Sajak Redho 1

11
7/23/2019 Sajak Redho 1 http://slidepdf.com/reader/full/sajak-redho-1 1/11 Hujan Jemarimu tak lagi sanggup ku genggam. Hangatnya sentuhanmu yang dulu menyibukanku, Memaksa merindumu dalam sinaran Tuhan. Sudahlah, Biar aku sambut gelapnya. Ingatkah, kala langit yang kita tatap menghitam. Mengepulkan awan-awan berat yang beriringan. Menjemput para makhluk di ranah kota ini. Membasahi mereka setiap detiknya ia turun. au hanya awan yang bergumul lepas di langit. Berisikan molekul air yang tak terhitung, yang siap kapan saja meranggaskan bebannya. Menurunkan hujan yang setiap detiknya aku resapi. !atanglah bagai hujan yang tak perduli tempat. Turunlah ke bumi dalam setiap butiran air yang dingin. Membasahi hari-hariku yang panas seperti dulu. (Pekanbaru 2014)

Transcript of Sajak Redho 1

Page 1: Sajak Redho 1

7/23/2019 Sajak Redho 1

http://slidepdf.com/reader/full/sajak-redho-1 1/11

Hujan

Jemarimu tak lagi sanggup ku genggam.

Hangatnya sentuhanmu yang dulu menyibukanku,

Memaksa merindumu dalam sinaran Tuhan.

Sudahlah, Biar aku sambut gelapnya.

Ingatkah, kala langit yang kita tatap menghitam.

Mengepulkan awan-awan berat yang beriringan.

Menjemput para makhluk di ranah kota ini.

Membasahi mereka setiap detiknya ia turun.

au hanya awan yang bergumul lepas di langit.

Berisikan molekul air yang tak terhitung,

yang siap kapan saja meranggaskan bebannya.

Menurunkan hujan yang setiap detiknya aku resapi.

!atanglah bagai hujan yang tak perduli tempat.

Turunlah ke bumi dalam setiap butiran air yang dingin.

Membasahi hari-hariku yang panas seperti dulu.

(Pekanbaru 2014)

Page 2: Sajak Redho 1

7/23/2019 Sajak Redho 1

http://slidepdf.com/reader/full/sajak-redho-1 2/11

Penghantar Malam

I"inkan aku untuk mengutarakan rangkaian kata penutup malam

Menghambur perih goresan hari dengan #anda tawa dan kata.

Membunuh sinar matahari saa matahati tak kunjung berbinar.

$ergilah dalm kembara mimpimu.

Bersama rintik embun yang menghapusdukamu.

Men#uri peluh-peluh waktu Tuhan untuk menghentikan kesadisan-%ya

Semoga &sok, gerakmu tak terbatas oleh angan kosong nona.

(Pekanbaru, 2014)

Malam dikala Hujan

'autan wajah yang tersimpul saat hujan.

(ambarkan banyaknya kepentingan berbeda di bawah naungan rembulan.

Tegaskan jalur-jalur #epat tak ingin terhambat lajunya,

meski hujan tak hentinya mendera bumi.

'autan wajah penabuh rindu mengejar #intanya untuk seberkas kilat yang dipuja.

'autan wajah tetua yang tak henti menikmati bulir-bulir air yang jatuh dihadapannya.

'autan wajah gerombolan pemuda yang menghisap kepulan asap rokok.

Page 3: Sajak Redho 1

7/23/2019 Sajak Redho 1

http://slidepdf.com/reader/full/sajak-redho-1 3/11

'autan wajah penunggu hujan yang resah menepiskan dinginnya angin yang

menerpa.

Tempat teduh gambarkan pahatan semesta akan sikap

Tempat teduh sajikan kehangatan yang menyelinap dalam bahasa.

Tempat ini, detik ini, hanya akan berlalu saat hujan berhenti dan memutarnya kembalidalm siklus tak berujung.

Sampai kau tak ingin memperdulikannya lagi.

(Pekanbaru, 2014)

Penggelak Kebencian

Meniti keben#ian dalam pekatnya jiwa.

Menghambur jauh sinaran kebaikan akan raga.

Memutarkan segala tatakrama.

Selayang senyum yang kau haturkan tak membuatku memaklumkan semua lakumu.

Selayang haru yang kau sisipkan setiapharinya tak membuatku mengindahkanmu.

(elak tawamu takkan pernah aku sambut, tak ingin aku menyambutnya datang.

au tak pernah tahu apa )ikirku.

au juga tak tahu apa perbuatanku.

au bahkan tak pernah tahu kebaikan dariku.

au hanya penggelak yang menginginkanku memperhatikanmu kan*

Page 4: Sajak Redho 1

7/23/2019 Sajak Redho 1

http://slidepdf.com/reader/full/sajak-redho-1 4/11

Biarkan aku seperti ini, aku bukan pemaa) layaknya Tuhan.

Biarkan aku mendendam sampai puas,

Sampai aku melihatmu dalam neraka.

(Pekanbaru, 2014)

Pelangi Desember

Semilir angin sore mrnyapaku hari ini.

Hangat, memintal tiap-tiap jalinan memori yang terkubur jauh dalam alam bawah

sadarku

$ahatan-pahatan kata kita terasa indah sore ini.

Menympaikan berjuta masa indah yang pernah kita alami.

Semburat-semburat nada, melengkungkan senyumku saat senja.

Seakan mengiba pada )ajar.

$elangi. +a, pelangi.

rat-urat na)asku membutirkan dengan halus rasaku sore ini.

Ini desember. $elangi saat desember.

au tahu, pelangi indah sore itu, sejujurnya aku tak melihatnya. ku bukan tak inginmengingatnya. ku punya dua hal yang tak bisa ku beritahu padamu. ku tak 

menngindahkannya, karena aku tak ingin membuatnya terekam dalam otaku. ku tak 

mengindahkannya, karena aku punya pelangi yang lebih indah daripada itu/ahayamu. /ahaya yang membuatku melengkungkan senyumku saat aku tertunduk 

lesu dalm penat. /ahaya penabur rasa rindu yang membuatku menunggumu terusagar kau kembali datang.

Harusnya aku tahu, harusnya aku mengerti. $elangi hanya datang sekejap saja. Itukahdiriku pelangiku* !atang sejenak lalu sirna begitu saja. !atang mengguratkan

senyum dalam sendu sejenak, kemudian meninggalkanku. 0alu datang kembali

Page 5: Sajak Redho 1

7/23/2019 Sajak Redho 1

http://slidepdf.com/reader/full/sajak-redho-1 5/11

menaburkan tawa sejenak, kemudian membunuhkukembali dalam sakitnya rasa

rindu. Tapi aku tak menghiraukannya, karena, ini desember. ku yakin kau akan

datang menyapaku terus saat hujan menggugurkan bebannya

ku merindukanmu pelangiku. Merindukan lengkungan indah yang selalu datang

saat desember.

(Pekanbaru, 2014)

18 anuari 201!

epada1 0olita 'amadhanti

/rystal yang tertimbun dalam butiran awan.

 %erkejaran dan saling mendekap di atas langit yang tak tersentuh.

Tertiup angin lalu menepi.

Seraya membuka jendela untuk matahari mengintip kita hari ini.

23 januari 4526.

Banyak ampas kopi yang tertinggal dalam gelas.

Banyak remah roti yang jatuh dan tertinggal di alas.

&ngkau masih seorang murid yang duduk dalam kelas.

Sebentar lagi dunia akan melihat matamu se#ara jelas.

Meninggalkan pena dan kertas.

Seperti pagi yang datang lalu terhempas.

0alu matahari menantang dengan gagahnya.

$anas, menyemburkan lidah-lidah radiasi dengan sinarnya.

Page 6: Sajak Redho 1

7/23/2019 Sajak Redho 1

http://slidepdf.com/reader/full/sajak-redho-1 6/11

Siang yang tak kunjung berlalu dengan #epatnya.

Seakan memaksaku menghentikan mendekapmu dalam sastra.

Siluet mulai memanjang dan tergambar jelas di atas tembok 

(ambarkan aku yang tengah asik duduk dan menatap gembok.

Senja turun perlahan menatapku malu saat aku tersedak.

Saat aku mengharapkanmy agar kau tak bisa dirusak.

7leh lelakimu nanti yang memberikan asa dan harap yang menyesak.

Tak dinyana, bulan datang perlahan.

!iam-diam menarik mun#ul semua kenangan.

Mengharu dalam setiap detil yang mun#ul dari ingatan.

Mengingat aku yang tak bisa hadirkan badan.

Mengu#apkan semua doa dan menyalamimu dengan tangan.

yo, kau tak perlu ragu.

Berdoalah. Biar aku aminkan dari sini.

0alu kita sama-sama bisikan ke telinga Tuhan.

ita hanya terpisah jarak. Semoga tidak membuat telingamu berderak 

Hanya doa dan harapan yang tak bisa bergerak 

Hanya tinta dan pena yang berpindah dan tergerak 

Selamat malam bidadari ke#ilku.

!oaku selalu menyertaimu.

Page 7: Sajak Redho 1

7/23/2019 Sajak Redho 1

http://slidepdf.com/reader/full/sajak-redho-1 7/11

(Pekanbaru, 201!)

Pagi "uhan

0ayar malam menutup tirainya menyambut penumbra.

$ada hamparan langit yang semenjana memerah dan menua.

Menyapu ribuan tangis dan gundah gulana.

Semua beriak seirama menjemput sang surya.

Turunkan semua nadir serta ben#i

Siapkan diri melawan pahit getir setiap hari.

Membuka mata menerawang langit angkasa yang tinggi

Selamat datang pagi, biarkan aku berlari.

Menjemput takdir sempai nanti, sampai mati.

ayuh semua usahamu menuju Tuhan.

irimkan semua doamu pada Tuhan.

Biarkan segala resahmu didengar Tuhan.

Biarkan semua sisa kesulitanmu diselesaikan Tuhan.

ngin, tanah, air, api.

Siang, senja, malam, pagi.

Bumi, langit, %abi.

Tuhan.

Page 8: Sajak Redho 1

7/23/2019 Sajak Redho 1

http://slidepdf.com/reader/full/sajak-redho-1 8/11

(Pekanbaru, 201!)

Per#n Kita $aat $#re

Matahari yang panas.

Saat kita melihat pantulan sinar dengan jelas.

Meman#ar menerpa kita melalui gelas, memantul, bukan membias.

Saat itu, kereta yang kita tunggu tak kunjung datang.

ku duduk, tak sengaja menjatuhkan beberapa minuman kaleng.

$enjual menatap kita dengan wajah garang.

Saat itu, kita malah tertawa riang.

$enjaga jalur kereta tak mau tahu.

au lalu duduk disampingku.

Sejurus kemudian kau tampak layu.

Seakan aku bersalah dan tak mau menatapku.

eringnya daun di peron yang jatuh dihadapan kita.

Membuatku menatapmu dan seraya bertanya.

8ada apa* enapa*9

8ita tidak akan tahu sampai kapan bisa bersama9

8au akan pergi lagi ketempat yang tak pernnah aku tahu adanya9

ku tertegun dan membisu tanpa kata.

Hanya kembali menggenggam tanganmu dan menge#upnya dalam-dalam.

Page 9: Sajak Redho 1

7/23/2019 Sajak Redho 1

http://slidepdf.com/reader/full/sajak-redho-1 9/11

Tak lama, genggaman tangan kita menyeka sudut matamu menahan sibak makin

 berat.

Menahan siksa yang terasa menjerat.

Meneteskan sedikit air mata yang sebenarnya tak turun.

ereta datang, kita menumpanginya.

au ingat sisanya* Tidak*

Tak apa, biar #uma aku yang mengingatnya.

!alam kenangan, saat kembali ke peron itu untuk mengingatnya.

(Pekanbaru, 201!)

%e&at "engah Malam

(ulana, menyeru dalam sukma. enapa*

Harap dan siksa memantrai setiap Tanya.

Menyulam tiap keberadaan jiwa :jiwa kelam yang hina.

$erkataanmu yang menghujam memaknai setiap lekuk tubuhmu.

ku tak mengerti, mungkinkah dirimu merindu*

epada siap* ku yakin itu bukan untukku.

ku yakin itu untuk arjunamu yang baru yang tak pernah aku tahu.

Masa bahagia menjelma rindu.

Sebagian jadi amarah, sisanya kalut.

Semua jadi abu ;

Page 10: Sajak Redho 1

7/23/2019 Sajak Redho 1

http://slidepdf.com/reader/full/sajak-redho-1 10/11

Tak terisisa saat kau balut rindu jadi ragu.

ku, bukan pujangga kenamaan.

Sepatuku koyak dimakan "aman.

Tanganku menyisir setiap helai rambut tak nyaman.

Sajak tangis bisu tanpa airmata kurangkai dalam sebuah anyaman.

Seperti tikar using yang kau hindarkan, kau buang.

Bibir merah padam tanpa lipbalm.

Tipis, menderai renyah tawamu setiap malam.

'ona wajahmu gambarkan air pasang.

Setiap malam aku hindarkan tatpi tetap tak mau hilang.

$ukul, 4.5<, saat tengah malam.

ku menerawangmu diantara tumpukan sisa-sisa yang karam.

embali menampikmu dalam diam.

Tapi tetap semuanya tak bergeming.

Seakan terbakar api tapi seketika padam.

Sudah lewat tengah malam.

Sampaikan padanya, hatinya adalah tempatku berdiam.

(Pekanbaru 201!)

Page 11: Sajak Redho 1

7/23/2019 Sajak Redho 1

http://slidepdf.com/reader/full/sajak-redho-1 11/11

'i#

Redho

Lahir di makkah, 23 September 1991. Sedang menempuh pendidikan

 profesi di bidang kesehatan mencintai ksi dan sastra. Tinggal di

Pekanbaru. Saat ini tengah aktif mengadakan acara !alam Puisi" #akni

membaca puisi dari kafe ke kafe bersama teman$teman pencinta puisi

lainn#a di kota Pekanbaru

No. Hp : 08561383801