sabun lemak kakao

21
PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGARUH PERBEDAAN PENAMBAHAN NaOH DALAM PEMBUATAN SABUN LEMAK KAKAO BIDANG KEGIATAN : PKM PENELITIAN Diusulkan oleh : Yasinta Suci 121710101122 M. Homsin W 121710101105 Putri Gita Kurniasari 121710101120 Akhmad Tri Rifki 121710101099 Naili Mawadatur R 121710101136 UNIVERSITAS JEMBER i

description

sabun batang yang dibuat dari lemak kakao dengan variasi penambahan NaOH

Transcript of sabun lemak kakao

Page 1: sabun lemak kakao

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PENGARUH PERBEDAAN PENAMBAHAN NaOH DALAM PEMBUATAN SABUN LEMAK KAKAO

BIDANG KEGIATAN :

PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh :

Yasinta Suci 121710101122M. Homsin W 121710101105Putri Gita Kurniasari 121710101120Akhmad Tri Rifki 121710101099Naili Mawadatur R 121710101136

UNIVERSITAS JEMBER

JEMBER

2014

i

Asus, 22/09/14,
Disesuaikan lagi dg format pkm 2014
Page 2: sabun lemak kakao

PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN

1. Judul Kegiatan : Pengaruh Pernedaan Penambahan NaOH Dalam Pembuatan Sabun Lemak Kakao

2. Bidang Kegiatan : PKM-P3. Ketua Pelaksana Kegiatana.Nama Lengkap : Yasinta Sucib.NIM : 121710101122c.Jurusan : Teknologi Hasil Pertaniand.Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Jembere.Alamat Rumah dan No Tel./HP : PERUMNAS Griya Tanggul Asri – Tanggul

Wetan. Blok E no.3f. Alamat email : [email protected]. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis: 5 orang5. Dosen Pendampinga. Nama Lengkap dan Gelar : Nurud Diniyah, S.TP., M.Pb. NIDN : 0019028205c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Kalimantan No. 6 – jember/0852593623056. Biaya Kegiatan Totala. Dikti : Rp 931.000b. Sumber lain : Rp -7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 3 bulan

Jember, 23 September 2014

NIP/NIK.

ii

Menyetujui,Pembantu Dekan III

Fakultas Teknologi Pertanian

Dr. Ir. JayusNIP. 196805161992031004

Ketua Pelaksana Kegiatan

Yasinta SuciNIM. 121710101122

Pembantu Rektor IIIBidang Kemahasiswaan

Universitas Jember

Prof. Dr. Muhammad Saaleh, S.E., M.Sc,NIP. 195608311954031002

Dosen Pembimbing

Nurud Diniyah, S.TP,. M.PNIP. 196605181993022001

Page 3: sabun lemak kakao

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN .....................................................ii

DAFTAR ISI ..............................................................................iii

RINGKASAN .............................................................................iv

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..........................................................11.2 Tujuan .......................................................................11.3 Luaran .......................................................................11.4 Manfaat .....................................................................2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lemak Kakao ...........................................................32.2 Minyak Sawit dan Lemak ........................................42.3 Minyak Esensial .......................................................52.4 NaOH .......................................................................5

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ...............................63.2 Alat dan Bahan ..........................................................63.3 Skema Kerja ..............................................................73.4 Parameter Pengamatan ..............................................8

BAB 4. BIAYA ...........................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

iii

Page 4: sabun lemak kakao

RINGKASAN

Lemak kakao merupakan produk dari komoditi kakao, yang memiliki kandungan polyphenol dan berbagai kandungan lain yang dapat memberikan manfaat kecantikan pada kulit. Sabun lemak kakao merupakan salah satu sabun yang memiliki manfaat kecantikan dengan banyak kandungan senyawa yang baik untuk kulit. Sabun lemak kakao diperoleh dari hasil reaksi saponifikasi lemak kakao dan minyak dengan senyawa alkali. Senyawa alkali yang biasa digunakan adalah NaOH dan KOH. Senyawa alkali yang digunakan akan menentukan tekstur sabun yang dihasilkan. Apabila senyawa alkali yang digunakan adalah NaOH maka akan terbentuk sabun dengan tekstur yang keras, sedangkan apabila alkali yang digunakan adalah KOH maka tesktur sabun yang terbentuk lebih lunak.

Pada penelitian ini digunakan NaOH sebagai senyawa alkali, tujuan penelitian ini untuk mengetahui formulasi NaOH yang tepat dalam proses pembuatan sabun. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki tekstur sabun yang ada dipasaran melalui formulasi NaOH yang tepat untuk ditambahkan. Proses pembuatan sabun meliputi penimbangan sesuai formulasi, pencampuran bahan, pengadukan (saponifikasi), penambahan pewangi, pencetakan, pendiaman (penetralan), pemotongan, pemantapan tekstur. Dimana untuk parameter yang akan diamati adalah kadar air, PH, tekstur, dan daya busa.

iv

Asus, 09/22/14,
Isi??? Bab 1-bab 3 diringkas
Page 5: sabun lemak kakao

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKakao merupakan salah satu komoditas ekspor dengan produksi yang

cukup besar di Indonesia, berdasarkan data International Cacao and Coffee Organization (ICCK) saat ini kakao yang dihasilkan diperkirakan sebesar 3,3 juta ton. Dermoredjo dan Setyanto (2008) menyatakan bahwa jika dikelompokkan menurut usahanya maka perkebunan kakao Indonesia dibagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu; Perkebunan Rakyat 887.735 Ha, Perkebunan Negara 49.976 Ha dan Perkebunan Swasta 54.737 Ha. Pada periode 2000 – 2005, ekspor biji kakao dunia, Indonesia berada pada urutan ketiga penghasil kakao terbesar di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana pada posisi 1 dan 2 dengan kapasitas produksi setiap tahunnya masingmasing mencapai 1.276 juta ton dan 586 ribu ton dan Indonesia 456 ribu ton.

Salah satu kandungan dalam lemak kakao adalah polyphenol. Zat tersebut berfungsi sebagai antioksidan yang secara aktif akan melindungi jaringan tubuh dari radikal bebas, termasuk zat – zat yang dapat merusak sel – sel pada kulit. Selain itu, minyak kakao dapat menghaluskan kulit. Bahkan, keunggulan lemak kakao ini lebih baik dibandingkan minyak lain yang dikenal sebagai minyak kecantikan. Lemak kakao sebagai bahan baku memiliki kandungan gizi bagi kulit yang lebih besar dibandingkan minyak sejenis. Disamping menghaluskan juga lebih mudah diserap oleh kulit, apa pun jenis kulit tidak akan ada efek sampingnya karena sabun dari lemak kakao ini merupakan sabun berbahan dasar alami. Selain itu, penggunaan sisa produksi lemak kakao yang berupa padatan masih dapat di olah sebagai pasta coklat yang memiliki kadar lemak yang cukup rendah serta masih dapat dikonsumsi setelah melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Oleh karena itu, dilakukan pembuatan sabun berbahan lemak kakao. Akan tetapi harga lemak kakao yang relatif lebih mahal menjadi pertimbangan untuk pembuatan sabun ini.

1.2 Tujuan Mengetahui karakteristik sabun yang berbahan baku lemak kakao Mengetahui perbedaan sabun lemak kakao dengan sabun yang ada di

pasaran1.3 Luaran

Diharapkan produk ini dapat menjadi salah satu produk hasil diversifikasi dari pengolahan komoditi kakao,

Dapat menjadi produk sabun kecantikan yang berasal dari kandungan lemak kakaonya, dan

1

Asus, 22/09/14,
Potensi, hasil penelitian yg sudah dilakukan, permasalahan, tujuan, manfaat, luaran
Page 6: sabun lemak kakao

1.4 Manfaat Memperbaiki karakteristik produk sabun yang telah ada di pasaran Memberikan produk sabun dengan berbagai kandungan di dalamya yang

memberikan manfaat kecantikan bagi kulit Diversifikasi produk olahan lemak kakao

2

Page 7: sabun lemak kakao

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lemak Kakao

Lemak kakao dibuat dari biji kakao dengan melibatkan beberapa tahap proses, antara lain : fermentasi, perendaman, pengeringan, penyangraian, penghalusan dan pengepresan (Shuka, 2003). Menurut Minifie (1989) dan Wang Dkk (2006) lemak kakao merupakan formula yang sangat penting dalam proses pembuatan coklat, dimana lemak kakao yang akan menentukan dari mutu atau kualitas coklat tersebut. Hal itu yang menjadikan lemak kakao memiliki harga jual yang cukup mahal, dimana terdapat kandungan 29,5% lemak kakao dalam permen coklat.

Komposisi lemak kakao dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini, dengan asam lemak jenuh stearat (33.2 %), palmitat (25.4%) dan asam lemak tak jenuh oleat (32.6%) yang tertinggi.

Tabel 2.1 Sifat-sifat Lemak Kakao*Sifat-sifat Nilai pengukuranBilangan iod 33 – 42 Bilangan penyabunan 188 – 198 Titik leleh 32 – 35 ˚CKomposisi asam lemakAsam miristat (14:10) 0,1Asam palmitat (16:0) 25,4Asam palmitoleat (16:1) 0,2Asam stearat (18:0) 33,2Asam oleat (18:1) 32,6Asam linoleat (18:2) 2,8Asam linolenat (18:3) 0,1

* (O’, Brien 2008)

Lemak merupakan komponen termahal dari biji kakao. Biji kakao yang berasal dari pembuatan musim hujan umumnya mempunyai kadar lemak tinggi (Mulato, 2002).

Selain oleh bahan tanam dan musim, kandungan lemak dipengaruhi oleh perlakuan pengolahan, jenis bahan tanaman dan faktor musiman, sedangkan karakteristik fisik biji kakao pasca pengolahan seperti kadar air, tingkat fermentasi dan kadar kulit berpengaruh pada rendemen lemak biji kakao (Mulato, 2002).

3

Page 8: sabun lemak kakao

Kebanyakan konsumen menyukai produk-produk kakao karena cita rasa yang khas, rasa manis – pahit, dan aroma yang selalu menggugah selera. Kekhasan tersebut dikarenakan komponen kimia yang menyusun biji kakao, sehingga menghasilkan satu kesatuan rasa yang lezat dari produk – produk olahan kakao yang utamanya berasal dari komponen lemak biji kakao yang dapat mencapai 57% (Mulato, 2002).

Lemak kakao merupakan lemak nabati alami yang mempunyai sifat unik, yaitu tetap cair pada suhu dibawah titik bekunya. Lemak kakao mempunyai warna putih kekuningan dan mempunyai bau khas cokelat. Lemak ini mempunyai sifat rapuh (brittle) pada suhu 25oC dan tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dingin, angka penyabunan 188 – 198, angka iod 35 – 40. Lemak kakao larut sempurna dalam alkohol murni panas dan sangat mudah larut dalam kloroform, benzene, dan petroleum eter (Mulato, 2002).

2.2 Minyak Kelapa dan LemakMinyak atau lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur

berupa ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat.

Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida. Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki asam lemak dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan panjang rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam air.

Kandungan asam lemak tak jenuh, seperti oleat, linoleat, dan linolenat yang terlalu banyak akan menyebabkan sabun mudah teroksidasi pada keadaan atmosferik sehingga sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi (Guenther, 2006).

Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa.

4

Page 9: sabun lemak kakao

2.3 Minyak EsensialMinyak Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric Oil),

Minyak Esensial, Minyak Terbang, serta Minyak Aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak Atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami.

Minyak atsiri disebut juga minyak eteris adalah minyak yang bersifat mudah menguap, yang terdiri dari campuran yang mudah menguap, dengan komposisi dan titik didih berbeda-beda. Setiap substansi yang dapat menguap memiliki titik didih dan tekanan uap tertentu dan dalam hal ini dipengaruhi oleh suhu. Pada umumnya tekanan uap yang rendah dimiliki oleh persenyawaan yang memiliki titik didih tinggi (Guenther, 2006).

Beberapa sifat minyak atsiri sebagai berikut :

1. Mudah menguap bila dibiarkan pada udara terbuka.2. Tidak larut dalam air. 3. Larut dalam pelarut organic. 4. Tidak berwarna, tetapi semakin lama menjadi gelap karena mengalami

oksidasi dan pendamaran.5. Memiliki bau yang khas seperti pada tumbuhan aslinya

2.4 NaOH

Natrium hidroksida (Na OH ), juga dikenal sebagai soda kaustik, soda api, atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutanalkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.

Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut larutan Sorensen. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, karena pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.

5

Page 10: sabun lemak kakao

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat PelaksanaanPenelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2014 yang bertempat di

Laboratorium Biokimia, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Alat dan BahanAlat yang digunakan dalam pembuatan sabun lemak kakao adalah timbangan

digital, panic stainless, kompor gas, thermometer, mixer, cetakan sabun, kain handuk tebal, pisau stainless, pipet tetes, gelas, plastic pembungkus, pnetrometer, botol timbang, oven, kertas lakmus, eksikator dan label.

Bahan yang digunakan adalah lemak kakao, minyak kelapa, kaustik soda (NaOH), air, dan pewangi.

6

Page 11: sabun lemak kakao

3.3 Skema Kerja

7

Minyak kelapa Sawit, Lemak kakao, NaOH, Pewangi, dan air

Penimbangan Minyak kelapa Sawit = 400 grLemak cokelat = 300NaOH (kaustik Soda) = (112),

dan (123,2) grAir = (268), dan (256,8) grPewangi = 20 ml

Air dan NaOH Lemak kakao dan minyak

Pencampuran

Pemanasan hingga suhu 45 – 50 oC

Pemanasan hingga suhu 45 – 50 oC

Pengadukan (hingga mencapai trace)

Penambahan pewarna dan pewangi

Pencetakan

Pendiaman 24 – 48 jam

Pemotongan

Pendiaman 4 – 6 minggu (curing)

Pengemasan

Page 12: sabun lemak kakao

3.4 Parameter PengamatanDalam pembuatan sabun lemak kakao parameter yang akan digunakan

adalah:a. Kadar air, alat yang digunakan adalah botol timbang, oven, dan timbangan

analitik. Pertama dilakukan penimbangan terhadap botol timbang (A) dan sampel sebanyak 4 g. kemudian dilakukan pengovenan pada suhu 105C

selama 2 jam (B). kemudian dilakukan perhitungan menggunakan rumus : W 1−W 2

WX 100 %

Keterangan :W1 = Berat bahan + botol timbangW2 = berat bahan setelah pengeringanW = berat bahan

b. PH, alat yang digunakan dalam pengukuran PH adalah kertas lakmus. Dilakukan pelarutan sabun kedalam air terlebih dahulu, kemudian baru dilakukan pengukuran menggunakan kertas lakmus.

c. Tekstur, alat yang digunakan adalah pnetrometer. Dimana untuk pengukuran tekstur ini akan dilakukan pada 5 titik yang berbeda dari bahan.

d. Daya busa, dalam pengujian ini dilakukan langsung oleh praktikan. Dimana akan digunakan lambang + untuk nilai dari daya busa, semakin + maka semakin banyak busa yang dihasilkan.

8

Page 13: sabun lemak kakao

BAB 4. BIAYA

No Jenis pengeluaran Jumlah

Item

Biaya

(Rp)/Item

Jumlah

(Rp)

1 Timbangan digital 1 100.000 100.000

2 Panci stainless 1 30.000 30.000

3 Kompor gas 1 250.000 250.000

4 Termometer 2 100.000 200.000

5 Mixer 1 200.000 200.000

6 Cetakan sabun 1 10.000 10.000

7 Kain handuk tebal 1 25.000 25.000

8 Pisau stainless 1 5.000 5.000

9 Wadah gelas 2 5.000 10.000

10 Pipet tetes 3 1.000 3.000

11 Plastik wrapping 1 pack 8.000 8.000

12 Label 1 lembar 2.000 2.000

13 Lemak kakao 600 gr 120.000 per Kg 120.000

14 Minyak kelapa 800 gr 13.000/Kg 13.000

16 Kaustik soda (NaOH) 235,2 gr 25.000/ 700 ml 25.000

Total biaya 1.001.000

9

Page 14: sabun lemak kakao

DAFTAR PUSTAKA

Dermoredjo, S.K dan A.Setyanto, 2008, Analysis Perdagangan Kakao Indonesiake Spanyol, Seminar Nasional, Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan:Tantangan dan Peluang Bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani, Bogor, 19 November 2008.

Ketaren, S. , 1986, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Jakarta : Universitas Indonesia.

Minifie, B., 1989, Chocolate, Cocoa, and Confectionary, Third ed., New York.

Mulato, Sri. 2002. Simposium Kopi 2002 dengan tema Mewujudkan perkopian Nasional Yang Tangguh melalui Diversifikasi Usaha Berwawasan Lingkungan dalam Pengembangan Industri Kopi Bubuk Skala Kecil Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Usaha Tani Kopi Rakyat. Denpasar : 16 – 17 Oktober 2002. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.

O’Brien, R.D., 2008, Fats and Oils, Formulating and Processing For Aplication,Edition second, Technomic Publishing Company, Inc. USA.

Sukha, D.A., 2003, Primary Processing of High Quality Trinidad and Tolago Cocoa Beans Target Problems, Options, Proc.of: Seminar/Exhibition on The Revitalisation of The Trinidad and Tobago Cocoa Industry, Targets, Problems and Options. The Association of Professianal Agricultural Scientists of Trinidad and Tobago (APASTT) Faculty of Science and Agriculture, the University of The West Indies, 20stSep. 2003, :27-31.

Wang, H. X., H. Wu, C. T. Ho, X. C, Weng, 2006, Cocoa Butter Equivalent FromEnzymatic Interesterification of Tea Seed Oil and Fatty Acid Methyl Ester, J. Food Chem., 97(4): 661 – 665.

10