SAGA POHON - forda-mof.org · kacangan lebih tinggi dari kedelai, kacang hijau, kacang tanah, atau...

24
SAGA POHON (Adenanthera pavonina L.) Publikasi Khusus September 2013 ISBN 978-979-3539-27- 0 Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kementerian Kehutanan Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Oleh : Eliya Suita

Transcript of SAGA POHON - forda-mof.org · kacangan lebih tinggi dari kedelai, kacang hijau, kacang tanah, atau...

SAGA POHON (Adenanthera pavonina L.)

Publ

ikas

i Khu

sus

Sept

embe

r 201

3

ISBN 978

-979

-353

9-27

- 0

Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

Kementerian KehutananBadan Penelitian Dan Pengembangan KehutananBalai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

Oleh :

Eliya Suita

Publikasi Khusus

ISBN : 978-979-3539-27-0

SERI

Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

SAGA POHON

(Adenanthera pavonina L.)

Penyusun :

Eliya Suita

BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN

2013

Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)

Penyusun :Eliya Suita

Penanggung Jawab:Ir. Suhariyanto, M.M.

Koordinator :Andreas Terapi, S.Hut.

Desain dan Tata Letak :Ida Saidah, S.Kom.

ISBN : 978-979-3539-27-0

www.bptpbogor.litbang.dephut.go.id

@2013 Dipublikasikan olehBalai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

Jl. Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor 16001Telp. /Fax (0251) 8327768

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-UndangDilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk

apapun tanpa ijin tertulis dari Penerbit

Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)

Saga pohon merupakan tanaman serbaguna, bermanfaat mulai dari biji, kayu, kulit

batang dan daunnya. Beberapa literatur menyebutkan bahwa daun saga dapat dimakan

dan mengandung alkaloid yang berkhasiat bagi penyembuhan reumatik dan bijinya

mengandung asam lemak sehingga dapat menjadi sumber energi alternatif (biodiesel).

Kayunya keras sehingga banyak dipakai sebagai bahan bangunan serta mebel.

Upaya penanaman jenis ini perlu didukung dengan ketersediaan benih yang berkualitas

dan dalam jumlah yang cukup serta penguasaan teknologi perbenihan yang tepat.

Sehubungan dengan hal tersebut Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman

Hutan memandang perlu untuk menerbitkan informasi teknik perbenihan tanaman saga

dalam bentuk Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan.

Buku ini disusun secara ringkas namun cukup mengandung informasi yang dibutuhkan

untuk meningkatkan keberhasilan penanaman saga mulai dari informasi penyebaran

dan tempat tumbuh, sampai penanganan benih.

Semoga bermanfaat.

Kepala Balai,

Ir.Suhariyanto, M.M NIP.19580425 198703 1 002

Kata Pengantar

Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

Daftar Gambar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii

I. Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

II. Pengenalan Jenis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

III. Teknologi Perbenihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

IV. Penutup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13

Daftar Isi

Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)

Gambar 1. Pohon Saga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

Gambar 2. Pengunduhan Buah dan Buah Masak Fisiologis . . . . . . . . . . . . . . . . 6

Gambar 3. Ekstraksi Buah / Polong dan Benih Hasil Ekstraksi . . . . . . . . . . . . . . 11

Gambar 4. Penaburan dan Benih Siap sapih . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11

Daftar Gambar

Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)

Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)

Saga pohon (Adenanthera pavonina L.) merupakan tanaman serbaguna, semua bagian

tanaman bermanfaat mulai dari biji, kayu, kulit batang dan daunnya. Saga pohon mampu

memproduksi biji kaya protein serta tidak memerlukan lahan khusus untuk penanaman karena

bisa tumbuh di lahan kritis, tidak perlu dipupuk atau perawatan intensif. Selain itu, hama dan

gulmanya minim sehingga tidak memerlukan pestisida, jadi bersifat ramah lingkungan karena

dapat ditanam bersama tumbuhan lainnya. Kandungan protein yang terdapat pada biji saga

pohon tersebut juga lebih besar bila dibandingkan dengan kedelai dan beberapa tanaman

komersil lainnya. (Sutikno, 2009)

Jenis ini umumnya dipakai sebagai peneduh di jalan-jalan besar dan juga mudah ditemukan di

pantai. Daunnya dapat dimakan dan mengandung alkaloid yang berkhasiat bagi penyembuh

reumatik. Bijinya dapat digunakan sebagai bahan tempe non kedelai karena kaya protein dan

sumber energi alternatif (biodiesel) karena mengandung asam lemak. Jumlah asam lemak

bebas yang terkandung pada biji/benih saga pohon relatif tinggi terutama peroksida dan

saponification senilai 29,6 mEqkg dan 164,1 mgKOHg. Selain itu, saga pohon juga

mengandung protein (2,44 g/100 g), lemak (17,99 g/100 g), mineral, gula yang rendah (8,2

g/100 g), tajin (41,95 g/100 g) dan karbohidrat. Kayunya keras sehingga banyak dipakai

sebagai bahan bangunan serta mebel (Sutikno, 2009; Anonim, 2009).

Mengingat banyaknya manfaat dan kegunaan dari pohon saga tersebut, maka pohon saga

mempunyai potensi dan perlu dikembangkan melalui budidaya. Kawasan hutan produksi yang

tidak produktif dan lahan kritis di luar kawasan hutan dapat ditanami saga. Manfaat dan

kegunaan pohon ini dapat menjadi sumber penghidupan masyarakat dan sumber pendapatan

suatu daerah.

Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui manfaat dari tanaman saga pohon dan

bagaimana cara penanganan benihnya agar dapat dibudidayakan dengan baik.

I. Pendahuluan

Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)

1. Tempat Tumbuh

Saga pohon termasuk famili Leguminosae, tumbuhan ini terdapat di Pulau Jawa mulai dari

daerah pantai sampai ketinggian 600 m dpl. Tidak tumbuh berkelompok dan tidak begitu

menuntut persyaratan tumbuh yang tinggi mengenai kualitas tanah (Heyne, 1987). Habitat dan

penyebaran alaminya di Srilangka, Selatan Myanmar, Indo-China, Selatan China, Thailand,

seluruh daerah Malesian, Kepulauan Solomon dan Utara Australia (Sosef et al., 1998).

II. Pengenalan Jenis

Gambar 1. Pohon saga(Sumber : Eliya, 2009)

Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)

Saga Pohon tumbuh baik di daerah tropika, dan tidak memerlukan pemeliharaan khusus serta

mampu tumbuh baik di daerah berbatu, di daerah payau ataupun di tanah alang-alang.

Tanaman ini mampu tumbuh pada berbagai keadaan topografi mulai dari topografi datar

sampai dengan kelerengan yang curam/terjal selain itu dapat tumbuh pada berbagai kondisi

tanah, mulai dari tanah kurang subur hingga tanah yang subur, serta pada tanah yang

tergenang air laut/asin. (Soemartono dan Syarifuddin (1980) dalam Lukman (1982); Yuniarti

(2002)).

1. Nama Daerah

Tanaman Saga pohon dikenal dengan berbagai macam nama antara lain bead tree,

circassian bean, circassian seed, coral wood, crab's eyes, false sandalwood, jumbie bead,

redbead tree, red sandalwood, redwood (Inggris) : anikundumani, lopa, manjadi,

raktakambal, Saga (India) ; Saga, Saga daun tumpul, Saga tumpil (Malaysia); kitoke laut,

Saga telik, segawe sabrang (Indonesia) dan masih banyak nama daerah lainnya

(International Centre for Research in Agroforestry, 2005, dalam Anonim, 2012).

2. Deskripsi Botanis

Saga pohon termasuk tanaman deciduous atau berganti daun setiap tahun (International

Centre for Research in Agroforestry, 2005 dalam Anonim. 2012). Tanaman ini berbentuk

pohon besar yang tingginya dapat mencapai 10 sampai 15 meter (Soepardi, 1979;

Hermana dan Mien, 1981 dalam Lukman, 1982). Merupakan pohon yang buahnya

menyerupai petai (tipe polong) dengan biji kecil berwarna merah. Daun majemuk menyirip

genap, tumbuh berseling, jumlah anak daun bertangkai 2-6 pasang, helaian daun 6-12

pasang, panjang tangkaimya mencapai 25 cm, daun berwarna hijau muda. Bunga kecil-

kecil berwarna kekuning-kuningan, korola 4-5 helai, benang sari berjumlah 8-10 (Pasific

Island Ecosistems at Risk, 2004 dalam Anonim. 2012). Polong berwarna hijau,

panjangnya mencapai 15 sampai 20 cm, polong yang tua akan kering dan pecah dengan

sendirinya, berwarna coklat kehitaman. Setiap polong berisi 10-12 butir biji. Biji dengan

garis tengah 5-6 mm, berbentuk segitiga tumpul, keras dan berwarna merah mengkilap

Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)

(Stone, 1970 yang dikutip Topilab, 2005 dalam Anonim. 2012)4. Manfaat

4.1. Biji

Biji saga pohon dapat dikonsumsi manusia, di beberapa daerah di Indonesia biji saga-

pohon sudah biasa dimanfaatkan untuk bahan makanan. Menurut Soemartono dan

Syarifuddin (1980) dalam Lukman (1982), biji saga pohon sejak tahun 1979 di desa

Nagoega, kecamatan Boa Wae telah dimanfaatkan untuk bahan campuran kopi (kopi saga)

dan di daerah Ende telah dimanfaatkan untuk pembuatan kecap, kopi saga, tempe saga.

Biji saga-pohon mengandung protein cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai

sumber protein nabati disamping kedele, oleh karena itu diharapkan dapat dijadikan

komoditi baru dalam menunjang usaha penanggulangan kekurangan gizi dan pangan.

Kadar asam amino biji saga-pohon hampir mirip dengan asam amino kedele, dimana asam

amino glutamate merupakan komponen tertinggi yang terkandung dalam kedua jenis

tersebut.

Biji saga pohon mengandung protein sebesar 2,44 g/100g, lemak 17,99g/100g, dan

mineral. Jumlah asam lemak bebas yang terkandung pada saga pohon relatif tinggi

terutama peroksida dan saponification, yaitu sebesar 29,6 mEqkg dan 164,1 mgKOHg, hal

ini menunjukkan suatu kemiripan dengan kandungan minyak pada makanan. Berdasarkan

uraian tersebut, dapat disimpulkan biji saga pohon dapat dijadikan sebagai sumber protein

nabati alternatif. (Sumber: Pasific Island Ecosistems at Risk dalam Sutikno, 2009)

Berdasarkan hasil penelitian, 25% dari berat biji buah saga mengandung minyak dengan

kandungan protein yang tinggi. Komposisi nutrisi saga sebagai tanaman kacang-

kacangan lebih tinggi dari kedelai, kacang hijau, kacang tanah, atau kecipir. Hasil

penelitian Balai Informasi Pertanian Ciawi, Bogor, Jawa Barat, menunjukkan biji saga

pohon memiliki kandungan protein sebesar 48,2%, lemak 22,6%, karbohidrat 10%, dan

air 9,1%. Sementara itu, kandungan nutrisi kedelai terdiri dari protein 34,9%, lemak

14,1%, karbohidrat 34%, dan air 8%. Dengan kandungan protein yang tinggi, biji saga

Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)

pohon berpeluang dijadikan bahan baku susu nabati (Anonim, 2009).

Biji Saga dapat menjadi salah satu alternatif bahan baku dalam pembuatan susu, karena

kadar protein susu saga merupakan yang tertinggi, yaitu sebesar 3,812 dibandingkan

dengan protein susu lainnya, yaitu kadar protein susu sapi 2,90 dan ASI 1,90, dan tidak

kalah bila dibandingkan dengan susu kedelai 4,40 (Nugraha dan Seta, 2009). Susu yang

diolah dari biji tanaman saga pohon itu bisa menjadi alternatif pengganti susu formula

yang harganya mahal (Anonim, 2009)

Hasil penelitian menunjukkan tempe berbahan baku saga pohon dapat membentuk hifa

yang kompak setelah 36 jam. Berdasarkan pengujian menggunakan titrasi formol, kadar

protein tempe saga lebih tinggi dibandingkan dengan tempe kedelai, dengan

perbandingan 22,41% : 18%. Jenis pengujian organoleptik secara kuantitatif,

menunjukkan responden menilai tempe berbahan baku saga pohon lebih lembut, lebih

enak, dan baunya lebih menyengat daripada tempe berbahan baku kedelai (Anggraini,

2010).

Menurut Sutikno (2009), kelebihan tempe dari biji saga dibandingkan tempe dari kedelai,

adalah:

a. Tempe dari biji saga pohon lebih lembut daripada tempe dari kedelai.

b. Tempe saga tidak cepat menjadi tempe busuk dan dapat disimpan selama 2 minggu di

dalam lemari es.

c. Daya tahan biji saga pohon jauh lebih kuat dan tahan lama dari biji kedelai karena biji

saga pohon dilindungi oleh kulit yang keras dan kedap air, sehingga dapat disimpan

lama.

Diduga biji saga pohon mengandung flavogloid, alkaloid, antitrypsin, hemaglutinin dan

faktor goitronik, yang menyebabkan racun. Akan tetapi dengan proses perendaman biji

dalam air, pemasakan, fermentasi atau penambahan asam, basa dapat menghilangkan

racun tersebut. Dengan demikian keracunan hanya terjadi jika dikonsumsi dalam bentuk

biji mentah (Bambang, 1982 dalam Lukman, 1982).

Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)

Manfaat lain biji saga pohon adalah dapat digunakan sebagai sumber protein alternatif

menggantikan kacang hijau untuk pakan ternak dan berpengaruh terhadap performans

produksi ayam kampung dan ras jantan (jenis petelur). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa tepung biji saga pohon dapat digunakan sampai level 7,5% ransum atau 100%

menggantikan kacang hijau tanpa efek negatif. (Hau, dkk. 2006)

4.2. Kulit kayu

Heyne (1987), mengatakan bahwa kulit batang yang masih segar atau kering

mengandung saponin yang dapat digunakan untuk membersihkan rambut dan mencuci

pakaian tetapi tidak memberikan banyak buih dan berkhasiat untuk mencuci luka yang

lama. Untuk mencuci luka lama dipakai ±20 gram kulit batang, dicuci dan dipotong kecil-

kecil, direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit, dinginkan dan saring. Hasil saringan

dipakai untuk membersihkan luka.

4.3. Daun

Daun dari tanaman ini dapat digunakan sebagai bahan obat. Di India daun saga-pohon

digunakan untuk obat rheumatik dan gout (sejenis penyakit tulang) (Burkill, 1935 dalam

Lukman, 1982). Selain itu, daun biasa digunakan para peternak sebagai sumber

tambahan pakan ternak dan dimanfaatkan para petani sebagai pupuk hijau.

Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)

1. Pengunduhan Buah

Saga pohon berbuah sepanjang tahun, umumnya buah masak mulai bulan April hingga

Agustus (Yuniarti, 2002). Tanaman ini mulai berbuah pada umur lima tahun dan berbuah tiga

kali setahun sampai umur 25-30 tahun. Proses pembungaan hingga polong buah tua

diperlukan waktu kira-kira 3,5 sampai 4 bulan. Produksi biji kering per pohon per tahun antara

100 sampai 150 kilogram (Lukman, 1982). Pengumpulan buah dapat dilakukan dengan cara

memanjat atau mengunduh langsung dengan bantuan galah berkait (Gambar 2a.). Buah yang

sudah masak fisiologis berwarna coklat dan sebagian sudah merekah (Gambar 2b.)

III. Teknologi Perbenihan

Gambar 2 . (a) Pengunduhan buah dan 2. (b) buah masak fisiologis

(Sumber : Eliya, 2009) 2a 2b

III. Teknologi Perbenihan

Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)

2. Ekstraksi Benih

Polong/buah yang telah dikumpulkan kemudian diekstraksi dengan cara polong/buah di

jemur sampai polong/buah merekah, kemudian benih dipisahkan dari kulit buahnya

secara manual (Gambar 3).

Gambar 3. (a). Ekstraksi buah/polong dan 3(b). benih hasil ekstraksi

(Sumber : Eliya, 2009)

3a

3b

Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)

3. Pengujian Mutu Benih

3.1. Pengujian kadar air benih

Kadar air merupakan hal penting dalam hubungannya dengan penyimpanan dan daya

hidup benih. Pengujian kadar air di laboratorium menggunakan metode oven (ISTA,

2006).

Penentuan kadar air menggunakan metode temperatur rendah 103±2°C selama 24

jam. Kandungan air yang hilang ini mencerminkan kadar air benih (Sudrajat, 2007).

Tahapan yang dilakukan dalam pengukuran kadar air adalah:

- Wadah tahan panas termasuk tutupnya ditimbang (M1)

- Benih ditempatkan pada wadah dan ditimbang bersama wadahnya (M2)

- Benih ditempatkan pada oven pada suhu temperatur rendah 103±2°C selama 24

jam.

Setelah selesai pengeringan benih diletakkan dalam desikator untuk pendinginan,

kemudian ditimbang (M3).

Kadar air dinyatakan dalam persen berat dan dihitung dalam 1 desimal terdekat (ISTA,

2006) dengan rumus sebagai berikut :

Kadar air = (M2 - M3) x 100%

(M2-M1)

dimana M1: berat wadah dan penutup dalam gram;

M2: berat wadah, penutup, dan benih sebelum pengeringan;

M3: berat wadah, penutup, dan benih sesudah pengeringan.

Pengujian kadar air menggunakan 3 ulangan @ 5 gram benih. Rata-rata kadar air benih

saga adalah 9,32%. (Suita, 2012). Menurut (Bonner, et.al. 1994) benih ortodok

merupakan benih toleran terhadap penurunan kadar air (kurang dari 10%) dan

viabilitasnya dapat dipertahankan selama penyimpanan pada suhu rendah. Kadar air

benih saga pohon (9,32%) dan dapat disimpan pada suhu rendah, dengan demikian

benih saga pohon dapat digolongkan pada benih ortodoks.

Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)

3.2. Kemurnian benih

Kemurnian mencerminkan seberapa bersih kondisi lot benih. Kemurnian lot benih

menunjukkan proporsi benih murni suatu jenis dan banyaknya kotoran dan benih lain

yang terkandung di dalamnya. (ISTA, 2006).

Benih murni mengandung :

- Benih lengkap dari jenis tersebut termasuk yang mati, mengkerut, berpenyakit,

tidak masak dan benih pra- kecambah.

- Serpihan/pecahan benih, yang jumlahnya lebih dari setengah jumlah total.

Contoh kerja kemurnian dalam gram, setara dengan 2500 butir benih. Benih dipisahkan

antara benih murni, benih lain dan kotoran, kemudian ditimbang dan dihitung persen

masing-masing komponen dengan rumus sebagai berikut ;

Benih Murni = K1 X 100%

K1+K2+K3

Benih Lain = K2 X 100%

K1+K2+K3

Kotoran = K2 X 100%

K1+K2+K3

Dimana: K1 = benih murni

K2 = benih lain

K3 = kotoran

Selisih antara berat contoh kerja dengan berat benih keseluruhan setelah dipisahkan

tidak boleh lebih dari 5%. Setiap proporsi benih murni dipisahkan dari sampel kerja.

Kemurnian ditunjukkan sebagai persen berat dari benih murni terhadap berat total

sampel kerja.

Kisaran kemurnian benih saga dapat mencapai 99-100%.

Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)

3.3. Berat 1000 butir

Berat 1000 butir benih dapat digunakan untuk memprediksi jumlah benih perkilogram.

Penentuan berat 1000 butir dilakukan dengan 8 ulangan x 100 butir. Rata-rata berat

1000 butir benih saga adalah 269.47 gram, atau jumlah benih saga per 1 kg adalah 3.711

butir (Suita. 2012). Penentuan berat benih dilakukan dari beberapa kelompok benih

sebanyak 8 ulangan, dimana masing-masing ulangan terdiri dari 100 butir.

Penimbangan dilakukan pada tiap ulangan (dalam gram). Penghitungan keragaman,

simpangan baku dan koefisien keragaman (ISTA. 2006), yaitu sebagai berikut:

2 2 n(∑x ) - (∑x)Keragaman =

n (n-1)dimana :

x = berat setiap ulangan dalam gram

n = jumlah ulangan

∑= jumlah

Simpangan baku (s) = √ keragaman

s

Koefisien keragaman = x 100 x

dimana x = rata-rata berat 100 butir

Koefisien keragaman tidak boleh lebih dari 6,0 untuk benih rumput atau 4,0 untuk benih

lainnya. Apabila koefisien keragaman lebih dari nilai tersebut, hitung berat 100 butir

sebanyak 8 ulangan lagi dan selanjutnya hitung simpangan baku untuk 16 ulangan.

Hapuskan ulangan yang menyimpang dari rata-rata sebanyak 2 kali simpangan baku

kemudian hitung lagi rata-ratanya. Berat 1000 butir benih diperoleh dengan mengalikan

berat rata-rata 100 benih (x) dengan nilai 10.

Berat 1000 butir benih dapat diubah ke dalam jumlah benih per kg dengan rumus

(DPTH. 2002) :

Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)

Jumlah benih per kg (butir) = 1000 x 1000 Berat 1000 benih

Berat 1000 butir benih dan jumlah benih per kilogram sangat penting diketahui sebagai

informasi yang mendasar untuk pengadaan benih dalam penanaman.

4. Perkecambahan benih

4.1. Perlakuan benih

Saga Pohon memiliki kulit benih yang keras. Di bawah kondisi alam benih sulit

berkecambah. Untuk mempercepat perkecambahan dan mendorong keseragaman

berkecambah, benih harus diberi perlakuan pendahuluan terlebih dahulu. Dua metode

yang disarankan: 1) Benih direndam dalam air biasa selama 3 hari dengan kondisi

penaburan bak kecambah ditutup plastik (suita. 2012), atau 2) merendam benih dalam

asam sulfat selama 30 menit (Yuniarti. 2002).

4.2. Media semai

Media semai terdiri dari tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1. Campuran ini

kemudian disaring dengan kawat saringan berukuran 2 mm. Media campuran sebaiknya

disterilkan dengan cara disangrai sebelum dimasukkan ke dalam bak plastik dengan

tujuan agar bebas dari hama dan penyakit.

4.3. Waktu perkecambahan

Benih berkecambah memerlukan waktu lebih kurang 2 bulan, benih mulai berkecambah

pada hari ke 10 setelah tabur, dan pengamatan terakhir hari ke 60 setelah tabur (Gambar

4a).

4.4. Penyapihan

Setelah benih berkecambah dan sudah keluar 2-3 helai daun, kemudian disapih.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat penyapihan yaitu : Sebelum pencabutan,

media disiram terlebih dahulu, agar semai mudah untuk dicabut, pencabutan dilakukan

Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)

hati-hati agar bagian akar tidak rusak. Penyapihan dilakukan di tempat teduh pada waktu

pagi atau sore hari. Media sapih cukup sarang dan subur, dapat digunakan antara lain

campuran top soil dan pasir (1:1) (Gambar 4 b). Sebelum dilakukan penyapihan, media

sapih dalam kantong plastik/poly bag disiram terlebih dahulu hingga media jenuh.

5. Penyimpanan benih

Untuk menjamin persediaan benih bermutu untuk program penanaman maka diperlukan

penyimpanan. Jika waktu penyemaian dilaksanakan segera setelah pengumpulan dan

pemrosesan benih, maka benih dapat langsung digunakan di persemaian dan tidak

diperlukan penyimpanan. Namun hal ini jarang terjadi karena adanya jeda waktu yang

cukup panjang dalam musim buah dengan musim tanam, maka diperlukan penyimpanan

benih.

Gambar 4. (a) Penaburan benih dan (b) semai siap sapih

(Sumber : Eliya, 2009)

4a 4b

Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)

Benih saga mempunyai kadar air rata-rata di bawah 10%, benih yang mempunyai kadar

air di bawah 10% umumnya mempunyai sifat ortodoks, sesuai dengan pendapat Bonner,

et.al. 1994, yaitu benih ortodoks toleran terhadap penurunan kadar air (kurang dari 10%)

dan viabilitasnya dapat dipertahankan selama penyimpanan pada suhu rendah. Toleran

terhadap pengeringan dan suhu rendah, kadar air penyimpanan 5-7% dengan suhu 0-

20ºC.

Penyimpanan benih ortodoks, kebanyakan dapat disimpan untuk jangka panjang pada

suhu kamar jika kadar airnya rendah. Dengan kadar air yang rendah tersebut lebih sesuai

disimpan dengan wadah yang kedap udara. Tujuan utama dari penyimpanan kedap udara

adalah untuk mencegah penyerapan kelembaban oleh benih kering. (Schmidt, 2000).

Benih saga pohon sebelum disimpan dikeringkan hingga kadar airnya berkisar antara

5-10%. Benih disimpan menggunakan wadah kedap udara dan disimpan di ruang kamar.

Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)

Mengingat banyaknya manfaat dari saga pohon maka perlu dikembangkan melalui budidaya.

Untuk menunjang keberhasilan penanaman maka diperlukan penangan benih yang baik agar

mendapatkan benih yang bermutu, daya berkecambah yang tinggi dan pertumbuhan bibit

yang bagus. Benih yang diunduh benih yang sudah masak fisiologis yang di tandai dengan

buah sudah berwarna coklat dan sebagian sudah merekah. Benih sebelum di tabur diberi

perlakuan terlebih dahulu supaya mempunyai daya berkecambah yang tinggi. Untuk

menjamin persediaan benih bermutu untuk program penanaman maka diperlukan

penyimpanan. Penyimpanan benih saga sebelum disimpan dikeringkan hingga kadar airnya

berkisar antara 5-10%. Benih disimpan menggunakan wadah kedap udara dan disimpan di

ruang kamar.

IV. Penutup

Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)

Anonim. 2009. Susu Berprotein Tinggi dari Biji Saga.http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.

Anonim. 2012. Saga Pohon (Adenanthera Pavonina). http://matoa.org/saga-pohon-adenanthera-pavonina/ ( 24-10-2012)

Anggraini. N. 2010. Fermentasi Rhizopus oryzae pada Saga Adenanthera pavonina : Sebuah Alternatif Sumber Protein Nabati. http://www.scribd.com/doc/10461989/Saga.

Bonner, F.T., J.A. Vozzo, W.W. Elam, and S.B Land, Jr.. 1994. Tree Seed Technology Training Course. Instructor's Manual. General Technical Report. United States Departement of Agriculture. New Orleans. Louisiana.

DPTH (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan). 2002. Petunjuk Teknis Pengujian Mutu Fisik-Fisiologi Benih. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan.

Hau, D.K., J. Nulik dan H. Lay. 2006. Biji Saga Pohon (Adenanthera pavonina Linn) sebagai Sumber Protein Alternatif bagi Ternak Ayam. Prosiding Seminar Teknologi Peternakan dan Veteriner.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta.

ISTA. 2006. International rules for seed testing: Edition 2006. The International Seed Testing Association. Bassersdorf. Switzerland.

Lukman, A.H. 1982. Pengaruh Perajangan dan Lama Pengukusan Biji Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Yang Dihasilkan Pada Proses Ekstraksi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Nugraha, A.Y.W. dan F. T. Seta. 2009. Pembuatan Susu Dari Biji Saga (Adenanthera pavonina) Sebagai Alternatif Pengganti Nutrisi Protein Sapi dan Susu Kedelai. Makalah Penelitian. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang.

Schmidt, L. 2000. Pedoman penanganan benih tanaman hutan tropis dan sub tropis. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Sosef, M.S.M., L.T. Hong and S. Prawirohatmodjo. 1998. Plant Resources of South-East Asia No 5(3) Timber trees: Lesser-known timbers. Backhuys Publisher, Leiden. p 47-50. 859 pp

Sudrajat, D.J, Megawati, E.R. Kartianan, N. Nurochim. 2007. Standarisasi Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis Benih Tanaman Hutan (Schleichera oleosa dan Styrax benzoin). LHP. No. 478. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor.

Sutikno. 2009. Fermentasi Tempe. http://sutikno.blog.uns.ac.id/2009/04/28/ fermentasi-tempe/. ( 5 -5- 2011).

Suita, E. 2012. Teknik Pemecahan Dormansi Benih Saga Pohon(Adenanthera Sp.). Info Benih Vol.16 (1). Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan.

Yuniarti, N. 2002. Saga Pohon (Adenanthera microsperma T&B.). Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia III. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Bogor.

Daftar Pustaka

Copyright ©Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutanwww.bptpbogor.litbang.dephut.go.id

Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman HutanJl.Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor 16001Telp./Fax : (0251) 8327768www.bptpbogor.dephut.litbang.go.id

ISBN : 978-979-3539-27-0