Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2
-
Upload
wahyu-rianda -
Category
Documents
-
view
528 -
download
5
Transcript of Rumah Limas Arsitektur Tradisional Palembang2
RUMAH LIMAS ARSITEKTUR TRADISIONAL
PALEMBANG
A. ARSITEKTURAL
1. Sejarah perkembangan arsitektur palembang
Zaman PraSejarah
Warisan kebudayaan di kota palembang pada zaman prasejarah berupa patung-patung
primitive, yang merupakan bagian dari kebudayaan megalitikum.
Pada masa kerajaan Sriwijaya
Peradaban itu terwujud dalam bentuk kompleks candi bumiayu, situs air karang anyar,
patung budha, prasasti dan rumah rakit.
Pada masa pengaruh Cina dan Majapahit
Sudah mulai muncul rumah rakit dan rumah limas. Rumah rakit biasa dihuni oleh
masyarakat sedang rumah limas oleh para kaum elite.
Pada masa Keraton Jawa – Palembang
Pada masa ini banyak kebudayaan Jawa yang mempengaruhi masyarakst palembang.
Pengaruhnya antara lain bahasa (pawon, amben) dan arsitektur rumah ( Soko Guru /empat
tiang utama)
Pada masa Kesultanan Palembang.
Agama yang kuat pengaruhnya pada masa kesultanan palembang adalah agama islam.
Maka dari itu, banyak peninggalan-peninggalan yang cenderung berhubungan dengan budaya
islam, misalnya mesjid agung.
Rumah Limas memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
Atap berbentuk limas (piramida terpenggal)
Berdinding papan
Lantainya bertingkat – tingkat (kijing)
Memiliki ornament dan ukiran pada tiang, dinding dan plafonnya yang mencirikan
identitas budaya palembang.
Atap, dinding dan lantai bertopang di atas tiang –tiang yang tertanam di tanah
Pengetahuan tentang arsitektur rumah limas ditransmisikan secara turun temurun dari
generasi terdahulu kepada generasi berikutnya. Oleh karena itu, bentuk dan komposisi dari
bangunan tersebut cenderung sama. Namun demikian, kondisi lingkungan yang berubah,
kebutuhan manusia yang semakin kompleks, dan khususnya, perubahan pola pikir manusia
pada akhirnya menyebabkan arsitektur rumah limas banyak mengalami perubahan.
Disamping itu, sulitnya bahan baku kayu karena jumlah hutan semakin sedikit menyebabkan
harga kayu menjadi sangat mahal dan kebutuhan terhadap runag yang semakin banyak karena
semakin banyak jumlah manusia mengharuskan adanya reinterpretasi terhadap rumah limas.
2. Bahan dan tenaga
A. Bahan-bahan
rumah tradisional limas sebagian besar terbuat dari kayu. Jenis kayu yang digunakan
dalam pembuatan rumah limas adalah jenis kayu bermutu baik, misalnya: sebagai
bahan tiang digunakan jenis petanang, unglen besi dan tembesu; dan untuk lantai dan
dinding menggunakan kayu merawan.
belah buluh. Belah buluh adalah bambu yang dibelah dua. Bahan ini digunakan untuk
membuat atap rumah.
genteng. Selain belah buluh, genteng juga seringkali digunakan sebagai atap.
B. Tenaga
Membangun rumah bukan pekerjaan mudah, tetapi pekerjaan besar yang
membutuhkan tenaga khusus untuk menanganinya. Adapun tenga untuk membangun
rumah adalah sebagai berikut:
tenaga perancang.
Pengetahuan tentang arsitektur rumah limas, biasanya diwariskan dari generasi
tua ke generasi berikutnya. Hanya saja, biasanya, tidak semua orang mempunyai
kemampuan untuk merancang bangunan rumah limas. Oleh karena itu, biasanya orang
yang akan membangun rumah bertanya dulu kepada orang tua bagaimana rancangan
rumah yang cocok dan baik untuk mereka.
tenaga ahli.
Setelah mendapatkan informasi dari tenga perancang, orang yang hendak
membangun rumah langsung menghubungi tenga ahli.
tenaga umum.
Walaupun otoritas untuk mendirikan dan menyelesaikan bangunan rumah
kimas ada pada tenaga ahli dan anak buahnya; ada bagian tertentu yang harus
melibatkan tenga umum, misalnya dalam penggalian tanah dan pemasangan atap.
Tenaga umum ini biasanya tediri dari para tetangga dan kaum kerabat.
3. Waktu dan pemilihan tempat
Agar rumah dapat memberikan rasa nyaman kepada penghuninya, maka hal lain yang
harus dipertimbangkan, selain bahan-bahan dan tenga pembuatnya, adalah waktu dan tempat
pendiriannya.
Masyarakat palembang meyakini bahwa waktu yang terbaik untuk membangun rumah
tempat tinggal adalah hari senin. Hari senin dianggap sebagai hari yang paling baik karena
pada hari tersebut rasulullah Muhammad dilahirkan. Sedangkan tempat yang paling baik
untuk mendirikan rumah adalah berada di sekitar sungai. Tujuannya adalah agar bagian
belakang rumah dapat berbatasan langsung dengan sungai. Di samping itu, rumah limas
selalu diusahakan agar menghadap ke arah timur.
4. Tahapan pembangunan rumah limas
A. Persiapan
1) musyawarah
1. Suami-istri terlebih dahulu bermuyawarah tenteng keinginan mereka membangun
rumah.
2. Apabila antar suami dan istri telah mencapai kata sepakat, mereka mengadakan
upacara mendirikan rumah. Untuk mengadakan upacara ini, tuan rumah biasnya
menyembelih hewan baik yang berkaki dua seperti ayam ataupun berkaki empat
seperti kambing. Upacara ini biasanya diadakan pada malam jum'at.
3. Setelah pelaksanaan upacara siap, mereka mengundang para keluarga dekat dan
tetangga sekitar (jiron)
4. Setelah semua undangan hadir (atau sudah dianggap cukup), upacara dimulai dengan
penyampaian tujuan upacara dan dilanjutkan dengan pembacaan doa-doa.
5. Setelah upacara selesai, dilanjutkan musyawarah berkaitan dengan rencana pendirian
rumah, diantaranya tentang tempat, waktu pendirian, pengadaan bahan dan penentuan
tukangnya. Selain itu, forum musyawarah ini juga berguna untuk mencari solusi jika
orang yang hendak mendirikan rumah mengalami kesulitan.
6. Setelah itu acara dilanjutkan dengan makan bersama.
2) pengadaan bahan
1. Setelah mendapatkan masukan dari para keluarga, walaupun terkadang orang yang
punya hajat telah mempersiapkan bahan-banhan yang diperlukan sebelum
mengadakan musyawarah, mereka mulai mengumpulkan bahan-bahan yang
dibutuhkan, misalnya kayu, denga cara memesan kepada pedagang kayu ataupun
mencari sendiri ke hutan.
2. jika bahan rumah harus dipesan kepada pedagang kayu, maka kayu yang hendak
dipesan disesuaikan dengan kegunaannya (kebutuhannya). Misalnya untuk cagak atau
tiang dipesan sesuai dengan ketinggian rumah yang akan didirikan.
3. Setelah terkumpul, bahan-bahan tersebut direndam dalam air yang mengalir sekitar
tiga sampai enam bulan, bahkan ada yang hampir satu tahun. Khusus bahan-bahan
untuk membuat galar, dinding dan rangka jendela dan pintu dikumpulkan dalam
tempat yang terlindung, bangsal. Tujuannya adalah agar bahan-bahan trsebut dalam
kondisi kering saat digunakan. Setelah itu mempersiapkan atap rumah. Untuk atap
digunakan belah buluh, bambu yang dibelah dua.
B. Tahap pembangunan
Setelah semua bahan terkumpul, maka, sesuai dengan hari yang telah
ditentukan, proses pembuatan rumah dapat segera dimulai. Tahap-tahap pembangunan
rumah limas dapat diabgi ke dalam tiga bagian, yaitu: pembangunan bagian bawah,
bagian tengah, dan bagian atas.
1) bagian bawah
1. Sebelum pembangunan rumah dilangsungkan, terlebih dahulu diadakan upacara
pendirian cagak. Upacara ini ditandai dengan penyembelihan hewan berkaki empat,
seperti kambing dan sapi.
2. Setelah mengadakan upacara, dilanjutkan dengan penggalian tanah untuk mendirikan
tiang.
3. Sebelum tiang dipancangkan, tiang tersebut diberi puting, tempat memasukkan
tapakan ke dalam tanah. Tiang yang pertama kali dipancangkan adalah tiang tengah,
kemudian diikuti dengan tiang-tiang lainnya.
4. Setelah semua tiang didirikan kemudian mengerjakan siping, memahat tiang atau
membuat lobang untuk memaukkan kitau.
5. Setelah seping selesai dibuat, kitau diangkat dan dimasukkan ke lobang seping.
6. jika kitau sudah terpasang dengan sempurna, maka lubang tanah tempat pendirian
cagak ditimbun dengan tanah.
7. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan belandar yaitu pemasangan balok kayu
yang dipasang melintang di atas kitau dengan jarak antar belandar sekitar 40 cm
sampai 60 cm. Celah di antara belandar tersebut, nantinya, dipasang galar.
2) bagian tengah
Setelah bagian bawah selesai dibuat, maka dilanjutkan dengan pembangunan
bagian tengah rumah limas. Biasanya, ketika pengerjaan bagian bawah rumah limas
dikerjakan, bahan-bahan untuk rumah limas bagian tengah juga dipersiapkan,mulai
dari papan untuk lantai, dinding, daun pintu, jendela dan kebutuhan lainnya.
Pengerjaan bagian tengah merupakan pekerjaan inti pembangunan rumah
limas. Pemasangan dinding didahulukan, baru kemudian pemsangan galar, papan
untuk dinding, langit-langit dan lantai setelah disugu atau diketam agar permukaannya
halus. Secara sederhana, proses pembangunan rumah limas bagian tengah adalah
sebagai berikut:
1. Pemasangan sako, yaitu tempat melekatkan dinding. Sako-sako tersebut biasanya
dipasang pada sudut-sudut bangunan dan batas undakan (kekijing). Sako yang
dipasang pada sisi rumah dihubungkan dengan sento-sento. Pada sento-sento inilah
nantinya dinding rumah dipasang.
2. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan sako di atas undakan (kekijing) bagian
dalam. Keberadaan sako tersebut bukan untuk melekatkan dinding, tetapi sebagai
bahan penyangga alang ata. Biasnya sako yang ada di dalam rumah dibuat seindah
mungkin, diberi hiasan.
3. Dilanjutkan pemsangan jenang untuk tempat pintu kamar dan dapur, dan juga bisa
dimulai pemasangan rangka jendela. Diatas jenang biasanya diberi ram, sebagai
ventilasi udara.
4. Setelah proses persiapan bagian dalam selesai, barulah bagian-bagian penunjang
seperti lantai, dinding, pintu, jendela, dan lain sebagainya dipasang. Karena sebagian
besar kayu yang digunakan baru saja direndam dan kemungkinan besar belum benar-
benar kering, kecuali bahan-bahan untuk pintu dan jendela yang sejak awal telah
dikeringkan, pemasangan bagian-bagian tersebut tidak langsung secara sempurna,
artinya dipasang dengan masih mempertimbangkan jika bagian tersebut ukurannya
berubah karena mengalami penyusutan.
3) bagian atas
Adakalanya pengerjaan bagian atas rumah limas dikerjakan lebih dulu dari
rumah limas bagian tengah. Hal tersebut dimaksudkan agar bahan-bahanpada bagian
tengah, seperti dinding dan lantai, terlindung dari hujan dan panas. Pekerjaan bagian
atas rumah limas terdiri dari pemasangan alang panjang, pengerap atau pelintang,
kuda-kuda alang sunan atau tunjuk langit, kasau, tumbukan kasau, reng dan
pemasangan atap.
Adapun proses pengerjaannya adalah sebagai berikut:
1. Membuat lubang pada alang panjang untuk memasukkan puting-puting baik yang
ada di sako ataupun pada jenang.
2. Setelah itu, dilanjutkan pemasangan pengerap atau pelintang di atad palang panjang.
3. Dilanjutkan dengan pemasangan kuda-kuda.
4. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan tunjuk langit. Pada tunjuk langit ini
biasanya digantungkan beberapa benda seperti: kendi dari tanah liat, setandan pisang
emas, beberapa butir kelapa, sebatang tebu, beberapa keping opak-ketan (sejenis
lempeng atau kempelang), dan selembar kain panjang sebgai umbul-umbul.
5. Bagian tengah rangka kap dipasang balok (rambatan tikus) agar kap tersebut lebih
kuat.
6. Dilanjutkan pemasangan kasau di atas rambatan tikus dan alang panjang. Jumlah
kasau yang dipasang disesuaikan dengan hitungan: kasau-langkau-penurun-bangkai
dan kembali lagi pada hitungan kasau. Jumlah paling baik adalah ketika hitungan
berhenti pada kata kasau.
7. Setelah semua kasau terpasang, maka ujung-ujungnya dipotong rata lalu ditutup
dengan sekeping papan yang disebut tumbukan kasau.
8. Kemudian pemasangan reng-reng diatas kasau. Reng-reng tersebut berfungsi sebagai
penahan dan tempat memsang atap.
9. Setelah semua reng-reng terpasang, dimulailah dengan pemasangan atapnya. Atap
rumah limas biasanya menggunakan belah buluh walaupun ada juga yang
menggunakan genteng. Namun sebelum memasang atap rumah, terlebih dahulu
mengadakan upacara naik atap.
10. Setelah atap terpasang, dilanjutkan dengan pemasangan simbar pada ujung pertemuan
atap dengan alang sunan dan sisi tegak bentuk limas.
11. Setelah bagian atap selesai dikerjakan, proses selanjutnya adalah pembuatan langit-
langit ruangan.
12. Setelah langit-langit ruangan selesai dibuat, maka ruma sudah siap untuk ditempati.
Namun sebelum ditempati, terlebih dahulu diadakan upacara nunggu rumah. Tujuan
upacara ini adalah agar yang menempati rumah tersebut mendapat kelematan dan
kemurahan rezeki.
5. Bagian-bagian rumah limas
Rumah limas adlaah rumah panggung yang lantainya berundak (kekijing) dan atapnya
berbentuk limas. Bagian depan rumah limas, pada sisi kanan dan kirinya, terdapat dua buah
tangga yang jumlah anak tangganya selalu berjumlah ganjil. Di sebelah tangga tersebut,
terdapat sebuah tempayan atau gentong berisi air untuk mencuci kaki. Tangga-tangga tersebut
langsung menuju pintu masuk rumah. Namun jika di rumah tersbut terdapat jogan, sejenis
beranda, maka tangga tidak langsung menuju pintu masuk rumah tetapi langsunng ke jogan.
Jogan berfungsi sebagai penghubung dengan pintu rumah dan sebagai tempat istirahat pada
siang dan malam hari. Di samping itu jogan dipergunakan utnuk menyimpan peralatna,
tempat upacara untuk anak-anak, dan sebagi tempat untuk menyaksikan jika di dalam rumah
terdapat kegiatan, khususnya acara kesenian.
Untuk sampai ke ruangan tengah, pada rumah limas terdapat beberapa undakan
(kekijing) yang pada sisi kanan dan kirinya terdapat sebuah jendela. Di antara kekijing
tersebut terdapat beberapa penyekat seperti dinding yang dapat diangkat. Dinding pada
kekijing yang dapat diangkat disebut kiyam. Khusus untuk kiyam yang selalu dibuka, kiyam
yang digunakan berukuran kecil. Namun perlu diketahui bahwa, penyekat antar kekijing
hanya terdapat pada kekijing pertama dan kekijing kedua saja sedangkan undakan berikutnya
tidak. Tinggi lantai antar kekijing sekitar 30 cm sampai 40 cm. Pada hari-hari biasa, kekijing
terakhir dipergunakan sebagai tempat tidur dan menyimpan barang-barang. Jika yang punya
rumah mempunyai anak gadis yang sudah dewasa, maka kamar tersebut disebut kamar gadis.
Jika anak tersebut kemudian menikah, maka kamar itu dijadikan kamar pengantin.
Namun jika ada pelaksanaan upcara, maka kekijing mempunyai fungsi lain. Kekijing
pertama dipergunakan oleh kaum kerabat dan para undangan yang muda-muda. Kekijing
kedua ditempati oleh para undangan setengah baya. Sedangkan kekijing ketiga dan keempat
ditempati oleh para orang tua dan orang - orang yang dihormati.
Bagian belaknag dari ruma limas adalah dapur yang lantainya lebih rendah dari lantai
rumah sekitar 30 cm sampai 40 cm. Namunada juga dapur yang dibuat terpisah dari
bangunan rumah. Jika dapur merupakan bangunan tersendiri, maka untuk masuk ke dapur
harus menggunakan tangga. Ruangan ini berfungsi sebagai tempat mempersiapkan dan
menyimpan bahan-bahan untuk memasak. Di dapur terdapat tungku dari batu-batu yang
diletakkan di atas lantai yang diberi lapisan tanah setebal 15 cm sampai 20 cm, alat-alat
memasak, tempat mencuci peralatan yang kotor, dan sebagainya.
6. Bentuk dan Fungsi Ruang
Rumah tradisonal Limas mengandung nilai budaya dan historis. Hal ini dapat dilihat
dari bentuk arasitektur dan ragam hias yang erta kaitannya dengan system kepercayaan,
keperluan social, lingkungan, dan cara hidup masyarakatnya. Bangunan dengan arsitektur
tradisional selain sebagai tempat tinggal juga digunakan untuk berbagai upacara
adat. Rumah Limas terdiri dari beberapa ruangan. Lantai rumah limas bertingkat-tingkat
dinamakan Bengkilas. Keekeejeeng (baca : kekijing) adalah penamaan yang diberikan pada
satu papan tebal yang memisahkan antara satu lantai dengan lantai lainnya. Papan tersebut
harus dibuat dari satu papan lurus dan tidak boleh disambung. Rumah tradisional Limas
Palembang paling sedikit mempunyai satu bengkilas dan paling banyak lima bengkilas.
Dalam ruangan ini para tamu didudukkan oleh tuan rumah menurut adat serta martabat
masing-masing artinya bila yang dituakan akan didudukkan pada bengkilas paling atas.
Berikut adalah ruangan-ruangan yang ada di dalam Rumah Limas :
KIJING
PAGAR TENGGALONG
a) Ruangan paling depan, tepatnya lazim disebut Pagar Tenggalong. Pada ruang bagian
depan ini biasanya digunakan sebagai ruang tamu atau ruangan tunggu yang disebut
dengan Pamarekan, dan tingkatan lantainya dinamakan sebagai kijing pertama.
sedangkan untuk lantai disebut Bengkilas.
LAWANG KERENG/CIAM
b) Dari uraian di atas akan ditemui bagian-bagian lain yang merupakan ciri khas Rumah
Limas. Bagian depan tampak sebuah pintu yang disebut Lawang Kereng yaitu jalan
masuk ke ruang dalam. Pintu tersebut dapat diangkat, oleh karena itu disebut pintu
kipasatau lawang ciam. Bila diperhatikan ciam tersebut terbagi-bagi seperti jendela
yang dibagi-bagi oleh 9 tiang berukuran 20 m. Ciam tersebut cukup berat jika
diangkat ke atas, karena selain digunakan sebagai pintu juga berfungsi sebagai
plafond. Untuk hari-hari biasa artinya bukan hari raya atau sedang dilaksanakan
kegiatan upacara-upacara, pada dinding terdapat satu pintu berukuran normal
disebut lawang burotan.
JOGAN
c) Pada lantai Bengkilas kedua terdapat ruangan yang disebut jogan, daerah ini ada yang
mempunyai dinding lengkap akan tetapi ada pula yang hanya mempunyai dinding dua
bagian yaitu bagian belakang dan bagian samping. Untuk Jogan yang mempunyai dua
bagian, berfungsi sebagai kamar tidur keluarga (anak laki-laki) dan sebagai kamar
tidur tamu. Jogan terletak pada bagian serambi depan, di sisi kanan dan kiri.
AMBEN PENGANTEN
d) Di ruangan berikutnya terdapat amben, tepatnya terdapat di ruangan keluarga. Jika di
dalam ruangan terdapat sebuah amben maka di hadapannya terdapat beeleek
jerooyang digunakan sebagai kamar tidur. Beeleek jeroo ini juga digunakan sebagai
kamar tidur untuk pengantin. Ruangan tersebut dilengkapi dengan berbagai hiasan
sebagai pelengkap upacara yang disebut pleeseer, yang dipasangkan pada bagian atas
dinding sebelah dalam amben. Di bawah ruangan amben digantungkan gegembong
dalam jumlah banyak. Demikian juga pada dinding sebelah dalam dipasangkan
langsee, yaitu lembar kain panjang dan lebarnya sekitar 250 x 300 cm dengan motif
bunga atau daun. Beberapa lembar langsee tersebut dipergunakan sebagai beber yang
diletakkan pada sekeliling tempat tidur pengantin tersebut.
e) Ruangan berikutnya yaitu sebelah amben bagian belakang terdapat pangkeeng yaitu
kamar tidur yang lebih kecil ukurannya dari beeleek jeroo yang dipergunakan sebagai
kamar tidur remaja putri.Pangkeng ini terletak pada serambi belakang dan
bersebelahan dengan garang.
f) Ruangan dalam teratas bengkilas disebutPedalon, ditopang oleh tiang-tiang mulai dari
atap terus sampai ke tanah. Konon tiang-tiang tersebut tidak boleh disambung karena
ruang tersebut juga merupakan tempat utama apabila berlangsung upacara adat. Pada
dinding pedalon kiri dan kanan dilengkapi dengan lemari yang disebut gerobok leket
atau gerobok senyawo. Lemari tersebut pada bagian atas atau dari tas sampai ke
bawah diberi kaca tembus pandang. Pada bagian bawah diberi ukiran dengan motif
peradoo (kuning emas).
g) Melalui pintu belakang ruangan Pedalon sebuah rumah limas akan ditemukan
bangunan belakang (Buri) yang disebut ruang makan (Garang). Garang ini juga
berfungsi sebagai pawon atau dapur. Pada umumnya panjang dapur tersebut sama
dengan lebar rumah, lantainya lebih rendah sekitar 30-40 cm. Satu hal yang tidak
ditemukan adalah kamar mandi, karena pada masa lalu masyarakat umumnya
memanfaatkan sungai sebagai sarana tersebut.
Pada serambi belakang rumah limas melewati pintu garang, terdapat sebuah jembatan yang berfungsi sebagai penghubung antara rumah limas yang satu ke rumah limas yang lain. Jembatan ini terdapat atap dan railing di sisi kanan dan kiri.jembatan ini dinamakan doorloop.
7. Ragam hias
Salah satu ciri yang sangat mencolok dari rumah limas adalah hiasan-hiasannya.
Bentuk-bentuk hiasannya dalam rumah limas ada tiga macam, yaitu hiasan berbentuk flora,
hiasan berbentuk fauna, dan hiasan tenteng alam. Namun yang paling banyak digunakan
adalah hiasan berbentuk flora (tumbuh-tumbuhan).
Ada banyak gambar jenis tumbuhan yang sering dijadikan hiasan, khusunya daun dan
kembang. Pemilihan jenis tumbuhan yang akan digambarkan disesuaikan dengan tujuan
pembuatannya. Hiasan berbentuk kembang tanjung, misalnya, digunakan untuk
mengucapkan selamat datang. Karena tujuannya seperti itu, maka hiasan kembang tanjung
biasanya diletakkan di atas pintu. Adapun warna yang paling banyak digunakan untuk hiasan
rumah limas adalah warna merah hati ayam dan warna kuning keemasan.
8. Nilai-Nilai
Pendirian rumah liams berbentuk panggung merefleksikan beragam nilai yang hidup
dalam masyarakat palembang, diantaranya nilai budaya, religius dan sosial. Nilai-nilai
tersebut merupakan pengejawantahan dari kearifan lokan masyarakat. Kearifan lokal
merupakan pengetahuan masyarakat yang didapat dari membaca dan memahami fenomena
alam dan sosial di daerah setempat.
Nilai budaya dalam pendirian rumah limas dapat dilihat pada arsitekturnya yang
berbentuk rumah panggung dan terbuat dari kayu. Bentuk rumah panggung dengan bahan-
bahan kayu, nampaknya, sebagai penyikapan terhadap kondisi tanahnya yang berupa rawa-
rawa sehingga selalu basah dan suhu udara yang panas. Dengan kondisi tanah yang basah
dan lingkungan yang panas maka desain rumah berbentuk panggung merupakan suatu
pemecahan yang tepat. Lantai yang tidak berada langsung di atas tanah memungkinkan
bangunan tidak akan terendam ketika hujan atau air pasang sedang naik. Suhu lingkungan
yang panas juga dapat diminimalisir dengan bentuk rumah yang cukup tinggi. Nilai budaya
juga dapat dilihat dari penyiapan bahan untuk membangun rumah. Kayu yang akan
digunakan dipilih yang mempunyai kualitas baik dan kemudian direndam dalam air yang
mengalir sehingga kayu tersebut akan menjadi kuat.
Pemilihan lokasi di pinggir sungai nampaknya dipilih berdasarkan alsan kebersihan.
Jika berdekatan dengan dengan sungai maka sampah-sampah dapat segera dibuang ke sungai.
Alasan kebersihan juga dapaat dilihat dari perletakan gentong air di sebelah tangga masuk
rumah. Arah rumah yang diusahakan menghadap ke arah timur dengan jumlah ventilasi udara
yang cukup banyak berkaitan dengan pertimbangan kesehatan, yaitu agar rumah menerima
sinar matahari yang cukup banayak pada pagi hari dan sirkulasi udaranya lancar. Penggunaan
gambar tumbuh-tumbuhan dengan menggunakan warna cerah menunjukkan pentingnya
kesehatan lingkungan.
Nilai religius dalam pendirian rumah limas dapat dilihat dalam pemilihan hari senin
sebagai hari untuk memualai pembangunannya. Nilai ini juga dapat dilihat dalam ritual-ritual
yang diadakan baik ketika mempersiapkan pembangunan, pelaksanaan pembangunan ataupun
ketika bangunan telah selesai dan hendak di tempati. Pelaksanaan ritual tersebut sangat
berkaitan dengan keyakinan. Nilai religius juga dapat dilihat pada jumlah anak tangga yang
selalu dalam hitungan ganjil. Mereka meyakini bahwa jumlah ganjil akan membawa
keberkahan bagi yang menempatinya, dan apabila berjumlah genap maka keluarga yang
menempati akan mengalami banyak kesulitan.
Nilai sosial dalam rumah limas dapat dilihat pada keberadaan kekijing atau tingkatan
teras rumah. Setiap kijing atau undakan menjadi simbol perbedaan garis keturunan asli
masyarakat palembang. Kijing (undakan) pertama merupakan teras paling rendah, merupakan
tempat berkumpulnya golongan kemas (Kms). Sedangkan kijing kedua, lebih tinggi dari
kijing pertama merupakan tempat berkumpulnya golongan para kiagus (Kgs) dan massagus
(Mgs). Dan kijing ketiga merupakan tempat untuk golongan raden dan keluarganya. Nuansa
sosial dalam rumah limas juga dapat dilihat dalam perayaan upacara. Tempat para undangan
ditentukan oleh status sosial mereka, misalnya golongan pemuda berkumpul di kijing
pertama, setangah baya berkumpul di kijing kedua, dan para orang tua seta yang dihormati
lainnya berkumpulnya dikijing ketiga, sedangkan para kaum ibu berkumpulnya di bagian
belakang.
9. Beberapa contoh & Foto bagian ruangan Rumah limas
Rumah Tradisonal Limas H. Hasyim Ning, di Kelurahan 23 Ilir
Rumah Limas di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta
Rumah Limas Haji Bayumi Wahab dekat Yayasan IBA
Rumah Limas di Jalan Demang Lebar Daun
Rumah Limas Haji Abdul Razak (HAR) Jalan Jend. Sudirman
Rumah Limas di Museum Balaputradewa KM. 6 Palembang
Rumah limas Hasyim Ning di Jalan sekanak, 27 Ilir
Rumah limas Riamizad Riacudu di Desa Tanjung Sejaroh
tampak luar
kekijing, depan
gegajah, amben
ornamen, aksesoris
ruang keluarga
pawon, dapur, belakang
B. STRUKTURAL
1. Denah dan pembagian ruang
Rumah limas memiliki denah memanjang kebelakang, kebanyakan luasnya mencapai
400-1000 m2
Ruang depan :
Beberapa soko damas
Pagar tenggalong
Peranginan atau beranda. (Terdapat dua buah tangga)
”jogan” berfungsi sebagai tempat para pemuda. Perbatasan antara jogan dan kijing 3
terdapat ”lawang kyam/kyam-kyam/lawang kipas” karena bentuknya seperti kipas
lipat. fungsinya sebagai penyekat/dinding penuh tegak. Jika dibuka dinding itu akan
menempel hingga langit-langit,untuk menopangnya digunakan kunci/pegas.
Ruang tengah :
Pada setiap kekijing dilengkapi dua buah jendela (kanan-kirinya).
Kekijing 3 (bengkilas bawah) digunakan untuk para pejabat
Kekijing 4 (bengkilas pucuk) digunakan untuk tempat para datuk maharaja
Gegajah sebagai balairung/amben/balai musyawarah ruang ini merupakan pusat
rumah limas berada pada lantai teratas dan berkedudukan paling terhormat. Dan tepat
berada di bawah atap limas yang ditopang alang sunan dan soko sunan.
Di ruang gegajah terdapat :
Ruang pengkeng
Terletak di kanan-kiri ruang gegajah.
Pintu pengkeng di tambah papan penghalang setinggi ±60cm.
Ruang tertutup di kelilingi 4 dinding yang berfungsi sebagai kamar tidur keluarga atau
ruang pengantin, sehingga disebut pengkeng pengantin.
Amben tetuo
Digunakan sebagai tempat pemilik rumah menerima tamu kehormatan seperti besan
dan tempat pelamin pengantin pada saat upacara perkawinan.
Amben keluargo
Berfungsi sebagai ruang keluarga, karena dalam satu rumah dapat dihuni beberapa
keluarga inti.
Ruang pawon/service:
Terdapat ruang tansisisi (garang)
Ruang dapur yang berfungsi untuk kegiatan service. Ruang pawon ini memiliki
ketinggian lantai yang lebih rendah dari ruang gegajah.
2. PONDASI
Material pondasi ini adalah kayu unglen. Jenis kayu yang tahan air bahkan makin kuat
jika terkena air. Pondasi rumah disesuaikan dengan kondisi alam yang berawa. Teknisnya
menyerupai teknik “cakar ayam”.
Tiang “Cagak” berdiri di atas landasan papan tebal yang disebut ”Tapak-an cagak”.
Sedangkan tapak-an cagak yang saling menyilang dengan balok disebut “Botek-an”
Dengan system ujung lobang bernama “puting” dan “lobang puting”
3. KOLOM
Dibagi 2, yaitu:
Soko Guru / Soko Sunan
Berukiran tinta kuning emas
Berdiameter 40-60 cm
Berbentuk bulat
Soko Damas
Berukiran transparan
Berbentuk bujur sangkar
Ukiran bermotif pucuk rebung (keagungan) dan bunga tanjung (kebesaran) di bagian
bawah
Bermotif kuncup dan kelopak bunga melati (sopan santun) di bagian atas
4. ATAP
Atap berbentuk limas
Kemiringan atap utama 600 dan kemiringan atap depan100-200
Konstruksi : kayu seru
Penutup atap berupa genteng Bela Boulo/genteng Palembang
Terdapat Simbar di tengah bubungan dan Tanduk Kambing di kiri – kanannya
SIMBAR (tanduk menjangan atau cerum coronarium) sebagai:
tumbuhan pelopor
hidup di pohon tinggi tinggi.
Sifat ini dianalogikan dengan masyarakat palemabang yang mandiri.
TANDUK KAMBING
Pada atap rumah terdapat hiasan “tanduk kambing”atau disebut juga “daun pandan”,
jumlah tanduk menunjukkan tingkat sosial pemilik rumah.
5. LANTAI dan DINDING
System Sambungan Lantai dan Dinding
Untuk lantai dan dinding digunakan system sambungan yang sama, dengan istilah
“system lanang betino” sesuai dengan artinya laki-laki dan perempuan papan-papan tegak ini
saling mengait dan berpasangan. Pada lantai, Di setiap kijing memiliki beda ketinggian
sekitar 30cm-40cm. Pada bagian pengkeng ketinggian bertambah lagi 60 cm.
“System lanang-betino”
Sambungan antara tiang soko dengan papan dinding yang disusun tegak
6. PINTU
Pintu terbuat dari kayu unglen dan petanang. Satu daun pintu memiliki lebar sekitar
60cm-70cm.
Letak soko, alang panjang dan jenang/kusen. Di setiap pertemuan konstruksi ada ujung dan
lobangnya seperti “jalu” lawan ”spein dan “putting” lawan ”lobang putting”
7. JENDELA
Jendela dibuat berpasangan, berada di kanan kiri. Pada setiap ruangan memiliki 2
pasang jendela. Lebar masing-masing jendela sekitar 60cm-70cm.
Pada bagian atas jendela dan pintu, terlihat jelas ukiran indah huruf Arab (kaligrafi)
bertinta emas.
8. TANGGA
Tangga ini terbuat dari papan kayu uglen.Terdiri dari 7 anak tangga berdasarkan
filosofi 7 lapisan pegunungan – pengaruh Budhisme-.
Terdapat 4 tangga (2 di depan dan 2 disamping) semuanya menuju ke serambi. Model
tangga lurus (single flight stairway) dilengkapi besi berbentuk tombak
9. PAGAR
Pagar tenggalong adalah pagar yang menjulang hingga plafon. Tujuan dari pagar di
buat tinggi adalah agar anak perempuan tidak keluar sembarangan.