Saatnya BPR Mendapatkan Pengayom - ftp.unpad.ac.id filedari jumlah saham yang dita-warkan dan...

1
BADAN Pengawas Pasar Mo- dal dan Lembaga Keuangan mempertimbangkan dua opsi penjatahan jumlah investor ritel dalam penawaran saham perdana kepada publik (initial public offering/IPO). Dua opsi itu ialah pem- batasan di penjatahan pasti (x allotment) dan terpusat (pooling account), atau membatasi jum- lah investor ritel. Hal itu disampaikan Kepala Biro Penilaian Keuangan Per- usahaan Sektor Jasa Bapepam- LK Gonthor R Azis seusai dengar pendapat dengan ka- langan penjamin emisi ( un- derwriter) di Jakarta, kemarin. Forum itu terkait dengan revisi Peraturan No IX.A.7 tentang Tanggung Jawab Manajer Pen- jatahan dalam Rangka Peme- sanan dan Penjatahan Efek dalam Penawaran Umum. Dalam pembahasan, jelas Gonthor, ada yang melaporkan jatah investor ritel saat IPO selama ini hanya sekitar 5% sehingga perlu upaya untuk meningkatkan peran investor ritel tersebut. Ke depan, porsi x allotment akan dibatasi maksimal 80% dari jumlah saham yang dita- warkan dan sisanya pooling ac- count. Hal itu untuk mengako- modasi keinginan investor ritel yang selama ini kecewa karena kesempatan memperoleh sa- ham IPO sangat terbatas. Tetapi, bagi perusahaan yang melepaskan sahamnya ke pu- blik hingga 40%, porsi x allot- ment bisa maksimal 95%. Adapun opsi kedua ialah pembatasan jumlah investor. Menurutnya, selama ini banyak investor ritel yang menyatakan minat membeli saham IPO. Na- mun, setelah IPO berlangsung, mereka segera melakukan aksi ambil untung sehingga jumlah- nya pun menciut. “Sebab itu, kami akan membatasi jumlah investor ritel, dalam arti ke- sempatan diberikan kepada yang berkomitmen tinggi. Bu- kan sekadar spekulan.” Dalam draf itu, Bapepam-LK juga akan mewajibkan manajer penjatahan untuk membatal- kan investor yang melakukan pemesanan ganda. Dalam kesempatan terpisah, Dirut Bursa Efek Indonesia Ito Warsito mengingatkan volatili- tas di pasar saham masih akan berlangsung hingga pertengah- an 2012 akibat sentimen negatif dari krisis di Uni Eropa. Krisis itu juga membuat jumlah emiten yang melakukan pencatatan di BEI pada tahun ini tidak sesuai target, yakni 23 dari target 25 emiten. (WR/E-2) AYOMI AMINDONI D ARI Oktober 2010 hingga Oktober 2011, sebanyak 24 bank perkreditan rakyat (BPR) bangkrut dan terpaksa harus dilikuidasi Bank Indonesia (BI). Bank sen- tral menilai hal utama yang memengaruhi kebangkrutan BPR adalah kecurangan yang dilakukan pemilik bank. Hal itu diungkapkan Guber- nur BI Darmin Nasution saat memberikan sambutan dalam peluncuran buku Generic Model Apex BPR dan buku Model Bis- nis BPR di Gedung BI, Jakarta, kemarin. “Salah satu faktor penting yang membuat BPR sakit dan ditutup adalah berhubungan dengan perilaku pemiliknya. Paling banyak begitu dan me- mang ini godaan yang sa- ngat sulit di masyarakat kita,” terang Darmin. Pemilik BPR mendapatkan tekanan moral dan subjek- tivitas untuk memberikan pinjaman kepada pihak yang sebetulnya tidak layak. Kre- dit yang tidak layak akhir- nya menjadi layak, sehing- ga pemilik bank kemudian mulai menciptakan kredit fiktif. “Saat dana ktif diciptakan, itu adalah awal bencana BPR,” ujarnya. Untuk mengantisipasi hal itu, BI menjalin kerja sama dengan Asosiasi Bank Pemba- ngunan Daerah (Asbanda) dan Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) membuat buku Generic Model Apex BPR dan buku Model Bisnis BPR. Buku Generic Model Apex BPR berisikan pedoman umum da- lam menginisiasi pembentukan dan pelaksanaan operasional Apex BPR. Adapun buku Model Bisnis BPR berisi tentang pedo- man bagi pengelolaan bisnis BPR yang sehat dan berkesi- nambungan. Bank pengayom Lebih lanjut Darmin men- jelaskan, saat ini kebutuhan usa- ha mikro, kecil dan menengah (UMKM) akan kredit modal kerja belum digarap secara optimal oleh perbankan. Untuk meningkatkan layanan per- bankan ke sektor itu, diperlukan sinergi antara bank umum dan BPR dalam memberikan kredit. Hal itu dapat dicapai melalui kerja sama apex BPR. Bank apex atau bank penga- yom, terang Darmin, diperlu- kan untuk memberikan bantu- an jika terjadi ketidakcocokan dalam bisnis dan pemberian kredit UMKM oleh BPR. “Bank pengayom diperlukan karena kalau BPR memulai berbisnis memberikan kredit UMKM, bisa saja terjadi ketidakcocokan yang belum tentu karena fak- tor kesalahan, tapi karena satu dan lain hal. Sehingga di sini diperlukan bank pengayom,” tutur Darmin. Sejauh ini sudah ada empat bank pembangunan daerah (BPD) yang mengukuhkan diri menjadi apex BPR, yakni Bank Jatim, Bank Nagari, bank Riau Kepri, dan BPD Kaliman- tan Selatan. Darmin berharap langkah keempat bank itu dapat menjadi inspirasi bagi BPD yang lain. Untuk menstimulasi hal itu, Darmin mengatakan BI akan memberikan insentif kepada bank yang menjadi apex bank. “Rumus kerja sama paling sederhana dan benar adalah saling menguntungkan. Kalau hanya satu pihak yang untung, tidak ada yang langgeng.” Di kesempatan sama, Ketua DPP Perbarindo, Joko Suyanto, mengatakan di tengah per- saingan yang ketat, kemitraan dengan BPD adalah salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing dan pelayanan ke- pada nasabah. Kerja sama itu dapat membangun hubungan bisnis yang saling mengun- tungkan. Apex bukan hanya bermak- na pada pooling of fund, kerja sama pembiayaan atau fungsi lainnya, tapi lebih bermakna lagi karena dengan adanya apex, BPR merasa memiliki induk yang mengayomi dan terhubung dengan industri perbankan secara nasional,” ujar Joko. Menurut Ketua Asbanda, Winny Erwinda, fungsi uta- ma apex BPR adalah mem- bantu BPR mengatasi kesu- litan likuiditas dan kerja sama pembiayaan melalui linkage program. Namun, hal terpenting adalah peran serta pemerin- tah daerah dalam membantu pengembangannya. (E-3) amindoni @mediaindonesia.com Untuk menstimulasi, BI akan memberikan insentif kepada bank yang menjadi bank pengayom. Stok Pangan Akhir Tahun Surplus BADAN Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian menyebut stok pangan hingga akhir tahun sudah aman, bah- kan surplus, meskipun banyak terjadi bencana yang meng- ganggu produksi. “Kalau untuk akhir tahun ini stok pangan kita mencu- kupi, walau dari aram (angka ramalan) III kita menurun. Namun, hitung-hitungan kita dari BPS (Badan Pusat Statistik) menyebutkan kita mencukupi,” kata Kepala BKP Achmad Suryana ketika ditemui Media Indonesia di Jakarta, kemarin. Achmad menerangkan, hi- tung-hitungan yang dilakukan BKP bersama Badan Pusat Statistik (BPS) justru menunjuk- kan stok beras nasional hingga akhir tahun surplus hingga 3,2 juta ton. Stok juga diperkuat cadangan dari Bulog yang pada akhir tahun diperkirakan mencapai 1,9 juta ton. “Jadi tidak usah khawatir meski ada bencana atau gang- guan iklim, kita sudah punya cadangan mencukupi. Sampai Desember dengan 1,9 juta ton dari Bulog mestinya tidak akan ada masalah,” ujar Achmad optimistis. Sebelumnya, Dirut Perum Bulog Soetarto Alimoeso mengatakan stok beras akhir tahun cukup untuk kebutuh- an beras hingga lima bulan pertama 2012. Oleh karena itu, pada periode tersebut tidak diperlukan impor beras. “Kalau ditanya apa (sepan- jang) tahun depan akan impor lagi, itu tergantung pemerintah, kami hanya pelaksana,” tutur Soetarto. Pemenuhan kebutuhan pa- ngan nasional tidak terlepas dari peran pemerintah daerah. Kemarin, Kementerian Per- tanian melalui BKP menye- butkan ada 11 kepala daerah yang meraih penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara 2011. Penghargaan diberikan atas usaha memajukan sumber daya pangan setempat. Penerima penghargaan, ialah Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, Gubernur DI Yogya- karta Sri Sultan Hamengku Bu- wono X, Gubernur Riau Rusli Zainal, Gubernur Sulawesi Se- latan Syahrul Yasin Limpo, dan Bupati Temanggung Hasyim Affandi. Ada pula Bupati Deli Serdang Amri Tambunan, Bupati Pesisir Selatan Nasrul Abit, Bupati Soppeng HA Sutomo, Bupati Magetan Sumantri, Bupati Mi- nahasa Utara Sompie SF Singal, dan Bupati Pacitan Indartarto. (Fid/E-1) E KONOMI NASIONAL SELASA, 6 DESEMBER 2011 18 Saatnya BPR Mendapatkan Pengayom Diperbesar, Jatah Investor Ritel Bank pengayom diperlukan karena kalau BPR memulai berbisnis memberikan kredit UMKM.” Darmin Nasution Gubernur BI MENGECEK KERAMBA: Seorang nelayan menggunakan perahu memeriksa keramba miliknya di Desa Bajo Indah, Konawe, Sulawesi Utara, kemarin. Di saat tidak melaut, nelayan di desa itu membudidayakan ikan dan udang di keramba sebagai penghasilan tambahan. Ikan hasil budi daya tersebut dipanen setiap enam bulan sekali atau tergantung permintaan pelanggan. ANTARA/ZABUR KARURU STOK BERAS: Pekerja mengangkat karung beras yang siap jual di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Kamis (24/11). Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian menyebut stok pangan hingga akhir tahun sudah aman, bahkan surplus. MI/JHONI KRISTIAN

Transcript of Saatnya BPR Mendapatkan Pengayom - ftp.unpad.ac.id filedari jumlah saham yang dita-warkan dan...

BADAN Pengawas Pasar Mo-dal dan Lembaga Keuangan mempertimbangkan dua opsi penjatahan jumlah investor ritel dalam penawaran saham perdana kepada publik (initial public offering/IPO).

Dua opsi itu ialah pem-batasan di penjatahan pasti (fi x allotment) dan terpusat (pooling account), atau membatasi jum-lah investor ritel.

Hal itu disampaikan Kepala Biro Penilaian Keuangan Per-usahaan Sektor Jasa Bapepam-LK Gonthor R Azis seusai de ngar pendapat dengan ka-langan penjamin emisi (un-derwriter) di Jakarta, kemarin. Forum itu terkait dengan revisi Peraturan No IX.A.7 tentang Tanggung Jawab Manajer Pen-jatahan dalam Rangka Peme-sanan dan Penjatahan Efek dalam Penawaran Umum.

Dalam pembahasan, jelas Gonthor, ada yang melaporkan jatah investor ritel saat IPO selama ini hanya sekitar 5% sehingga perlu upaya untuk meningkatkan peran investor ritel tersebut.

Ke depan, porsi fi x allotment akan dibatasi maksimal 80% dari jumlah saham yang dita-warkan dan sisanya pooling ac-count. Hal itu untuk mengako-modasi keinginan investor ritel

yang selama ini kecewa karena kesempatan memperoleh sa-ham IPO sangat terbatas.

Tetapi, bagi perusahaan yang melepaskan sahamnya ke pu-blik hingga 40%, porsi fi x allot-ment bisa maksimal 95%.

Adapun opsi kedua ialah pembatasan jumlah investor. Menurutnya, selama ini banyak investor ritel yang menyatakan minat membeli saham IPO. Na-mun, setelah IPO berlangsung, mereka segera melakukan aksi ambil untung sehingga jumlah-nya pun menciut. “Sebab itu, kami akan membatasi jumlah investor ritel, dalam arti ke-sempatan diberikan kepada yang berkomitmen tinggi. Bu-kan sekadar spekulan.”

Dalam draf itu, Bapepam-LK juga akan mewajibkan manajer penjatahan untuk membatal-kan investor yang melakukan pemesanan ganda.

Dalam kesempatan terpisah, Dirut Bursa Efek Indonesia Ito Warsito mengingatkan volatili-tas di pasar saham masih akan berlangsung hingga pertengah-an 2012 akibat sentimen negatif dari krisis di Uni Eropa. Krisis itu juga membuat jumlah emiten yang melakukan pencatatan di BEI pada tahun ini tidak sesuai target, yakni 23 dari target 25 emiten. (WR/E-2)

AYOMI AMINDONI

DARI Oktober 2010 hingga Oktober 2011, sebanyak 24 bank perkreditan

rakyat (BPR) bangkrut dan terpaksa harus dilikuidasi Bank Indonesia (BI). Bank sen-tral menilai hal utama yang memengaruhi kebangkrutan BPR adalah kecurangan yang dilakukan pemilik bank.

Hal itu diungkapkan Guber-nur BI Darmin Nasution saat memberikan sambutan dalam peluncuran buku Generic Model Apex BPR dan buku Model Bis-

nis BPR di Gedung BI, Jakarta, kemarin.

“Salah satu faktor penting yang membuat BPR sakit dan ditutup adalah berhubungan dengan perilaku pemiliknya. Paling banyak begitu dan me-mang ini godaan yang sa-ngat sulit di masyarakat kita,” terang Darmin.

Pemilik BPR mendapatkan tekanan moral dan subjek-tivitas untuk memberikan pinjaman kepada pihak yang sebetulnya tidak layak. Kre-dit yang tidak layak akhir-nya menjadi layak, sehing-ga pemilik bank kemudian

mulai menciptakan kredit fiktif.

“Saat dana fi ktif diciptakan, itu adalah awal bencana BPR,” ujarnya.

Untuk mengantisipasi hal itu, BI menjalin kerja sama dengan Asosiasi Bank Pemba-ngunan Daerah (Asbanda) dan Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) membuat buku Generic Model Apex BPR dan buku Model Bisnis BPR.

Buku Generic Model Apex BPR berisikan pedoman umum da-lam menginisiasi pembentukan dan pelaksanaan operasional Apex BPR. Adapun buku Model Bisnis BPR berisi tentang pedo-man bagi pengelolaan bisnis BPR yang sehat dan berkesi-nambungan.

Bank pengayomLebih lanjut Darmin men-

jelaskan, saat ini kebutuhan usa-ha mikro, kecil dan mene ngah (UMKM) akan kredit modal kerja belum digarap secara optimal oleh perbankan. Untuk meningkatkan layanan per-bankan ke sektor itu, diperlukan sinergi antara bank umum dan BPR dalam memberikan kredit. Hal itu dapat dicapai melalui

kerja sama apex BPR.Bank apex atau bank penga-

yom, terang Darmin, diperlu-kan untuk memberikan bantu-an jika terjadi ketidakcocokan dalam bisnis dan pemberian kredit UMKM oleh BPR. “Bank pengayom diperlukan karena kalau BPR memulai berbisnis memberikan kredit UMKM, bisa saja terjadi ketidakcocokan yang belum tentu karena fak-tor kesalahan, tapi karena satu dan lain hal. Sehingga di sini diperlukan bank pengayom,” tutur Darmin.

Sejauh ini sudah ada empat bank pembangunan daerah (BPD) yang mengukuhkan diri menjadi apex BPR, yakni Bank Jatim, Bank Nagari, bank Riau Kepri, dan BPD Kaliman-tan Selatan. Darmin berharap

langkah keempat bank itu dapat menjadi inspirasi bagi BPD yang lain.

Untuk menstimulasi hal itu, Darmin mengatakan BI akan memberikan insentif kepada bank yang menjadi apex bank. “Rumus kerja sama paling sederhana dan benar adalah saling menguntungkan. Kalau hanya satu pihak yang untung, tidak ada yang langgeng.”

Di kesempatan sama, Ketua DPP Perbarindo, Joko Suyanto, mengatakan di tengah per-saingan yang ketat, kemitraan dengan BPD adalah salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing dan pelayanan ke-pada nasabah. Kerja sama itu dapat membangun hubung an bisnis yang saling mengun-tungkan.

“Apex bukan hanya bermak-na pada pooling of fund, kerja sama pembiayaan atau fungsi lainnya, tapi lebih bermakna lagi karena dengan adanya apex, BPR merasa memiliki induk yang mengayomi dan terhubung dengan industri perbankan secara nasional,” ujar Joko.

Menurut Ketua Asbanda, Winny Erwinda, fungsi uta-ma apex BPR adalah mem-bantu BPR mengatasi kesu-litan likuiditas dan kerja sama pembia yaan melalui linkage program. Namun, hal terpenting adalah peran serta pemerin-tah daerah dalam membantu pengembang annya. (E-3)

[email protected]

Untuk menstimulasi, BI akan memberikan insentif kepada bank yang menjadi bank pengayom.

Stok Pangan Akhir Tahun Surplus

BADAN Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian menyebut stok pangan hingga akhir tahun sudah aman, bah-kan surplus, meskipun banyak terjadi bencana yang meng-ganggu produksi.

“Kalau untuk akhir tahun ini stok pangan kita mencu-kupi, walau dari aram (angka ramalan) III kita menurun. Namun, hitung-hitungan kita dari BPS (Badan Pusat Statistik) menyebutkan kita mencu kupi,” kata Kepala BKP Achmad Surya na ketika ditemui Media Indonesia di Jakarta, kemarin.

Achmad menerangkan, hi-tung-hitungan yang dilakukan BKP bersama Badan Pusat Statistik (BPS) justru menunjuk-kan stok beras nasional hingga akhir tahun surplus hingga 3,2 juta ton. Stok juga diperkuat cadangan dari Bulog yang pada akhir tahun diperkirakan mencapai 1,9 juta ton.

“Jadi tidak usah khawatir meski ada bencana atau gang-guan iklim, kita sudah punya cadangan mencukupi. Sampai Desember dengan 1,9 juta ton dari Bulog mestinya tidak akan ada masalah,” ujar Achmad optimistis.

Sebelumnya, Dirut Perum Bulog Soetarto Alimoeso menga takan stok beras akhir tahun cukup untuk kebutuh-an beras hingga lima bulan pertama 2012. Oleh karena itu, pada periode tersebut tidak

diperlukan impor beras.“Kalau ditanya apa (sepan-

jang) tahun depan akan impor lagi, itu tergantung pemerintah, kami hanya pelaksana,” tutur Soetarto.

Pemenuhan kebutuhan pa-ngan nasional tidak terlepas dari peran pemerintah daerah. Kemarin, Kementerian Per-tanian melalui BKP menye-butkan ada 11 kepala daerah yang meraih penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara 2011. Penghargaan diberikan atas usaha memajukan sumber daya pangan setempat.

Penerima penghargaan, ialah Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, Gubernur DI Yogya-karta Sri Sultan Hamengku Bu-wono X, Gubernur Riau Rusli Zainal, Gubernur Sulawesi Se-latan Syahrul Yasin Limpo, dan Bupati Temanggung Hasyim Affandi.

Ada pula Bupati Deli Serdang Amri Tambunan, Bupati Pesisir Selatan Nasrul Abit, Bupati Soppeng HA Sutomo, Bupati Magetan Sumantri, Bupati Mi-nahasa Utara Sompie SF Singal, dan Bupati Pacitan Indartarto. (Fid/E-1)

EKONOMI NASIONAL SELASA, 6 DESEMBER 201118

Saatnya BPR Mendapatkan Pengayom

Diperbesar, Jatah Investor Ritel

Bank pengayom diperlukan karena

kalau BPR memulai berbisnis memberikan kredit UMKM.”Darmin NasutionGubernur BI

MENGECEK KERAMBA: Seorang nelayan menggunakan perahu memeriksa keramba miliknya di Desa Bajo Indah, Konawe, Sulawesi Utara, kemarin. Di saat tidak melaut, nelayan di desa itu membudidayakan ikan dan udang di keramba sebagai penghasilan tambahan. Ikan hasil budi daya tersebut dipanen setiap enam bulan sekali atau tergantung permintaan pelanggan.

ANTARA/ZABUR KARURU

STOK BERAS: Pekerja mengangkat karung beras yang siap jual di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Kamis (24/11). Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian menyebut stok pangan hingga akhir tahun sudah aman, bahkan surplus.

MI/JHONI KRISTIAN