Sagang 118

40
Halaman 82 Sagang agang agang agang agang Halaman 3 m a j a l a h b u d a y a Sagang Penerbit: Yayasan Sagang. SIUPP:No.492/MENPEN/SIUP/ 1998. ISSN:1410-8690 Alamat Redaksi: Gedung Riau Pos Jalan R Subrantas (d/h Jalan Raya Pekanbaru- Bangkinang) Km 10.5 Pekanbaru 28294 Riau- Indonesia Redaksi (0761)566803. Tata-usaha dan Pemasaran (0761)64636 http://www.majalahsagang.com. Harga @ Rp.10.000,- Terbit Setiap Akhir Bulan Daftar Isi Daftar Isi Daftar Isi Daftar Isi Daftar Isi Nomor 118 / Juli 2008 Tahun IX Kulit: Menjadi Burung Karya: Dantje S Moeis tajuk : Kolaborasi.................................................4 cerita-pendek: Dari Sunyi ke Sunyi oleh Jefri al Malay......................................5 Tali oleh Riki Utomi..........................................11 Zapin Barongsai oleh Bambang Kariyawan.........................16 Adikku Tersayang oleh Rani Maulidyrza.................................23 foto budaya : Dayak.....................................................28 esei : Pelangi Imaji(nasi) Marhalim Zaini: Sastra Kontekstual oleh Musa Ismail.....................................30 sajak : Sajak-sajak Siti Syatariah..........................35 esei 2 : Musik Gereja oleh Asri..................................................39 Penyantun : Dahlan Iskan, Rida K Liamsi. Pemimpin Umum : Rida K Liamsi. Pemimpin Perusahaan : Ngatenang. Pimpinan Redaksi : Hasan Junus. Redaktur : Hasan Junus, Zuarman Ahmad. Perwajahan/Pracetak : Dantje S Moeis, Kelompok Riset Sagang. Perwakilan Luar Negeri : Adi Muara (Kuala Lumpur). Perwakilan Dalam Negeri : Binoto Huta Balian (Samosir Sumut) Sekretaris Redaksi : Salbiah. S agang agang agang agang agang Redaksi menerima sumbangan tulisan berupa esei, kritik seni, resensi buku, laporan dan tulisan budaya, foto seni, sketsa, karya puisi dan cerita-pendek asli atau terjemahan. Panjang tulisan maksimal 5 (lima) halaman spasi rang-kap. Karya terjemahan harus menyer-takan fotokopi aslinya. Pengiriman naskah harus menyertakan keterangan alamat yang jelas. Karya termuat diberikan honorarium yang padan. Naskah Drama: ”Pintu, Topi dan Seorang Nabi. . . dan Beberapa Yat Lainnya” (al-Bab, al-Qubba’ah wa al-Nabiyy...Yat Ukhra) Karya lengkapnya terbit dalam empat jilid, yang memuat seluruh novel, cerpen, naskah drama dan kajian analitis. *Sumber: dari berbagai sumber terutama www.palestineremembered.com Biduk

Transcript of Sagang 118

Halaman 82 SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 3

m a j a l a h b u d a y a “““““ Sagang ”””””

Penerbit: Yayasan Sagang.SIUPP:No.492/MENPEN/SIUP/

1998.ISSN:1410-8690

Alamat Redaksi: Gedung Riau PosJalan R Subrantas

(d/h Jalan Raya Pekanbaru-Bangkinang)

Km 10.5 Pekanbaru 28294 Riau-Indonesia Redaksi

(0761)566803.Tata-usaha dan Pemasaran

(0761)64636http://www.majalahsagang.com.

Harga @ Rp.10.000,-

Terbit Setiap Akhir Bulan

Daftar IsiDaftar IsiDaftar IsiDaftar IsiDaftar Isi

Nomor118 / Juli 2008Tahun IX

Kulit:Menjadi BurungKarya:Dantje S Moeis

tajuk :Kolaborasi.................................................4

cerita-pendek:Dari Sunyi ke Sunyioleh Jefri al Malay......................................5

Talioleh Riki Utomi..........................................11

Zapin Barongsaioleh Bambang Kariyawan.........................16

Adikku Tersayangoleh Rani Maulidyrza.................................23

foto budaya :Dayak.....................................................28

esei :Pelangi Imaji(nasi) Marhalim Zaini: SastraKontekstualoleh Musa Ismail.....................................30

sajak :Sajak-sajak Siti Syatariah..........................35

esei 2 :Musik Gerejaoleh Asri..................................................39

Penyantun : Dahlan Iskan, Rida K Liamsi.Pemimpin Umum : Rida K Liamsi.Pemimpin Perusahaan : Ngatenang.Pimpinan Redaksi : Hasan Junus.Redaktur : Hasan Junus, Zuarman Ahmad.Perwajahan/Pracetak : Dantje S Moeis,Kelompok Riset Sagang.Perwakilan Luar Negeri : Adi Muara (KualaLumpur).Perwakilan Dalam Negeri : Binoto Huta Balian(Samosir Sumut)Sekretaris Redaksi : Salbiah.

SSSSSagangagangagangagangagang

Redaksi menerima sumbangan tulisanberupa esei, kritik seni, resensi buku,laporan dan tulisan budaya, foto seni,sketsa, karya puisi dan cerita-pendek asliatau terjemahan. Panjang tulisan maksimal5 (lima) halaman spasi rang-kap. Karyaterjemahan harus menyer-takan fotokopiaslinya. Pengiriman naskah harusmenyertakan keterangan alamat yangjelas. Karya termuat diberikan honorariumyang padan.

Naskah Drama:”Pintu, Topi dan Seorang Nabi. . . dan Beberapa Yat Lainnya”

(al-Bab, al-Qubba’ah wa al-Nabiyy...Yat Ukhra)Karya lengkapnya terbit dalam empat jilid, yang memuat

seluruh novel, cerpen, naskah drama dan kajian analitis.*Sumber: dari berbagai sumber terutama

www.palestineremembered.com

Biduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 4

tajuk

Halaman 81SSSSSagangagangagangagangagang

Kolaborasi!BETULKAH kita sekarang ini telah dikuasai oleh budaya konflik? Sebuah disertasi @ kitabkatam kaji tingkat tiga dari Sang Prudensius Maring yang berjudul ‘’Hubungan Kekuasaan: Konflik,Perlawanan, dan Kolaborasi dalam Penguasaan Hutan di Egon, Flores” berupaya menjawabpertanyaan itu hari-hari ini.

‘’Pikiran orang Indonesia dikuasai oleh budaya konflik, Kita lebih tahu cara, teknik danstrategi berkonflikketimbang cara dan strategi berkolaborasi atau bekerja sama dengan pihaklain.” (KOMPAS, Jumat 11 Juli 2008).

Demikian antara lain pernyataan yang disampaikan oleh Sang Prudensius Maring ketikamenjawab pertanyaan kenapa negeri kita terus dilanda konflik oleh salah-seorang penyanggahdalam sidang terbuka untuk promosi doktor dalam ilmu Antropologi di Fakultas Ilmu Sosial danIlmu Politik Universitas Indonesia Kamis 10 Juli 2008 di Jakarta.

Dengan menggunakan teori kekuasaan Michel Foucault dalam penelitiannya, Maringmenemukan bahwa di kawasan hutan Gunung Egon bukan saja telah terjadi konflik antarapemerintah dengan masyarakat di sekitar kawasan itu, tetapi juga masyarakat adat juga seringberkolaborasi dengan pemerintah agar dapat memanfaatkan lahan dan sumber daya lainnya secaraoptimal.

Selanjutnya surat-kabar itu memberitakan bahwa di ranah akademis, para ilmuan ilmu sosialdan ilmu politik lebih banyak melakukan kajian-kajian tentang konflik ketimbang kajian-kajiantentang kolaborasi. Karena itu maka para akademisi juga ikut bertanggungjawab atas tidakmunculnya aspek kolaborasi dalam berbagai konflik yang sering disertai kekerasan. Konflikdapat merupakan api dalam sekam, bahkan api yang liar seperti yang dilukis oleh Raden SalehBustamam dengan lukisannya ‘’Kebakaran Hutan”

Pada kesempatan itu Maring Sang Prudensius sempat pula menyatakan bahwa kehadiranlembaga non-pemerintah seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM) ternyata tidak selaludisambut baik oleh masyarakat. Karena? Karena, ‘’LSM yang hidup dari dana luar negeri dianggapmewakili kepentingan asing,” demikian diterangkan dengan blak-blakan oleh Maring. Disertasisemacam ini hendaklah menjadi bahan bacaan bagi para pembuat kebijaksanaan di pusat dandaerah, selain menjadi bacaan ilmiah di semua perguruan tinggi di negeri kita.

Obat penawar dari konflik mau tak mau ialah memekarkan dan menggalakkan kerjakolaborasi. Sikap yang seyogianya harus diambil dalam menghadapi runtunan konflik yang sedangganas-ganasnya di negeri kita sekarang ini haruslah dengan menggalakkan kolaborasi, danberupaya menghindar dari sikap mencurahkan minyak di atas api konflik yang mengerikan itu.Atau seperti dikatakan Sang Prudensius Maring dalam disertasinya kemarin, ‘’Untuk mewujudkanIndonesia yang damai, kita perlu lebih mengembangkan pikiran tentang kolaborasi.”

Dengan promotor Prof Dr Achmad Fedyani Saifuddin maka Maring lulus dengan predikatsumma cum laude.***

Redaksi

Studi/Kritik Sastra:”Perlawanan di Tanah Palestina Yang

Terjajah 1948-1966” (al-Muqawamahfi Filasthin al-Muhtallah 1948-1966),Beirut 1966

”Sastra Palestina dalam BelengguPenjajahan” (al-Adab al-Filasthini al-Muqawim tahta al-Ihtilal), Beirut 1968

”Tentang Sastra Yahudi” (Fi al-Adabal-Shahyuni), Beirut 1967

”Revolusi di Palestina 36-39: Latar,Uraian Rinci dan Analisis” (Khalfiyyatwa Tafashil wa Tahlil Tsaurah 36-39 fiFilasthin)

Biduk

cerita-pendek

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 5 Halaman 80SSSSSagangagangagangagangagang

Dari Sunyi ke Sunyioleh Jefry al-Malay

Kumpulan Cerpen:”Kematian di Ranjang No. 12” (Maut

Sarir Raqm 12), Beirut 1961 – telahditerjemahkan ke dalam bahasa Inggrisdengan judul Death of Bed No. 12.

”Tanah Oranye yang Sendu” (Ardh al-Burtuqal al-Hazin), Beirut 1963 – telahditerjemahkan dengan judul The Land ofSad Oranges.

”Tentang Para Lelaki dan Senjata” (‘Anal-Rijal wa al-Banadiq), Beirut 1968 –telah diterjemahkan dengan judul On Menand Rifles.

”Dunia Bukan Milik Kita” (‘Alam laisalana), Beirut 1970 – telah diterjemahkandengan judul A World that is Not Ours.

Biduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 6 Halaman 79SSSSSagangagangagangagangagang

Satu hal yang dipercaya bahwa setiaporang – tak kira siapa saja, setelahdilahirkan pastilah memiliki tugasnyamasing-masing. Tugas itu terkait denganbagaimana menjalani dan memaknai hidupsepanjang usianya. Hal inilah yangdiyakininya yang kemudian menjadi energiuntuk terus bertahan dalam kesunyian.

Walaupun sesekali pernah juga iamenduga-duga bahwa inilah takdirnya untukselalu memaknai kesunyian yang begitupanjang. Menterjemahkan rupa-rupa sunyike dalam rimbun hari yang datar, yangbegitu-begitu saja. Menyembunyikan resahdan gelisah dalam bentuk pasrah yang kianlelah.

Namun baginya apa-apa saja yang adadi hadapannya akan dilalui, akan dimaknaidengan sunyi. Paling tidak ia masih bisamembedakan mana yang namanyakenyataan dan mana yang namanya impiandan di antara keduanya, dia tetap memilihkenyataan karena itulah hidup. Bertahandan menjalaninya, meski hanya dengandiam…diam dan diam.

Dia memang tidak pernah punya impian.Apalagi untuk memilikinya, itu mustahil.Baginya impian adalah sebuah asa yangtidak pernah dapat digapai, ada di negeriantah berantah, tersuruk ke dalam lembahyang tak pernah terjamah. Terlebih lagi iatelah lelah dengan kata itu.

Dahulu ketika ia menjelma menjadiseorang anak dara yang jelita. Ke duaorang tuanya pernah memberikannya impianyang kemudian menjadi nyata. Iadijodohkan, seorang lelaki pujaan hati yangkemudian menjadi suami. Bagi anak dara dizamannya, ini merupakan hadiah yangsangat berharga sebagai balasan akibathidup dan segala keinginan yang di

Namun baginya apa-apa saja yang ada dihadapannya akandilalui, akan dimaknaidengan sunyi.

Novel:”Para Lelaki Matahari” (Rijal fi al-

Syams), Beirut 1963 – telah diterjemahkanke dalam bahasa Inggris dengan judul Menin the Sun.

“Milik Kalian yang Tersisa” (MaTabaqqa Lakum), Beirut 1966 – telahditerjemahkan ke dalam bahasa Inggrisdengan judul All That’s Left to You.

“Ummu Sa`ad” (Ummu Sa`d), Beirut1969

”Yang Kembali ke Haifa” (‘Aid ilaHaifa), Beirut 1970

”Sesuatu yang Lain” (al-Syay’u al-Akhar), terbit pasca terbunuhnya Ghassan,1980

“Sang Perindu, Si Buta dan Si Bisu . . .Buah Prem di Bulan April”

(al-‘Asyiq, al-A‘ma wa al-Athrasy . . .Barquq Nisan)

(Belum selesai), diterbitkan dalamKumpulan Lengkap Karya Ghassan

Biduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 7 Halaman 78SSSSSagangagangagangagangagang

kekang,dibatasi atau istilahnya dipingit.Dan akhirnya ia dapatkan impiannya itu,

ia menggenggam semua tanpa ada yangtersisa sehingga saatnya tiba, ia terpaksamerelakan, melepaskan suaminya untukmencari rezeki ke negeri seberang. Namunsungguh sayang, siapa sangka, siapamenduga, maut datang tidak dinaya.

Suaminya harus kembali ke asalnya,menghadap Sang Penguasa. Hal itu terjadiketika badai mengamuk di tengah laut.Seiring dengan itulah mimpinya menjadiluput.

Dan dialah gadis pingitan yang sejakperistiwa itu tidak lagi memiliki impian, dantidak lagi mempercayainya. Ia hanyapercaya yang namanya kenyataan.Kenyataan bahwa suaminya yang begitudicintai telah pergi…pergi selamanya. Dan

semenjak itulah ia berteman dengan sunyi.Memaknai hari-hari dengan sunyi, bahagia,suka duka, lara semuanya diartikan dengansunyi. Hidup adalah sebuah kesunyian yangpanjang.

Dialah Sarah, seorang gadis pingitanyang tumbuh dan besar di sebuah desa yangbernama Bukit Batu. Dan dialah sisa dari

sekian banyak gadis yangterus hidup dengan tradisidi jamannya pada masasekarang ini.

*****Hari berlalu dan

berlalu. Waktu memangtak pernah menunggu.Dari Bukit Batu akhirnyaia mengikuti orang tuanyahijrah ke desa lainnyayang bernama Sejangat.Sejangat kononnyasebuah nama yang berasaldari nama hantu yangpaling kuat dan berkuasadi dimensinya, yangdimiliki oleh seorang yanghebat pula di kampung inipada zaman dahulu kala.Barangkali karenakekuatan dan

kekuasaanya itulah akhirnya menjadi buahbibir orang banyak, diingat-ingat, disebut-sebut dan pada gilirannya, diabadikanmenjadi sebuah nama kampung.

Kembali kepada Sarah si gadis pingitan.Ihwal perpindahannya itu adalahketidakberdayaan maknya menerimakenyataan atas kematian suami-ayahnyaSarah. Sehingga atas keputusan maknya,mereka pindah dan memulai hidup baru disebidang tanah peninggalan ayah maknya-

Karya-karya Sang MartirSebagai seorang

sastrawan, Ghassansangat produktifberkarya. Dalam rentangwaktu kurang dari duadekade, terdapat belasankarya yang berhasil iaterbitkan. Antara lainenam buah novel, empatbuah kumpulan cerpen,empat buah studi karyasastra, dan satu buahnaskah drama. Padahalsehari-hari Ghassan jugasibuk bekerja sebagaijurnalis.

Selain itu, darivariasi karya yang iahasilkan Ghassan adalahpenulis yang piawai. Iatidak hanya menulis ceritapendek, tetapi juga noveldan naskah drama.Bahkan karya Ghassantidak hanya terbatas padakarya fiksi, tetapi juganon fiksi. Jangan lupa,Ghassan adalah sarjanasastra jebolan UniversitasDamaskus.

Biduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 8 Halaman 77SSSSSagangagangagangagangagang

kakek Sarah.Bagi Sarah sendiri, kematian ayahnya

tidak berarti apa-apa. Karena ia sudahterbiasa dengan kematian, kehilangan, dankesedihan. Ia akan tetap memaknai semuaitu dengan bahasa kesunyian yangdimilikinya. Ia selalu memaknai semuakenyataan dengan diam…diam dan diam.

Singkat cerita, dengan ilmu yangdidapat dari desa kelahirannya, Sarahmenjadi guru mengaji. Adalah aku salahseorang dari beberapa murid yang mengajidi rumahnya. Sebagai seorang guru,seingatku dia memang tidak banyakbicara, kecuali menurut dia yang penting-penting saja.

Dia juga tidak pernah menanyakannama, tinggal di mana, siapa orang tua,atau apa sajalah yang kira-kira bisamencairkan suasana, bisa mengakrabkanantara kami dan dirinya. Maka jadilahsuasana pengajian yang tegang, kaku dantidak bersahabat. Namun begitu bagi kamiyang ketika itu baru duduk di sekolahdasar, tidak menjadi masalah. Karenayang penting kami telah melaksanakantugas dari ke dua orang tua untuk pergibelajar mengaji sehingga kami tidak lagidimarahi atau bahkan dipukuli. Dan yanglebih penting lagi di tempat pengajian itukami bisa berjumpa kembali dengankawan-kawan untuk melanjutkanpermainan, gurauan, cerita yang belumterselesaikan di sekolah.

Tak pelak lagi, tempat pengajian itumenjadi riuh dengan gelak tawa, teriakan-teriakan, atau suara kepolosan dari kamiyang menunggu antrian untuk mengaji.Sehingga pada suatu ketika keriuhan itulahyang membuat kami terperangah sekaligusmenjadi ciut. Dengan suara yang lantang

Maka jadilah suasanapengajian yangtegang, kaku dantidak bersahabat.

kemudian menjadi corong perjuanganPalestina kepada dunia luar ini ia pimpinhingga wafat.

Pagi-pagi pada sebuah Sabtu, Ghassanbersiap-siap berangkat ke kantor. Istrinya,Anni Hoover, sibuk menyiapkankeberangkatan anak mereka ke sekolah.Setelah rapi, Ghassan segera menuju kemobil yang diparkir di depan rumah.Ghassan disusul oleh Lemis karena sehabisdari kantor mereka akan bersama-samapergi ke rumah nenek. Tidak berapa lamaberselang sebuah ledakan keras terdengar.Anni terkejut dan berteriak,”Ghassaaan...!” Kaca rumah Ghassanpecah berkeping-keping. Sementara di luar,tubuh Ghassan dan keponakannya Lemisbertebaran ke mana-mana. Sebuah bomtelah meledak. Hari itu, tanggal 8 Juli tahun1972, tercatat sebagai hari kematianGhassan. Ghassan wafat pada usia yangmasih sangat muda, 36 tahun.

Meski telah tewas, penghargaanjustru semakin deras menghujani Ghassan.Pada tahun 1974 dan 1975 secaraberturut-turut ia mendapat penghargaandari Asosiasi Jurnalis Internasional danpenghargaan Lotus. Lalu pada tahun 1990,giliran Piagam Seni dan Budaya al-Qudsyang jatuh ke tangannya. Anni Ghassan,isterinya, mendirikan Ghassan KanafaniCultural Foundation (YayasanKebudayaan Ghassan Kanafani) untukmengenang sang suami tercinta. Di sampingitu, hari kelahirannya, 9 April, pundiperingati. Seperti Chairil Anwar diIndonesia, Ghassan Kanafani telah menjadilegenda sastra Palestina modern, yangkarya-karyanya justru semakin mencuatdan banyak dibicarakan setelah iameninggal.

Meski telah tewas,penghargaan justrusemakin derasmenghujani Ghassan.Pada tahun 1974 dan1975 secara berturut-turut ia mendapatpenghargaan dariAsosiasi JurnalisInternasional danpenghargaan Lotus.Lalu pada tahun 1990,giliran Piagam Seni danBudaya al-Quds yangjatuh ke tangannya.Anni Ghassan,

Biduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 9 Halaman 76SSSSSagangagangagangagangagang

Kak Sarah-begitu kami memanggilnya,marah bukan alang kepalang.

“Pukimak mike ni…pakaihotak…nak mengaji atau tidak…mak akusakit parah…bisa diam tak? Diam…!Entah mengape ngentam mike niagaknye…balek…balek mike semue,memekak telinge je…balek…!”

Lalu senyap dan kami tidak beranibercakap-cakap. Sekejap kemudian satupersatu dari kami pulang, dengan perasaanyang sulit digambarkan.Seperti ada sesuatu yanghilang kemudian rasa ciutmerasuk sehingga memangtidak ada sepatah katasetelahnya.

Esoknya tidak ada lagiapa-apa kecuali sunyi. Kamitak berani lagi bermain-main,bergurau atau sekedarbersapa antar sesama.Hanya suara pengajiankawan-kawan yang sesekalibertengkah dengan suarabatuk mak Kak Sarah. Suara batuk yangberat, seberat kesunyian yang merekaberdua maknai, mungkin.

Waktu terus bergulir, meninggalkanjejak dan tapak, setap orang memaknaihidupnya dengan segala kemampuan danterus mencari segala kemungkinan. Dengansangat tersiksa walau sedikit terbiasa,akhirnya aku menamatkan pengajianku,aku khatam. Dan seperti biasa, kamimembuat acara kenduri keluarga. Kamimengundang sanak saudara dan tidak lupapula guru ngaji yang berjasa, Kak Sarah.Tetapi sungguh disayangkan pada hari itupula maknya Kak Sarah berpulang keRahmatullah.

Acara yang sebenarnya sebuahharapanku agar Kak Sarah bahagia berubahmenjadi sesuatu yang lain, berangkalimenambah rentang waktu danmenyempurnakan kesunyian hidupnya. Tapitak ada air mata, tak ada tangisan, rintihandarinya, ia hanya mengantar jenazahmaknya ke perkuburan dengan diam…diamdan diam.

Dia benar-benar hidup sendiri. Dari sunyike sunyi. Sampailah akhirnya dia mencapai

umur paruh baya masih tetapsetia dengan kesunyian itu.

Terakhir aku menemuinyaketika hendak mengabaribahwa aku akan melanjutkanpendidikan ke salah satuuniversitas yang ada diPekanbaru. Ternyata KakSarah memaknai kesunyian itudengan menanam ubi kayu,pisang dan tebu di belakangrumahnya. Ia terkejut ketikaaku dan kedua orang tuakumenyapanya. Dan yang kuingat

ia hanya mengusap kepalaku tanpa berkataapa-apa ketika aku menyalaminya.Begitulah Kak Sarah memaknai segalanyadengan sunyi dan mengekpresikan sesuatuhanya dengan diam…diam dan diam.

*****Beberapa tahun hidup kota dengan hiruk

pikuk, segala kemegahan dangemerlapannya aku menjadi paham betapabermaknanya kampung. Dan aku berada disini, di kampung tercinta ini adalah hari yangke sekian dari liburan kuliahku .

Kampung adalah sebuah tempatberteduh. Tempat lintasan kenangan yangterus hidup di setiap aliran darah. Takterbunuh meski setiap saat ditunggangi

Cerpen pertamanya yang berjudul ”KaosCurian” (al-Qamish al-Masruq) mendapatjuara pertama pada sebuah sayembarasastra. Namun, diam-diam penyakit diabetesmenggerogotinya. Ia pun lebih banyakmenghabiskan waktu di rumah sehinggamembuatnya semakin dekat dengankakaknya yang juga penderita diabetes, dandengan puteri kakaknya, Lemis Najm.Kreativitasnya kemudian terdongkrakdengan menulis beberapa kumpulan karyayang ia hadiahkan kepada Lemis, gadis yangmenjadi keponakannya itu.

Ghassan rupanya menginginkan tantanganyang lebih besar daripada Kuwait. Beirut,ibu kota Libanon, diputuskan sebagai kotaberikutnya yang ia tinggali. Ia pindah keBeirut pada tahun 1960 dengan bekerjapada Majalah al-Hurriya.

Tanah Merah Itu Bernama BeirutBeirut rupanya menyambutnya dengan

senyum sumringah. Dari Majalah al-Hurriya, Ghassan pindah bekerja keMajalah al-Anwar, lalu al-Hawadits,sampai menjadi pimpinan redaksi Majalahal-Muharrir. Kecemerlangannya dalambidang jurnalistik membuatnya dijulukisebagai seorang jurnalis revolusioner. Disamping kesibukannya dengan pekerjaan-pekerjaan jurnalistik, tunaknya dalambersastra tidak ia tinggalkan. Hasilnya, padatahun 1966 ia dianugerahi penghargaan olehAshdiqa al-Kuttab, sebuah asosiasi penulis,atas novelnya yang berjudul ”Milik Kalianyang Tersisa” (Ma Tabaqqa Lakum). Selainitu, untuk semakin menyokongperjuangannya bagi bangsa Palestina,Ghassan mendirikan Majalah al-Hadafpada tahun 1969. Bahkan, majalah yang

Biduk

Ghassan rupanyam e n g i n g i n k a ntantangan yang lebihbesar daripadaKuwait. Beirut, ibukota Libanon,diputuskan sebagaikota berikutnya yangia tinggali. Ia pindah keBeirut pada tahun1960 dengan bekerjapada Majalah al-Hurriya.

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 10 Halaman 75SSSSSagangagangagangagangagang

kesibukan dan segala ihwal kehidupan, dimana pun dan sampai kapan pun. Selaluada panggilan yang sayup namun mampumenggelitikkan hati untuk menyerukankerinduan pada kampung.

Hari ini aku bermaksud hendakmengunjungi rumah guru ngajiku, KakSarah. Sekedar bertanya kabar sekaligusmencoba meraba-raba kembali kenanganyang pernah menciptakan tapak dalampikiranku.

Terakhir kudengar kabar, ketika akusibuk dengan kuliahku, Kak Sarahmendirikan rumah tangga dengan seorangduda tua, namanya Pak Abas yang tinggaldi kampung Dompas-kampung sebelah.Tetapi beberapa bulan kemudian orangtuaku menyampaikan berita meninggalnyaPak Abas yang diakibatkan kecelakaan.Pak Abas ditabrak oleh seorang anak kecilyang baru belajar mengendarai honda.

Pada saat itu aku tak dapatmembayangkan bagaimana lagi Kak Sarahmemaknai dan menjalani hidupnya. Secuilharapan berupa recup-recup kebahagianhadir namun dalam sekejap tenggelamdalam kelam. Sekali lagi kenyataan yangharus diterima, apakah ketika itu KakSarah masih tetap hanya diam…diam dandiam? Entahlah…inilah salah satu alasanaku hendak ke rumahnya.

Sampai di depan rumahnya, kenangandemi kenangan melintas begitu saja.mengalir tanpa dikomandoi, sejenak akumenikmatinya. Tak ada yang berubah,masih rumah papan tua yang tidak pernahdicat dengan pagar yang semakin reot.

Beberapa kali aku memberikan salamtetapi tidak ada sahutan. Aku mencoba kebelakang dan kulihat ada seseorang-membelakangiku yang asyik masyuk

mencabut rumput-rumput. Kak Sarah,semakin kurus dan semakin uzurkelihatannya.

Aku memberikan salam. Ia terkejut danmenatapku. Mata kami beradu, beberapadetik hanya diam dan sunyi, ya…hanyasunyi di sini, sunyi yang tak berubah ketikadahulu ia selesai marah… Selanjutnya iaberlari meninggalkanku menuju pintubelakang rumah. Tak ada kata-kata, atausekedar senyum hanya saja kemudianterdengar pintu itu dikunci dari dalamselanjutnya semua tingkap juga ditutuprapat-rapat, lalu sunyi kembali, lagi-lagisunyi.

Kak sarah tidak mengenaliku. Apakahkarena rambutku yang gondrong iniakibatnya? tetapi kenapa ia seperti orangketakutan. Ya, kenapa…mesti takut? Akuhanya mematung dan bingung. Dengantertateh-tateh kutinggalkan rumah tua itudan Kak Sarah yang kini mengurung dirisendiri.

Di depan pagar rumahnya, dalamkebingungan aku mereka-reka, barangkaliinilah jalan hidupnya, inilah tugas yang harusdiemban sepanjang usianya. Memaknaikesunyian yang kemudian tetap kembalikepada kesunyian. Lalu aku bertanya ke dirisendiri, apa pula tugasku…?

Sungai Pakning, 01 dini hari 2008

Ghassan mampu mengisi stan Palestinadengan karya-karyanya pribadinya. Namunsayang, pada tahun ketiga kuliahnyaGhassan di-drop out karenaketerlibatannya dalam berbagai aktivitaspolitik praktis di luar kampus.

Kuwait yang Menjanjikan Pada tahun 1955 Ghassan pindah ke

Kuwait, mengikuti jejak kedua kakaknyayang lebih dulu hijrah ke sana. Di sana adikberadik itu bekerja sebagai guru, pekerjaanyang kemudian juga dilakoni Ghassan.Ghassan mengajar sebagai guru olah ragadan pelajaran melukis.

Di Kuwait, Ghassan tiba-tiba menjadibegitu rakus membaca. Satu buku setebalenam ratus halaman mampu ia tamatkanhanya dalam tempo satu hari. Di sampingitu, kebiasaan menulisnya yang dulu pernahbersinar sewaktu di Damaskus kembali iaasah, hingga ia diterima bekerja sebagairedaktur di sebuah majalah yang bernamaal-Ra¢y (Pendapat), dan dipercayamengasuh kolom opini khusus politik ”Abual-‘Izz”.

Tulisan-tulisannya yang menarik dikolom itu dan lainnya membuatnya dilirikbanyak pihak, terutama sepulang darikunjungannya ke Irak pascarevolusi padatahun 1958. Sambil mengajar dan menulis,kuliahnya yang sempat terlantar ia teruskankembali dengan mengambil kelas jauh. Saatitu situasi politik sudah berubah sehinggaGhassan dibolehkan lagi mengikuti kuliah.Akhirnya, ia berhasil lulus dengan skripsiyang berjudul ”Etnis dan Agama dalamSastra Yahudi”.

Bukan hanya itu, kecemerlangannyadalam bersastra pun mulai menuai hasil.

Biduk

Bukan hanya itu, kece-merlangannya dalam ber-sastra pun mulai menuaihasil. Cerpen pertamanyayang berjudul ”KaosCurian” (al-Qamish al-Masruq) mendapat juarapertama pada sebuahsayembara sastra.

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 11 Halaman 74SSSSSagangagangagangagangagang

TALIoleh Riki Utomi

cerita-pendekBidukKafilah kecil itu kemudian berangkat menujunegara tetangga, Libanon, denganmenumpang sebuah truk. Di tempat baruyang bernama Shaida mereka kesulitanmenemukan tempat tinggal yang layak. Duahari dalam pencarian yang melelahkan,mereka akhirnya mendapatkan sebuahrumah. Itupun terletak di sebuah datarantinggi, Ghaziyah.

Rupanya, lika-liku perjalanan yangmelelahkan belum usai. Rumah baru ituterpaksa mereka tinggalkan karena biayahidup di Ghaziyah terlalu tinggi. Denganmenumpang kereta api, mereka pindah lagike Halb, lalu ke Zabdani, dan berhentisementara di Damaskus, ibu kota Suriah.

Damaskus yang Menyambut HangatBagi Ghassan muda, Damaskus

adalah tempat mengembangkan bakat ditengah kesulitan hidup yang menghimpitkeluarganya. Kakak perempuannya yangbekerja sebagai guru amat mendukungbakat Ghassan. Ghassan semakinbersemangat. Di sela-sela kesibukannyamembantu ayahnya di pengungsian, Ghassansesekali diundang ke radio, menulis syairdan karya lainnya secara kreatif.

Bakat Ghassan semakin bersinarketika ia duduk di bangku SLTA. Ia terlihatmenonjol dalam sastra Arab dan pelajaranmelukis. Selepas SLTA, Ghassan bahkansempat mengajar di sekolah pengungsi diDamaskus, tepatnya di Sekolah Ilyanis.Kemudian Ghassan menimba ilmu denganmengambil kuliah di jurusan sastra ArabUniversitas Damaskus. Kampus baru ini punmenjadi ajang kreativitas bagi Ghassan.Bakat melukisnya ia kembangkan. PadaPameran Internasional di Damaskus

Bagi Ghassan muda, Da-

maskus adalah tempat me-

ngembangkan bakat di

tengah kesulitan hidup yang

menghimpit keluarganya.

Kakak perempuannya yang

bekerja sebagai guru amat

mendukung bakat Ghassan.

Ghassan semakin berse-

mangat.

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 12 Halaman 73SSSSSagangagangagangagangagang

Ia menggapai daun pintu. Dengankeletihan hebat ia langsung rebah dikursi yang reot. Ayunan dilihatnya

menggeliat-geliat lalu berujung pecah tangis.Di sudut dapur anak sulungnya asyik belajarsambil bertanak nasi. Ia dekati anaknyayang masih terus menangis dalam ayunan,diraihnya sambilmendodoi. Anakitu semakin hebatmenangis.

“Emak, akumasih belumlunas,” kataanaknya yangsulung ketika ia kedapur.

Ia hanyamengangguk. Iniuntuk yangkeempat kali anaksulungnya berkatabegitu seolahseperti lampu merah yang enggan redup. Iatahu uang SPP anaknya itu masihmenunggak empat bulan. Tapi ia sudahmerasa berjuang. Ternyata itu pun belumcukup. Hanya bisa untuk memenuhikebutuhan hidup satu atau dua hari.

“Kita tunggu abangmu pulang.” Ia hanyamenjawab singkat.

Ia teringat malam ini pasti mati lampu.Tapi masih untung ia dapat membeli minyaktanah yang hanya cukup untuk menerangikeadaan di dalam rumah. Tangis anaknyasudah sedikit reda. Si sulung segera kekamar mandi.

Ia taruh kembali anaknya itu ke ayunan.Anak itu meronta-ronta kakinya menrjang-nerjang. Cepat-cepat ia masukkankompengan ke mulut anak itu.

Segera ia ke kamar. Ada sesuatu yangharus ia cari. Ia menoleh kiri-kanantergesa-gesa. Ia baru teringat, di bawahkolong ranjang. Segera ia raih segulung talitambang kecil. Sudah dua minggu iasimpan tali itu. Kini seolah tali itu sedangberbicara padanya. Membujuknya.

Merayunya.Ia pejamkan mata.

Menangis dalam hati.

***Aku sering

melihatnya pulang-pergi. Ia hanyamemakai sepedasangky. Tapi kurasaia memiliki semangatuntuk bertahan hidupdan membesarkandua anaknya yangmasih kecil. Memangia miskin. Kutahu ia

hanya sebagai pembantu rumah tangga.“Tapi semestinya dia dapat bantuan

itu,” ujarku pada Udin.“Memang.”“Tetapi mengapa tidak?”“Sebenarnya sudah diberi. Tapi

bayangkanlah dengan Bantuan LangsungTunai yang hanya seratus atau dua ratusribu itu, tidak begitu memadai.” BalasUdin.

“Kau bisa menolongnya?” tanyakuseketika.

Udin tampak heran. Barangkalimenanggapi bodoh perkataanku.

“Sudahlah. Kalau kau ingin bantubantulah kau sendiri.”

“Kita perlu menolong orang miskin.”“Ya-ya aku tahu.”

Terusir dari KampungSendiri

Awal musim semi April 1936, seorangpengacara muda memboyong dua anak danistrinya yang tengah hamil tua dari Yafa ke

Biduk

Akka, kota kecil di wilayah 48Palestina. Mereka memang

biasa berlibur ke rumahnenek mereka di kota itu.

Rupanya, rencanaberlibur berubahmenjadi upacaramenyambut kelahiran.Sang istri melahirkanseorang bayi yangdiberi namaGhassan.

Beberapasaat lamanyaGhassan tidakmelihat Akka. Tiba-tiba sebuah serangandi malam butamembuat keluargakecil itu kocar-kacir.Pengacara itu punkembali membawakeluarganya ke Akka,kali ini bukan untuk

berlibur tetapi untukmenyelamatkan diri.

Pada saat itu usiaGhassan, putranya, baru

sebelas tahun.Sementara itu serangan

Israel makin meluas hinggaakhirnya mencapai Akka. Hanya

setahun menikmati lembutnya angin dikota Akka, yaitu dari Tisyrin

(November) 1947 hingga April 1948, lagi-lagi mereka dipaksa mengungsi ke desakecil Tel Fakhar atau Tel Napoleon.Palestina sebagai wilayah yang aman sejakitu tinggal impian.

Dari sini perjalanan rupanya belum usai.

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 13 Halaman 72SSSSSagangagangagangagangagang

Oplet menghampiri kami, sang supirlangsung mengklakson. Kami langsung naikdengan enggan, enggan karena memangtidak ada jalan lain selain naik oplet yangsekarang sudah mahal ongkosnya itu.

“Kurasa apa yangkita perbuat belummaksimal. Tidak ada perubahan.”

“Setidaknya kita merubah sesuatu yangpraktis.”

“Maksudmu?” tanyaku penasaran.“Ya. Bagaimana dengan kondisi morat-

marit sekarang ini orang miskin langsungbisa terpenuhi kecukupan hidupnya,” jawabUdin.

“Tapi bukankah BLT itu sebuah solusiyang praktis?”

“Tetapi mengapa kita mesti menentang,besok?”

Aku hanya bisa menarik nafas. Bingungdengan masalah ini. Aku teringat kembalipada ibu itu. Ia berjuang seorang diri dalammenghidupi dua orang anaknya, tanpadidampingi suami yang konon tak maupulang kepadanya. Pasti itu pengorbananyang sangat berat bagi seorang perempuan.Apalagi seperti dirinya yang memang tidakmemiliki pekerjaan tetap. Tapi besokrenvana kami untuk menentang kenaikanBBM sudah tidak terelakkan lagi. Akusebagai orang yang duduk di jajaran BEMmesti ikut. Mesti ikut. Walaupun apa yangterjadi.

***Dari kampus langsung aku menuju ke

pasar sebentar, membeli dua bungkus nasirames. Dengan uang yang kudapatkan darihasil tulisanku yang dimuat di sebuah suratkabar. Tidak apa, aku memang berniatmenolong ibu itu dengan iklas. Semogadengan pertolongan yang tidak seberapa inicukup memberikan keringanan sekejap.

Aku terbetik menolongnya karena akumemang tidak sampai hati melihatkeadaannya. Kami tetangga baru di sekitarlingkungan itu. Keluarga ayahku cukupmampu meskipun masih banyak tetanggalain yang lebih mewah hidupnya daripadakeluarga ayahku yang mestinya merekamemiliki perasaan lebih peka terhadaptetangganya yang hidup miskin. Tetapisetelah kupikir-pikir, manalah adakesadaran seperti itu dilingkunganperkotaan seperti ini. Bukankah setiaporang selalu sibuk dengan urusan masing-masing? Aku menggeleng. Beginilahkehidupan di kota. Serba individual.

Kuulurkan uang lima puluh ribu kepadapenjual di rumah makan itu. Setelahmenerima kembalian langsungkutancappergi. Kulalui hiruk-pikuk kotayang penuh kebisingan. Kupandangikeangkuhan gedung-gedung tinggi.Jembatan penyeberangan yang selalumenjajikan orang-orang yang putus harapanuntuk menggelar dagangannya yang akanmenjadikan jembatan itu sempit. Para kaki

Ghassan Kanafani:Sang Martir Palestinaoleh Misran

tokoh Biduk

Nama Lengkap : Ghassan (Fayiz) KanafaniTempat/ Tgl. Lahir : Yafa (Palestina), 9 April 1936Profesi : Sastrawan dan JurnalisIstri : Anni Hoover Ghassan (berkebangsaan Denmark)Anak : Fayiz dan LailaWafat Tgl. : Sabtu, 8 Juli 1972

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 14 Halaman 71SSSSSagangagangagangagangagang

lima yang menghabisi trotoar. Hingga muka-muka penuh misteri setiap orang yang tidakkita kenal yang setiap hari kita jumpai dikota ini. Ah. Kubalikkan muka melihat nasirames. Biarlah sekali ini kutolong ibu itu.Dia tetangga yang baik.

Kembali ku stop sebuah oplet.Menaikinya dengan perasaan banggakarena bisa menolong orang yangmembutuhkan seperti ibuitu. Tidak ada rasa banggadi hati. Tetapi itu semuahanya kulakukan sebagaibentuk rasa kemanusiaan.Di tengah perjalanan,hujan tiba-tiba mengguyur.Memang sebelumnyamendung sudah memenuhilangit. Kuturun disimpangsambil berteduh di dekatwarung penjual gorengan.Asap makanan goringyang masih hangatmenyentak hidungku,membuatku meneguk airliur.

Kulihat jalan yang penuh dengan aruskendaraan. Kucoba pandangi segenapkeadaan. Pengguna sepeda motor sibukmenyingkir ke warung-warung terdekatuntuk berteduh. Dari jauh kulihat samara-samar perempuan itu. Ibu itu, kini sepertinyadia ingin menuju rumahnya. Sepertinya iatidak peduli dengan hujan deras yangmenguyupkan badannya. Ia terus memaksadiri untuk melawan hujan yang semakinderas. Ia tampak menggigil. Orang-orangdisekitarku ada yang menggeleng danmenyebut-nyebut dirinya begitu bodohdengan situasi seperti itu. Aku jugamenggeleng. Kupandangi kantongan yang

berisi nasi rames yang masih kupegang ini.Aku mendesis pelan, menyesali keadaan.Tak mungkin aku menuju kepadanya ditengah hujan yang deras. Juga tak mungkinaku memanggilnya, meskipun sekuat-kuatnya dari sini. Orang-orang pasti beralihmemandangiku, dan aku menjadi maluseketika.

Ia terus berjalan dengan menyeretsepedanya yang mungkinbocor. Orang-orangmemandanginya denganberbagai raut ekspresi.Barangkali menuding diaadalah orang bodoh. Akuberubah menggeleng.

“Ia membawa tali lagi.”“Ya. Seperti kemarin.”“Maksudnya?”“Tali itu lagi. Tali tambang

kecil.”“Biar saja. Bisa saja itu

untuk keperluannya.”Aku mendengar beberapa

orang mulai menyebut-nyebutdirinya. Aku merasa sedih. Barangkaliorang-orang sudah banyak dari dulu yangmemperolok-olok dirinya.

“Dulu dia selalu sombong dengan oranglain. Dengan tetangga. Mentang-mentangsuaminya bekas pejabat.” Celetuk seorangibu.

“Ya. Tapi saying sekali suaminya ituternyata mata duitan dan punya pekerjaangelap sebagai pengedar ganja. Pantas sajasuaminya diincar polisi.”

Aku terkesiap. Benarkah dia begitu?Jadi begitu dia sebenarnya? Apakah akusalah sekarang ini kalau datangkepadanyauntuk sedikit meringankan bebanyang ada pada dirinya?

Bujang menarik perhatian wartawan.Bujangpun diwawancara, ditanyai maksuddari sajak-sajak itu. Dengan mengepul-ngepulBujang menjelaskan tentang buruknyakapitalisme. Kapitalisme menciptakanmanusia-manusia mesin tanpa hati. Hanya adasatu kata merajai pikiran mereka yaitu materi.Kebahagiaan diukur dengan banyaknya duityang digenggam, banyaknya barang-barangmewah yang dimiliki. Konsumerisme? Whynot. Pantas saja orang-orang yang mulai sadarkalau hati nuraninya berangsur-angsurmenghilang rela merogoh kocek lebih dalamuntuk mengikuti training ESQ, menemukankembali hati nurani mereka. Saying memangorang-orang itu harus membayar mahal untuk

Biduk

menemukan milik sendiri. Kapitalisme harusditentang, salah satu caranya ya lewat sajak.Bujang tersenyum bangga di penghujungwawancara. Aksipun selesai. Barisan bubar.Melenggang tenang Bujang ke motor barunya.Hari dah sore. Bujang harus buru-buru sampaike panam. Setelah magrib dia harus dahsampai di pangkalan ojek. Kalau tak begituhazablah emak dia di kampung cari duitditambah lagi tuk bayar kredit motor. Bujangmerasa puas dan bangga hari itu karenamerasa telah menyadarkan orang-orangtentang bahay akapitalisme. Pulanglah iamengendarai motor baru sambil bersiul riang.Ah! Dari kejauhan terlihat huruf K besartertulis di kening Bujang. Bertambah satu lagibudak kapitalisme tanpa ia sadari. Dan sayupterdengar dendang Bujang. “Ngojeklagiiii…ngojek lagi….yuuuukkk.***

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 15 Halaman 70SSSSSagangagangagangagangagang

Sekarang perempuan itu telah hilang darihadapanku dan juga dari hadapan orang-orang sekitar. Hujan belum mereda. Tapiaku masih enggan untuk keluar dariketeduhan warung. Kutunggu lagi cerita-cerita miring dari orang-orang yang ada disekitarku ini. Tapi aku ikhlas untukmenolong orang, bukan mencari mukakalau memang masyarakat di sini tidaksenang.

Terpaksa kutunggu hujan mereda.

***Ponsel-ku bergetar. Menyentak

jantungku lantaran terkejut. Segerakurogoh saku celana. Memencet apa isiSMS itu. Aku lebih terkejut lagi setelahkubaca sebuah berita dari ibuku. Akumenggeleng. Demonstrasi masih berjalan.Panas semakin terasa, sebagian kawantelah undur diri untuk berteduh di pospenjagaan kantor DPRD itu ataupun berdiridi bawah rindangnya pohon beringin.Tetapi sebagian masih sibuk berorasilantang namun terdengar sudah serak.Segera ku beritahu Delfy. Dia ketuarombongan. Sahabatku yang jangkung itupun langsung mengerti. Segera aku keluardari kantor itu. Menerobos satpol PP yangsedang memagari betis.

Rumah itu sudah dibanjiri tetangga. Akulangsung ingin melihat bagaimana keadaanperempuan itu. Apakah keadaannya begitunaas dengan tali yang selalu ia bawa itu?Ternyata tali itulah yang kini menghabisinya.Ia gantung diri. Langsung kuterobostetangga. Mencoba mencari tahu keadaandalam rumah.

“Polisi telah ada di dalam. Mendeteksimayatnya.”

“Kasihan sekarang anaknya yatim piatu.”Orang-orang masih menyebut-nyebut

dirinya. Aku urungkan niat untuk masuk kedalam. Beberapa orang polisi tampaknerjaga-jaga di dekat pintu. Tidak adatetangga yang boleh masuk. Dua orang anakperempuannya yang masih kecil-keciltampak menangis dalam pelukan tetangga.Aku menggeleng sedih. Mengapaperempuan itu begitu nekat menghabisinyawanya dengan gantung diri?

Tali yang selalu ia bawa itu ternyatasebagai alat untuk menghabisi hidupnyasendiri. “Tapi mengapa ia mesti membawatali bila pulang dari kerja?” sayup-sayupmendengar tetangga berkata.***

Selatpanjang, Juni 2008

dengan motorbarunya itu.Semangatnyas e m a k i nmenggebu-gebu memburus e m i n a r -seminar danacara-acaraseni. Temankuliahnya dahm e n e l p o nB u j a n g .Mereka mintaBujang datangsecepatnyakarena merekam a umengadakanaksi protest e r h a d a pkapitalisme.Dan Bujangdiminta untukmembaca puisit e n t a n gkapitalisme.Maklumlah,B u j a n g k a nlumayan jagobaca puisiberkat ajaran gurunya Super-Pai. Bujangpunmeninggalkan Mak Siti, emaknya tercinta,sang wanita perkasa. Diciumnya tangan tuaitu, dikecup kening ibunya penuh cinta.Berangkatlah ia ke kota nak kuliah lagi.

Hari aksipun tiba. Mahasiswa denganberapi-api menentang kapitalisme.Kapitalisme menciptakan manusia-manusiarobot yang digerakkan oleh materi.

Biduk

Konsumerisme mendapat kursi yang hangattempat bersolek. Dan manusia-manusia secaratak sadar telah menjadi budak darikonsumerisme dan kapitalisme tersebut orasi-orasi yang berapi-api itu disertai dengan sajak-sajak protes yang dibacakan Bujang. Begitupiawai ia membacakan. Semakinmenggebulah semangat mahasiswa yangsedang melakukan aksi. Pembacaan puisi

Biduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 16 Halaman 69SSSSSagangagangagangagangagang

cerita-pendek

ZAPIN BARONGSAIoleh Bambang Kariyawan

besok pagi. Sementara di kamar lain ternyataMak Siti juga resah. Dia memang sempatmarah pada Bujang karena permintaannyaterlalu tinggi. Tapi alas an-alasan yangdikemukakan Bujang masuk akallah. Toh diaingin punya motor bukan untuk TP-TP jualtampang, biar mudah dapat cewek. Bujangputra Mak Siti satu-satunya. Tempatmenggantung segala harapan. Ia ingin kelakputranya jadi orang dankerja kerasnya untukmenyekolahkan Bujangtaklah sia-sia. Ia tahuanaknya memiliki semangatyang tinggi dan ia tak mausemangat itu pupus karenakeinginannya tuk punyamotor tak kesampaian.Besok pagi ia akankatakana pada Bujangkeputusannya tersebut. Iaakan belikan Bujang motorwalau ia harus bekerja lebihkeras lagi.

Ayam berkokok sahut menyahut ditingkahsuara azan yang terdengar sayup. Embun-embun menggeliat mesrah siapkan tubuhnyadijamah mentari. Suara air wudu membasahilantai perigi rumah si Bujang. Sejuk terasasampai e hati. Subuh yang damai dan tenang.Bujang mengimami Makny sholat subuh.Alangkah indahnya suasana rumah mungil itu,penuh cinta dan kebahagiaan. Biasanyaselesai sholat subuh Mak Siti bersiap-siap tukmenakik getah. Kebun karetnya lumayanjauh dari rumah tapi Mak Siti sudah biasamenempuh dengan berjalan kaki seorang diri.Di jalan ia akan berpapasan dengan penakik-penakik getah yang lain, Bujang disampingnya, putra tersayang semata wayang.Bujang lagi liburan semester jadi dia pulang

Bidukke kampungnya membantu ibunda tercinta. Diperjalanan Bujang memulai pembicaraan.“Mak jauh juga ya jarak rumah kita dengankebun. Kalau ada motor pasti lebih cepat.”Bujang melenggang santai tapi matanyamenguntit nakal maknya.

“Bujang…Bujang. Kau ni ye serupa betuldengan bapak kau. Kalau punya kehendaksusah dilerai. Tahu tak, mak dah berpikir

semalam suntuk tentangpermintaan kau tu. Dan…”,Mak Siti sengaja memotongucapannya dan tersenyumgenit pada Bujang. “Dan apamak? Bolehkah Mak,Bujang punya motor?”Bujang tak kuasa menahanrasa. Ia merengek macamanak kecil. Bujangmenangkap sebongkahbesar harapan dari kata-katamaknya yang sengajadipotong. “Iyelah Jang. Makkan belikan kau motor. Yang

baru sajalah sekalian Jang. Kan sekarang adakredit. Makkan usahakanlah. Asal kau rajinkuliah Jang dan ingat seimbangkan kegiatan-kegiatanmu itu dengan kuliah. Mak tak maukau terbengkalai kuliah. Apa kata arwahbapakmu nanti. Hazab Mak kena maki.” Taktersembunyikan kegirangan Bujang.Melonjak-lonjak ia macam katak dapat hujan.Dipeluk maknya kuat. “Makasih mak. Bujangjanji kan pegang petuah-petuah emak. Bujangjanji. Untuk meringankan beban emak, Bujangngojek mak.” “Terserah kaulah Jang, asalpandai-pandai bagi waktu. Jangan sampaikuliah terganggu.”

Dua minggu berlalu. Bujang dah dapatmotor baru Supra-Fit. Liburan semesterpunusai sudah. Alangkah bahagianya Bujang

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 17 Halaman 68SSSSSagangagangagangagangagang

Cahari olehmu akan sahabatYang boleh dijadikan obatCahari olehmu akan guru

Yang boleh tahukan tiap seteruCahari olehmu akan kawanPilih segala yang setiawan

(Gurindam 12, pasal 6, Raja Ali Haji)

Hadirin yang berada di aula SMAseperti terbawa ke masa Raja AliHaji dengan syair Gurindam Dua

Belasnya yang terkenal itu. Siapa geranganyang dengan indahnya melantunkannya?

“Lim… hebat sekali kau membacaknnyatadi. Aku sebagai budak Melayu saja tidakmampu membacakan syair Gurindam itudengan baik. Kapan-kapan ajari aku yah,”Hamzah teman baik Lim memberikanapresiasi atas penampilannya membacakansyair Gurindam 12 karya sastrawanMelayu, Raja Ali Haji.

Lim dan Hamzah dikenal sebagai duasahabat yang dikenal akrab. Lim sebagaianak keturunan Tionghoa dan HAmzahsebagai budak Melayu. Mreka tinggal diTanjung Pinang. Sebuah kota yang memangsudah dikenal masyarakat sebagai kotaakulturasi kental antara Melayu danTionghoa. Perbedaan latar belakang tidakmereka anggap sebagai benteng pemisah.

Lim memiliki semangat nasionalis yangtinggi. Lim sangat terkesan dengan sebuahperibahasa yang pernah dipelajarinya dibangku sekolah. Di mana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Keinginan Lim untukmendalami budaya setempat didukungpenuh oleh sahabatnya, Hamzah. Lim sangatberminat mengkaji sejarah, budaya, dansastra Melayu yang begitu kaya tersimpan diPulau Penyengat, sebagai tempatmenyimpan sejarah peninggalan KerajaanMelayu. Lim selalu meminta Hamzah untukmenemaninya untuk sekedar bermain ataumengamati dengan serius peninggalan-peninggalan sejarah Melayu tersebut.

Tidak perlu heran, ketekunannyamembuahkan hasil. Pemahaman terhadapsejarah Melayu tidak diragukan lagi.Kepiawaiannya memaikkan musik gazaltidak kalah dengan tim gazal yang telah ada.Kehebatnnya bersyair semerdu burungperindu. Bahkan dalam menari Zapin,

“Mak! Belikanlah aku motor. Susah Maktak punya motor, kosku jauh. Aku jadi seringterlambat. Terus Mak, bayangkan banyakkegiatan tak bias kuikuti karena tak punyamotor. Langkahku jadi pendek. Waktukujuga terbuang banyak di bus atau di oplet.Contohnya kemarin Mak. Aku dapatundangan FLP di Sukajadi pukul 9, pukul 10aku juga ada acara di Bandar Serai. Karenaaku tak punya motor aku hanya bias ikut yangdi Bandar Serai. Coba kalau aku ada motoraku bias kejar keduanya. Ilmuku jadi tambahbanyak, pengalamanku bertambah dantemanku juga semakin banyak.Mak…pokoknya beliin aku motor Mak.”Bujang bercuap sepanjang tali beruk kepadaemaknya. Mengepul-ngepul suara yang iakeluarkan, bersemangat macam orang mauperang. Sementara Mak Siti, emaknya sibujang hanya mengurut dada mendengar

permintaan putra semata wayangnya Bujangbin Syamsudin.” Tesambat setan apa pula kauini Jang. Makmu ni Cuma petani karet. Kebunkaret warisan bapak kau tupun tak seberapaluasnya. Kau bias kuliah saja sudah syukurAlhamdulillah. Sekarang nak minta motor pula.Sadarlah Bujaaangg…!.”

Berkerut wajah Bujang. Sia-sia sudahsemangat 45 yang ia keluarkan. Harapannyauntuk punya motor kandaslah sudah. Walaubagaimanapun Bujang tergolong anak baik.Tak kuasa ia melihat risau di wajah Maknya.Tapi di sudut hatinya yang lain, keinginannyauntuk punya motor sangatlah kuat. Motorbekaspun tak apalah. Bujang termasuk anakaktif di kampus. Seminar-seminar ia ikuti,acara demi acara terutama yang berbau senisebisa mungkin ia hadir. Semangatnyamenggebu-gebu dan ia merasa semangatnyaitu kadang terhalang karena ia tak punyakendaraan. Kegiatan-kegiatan seni biasanyadi kota dan sering pada malam hari. Kalautak punya kendaraan susahlah. Bisa pergipulangnya gimana. Jauh juga dari kotapanam.Numpang sama teman terus segan danlagi susah juga cari teman yang sama-samasuka seni. Pernah Bujang ungkapkankesedihannya pada sahabatnya Ucok. Bujangsangat sedih karena tak bisa ikut diskusitentang proses kreatif yang diadakankomunitas paragraph. Pembicaranya JoniAriadinata dari Jakarta. Bujang ingin kali ikutdiskusi tapi temannya yang punya motor takkunjung datang. Padahal mereka dah janji.Sedihnya si Bujang. Alangkah mudah danpanjang langkah Bujang kalau dia punyamotor. Semalaman Bujang tak bisa tidur.Pikirannya terbelenggu oleh motor. Ia telahputuskan kalau dia harus punya motor dandia akan ungkapkan itu lagi pada Maknya

Biduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 18 Halaman 67SSSSSagangagangagangagangagang

Bidukgerakannya sangat atraktif. Melihatkehebatannya itu kadang teman-tenannyaselalu berseloroh, “seharusnya kamu Limjadi budak Melayu.”

Pujian itu bukanlah tanpa dasar, berbagaiprestasi pernah diraihnya dari skala kecilsampai internasional. Prestasiterakhirnya adalah menjadi pembacasyair terbaik dalam ajang FestivalMelayu se Dunia di PulauPenyengat.

“Saya kira untuk menjadiorang Melayu tidak harusdari orangtuanya yangMelayu;” Lim memberikanalasan. Alasan yangdiberikan menurutnyamemiliki dasar yang sangatmendalam berdasarkankajian akan pelajaran yangpernah diperolehnya dibangku sekolah khususnyaketika mempelajari teoribudaya Melayu dalampelajaran Budaya Melayu.

“Jawaban yang sangatpintar, untuk menjadiorangMelayu tidak harusdari orangtua yang Melayu,”Hamzah mengiyakanpernyataan Lim yangmenurutnya perlu menjadiperenungan kepada mereka yangmenganggap wawasan sempit akanpengertian kesukuan.

Hari itu di sebuah klenteng, Limmengajak Hamzah untuk melihat dirinya danteman-temannya latihan Barongsai untukmenyambut perayaan imlek.

“Hamzah, ini adalah tarian Barongsai,tarian kebanggaan kami. Kalau kalian punya

Zapin maka kami punya Barongsai,”sekadar membandingkan kepada Hamzahagar beliau lebih mudah memahaminya.

“Iya, saya sering melihatnya kalau adaperayaan-perayaan umat Tionghoa. Tolongjelaskan filosofinya, Lim?”

“Baiklah, Tarian Barongsai disebut jugatariang Singa. Menurut kepercayaan orangCina, singa merupakan lambing

Bujang Minta Motoroleh Alvi Puspita

cerita-pendek

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 19 Halaman 66SSSSSagangagangagangagangagang

kebahagiaan dan kesenangan. TarianBarongsaidipercayamerupakanpertunjukanyang dapatmembawakeberuntungansehinggaumumnyadiadakanpadaberbagaiacarapentingsepertipembukaanrestoran,pendirian klenteng, dan tentu saja perayaanImlek,” Lim menjelaskan sambil mengajakHamzah berkeliling klenteng. Terlihatberagam ornament klenteng, ada nagaberwarna merah yang di mulutnya sepertiada bola api, ada kolam berisi kura-kura,dan ada buah-buah jeruk tersusun rapi ditempat persembahyangan.

“Lim, klenteng dibangun untuk apa ya?”Tanya Hamzah di sela-sela kekagumannyamenyaksikan bangunan yang berdominasiwarna merah.

“Klenteng berfungsi sebagai tempatibadah bagi kami. Kalau kalianmenyebutnya mesjid. Membangun klentengmempunyai banyak aturan, sepertimendirikannya diatas podium, dikelilingioleh pagar keliling, mempunyai keletakansimetris, mempunyaiatap dengan arsitekturCina. Dalam mencari lokasi bangunan harusberpedoman pada Feng Sui agarmemberikan keberuntungan padapenghuninya.”

“Kalau kami ada Idul Fitri, kalian yangkami tahu ada Imlek, apa maksud dariImlek?”

“Imlek atau Sin Tjia adalah peraaan yangdilakukan oleh para petani di Cina yangbiasanya jatuh pada tanggal satu di bulanpertama di awal tahun baru. Perayaan inijuga berkaitan dengan pesta para petanimenyambut musim semi. Perayaan ini dimulai pada tanggal 30 bulan ke-12 danberakhir pada tanggal 15 bulan pertama.Acaranya meliputi sembahyang Imlek,sembahyang kepada Sang Pencipta, danperayaan Cap Go Meh. Tujuan daripersembahyangan ini adalah sebagai wujudrasa syukur dan doa harapan agar di tahundepan mendapat rezeki lebih banyak, untukmenjamu leluhur, dan sebagai saranasilaturahmi dengan kerabat dan tetanga,”jelas Lim sambil mengajak Hamzah makanotak-otak cumi yang dibungkus dengandaun kelapa hijau yang dikukus dan dibakar.

Lim terus berupaya mengajak teman-temannya yang bersuku Melayu untuk

SIAPA GERANGAN?Kepada Kartini bangsa

Siapa gerangan?Raga yang terbelengguJiwa menggebuApi membiruSiapa gerangan?Asa mengukur langitKasih yang menghamba bumiRidho dalam sunyiTulus senyum sembunyiSiapa gerangan?Bunga mekar taman bangsakuBerputik sinarCahaya nanarSeribu mekar

Panam, 21 April 2008

Biduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 20 Halaman 65SSSSSagangagangagangagangagang

mngenal akan tarian Barongsai. LewatHamzah dan beberapa teman Melayu yangberminat Lim mengajarkan seluk beluktarian Barongsai. Bahkan muncul idemengkolaborasi unsure seni Melayu dalamtarian Barongsai mereka. Lewat diskusimuncul beragam cara untuk mewujudkankeinginan tersebut.Latihan-latihandilakukan untukmerealisasikan proyekakulturasi, begitumereka menyebutnya.Keadaan ini ternyatamendapat pengamatandari orang tua Lim.

Suatu saat Limdipanggil oleh orangtuanya,” Apa-apaankamu mengajarkantarian Barongsaikepada anak-anakMelayu?!”

“Lim, hanya inginmemberikan suasanabaru dalam hubunganmasyarakat kita lewatseni, Pa.”

“Papa tidak mau tahu, tadi Papa ditegursama pengurus klenteng kita tentangkegiatan kamu itu, ingat Lim merekamengancam akan mengeluarkanmu dari TimBarongsai kita bila kegiatan itu masih tetapkau lakukan.”

“Biarlah Lim dikeluarkan dari TimBarongsai itu. Lim sudah bosan dengankefanatikan yang tidak beralasan.”

“Hei…sadar tidak apa yang baru kaukatakana?!!”

“Lim sadar Pa, sesadar-sadarnya. Limakan buat surat pengunduran diri dari tim

tersebut kalau apa yang Lim lakukanternyata hanya membuat ketidaksukaanorang-orang tertentu.” Lim segerameninggalkan ruangan tamu tersebut agartidak terjadi perang mulut yang lebih jauh.

Di tempat lain pada waktu yang hampirbersamaan. Ayah Hamzah memanggilnya.

“Hamzah, yangkalian lakukan denganterhadap seni Melayutelah merusak nilai-nilai seni Melayu.”

“Tapiayah…bukankahkreasi seni itu perlu.Bukankah orang-orang seperti Limsudah menjadi bagianbangsa kita? Apalagidisekolah kamidiajarkan untukbertoleransi dan dalampelajaran sosiologikami di jelaskanpentingnya akulturasidan asimilasi dalamrangka menjagakeutuhan bangsa.”

“Sudahjangan membantah, ayah sudahditegur oleh tetua adapt kita kemaren, jaganama baik ayah.”

Keesokan hari di kantin SMA, Lim danHamzah sama-sama mengungkapkanmasalah yang dihadapi. Tapi merekasepakat untuk terus melanjutkan yangmenurut mereka adalah kebaikan.

“Kita lanjutkan, kita minta dukungan dariteman-teman kita,” mereka mendata teman-temannya yang dianggap dapat mendukungobsesi mereka. Hamzah telah mendatateman-teman Melayu yang memiliki

ASAP PADA KOTAKU

Langit menangis menembus si putih kelabuMatahari tersenyum di sela serabutManusia dan aku tak lagi tersenyumMulut dan hidung terbungkamAda apa di sanaNun, di kotakuBergumpal si putih menyapaMengambil bagian di paru-paruManusia dan aku tak lagi tersenyumPandangan tak tertembus jauhMenghirup nestapaMenghirup dukaTapi, pengamen dan gelandangan tak peduliSiapa yang kan memberinya makan kiniJika asap tak mengalirJika asap tak berpaling

Panam, 28 Februari 2008

Biduk

Sajak-sajak Sri Handayani

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 21 Halaman 64SSSSSagangagangagangagangagang

kemampuan dalam menari Zapin danbermain musik Gazal. Lim mendata teman-temannya yang tidak tergabung dalam timBarongsai yang telah ada dan memilikikeinginan untuk memajukakn budayamereka. Sementara diperoleh data sekitar40 nama.

“Menurutmu siapa lagi yang bisa kitamintakan dukungan?”

“Bagaimana kalau guru seni kita,bukankah beliau yang termasuk apresiatifterhadap perkembangan senikontemporer?”

Kedua sahabat tersebut mendiskusikankeinginan, harapan, dan kegelisahankepada Pak Syam, guru kesenian mereka.Mereka mengharapkan dukungan untukmewujudkan obsesi dan pendapat ataspenolakan orang tua mereka.

“Kalian harus berjuang terus, mengubahpola persepsi dan pola piker masyarakatmemang perlu pengorbanan,” Pak Syammemberikan motivasi pada mereka untuktidak putus asa untuk melakukanperubahan. Sempat Pak Syam berceritamasa remajanya yang telah melakukanberagam modifikasi musik-musik tradisionaldengan musik-musik kontemporer.Usahanya itu mendapat tantangan dariorang-orangtua pewarismusik dan senitradisionaltersebut.Bahkan beliausempatdikucilkan dandilarang tampildimana-mana.

Lim danHamzah seolah

mendapat energi baru dengan dukungan dansemangat yang diberikan Pak Syam. Sambilmenikmati hembusan angina laut yangmemasuki jendela rumah panggung PakSyam mereka melanjutkan rencana teknisberikutnya.

Dengan berbekal semangat dandukungan orang-orang yang mengertimereka, Hamzah dan Lim membentuk timseni yang mereka sebut dengan ProyekAkulturasi Zapin Barongsai.

Dengan kerja keras merekamengumpulkan rekan-rekan mereka untukbergabung dalam tim tersebut. Latihan kerasdilakukan untuk mewujudkan idealismetersebut. Latihan memadukan keseragamangerak kaki, kepala, kedipan mata, dankibasan ekor tidaklah mudah. Denagn jatuhbangun mereka harus melompat kesegalapenjuru. Ada banyak gerakan-gerakan rumityang kadang membuat mereka harusterjatuh. Belum lagi latihan konsentrasiantara musik bunyi genadang barongsai danmusik gazal yang mengiringi kelompokpenari zapin yang sama-sama memunculkangerakan cepat dan dinamis.

Suatu saat menjelang peringatan harikemerdekaan, sebuah selebaran untukmenyambut perayaan kemerdekaan akan

diadakan pawai.Lim dan Hamzahsepakat untukmengikuti pawaitersebut.Segenappersiapandilakukan untukmenampilkanatraksi mereka.

“Inilahkesempatan kita

SESAATKU( Untuk kakanda Rieke Diah Pitaloka )

Aku sangat ingin mencicip duniamu, kandaApakah ada kesegaran disana?Sesuatu yang tidak aku temukan dalam diriku kiniSebentuk cinta yang kau katakan bundar di cerpenmu, seiris hatiyang kau kesankanSuci dari hatimu, kupikir kau permata ternyata melebihi mutiara

Sesuatu yang tak terucap, 120408

Biduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 22 Halaman 63SSSSSagangagangagangagangagang

untuk menampilkan sekaligus membuktikanusaha keras kita selama ini.” Merekaseperti mengeluarkan ikrar untuk denganserius menyampaikan penampilan tersebut.Sejak saat itu teruji kesabaran, ketabahan,dan pengorbanan untuk melakukan yangterbaik bagi tim mereka. Latihan yangmelelahkan, konflik kecil antar anggota tim,dan yang paling berat adalah masalahtekanan dari ketidaksukaan orang tuamereka. Namun dengan keyakinan,masalah-masalah yang adamenjadipenyemangat untuk menampilkan karyaterbaik.

Pada hari pelaksanaan pawai satupersatu tim menampilkan peragaan mereka.Ada yang menampilkan barisan pakaianadapt, atraksi kompang dan lain-lain. Padasaat gilirannya terdengar dari kejauhanmusik gazal sekaligus bunyi-bunyianbarongsai. Panitia dengan antusias memberikomentar atas penampilan ZapinBarongsai. Penonton pun terkagum-kagumdengan penampilan baru dari dua budayayang dipadukan oleh kreasi anak-anakmuda.

“Hadirin… inilah penampilan proyekakulturasi yang dipimpin oleh dua anakmuda dengan kultur yang berbeda. Lim darisuku Tionghoa dan Hamzah dari sukuMelayu. Fantastis! Idealis! Salut! Tepuktangan meriah untuk Zapin Barongsai…”Gemuruh hadirin bergema menambahsemangat penampilan anggota ZapinBarongsai memainkan nada-nada gazal danatraktifnya barongsai.

Kejauhan terlihat keheranan di wajahayah Lim dan ayah Hamzah. Seakan-akanmereka berkata,” Kalian memang anak-anak yang hebat, kami saja yang tidak maumelihat perubahan anakku.”

Keterangan :Penjelasan tentang barongsai,

klenteng, dan imlek diambil dariberbagai sumber.

HITAM YANG MERINDU, UNTUK BATRAKU

Aku berfikir hitam itu lebih baik untuk kukenang bersama runtutanwaktuHitam yang semakin kelam berteriak, siapa kau!Bebaskan aku dari belenggu!Aku tidak seperti yang kau mau!Cobalah kau biaskan hitam, pasti kau tidak mampu…hitammeratapiNasib, mengenang kerinduan bersamamu…duhai kekasihku…

Dikesunyian Batra, 040408

Biduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 23 Halaman 62SSSSSagangagangagangagangagang

ADIKKU TERSAYANGoleh Rani Maulidyrza

cerita-pendek

“Jaga mulut kamu! Kamuharus sopan pada orang yanglebih tua.” Teriakku padanya.Sikapnya sudah keterlaluan.

“Aku nggak mesti ber-sikap sopan sama kamu!Kamu nggak pantas jadi

kakak. Bisanya Cuma cera-mahin orang aja. Kamu itu soksuci. Di depan orang lain kamu

selalu ber-sikapbaik untuk men-dapatkan per-hatian orang itu.Aku benar-benarbenci pa-damu.Dasar pen-jilat!”

“ K a m u … ”hampir saja akum e l a y a n g k a ntanganku padawajahnya karenadia berani mema-kiku.

“Aku nggakmau punya adekseperti kamu!”teriakku histeris.

DARAH

Kau yang menyenangi darahMencari darah

Mencuri darahMenghisap darah

Menghabisi darahHingga tak berdarah

Untuk negri, 140408

Biduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 24 Halaman 61SSSSSagangagangagangagangagang

“Oh ya? Kamu piker aku bangga jadiadek kamu? Tanpa kamu suruh pun aku udahnggak ngganggap kamu kakakku lagi.”

Aku masuk ke dalam kamar danmembanting pintu. Tangisku pecah di dalamkamar. Aku menyembunyikan wajahku dibawah bantal agar suara tangisku tidakterdengar sampai ke luar. Aku tidak inginadikku mengetahui bahwa aku sudah kalah.Aku tidak ingin dia tahu kalau aku sedangmenangisi sikapnya padaku.

Aku adalah seorang gadis berusia 17tahun. Akumemiliki seorangadik laki-laki yangumurnya setahunlebih muda dariku.Dulunya kamisangat akrab, tapibegitu memasukiSMA adikkuberubah. Diam e n j a d ip e m b e r o n t a k .Bukan hanya padaku, tapi juga pada orangtuaku. Awalnya aku mengiri itu karena diasedang menjalani masa puberitas. Tapitingkahnya semakin parah. Pelajaransekolahnya kacau dan ia selalu tidak adadirumah. Waktunya dirumah hanya malamhari saja. Selain itu, ia mengahabiskan waktudiluar rumah.

Puncak kekesalanku terjadi malam itu.Saat itu aku bicara dengannya tentangsikapnya yang mulai keterlaluan. Orang tuakutidak tahu lagi harus bagaimanamenghadapinya. Dia benar-benar keraskepala. Aku menasehatinya agar dia merubahsikapnya dan sedikit berkonsentrasi padasekolah. Tapi dia malah membentakku. Diabilang aku tidak perlu ikut campur urusannya.

Aku benar-benar marah dan tidak terimadiperlakukan seperti itu. Adu mulut terjadidiantara kami. Sampai akhirnya keluarlahkata-kata dari mulut kami masing-masing yangseolah-olah terdengar seperti memutuskanhubungan persaudaraan.

Aku sangat sedih. Aku tidak percayabahwa adikku sendiri sudah tidakmenyayangiku lagi. Hatiku sakit harusmempercayai itu semua. Aku sudah dibencioleh adikku. Aku dimaki oleh saudarasedarahku sendiri. Oh Tuhan, betapa pahit

kenyataan yangharus kuhadapi ini.

***Sejak kejadian

itu aku dan adikkutidak bicara satusama lain. Kamis a m a - s a m amenganggap tidakterjadi apa-apadidepan orang tuakami. Hampir satu

bulan sudah kami tidak bicara. Kami sepertiorang asing. Di sekolah, dia benar-benar tidakmengganggapku ada. Begitu juga aku.

Hampir setiap hari aku menangisi keadaanini. Di sekolah aku lebih banyak murung dantidak banyak bicara. Nilai bulananku jugamenjadi jelek. Para guru bergantianmemanggilku mempertanyakan masalahnilaiku yang turun drastic. Aku hanyamenjawab bahwa aku lupa belajar saat akanujian. Aku tidak tahu harus menjawab apa.Makanya aku meniru jawaban teman-temanku yang lain saat ditanya masalah nialimereka yang jelek.

“Arista, malam minggu besok aku danteman-teman mau datang bersama melihatpensi sekolah kita. Kamu mau datang bersama

Biduk

ORANG DI BELAKANG LAYAR!

Aku orang di belakang layar, menguntit babak demi babakpergulatan hidup panggungAdalah pekerjaan yang kulakoni sekarang.Ketika tokoh utama bermain menjadi diriku, aku merasa menjadipusat perhatian.Ketika aku melihat tokoh utama bukan diriku,Aku pun berkaca,Mengapa ia lebih pantas menduduki peran itu.Aku orang di belakang layar,Mungkin jabatan itu sempurna bagiku, bagi orang penguntit.Aku hanya mampu menilai tokoh utama tanpa mampu melihatapa yang mampu, danYang kumiliki, dulu, sekarang, ataupun yang akan datang.Aku orang di belakang layar,Hanya mampu bermimpi,Hanya mampu memakan mimpiAsa hilang dari benakku sendiri.Yah…!aku orang di belakang layar,Yang untuk berteriak pun, aku masih butuh suara,Yang untuk menunjukkan muka pun, aku butuh meminjam serupawajah,Yang untuk melangkah pun, aku butuh sepasang tungkai kokoh,Yang untuk melihat pun, aku butuh kornea sehat.Aku orang di belakang layar, melihat bisa, menatap bisa, menilaibisa, …, …, …,Hanya menjadi tokoh utama bisa…sebatas impianSekali lagi aku orang di belakang layar……………!

Sajak-sajak Resti Fitriani

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 25

oleh Hastin Yuniarsih

Halaman 60SSSSSagangagangagangagangagang

kami?” Tanya Marisa padaku saat istirahattiba.

Aku berpikir sejenak lalu menjawabnyadengan pasti. “Ya, aku mau. Kalian maujemput aku khan?”

“Iya, kita pergi naik mobil Doni. Nanti akuakan minta dia menjemput kamu.”

“Terima kasih, Marisa.”Entah apa yang membuatku ingin datang

pada acara pensi itu. Padahal pikirankusedang tidak enak. Tapi aku malahmemutuskan datang. Ada baiknya juga sih akumenonton pensi itu. Siapa tahu aku bisa sedikitterhibur.

***

Acara pensi sekolahku sangat meriah.Panitia pensi sepertinya sangat suksesmenyelenggarakan acara ini. Teman-temansekolahku begitu menikmati acara yangmenghibur ini. Aku juga sangat terhibur denganpensi. Aku bahkan bisa melupakan masalahkusejenak. Sampai berita itu datang…

“Arista…Arista!” Doni dan Putra berlari-lari kearahku.

Aku menatap mereka dengan bingung,“Ada apa?” tanyaku.

“Di sana…” Doni masih berusaha mengaturnafasnya. “Arista…di ujungjalan…adikmu…”

SUNGAI MALAM

Mengalir deras tak bermuaraMenuju ke laut fanaYang dalamMembawa nadi-nadi tenggelamMembawa aku

AkuAku

AkuTenggelam pada sungai malamBersama pasang dan tajamAku tidak pulangKarena karam dalam lubukTerdalamAku dan tengahkuAkuHilang aku

Dumai, 12 April 2008

Biduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 26 Halaman 59

Listia Anita, XI IPS CSMA Negeri 1 Sungai

Pakning, Jl. Ahmad YaniSejagat

Sungai Pakning 28761.Riau tlp (0766) 91280

SSSSSagangagangagangagangagang

“Adikmu kecelakaan, Arista. Sepertinyadia dan teman-temannya yang lain melakukanbalapan untuk bersenang-senang. Tapiadikmu tidak hati-hati dan dia terjatuh.” Putramelanjutkan perkataan Doni yang terputus-putus.

Aku merasakan badanku merinding dankaku. Tubuhku bergetar hebat. Dan airmataku turun perlahan.

“Kamu nggak apa-apa, Arista? Wjahmupucat sekali. Kamu…hei, Arista!”

Belum selesai Marisa bicara, aku sudahmeninggalkannya. Aku berlari kencang keluardari sekolah menuju ujung jalan. Jantungkuberdegup kencang. Aku sangat takut.Takut…sekali.

Langkahku terhenti ketika melihatkerumunan orang di ujung jalan. Aku berjalancepat dengan nafas tersengal-sengal. Airmataku tak berhenti mengalir. Aku menangistanpa suara.

Aku menerobos kerumunan orang itu danmelihat adikku tergeletak tak berdaya disana.Darah mengalir dari kepalanya.

“Andhika…” aku berteriak dan memeluktubuh adikku yang dipenuhi darah. Akumenangis histeris disaksikan oleh kerumunanorang. Darah di tubuh Andhika ikut mengenaitangan dan bajuku. Andhika sudah tidaksadarkan diri.

“Panggil ambulans! Cepaaaaatt…!!!”***

Setelah operasi yang dijalankan Andhikaberhasil, dia dipindahkan ke ruang rawat inapbiasa. Sudah tiga hari sejak adikku operasitapi ia belum sadarkan diri.

Aku mengetahui peristiwa sebenarnya dariorang-orang yang menyaksikan kejadian itusecara langsung. Adikku dan lima orangtemannya mengikuti balapan untuk bersenang-

senang. Rutenya juga tidak begitu jauh. Malamitu jalanan licin. Karena hujan baru saja turunsore harinya. Tapi mereka tetap ingin balapan.

Saat putaran terakhir, adikku berada diposisi pertama. Dan ia sangat senang begitumengetahui hal itu. Berkali-kali ia melihat kebelakang untuk memastikan tidak ada oranglain di belakangnya. Tapi ia tidak sadar kucingmelintas di depannya. Untuk menghindarikucing itu ia membelokkan motornya kekanan. Karena saat itu gelap adikku tidakmelihat ada genangan air disana. Dengankecepatan tinggi ia melintasi genangan air itu.Tapi ia tidak bisa menjaga keseimbanganhingga motornya oleng dan jatuh. Adikkuterseret cukup jauh dari motornya. Dankepalanya terbentur aspal karena saat itu iatidak memakai helm.

Malam itu juga adikku dibawa ke rumahsakit. Dan pagi harinya langsung menjalankanoperasi. Aku terus menungguinya. Aku ingindia cepat pulih dan sadar kembali.

Ketika aku sedang membeli minuman dikantin rumah sakit, Putra yang saat itu sedangmenjenguk adikku menelfon dan mengabaribahwa adikku sudah sadar. Aku berlarikembali ke kamar rawat adikku. Begitumelihatku masuk, serentak orang-orang didalam kamar keluar.

“Ayah dan Ibuku mana?” tanyaku padaPutra yang juga bersiap keluar.

“Mereka sedang di ruangan dokter.” Putramenepuk pundakku pelan. “Bicaralahpadanya. Sudah saatnya kalian meninggalkangengsi. Dia adikmu, Arista. Selamanya akanselalu begitu.”

Putra keluar dan menutup pintu. Akumendekati tempat tidur adikku. Kepalanyadibalut perban. Begitu juga dengan kakinya.Selang oksigen yang tadinya terpasang di

HANYA SEBUAH ASA

Lama bertahun menghilang tak dapat dicariPuas di sudut pelosok mata angin yang menderuPuas diliku-liku persimpangan hidupmu tak kutemuiEngkau entah kemanaPergi tak meninggalkan kesan dan sepatah kataAdakah aku salah dan melakukan sanubari yang penuh kelembutan ituAdakah tersalah langkah hingga aku tak tahu kemana arah lagiSekiranya semua itu jadi persoalanDari sudut jiwa yang kosong dan kekabutan mencari jejak-jejakmuInginku jemput dan kusambut datangmuBersama jiwa baru yang kau hidupkan dalam kepergianmu

Kini kuberharap ketibaanmu di depankuLalu berseloka dengan alunan kerinduan yang lama terkulai tak berdayaHarap kau kembali setelah kulepaskan gulita duluMenyirami kebun-kebun kasih sayang dengan air ketulusanMenatap masa depan yang menanti dan memanggil

Dumai, 12 April2008

Biduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 27 Halaman 58SSSSSagangagangagangagangagang

hidung Andhika sudah terlepas. Wajahnyapucat.

“Kamu baik-baik aja?” tanyaku. Akumerasakan suaraku bergetar.

“Aku baik-baik aja, Kak.” Jawabnya.Andhika tersenyum padaku. “Maafkanaku, Kak. Aku bersalah padakakak.”

“ A k uu d a hm a a f i nkamu.K a m uk h a nadikku,”a k umengeluskepalanya.

“ A k ubangga punyakakak seperti kamu.Kamu sangat baik. Aku janji akan merubahsikapku pada kakak, juga pada Ayah danIbu. Kamu nggak benci aku khan, KakArista?”

Air mataku mengalir. Aku senangmelihat perubahan adikku. “Akunggak benci kamu, Dika. Kamupasti lapar khan? Aku suapinya?”

Andhika mengangguk.“Terima kasih, Kak.”

Terima kasih Tuhan, kausudah mengembalikan adikkuyang baik. Aku senang bisakembali akrab dengan adikku. Akusadar, tali persaudaraan itu tidak akanpernah terputus oleh apa pun. Kerena rasakasih saying persaudaraan tidak akan pernahmati.***

ADDINA

Rambut menjalar ke ubun sukmaMenggelegar nafas meraut udaraMentali jiwa menggayut ke muara mimpi tersadarLupakan jangan hiraukan

Addina addina addina

Tersalam terucap dari nafas jiwaMengalir ke sungai jiwa

Addina addina addina

Salam penyambutan yang tak teruraikanKusut kesat tak terungkaiKusutKesatKasatHilangAddina addina addina

Tak tahu juga aku

Pekanbaru, 14 Maret 2008

Biduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 28 Halaman 57SSSSSagangagangagangagangagang

foto-budaya

Keluarga Suku Dayak Penan di Serawak,sebelum disentuh modernisasi foto: Hedda Morrison, HEMISPHERE

LUKA

Terlalu dalam mau kuceritakanSecebis luka dalam diriMengapa tak siapa yang peduliKucoba menghanyutkannya di samudera diriBersama perahu kelupaanBerharap ia tenggelam dihempas gelombangGelombang benciGelombang kehidupanBersaa detik-detik ituSudah lama ia berdiri di diriBertahta kuatnyaKu tertewasTerbunuhLantas ku hilang dalam terangPerih, pedih menjadi Satu

SatuSatuSatu

Bernama lukaLuka diri yang dalamMembenamkanku ke dasar hatiTak terkira jaraknya

Dumai, 25 April 2008

Biduk

Sajak-sajak Gunawan R

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 29 Halaman 56SSSSSagangagangagangagangagang

Sentuhan Modernisasi dalam bentuk kran air bersih di kalangan suku Dayak Kayan dan Kenyahdi Serawak foto: Hedda Morrison, HEMISPHERE

PERSELINGKUHAN KEYAKINAN

Kemurnian menjadi bisaTatkala universalisme menjadi alasanSemua tanpa batasDinding, sekat, pagar telah roboh oleh toleransi butaKehakikian bergabung tanpa dasarDemi kemuliaan katanyaKecendekiaan menjadi tameng pembenaranPengkultusan selalu berulangKeilmuan dibelokkanSensasi mengeluarkan pernyataan dan perbuatanMembuat beda dalam kewajaranCharisma menjadi alasan meraih massa mendukung keyakinanKadang tak habis dinalarApanya yang benar?

Biduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 30 Halaman 55SSSSSagangagangagangagangagang

PelangiImaji(nasi)Marhalim Zaini:SastraKontekstualoleh Musa Ismail *)

esei

Awalnya, saya mengenal Marhalim Zaini(MZ) melalui Segantang Bintang,Sepasang Bulan (SBSB) dan puisi-puisinyadi Harian Riau Pos. Lalu, entah tahun bila(saya lupa), baru kenal MZ secara langsung.Ketika itu, penyair yang cerdas bahasanya(aspek linguistik dalam karya-karyakreatifnya) ini—menurut saya—mudik keBengkalis, ibukota kabupaten tempatkelahirannya dengan membawa sekebatbrosur promosi tentang AKMR (AkademiKesenian Melayu Riau) untuk SMAN 3Bengkalis, tempat saya menghidupkantungku dapur. Sejak itu, kesan saya bahwaMZ adalah penyair sederhana, apa adanya,menjunjung prinsip hidup, dan orang yangtunak di dunianya.

Di dunia sastra, mungkin tak ada yangmeragukan kemampuan dan keterlibatanMZ. Dari naskah drama, cerpen, novel,esai, apalagi puisi, terus saja mengalir bagaiembun. Karya-karya kreatifnya, terutamapuisi, terus saja berdengung bagai lebahyang terbang. Kata MZ dalam SBSB,’’Terlebih dari itu, puisi kemudian hadirmenjadi sebuah dunia yang di dalamnyamenyimpan kemungkinan-kemungkinanruang estetis yang tak terhitung jumlahnya.Saya membayangkan, ia menyerupai saranglebah dengan ribuan lubang yangmenyumpan madu. Sementara dengungansayap lebah-lebah yang beterbangan diluarnya adalah langgam yang akandidendangkan oleh bahasa puisi yang telah

PESAN DARI MASA DEPAN

Ketakpantasan hinggapMengubah kenormalan menjadi di luar kewajaranWajah-wajah menuaKeindahan menjadi kegersanganOksigen tidak lagi menyegarkanEntah dengan apa nantinya harus dihirupAir menjadi keruhSiklus tak lagi memberikan hujanKalaupun ada hujan asam yang siap memborbardir tubuhTidak lagi ada kesantunanTidak ada lagi wajah-wajah pencerahanYang ada hanya konspirasi saling menjatuhkanPerlahan berguguran kemanusiaan yang wajarKebrutalan menjadi kebiasaanBudaya sebagai manusia menghilangTergantikan oleh keserakahanMasa depan sudah tidak menjajikanMasa kini lah sebuah harapanKesungguhan untuk membendung pesan masa depan

Biduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 31 Halaman 54SSSSSagangagangagangagangagang

jadi. Apakah sejumlah puisi saya dalambuku ini telah terdapat ribuan lubang yangmenyimpan madu, atau hanya menjadiampas kata-kata. Untuk hal ini, saya hanyabisa mengatakan bahwa, paling tidak sayatelah berniat dan berbuat (2004: i).

***Dalam tulisan ini, saya bukan bermaksud

memperbincangkan sikap berontak/perlawanan seorang MZ. Idealisme yangsudah mengental dalam jiwa penyair inisecara tidak langsung telah membentukprinsip kehidupannya di gelanggang sastra.Bagi saya, selainvisualisasi waktu yangbegitu teserlah dalamkarya-karyanya(terlebih puisi-puisinya), adalahpelangi imajinasi.Pelangi imajinasi dalamkarya-karya MZterkesan begitumenggoda, penuhwarna, memancing interpretasi, danmemerlukan perenungan yang memadaidalam hal memahaminya. Sudah tentu,sastrawan seperti MZ tidak akanmelahirkan karya-karya kreatifnya darikeadaan sia-sia atau dari kehampaan.Seperti apa yang dikatakan Agus R.Sarjono bahwa sastrawan tidak menulisdari ruang kosong dan hampa sejarah danlingkungan.

Bahasa-bahasa MZ adalah pilihan katayang benar-benar mantap. Dalam karyasastra, bahasa ibarat tulang penyanggakeberadaan karya sastra. Rene Wellek danAustin Warren menjelaskan bahwa bahasaadalah bahan mentah sastrawan. Sementaraitu, Sudiro Satoto mengatakan bahwa

hubungan bahasa dengan sastra sebagailingkaran bahasa yang diterobos olehlingkaran sastra di berbagai wilayah bahasa.Dari penjelasan tersebut sangat jelas bahwabagi sastra, bahasa seumpama pelangiwarna-warni bagi suatu lukisan. Berkaitandengan fungsinya inilah, akan menciptakanpelangi-pelangi imajinasi yang bertenaga danpenuh pesona.

Salah satu kecerdasan adalahkecerdasan kreatif. Jenis kecerdasan initerlahir dari jaringan imajinasi. Jika kita kaji-kaji, sebenarnya imajinasi lebih tua daripada

fakta. Sebelumdiciptakan kapal terbang,sudah pasti kitaberimajinasi terlebihdahulu. Bagi saya,imajinasi merupakan dayaimpian dahsyat yangmampu memberikanberbagai gambarankenyataan. Bahasa yangdigunakan sastrawan

akan mampu mewujudkan pelangi imajinasitentang berbagai persoalan kehidupan, baiksejarah maupun lingkungannya.

Puisi-puisi, novel, dan cerpen MZ tidakhanya sekedar reproduksi kejiwaan. Tetapi,juga menggambarkan kenangan masa silamdalam gambaran panca indra. Bahasa-bahasanya bukan visual semata, tetapimenghadirkan persepsi yang jauh melebihisekedar gambaran visual. Imajinasi yangdihadirkan MZ dalam karya-karyanya jugaberfungsi sebagai pendeskripsian pemikiran-pemikiran dengan pilihan kata yangmelahirkan kekokohan bahasanya.

Pelangi imajinasi yang teranyam sangathalus oleh MZ dalam karya-karyanya.Bahasa-bahasanya, menurut saya, adalah

SEPENGGAL KISAH DI SUDUT TEMARAM

Dua insan berjanji dalam kesetiaanDua insan siap menyatu dalam keserbatakberdayaanPutaran waktu tak kuasa dibendung dibiarkan mengalirKemiskinan tetap tak bergerakBerkubang semakin kotor dan kusamKehadiran permata-permata hidup memberi cahaya dalampandanganTapi mulut-mulut selalu menganga minta diisi suapanLingkungan sekitar tutup mata telingaMembenamkan diri dalam keegoisanDeru oplet dan gemuruh becak seolah tak terdengarKeadilan kadang sering datang terlambatKetika keputusasaan telah menggumpalMematri kaki dan tangan menjemput asaMenjadi kaku dan bekuYang saat ini ingin dilakukannya adalah diam dan menjalani

Biduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 32 Halaman 53SSSSSagangagangagangagangagang

bahasa-bahasa pemberontakan atauperlawanan yang dijalin menjadi begitulembut, halus, dan sangat santun. Sebagaipraduga, mungkin waktu dan ruang telahmenempa kepribadiannya selama diYogyakarta, suatu kota yang mengagungkankehalusan berbahasa jika dibandingkandengan kawasan Sumatera. Bahasa sepertiitu jelas tampak dalam Segantang Bintang,Sepasang Bulan (SBSB, kumpulan puisi),Langgam Negeri Puisi (LNP, kumpulanpuisi), Amuk Tun Teja (kumpulan cerpen),dan Getak Bunga Rimba (novel). Mari kitasimak satu puisi dalam SBSB yang berjudulGumam Teluk Mambang (1).

Aku menziarahi telukmu, dua puluhenam tahun,

sejak pohon karet usiamu belumseliar hutan, dan

dataran gambut belum bertebing laut.Merumuskan ingatan, serupa

menghitung titik-titikcahaya siang yang mengintip dari

lubang-lubang

hujan di atap rumbia, begitu tajammenikam meranti,

lantai senja yang berdaki.Tapi harus kukaji, mambang hitam

penunggubatang mempelam yang setia

mencatat kecemasananak-anak ketam dalam lubang

malam. Sebabdemikianlah aku, dua puluh enam

tahun, menyimpanketakutan atas telukmu yang kian

waktu kian rumpang.Begitu jelas pelangi imajinasi dan

gambaran waktu. Bukan sekedar imajinasiindrawi yang dilahirkan, tetapi juga imajinasikinestetik. Puisi di atas juga melakarkantentang imajinasi kedesaan dankehidupannya. Di bagian lain, dalam SBSB,MZ melahirkan imajinasi kekotaan dankehidupan modern (seperti dalam puisiMagelang-Jakarta dan MembacaJakarta). Dengan demikian, akanmelahirkan pula sesuatu yang ironis antara

KAU TIKAM AKU DENGAN SENYUM

Tenang…Ada gurat bengis tersunggingMisteri…Hitam putih catur penuh intrikTapi aku tak mampu untuk berlariBahkan aku tergadai oleh pelukanmuAku merasa hangat dalam cengkeraman kuku setanmuJalan berlorong untuk sebuah hati hitamku?

Biduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 33 Halaman 52SSSSSagangagangagangagangagang

oleh Hukmi

kehidupan suatu desa dan kehidupanmodern: suatu pertentangan tradisionaldengan modernisasi. Pelangi-pelangiimajinasi semacam ini akan menghadirkanapa yang dikatakan Wellek dan Warren bahimaji diformulasikan sebagai reproduksimental, suatu ingatan masa lalu yanginderawi, dan berdasarkan persepsi, tidakselalu bersifat visual.

Seperti apa yang dikatakan Wellek danWarren tentang suatu ingatan masa lalu,karya-karya MZ cukup memberikan fokustentang kehidupan masa lalu. Namun,ingatan masa lalu sebagai suatu imajinasi itudikemasnya dalam lingkup yang lebihmodern. Kesan tentang imajinasi ini dapatkita tangkap dalam Amuk Tun Teja.Ingatan-ingatan masa lalu dalam kumpulancerpen ini lebih banyak mengisahkan tentangkonflik kejiwaan dan bayangan kelam.Bahkan, Maman S. Mahayana dalamprolognya menegaskan bahwa Amuk TunTeja mengisahkan tentang dunia suram,tentu saja dalam anyaman pelangi imajinasiMZ. Di samping itu, dalam cerpen yangberjudul Amuk Tun Teja, MZmemperlihatkan keberpihakannya kepadaperempuan. Seakan-akan dalam cerpen itu,MZ mengajak kaum perempuan melakukansuatu perlawanan terhadap ketidakadilanyang menimpanya. Dalam cerpen-cerpennya ini, MZ begitu bersahajamenghadirkan legenda Melayu seperti HangTuah dan Hang Jebat dalam kehidupanmodern. Tanpa sadar, MZ dalam hal ini,serupa juga dengan Taufik Ikram Jamildalam Sandiwara Hang Tuah danMembaca Hang Jebat.

Kekuatan-kekuatan karya sastra yangdilahirkan MZ, menurut hemat saya, terletakpada kemampuannya mengolah pilihan kata

sehingga menjadi bahasa estetik. Lebih khaslagi, pilihan kata yang dijalin MZ adalahdiksi-diksi yang berasal dari lingkungankehidupannya. Kalau kita kembali ke asalkampung halamannya, maka kita terasabegitu akrab dengan laut, pantai, bakau,siput, teluk, pasir, cangkul, gambut, dansemacamnya. Kata-kata seperti itumemberikan gambaran kuat terhadapwarna-warni imajinasi dalam karyanya.

Baik puisi, cerpen, maupun novelnya,MZ memperlihatkan suatu bentanganpemikiran yang sangat realistik tentanglingkungan dan sejarah Riau. Kehidupandan pernik-perniknya begitu nyata sebagaisuatu lukisan yang bermain-main dalamsetiap karyanya. Berbagai pola adat,kenangan sejarah, kempisan perut kaummiskin, keterpinggiran/marjinalisasimasyarakat, idealisme, harapan dan sikaptentang suatu kebudayaan (sepertipembelaan lagu-lagu dalam novel GetahBunga Rimba). Karya-karyanya begitukental dengan nuansa Melayu. Kejeniusanlokal yang dijalin oleh pemikirannyamembentuk hamparan kisah dan kesan yangkadang-kadang memilukan, bahagia, tragis,dan mengajuk jiwa.

Bahasa-bahasa yang dipakai MZsebagai medium utama sastra terkesanbegitu maksimal menjalankan fungsinya.Jalinan-jalinan kata yang membentuk frase,klausa, dan kalimat seolah-olah bebasmengepakkan sayapnya mengalir ke muarasungai dari pemikiran-pemikiran MZ.Membaca karya-karyanya, seakan-akankita mencium, melihat, mendengar,merasakan, meraba, dan mengecap sesuatuyang terletak di hati dan perasaan orang-orang Riau. Kita juga bisa merasakangerak, getar, perbuatan, denyut adat/

KETIKA KATA…

Ketika kata dibelengguSirna hilang di pusaran bumiRantai-rantai memberatkan imajinasiDiam bahasa diam suaraKetika kata membelengguTutup mata tutup telingaAngin fitnah menerobosMenyedot sendi kehidupanKetika kata menjadi hikmahCermin hati menjadi bersihNurani bening bak embun pagiMenyatukan rasa dan imajinasi

Biduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 34

SSSSSagangagangagangagangagang

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 51

budaya, dan juga perihnya luka yangditanggung masyarakat negeri ini.

Pada umumnya, MZ bergerak darikampung. Melalui karya-karyanya, MZmengusung lingkungan kampung sekuattenaga sehingga memberikan arti mendalamdi tengah-tengah kehidupan yang serbamodern. Karya-karyanya terasa begitudekat dengan kehidupan masyarakat luas ditanah air, terutama Riau, termasuklahtentang kemarahan, keterasingan, dandarah yang selalu mengalir dalam pipa-pipaminyak di negeri ini. Dalam karya-karyanya, MZ berkabar tentang apa sajayang berkaitan dengan lingkungan dansejarah Riau. Dia berkabar tentang laut,kebun, ladang minyak, keserakahan, deritakuli, dan sebagainya. MZ terasa begitudekat dengan masyarakat kelas bawah,

rakyat jelata yang hidup susah. Reproduksikejiwaan karya-karyanya begitu objektifmengenai gambaran masyarakat Riau.Kesan-kesan seperti ini mengingatkan sayapada satu kata, yaitu kontekstual. Sayabersimpulan, MZ telah melahirkan karyasastra kontekstual Riau saat ini. Penyairyang membanggakan saya (mungkin agaksubjektif) ini mengemas, mengeram, danmelahirkan pelangi imajinasinya dalamkandungan kontekstual lingkungan dankesejarahan Riau.***

*) Musa Ismail adalah guru SMAN 3Bengkalis. Menulis cerpen, puisi, esai, dannovel. Akan terus menulis sebelum sampaike batas.

Email: [email protected]

Anak-anak dan perumahan suku Dayak Bidayuh di Serawak foto: Dewan Budaya

PEMBENARAN DI ATAS KEBENARAN

Sakral kata dicari celahPersepsi bermunculan untuk pembenaranKepintaran dialihkan untuk kesesatanTerhasut dan terfitnah oleh kemunafikanApa yang kau cari?Alasan kedamaian?Bohong…Kau hanya ingin bilangKalau dirimu yang benarKau buat pembenaran atas kebenaran

Biduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 50 SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 35

sajak

HAMPA

oleh Sitti Syathariah

Kelopak sayap waktu tak hendak menungguKehampaan yang bergelayut pada tiang-tiang asa

Kebimbangan yang setia merajut renda hati,Bergumul dengan ketidaksetiaan harap yang tak sempat terpatri di dinding-dinding hariWalau hembusan angin sanggup robohkan megah benteng, takkan badai sanggupHempaskam gelombang impian

Nop 2005

Sajak-sajak Sitti Syatariah

PANGGILAN ITU TAK LAGI MERINDU

Kala Bilal membuka suaraSejauh telinga mendengarHati merindu tersayat-sayatIngin segera bertemu pemilik panggilanUrusan dunia tak lagi pentingKesucian hati pembuka diriMelebur dalam kenikmatan tak bertepi

Biduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 36 SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 49

SIA-SIA

Katakan pada anginDesirnya tak sanggup sejukkan rasaKatakan pada awan,Putihnya tak sanggup bersihkan hatiKatakan pada hujanDinginnya takkan mampu meredam gejolakKatakan pada gelombang,Riaknya takkan sanggup buyarkan kekakuanKatakan pada mentari,Sinarnya tak berarti apa-apa…Katakan pada rembulanCahanya terlalu suram untuk menyinariGelap hatiKatakan pada rembintangKerlipnya tak seindah kunang-kunang

10 Desember 2005

SANG PEMBISIK

Ambisi dan kekuasaan akan bangkitKarena hembusan kataKeputusan bisa berubahKarena kipasan kataKedamaian jadi terusikKarena angin-angin kataPembisik-pembisik hadir di tengah kataMeracunkan…Menodakan…Membinggungkan…Semua kata yang telah tertata

Biduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 48 SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 37

Biduk

PENANTIAN ITU PUN BERAKHIR

Ketika ku telusuri jalan ituAda getar berirama di setiap langkah yang kau ayunkanGetar itu begitu indahSeindah hari-hari yang pernah kulewati bersamanya di jalan iniBougenville ungu yang berjajar di trotoar iniMengingatkanku pada rona merah pipinyaKetika sekuntum bunga itu keselipkan di sela-sela rambut dekattelinganya

Dia tersenyum penuh maknaMenatap lekat matakuAda getar bergemuruh di dada manakala dua pasang tangannyayang putihMenyentuh lembut pipikuAda banyak kata yang ingin terucapAda berjuta makna yang tersirat…

Ketika kutelusuri jalan iniAda bagian yang terlalu indah untuk dilupa tapi terlalu pahit untukdiingat

15 Februari 06

REGALIA YANG TERNODA

Kejayaan negeri disanjungDimarwahkan di atas junjunganPembesar negeri dan hamba khalayakTersatukan dalam simbolRegalia penyatu negeriPusaka berganti generasiKarena ambisiMarwah negeri diinjak perihHarga diri pengemban amanat terujiPantang hati menerima jemari ambisiSegala cara tidak simpati disusupiKonspirasi tingkat tinggi sulit di lawanRegalia diserahkan dengan tidak segenap hatiLuka negeri tiada terperihMenahan hilangnya perekat negeri

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 38 SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 47

MEMORI

Ketika kutelusuri jalan iniLagiMasih ada sisa getar berirama itu namun terdengar sumbangHarmoninya tak lagi sempurna karena dawai-dawainya tlah usang,

Lapuk dan ausdikikis waktuLalu putus dan lepas…Bersama hilangnya harap dan asaPupus bersama penantian yang sudah berakhir

Ketika kutelusuri jalan iniLagiAda getar berirama di setiap ayunan langkahkuGetar itu tak seindah duluHanya tinggal bias tersisaKeindahan yang suram dan padamBersama waktu yang tek berulang…

Maret 06

MENGOBRAL KATA

Di bawah pohon mangga yang rindangDitemani semilir anginMenjadi pelepas gerahBerkumpul bersama merajut janjiSekedar menjalani rutinitas tanpa tujuanDiawali dengan basa basi merangkai ceritaDi dapur tadi masak apaTerus dari tetangga ke tetangga di kupasPerkakas baru apa, dan beli dimanaLanjut keberita hangatSeputar selebritis yang selalu diulang-ulangBerita gossip menjadi primadonaSemakin tajam wilayah politik pun dimasukiSeolah-olah telah lahir tokoh serba tahu melekat dalamdirinyaKata-kata tanpa henti terus mengalirSaling sahut menyahutBak suara jangkrik di hutan lebatAtau seperti suara katak dikala pasca hujanGemuruh…Kata-kata tidak akan bisa dibendungTerhenti sesaat oleh waktuBerlanjut pula oleh waktu

Biduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 46 SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 39

esei

Musik Gerejaoleh Asri

A. PendahuluanSetidaknya sejak abad ke-19 musik

gereja menjadi suatu persoalan yang tidakselesai perselisihannya antara seniaman, pihakgerja dan masyarat. Hal ini berdasarkansuatuestetika duniawi yang semain menonjoldalam bidang kesenian, dimana unsur agamatetap berperan, akan tetapi dalam bentukmistik, spiritualisme, panteisme dan lain-lain.Karya musik yang gerejawi seringdipentaskan diluar lingkungan gereja,sehingga dualisme antara persepsi musikmurni dengan unsur persepsi keagamaan kitabisa melihat melalui teksnya yang sangatmenonjol.

Berdasarkan hal yang di atas tersebutpenulis sangat tertarik dengan nuansa religiusyang terdapat dalam musik gereja, dalamkesempatan ini penulis merasakan bahwaberbagi pendapat yang dikatakan olehmasyarakat, bahwa pada dasarnya harus kitabedakan antara musik Liturgi sendiri, danmusik yang menggiringi liturgi, kemudianmusik yang berhubungan dengan suatu

upacara khusus, misalnya pernikahan, dimanamusik sendiri tidak harus bersifat gerejawi danmusik unsur keagamaan yang dapat dipentaskan di luar konteks gereja.

Di sini kita bisa melihat pada pembaharuanmusik gereja pada awal abad ke-20, pihakgereja semakin kritis terhadap pembaharuanmusik gereja tersebut, karena sesuai denganperkembangan musik pada abad ke-20 padaumumnya. Dengan demikian satu hal yangsangat menarik untuk di bahas yaitu unsurkeagamaan yang dapat di pentaskan di luarkonteks gereja, karena perkembangan musikBarat ke wilayah Indonesia saat ini sangatmenjanjikan bagi para pemain dan komposer.Salah satu contoh kita bisa melihatperkembangan musik Jazz. Sebelum penulismelangkah lebih jaoh terlebih dahulu inginmembahas sedikit tentang apa itu musik Jazz.Menurut Diter Mack dalam bukunya SejarahMusik jilid 4 menyatakan; Jazz merupakanmusik folklor, akan tetapi setelah kurun waktutertentu menjadi suatu eksperesi individual,yang dimaksud individual disini terlihat dari segi

AKU SUDAH LUPA KALAU DIA TUHANKU

Ketika kecil…semua bacaan…semua hafalan…semua gerakan…Kunikmati dengan sepenuh hatiKarena aku yakin Tuhan adalah temankuKetika remaja…saat ketidakstabilan…saat kegoncangan…saat pencarian diriKegamangan untuk menyakini adakah Tuhan di sekitarku?Ketika dewasa…saat rutinitas menjadi roda…saat uang dan kekuasaan begitu manisTerasa…saat bermunculan Tuhan-Tuhan lain di sekitarkuMembuatku lupa apa pernah ada Tuhan dalam hatiku?

sajak Biduk

Sajak-sajak Bambang Kariyawan

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 40 SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 45

foto: Internet

komposisi, melainkan dari segi kebanyakaninprovisasi, baik dari segi pengolahan teksturmaupun dari segi ”sound”nya. Nah dari sinitimbul pertanyaan apakah sah, apabila suatukarya komposisi tertulis? Dan selain itubagaimana dengan musik yang tidak tertulis,akan tetapi juga tidak bersifat inprovisasi,seperti kebanyakan musik karawitan diIndonesia misalnya dilihat dari sejarahnya,gamelan semar pagulingan di Bali misalnyapunya fungsi hiburam untuk para aristokrat,tetapi tidak mustahil musiknya sekaligus ditapsirkan sebagai musik seni.Nuansa Religius

B.PembahasanSebagai pembahasan bisa dirumuskan

berdasarkan permasalahan yang di lontarkandi atas, bahwa nuasa religius dalam musikgereja disini kita bisa menghubungkan antaraseni dan religi adalah satu di antarapertanyaan-pertanyaan yang tersulit untuk dijawab. Nah jika kita melihat kemasa lampau

akan tampak bahwa seni dan religiusbermunculan bersama-sama sejak di celah-celah prasejarah yang suram, untuk berabad-abad lamanya keduanya sangat berhubunganterus dengan erat, kemudian di Eropa, sekitar500 tahun yang lampau, gejala pertama akanadanya pemisahan antara keduanya timbuljurang pemisah ini tampaknya akan meluas.Denagn datang puncaknya reneissanceditemukan suatu seni yang pada hakikatnyabebas dan merdeka, individual sipatnya, dantidak bermaksud untuk mengeksperesikanapa-apa kecuali pribadi siseniman sendiri,(Herbert Read : P,39 ).

Kembali lagi kita ke pokok-pokokpermasalahan yaitu; nuansa Religius dalammusik gereja dimana pada saat sekarang jikakita melihat musik Jazz apakah musik inibersipat hiburan, spiritual, eksperesi individual(sebagai ”karya seni”) dan lain-lain. Di sinipenulis mencoba untuk menggungkap bahwamusik Jazz banyak di kaitkan dengan isu-isu wak biduk

salam redaksi BidukRasa

SUATU hari Wak masuk ke dalam studio tari, menyaksikan para penari jurusan tari sebuahperguruan tinggi. Lama sekali Wak bermenung menyaksikan mereka latihan menari. “Tari “kita”tetap seperti dahulu juga, itu ke itu juga,” kata-kata Wak dalam hati. Kenapa Wak beranimengatakan seperti ini? Karena Wak sudah tak dapat menghitung lagi jumlahnya memainkanmusik, membuat musik tari, musik pengiring tari kelompok tari “di sini”. Kenapa tari “kita” tetapitu ke itu juga? Apa sebenarnya yang tidak pernah ada dalam tari “kita”? pertanyaan itu akhirnyaWak sampaikan pada para penari yang sedang latihan di studio tari perguruan tinggi itu. Pertanyaanitu adalah “Rasa”. Ada tiga hal yang seharusnya ada dalam sebuah tari, yang dalam istilah tarinyadisebut wirasa, wirama dan wiraga. Istilah ini diambil dari bahasa Jawa, yang bermakna: rasa,irama, dan raga. Tari “kita” mencakupi dua hal untuk keharusan itu. Yaitu wirama (irama) danwiraga (raga). Wirama (irama) menuangkan musikal dalam tari tersebut, sedangkan wiraga adalahbentuk tari itu sendiri (tubuh). Hal yang jarang dan bahkan tak pernah ada dalam tari “kita”adalah Wirasa (rasa, jiwa, roh). Sebuah kesenian yang tidak mempunyai jiwa ataupun kehilanganjiwa adalah kesenian robot. Jika seniman itu sendiri boleh jujur, karya seni yang dihasilkannya ituadalah sebenarnya “jiwa”-nya sendiri.

Pada seni yang lain, musik misalnya. Dengan kehadiran tekhnologi canggih sekarang ini, semuasuara alat-musik dapat ditampilkan dalam sebuah “organ”. Karya-karya musik dapat dimainkandalam bentuk MIDI, Squencer seperti halnya kaset atau CD yang diputar di tape recorder atauperalatan VCD atau DVD, namun penampilan karya musik itu tetaplah “robot”. Begitu jugahalnya dengan permainan musik yang tidak ada jiwa (rasa) di dalamnya. Wak setuju pernyataanbanyak pengamat musik bahwa sekarang anak-anak sangat luar-biasa permainan musiknya,tetapi tidak ada penjiwaannya dalam memainkan lagu tersebut. Kalau begitu apa bedanya kita(manusia) dengan robot? Untuk ketelitian memainkan nada-nada robot sangatlah teliti (kecualiperalatannya rusak), namun robot tetaplah robot, tidak mempunyai rasa (jiwa). Inilah jugakeuntungan pada sisi yang lain seniman yang belajar musik tanpa mengenal notasi, karena merekahanya mengandalkan rasa (jiwa), namun ingat juga di sisi yang lain juga permainan musikmemerlukan juga wirama (irama) dan wiraga (teknik). Semua orang akan dapat menulis ceritaatau puisi, namun tidak semua orang akan dapat memuatkan rasa (jiwa) dalam puisi-puisinya.Karena itu, dalam latihan-latihan teater, olah-rasa sangatlah penting selain juga olah-tubuh (raga).

Jadi, mari memasukkan rasa (jiwa, roh) dalam karya seni kita, karena tanpa jiwa atau roh(rasa) sebuah raga tidak berarti apa-apa. Tanah akan tetap menjadi tanah, kalau roh tidakdimasukkan ke dalamnya. Dan, menjadi diri sendiri adalah tujuan akhir dari seniman.

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 44 SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 41

pemberontakan budaya. Kebebasan danperjuangan orang-orang Afrika yang menjadiburuh di Amerika. Mereka tertindas dari sisiras, politik, dan hak asasinya. Bahkan orang-orang kulit hitam itu tidak bisa beribadahbersama dengan tuan-tuannya yang berkulitputih.

Karena itu,kemudian munculpemisahan tempatibadah yang di kenaldengan gereja putih dangereja hitam.”pemisahan” inikemudian berimbaspada musik religiusyang dinyanyikanorang-orang kulit hitamsaat beribadah musikmereka lebiheksperesip danberemosi, misalnyabenar-benar menangissaat sembahyang.Eksperesi dan emosi itum e n g g m b a r k a nkesengsaraan hidupdan penindasan yangmereka alami ( kompas 12-05 ).

Pemisahan gereja dan revolusi pada musikreligius mempengaruhi perkembangan musikBlues yang kemudian menjadi backbone,tulang punggung musik Jazz. Setelah era1900-an musik Blues berkembang sendiri danJazz juga berkembang sendir dengan berbagiwarna musik didalamnya.

Diantaranya, Rangtime, New orlean, Neworlean Chicago dan swing, yang masukkategori tradisional Jazz. Aliran modern Jazzdiantaranya; Bebop 1940, Cool Jazz 19950,modal Jazz dan Hard Bop 1960-Free Jazz

19970, perpaduan atau pendekatan denganmusik kontemporer pada umumnya dan“fusion” sebagai mainstrem Populer.

Pada tahun 50-an diwarnai dengan tiga,bahkan empat alian utama yaitu Cool Jazz,Modal Jazz, Harbop dan suatu aliran khusus

namanya “Third Stream”.Dalam hal ini Cool Jazzdan Modal Jazz memilikibanyank persamaan,antara lain karena musisiutama yang mewakilinyajuga sama.(Dieter Mack,1995:389).

Perkembangan musikJazz menjadi berbagialiran itu merupakankeluesan musikJazzberadaptasi denganperkembangan termasukkemampuan musik Jazzberadaptasi denganperkembangan termasukkemampuan musik Jazzmere-presentasikanReligiousitas seseorang,bahkan sejumlah musikJazz kristiani

menggunakan musik Jazz untuk menarikperhatian jemaat datang kegereja.

Musik yang indah dan menarik di nilai bisamembawa seseorang jemaat lebih khidmatsewaktu menyembah Tuhan, Musik Jazz yangdi dedikasikan untuk menyembah Tuhan inidikenal juga dengan musik Jazz persembahan.

C. Komposer dan InstrumenPada ahir tahun 40-an muncul berbagai

musisi yang antara lain, berasal dari lingkunganCharlie Parker, musisi yang paling menonjoladalah pemain Trumpet Miles Davis (1926-

123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567123456789012345678901234567890121234567

lembaran sastra budaya Seniman MudaSeniman MudaSeniman MudaSeniman MudaSeniman Muda

DAFTAR ISI

salam redaksi:Rasa......................................................45

sajak :Sajak-sajak :

- Bambang Kariyawan- Gunawan R- Resti Fitriani- Sri Handayani .........................46

cerita-pendek :Bujang Minta Motoroleh Alvi Puspita.....................................67

tokoh :Ghassan Kanafani: Sang Martir Palestinaoleh Misran............................................72

BidukBidukBidukBidukBidukBidukBidukBidukBidukBiduk

SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 42 SSSSSagang agang agang agang agang Halaman 43

1992). Sejalan dengan itu Davis pianis JohnLewis (1920) yang pada itu ikut “Big band”Gillespie, dapat mengembangkan suatu gayayang sama, sebagai pelopor cara improvisasiini yang sangat absrak, “relaxed” dan (secarasekilas) “tampa emosi” sebenarnya sudahterdapat sebelum era Bebop.

Baru kali ini ditulis nama seseorang yangmesti disebut sejalan dengan Miles Davisdalam konsep modal Jazz yang nmenujupadaera free jazz yaitu John Coltrane (1926-1967)yang berkembang dibawah pengaruhGillespie dan Parker (Bebop) dengan TeladanLester Young dan Coleman Hawkins.

Untuk perkembangan selanjutnya, pentingsekali bahwa Coltrane mulai membentukgroupnya sendiri, dan yang bekerja samadengan dia terus menerus adalah Mc coyTyner adalah piano, Jimmy Garison bas, danElvin Jones drum, yaitu tiga msisi yang sangatkondusip untuk kebebasan dan kekreatifanColtaine.

Sejalan dengan itu proses perkembanganColtrane musisi lain juga cukup aktip danalbum yang paling menonjol dalam konteksmusik Jazz baru ini adalah “Free Jazz” dariOrnette Colman dari tahun 1961, seperti kitaketahui bahwa free boleh diartikan dengan“free bebas sepenuhnya”. Free harusdiartikan “bebas dari keterbatasantradisional”, akan tetapi dengan berbagaiaturan baru, sesuai dengan kebutuhaneksperesi masing-masung.

John Coltrane di era- 1957-1964 jugamenuangkan pengalaman religiusnya dalamkarya musiknya ia menggabungkan musikdengan agama menjadi satu bagian tidakterpisahkan. Karya besarnya yang banyak diapresiasi adalah album “A Love Supreme”yang di rekam tahun 1964. Album ini banyakdinilai sebagai awal kebangkitan spiritualbaru.

Musik Jazz yang di susun atas ritem danimprovisasi tingkat tinggi menjadi media yangcukup reperesentatif untuk mengeksplorasi sisiRohani.

Presentasi pengalaman religius dalammusik Jazz juga juga dilakukan oleh DukeElington dimasa mendekati akhir hayatnya, iajuga membuat musik yang dibawakan olehBand-nya sendiri dalam tiga kali konser yangdisebut Sacred Concert.D. Kesimpulan

Jadi jelas telah kita ketahui, bahwa seni danReligius sangat berhunbungan erat seperti yangdikatakan dalam pembahasan tadi yaitu.Religius bermunculan bersama sejak di celah-celah prasejarah yang suram, seperti yang diungkapkan Taylor dalam buku AntropologiBudaya, satu abad yang lalu telah

mendefinisikan bahwa agama sebagai satukepercayaan dalam bentuk spiritual.Sejumlah ahli antropologi sosial modern sudahkembali kesuatu perluasan definisi agamadalam penmgembangan kehidupan socialmasyarakat terhadap manusia biasa ataukekuatannya. Ditambahkan lagi olehpendapat Clifford Geertz dalam sebuahuraiannya merumuskan sebuah definisi agamadan peranannya secara jitu bahwa agamaadalah sistem simbol yang berfungsimenanamkan semangat dan motivasi yangkuat, mendalam, dan bertahan lama padamanusia dengan menciptakan konsepsi yangbersifat umum tentang eksistensi, danmembungkus konsepsi-konsepsi itusedemikian rupa dalam suasana aktualitassehingga suasana dan motivasi itu kelihatansangat realitas. (Roger M. Keesing, 1992 :94)

Atas dasar itu nuansa religius dalam musikjazz berupaya mengajarkan seseorang untuk

menghargai dengan mendengarkan kreatrivitasdan ekspresi dari musisi yang berinprovisasi.Dalam hal ini musik jazz di sini jugamengajarkan seseorang untuk berdialog,dalam artian mendengar dan merespon,kemampuan mendengar dan merespon itulahyang menghidupkan musik jazz dalam suasanakebersamaan, dan kedamaian seperti kasihTuhan dalam perayaan natal saat sekarang.

Daftar PustakaDieter Mack, Sejarah Musik Jilid IV.Cetakan ke-1 : 1995Karl Edmund Prier Sj, Ilmu BentukMusik. Cetakan ke-1 : 1996Roger M. Keesing, Antropologi Budaya.Penerbit Erlangga; 1992Herbert read, Seni, Arti danProblemantiknya.