RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI … · Okti Sri Purwanti, S. Kep., M. Kep., Ns., Sp.Kep. M.B...

19
i KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: SUGIMIN J210151016 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Transcript of RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI … · Okti Sri Purwanti, S. Kep., M. Kep., Ns., Sp.Kep. M.B...

Page 1: RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI … · Okti Sri Purwanti, S. Kep., M. Kep., Ns., Sp.Kep. M.B ... ini adalah keluarga inti pasien yang sesuai kriteria yaitu keluarga inti pasien,

i

KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI

TIRTONEGORO KLATEN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1

pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

SUGIMIN

J210151016

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI … · Okti Sri Purwanti, S. Kep., M. Kep., Ns., Sp.Kep. M.B ... ini adalah keluarga inti pasien yang sesuai kriteria yaitu keluarga inti pasien,

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI

TIRTONEGORO KLATEN

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

SUGIMIN

J 201 151 016

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen

Pembimbing

Arum Pratiwi, S.Kp., M.Kes

NIDN. 0620106 801 i

Page 3: RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI … · Okti Sri Purwanti, S. Kep., M. Kep., Ns., Sp.Kep. M.B ... ini adalah keluarga inti pasien yang sesuai kriteria yaitu keluarga inti pasien,

iii

LEMBAR PENGESAHAN

KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI TIRTONEGORO

KLATEN

Disusun oleh:

SUGIMIN

J 210.151.016

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada Senin, 13 Maret 2017,

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Keperawatan pada Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Susunan Dewan Penguji

1. Arum Pratiwi, S. Kp., M.Kes (………………...)

NIDN 0620106801

2. Okti Sri Purwanti, S. Kep., M. Kep., Ns., Sp.Kep. M.B (………..............)

NIDN 0018107902

3. Enita Dewi, S. Kep.,Ns., M.N (………………..)

NIDN 0609048003

Surakarta, 13 Maret 2017

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dekan,

Dr. Suwaji, M.Kes

NIK. 195311231983031002

ii

Page 4: RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI … · Okti Sri Purwanti, S. Kep., M. Kep., Ns., Sp.Kep. M.B ... ini adalah keluarga inti pasien yang sesuai kriteria yaitu keluarga inti pasien,
Page 5: RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI … · Okti Sri Purwanti, S. Kep., M. Kep., Ns., Sp.Kep. M.B ... ini adalah keluarga inti pasien yang sesuai kriteria yaitu keluarga inti pasien,

1

KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI

TIRTONEGORO KLATEN

Abstrak

Latar belakang: Kondisi kritis pada pasien yang dirawat di Intensive Care Unit

memungkinkan perubahan yang tidak terduga, keadaan tersebut dapat

menimbulkan kecemasan dari rentang respon adaptif sampai dengan respon

maladaptif keluarga yang menunggu serta dapat mempengaruhi fungsi keluarga

dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kecemasan berdasarkan respon

adaptif maladaptif fisiologis dan psikologis keluarga pasien yang menunggu di

ruang Intensive Care Unit.

Metode penelitian adalah deskriptif analisis dengan pendekatan cross sectional,

tehnik sampel yang digunakan adalah kuota sampling. Sampel dalam penelitian

ini adalah keluarga inti pasien yang sesuai kriteria yaitu keluarga inti pasien,

berusia diatas 17 tahun dan dalam keadaan sehat. Jumlah sampel sebanyak 30

responden. Instrumen pada penelitian ini menggunakan Zung Self Rating Anxiety

Scale. Analisis data menggunakan univariat untuk mengetahui presentasi

karakteristik responden, respon adaptif maladaptif fisiologis dan respon adaptif

maladaptif psikologis responden.

Hasil penelitian menunjukkan responden yang berumur 17-25 tahun sebanyak 11

(36,7%), jenis kelamin perempuan 16 (53.3%), berpendidikan SMA 17 (56,7%),

bekerja wiraswasta 12 (40,0%). Respon adaptif fisiologis sebanyak 11 (36,7%),

respon maladaptif fisiologis sebanyak 19 (63,3%), respon adaptif psikologis

sebanyak 16 (53,3%), respon maladaptif psikologis sebanyak 14 (46,7%).

Simpulan: Respon maladaptif fisiologis lebih besar daripada respon adaptif

fisiologis dan respon adaptif psikologis hampir sama dengan respon maladaptif

psikologis.

Kata Kunci: Kecemasan, Keluarga, Intensive Care Unit

Abstract

Background: Critical condition of the patients admitted to the Intensive Care

Unit enables the unexpected changes, the situation can lead to anxiety ranges is an

adaptif response to the maladaptif response. This conditions affect for family

function in daily life.

The purpose of this study was to determine the anxiety based on adaptif and

maladaptif physiological responses, and adaptif and maladaptif physiological

responses of the family during waiting the family mambers in the Intensive Care

Unit.

The research method was descriptive analysis with the cross sectional approach,

sampling technique used was quota sampling. The sample in this research was the

nuclear family of patients who appropriate with the criteria that the nuclear family

of patients, aged over 17 years old and in good health. The total sample of 30

respondents. Instruments in this study using the Zung Self-Rating Anxiety Scale.

Page 6: RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI … · Okti Sri Purwanti, S. Kep., M. Kep., Ns., Sp.Kep. M.B ... ini adalah keluarga inti pasien yang sesuai kriteria yaitu keluarga inti pasien,

2

Descriptive analysis was utilized to analize the characteristics of respondents,

adaptif maladaptif physiological responses and adaptif maladaptif psychological

responses.

The results of study showed thats respondents aged 17-25 years were 11 (36.7%),

female gender 16 (53.3%), high school educated 17 (56.7%), working self-

employed 12 (40.0%). Adaptif physiological responses were 11 (36.7%),

maladaptif physiological responses were 19 (63.3%), psychological adaptif

response of 16 (53.3%), maladaptif psychological response by 14 (46.7%).

Conclusion: maladaptif physiological responses is greater than the adaptif

response of the physiological and psychological adaptif response is similar to

maladaptif psychological response.

Key words: Anxiety, Family, Intensive Care Unit

1. PENDAHULUAN

Kecemasan terjadi sebagai proses respon emosional ketika pasien atau

keluarga merasakan ketakutan, kemudian akan diikuti oleh beberapa tanda dan

gejala seperti ketegangan, ketakutan, kecemasan dan kewaspadaan Townsend,

2014 (dalam Pratiwi & Dewi, 2016). Keadaan penyakit kritis menghadapkan

keluarga pasien ke tingkat tinggi dari tekanan psikologis. Gejala tekanan

psikologis mempengaruhi lebih dari setengah dari anggota keluarga terkena

penyakit kritis pasien. Proporsi anggota keluarga mengalami tekanan psikologis

yang berat dari penyakit kritis akan terus meningkat, sejalan dengan

meningkatnya angka pasien yang dirawat di unit perawatan intensif untuk

penggunaan alat bantu nafas yang berkepanjangan (Ronald & Sara, 2010).

Kecemasan dapat menjadi sumber masalah klinis jika sudah sampai

tingkat ketegangan yang sedemikian rupa sehingga mempengaruhi kemampuan

berfungsinya seseorang dalam kehidupan sehari-hari, karena orang tersebut jatuh

kedalam kondisi maladaptif yang dicirikan reaksi fisik dan psikologis ekstrem.

Pengalaman yang menegangkan, irasional dan tidak dapat diatasi ini merupakan

dasar gangguan kecemasan. Sekitar 28% orang Amerika Serikat sepanjang

hidupnya mengalami kecemasan (Halgin & Whitbourne, 2010). Pelayanan di

ruang ICU diberikan kepada pasien dengan kondisi kritis stabil yang

membutuhkan pelayanan, pengobatan dan observasi secara ketat (Dirjen Bina

Upaya Kesehatan, 2011).

Page 7: RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI … · Okti Sri Purwanti, S. Kep., M. Kep., Ns., Sp.Kep. M.B ... ini adalah keluarga inti pasien yang sesuai kriteria yaitu keluarga inti pasien,

3

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1778/MEN KES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU

di Rumah Sakit. ruang ICU merupakan suatu bagian dari rumah sakit yang

mandiri, dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus ditujukan untuk

observasi, perawatan dan terapi pasien yang menderita penyakit akut, cedera,

beberapa penyulit yang mengancam jiwa atau potensial mengancam nyawa

dengan prognosis dubia yang diharapkan masih reversible.

Perawatan diruang ICU dilakukan dengan cepat dan cermat serta

pamantauan hemodinamik yang terus menerus selama 24 jam. Penggunaan alat-

alat diruang ICU sangat diperlukan dalam rangka memperoleh hasil yang optimal.

Pasien di ICU dalam keadaan sakit kritis, kehilangan kesadaran atau mengalami

kelumpuhan, sehingga segala sesuatu yang terjadi pada pasien hanya dapat

diketahui melalui monitoring yang baik dan teratur. Perubahan yang terjadi harus

dianalis secara cermat untuk mendapatkan tindakan atau pengobatan yang tepat.

Pemberian perawatan di ICU telah berpusat pada pasien kurang memperhatikan

kebutuhan keluarga, Penerimaan pasien ke ICU sering akut, transisi non elektif

memunculkan ketidakpastian bagi pasien serta keluarga pasien. Paling sering

kebutuhan fisiologis pasien menjadi keprihatinan bagi dokter perawatan kritis.

Memperhatikan kebutuhan sakit kritis penting selama episode penyakit kritis,

namun mengatasi kebutuhan psikologis keluarga pasien pada awal penyakit kritis

juga harus diperhatikan (Ronald & Sara, 2010).

Beban perawatan yang ditanggung keluarga pada anggota kelurga yang

mempunyai penyakit kritis dapat berdampak pada kecemasan. Anggota keluarga

pasien sakit kritis mengalami tingkat kecemasan tinggi situasional dan stress

ketika orang-orang tercinta yang dirawat di ICU. Beberapa faktor yang

berhubungan stres ini, kecemasan situasional muncul dari kekawatiran tentang

penderitaan dan kematian pasien, prosedur, komplikasi dan peralatan yang

digunakan dalam perawatan pasien (Smith & Custard, 2014).

Pasien dan anggota keluarga menjalani pengalaman berbeda dalam

menderita gangguan emosional selama tinggal dan setelah keluar ICU.

Kecemasan, depresi dan gangguan stres paska trauma lebih tinggi pada anggota

Page 8: RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI … · Okti Sri Purwanti, S. Kep., M. Kep., Ns., Sp.Kep. M.B ... ini adalah keluarga inti pasien yang sesuai kriteria yaitu keluarga inti pasien,

4

keluarga daripada pasien, dan bisa bertahan sampai tiga bulan, sementara pada

pasien gejala menurun. Selamat dari ICU mungkin mengalami tekanan psikologis

untuk waktu yang lama, biasanya pasien dan anggota keluarga menderita gejala

kecemasan, depresi dan stres paska trauma (Fumis, Ranzani, Martins, &

Schettino, 2015).

Mengatasi masalah psikologis merupakan bagian integral dari pendekatan

perawatan kritis yang komprehensif, anggotak keluarga memainkan peran penting

dalam mem- promosikan kesejahteraan psikologis dari kondisi pasien kritis.

Kehadiran dan kepedulian keluarga, interaksi yang bermakna dan kolaborasi

dengan tim perawatan dapat membantu pasien selama perawatan di ICU. Oleh

karena itu perawat memiliki tanggung jawab penting untuk mengatasi kebutuhan

dan keprihatinan anggota keluarga selama di ICU (Bailey, Sabbagh, Loiselle,

Boileau, & McVey, 2010).

Kecemasan terdiri dari dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek

membahayakan, tergantung pada tingkat cemas, lama cemas dan seberapa baik

individu melakukan koping terhadap cemas. Cemas mempunyai rentang mulai

dari ringan, sedang sampai berat. Setiap tingkat menyebabkan perubahan

emosional dan fisiologis pada individu, Videbeck, 2008 (dalam Prabowo, 2014).

Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang tersamar karena

ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak

spesifik atau tidak diketahui oleh individu).

Perasaan takut dan tidak menentu sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa

peringatan tentang bahaya akan datang dan memperkuat individu mengambil

tindakan menghadapi ancaman. Kejadian dalam hidup seperti menghadapi

tuntutan, persaingan, serta bencana dapat membawa dampak terhadap kesehatan

fisik dan psikologis. Salah satu contoh dampak psikologis adalah timbulnya

kecemasan atau ansietas (Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2014). Keluarga

merupakan unit terkecil dari masyarakat terdiri dari kepala keluarga dan beberapa

orang yang berkumpul dan tinggal yang sama dalam satu daerah berdekatan,

saling ketergantungan, terikat secara emosional satu dengan lainnya (Harmoko,

2012) dan Muhlisin (2012).

Page 9: RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI … · Okti Sri Purwanti, S. Kep., M. Kep., Ns., Sp.Kep. M.B ... ini adalah keluarga inti pasien yang sesuai kriteria yaitu keluarga inti pasien,

5

2. METODE

Jenis penelitian adalah deskriptif analisis dengan pendekatan cross

sectional. Populasi adalah seluruh penuggu keluarga inti pasien yang memenuhi

kriteria di ruang ICU RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Tehnik pengambilan

sampel adalah dengan kuota sampling dengan jumlah 30 sampel. Alat

pengumpulan data dengan lembar kuesioner berdasarkan Zung Self-Rating Anxiety

yang telah dimodifikasi oleh peneliti. Proses penelitian berlangsung dari bulan

Mei 2016 - Desember 2016. Analisa data dilakukan secara univariat dengan uji

central tendency untuk melihat Mean, Standar deviasi dan persentase kategori

kecemasan berdasarkan respon adaptif maladaptif fisiologis dan psikologis.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Penelitian

3.1.1. Karakteristik Responden

Tabel.1 menunjukan bahwa umur responden sebagian besar 17-25 tahun,

sebagian kecil tersebar hampir merata pada umur 26-55 tahun dan paling kecil

pada umur lebih dari 65 tahun. Sebagian besar karakteristik responden menurut

jenis kelamin adalah jenis kelamin perempuan sebesar 53,3 % Keluarga yang

menjadi responden adalah keluarga dengan tingkat pendidikan SMA sebesar

56,7%. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di ruang ICU RSUP dr.

Soeradji Tirtonegoro Klaten terbanyak adalah keluarga dengan status pekerjaan

wiraswasta yaitu sebesar 40%.

Tabel 1. Karakteristik responden n= 30

Karakteristik F %

Umur

17-25 tahun 11 36.7

26-35 tahun 4 13.3

36-45 tahun 6 20.0

46-55 tahun 7 23.3

>65 tahun 2 6.7

Jenis Kelamin

Laki-laki 14 46.7

Perempuan 16 53.3

Tingkat Pendidikan

Page 10: RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI … · Okti Sri Purwanti, S. Kep., M. Kep., Ns., Sp.Kep. M.B ... ini adalah keluarga inti pasien yang sesuai kriteria yaitu keluarga inti pasien,

6

Karakteristik F %

Umur

17-25 tahun 11 36.7

26-35 tahun 4 13.3

36-45 tahun 6 20.0

46-55 tahun 7 23.3

>65 tahun 2 6.7

Jenis Kelamin

Tidak sekolah 1 3.3

SD 1 3.3

SMP 4 13.3

SMA 17 56.7

PT 7 23.3

Pekerjaan

Tidak bekerja 8 26.7

Wiraswasta 12 40.0

Karyawan 6 20.0

Petani 1 3.3

PNS 3 10.0

Total n =30

3.1.2. Respon adaptif maladaptif Fisiologis dan Psikologis Responden

Tabel. 2 menunjukan prosentase kecemasan respon maladaptif fisiologis

lebih besar daripada respon adaptif fisiologis dan prosentase respon adaptif

psikologis hampir sama dengan respon maladaptif psikologis.

Tabel. 2 Respon Adaptif Maladaptif n= 30

Respon Adaptif Maladaptif

f (%)

Respon Fisiologis

Adaptif fisiologis 11 36.7

Maladaptif fisiologis 19 63.3

Respon Psikologis

Adaptif pskologis 16 53.3

Maladaptif psikologis 14 46.7

Total n =30

3.2. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan umur terbanyak responden pada rentang 17-

25 tahun. Sebagian besar penunggu pasien diruang ICU merupakan anak dari

pasien, sehingga ikatan yang terjalin antara anak orang tua sangat kuat, baik

Page 11: RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI … · Okti Sri Purwanti, S. Kep., M. Kep., Ns., Sp.Kep. M.B ... ini adalah keluarga inti pasien yang sesuai kriteria yaitu keluarga inti pasien,

7

ikatan emosional, psikologis maupun ikatan secara fisik. Menurut Maglaya (2009)

mendefinisikan keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam

satu rumah tangga karena ada hubungan darah, perkawinan atau adopsi, saling

berinteraksi satu, saling mempunyai peran dan menciptakan serta

mempertahankan suatu budaya. Keberadaan keluarga secara umum untuk

memenuhi fungsi keluarga, yang meliputi fungsi biologis, ekonomi, psikiologis,

edukasi dan social kultural (Andarmoyo 2012). Peran anak sesuai tingkat

perkembanganan, baik mental, sosial dan spiritual yang ditandai dengan semakin

cukup umur, maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja (Muhlisin,2012).

Konsep penting dalam keluarga adalah merupakan suatu sistem, anggota

keluarga saling berhubungan atau tidak berhubungan, tinggal bersama-sama atau

tidak tinggal bersama, terdapat kehadiran anak atau tidak, memiliki ikatan dan

komitmen diantara anggota keluarga untuk mencapai tujuan dan berfungsi sebagai

unit care giving yang meliputi proteksi, pemenuhan kebutuhan makanan dan

sosialisasi (Muhlisin, 2012). Friedman (2014) menyatakan bahwa kualitas hidup

berkaitan erat dengan dukungan keluarga, karena dukungan keluarga dapat berupa

sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap kondisi sakit, dimana keluarga

menjalankan fungsi sebagai sistem yang bersifat mendukung, selalu siap

memberikan pertolongan jika dibutuhkan.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berjenis kelamin

perempuan. Karena perempuan memiliki sifat keibuan, telaten, perhatian, lembut

sehingga lebih nyaman bila pasien ditunggu seorang perempuan. Seorang

perempuan mempunyai kecakapan dalam memberikan perawatan kepada

keluarganya, selain mendapatkan asuhan keperawatan dari petugas kesehatan

yang ada dirumah sakit. Sejalan dengan penelitian Hariyono ( 2012) yang

menyatakan bahwa komposisi perawat laki-laki dan perempuan lebih besar

perempuan, hal ini memberi gambaran bahwa seorang perempuan sangat berperan

penting dalam memberikan pelayanan maupun perawatan secara baik dan

berkualitas.Penelitian Yanti (2013) menunjukkan komposisi perawat laki-laki dan

perempuan lebih besar perempuan. Keberadaan perempuan dalam berbagai bidang

Page 12: RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI … · Okti Sri Purwanti, S. Kep., M. Kep., Ns., Sp.Kep. M.B ... ini adalah keluarga inti pasien yang sesuai kriteria yaitu keluarga inti pasien,

8

pekerjaan yang semakin besar menunjukan bahwa perempuan dapat menjalankan

pekerjaan dengan baik. Seorang perempuan dapat bekerja sama, tolong menolong

serta menggunakan waktu kerja dengan efekfif, perilaku prososial atau tindakan

ekstra yang melebihi diskripsi peran yang telah ditetapkan organisasi (Sahrah,

2012).

Sebagian besar keluarga yang menjadi responden adalah keluarga dengan

tingkat pendidikan SMA dan proses melanjutkan keperguruan tinggi. Karena

keterbatasan pengetahuan tentang pentingnya pendidikan dan keterbatasan

ekonomi sehingga responden memilih untuk bekerja untuk membantu

perekonomian keluarga setelah tamat pendidikan SMA. Menurut Yunitasari

(2012) sosial ekonomi berpengaruh terhadap kecemasan seseorang, semakin

rendah status sosial ekonomi seseorang semakin mudah mengalami kecemasan

dibandingkan mereka yang memiliki status sosial ekonomi tinggi. Tingkat

pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin

tinggi tingkat pendidikan sesorang maka akan semakin mudah berfikir secara

rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah

baru, semakin rendah pendidikan seseorang akan semakin mudah mengalami

cemas.

Hasil penelitian ini menunjukan karakteristik responden berdasarkan

pekerjaan terbanyak adalah keluarga dengan status pekerjaan wiraswasta.

Responden kurang memiliki dukungan maupun sumber daya yang maksimal

untuk pengembangan diri mereka, baik pendidikan, finansial maupun dukungan.

Sehingga sebagian besar pekerjaan yang ditekuni responden adalah di bidang

wiraswasta atau wirausaha. Kesadaran untuk merencanakan pengembangan diri

seseorang sangat diperlukan dalam rangka memperoleh kehidupan yang lebih

baik. Hal ini didukung dalam penelitian Raharjo (2015), yang menjelaskan bahwa

dukungan sosial dan lingkungan sekitar dapat mempengaruhi cara berfikir

seseorang tentang diri sendiri dan orang lain. Hal ini dapat disebabkan oleh

pengalaman seseorang dengan keluarga, sahabat atau rekan kerja. Pekerjaan dapat

mempengaruhi kecemasan pada seseorang karena dengan bekerja, seorang

individu akan memperoleh dukungan sosial baik dari lingkungan maupun rekan

Page 13: RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI … · Okti Sri Purwanti, S. Kep., M. Kep., Ns., Sp.Kep. M.B ... ini adalah keluarga inti pasien yang sesuai kriteria yaitu keluarga inti pasien,

9

kerja sehingga mempengaruhi kenyamanan dan dapat menurunkan kecemasan.

Sosial ekonomi (keuangan) yang diatur dengan baik antara pemasukan dan

pengeluaran, pemanfaatan secara produktif, pengendalian sifat konsumtif dan

ambisi yang terkontrol sangat ditekankan dalam kehidupan keluarga (Hawari,

2011).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kecemasan yang dimanifestasikan

responden sebagai respon adaptif maladaptif fisiologis menunjukkan bahwa

respon maladaptif fisiologis lebih besar dari pada respon adaptif fisiologis.

Kecemasan responden diperoleh dari jawaban kuesioner, hasil kuesioner

menyebutkan bahwa beberapa hal yang banyak menimbulkan kecemasan keluarga

pasien saat menunggui anggota keluarganya di ruang ICU adalah keadaan kritis

pasien, terpasang bernagai alat medis, informasi tentang pasien yang belum

maksimal dan keterbatasan waktu kunjungan. Keluarga tidak bisa menunggu

pasien terus menerus dan menimbulkan kesulitan untuk tidur dengan nyenyak,

merasa lebih gugup dan cemas dari biasanya, merasa panik dan tidak tenang.

Manusia merupakan faktor yang penting dalam penentuan sehat dan sakit,

hubungan keduanya akan silih berganti ada pada diri manusia. Sebagaimana sakit

tidak hanya sakit fisik saja melainkan dapat juga sakit jiwa atau kombinasi

diantara keduanya. Sehat merupakan suatu keberhasilan adaptasi individu dalam

tugas perkembangan dan terpenuhinya biopsikososiokultural dan spiritual,

sedangkan sakit merupakan gangguan tumbuh kembang dan tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar tersebut. Sakit merupakan keadaan dimana seseorang berada

dalam keadaan tidak seimbang akibat adanya pengaruh dari luar atau dari dalam

diri seseorang (Pratiwi, 2011). Dalam teori disebutkan tidak semua orang yang

mengalami stresor psikososial akan menderita gangguan cemas, orang dengan

kepribadian pencemas lebih rentan untuk menderita gangguan cemas.

Tipe kepribadian pencemas tidak selalu mengeluhkan hal yang bersifat

psikis, tetapi bersifat keluhan fisik (somatik). Keluhan tersebut antara lain: rasa

sakit pada otot-otot, pendengaran berdenging, berdebar debar, gangguan

pencernaan dan gangguan perkemihan (Hawari, 2011).

Page 14: RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI … · Okti Sri Purwanti, S. Kep., M. Kep., Ns., Sp.Kep. M.B ... ini adalah keluarga inti pasien yang sesuai kriteria yaitu keluarga inti pasien,

10

Berdasarkan konsep psikoneuroimunologi, pasien yang mengalami cemas

berkepanjangan menimbulkan efek pada hipotalamus melalui sel astrosit pada

cortical dan amigdala pada sistem limbic, yang memicu hipofisis dalam

menghasilkan CRF pada sel basofilik. Sel basofilik tersebut akan

mengekspresikan ACTH (adrenal corticotropic hormone) yang akhirnya dapat

mempengaruhi kelenjar kortek adrenal pada sel zona fasiculata, yang akan

menghasilkan cortisol yang bersifat immuno supressive. Apabila cemas yang

dialami pasien sangat tinggi, maka kelenjar adrenal akan menghasilkan cortisol

dalam jumlah banyak sehingga dapat menekan sistem imun (Nursalam, 2007).

Gangguan cemas merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik

terhadap setiap tuntutan atau beban. Cemas dapat muncul apabila seseorang

mengalami beban atau tugas berat dan orang tersebut tidak mampu menanggung

beban, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut,

sehingga orang tersebut dapat mengalami respon maladaptif fisiologis (Hidayat,

2011).

Kecemasan menimbulkan respon kognitif, psikomotor dan fisiologis, dan

untuk mengurangi perasaan tidak nyaman seseorang akan menggunakan

mekanisme pertahanan diri yaitu dengan adaptasi, seperti melakukan relaksasi

tubuh mulai dari jari kaki, kepala, bernafas dalam pelan dan teratur, memfokuskan

perhatian terhadap pemandangan indah dan sebagainya.

Respon maladaptif terhadap kecemasan dapat mengakibatkan sakit kepala,

sindrom nyeri dan gangguan imun (Baradero, Dayrit, & Maratning, 2016). Salah

satu faktor yang dapat menyebabkan keluarga pasien ICU mengalami cemas berat

adalah karena unit perawatan intensif menjadi tempat yang menantang bagi

anggota keluarga pasien, terutama jika salah satu dari anggota keluarga

mengalami peningkatan resiko untuk kematian, sakit kritis akut, pasien terbius,

beberapa tindakan yang komplek, meninggalkan pasien serta tidak dapat

berpartisipasi dalam perawatan. Akibatnya banyak anggota keluarga mengalami

gejala fisiologis dan psikologis selama pasien mendapat perawatan ICU (Puntillo,

McAdam, Fontaine, & White, 2012).

Page 15: RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI … · Okti Sri Purwanti, S. Kep., M. Kep., Ns., Sp.Kep. M.B ... ini adalah keluarga inti pasien yang sesuai kriteria yaitu keluarga inti pasien,

11

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa kecemasan berdasarkan respon

psikologis adaptif maladaptif menujukkan respon yang hampir sama antara respon

adaptif psikologis dan respon maladaptif psikologis. Hal ini menegaskan tidak

semua orang yang mengalami stresor psikososial akan menderita gangguan

cemas, tergantung sruktur kepribadian orang tersebut. Perkembangan kepribadian

dimulai sejak bayi sampai dengan 18 tahun dan tergantung dari pendidikan orang

tua (psiko-edukatif) dirumah, pendidikan di sekolah, pengaruh lingkungan

pergaulan sosial dan berbagai pengalaman (Hawari, 2011).

Individu dapat mengatasi kecemasan dengan menggerakan sumber koping

yang ada disekitar lingkungan, saling berinteraksi dengan sesama penunggu

diruang ICU, saling memberi dukungan moril, berbagi informasi dan saling

bekerja sama. Menurut (Stuart, 2013) menyebutkan bahwa dengan menggerakan

sumber koping dilingkungan yang dapat berupa ekonomi, dukungan sosial dan

dukungan keyakinan budaya dapat membantu individu mengintegrasikan

pengalaman serta strategi koping yang berhasil.

Berbagai hal dapat mempengaruhi seseorang sehingga menimbulkan

kecemasan dalam menunggui anggota keluarga yang mendapat perawatan di

ruang ICU. Pasien yang berada pada kondisi kritis dan kurang jelasnya prognosis

dapat menyebabkan reaksi ketakutan, kecemasan, kelelahan fisik mental,

keputusasaan dan frustasi pada anggota keluarga. Salah satu hal yang dapat

mengurangi kecemasan keluarga adalah dukungan, komunikasi dan informasi

yang memadai kepada anggota keluarga pasien sehingga memungkinkan mereka

lebih baik dalam mengatasi dan mendukung pasien. Anggota keluarga pasien

yang di rawat di ruang ICU juga menginginkan perawatan yang terbaik untuk

anggota kelurganya (Day, Bakry, Lubchansky, & Mehta, 2013). Hubungan yang

baik antara petugas kesehatan dengan klien terutama keluarga pasien sangat

dianjurkan dalam rangka menuju keterlibatan keluarga dalam perawatan yang

optimal.

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi antara dua

orang atau lebih, komunikasi interpersonal yang sehat memungkinan penyelesaian

masalah, berbagi ide, pengambilan keputusan dan perumbuhan personal sehingga

Page 16: RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI … · Okti Sri Purwanti, S. Kep., M. Kep., Ns., Sp.Kep. M.B ... ini adalah keluarga inti pasien yang sesuai kriteria yaitu keluarga inti pasien,

12

akan menjadi komunikasi terapeutik yang dapat mengurangi respon maladaptif

responden (Nugroho, 2009). Emosi negatif dapat mempengaruhi aktivitas

seseorang dan bahwa kemampuan meregulasi emosi dapat mengurangi emosi

negatif akibat berbagai pengalaman emosional serta meningkatkan kemampuan

untuk mengadapi ketidakpastian hidup, memvisualisasikan masa depan yang

positif dan dapat mempercepat mengambil keputusan, sehingga menumbuhkan

respon yang positif serta adaptif psikologis (Pahlevi, 2016).

Hasil kuesioner dari pertanyaan terbuka kepada responden terkait kondisi

fisiologis dan psikologis menunjukkan bahwa kecemasan dapat terjadi karena

fasilitas ruang tunggu yang kurang nyaman, tidak ada televisi sebagai hiburan dan

kurang mendapat informasi tentang keadaan keluarganya. Kondisi tersebut

memicu responden merasa tidak tenang, gelisah dan tidak nyaman. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Hawari (2011), yaitu keluhan yang sering dikemukakan oleh

orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain merasa tegang, tidak

tenang, gelisah dan mudah terkejut.

4. PENUTUP

4.1. Simpulan

4.1.1. Karakteristik personal keluarga pasien yang sedang menunggu anggota

keluarganya mendapat perawatan di ruang ICU mayoritas pada rentang

umur 17-25 tahun, berjenis kelamin perempuan, memiliki tingkat

pendidikan SMA dengan status pekerjaan wiraswasta.

4.1.2. Gambaran kecemasan keluarga pasien yang sedang menunggui

anggota keluarganya menunjukkan bahwa kecemasan berdasarkan

respon maladaptif fisiologis lebih besar dari pada respon adaptif

fisiologis.

4.1.3. Gambaran kecemasan keluarga pasien yang sedang menunggui

anggota keluarganya menunjukkan bahwa kecemasan berdasarkan

respon psikologis hampir sama antara respon adaptif dan maladaptif

psikologis.

Page 17: RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI … · Okti Sri Purwanti, S. Kep., M. Kep., Ns., Sp.Kep. M.B ... ini adalah keluarga inti pasien yang sesuai kriteria yaitu keluarga inti pasien,

13

4.2. Saran

4.2.1. Bagi pengembangan IPTEK

Pengembangan ilmu tentang keperawatan di ICU agar lebih

bermanfaat bagi dunia kesehatan, meningkatnya asuhan pelayanan

keperawatan yang dapat memberi rasa nyaman dan bermutu sehingga

kecemasan keluarga pasien dapat berkurang.

4.2.2. Bagi Institusi Pendidikan

Memanfaatkan hasil penelitian sebagai sumber referensi agar dapat

dikembangkan lagi kaitannya dengan kecemasan.

4.2.3. Bagi peneliti lain

Pada peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian dengan

menambah variabel dan menghubungan variabel dengan kecemasan

sehingga diketahui faktor penyebab kecemasan responden.

PERSANTUNAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada orangtua saya yang saya hormati,

terima kasih atas doa, kasih sayangnya dan bantuan dorongan baik berupa moral

maupun material, keluarga kecilku tercinta terima kasih pengertiannya dan

dukungannya, sehingga penelitian ini dapat selesai dengan baik, teman-teman

mahasiswa keperawatan yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual

kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini dan semua pihak yang tidak

dapat saya sebutkan satu-persatu.

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2012). Keperawatan Keluarga (Pertama.). Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Bailey, J. J., Sabbagh, M., Loiselle, C. G., Boileau, J., & McVey, L. (2010).

Supporting families in the ICU: A descriptive correlational study of

informational support, anxiety, and satisfaction with care. Intensive and

Critical Care Nursing, 26(2), 114–122. doi:10.1016/j.iccn.2009.12.006

Baradero, M., Dayrit, M., & Maratning, A. (2016). Seri Asuhan Keperawatan

Kesehatan Mental Psikiatri. (A. Linda, Ed.). Jakarta: EGC.

Page 18: RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI … · Okti Sri Purwanti, S. Kep., M. Kep., Ns., Sp.Kep. M.B ... ini adalah keluarga inti pasien yang sesuai kriteria yaitu keluarga inti pasien,

14

Day, A., Bakry, S. H., Lubchansky, S., & Mehta, S. (2013). Sleep, Anxiety and

Fatique in Family Mambers of Patients Admitted to the Intensive Care Unit:

a Questionnair Study. Biomed Central. Critical Care 2013.

Dirjen Bina Upaya Kesehatan. (2011). Petunjuk Teknis Penyelenggaraan

Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit, 53. Retrieved from

http://perdici.org/pedoman-icu/

Fumis, R. R. L., Ranzani, O. T., Martins, P. S., & Schettino, G. (2015). Emotional

disorders in pairs of patients and their family members during and after ICU

stay. PLoS ONE, (1), 1–12. doi:10.1371/journal.pone.0115332

Halgin, & Whitbourne. (2010). Psikologi Abnormal Perspektif Klinis Pada

Gangguan Psikologis (6th ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Hariyono, W. (2012). Hubungan Antara Beban Kerja, Stres Kerja, 25–36.

Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. (S. Riyadi, Ed.) (Pertama.).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hawari, D. (2011). Manajemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI.

Hidayat, A. (2011). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

Maglaya. (2009). Family Health Nursing: The Proses. Philipina: Argonauta

Corpotaion: Nangka Marikina.

Muhlisin, A. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Nugroho, A. W. (2009). Komunikasi interpersonal antara perawat dan pasien.

Nursalam. (2007). Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi hiv. Jakarta:

Salemba Medika.

Pahlevi, J. R. (2016). Pengaruh pelatihan ketrampilan regulasi emosi untuk

meningkatkan kemampuan.

Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Pratiwi. (2011). Keperawatan Transkultural (Pertama.). Yogyakarta: Gosyen

Publishing.

Pratiwi, & Dewi. (2016). Reality Orientation Model For Mental Disorder Patients

Who Experienced Auditory Hallucinations. INJEC, 1, 87.

Puntillo, McAdam, Fontaine, & White. (2012). Psychological Symptoms Of

Page 19: RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER SOERADJI … · Okti Sri Purwanti, S. Kep., M. Kep., Ns., Sp.Kep. M.B ... ini adalah keluarga inti pasien yang sesuai kriteria yaitu keluarga inti pasien,

15

Family Members Of High-Risk Intensive Care Unit Patiens. American

Journal of Critical Care., 21, 386–394. doi:(American Journal of Critical

Care.

Raharjo. (2015). Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Stroke yang Dirawat

Diruang ICU Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

Ronald, & Sara. (2010). Impact of Chronic Critical Illness on the Psychological

Outcomes of Family Members. AACN Adv Crit Care, 21(1), 80–91.

doi:10.1097/NCI.0b013e3181c930a3.Impact

Sahrah, A. (2012). Organizational Citizenship Behavior Ditinjau Dari Kepuasan

Kerja Dan Jenis Kelamin Para Perawat Rumah Sakit.

Smith, C. D. iSabatino, & Custard, K. (2014). The experience of family members

of ICU patients who require extensive monitoring: a qualitative study.

Critical Care Nursing Clinics of North America, 26(3), 377–388.

doi:10.1016/j.ccell.2014.04.004

Stuart, G. W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Sukriswati, I. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup

Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di RSUD

Moewardi Surakarta. Skipsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Yanti, R. (2013). Hubungan Karakteristik Perawat, Motivasi, Dan Supervisi

Dengan Kualitas Dokumentasi Proses Asuhan Keperawatan, 1, 107–114.

Yunitasari, L. N. (2012). Hubungan Beberapa Faktor Demografi dengan Tingkat

Kecemasan Pasien Pasca Diagnosis Kanker di RSUP Dr. Kariadi Semarang,

1(2), 127–129.

Yusuf, A., Fitryasari, R. P., & Nihayati, H. E. (2014). Buku Ajar Keperawatan

Kesehatan Jiwa. (F. Ganiajri, Ed.). Jakarta: Salemba Medika.