RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH

9

Transcript of RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH

APRIL 2014/JUMADIL AKHIR 1435 67

JendelaKeluarga

celah

Kisah yang ditulis Dr Fadl da lam Daurah Sautiyah Fii Tar biyah tersebut memberi in spirasi tentang cara mem be­ri kan hukuman pada seorang anak. Islam tidak seperti Barat yang dengan humanismenya mem babi buta melakukan pe­la ra ngan terhadap bentuk hu­ku man fisik. Di negeri yang me­nga nut kebebasan itu, banyak

anak yang berhasil me nje blos kan orangtuanya ke penjara karena alasan ke ke ra san, apapun bentuk dan alasannya.

Dalam Islam dibolehkan melakukan pukulan ketika anak meninggalkan shalat di usia 10 tahun, sebagaimana sabda Nabi , “Perintahkan anak-anak kalian untuk me-la ku kan shalat saat usia mereka tujuh tahun, dan pu ku-lah mereka saat usia sepuluh tahun. Dan pisahkan tem-pat tidur mereka.” (Riwayat Ahmad dan Abu Daud).

Islam sangat ketat membatasi pelaksanaan hukuman pada anak­anak. Rasulullah jarang sekali dikisahkan memberi hukuman fisik pada anak kandung juga anak­anak Sahabat, justru sangat memuliakan mereka.

Syaikh Muhammad Shalih al­Munajid mengatakan, “Hendaknya diketahui, dalam perjalanan hubungan bapak dengan anak­anaknya dan pengajarannya bahwa bapak memukul anaknya semata­mata bertujuan agar ia taat kepada Allah dan Rasul­Nya. Tujuannya untuk kebaikannya secara sempurna dan perhatiannya dalam mendidiknya sesuai ketentuan syari’ agar jangan sampai timbul perasaan benci sang anak terhadap perkara syar’i yang berat ia lakukan dan karena meninggalkannya ia dipukul.”

Jelaslah bahwa memukul anak seharusnya didorong oleh kasih sayang, bukan karena emosi kemarahan. Sebagaimana kisah tersebut, dampak ekspresi kasih sayang sang ayah jauh lebih melekat di hatinya ketimbang pukulan di tangannya. Wallahu a’lam bis shawab. Penulis buku ‘Mendidik Karakter dengan Karakter’Fo

To: M

uH

ABD

uS

SyA

Ku

R/Su

ARA

HID

AyAT

ull

AH

S eorang anak berusia 10 tahun hidup da­lam lingkungan ke­luar ga yang taat ber­aga ma. Meski ser ba

ke ku ra ngan, tetapi si anak te tap semangat belajar dan mem ban tu orangtuanya ber­da gang.

Suatu hari tokonya dikun­ju ngi banyak pembeli, ia pun sa ngat sibuk. Tanpa disadari ia melewatkan shalat Zuhurnya. Dengan jujur ia ceritakan hal itu kepada ayahnya sambil berlinang air mata.

Mendengar cerita anaknya, sang ayah tak berbicara sepatah kata pun. Ia menuju kamarnya, lalu keluar de­ngan membawa sebuah tongkat. Sang anak tahu bahwa ayah nya akan memberi pukulan atas kelalaiannya me lak­sa nakan shalat. Anak itu mengulurkan kedua tangannya.

Sang anak memejamkan mata, bersiap menerima pu kulan ayahnya. Namun apa yang terjadi sangat me­nga getkan hatinya. Ternyata pukulan yang ia terima ha­nya lah sebuah pukulan lembut.

Saat si anak membuka mata, ia melihat peman da­ngan yang jauh lebih mengagetkan. Janggut ayahnya te lah basah dengan cucuran air matanya. lelaki itu ber kata, “Nak, kalau bukan perintah Rasulullah aku tidak akan memukulmu, jangan ulangi ya, Nak!” Se lan­jut nya sang ayah memeluk erat dan menciumi anak ke­sa yangannya itu.

Anak tersebut kemudian menjadi seorang tokoh dan ilmuwan. Sambil mengusap air matanya ia menceritakan bah wa hukuman itu masih terasa sakit sampai saat ini. Ra sa sakit yang bukan karena pukulan tongkatnya, na­mun karena sesuatu yang dahsyat memukul hatinya.

“yang membuat hati saya merasa sakit, pertama ka­re na aku mendurhakai Allah, kedua karena aku telah meng han curkan hati ayahku dengan memaksanya me­mu kul buah hatinya yang ia cin tai, yaitu aku.”

Pukulan Sayang Sang AyahOleh Ida S. WIdayantI*

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com68

WANITA,Dicintai kemuDian DIlINDuNgI

mar’ah

D ari seorang teman, saya hafal syair ini sejak SMP. Sampai sekarang saya tidak tahu persis siapa yang menggubah syair ini.

Yang saya tahu, substansi syair ini tidak salah. Kata-katanya indah dan memiliki hikmah.

“Adam berjalan sendirian di surga,” kata Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah, “Kemudian ia tertidur sejenak. Setelah bangun, dilihatnya du duk seorang wanita di sampingnya. Ia diciptakan dari tulang rusuk Adam.” Kita kini mengetahui bahwa wanita itulah nenek moyang segala umat. Na-ma nya Hawa. Ketika malaikat bertanya kepada Adam, mengapa namanya Hawa, Adam menjawab: “Karena ia diciptakan dari sesuatu yang hidup.”

Kita pun mendapatkan keterangan yang lebih pasti dalam shahihain. “Wanita diciptakan dari tulang rusuk,” sabda Sang Nabi yang didengar langsung oleh Abu Hurairah.

Sejarah pernah mencatat dua

model perlakuan kepada wanita yang melampaui batas. Yang pertama adalah menghinakannya. Di masa Arab Jahiliyah, misalnya, wanita tidak begitu dianggap selain “mesin reproduksi.” Sebagian besar orang Arab bahkan merasa anak perempuan sebagai beban dan aib. Maka, muncullah tradisi mengubur anak perempuan hidup-hidup. Di masa Yunani, posisi wanita juga tidak lebih baik. Para filosof bahkan saling berdebat apakah wanita memiliki jiwa atau tidak.

Sekarang, masih banyak penghinaan wanita dalam bentuknya yang berbeda. Dalam balutan “modernitas” wanita direndahkan dengan cara yang lain. Dieksploitasi, difungsikan sebagai marketing tools dan pemuas nafsu kapitalisme. Kecantikan, keindahan kulit, dan keelokan tubuh menjadi standar “nilai jual” mereka.

Ada pula catatan-catatan kecil sejarah yang mendudukkan wanita secara salah dalam memuliakannya. Catatan minor ini hendak dituntut

kembali oleh sebagian kecil orang atas nama kesetaraan gender. Jika segala urusan keluarga beserta pengambilan keputusannya diambil alih oleh wanita, dan sang suami tak lebih dari prajurit setia buta, itu juga awal dari kehancuran dari arah yang berbeda.

Maka interaksi seorang suami kepada istrinya mensyaratkan dua hal: melindungi dan mencintai. Melindungi bukanlah mengungkungnya dalam penjara jiwa. Bukan sikap protektif yang merampas hak-haknya. Allah pernah memperingatkan para Sahabat agar tidak melarang istri-istrinya ke masjid. Melindungi bukan berarti memasungnya dalam cinta. Apatah lagi dalam kungkungan tanpa cinta.

Melindungi wanita dengan demikian adalah membentenginya dari kesengsaraan jiwa. Dan tiada kesengsaraan jiwa yang lebih pedih daripada terperosok dalam neraka. Maka dalam melindungi, QS. At-Tahrim ayat 6 menjadi kaidahnya: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”

Sebenarnya antara melindungi dan mencintai sulit untuk dipisahkan. Seorang suami yang mencintai istrinya, ia akan melindunginya dengan segenap kemampuannya. Seorang ayah yang mencintai anaknya juga akan mati-matian melindungi mereka dari segala bahaya.

Bahkan kata-kata dan ungkapan cinta pun, dengan sendirinya menjadi

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com

Oleh Abu Najwa*

Wanita tercipta dari tulang rusuk pria Bukan dari kakinya untuk dihinakan Bukan pula dari kepalanya untuk disembah Tetapi dari tulang rusuk Yang dekat dengan tangannya untuk dilindungi Yang dekat dengan hatinya untuk dicintai

APRIL 2014/JUMADIL AKHIR 1435 69

Jendela keluargafo

To: A

DIB

AH

/fLI

CKR

69

perlindungan bagi orang yang dicintai. Hingga Mary Carolyn Davies mempuisikan dengan indah:

Ada sebuah tembok yang kuat Di sekelilingku yang melindungiku; Dibangun dari kata-kata yang kau ucapkan padaku

Meski tak dapat dipisahkan, keduanya –melindungi dan mencintai- tetap dapat dibedakan. Melindungi adalah bagian dari mencintai. Melindungi hanyalah salah satu konsekuensi mencintai. Melindungi adalah memberikan rasa aman, sementara cinta bukan hanya memberikan keamanan. Pada saat yang bersamaan atau bahkan sebelum melindungi, pekerjaan pecinta adalah memberikan perhatian. “Kalau intinya cinta adalah memberi,” kata Anis Matta dalam Serial Cinta, “maka pemberian pertama seorang pecinta sejati adalah perhatian.”

Perhatian dalam pekerjaan mencintai membuat seorang suami berkata kepada istrinya, “Aku

mencintaimu sebagaimana kamu adanya.” Namun pecinta sejati tidak boleh berhenti di sini. Ia harus melanjutkan dengan tahap berikutnya: penumbuhan. Pada mulanya ia menerima segala kondisi kekasihnya. Namun dalam cinta, ia memberikan sentuhan edukasi pada hubungan cinta. Jadilah istrinya lebih salihah, lebih cerdas, lebih dewasa, dan seterusnya.

Mencintai bukan berarti membiarkan tulang rusuk kita tetap bengkok. Dengan semangat penumbuhan kita diajari Sang Nabi dalam Shahihain: “Berwasiatlah yang baik kepada kaum wanita. Sebab, wanita diciptakan dari tulang rusuk. Sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah tulang rusuk bagian atas. Bila engkau hendak meluruskannya, maka ia akan patah. Dan bila engkau biarkan, maka ia akan tetap bengkok. Maka berwasiatlah kebaikan kepada kaum wanita.” Aktivis dakwah tinggal di Pasuruan, Jatim

“HAi OrANg-OrANg yANg

berimAN, jAgAlAH

Dirimu DAN keluArgAmu

DAri Api NerAkA”

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com70

Berbahagialah Mempunyai Anak Perempuan!

tarbiyah

Islam datang memuliakan anak perempuan dengan memberikan kemuliaan-kemuliaan bagi siapa yang di anugrahi anak perempuan. Apa saja?

P ada masa jahiliyyah dulu, ke-lahiran anak laki-laki menjadi kebanggaan, sedang kelahiran anak perempuan diterima de ngan setengah hati. Bahkan,

zaman sekarang pun masih ada suami yang bersikap demikian. Jangan sam pai sikap kita yang kurang suka de ngan kelahiran anak perempuan men ja-dikan istri kita merasa tertekan dan me rasa bersalah. Karena sungguh, ini

adalah diluar batas kemampuan kaum

Hawa.Apabila ada

suami yang masih bersikap begini, justru menunjukan

betapa picik cara berfi kirnya. Bukankah wanita bagaikan ladang yang ditanami, sehingga melahirkan apa yang ditanam? (Al Baqarah [2]: 223). Jadi laki-lakilah yang punya andil sangat besar tentang jenis kelamin anak-anak yang terlahir dari istrinya.

Penelitian menunjukan bahwa sperma laki-laki mengandung kromosom X dan Y. Sementara sel telur perempuan mengandung kromosom X saja. Untuk terjadinya anak laki-laki, diperlukan pasangan kromosom X dan Y; sementara untuk anak perempuan hanya kromosom X dan X.

Jenis sperma X dan Y dapat diidentifi kasi dengan melihat ciri-ciri tertentu. Sperma X berukuran lebih besar dan mempunyai daya hidup lebih lama (5-6 hari), namun bergerak lebih lambat. Sementara sperma Y berukuran lebih kecil dan cepat mati, namun bergerak lebih cepat.

Bisa jadi ketika terjadi proses pembuahan, sperma Y yang berkarekteristik tidak tahan lama mati dahulu, sehingga kromosom X-lah yang membuahi sel telur yang berkromosom X. Maka dengan izin Allah terjadilah anak perempuan.

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan sekarang ini, manusia bisa mengkondisikan dan melakukan program tertentu bila menginginkan jenis kelamin tertentu. Misal dengan

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com

FOTO

: MU

H A

BDU

S SY

AK

UR/

SUA

RA H

IDAY

ATU

LLA

H

Oleh Sri Lestari*

70

Apa saja? sikap kita yang kurang suka de ngan kelahiran anak perempuan men ja-dikan istri kita merasa tertekan dan me rasa bersalah. Karena sungguh, ini

adalah diluar batas kemampuan kaum

Hawa.Apabila ada

suami yang masih bersikap begini, justru menunjukan

APRIL 2014/JUMADIL AKHIR 1435 71

Jendela keluarga

anugerahi anak perempuan. Bahkan ia bisa menjadi sebab surganya kita dan penghalang dari api neraka. Bahkan lagi, kita bisa bersama Rasulullah bila kita masuk ke dalam jannah.

“Barangsiapa yang memiliki tiga anak perempuan, ia mengayomi mereka, mencukupi mereka, dan menyayangi mereka maka tentu telah wajib baginya surga.”

“Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuan lalu ia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.” (Riwayat Al-Bukhari no 1418 dan Muslim no 2629).

Memang merawat anak perempuan saat sekarang sangat berat. Dibutuhkan kesabaran dan kehati-hatian yang ekstra. Apalagi zaman sekarang yang dipenuhi dengan kerancuan antara syubhat dan syahwat. Itu membuat siapa pun akan merasa berat untuk tetap istiqomah di dalam melaksanakan syariat Islam.

Hanya mempunyai anak perempuan saja tidak dengan serta merta kita akan mendapat keutamaan-keutamaan sebagaimana Hadits di atas. Kesungguhan orangtua untuk mendidiknyalah yang bakal dinilai Allah

. Mendidik mulai dari kecil hingga dewasa dengan nilai-nilai iman dan Islam. Mendidik untuk selalu menjaga keimanannya dengan kecintaan pada Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Juga menjaga akhlaknya dengan selalu menjaga kedekatnya dengan al-Qur’an. Menjadikan rasa malu pada dirinya sebagai perhiasan untuk menjadikan dirinya sebagai Muslimah sejati.

Bukankah ana-anak perempuan yang berada dalam asuhan kita kelak akan menjadi ibu yang akan melahirkan generasi penerus Islam ? Apabila mulai kecil kita sudah persiapkan mereka menjadi ibu ideologis bagi anak anak mereka, sehingga dari tangan-tangan mereka terlahir pejuang-pejuang Islam yang mampu menegakkan peradaban Islam, maka sudah selayaknya Anda mendapatkan surga. Ibu rumah tangga

71

dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Asy-Syuura [42] : 49-50)

Ibnu Qayyim menjelaskan tentang ayat ini, “Allah SWT memberitahukan bahwa anak adalah karunia dan pemberian-Nya. Cukuplah bagi seorang menghadapi murka-Nya bila membenci pemberian-Nya. Allah memulai dengan penyebutan anak-anak perempuan sebelum anak-anak laki-laki dengan tujuan pembelaan terhadap mereka karena kedua orangtua berat atas kedudukannya...”

Para Nabi baPak aNak PeremPuaN

Janganlah bersedih jika Anda mendapatkan anak perempuan, sesungguhnya itu adalah anugerah dan pilihan Allah untuk Anda. Ingatlah Nabi kita Muhammad SAW memiliki 4 orang putri.

Saleh bin Ahmad berkata, ”Apabila bapakku mendapatkan anak perempuan, dia katakan, ‘Para nabi adalah bapak-bapak anak perempuan.”

Ya’qub bin Bakhtan mengatakan, ”Aku memiliki tujuh anak perempuan. Setiap kali aku mendapatkan anak perempuan, aku bertamu ke rumah Ahmad bin Hanbal. Dia katakan kepadaku, ‘Wahai Abu Yusuf, para nabi adalah bapak-bapak anak perempuan.” Perkataan inilah yang merasuk dalam pikiranku.

keutamaaN aNak PeremPuaN

Islam datang memuliakan anak perempuan dengan memberikan kemulian-kemuliaan bagi siapa yang di

melakukan diet makanan tertentu untuk bisa melahirkan anak laki-laki. Demikian pula sebaliknya, diet makanan tertentu untuk anak perempuan. Atau dengan melakukan pengkondisian dan perlakuan khusus dengan mempelajari karekteristik kromosom X dan Y sehingga apa yang menjadi harapan kita akan jenis kelamin tertentu pada anak kita akan terwujud.

ketetaPaN allah Setinggi atau secanggih apapun

metode dan teknologi ilmu manusia, tetap Allah-lah yang menjadi penentu apa kah anak kita terlahir perempuan atau pun laki-laki. Yang terpenting di per siapkan adalah sikap mental kita untuk dengan ikhlas menerima apapun yang menjadi takdir kita. Dan selalu membangun prasangka baik kepada Allah . Apapun yang dikaruniakan Allah adalah rezeki terbaik yang di berikan kepada kita.

Tapi bila dalam diri kita tetap masih ada rasa kecewa bila anak yang kita ha ra pan tidak sesuai dengan yang kita harapkan, hati-hatilah!!! Karena sikap ini secara tidak langsung menunjukkan pe nolakan pada takdir yang telah di-te tapkan oleh Allah , sehingga kita bisa menjadi kufur nikmat atas rezeki yang telah di anugrahkan kepada kita.

Berapa banyak pasangan yang telah bertahun-tahun menikah, tapi belum juga dikaruniai anak? Segala macam usaha telah mereka lakukan, baik cara medis maupun non medis. Tetapi tetap saja hasilnya jauh dari harapan. Sedangkan di antara kita ada yang begitu setengah hati ketika melihat kenyataan anak pertamanya terlahir perempuan.

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya),

Memang merawat anak perempuan saat sekarang sangat berat. Dibutuhkan kesabaran dan kehati-hatian yang ekstra.

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com72

Istri Sebagai Alarm Hidup

usrah

Setiap waktu manusia membutuhkan alarm dalam kehidupan. Tak hanya dari bahaya kecelakaan dunia, tapi juga untuk keselamatan hari akhirat kelak

B agi seorang laki-laki, wanita adalah penyempurna dalam kehidupannya. Laiknya bida-da ri yang turun ke bumi, se orang istri bisa menjadi

pen dam ping hidup sejati bagi sang suami. Dalam istilah Jawa, istri disebut garwo atau sigaring nyowo (belahan jiwa suami). Artinya, suami tak akan bisa berbuat banyak tanpa peran istri di sisi be la kangnya.

Di balik suami hebat niscaya ada istri yang hebat, demikian sebuah ung kapan menyebutkan. Rasanya sulit membayangkan seorang suami bisa menjalankan tugas, amanah serta karya yang luar biasa jika tidak mendapat dukungan yang luar biasa dari istrinya. Boleh jadi istri tidak memberikan sumbangsih ide dan pemikiran yang cerdas. Namun di sana ada peran terselubung seorang istri, dengan mengondisikan suami agar bisa berpikir tenang untuk mendapatkan ide brilyan dan bekerja optimal.

Peran ideal seorang istri demikian tentu saja tak semudah membalik tela-pak tangan, sebagaimana seorang istri tidak serta merta mampu mela ko ni peran mulia tersebut, apalagi menjelma sebagai bidadari dunia. Sebagai sebuah

kehormatan, ada beberapa kriteria yang hendaknya dipenuhi oleh seorang istri. Selain menjadi wanita salehah, salah satunya ia juga rela berkorban dan berperan sebagai alarm dalam keluarga.

Cemburu kepada khadijahSejenak kita menyimak kembali

kisah Khadijah dalam mendampingi Rasulullah . Usai menerima wahyu di Gua Hira, Nabi pulang sambil ketakutan. Seluruh badannya menggigil. Melihat itu Khadijah tak mau larut dalam kekalutan pula. Khadijah langsung menghiburnya seraya berkata, “Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sungguh engkau suka menyambung silaturahmi, menanggung kebutuhan orang yang lemah, menutup kebutuhan orang yang tidak punya, dan memuliakan tamu. Engkau menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.” (Riwayat Muttafaqun alaih).

Awal perjalanan dakwah Muham-mad sebagai nabi bukanlah masa yang mudah. Terutama saat masa dak wah di Makkah. Cibiran, tuduhan, intimidasi fisik dan psikis, hingga boi kot serta pengucilan secara sosial dan ekonomi menjadi menu harian umat Islam. Terlebih lagi Nabi ketika itu. Di sinilah peran besar ibunda Kha dijah. Selain menjadi pendamping setia bagi Rasulullah , Khadijah tak segan menghabiskan hartanya untuk membiayai perjuangan dakwah. Dialah Khadijah, seorang saudagar kaya raya yang memilih hidup susah dan menderita.

Saat Khadijah meninggal dunia, Rasulullah sangat bersedih. Tak heran tahun itu disebut tahun kesedihan. Tentu bukan karena kecantikan Khadijah semata. Sebab saat itu Khadijah telah janda dan berumur lebih tua dari Nabi. Bukan pula karena kekayaan dan status sosialnya. Karena semua itu telah melebur di jalan Allah . Namun kesetiaan dan perannya yang sangat besar dalam memotivasi serta mendampingi masa-masa sulit perjuangan Rasulullah .

“Kenapa engkau sering menyebut perempuan berpipi merah itu, padahal Allah telah menggantikannya untukmu dengan yang lebih baik?” cemburu Aisyah suatu waktu. Mendengar itu, Rasulullah menegur Aisyah, “Bagaimana engkau berkata demikian?  Sungguh dia beriman kepadaku pada saat orang-orang menolakku, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dia mendermakan seluruh hartanya untukku pada saat semua orang menolak mambantuku, dan Allah memberiku rezeki darinya berupa keturunan.” (Riwayat Ahmad dengan sanad yang hasan).

Sejatinya, tak cuma Aisyah yang wajib cemburu kepada Khadijah. Namun seluruh Muslimah harus cemburu kepada Khadijah. Dialah sosok teladan sejati bagi setiap wanita Muslimah. Pribadi yang gemar berkorban dalam kehidupannya bersama suami dan keluarga, baik suka maupun duka.

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com

foTo

: To

Mo

AKI

AN

IBA

/fLI

CKR

Oleh Abdul Ghofar Hadi*

APRIL 2014/JUMADIL AKHIR 1435 73

Jendela keluarga

mun saat menikah dengan seorang wa nita yang belum tercerahkan, pelan tapi pasti, hidupnya menjadi pragmatis dan ibadah turun dratis. Istri seperti itu tidak mampu menjadi alarm, bah kan jadi ‘PR’ bagi suami untuk membimbingnya.

Alarm itu senantiasa bergerak di namis dan berkarakter kuat. Ia bu-kan alarm jika bisanya hanya manja, ce ngeng, dan bergaya hedonis. Istri yang banyak mengeluh dan menuntut bi asanya hanya menjadi beban suami. Ke la kuan seperti itu melemahkan se-ma ngat suami dan membuat kinerja dan prestasi jadi menurun.

alarm Tanda bahayaSebagai alarm, istri juga berperan

mengingatkan saat suami sedang galau, futur, tidak mood atau tersandung ma salah. Memberikan motivasi dan per sepsi positif agar suami se nan-tiasa optimis terhadap rahmat Allah

. Sebab suami juga manusia yang terkadang ada masa-masa sulit di luar kemampuannya dalam me nga tasi pekerjaan atau tugasnya. Di si nilah peran istri sangat vital untuk men dam-pingi dan memotivasi suaminya.

Itulah teladan yang dilakoni Khadijah dalam uraian di muka. Saat suami merasa kesulitan, sang istrilah yang tampil menolong. Ketika suami sedang gulana, istrilah yang bisa menenangkannya. Saat sedang terpuruk sekalipun, maka tugas istrilah tampil menyemangati. Seorang istri salehah tentu tak akan membiarkan suami terperosok dalam kegagalan. Sebab kegagalan suami juga menjadi bagian kegagalan istri.

Alarm istri juga harus berdentang lebih keras lagi ketika suami mencoba untuk berbuat dosa atau menyimpang. Sebagai contoh, jika suami berfikir korupsi atau menyalahgunakan wewe-nang, maka tugas istri bersegera me ngi-ngatkan. Ada Allah Maha Melihat dan ada hari akhirat sebagai tempat mem-ba las segala perbuatan yang dilakukan di dunia ini. Penulis Buku “Belajar dari Masalah”

73

kerusakan, atau kejadian yang tak diharapkan. Sebagai makhluk yang lemah, manusia terkadang lupa. Setiap waktu ia membutuhkan alarm dalam kehidupan. Tak hanya dari bahaya kecelakaan dunia, tapi juga untuk keselamatan hari akhirat kelak.

Seorang istri tentu saja bukan sekedar alarm yang membangkitkan sang suami dari tidur nyenyaknya. Tapi hal itu salah satu tugas penting istri, sebagai mitra suami dalam beribadah. Dengannya, suami kian semangat ibadah dan meningkat kualitasnya. Bukan sebaliknya, justru bertambah lalai sebab istri minta ditemani terus di kamar.

Tidak sedikit para ikhwan saat mahasiswa menjadi aktifis yang idealis dan semangat dalam beribadah. Na-

alarm penyemangaT ibadah

Dalam suatu acara muhasabah, Hadi berbagi pengalaman spiri tual kepada teman-temannya. “Al ham-dulillah, beberapa pekan ini, shalat jamaah tidak pernah terlambat dan shalat lail tidak pernah bolong karena saya memiliki alarm hidup.” Seorang temannya berseloroh. “Kalau alarm tidak hidup, ya tidak bisa bunyi dong.”

“Iya, dulu waktu make alarm HP atau jam meja, begitu alarmnya bunyi langsung saya matikan lagi,” ujar Hadi. “Tapi kini alarmnya sangat istimewa. Jika berbunyi, tak mungkin saya matikan. Sebab alarm itu adalah istri saya sendiri. Suaranya pun lebih merdu.

Alarm adalah sebuah teknologi pengingat jika terjadi bahaya,

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74 SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74 SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74

Diasuh oleh : ustaDz hamim thohari

konsultasi keluarga

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74

Hukum Mengonsumsi Cacing Sebagai Obat

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.Majalah ini pada edisi Februari lalu me nam­

pil kan salah satu iklan tentang pengobatan herbal yang terbuat dari bahan cacing. Telah lama saya men de ngar pengobatan tradisional ini, tetapi saya ta kut mengonsumsinya.

Yang ingin saya konsultasikan di sini bukan tentang khasiatnya, tetapi tentang kehalalannya. Meskipun di bungkusnya ada rekomendasi dari Ma jelis Ulama Indonesia (MUI), tetapi saya tetap ingin mendapatkan kepastian hal tersebut.

Atas jawabannya saya ucapkan jazakumullah khai ran katsira.

HmdJogja

JAwAb

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.Dua dekade terakhir ini, produksi obat­obatan

herbal berkembang pesat. Hal itu membuktikan bah wa konsumsen obat tersebut juga tumbuh pe­sat, seiring dengan semakin mahalnya obat­oba tan ki miawi dan perawatan kesehatan.

Sesungguhnya Allah tidak hanya meng hi­dup kan kita, tapi juga memberikan segala fasilitas yang cukup untuk mempertahankannya. Allah menyiapkan segala macam makanan dan mi nu­man, juga obat­obatan. Allah berfirman:

“Allah-lah yang menjadikan semua yang ada di bumi untuk kamu sekalian.” (Al­baqarah [2]: 29)

Alam yang diciptakan Allah akan memberi man faat bagi kehidupan manusia jika mereka mam pu mengelolanya. Sebagian ada yang bisa di­gu na kan untuk memenuhi kebutuhan pangan,

san dang, dan papan. Sebagian lagi untuk obat­obatan. Alam sesungguhnya telah ditundukkan untuk melayani kebutuhan manusia. Allah berfirman:

“Allah menundukkan untukmu semua yang ada di langit dan di bumi (sebagai rahmat) dari-Nya.” (Al­Jatsiyah [45]: 13)

Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala ber fir man, “Tidakkah kamu memperhatikan sesung guh nya Allah telah menundukkan untuk (kepen ti ngan-mu) apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.” (Luqman [31]: 20)

Dengan penjelasan di atas, maka kita tak perlu ragu untuk memanfaatkan alam ini untuk memenuhi kebutuhan hidup kita. Sepanjang tidak ada dalil yang mengharamkannya, maka hal ter sebut adalah halal atau mubah. Di sini berlaku suatu kaidah fiqih: “Pada dasarnya segala sesuatu yang bermanfaat itu adalah mubah/halal.”

Syariat yang merinci jenis bahan, barang atau asal sesuatu yang dihalalkan. Sepanjang hal ter­se but bermanfaat dan tidak diharamkan oleh sya riat, maka hukumnya halal. Jika secara medis, obat dari cacing itu bermanfaat dan tidak ada satu ayat dan Hadits yang melarang, maka obat tersebut halal/mubah.

Secara umum, Rasulullah menegaskan, ”Apa-apa yang dihalalkan oleh Allah dalam kitab-Nya (al-Qur’an) adalah halal, sedang apa yang diharamkannya hukumnya haram. De mi-kian juga yang didiamkan Allah atau tidak di-jelaskan hukumnya, dimaafkan. Untuk itu, te-ri malah pemaafan-Nya, sebab Allah tidak lupa ten tang sesuatu apapun.” (Riwayat Al-Hakim). Wallahu a’lam bis shawab.*