tidak larut

dalam plasma darah. Agar lemak dapat diangkut ke dalam peredaran

darah, maka di dalam plasma darah, lemak akan berikatan dengan

protein spesifik membentuk suatu kompleks makromolekul yang larut

dalam air. Ikatan antara lemak (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid)

dengan protein ini disebut lipoprotein. Setiap jenis lipoprotein memiliki

fungsi yang berbeda dan dipecah serta dibuang dengan cara yang

berbeda. Lemak dalam darah diangkut dengan dua cara yaitu melalui

jalur eksogen dan jalur endogen (Adam, 2009).

a. Jalur eksogen

Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserid

dan kolestrol. Trigliserida dan kolesterol dalam usus halus akan

diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus. Trigliserida akan

diserap sebagai asam lemak bebas sedangkan kolestrol, sebagai

kolestrol. Di dalam usus halus asam lemak bebas akan diubah

lagi menjadi trigliserida, sedangkan kolestrol mengalami

esterifikasi menjadi kolestrol ester. Keduanya bersama fosfolipid

dan apolipoprotein akan membentuk partikel besar lipoprotein,

yang disebut Kilomikron. Kilomikron ini akan membawanya ke

Page 34: SAKINAH AMIR - Unhas

dalam aliran darah. Trigliserid dalam kilomikron tadi mengalami

penguraian oleh enzim lipoprotein lipase yang berasal dari

endotel, sehingga terbentuk asam lemak bebas (free fatty acid)

dan kilomikron remnant (Adam,2009).

Asam lemak bebas dapat disimpan sebagai trigliserida

kembali di jaringan lemak (adiposa), tetapi bila terdapat dalam

jumlah yang banyak sebagian akan diambil oleh hati menjadi

bahan untuk pembentukan trigiserid hati. Sewaktu-waktu jika kita

membutuhkan energi dari lemak, trigliserida dipecah menjadi

asam lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju sel-sel

untuk dioksidasi menjadi energi. Proses pemecahan lemak

jaringan ini dinamakan lipolisis. Asam lemak tersebut

ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang memerlukan dan

disebut sebagai asam lemak bebas (Adam, 2009).

Kilomikron remnan akan dimetabolisme dalam hati

sehingga menghasilkan kolesterol bebas. Sebagian kolesterol

yang mencapai organ hati diubah menjadi asam empedu, yang

akan dikeluarkan ke dalam usus, berfungsi seperti detergen &

membantu proses penyerapan lemak dari makanan. Sebagian lagi

dari kolesterol dikeluarkan melalui saluran empedu tanpa

dimetabolisme menjadi asam empedu kemudian organ hati akan

mendistribusikan kolesterol ke jaringan tubuh lainnya melalui jalur

endogen. Pada akhirnya, kilomikron yang tersisa (yang lemaknya

Page 35: SAKINAH AMIR - Unhas

telah diambil), dibuang dari aliran darah oleh hati. Kolesterol juga

dapat diproduksi oleh hati dengan bantuan enzim yang disebut

HMG Koenzim-A Reduktase, kemudian dikirimkan ke dalam aliran

darah (Adam, 2009).

b. Jalur endogen

Pembentukan trigliserida dan kolesterol disintesis oleh hati

diangkut secara endogen dalam bentuk VLDL. VLDL akan

mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang

juga menghidrolisis kilomikron menjadi IDL (Intermediate Density

Lipoprotein). Partikel IDL kemudian diambil oleh hati dan

mengalami pemecahan lebih lanjut menjadi produk akhir yaitu

LDL.LDL akan diambil oleh reseptor LDL di hati dan mengalami

katabolisme.LDL ini bertugas menghantar kolesterol kedalam

tubuh. HDL berasal dari hati dan usus sewaktu terjadi hidrolisis

kilomikron dibawah pengaruh enzim lecithin cholesterol

acyltransferase (LCAT). Ester kolesterol ini akan mengalami

perpindahan dari HDL kepada VLDL dan IDL sehingga dengan

demikian terjadi kebalikan arah transpor kolesterol dari perifer

menuju hati. Aktifitas ini mungkin berperan sebagai sifat

antiterogenik (Adam, 2009).

Page 36: SAKINAH AMIR - Unhas

Gambar 2.1 Jalur Metabolisme Lipid Endogen Dan Eksogen

4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kadar HDL dan LDL

1) Pola konsumsi

Makanan yang tidak sehat adalah makanan yang tidak

mengandung gizi seimbang seperti karbohidrat, protein, mineral,

vitamin dan lemak tak jenuh. Konsumsi gizi yang berlebihan juga

tidak baik bagi kesehatan. Konsumsi gizi yang berlebihan seperti

masukan energi dari karbohidrat, lemak, protein maupun alkohol

dapat menaikan kolesterol dalam darah. Hal tersebut akan

meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular (WHO, 2016).

Kolesterol merupakan zat di dalam tubuh yang berguna

untuk membantu pembentukan dinding sel, garam empedu,

hormon, dan vitamin D serta sebagai penghasil energi. Sumber

Page 37: SAKINAH AMIR - Unhas

utamanya berasal dari organ hati (sekitar 70%) dan sisanya

bersumber dari makanan yang masuk ke dalam tubuh.

Peningkatan kadar profil lipid dapat disebabkan asupan makan

antaranya asupan karbohidrat, lemak dan juga serat. Konsumsi

karbohidrat yang berlebihan dapat memicu penyakit jantung pada

seseorang. Karbohidrat berlebih bisa meningkatkan kadar glukosa

di dalam darah dan berakibat pada resiko penyakit jantung yang

semakin tinggi. Konsumsi tinggi karbohidrat cenderung

meningkatkan kadar trigliserida dan menurunkan kadar kolesterol

HDL. Kadar trigliserida tinggi dan HDL rendah maka akan

berpengaruh pada aterosklerosis dan berimbas pada penyakit

jantung sehingga dapat terjadi serangan jantung yang mendadak

(Grundy, 1998).

Peningkatan konsumsi lemak jenuh dan kolesterol dapat

meningkatkan konsentrasi kolesterol Low Density Lipoprotein

(LDL). Lemak jahat seperti lemak jenuh dapat diubah menjadi

kolesterol sehingga meningkatkan kadar kolesterol dalam darah

terutama LDL dengan cara menurunkan perombakan atau

katabolismenya. Lemak tak jenuh bermanfaat menurunkan kadar

kolesterol dalam darah. asam lemak tidak jenuh dapat memberikan

efek hipokolesterolemik dengan menurunkan kadar LDL dalam

darah dan meningkatkan kadar HDL sehingga mengurangi risiko

penyakit aterosklerosis dan kardiovaskuler (Maulana, 2008).

Page 38: SAKINAH AMIR - Unhas

Serat mempunyai peran yang penting terhadap penurunan

kadar kolesterol darah. mengnsumsi serat minimal 28 gr per hari

dapat menurunkan kadar kolesterol sampai 15-19% (Supariasa,

2012). Studi epidemiologi yang meneliti serat secara keseluruhan

menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan serat dengan

kadar kolesterol total karena mekanisme serat memiliki sifat

menurunkan kolesterol darah. beberapa studi menunjukkan bahwa

serat dapat menurunkan kadar LDL tanpa menurunkan kadar

kolesterol HDL (Belitz, 2009).

2) Kebiasaan Merokok

Menghisap sebatang rokok akan mempunyai pengaruh

besar terhadap kenaikan kadar kolesterol yang akan

mengakibatkan gangguan pada jantung, hal ini disebabkan oleh

zat-zat yang terkandung dalam asap rokok. Asap rokok terdiri dari

4000 bahan kimia dan 200 diantaranya beracun, antara lain

Carbon Monoxide (CO) yang dihasilkan oleh asap rokok dan dapat

menyebabkan pembuluh darah menyempit, sehingga tekanan

darah naik, dinding pembuluh darah dapat robek. Gas CO dapat

pula menimbulkan desaturasi pada hemoglobin, menurunkan

langsung peredaran oksigen untuk jaringan seluruh tubuh

termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di

hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat

atherosklerosis (pengapuran atau penebalan dinding pembuluh

Page 39: SAKINAH AMIR - Unhas

darah). Nikotin juga merangsang peningkatan tekanan darah dan

zat kimia yang terkandung dalam rokok dapat meningkatkan kadar

kolesterol jahat LDL dan menurunkan kadar kolesterol baik HDL

(Sianturi, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Mamat (2010) menyimpulkan

bahwa semakin banyak jumlah rokok yang dihisap semakin

meningkatnya jumlah kasus dan peluang terjadinya kadar

kolesterol HDL yang tidak normal.

Penelitian yang dilakukan oleh Sanhia, dkk (2015) yang

melakukan penelitian yang melihat gambaran kadar kolesterol LDL

pada masyarakat perokok di pesisir pantai menunjukkan bahwa

terdapat peningkatan kadar LDL pada perokok yang tinggal di

pesisir pantai dimana 60% sampel memiliki kadar LDL di atas

ambang rata-rata (Sanhia dkk, 2015).

Menurut Veena et al (2014) nikotin yang merupakan

komponen utama dari rokok dapat meningkatkan sekresi dari

katakolamin sehingga meningkatkan lipolisis. Hal ini menyebabkan

meningkatnya kadar trigliserid, kolesterol dan VLDL, serta

menurunkan kadar HDL. Merokok juga dapat menyebabkan

peningkatan oksidasi LDL kolesterol yang akan menyebabkan

atherosklerosis.

Page 40: SAKINAH AMIR - Unhas

3) Obesitas

Obesitas merupakan akumulasi massa jaringan lemak tubuh

yang berlebih ataupun abnormal yang disebabkan akibat adanya

ketidakseimbangan antara asupan makanan dan keluaran

makanan yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan (WHO,

2011).

Obesitas yang menetap selama periode waktu tertentu,

kilokalori yang masuk melalui makanan lebih banyak dapat

menyebabkan terjadinya gangguan metabolik berupa

hiperkolesterolemia. Pengaturan metabolisme kolesterol akan

berjalan normal apabila jumlah kolesterol dalam darah mencukupi

kebutuhan dan tidak melebihi jumlah normal yang dibutuhkan.

Namun pada obesitas dikatakan dapat terjadinya gangguan pada

regulasi asam lemak yang akan meningkatkan kadar trigliserida

dan ester kolesteril. Akibat beberapa mekanisme ini yang

merupakan akibat dari penimbunan lemak (Obesitas) dalam jangka

panjang sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan kadar

kolesterol dalam darah (kolesterolemia) (Subramanian, 2012)

Penelitian yang dilakukan oleh Senduk dkk (2016) yang

melihat gambaran profil lipid pada remaja obes di kota Bitung

menunjukkan bahwa dari total sampel yang termasuk kategori

remaja obes, 62% sampel memiliki kadar HDL dibawah normal dan

82% sampel memiliki kadar LDL diatas normal.

Page 41: SAKINAH AMIR - Unhas

Penelitian yang dilakukan oleh Ercho (2014) yang melihat

hubungan obesitas dengan kadar LDL dan HDL pada mahasiswa

preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung menunjukkan

bahwa hasil rerata HDL sebesar 38,26mg/dL dan LDL sebesar

153,83 mg/dL dan menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara obesitas dengan kadar HDL dan LDL dengan

nilai p<0,005.

4) Jenis Kelamin

Secara fisiologis, profil lipid cenderung sama pada

perempuan dan laki-laki pada masa kanak-kanak, tapi mulai dari

masa pubertas, tingkat lipoprotein cenderung berbeda. Profil lipid

berubah drastis pada perempuan daripada laki-laki, dikarenakan

adanya perubahan hormon terutama yag berhubungan dengan

kehamilan dan menopause (Russo, 2015).

Dalam hal ini hormon estrogen meningkatkan kadar HDL dan

merendahkan kadar LDL pada perempuan. Jadi meskipun angka

koleterol total lebih tinggi, seorang perempuan memiliki tingkat

proteksi lebih baik dibanding laki-laki dengan kadar kolesterol yang

sama (Kabo, 2008).

5) Aktivitas Fisik

Faktor lain yang mempengaruhi kadar HDL dan LDL dalam

darah yaitu aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang hanya duduk terus-

menerus dalam bekerja (sedentary) dan kurang gerak dapat

Page 42: SAKINAH AMIR - Unhas

meningkatkan resiko PJK. Aktivitas teratur akan meningkatkan

aktivitas enzim lipoprotein lipase (LPL) dan menurunkan aktivitas

enzim hepatic lipase. Lipoprotein lipase membantu memindahkan

LDL dari darah ke hati, kemudian diubah menjadi empedu atau

disekresikan sehingga kadar LDL dan kadar kolesterol menurun

(Thompson dan Rader, 2001). Semakin banyak aktivitas fisik yang

dilakukan maka akan semakin banyak kebutuhan ATP dan akan

menyebabkan sedikitnya pembentukan kolesterol total dan

kolesterol Low-Density Lipoprotein (LDL) serta peningkatan

kolesterol High-Density Lipoprotein (HDL) (Whitney, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2015)

menyimpulkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan

kadar LDL pada pasien penyakit jantung koroner rawat jalan di

RSUD Dr. Moewardi dengan nilai p yaitu 0,021.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Zuhroiyyah (2017) yang

melihat hubungan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan

kolesterol HDL pada masyarakat Jatinangor menyatakan bahwa

terdapat hubungan antara aktivitas fisik terhadap kadar kolesterol

total dan kadar LDL yang ditunjukkan dengan nilai p <0,05, namun

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik

terhadap kadar HDL dengan nilai p>0,05.

Page 43: SAKINAH AMIR - Unhas

B. Tinjauan Pustaka Tentang Hubungan Kadar Low Density

Lipoprotein (LDL), High Density Lipoprotein (HDL), Serat dan

Penyakit Jantung Koroner

LDL mempunyai diameter antara 20 –25 mikron (Murray dkk, 2009).

Lipoprotein ini disusun oleh inti berupa 1500 molekul kolesterol yang

dibungkus oleh lapisan fosfolipid dan molekul kolesterol tidak

teresterifikasi (Gambar 2.2).

Gambar 2.1 Animasi Struktur LDL

Trigliserida dan kolesterol disintesis di hati dan disekresi ke dalam

sirkulasi sebagai lipoprotein VLDL dengan apolipoprotein B-100. Dalam

sirkulasi, trigliserida di VLDL mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein

lipase (LPL) berubah menjadi LDL yang mengalami hidrolisis dan berubah

menjadi LDL. Dalam sirkulasi trigliserida yang banyak di VLDL bertukar

dengan kolesterol ester dari LDL menghasilkan LDL yang kaya trigliserida

tetapi kurang kolesterol ester. Trigliserida didalam LDL akan dihidrolisis

oleh enzim Hepatic Lipase (HL) menghasilkan LDL yang kecil tetapi padat,

yang dikenal dengan small dense LDL (Adam, 2005).

Page 44: SAKINAH AMIR - Unhas

LDL kaya akan kolesterol. Partikel ini mengandung 10 %

trigliserida, 40 % kolesterol dan ester kolesterol, 30 % fosfolipid dan 20 %

protein. LDL berfungsi membawa kolesterol dan fosfolipid ke berbagai

jaringan untuk sintesis membran sel (Murray, 2009). LDL belum

berpotensi sebagai senyawa aterogenik sebelum dirubah menjadi

senyawa LDL teroksidasi. Oksidasi inilah yang nantinya akan berpotensi

dalam pembentukan sel busa sebagai awal dari aterogenesis (Fathoni,

2011).

Sementara itu HDL dianggap kolesterol baik antiaterogenik, terlibat

dalam transportasi balik dari lipid. Studi epidemiologis telah menemukan

hubungan yang berbanding terbalik antara kadar HDL dan risiko PJK. Bila

dikelompokkan menurut tingkat HDL, subjek dengan kadar HDL lebih dari

60 mg/dL memiliki risiko PJK lebih rendah dibandingkan mereka yang

memiliki HDL 40-60 mg/dL, tingkat ini masih memiliki risiko yang lebih

rendah daripada mereka yang memiliki HDL kurang dari 40 mg/dL. Tidak

ada batas optimal untuk efek menguntungkan dari HDL pada risiko PJK

yang telah diidentifikasi. Kadar HDL plasma diatas 75 mg/dL berefek

perlindungan dari aterosklerosis dan kebebasan relatif dari PJK.

Peningkatan 1 mg/dL dari HDL menurunkan risiko PJK sebesar 2% pada

pria dan 3% pada wanita (Rajagopal,et al, 2012).

Penyakit kardiovaskular tidak secara otomatis terjadi hanya karena

memiliki kadar lipid abnormal, tetapi fakta menunjukkan bahwa semakin

tinggi kadar kolesterol total atau LDL dan semakin rendah kadar kolesterol

Page 45: SAKINAH AMIR - Unhas

HDL, maka semakin tinggi risiko terkena penyakit kardiovaskular. Kadar

kolesterol tinggi atau kadar lipid abnormal meningkatkan risiko serangan

jantung dan angina yang merupakan dua hal yang paling sering terjadi

pada PJK (Bull, 2007).

Tabel 2.2 Klasifikasi Kadar Profil Lipid menurut NCEP-ATP III (2001)

Profil lipid Interpretasi Kolesterol total < 200 200-239 ≤240

Optimal Borderline Tinggi

Trigliserida < 150 150-199 200-499 ≥ 500

Optimal Borderline Tinggi Sangat tinggi

HDL < 40 ≥ 60

Rendah Tinggi

LDL < 100 100-129 130-159 160-189 ≥190

Optimal Mendekati optimal Borderline Tinggi Sangat tinggi

Tingginya kadar kolesterol dalam darah akan menyebabkan

kerusakan sturktur pembuluh darah mulai dari penempelan lemak pada

dinding pembuluh darah arteri kemudian dilanjutkan dengan kondisi

menyempitnya lumen pembuluh darah. Kejadian selanjutnya adalah

infiltrasi kalsium dalam lapisan otot polos tunika media arteri, hal ini

memicu terjadinya proliferasi otot polos tunika media arteri, semakin

banyaknya kalsium dan kolesterol dalam dinding akan mengurangi

serabut elastis pembuluh darah. Kondisi ini menyebabkan perubahan

Page 46: SAKINAH AMIR - Unhas

struktur pembuluh darah dengan kondisi sempitnya lumen arteri, dinding

yang rapuh dan tidak elastis yang disebut arterosklerosis (Harjana, 2011).

Kebiasaan merokok, kurang olahraga, kebiasaan meminum

minuman beralkohol, dan pola makan yang tidak sehat merupakan gaya

hidup yang melatarbelakangi besarnya angka kematian akibat penyakit

kardiovaskular di dunia (WHO, 2015). Pola makan menjadi perhatian

khusus dalam pencegahan penyakit jantung dan kardiovaskular, terutama

penyakit jantung koroner. Pola makan yang tidak sehat dapat

meningkatkan kadar kolestrol dalam darah yang kemudian akan

menumpuk di dinding bagian dalam pembuluh darah sehingga

menimbulkan aterosklerosis. Modifikasi faktor risiko merupakan salah satu

hal yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan penyakit jantung dan

kardiovaskular, terutama modifikasi pola makan (Hatma, 2012).

Intake makanan yang berlebih, terutama lemak akan

mengakibatkan kolesterol dalam tubuh naik dan terjadi obesitas atau

kegemukan. Kolesterol tinggi dapat mempercepat terjadinya

arteriosklerosis, dimana arteriosklerosis ini dapat menyebabkan PJK.

Obesitas dapat pula menyebabkan kolesterol total dan LDL tinggi yang

pada akhirnya terjadi PJK. Selain itu, obesitas dapat pula menyebabkan

diabetes melitus dan komplikasinya adalah hipertensi, dimana diabetes

melitus dan hipertensi merupakan faktor risiko PJK (Notoatmodjo, 2011).

Page 47: SAKINAH AMIR - Unhas

Gambar 2.3 Intake Makanan Terhadap PJK

Modifikasi pola makan dilakukan dengan mengurangi atau

mengganti asupan makanan yang tidak sehat menjadi makanan yang

mengandung banyak serat. Diet yang berkembang sebelumnya memiliki

tujuan mengurangi kolesterol darah dengan asupan rendah kolesterol,

rendah saturated-fat dan tinggi polyunsaturated-fat. Tetapi diet ini memiliki

efek yang minimal dalam menurunkan risiko penyakit jantung dan

kardiovaskular (Hu FB, 2002).

Diet tinggi serat membantu menurunkan kolesterol. Vegetarian,

yang mengkonsumsi diet tinggi serat, memiliki risiko terkena penyakit

jantung yang rendah. Serat merupakan bagian yang terdapat dalam

bahan pangan yang tidak tercerna dan mempunyai sifat positif bagi gizi

dan metabolisme (Winarno 1992). Serat makanan atau dietary fiber

merupakan komponen dari jaringan tanaman yang tahan terhadap proses

hidrolisis oleh enzim dalam lambung dan usus kecil. Serat-serat tersebut

Intake Makanan

Kolestero

Obesitas

Diabetes Melitus

Hipertensi

Arteriosklerosisi

s

Penyakit

Jantung Koroner

Page 48: SAKINAH AMIR - Unhas

banyak berasal dari dinding sel berbagai sayuran dan buah-buahan

(Winarno 1992).

Serat makanan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu serat larut

(soluble fiber) dan serat tidak larut (insoluble fiber). Umumnya, tanaman

mengandung kedua-duanya dengan serat tidak larut pada porsi yang lebih

banyak. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa dengan

meningkatkan konsumsi dietary fiber dapat menurunkan kadar kolesterol

dalam darah terutama jika dilakukan secara kontinyu (Winarno 1992).

Penurunan kolesterol diduga berkaitan dengan metabolisme asam

empedu (Almatsier 2009). Asam empedu dan steroid netral disintesis

dalam hati dari kolesterol yang kemudian disekresi ke dalam empedu dan

biasanya kembali ke hati melalui reabsorbsi dalam usus halus (siklus

entero hepatik). Serat makanan diduga menghalangi siklus ini dengan

menyerap asam empedu sehingga perlu diganti dengan asam empedu

baru dari kolesterol persediaan (Almatsier, 2009).

Disamping bolak-balik antara hati dan sel-sel tubuh lain, lipoprotein

dan kolesterol dapat diubah oleh hati menjadi bahan empedu dan

disimpan dalam kantung empedu. Ada dua kemungkinan bila empedu

masuk ke dalam usus halus. Pertama, bahan empedu berfungsi sebagai

pengemulsi lemak sehingga diabsorpsi kembali oleh dinding usus dan

diedarkan kembali. Kedua, bahan empedu dalam usus halus diserap oleh

serat makanan dan dikeluarkan dari tubuh melalui feses (Almatsier, 2009).

Page 49: SAKINAH AMIR - Unhas

Gambar 2.4

Serat dari sumber yang berbeda mempunyai kemampuan mengikat

asam empedu yang berbeda pula. Selulosa yang telah dimurnikan dan

dedak gandum hampir tidak mempunyai kemampuan untuk menurunkan

kadar kolesterol serum. Serat alfalfa dan oats sangat efektif menur

kadar kolesterol serum. Pektin dan gum cukup efektif dalam menurunkan

kadar kolesterol. Serat jenis lain juga dapat membantu meningkatkan

pengeluaran kolesterol melalui feces dengan jalan meningkatkan waktu

transit bahan makanan melalui usus kecil. S

Dalam hati, Kolesterol di ubah menjadi empedu

Empedu diabsorpsi

kembali ke dalam

darah

Gambar 2.4 Sirkulasi Enterohepatik Empedu

Serat dari sumber yang berbeda mempunyai kemampuan mengikat

asam empedu yang berbeda pula. Selulosa yang telah dimurnikan dan

dedak gandum hampir tidak mempunyai kemampuan untuk menurunkan

kadar kolesterol serum. Serat alfalfa dan oats sangat efektif menur

kadar kolesterol serum. Pektin dan gum cukup efektif dalam menurunkan

kadar kolesterol. Serat jenis lain juga dapat membantu meningkatkan

pengeluaran kolesterol melalui feces dengan jalan meningkatkan waktu

transit bahan makanan melalui usus kecil. Sehingga dapat dikatakan

Dalam kantung empedu, empedu

disimpan

Dalam usus halus, empedu

mengemulsi lemak

Dalam hati, Kolesterol di ubah menjadi empedu

Dalam usus besar empedu

dibuang melalui feses yang

menyebabkan warna pada

feses

Empedu diabsorpsi

kembali ke dalam

mpedu

Serat dari sumber yang berbeda mempunyai kemampuan mengikat

asam empedu yang berbeda pula. Selulosa yang telah dimurnikan dan

dedak gandum hampir tidak mempunyai kemampuan untuk menurunkan

kadar kolesterol serum. Serat alfalfa dan oats sangat efektif menurunkan

kadar kolesterol serum. Pektin dan gum cukup efektif dalam menurunkan

kadar kolesterol. Serat jenis lain juga dapat membantu meningkatkan

pengeluaran kolesterol melalui feces dengan jalan meningkatkan waktu

ehingga dapat dikatakan

Dalam usus halus, empedu

mengemulsi lemak

Dalam usus besar empedu

dibuang melalui feses yang

menyebabkan warna pada

Page 50: SAKINAH AMIR - Unhas

bahwa sebagian serat makanan mempunyai sifat hipokolesterolemik dan

menurunkan risiko aterosklerosis (Nova Sulviana, 2008).

Serat pangan, terutama serat yang punya viskositas tinggi, secara

konsisten menurunkan total kolesterol dan kadar LDL-c. Selain itu, terjadi

penyerapan asam empedu oleh polisakarida atau serat larut, sehingga

kadar asam empedu di tubuh akan menurun. Tubuh akan mengirim sinyal

kurangnya empedu dan secara alami membentuk asam empedu dari

kolesterol yang diambil dari peredaran tubuh. Penyerapan kolesterol

darah menyebabkan kadar Very low density lipoprotein (VLDL-c) yang

terbentuk menjadi lebih sedikit. Karena LDL-c disintesis dari VLDL-c,

menurunnya VLDL-c mengakibatkan juga penurunan kadar kolesterol LDL

dalam darah (Maligan, 2011).

Terdapat bukti kuat hubungan antara kolesterol LDL dengan

kejadian kardiovaskular berdasarkan studi luaran klinis. Kolesterol HDL

dapat memprediksi kejadian kardiovaskular bahkan pada pasien yang

telah diterapi dengan statin (Perkeni, 2015). Kadar kolesterol LDL dan

kadar kolesterol HDL merupakan indikator untuk penyakit kardiovaskuler.

Rasio LDL terhadap HDL menggambarkan profil kolesterol LDL dan HDL

dalam darah. Rasio LDL/HDL yang menunjukan abnormalitas pada kadar

fraksi LDL dan HDL. Semakin tinggi rasio LDL/HDL semakin meningkat

risiko terjadinya penyakit jantung koroner.

Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau dikenal juga sebagai

Ischaemic Heart Disease merupakan penyakit yang disebabkan karena

Page 51: SAKINAH AMIR - Unhas

penyumbatan salah satu atau beberapa pembuluh darah yang menyuplai

aliran darah ke otot jantung. Pada umumnya manisfestasi kerusakan dan

dampak akut sekaligus fatal dari PJK disebabkan gangguan pada fungsi

jantung (WHO, 2012).

Penyakit jantung koroner adalah penyempitan lumen arteri yang

memperdarah otot jantung akibat plak ateromatus pada dinding arteri.

Penyempitan ini membatasi suplai darah ke otot jantung, menyebabkan

nyeri (angina) dan sesak napas ketika beraktivitas. Cedera plak

mencetuskan respon pembekuan yang nantinya berlanjut dengan

lepasnya trombus dari dinding arteri dan menyumbat lumen sehingga otot

jantung pun mati (infark miokardium) (Gandy Joan Webster, 2012).

Pada awal abad ke-20, angka kematian akibat PJK meningkat

tajam. Tetapi karena kurangnya data-data penelitian berskala besar,

penyebab penyakit ini pada saat itu masih bersifat spekulatif. Sampai

pada pertengahan abad ke-20, National Health Institute di Amerika

melakukan sebuah studi di kota Framingham, Massachustts, yang

melibatkan 2.421 wanita dan 1.980 laki-laki yang ditindaklanjuti selama 6

tahun. Ternyata hasilnya menunjukkan bahwa hipertensi (darah tinggi),

merokok, dan kadar kolesterol yang tinggi merupakan faktor utama

penyebab PJK. Hasil studi ini kemudian dimuat di Annuals of Internal

Medicine 1961, dan memperkenalkan konsep baru mengenai faktor risiko

di dunia kedokteran. Dalam kaitannya dengan PJK, faktor risiko adalah

faktor yang memicu timbulnya aterosklerosis (Kabo, 2008).

Page 52: SAKINAH AMIR - Unhas

Dikenal berbagai macam faktor risiko PJK, namun secara garis

besar dapat dibagi dua. Yang pertama adalah faktor risiko yang dapat

diperbaiki (reversible) atau bisa diubah (modifiable) dan yang kedua

adalah yang sudah menetap atau tidak bisa diubah (non-modifiable)

(Bustan, 2007).

1. Faktor yang tidak dapat dikendalikan (nonmodifiable risk factors).

a. Keturunan

Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga pada usia di

bawah 55 tahun merupakan salah satu faktor yang perlu

dipertimbangkan. Dilaporkan juga bahwa faktor-faktor risiko PJK

yang diturunkan, seperti hipertensi, kolesterolemia, penyakit darah

tinggi, atau kencing manis (diabetes) (Notoadmojo, 2011).

The reykjavik Cohort Study menemukan bahwa pria dengan

riwayat keluarga menderita PJK mempunyai risiko 1,75 kali lebih

besar untuk menderita PJk dan wanita dengan riwayat keluarga

menderita PJK mempunyai risiko 1,83 kali lebih besar untuk

menderita PJK dibandingkan dengan yang tidak mempunyai riwayat

PJK (Lee, 2000).

Faktor keturunan sangat berperan dalam insiden penyakit

jantung koroner. Risiko infark miokard pada orang dengan keturunan

pertama menderita miokard infark adalah 7 kali lebih tinggi dibanding

mereka yang tanpa riwayat keluarga miokard infark. Terdapat

perbedaan ukuran partikel kolesterol LDL, trigliserida, dan kolesterol

Page 53: SAKINAH AMIR - Unhas

HDL pada mereka yang mempunyai keturunan hiperkolesterolemia,

dimana faktor genetik terbukti berperanan. Plaque atheromatosus

lebih tinggi pada mereka yang mempunyai riwayat orang tua

meninggal akibat penyakit jantung koroner (Zureik M et al, 1999).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh I Putu Sudayasa

(2014) menunjukkan bahwa adanya riwayat keluarga menderita

premature CAD meningkatkan risiko terkena PJK 9,4 kali lebih besar

dibanding dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga (Sudayasa,

2014)

b. Umur, makin tua risiko makin besar.

Usia juga merupakan faktor risiko yang tidak dapat

dimodifikasi. Semakin lanjut usia, semakin tinggi kemungkinannya

terjadi PJK. Beberapa buku mengatakan bahwa PJK juga

diakibatkan oleh faktor genetis (Kathryn, 2006). Usia 45 tahun

merupakan usia yang kritis dan harus diwaspadai oleh kaum pria

sedangkan pada kaum wanita yaitu pada usia 55 tahun atau ketika

sudah memasuki masa menopause (Maulana, 2007).

Dari hasil penelitian juga terbukti bahwa makin bertambahnya

usia, risiko terkena PJK makin tinggi, dan pada umumnya dimulai

pada usia 40 tahun keatas. Menurut data yang dilaporkan American

Heart Association (AHA), 1 dari 9 wanita berusia 45-60 tahun

menderita PJK dan 1 dari 3 wanita berusia di atas 60 tahun

Page 54: SAKINAH AMIR - Unhas

menderita PJK. Sedangkan 1 dari 2 wanita akan meninggal karena

penyakit jantung dan stroke (Notoadmodjo, 2011).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putri Yuriandini

(2015) menyatakan bahwa frekuensi terbanyak pasien PJK berada

pada kelompok usia 51-56 tahun, yaitu sebanyak 38 kasus dan

frekuensi paling sedikit berada pada kelompok usia 81-86 tahun

sebanyak 1 kasus ( Yulsam, 2015).

c. Jenis kelamin, pria mempunyai risiko lebih tinggi dari pada wanita

(wanita risikonya meningkat sesudah menopouse)

Laki-laki memiliki risiko lebih besar terkena serangan jantung

dan kejadiannya lebih awal dari pada wanita. Mobiditas penyakit PJK

pada laki-laki dua kali lebih besar dibanding dengan wanita dan

kondisi ini hampir 10 tahun lebih dini pada laki-laki daripada wanita.

Estrogen endogen bersifat protektif pada perempuan, namun setelah

menopouse insiden PJK meningkat dengan pesat, walaupun tidak

sebesar insiden PJK pada laki-laki (AHA, 2007). Dalam hal ini

estrogen meningkatkan kadar HDL dan merendahkan LDL pada

perempuan. Jadi meskipun angka kolesterol total lebih tinggi,

seorang perempuan memiliki tingkat proteksi lebih baik dibanding

laki-laki dengna kadar kolesterol yang sama (Kabo, 2008).

Page 55: SAKINAH AMIR - Unhas

2. Faktor yang dapat dikendalikan (modifiable risk factors)

a. Dislipidemia

Dislipidemia diyakini sebagai faktor risiko mayor yang dapat

dimodifikasi untuk perkembangan dan perubahan secara progresif

atas terjadinya PJK. Kolesterol ditranspor dalam darah dalam

bentuk lipoprotein, 75% merupakan lipoprotein densitas rendah

(Low Density Lipoprotein/ LDL) dan 20% merupakan lipoprotein

densitas tinggi (High Density Lipoprotein/ HDL). Kadar kolesterol

HDL yang rendah memiliki peran yang baik pada PJK dan terdapat

hubungan terbalik antara kadar HDL dan insiden PJK (Supriyono,

2008).

Peningkatan LDL dan penurunan HDL merupakan faktor

risiko yang penting pada PJK. setiap penurunan 4 mg% HDL akan

meningkatkan risiko PJK sekitar 10%. Penelitian epidemiologi juga

melaporkan bahwa tingkat rendahnya HDL akan menggambarkan

banyaknya cabang pembuluh darah koroner yang tersumbat dan

terjadinya penyempitan ulang setelah operasi jantung lebih sering

terjadi (Notoatmodjo, 2011).

b. Tekanan darah tinggi (hipertensi)

Hipertensi dijumpai pada seseorang bila tekanan diastolik

sama dengan atau diatas 90 mmHg dan tekanan sistolik sama

dengan atau di atas 140 mmHg. Hipertensi merupakan faktor risiko

yang berperan penting terhadap PJK dan proses arteriosklorosis

Page 56: SAKINAH AMIR - Unhas

akan dialami sekitar 30% penderita hipertensi. Pada studi

Framingham dilaporkan bahwa insiden penyakit iskemia jantung

lebih dari 5 kali pada pria dewasa muda dengan tekanan darah

lebih dari 160/95 dibandingkan dengan kelompok tekanan darah

normal 140/90 atau di bawahnya (Notoadmodjo, 2011).

Risiko PJK secara langsung berhubungan dengan tekanan

darah, untuk setiap penurunan tekanan darah diastolik sebesar 5

mmHg risiko PJK berkurang sekitar 16% (Massie BM et al, 2003).

Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi

terhadap pemompaan darah dari vertikel kiri, sebagai akibatnya

terjadi hipertropi vertikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi.

Kebutuhan oksigen oleh miokardium akan meningkat akibat

hipertrofi vertikel, hal ini mengakibatkan peningkatan beban kerja

jantung yang pada akhirnya menyebabkan angina dan infark

miokardium (Sylvia A et al, 2002). Disamping itu juga secara

sederhana dikatakan peningkatan tekanan darah mempercepat

aterosklerosis dan arteriocklerosis, sehingga rupture dan oklusi

vaskuler terjadi 20 tahun lebih cepat daripada orang normotensi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lannywati Ghani

dkk (2016) menyatakan bahwa faktor risiko penyakit jantung

koroner adalah hipertensi, gangguan mental emosional, diabetes

melitus, stroke, usia ≥ 40 tahun, kebiasaan merokok, perempuan,

tingkat pendidikan rendah,obesitas sentral, dan tingkat sosial

Page 57: SAKINAH AMIR - Unhas

ekonomi rendah dengan OR adjusted berkisar dari 1,30 hingga

10,09. Faktor risiko dominan penyakit jantung koroner di Indonesia

adalah hipertensi, gangguan mental emosional, dan diabetes

melitus (Ghani, 2016).

c. Merokok

Zat-zat racun dalam rokok yang masuk ke peredaran darah

akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Racun nikotin

dari rokok akan menyebabkan darah menjadi kental sehingga

mendorong percepatan pembekuan darah karena agregasi platelet

dan fibrinogen meningkat. Sehinga sewaktu-waktu menyebabkan

terjadi trombosis pada pembuluh darah koroner yang sudah

menyempit. Selain itu, telah dibuktikan bahwa rokok dapat

meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL), dan menurunkan kadar

kolesterol baik (HDL) (Notoadmodjo, 2011).

Orang yang merokok lebih > 20 batang perhari dapat

mempengaruhi atau memperkuat efek dua faktor utama resiko

lainnya. Penelitian Framingham mendapatkan kematian mendadak

akibat PJK pada laki-laki perokok 10 kali lebih besar daripada

bukan perokok dan pada perempuan 4-5 kali lebih besar daripada

bukan perokok. Efek merokok adalah menyebaban beban miokard

bertambah karena rangsangan ole katekolamin dan menurunnya

konsumsi O2 akibat inhalasi CO atau dengan kata lain dapat

menyebabkan tahikardi, vasokontriksi pembuluh darah, merubah

Page 58: SAKINAH AMIR - Unhas

permeabilitas dinding pembuluh darah dan merubah 5-10% Hb

menjadi carboksi-Hb, disamping itu dapat menurunkan HDL

kolesterol tetapi mekanismenya belum jelas. Makin banyak jumlah

rokok yang dihisap, kadar HDL kolesterolnya makin menurun.

Perempuan yang merokok penurunan kadar HDL kolesterolnya

lebih besar dibanding laki-laki perokok. Apabila berhenti merokok

penurunan risiko PJK akan berkurang 50% pada akhir tahun

pertama setelah berhnti merokok dan kembali seperti yang tidak

merokok setelah berhenti merokok selama 10 tahun (Kasron,

2012).

Merokok merupakan faktor risiko mayor untuk terjadinya

penyakit jantung termasuk serangan jantung dan stroke, dan juga

memiliki hubungan yang kuat untuk terjadinya PJK sehingga

dengan berhenti merokok akan mengurangi risiko terjadinya

serangan jantung. Merokok sigaret meningkatkan risiko serangan

jantung sebanyak 2 sampai 3 kali. Sekitar 24% kematian akibat

PJK pada laki-laki dan 11% pada perempuan disebabkan karena

kebiasaan merokok (Huon H, 2002). Orang yang tidak merokok dan

tinggal bersama perokok (perokok pasif) memiliki peningkatan risiko

sebesar 20-30% dibanding dengan orang yang tinggal dengan

bukan perokok. Risiko terjadinya PJK akibat merokok berkaitan

dengan dosis dimana orang yang merokok 20 batang rokok atau

lebih dalam sehari memiliki risiko sebesar 2 hingga 3 kali lebih

Page 59: SAKINAH AMIR - Unhas

tinggi daripada populasi umum untuk mengalami kejadian PJK

(Supriyono, 2008).

Peran rokok dalam patogenesis PJK merupakan hal yang

kompleks diantaranya:

a) Timbulnya aterosklerosis

b) Peningkatan tekanan darah dan denyut jantung

c) Provokasi aritmia jantung

d) Peningkatan kebutuhan oksigen miokard

e) Penurunan kapasitas pengangkutan oksigen

f) Risiko terjadinya PJK akibat merokok turun menjadi 50% setelah

satu tahun berhenti merokok dan menjadi normal setelah 4 tahun

berhenti. Rokok juga merupakan faktor risiko utama dalam

terjadinya penyakit saluran nafas, saluran pencernaan, cirrhosis

hepatis, kanker kandung kemih dan penurunan kesegaran

jasmani.

d. Penyakit Diabates Mellitus

Diabetes mellitus berhubungan dengan perubahan fisik-

pathologi pada sistem kardiovaskular. Diantaranya dapat berupa

disfungsi endothelial dan gangguan pembuluh darah yang pada

akhirnya meningkatkan risiko terjadinya Coronary Artery Diseases

(CAD). Kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya mikroangiopati,

fibrosis otot jantung, dan ketidaknormalan metabolisme otot jantung

(Christophe Bauters, 2003).

Page 60: SAKINAH AMIR - Unhas

Diabetes melitus memperburuk prognosis PJK. Angka

kematian karena PJK meningkat 40-70% pada penderita diabetes.

Penderita diabetes wanita memiliki risiko terkena PJK 3-7 kali

dibandingkan dengan wanita yang tidak menderita diabetes. Pada

penderita diabetes tipe 2 (tidak tergantung pada insulin),

peningkatan risiko PJK berkaitan erat dengan kelainan lipoprotein,

yaitu rendahnya HDL dan peningkatan trigliserida. Oleh karena itu,

kontrol gula darah melalui obat, diet, dan olahraga dapat membantu

menekan risiko terkena PJK pada penderita diabetes

(Notoadmodjo, 2011).

e. Stres

Respon tubuh terhadap stres adalah keluarnya hormon-

hormo dan neurotransmiter, diantaranya paling dominan adalah

pengeluaran adrenalin dan nornadrenalin. Selain itu, stres juga

merangsang otak mengeluarkan hormon adenokortikotropik,

kortisol, aldosteron, vasopressin, dan thyroid stimulating hormone.

Apabila substansi-substansi ini meningkat di dalam tubuh, maka

denyut jantung akan bertambah cepat dan kuat, pembuluh darah

mengadakan vasokonstriksi, kolesterol darah meningkat, gula

darah meningkat, sel-sel darah cenderung bergumpal (Kabo, 2008).

Dalam Norwegian Study, pemeriksaan kolesterol pada sembilan

orang mahasiswi kedokteran usia 22-33 tahun saat ujian dan 48

jam setelah ujian. Dua bulan kemudian kadar kolesterol diperiksa

Page 61: SAKINAH AMIR - Unhas

lagi saat jeda, ternyata kolesterol total meningkat 20% selama ujian

(Notoadmodjo, 2011).

f. Kelebihan berat badan dan obesitas.

Seseorang disebut obesitas bila berat badannya melebihi

20% dari berat badan normal dan mengalami penimbunan lemak

yang berlebihan. Penelitian melaporkan kaitan erat obesitas sentral

atau obesitas abdominal (perut) dengan PJK. Jaringan lemak

abdominal merupakan prediktor terjadinya PJK dan kematian.

Suatu studi melaporkan bahwa sekitar 30% kematian akibat PJK

terjadi pada mereka yang menderita obesitas dan umumnya proses

arteriosklerosis dimulai pada penderita obesitas pada usia 50 tahun

(Notoatmodjo, 2011).

Penurunan berat badan diharapkan dapat menurunkan

tekanan darah, memperbaiki sensitivitas insulin, pembakaran

glukosa dan menurunkan dislipidemia. Hal tersebut ditempuh

dengan cara mengurangi asupan kalori dan menambahkan aktivitas

fisik (Supriyono, 2008).

C. Tinjauan Pustaka Tentang Sagu (Metroxylon sp.)

1. Pengertian Sagu dan Klasifikasi Sagu

Sagu termasuk tumbuhan monokotil dari keluarga (famili)

Palmae, Marga (genus) Metroxylon dari ordo Spadiciflorae. Di

kawasan IndoPasifik terdapat lima marga Palma yang zat tepungnya

Page 62: SAKINAH AMIR - Unhas

telah dimanfaatkan, yaitu Metroxylon, Arenga, Coryphya, Euqeissona,

dan Caryota. Pohon Arenga Pinnata dikenal dengan sagu aren,

kandungan seratnya sangat besar dan hampir seluruh batangnya

diliputi serat kasar (Ebook, 2006).

Di Indonesia, dikenal ada dua spesies sagu, yakni sagu sisika

yang berduri (Metroxylon rumphii Mart.) dan sagu beka yang tidak

berduri (Metroxylon sago Rottb.) Sagu beka yang tidak berduri

memiliki lebih banyak keunggulan dibandingkan dengan sagu sisika

yang berduri. Namun populasi sagu beka hanya 20% dari total

populasi yang ada. Pada umumnya tanaman sagu tumbuh liar, namun

ada juga yang sengaja ditanam oleh petani meskipun jarak tanam dan

tata ruasnya belum memenuhi syarat agronomis. Biasanya, sagu

tumbuh di daerah rawa yang berair tawar atau daerah rawa yang

bergambut dan di daerah sepanjang aliran sungai, sekitar sumber air,

atau di hutan rawa yang kadar garamnya tidak terlalu tinggi dan tanah

mineral di rawa-rawa air tawar dengan kandungan tanah liat lebih dari

70% dan bahan organik 30%. Pertumbuhan sagu yang paling baik

adalah pada tanah liat kuning coklat atau hitam dengan kadar bahan

organik tinggi (Bintoro, 2008).

Palma sagu (Metroxylon sp.) dalam botani sagu digolongkan

menjadi dua, yaitu palma sagu yang berbunga dua kali atau lebih

(pleonanthic) dan palma sagu yang berbunga hanya sekali

Page 63: SAKINAH AMIR - Unhas

(hapaxanthic). Kedua golongan palma sagu tersebut adalah sebagai

berikut (Ebook, 2006) :

a) Pohon sagu yang berbunga hanya satu kali selama hidupnya terdiri

dari :

1) Metroxylon longispinum MART, terdapat di Maluku. Jenis ini

kurang disukai karena produksi tepungnya rendah sekitar 200

kg tiap pohon. Pohon sagu tersebut dikenal dengan sagu

merah (red sago) atau sagu “makanaru”. Patinya tidak enak,

walaupun dapat dimakan.

2) Metroxylon microcanthum MART, sagu ini dikenal dengan sagu

rotan dan terdapat di daerah Maluku dan Pulau Seram.

Tepungnya kurang disukai.

3) Metroxylon rumphii MART, sagu ini dikenal dengan nama sagu

“tuni” atau “lapia tuni” di Ambon. Tiap pohon dapat

menghasilkan 500 kg tepung sagu dan tepungnya enak.

Spesies ini paling komersil dan paling banyak tumbuh di

Indonesia.

4) Metroxylon sagu ROTT, jenis tanaman ini banyak dijumpai di

kepulauan Riau. Tiap pohon dapat menghasilkan 200 kg

tepung sagu. Tepung ini juga paling disukai dan mempunyai

sebutan sagu perempuan atau sagu “molat” (lapia mulat).

Page 64: SAKINAH AMIR - Unhas

5) Metroxylon Sylvester MART, tepung sagu dari jenis ini kurang

disukai dan kurang enak. Pohon sagu jenis ini banyak terdapat

di Halmahera dan mempunyai nama lain sagu “ihur”.

b) Pohon sagu yang berbunga lebih dari satu kali selama hidupnya.

Tepung sagunya kurang disukai dan kandungan karbohidratnya

rendah. Jenis sagu ini ialah Metroxylon filare dan Metroxylon

elatum.

Pohon Sagu (Hasil potret di Desa Buangin, 2017)

2. Potensi Sagu di Indonesia

Indonesia memiliki areal pertanaman/hutan sagu terluas di

dunia, serta diversitas genetik yang terkaya. Luas areal sagu

Indonesia diperkirakan sekitar 1.398 juta hektar atau 56.51 persen dari

2.474 juta hektar areal sagu dunia, disusul oleh Papua New Guinea

sebesar 41.23 persen. Namun dari segi pemanfaatannya, Indonesia

masih jauh tertinggal dibandingkan dengan Malaysia (bahkan sudah

Page 65: SAKINAH AMIR - Unhas

membuat perkebunan sagu) dan Thailand yang masing-masing hanya

memiliki areal seluas 1.82 persen dan 0.12 persen (Flach 1997 dalam

Louhenapessy et al. 2010).

Pohon sagu banyak dijumpai diberbagai daerah di Indonesia,

terutama di Indonesia bagian timur dan masih tumbuh secara liar.

Diperkirakan luas area tanaman sagu di dunia kurang lebih 2.200.000

ha, 1.128.000 ha diantaranya terdapat di Indonesia. Jumlah tersebut

setara dengan 7.896.000 – 12.972.000 ton pati sagu kering per tahun

(Ebook, 2006).

Usia panen tanaman sagu, dihitung sejak penanaman pertama,

diperlukan waktu sekitar 12 tahun (Haryanto dan Pangloli, 1992). Ciri-

ciri pohon sagu yang kandungan patinya mencapai maksimum dan

siap untuk dipanen adalah apabila pangkal daun yang terletak

disebelah bawah pelepah daun berwarna kelabu biru (Ebook, 2006).

Populasi tanaman per hektar kurang lebih 200 rumpun, sehingga

diperoleh tebangan 800 batang. Hasil tepung kering per batang sagu

antara 100 sampai dengan 200 kg, atau minimal dari tiap hektar hutan

sagu akan dapat dipanen 80 ton sagu kering, atau 6,6 ton tepung

sagu kering per tahun. Akan tetapi dalam prakteknya, potensi

maksimal dari satu hektar hutan sagu per tahun, bisa mencapai 20 ton

tepung kering (Haryanto dan Pangloli, 1992).

Page 66: SAKINAH AMIR - Unhas

3. Produksi Pati Sagu

Ciri-ciri pohon sagu siap panen pada umumnya dilihat dari

perubahan yang terjadi pada daun, duri, pucuk dan batang. Umumnya

taaman sagu siap panen menjelang pembentukan primodia bunga

atau kuncup bunga buah muncul tetapi belum mekar. Pada saat

tersebut daun-daun terakhir yang keluar mempunyai jarak yang

berbeda dengan daun sebelumnya dan daun terakhir juga agak

berbeda, yaitu lebih tegak dan ukurannya kecil. Perubahan ini adalah

pucuk menjadi agak menggelembung. Di samping itu duri semakin

berkurang dan pelepah daun menjadi lebih bersih dan licin dibanding

dengan pohon yang masih muda (Ebook, 2006).

Usia panen tanaman sagu, dihitung sejak penanaman pertama,

diperlukan waktu sekitar 12 tahun. Populasi tanaman per hektar

kurang lebih 200 rumpun, sehingga diperoleh tebangan 800 batang.

Hasil tepung kering per batang sagu antara 100 sampai dengan 200

kg, atau minimal dari tiap hektar hutan sagu akan dapat dipanen 80

ton sagu kering, atau 6,6 ton tepung sagu kering per tahun. Akan

tetapi dalam prakteknya, potensi maksimal dari satu hektar hutan sagu

per tahun, bisa mencapai 20 ton tepung kering (Haryanto dan

Pangloli, 1992).

Pada umumnya pemanenan sagu masih dilakukan secara

sederhana dan dengan tenaga manual, setelah dipilih pohon sagu

yang akan ditebang, dilakukan persiapan penebangan. Biasanya

Page 67: SAKINAH AMIR - Unhas

penebangan dilakukan dengan menggunakan kapak. Setelah pohon

tumbang, pelepahnya dibersikan dan sebagian ujung batang dibuang

karena kandungan patinya rendah. Di daerah Irian Jaya dan Maluku,

pohon yang sudah dibersihkan dipotong-potong menjadi bagian-

bagian yang pendek-penek dengan ukuran 1,5-2 meter. Gelendongan

tersebut kemudian dibawa ke parit-parit atau sumber air terdekat

langsung di ekstraksi. Sedangakan di kendari kadang-kadang pohon

sagu langsung diolah di tempat penebangan dengan membuat sumur-

sumur darurat di sekitar penebangan sebagai sumber air untuk proses

ekstraksi (Ebook, 2006).

Komponen yang paling dominan dalam tepung sagu adalah pati

atau kabohidrat. Pati ini berupa butiran atau granula yang berwarna

putih mengkilat, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa. Granula pati

mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka ragam sesuai dengan

sumbernya. Pati sagu berbentuk elips lonjong, dan berukuran relatif

lebih besar dari pati serealia. Pati sagu yang berasal dari hasil

ekstraksi empulur/batang sagu bebas dari bahan kimiawi, merupakan

ingredien alami, layak dikonsumsi sebagai bagian dari diet tiap hari

dan memiliki fungsi tertentu dalam metabolisme tubuh (Papilaya,

2009).

Ekstraksi pati sagu merupakan proses pengolahan terhadap

empulur batang pohon sagu (Metroxylon sp.) untuk mendapatkan pati

yang terkandung di dalamnya. Prinsip ekstraksi pati sagu terdiri dari

Page 68: SAKINAH AMIR - Unhas

pembersihan gelondongan atau batang sagu yang sudah ditebang

dari kulit serat yang kasar setebal 2 – 4 cm, pembelahan gelondongan

menjadi beberapa bagian dengan panjang 40 – 70 cm. Setelah itu

dilakukan pemarutan dan pemisahan pati sagu dari sabut serta

pengeringan pati sagu (Ebook, 2006).

Gambar 2.5 Diagram Alir Proses Pengolahan Sagu Basah dan

Tepung Sagu Kering Dengan Teknologi Sederhana

4. Kandungan Gizi Sagu

Sagu merupakan bahan makanan dengan kandungan

karbohidrat mudah larut sedangkan kandungan protein, lemak dan

mineral yang sangat rendah. Hasil analisis Kimia tepung dan Ampas

sagu Metroxylon sp. Sebagai berikut: Tepung sagu: kadar air 13,1%,

protein kasar 1,6%, lemak 0,5%, serat kasar-, abu 0,5%, dan KH

87,7%. Sedangkan ampas sagu: kadar air 12,2%, protein kasar 3,3%,

lemak 0,3%, serat kasar 14%, abu 5%, KH 64,4%. Selain itu setip 100

Page 69: SAKINAH AMIR - Unhas

gr tepung sagu juga mengandung Ca 11 mg, P 13 mg, Fe 1,5 mg,

vitamin B 0,01 mg. kandungan kalori sagu adalah 353 kal/100 gr,

bandingkan dengan jagung giling 361 kal, beras giling 360 kal, ubi

kayu 195 kal, ubi jalar 143 kal (Harsanto, 1976, dalam Huningkor,

2016).

Tepung sagu kaya dengan karbohidrat namun sangat miskin

gizi lainnya. Protein, vitamin, dan mineral yang terdapat dalam tepung

sagu sangat sedikit. Kandungan gizinya secara lengkap dapat dilihat

pada Tabel 2.3

Tabel 2.3 Nilai Gizi Sagu dan Beberapa Bahan Pangan per 100 gram

Komponen Kalori (kal)

Protein (g)

Lemak (g)

Karbohidrat (g)

Serat (g)

Beras giling 375 8,4 1,7 77,1 0,2 Ketala

pohon/Singkong 154 1,0 0,3 36,8 0,9

Ubi jalar 83 1,5 0,2 18,8 0,6 Jagung kuning 147 5,1 0,7 31,5 1,3

Sagu aren kering

355 0,6 1,1 85,6 0,3

Sagu aren segar 231 0,6 0,2 56,6 3,2 Sagu lempeng 347 0,9 0,3 85,2 4,7

Papeda 61 0,2 0,1 14,9 0,5 Ongol-ongol

sagu 111 0,3 2,7 21,2 0,3

Kapurung 41 2 0,3 7,8 2 Sumber: Tabel Komposisi Pangan, 2009

Kandungan protein sagu memang rendah, namun dapat

dilengkapi dengan protein ikan dan sayuran melalui menu makan

seperti papeda dan atau sagu lempeng di tambah ikan kuah, ikan

bakar ditambah colo-colo dan sayuran(menu sagu khas Maluku). Pati

Page 70: SAKINAH AMIR - Unhas

sagu juga mengandung 3,69-5,96% serat pangan (Achmad et al.,

1999) dan nilai Indeks Glikemik (IG) 28, termasuk dalam kategori

rendah karena kurang dari 55 (Purwani et al., 2006). Rasio amilosa

dan amilopektin akan mempengaruhi sifat-sifat pati itu sendiri. Apabila

kadar amilosa tinggi, maka pati akan bersifat kering, kurang lekat, dan

cenderung menyerap air lebih banyak (higroskopis).

5. Pemanfaatan Sagu

Dalam perspektif diversikasi pangan, sagu dapat diolah mejadi

berbagai macam bentuk sajian yang menarik. Pati sagu dapat dioleh

menjadi berbagai produk organis-tradisional, antara lain: papeda,

sinoli, ongol-ongol, sagu lempeng, sagu gula, sagu tumbuh, bubur ne,

sagu mutiara, bagea dan lainnya. Disamping itu, pati sagu/tepung

sagu kering sudah dapat dioleh menjadi aneka penganan/produk

kontemporer-fungsional, antara lain: bika, brouwnis, rollcook, bruder,

roti, mi, bakso, dan lainnya (Papilaya, 2009).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nur Hayati (2014)

tentang preferensi masyarakat terhadap makanan berbahan sagu

sebagai alternatif sumber karbohidratdi Luwu dan Luwu Utara

menyatakan bahwa kebiasaan mengkonsumsi sagu sudah ada sejak

dari nenek moyang mereka. Apabila satu hari saja tidak makan sagu,

mereka merasa “haus”. Permintaan sagu akan meningkat apabila

menjelang bulan Ramadhan, karena mereka menjadikan kapurung

sebagai makanan pembuka puasa. Bahkan setaip kali ada pesta atau

Page 71: SAKINAH AMIR - Unhas

upacara adat selalu ada menu makanan berbahan baku sagu. Jenis

makanan olahan yang digemari di Kabupaten Luwu adalah Kapurung

(98,33%) sedangkan di Luwu Utara 54,1% dan dange 45,9%. Di Luwu

Utara juga terjadi perbedaan pola konsumsi sagu, misalnya di daerah

pesisir lebih menyukai jenis olahan “dange” karena dianggap lebih

mengenyangkan dibanding “kapurung” (Nurhayati, 2014).

Penelitian lain tentang manfaat sagu bagi petani hutan rakyat di

Kabupaten Konawe Selatan oleh Nurhaedah (2014) menyatakan

bahwa Kabupaten Konawe Selatan didominasi oleh Suku Tolaki yang

memiliki budaya dan kebiasaan untuk makan sagu. Sinonggi adalah

makanan pokok Suku Tolaki yang terbuat dari saripati sagu. Di

Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan makanan serupa dikenal

dengan nama Kapurung dan di Kepulauan Maluku disebut Papeda.

Meskipun makanan tersebut memiliki kemiripan bahan, cara

penyajiannya agak berbeda. Untuk sinonggi, tepung sagu yang sudah

dimasak tidak dicampurkan dengan sayur, kuah ikan, sambal dan

bumbu lainnya, namun tergantung selera penikmat. Bagi suku Tolaki,

sinonggi dahulu merupakan makanan pokok, namun saat ini telah

menjadi makanan sekunder pengganti beras pada masa paceklik.

Page 72: SAKINAH AMIR - Unhas

D. Kerangka Teori

Gambar 2.6 Kerangka Teori Penelitian

Sumber : teori H.L.Blum,

Zougwu, et al., 2013, Willet, et

al. 2002, Notoatmodjo, 2011,

Modifikasi Peneliti

Glukosa Darah

Frekuensi Konsumsi

Jenis Makanan

Jumlah konsumsi

Sagu

Mencegah

disfungsi sel β

Tinggi Serat IG Rendah

Obesitas

Sentral

Absorbsi KH

Hormon insulin Metabolise Lemak

Prediabetes

Diabetes

Mellitus

Penyakit Jantung

Koroner

aterosklerosis

Perilaku / Gaya

Hidup

Aktifitas Fisik Pola Konsumsi

Lingkungan

Konsumsi

Alkohol

Merokok

Hipertensi

Page 73: SAKINAH AMIR - Unhas

E. Kerangka Konsep

Keterangan :

Variabel Terikat : Pola Konsumsi Sagu

Variabel Bebas : kadar LDL dalam darah

Variabel antara :Lingkar perut, tekanan darah

Gambar 2.7 Kerangka Konsep

Kadar LDL dan HDL

Lingkar Perut

Tekanan Darah

Pola Konsumsi

Sagu

Sering mengonsumsi

sagu

Jarang mengonsumsi

sagu

Page 74: SAKINAH AMIR - Unhas

F. TABEL SINTESA

No Nama/Tahun dan Sumber Jurnal

Judul Penelitian Desain Penelitian

Sampel Hasil

1. Parvin Mirmiran et al Nutrients 2016, 8, 686; doi:10.3390/nu8110686

A Prospective Study of Different Types of Dietary Fiber and Risk of Cardiovascular Disease: Tehran Lipid and Glucose Study

Kohort Prospektif

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis bahwa diet dari berbagai jenis asupan serat dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Sejak tahun 2006-2008 digunakan FFQ untuk melihat asupan serat pada sampel yang berjumlah 2295 responden yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Sampel kemudian diikuti sampai tahun 2012 untuk melihat kejadian CVD.

Hasil penelitian bahwa rata-rata umur responden laki-laki (42,8%). Standar deviasi jumlah asupan serat adalah 23,4 (8,9) g/hari. Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan serat total, serat larut air, tidak larut terhadap risiko CVD. Disimpulkan bahwa asupan tinggi serat dari berbagai sumber berhubungan dengan CVD dan dapat memodifikasi faktor risiko utama CVD.

Page 75: SAKINAH AMIR - Unhas

2. Yusuf Honingkor (2015) Disertasi, Universitas Hasanuddin

Pengaruh Makanan Pokok Tradisional Maluku terhadap Faktor Ridiko Penyakit Jantung Koroner: Kajian tentang Lipolisis, Lipogenepsis, dan Free Fatty Acid terhadap Mekanisme Atherosklerosis.

Cross Sectional

Sampel diambil dari populasi laki-laki suku Maluku dengan usia 40-60 tahun, 73 orang di Kota Ambon yang menggunakan Non-MPTM, dan 73 orang di Desa Taniwel yang menggunakan MPTM.

MPTM diduga dapat menurunkan faktor risiko PJK melalui modifikasi terhadap obesitas dan kadar adiponektin tubuh. Aktivitas fisik berat diduga tidak berpengaruh secara bermakna.

3. Eny A. Watumlawar, dkk (2015) Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015

Pengaruh pemberian sagu dibanding nasi terhadap berat badan tikus wistar

Eksperimental laboratorium acak pre-post test with control group design

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian sagu terhadap berat badan dibanding nasi pada tikus wistar. Subjek penelitian ialah tikus wistar jantan berusia 5-6 bulan dibagi atas 2 kelompok: kelompok nasi (kontrol) dan kelompok sagu. Sagu dimasak dalam bentuk papeda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian sagu sebanyak 2 cc setiap hari selama seminggu mampu meningkatkan berat badan secara bermakna (p = 0,001) sedangkan pemberian nasi menurunkan berat badan (p=0,001).

Page 76: SAKINAH AMIR - Unhas

sebanyak 75 g sagu kering dan 300 mL air. Tikus diperlihara selama 2 minggu. Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan. Data dianalisis dengan uji Wilcoxon.

3 Mamat Supriyono (2008)

Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Kelompok Usia < 45 Tahun (Studi Kasus Di Rsup Dr. Kariadi Dan Rs Telogorejo Semarang) Tesis Universitas Diponegoro Semarang

Case Control Jumlah sampel 80 kasus dan 80 kontrol. Kasus adalah pasien pasien penyakit jantung koroner yang pernah dan sedang dirawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RS Telogorejo Semarang yang diperoleh dari observasi langsung dan dari data rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

faktor-faktor yang terbukti berpengaruh terhadap kejadian PJK dan merupakan faktor risiko PJK pada kelompok usia < 45 tahun adalah: dislipidemia, kebiasaan merokok, penyakit DM dan penyakit DM dalam keluarga.

Page 77: SAKINAH AMIR - Unhas

4. Dewi Merien Sari, Azrimaidaliza, dan Idral Purnakrya (Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2010-September 2010, Vol. 4. No. 2)

Faktor Resiko Kolesterol Total Pasien Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinngi

Case Control Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor resiko dari kadar kolesterol total pada pasien PJK di RSAM Bukittinggi. Jumlah sampel 68 responden dengan rasio kasus dan kontrol, yaitu 1:1, dimana kasus adalah pasien PJK di Poli klinik Jantung dan kontrol adalah pasien di poli klinik Karyawan yang tidak menderita PJK dengan matching umur, jenis kelamin dan pekerjaan.

Hasil penelitian menunjukkan konsumsi makanan berserat dan IMT responden merupakan faktor resiko kadar kolesterol total. Diketahui responden dengan konsumsi makanan berserat kurang beresiko 3,684 kali untuk memiliki kadar kolesterol tinggi dibanding responden dengan konsumsi makanan berserat cukup. Dan responden dengan kategori IMT tinggi beresiko 4,643 kali memiliki kadar kolesterol total yang tinggi dibanding responden dengan ategori IMT normal.

Page 78: SAKINAH AMIR - Unhas

5. Yunita Diana Sari, Sri Prihatini, dan Krisnawati Bantas. Penel Gizi Makan, Juni 2014 Vol. 37 (1): 51-58

Asupan Serat Makanan Dan Kadar Kolesterol-LDL Penduduk Berusia 25-65 Tahun Di Kelurahan Kebon Kalapa, Bogor

Cross sectional menggunakan sampel dari data dasar (baseline data) studi kohor Faktor Risiko PTM tahun 2011.

Sampel penelitian adalah penduduk berusia 25-65 tahun dengan jumlah sampel 1.265 orang di Kelurahan Kepon Kalapa Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Responden berasal dari 9 RW dari 10 RW yang berada di Kelurahan Kebon Kalapa, yang terdiri dari 45 RT. Variabel yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, riwayat menderita penyakit diabetes, kebiasaan minum minuman beralkohol, berat badan, tinggi badan, aktivitas fisik dan asupan gizi makrp (KH, protein, lemak), asupan serat-makanan, dan LDL.

Sebesar 78,3% penduduk usia 25-65 tahun mempunyai kadar kolesterol LDL tinggi dengan kadar rata-rata 120 mg/dl serta rata-rata asupan serat-makanan sebesar 7 gram/hari. Seluruh responden (100%) mengonsumsi serat makanan dibawah yang dianjurkan dimana 78,3% diantaranya mempunyai kadar kolesterol LDL tinggi. Variabel umur, asupan lemak dan asupan protein nabati mempunyai hubungan yang signifikan dengan kadar kolesterol LDL.

Page 79: SAKINAH AMIR - Unhas

G. Definisi Operasional

1. Pola konsumsi sagu : gambaran konsumsi sagu seperti kapurung,

dange, kue bagea dan produk olahan sagu lainnya yang dikonsumsi

responden dalam sehari.

a. Sering mengonsumsi sagu : apabila responden yang makanan

pokok utamanya adalah sagu dalam bentuk olahan kapurung dan

dange yang dikonsumsi satu kali atau lebih setiap hari.

b. Jarang mengonsumsi sagu : apabila responden yang makanan

pokok utamanya adalah nasi sebagai sumber karbohidrat harian.

2. Low Density Lipoprotein (LDL) : Lipoprotein plasma yang

mengandung 10 % trigliserida, 40 % kolesterol dan ester kolesterol, 30

% fosfolipid dan 20 % protein yang berfungsi membawa kolesterol dan

fosfolipid ke berbagai jaringan untuk sintesis membran dengan satuan

mmHg.

3. High Density Lipoprotein (HDL) : Lipoprotein yang terdiri dari 52%

protein dan 48% lemak yang berperan sebagai transport kolesterol

dari jaringan perifer ke hepar dengan satuan mmHg.

4. Lingkar perut : Lingkar perut diukur dengan menggunakan meteran

plastik. Pengukuran dilakukan dengan meletakkan alat ukur melingkar

perut secara horizontal dimana merupakan bagian paling kecil dari

tubuh. Bagi mereka yang gemuk, dimana sukar untuk menemukan

Page 80: SAKINAH AMIR - Unhas

bagian paling kecil, daerah yang harus diukur adalah antara tulang

rusuk dengan tonjolan iliaca.

5. Tekanan darah : Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan

menggunakan alat sphygmonometer air raksa dalam satuan mmHg.

Pengukuran dilakukan dalam posisi duduk dengan lengatas diletakkan

di atas eja. Bunyi krotkoff 1 dinilai sebagai TDS dan korotkoff 5

sebagai TDD.

6. Aktivitas fisik : Penilaian aktivitas fisik dilakukan melalui

pengukuran aktivitas sehari-hari selama 24 jam yang berdasarkan nilai

PAL (Physical Activity Level).

H. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi

1) Perempuan berusia 35-55 tahun yang sering mengonsumsi sagu

di Desa Buangin, Kelurahan Masamba dan Desa Kaluku.

2) Perempuan berusia 35-55 tahun yang jarang mengonsumsi sagu

di Desa Buangain, Kelurahan Masamba dan Desa Kaluku.

3) Perempuan yang bersedia ikut dalam penelitian dan

menandatangani informed consent.

Page 81: SAKINAH AMIR - Unhas

2. Kriteria Eksklusi

1) Individu yang sedang menderita penyakit hipertensi, diabetes

melitus atau infeksi berat.

2) Individu yang sedang mengonsumsi obat anti hipertensi, anti

diabetik, obat dislipidemia, steroid.

3) Ibu hamil.

4) Ibu dengan sedentary life

I. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H0 : Tidak ada perbedaan kadar LDL dan HDL pada kelompok yang

sering mengonsumsi sagu dan kelompok yang jarang

mengonsumsi sagu.

Ha : Ada perbedaan kadar LDL dan HDL pada kelompok yang sering

mengonsumsi sagu dan kelompok yang jarang mengonsumsi

sagu.

Page 82: SAKINAH AMIR - Unhas

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitinan yang digunakan adalah penelitian

observasional dengan metode cross sectional yaitu suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek,

dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada

suatu saat atau point time approach pada populasi yang sering mengonsumsi

sagu dan yang jarang mengonsumsi sagu.

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kelompok yang sering

mengonsumsi sagu dan kelompok yang jarang mengonsumsi sagu,

sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemeriksaan LDL dan

HDL.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2017. Lokasi

penelitian adalah Desa Buangin, Kelurahan Masamba dan Desa Kaluku di

Kabupaten Luwu Utara.

Pemilihan lokasi didasarkan pada data produksi sagu terbanyak yaitu

di Luwu Utara. Dan berdasarkan hasil observasi, Desa Buangin merupakan

Page 83: SAKINAH AMIR - Unhas

desa yang memiliki pohon sagu yang tergolong banyak dibandingkan dengan

desa lainnya.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara Nomor 02

Tahun 2011 menyatakan bahwa kawasan khusus pengembangan sagu yang

ada di kabupaten yaitu kecamatan Sabbang, Kecamatan Baebunta,

Kecamatan Malangke, Kecamatan Malangke Barat, Kecamatan

Mappedeceng, Kecamatan Sukamaju, Kecamatan Bone-Bone, dan

Kecamatan Masamba yang lokasinya disepanjang pinggiran sungai dan

daerah genangan (Perda Luwu Utara, 2011).

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek yang akan diteliti dan

memenuhi karakteristik yang ditentukan (Agus Riyanto, 2013). Populasi

dalam penelitian ini adalah semua perempuan yang berusia 35-45 tahun di

Desa Buangin, Kelurahan Masamba dan Desa Kaluku.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat

mewakili atau representatif populasi. Adapun sampel dalam peilitian ini

didapatkan dengan memilih berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

Adapun jumlah sampel yang dibutuhhkan dalam penelitian ini

diperoleh dengan menggunakan rumus lemeshow, yaitu :

Page 84: SAKINAH AMIR - Unhas

� = �� ����� �⁄ � ����� �

(�� − ��) �

Keterangan :

N : perkiraan besar sampel

S : Standar deviasi

Z1-α/2 : Nilai standar alpha. Nilai merupakan

judgment/ketetapan peneliti = 95% = 1.96

Z1-β : Nilai standar dari beta. Nilainya merupakan

judgment/ketetapan peneliti = 80% = 0.84

x1 – x2 : selisih rerata minimal yang dianggap bermakna anatara

kelompok satu dan kelompok dua.

� = �� ����� �⁄ � ����� �

(�� − ��) �=

125.52�(1.96 + 0.84) �

(149.808 − 95.219)= 41.45 = 42

Sehingga perkiraan besar sampel yang dibutuhkan untuk 1 kelompok

adalah 42 orang, dan total sampel adalah 84 orang.

D. Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan cluster random

sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan terhadap sampling unit,

dimana sampling unitnya terdiri dari satu kelompok (cluster). Tiap individu

Page 85: SAKINAH AMIR - Unhas

didalam kelompok yang terpilih akan diambil sebagai sampel. Peneliti akan

memberikan kuesioner pada subjek yang memiliki karakteristik yang telah

ditentukan yang secara tidak sengaja ditemukan oleh peneliti di daerah yang

menjadi lokasi penelitian.

E. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Pengumpulan data

a. Data primer

Data lingkar perut dan tekanan darah diperoleh melalui

pengukuran lingkar perut dan tekanan darah yang dilakukan oleh

petugas kesehatan setempat. Data aktivitas fisik, recall 24 jam dan

Food Frequency Semi Kuantitatif diperoleh melalui wawancara langsung

kepada responden.

Pengambilan darah dilakukan di satu titik kumpul, pemeriksaan

awal berupa pengukuran lingkar perut dan tekanan darah dan

dilanjutkan dengan pengambilan darah vena untuk pemeriksaan kadar

HDL dan LDL. Sebelum pengambilan sampel darah, responden

dipastikan telah berpuasa selama 12 jam (tidak boleh makan atau

minum kecuali air putih), hal ini dilakukan untuk memastikan agar hasil

pemeriksaan darah tidak dipengaruhi oleh konsumsi makanan terakhir.

Pengambilan sampel darah dilakukan oleh 2 petugas Unit Transfusi

Darah (UTD) dari RSUD Andi Djemma Masamba. Hasil pengambilan

Page 86: SAKINAH AMIR - Unhas

sampel darah selanjutnya dibawa ke Laboratorium RSUD Addi Djemma

Masamba untuk di analisis lebih lanjut kadar HDL dan LDL dalam darah.

b. Data sekunder

Data diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Luwu Utara dan dari

kantor Kecamatan Sabbang.

2. Instrumen penelitian

1. Food Frekuensi Semi Kuantitatif

2. Recall 24 jam

3. Kuesioner Aktivitas Fisik

4. Disposible (jarum suntik yang digunakan untk mengambil darah

responden).

F. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan program SPSS

for windows versi 22.0.dan aplikasi nutrisurvey yang hasilnya akan

dinarasikan dan diperjelas dengan menggunakan tabel dan grafik. Untuk uji

statistik, tingkat kemaknaan (signifikansi) yang digunakan yaitu 0,05.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu

analisis univariat dan analisis bivariat. Tahapan analisis data

selanjutnyasebagai berikut:

Page 87: SAKINAH AMIR - Unhas

1. Analisis univariat

Dilakukan untuk memperoleh informasi dan gambaran umum

terhadap tiap variabel dari hasil penelitian meliputi karakteristik responden,

frekuensi konsumsi sagu, kadar LDL dan HDL dengan menggunakan table

distribusi frekuensi sehingga menghasilkann distribusi dan persentase

setiap variabel penelitian.

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menghubungan hubungan

variabel dependen dan independen dengan menggunakan program SPSS.

Terlebih dahulu dilakukan uji normalitas, jika terdistribusi normal

menggunakan uji independent T-test, tetapi jika tidak normal harus

menggunakan uji Mann Whitney.

Page 88: SAKINAH AMIR - Unhas

G. Alur Penelitian

Gambar 2.8 Kerangka Alur Penelitian

Pendataan Awal 1. Menetap di kabupaten Luwu Utara

2. Frekuensi konsumsi Sagu 3. Tidak/belum didiagnosa dokter

menderita hipertensi 4. Tidak sedang mengkonsumsi obat

hipertensi

Populasi Penelitian

Perempuan usia 35-55 tahun N= 84

Pengukuran tekanan darah dan

Lingkar perut

Pengukuran asupan makanan dengan

Recall 24 jam dan pengukuran pola

konsumsi dengan menggunakan FFQ

semi kuantitatif, aktivitas fisik

Pemeriksaan

Laboratorium

Kadar HDL Kadar LDL

Entri Data

Analisis Data

Page 89: SAKINAH AMIR - Unhas

H. Kerangka Penarikan Sampel

Gambar 2.9 Kerangka Pengambilan Sampel

Populasi

Kabupaten Luwu

Utara

Rumus Lemeshow

Berdasarkan penelitian

Yusuf Huningkor 2015.

Berdasarkan Perda Luwu

Utara Bahwa Desa Buangin

termasuk kawasan khusus

pengembangan sagu

n = 42 orang

per daerah

Populasi Desa

Buangin

Populasi Kelurahan Masamba

Populasi Desa

Kaluku

1. Menetap di lokasi

penelitian selama minimal

5 tahun

2. Wanita usia 35-55 tahun

3. Tidak memiliki riwayat HT

Page 90: SAKINAH AMIR - Unhas

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2017 yang

berlokasi di tiga kecamatan di Kabupaten Luwu Utara yaitu di Kecamatan

Sabbang (Desa Buangin), Kecamatan Masamba (Kelurahan Masamba) dan

Kecamatan Sukamaju (Desa Kaluku) yang pada awalnya tidak termasuk

dalam lokasi penelitian. Penambahan satu lokasi dikarenakan di kedua lokasi

awal tidak mencukupi total sampel yang dibutuhkan sehingga dilakukan

pelebaran lokasi pengambilan sampel ke daerah terdekat dengan Kecamatan

Masamba yaitu Kecamatan Sukamaju.

Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok yang sering

mengonsumsi sagu dan kelompok yang jarang mengonsumsi sagu, dimana

setiap kelompok terdiri dari 42 sampel sehingga total sampel secara

keseluruhan dalam penelitian ini yaitu 84 sampel. Pengambilan sampel

dalam penelitian ini adalah seseorang yang tidak memiliki riwayat hipertensi,

tidak/belum pernah didiagnosa dokter sedang hipertensi dan sedang tidak

mengonsumsi obat hipertensi.

Pengumpulan data dimulai dengan menjelaskan maksud dan tujuan

dari penelitian, data-data yang diperlukan dalam penelitian, metode

pengambilan darah, risiko serta ketidaknyamanan yang mungkin akan

Page 91: SAKINAH AMIR - Unhas

dialami oleh sampel selama penelitian, dan keuntungan yang diperoleh jika

bersedia menjadi sampel dalam penelitian. Kemudian, peneliti menawarkan

kesediaan menjadi sampel penelitian. Sampel yang telah bersedia dianjurkan

untuk berpuasa selama 12 jam sebelum dilakukan pengambilan darah untuk

kadar LDL dan HDL pada keesokan harinya. Pengambilan darah dilakukan di

satu titik kumpul. Pemeriksaan awal berupa pengukuran tinggi badan, berat

badan, lingkar perut, tekanan darah dan dilanjutkan dengan pengambilan

darah vena untuk pemeriksaan kadar LDL dan HDL. Peneliti juga melakukan

pengukuran asupan melalui Food Recall 24 jam dan pengukuran pola makan

dengan menggunakan Kuesioner Semi Kuantitatif. Hasil pengambilan darah

selanjutnya dibawa ke Laboratorium RSUD Andi Djemma Masamba untuk di

analisis lebih lanjut.

1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Page 92: SAKINAH AMIR - Unhas

Kabupaten Luwu Utara pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2

wilayah berdasarkan topografinya yaitu wilayah dataran rendah sebanyak

9 kecamatan dengan ketinggian 15-70 meter di atas permukaan laut dan

daratan tinggi sebanyak 3 kecamatan dengan ketinggian di atas 1.000

meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 010 53’ 19”-020 55’ 36”

Lintang Selatan dan 1990 47’ 46” - 1200 37’ 44” Bujur Timur (BPS, 2017).

Kabupaten Luwu Utara secara administrasi terbagi menjadi 12

Kecamatan dan dibagi lagi menjadi sebanyak 172 Desa/UPT dan 7

kelurahan. Kabupaten Luwu Utara terdiri dari 12 wilayah kecamatan

dengan luas masing-masing yaitu: Sabbang (525.08 km2), Baebunta

(295.25 km2), Malangke (229.70 km2), Malangke Barat (214.05 km2),

Sukamaju (255.48 km2), Bone-Bone (127.92 km2), Tanalili (149.41 km2),

Masamba (1,068.85 km2), Mappedeceng (275.50 km2), Rampi (1,565.65

km2), Limbong (686.50 km2), Seko (2,109.19 km2) (BPS, 2017).

Luwu Utara memiliki batas-batas: Sulawesi tengah di Utara,

Sulawesi Barat dan Tana Toraja di sebalah barat dan Kabupaten Luwu

dan Teluk Bone di sebelah selatan (BPS, 2017).

Penduduk Kabupaten Luwu Utara berdasarkan proyeksi penduduk

tahun 2016 sebanyak 305.372 jiwa yang terdiri atas 153.296 jiwa

penduduk laki-laki dan 152.076 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan

dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2015, penduduk Luwu Utara

mengalami pertumbuhan sebesar 0,88 % dengan masing-masing

Page 93: SAKINAH AMIR - Unhas

persentase pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar 0,86 % dan penduduk

perempuan sebesar 0,92 %. Sementara itu besarnya angka rasio jenis

kelamin tahun 2016 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan

sebesar 101 (BPS, 2017).

Kepadatan penduduk di Kabupaten Luwu Utara tahun 2016

mencapai 41 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah

tangga 4 orang. Kepadatan penduduk di 12 kecamatan cukup beragam

dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di kecamatan Bone-Bone

dengan kepadatan sebesar 208 jiwa/km2 dan terendah di kecamatan

Rampi sebesar 2 jiwa/km2. Sementara itu jumlah rumah tangga mengalami

pertumbuhan sebesar 0,89% dari tahun 2015 (BPS, 2017).

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara Nomor 02

Tahun 2011 menyatakan bahwa kawasan khusus pengembangan sagu

yang ada di kabupaten yaitu kecamatan Sabbang, Kecamatan Baebunta,

Kecamatan Malangke, Kecamatan Malangke Barat, Kecamatan

Mappedeceng, Kecamatan Sukamaju, Kecamatan Bone-Bone, dan

Kecamatan Masamba yang lokasinya disepanjang pinggiran sungai dan

daerah genangan (Perda Luwu Utara, 2011).

Page 94: SAKINAH AMIR - Unhas

2. Karakteristik Umum Responden

Distribusi karakteristik umum responden menurut kelompok sering

mengonsumsi sagu dan kelompok jarang mengonsumsi sagu dapat dilihat

pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Umum Responden

Karakteristik Responden

Kelompok Sering mengonsumsi

sagu

Kelompok Jarang mengonsumsi

sagu n % n %

Usia (tahun) 35-45 46-55

28 14

66.7 33.3

19 23

45.2 54.8

Tempat Tinggal Buangin Masamba Sukamaju

19 7 16

45.2 16.7 38.1

8 9

25

19

21.4 59.5

Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA PT

0 9 18 13 2

0

21.4 42.9 31 4.8

2

18 7

13 2

4.8

42.9 16.7 31 4.8

Pekerjaan Guru IRT Pedagang Bidan

0 37 4 1

0

88.1 9.5 2.4

1

31 10 0

2.4

73.8 23.8

0 Sumber : Data Primer Terolah, 2017

Karakteristik responden menunjukkan bahwa umur responden yang

paling banyak pada kelompok sering mengonsumsi sagu terdapat pada

kelompok umur 35-55 tahun yaitu sebanyak 28 orang (66.7%) sedangkan

Page 95: SAKINAH AMIR - Unhas

pada kelompok jarang mengonsumsi sagu terdapat pada kelompok umur

46-55 tahun yaitu sebanyak 23 orang (54.8%).

Tempat tinggal responden pada kelompok sering mengonsumsi

sagu terbanyak di Desa Buangin yaitu 19 orang (45.2%) sedangkan pada

kelompok jarang mengonsumsi sagu terbanyak di Desa Sukamaju yaitu 25

orang (59.5%).

Tingkat pendidikan responden pada kelompok sering mengonsumsi

sagu yaitu pada tingkat SMP sebanyak 18 orang (42.9%) sedangkan pada

kelompok jarang mengonsumsi sagu terbanyak yaitu SD sebanyak 18

orang (42.9%). Pekerjaan responden yang paling banyak yaitu IRT,

masing-masing 31 orang (73.8%) pada kelompok jarang mengonsumsi

sagu dan 37 orang (88.1%) pada kelompok sering mengonsumsi sagu.

2. Perbandingan Rata-rata Lingkar Perut, Tekanan Darah Sistolik dan

Tekanan Darah Diastolik

Hasil analisis statistik rata-rata lingkar perut, tekanan darah sistolik

dan tekanan darah diastolik pada kelompok sering mengonsumsi sagu dan

kelompok jarang mengonsumsi sagu dapat dilihat pada tabel 4.2

Page 96: SAKINAH AMIR - Unhas

Tabel 4.2 Perbandingan Rata-Rata Lingkar Perut, Tekanan Darah Sistolik dan Tekanan Darah Diastolik pada Kelompok Sering Mengonsumsi Sagu

dan Kelompok Jarang Mengonsumsi Sagu

Variabel Sering mengonsumsi sagu

Jarang mengonsumsi sagu P

Value Mean±SD

95 % CI Mean±SD

95% CI Lower Upper Lower Upper

Lingkar Perut

81,68±10,47

78,42 84,94 85±11,04 81,56 88,44 0,161

Tekanan Darah Sistolik

123,57±15,58 118,71 128,43 124,05±16,

97 118,7

6 129,3

4 0,956

Tekanan Darah

Diastolik 87,62±9,83 84,56 90,68

86,43±10,78

83,07 89,79 0,573

Sumber: Data Primer Terolah, 2017

Hasil analisis rata-rata lingkar perut menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang bermakna pada kelompok sering mengonsumsi sagu dan

kelompok jarang mengonsumsi sagu dengan p value 0.161, terlihat bahwa

nilai rata-rata lingkar perut pada kelompok sering mengonsumsi sagu yaitu

81,68 cm (SD 10.47 dan 95% CI 78,42-84,94) dan nilai rata-rata lingkar

perut pada kelompok jarang mengonsumsi sagu yaitu 85 cm (SD 11.04

dan (5% CI 81,56-88,44).

Rata-rata tekanan darah sistolik pada kelompok sering

mengonsumsi sagu dan kelompok jarang mengonsumsi sagu memiliki p

value 0,956 yang artinya tidak ada perbedaan yang bermakna pada rata-

rata tekanan darah sistolik pada kedua kelompok. Nilai rata-rata tekanan

darah sistolik pada kelompok sering mengonsumsi sagu yaitu 123.57

Page 97: SAKINAH AMIR - Unhas

mmHg (SD 15.58 dan 95% CI 118,71-128,43), dan nilai rata-rata tekanan

darah sistolik pada kelompok jarang mengonsumsi sagu yaitu 124,05

mmHg (SD 16.97 dan 95% CI 118,76-129,34).

Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik pada kelompok sering

mengonsumsi sagu dan kelompok jarang mengonsumsi sagu memiliki p

value yaitu 0,573 yang artinya tidak ada perbedaan yang bermakna pada

rata-rata tekanan darah diastolik pada kedua kelompok. Nilai rata-rata

tekanan darah diastolik pada kelompok sering mengonsumsi sagu yaitu

87.6 mmHg (SD 9.83 dan 95% CI 84,56-90,68), dan nilai rata-rata tekanan

darah sistolik pada kelompok jarang mengonsumsi sagu yaitu 86.43

mmHg (SD 10.78 dan 95% CI 83,07-89,79).

3. Perbandingan Rata-Rata Kadar High Density Lipoprotein (HDL) dan

Low Density Lipoprotein (LDL) pada Kelompok Sering mengonsumsi

sagu dan Kelompok Jarang mengonsumsi sagu

Hasil analisis statistik rata-rata LDL dan HDL pada kelompok sering

mengonsumsi sagu dan kelompok jarang mengonsumsi sagu dapat dilihat

pada tabel 4.3

Page 98: SAKINAH AMIR - Unhas

Tabel 4.3 Perbandingan Rata-Rata Kadar LDL dan HDL pada Kelompok Sering

Mengonsumsi Sagu dan Kelompok Jarang Mengonsumsi Sagu

Profil Lipid

Sering mengonsumsi sagu

Jarang mengonsumsi sagu P

Value Mean±SD

95 % CI Mean±SD

95% CI Lower Upper Lower Upper

LDL 77,48 ± 20,95

70,94 84 102.83 ±

30,34 93,38 112,29 0,000

HDL 47,57 ±

9,54 44,59 50,55

52,14 ± 11,88

48,44 55,85 0,055

Sumber: Data Primer Terolah, 2017

Hasil analisis rata-rata kadar LDL pada kelompok sering

mengonsumsi sagu dan kelompok jarang mengonsumsi sagu memiliki p

value 0,000 yang artinya ada perbedaan yang bermakna pada rata-rata

kadar LDL pada kedua kelompok. Rata-rata kadar LDL pada kelompok

sering mengonsumsi sagu yaitu 77,476 mg/dL (SD 20,9 dan 95% CI 70,94-

845), sedangkan pada kelompok jarang mengonsumsi sagu yaitu 102,833

mg/dL (SD 30,34 dan 95% CI 93,38-112,29).

Rata-rata kadar HDL menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

yang bermakna pada kelompok sering mengonsumsi sagu dan kelompok

jarang mengonsumsi sagu konsumsi sagu (p value 0.055). Rata-rata kadar

HDL pada kelompok sering mengonsumsi sagu yaitu 47.571 mg/dL (SD

9,54 dan 95% CI 44,59-50,55), dan nilai rata-rata kadar HDL pada

kelompok jarang mengonsumsi sagu yaitu 52,143 mg/dL (SD 11,88 dan

95% CI 48,44-55,85).

Page 99: SAKINAH AMIR - Unhas

4. Asupan berdasarkan Recall 24 jam

Hasil pengukuran asupan makanan responden melalui food recall

24 jam yang dianalisis dengan nutrisurvey. Hasil analisis meliputi energi

(kkal), protein (g), lemak (g), karbohidrat (g), serat (g), vitamin A (μg),

vitamin E (mg), vitamin C (mg), vitamin B3 (mg), kalsium (mg), magnesium

(mg), zink (mg) dan tembaga (μg). Hasil analisis perbandingan asupan

responden berdasarkan kelompok jarang mengonsumsi sagu dan sering

mengonsumsi sagu dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4

Perbandingan Asupan Zat Gizi Responden pada Kelompok Sering Mengonsumsi Sagu dan Kelompok Jarang Mengonsumsi Sagu

Asupan

Kelompok Sering mengonsumsi

sagu

Kelompok Jarang

mengonsumsi sagu

P Value

Mean±SD Mean±SD Energi 1882,97 ± 117,65 1863,79 ± 125,69 0,491 Protein 52,85 ± 9,43 58,06 ± 14,30 0,052 Lemak 35,25 ± 11,69 41,82 ± 15,42 0,031

Karbohidrat 335,07 ± 24,24 310,44 ± 43,39 0,019 Serat 8,18 ± 4,84 7,94 ± 3,26 0,943

Vitamin A 528,43±337,22 519,23±619,73 0,125 Vitamin E 3,12±1,28 2,75±1,63 0,124 Vitamin C 27,71±14,88 21,05±21,72 0,009 Vitamin B3 9,34±3,02 9,86±3,03 0,289 Kalsium 223,73±134,33 289,44±409,94 0,050

Magnesium 241,43±44,12 263,28±63,14 0,085 Zink 5,30±1,28 6,71±1,58 0,000

Tembaga 0,74±0,18 0,81±0,18 0,038 MUFA 5,91±2,86 6,36±4,02 0,052 PUFA 5,42±3,11 6,22±3,75 0,378

Sumber: Data Primer Terolah, 2017

Page 100: SAKINAH AMIR - Unhas

Perbandingan asupan pada kedua kelompok menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan rata-rata asupan pada asupan energi, protein,

serat, vitamin A, vitamin E, vitamin B3, kalsium, dan magnesium pada

kelompok sering mengonsumsi sagu maupun kelompok jarang

mengonsumsi sagu dengan masing-masing nilai p yaitu p= 0,491; p=

0,052; p=0,943; p= 0,125; p=0,124; p= 0,289; p= 0,050 dan p= 0,085.

Sedangkan untuk asupan lemak, karbohidrat, vitamin C, zink dan tembaga

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan asupan pada kedua kelompok

dengan masing-masing nilai p= 0,031, p=0,019, p= 0,009, p= 0,000 dan p=

0,038. Pada kelompok sering mengonsumsi sagu, rata-rata asupan energi

yaitu 1882,97 kkal, protein 52,85 g, lemak 32,25 g, karbohidrat 335,07 g,

serat 8,18 g, vitamin A 528,43 mcg, vitamin E 3,12 mg, B3 9,34 mg,

kalsium 223,73 mg, magnesium 241,43 mg, zink 5,30 mg, dan tembaga

0,74 mcg. Sedangkan pada kelompok jarang mengonsumsi sagu, rata-rata

asupan energi yaitu 1863,79 kkal, protein 58,06 g, lemak 41,82 g,

karbohidrat 310,33 g, serat 7,94 g, vitamin A 519, 23 mcg, vitamin E 2,75

mg, vitamin C 21,05 mg, B3 2,61 mg, kalsium 289,44 mg, magnesium

263,28 mg, zink 6,71 mg dan tembaga 0,81 mcg.

Penelitian ini juga membandingkan auspan MUFA dan PUFA antara

kedua kelompok yang menunjukkan perbandingan asupan lemak pada

kedua kelompok yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

bermakna pada asupan MUFA dan PUFA pada kedua kelompok dengan p

Page 101: SAKINAH AMIR - Unhas

value PUFA yaitu 0,378 dengan rata-rata asupan PUFA pada kelompok

sering mengonsumsi sagu yaitu 5,42 g sedangkan pada kelompok jarang

mengonsumsi sagu yaitu 6,22 g. Rata-rata asupan MUFA pada kelompok

sering mengonsumsi yaitu 5,91 g sedangkan pada kelompok jarang

mengonsumsi sagu yaitu 6,36 g dengan p value 0,052.

5. Pola Konsumsi berdasarkan FFQ (Food Frekuensi Quesioner) Semi

Kuantitatif

Pengukuran pola konsumsi menggunakan Food Frequency

Questioner (FFQ) semi kuantitatif yang didalamnya terdapat banyak jenis

makanan yang biasa di konsumsi oleh responden. Kemudian dilakukan

wawancara terhadap responden untuk mengetahui frekuensi makanan

kemudian diberikan skor sebagai berikut (Nutritional Epidemiology) :

Tidak Pernah = 0

1-3 kali/bulan = 0.07

1 kali/minggu = 0.14

2-4 kali/minggu = 0.43

5-6 kali/minggu = 0.79

1 kali/hari = 1

2-3 kali/hari = 2.5

≥ 4 kali/hari = 4

Page 102: SAKINAH AMIR - Unhas

Adapun yang termasuk dalam kelompok makanan sumber

karbohidrat yaitu kapurung, dange, nasi, beras merah, jagung kuning, ubi

kayu, ubi jalar ungu, ubi jalar merah, bihun, mie basah, mie kering, mie

instan, macaroni, kentang, tepung, roti tawar, roti isi.

Berdasarkan konsumsi sayur yang termasuk adalah kangkung,

bayam, buncis, tauge, labu siam, labu kuning, sawi hijau, kubis, daun

katuk, daun kacang, daun singkong, kacang panjang, pare, jantung pisang,

wortel, nangka muda, daun kelor, daun papaya.

Berdasarkan konsumsi buah yang termasuk adalah pisang susu,

pisang raja, pisang ambon, apel, jeruk manis, manga, nangka, semangka,

durian, sirsak.

Berdasarkan konsumsi protein hewani yang termasuk adalah

daging sapi, daging kambing, bakso daging, cumi-cumi, udang, kepiting,

ikan cakalang, ikan merah, ikan bandeng, ikan teri, ikan layang, ikan ekor

putih, ikan teri kering, ikan asin, kerang, daging ayam, hati ayam, hati sapi,

bebek, telur ayam ras, telur ayam kampung, dan telur bebek. Sedangkan

konsumsi protein nabati berasal dari tahu, tempe, kacang kedelai, kacang

hijau, kacang merh dan kacang tanag. Untuk asupan lemak berasal adari

minyak goreng, minyak kelapa sawit, margarine dan santan.

Page 103: SAKINAH AMIR - Unhas

4.1 Distribusi Frekuensi Makanan Sumber Karbohidrat

Tabel 4.5 Distribusi Responden Kelompok Sering Mengonsumsi Sagu

Berdasarkan Konsumsi Makanan Sumber karbohidrat

Jenis Makanan

Jumlah

Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan

Total

Skor Rata-Rata

2-3x/h 1x/h 5-

6x/m 2-

3x/m 1x/m

1-3x/b

Tidak pernah

2.5 1 0.79 0.43 0.14 0.07 0

Kapurung n 0 42 0 0 0 0 0 42 1

Skor 0 42 0 0 0 0 0 42

Dange n 0 0 0 0 18 4 20 42 0.067

Skor 0 0 0 0 2.52 0.28 0 2.8

Nasi n 42 0 0 0 0 0 0 42 2.5

Skor 105 0 0 0 0 0 0 105

Jagung n 0 0 1 21 16 3 1 42 0.292

Kuning Skor 0 0 0.79 9.03 2.24 0.21 0 12.27

ubi kayu n 0 0 0 0 7 35 0 42 0.082

Skor 0 0 0 0 0.98 2.45 0 3.43

ubi jalar n 0 0 0 0 0 15 27 42 0.025

Ungu Skor 0 0 0 0 0 1.05 0 1.05

ubi jalar n 0 0 0 0 4 26 12 42 0.057

Merah Skor 0 0 0 0 0.56 1.82 0 2.38

Mie n 0 0 0 2 6 33 1 42 0.095

Basah Skor 0 0 0 0.86 0.84 2.31 0 4.01

Mie n 0 0 0 0 10 15 17 42 0.058

Kering Skor 0 0 0 0 1.4 1.05 0 2.45

mie instan

n 0 0 3 11 13 14 1 42 0.236

Skor 0 0 2.37 4.73 1.82 0.98 0 9.9

Kentang n 0 0 5 8 4 25 0 42 0.231

Skor 0 0 3.95 3.44 0.56 1.75 0 9.7

roti tawar n 0 0 0 4 1 24 13 42 0.084

Skor 0 0 0 1.72 0.14 1.68 0 3.54

roti isi n 0 0 0 1 3 12 26 42 0.04

Skor 0 0 0 0.43 0.42 0.84 0 1.69

Sumber : Data Primer Terolah, 2017

Hasil analisis pola konsumsi makanan sumber karbohidrat pada

kelompok sering mengonsumsi sagu menunjukkan bahwa sumber

karbohidrat terbesar berasal dari nasi dengan skor rata-rata 2,5 atau

Page 104: SAKINAH AMIR - Unhas

dikonsumsi 2-3 x/hari, kapurung (makanan pokok dari sagu)

mempunyai skor 1 atau dikonsumsi 1 x/hari, jagung kuning dengan

skor rata-rata 0,292 yang dikonsumsi 2-3x/mingggu.

Sumber asupan karbohidrat paling sedikit berasal dari konsumsi

roti isi dengan skor rata-rata 0,04 atau dikonsumsi 1-3x/bulan, ubi jalar

ungu dengan skor rata-rata 0,025 yang dikonsumsi 1-3x/bulan serta

ubi jalar merah dengan skor rata-rata 0,57 yang dikonsumsi 1-

3x/bulan.

Tabel 4.6 Distribusi Responden Kelompok Jarang Mengonsumsi Sagu

Berdasarkan Konsumsi Makanan Sumber Karbohidrat

Jenis Makanan

Jumlah

Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan

Total

Skor Rata-Rata

2-3x/h 1x/h 5-

6x/m 2-

3x/m 1x/m 1-3x/b

Tidak pernah

2.5 1 0.79 0.43 0.14 0.07 0 Kapurung n 0 0 0 0 1 19 22 42

0.035

Skor 0 0 0 0 0.14 1.33 0 1.47

Dange n 0 0 0 0 0 5 37 42 0.008

skor 0 0 0 0 0 0.35 0 0.35

Nasi n 41 1 0 0 0 0 0 42 2.464

skor 102.5 1 0 0 0 0 0 103.5

beras merah

n 0 0 0 0 0 1 41 42 0.002

skor 0 0 0 0 0 0.07 0 0.07

jagung kuning

n 0 0 6 24 2 9 1 42 0.374

skor 0 0 4.47 10.32 0.28 0.63 0 15.7

ubi kayu n 0 0 0 3 15 22 2 42 0.117

skor 0 0 0 1.29 2.1 1.54 0 4.93

ubi jalar ungu

n 0 0 0 0 0 12 30 42 0.02

skor 0 0 0 0 0 0.84 0 0.84

ubi jalar merah

n 0 0 0 0 0 29 13 42 0.048

skor 0 0 0 0 0 2.03 0 2.03

mie basah n 0 0 1 15 6 18 2 42

0.222 skor 0 0 0.79 6.45 0.84 1.26 0 9.34

mie kering n 0 0 0 1 10 11 20 42

0.062

skor 0 0 0 0.43 1.4 0.77 0 2.6

Page 105: SAKINAH AMIR - Unhas

Jenis Makanan

Jumlah

Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan

Total Skor Rata-Rata

2-3x/h 1x/h 5-

6x/m 2-

3x/m 1x/m 1-3x/b

Tidak pernah

2.5 1 0.79 0.43 0.14 0.07 0

mie instan n 0 0 4 10 13 12 3 42

0.241 skor 0 0 3.16 4.3 1.82 0.84 0 10.12

Kentang n 0 0 5 11 3 23 0 42 0.255

skor 0 0 3.95 4.73 0.42 1.61 0 10.71

roti tawar n 0 0 0 0 1 26 15 42

0.047 skor 0 0 0 0 0.14 1.82 0 1.96

roti isi n 0 0 0 0 1 27 14 42 0.048

skor 0 0 0 0 0.14 1.89 0 2.03

Sumber : Data Primer Terolah, 2017

Hasil analisis pola konsumsi sumber karbohidrat pada kelompok

jarang mengonsumsi sagu menunjukkan bahwa sumber karbohidrat

terbesar berasal dari nasi dengan skor rata-rata 2,46 atau dikonsumsi

2-3 x/hari.

Sumber karbohidrat terkecil berasal dari konsumsi beras merah

dengan skor rata-rata 0,002 yang dikonsumsi 1-3x/bulan, ubi jalar

ungu dengan skor rata-rata 0,02 yang dikonsumsi 1-3x/bulan serta

dange dengan skor rata-rata 0,008 yang dikonsumsi 1-3x/bulan.

Page 106: SAKINAH AMIR - Unhas

4.2 Distribusi Frekuensi Konsumsi Sayuran Tabel 4.7

Distribusi Responden Kelompok Sering Mengonsumsi Sagu Berdasarkan Konsumsi Sayuran

Jenis Makanan

Jumlah

Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan

Total

Skor Rata-Rata

1x/h 2-3x/m 1x/m 1-

3x/b Tidak

pernah

1 0.43 0.14 0.07 0

Kangkung n 4 27 9 2 0 42 0.405

skor 4 11.61 1.26 0.14 0 17.01

Bayam n 0 16 10 14 2 42 0.22

skor 0 6.88 1.4 0.98 0 9.26

Buncis n 0 14 4 24 0 42 0.197

skor 0 6.04 0.56 1.68 0 8.28

Tauge n 0 20 1 21 0 42 0.243

skor 0 8.6 0.14 1.47 0 10.21

labu siam n 0 7 12 19 4 42 0.143

skor 0 3.01 1.68 1.33 0 6.02

Labu n 0 2 9 30 1 42 0.1

Kuning skor 0 0.86 1.26 2.1 0 4.22

Sawi n 0 28 8 5 1 42 0.322

Hijau skor 0 12.04 1.12 0.35 0 13.51

Kubis n 0 3 6 32 1 42 0.104

skor 0 1.29 0.84 2.24 0 4.37

daun katuk

n 0 1 0 36 5 42 0.07

skor 0 0.43 0 2.52 0 2.95

Daun n 0 4 31 7 0 42 0.156

Kacang skor 0 1.72 4.34 0.49 0 6.55

Daun n 1 13 25 3 0 42 0.245

Singkong skor 1 5.59 3.5 0.21 0 10.3

Kacang n 14 12 12 4 0 42 0.503

Panjang skor 14 5.16 1.68 0.28 0 21.12

Pare n 0 5 16 15 6 42 0.129

skor 0 2.15 2.24 1.05 0 5.44

Jantung n 0 5 3 25 9 42 0.103

Pisang skor 0 2.15 0.42 1.75 0 4.32

Wortel n 0 20 2 20 0 42 0.245

skor 0 8.6 0.28 1.4 0 10.28

Nangka n 0 1 0 36 5 42 0.07

Muda skor 0 0.43 0 2.52 0 2.95

Daun n 0 1 1 36 4 42 0.074

Kelor skor 0 0.43 0.14 2.52 0 3.09

Daun n 0 1 19 10 12 42 0.09

Pepaya skor 0 0.43 2.66 0.7 0 3.79

Sumber : Data Primer Terolah, 2017

Page 107: SAKINAH AMIR - Unhas

Hasil analisis konsumsi sayur pada kelompok sering mengonsumsi

sagu menunjukkan bahwa 3 jenis sayur yang paling sering dikonsumsi

yaitu kacang panjang dengan skor rata-rata 0,503 yang dikonsumsi 1 kali

per hari, kangkung dengan skor rata-rata 0,405 yang dikonsumsi 2-3 kali

per minggu, dan sawi hijau dengan skor rata-rata 0,322 yang dikonsumsi

2-3 kali per minggu. Sedangkan jenis sayur yang paling jarang di konsumsi

adalah daun papaya dengan skor rata-rata 0.09 yang dikonsumsi 1

x/minggu, daun katuk, daun kelor dan nangka muda dengan skor 0.07

yang dikonsumsi 1- 3 x/ bulan.

Tabel 4.8

Distribusi Responden Kelompok Jarang Mengonsumsi Sagu Berdasarkan Konsumsi Makan Sayuran

Jenis Makanan

Jumlah

Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan

Total

Skor Rata-Rata

1x/h 5-

6x/m 2-

3x/m 1x/m

1-3x/b

Tidak pernah

1 0.79 0.43 0.14 0.07 0

Kangkung n 0 0 19 19 3 1 42 0.263

skor 0 0 8.17 2.66 0.21 0 11.04

Bayam n 0 0 14 7 19 2 42 0.198

skor 0 0 6.02 0.98 1.33 0 8.33

Buncis n 0 0 8 3 23 8 42 0.13

skor 0 0 3.44 0.42 1.61 0 5.47

Tauge n 0 0 12 7 23 0 42 0.185

skor 0 0 5.16 0.98 1.61 0 7.75

labu siam n 0 0 1 0 39 2 42 0.075

skor 0 0 0.43 0 2.73 0 3.16

Labu n 0 0 0 2 36 4 42 0.067

Kuning skor 0 0 0 0.28 2.52 0 2.8

Sawi n 0 0 16 12 6 8 42 0.214

Hijau skor 0 0 6.88 1.68 0.42 0 8.98

Kubis n 0 0 0 2 23 17 42 0.045

skor 0 0 0 0.28 1.61 0 1.89

Page 108: SAKINAH AMIR - Unhas

Jenis Makanan

Jumlah

Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan

Total Skor Rata-Rata

1x/h 5-

6x/m 2-

3x/m 1x/m

1-3x/b

Tidak pernah

1 0.79 0.43 0.14 0.07 0

Daun n 0 0 7 1 22 12 42 0.112

Katuk skor 0 0 3.01 0.14 1.54 0 4.69

Daun n 0 0 5 31 4 2 42 0.161

Kacang skor 0 0 2.15 4.34 0.28 0 6.77

Daun n 0 0 16 21 3 2 42 0.239

Singkong skor 0 0 6.88 2.94 0.21 0 10.03

Kacang n 1 1 6 19 12 3 42 0.187

Panjang skor 1 0.79 2.58 2.66 0.84 0 7.87

Pare n 0 0 7 7 19 9 42 0.127

skor 0 0 3.01 0.98 1.33 0 5.32

Jantung n 0 0 2 0 30 10 42 0.07

Pisang skor 0 0 0.86 0 2.1 0 2.96

Wortel n 0 1 17 4 20 0 42 0.239

skor 0 0.79 7.31 0.56 1.4 0 10.06

Nangka n 0 0 0 0 36 6 42 0.06

Muda Skor 0 0 0 0 2.52 0 2.52

Daun n 0 0 1 0 38 3 42 0.073

Kelor Skor 0 0 0.43 0 2.66 0 3.09

Daun n 0 0 2 12 14 14 42 0.084

Pepaya Skor 0 0 0.86 1.68 0.98 0 3.52

Sumber : Data Primer Terolah, 2017

Hasil analisis pola konsumsi sayur menunjukkan bahwa 3 jenis

sayur yang paling sering di konsumsi pada kelompok jarang mengonsumsi

sagu yaitu kangkung dengan skor rata-rata 0,263 yang dikonsumsi 1 kali

per minggu dan 2-3 kali per minggu, daun singkong dengan skor rata-rata

0,239 yang dikonsumsi 1 kali seminggu, wortel dengan skor rata-rata

0,239 yang dikonsumsi 1-3 kali per bulan.

Sedangkan jenis sayur yang paling jarang di konsumsi adalah

nangka muda dengan skor rata-rata 0,06 yang dikonsumsi 1-3x/bulan,

Page 109: SAKINAH AMIR - Unhas

jantung pisang dengan skor rata-rata 0,07 yang dikonsumsi 1-3x/bulan dan

buncis yang memiliki skor rata-rata 0,13 yang di konsumsi 1-3x/bulan.

4.3 Distribusi Frekuensi Konsumsi Buah

Tabel 4.9 Distribusi Responden Kelompok Sering Mengonsumsi Sagu

Berdasarkan Konsumsi Makan Buah

Jenis Makanan

Jumlah

Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan

Total

Skor Rata-Rata

5-6x/m 2-3x/m 1x/m 1-3x/b Tidak

pernah

0.79 0.43 0.14 0.07 0

Pisang n 1 5 1 20 15 42 0.107

Susu skor 0.79 2.15 0.14 1.4 0 4.48

Pisang n 0 2 1 19 20 42 0.055

Raja skor 0 0.86 0.14 1.33 0 2.33

Pisang n 0 0 1 23 18 42 0.042

Ambon skor 0 0 0.14 1.61 0 1.75

Apel n 0 0 0 33 9 42 0.055

skor 0 0 0 2.31 0 2.31

Jeruk n 0 0 0 34 8 42 0.057

Manis skor 0 0 0 2.38 0 2.38

Mangga n 0 0 0 25 17 42 0.042

skor 0 0 0 1.75 0 1.75

Nangka n 0 0 0 19 23 42 0.032

skor 0 0 0 1.33 0 1.33

Semangka n 0 17 0 2 23 42 0.177

skor 0 7.31 0 0.14 0 7.45

Durian n 0 0 0 3 39 42 0.005

skor 0 0 0 0.21 0 0.21

Sirsak n 0 2 0 0 40 42 0.0005

Skor 0 0.86 0 0 0 0.02

Sumber : Data Primer Terolah, 2017

Hasil analisis pola konsumsi buah menunjukkan bahwa beberapa

buah yang paling sering dikonsumsi pada kelompok sering mengonsumsi

sagu yaitu semangka dengan skor rata-rata 0,177 yang dikonsumsi 2-3

kali per minggu, pisang susu dengan skor rata-rata 0,107 yang dikonsumsi

1-3 kali per bulan, jeruk manis dengan skor rata-rata 0,057 yang

Page 110: SAKINAH AMIR - Unhas

dikonsumsi 1-3 kali per bulan, pisang raja dengan skor rata-rata 0,055

yang dikonsumsi 1-3 kali per bulan, dan apel dengan skor rata-rata 0,055

yang dikonsumsi 1-3 kali per bulan. Sedangkan jenis buah yang paling

jarang dikonsumsi baik pada kelompok jarang mengonsumsi sagu maupun

kelompok sering mengonsumsi sagu yaitu sirsak.

Tabel 4.10 Distribusi Responden Kelompok Jarang Mengonsumsi Sagu

Berdasarkan Konsumsi Buah

Jenis Makanan

Jumlah

Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan

Total

Skor Rata-Rata

5-6x/m 2-3x/m 1x/m 1-3x/b Tidak

pernah

0.79 0.43 0.14 0.07 0

Pisang n 15 2 0 19 6 42 0.334

Susu Skor 11.85 0.86 0 1.33 0 14.04

Pisang n 0 3 4 23 12 42 0.824

Raja Skor 0 1.29 0.56 1.61 0 3.46

Pisang n 0 0 0 40 2 42 0.067

Ambon Skor 0 0 0 2.8 0 2.8 Apel n 0 1 1 28 12 42

0.6

Skor 0 0.43 0.14 1.96 0 2.53

Jerus n 0 5 1 26 10 42 0.098

Manis Skor 0 2.15 0.14 1.82 0 4.11

Mangga n 0 0 0 27 15 42 0.044

Skor 0 0 0 1.86 0 1.86

Nangka n 0 1 0 19 22 42 0.042

Skor 0 0.43 0 1.33 0 1.76

Semangka n 0 20 0 4 18 42 0.211

Skor 0 8.6 0 0.28 0 8.88

Durian n 0 0 0 2 40 42 0.003

Skor 0 0 0 0.14 0 0.14

Sirsak n 0 0 0 0 42 42 0

Skor 0 0 0 0 0 0

Sumber : Data Primer Terolah, 2017

Hasil analisis pola konsumsi buah menunjukkan bahwa jenis buah

yang paling sering dikonsumsi pada kelompok jarang mengonsumsi sagu

yaitu pisang raja dengan skor rata-rata 0,824 yang dikonsumsi 1-3 kali per

Page 111: SAKINAH AMIR - Unhas

bulan, pisang susu dengan skor rata-rata 0,334 yang dikonsumsi 1-3 kali

per bulan, semangka dengan skor rata-rata 0,211 yang dikonsumsi 2-3 kali

per minggu, jeruk manis dengan skor rata-rata 0,098 yang dikonsumsi 1-3

kali per bulan, dan pisang ambon dengn skor rata-rata 0,067 yang

dikonsumsi 1-3 kali per bulan.

4.4 Distribusi Frekuensi Konsumsi Lemak

Tabel 4.11 Distribusi Responden Kelompok Sering Mengonsumsi Sagu

Berdasarkan Konsumsi Lemak

Jenis Makanan

Jumlah

Frekuensi Konsumsi Lemak

Total Skor Rata-Rata

2-3x/h

1x/h 5-

6x/m 2-

3x/m 1x/m

1-3x/b

Tidak pernah

2.5 1 0.79 0.43 0.14 0.07 0 Minyak Goreng

n 0 6 0 0 0 0 36 42 0.143

Skor 0 6 0 0 0 0 0 6 Minyak Kelapa Sawit

n 24 16 0 1 0 0 1 42 1.82

Skor 60 16 0 0.43 0 0 0 76.43

Margarinen 0 0 0 1 2 26 13 42

0.060 Skor 0 0 0 0.43 0.28 1.82 0 2.53

Santan n 0 0 1 17 14 8 2 42

0.253 Skor 0 0 0.79 7.31 1.96 0.56 0 10.62

Sumber: Data Primer Terolah, 2017

Tabel 4.12 Distribusi Responden Kelompok Jarang Mengonsumsi Sagu

Berdasarkan Konsumsi Lemak

Jenis makanan

Jumlah

Frekuensi Konsumsi Lemak

Total Skor Rata-Rata

2-3x/h

1x/h 5-

6x/m 2-

3x/m 1x/m

1-3x/b

Tidak pernah

2.5 1 0.79 0.43 0.14 0.07 0 Minyak Goreng

n 0 0 0 0 0 0 42 42 0

Skor 0 0 0 0 0 0 0 0 Minyak Kelapa Sawit

n 19 16 5 0 2 1 1 42 1.613

Skor 47.5 16 3.95 0 0.28 0 0 67.73

Margarine n 0 0 0 0 1 35 6 42

0.062 Skor 0 0 0 0 0.14 2.45 0 0.59

Santan n 0 0 1 13 11 15 2 42

0.213 Skor 0 0 0.79 5.59 1.54 1.05 0 8.97

Sumber: Data Primer Terolah, 2017

Page 112: SAKINAH AMIR - Unhas

Minyak kelapa sawit merupakan sumber asupan lemak terbesar

baik pada kelompok yang sering mengonsumsi sagu maupun kelompok

yang jarang mengonsumsi sagu.

4.5 Distribusi Frekuensi Konsumsi Protein

Tabel 4.13 Distribusi Responden Kelompok Sering Mengonsumsi Sagu

Berdasarkan Konsumsi Protein Hewani

Jenis Makanan

Jumlah

Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan

Total

Skor Rata-Rata

1x/h 5-

6x/m 2-

3x/m 1x/m

1-3x/b

Tidak pernah

1 0.79 0.43 0.14 0.07 0

Daging Sapi

n 0 0 0 0 8 34 42 0.013

skor 0 0 0 0 0.56 0 0.56

Daging Kambing

n 0 0 0 0 3 39 42 0.005

skor 0 0 0 0 0.21 0 0.21

Bakso n 0 0 9 8 21 4 42 0.154

Daging skor 0 0 3.87 1.12 1.47 0 6.46

Udang n 0 0 6 3 22 11 42

0.108 skor 0 0 2.58 0.43 1.54 0 4.55

Cumi-cumi

n 0 0 1 2 13 26 42 0.038

skor 0 0 0.43 0.28 0.91 0 1.62

Kepiting n 0 0 1 0 4 37 42 0.017

skor 0 0 0.43 0 0.28 0 0.71

Ikan Cakalang

n 3 1 10 16 8 4 42 0.187

skor 3 0.79 4.3 2.24 0.56 0 7.89

Ikan merah

n 1 1 1 3 15 21 42 0.071

skor 1 0.79 0.43 0.42 0.35 0 2.99

Ikan Bandeng

n 4 0 14 11 3 10 42 0.280

skor 4 0 6.02 1.54 0.21 0 11.77

Ikan Teri n 0 1 11 7 18 5 42

0.185 skor 0 0.79 4.73 0.98 1.26 0 7.76

Ikan Layang

n 0 0 19 12 7 4 42 0.241

skor 0 0 8.17 1.68 0.49 0 10.12

Ikan ekor putih

n 0 0 1 0 5 36 42 0.018

skor 0 0 0.43 0 0.35 0 0.78

Ikan teri kering

n 0 0 12 5 18 7 42 0.087

skor 0 0 1.68 0.7 1.26 0 3.64

Ikan asin

n 0 0 1 2 20 19 42 0.050

skor 0 0 0.43 0.28 1.4 0 2.11

Kerang n 0 1 0 0 3 38 42 0.024

Skor 0 0.79 0 0 0.21 0 1

Page 113: SAKINAH AMIR - Unhas

Jenis Makanan

Jumlah

Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan Total

Skor Rata-Rata

1x/h 5-

6x/m 2-

3x/m 1x/m

1-3x/b

Tidak pernah

1 0.79 0.43 0.14 0.07 0 Daging Ayam

n 0 0 12 3 24 3 42 0.173

Skor 0 0 5.16 0.42 1.68 0 7.26 Hati

Ayam n 0 0 1 0 19 22 42

0.042 Skor 0 0 0.43 0 1.33 0 1.76

Hati Sapi

n 0 0 0 0 4 38 42 0.007

Skor 0 0 0 0 0.28 0 0.28

Bebek n 0 0 0 0 5 37 42

0.008 Skor 0 0 0 0 0.35 0 0.35

Telur Ayam ras

n 0 2 25 7 8 0 42 0.330

Skor 0 1.58 10.75 0.98 0.56 0 13.87 Telur Ayam

Kampung

n 0 0 1 1 11 29 42 0.032

skor 0 0 0.43 0.14 0.77 0 1.34

Telur Bebek

n 0 0 3 1 19 19 42 0.066

Skor 0 0 1.29 0.14 1.33 0 2.76 Sumber: Data Primer Terolah, 2017

Tabel 4.14 Distribusi Responden Kelompok Sering Mengonsumsi Sagu

Berdasarkan Konsumsi Protein Nabati

Jenis Makanan

Jumlah

Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan Total

Skor Rata-Rata

5-6x/m

2-3x/m

1x/m 1-3x/b Tidak

pernah 0.79 0.43 0.14 0.07 0

Tahu n 11 15 11 4 1 42

0.404 Skor 8.69 6.45 1.54 0.28 0 16.96

Tempe n 10 21 9 1 1 42

Skor 7.9 9.03 1.26 0.07 0 18.26 0.425 Kacang Kedelai

n 0 0 2 1 39 42 Skor 0 0 0.28 0.07 0 0.35 0.008

Kacang Hijau

n 0 5 7 24 6 42 0.115

Skor 0 2.15 0.98 1.68 0 4.81 Kacang Merah

n 0 1 3 18 20 42 0.050

Skor 0 0.43 0.42 1.26 0 2.11 Kacang Tanah

n 0 8 9 18 7 42 0.142

Skor 0 3.44 1.26 1.26 0 5.96 Sumber: Data Primer Terolah, 2017

Hasil analisis menunjukkan bahwa sumber protein hewani yang

terbesar pada kelompok yang sering mengonsumsi sagu berasal dari telur

Page 114: SAKINAH AMIR - Unhas

ayam ras dengan skor rata-rata 0.330 yang dikonsumsi 2-3x/minggu, ikan

bandeng dengan skor rata-rata 0.280 yang dikonsumsi 2-3x/minggu dan

ikan layang dengan skor rata-rata 0,241 yang dikonsumsi 2-3x/minggu.

Sedangkan untuk protein nabati diperoleh dari konsumsi tahu dan tempe.

Tabel 4.15 Distribusi Responden Kelompok jarang Mengonsumsi Sagu

Berdasarkan Konsumsi Protein Hewani

Jenis Makanan

Jumlah

Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan

Total

Skor Rata-Rata

1x/h 5-

6x/m 2-

3x/m 1x/m

1-3x/b

Tidak pernah

1 0.79 0.43 0.14 0.07 0

Daging Sapi

n 0 0 0 0 4 34 42 0.006

Skor 0 0 0 0 0.28 0 0.28

Daging Kambing

n 0 0 0 0 0 42 42 0

Skor 0 0 0 0 0 0 0

Bakso n 0 0 1 1 28 12 42 0.060

Daging Skor 0 0 0.43 0.14 1.96 0 2.53

Udang n 0 0 1 6 25 10 42

0.072 Skor 0 0 0.43 0.84 1.75 0 3.02

Cumi-cumi

n 0

0 0 16 26 42 0.027

Skor 0 0 0 0 1.12 0 1.12

Kepiting n 0 0 0 0 9 33 42 0.015

skor 0 0 0 0 0.63 0 0.63

Ikan Cakalang

n 0 0 9 9 23 1 42 0.160

skor 0 0 3.87 1.26 1.61 0 6.74

Ikan merah

n 0 0 1 1 18 22 42 0.044

skor 0 0 0.43 0.14 1.26 0 1.83

Ikan Bandeng

n 1 5 12 15 4 5 42 0.297

skor 1 3.95 5.16 2.1 0.28 0 12.49

Ikan Teri n 0 2 11 12 17 0 42

0.218 skor 0 1.58 4.73 1.68 1.19 0 9.18

Ikan Layang

n 0 1 17 16 4 4 42 0.253

skor 0 0.79 7.31 2.24 0.28 0 10.62

Ikan ekor putih

n 0 0 1 1 5 35 42 0.022

skor 0 0 0.43 0.14 0.35 0 0.92

Ikan teri kering

n 0 0 5 3 21 13 42 0.096

skor 0 0 2.15 0.42 1.47 0 4.04

Ikan asin

n 0 0 0 0 17 25 42 0.028

skor 0 0 0 0 1.19 0 1.19

Kerang n 0 0 0 0 0 42 42

0 Skor 0 0 0 0 0 0 0

Page 115: SAKINAH AMIR - Unhas

Jenis Makanan

Jumlah

Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan

Total Skor Rata-Rata

1x/h 5-

6x/m 2-

3x/m 1x/m

1-3x/b

Tidak pernah

1 0.79 0.43 0.14 0.07 0

Daging Ayam

n 0 0 5 12 24 1 42 0.131

Skor 0 0 2.15 1.68 1.68 0 5.51

Hati

Ayam n 0 0 0 3 19 20 42

0.042 Skor 0 0 0 0.42 1.33 0 1.75

Hati Sapi

n 0 0 0 0 4 38 42 0.007

Skor 0 0 0 0 0.28 0 0.28

Bebek n 0 0 0 0 2 40 42

0.003 Skor 0 0 0 0 0.14 0 0.14

Telur Ayam ras

n 0 0 19 13 0 10 42 0.238

Skor 0 0 8.17 1.82 0 0 9.99 Telur Ayam

Kampung

n 0 0 0 2 5 35 42 0.015

skor 0 0 0 0.28 0.35 0 0.63

Telur Bebek

n 0 0 0 2 18 22 42 0.037

Skor 0 0 0 0.28 1.26 0 1.54 Sumber: Data Primer Terolah, 2017

Tabel 4.16 Distribusi Responden Kelompok Jarang Mengonsumsi Sagu

Berdasarkan Konsumsi Protein Nabati

Jenis Makanan

Jumlah

Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan Total

Skor Rata-Rata

5-6x/m

2-3x/m 1x/m 1-

3x/b Tidak

pernah 0.79 0.43 0.14 0.07 0

Tahu n 4 25 11 2 0 42

0.303 Skor 3.16 10.75 1.54 0.14 0 15.59

Tempe n 8 27 6 1 0 42

0.448 Skor 6.32 11.61 0.84 0.07 0 18.84

Kacang Kedelai

n 0 0 0 0 0 42 0

Skor 0 0 0 0 0 0 Kacang Hijau

n 0 2 5 35 0 42 0.095

Skor 0 0.86 0.7 2.45 0 4.01 Kacang Merah

n 0 0 0 21 21 42 0.035

Skor 0 0 0 1.47 0 1.47 Kacang Tanah

n 0 2 4 36 0 42 0.094

Skor 0 0.86 0.56 2.52 0 3.94 Sumber: Data Primer Terolah, 2017

Hasil analisis menunjukkan bahwa sumber protein hewani yang

terbesar pada kelompok yang jarang mengonsumsi sagu berasal dari ikan

Page 116: SAKINAH AMIR - Unhas

bandeng dengan skor rata-rata 0.297 yang dikonsumsi 1x/minggu, ikan

layang dengan skor rata-rata 0.253 yang dikonsumsi 2-3x/minggu dan telur

ayam ras dengan skor rata-rata 0,238 yang dikonsumsi 2-3x/minggu.

Sedangkan untuk protein nabati diperoleh dari konsumsi tahu dan tempe.

6. Distribusi Aktivtas Fisik dan Hubungan Aktivitas Fisik terhadap kadar

HDL dan LDL pada Kelompok Sering mengonsumsi sagu dan

Kelompok Jarang Konsumsi Sagu

Hasil analisis aktivitas fisik responden berdasarkan kelompok sering

mengonsumsi sagu dan kelompok jarang mengonsumsi sagudibagi

menjadi dua kategori yaitu aktivitas fisik ringan dan aktivitas fisik sedang.

Penilaian aktivitas fisik dilakukan melalui pengukuran aktivitas sehari-hari

selama 24 jam dengan berdasarkan nilai PAL (Physical Activity Level).

Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 4.17

Tabel 4.17 Distribusi Aktivitas Fisik Responden pada Kelompok Sering

Mengonsumsi Sagu dan Kelompok Jarang Mengonsumsi Sagu

Aktivitas Fisik

Kelompok Sering mengonsumsi sagu

Kelompok Jarang mengonsumsi sagu

n % n % Ringan 33 78,6 27 64,3 Sedang 9 21,4 15 35,7

Sumber: Data Primer Terolah, 2017

Hasil analisis menunjukkan bahwa aktivitas fisik responden yang

mendominasi baik pada kelompok jarang mengonsumsi sagu maupun

Page 117: SAKINAH AMIR - Unhas

pada kelompok sering mengonsumsi sagu adalah aktivitas ringan yaitu 27

orang (64,3%) pada kelompok jarang mengonsumsi sagu dan 33 orang

(78,6%) pada kelompok sering mengonsumsi sagu.

Selanjutnya dilakukan uji hubungan antara aktivitas fisik terhadap

kadar LDLD dan HDL pada kelompok sering mengonsumsi sagu dan

kelompok jarang mengonsumsi sagu dapat dilihat pada tabel 4.18

Tabel 4.18 Hubungan Aktivitas Fisik Terhadap Kadar HDL dan LDL pada Kelompok Sering Mengonsumsi Sagu dan Kelompok Jarang

Mengonsumsi Sagu

Kelompok Aktivitas

Fisik n (%)

HDL LDL

Mean±SD P

Value Mean±SD

P Value

Sering mengonsumsi

sagu

Ringan 33 (78,6) 48,73±9,97 0.135

80,03±21,91 0.132

Sedang 9 (21,4) 43,33±6,56 68,11±14,23

Jarang mengonsumsi

sagu

Ringan 27 (64,3) 53,73±12,34 0.108

99,69±28,02 0.203

Sedang 15 (35,7) 46,33±8,12 114,33±37,23

Sumber: Data Primer Terolah, 2017

Tabel 4.17 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas

fisik dengan kadar HDL dan LDL baik pada kelompok sering mengonsumsi

sagu maupun kelompok jarang mengonsumsi sagu dimana pada kelompok

sering mengonsumsi sagu memiliki p value HDL yaitu 0,135 dan LDL yaitu

0,132 sedangkan pada kelompok jarang mengonsumsi sagu memilikip

value HDL yaitu 0,108 dan LDL yaitu 0,203.

Page 118: SAKINAH AMIR - Unhas

B. PEMBAHASAN

1. Karakteristik Umum Responden

Usia merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner

yang tidak dapat dimodifikasi. Data dari Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa prevalensi PJK meningkat seiring

dengan bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65-74 tahun

yaitu 2,0% dan 3,6%, menurun sedikit pada kelompok umur ≥ 75 tahun

(Riskesdasr, 2013). Sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu

wanita usia 35 sampai 55 tahun yang dibagi ke dalam dua kelompok

umur yaitu 35-45 tahun dan 46-55 tahun. Umur responden terbanyak

pada kelompok sering mengonsumsi sagu yaitu pada kelompok umur 35-

45 tahun sebanyak 28 orang (66,7%) sedangkan pada kelompok jarang

mengonsumsi sagu yaitu pada kelompok umur 46-55 tahun sebanyak 23

orang (54,8%).

Semakin bertambahnya usia, risiko terkena PJK makin tinggi, dan

pada umumnya dimulai pada usia 40 tahun keatas. Menurut data yang

dilaporkan American Heart Association (AHA), 1 dari 9 wanita berusia 45-

60 tahun menderita PJK dan 1 dari 3 wanita berusia di atas 60 tahun

menderita PJK (Notoadmodjo, 2011). Usia 45 tahun merupakan usia

yang kritis dan harus diwaspadai oleh kaum pria sedangkan pada kaum

wanita yaitu pada usia 55 tahun atau ketika sudah memasuki masa

menopause (Maulana, 2007).

Page 119: SAKINAH AMIR - Unhas

Risiko terkena PJK pada wanita lebih rendah dibanding pria

sebagai efek perlindungan dari estrogen endogen (Perk et al. 2012).

Hormon estrogen berperan melindungi perempuan dari PJK. Hormon

estrogen pada wanita yang masih produktif berperan menjaga

homeostatis kolesterol darah yaitu menjaga K-HDL tetap tinggi dan K-

LDL tetap rendah. Estrogen berperan dalam pengaturan faktor

metabolisme, seperti lipid, petanda inflamasi, sistim trombotik,

vasodilatasi reseptor. Oleh karena itu, terjadinya menopouse

berpengaruh terhadap kejadian PJK meskipun secara umum risiko PJK

antara kedua jenis kelamin tidak berbeda (Perk et al. 2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat

pendidikan responden tergolong rendah yaitu pada kelompok sering

mengonsumsi sagu kebanyakan responden memiliki tingkat pendidikan

yaitu SMP sebanyak 18 orang (42,9%) sedangkan pada kelompok jarang

mengonsumsi sagu kebanyakan respoden memiliki tingkat pendidikan

yaitu SD sebanyak 18 orang (42,9%). Rata-rata pekerjaan sampel kedua

kelompok yaitu sebagai ibu rumah tangga. Meskipun tingkat pendidikan

dan pekerjaan bukan merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung

koroner namun tingkat pendidikan dan pekerjaan dapat mempengaruhi

seseorang dalam memilih makanan dan pola hidup sehat.

Penelitian yang dilakukan oleh Ratih dan Rustika (2015) yang

melihat faktor risiko penyakit jantung koroner pada perempuan

Page 120: SAKINAH AMIR - Unhas

menyatakan bahwa persentase PJK tertinggi terdapat pada responden

dengan pendidikan yang rendah (p= 0,01).

2. Rata-Rata Lingkar Perut dan Tekanan Darah pada Kelompok Sering

mengonsumsi sagu dan Kelompok Jarang mengonsumsi sagu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang

bermakna pada rata-rata lingkar perut pada kedua kelompok dengan p

value 0,161. Namun, jika dilihat nilai rara-rata kedua kelompok diperoleh

bahwa nilai rata-rata lingkar perut pada kelompok sering mengonsumsi

sagu lebih baik yaitu 81,68 cm dibanding nilai rata-rata lingkar perut pada

kelompok jarang mengonsumsi sagu yaitu 85 cm.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Huningkor (2015)

yang menunjukkan bahwa lingkar perut pada kelompok yang

mengkonsumsi sagu memiliki nilai rata-rata yang lebih baik yaitu 78.8 cm

dibanding pada kelompok yang tidak mengkonsumsi sagu dengan rata-

rata lingkar perut 93,4 cm (Huningkor, 2015).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Lannywati, dkk (2016)

menyatakan bahwa prevalensi PJK lebih tinggi pada populasi dengan

obesitas sentral, berdasarkan data lingkar perut yang termasuk kategori

obesitas sentral berisiko 1,45 kali dibanding yang tidak obesitas terhadap

penyakit jantung koroner (Lannywati, 2016)

Obesitas, terutama obesitas sentral, merupakan komponen penting

dari sindroma metabolik dan secara signifikan berhubungan dengan

Page 121: SAKINAH AMIR - Unhas

penyakit kardiovaskular baik pada laki-laki maupun perempuan.

Dibandingkan dengan IMT atau berat badan, Obesitas sentral tampaknya

merupakan faktor risiko yang lebih bermakna terhadap terjadinya PJK.

Studi menunjukkan bahwa lingkar perut merupakan faktor risiko

independen untuk terjadinya PJK, baik pada perempuan dengan berat

badan lebih maupun berat badan normal. Studi Interheart yang merupakan

studi kasus terkontrol yang melibatkan 6787 perempuan dari 52 negara,

juga menunjukkan bahwa obesitas sentral memiliki nilai prediksi yang lebih

kuat untuk terjadinya infark miokard dibandingkan IMT (Perkeni, 2015).

Lemak intra-abdominal menghasilkan protein dan hormon tertentu

seperti adipokin, inflamatori, angiotensinogen dan kortisol yang

berhubungan dengan penyakit kardiometabolik seperti dislipidemia,

penyakit jantung koroner, dan hipertensi (Yulliasi, 2009). Pada obesitas

abdominal terjadi penurunan adiponektin, maka proses aterosklerosis

dapat mudah terjadi. Hilangnya distensibilitas arteri (arteri menjadi kaku)

menyebabkan tekanan darah meningkat dan darah tidak dapat

mengembang saat darah dari jantung melewati arteri tersebut (Guyton,

2008).

Faktor risiko lainnya terhadap penyakit jantung koroner adalah

hipertensi. Hipertensi yang juga dikenal dengan peningkatan tekanan

darah adalah kondisi pembuluh darah yang mengalami kenaikan tekanan

secara terus menerus. Menurut WHO, hipertensi adalah keadaan dimana

Page 122: SAKINAH AMIR - Unhas

tekanan sistolik ≥140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg (WHO,

2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik tidak ada

perbedaan yang bermakna antara rata-rata tekanan darah sistolik dan

tekanan darah diastolik pada kelompok sering mengonsumsi sagu maupun

kelompok jarang mengonsumsi sagu, hal ini dikarenakan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sampel dengan tekanan darah

kategori normal atau borderline, sehingga dapat meminimalisir terjadinya

bias dalam penelitian.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Huningkor (2015)

menyatakan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik

pada masyarakat kota Ambon (tidak mengonsumsi sagu) dan pada

masyarakat Desa Taniwel (mengonsumsi sagu) dengan nilai p= 0,204.

Begitupun dengan rata-rata tekanan darah diastolik, tidak ada perbedaan

pada kedua kelompok dengan nilai p= 0,072 (Huningkor, 2015).

Hipertensi disebut juga sebagai silent killer karena tidak ditemukan

tanda-tanda fisik. Individu dengan tekanan darah >160/95 mmHg memiliki

risiko 2-3 kali lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung dan 3 kali lebih

tinggi untuk terkena stroke. Seseorang menderita darah tinggi, lapisan

dinding pembuluh darah menebal sebagai usaha untuk kompensasi

terhadap tekanan darah yang tinggi sehingga lumen menyempit dan

tekanan meningkat (Notoadmodjo, 2011).

Page 123: SAKINAH AMIR - Unhas

Penelitian yang dilakukan oleh Hussain, etc (2016) menyatakan

bahwa hipertensi merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular, dimana

20%-25% merupakan kejadian penyakit jantung koroner, 36%-42%

kejadian stroke baik pada jenis kelamin perempuan maupun laki-laki. Dan

sepertiga dari jumlah kejadian PJK dan seperdua dari kejadian stroke pada

usia muda maupun usia tua disebabkan oleh kebiasaan merokok (25%

PJK dan 17% stroke) (Hussain, etc., 2016).

Jumlah penderita hipertensi meningkat seiring bertambahnya umur,

hal ini disebabkan karena bertambahnya serabut kolagen di pembuluh

darah dan dinding arteriol sehingga menyebabkan berkurangnya

elastisitas pembuluh darah sehingga akan menyebabkan tekanan darah

rata-rata meningkat (Wolff, 2008).

3. Kadar LDL dan HDL

Hasil analisis rata-rata kadar LDL pada kelompok sering

mengonsumsi sagu dan kelompok jarang mengonsumsi sagu

menunjukkan bahwa secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna

(p=0,000) dengan nilai rata-rata kadar LDL pada kelompok sering

mengonsumsi sagu yaitu 77,48 mg/dL (SD 20,95) sedangkan pada

kelompok jarang mengonsumsi sagu yaitu 102,83 mg/dL (SD 30,34).

Sedangkan hasil analisis rata-rata kadar HDL pada kedua kelompok

menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan rata-rata

kadar HDL antar kedua kelompok (p= 0,055). Rata-rata kadar HDL pada

Page 124: SAKINAH AMIR - Unhas

kelompok sering mengonsumsi sagu yaitu 47,57 mg/dL (SD 9,54)

sedangkan pada kelompok jarang mengonsumsi sagu yaitu 52,14 mg/dL

(SD 11,88). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa kadar LDL pada kelompok sering mengonsumsi sagu lebih baik

dibanding kelompok jarang mengonsumsi sagu dan rata-rata kadar HDL

pada kedua kelompok termasuk kategori normal.

Penelitian yang dilakukan oleh Huningkor (2015) yang melihat

pengaruh makanan tradisional Maluku (Sagu) terhadap PJK menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada rata-rata kadar LDL pada

kelompok yang mengkonsumsi sagu (desa Taniwel) dengan kelompok

yang tidak megkonsumsi sagu (kota Ambon) dengan nilai p= 0,000 dan

terdapat perbedaan pada rata-rata kadar HDL pada kedua kelompok

dengan p=0,000 (Huningkor, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Erkki Vartiainen et al (2016) yang

memprediksi risiko penyakit jantung koroner, kejadian stroke dan

kombinasi keduanya untuk 10 tahun ke depan yang dilakukan di 3 wilayah

di Finlandia menyatakan bahwa merokok, tekanan darah sistolik, kolesterol

total, HDL, diaetes dan riwayat keluarga memiliki pengaruh posistif

terhadap kejadian PJK dimana efek protektif HDL lebih kuat pada wanita

dibanding pria (Erkki Vartiainen et al, 2016).

Cara lain untuk mengetahui adanya kesenjangan pada profil lipid

maka dapat dilakukan penghitungan rasio kolesterol LDL/HDL yang

Page 125: SAKINAH AMIR - Unhas

dihitung dengan perbadingan (3) LDL : (1) HDL, jika hasil dari perhitungan

tersebut positif maka disinyalir menjadi faktor risiko PJK.

Rasio LDL terhadap HDL (LDL/HDL) menggambarkan profil

kolesterol LDL dan HDL dalam darah. Rasio LDL/HDL yang menunjukkan

abnormalitas pada kadar fraksi LDL atau HDL, dapat berupa peningkatan

kadar LDL atau penurunan kadar HDL. Semakin tinggi rasio LDL/HDL

semakin meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis dan trombosis

vaskuler yang juga berperan dalam patogenesis terjadinya stroke iskemik

ulang. Nilai rasio LDL/HDL yang dianjurkan adalah < 3,3 mg/dl dengan

nilai ideal 2,5 mg/dl. Rasio LDL/HDL yang melebihi 3,3 mg/dl

meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler (National Cholesterol

Education Program, 2001).

Dalam penelitian ini rasio LDL/HDL pada kelompok jarang

mengonsumsi sagu lebih tinggi dibanding rasio LDL/HDL pada kelompok

yang sering mengonsumsi sagu. Rasio LDL/HDL pada kelompok jarang

mengonsumsi sagu yaitu 1,97 mg/dL dan 1,63 mg/dL pada kelompok

sering mengonsumsi sagu, walaupun rasio LDL/HDL pada kedua

kelompok tidak termasuk berisiko terhadap penyakit jantung koroner

namun tetap perlu diperhatikan baik dari segi perilaku kesehatan maupun

dari pola makan sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit jantung

koroner dikemudian hari.

Page 126: SAKINAH AMIR - Unhas

Rasio LDL terhadap HDL (LDL/HDL) menggambarkan profil

kolesterol LDL dan HDL dalam darah. Rasio LDL/HDL yang menunjukkan

abnormalitas pada kadar fraksi LDL atau HDL, dapat berupa peningkatan

kadar LDL atau penurunan kadar HDL. Penelitian yang dilakukan oleh

Chen et al (2016) yang melihat rasio LDL/HDL sebagai salah satu faktor

risiko penyakit kardiovaskular di antara orang dewasa di Xianjiang China

yang menyatakan bahwa nilai rasio LDL/HDL yang dapat digunakan

sebagai penanda untuk mendeteksi faktor risiko kardiovaskular yaitu 2,5

mg/dL (Chen, 2016).

Salah satu cara agar dapat mengontrol kadar lipid dalam darah

yaitu dengan mengonsunsi makanan tinggi serat. Sagu merupakan

makanan pokok lokal yang memiliki kandungan serat yang tinggi. Saggu

memiliki nilai gizi tidak kalah dengan sumber pangan lainnya seperti beras,

jagung, ubi kayu, dan kentang. Tepung sagu dan produk olahannya dapat

dikelompokkan sebagai pangan fungsional karena memiliki kandungan

karbohidrat (84,7%) dan serat pangan (3,69-5,96%) yang cukup tinggi,

indeks glikemik (28) rendah, dan mengandung pati resisten, polisakarida

bukan pati,dan karbohidrat rantai pendek yang sangat bergunabagi

kesehatan (Alfons, 2011).

Serat mempunyai peranan penting terhadap penurunan kadar

kolesterol darah. Mengonsumsi serat minimal 28 g per hari dapat

menurunkan kadar kolesterol sampai 15-19 persen. Studi epidemiologi

Page 127: SAKINAH AMIR - Unhas

yang meneliti serat secara keseluruhan menyatakan bahwa ada hubungan

antara asupan serat dengan kadar kolesterol total karena mekanisme serat

memiliki sifat menurunkan kolesterol darah. Beberapa studi menunjukkan

serat dapat larut menurunkan kadar LDL tanpa menurunkan kadar

kolesterol HDL (Belitz, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Aprionika (2016) yang melihat

hubunan asupan serat dan vitamin C dengan kadar HDL dan LDL pada

pasien PJK rawat inap di RSUD DR Moewardi Surakarta menyatakan

bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan serat dengan kadar LDL

dan HDL pada pasien PJK (p= 0,937) dan (p= 0,252) (Aprionika, 2016).

Asupan gizi kapurung dalam satu kali konsumsi kapurung yaitu

energi 451,7 kkal, karbohidrat 95,9 g, protein 14,4 g, lemak 0.7 g, dan

serat 3,1 g. Sedangkan konsumsi nasi memiliki asupan gizi yaitu energi

415,3 kkal, protein 15,5 g, lemak 1 g, karbohidrat 84,1 g, dan serat 1,9 g.

Menurut Belitz HD (2009) serat yang larut dapat menurunkan kadar

LDL tanpa menurunkan kadar kolesterol HDL, sehingga konsumsi sagu

yang tinggi serat disinyalir dapat membantu dalam menurunkan kadar LDL

dalam darah.

4. Asupan dan Pola Makanan

Pengukuran asupan makanan yang meliputi energi, protein, lemak,

karbohidrat, serat, vitamin A, vitamin C, vitamin E, Vitamin B3, kalsium,

magnesium, zink dan tembaga dilakukan dengan menggunakan food recall

Page 128: SAKINAH AMIR - Unhas

24 jam kemudian dianalisis dengan nutrisurvey. Hasil analisis statistik

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata asupan pada

energi, protein, serat, vitamin A, vitamin E, vitamin B3, kalsium, dan

magnesium pada kelompok sering mengonsumsi sagu maupun kelompok

jarang mengonsumsi sagu dengan nilai p= >0,05. Sedangkan untuk

asupan lemak, karbohidrat, vitamin C, zink dan tembaga menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan rata-rata asupan pada kedua kelompok dengan

nilai p= <0,05 dan rata-rata asupan lemak, karbohidrat, vitamin C, zink dan

tembaga pada kelompok jarang mengonsumsi sagu memiliki nilai standar

deviasi yang lebih tinggi di banding standar deviasi pada kelompok sering

mengonsumsi sagu. Walaupun terdapat perbedaan pada asupan lemak,

vitamin C, zink dan tembaga antar kedua kelompok namun tidak sesuai

dengan yang dianjurkan AKG 2013, hanya asupan karbohidrat berada di

atas 80% AKG.

Analisis lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui pola konsumsi

responden pada kedua kelompok dengan menggunakan Food Frequency

Questioner (FFQ) semi kuantitatif. Pola konsumsi makanan sumber

karbohidrat pada kedua kelompok menunjukkan bahwa nasi merupakan

makanan sumber karbohidrat yang paling sering di konsumsi oleh

responden. Kapurung juga merupakan salah satu makanan sumber

karbohidrat yang dikonsumsi 1 kali dalam sehari oleh responden kelompok

konsumsi sagu. Sedangkan untuk pola konsumsi protein pada kedua

Page 129: SAKINAH AMIR - Unhas

kelompok menunjukkan bahwa ikan bandeng, ikan kembung dan telur

ayam ras yang merupakan makanan sumber protein yang paling sering

dikonsumsi oleh kedua kelompok. Berbeda dengan pola konsumsi sayur

dan buah pada kedua kelompok menunjukkan bahwa kacang panjang,

kangkung dan sawi hijau, semangka, pisang susu dan jeruk manis

merupakan jenis sayur dan buah yang paling sering dikonsumsi oleh

kelompok sering mengonsumsi sagu sedangakn kangkung, daun

singkong, wortel, pisang raja pisang susu dan semangka merupakan jenis

sayur dan buah yang sering dikonsumsi oleh kelompok jarang

mengonsumsi sagu.

Tingginya konsumsi karbohidrat dapat menyebabkan terjadinya

obesitas yang merupakan salah satu faktor risiko terhadap penyakit

jantung koroner. Penelitian yang dilakukan oleh Senduk dkk (2016) yang

melihat gambaran profil lipid pada remaja obes di kota Bitung

menunjukkan bahwa dari total sampel yang termasuk kategori remaja

obes, 62% sampel memiliki kadar HDL dibawah normal dan 82% sampel

memiliki kadar LDL diatas normal (Senduk, 2016). Penelitian yang

dilakukan oleh Ercho (2014) yang melihat hubungan obesitas dengan

kadar LDL dan HDL pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung menunjukkan bahwa hasil rerata HDL sebesar 38,26

mg/dL dan LDL sebesar 153,83 mg/dL dan menyimpulkan bahwa terdapat

Page 130: SAKINAH AMIR - Unhas

hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kadar HDL dan LDL

dengan nilai p<0,005 (Ercho, 2014).

Konsumsi tinggi karbohidrat dapat meningkatkan kadar trigliserida

dan menurunkan kadar HDL. Kadar trigliserida tinggi dan kadar HDL yang

rendah dapat berpengaruh pada aterosklerosis dan berimbas pada

penyakit jantung koroner. Peningkatan kadar trigliserida dalam darah

merupakan salah satu faktor resiko dari penyakit jantung koroner.

Hipertrigliseridemia dapat menyebabkan peningkatan LDL kolesterol dan

penurunan HDL kolesterol. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa

trigliserida secara langsung dapat juga berperan sebagai faktor resiko

yang independen, terutama pada pria dan wanita yang berusia diatas 50

tahun (Imam, 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Utami (2016) yang melihat pengaruh

pemberian kapsul ubi jalar ungu terhadap kadar HDL dan LDL guru

obesitas sentral di SMPN Kota Makassar menunjukkan bahwa pada

kelompok perlakuan terjadi peningkatan kadar HDL 4,12 mg/dl (10,9%)

dan secara statistik menunjukkan ada perbedaan sebelum dan setelah

intervensi p = 0,000. Pada kadar LDL terjadi penurunan sebesar 24 mg/dl

(13,6%) dan secara statistik menunjukkan ada perbedaan sebelum dan

setelah intervensi p = 0,000 sehingga disimpulkan bahwa rerata kadar

HDL mengalami peningkatan sedangkan pada LDL mengalami penurunan.

Page 131: SAKINAH AMIR - Unhas

Ubi jalar ungu merupakan salah satu jenis antioksidan yang mengandung

vitamin C, vitamin A, betakaroten, dan antsianin (Utami, 2016).

Antioksidan diperlukan untuk mencegah stres oksidatif. Stres

oksidatif adalah kondisi ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas

yang ada dengan jumlah antioksidan di dalam tubuh. Radikal bebas

merupakan senyawa yang mengandung satu atau lebih elektron tidak

berpasangan dalam orbitalnya, sehingga bersifat sangat reaktif dan

mampu mengoksidasi molekul di sekitarnya (lipid, protein, DNA, dan

karbohidrat). Antioksidan bersifat sangat mudah dioksidasi, sehingga

radikal bebas akan mengoksidasi antioksidan dan melindungi molekul lain

dalam sel dari kerusakan akibat oksidasi oleh radikal bebas atau oksigen

reaktif. Apabila LDL teroksidasi, Hydroxymethylglutaryl coenzymeA

reductase akan teraktivasi sehingga dapat meningkatkan kadar LDL

(Werdhasari, 2014).

Asupan gizi khususnya asupan asam lemak berkaitan erat dengan

peningkatan kadar LDL pada plasma darah. asupan asam lemak jenuh

pada umumnya berasal dari produk hewani jika dikonsumsi dalam jumlah

banyak secara signifikan akan meningkatkan kadar LDL darah maupun

HDL. Sedangkan, asupan asam lemak tidak jenuh sebagian besar berasal

dari minyak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan kacang-kacangan

dapat menurunkan kadar LDL dan HDL dalam darah. hasil studi subklinik

dan klinik menunjukkan bahwa penggantian asam lemak jenuh dengan

Page 132: SAKINAH AMIR - Unhas

asam lemak tak jenuh dalam diet, berhasil menurunkan kadar kolesterol

total dan kolesterol LDL tanpa menurunkan kolesterol HDL, sehingga

dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner (Muller, 2003).

Asam lemak tak jenuh tunggal (Mono Unsaturated Fatty Acid/

MUFA) merupakan jenis asam lemak yang mempunyai 1 ikatan rangkap

pada rantau atom karbon. Asam lemak ini tergolong dalam asam lemak

rantai panjang (LCFA), yang kebanyakan ditemukan dalam minyak zaitun,

minyak kedelai, minyak kacang tanah, minyak biji kapas, dan kanola.

Secara umum, lemak tak jenuh tunggal berpengaruh menguntungkan

kadar kolesterol dalam darah, terutama bila digunakan sebagai pengganti

asam lemak jenuh. Asam lemak tak jenuh (MUFA) lebih efektif

menurunkan kadar kolesterol darah, dari pada asam lemak tak jenuh

jamak (PUFA). PUFA dapat menurunkan kolesterol LDL, dan dapat

munurunkan HDL. Sebaliknya MUFA dapat menurunkan LDL dan

meningkatkan HDL secara lebih besar daripada omega 3 dan omega 6

(Muller, 2003).

PUFA (asam lemak arakhidonat, linoleat, dan linolenat) antara lain

berperan penting dalam transpor dan metabolisme lemak, fungsi imun,

mempertahankan fungsi integritas membran sel. Asam lemak omega-3

dapat membersihkan plasma dari lipoprotein kilomikron dan VLDL, serta

menurunkan produksi trigliserida dan apolipoprotein β di dalam hati. Selain

berperan dalam pencegahan penyakit jantung koroner dan artritis, asam

Page 133: SAKINAH AMIR - Unhas

lemak omega-3 dianggap penting untuk memfungsikan otak dan retina

secara baik (Mayes PA, 2003).

Hasil analisis perbandingan asupan MUFA dan PUFA menunjukkan

bahwa tidak ada perbedaan asupan MUFA dan PUFA pada kedua

kelompok dimana rata-rata asupan MUFA pada kelompok sering

mengonsumsi sagu yaitu 5,91 g (SD 2,86) dan PUFA 5,42 g (SD 3,11)

sedangkan rata-rata asupan MUFA pada kelompok jarang mengonsumsi

sagu yaitu 6,36 g (SD 4,02) dan PUFA 6,22 g (SD 3,75). Rata-rata asupan

MUFA dan PUFA pada kedua kelompok belum mencukupi asupan yang

dianjurkan.

Tabel 4.19 Kandungan Omega-3, Omega-6, Omega-9 pada Beberapa Ikan

No Jenis Ikan Berat Omega-3 Omega-6 Omega-9

1 Ikan bandeng 50 0,035 0,235 0,75 40 0,028 0,188 0,6 30 0,021 0,141 0,45

2 Ikan kembung 100 0,01 0,01 0,02 60 0,006 0,006 0,012 40 0,004 0,004 0,008

3 Ikan mujair 40 0,012 0,18 0,072 25 0,0075 0,1125 0,045

4 Ikan tongkol 70 0 0,007 0 60 0 0,006 0

5 Ikan mas 130 0,032 0,585 0,962 100 0,02 0,45 0,74 40 0,008 0,18 0,296

6 Ikan selar 10 0,006 0,332 1,208 5 0,003 0,166 0,604

7 Ikan lemuru 70 0,021 0,028 0,133 20 0,006 0,008 0,038

8 Ikan teri 20 0,008 0,258 0,928 15 0,006 0,194 0,696

Sumber: Kandungan Asam Lemak Pangan Indonesia, 2015

Page 134: SAKINAH AMIR - Unhas

Selain asupan MUFA dan PUFA menurunkan kadar LDL darah,

serat juga mempunyai peranan penting terhadap penurunan kadar

kolesterol darah. Sagu merupakan salah satu makanan pokok yang

memiliki kandungan serat yang tinggi. Namun konsumsi makanan yang

memiliki kandungan serat yang tinggi merupakan salah satu faktor perancu

dalam penelitian ini. Adapun kadar serat pangan dalam sayuran, buah-

buaha, kacang-kacangan dan produk olahnnya yang biasa dikonsumsi

oleh responden sebagai berikut :

Jenis Sayuran/Buah-

Buahan/Kacang-Kacangan

Jumlah Serat Per 100 Gram

Jenis Sayuran/Buah-

Buahan/Kacanga-Kacangan

Jumlah Serat Per 100 Gram

a. Sayuran Kentang Singkong Ubi jalar Wortel Kangkung Labu

0,5 0,9 0,6 1 2

2,7

Daun singkong Buncis Daun kelor Tomat Daun bayam Jagung manis

2,4 1,9 8,2 1,5 2,2 2,2

b. Buah-Buahan Anggur Mangga

1,2 1,6

Pisang ambon Nanas

1,9 0,6

c. Kacang-Kacangan Kacang tanah Kacang hijau Kacang panjang

2,4 7,5 2,7

Tahu Tempe kedelai

0,1 1,4

Sumber : Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2009)

Walaupun kandungan serat pada pada sayur, buah serta kacang-

kacangan cukup tinggi namun sayur, buah dan kacang-kacangan tersebut

tidak di konsumsi oleh responden setiap harinya. Sedangkan serat yang

Page 135: SAKINAH AMIR - Unhas

terkandung pada sagu yang dikonsumsi dalam bentuk kapurung dapat

memberi sumbangsi terhadap asupan serat harian responden.

5. Aktivitas Fisik

Salah satu faktor risiko terhadap penyakit jantung koroner adalah

aktivitas fisik. Menurut WHO (2010), aktivitas fisik adalah setiap gerakan

tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran

energi. Aktivitas fisik yang kurang merupakan faktor risiko independen

untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan

menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010) termasuk penyakit

jantung koroner.

Penilaian aktivitas fisik dilakukan melalui pengukuran aktivitas

sehari-hari selama 24 jam dengan berdasarkan nilai PAL (Physical

Activity Level). Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan

bahwa aktivitas fisik ringan merupakan aktivitas fisik yang mendominasi

responden pada kedua kelompok. Hal ini diperkuat dengan kebanyakan

pekerjaan utama responden baik pada kelompok sering mengonsumsi

sagu maupun kelompok jarang mengonsumsi sagu merupakan seorang

ibu rumah tangga. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan diperoleh

bahwa kegiatan ibu rumah tangga dilapangan tergolong ringan karena

tidak semua aktivitas rumah tangga dilakukan responden seorang diri dan

kegiatan berbelanja dan mencuci tidak dilakukan setiap hari.

Page 136: SAKINAH AMIR - Unhas

Penelitian yang dilakukan oleh Jian Li (2012) yang merupakan

penelitian metaanalisis dengan menggunakan 21 studi kohort prospektif

terhadap pria dan wanita yang bebas dari penyakit kardiovaskular,

penelitian ini menyimpulkan bahwa aktivitas fisik yang tinggi dan sedang

memiliki efek menguntungkan bagi kardiovaskular dengan mengurangi

risiko penyakit jantung koroner dan stroke antara pria dan wanita masing-

masing 20-30% dan 10-20% (Jian Li, 2012).

Hasil analisis hubungan aktivitas fisik terhadap kadar LDL dan

HDL pada kelompok sering mengonsumsi sagu dan kelompok jarang

mengonsumsi sagu diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas

fisik dengan kadar LDL dan HDL pada kedua kelompok. Kelompok sering

mengonsumsi sagu memiliki p value HDL yaitu 0,135 dan LDL yaitu

0,132 sedangkan pada kelompok jarang mengonsumsi sagu memiliki p

value HDL yaitu 0,108 dan LDL yaitu 0,203.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utari (2017) yang

melihat hubungan antara aktivitas fisik dan angka kecukupan gizi

makronutrien terhadap rasio kolesterol total/HDL pada masyarakat

pedesaan yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara aktivitas fisik terhadap rasio kolesterol/HDL dengan p

value 0,038 (Utari, 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2016) yang melakukan uji

hubungan antara aktivitas fisik dengan profil lipid darah menunjukkan

Page 137: SAKINAH AMIR - Unhas

kecenderungan semakin tinggi aktivitas fisik dapat menurunkan kadar

kolesterol darah dan trigliserida (Fathia, 2016).

Hasil penelitian yang sejalan dilakukan oleh Zuhroiyyah dkk (2017)

yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan

kadar kolesterol HDL dengan nilai r= 0,090 dan nilai p >0,05. Secara teori

menyatakan bahwa ketika pembentukan ATP meningkat, maka tubuh akan

mengkompensasi dengan cara pembentukan High-Density Lipoprotein

(HDL). Pembentukan HDL ini dimaksudkan untuk memfasilitasi kolesterol

berlebih di perifer dapat diangkut menuju hepar sebagai cadangan energi

(Zuhroiyyah dkk, 2017).

Hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar LDL yang dilakukan

oleh Zuhroiyyah, dkk (2017) menunjukkan hubungan yang berbanding

terbalik dengan kadar kolesterol LDL dengan hasil nilai koefisien

korelasinya -0,288 dan nilai p= 0,001 yang berarti ada hubungan antara

variabel. Hal ini sejalan dengan teori bahwa setelah melalui proses

pencernaan dan penyerapan, makanan akan mengalami pembentukan

menjadi Acetyl-CoA yang selanjutnya memasuki siklus krebs untuk proses

pembentukan ATP, sehingga proses pembentukan dan transportasi

kolesterol ke seluruh tubuh akan menurun yang mengakibatkan kolesterol

Low Density Lipoprotein (LDL) sebagai alat transportasi kolesterol ke

seluruh tubuh tidak banyak dibentuk, maka dari itu kadar kolesterol LDL

menurun (Zuhroiyyah dkk, 2017).

Page 138: SAKINAH AMIR - Unhas

C. Keterbatasan Penelitian

Adapun ketebatasan dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data

konsumsi dan frekuensi makanan menggunakan metode food frekuensi semi

kuantitatif dengan bantuan food picture bukan food model sehingga

menimbulkan under-estimated maupun over-estimated terhadap asupan

yang dilaporkan responden.

Page 139: SAKINAH AMIR - Unhas

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan lingkar perut, tekanan darah

sistolik dan tekanan darah diastolik pada kedua kelompok. Dan tidak terdapat

perbedaan rata-rata kadar HDL pada kelompok sering mengonsumsi sagu

dan kelompok jarang mengonsumsi sagu (p= 0,055). Dan terdapat

perbedaan rata-rata kadar LDL antara kelompok sering mengonsumsi sagu

dan kelompok jarang mengonsumsi sagu (p= 0,000). Rata-rata kadar LDL

pada kelompok yang sering mengonsumsi sagu memiliki nilai rata-rata lebih

baik dibanding kelompok yang jarang mengonsumsi sagu. Hal ini

menunjukkan bahwa pola konsumsi sagu dapat memberi pengaruh terhadap

kadar LDL dalam darah.

Terdapat perbedaan asupan lemak, karbohidrat, vitamin C, zink dan

tembaga pada kedua kelompok yang masing-masing memiliki nilai p secara

berturut-turut yaitu 0,031; 0,019; 0,009; 0,000; 0,038.

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengarui

kadar LDL dan HDL dalam darah sehingga dilakukan analisis lebih lanjut

untuk melihat hubungan antara aktivitas fisik terhadap kadar LDL dan HDL

dan diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara keduanya.

Page 140: SAKINAH AMIR - Unhas

B. Saran

Berdasarkan analisis hasil penelitian, maka dapat disarankan kepada

pihak :

1. Kepada pihak pemerintahan yang terkait agar mendorong masyarakat

untuk bersama-sama meningkatkan upaya promotif maupun preventif

terkait dengan kontrol kadar LDL dan HDL yang merupakan salah satu

faktor risiko penyakit jantung koroner. Salah satu cara yaitu dengan

memanfaatkan pangan lokal dalam hal ini yaitu sagu sebagai salah satu

makanan pokok lokal yang memiliki banyak manfaat terhadap kesehatan.

2. Perlu penelitian lanjutan dengan memberikan intervensi sagu kepada

sampel untuk lebih mendalami pengaruh konsumsi sagu terhadap kadar

LDL dan HDL.

Page 141: SAKINAH AMIR - Unhas

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, F.B., P.A. Williams, J.L. Doublier, S. Durand, and A. Buleon. 1999. Physicochemical Characterization of Sago Starch. Carbohydrate Polymers, 38: 361-370.

Adam, J. M. F. 2005. Meningkatkan Kolesterol HDL, paradigma baru

penatalaksanaan dislipidemia. J. Med. Nus. 26: 200-4. Adult Treatment Panel III, 2001. Expert Panel on Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Cholesterol in Adults. Executive Summary of the Third Report of the National Cholesterol Education Program (NCEP) Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III). JAMA. 285:2486- 2496.

Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama. American Heart Association (AHA)- Scientific Position, Risk factors and

coronary heart disease, AHA Scientific Position, November 24, 2007, 1-3.

Aprionika Fidara. (2016). Hubungan Asupan Serat dan Vitamin C dengan

Kadar Kolesterol LDL dan HDL pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap di RSUD DR. Moewardi Surakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiayh Surakarta.

Anderson JW, Randles KM, Kendall CWC, Jenkins DJA. Carbohydrate and

fiber recommendations for individuals with diabetes: a quantitative assessment and meta analysis of the evidence. J Am Coll Nutr. 2004;23:5-17.

Arsana, Putu Moda, dkk. Panduan Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia.

PB. Perkeni- 2015. Badan Koordinasi Penanaman Modal. (2010). Potensi Sagu di Sulawesi

Selatan. Belitz HD, and Grosch W. Food chemistry. Berlin: Springer Verlag, 2009.

Page 142: SAKINAH AMIR - Unhas

Bintoro, H.M.H. 2008. Bercocok Tanam Sagu. IPB Press. Bogor. Hal. 71. Bull E, Morrell J, 2007. Simple Guides Kolesterol. Edisi ke-1. Jakata,

Erlangga, 3-22. Bustan M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.

2007. Chen, Qing-Jie., Lai, Hong-Mei., Chen, Bang-Dang., Li, Xiao_mei., Zhai Hui.,

He, Chun-Hui He., Pan Shou., Lou, jun-Yi., Gao Jing., Lie Fen., Ma. Yi-Tong., and Yang, Yi-Ning.. Appropriate LDL-C-to-HDL-C ratio Cutoffs for Categorization of Cardiovascular Disease Risk Factors among Uygur Adults in Xinjiang, China. Int. J. Environ. Res. Public Health. 2016, 13, 235

Chandra Tony. 2007. Perbedaan Profil Lipid Remaja Dengan Orang Tua

Berpenyakit Jantung Koroner Dan Bukan Jantung Koroner. Semarang. Universitas Diponegoro.

Christophe Bauters, Nicolas Lamblin, Eugene P Mc Fadden, Eric van Belle,

Alain Millare and Pascal de Groote, Influence of diabetes mellitus on heart failurerisk and outcome, Cardiovascular Diabetology, Centre Hospitalier Universitaire de Little, January 8, 2003, 1-16.

Ebook Pangan. 2006. Sagu Sebagai Bahan Pangan. Dapat diakses di

http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/SAGU-SEBAGAI-BAHAN-PANGAN.pdf

Ercho N.C. 2014. Hubungan Obesitas Dengan Kadar HDL dan LDL Pada

Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Lampung: Universitas Lampung. ISSN 2337-3776.

Erkki Vartiainen, Tiina L, Markku P, Pekka P . Predicting Coronary Heart

Disease and Stroke. 2016. Global Heart, Vol. 11, No. 2. Fathoni M, 2011. Penyakit Jantung Koroer: Patofisiologi, Disfungsi Endothel,

dan Manifestasi Klinis. edisi ke-1. Surakarta: UNS Press Flach, M. dan F. Rumawas, eds. 1996. Plant Resources of South-East Asia

(PROSEA) No.9: Plants Yielding Non-Seed Carbohydrates. Leyden. Blackhuys.

Page 143: SAKINAH AMIR - Unhas

Gandy J. W, Angela Madden, Michelle Holdsworth. Gizi dan Dietetika. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2012.

Ghani Lannywati, dkk. 2016. Faktor Risiko Dominan Penyakit Jantung

Koroner di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 44, No. 3, September 2016 : 153 – 164

Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran(terjemahan). Edisi ke-11.

Jakarta: EGC; 2008. Grundy SM. Nutrition in the management of disorder of serum lipid and

lipoprotein. In:Shils ME, Shike M, Ross AC, Caballero B, Cousins RJ,

editors.Modern nutirition in health and disease. 10thedition. Philadelpia:

Lippincott William & Wilkins, 2006. p. 1076-92. Harjana, Tri. 2011. Kajian Tentang Potensi Bahan-Bahan Alami Untuk

Menurunkan Kadar Kolesterol Darah. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Penerapan MIPA. Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.

Haryanto, B. dan P. Pangloli., 1992. Potensi dan Pemanfaatan Sagu.

Kanisius. Yogyakarta. Hasanah, Fathia Arifa. 2016. Hubungan Pola Konsumsi Pangan, Gaya Hidup

dan Status Gizi dengan Profil Lipid Darah pada Perempuan Dewasa Pedesaan. Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Hatma RD. Sosial determinan dan faktor risiko kardiovaskular. Buletin

Jendela Data dan Informasi Kesehatan. 2012; 2(2):15-22. Hu FB, Willett WC. Optimal diets for prevention of coronary heart disease.

JAMA [internet]. 2002; 288(20):2569-78. Tersedia dari: http://jama.jamanetwork.com/

Huningkor Yusuf. 2015. Pengaruh Makanan Pokok Tradisional Maluku

terhadap Faktor Risiko Penyakit jantung Koroner: Kajian tentang lipolisis, Lipogenesis, dan Free Fatty Acid terhadap Mekanisme Atherosklerosis. Universitas Hasanuddin.

Page 144: SAKINAH AMIR - Unhas

Huon H. Gray, Keith D. Dawkins, John M. Morgan, Iain A. Simpson, Lecture notes cardiology, Edisi 4, Erlangga Medical Series, Jakarta, 2002, 107-150.

Hussain, Mohammad Akhtar, etc. 2016. The Burden of Cardiovascular

Disease Attributable to Major Modifiable Risk Factors in Indonesia. J Epidemiol 2016;26(10):515-521

Imam Soeharto, Penyakit jantung koroner dan serangan jantung, PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004. Janes Berthy Alfons Dan A. Arivin Rivaie. 2011. Sagu Mendukung Ketahanan

Pangan Dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim. Perspektif Vol. 10 No. 2 /Des 2011. Hlm 81 – 91.

Jian Li and Johannes Siegrist. 2012. Physical Activity and Risk of

Cardiovascular Disease-A Meta-Analysis of Prospective Cohort Studies. Int. J. Environ. Res. Public Health 2012, 9, 391-407; doi:10.3390/ijerph9020391

Kabo, Peter. 2012. Bagaimana menggunakan obat-obat kardiovaskuler

secara rasional. Balai penerbit Fakultas kedokteran UI, Jakarta. Kabo, Peter. Pengobatan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama. 2008. Karson, S. 2012. Kelainan dan Penyakit Jantung Pencegah Serta

Pengobatannya. Penerbit Nuha Medika yogyakarta. Kurniawati, Fauzia Khusnul. 2015. Hubungan Konsumsi Lemak Dan Aktivitas

Fisik Dengan Kadar Kolesterol Darah Dan Kadar Low Density Lipoprotein Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi . Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Labibah Zulfa dan Dian Isti Anggraini. 2016. Diet Mediterania dan

Manfaatnya terhadap Kesehatan Jantung dan Kardiovaskular. Majority | Volume 5 | Nomor 3 | September 2016

Lannywati Ghani dkk. 2016. Faktor Risiko Dominan Penyakit Jantung

Koroner di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 44, No. 3, September 2016 : 153 – 164.

Page 145: SAKINAH AMIR - Unhas

Lee WL et al, Impact of Diabetes on coronary artery disease in women and men : meta-analysis of prospective studies, Diabetes Care, 2000;23 : 962-968.

Louhenapessy dkk. 2010. Sagu Harapan Dan Tantangan. Penerbit Bumi

Aksara. Jakarta. Majid Abdul. 2007. Penyakit Jantung Koroner; Patofisiologi, Pencegahan dan

Pengobatan Terkini. USU e-Repository. Maligan, J.M., Estiasih, T., Sunarharum, W.B., dan Rianto, T. 2011. Efek

Hipokolesterolemik Tepung Umbi Gadung (Dioscorea hispida Dennst) pada TikusWistar Jantan yang Diberi Diet Hiperkolesterol. Jurnal Teknologi Pertanian 12(2): 91-99.

Massie BM and Amidon TM, Heart: coronary heart dsease, In: Current

Medical Diagnosis & Treatment, 42nd Edition, Lange Medical Book/Mc Graw-Hill, 2003;10: 332-333.

Maulana M. 2007. Penyakit Jantung: Pengertian, Penanganan, dan

Pengobatan. Jogjakarta: Kata Hati. Murray, Grammer, Mayes, Rodwell. 2009. Biokimia Harper. Edisi : 27.

Jakarta: EGC. Muller H, Lindman AS, Brantsaeter AL, Pedersen JI. The serum LDL/HDL

cholesterol ratio is influenced more favorably by exchanging saturated with unsaturated fat than by reducing saturated fat in the diet of women. J Nutr. 2003.

Ngili, Yohanis. 2009. Biokimia Metabolisme dan Bioenergitika. Yogyakarta :

PT. Graha Ilmu Notoadmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta:

Rineka Cipta. 2011. Adam, J.M.F., 2009. Dislipidemia. Dalam: Sudoyono, et. al. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 1926 -1932.

Nur hayati dkk. 2014. Preferensi Masyarakat terhadap Makanan Berbahan

Baku Sagu (Metroxylon Sagu Rottb) sebagai Alternatif Sumber Karbohidray di Kabupaten Lwu dan Luwu Utara Sulawesi Selatan.

Page 146: SAKINAH AMIR - Unhas

Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 11 No. 1 Maret 2014, Hal. 82-90.

Nurhaedah M. 2014. Manfaat Sagu (Metroxylon spp) Bagi Petani Hutan

Rakyat di Kabupaten Konawe Selatan. Info Teknis Eboni Vol. 11 No. 2, Desember 2014 : 95 – 102.

Maulana M. Penyakit jantung: pengertian, penanganan, dan pengobatan.

Yogyakarta: Kata Hati, 2008. Mayes P. A, Botham KM. 2003. Lipid Transport and Storage. Harper's

illustrated Biochemistry. 26 th ed. USA. Mc Graw Hill. 205-18. Mc Namara JR, Warnick GR, Wu LL. Lipids and Lipoproteins. In: Bishop ML,

Engelkirk JLD, Fody EP, editors. Clinical Chemistry: Principles, procedures, correlations. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2000. p. 232-59.

Oeniati Ratih dan Rustika. 2015. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

(PJK) pada Perempuan (Baseline Studi Kohor Faktor Risiko PTM). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 18 No. 1 Januari 2015: 47–55.

Papilaya, E.C. 2009. Sagu untuk Pendidikan Anak Negeri. IPB Press, Bogor.

106p. Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara Nomor 02 Tahun 2011 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Luwu Utara. Perk J, Backer GD, Gohlke H, Graham I, Reiner Z, Verschuren WMM, Albus

C, Benlian P, Baoysen G, Cifkova R, et al . 2012. European Guidelines on cardiovascular disease prevention in clinical practice (version 2012). The Fifth Joint Task Force of the European Society of Cardiology and Other Societies on Cardiovascular Disease Prevention in Clinical Practice (constituted by representatives of nine societies and by invited experts). Eur Heart J 33: 1635–1701.doi:10.1093/eurheartj/ehs092

Price Sylvia A, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002. Purwani, E.Y., Widaningrum, H. Setiyanto, E. Savitri, dan R. Tahir. 2006.

Teknologi Pengolahan Mi Sagu. Balai Besar PPPBPPT.

Page 147: SAKINAH AMIR - Unhas

Rader, D. J. And Hobbs, H.H. 2005. In Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th Ed. p 2286-2298. McGraw-Hill. New York.

Rajagopal G, Suaresh V, Sachan A, 2012. High-density lipoprotein

cholesterol: How High. Indian J Endocrinol Metab; 16 (2) Rencana Program Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit

Tidak Menular Tahun 2010 – 2014. Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2013. Riyanto Agus. 2013. Statistik Deksriptif Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Nuha

Medika. Russo Giuseppina T, et al. 2015. Gender Differences In Lipoprotein

Metabolism. Ital J Gender-Specific Med 2015; 1(2): 58-65. Sanhia, Aji M., dkk. 2015. Gambaran Kadar kolesterol Low Density

Lipoprotein (LDL) pada Masyarakat Perokok di Pesisir Pantai. Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015.

Senduk, Billy., Bodhi, Widdhi., Kepel, billy J. Gambaran profil Lipid pada

Remaja Obes di Kota Bitung. Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016

Sianturi. (2013). Merokok dan Kesehatan. Dalam

http://aguscoy.wordpress.com. Subramanian, S. 2012. Hypertriglyseridemia secondary to obesity and

diabetes. Biochimica et Biophysica Acta 1821 (2012) 819–825. Sudayasa I Putu, dkk. 2014. Analisis Faktor Risiko Merokok, Stress dan

Riwayat Keluarga yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner. Fakultas Kedokteran, Universitas Halu Oleo.

Sulviana, Nova. 2008. Analisis Hubungan Gaya Hidup Dan Pola Makan

Dengan Kadar Lipid Darah Dan Tekanan Darah Pada Penderita Jantung Koroner. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Sunu, Utari Febrina Supomo, dkk. 2017. Hubungan antara Aktivitas Fisik dan

Angka Kecukupan Gizi Makronutrien terhadap Rasio Kolesterol Total/HD:

Page 148: SAKINAH AMIR - Unhas

ada Masyarakat Pedesaan. JURNAL FARMASI SAINS DAN KOMUNITAS, Mei 2017, hlm. 15-24.

Supariasa IDN. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC, 2012. Supriyono Mamat. 2008. Faktor-faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap

Kejadian Penyakit jantung Koroner pada Kelompok Usia ≤ 45 Tahun. Tesis. Universitas Diponegoro Semarang.

Syahdima, dkk. 2013. Kajian Etnobotani Tumbuhan Sagu (Metroxylon spp.

Arecaceae) pada Masyarakat Desa Radda Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan. Biocelebes, Juni 2013, hlm. 17-26. ISSN: 1978-6417.

Thompson P.D., Rader D.J. 2001. Does Exercise Increase HDL Cholesterol

in Those Who Need It the Most. Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology. American Heart Association, 21:1097-1098 .

Utami, A.N.D.P., Hadju, Veni., dan Masni. (2016). Pengaruh Pemberian

Kaspsul Ubi Jalar Ungu terhadap Kadar HDL dan LDL Guru Obesitas Sentral di SMPN Kota Makassar (Tesis). Makassar: Universitas Hasanuddin.

Veena, H., Carlappa, K.B., Sathisha, T.G. 2014. Sequels of Smoking on

Blood Lipid Levels in a Rural Population of South India. Research and Reviews: Journal of Medical and Health Sciences. 3(2):23-25.

Werdhasari, Asri. (2014). Peran Antioksidan Bagi Kesehatan. Jurnal Biotek

Medisiana Indonesia. Vol.3.2.2014.: 59-68. Whitney E, Rolfes SR. Understanding Nutrition. 14th ed. Cengage Learning;

2015.hlm.142 – 147. Winarno F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama. Wolff, Hanns Peter. (2008). Hipertensi. Jakarta : PT Buana Ilmu Populer. World Health Organization. Cardiovascular diseases (CVDs) [internet]. USA:

WHO; 2015 World Health Organization. Cardiovascular disease (CVDs). 2012

Page 149: SAKINAH AMIR - Unhas

World Health Organization. Noncommunicable Disease Country Profil 2011. Geneva: WHO 2011 Press

World Health Organization. Cardiovascular diseases (CVDs) [internet]. USA:

WHO; 2016 Yulliasih W. Obesitas abdominal sebagai faktor risiko peningkatan kadar

glukosa darah (karya tulis ilmiah). Semarang: Universitas Diponegoro; 2009

Yulsam Putri Yuriandini, Fadil oenzil dan Efrida. 2015. Insiden Riwayat

Hipertensi dan Diabetes pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di RS. Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2).

Zuhroiyyah, Siti Gatimah, dkk. 2017. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar

Kolesterol Total, Kolesterol Low Density Lipoprotein, dan Kolesterol High Density Lipoprotein pada Masyarakat Jatinangor. JSK, Volume 2 Nomor 3 Maret Tahun 2017

Zureik M, Touboul P.J, Kopp B, Courbon D, Ruelland I, Ducimetière P.

Differential Association of Common Carotid Intima-Media Thickness and Carotid Atherosclerotic Plaques With Parental History of Premature Death From Coronary Heart Disease. Arteriosclerosis, Thrombosis and Vascular Biology 1999;19:p366-371.

Page 150: SAKINAH AMIR - Unhas
Page 151: SAKINAH AMIR - Unhas
Page 152: SAKINAH AMIR - Unhas
Page 153: SAKINAH AMIR - Unhas

LAMPIRAN

FOTO PENELITIAN

Pengukuran TB Pengukuran LP

Pengukuran TD Pengisian Biodata Recall & FFQ

Pengambilan darah Pengambilan darah Pembagian makanan

Page 154: SAKINAH AMIR - Unhas

Pengambilan darah ke 2 Sampel darah

Page 155: SAKINAH AMIR - Unhas

PROSES PEMBUATAN SAGU

1) Pohon sagu siap

tebang

3) Di belah menjadi bagian2 kecil

5) Proses penyaringan

PROSES PEMBUATAN SAGU

Pohon sagu siap 2) 1 pohon di potong menjadi 10-20 bagian

Di belah menjadi bagian2 kecil

4) Kemudian di parut

Proses penyaringan 6) Ampas Sagu

pohon di potong

Kemudian di parut

Ampas Sagu

Page 156: SAKINAH AMIR - Unhas

7) Proses pengendapan

Proses pengendapan 8) Pengemasan sagu

Proses wawancara

Pengemasan sagu

Page 157: SAKINAH AMIR - Unhas

FOTO PENGOLAHAN SAGU MENJADI KAPURUNG

Sagu

Bahan-bahan pembuatan kapurung

Patikala

Ikan Sayur

Jeruk harum

Ikan yang telah di masak

Sagu yang telah di ecnerkan Penguntalan sagu

Page 158: SAKINAH AMIR - Unhas

PERNYATAAN KESEDIAAN UNTUK IKUT PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangan dibawah ini, saya :

Nama :

Alamat Rumah :

Umur :

Pekerjaan :

Desa :

Dusun :

Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan serta

memahami penelitian yang dilakukan dengan judul :

“Pengaruh Pola Konsumsi Sagu Terhadap Kadar Low Density

Lipoprotein (LDL) Dan High Density Lipoprotein (HDL) Pada Wanita Usia

35-55 Tahun Kabupaten Luwu Utara”

Yang dibuat oleh :

Nama : Sakinah Amir

Nim : P1803215008

Dengan ini saya menyatakan kesediaan untuk berperan serta menjadi

subjek penelitian dan bersedia melakukan pemeriksaan sesuai dengan data

yang diperlukan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran

tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Yang Membuat Pernyataan,

( )

Page 159: SAKINAH AMIR - Unhas

Lampiran Form Kuesioner FFQ Semi kuantitatif

Kuesioner Food Frekuensi Semi Kuantitatif

No. Sampel :

Tanggalwawancara :

Enumerator :

Nama :

Umur :

Jeniskelamin :

Pendidikan :

Pekerjaan :

No. Hp :

No. Nama

Makanan

URT Gram Frekuensi URT Rata-

Rata

frekuensi

Rata-

rata

intake

x/hr x/mgg x/bln x/th x/hr gr/hr

1. Karbohidrat Sagu

(kapurung) 1 sdm

20

Sagu (dange)

1 sdk 10

Beras giling masak(Nasi)

1 prg sdg

200

Beras merah

1 prg sdg

200

Jagung kuning segar

1 bgl 180

Jagung serut

1 ptg 35

Ketela pohon (singkong)

1 prg kcl

50

Ubi kayu 1 bh 100

Page 160: SAKINAH AMIR - Unhas

kcl Ubi ungu 1 bh

kcl 100

Ubi jalar merah

1 bh kcl

100

Bihun 1 sdm

10

Mie basah 1 sdm

10

Mie kering 1 sdm

10

Mie instan 1 bks 75 Macaroni ½ gls 50 Kentang 1 bh

sdg 100

Tepung Terigu

1 sdk 10

Roti tawar putih

1 lbr 30

Lainnya 2. Protein Hewani Daging sapi 1 ptg

sdg 50

Daging kambing

1 ptg sdg

50

Bakso daging

1 bh sdg

15

Udang 5 ekr kcl

30

Cumi-cumi 1 skr sdg

30

Kepiting 1 bh sdg

100

Ikan cakalang

1 ekr sdg

80

Ikan merah 1 ekr sdg

120

Ikan bolu 1 skr sdg

120

Ikan teri 1 sdm

10

Page 161: SAKINAH AMIR - Unhas

Ikan layang 1 ekr sdg

60

Ikan ekor putih

1 ekr kcl

100

Ikan sarden 1 ekr kcl

5

Ikan teri kering

1 sdm

15

Ikan asin 1 bh 10 Kerang 1 bh 10 Daging

ayam 1 bh 60

Hati ayam 1 ptg 30 Hati sapi 1 ptg 25 Paruh ayam 1 ptg 15 Bebek 1 ptg

sdg 50

Telur ayam ras

1 btr 60

Telur ayam kampong

1 btr 50

Telur bebek 1 btr 65 Telur puyuh 1 btr 10 Lainnya Nabati Tahu 1 ptg

sdg 40

Tempe 1 ptg sdg

24

Kacang kedelai

1 sdm

10

Kacang hijau

1 sdm

10

Kacang merah

1 sdm

10

Kacang tanah

1 sdm

10

3. Sayuran Kangkung 1

sdm 10

Bayam 1 sdk syr

15

Page 162: SAKINAH AMIR - Unhas

Buncis 1 sdk syr

15

Tauge 1 sdm

10

Sayur gedi 1 sdm

10

Labu siam 1 bh kcl

50

Labu kuning 4 ptg kcl

50

Sawi hijau 1 prg 50 Kubis 1

mgk 30

Daun katuk 1 sdk syr

15

Daun kacang

1 sdk syr

15

Daun singkong

1 sdk syr

15

Kacang panjang

1 sdm

15

Pare 1 ptg 20 Jantung

pisang 1 bh kcl

100

Wortel 1 ptg bsr

15

Tomat 1 bh kcl

40

Nangka muda

8 ptg 50

Seledri 1 sdm

10

Kemangi 1 sdm

5

Daun kelor 1 sdk syr

15

Daun papaya

1 mgk kcl

30

4. Buah-buahan Pisang susu 1 bh 50 Pisang raja 1 bh 50

Page 163: SAKINAH AMIR - Unhas

Pisang ambon

1 bh 100

Apel 1 bh 60 Jeruk manis 1 bh

sdg 100

Manga ½ bh 90 Nangka 1 bh

sdg 30

Nanas ¼ bh 95 Langsat 1 bh 10 Jambu air 1 bh 50 Jambu biji 1 bh

sdg 70

Kedondong 1 bh sdg

50

Durian 1 bj 30 Semangka 1 ptg 100 Melon 1 ptg

pnj 100

Sirsak 1 ptg sdg

60

Salak 1 bh sdg

40

Rambutan 1 bh 50 Alpukat 1 bh

sdg 130

Anggur 1 bh 15 Kelapa 1 sdk 15 5. Minuman Teh 1 cup 5 Susu sapi 1 sdk 10 Susu kental

manis 1 sdk 15

Susu kemasan

1 ktk kcl

220

Kopi 1 sdm

10

Yogurt 1 sdk 15 Lainnya 6. Pangan Lokal Bunga 1 sdk 15

Page 164: SAKINAH AMIR - Unhas

pepaya syr Daun

paku/pakis 1 sdk syr

15

Ikan parede 1 ptg kcl

60

Lawa ikan 1 ptg kcl

30

Kue bagea 1 kpng

15

Kue ongol-ongol

1 bh 20

Pisang ijo 1 ptg 100 Es buah 1 gls 200 Lainnya : 7. Lemak dan Minyak Minyak

goreng 1 sdk 10

Minyak kelapa sawit

1 sdk 10

Margarine 1 sdk 10 Minyak ikan 1 sdk 10 Santan 1 gls

kcl 50

8. Serba Serbi Agar-agar 1 bks 30 Dodol 1 bh 20 Gula aren 1 ptg

dadu 13

Gula pasir 1 sdk 10 Madu 1 sdk 10 Kecap 1 sdk 10 Saos tomat 1 sdk 10 9. Produk kemasan Ikan sarden

kaleng 1 klg kcl

130

Minuman ale-ale

1 gls 200

Sirup marjan

1 sdk 10

Sirup ABC 1 sdk 10 Nutrisari 1 bks 14

Page 165: SAKINAH AMIR - Unhas

You C-1000 1 btl 140 Hemaviton 1 btl 150 Mizone 1 btl 300 Lasegar 1 klg 320 Sari

kacanghijau 1 ktk 250

Buavita 1 ktk 250 Lainnya :

Page 166: SAKINAH AMIR - Unhas

KUESIONER RECALL 24 JAM

PENGARUH KONSUMSI SAGU TERHADAP KADAR HDL DAN LDL PADA

WANITA USIA 35-55 TAHUN LUWU UTARA

Waktu Makan

Nama Makanan

Komposisi Cara

Pengolahan Jumlah

dalam URT Perkiraan

Gram Jam:

Jam:

Jam:

Page 167: SAKINAH AMIR - Unhas

KUESIONER AKTIVITAS FISIK

RECALL AKTIVITAS

Nama Aktivitas Lama Kegiatan

Total

Page 168: SAKINAH AMIR - Unhas

No. Jenis Aktivitas Fisik

Lama Kegiatan (Menit) PAR

Physical Activity

Ratio/satuan waktu

1 Tidur 1.0 0

2 Diantar dalam bus/mobil/motor 1.2 0

3 Aktivitas santai (nonton TV dan mengobrol 1.4 0

4 Makan 1.5 0

5 Duduk (bekerja kantor, menjaga toko) 1.5 0

6 Mengendarai motor 2.7 0

7 Mengendarai mobil 2.0 0

8 Memasak 2.1 0

9 Berdiri, membawa barang yang ringan 2.2 0

10 Mandi/berpakaian/berdandan 2.3 0

11 Membersihkan halaman 3.3 0

12 Mencuci baju 2.8 0

13 Mencuci piring 1.7 0

14 Menyapu 2.3 0

15 Rapat 1.2 0

16 Beribadah 1.2 0

17 Shalat 1.4 0

18 Berenang 7.9 0

19 Bulu tangkis 6.06 0

20 Main bola/futsal 8 0

21 Kerja bangunan, membetulkan rumah 3 0

22 Memancing 1.9 0

23 Mengerjakan tugas 1.5 0

24 Mengerjakan pekerjaan rumah tangga/membersihkan rumah 2.8 0

25 Berjalan 3.2 0

26 Berkebun 4.1 0

27 Olahraga ringan (jalan kaki/jogging/jalan cepat) 4.2 0

28 Jalan santai berkeliling 2.1 0

29 Kegiatan dilakukan dengan duduk (menggunakan HP/ membaca buku/mengaji) 1.5 0

30 Kegiatan ringan dll 1.4 0

TOTAL PAL 0

Page 169: SAKINAH AMIR - Unhas

a) Ringan (sedentary lifestyle) = 1,40-1,69

b) Sedang (active or moderately active lifestyle) = 1,70-1,99

c) Berat (vigorous or vigorously active lifestyle) = 2,00-2,4

Sumber: FAO/WHO/UNU. Human Energy Requirements. WHO Technical Report Series, no. 724. Geneva: World Helath Organization; 2001.

Page 170: SAKINAH AMIR - Unhas

SPSS PENELITIAN Karakteristik Umum Responden

Pola_Komsumsi_Sagu * UmurCrosstabulation

Umur Total

35 - 45 Tahun

46 - 55 Tahun

Pola_Komsumsi_Sagu

Mayoritas mengkonsumsisagu

Count 28 14 42

% within Pola_Komsumsi_Sagu

66.7% 33.3% 100.0%

Minoritas mengkonsumsisagu

Count 19 23 42

% within Pola_Komsumsi_Sagu

45.2% 54.8% 100.0%

Total

Count 47 37 84

% within Pola_Komsumsi_Sagu

56.0% 44.0% 100.0%

Pola_Komsumsi_Sagu * DesaCrosstabulation

Desa Total

Kaluku Masamba Tarrue

Pola_Komsumsi_Sagu

Mayoritas Mengkonsumsi sagu

Count 16 7 19 42

% within Pola_Komsumsi_Sagu

38.1% 16.7% 45.2% 100.0%

Minoritas Mengkonsumsi sagu

Count 25 9 8 42

% within Pola_Komsumsi_Sagu

59.5% 21.4% 19.0% 100.0%

Total

Count 41 16 27 84

% within Pola_Komsumsi_Sagu

48.8% 19.0% 32.1% 100.0%

Pola_Komsumsi_Sagu * pendidikanCrosstabulation

Pendidikan Total

PT SD SMA SMP TDK SEKOLAH

Pola_Komsumsi_Sagu

Mayoritas Mengkonsumsi sagu

Count 2 9 13 18 0 42

% within Pola_Komsumsi_Sagu

4.8% 21.4% 31.0% 42.9% 0.0% 100.0%

Minoritas mengkonsumsi sagu

Count 2 18 13 7 2 42

% within Pola_Komsumsi_Sagu

4.8% 42.9% 31.0% 16.7% 4.8% 100.0%

Total

Count 4 27 26 25 2 84

% within Pola_Komsumsi_Sagu

4.8% 32.1% 31.0% 29.8% 2.4% 100.0%

Page 171: SAKINAH AMIR - Unhas

Perbedaan Ldl Dan Hdl Kelompok Sering Mengonsumsi Sagu (Mayoritas Dan Jarang Mengonsumsi Sagu (Minoritas)

Case Processing Summary

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

HDL * Pola_Komsumsi_Sagu

84 100.0% 0 0.0% 84 100.0%

LDL * Pola_Komsumsi_Sagu

84 100.0% 0 0.0% 84 100.0%

Report

Pola_Komsumsi_Sagu HDL LDL

Mayoritas mengkonsumsi sagu

Mean 47.5714 77.4762

N 42 42

Std. Deviation 9.54359 20.94620

% of Total N 50.0% 50.0%

% of Total Sum 47.7% 43.0%

Minoritas mengkonsumsi sagu

Mean 52.1429 102.8333 N 42 42 Std. Deviation 11.88475 30.33706 % of Total N 50.0% 50.0% % of Total Sum 52.3% 57.0%

Total

Mean 49.8571 90.1548

N 84 84

Std. Deviation 10.95681 28.87968

% of Total N 100.0% 100.0%

% of Total Sum 100.0% 100.0%

Page 172: SAKINAH AMIR - Unhas

Tests of Normality

Pola_Komsumsi_Sagu Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

HDL Mayoritasmengkonsumsisagu

.101 42 .200* .969 42 .306

Minoritasmengkonsumsisagu

.128 42 .079 .895 42 .001

LDL Mayoritasmengkonsumsisagu

.079 42 .200* .979 42 .606

Minoritasmengkonsumsisagu

.140 42 .038 .957 42 .113

LingkarPerut Mayoritasmengkonsumsisagu

.108 42 .200* .951 42 .069

Minoritasmengkonsumsisagu

.089 42 .200* .983 42 .764

Sistolik Mayoritasmengkonsumsisagu

.186 42 .001 .935 42 .019

Minoritasmengkonsumsisagu

.213 42 .000 .932 42 .015

Diastolik Mayoritasmengkonsumsisagu

.233 42 .000 .865 42 .000

Minoritasmengkonsumsisagu

.225 42 .000 .896 42 .001

Energi Mayoritasmengkonsumsisagu

.148 42 .022 .961 42 .163

Minoritasmengkonsumsisagu

.076 42 .200* .978 42 .583

Lemak Mayoritasmengkonsumsisagu

.114 42 .197 .955 42 .095

Minoritasmengkonsumsisagu

.100 42 .200* .970 42 .338

Karbohidrat Mayoritasmengkonsumsisagu

.099 42 .200* .964 42 .212

Minoritasmengkonsumsisagu

.153 42 .014 .967 42 .271

Page 173: SAKINAH AMIR - Unhas

Protein Mayoritasmengkonsumsisagu

.121 42 .128 .971 42 .349

Minoritasmengkonsumsisagu

.084 42 .200* .983 42 .787

Serat Mayoritasmengkonsumsisagu

.274 42 .000 .642 42 .000

Minoritasmengkonsumsisagu

.196 42 .000 .846 42 .000

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Perbedaan Rata-Rata

Group Statistics

Pola_Komsumsi_Sagu N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

LingkarPerut Mayoritasmengkonsumsisagu 42 81.6786 10.46899 1.61540

Minoritasmengkonsumsisagu 42 85.0024 11.03919 1.70338

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. T Df Sig. (2-

tailed)

Mean Differen

ce

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

LP

Equal variances assumed

.382 .538 -1.416 82 .161 -3.32381 2.34756 -7.99385 1.34623

Equal variances not assumed

-1.416 81.770 .161 -3.32381 2.34756 -7.99405 1.34643

Ranks

Pola_Komsumsi_Sagu N Mean Rank Sum of Ranks

Sistolik

Mayoritasmengkonsumsisagu 42 42.36 1779.00

Minoritasmengkonsumsisagu 42 42.64 1791.00

Total 84

Diastolik

Mayoritasmengkonsumsisagu 42 43.93 1845.00

Minoritasmengkonsumsisagu 42 41.07 1725.00

Total 84

Page 174: SAKINAH AMIR - Unhas

Test Statisticsa

Sistolik Diastolik

Mann-Whitney U 876.000 822.000 Wilcoxon W 1779.000 1725.000 Z -.055 -.563 Asymp. Sig. (2-tailed) .956 .573

a. Grouping Variable: Pola_Komsumsi_Sagu

Group Statistics

Pola_Komsumsi_Sagu N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

HDL Mayoritasmengkonsumsisagu 42 47.5714 9.54359 1.47261

Minoritasmengkonsumsisagu 42 52.1429 11.88475 1.83386

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Differen

ce

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

HDL

Equal variances assumed

.135 .714 -1.944 82 .055 -4.57143

2.35194 -9.25018 .10732

Equal variances not assumed

-1.944 78.347 .056 -4.57143

2.35194 -9.25345 .11059

Ranks

Pola_Komsumsi_Sagu N Mean Rank Sum of Ranks

LDL

Mayoritasmengkonsumsisagu 42 32.08 1347.50

Minoritasmengkonsumsisagu 42 52.92 2222.50

Total 84

Test Statisticsa

LDL

Mann-Whitney U 444.500 Wilcoxon W 1347.500 Z -3.915 Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable: Pola_Komsumsi_Sagu

Page 175: SAKINAH AMIR - Unhas

Group Statistics

Pola_Komsumsi_Sagu N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Lemak Mayoritasmengkonsumsisagu 42 35.2476 11.68725 1.80338

Minoritasmengkonsumsisagu 42 41.8190 15.41643 2.37881

Protein Mayoritasmengkonsumsisagu 42 52.8452 9.42905 1.45493

Minoritasmengkonsumsisagu 42 58.0619 14.30224 2.20688

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. T df Sig. (2-

tailed)

Mean Differen

ce

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Lemak

Equal variances assumed

4.171 .044 -2.201 82 .031 -6.57143

2.98511 -12.50977 -.63308

Equal variances not assumed

-2.201 76.426 .031 -6.57143

2.98511 -12.51626 -.62659

Protein

Equal variances assumed

4.891 .030 -1.974 82 .052 -5.21667

2.64333 -10.47508 .04175

Equal variances not assumed

-1.974 70.977 .052 -5.21667

2.64333 -10.48734 .05400

Ranks

Pola_Komsumsi_Sagu N Mean Rank Sum of Ranks

Energi

Mayoritasmengkonsumsisagu 42 44.33 1862.00

Minoritasmengkonsumsisagu 42 40.67 1708.00

Total 84

Karbohidrat Mayoritasmengkonsumsisagu 42 48.76 2048.00 Minoritasmengkonsumsisagu 42 36.24 1522.00 Total 84

Serat

Mayoritasmengkonsumsisagu 42 42.69 1793.00

Minoritasmengkonsumsisagu 42 42.31 1777.00

Total 84

Test Statisticsa

Energi Karbohidrat Serat

Mann-Whitney U 805.000 619.000 874.000 Wilcoxon W 1708.000 1522.000 1777.000 Z -.689 -2.353 -.072 Asymp. Sig. (2-tailed) .491 .019 .943

a. Grouping Variable: Pola_Komsumsi_Sagu

Page 176: SAKINAH AMIR - Unhas

Pola_Komsumsi_Sagu * AktifitasFisikCrosstabulation

AktifitasFisik Total

Ringan Sedang

Pola_Komsumsi_Sagu

Mayoritasmengkonsumsisagu

Count 33 9 42

% within Pola_Komsumsi_Sagu

78.6% 21.4% 100.0%

Minoritasmengkonsumsisagu

Count 27 15 42

% within Pola_Komsumsi_Sagu

64.3% 35.7% 100.0%

Total

Count 60 24 84

% within Pola_Komsumsi_Sagu

71.4% 28.6% 100.0%

Page 177: SAKINAH AMIR - Unhas

CONTOH PERHITUNGAN PHYSICAL ACTIVITY LEVEL (PAL)

No. Jenis Aktivitas Fisik

Lama Kegiatan (Menit) PAR

Physical Activity

Ratio/satuan waktu

1 Tidur 400

1.0 400

2 Diantar dalam bus/mobil/motor 60 1.2 72

3 Aktivitas santai (nonton TV dan mengobrol 1.4 0

4 Makan 40 1.5 60

5 Duduk (bekerja kantor, menjaga toko) 600 1.5 900

6 Mengendarai motor 2.7 0

7 Mengendarai mobil 2.0 0

8 Memasak 2.1 0

9 Berdiri, membawa barang yang ringan 2.2 0

10 Mandi/berpakaian/berdandan 60 2.3 138

11 Membersihkan halaman 3.3 0

12 Mencuci baju 2.8 0

13 Mencuci piring 1.7 0

14 Menyapu 2.3 0

15 Rapat 1.2 0

16 Beribadah 1.2 0

17 Shalat 50 1.4 70

18 Berenang 7.9 0

19 Bulu tangkis 6.06 0

20 Main bola/futsal 8 0

21 Kerja bangunan, membetulkan rumah 3 0

22 Memancing 1.9 0

23 Mengerjakan tugas 1.5 0

24 Mengerjakan pekerjaan rumah tangga/membersihkan rumah 70 2.8 196

25 Berjalan 100 3.2 320

26 Berkebun 4.1 0

27 Olahraga ringan (jalan kaki/jogging/jalan cepat) 4.2 0

28 Jalan santai berkeliling 2.1 0

Page 178: SAKINAH AMIR - Unhas

29

Kegiatan dilakukan dengan duduk (menggunakan HP/ membaca buku/mengaji) 60 1.5 90

30 Kegiatan ringan dll 1.4 0

1440

TOTAL PAL 1.559722

**Karena total skor PAL/satuan waktu yaitu 1,559 termasuk kategori aktivitas fisik ringan.

a) Ringan (sedentary lifestyle) = 1,40-1,69

b) Sedang (active or moderately active lifestyle) = 1,70-1,99

c) Berat (vigorous or vigorously active lifestyle) = 2,00-2,4

Sumber: FAO/WHO/UNU. Human Energy Requirements. WHO Technical Report Series, no. 724. Geneva: World Helath Organization; 2001.

Page 179: SAKINAH AMIR - Unhas

CONTOH MENGHITUNG FREKUENSI MAKAN DENGAN MENGGUNAKAN FFQ

Jenis Makanan

Jumlah

Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan

Total

Skor Rata-Rata

2-3x/h 1x/h 5-

6x/m 2-

3x/m 1x/m

1-3x/b

Tidak pernah

2.5 1 0.79 0.43 0.14 0.07 0

Kapurung n 0 42 0 0 0 0 0 42 1

Skor 0 42 0 0 0 0 0 42

Dange n 0 0 0 0 18 4 20 42 0.067

Skor 0 0 0 0 2.52 0.28 0 2.8

Nasi n 42 0 0 0 0 0 0 42 2.5

Skor 105 0 0 0 0 0 0 105

Jagung n 0 0 1 21 16 3 1 42 0.292

Kuning Skor 0 0 0.79 9.03 2.24 0.21 0 12.27

ubi kayu n 0 0 0 0 7 35 0 42 0.082

Skor 0 0 0 0 0.98 2.45 0 3.43

1. Setelah melakukan wawancara FFQ, dilanjutkan mengisi kolom frekuensi

makan dengan memberikan skor berdasarkan Nutritional Epidemiology

yaitu :

Tidak pernah = 0

1-3x/bulan = 0,07

1 x/minggu = 0,14

2-4 x/minggu = 0,43

5-6 x/minggu = 0,79

1 x/hari = 1

2-3 x/hari = 2,5

≥ 4 x/hari = 4

2. Menjumlah total skor kemudian di bagi dengan jumlah sampel sehingga

diperoleh skor rata-rata.

Page 180: SAKINAH AMIR - Unhas

RIWAYAT HIDUP

A. DATA DIRI

1. Nama : Sakinah Amir

2. Tempat/ Tanggal Lahir : Ambon, 28 Juni 1992

3. Agama : Islam

4. Alamat Domisili :Jl.Bontotangnga Pao-Pao, Perumahan Hertasning

Madani Blok M No. 11

5. Alamat Asal : Jl. KH. Sulaeman Lr. 1, Kota Watampone

6. Nama Orang Tua : a. Ayah : Prof. DR. H. M. Amir HM, M.Ag

b. Ibu : Dra. Hj. Aisyah Rasyid, M.Sy

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. TK Al-Nisa’ Dharmawanita STAIN Abom (1995-1998)

2. SD Inpres 4/82 Biru, Kota Watampone (1998-2004)

3. MTsN Watampone (2004-2007)

4. MAN 1 Watampone (2007-2010)

5. S1 Gizi Universitas Hasanuddin Makassar (2010-2014)

6. S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar (2015-

2017)