Saatnya Tekan Biaya Operasional -...

1

Transcript of Saatnya Tekan Biaya Operasional -...

Page 1: Saatnya Tekan Biaya Operasional - bigcms.bisnis.combigcms.bisnis.com/file-data/1/1483/14924f0f_Des15... · 14 MARKET Rabu, 24 Februari 2016 Pertanian Pertambangan Industri Dasar Aneka

M A R K E T Rabu, 24 Februari 201614PerdaganganKeuanganProperti InfrastrukturPertanian Pertambangan Industri Dasar Aneka Industri ManufakturInd. Konsumsi

23/2/2016 23/2/2016 23/2/2016 23/2/2016 23/2/2016 23/2/2016 23/2/2016 23/2/2016 23/2/2016 23/2/2016

1.750,70 817,86 399,90 1.111,40 2.321,46 469,95 979,52 668,68 796,09 1.252,30 1,40% 0,83% 2,00% 2,72% 1,13% 1,45% 0,37% 1,36% 1,03% 1,54%

ALTERNATIF PENDANAAN

PTPN VII Jajaki Obligasi Rp500 Miliar

JAKARTA — PT Perke -bun an Nusantara VII men-jajaki penerbitan obligasi senilai Rp500 miliar guna mencukupi kebutuhan sum ber pendanaan pada 2016.

Direktur Keuangan PTPN VII Agus Riyanto me ngata kan rencana pe -ner bitan surat utang ter -sebut menjadi salah satu al ternatif dari rencana pen -danaan pada 2016. “Kami juga berencana mener bit -kan MTN Rp300 miliar,” ka ta nya ketika dihubungi, Se lasa (23/2).

Menurutnya, pendanaan dari surat utang tersebut diper timbangkan oleh per -usahaan untuk mendanai ren cana investasi sampai 2019. Agus mengatakan per seroan berencana me -ngonversi perkebunan ka -ret menjadi perkebunan te bu.

Konversi itu dilakukan de ngan alasan harga karet te ngah melemah dan po -ten si keuntungan tebu di -ang gap lebih bagus.

Pada saat ini, PTPN VII me lakukan kegiatan usaha di sektor perkebunan sa -wit, karet, tebu dan teh di sejumlah wilayah Lam -pung seperti Distrik Way Se kampung, Distrik Ba -nyuasin, Distrik Muara Enim, dan Distrik Beng -ku lu.

Dalam rencana investasi jangka panjang tersebut, per usahaan membutuhkan se tidaknya dana sekitar Rp3 triliun-Rp4 triliun. “Pe -ner bitan obligasi ini butuh waktu berbulan-bulan,

pro ceed dananya mungkin bi sa akhir tahun 2016,” ka -tanya.

Selain penerbitan surat utang, perusahaan juga be rencana melakukan pe -na waran saham perdana (IPO) pada 2016. Agus me nga takan target da na dari IPO tersebut men -capai Rp1,5 triliun-Rp2 triliun,

Menurutnya, perusahaan te ngah memproses audit la -poran keuangan PTPN VII tahun buku 2015. Dari hasil laporan keuangan ter sebut, Agus mengatakan pi hak -nya dapat mengetahui data valuasi perusahaan ter -baru.

Menurutnya, perseroan masih menunggu ke -putus an dari Kementerian BUMN terkait rencana IPO tersebut. Agus mengatakan per usahaan siap apabila aksi korporasi tersebut di -la kukan pada 2016 atau 2017.

Berdasarkan UU No.19/ 2003 tentang BUMN, ren -ca na IPO atau pri va tisasi BUMN harus dibahas oleh Komite Pri va tisasi yang dipimpin oleh Men -teri Koordinator Per eko -nomian dan ber ang go -ta kan sejum lah menteri lain nya.

Selain membutuhkan per setujuan dari pe me -rintah, IPO BUMN juga membutuhkan persetujuan dari DPR. Ketua Komisi VI Hafisz Thohir mengatakan pihaknya belum menerima usulan privatisasi BUMN da ri pemerintah pada awal 2016. (Yodie Hardiyan)

CAPITAL INFLOW

Selera Pemodal Asing Bertambah

Ana [email protected]

Saat ramai-ramai hengkang dari sejumlah negara emerging mar ket, investor asing justru mem bukukan net buy Rp2,37 tri liun pada instrumen saham dan Rp34,29 triliun pada surat ber harga negara Indonesia se -pan jang tahun berjalan.

Presiden Direktur Panin Asset Ma nagement Winston Sual me -nga takan selera investor asing ter hadap pasar saham di emer -ging market cenderung rendah pa da awal 2016.

Secara year to date, investor asing cenderung melepas kepe -mi likan saham di bursa Jepang, Ko rea Selatan, India, Meksico, China, dan Hong Kong, Taiwan, Afrika Selatan, Thailand, serta Fi lipina.

Berdasarkan data The Eco -nomic Ti mes, pada periode Januari 2016 Ko rea Selatan mem -bu kukan ca pital outflow sebesar US$2,3 miliar, India US$1,81 mi liar, Tai wan US$1,78 miliar, dan Afrika Se latan US$808 juta. Namun, grafik aliran dana asing

di pasar saham Brasil dan In -donesia perlahan menanjak.

"Selama Januari 2016, US$3,6 miliar dana asing telah keluar dari emerging market. Kalau kita lihat Indonesia, mengejutkan sam pai Februari pelan-pelan dana asing masuk," tuturnya da -lam Market Outlook 2016, Selasa (23/2).

Winston menyebut kondisi ter sebut sebagai perubahan se -lera investor global terhadap emer ging market, khususnya In -do nesia. Secara perlahan, ujar -nya, investor asing mulai mem -pe lajari negara tujuan investasi secara mendalam dan memilah an tara fakta dan ilusi terkait eko -no mi suatu negara.

Berdasarkan data BEI, net buy in vestor asing sepanjang tahun berjalan semakin tebal, yakni se besar Rp2,73 triliun. Pada per dagangan kemarin, investor asing kembali membukukan net buy Rp451 miliar setelah net sell Rp535 miliar pada hari sebe-lum nya.

Foreign inflow secara masif, lan jutnya, lebih dulu terjadi di pasar obligasi negara. Sejak awal ta hun, investor asing menambah koleksi SBN tradeable sebesar Rp34,28 triliun. Seiring dengan tingginya minat investor, yield obligasi pemerintah mulai me -lan dai.

Berdasarkan data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), SBN tenor 10 tahun diperdagangkan de ngan yield 8,32% pada 22 Feb -ruari 2016 atau turun 31 basis poin dibandingkan dengan level bu lan lalu. Sementara itu, yield SBN tenor pendek 5 tahun ikut tu run ke level 8,06% atau -45

bps.Imbal hasil SBN seri benchmark

juga mencatat tren penurunan. Salah satunya, SUN seri FR0053 yang yield-nya turun dari 8,26% pada bulan lalu menjadi 7,80% pa da perdagangan Senin (22/2).

APRESIASI RUPIAHTingginya minat investor asing

terhadap SBN berdenominasi ru -piah didukung oleh nilai tu kar yang cenderung menguat ter ha -dap dolar Amerika Serikat.

Secara year to date, rupiah ber hasil menguat 2,4% terhadap dolar AS. Apresiasi tersebut se -tara dengan penguatan nilai tu -kar Euro terhadap greenback. Pada penutupan perdagangan Se lasa (23/2), rupiah menguat 11 poin ke level Rp13.428 per do lar AS.

Pada kesempatan terpisah, ana lis PT Asanusa Aset Ma na -gement Akuntino Mandhany me ngatakan penurunan suku

bu nga acuan mendorong re -bound di pasar obligasi.

Apalagi dalam dua bulan terakhir, Bank Indonesia telah me mangkas BI Rate sebesar 50 bps ke level 7% seiring dengan in flasi yang berada pada level 0,51% pada Januari 2016. BI pun disebut masih memiliki peluang un tuk kembali menurunkan BI Rate satu kali lagi pada semester II/2016.

"Asing cenderung keluar dari obligasi tenor panjang dan mengoleksi tenor pendek, ka -rena risiko yang lebih terukur. So far yield SBN masih tinggi di bandingkan emerging market lain," tuturnya.

Berdasarkan data Bloomberg, yield surat utang tenor 10 tahun In donesia dan India hampir sa ma yakni sekitar 8%. Adapun yield obligasi global tenor 10 tahun Australia dan China sudah berada pada level rendah, yakni 2%-3%.

JAKARTA — Secara perlahan selera in vestor asing untuk menaruh dananya di pa sar

modal Tanah Air kian meningkat di ban ding -kan dengan negara-negara emerging market

lainnya.

Grafi k aliran dana asing di pasar saham Brasil dan Indonesia perlahan menanjak.

Tingginya minat investor asing terhadap SBN rupiah didukung oleh apresiasi rupiah.

MARKET OUTLOOK

Direktur Panin Asset Management Ridwan Soetedja (kiri), ber bincang dengan Di -rektur Utama Winston Sual disela-sela acara ta hunan Market Outlook 2016 di Jakarta, Selasa (23/2). Kegiatan ini ber tujuan untuk mem -berikan edukasi serta infor masi kepada para nasabah berupa review market pada tahun lalu dan analisa pasar pada waktu berjalan.

Bisnis/Dedi Gunawan

Porsi Asing di Bursa Saham Sejak Awal Tahun (Rp miliar)

Jan. 2016 Feb. 2016 Jan. 2016 Feb. 2016

Porsi Asing di Pasar SBN Sejak Awal Tahun (Rp Triliun)

542

5 8 13 19 25 29 4 10 15 18 23 4 7 12 15 21 27 2 5 11 16 19

451,23

BISNIS/HUSIN PARAPATSumber: Bloomberg

No Nama Pekerjaan Nama Paket

Pagu Anggaran (Rupiah)

1

Pengadaan Peralatan Uji Tingkat Kebisingan, Radiasi Elektromagne�k, Thermovision, Corona dan Tahanan Isolasi 20 kV Terkait Pe-menuhan Persyaratan SLO GI dan Transmisi di Lingkungan PT PLN (Persero) UIP III

SL 2.415.413.000,-

P E R B A N K A NRabu, 24 Februari 2016 23

KELANGSUNGAN USAHA

HSBC Pangkas Aset Berisiko

JAKARTA — HSBC Holdings Plc. berencana un tuk terus me mang kas aset tertimbang me nu rut ri siko atau risk-weighted assets pada tahun ini. Ren cana itu di la ku kan untuk menjaga kinerja per se roan di tengah kon-di si pasar yang sulit.

Stuart Gulliver, Group Chief Exe cu tive HSBC me ngatakan per se roan te ngah mendesain ren ca-na untuk meningkatkan pen da pat an, mengurangi be ban, dan me ning kat-kan return on equity.

Salah satu caranya ada-lah de ngan menurunkan aset tertimbang me nurut risiko (ATMR) sa ngat pen ting untuk me ning-kat kan ke un tungan yang bisa dibagikan ke pa da para stakeholders.

“Kami sudah me nu-run kan ATMR senilai US$124 miliar pada ta hun lalu, sedangkan pada tahun ini akan di-usa hakan lebih di tu run-kan lagi termasuk pen-jual an unit bisnis kami di Brasil senilai US$33

mi liar,” ujarnya dalam ke te rang an resmi pada Senin (22/2).

Sepanjang tahun lalu, HSBC su dah me nu run-kan ATMR se be sar 9,5% menjadi U$1,1 triliun di bandingkan dengan ta hun se be lum nya yang se nilai US$1,21 triliun.

Dari segi wilayah, Ame rika Latin yang men catatkan pe nu run an ATMR terbesar sebesar 17,34% menjadi US$73,4 mi liar. Un tuk dari segi seg men produk, glo bal bank ing dan markets men ca tat kan penurunan ATMR paling ting gi se be-sar 14,74% atau se ni lai US$440 miliar.

Stuart menuturkan lang kah-langkah untuk efi siensi perseroan sudah mulai menunjukkan dam pak positif.

Sayangnya, pada tahun lalu HSBC Indonesia ha rus men ca tat kan rugi ber sih senilai Rp46,73 mi liar dibandingkan de-ngan 2014 yang masih la ba bersih senilai Rp1,6 tri liun. (Surya Rianto)

Annisa Sulistyo Rini & Eka Chandra [email protected]

Kepala Eksekutif Pengawas Per-bank an OJK Nelson Tampubolon me nuturkan saat ini rasio BOPO bank-bank nasional masih tinggi di-ban dingkan dengan negara-ne ga ra ka was an Asia Tenggara lain nya.

"Di Malaysia itu BOPO di bawah 50%, sementara bank kita kan ra-ta-rata di atas 70%. Paling tidak sama lah dengan Filipina dan Thai land," ucap nya di Jakarta, Senin (22/2).

Statistik Perbankan Indo nesia yang di terbitkan OJK me nun juk kan, rasio BOPO perbankan na sio nal mencapai 81,49% per Desember 2015. Angka ini me ning kat sebesar 520 basis poin di ban dingkan pada akhir 2014 yang se besar 76,29%.

Nelson mengakui biaya ope ra sio nal yang ditanggung bank-bank masih

cukup tinggi, teruta ma disebabkan bia ya yang di ke luar kan dalam per-ebutan dana ma sya rakat.

Bank-bank, lanjutnya, masih cu kup besar dalam meng ge lon tor kan dana untuk promosi pro duk simpan-annya, seperti me na war kan hadiah un dian bagi para de posan.

Dengan semakin menurunnya bia-ya operasional dan me ning kat nya efi siensi bank, diharapkan pada wak-tu nya dapat membawa su ku bu nga kredit perbankan yang lebih ren dah. Hal ini, kata Nelson, sangat pen-ting pada era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) karena dana-dana dari ne gara Asia Tenggara lain me mi liki bu nga yang lebih rendah di ban ding-kan dengan dana dari per bankan na sional.

Adapun, bagi bank yang da pat me-ning katkan tingkat efi sien sinya, OJK te ngah meramu be be rapa insentif

yang bakal di be ri kan. Insentif ter se but bakal di ke luar kan dalam bentuk per-aturan OJK (POJK). Yang jelas, Nelson me ne gaskan, insentif tersebut ma sih dalam kewenangan pihak oto ritas.

"Misalnya, kemudahan mem bu ka kan tor cabang. Selain itu, bisa juga ke mudahan menjadi b ank devisa, yang penting tidak meng ganggu pru-den sial bank," kata nya.

Tak hanya pihak OJK yang meng-kri tisi operasional bank. De puti Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara juga me nga ta kan overhead cost per-bank an Indo nesia tidak efisien dan harus bisa diturunkan.

"Saat ini BOPO perbankan Indo ne sia masih berada pada kisaran 70%-80%. Sementara negara-ne ga ra lain bisa bisa berada pada ki saran 40%," ujarnya.

Selain itu, Mirza juga men je las-kan kaitan antara laju inflasi de ngan ting kat bunga deposito. Ting gi nya in flasi akan membuat nasa bah atau de posan meminta bu nga da na yang ting gi sehingga me nye bab kan ting-gi nya cost of fund yang di ke luar kan oleh per bank an.

Jika inflasi bisa ditekan lebih ren-dah, Bank Indonesia optimis do rong-an terhadap bunga deposito yang ting gi akan berkurang.

ATM HIMBARALebih lanjut, Nelson Tam pu bo-

lon mendukung langkah bank-bank pe lat merah yang melakukan kon so-li dasi mesin anjungan tunai man diri (ATM). Menurutnya, de ngan sharing teknologi informasi ini akan mem ba-wa dampak yang sig nifikan dari sisi efi siensi.

Ketua Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara) Asmawi Syam mengatakan dengan ada nya peng-ga bungan ATM Himbara pada akhir tahun lalu, berdampak pa da efisiensi be lanja modal (ca pi tal expenditure/capex) keempat bank.

Pria yang juga menjabat se ba-gai Direktur Utama PT Bank Rak-yat Indonesia (Persero) Tbk. ini me-nyebutkan dengan efisiensi bia ya tersebut, ada penghematan se ki tar Rp7 triliun per tahun atau Rp30 triliun dalam 5 tahun. Selain me ning-kat kan efisiensi bank, sinergi ATM antar bank ne ga ra ini juga disebut da pat mem be ri kan dampak efisiensi bagi para na sa bah.

Konsolidasi ini, lanjutnya, da pat me mangkas biaya transaksi ATM se-

kitar Rp7,3 triliun per tahun. "Tarif transaksi transfer antar bank Him-bara turun dari Rp6.500 menjadi Rp4.000, ta rik tunai dari Rp7.500 men jadi Rp500," ucap Asmawi.

Direktur Utama PT BTN Tbk. Maryono mengungkapkan de ngan

sinergi mesin ATM bank-bank pelat merah ini, rasio BOPO bank dapat ditekan.

Saat ini, katanya, rasio BOPO ke-empat bank berada di kisaran le vel 70%. Ke depan, rasio BOPO mereka bakal turun ke level 60%.

OJK mendukung lang-kah bank-bank pe lat merah yang me la ku kan konsolidasi mesin an-jungan tunai mandiri.

JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan menginginkan bank-bank Tanah Air dapat menekan biaya

operasional atau overhead untuk dapat menurunkan rasio beban operasional terhadap pendapatan

operasional (BOPO).

EFISIENSI BANK

Saatnya Tekan Biaya Operasional

FLUKTUASI HARGA SAHAM

BTPN Buyback Rp535,5 Miliar

JAKARTA — PT Bank Tabungan Pensiun Na sio-nal Tbk. melakukan aksi buyback se ni lai Rp535,5 miliar atau 2,57% saham dari modal disetor per-se roan.

Anika Faisal, Direktur Bank Tabungan Pen siun Nasional, menjelaskan aksi buy back dilakukan se telah melihat fluktuasi pa sar yang cukup sig-ni fikan. Sampai akhir tahun lalu, harga sa ham perseroan ber ada di level Rp2.400 per sa ham seiring de ngan pe nu run-an Indeks Harga Saham Ga bungan (IHSG) se pan-jang semester II/2015.

“Apalagi, penurunan har ga saham itu tidak sesuai dengan ki ner ja perseroan yang mem-baik. Kami sudah meng-ha sil kan arus kas yang me lebihi jumlah yang di per lu kan,” tulisnya da lam keterbukaan in for-ma si pada Selasa (23/2).

Sepanjang tahun lalu, har ga saham emi ten ber-ko de BTPN itu me mang men ca tat kan penurunan drastis. Secara year to date (y-t-d) pada 2015, harga saham perseroan tu run se kitar 40%, sedangkan Se panjang ta hun ini, har-ga saham perseroan telah me nyusut 13,75%.

Sampai penutupan per-da gangan ke ma rin, harga saham BTPN men ca-tatkan pe nu runan 0,72%

menjadi Rp2.070 per sa ham dengan kapi ta li sa-si pasar senilai Rp12,23 tri liun dan P/E ratio 6,7 kali. Per seroan pun hanya akan melakukan buy back bi la harga saham tidak le bih dari Rp3.750 per sa ham.

Dalam melakukan buy back itu, per se ro-an menggunakan dana dari saldo laba tidak di-ca dangkan per tanggal 30 September 2015. Sam pai akhir kuartal III/2015, jum lah saldo laba tidak dicadangkan se nilai Rp11,52 triliun. Transaksi buyback itu akan dilakukan dalam pe riode 23 Februari 2015 sam pai 23 Mei 2015.

Setelah melakukan buy back, perseroan be ren-cana menyimpan saham yang telah di beli kem bali sebagai treasury stock da lam jangka waktu yang tiga tahun.

Namun, perseroan akan melakukan pen-jual an saham lagi pasca buyback dengan be be rapa cara antara lain, dijual lewat bur sa efek maupun di luar bursa efek, di ta-rik kembali dengan cara pe ngurangan mo dal, pe-lak sa naan employee stock option plan atau employee stock purchase plan, pe-lak sa naan konversi utang men jadi saham per se-roan, dan pelaksanaan wa ran. (Surya Rianto)

Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional Bank Umum Konvensional (%)

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan Desember 2015

69,57

80,7

86,31

78,08

78,49

79,30

72,58

84,98

86,81

79,57

87,55

92,69

BankPersero

BUSNDevisa

BUSNNon Devisa

BPD

BankCampuran

BankAsing

Des. 2015

Des. 2014

BISNIS/HUSIN PARAPAT

HAL m 14-23-240216.indd Spread 1 of 1 - Pages(1, 2)HAL m 14-23-240216.indd Spread 1 of 1 - Pages(1, 2) 23/02/2016 21:49:0523/02/2016 21:49:05

pusdok
Typewritten Text
Bisnis Indonesia, Indopos: 24 Februari 2016