sabun ekstrak lengkuas

14
Bul. Littro. Vol. 21 No. 2, 2010, 192 - 205 192 FORMULA SABUN TRANSPARAN ANTIJAMUR DENGAN BAHAN AKTIF EKSTRAK LENGKUAS (Alpinia galanga L.Swartz.) Hernani 1) , Tatit K. Bunasor 2) , dan Fitriati 2) 1) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jl. Tentara Pelajar No. 12 A Bogor 16114 2) Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Institut Pertanian Bogor Kampus IPB Darmaga, Bogor (terima tgl. 25/10/2010 disetujui tgl. 18/11/2010) ABSTRAK Lengkuas mengandung senyawa aktif, antara lain eugenol, galangin, kaempferol, kuersetin, dan asetoksikhavikol asetat (ACA). Komponen ACA dilaporkan mem- punyai efek sebagai anti jamur. Tujuan penelitian untuk mengetahui penambahan ekstrak lengkuas pada sabun transparan terhadap kualitas, daya anti jamur, dan tingkat kesukaan panelis. Tahap kegiatan mencakup analisis kualitas bahan baku, pembuatan ekstrak, formulasi sabun trans- paran, analisis kualitas sabun, uji daya antijamur, dan uji organoleptik sabun transparan. Hasil analisis kualitas bahan baku menunjukkan bahwa semua kriteria mutu masih memenuhi persyaratan Materia Medika Indonesia (MMI). Pening- katan konsentrasi ekstrak lengkuas pada sabun transparan secara signifikan mem- berikan pengaruh terhadap asam lemak total, fraksi yang tidak tersabunkan, bahan yang tidak larut dalam alkohol, dan pH. Hasil uji antijamur menunjukkan bahwa sabun transparan yang mengandung eks- trak lengkuas 1% dapat menghambat pertumbuhan jamur Tricophyton menta- grophytes dan Microsporum canis. Daya hambat sabun transparan terhadap M. canis lebih baik dibandingkan dengan T. mentagrophytes. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi ekstrak lengkuas menurunkan tingkat kesukaan panelis terhadap warna, tekstur, dan kekerasan. Katakunci : Ekstrak lengkuas, antijamur, sabun transparan ABSTRACT Formulae of antifungal transparent soap using galangal (Alpinia galanga L.Swartz.) extracts Galangal contains active com-pounds such as eugenol, galangin, kaempferol, quercetin, and acetoxychavicol acetate (ACA). ACA components have been reported to have antifungal effect. The aim of the research was to find out the effect of galangal extracts addition on quality of transparent soap, antifungal inhibition, and the panelist's preference level. Research activities included analysis of raw material quality, extraction, trans- parent soap formulation, soap quality analysis, antifungal inhibition and organo- leptic tests of the transparent soap. Results of analysis showed that the raw materials still met all the quality criteria of MMI. Increasing galangal extracts concentrations on transparent soap signi- ficantly affected the total fatty acids, unsaponified fraction, insoluble material in alcohol, and pH. The antifungal tests showed that the transparent soap con- taining 1% galangal extract inhibited the growth of Tricophyton mentagrophytes and Microsporum canis fungi. Transparent soap inhibition against M. canis was better than that against T. mentagrop- hytes . The organoleptic test showed that the increase in galangal extract concen- tration decreased the preference level of panelists on the color, texture, and hardness of transparent soap. Key words : Galangal extract, antifungal, transparent soap

Transcript of sabun ekstrak lengkuas

Page 1: sabun ekstrak lengkuas

Bul. Littro. Vol. 21 No. 2, 2010, 192 - 205

192

FORMULA SABUN TRANSPARAN ANTIJAMUR DENGAN BAHAN AKTIF EKSTRAK LENGKUAS (Alpinia galanga L.Swartz.)

Hernani 1), Tatit K. Bunasor 2), dan Fitriati 2) 1) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Jl. Tentara Pelajar No. 12 A Bogor 16114 2) Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi

Institut Pertanian Bogor Kampus IPB Darmaga, Bogor

(terima tgl. 25/10/2010 – disetujui tgl. 18/11/2010)

ABSTRAK

Lengkuas mengandung senyawa aktif,

antara lain eugenol, galangin, kaempferol,

kuersetin, dan asetoksikhavikol asetat (ACA). Komponen ACA dilaporkan mem-

punyai efek sebagai anti jamur. Tujuan penelitian untuk mengetahui penambahan

ekstrak lengkuas pada sabun transparan terhadap kualitas, daya anti jamur, dan

tingkat kesukaan panelis. Tahap kegiatan

mencakup analisis kualitas bahan baku, pembuatan ekstrak, formulasi sabun trans-

paran, analisis kualitas sabun, uji daya antijamur, dan uji organoleptik sabun

transparan. Hasil analisis kualitas bahan

baku menunjukkan bahwa semua kriteria mutu masih memenuhi persyaratan

Materia Medika Indonesia (MMI). Pening-katan konsentrasi ekstrak lengkuas pada

sabun transparan secara signifikan mem-

berikan pengaruh terhadap asam lemak total, fraksi yang tidak tersabunkan, bahan

yang tidak larut dalam alkohol, dan pH. Hasil uji antijamur menunjukkan bahwa

sabun transparan yang mengandung eks-trak lengkuas 1% dapat menghambat

pertumbuhan jamur Tricophyton menta-grophytes dan Microsporum canis. Daya hambat sabun transparan terhadap M. canis lebih baik dibandingkan dengan T. mentagrophytes. Hasil uji organoleptik

menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi

ekstrak lengkuas menurunkan tingkat kesukaan panelis terhadap warna, tekstur,

dan kekerasan.

Katakunci : Ekstrak lengkuas, antijamur, sabun transparan

ABSTRACT

Formulae of antifungal transparent soap using galangal (Alpinia galanga

L.Swartz.) extracts

Galangal contains active com-pounds such as eugenol, galangin, kaempferol, quercetin, and acetoxychavicol acetate (ACA). ACA components have been reported to have antifungal effect. The aim of the research was to find out the effect of galangal extracts addition on quality of transparent soap, antifungal inhibition, and the panelist's preference level. Research activities included analysis of raw material quality, extraction, trans-parent soap formulation, soap quality analysis, antifungal inhibition and organo-leptic tests of the transparent soap. Results of analysis showed that the raw materials still met all the quality criteria of MMI. Increasing galangal extracts concentrations on transparent soap signi-ficantly affected the total fatty acids, unsaponified fraction, insoluble material in alcohol, and pH. The antifungal tests showed that the transparent soap con-taining 1% galangal extract inhibited the growth of Tricophyton mentagrophytes and Microsporum canis fungi. Transparent soap inhibition against M. canis was better than that against T. mentagrop-

hytes. The organoleptic test showed that the increase in galangal extract concen-tration decreased the preference level of panelists on the color, texture, and hardness of transparent soap.

Key words : Galangal extract, antifungal, transparent soap

Page 2: sabun ekstrak lengkuas

Hernani et al. : Formula Sabun Transparan Antijamur dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas ...

193

PENDAHULUAN

Lengkuas (Alpinia galanga L. Swartz) merupakan salah satu tanam-an dari famili Zingiberaceae yang rim-pangnya dapat dimanfaatkan sebagai obat. Secara tradisional, lengkuas sering digunakan sebagai obat sakit perut, karminatif, anti jamur, anti gatal, bengkak, anti allergi, dan anti hipoglikemik (Kubo et al. 1991; Akhtar et al. 2002; Matsuda et al. 2003). Bahkan ekstrak lengkuas dapat diman-faatkan untuk menghambat oksidasi lemak dan meningkatkan stabilitas mikrobia pada daging giling (Cheah dan Gan 2000). Pada konsentrasi 0,05-0,10% dapat memperpanjang masa simpan daging giling sampai 7 hari.

Komponen kimia utama yang memberikan aroma pada lengkuas adalah senyawa asetoksikhavikol ase-tat (ACA/galangal asetat) yang ber-sifat sebagai anti allergi, anti oksidan, dan anti jamur (Jansenn dan Scheffer 1985). Galangal asetat tidak stabil dalam bentuk larutan karena mudah mengalami reaksi hidrolisis, dan se-nyawa ini tidak terdapat dalam minyak atsiri lengkuas. Senyawa antijamur lainnya dari lengkuas dan sangat efek-tif untuk menghambat pertumbuhan jamur Trichophyton mentagrophytes dan Candida albicans adalah (E)-8β,17 epoksilabd-12-en-15, 16-dial, (E)-8-(17)-12-labadiene-15, 16 dial, dan galanolakton (Haraguchi et al. 1996; Windono dan Sutarjadi 2002). Senya-wa-senyawa tersebut termasuk dalam golongan diterpen. Biasanya terdapat korelasi yang sangat positif antara struktur senyawa kimia dengan aktivitas biologi, dan pada gilirannya terhadap efek terafitik yang diberikan (Aftab dan Sial 2004). Senyawa anti jamur yang ditemukan dari jenis

Alpinia lainnya, seperti dalam minyak atsiri A. officinarum dan A. speciosa, sangat efektif dalam menghambat strains dermatophyte sampai 80% (Lima et al. 1993). Penggunaan obat anti jamur mikosis mempunyai efek samping, antara lain iritasi pada kulit, mual, dan sakit kepala (Sundari dan Winarno 2001). Dengan kandungan bahan aktif di dalamnya, pemanfa-atan ekstrak lengkuas dalam formu-lasi sabun transparan diperkirakan mampu menghambat jamur penyakit kulit, karena sabun transparan adalah salah satu sediaan emulsi yang difungsikan sebagai penghantar obat pada bagian yang terkena penyakit.

Sabun adalah garam alkali karboksilat (RCOONa). Gugus R ber-sifat hidrofobik karena bersifat nonpolar dan COONa bersifat hidro-filik (polar). Proses yang terjadi dalam pembuatan sabun disebut sebagai saponifikasi (Girgis 2003). Ada 2 jenis sabun yang dikenal, yaitu sabun padat (batangan) dan sabun cair (Hambali et al. 2005). Sabun padat dibedakan atas 3 jenis, yaitu sabun opaque, translucent, dan transparan. Sabun transparan merupakan salah satu jenis sabun yang memiliki penampilan menarik karena penam-pakannya. Selain itu, sabun trans-paran bisa menjadi alternatif sediaan obat dengan penampakan yang lebih menarik. Penambahan ekstrak leng-kuas dalam formula sabun transparan difungsikan sebagai penghantar obat pada bagian yang terkena penyakit.

Penyakit yang disebabkan oleh jamur tidak begitu berbahaya, tetapi pengobatan yang efektif membutuh-kan biaya yang tinggi dan waktu yang relatif lama (Neely dan Ghannum 2000). Selain itu, obat-obatan anti-jamur yang beredar saat ini sudah ba-

Page 3: sabun ekstrak lengkuas

Bul. Littro. Vol. 21 No. 2, 2010, 192 - 205

194

nyak yang resistan terhadap mikroba tertentu (Alexander dan Perfect 1997; Ghannum dan Rice 1999). Pencarian obat baru yang bisa mengontrol mik-roba penyebab penyakit pada kulit dan rambut sangat diperlukan (Kubo et al. 1991).

Penggunaan bahan alami untuk mengobati penyakit telah banyak dila-kukan oleh masyarakat dunia karena keamanannya (Alleyne et al. 2005). Penelitian ini bertujuan untuk menge-tahui efektifitas daya anti jamur leng-kuas setelah diformulasikan dalam sabun transparan, karakteristik, dan penerimaan konsumen terhadap sabun transparan yang dihasilkan. Aplikasi ekstrak lengkuas dalam sabun trans-paran diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dari lengkuas.

BAHAN DAN METODE

Bahan baku penelitian adalah rimpang lengkuas merah berumur 11 bulan dari Cibinong, Bogor. Pelarut untuk ekstraksi lengkuas adalah etil

asetat 60 . Bahan pembuat sabun tertera pada Tabel 1. Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan bubuk, ekstrak lengkuas, dan sabun adalah pisau, pengering tipe rak, penggiling dengan ukuran 50 mesh, pengaduk, rotary evaporator, spray dryer, timbangan analitik, waterbath, gelas piala, pengaduk gelas, gelas ukur, dan cetakan. Alat untuk analisis kimia antara lain pH meter, penetrometer, buret, oven, vortex, tanur, labu ukur, dan alat gelas lainnya.

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap kegiatan, yaitu ana-lisis kualitas bahan baku, ekstraksi, pembuatan formula sabun, aplikasi ekstrak terhadap sabun, analisis kua-

litas, dan uji organoleptik. Pengolahan rimpang lengkuas dilakukan dengan membersihkan kotoran yang melekat, dicuci, dan diiris setebal 7-8 mm. Irisan lengkuas dikeringkan dalam

alat pengering pada suhu 50 C dan selanjutnya rimpang yang telah kering digiling dengan ukuran 50 mesh. Analisis kualitas lengkuas sesuai dengan standar Materia Medika Indo-nesia (MMI), antara lain penentuan kadar abu, kadar abu tak larut asam, kadar sari yang larut dalam air, dan kadar sari yang larut dalam alkohol.

Ekstraksi

Proses ekstraksi lengkuas dila-kukan dengan metode maserasi

menggunakan pelarut etil asetat 60 (perbandingan bahan terhadap pela-rut 1:10), diaduk selama 3 jam, lalu didiamkan selama 1 malam. Setelah penyaringan, kemudian filtrat diuap-kan pelarutnya dengan pengurangan tekanan sampai diperoleh ekstrak kental. Kualitas ekstrak lengkuas di-analisis dengan penentuan pH, sisa pelarut, dan kelarutan dalam alkohol 80 . Aplikasi terhadap sabun trans-paran menggunakan ekstrak kering yang telah diformulasikan dengan maltodekstrin.

Pembuatan sabun

Formulasi untuk sabun trans-paran menggunakan modifikasi meto-de Cognis (Anonymous 2003), sesuai dengan Tabel 1. Proses pembuatan sabun diawali dengan mereaksikan asam stearat dengan fase asam lemak dengan NaOH. Asam stearat dilelehkan dengan pemanasan (70ºC) sampai mencair. Setelah asam stearat dan minyak homogen, kemudian ditambahkan larutan NaOH 30 pada

Page 4: sabun ekstrak lengkuas

Hernani et al. : Formula Sabun Transparan Antijamur dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas ...

195

suhu 60-70 C. Pada saat penambahan NaOH ini, adonan akan menjadi keras dan lengket yang menunjukan terben-tuknya stok sabun. Pengadukan terus dilakukan sampai homogen kemudian dilakukan penambahan gliserin sehing-ga pengadukan lebih mudah dilakukan. Penambahan sukrosa dilakukan secara bertahap sambil terus dilakukan peng-adukan hingga sukrosa larut sem-purna. Setelah larutan menjadi homo-gen, selanjutnya ditambahkan coco-DEA, NaCl, ekstrak lengkuas, dan air. Selanjutnya sabun dituangkan dalam cetakan dan didiamkan selama 24

jam pada suhu ruang. Satu adonan akan menjadi 6-7 unit sabun trans-paran masing-masing seberat 14-15,5 g.

Rancangan percobaan yang di-gunakan adalah rancangan acak leng-kap faktor tunggal yang dilakukan dengan dua kali ulangan. Faktor yang dikaji adalah persentase ekstrak leng-kuas dalam formulasi sabun transpa-ran. Konsentrasi ekstrak lengkuas yang digunakan terdiri dari tiga taraf, yaitu

1; 2; dan 3 . Model rancangan

percobaannya adalah

Yij = + Ai + i(j)

Yij = Variabel yang akan dianalisis pada

ulangan ke –j (j=1,2)/Variable will analysis on replication to –j (j=1.2)

= Rata-rata secara sebenarnya (nilai

tengah populasi)/Actual average (the median population value)

Ai = Pengaruh pelarut pembawa pada

taraf ke-i (i = 1,2,3)/Effect of solution on level to i (i=1.2.3)

i(j) = Galat eksperimen/experiment error

Analisis mutu terhadap sabun transparan yang dihasilkan meliputi sifat kimia yang mengacu pada Stan-dar Nasional Indonesia sabun mandi (SNI 06-3532-1994) untuk kriteria jumlah asam lemak, kadar fraksi yang tak tersabunkan, bahan tidak larut dalam alkohol, dan kadar alkali bebas. Untuk stabilitas busa sesuai Piyali et al. (1994) dan stabilitas emulsi ber-dasarkan Benneth (1947).

Tabel 1. Formula sabun transparan Table 1. Formula of transparent soap

Bahan/Material Komposisi/Composition (%)

1 2 3

Asam stearat/Stearic acid 6,8 6,6 6,4 Minyak kelapa/Coconut oil 19,8 19,6 19,4 Minyak jarak/Castor oil 6,0 6,0 6,0

NaOH 30 /Natrium hydroxide 20,1 19,9 19,7

Gliserin/Glycerine 9,8 9,6 9,4 Etanol/Ethanol 15,0 15,0 15,0 Gula/Sugar 13,8 13,6 13,4 Dietanolamida (DEA)/Diethanolamide 1,0 1,0 1,0 NaCl/Natrium chloride 0.2 0,2 0,2 Air/Aquadest 6,5 6,5 6,5 Ekstrak lengkuas/Galangal extract 1,0 2,0 3,0

Page 5: sabun ekstrak lengkuas

Bul. Littro. Vol. 21 No. 2, 2010, 192 - 205

196

Uji efektivitas

Efektivitas sabun transparan diuji dengan menggunakan biakan jamur M. canis dan T. mentagrophytes serta larutan uji berupa sabun yang dilarutkan dalam aquades disiapkan sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan, yaitu 1.000; 3.000; dan 5.000 ppm. Setelah itu, disiapkan petridish berisi media SDA (Saboroud Dextrosa Agar). Pada setiap petridish dibuat tiga sumuran sebagai ulangan. Inokulasikan masing-masing jamur ke dalam media agar sebesar 106 CFU/mL sesuai standar inokulum dari National Committe for Clinical Laboratory Stan-dard (NCCLS), dengan menggunakan cotton bud steril. Cara menghitung spora menggunakan alat hymocyto-meter. Larutan uji dengan beberapa konsentrasi seperti tersebut di atas

kemudian dimasukkan sebesar 40 L pada masing-masing sumur yang ada.

Inkubasikan pada suhu 37 C selama 78 jam. Minimum inhibitory concen-tration (MICs) diketahui dengan meng-ukur zona hambat yang terbentuk di sekitar masing-masing sumur, kemu-dian dibuat rata-ratanya.

Uji organoleptik

Uji organoleptik yang dilaku-kan merupakan uji tingkat kesukaan atau hedonik. Panelis yang diminta penilaiannya adalah panelis tidak terlatih. Uji dilakukan terhadap warna/transparansi, tekstur, kesan kesat, dan aroma. Skala penilaian yang digunakan adalah 1-5 dengan jumlah panelis 30 orang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik bahan baku

Karakteristik lengkuas kering yang digunakan dalam percobaan (Tabel 2) telah memenuhi standar MMI kecuali untuk persyaratan kadar abu. Kadar abu yang cukup tinggi, kemungkinan disebabkan proses pen-cucian rimpang lengkuas kurang sempurna karena bentuk rimpang yang tidak seragam, sehingga kotoran seperti tanah ikut teranalisis. Nilai kadar abu tidak larut asam yang rendah pada bahan baku lengkuas menunjukkan bahwa hanya sedikit jumlah mineral yang tidak larut dalam asam. Pada umumnya abu yang tidak larut asam terdiri dari silika dan pasir.

Tabel 2. Mutu bahan baku Table 2. Quality of raw material

Karakteristik/ Characteristic

(%)

Hasil analisis/ Analysis result

(%)

Materia Medika Indonesia (1978)

(%)

Kadar air/Moisture content 7,80 Tidak dipersyaratkan Kadar abu/Ash content 9,12 ≤ 3,9 Kadar abu yang tidak larut dalam asam/Ash insoluble in acid

2,93 ≤ 3,7

Kadar sari larut dalam air/Water soluble extractive

31,22 ≥ 5,2

Kadar sari larut dalam alkohol/ Alcohol soluble extractive

21,60 ≥ 1,7

Page 6: sabun ekstrak lengkuas

Hernani et al. : Formula Sabun Transparan Antijamur dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas ...

197

Kadar air sari larut dalam al-kohol dan air jauh melebihi ketentuan standar. Gupta (1999) menerangkan bahwa kadar sari larut dalam alkohol dan kadar sari larut dalam air dilaku-kan untuk mengetahui jumlah zat ber-khasiat yang dapat larut dalam suatu pelarut, baik alkohol maupun air. Senyawa yang dapat larut dalam alkohol dari lengkuas, antara lain galangin, eugenol, kaemferol, dan kuersetin.

Ekstraksi

Rendeman ekstrak lengkuas yang dihasilkan rata-rata sebesar 24,86%. Kualitas ekstrak yang dihasil-kan mempunyai nilai pH 4,31; sisa pelarut 10,65%; dan kelarutan dalam alkohol 80% adalah 1:3. Tingginya sisa pelarut pada ekstrak dapat disebabkan karena pelarut mengekstrak lebih banyak komponen yang terkandung dalam minyak atsiri, sehingga pelarut-nya lebih banyak yang terikat dengan komponen minyak atsiri tersebut (Hustiyani 1994), mengakibatkan sedi-kitnya pelarut yang menguap pada saat proses penguapan. Kelarutan dalam etanol ditunjukkan dengan per-bandingan jumlah ekstrak dan jumlah etanol yang dapat melarutkan ekstrak tersebut. Perbandingan kelarutan 1:10, bahan masih dikategorikan larut dalam pelarutnya (Anonymous 1998).

Ekstrak lengkuas mengandung minyak atsiri yang akan memberikan aroma cukup kuat seperti bau minyak kayu putih dan kamfor, berbau seperti rempah dengan komponen sineol 1,8

(20,4%), -fenkhil asetat (18,3%), kamfor (7,7%), (E)-metil sinamat (4,2%), dan guaicol (3,3%) (Jirovetz et al. 2003). Senyawa pemberi aroma pada lengkuas yang telah diidentifikasi oleh Someya et al. (2001) adalah 3

senyawa hidroksi 1,8 sineol glukopira-nosida, yaitu (1R, 2R, 4S)- dan (1S, 2S, 4R)-trans-2-hidroksi-1,8-sineol beta-D-glucopiranosida, dan (1R, 3S, 4S)-trans-3-hidroksi-1,8-sineol beta-D-glucopiranosida sebagai prekursor komponen aroma.

Karakteristik sabun transparan

Karakteristik sabun yang diha-silkan biasanya dipengaruhi oleh dis-tribusi dari asam-asam lemak yang di-gunakan (George 1994). Asam-asam lemak yang digunakan pada penelitian ini berasal dari minyak kelapa dan minyak jarak.

Kadar air

Berdasarkan analisis keragam-an diketahui bahwa kadar air sabun transparan tidak berbeda nyata ter-hadap perubahan konsentrasi ekstrak lengkuas. Sabun transparan dengan penambahan ekstrak lengkuas 1; 2;

dan 3 , masing-masing mempunyai

kadar air 17,44; 17,46; dan 17,46 . Bila dibandingkan dengan standar ka-

dar air maksimal yakni 17 , ternyata kadar air sabun transparan tidak ter-lalu melampaui ketentuan. Banyaknya air yang ditambahkan pada sabun akan berpengaruh terhadap kelarutan sabun. Semakin banyak air yang ter-kandung dalam sabun maka sabun akan semakin mudah menyusut pada saat digunakan (Spitz 1996). Kadar air terbaik untuk sabun transparan sesuai ketentuan SASO adalah 17%, dan

apabila kadar airnya 17% maka berarti kualitas sabun tersebut kurang begitu baik (Anonymous 2009).

Jumlah asam lemak dan kadar fraksi yang tidak tersabunkan

Konsentrasi ekstrak lengkuas ternyata berpengaruh sangat nyata

Page 7: sabun ekstrak lengkuas

Bul. Littro. Vol. 21 No. 2, 2010, 192 - 205

198

terhadap jumlah asam lemak dan kadar fraksi tak tersabunkan pada sabun transparan yang dihasilkan. Ada kecenderungan asam lemak akan me- nurun tetapi fraksi tak tersabunkan akan meningkat dengan peningkatan konsentrasi ekstrak lengkuas (Gambar 1). Bila dibandingkan dengan SASO untuk jumlah asam lemak dan fraksi tak tersabunkan, sabun yang dihasil-kan memiliki karakteristik yang ber-beda. Dalam standar disebutkan untuk jumlah minimal untuk asam lemak 65% dan kadar fraksi tak tersabunkan 2,0%.

Fraksi tak tersabunkan berkait-an dengan zat-zat yang sering ter-dapat dalam minyak atau lemak yang tak tersabunkan karena hidrokarbon-hidrokarbon alkali dan tidak larut dalam air. Zat-zat tersebut biasanya berupa sterol, zat warna, dan hidro-karbon (Anonymous 1962).

Bagian tidak larut dalam alkohol dan kadar alkali bebas

Konsentrasi ekstrak lengkuas berpengaruh nyata terhadap bagian tak larut dalam alkohol tetapi tidak nyata terhadap kadar alkali bebas pada sabun transparan yang dihasilkan (Gambar 2). Bagian tidak larut dalam alkohol pada setiap tingkat konsentrasi ekstrak saling berbeda nyata. Anony-mous (2002) menjelaskan bahwa bahan yang tidak larut dalam alkohol meliputi garam alkali seperti karbonat, silikat, fosfat, sulfat, dan pati. Bagian tidak larut alkohol dari sabun trans-

paran dengan konsentrasi ekstrak 3 tidak memenuhi persyaratan (2,88%) karena lebih tinggi dari yang diper-syaratkan (2%). Tingginya bagian tidak larut dalam alkohol ini disebab-kan oleh kandungan protein dan pati dalam lengkuas. Selain itu, ekstrak

lengkuas yang ditambahkan mengan-dung bahan pengikat berupa pati yaitu maltodekstrin. Hal ini juga yang mengakibatkan bagian tidak larut dalam alkohol yang dihasilkan akan meningkat seiring dengan peningkat-an konsentrasi ekstrak.

Kadar alkali bebas dari sabun yang dihasilkan tidak berbeda nyata antar konsentrasi, tetapi telah sesuai dengan dipersyaratkan sabun trans-paran, yaitu 1%. Bila kadar alkali bebas terlalu tinggi, akan menyebab-kan kulit menjadi kering, dan akan menghasilkan sabun yang tidak trans-paran atau opague (Anonymous 2004).

pH

Nilai pH sabun yang dihasilkan berbeda nyata terhadap perubahan konsentrasi ekstrak lengkuas (Gambar 3). Sabun dengan konsentrasi ekstrak

lengkuas 1 mempunyai pH berbeda nyata dengan yang mengandung

ekstrak 3 , sedangkan pada konsen-

trasi 2 pH sabun tidak berbeda nyata dengan pH sabun yang mengandung ekstrak lengkuas 1 dan 3 . Kisaran nilai pH ini memenuhi

kriteria mutu sabun mandi. Menurut Anonymous (2002), standar pH untuk sabun mandi berkisar antara 9-11. pH optimum untuk sabun mandi adalah 9,2, karena bila lebih tinggi, warna sabun akan menjadi lebih gelap (Anonymous 2009). Nilai pH memiliki kecenderungan menurun seiring dengan penambahan ekstrak leng-kuas. Hal ini disebabkan oleh ekstrak lengkuas bersifat asam. Dilaporkan bahwa ekstrak lengkuas yang mem-punyai pH netral dan daya antioksidan lebih tinggi dibandingkan dengan yang mempunyai pH asam (Junta-chote and Berghofer 2005).

Page 8: sabun ekstrak lengkuas

Hernani et al. : Formula Sabun Transparan Antijamur dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas ...

199

Busa

Untuk stabilitas busa, stabilitas emulsi dan kekerasan sabun tidak berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan konsentrasi ekstrak leng-kuas (Tabel 3). Busa merupakan salah satu parameter penting dalam penen-tuan mutu sabun mandi. Pada peng-gunaannya, busa berperan dalam proses pembersihan dan melimpahkan wangi sabun pada kulit. Adanya senyawa tidak jenuh (asam lemak tidak jenuh) dalam campuran minyak, tidak akan menstabilkan busa (Gromophone 1983).

Kekerasan

Tingkat kekerasan ditentukan dengan mengukur kedalaman jarum penetrasi pada sabun. Kedalaman ini biasanya dinyatakan dalam seper-sepuluh milimeter dari nilai yang ter-cantum pada skala penetrometer. Semakin tinggi kedalaman penetrasi jarum menunjukan bahwa suatu sam-pel semakin lunak. Ada kecenderung-an, meningkatnya konsentrasi leng-kuas, kekerasan sabun akan melunak. Bila sabun terlalu lunak akan menyebabkan sabun mudah larut dan menjadi cepat rusak (Anonymous, 2007).

Efektifitas sabun transparan anti jamur terhadap jamur uji

Sabun transparan yang me-ngandung ekstrak lengkuas mampu menghambat pertumbuhan jamur uji, yaitu M. canis dan T. mentagrophytes. Kedua jamur ini mudah mengin-feksi kulit karena adanya kontak dengan sesama, terutama dengan hewan piaraan seperti anjing, kucing, dan burung (Trakranrungsie et al. 2008; Adenkule dan Okali 2004).

Diameter hambat sabun trans-paran yang mengandung ekstrak lengkuas 1% terhadap T. mentagro-phytes pada tingkat pengenceran 1.000; 3.000; dan 5.000 ppm secara berurutan adalah 5; 7; dan 9 mm. Nilai diameter hambat terhadap M. canis pada setiap tingkat peng-enceran secara berurutan adalah 5; 7; dan 10,67 mm. Daya hambat yang tinggi menunjukkan bahwa senyawa-senyawa yang ada dalam ekstrak sangat efektif untuk mengendalikan jamur tersebut (Hernani et al. 2007). Diameter hambat minimum yang menunjukan adanya aktivitas mikroba

adalah 6 mm (Nostro et al. 2000).

Tabel 3. Pengaruh konsentrasi ekstrak lengkuas terhadap stabilitas busa, emulsi, dan kekerasan pada sabun transparan

Table 3. Effect of galangal extract concentration on foam and emulsion stability, and hardness of transparent soap

Konsentrasi ekstrak lengkuas/Galangal extract concentration

Stabilitas busa/Foam stability (%)

Stabilitas emulsi/ Emulsion stability

(%)

Kekerasan mm/ detik/Hardness

mm/second

1 % 64,38 a 88,11 a 2,85 a 2 % 62,29 a 87,73 a 2,87 a 3 % 62,08 a 87,61 a 2,91 a

Page 9: sabun ekstrak lengkuas

Bul. Littro. Vol. 21 No. 2, 2010, 192 - 205

200

Sabun transparan yang mengandung ekstrak lengkuas 2 dan 3% memiliki diameter hambat terha-dap T. mentagrophytes lebih kecil dibandingkan diameter hambat M. canis pada pengenceran 1.000; 3.000; dan 5.000 ppm (Gambar 4). Hasil penelitian Trakranrungsie et al. (2008) dinyatakan bahwa ekstrak lengkuas lebih efektif menghambat M. canis dari pada T. mentagrophytes. Hal ini ditun-jukkan dari nilai IC50 M. canis = 26,05 7,4 dan T. mentagrophytes 45,53 6,1.

Beberapa senyawa aktif anti-jamur pada lengkuas adalah golongan senyawa fenolik, seperti metil eugenol dan eugenol asetat. Senyawa metil eugenol sangat efektif dalam meng-hambat pertumbuhan jamur T. mentagrophytes dan Pseudomonas acne (Kubo et al. 1991). Harborne (1987) menerangkan bahwa senyawa fenolik mampu membentuk kompleks dengan protein melalui ikatan hid-rogen. Senyawa ini berikatan dengan asam amino dari protein kemudian akan membentuk produk konjugasi yang akan mengakibatkan terlambat-nya metabolisme sel. Senyawa anti-jamur dari lengkuas ini memiliki grup lipofil dan hidrofil dalam molekulnya sehingga memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan.

Uji organoleptik

Uji organoleptik yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji kesukaan atau uji hedonik. Panelis yang diminta penilaiannya adalah kelompok panelis tidak terlatih.

Warna dan tekstur

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perbedaan kon-sentrasi ekstrak lengkuas berbeda nyata terhadap penilaian kesukaan warna (Gambar 5). Uji lanjut Duncan menyatakan bahwa penilaian kesuka-an panelis pada setiap konsentrasi ekstrak lengkuas saling berbeda nyata.

Berdasarkan rata-rata penilai-an pada uji Duncan dapat diketahui juga bahwa untuk sabun dengan penambahan ekstrak lengkuas 1% panelis cenderung menyatakan suka hingga sangat suka. Pada sabun dengan penambahan ekstrak 2%, panelis mengatakan biasa hingga suka, dan untuk sabun dengan eks-trak 3% panelis cenderung menyata-kan biasa. Penambahan ekstrak leng-kuas yang berwarna kecoklatan dan agak keruh mengakibatkan berku-rangnya transparansi pada sabun transparan.

Busa dan kesan kesat

Penilaian kesukaan panelis ter-hadap busa berbeda nyata terhadap perbedaan tingkat konsentrasi ekstrak lengkuas pada tingkat kepercayaan

95% ( =0,05) (Gambar 6). Hasil uji lanjut Duncan menunjukan bahwa penilaian kesukaan panelis pada sabun dengan ekstrak lengkuas 3% berbeda nyata dengan penilaian panelis terhadap busa sabun trans-paran yang mengandung ekstrak lengkuas 1 dan 2%. Sedangkan peni-laian panelis terhadap busa yang dihasilkan oleh sabun yang mengan-dung ekstrak lengkuas 1 dan 2% tidak berbeda nyata.

Page 10: sabun ekstrak lengkuas

Hernani et al. : Formula Sabun Transparan Antijamur dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas ...

201

41.89a

36.64b

35.72c

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

Jum

lah

asa

m lem

ak (

%)

To

tal fa

tty

aci

d (

%)

1 2 3

Konsentrasi ekstrak lengkuas (%)

Galangal extract concentration (%)

1.80a

2.69b

3.61c

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

Kad

ar f

rak

si t

ak

ters

abu

nk

an (

%)

Un

sap

on

ific

ati

on

fra

ctio

n c

on

ten

t (%

)

1 2 3

Konsentrasi ekstrak lengkuas (%)

Galangal extract concentration (% )

A B

Gambar 1. Hubungan antara konsentrasi ekstrak lengkuas dengan jumlah asam lemak (A) dan kadar fraksi tak tersabunkan (B)

Figure 1. Correlation between galangal extract concentration and amount of fatty acid (A) and saponification fraction content (B)

1.18a

2.32b

2.88c

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

Bagia

n t

idak laru

t dala

m

alk

ohol (%

)

Undis

solv

ed s

olid

in

alc

ohol (%

)

1 2 3

Konsentrasi ekstrak lengkuas (%)

Galangal extract concentration (%)

10.63a

10.31a

10.09a

9.8

9.9

1010.1

10.2

10.3

10.4

10.510.6

10.7

Kad

ar

alk

ali

beb

as

(%)

Fre

e a

lka

lin

e (

%)

1 2 3

Konsentrasi ekstrak lengkuas (%)

Galangal extract concentration (%)

Gambar 2. Hubungan konsentrasi ekstrak lengkuas dengan bagian tidak larut dalam alkohol dan alkali bebas

Figure 2. Correlation between galangal extract concentration and non dissolved solid in alcohol and free alkali

10.63a

10.31b

10.09c

9.89.910

10.110.210.310.410.510.610.7

pH

1 2 3

Konsentrasi ekstrak lengkuas (%)

Galangal extract concentration (%)

Gambar 3. Hubungan antara konsentrasi ekstrak lengkuas dengan pH Figure 3. Correlation between galangal extract concentration and pH

Page 11: sabun ekstrak lengkuas

Bul. Littro. Vol. 21 No. 2, 2010, 192 - 205

202

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1 2 3

Konsentrasi pengenceran (%)

Dillution concentration(%)

Day

a h

amb

at (

mm

)

Inh

ibit

ion

(m

m)

T. mentagrophyte

M.canis

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1 2 3

Konsentrasi pengenceran (%)

Dillution concentration (%)

Day

a h

am

bat

(mm

)

Inh

ibit

ion

(m

m)

T.mentagrophyte

M.canis

A B

Gambar 4. Grafik daya hambat sabun transparan dengan ekstrak lengkuas 2%

(A) dan 3% (B) terhadap jamur uji Figure 4. Inhibition graph of transparent soap with galangal extract of 2% (A)

and 3% (B) on tested fungus

1016.67

6.67

66.67 53.3

30

23.3

23.3

56.67

6.67 6.67

0%

20%

40%

60%

80%

100%

1 2 3

Konsentrasi ekstrak lengkuas (%)

Galangal extract concentration (%)

Frek

uens

i kes

ukaa

n

Lik

e fr

eque

ncy

(%)

Sangat suka Very like

Suka Like

Biasa Netral

Tidak suka Do not like

Sangat tidak suka

Unvery like

3.33 3.3 3.3310 6.67

16.67

30 40

43.3

53.343.3

36.67

0%

20%

40%

60%

80%

100%

1 2 3

Konsentrasi ekstrak lengkuas (%)

Galangal extract concentration (%)

Fre

ku

en

si k

esu

kaan

Lik

e f

req

uen

cy

Tidak suka Do not like

Biasa Netral

Suka Like

Sangat suka Very like

A B

Gambar 5. Penilaian kesukaan panelis terhadap warna (A) dan tekstur (B) Figure 5. Panelist preferences on color (A) and texture (B)

3.3310

43.33 26.67

6.67

46.6753.3

80

6.67 10 10

0%

20%

40%

60%

80%

100%

1 2 3

Konsentrasi ekstrak lengkuas (%)

Galangal extract concentration (%)

Fre

kuen

si k

esu

kaan

L

iken

ess

fre

quen

cy

Sangat tidak suka

Un very likeTidak suka Do

not likeBiasa Netral

Suka Like

Sangat suka Very

like

3.33

30 23.33

13.33

6050

70

1020 13.33

0%

20%

40%

60%

80%

100%

1 2 3

Konsentrasi ekstrak lengkuas (%)

Galangal extract concentration (%0

Fre

ku

en

si k

esu

kaan

Lik

en

ess

fre

qu

en

cy

Sangat tidak suka

Unvery likeTidak suka Do

not likeBiasa Netral

Suka Like

Sangat suka Very

like

A B Gambar 6. Penilaian kesukaan panelis terhadap busa (A) dan kesan kesat (B)

Figure 6. Panelist preferences on foam (A) and roughness (B)

Page 12: sabun ekstrak lengkuas

Hernani et al. : Formula Sabun Transparan Antijamur dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas ...

203

KESIMPULAN

Karakteristik sabun transparan hasil formulasi dengan penambahan ekstrak lengkuas pada konsentrasi 1; 2; dan 3% memiliki kisaran kadar air 17; 44-17,46%, jumlah asam lemak 35,72-44,80%, fraksi yang tidak ter-sabunkan 1,80-3,61%, bagian tidak larut dalam alkohol 1,18-2,88%, alkali bebas 10,09-10,68%, pH 10,09-10,63, stabilitas busa 62,08-64,38%, stabilitas emulsi 87,61-88,11%, dan kekerasan 2,85-2,91 mm/detik. Sabun dengan penambahan ekstrak lengkuas 1; 2; dan 3% mampu menghambat pertum-buhan jamur M. canis dan T. mentagrophytes. Daya hambat terha-dap M. canis lebih tinggi dibandingkan daya hambat terhadap M. mentagrop-hytes. Hasil uji organoleptik menunjuk-kan perbedaan yang nyata terhadap warna dan busa yang dihasilkan dari konsentrasi 1; 2; dan 3% ekstrak lengkuas, sedangkan terhadap kesan kesat tidak berbeda nyata. Kesukaan panelis terhadap warna semakin menurun dengan peningkatan konsen-trasi ekstrak yang ditambahkan.

SARAN

Pemberian aroma pada sabun bisa dilakukan dengan menambahkan berbagai jenis essence sesuai dengan keinginan.

DATAR PUSTAKA

Adenkule, A.A. and S.O. Okoli. 2004. Antifungal Activity of the Crude Extract of Alafia barberi Oliver (Apocynaceae) and Chasmanthera dependens Hoscht (Menisper-maceae). Hamdard. XLV(3):52-56.

Aftab, K. and A.A. Sial. 2004. Phytomedicine : New and Old Approaches. Hamdard. XLII(2): 11-15.

Akhtar, M.S., M.A. Khan, and M.T. Malik. 2002. Hypoglycemic Activity of Alpinia galanga Rhizome and Its Extract in Rabbits. Fitoterapia. 73:623-628.

Alexander, B.D. and J.R. Perfect. 1997. Antifungal Resistence Trends Towards the Year 2000. Implications for Theraphy and New Approaches. Drugs. 54:657-678.

Alleyne, T., S. Roche, C. Thomas, and A. Shirley. 2005. The Control of Hypertension by use Coconut Water and Mauby : Two Tropical Food Drinks. West Indian Med. J. 54(1):3-8.

Anonymous. 1962. Farmakope Indo-nesia I. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 506 hlm.

Anonymous. 1998. Quality Control for Medicinal Plant Material. WHO, Geneva : 1-3.

Anonymous. 2002. Annual Book of ASTM Standards. Vol 15. West Conshocken, PA, USA. 12-14, 80.

Anonymous. 2003. Clear Bar Soap, Formulation No : GWH 96/25. Care Chemical Division PT. Cognis Indonesia, Jakarta. 20 Januari 2009.

Anonymous. 2004. Transparent Soap Formulations and Methods of Making Same. http://www.free patentsonline.com/5529714.html. 20 Januari 2009.

Page 13: sabun ekstrak lengkuas

Bul. Littro. Vol. 21 No. 2, 2010, 192 - 205

204

Anonymous. 2007. Saponification Table Plus the Characteristic of Oils in Soap. http://www.soap-makingresource.com/saponification-table.html. 12 Pebruari 2007.

Anonymous. 2009. US Patent 5417876-Transparent Soap for-mulations and Methods of Making Same. http://www.patentstrom.US/patent/5417876/description.html.

Benneth. 1947. Practical Emulsions. 2nd Completely Revised edt. Chemical Publishing Co., Inc, NewYork.

Cheah, P.B. and S.P. Gan. 2000. Antioxidative/Antimicrobial Effects of Galangal and Alpha-Tocopherol in Minced Beef. J. Food. Prot. 63(3):404-7.

George, E.D. 1994. Fatty Acid Distribution of Fats, Oils, and Soaps by High Performance Liquid Chromatography Without Derivati-zation. J. Am. Oil. Chem. Soc. 71: 789-791.

Ghannum, M.A. and L.B. Rice. 1999. Antifungal Agents : Mode of Action, Mechanism with Bacterial Resistence. Clinical Microbiology Reviews. 12(4):501-507.

Girgis, A.Y. 2003. Production of High Quality Castile Soap from High Rancid Olive Oil. Gracas y Aceites. 54(3):226-233.

Griffin, D.H. 1981. Fungal Physiology. John Wiley and Son, Inc. USA. 242-243.

Gromophone, M.A. 1983. Lather Stability of Soap Solutions. JAOCS. 60(5):1022-1024.

Gupta. 1999. Prospect and Per-spectives of Natural Plants Products in Medicine. Indian Journal of Pharmacology. 26:1-12.

Hambali, E., A. Suryani, dan M. Rifai. 2005. Membuat Sabun Tranparan untuk Gift dan Kecantikan. Penebar Swadaya, Jakarta : 19-23.

Haraguchi, H., Y. Kuyata, K. Inada, Shingu, K. Miyahara, M. Nagao, and A. Yagi. 1996. Antifungal Activity from Alpinia galanga and the Competition for Incorpora-tion of Unsaturated Fatty Acids in Cell Growth. Planta Med. 62(4):308-413.

Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Mengana-lisis Tumbuhan. Terjemahan. ITB, Bandung : 47-51.

Hernani, E. Kusumaningtyas, dan Abubakar. 2007. Senyawa Anti Jamur dari Ekstrak Lengkuas Merah. Prosiding Seminar Nasio-nal dan Pameran Pengembangan Teknologi Tanaman Obat dan Aromatik. Puslitbangbun : 542-550.

Hustiyani, R. 1994. Ekstraksi dan Karakterisasi Minyak Atsiri serta Oleoresin Daging Buah Pala (Myristica fragrans Houtt). Skripsi Fateta, IPB-Bogor : 58-59.

Jansenn, A.M. and J.J. Scheffer. 1985. Acetoxychavicol Acetate, an Antifungal Component of Alpinia galanga. Planta Med. 1985 Dec; (6):507-11.

Page 14: sabun ekstrak lengkuas

Hernani et al. : Formula Sabun Transparan Antijamur dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas ...

205

Jirovetz, L., G. Buchbaur, M.P. Shati, and N.K. Leela. 2003. Analysis of the Essential Oils of the Leaves, Stems, Rhizomes, and Roots of the Medicinal Plant Alpinia galanga from Southern India. Acta. Pharm. 53:73-81.

Juntachote and E. Berghofer. 2005. Antioxidative Properties and Stability of Ethanolic Extracts of Holy Basil and Galangal. Food Chemistry 92:193-202.

Kubo, I., M. Himejima, and H. Muroi. 1991. Antimicrobial Activity of Flavor Components of Elettaria cardamomum (Zingiberaceae) seed. J. Agric. Food. Chem. 39:1984-1986.

Lima, E.O., O.F. Gompertz, A.M. Giesbrecht, and M.Q. Paulo. 1993. In Vitro Antifungal Activity of Essential Oils obtained from Official Plants against Dermato-phytes. Mycoses. 36:333-336.

Matsuda, H., Y. Pongpiriyadacha, T. Morikawa, M. Ochi, and M. Yoshikawa. 2003. Gastroprotec-tive Effects of Phenilpropanoids From The Rhizome of Alpinia galanga in Rats : Structure Requirements and Mode Action. European Journal of Pharma-cology. 471:59-67.

Neely, M.N. and M.A. Ghannum. 2000. The Exciting Future of Antifungal Theraphy. European Journal of Clinical Microbiology and Infection Diseases. 19:897-914.

Nostro, A., M.P. Germano, V.D. Angelo, A. Marino, and M.A. Cannatelli. 2000. Extraction

Methods and Biautography for Evaluation of Medicinal Plant Antimicrobial Activity. Applied Microbiology. 30:379-384.

Piyali, G., R.G. Bhirud, and V.V. Kumar. 1994. Detergency and Foam Studies on Linear Alkylben-zene Sulfonate and Secondary Alkyl Sulfonate. J. of Surfactan and Detergent. 2(4):489-493.

Someya, Y., A. Kobayashi, and A. Kubota. 2001. Isolation and Identification of Trans-2- and trans-3-hydroxy-1,8-cineole Glu-cosides from Alpinia galanga. Biosci. Biotechnol. Biochem. 65(4):950-953.

Spitz, I. 1996. Soap and Detergent a Theorical and Practical Review. AOCS Press, Champain-Illionis : 2, 47-73.

Sundari, D. dan M.W. Winarno. 2001. Informasi Tumbuhan Obat sebagai Anti Jamur. Puslitbang Kesehatan, Departemen Kesehat-an, Jakarta. 130:28-30.

Trakranrungsie, N., A. Chatchawan-chontera, and W. Khunkitti. 2008. Ethnoveterinary Study for Anti Dermotophytic of Piper betle, Alpinia galanga and Allium ascalonicum Extracts In Vitro. Reserach in Veterinary Science. 84:80-84.

Windono, T. dan Sutarjadi. 2002. Penyebaran dalam Aneka Jenis Bahan Alami Serta Profil Struktur Kimia Senyawa Antifungi ter-hadap Candida albicans dan Trichophyton mentagrophytes. Artocarpus. 2(2):48-62.