Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

10

description

 

Transcript of Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

Page 1: Rubrik Parenting  Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Page 2: Rubrik Parenting  Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

FEBRUARI 2014/RABIUL AWAL 1435 67

JendelaKeluarga

celah

akan meniru yang dilakukan ayah-ibunya terhadap anak dan keluarganya juga. Bagaimana perasaan Bapak kalau hal itu terjadi?” Bapak tersebut terdiam mendengarkan si ibu yang sulit membendung kata-katanya.

Tak lama kemudian Bapak itu mendekati anaknya. Ia membawa anaknya pergi de ngan menaiki sepeda motor. Anak remaja laki-laki itu menyaksikan semua kejadian ter sebut.

Lalu ibunya memberi penjelasan bahwa se orang ayah adalah pemimpin dalam ke luarga. Ia seharusnya yang mengendalikan dan mendidik keluarganya. Perbuatan si ibu ta di tidak boleh dibiarkan.

Hari itu, si anak remaja laki-laki itu be la jar dua hal. Pertama, tentang bagaimana se ha rusnya peran seorang ayah. Kedua, ba gai mana jika melihat kemungkaran atau ketidakaadilan di depan mata tidak boleh membiarkannya.

Di dalam masyarakat kita sering melihat seorang ayah yang begitu lemah tidak ber da ya dalam memimpin keluarganya. Hal itu sering di ja dikan anekdot. Maka munculah istilah “Ikatan suami takut istri”, bahkan sampai dijadikan serial sinetron. Se hingga hal itu pun berdampak dalam mendidik anak. Ayah tak mengambil peran dalam mendidik anak. Ibulah yang mengambil alih seluruh kepemimpinan pendidikan anaknya.

Memang dalam pelaksanaannya seringkali ibulah yang lebih banyak berperan. Namun, tetap yang menjadi komandannya adalah ayah. Ayah turut mengkonsep, melaksanakan dan mengontrol pelaksanannya.

Bayi manusia dikandung selama sembilan bulan. Sebuah waktu yang cukup lama. Selama itu, bukan hanya ibu yang bersiap menjalani peran sebagai ibu, namun juga ayah. Ayah harus belajar banyak bukan karena banyak melaksanakannya, namun karena ayahlah yang memimpin dan mengendalikannya. Ketika ada ke keliruan istri dalam mendidik anak, maka suami se-ha rusnya bertindak meluruskannya. Semoga Allah se nantiasa membimbing kita semua. Penulis buku Men didik Karakter dengan Karakter.

Ayah Sang PemimpinOleh Ida S. WIdayantI*

foTo

: Mu

H A

BDu

S Sy

AK

ur/

SuA

rA H

IDAy

ATu

LLA

H

Di sebuah supermarket, se orang suami terdiam melihat is trinya sedang memarahi anak-nya. Si anak yang ber usia sekitar lima tahun itu ingin mem be li sebuah mainan, namun

ibunya me la rangnya. Anak itu lalu menangis. Si ibu menyuruh anaknya menghentikan tangisannya, namun tangisan si anak semakin keras. Akhirnya, si ibu me mu-ku li anaknya. Tangisan anak itu semakin menjadi-jadi. Si ibu semakin tak sabar sehingga pukulannya semakin keras dan bertubi-tubi. Melihat keadaan itu, suaminya pergi menjauh.

Seorang ibu yang membawa anak remaja lelakinya melihat kejadian ter se but. Ibu itu kaget dan ingin sekali ber bi cara kepada ibu yang memukuli anaknya itu. Namun, karena melihat ekspresi si ibu yang masih marah, ia mengurungkan niatnya. Sebab, ketika seseorang sedang marah tentu tidak bisa diajak bicara baik-baik. Akhirnya, ia mendekati bapak yang sudah menjauh dari ibu dan anaknya itu.

“Maaf Pak, apakah Bapak ayah dari anak itu?” Si bapak mengangguk dengan ekspresi wajah sedih bercampur malu.

“Mengapa Bapak membiarkan anaknya dipukuli oleh istri Bapak? Mengapa membiarkan anak yang masih lemah dizalimi? Allah menitipkan anak pada kita untuk dididik dengan baik. Tentu Allah tidak ridha kalau titipannya dianiaya. Pak, kita akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah. Anak itu diam tak membalas karena ia masih lemah. Suatu saat dia sudah besar akan membalasnya. Dia menyimpan rasa dendam. Anak itu peniru. Kelak dia

Page 3: Rubrik Parenting  Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com68

Menjadi yang Kedua

usrah

Buktikanlah bahwa kita adalah pembawa kebahagiaan, lebih terhormat, dan memang tepat untuk dicintai

T elepon genggam di tangan saya bergetar beberapa kali, sebaris nama muncul di layar. Beberapa detik kemudian

saya sudah mendengar suara di ujung sana. Nadanya terdengar gembira. Saya bertanya-tanya apa gerangan yang hendak disampaikannya. Akhirnya karena tak sabar sekaligus iseng, saya menggodanya, “Mau nikah iya, Mbak?” Ia pun berseru tertahan, berusaha menyembunyikan kegembiraannya dan mengiyakan pertanyaan saya.

Saya pun semakin penasaran. Menanyakan siapa gerangan jodoh yang menghampiri si mbak yang usianya telah menginjak pertengahan kepala empat ini. “Akhirnya”... itulah yang menghiasi benak saya. Ia pun menanyakan apakah saya mengenal sebuah nama. Seseorang yang aktif di sebuah wilayah dakwah yang tak jauh dari tempat saya tinggal. Tiba-tiba saya merinding. Hati-hati saya bertanya, “Mbak, beliau sudah berkeluarga ya?” Jawabannya yang membenarkan membuat hati saya yang sudah dihiasi oleh warna-warni kebahagiaan kini juga diwarnai rasa lain.

Jadi istri kedua. Itulah kabar gembira sekaligus rasa “ngilu” yang datang pada saya hari itu. Poligami. Kata itu masih sering saya eja dengan berbagai rasa hingga hari ini. Walaupun itu bagian dari perjalanan hidup junjungan agung Rasulullah SAW, tetapi secara manusiawi, saya belum mampu mengejanya dengan baik dan benar hingga hari ini.

Persoalan ada di HatiJadi yang kedua, ini yang sering

mengganjal dalam hati. Yang kedua berarti menjadi yang setelah orang lain. Terlepas dari kata orang sebagai newcomer, pengganggu, perusak, dan lain sebagainya, siapapun punya kemungkinan untuk jadi yang kedua. Entah yang pertama masih di sisi atau sudah tiada.

Akan tetapi, jadi yang kedua, sung-guh persoalan dan jawaban sebenarnya ada di dalam hati. Berkutat pada apa yang kita pikirkan sebagai persoalan, pa dahal jalan keluar dari soal tersebut se jatinya juga tergantung bagaimana kita membebaskan diri dari apa yang kita pikirkan dan bertindak yang terbaik.

Lalu apakah menjadi yang kedua berarti mengundang petaka? Pastinya, bila hal ini hanya menyengsarakan hamba-Nya, Allah tidak akan pernah mengizinkan poligami (An-Nisa [4]:3) atau membolehkan seseorang yang telah berpisah dengan pasangan sebelumnya menikah kembali.

Terlepas dari segala kelemahan

hati, pelajaran yang saya peroleh dari pernikahan “si mbak” sungguh membuka cakrawala baru. Di hari pernikahannya, sang calon suami datang bersama istri pertama dan anak-anaknya. Mulai dari akad terucap hingga resepsi bergulir menjelang senja, istri pertama dan anak-anaknya setia menemani. Semua hal mereka lakukan bersama. Makan bersama hingga bergurau dan menyambut tamu-tamu yang datang. Semua mata yang datang merekam peristiwa itu hingga sekarang dan terkadang masih diputar ulang dalam perbincangan.

Hari-hari si mbak pun menjadi le bih sibuk. Tak hanya berkunjung ke sanak-saudara atau menghadiri ka-jian rutin saja, kini hari-hari di akhir pe kannya pun penuh terisi dengan agen da bersama sang istri pertama dan keluarga besarnya. Saat ditanya, apakah beliau bahagia, si mbak ini menjawab sumringah, “Sebenarnya lebih enak begini, kami jadi punya waktu lebih banyak mengerjakan sesuatu untuk umat.”

Jawaban ini menghadapkan kita pada realitas bahwa mengurus rumah tangga memang menyita waktu. Mendidik anak-anak adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan dunia akhirat. Mencari nafkah untuk membiayai kebutuhan rumah tangga pun sangat berat. Jadi, akan lebih menyenangkan bila ada orang yang bersedia berbagi beban.

Seperti Rasulullah yang

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com

Oleh Kartika Ummu arina*

Page 4: Rubrik Parenting  Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

FEBRUARI 2014/RABIUL AWAL 1435 69

Jendela keluarga

dalam kehidupan pasangan.Buang jauh-jauh label yang sering

ditempelkan masyarakat awam bahwa menjadi yang kedua berarti merusak keluarga orang. Justru yang harus dibuktikan adalah dengan pernikahan yang terjadi, rejeki menjadi lebih lancar, kesulitan yang sebelumnya kuat menghadang menjadi lebih mudah diatasi, dan membuat wajah pasangan menjadi lebih cerah dibandingkan sebelumnya.

Kehadiran kita sebagai yang kedua juga seharusnya menjadi pribadi yang menginspirasi bagi pasangan dan keluarga besar. Bukan sebaliknya, menjadi sumber masalah baru bagi kehidupan pasangan dengan keluarga besarnya. Menjadi yang kedua menuntut kita untuk dapat berpikir lebih dewasa, berhati lapang, dan mengambil tindakan yang didasari keputusan yang tepat. Karena, posisi kita menuntut kita untuk menjadi sosok yang lebih cerdas bersikap dan bertindak.

Jadi yang kedua justru harus lebih pandai mengatur emosi dan bukan mengedepankan perasaan. Sehingga label yang kedua adalah si pembuat masalah, cengeng, dan cari perhatian dapat ditolak mentah-mentah. Masyarakat juga dapat belajar bahwa pernikahan kedua yang dipilih oleh pasangan kita justru adalah jalan yang terhormat dan menambah kebahagiaan.

Jangan sungkan untuk belajar dari dia yang pertama untuk menjadi orang yang dicintai pasangan, karena belajar sejatinya bukan untuk menjadi pengekor tetapi lebih untuk membentuk karakter yang lebih baik pada diri kita. Sambungkanlah silaturahmi dengan keluarga besar, juga masyarakat. Bukalah diri sehingga siapapun dapat belajar bahwa menjadi yang kedua dan poligami bukanlah hal yang buruk. Buktikanlah bahwa menjadi yang kedua justru membuat kita lebih terhormat dan memang tepat untuk dicintai. Penulis buku ‘Jadilah Suami Istri Bijak’    

 

FOTO

: MU

H A

BDU

S SY

AK

UR/

SUA

RA H

IDAY

ATU

LLA

H

69

menyuruh seorang lelaki yang mengadukan nasibnya yang miskin untuk menikah lagi. Pernikahan kedua, laki-laki ini tetap miskin. Ia pun kembali datang pada Rasulullah dan mengadukan nasibnya, Rasulullah

kembali menyuruhnya menikah. Yakin bahwa Rasulullah tidak akan menipu umatnya, ia pun menikah untuk yang ketiga kalinya. Usai pernikahan yang ketiga, seiring waktu berjalan, nasibnya belum juga berubah. Ia tetap miskin. Ia pun kembali datang pada Rasulullah , jawaban yang diberikan padanya tetap  sama. Menikah lagi. Rasulullah bersabda, “Carilah rejeki dengan menikah!” (Riwayat Ibnu Abbas)

Akhirnya lelaki ini pun menikah

lagi. Pernikahannya yang keempat ini dilangsungkan dengan seorang Muslimah yang pandai menjahit. Keahlian ini ditularkannya pada istri-istri yang lain. Singkat kata, nasib perekonomian lelaki ini pun berubah. Ia menjadi seorang kaya dengan usaha menjahit baju yang dijalankannya bersama keempat istrinya.

YaNG LeBIH BaIKJadi, inilah saatnya membebaskan

pikiran dan bertindak tepat. Menjadi yang kedua atau yang seterusnya, tidaklah harus menjadi “penerus” apa yang sudah ada. Namun sebaliknya, menjadi yang kedua seharusnya memacu kita menjadi orang yang membawa perubahan yang lebih baik

Buang jauh-jauh label yang sering ditempelkan masyarakat awam bahwa menjadi yang kedua berarti merusak keluarga orang

Page 5: Rubrik Parenting  Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com70

Jadilah yang mar’ah

Bersyukurlah untuk jadi yang tercantik dan menangilah hati juri yang paling jujur untuk menilai kecantikan yang tulus anak kita

Menjelang akhir tahun 2013 sorotan dunia tertuju ke salah satu pojok Nusantara. Ratusan perempuan

cantik sedunia sedang berkumpul di sana untuk memperebutkan gelar “yang paling cantik sedunia”. Walaupun diembel-embeli kecerdasan dan kepribadian, tetap saja yang dicari adalah yang paling cantik. Mereka pun diberangkatkan dari negaranya dengan membawa gelar perempuan tercantik.

Cantik, rasanya kata yang satu ini begitu sensitif buat perempuan. Jangankan untuk mereka yang jelas-jelas cantik, yang dikaruniai wajah sedang-sedang saja juga sibuk memoles diri agar terlihat cantik. Biarlah tidak cantik-cantik amat, yang penting inner beauty dan menarik. Padahal seperti apapun dalilnya, tetaplah untuk menarik perhatian orang lain.

Sebuah dialog pernah terlontar dari sebuah karya Habiburrahman el-Shirazy. Seorang pemuda tengah ditawari calon pendamping hidupnya yang cantik dan bintang film ternama. Namun, pemuda itu tetap menolak dengan berkata, “Saya belum siap bila kecantikan istri saya nantinya dinikmati

orang banyak.” Meskipun dalam cerita tersebut sang perempuan telah berjilbab.

Jadi, memang tidak ada seorang laki-laki salehpun yang mau berbagi dengan orang lain, bila sudah bicara tentang kecantikan pasangannya. Dan, dengan begitu, kriteria kecantikan pun sejatinya bukan ketika semua mata yang memandang mengakui kecantikannya. Karena, faktanya ditiap suku bangsa, kecantikan bisa punya persyaratan yang berbeda. KecantiKan Sejati

Lalu, siapa yang sebenarnya bisa dikatakan sebagai perempuan tercantik? Sebelum lebih jauh, kisah seorang Muslimah berikut ini mungkin bisa menginspirasi. Bila ditanya tentang siapa perempuan yang begitu cantik baginya, ia selalu menjawab, ibunya. Hingga ia menjadi redaktur majalah fashion nasional sekalipun, ia menjawab perempuan yang tercantik hanyalah ibunya. Kehadiran ibundanya di rumah, sungguh tak terbantah untuk selalu membuatnya ingin pulang cepat-cepat.

Langkah kaki Ibundanya yang selalu mengantar ia sampai di pintu pagar sejak ia masih sekolah taman kanak-kanak hingga ia telah menikah sekalipun, selalu terekam dalam hatinya. Suapan tangan ibunya sejak ia masih balita hingga ia telah bekerja, selalu menjadi kenangan yang tak pernah ia lupa. Lembut tapi tak pernah membuatnya manja. Walaupun ibunya tak pernah mengecap pendidikan

hingga perguruan tinggi, kata-kata yang memotivasinya untuk berjuang dalam hidup selalu terngiang. Walau mungkin brain-nya tak pernah masuk kualifikasi penjurian kontes, ibulah tempatnya bertanya berbagai hal bahkan sesuatu yang tidak diketahuinya dalam dunia kerja.

Brain, beauty, and behavior. Itulah yang selalu digaung-gaungkan. Di sisi lain, orang banyak yang melabeli perempuan yang di rumah identik dengan dapur, sumur, kasur. Namun, justru di sinilah letak kecantikan yang sebenarnya. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah , “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhisannya adalah wanita salehah.” (Riwayat Muslim, Ibnu Majah dan An Nasai) Dapur, Sumur, KaSur

Apakah kemudian Muslimah yang cantik itu kuno? Justru malah orang yang beranggapan miring tetang dapur, sumur, dan kasur-lah yang kuno.

Ada baiknya kita memahami lebih dahulu apa artinya dapur, sumur, dan kasur. Yang pertama adalah dapur. Semakin banyak orang memahami betapa pentingnya memakan makanan yang dimasak di rumah dan makan bersama di rumah. Dan yang tahu standar gizi serta serta selera makan di rumah tentu saja adalah ibu. Anak-anak yang biasa memakan makanan homemade yang dipersiapkan oleh ibu mereka cenderung terhindar dari jajanan di luar rumah, memiliki pola

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com

TercantikOleh Kartika Trimarti*

Page 6: Rubrik Parenting  Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

FEBRUARI 2014/RABIUL AWAL 1435 71

Jendela keluarga

menguatkan kasih sayang. Tempat anak-anak bercerita dan berbagi canda. Di sini tentu butuh keterampilan berbicara yang baik, cerdas membaca situasi, dan pribadi yang baik untuk menyayangi.

Mari kita simak sabda Rasulullah , “Jika seorang istri menunaikan

shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, dan menjaga kemaluannya dari sesuatu haram, serta taat kepada suaminya, maka ia akan dipersilakan masuk surga dari pintu mana saja yang ia sukai.” (Riwayat Ahmad dan Ath-Thabrani) perempuan tercantiK

Begitu indahnya dipersilakan masuk surga dari pintu manapun. Namun itulah janji Allah Ta’ala melalui lisan utusan-Nya yang tak pernah berdusta. Jadi, kuncinya, jadilah perempuan tercantik didunia dengan kesalihan kita. Kesalihan yang melahirkan kecerdasan yang mempesona, kecantikan alami yang keluar dari pribadi yang menyejukkan hati.

Akhirnya, meskipun cantik memang tak bisa diukur secara fisik karena tiap suku bangsa memang punya versi sendiri-sendiri untuk mengukur kecantikan, tetaplah jadi yang tercantik bagi diri sendiri. Menjadi orang yang menghargai apa yang sudah Allah Ta’ala anugerahkan dan berusaha untuk menambah nilai kecantikan tersebut bermanfaat bagi semesta.

Mungkin tak ada juri yang akan menobatkan kita sebagai perempuan tercantik sedunia, tetapi biarlah juri yang paling jujur yang akan menobatkan kita dalam hatinya sebagai perempuan tercantik sedunia. Ya, juri itu adalah anak. Anak yang dengan kepolosan dan ketulusannya akan selalu mengenang kita sebagai yang tercantik, pertama dan terakhir hingga ia dewasa. Penobatan yang paling fenomenal, paling bersih dari komersialisasi, dan paling membanggakan. Ibu rumah tangga tinggal di Bekasi, Jawa Barat

71

Kemudian tentang kasur. Kasur adalah perlambang kenyamanan dan impian. Di tempat tidurlah seorang Muslimah yang belum menikah akan mendeskripsikan cita-citanya. Di kamar pula biasanya seorang Muslimah menggambarkan pribadi seperti apa yang akan dibangun. Sementara bagi Muslimah yang sudah menikah, di kamarlah biasa terjalin diskusi menarik sebelum tidur, tempat menyelesaikan masalah, dan tempat untuk saling

Rumah yang bersih dan nyaman akan selalu menghadirkan inspirasi bagi siapapun yang menghuninya

foTo

: Mu

H A

BDu

S SY

AK

uR/

SuA

RA H

IDAY

ATu

LLA

H makan teratur, dan lebih sehat. Makan makanan yang dimasak ibunya sendiri juga akan menambah rasa cinta dan kebanggaan pada ibunya, sekaligus membentuk citarasa makanan sehat yang akan dipilih anak hingga dewasa.

Memasak juga berarti menghadirkan kecerdasan yang tinggi. Mereka yang ahli memasak pastilah mereka yang sangat mengerti komposisi bahan, kandungan bahan makanan, hingga cara memasak yang sehat dan lezat. Dari makan bersama juga akan terbentuk manner yang akan dibawa setiap orang hingga dewasa. Jadi, dapur sejatinya adalah tempat bereksperimen yang akan menentukan kualitas generasi mendatang. Jelas membutuhkan brain dan behavior yang baik.

Sumur berarti kebersihan. Rumah yang bersih dan nyaman akan selalu menghadirkan inspirasi bagi siapapun yang menghuninya. Kebersihan juga akan menampilkan kecantikan yang sebenarnya. Bila seorang Muslimah bisa tampil bersih, berbau segar, dan berseri-seri, tentu setiap orang akan tertarik untuk selalu bersama.

Page 7: Rubrik Parenting  Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com72 SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com72 SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com72

Diasuh oleh : ustaDz hamim thohari

konsultasi keluarga

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com72

Antara Shalat dan Kerja Keras

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Saya mempunyai teman yang sangat rajin ber­ibadah. Shalat lima waktu dikerjakan tepat waktu dan selalu berjamaah. Tak hanya ibadah shalat, ia juga rajin berpuasa hari Senin dan Kamis.

Suatu hari ia dipanggil atasan karena dinilai ki­nerjanya kurang baik. Memang sehari­harinya ia kurang bertenaga, sering ngantuk dan tidak ber­semangat. Ketika saya ajak berdikusi tentang ke ada­an nya, ia menyatakan bahwa sepanjang malam ia shalat Tahajud hingga subuh.

Yang saya tanyakan, mana yang lebih utama sha­lat Tahajud dengan menyebabkan siang hari ngantuk atau bekerja keras sesuai amanah perusa ha an?AS Di Jakarta

Jawab:

Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.

Kami salut kepada saudara­saudara kita yang bisa konsisten menjalankan kewajiban ibadahnya di tengah kehidupan yang semakin sekularistik dan materialistik seperti saat ini. Tindakan seperti itu sangat terpuji dan harus didukung.

Terhadap hal­hal yang fardhu, seperti me negak­kan shalat lima waktu berjamaah, puasa Ramadhan, dan membayar zakat, juga menunaikan haji jika mam pu harus mendapat perhatian utama. Sesibuk apapun kita harus menyempatkan waktu untuk men ja lan kannya. Kewajiban kepada Allah harus didahulukan sebelum yang lain.

Di samping menjalankan kewajiban kepada Allah ada suatu kewajiban yang harus ditunaikan juga, seperti bekerja untuk menafkahi keluarga. Pa ra ulama bersepakat bahwa bekerja menafkahi ke luar­ga itu wajib. Artinya, berdosa bagi orang yang me­ning galkannya, kecuali uzur.

Rasulullah menegaskan, “Mencari rezeki yang halal adalah wajib sesudah menunaikan yang fardhu (seperti shalat, puasa, dan lain-lain).” (Riwayat Ath­Thabani dan Al­Baihaqi)

Sangat disayangkan jika ada kaum Muslimin yang berangkat kerja dalam keadaan loyo, pa da­hal ia mendapatkan gaji dari pekerjaan tersebut. Tak se patutnya orang bekerja asal­asalan, karena Allah menghendaki kita ber buat ihsan, ter­ma suk da lam bekerja.

Perbuatan ihsan dalam bekerja adalah ber­sung guh sungguh, amanah dan profesional. Di ba lik kesungguhan, amanah dan profesionalitas itu terdapat pahala di sisi Allah. Mereka diganjar se bagai mujahid, sebagaimana sabda Nabi , “Se-sungguhnya Allah suka kepada hamba yang ber-kar ya dan terampil. Barangsiapa yang besusah-su sah mencari nafkah untuk keluarganya, maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wa Jalla.” (Riwayat Ahmad)

Selain pahala yang besar, di balik kesungguhan, amanah, dan profesionalitas dalam bekerja itu Allah juga menyiapkan ampunan. Rasulullah ber sabda, “Sesungguhnya di antara dosa-dosa ada yang tidak bisa dihapus dengan pahala shalat, se-dekah, atau haji namun hanya dapat ditebus de-ngan kesusahpayahan dalam mencari nafkah.” (Ri wayat Ath­Thabrani)

Para ulama sepakat bahwa shalat malam itu hukumnya sunnah, sedang menafkahi keluarga itu hukumnya wajib. Dalam fiqih awwaliyat (prio­ri tas), perkara yang wajib harus didahulukan se be­lum mengerjakan yang sunnah.

Kami menyarankan agar kita pandai­pandai mengatur waktu. Jangan memaksakan diri. Kalau mampu bangun setengah jam, efektifkan setengah jam untuk shalat Tahajud. Kami yakin kita tetap bisa shalat malam dan tetap bekerja di siang hari de ngan semangat, kesungguhan, amanat, dan profesional.*

.

Page 8: Rubrik Parenting  Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com84

SYIFA

Tak perlu suplemen, cukup buah-buahan dan sayur-sayuran.

Anda sering merasa lelah, terserang batuk, pilek, atau fl u? Lalu apa yang Anda lakukan?

Kebanyakan dari kita biasanya ingin segera mengatasi masalah tersebut dengan cepat dan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan mengonsumsi obat-obatan kimia sintetik dan berharap dapat memulihkan kondisi tubuh menjadi normal kembali dengan cepat. Bahkan tak jarang digunakan juga antibiotik untuk mempercepat penyembuhannya.

Padahal, hal itu bisa diatasi dengan cukup banyak istirahat dan mengonsumsi banyak vitamin C, yang bisa didapatkan dari buah-buahan dan sayur sayuran. Sebab, sumber dari masalah itu semua adalah sistem imun yang menurun.

Sistem imun (kekebalan) adalah salah satu komponen dokter di dalam tubuh Anda yang melindungi dan memberikan daya tahan terhadap penyakit. Sistem imun ini bertanggung jawab dalam melawan semua bakteri, virus, fungi, dan antigen lain. Dan salah satu cara untuk meningkatkan sistem imun adalah dengan mengonsumsi vitamin C.

Vitamin C (asam askorbat) merupakan salah satu vitamin yang larut dalam air, yang memiliki banyak peranan bagi kesehatan tubuh kita. Vitamin ini termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Maka hindari memanaskan buah dan sayur pada suhu tinggi dan penggunaan peralatan logam untuk memasaknya.

Dengan mengonsumsi vitamin C banyak manfaat yang bisa didapatkan, di antaranya: Pertama, meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Jika kadarnya kuat, vitamin C menstimulasi pergerakan sel darah putih fagositik, terutama netrofi l, ke tempat infl amasi, dan juga meningkatkan transformasi limfosit menjadi sel T, sel B, dan natural killer cells, sebagai suatu antioksidan. vitamin C melindungi sel darah putih dari radikal bebas dan substansi toksik lain yang dilepaskan oleh fagosit teraktivasi.

Kedua, memperbaiki kulit. Vitamin C adalah antioksidan yang paling banyak dibutuhkan kulit. Ia dapat membantu menetralkan radikal bebas yang menumpuk akibat paparan sinar matahari dan usia. “Pemberian vitamin C yang

dikombinasi dengan bahan lain, memperbaiki beberapa tanda-tanda penuaan termasuk garis-garis halus, pigmentasi tidak merata, warna kulit dan tekstur, “kata Dr Mariusz Sapijaszko, Direktur Medis dari Youthful Image Cosmetic Surgery Clinic dan seorang profesor dermatologi di University of Alberta.

Ketiga, menjaga struktur kolagen. Yaitu sejenis protein yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan lain di tubuh manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah tulang, memar, pendarahan kecil, dan luka ringan

Keempat, meningkatkan kerja otak. Dua peneliti di Texas Woman’s University menemukan bahwa murid SMTP yang tingkat vitamin C-nya dalam darah lebih tinggi ternyata menghasilkan tes IQ lebih baik daripada yang jumlah vitamin C-nya lebih rendah.

Kelima, melawan kanker. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa wanita yang mengasup banyak vitamin C dari makanan seperti buah-buahan atau sayur (bukan suplemen), memiliki risiko lebih rendah terkena kanker payudara. Bahkan beberapa riset

KEMBALIKAN KESEHATAN

TUBUH DENGAN VITAMIN C

FOTO

: DA

DA

NG

KU

SMAY

AD

I/SU

ARA

HID

AYAT

ULL

AH

Page 9: Rubrik Parenting  Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

FEBRUARI 2014/RABIUL AWAL 1435 85

mengindikasikan vitamin C sebagai racun bagi sel-sel kanker tertentu.

Vitamin C juga mampu me-nang kal nitrit penyebab kanker. Penelitian di Institut Teknologi Massachusetts menemukan, pembentukan nitrosamin (hasil akhir pencernaan bahan makanan yang mengandung nitrit) dalam tubuh sejumlah mahasiswa yang diberi vitamin C berkurang sampai 81%.

Dalam beberapa penelitian lain, vitamin C juga berfungsi untuk meningkatkan mood, membantu penyerapan zat besi untuk pembentukan sel darah merah, mencegah stroke, mencegah artherosclerosis atau pengerasan arteri akibat timbunan kolesterol jahat dan lainnya.

DOSIS VITAMIN C BAGI TUBUHKebutuhan tubuh akan

vitamin C yang direkomendasikan sebenarnya masih menjadi perdebatan dan bervariasi pada setiap negara. Badan Kesehatan Dunia (WHO) misalnya, menetapkan hanya 45 mg sehari. Sementara, Food Standard Agency di Inggris menetapkan 40 mg per hari dan  National Academy of Sciences di Amerika Serikat menetapkan 60-95 mg per hari.

Menurut dr. Leane Suniar M, ahli gizi dari Rumah Sakit UKI Jakarta, jumlah vitamin C yang dibutuhkan tubuh setiap hari adalah 40–60 mg, dengan catatan, kondisi

tubuh dalam keadaan sehat. Karena itu, untuk kebutuhan vitamin C harian, Anda tak perlu mengonsumsi suplemen berdosis tinggi. “Sayuran dan buah-buahan seperti buah berry, tomat dan sitrus dapat memenuhi kebutuhan Anda.” Dengan demikian, Anda tak perlu buang-buang uang untuk sesuatu yang bisa Anda dapatkan secara alami.

Di bawah ini tabel jenis sumber vitamin C berikut komposisinya.

Anda dapat me man faatkannya

de ngan memakan lang sung buah bua-han/sayuran tersebut

ataupun dengan dibuat jus, namun tanpa

gula, es dan susu. Satu buah jambu

biji sehari sudah dapat me menuhi ke butuhan vitamin C ha rian.

Na mun apabila kondisi sedang lelah ataupun Anda sedang terserang fl u, jumlah tersebut dapat ditingkatkan lagi.

Kadar vitamin C dalam tubuh dapat berkurang dengan pola hidup atau aktivitas yang buruk seperti me rokok, minuman beralkohol, kon sumsi obat tertentu seperti anti kejang, antibiotik tetrasiklin, ar thritis, obat tidur, dan kontrasepsi oral. Sehingga apabila Anda seorang pe ro kok, atau sedang mengonsumsi jenis antibiotik tersebut kebutuhan vitamin C harian Anda harus lebih ditingkatkan lagi dari biasanya.

Namun apabila tubuh ke ku ra-ngan vitamin C, dapat me nim bu l kan kondisi seperti luka lambat sembuh, cepat lesu, nyeri sendi, kulit sangat ke ring dan bersisik, mudah bersin dan stress.

Vitamin C memang baik bagi tubuh Anda. Tapi, bukan berarti An da harus menuruti klaim para produsen suplemen vitamin C un-tuk mengonsumsinya dalam dosis ting gi. Salah-salah Anda justru akan menyengsarakan hidup Anda sen diri. Beberapa masalah yang bisa terjadi saat Anda mengalami hipervitaminosis C atau overdosis vitamin C adalah iritasi di mulut, sakit ke pala dan demam. Selain itu, Anda ju ga berisiko akan ter se rang nyeri lam bung dan diare. Ini disebabkan ka rena vitamin C ber sifat asam dan akan memperberat kerja organ ginjal, karena kelebihan vi-tamin C akan di buang oleh ginjal.* Ika Oktariyani, Apo te ker dan Herbalis di Green Zone Herbal

Jambu biji 108

Kiwi 100

Lengkeng 84

Pepaya 62

Paprika Merah 190

Brokoli 118

Kubis 80,4

Stroberi 56,7

Kembang kol 50

Jeruk 30-50

Tomat 34

Cabe 84

Apel 5

Melon 42

Anggur 34

Sukun 29

Mangga 28

Nanas 15

Pisang 9

Alpukat 8

Blewah 30

Ubi Jalar 49,2

NAMA BUAH & SAYUR

KANDUNGAN VITAMIN C MG/100 MG

Sumber: http://www.belajarkreatif.net/2013/05/daftar-buah-

dan-sayur-sumber-vitamin-c.html#ixzz2plmARBd5

FOTO

: MU

H A

BDU

S SY

AK

UR/

SUA

RA H

IDAY

ATU

LLA

H

FOTO

: MU

H A

BDU

S SY

AK

UR/

SUA

RA H

IDAY

ATU

LLA

H

Page 10: Rubrik Parenting  Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com86

Salah satu karunia yang Allah berikan kepada seorang hamba yaitu rumah. Karenanya, orang yang mendapat rumah baru

hendaknya menjadikannya sebagai ladang kebaikan dan ibadah serta tempat berzikir pada-Nya, bukan sebagai tempat maksiat.

Berkaitan dengan menempati rumah baru, terdapat beberapa adab yang dianjurkan:

Pertama, bersyukur pada Allah atas karunia-Nya berupa rumah baru yang ia peroleh. Firman Allah: “Ingatlah ketika Tuhanmu mengumumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim [14]: 7)

Kedua, ketika masuk rumah baru mambaca,

“Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.”

Ibnu Qoyyim menjelaskan dalam Al-Wabilus Shayyib, bahwa seseorang yang hendak masuk rumah atau kebun hendaknya membaca kalimat di atas sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat Allah.

Hal ini didasarkan pada firman Allah, “Mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu ‘maasya Allah, laa quwwata illaa billaah,’ sekalipun kamu anggap

aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan.” (Al-Kahfi [18]: 39)

Rasulullah bersabda, ”Jika Allah memberi kepada seorang hamba nikmat kebaikan terhadap keluarga, harta, atau anak, kemudian dia membaca, ‘masyaa-Allah, laa quwwata illaa billaah” maka dia tidak akan melihat adanya cacat dalam nikmat selain kematian. (Riwayat At-Thabrani)

Ketiga, syukuran rumah baru.Sebagai bentuk menyempurnakan

rasa syukur, kita dianjurkan untuk mengadakan walimah, mengundang orang lain untuk makan-makan. Walimah ini sering diistilahkan dengan Al-Wakirah. Sebagian ulama sangat menganjurkan hal ini, di antaranya Al-Imam As-Syafii. Beliau mengatakan “Di antara bentuk walimah adalah Al-Wakirah. Saya tidak memberi kelonggoran untuk meninggalkannya.” (Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, 8/207).

Keempat, tidak terlalu khawatir dengan gangguan yang ada.

Biasanya, orang yang akan menempati rumah baru ada yang merasa khawatir dengan makhluk halus yang kemungkinan sudah menghuni rumah tersebut. Menyikapi hal ini, sikap yang terbaik tentu menghilangkan kekhawatiran tersebut dan bersikap biasa saja. Sikap tidak peduli, ternyata menjadi cara ampuh untuk mengusir setan. Setan sebagaimana manusia, ketika dia mengganggu, kemudian tidak digubris, dia akan bosan untuk mengganggu.

Sebaliknya, jika diperhatikan, dia semakin menjadi-jadi dalam menggoda.

Kelima, banyak membaca al-Qur’an, khususnya surat al-Baqarah.

Rumah yang baru ditempati hendaknya sering dibacakan surat al-Baqarah agar tidak didatangi setan. Rasulullah bersabda, ”Bacalah surat Al-Baqarah di rumah-rumah kalian, karena sesungguhnya setan itu tidak masuk ke dalam rumah yang dibaca di dalamnya surat Al-Baqarah.” (Riwayat Al-Hakim)

Keenam, ketika menutup pintu membaca basmalah.

Dari Jabir bin Abdillah, Nabi  memberi banyak saran agar kita tidak terganggu setan. Rasulullah bersabda: “Tutuplah pintu, dan sebutlah nama Allah. Karena setan tidak akan membuka pintu yang tertutup (yang disebut nama Allah).” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Demikianlah beberapa adab ketika memasuki rumah baru. Semoga bermanfaat.* Bahrul Ulum/Suara Hidayatullah

MeneMpati RuMah BaRu

اءما

ش

ا�

� ة و

ق

إ�

� ��

ADAB

FOTO

: MU

H A

BDU

S SY

AK

UR/

SUA

RA H

IDAY

ATU

LLA

H