Run Off Modeling Kota Malang dengan pemetaan zonasi resapan air dan Infiltration Modeling.docx

15
Zonasi resapan air di Kota Malang menggunakan Sistem Informasi Geografi. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang : Fenomena banjir merupakan fenomena hidrologis yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banjir terjadi hampir di seluruh belahan bumi dan menimbulkan dampak yang cukup berarti secara material maupun non-material. Fenomena banjir dapat merupakan fenomena yang terjadi berkala dalam periode waktu yang pendek maupun panjang. Perencanaan menghadapi banjir yang terjadi dalam periode waktu pendek dan periode panjang tentu saja membutuhkan penanganan yang berbeda. Istilah banjir ini memiliki pengertian yang berbeda-beda. Beberapa definisi mengenai banjir adalah sebagai berikut: 1. Banjir adalah suatu keadaan sungai, dimana aliran air tidak tertampung oleh palung sungai, sehingga terjadi limpasan, dan atau genangan pada lahan yang semestinya kering (Departemen Kimpraswil, 2001). 2. Banjir adalah peristiwa terjadinya genangan pada daerah yang biasanya kering (bukan daerah rawa) atau terjadinya limpasan air dari sungai yang disebabkan karena debit sungai melebihi kapasitas pengalirannya (Siswoko, 1985 dalam Dasanto (1991)).

Transcript of Run Off Modeling Kota Malang dengan pemetaan zonasi resapan air dan Infiltration Modeling.docx

Page 1: Run Off Modeling Kota Malang dengan pemetaan zonasi resapan air dan Infiltration Modeling.docx

Zonasi resapan air di Kota Malang menggunakan Sistem Informasi Geografi.

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang :

Fenomena banjir merupakan fenomena hidrologis yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia.

Banjir terjadi hampir di seluruh belahan bumi dan menimbulkan dampak yang cukup berarti

secara material maupun non-material. Fenomena banjir dapat merupakan fenomena yang terjadi

berkala dalam periode waktu yang pendek maupun panjang. Perencanaan menghadapi banjir

yang terjadi dalam periode waktu pendek dan periode panjang tentu saja membutuhkan

penanganan yang berbeda.

Istilah banjir ini memiliki pengertian yang berbeda-beda. Beberapa definisi mengenai banjir

adalah sebagai berikut:

1. Banjir adalah suatu keadaan sungai, dimana aliran air tidak tertampung oleh palung

sungai, sehingga terjadi limpasan, dan atau genangan pada lahan yang semestinya kering

(Departemen Kimpraswil, 2001).

2. Banjir adalah peristiwa terjadinya genangan pada daerah yang biasanya kering (bukan

daerah rawa) atau terjadinya limpasan air dari sungai yang disebabkan karena debit

sungai melebihi kapasitas pengalirannya (Siswoko, 1985 dalam Dasanto (1991)).

Permasalahan banjir memiliki kaitan yang erat dengan siklus hidrologi. Siklus hidrologi menurut

Soemarto (1987) adalah gerakan air laut ke udara, yang kemudian jatuh ke permukaan tanah lagi

sebagai hujan atau bentuk presipitasi lain, dan akhirnya mengalir ke laut kembali. Dalam siklus

hidrologi ini terdapat beberapa proses yang saling terkait, yaitu antara proses hujan

(presipitation), penguapan (evaporation), transpirasi, infiltrasi, perkolasi, aliran limpasan

(runoff), dan aliran bawah tanah.Permasalahan banjir timbul karena air hujan yang jatuh ke

permukaan tanah tidak seimbang antara kemampuan vegetasi dalam melakukan evapotranspirasi,

kemampuan infiltrasi tanah dan kemampuan penampungan dan pengaliran air pada saluran –

saluran drainase (sungai) sehingga air hujan yang tidak tertampung akan menjadi run-off dan

menyebabkan banjir.

Page 2: Run Off Modeling Kota Malang dengan pemetaan zonasi resapan air dan Infiltration Modeling.docx

Kota Malang yang berada di dataran tinggi dengan topografi bergelombang seharusnya tidak

mengalami banjir. Tetapi karena proporsi lahan terbuka semakin sempit dan sistem saluran

drainase yang ada tidak memadai, maka pada saat musim hujan beberapa tempat di kota Malang

mengalami banjir sesaat secara rutin.pada tahun 2005, ketinggian air di daerah Bareng mencapai

1,5 m dan merendam ratusan rumah penduduk. Diduga banjir di kota Malang karena perubahan

fungsi lahan dari lahan terbuka hijau menjadi lahan terbangun.

Pada rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kota Malang tahun 2009 digambarkan bahwa 80%

kawasan Kota Malang merupakan pemukiman, sisanya digunakan sebagai lahan industri dan

ruang terbuka hijau. Kondisi ruang tebuka hijau yang amat minim, membuat air sulit meresap ke

dalam tanah. Tak heran jika dengan curah hujan yang tinggia tiap tahunnya di Kota Malang kita

sering kali menjumpai limpasan atau genangan air. Hal ini dikarenakan air hujan yang

seharusnya meresap ke dalam tanah, terhalangi oleh bagunan. Sifat air yang bergerak dari tempat

tinggi menuju rendah, didukung pula kondisi topografi Kota Malang yang bergelombang

membuat air sulit meresap sehingga menjadi limpasan air permukaan (Run Off). Padahal

normalnya suatu ruang terbuka hijau di suatu kota minimal 30% – 40% dari total luas kota.

Berdasar penelitian yang dilakukan Sugeng Utaya, bahwa banjir/genangan di beberapa kawasan

di Kota Malang disebabkan oleh besarnya limpasan permukaan sebagai akibat terjadinya

perubahan tata guna lahan. Selama 19 tahun terakhir, pertumbuhan luas lahan terbangun sekitar

28.13% (rata-rata 1,48%/tahun) yang mengakibatkan peningkatan limpasan permukaan sebesar

8,87% (0,47%/tahun). Lebih lanjut diungkap pula bahwa kebijakan Pemkot Malang baik secara

sadar (melalui RTRW) maupun tidak sadar (melalui implementasi RTRW) menyebabkan

terjadinya perubahan tata guna lahan dan pada gilirannya mengakibatkan penurunan resapan air

hujan.

Daerah resapan merupakan daerhan dimana air hasil presipitasi terinfiltrasi kedalam tanah,

proses infiltrasi sendiri berfungsi sebagai penyedia air tanah. Terdapat 3 faktor yang berpengaruh

pada proses infiltrasi yaitu sifat permukaan tanah, sifat transmisi lapisan tanah, pangatusan

kapasistas penampungan. Dalam hal ini peran tanah amat sentral. Kita ketahui bahwa tanah

berpasir dan berlempung akan meiliki tingkal infiltrasi yang berbeda, begitu pula tanah terbuka

dan memiliki tutupan lahan. Semua hal yang disebutkan tersebut, merupakan salah satu indikator

kecepatan infiltrasi suatu lahan saat terjadi presipitasi. Karena sebaran tanah yang beragam maka

Page 3: Run Off Modeling Kota Malang dengan pemetaan zonasi resapan air dan Infiltration Modeling.docx

perlu adanya zonasi daerah resapan air guna membatasi pembangunan agar tidak mengurangi

lahan resapan air. Intinya jika daerah resapa airnya dapat dimanajemen dengan baik, maka dapat

mengurangi limpasan air permukaan pada saat presipitasi karena air tidak memiliki ruang untuk

meresap. Selain itu adanya daerah resapan air ini, diharapkan dapat menjadi penyedia air tanah

atau paling tidak ketersediaan air tanah dapat terjaga.

Berdasarkan data pertumbuhan luas lahan terbangun dan pentingnya suatu daerah resapan air di

atas maka perlu adanya pemetaan zona daerah resapan air, sehingga dapat diketahui seberapa

luas resapan air di Kota Malang dan tersebar dimana saja. Pada dasarnya air hujan yang tidak

mampu meresap kedalam tanah akibat adanya alih fungsi lahan, menyebabkan air lebih banyak

menjadi limpasan air permukaan. Untuk itu adanya studi mengenai zona resapan air di Kota

Malang, yang nantinya akan diintegrasikan dengan Sistem Informasi Geografi (SIG) sehingga

didapatkan suatu peta zona resapan air. Gunanya sebagai kajian pembangunan yang sedang

gencar dijalankan oleh pemerintah kota yang memberikan dampak negatif bagi lingkungan

berupa limpasan air permukaan yang sering timbul jika hujan tiba.

2. Tujuan Penelitian :

1) Mengetahui luasan zona resapan air di Kota Malang.

2) Mengetahui sebaran zona resapan air di Kota Malang.

3) Mengetahui kualitas zona resapan air di Kota Malang.

4) Memetakan zona resapan air di Kota Malang.

Page 4: Run Off Modeling Kota Malang dengan pemetaan zonasi resapan air dan Infiltration Modeling.docx

3. Manfaat Penelitian :

Bagi Peneliti

Mendapatkan gelar sarjana serta sebagai wahana menerapkan teori yang telah didiapat selama

menempuh kuliah geografi.

Bagi Masyarakat

Memberikan pengetahuan pada maysarakat terhadap daerah – daerah resapan air yang penting

guna menyangga atau menunjang kehidupan siswa agar tidak dialih fungsikan.

Bagi Pemerintah

Menjadi bahan untuk kajian tentang rencana tata ruang wilayah kota/RTRWK untuk upaya

mengurangi dampak limpasan air permukaan.

4. Jabaran Variable :

Variabel Sub Variabel Indikator Sub Indikator Data Tehnik

Kualitas

Resasapan

Infiltrasi Sifat

permukaan

tanah

1. Kepadatan

Tanah

2. Jenis dan

Sifat

Tumbuhan

Primer

Primer dan

Sekunder

Survey dan

Uji Lab.

Sifat

transmisi

lapisan tnah

Horison tanah Primer

Pengatusan

kapasitas

penampungan

Kecepatan

Infitrasi (f)

Lereng Primer

Kadar

kelengasan

Page 5: Run Off Modeling Kota Malang dengan pemetaan zonasi resapan air dan Infiltration Modeling.docx

Kapasitas

Infiltrasi

Tekstur tanah Sekunder

Jenis tanah Sekunder

5. Definisi Operasional :

Kawasan resapan air yaitu daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air

hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna bagi sumber air.

Zonasi adalah pembagian atau pemecahan suatu areal menjadi beberapa bagian, sesuai dengan

fungsi dan tujuan pengelolaan.

Geographic Information System (GIS) is a computer based information system used to digitally

represent and analyse the geographic features present on the Earth' surface and the events (non-

spatial attributes linked to the geography under study) that taking place on it. The meaning to

represent digitally is to convert analog (smooth line) into a digital form.

Page 6: Run Off Modeling Kota Malang dengan pemetaan zonasi resapan air dan Infiltration Modeling.docx

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Resapan Air

Infiltrasi

Faktor – Faktor yang mempengaruhi infiltrasi

SIG

ESRI (1990), mendefinisikan SIG sebagai suatu kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras

komputer, perangkat lunak, data geografis, dan personil yang dirancang secara efisien untuk

memperoleh, menyimpan, meng-update, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua

bentuk informasi yang bereferensi geografi.

Kemampuan Sistem Informasi Geografis dapat dikenali dengan memperhatikan pengertian,

definisi, cara kerja, yang dinyatakan dengan fungsi analisis spasial dan analisis atribut yang

dilakukan, jawaban, dan solusi yang diberikan terhadap pertanyaan yang diajukan. Sistem

Informasi Geografis menggunakan data spasial maupun atribut secara terintegrasi sehingga

sistemnya dapat menjawab pertanyaan spasial (berikut pemodelannya) maupun non-spasial, serta

memiliki kemampuan analisis spasial dan analisis non-spasial (Prahasta, 2002).

SIG terdiri atas beberapa subsistem yang dapat digunakan untuk memasukkan data, emnyimpan

data dan mengeluarkan informasi yang diperlukan. Secara garis besar komponen – komponen

yang digunakan dalam SIG yaitu:

a. Sistem Komputer (Hardware)

Dalam perngkat komputer sebagai komponen dalam SIG meliputi komputer itu sendiri dan

sistem operasi yang digunakan. Sistem Operasi yang biasa digunakan dalam PC yaitu produk

Windows (Windows NT, Windows 2000, Windows XP dan lain sebagainya) atau bisa juga

digunakan dalam workstation yaitu system operasi UNIX. Peralatan tambahan yang juga

digunakan yaitu monitor untuk tampilan, digitizer dan Scanner untuk masukan data spasial,

printer dan plotter untuk menampilkan data hardcopy.

b. Software SIG

Page 7: Run Off Modeling Kota Malang dengan pemetaan zonasi resapan air dan Infiltration Modeling.docx

Software (perangkat lunak) dalam SIG meliputi program dan panduan dalam penggunaannya.

Software SIG yang umum dipakai saat ini yaitu ArcGIS, ArcView, ILWIS, dan MapInfo.

c. Brainware

Sama pentingnya dari perangkat keras dan perangkat lunak, brainware juga merupakan

komponen penting dalam SIG. Brainware artinya tujuan dan objek, alasan dan justifikasi dalam

pemakaian SIG.

d. Infrastruktur

Infrastruktur dalam SIG meliputi segala sesuatu yang mendukung dalam operasi SIG baik faktor

fisik, organisasi, administrasi ataupun lingkungan budaya.

e. Data

Dalam SIG terdapat dua data yang digunakan yaitu data grafis dan data atribut. Data grafis

merupakan data dalam bentuk gambar, umumnya berbentuk titik, garis, dan poligon. Sedangkan

data atributmerupakan data tentang grafis dan saling berkaitan antara keduanya.

Zonasi

Page 8: Run Off Modeling Kota Malang dengan pemetaan zonasi resapan air dan Infiltration Modeling.docx

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey, yang artinya penelitian ini

berupaya untuk mengumpulkan sejumlah besar data secara bersamaan sebagai landasan dalam

penyajian sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.

1. Alat dan Bahan

a) Alat Penelitian :

b) Bahan penelitian :

Peta RBI Kota Malang

Peta geologi

Peta tanah

Citra landsat - Peta tutupan lahan

Peta penggunaan lahan

Data curah hujan - Peta distribusi curah hujan

Data lapangan untuk kualitas resapan air

2. Tahapan Penelitian

Pengumpulan data

Peta – Peta awal untuk pembuatan zona resapan air.

Koreksi citra dan data

Digitasi

Peta tutupan lahan, dari citra satelit perlu di digitasi

Page 9: Run Off Modeling Kota Malang dengan pemetaan zonasi resapan air dan Infiltration Modeling.docx

3. Analisis Data

Skoring untuk mengetahui kualitas resapan

Survey lokasi resapan air kota malang, berdasarkan peta resapan air selanjutnya uji

infiltrasi pada tiap – tiap kawasan menggunakan sampel tanah di kawasan tersebut.

Selanjutnya

Overlay

4. Hasil yang Diharapkan

Peta zona resapan air, berdasarkan kualitas resapan yang dimiliki tiap – tiap kawasan

Page 10: Run Off Modeling Kota Malang dengan pemetaan zonasi resapan air dan Infiltration Modeling.docx

5. Diagram Alir

PETA GEOLOGI PETA TANAH CITRA LANDSATPETA

PENGGUNAAN LAHAN

KOREKSI CITRA

PETA TUTUPAN LAHAN

PETA DAERAHRESAPAN AIR

DATA LAPANGAN

DATA CURAH HUJAN

PETA ZONA RESAPAN AIR

SKORING

OVERLAY PETA

PETA SEBARAN HUJAN

OVERLAY PETA