Ruptur Perineum
description
Transcript of Ruptur Perineum
RUPTURE PERINEUM
Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan
maupun dengan menggunakan alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada
garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Robekan perineum
terjadi pada hampir semua primipara (Wiknjosastro, 2002).
Klasifikasi Rupture perineum
Jenis robekan perineum berdasarkan luasnya adalah sebagai berikut:
a. Derajat satu : Robekan ini hanya terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan,
kulit perineum.
b. Derajat dua : Robekan terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit
perineum dan otot perineum.
c. Derajat tiga : Robekan terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit
perineum, otot-otot perineum dan sfingterani eksterna.
d. Derajat empat : Robekan dapat terjadi pada seluruh perineum dan sfingterani yang
meluas sampai ke mukosa rectum (Saifuddin, 2006).
Penyebab Robekan Jalan Lahir
Yang dapat menyebabkan terjadinya robekan jalan lahir adalah Partus presipitatus.
a. Kepala janin besar
b. Presentasi defleksi (dahi, muka).
c. Primipara
d. Letak sungsang.
e. Pimpinan persalinan yang salah.
f. Pada obstetri dan embriotomi : ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, dan embriotomi
(Mochtar, 2005).
PENJAHITAN ROBEKAN PERINEUM
Penjahitan robekan perineum tingkat I
1. Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan
2. Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka perineum, pasang tampon atau kasa
ke dalam vagina
3. Pasang jarum jahit pada pemegang jarum kemudian kunci pemegang jarum
4. Pasang benang jahit (kromik no 2/0) pada mata jarum
5. Tentukan dengan jelas batas luka robekan
6. Jahit mukosa vagina dengan catgut secara jelujur atau jahitan angka 8 mulai dari
puncak robekan sampai kulit perineum.
Penjahitan robekan perineum tingkat II
1. Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan
2. Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka perineum, pasang tampon atau kasa
ke dalam vagina
3. Pasang jarum jahit pada pemegang jarum kemudian kunci pemegang jarum
4. Pasang benang jahit (kromik no 2/0) pada mata jarum
5. Tentukan dengan jelas batas luka robekan
6. Jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, harus diratakan dulu
7. Pinggir robekan sebelah kiri dan kanan dijepit dengan klem, kemudian digunting
8. Otot dijahit dengan catgut, selaput lendir vagina dijahit dengan catgut secara terputus-
putus atau jelujur. Jahitan mukosa vagina mulai dari puncak robekan, sampai kulit
perineum dijahit dengan benang catgut secara jelujur.
Penjahitan robekan perineum tingkat III
1. Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan
2. Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka perineum, pasang tampon atau kasa
ke dalam vagina (sebaiknya digunakan tampon berekor benang)
3. Pasang jarum jahit pada pemegang jarum kemudian kunci pemegang jarum
4. Pasang benang jahit (kromik no 2/0) pada mata jarum
5. Tentukan dengan jelas batas luka robekan
6. Ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan, diklem menggunakanpean
lurus
7. Kemudian tautkan ujung otot sfingter ani dengan melakukan 2-3 jahitan angka 8
catgut kromik no. 2/0 sehingga bertemu kembali
8. Selanjutnya dilakukan jahitan lapis demi lapis seperti melakukan jahitan pada robekan
perineum tingkat II
Penjahitan robekan perineum tingkat IV
1. Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan
2. Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka perineum, pasang tampon atau kasa
ke dalam vagina (sebaiknya digunakan tampon berekor benang)
3. Pasang jarum jahit pada pemegang jarum kemudian kunci pemegang jarum
4. Pasang benang jahit (kromik no 2/0) pada mata jarum
5. Tentukan dengan jelas batas luka robekan
6. Mula-mula dinding depan rektum yang robek dijahit dengan jahitan jelujur
menggunkan catgut kromik no. 2/0
7. Jahit fasia perirektal dengan menggunakan benang yang sama sehingga bertemu
kembali
8. Jahit fasia septum rektovaginal dengan menggunakan benang yang sama, sehingga
bertemu kembali
9. Ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan, diklem menggunakan pean
lurus
10. Kemudian tautkan ujung otot sfingter ani dengan melakukan 2-3 jahitan angka 8
catgut kromik no. 2/0 sehingga bertemu kembali
11. Selanjutnya dilakukan jahitan lapis demi lapis seperti melakukan jahitan pada robekan
perineum tingkat II (Saifuddin dkk, 2006)
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, R. 2005. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Editor: Delfi
Lutan, EGC, Jakarta
Saifuddin A.B., dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
Wiknjosastro H, Prawirohardjo S. 2002. Ilmu Kandungan. FKUI: Jakarta