Rumah Tangga Islami Dibentuk Melalui Peristiwa Pernikahan Laki
-
Upload
bhudhie-chui-anth -
Category
Documents
-
view
106 -
download
0
Transcript of Rumah Tangga Islami Dibentuk Melalui Peristiwa Pernikahan Laki
Rumah tangga Islami dibentuk melalui peristiwa pernikahan laki-laki muslim dengan wanita muslimah. Karena itu, untuk memepersiapkan terbentuknya rumah tangga islami tersebut, tidak bisa tidak, harus dimulai dengan berbagai macam persiapan menjelang pernikahan. Salah satu persiapan tersebut adalah Persiapan ruhiyah, Ilmiyah dan Jasadiyah. Sebagian besar kita masih menempatkan persiapan ini sebagai persiapan yang tidak menjadi priorotas, bahkan mungkin terlupakan. Padahal, persiapan inilah yang menjadi pondasi dasar terbentuknya rumah tangga islami. Persiapan Ruhiyah (mental ), dimaksudkan sebagai usaha untuk memantapkan langkah menuju kehidupan rumah tangga, agar tidak gamang menghadapi berbagai macam kondisi yang akan dilalui setelah menikah, Mereka yang akan memasuki gerbang pernikahan, harus siap dengan banyaknya beban, siap menghadapi cobaan kehidupan dan siap menyelesaikan masalah. Pada beberapa orang , pernikahan hanya dipersepsikan dari sisi-kesenangan-kesenangan yang akan diperoleh, tanpa mempertimbangkan berbagai masalah yang pasti akan muncul dalam kehidupan rumah tangga. Apabola memasuki kehidupan keluarga dengan cara pandang tersebut, maka dikhawatirkan tidak terjadi kesiapan menatal yang memadai untuk menghadapi berbagai gelombang masalah kehidupan. Persiapan Ilmiyah, dimaksudkan untuk mengetahui berbagai seluk-beluk hukum, etika dan berbagai aturan berumah tangga. Dalam masyarakat kita, ternyata banyak terjadi pasangan suami istri yang memasuki kehidupan berumah tangga tanpa berbekal pengetahuan memadai tentang hukum-hukum kerumah tangga-an. Sebagai contoh, masih banyak yang belum mengetahui tatacara mandi janabat, tidak mengetahui etika berhubungan suami istri dan tata cara membersihkan najis dan sebagainya. Yang lebih prinsip dari itu, persiapan ilmiyah dimaksudkan sebagai langkah penting untuk mendapatkan tashawur (gambaran ), yang jelas dan benar menegani pernik-pernik rumah tangga islami. Dengan pemahaman yang baik, segala sisi yang akan menjaga dan menguatkan karakter keislaman rumah tangga lebih bisa didapatkan. Persiapan Jasadiyah, dimaksudkan agar memiliki kesehatan yang memadai sehingga mampu melaksanakan fungsi diri sebagai suami atau istri secara optimal. Penjagaan kesehatan memang amat penting bagi kaum muslimin, karena harga kesehatan amatlah mahal dan tidak akan dapat dinilai dengan materi. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu sisi yang senantiasa harus mendapatkan porsi perhatian bagi suami maupun istri, selain tentu saja kesehatan dalam arti umum dan luas. Olahraga, konsumsi halal dan thayib, istirahat teratur, pola makan teratur dan penjagaan kebersihan badan merupakan upaya menuju kebaikan dan kebugaran fisik. Banyaknya penyakit fisik -apabila ada dalam kehidupan rumah tangga- otomatis akan mengganggu ketenangan dan kebahagiaan hidup.
Setiap insan yang hidup pasti menginginkan dan mendambakan suatu kehidupan yang bahagia, tentram, sejahtera, penuh dengan keamanan dan ketenangan atau bisa dikatakan kehidupan yang sakinah, karena memang sifat dasar manusia adalah senantiasa condong kepada hal-hal yang bisa menentramkan jiwa serta membahagiakan anggota badannya, sehingga berbagai cara dan usaha ditempuh untuk meraih kehidupan yang sakinah tersebut. Pembaca yang budiman, sesungguhnya sebuah kehidupan yang sakinah, yang dibangun diatas rasa cinta dan kasih sayang, tentu sangat berarti dan bernilai dalam sebuah rumah tangga. Betapa tidak, bagi seorang pria atau seorang wanita yang akan membangun sebuah rumah tangga melalui tali pernikahan, pasti berharap dan bercita-cita bisa membentuk sebuah rumah tangga yang sakinah, ataupun bagi yang telah menjalani kehidupan berumah tangga senantiasa berupaya untuk meraih kehidupan yang sakinah tersebut. HAKEKAT KEHIDUPAN RUMAH TANGGA YANG SAKINAH Pembaca yang budiman, telah disebutkan tadi bahwasanya setiap pribadi, terkhusus mereka yang telah berumah tangga, pasti dan sangat berkeinginan untuk merasakan kehidupan yang sakinah, sehingga kita menyaksikan berbagai macam cara dan usaha serta berbagai jenis metode ditempuh, yang mana semuanya itu dibangun diatas presepsi yang berbeda dalam mencapai tujuan kehidupan yang sakinah tadi. Maka nampak di pandangan kita sebagian orang ada yang berusaha mencari dan menumpuk harta kekayaan sebanyak-banyaknya, karena mereka menganggap bahwa dengan harta itulah akan diraih kehidupan yang sakinah. Ada pula yang senantiasa berupaya untuk menyehatkan dan memperindah tubuhnya, karena memang di benak mereka kehidupan yang sakinah itu terletak pada kesehatan fisik dan keindahan bentuk tubuh. Disana ada juga yang berpandangan bahwa kehidupan yang sakinah bisa diperoleh semata-mata pada makanan yang lezat dan beraneka ragam, tempat tinggal yang luas dan megah, serta pasangan hidup yang rupawan, sehingga mereka berupaya dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan itu semua. Akan tetapi, pembaca yang budiman, perlu kita ketahui dan pahami terlebih dahulu apa sebenarnya hakekat kehidupan yang sakinah dalam sebuah kehidupan rumah tangga. Sesungguhnya hakekat kehidupan yang sakinah adalah suatu kehidupan yang dilandasi mawaddah warohmah (cinta dan kasih sayang) dari Allah subhanahu wataala Pencipta alam semesta ini. Yakni sebuah kehidupan yang dirihdoi Allah, yang mana para pelakunya/orang yang menjalani kehidupan tersebut senantiasa berusaha dan mencari keridhoan Allah dan rasulNya, dengan cara melakukan setiap apa yang diperintahkan dan meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah dan rasulNya. Maka kesimpulannya, bahwa hakekat sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah adalah terletak pada realisasi/penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan berumah tangga yang bertujuan mencari ridho Allah subhanahu wataala. Karena memang
hakekat ketenangan jiwa (sakinah) itu adalah ketenangan yang terbimbing dengan agama dan datang dari sisi Allah subhanahu wataala, sebagaimana firman Allah (artinya): Dia-lah yang telah menurunkan sakinah (ketenangan) ke dalam hati orang-orang yang beriman agar keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). (Al Fath: 4) BIMBINGAN RASULULLAH DALAM KEHiDUPAN BERUMAH TANGGA Rasulullah shallallahu alaihi wasallam selaku uswatun hasanah (suri tauladan yang baik) yang patut dicontoh telah membimbing umatnya dalam hidup berumah tangga agar tercapai sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Bimbingan tersebut baik secara lisan melalui sabda beliau shallallahu alaihi wasallam maupun secara amaliah, yakni dengan perbuatan/contoh yang beliau shalallahu alaihi wasallam lakukan. Diantaranya adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam senantiasa menghasung seorang suami dan isteri untuk saling taawun (tolong menolong, bahu membahu, bantu membantu) dan bekerja sama dalam bentuk saling menasehati dan saling mengingatkan dalam kebaikan dan ketakwaan, sebagaimana sabda beliau shallallahu alaihi wasallam:
Nasehatilah isteri-isteri kalian dengan cara yang baik, karena sesungguhnya para wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian atasnya (paling atas), maka jika kalian (para suami) keras dalam meluruskannya (membimbingnya), pasti kalian akan mematahkannya. Dan jika kalian membiarkannya (yakni tidak membimbingnya), maka tetap akan bengkok. Nasehatilah isteri-isteri (para wanita) dengan cara yang baik. (Muttafaqun alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu) Dalam hadits tersebut, kita melihat bagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membimbing para suami untuk senantiasa mendidik dan menasehati isteri-isteri mereka dengan cara yang baik, lembut dan terus-menerus atau berkesinambungan dalam menasehatinya. Hal ini ditunjukkan dengan sabda beliau shallallahu alaihi wasallam:
yakni jika kalian para suami tidak menasehati mereka (para isteri), maka mereka tetap dalam keadaan bengkok, artinya tetap dalam keadaan salah dan keliru. Karena memang wanita itu lemah dan kurang akal dan agamanya, serta mempunyai sifat kebengkokan karena diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok sebagaimana disebutkan dalam hadits tadi, sehingga senantiasa butuh terhadap nasehat.
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga bahkan ini dianjurkan bagi seorang isteri untuk memberikan nasehat kepada suaminya dengan cara yang baik pula, karena nasehat sangat dibutuhkan bagi siapa saja. Dan bagi siapa saja yang mampu hendaklah dilakukan. Allah subhanahu wataala berfirman (artinya): Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Al Ashr: 3) Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Agama itu nasehat. (HR. Muslim no. 55) Maka sebuah rumah tangga akan tetap kokoh dan akan meraih suatu kehidupan yang sakinah, insya Allah, dengan adanya sikap saling menasehati dalam kebaikan dan ketakwaan. DIANTARA TIPS/CARA MERAIH KEHIDUPAN YANG SAKINAH 1. Berdzikir Ketahuilah, dengan berdzikir dan memperbanyak dzikir kepada Allah, maka seseorang akan memperoleh ketenangan dalam hidup (sakinah). Allah subhanahu wataala berfirman (artinya): Ketahuilah, dengan berdzikir kepada Allah, (maka) hati (jiwa) akan (menjadi) tenang. (Ar Rad: 28) Baik dzikir dengan makna khusus, yaitu dengan melafazhkan dzikir-dzikir tertentu yang telah disyariatkan, misal:
, dan lain-lain, maupun dzikir dengan makna umum, yaitu mengingat, sehingga mencakup/meliputi segala jenis ibadah atau kekuatan yang dilakukan seorang hamba dalam rangka mengingat Allah subhanahu wataala, seperti sholat, shoum (puasa), shodaqoh, dan lain-lain. 2. Menuntut ilmu agama Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
Tidaklah berkumpul suatu kaum/kelompok disalah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid), (yang mana) mereka membaca Al Qur`an dan mengkajinya diantara mereka, kecuali akan turun (dari sisi Allah subhanahu wataala) kepada mereka as sakinah (ketenangan). (Muttafaqun alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu) Dalam hadits diatas, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberikan kabar gembira bagi mereka yang mempelajari Al Qur`an (ilmu agama), baik dengan mempelajari cara membaca maupun dengan membaca sekaligus mengaji makna serta tafsirnya, yaitu bahwasanya Allah akan menurunkan as sakinah (ketenangan jiwa) pada mereka. Pembaca yang budiman, demikianlah diantara beberapa hal yang bisa dijadikan tips untuk meraih dan membina rumah tangga yang sakinah. Wallahu alam. Semoga kajian ringkas ini dapat kita terapkan dalam hidup berkeluarga sehingga Allah menjadikan keluarga kita keluarga yang sakinah mawaddah warohmah. Amiin, Ya Rabbal alamiin.
oleh: Ust. Cahyadi Takariawan Menikah merupakan bagian dari ibadah terhadap Allah, untuk itu perlu dilandasi maksud yang suci. Dalam perjalanan mengarungi kehidupan berumah tangga, memelihara keikhlasan niat merupakan sebuah keharusan. Motivasi suci ini nanti menjadi landasan yang kokoh buat menciptakan keharmonisan kehidupan berumah tangga sehingga tak gampang oleng akibat sebab terdapat badai yang menerpa. Semua orang menginginkan keluarga yang bahagia. Tetapi adakalanya tak menyadari bagaimana menimbulkan kebahagiaan di dalam rumah tangga, lebih-lebih sangat banyak yang salah dalam memahami maksud kebahagiaan. Beberapa orang menganggap bahagia itu cuma terkait beserta urusan materi semata-mata, sehingga mereka bekerja giat sekuat tenaga menghadirkan materi sebanyak mungkin buat membahagiakan keluarga. Padahal, bahagia tersebut bukan cuma masalah material. Kebahagiaan didapatkan dari keadaan spiritual yang kuat, dilengkapi dengan kecukupan material. Tidak cuma itu, tetapi kebahagiaan mesti diraih dengan relasi timbal balik yang positif, antara suami bersama isteri, antara orang tua dengan anak, antara anggota keluarga yang satu dengan lainnya, serta interaksi positif dengan tetangga dan masyarakat sekitarnya. Untuk menghadirkan kebahagiaan dalam rumah tangga, paling tidak diperlukan enam langkah penguat sebagai berikut: 1. Visi yang Kuat Visi adalah pernyataan luhur atas cita-cita yang ingin dicapai dalam kehidupan berumah tangga. Pada awalnya, masing-masing pihak sebelum menikah memiliki visi tersendiri mengenai keluarga. Namun setelah menikah, harus melebur menjadi satu visi bersama. Setiap keluarga harus mensepakati visi untuk menjadi panduan dalam mengarungi bahtera kehidupan. Langkah pertama, keluarga harus merumuskan visi bersama. Hendak dibawa kemana keluarga kita? itulah pertanyaan tentang visi. Suami, isteri dan anak-anak harus memiliki kesamaan visi keluarga, sehingga mereka bisa berjalan bersama menuju tercapainya visi yang ditetapkan. Visi yang kuat akan mengarahkan bahtera keluarga menuju pulau harapan. Visi yang kuat akan menjaga keluarga untuk selalu on the track, tidak menyimpang dari cita-cita. 2. Pembagian Peran Langkah kedua, suami dan isteri harus memiliki pembagian peran yang berkeadilan. Relasi suami dan isteri bukanlah majikan dengan bawahan, bukan bos dengan karyawan, namun relasi hati, perasaan, jiwa dan pikiran. Relasi sebagai mitra, sebagai sahabat, sebagai penguat, sebagai pelindung, yang saling melengkapi, saling membantu, saling memahami, saling menjaga, saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Oleh karena itu, suami dan isteri harus berbagi peran agar semua bisa tertunaikan dengan optimal. Amanah di dalam rumah bisa diselesaikan dengan sempurna, demikian pula amanah di luar rumah dapat ditunaikan dengan optimal. Tidak boleh ada satu pihak, suami atau isteri, yang terzalimi karena semua peran dan semua beban menumpuk pada dirinya. Ia menjadi superbody yang harus melakukan semuanya sendirian, sementara pasangannya hanya bersantai dan bermalasan, atau hanya bersenang-senang dan jalanjalan. 3. Komunikasi Efektif Langkah ketiga adalah komunikasi efektif. Banyak problem dalam kehidupan rumah tangga yang bermula dari kegagalan berkomunikasi. Suami tidak bisa bicara dengan isteri secara nyaman, demikian pula sebaliknya. Akhirnya mereka menyimpan persoalan diamdiam dan suatu saat meledak menjadi petaka yang bisa merusak keharmonisan keluarga. Corak komunikasi antara suami dan isteri dipengaruhi oleh banyak faktor. Kebiasaankebiasaan yang berkembang di masyarakat secara turun temurun, telah membentuk kultur dan akan mempengaruhi corak komunikasi seseorang. Misalnya, ada perbedaan corak komunikasi antara orang Jawa, dengan orang Sunda, dengan orang Bugis, dengan orang Batak, dengan orang Madura, dengan orang Dayak, dengan orang Minahasa, dengan orang suku Dani Papua, dengan orang Amerika, dengan orang Jerman, dan lain sebagainya. Masing-masing mereka memiliki kebiasaan yang berbeda di dalam tradisi kesehariannya. Namun itu bisa berubah karena interaksi di perkotaan yang multikultur. Demikian juga, corak komunikasi bisa dipengaruhi oleh sudut pandang laki-laki dan perempuan. Ada karakter yang tidak sama antara rata-rata lelaki dan perempuan dalam berkomunikasi dan mengungkapkan pendapat. Apabila senjang komunikasi telah dirasakan dan tidak ada upaya penyelesaian yang kongkret, akan bisa berkepanjangan menjadi problem yang lebih sulit terpecahkan. Rumah tangga tak ubahnya neraka bagi para penghuninya, dan tak memberikan kontribusi kebaikan bagi semua. 4. Mengelola Konflik Langkah keempat adalah mengelola konflik. Konflik adalah bumbu-bumbu kehidupan rumah tangga. Demikianlah ungkapan banyak kalangan masyarakat. Konflik itu sesuatu yang tidak bisa dihindari. Yang bisa dilakukan adalah mengelola konflik dengan tepat sehingga tidak menimbulkan efek negatif atau dampak yang merusak. Demikian pula dalam kehidupan rumah tangga. Milikilah kesepakatan dengan pasangan, bagaimana langkah keluar dari konflik. Ini prinsip sedia payung sebelum hujan. Kesepakatan antara suami dan isteri ini sangat penting dibuat di saat suasana nyaman dan tidak ada konflik. Buat road map atau plan bagaimana langkah untuk keluar dari konflik. Setiap pasangan akan memiliki karakter yang berbeda dalam pembuatan langkah ini.
Saat berada dalam konflik, bicaralah dalam suasana yang enak dan nyaman. Jangan berbicara dalam suasana emosional. Jangan sekali-kali mengambil keputusan dalam suasana emosional. Jangan turuti ego anda. Tenanglah, sabarlah. Badai pasti berlalu. 5. Mendidik Generasi Langkah kelima adalah mendidik generasi. Hal yang sangat penting dan fundamental dalam kehidupan berumah tangga adalah kemampuan mendidik generasi. Betapa banyak orang tua yang sedih dan merana karena menyaksikan anak-anak mereka yang tumbuh menjadi nakal dan jahat. Anak-anak yang tidak mengetahui balas budi, bahkan lebih banyak memalukan nama baik keluarga. Akhirnya orang tua tercoreng nama baiknya, dan menjadikan mereka menanggung beban malu di tengah masyarakat. Ini menunjukkan kabahagiaan tidak akan sempurna apabila tidak disertai dengan kemampuan mendidik anak menjadi salih dan salihah. Dalam hal apakah anak dibiasakan dari kecil dalam rumah tangga, akan sangat menentukan kehidupannya di masa depan. Oleh karena itu, pendidikan nilai harus dimulai dan bertumpu di dalam rumah tangga. Orang tua tidak boleh menitipkan semua proses pendidikan ke lembaga-lembaga pendidikan begitu saja dan merasa telah lepas tanggung jawab. Justru orang tua yang harus memberikan warna dan nilai pada anak-anak sehingga mereka memiliki orientasi yang lurus dan benar dalam kehidupan. Dengan demikian kelak mereka akan menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, masyarakat, bangsa dan negara. Mereka akan menjadi anak-anak yang berguna, yang mengharumkan nama keluarga, masyarakat dan bangsanya. 6. Interaksi Sosial Langkah keenam adalah memiliki peran dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Kita tidak bisa hidup sendiri, dan tidak akan bisa bahagia tanpa orang lain. Di antara faktor yang mendukung terciptanya kebahagiaan adalah apabila memiliki interaksi sosial yang positif di tengah masyarakat. Dengan cara ini, kita akan menjadi orang yang memiliki makna di tengah kehidupan masyarakat, dan bisa menyalurkan berbagai potensi positif yang kita miliki. Sebagus apapun kondisi rumah tangga anda, akan bisa hilang apabila anda dimusuhi atau dibenci oleh semua tetangga. Oleh karena itu, diperlukan interaksi sosial yang positif yang membuat keluarga anda diterima di lingkungan tetangga dan dalam pergaulan kemasyarakatan. Selamat menikmati kebahagiaan dalam rumah tangga. oleh: Ust. Cahyadi Takariawan (Judul asli "Enam Langkah Menghadirkan Kebahagiaan Keluarga)
Persiapan pernikahan bukan saja harus di siapkan secara pestanya saja tapi juga harus di sertai dengan siap-nya para calon pengantin dalam menghadapi pernikahan yang akan dilakukannya. Persiapan ini tidak kalah pentingnya dengan persiapan pesta yang akan di lakukan, bahkan lebih penting dari pesta itu sendiri. Persiapan lahir dan batin seorang calon pengantin yang akan menentukan bagaimana jalannya kehidupan setelah pernikahan, bahkan di beberapa daerah untuk persiapan ini terkadang dibuatkan semacam ritual atau upacara tersendiri. Dan biasanya ritual ini berkaitan dengan adat dan istiadat dari sebuah daerah. Terlepas dari segala ritual yang dilakukan, ada beberapa persiapan yang juga harus dipertimbangkan sebelum memasuki masa pernikahan. Berikut persiapan yang harus dilakukan: 1. Persiapan Moral dan Spiritual Kesiapan secara spiritual akan ditandai oleh mantapnya niat dan langkah menuju kehidupan rumah tangga. Jika anda seorang laki-laki, ada kesiapan dalam diri anda untuk bertindak sebagai pimpinan dalam rumah tangga, untuk berfungsi sebagai bapak bagi anak-anak yang nantinya akan lahir dari pernikahan. Ada kesiapan dalam diri anda untuk menanggung segala beban yang disebabkan oleh karena posisi sebagai suami dan bapak. Jika anda seorang perempuan, harus ada kesiapan dalam diri untuk membuka ruang baru bagi intervensi seorang mitra baru. Kesiapan untuk mengurangi sebagian otoritas atas dirinya sendiri lantaran tunduk pada prinsip syura dan ketaatan pada suami. Kesiapan untuk hamil, menyusui. Kesiapan untuk menanggung beban-beban yang muncul akibat hadirnya anak. Oleh karena itu sangatlah penting persiapan dalam aspek ini. Dan biasanya hal ini berkaitan dengan ajaran-ajaran dalam agama dan kepercayaan yang di anut. Sisi spiritual yang di olah akan menghasilkan sebuah spiritualitas yang baik pula khususnya dalam menghadapi segala bentuk dari hasil pernikahan itu sendiri. 2. Persiapan Konsepsional Kesiapan konsepsional akan ditandai dengan dikuasainya berbagai hukum, etika, aturan dan pernak-pernik pernikahan serta kerumahtanggaan. Kadang dijumpai di kalangan masyarakat kita, mereka yang menikah tanpa aturan agama tentang pernikahan dan kerumahtanggaan. Wajar kalau kemudian dalam hidup berumah tangga terjadi berbagai bentuk yang tidak bersesuaian yang disebabkan oleh ketidakmengertian. Seorang laki-laki dan perempuan harus mengetahui dengan baik dan benar posisi dan peran masing-masing pihak dalam konteks rumah tangga. Apa hak dan kewajiban masing-masing pihak dan juga hak serta kewajiban bersama. Tata krama pergaulan suami istri dalam rumah tangga dan berbagai pengetahuan yang menyebabkan kebaikan sebuah
keluarga perlu dimengerti, sehingga belajar dan menyiapkan diri secara konsepsional merupakan suatu keharusan bagi setiap pribadi. 3. Persiapan Fisik Kesiapan fisik ditandai dengan adanya kesehatan yang memadai sehingga kedua belah pihak akan mampu melaksanakan fungsi diri sebagai suami dan istri dengan optimal. Hal yang amat penting dalam konteks kesehatan ini adalah pada sisi kesehatan reproduksi. Bahwa laki-laki dan perempuan akan mampu melakukan fungsi reproduksi dengan baik. Melakukan pemeriksaan kesehatan kepada ahlinya merupakan satu langkah yang bisa ditempuh menjelang pernikahan. Oleh karena itu diperlukan kebugaran, bukan saja kesehatan, agar bisa senantiasa energik, tidak malas-malasan, tidak mudah lelah, dan senantiasa memiliki vitalitas tinggi. Hidup teratur, makan seimbang dan bergizi, cukup istirahat, olahraga teratur merupakan langkah-langkah untuk menuju kesehatan dan kebugaran fisik. 4. Persiapan Material Persiapan material sebelum pernikahan dimaksudkan lebih kepada kesiapan pihak lakilaki untuk menafkahi dan kesiapan perempuan untuk mengelola keuangan keluarga. Bukan berapa jumlah tersedianya dana untuk melaksanakan pernikahan. Meskipun kaum perempuan tidak mendapatkan beban kewajiban material, akan tetapi bukan berarti tidak boleh bekerja produktif. Dalam kehidupan sekarang, dimana kebutuhan hidup semakin kompleks, telah banyak dijumpai suami dan istri sama-sama bekerja, sejak mereka belum berumah tangga. Hal seperti ini tidaklah tercela selama mereka berdua saling ikhlas dan memilih pekerjaan halal serta sesuai fitrah masing-masing pihak. 5. Persiapan Sosial Menikah menyebabkan pelakunya mendapatkan status sosial di tengah masyarakat. Jika sewaktu lajang dia masih menjadi bagian dari keluarga bapak dan ibunya, sehingga belum diperhitungkan dalam kegiatan kemasyarakatan, setelah menikah mereka mulai dihitung sebagai keluarga tersendiri. Membiasakan diri terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan merupakan cara melakukan persiapan sosial. Apabila laki-laki dan perempuan muslim telah mencapai usia dewasa hendaknya mereka mengambil peran sosial di tengah masyarakat sebagai bagian utuh dari cara mereka belajar berinteraksi dalam kemajuan masyarakat. Jika sebelum menikah tidak terbiasa melakukan interaksi sosial seperti ini, biasanya muncul kekagetan ketika telah berumahtangga dengan sejumlah tuntutan sosial yang ada Di atas hanyalah beberapa persiapan yang bisa di siapkan oleh calon pengantin. Walaupun sebenarnya masih banyak yang harus di persiapkan. Mungkin dalam pernikahan tersebut kita tidak pernah siap secara 100%, walaupun kita merasa telah mempersiapkan dengan sebaik-baiknya. Jadi sangatlah penting rasanya untuk selalu
mempertanyakan akan kesiapan diri anda dengan maksud agar anda lebih matang dalam menghadapi sebuah pernikahan.
kesucian rumah tangga. Berbagai jenis najis tidak dibersihkan dengan tatacara yang sesuai
denganketentua n fikih, sehingga dalam kebersihan rumah tersebut tidak terkandung kesub\cian. Di
antarapenyebab itu semuanya adalah minimnya ilmu mengenai hukum pernikahan dan kekeluargaan.M
ereka menikah karena dorongan instinktif, keinginan syahwat karena dorongan usiadeqwasa.
Sayangnya kemudian tidak ditindaklanjuti dengan mempersiapkan diri secarakonsep[si onal, sehingga
dalam melaksanakan pernikahan merekapun tamopak tidak memilikipenget ahuan. Ada kejadian,
seorang lakilaki diminta mengucapkan kalimat syahadat oleh petugasKUA yang menikahkannya,
ia minta dituntun karena sudah lupa.Beberapa fenomena lain di zama kita sekarang banyak terjadoi
pernikahan antaragama,atas nama kebebasan emnjalankan jkehdiupan beragama. Beberapa kalngan artis
melakukannyase cara bangga dan terbuka, dfan bahkan ketika salah seorang muslimah yang menjadi artismenikah
dengan seorang laki-laki nonmuslim, ia mengatakan ketika dikonfirmasi, "Saya tidakmengetahu
i bahwa menikah antar agama itu tidak doibolehkan dalam Islam."Sekanpakan pernikahan
hanyalah peristiwa hidup pada umumnya, seperti makan, tuidur,mandi dan seteruysnya. Seakan-akan
begitu mudah mereka melaksanakan itu tanpa ada bebanbahwa itu adalah sebuah amanah besar yang harus
dipertanggungja wabkan dfihadapan AllahTa;'ala. Namun apabila pengakuan artis muslimah tadi benarm, maka
ini semakinmmenb hguatkankesimp uilan betapa m,inimnya kesiapan konsepsional ketika
melaksnakan pernikahan.Seo rang laki-laki dan perempuan harus mengetahui dengan baik dan benar posisi
dan peranmasingmasing pihak dalam konteks rumah tangga. Apa hak dan kewajiban masing-masing
pihakdan juga bersama. Bagaimana tata cara pergaulan suami isteri dalam rumah tangga. Berbagaipenget
ahuan yang menyebabkann ya kebaikan sebuah keluarga perlu dimengerti sehingga belajar dan
menyiapkan diri secara konsepsional merupakan suatu keharusan untuk dimiliki.Hal ini agar kehidupan
rumah tangganya nanti tidak berjalan menurut kebanyakan orangyang telah melakukan. Biasanya
begitulah masyarakat hidup berkeluarga, lalku akhirnya parapemuyda yang melajksanakan
pernikahanpun jkuga memnbgikuti kebiasaan yang telah ada dimasyarajkatn ya. Dengan bekal ilmu atau
konsepsi yang memadai, dihgarapkan mereka bisaberinteraksi secara Islami, sesuai aturan Islam, bukan
semata-mata meneruskan tradisi.Islam amat menghargai ilmu, karena keimanan seseorang pun
dituntut diletakkan di ataslandasan keilmuan. Allah Ta'ala telah berfirman :" Maka ketahuilah bahwa
sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan mohonampunla h bagi dosamu dan (dosa) orang-orang
mukmin, lakilaki dan perempuan" (Muhammad : 19).Ungkapan ayat di atas diawali dengan
kata kerja perintah fa'lam yaitu berupa al amru bil 'ilmi , perintah untuk mengilmui atau
mengetahui, baru kemudian kata kerja perintah wastaghfir yaituperintah untuk melakukan
istighfar. Dalam susunan kalimat seperti ini terkandung sebuahpengertia n, bahwa perintah untuk mengetahui
lebih didahulukan dibandinglkan dengan perintahuntuk beramal.Islam mengharagi amal yang
dibanun di atas landasan ilmu, sebagaimana Islam menghargaiilmu yang dilanjutkan dengan amal. Oleh karena itu,
mmenjadi tuntutan dalam melaksanakanpe rnikahan adalah mengilmui terlebih dahulu berbagai macam aturan
dan etika yang mengatur sejaksebelum, pada saat dan setelah terjhadinya akd nikah.Cara yang bisa
ditempuh untuk mendapatkan persiapan konsepsional adalah denganbanyak belajar, baik mengikuti
kejian, ta'lim, pembekalan pernikahan, atau dengan membaca bukubuku dan mendengarkan ceramah melalui
media elektronik. Amat banyak cara yang bisa dilakukanuntuk membekali, yang diperlukan hanaylah niat
dan kemauan.Apala gi ketika Umar bin Khathab memesankan kepada kaum laki-laki, "Ajari isterimukandun
gan surat An Nur", maka semakin menguatkan alasan bagi kaum laki-laki untuk banyakmembek
ali diri agar mampu mengajarkan isi surat An Nur kepada isterinya. Bukan hanyamengajar kan, namun ia
adalah pihak yang menuntun dan mencontohkan pertama kali aplikasi dari isisurat An Nur.c. Persiapan
FisikKesiapan fisik ditandai dengan adanya kesehatan yang memadai sehingga kedua belah pihak akanmampu
melaksanakan fungsi diri sebagai suami atau isteri dengan optimal. Apanila di antaraindikator kemampuan
yang dituntut dalam pelaksanaan pernikahan adalah kemampuan melakuikanjima k, maka
kesehatan yang dituntut pada laki-laki dan perempuan salah satunya menyangkutke mampuan berhubungan
suami isteri secara wajar.Hal lain yang amat penting dalam konteks kesehatan ini adalah pada sisi
kesehatan reproduksi.Bah wa laki-laki dan perempuan ini akan mampu melakukan fungsi reproduksi
dengan baik. Merekaberdua dipastikan tidak mandul, sehingga nantinya akan memiliki ketrunan,
sebagai salh satu tujuandari pernikahan. Rasulullah saw menganjurkan agar menikahi wanita yang penyayang lagi
banyakanakbya. Melakukan pemeriksaan kesehatan kepada ahlinya merupakan salah satu langkah yang
bisaditempuh menjelang pernikahan. Masing-masing pihak juga bisa mendeteksi dalam dirinya sendiri
PDFmyURL.com
adanya penyakit tertentu yang dirasakan selama ini. Hendaknya masing-masing bisa
terbukamenyam paikan riwayat kesehatan dirinya kepada calon pasangannya untuk menjadi bahanperttimba
ngan memutusakan terjadinya pernikahan atau tidak.Laki-laki dan perempuan muslim hendaklah rajin
melaksanakan olah raga sebagai bagian daripenjagaan kesehatan dan kebugaran dirinya. Untuk menggapai
keharmonisan keluarga, dua katainim, yaitui sehat dan bugar, amat diperlukan. Kita tidak hanya membutuhkan
kesehatan, namun jugakebugaran. Orang yang tidak sakit adalah orang yang sehat. Akan tetapi
orang yang sehat inimungkin saja dia mengalami gejala mudah lelah, cepat mengantuk, tidak energik,
lambat dalamberbuat dan lain sebagainya.Ole h karena itu diperlukan kebugaran agar badan, bukan
saja kesehatan, agar bisa energik,tidak malas-malasan, tidak mudah lelah, dan vitalitas tinggi. Hidup teratur,
makan seimbang danbergizi, culkup[ istiraha t, olah raga teratur merpakan langkah-
langkah untuk menuju kesehatan dankebugaran fisik.Kita bisa merasakan betapa mahal sebuah
kesehatan apabila kita jatuh sakit. Berapabanyak uang dihabiskan di Rumah Sakit untuk menyembuhkan
penyakit. Juytaan, puiluhan bahkanaratusan juta terbuang untuk mendapatkan status sehat
setelah sakit. Oleh karena itu lebih murahbiaya penjagaan daripada biaya pengobatan setelah terkena
penyakit.Maka, jagalah kesehatan dan kebugaran anda.d. Persiapan FinansialIslam tidak
menghendaki kita berpikiran materialistis, bahwa orientasi dalam kehiduopan hanyalahmateri. Akan tetapi
tidak bisa dipungkiri bahwa materi merupakan salah satu sarana ibadah kepadaAllah. Masyarakat
Indonesia tidak akan bisa menunaikan haji aopabila tidak memiliki cukup danauntuk berangkat ke tanah suci, serta
biaya menetap maupun pulangnya.Jang ankan haji yang jaraknya jauh, sedangkan shalat tidak akan sah
apabila tedak mengenakanpak aian yang menutup aurat, dan seseorang tidak memiliki pakaian kalau ia tidak memiliki
hartauntuk mendapatkanny a. Lebih mendasar dari itu, kita tidak bisa melaksanakan ibadah, apabila
tidakmakan. Untuk bisa makan dengan cukup, sudah pasti diperlukan sejumlah materi.Islam meletakkan,
kewajoiban ekonomi akibat dari pernikahan adalah di tangan suami. Para suamiberkeqwa jiban
menudeiakan kehidup[an bagi isteri, sejak dari kewbutuhan konsumsi, pakaian,tampat rtinggal, kesehatan dan
juga pendidikan dan transportasi., Seluruh biaya kehidupan menjadikewajib an suami untuk memikulnya.Bu
kan berarti isteri tidak boleh bekerja produktif. Hanya saja opada pihak isteroi bukan merupakansebu
ah kewajiban untuk produktif di bidang ekonomi. Dengan demikian letajk kewajiban suami danisteri
dalam konteks materi ini berbeda. Suami wajib bekerja mencari nafkah untuk menghidupi isteridan anak-
anaknya, sedangkan isteri berkewajoiban mengelolan keuangan daklam rumah tangga.Adapun persiapan
material sebelum pernikahan dimaksudkan lebih kepada kesiapan pihak laki-lakiuntuk menafkahi dan
kesiapan perempuan untuk mengelola keuangan keluarga. Bukan berapatersedian
ya dana untuk bisa melaksanakan pernikahan. Sebab apabila kita berhitung kelewatmatema tis, kita tidak
akan bisa mencari jumlah minimal kebutuhan uang untuk hidup berkeluarga.Seo rang laki-laki harus memiliki
kesiapan untuk menafkahi keluarganya, sehingga sebelum menikahia sudah jharus mengetahui
pintu-pintu rizqi yang akan mengantarkan dia kepada pemenuhankew ajiabn ini. Sebelum menikah ia
sudah memiliki pandangan dan rencana untuk melakukan tindakanekono mi tertentu, baik berusaha wiraswasta,
menjadi pegawai swasta ataupun negeri, dan usahausaha lkainnya yang hgalal.Mengena i berapa
penghasilan yang didapatkan dari usaha tersebut, jangan dijadikan tolok ukur utama untuk menilai
kesiapan menikah, sebab hal itu akan membuat ketertipuan. Seorang yangpada saat menjelang
pernikahan gajinya sangat besar, biosa saja bulan depan sudah mengalamikeba ngkrutan karena di PHK dari
poerusahaannya . Dan berapa banyaknya pengusaha yang kinisukses, dulunya ketika muda memulai usaha dari nol,
sehingga melaksanakan pernikahan dalamkeadaan tidak memiliki harta benda.Setiap muslim
hendaknya dia memiliki optimisme yang tinggi untuk bisa mendapatkan karunia dariAllah
berupa rizqi. Selama mereka mau berusaha, melakukan sesuatu untuk kehidupan, jalanjalankemudaha
n itu akan datang. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman : Sesungguhnya Kami telah menempatkan
kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu itu(sumber) penghidupan (Al Araf : 10).Pernah
suatu ketika Rasulullah saw ditanya seseorang, Ya Rasulullah, pekerjaan apa yang terbaik?
Maka beliau menjawab, Pekerjaan yang terbaik adalah usaha seseorang dengan tangannyasendir i dan semua
penjual beli yang baik (HR. Ahmad, Baihaqi dan lainlain).Adaslah sebuah perbuaytan
yang tercela, bahwa seseorang berusia produktif tidak mau melakukansesu atu untuk
menghaisilkan nadfkah. Khalifah Umar bin Khathab ra pernah berkata, Jangansekalikali seseorang di antara kamu
hanya dudukduduk saja dan tidak berusaha untuk mencaririzki dan hanya berdoa : Ya Allah berilah
hamba rizki ! Tahukah kamu, dan semua telah tahu bahwalangit itu tak akan menurunkan hujan berupa
emas atau perak". Amat keras sindiran khalifah Umar terseburt men enai oran -oran an malas beker a, dan
han a berdoa sa a tan a mau berusaha.PDFmyURL.com
Demikian pula Ibnu Masud ra pernah berkata, Saya benarbenar benci kalau melihat orang hanyamengang
gur saja, tak berusaha untuk kepentingan dan urusan keduniaannya dan tidak pulaberusaha untuk akhirat.
Suatu ketika Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya, Bagaimanapen dapat anda mengenai seseorang yang
hanya duduk di rumah atau di masjid dan dia berkata :Saya tidak mengerjakan sesuatu apapun, sehingga
rizkiku akan datang nanti dengan sendirinya.Ima m Ahmad menjawab, Orang tersebut sangat bodoh
dan tak mengerti ilmu agama sama sekali.Apakah orang yang demikian itu tak mendengar sabda nabi :
Sesungguhnya Allah telah menjadikanrizki ku terletak di bawah tombakku. Juga apakah orang tersebut
tidak mendengar sabda Rasulullahsaw ketika beliau menyebutkan perihal cara burung mencari
kehidupannya, dan mengatakian: Berangkat pagi-pagi dengan perut kosong dan pulang sore-sore
dengan perut kenyang (riwayatTirmidz i dan Ibnu Majah) . Yang penting adalah etos
kerja dari pihak laki-laki untuk berusaha mencari nafkah dengan seluruhkemamp uan yang dimilikinya.
Islam sangat menghargai etrois kerja dan mengecam para pemalasyang tidak mau bekerja produktif.
Kendatipun kaum perempuan tidak mendapatkan beban kewajibanmater ial, akan tetapi
bukasn berarti tidak boleh bekerja produktif. Dalam kehidupan sekarang,diman a kebutuhan
hidup semakin banyak, maka banyak dijumpai suami dan isteri samasamabekerja, sejak mereka belum berumah
tangga. Hal seperti ini tidaklah tercela selama mereka berduasaling meridhai dan memilih pekerjaan halal
serta sesuai fitrah masingmasing pihak.Bahlkan untuk kaum wanita, ada hal yang juga perlu dipertimbangka
n untuk kehidupan saat ini,dimana pemerintahan tidak mengaplikasika n syariat Islam. Apabila suami
meninggal terlebih dahulu,atau terjadi perceraian, dimana anakanak mengikuti sang ibu,
sementara anakj-anak inimemmerluka n biaya sekolah dan kuliah, siapakah yang akan membiayai mereka apabila
suaminyamangk ir tidak mau memberikan biaya bagi anakanaknya?Dalam pemerintahan Islam, mereka yang tidak
mampu seperti ini mendapatkan jaminan kehidupandari baitul mal negara. Untuk konteks sekaranmg di
Indonesia, penyelesaian masalah itu mungkinbisa dilakukan dengan ta'awun dari orangorang kaya
untuk membiayai hidup janda dengan anakanaknya. Tetapi jika ta'awun tersebut belum bisa terwujud,
sementara janda ini tidak memilikikerabat atau saudara yang mempu mencukupi hidup[ mereka, maka jalan yang
paling mungkinadalah dengan menyediakan lapangan pekerjaan bagi janda tersebut.e.
Persiapan SosialMenikah menyebabkan pelakunya mendapatkan status sosial di tengah masyarakat.
Jikasewaktu lajang dia masih menjadi bagian dari keluarga bapak ibunya, sehingga sering belumdiperhitu
ngkan dalam kegiatan kemasyarakatan , setelah menikah mereka mulai dihitung sebagaikeluarga
tersendiri.Mem biasakan diri terlibat dalam kegiatan kemsyarakat merupakan cara melakukan persiapansosial.
Apabila lakilaki dan perempuan muslim telah mencapai usia dewasa hendaknya merekamengam
bil peran sosial di tengah masyarakat sebagai bagian utuh dari cara mereka belajar berintera ksi dalam
kemajemukan masyarakat. Jika sebelum menikah tidak terbiasa melakukaninter aksi sosial, biasanya
muncul kekagetan ketika telah berumah tangga dengan sejumlah tuntutansosial yang ada.Islam
adalah agama yang senantiasa menyuruh kita memeiliki kepedulian dan keterlibatansois ial. Allah telah berfirman :"
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutuk an Nya dengan sesuatu. Dan berbuat baiklah terhadap kedua
orang tua, kerabat-kerabat, anak-anak yatim, orangorang miskin, tetanggayang dekat dan tetangga yang
jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu.Sesun gguihnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong dan membanggabanggakan diri" (An Nisa : 36).Perintah menyembah Allah, larangan
berlalku syirik, dihubungkan kemudian dengan perintahberlaku sosial secara baik. Berbuat kebajikan
dalam kehidupan masyarakat yang sempit dan luas,sejak dari kedua orang tua, kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekatdan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu
sabil, dan lain sebagainya. Tetangga yang dekat danyang jauh bisa dimaknai dalam konteks jarak, atauopun dalam
konteks kekerabatan.Ab u Dzar berkata, bahwa Rasulullah saw telah berpesan kepada dirinya, "
Hai Abu Dzar, jikaengkau memasak maka perbanyaklah kuahnya dan perhatikan tetanggamu
" (riwayat Muslim).Demik ian juga Abu Hurairah menceritakan bahwa Rasulullah saw memberikan
nasihatkepada para wanita, " Hai para wanita muslimah, janganlah kalian merasa rendah diri jika akanmemberi
hadiah kepada tetangga, walaupun hanya dengan kikil (ujung kaki) kambing" (riwayatBukhari dan
Muslim).Hal ini menunjukkan bahwa Islam amat mengharagai keserasian dan kerukunan hidupbertetangg
a. Memberikan perhatian, mengirimkan hadiah, adalah salah satu contoh bagaimanaIsla m mengajarkan
interaksi positif bersama mereka. Oleh karena itu, belajar berinteraksi denganrealitas kehidupan
masyarakat merupakan salah satu l;angkah yuang perlu diambil oleh laki-laki danperempuan agar nantinya
tidak canggung ketika telah hidup berumah tangga dan bermasyarakat.PDFmyURL.com
Apalagi bagi mahasiswa dan mahasiswi yanbg terbiasa hidup di kos selama mereka kuliah.Selama tinggal di
lingkungan kos, mereka adalah pihak yang terisolir dari masyarakat. Ketika adaacara-acara sosial
kemasyarakatan mereka tidak pernah dilibatkan, karena dianggap sebagai tamuterhormat
oleh masyarakat. Dalam batas tertentu, mahsiswa dengan menara gading kampusnya,tela
h diletakkan pada posisi untauchable oleh masyarakat.Tat kala melaksanakan rapat RT para
mahasiswa tidak diundang, demikian juga ketika adajadual ronda, kerja bakti dan lain sebagainya,
mereka cenderung tidak dilibatkan. Sebagaimana jugaketika ada arisan ibu-ibu, pertemuan dasawisma,
pertemuan PKK dan lain sebagainya acara kaumwanita, para mahasiswi yang tinggal di lingkungan itu
tidak pernah dilibatkan. Dampaknya selamaempat atau l;ima tahun mereka kos, terisolir dari kehidupan
masyarakat dis ekitarnya. Mereka hanyamengenal dunia kampus dengan segala macam aktivitas dan
isealismenya.B egita mereka menikah dan tinggal di sebuah lingkungan m masyarakat, mereka
sudahdihitung sebagai keluarga mandiri yang,m mendapoatkan tuntutan peran yang utuh dalammasyarak
at sebagaimanba keluarga yang lainnya. Kadang ada asemacca,m kejutan tertentu padamereka
karena selama ini tidak terbiasa dengan ronda, arisan atau rapat tingkat RT, bahkan acarasosial
lainnya seperti melayat orang meninggal, menghadiri pesta pernikahan atau aqiqah tetanggadan
lain sebagainya.San gat diperlukan pembelajaran dari awal dalam konteks sosial;, agar tidak terjadikekageta
n dalam mengarungi hidup berumah tangga. kadangkadang dalam hidup bermasyarakatdi perlukan "ilmu
basa-basi", agar mampu mensosialisasik an diri di tengah komunitas masyarakatluas. Perlu wajah
sosial, murah senyum, mudah mendahulkui menyapa oirang, dan lain sebagainyayang merupakan bagian dari
bumbu-bumbu hidup dengan baik bersama tetangga dan lingkunganterd ekat. email:takariawan
@yahoo.comhp : 0811286933PDFmyURL.com