Saat Malam Menjelang Pagi

5
MUSIBAH Saat malam menjelang pagi, bunyi ponsel menjadi ku terjaga “ beeeep beeep beeep “ bergetar. Itu bukan nada menandakan sebuah pesan. Dengan perasaan Di antara terjaga dan bemimpi, satrio beringsut dari kasurnya dengan kesalnya mencari keberadaan ponselnya. Lima pesan dan tiga panggilan tak terjawab. Haaa dari mba lita? Selarut ini? “ halo... “ yo? Cepat hidupkan televisi mu! Chanel 9!” Lalu suara itu menghilang, telepon terputus. Satrio masih diam dengan bingungnya, “ ada apa malam gini,mba lisa nelpon. Pasti ada yang penting ingin dia perlihatkan”. Gumam satrio. Dia pun meraih remote control dan menghidupkan televisi. Lalu mencari chanel yang di tuju. Sambil mengingat, huummm chanel 9. Tampak seorang lelaki tua sekitar enam puluhan tahun dalam keadaan diborgol di giring oleh polisi memasuki mobil tahanan yang di parkir di depan pintu pagar yang terbuka lebar. Puluhan wartawan dari bebagai media dan warga mengerubungi rumah lelaki tua itu. Berbagai pertanyaan di lontarkan kepada lelaki tua itu. Dalam batinnya satrio bertanya – tanya, “ siapa lelaki itu! “ mengapa mba lisa memaksa ku untuk menghidupkan televisi selarut ini. Konsentrasinya semakin meningkat dia berusaha agar tidak kehilangan moment untuk menjawab pertanyan yang semakin memaksanya untuk mengetahui jawaban. Kamera terus mengikuti lelaki dari belakang hingga wajahnya tak kunjung tampak. Wajah penasaran satrio semakin meninggi. Barula saat tahanan itu memasuki mobil, kamera bergerak sedemiakian rupa sehinggan berhasil menangkap wajah dari tahanan yang di giring polisi. “ Pak burhan...!” . pak burhan adalah teman akrab dari almarhum ayahnya, bahkan bagi keluarga satriopak burhan sudah di anggap sebagia adik bagi ayahnya. Satrio cepat - cepat mengambil ponselnya dan menelpon balik ponsel mbak lisa. Tidak aktif. Di cobanya ke no telpon rumah. Tak di angkat.

description

haaaaaaaaa sedikit tulisan q

Transcript of Saat Malam Menjelang Pagi

Page 1: Saat Malam Menjelang Pagi

MUSIBAH

Saat malam menjelang pagi, bunyi ponsel menjadi ku terjaga “ beeeep beeep beeep “ bergetar. Itu bukan nada menandakan sebuah pesan. Dengan perasaan Di antara terjaga dan bemimpi, satrio beringsut dari kasurnya dengan kesalnya mencari keberadaan ponselnya. Lima pesan dan tiga panggilan tak terjawab. Haaa dari mba lita? Selarut ini?

“ halo... “ yo? Cepat hidupkan televisi mu! Chanel 9!”

Lalu suara itu menghilang, telepon terputus.

Satrio masih diam dengan bingungnya, “ ada apa malam gini,mba lisa nelpon. Pasti ada yang penting ingin dia perlihatkan”. Gumam satrio. Dia pun meraih remote control dan menghidupkan televisi. Lalu mencari chanel yang di tuju. Sambil mengingat, huummm chanel 9. Tampak seorang lelaki tua sekitar enam puluhan tahun dalam keadaan diborgol di giring oleh polisi memasuki mobil tahanan yang di parkir di depan pintu pagar yang terbuka lebar. Puluhan wartawan dari bebagai media dan warga mengerubungi rumah lelaki tua itu. Berbagai pertanyaan di lontarkan kepada lelaki tua itu.

Dalam batinnya satrio bertanya – tanya, “ siapa lelaki itu! “ mengapa mba lisa memaksa ku untuk menghidupkan televisi selarut ini. Konsentrasinya semakin meningkat dia berusaha agar tidak kehilangan moment untuk menjawab pertanyan yang semakin memaksanya untuk mengetahui jawaban. Kamera terus mengikuti lelaki dari belakang hingga wajahnya tak kunjung tampak. Wajah penasaran satrio semakin meninggi. Barula saat tahanan itu memasuki mobil, kamera bergerak sedemiakian rupa sehinggan berhasil menangkap wajah dari tahanan yang di giring polisi.

“ Pak burhan...!” . pak burhan adalah teman akrab dari almarhum ayahnya, bahkan bagi keluarga satriopak burhan sudah di anggap sebagia adik bagi ayahnya.

Satrio cepat - cepat mengambil ponselnya dan menelpon balik ponsel mbak lisa. Tidak aktif. Di cobanya ke no telpon rumah. Tak di angkat.

“ kenapa nggak langsung nelpon ke rumah oom burhan aja, seketika suara itu mendegung di telinganya”. Satrio terdiam. Saat ini pasti rumah oom burhan pasti sedang sibuk untuk menerima telepon dari luar. Dan sebelum ia memutuskan untuk menelpon atau tidak, ponselnya sudah lebih dulu bunyi, berturut – turut atas masuknya belasan pesan pendek. Dari saudara dan teman dekatnya yang semua isi pesan itu sama mempertanyakan perihal penahanan oom burhan. Dari sekedar mempertanyakan keadaan oom burhan. Sampai ada yang mengutuk tindakan polisi yang “ biadab” polisi dan sebagian besar mengimbau agar para sanak saudara berkepala didngin dan tetap tenang karena “ sekarang ini penahanan memang lagi ngetren dan lebih besar muatan politisnya daripada benar – benar untuk menjunjung supermasi hukum”. Namun, ada halnya mengganggu pikirannya. Kabar dari istri oom nya. “ bagaimana keadaan tante dian. Belum habis kekhawatirannya tentang kadaan dari istri oomnya. Telpon gengamnya kembali berdering. Sebuah pesan pendek dari nomor yang tidak ia kenal, yang menyebutkan keadaan tante dian bahwa beliau sekarang sedang di rawat di rungan VVIP sebuah rumah sakit besar di kotanya.

Page 2: Saat Malam Menjelang Pagi

“ Sat,,, kapan tibanya? Ayo masuk”.

“Ngga usah bangun, tante. Tiduran aja.”

“ memangnya menurut kamu tante sakit? “ tanya budenya sambil tersenyum. “ aku menginap di sini karna ingin terbebas dari kejaran wartawan.”

“ oh...” satrio diam. Sementara hatinya bertanya –tanya menilai situasi ini. Semula ia membayangkan tante rina benrbaring dengan jarum infus, bahkan lebih sempat ia membayangkan tante dian sedang berada dalam keadan kritis dengan tabung oksigen penyambung antara dunia dan akhirat. Ternyata yang ia saksikan sekarang benrbandin 360 derajat dengan kenyataan yang ia saksikan sekarang.

“Tante, sebenarnya apa yang telah terjadi, apakah semua tuduhan yang di tuduhkan itu benar. Apa benar oom melakukan itu semua.”

“ hummmm..... zaman sekarang lebuh dari zaman edan, yo. Semua menginginkan jadi paling benar. Walaupun semua kebohongannya telah di buktikan, mereka akan mencari – cari kesalahan orang lain untuk menyerang balik karna telah di permalukan. Mereka melakukan berbagai cara bahkan dengan jabatan dan institusi yang mereka tumpangi untuk berusaha menjadi paling benar.”

“ ini semua cerita lama, yo. Ttuduhan pemberian saksi palsu pada pemilukada yang lalu. Yang katanya paman mu sudah di tuduh telah mengatur para saksi untuk menerangkan kemenangan pada pasangan no wahidpada pemulikada itu. Terlalu banyak orang yang menginginkan paman mu di jadikan tersangkah, sehingga berbagai cara dilakukan. Tante mala tidak ingat semuanya terlalu banyak, yo. Hingga segala sesuatu yang sudah semestinya mala di utaka – atik di obok – obok, supaya seolah olah ada masalah. Lalu ahli – ahli hukum yang katanya pinter – pinter itu berebut menyumbang kepintarannya dengan cara menafsir – nafsir pasal – pasal hukum hingga yang selama ini di anggap benar bisa jadi salah. yang selama ini tidak melanggar hukum bisa di anggap melanggar hukum. Memalukan yo,memalukan sekali mereka, teganya menjual kebenran demi keping –keping rupiah yang tak sebanding dengan dosa yang akan mereka ntanggung jawabkan nanti.”

Seperti biasanya, lewat tengah malam ario selalu bermunajat dengan melakukan shalat tahajud. Lebih daro sejam ia berdoa dan berzikir kepada tuhannya. Namun doa malam ini terasa berbeda dengan malam - malam sebelumnya karena doa doa malam ini dia khususkan kepada oom burhan agar di berikan kekuatan lahir batin menghadapi situasi yang absurd ini. Ario tak rela dan ikhlas jiakalau pamannya itu di meja hijaukan.

Bagi ario , oom burhan adalah oraang tua kedua bagi keluarganya. Karena seberpulang ayahandanya ke hadapan sang kuasa, oom burhan lah yang menjadi panutan, sesepuh sekaligus “ juru selamat” bagi kehidupan pribadi dan keluarganya. Ario tak akan melupakan jasa pamannya karena, saat mereka kehilangan sosok ayah ario masi muda saat itu, yaitu saat ario menjalani tahun terakhirnya di SMA.

“ jer basuki mawa bea”, yo. Itulah petuah yang selalu di berikan oom burhan padanya. Bahwa untuk mencapai kebahagiaan pastilah di perlukan pengorbanan. Ario sangat mempercayai ucapan pamannya karena ia telah membuktikan nya sendiri. Bagai mana ario dengan gigihnya berusaha

Page 3: Saat Malam Menjelang Pagi

keluar dari keterpurukan ekonomi sepeninggal ayahnya, sehingga ia bisa menyelesaiakn semua studinya dan menggapai cita – citanya seperti yang ia kecap sekarang.

“ nasib orang itu sulit di duga, yo. Kadang bisa di puncak, kadang bisa di bawah. Seperti kata pepatah, hidup itu berputar seperti roda. Untuk itu kita harus selalu ingat akan falsafah pohon, semakin tinggi pohon itu tumbuh, maka akan semakin kencang pula angin yang akan menerpanya.”

Falsafah ini yang sekarang sedang di alami pamannya. Sejauh yang ia kenal pamanya itu penegak hukum yang adil, jujur, tegas dan teguh serta tak pandang buluh dalam menegakan hukum. Itulah mengapa pamannya bisa di berikan kepercayakan untuk menjadi salah satu pemimpin di badan anti rasuah di negeri ini. Namun orang yang sangat ia hormati dan kagumi itu kini terkurung di sebuah ruang tahanan yang menghinakan dirinya, yang menistakan martabatnya, yang menafikan segalah kebajikan yang pernah di perbuatnya. Maka ario tergerak hatinya untuk segera bertindak untuk menghentikan penjahilan terhadap panutannya itu.

Keesokan hari,,,,,

Insyaallah smuanya akan terkendali, tante. KPK telah mengurus semuanya. Kita kan mendengar hasilnya nanti. Namun, sehubungan dengan itu ario menyarankan tante segera pndah dari rumah sakit ini.

“ loh kenapa...?”

“ kabar tentang keberadaan tante di RS ini telah tercium para pemburuh berita”.

“ ya Allah...! terus tante harus kemana”.

“ terserah tante memilih dimana. Di apartemen, bali, atau tempat wisata yang lain. Tapi ario lebih menyarankan agar tante keluar negeri. Ario sudah menghubungi mba melisa di amsterdam untuk menjaga dan mengawasi tante beberapa saat sampai ada kejelasan tentang kasus ini.”

“ ok lah, tante terima saja “

Tiga puluh menit kemudian sebuah taxi telah terparkir di pelataran parkir VIP bandara. Ario membantu tante dian keluar dari taxi. Membawanya kearah pintu khusus untuk menunggu penerbangan ke amsterdam.

“ Eyaaang...”

Ario menoleh kearah datangnya suara itu. Andri putra tersayangnya telah menyusul diantar istrinya sepulang sekolah. Tante Dian langsung menyambut dengan merentankan tanagnnya ingin merangkul cucu kesayanganya.

“Eyang! Tadi andri melihat eyang kakung di televisi!Eyang kakung penjahatnya” ?

Semua terdiam seribu bahasa. Dia seribu bahasa. Semua kepala mereka hanya berisi satu pertanyaan. “dai mana anak sekecil ini mengetahui permasalahan serumit ini.

“ Bukan sayang”. Tante dian memecah kesunyian menjawab pertanyaan anak itu sambil memeluknya.

Page 4: Saat Malam Menjelang Pagi

“ Eyang kakung bukan penjahat. Eyang mu hanya di tiduh melakukan kejahatan. Orang yang mwnuduh eyang mu justru orang jahat”

“ kalau bukan penjahat, koK eyang mau di tahan?”

Semua kembali terdiam membisu.dengan berbisik tante dian menjawab.

“ Andri...! andri belum ngerti soal ini, nanti kalau sudah besar andri akan tahu. Tidak semua yang kita tidak inginkan itu bisa kita hindari seperti halnya musibah. Nah sekarang eyang kakung mu sedang di timpah musibah.

¤¤¤¤

Karya. A. arif