Ru Tb Milier Infeksi Sekunder

22
PENDAHULUAN Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TBC terutama menyerang paru- paru sebagai tempat infeksi primer. Selain itu, TBC dapat juga menyerang kulit, kelenjar limfe, tulang, dan selaput otak. TBC menular melalui droplet infeksius yang terinhalasi oleh orang sehat. 1 Insidensi Tuberkulosis (TBC) dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas atau angka kematian (mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup lama. 1,2 Di Indonesia TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan dengan urutan ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan. Indonesia menduduki urutan ketiga setelah India dan China dalam jumlah penderita TBC di dunia. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. 1,3,4 1

description

TB + Inf Sekunder

Transcript of Ru Tb Milier Infeksi Sekunder

Page 1: Ru Tb Milier Infeksi Sekunder

PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis. TBC terutama menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer.

Selain itu, TBC dapat juga menyerang kulit, kelenjar limfe, tulang, dan selaput otak. TBC

menular melalui droplet infeksius yang terinhalasi oleh orang sehat.1

Insidensi Tuberkulosis (TBC) dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir

ini di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada negara

berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Tuberkulosis

(TBC) merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas atau angka kematian

(mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup

lama.1,2

Di Indonesia TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan dengan

urutan ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan. Indonesia

menduduki urutan ketiga setelah India dan China dalam jumlah penderita TBC di dunia. Jumlah

penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit

muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC

paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di

Indonesia. 1,3,4

Kuman TBC ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam

pada pewarnaan (Basil Tahan Asam). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung

tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembek. Dalam jaringan

tubuh, kuman ini dapat dorman selama beberapa tahun. Kuman dapat disebarkan dari penderita

TBC BTA positif kepada orang yang berada disekitarnya, terutama yang kontak erat. Imunitas

tubuh sangat berperan untuk membatasi infeksi sehingga tidak bermanifestasi menjadi penyakit

TBC. 3

Penderita TBC akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti batuk berdahak

kronis, demam subfebril, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak napas, nyeri dada, dan

penurunan nafsu makan, badan lemah, penurunan berat badan. Semuanya itu dapat menurunkan

produktivitas penderita bahkan kematian. Gejala-gejala tersebut dijumpai pula pada penyakit

paru selain TBC. Oleh sebab itu orang yang datang dengan gejala diatas harus dianggap sebagai

1

Page 2: Ru Tb Milier Infeksi Sekunder

seorang “suspek tuberkulosis” atau tersangka penderita TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan

dahak secara mikroskopis langsung. Selain itu, semua kontak penderita TB Paru BTA positif

dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.4,5,6,7

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva

mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris), badan kurus atau berat badan

menurun. Tempat kelainan lesi TB yang perlu dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila dicurigai

infiltrat yang agak luas, maka akan didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi nafas bronkial.

Akan didapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronkhi basah, kasar, dan nyaring.1,2,4,8

Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu penegakan diagnosis TBC adalah tes

tuberculin, pemeriksaan radiologis, pemeriksaan darah dan terutama pemeriksaan sputum.

Pemeriksaan sputum adalah penting, karena dengan ditemukannnya kuman BTA, diagnosis

tuberkulosis sudah dapat dipastikan. 1,2,3,4

TB Milier merupakan suatu bentuk Tuberkulosa paru dengan terbentuknya granuloma.

Granuloma yang merupakan perkembangan penyakit dengan ukuran diameter 1-2 mm.

Tuberkulosis jenis ini dapat terjadi pada semua golongan umur, namun sebagian besar penderita

berumur kurang dari 5 tahun. Pada orang dewasa dan anak, Tuberkulosis Milier terjadi bila focus

di paru pecah dan masuk ke dalam arteri atau vena sehingga terjadi bakterimia. 9

Terjadinya TB Milier dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu kuman M.tuberkulosis (jumlah dan

virulensi), status imunologis penderita (nonspesifik dan spesifik) dan faktor lingkungan

(kurangnya paparan sinar matahari, penggunaan alcohol, dan sosio ekonomi). 75% kasus TBC

Milier positif dalam pemeriksaan BTA sputum. Pemeriksaan TBC Milier dapat ditemukan

dengan pemeriksaan Radiologis foto polos thoraks, berupa gamabaran badai salju. Infiltrat-

infiltrat yang harus berukuran beberapa mm, tersebar di kedua lapangan paru. 9

Saat ini telah dapat dilakukan pengobatan TBC secara efektif dan dalam waktu yang

relatif singkat. Program pengobatan tersebut dikenal dengan nama DOTS (Direct Observed

Treatment Shortcourse). Obat yang digunakan adalah kombinasi dari Rifampicin, Isoniazid,

Pyrazinamid, Ethambutol, dan Streptomycin. Dosis obat anti tuberkulosis yang sering

digunakan : INH : 5 mg/kgBB/hari, Rifampisin : 10 mg/kgBB/hari, Streptomisin : 15

mg/kgBB/hari: intra muskular, Pirazinamid : 25 mg/kg BB/hari, Etambutol : 15 mg/kg BB/hari.

Pengobatan dilakukan dalam waktu 6-8 bulan secara intensif dengan diawasi seorang PMO

(Pengawas Menelan Obat) untuk meningkatkan ketaatan penderita dalam minum obat.8

2

Page 3: Ru Tb Milier Infeksi Sekunder

Medikamentosa OAT menurut kategori:

Kategori 1, bagi penderita baru TB paru, sputum BTA positif; penderita TB paru, sputum BTA

negatif, rontgen positif; penderita TB ekstra paru berat diterapi dengan

2RHZE/4RH-2RHZE/4R3H3-2RHZE/6HE.

Kategori 2, bagi penderita kambuh; penderita gagal; penderita after default diterapi dengan

2RHZES/1RHZE/5RHE- 2RHZES/1RHZE/5R3H3E3.

Kategori 3, bagi penderita baru TB paru, sputum BTA negative, rontgen positif dengan kelainan

paru tidak luas; penderita TB paru ringan diterapi dengan

2RHZ/4RH-2RHZ/4R3H3-2RHZ/6HE.

Kategori 4, bagi penderita TB kronik diterapi dengan H seumur hidup. 1,3

3

Page 4: Ru Tb Milier Infeksi Sekunder

LAPORAN KASUS

Seorang laki-laki, Tn. PN, umur 17 tahun, suku Minahasa, alamat Mokupa, belum

menikah, pendidikan terakhir sekolah lanjutan tahap pertama, pekerjaan pelajar, datang ke

Instalasi Gawat Darurat Medik RSUP Prof. R.D. Kandou, kemudian dirawat di irina C5 tanggal

29 November 2011 dengan keluhan utama sesak.

Pada anamnesis didapatkan sesak yang dialami sejak ± 3 minggu sebelum masuk rumah

sakit, namun menghebat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak bersifat hilang timbul,

meningkat saat beraktivitas dan berkurang saat beristirahat. Sesak pada malam hari saat tidur

tidak pernah dirasakan oleh penderita. Batuk juga dialami penderita sejak ± 3 minggu yang lalu.

Batuk berdahak, dahak berwarna kuning. Batuk menghebat saat malam hari dan bila minum obat

batuk dari dokter umum batuknya berkurang. Penderita juga merasa demam. Demam sumer-

sumer sejak ± 3 minggu terakhir dan bersifat hilang timbul. Keringat malam dialami penderita

sudah 3 minggu terakhir. Nyeri ulu hati juga dirasakan penderita, nyeri pinggang tidak ada.

Penderita merasakan lemah badan terutama saat beraktivitas. Nafsu makan penderita menurun

sejak 3 minggu terakhir dan disertai dengan penurunan berat badan sebanyak ± 10 kg dalam 3

minggu terakhir. Buang air kecil biasa dan buang air besar biasa. Penderita mengaku baru kali

ini menderita sakit seperti ini dan belum pernah mendapatkan pengobatan batuk selama 6 bulan.

Riwayat penyakit dahulu, penderita menyangkal tidak pernah manderita penyakit seperti

diabetes melitus, hipertensi, ginjal, penyakit jantung, kolesterol, asam urat, dan liver.

Riwayat penyakit keluarga, penderita mengaku bahwa hanya penderita yang menderita

penyakit seperti ini.

Riwayat pribadi / sosial, penderita tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum penderita tampak sakit sedang,

kesadaran compos mentis dengan tensi 100/70 mmHg, nadi 112 x / menit, reguler, isi cukup,

total pernapasan dalam 1 menit 42 x / menit, dan suhu badan axiller 36,3oC, tinggi badan 165 cm,

berat badan 59 kg, keadaan gizi cukup (IMT 21,7), umur menurut dugaan pemeriksa 15-an

tahun, habitus atletikus, mobilisasi pasif. Pada pemeriksaan kulit didapatkan warna sawo matang,

suhu badan hangat pada perabaan, lapisan lemak tipis, tidak ada edema. Pada pemeriksaan

kepala didapatkan ekspresi tampak sakit, rambut tidak mudah dicabut, konjungtiva anemis,

sklera ikterik tidak ada, pupil bulat isokor dengan diameter 3 mm, refleks cahaya +/+, gerakan

4

Page 5: Ru Tb Milier Infeksi Sekunder

bola mata aktif. Pada pemeriksaan telinga tidak ditemukan tophi, lubang normal, cairan tidak

ada. Pada pemeriksaan hidung tidak didapatkan deviasi, sekret dan perdarahan. Pada

pemeriksaan mulut foetor tidak ada, bibir tidak sianosis, gigi tidak ada caries, lidah beslag tidak

ada, mukosa basah, pembesaran tonsil tidak ada dan tidak hiperemis serta faring tidak hiperemis.

Pada pemeriksaan leher tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening di leher, trakhea

letak ke arah lateral kiri, pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, tekanan JVP: 5±2 cmH2O.

Pada pemeriksaan thoraks dada dalam keadaan simetris, retraksi ada, pada buah dada

tidak ditemukan ginekomastia, tidak ada kelainan kulit. Pada punggung, bentuk simetris, tidak

ada kelainan kulit. Pada pemeriksaan paru depan didapatkan inspeksi terlihat gerakan dada

simetris saat statis dan saat dinamis. Palpasi stem fremitus sama keras pada dada kiri dan kanan.

Perkusi di kanan sonor, batas paru hepar pada ICS VI dengan peranjakan paru hepar sekitar 3

cm, perkusi di kiri sonor. Auskultasi suara pernapasan bronkial, terdengar rhonki di seluruh

lapangan paru, wheezing (-). Pada pemeriksaan paru belakang didapatkan inspeksi terlihat

simetris saat keadaan statis dan dinamis. Palpasi stem fremitus sama kerasnya di sisi kiri dan

kanan. Perkusi di kanan sonor dan batas paru bawah di thorakal IX, paru kiri sonor dan batas

paru bawah thorakal IX. Auskultasi suara pernapasan bronkial, rhonki (+) di seluruh lapangan

paru, wheezing (-). Pada pemeriksaan jantung didapatkan pada inspeksi iktus cordis tidak

nampak, palpasi iktus cordis tidak teraba, perkusi didapatkan batas jantung kiri di ICS V linea

midclavicularis sinistra dan pinggang jantung (+), sedangkan batas kanan di ICS IV linea

parasternalis dextra, Auskultasi irama teratur, hearth rate kurang lebih 112 kali per menit,

M1>M2, T1>T2, A2>A1, P2>P1, A2>P2 tidak ditemukan bising dan gallop pada pasien ini.

Pada abdomen didapatkan inspeksi : datar; palpasi : lemas, nyeri tekan epigastrium (+),

hepar dan lien tidak teraba, ballotement (-); perkusi : tympani, nyeri ketok CVA kiri dan kanan

tidak ada; auskultasi : bising usus normal. Pada pemeriksaan kelamin tidak terdapat kelainan.

Pada ekstremitas superior didapatkan kulit telapak tangan warna merah pucat, tidak

terdapat tremor, tidak ada deformitas pada jari, clubbing finger tidak ada, kuku sianosis tidak

ada, tidak ada edema, otot eutrofi, tophi tidak ada, bengkak pada sendi tidak ada, nyeri sendi

tidak ada, gerakan sendi aktif normal dan pasif normal, kekuatan otot 5/5. Pada pemeriksaan

ekstremitas inferior, didapatkan luka tidak ada, varises tidak ada, parut tidak ada, otot eutrofi,

tophi tidak ada, bengkak pada sendi tidak ada, nyeri sendi tidak ada, gerakan sendi aktif normal

dan pasif normal, kekuatan otot 5/5, suhu raba hangat, edema tidak ada.

5

Page 6: Ru Tb Milier Infeksi Sekunder

Pada pemeriksaan refleks didapatkan refleks fisiologis berupa refleks biseps, triseps,

patella, dan achilles (+) normal; sedangkan refleks patologis berupa refleks babinski, brudzinski,

kernig, dan laseque (-).

Dari hasil laboratorium yang didapatkan tanggal 29 November 2011, pada pemeriksaan

darah lengkap LED 45 mm/jam, Hb 8,2 gr%, leukosit 4200 /µL, eritrosit 2670000 /µL, trombosit

211000 /µL, PCV: 24,9%. Pada pemeriksaan darah lainnya didapatkan GDS 140 mg/dl, ureum

25 mg/dL, kreatinin 0,8 mg/dL, natrium 120 mEq, kalium 4,8 mEq, klorida 101 mEq, pada

pemeriksaan rontgen thorax didapatkan gambaran nodul terkalsifikasi pada seluruh bagian paru.

Resume kasus, seorang pasien pria 17 tahun, MRS tanggal 29 November 2011 dengan

sesak, hilang timbul, meningkat saat beraktivitas dan berkurang saat beristirahat. Paroksismal

nocturnal dispnoe (-),batuk berdahak berwarna kuning, menghebat saat malam dan berkurang

bila minum obat batuk dari dokter umum, demam sumer-sumer(+), keringat malam (+), nafsu

makan menurun (+), penurunan berat badan (+). Buang air kecil biasa dan buang air besar biasa.

Riwayat kontak (-). Konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-), pembesaran kelenjar getah bening

(-), trakhea letak tengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), tekanan JVP: 5±2 cmH2O. Pada

pemeriksaan thoraks simetris kiri dan kanan. Pada pemeriksaan paru didapatkan simetris kiri dan

kana pada keadaan statis dan dinamis, stem fremitus sama kiri dan kanan, perkusi sonor kiri dan

kanan, auskultasi suara pernapasan bronkial pada paru kiri dan kanan, terdapat bunyi ronkhi (+)

seluruh bagian paru, wheezing (-). Pemeriksaan jantung batas kanan pada ICS IV linea

parasternalis dextra, batas kiri pada ICS V linea midclavicularis dextra, pemeriksaan abdomen

terdapat nyeri tekan epigastrium , ekstremitas dalam batas normal. Lain-lain tidak ada kelainan.

Hasil laboratorium didapatkan LED meningkat, anemia sedang, kesan blood smear: susp.

Anemia on chronic disease. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium,

penderita didiagnosa dengan susp. TB paru milier + infeksi sekunder, anemia e.c. susp. chronic

disease.

Penatalaksanaan pada pasien ini, O2 2-4 L/menit, IVFD NaCl 0,9% 8 gtt per menit,

Ceftriaxone 2x1 gram iv, Dexametason 3x1 amp inj iv, Ranitidin 2x50 gr inj iv. Direncanakan

untuk dilakukan sputum BTA 3x, kontrol darah lengkap, urinalisa test, albumin, globulin, foto

thorax PA, EKG dan transfusi PRC 1kg/kgBB per hari sampai Hb ≥ 10 gr%.

6

Page 7: Ru Tb Milier Infeksi Sekunder

FOLLOW UP

30 November 2011 (Hari rawat I)

Keluhan sesak mulai berkurang, batuk berlendir (+). Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi

100 x/menit, respirasi 34 x/menit, suhu badan 36,5°C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan

pemeriksan paru palpasi stem fremitus sama di kiri dan kanan, perkusi sonor di kiri dan kanan,

auskultasi rhonki +/+ pada seluruh lapangan paru, wheezing -/-. Lain-lain tidak ada kelainan.

Penderita masih didiagnosis dengan susp. TB paru milier + infeksi sekunder, anemia e.c. susp.

chronic disease. Terapi IVFD NaCl 0,9% ditambahkan aminofilin; NaCl:aminofilin (1:1) 20

gtt/menit, Gliseril Guaiakolat 3x1tab.

1 Desember 2011 (Hari rawat II)

Keluhan sesak berkurang, demam (+), batuk berlendir (+), nyeri perut (+). Tekanan darah

110/70 mmHg, nadi 98 x/menit, respirasi 32x/menit, suhu badan 37°C. Pada pemeriksaan fisik

didapatkan pemeriksan paru palpasi stem fremitus sama di kiri dan kanan, perkusi sonor di kiri

dan kanan, auskultasi rhonki +/+ pada semua lapangan paru, wheezing -/-. Lain-lain tidak ada

kelainan.

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 1 Desember 2011: Hb: 8,2 gr/dL, leukosit

2600/µL, trombosit 129000/ µL, eritrosit 3090000/ µL, PCV 24%, LED 43 mm/jam, SGOT:16,

SGPT:12, Na 133 mEq, K 2,6 mEq dan Cl 103 mEq. Penderita masih didiagnosa dengan susp.

TB paru milier + infeksi sekunder, anemia e.c. susp. chronic disease, hiponatremia, hipokalemia.

Terapi masih tetap dilanjutkan dengan penambahan obat Paracetamol 3 kali 500 mg (kalau

perlu), aspar K 3 kali 1, antacid syr 3x2C, ranitidine iv diganti omeprazole 2x1caps. Rencana

pemeriksaan yaitu darah lengkap, Na, K, Cl, widal test, DDR.

2-3 Desember 2011 (Hari rawat III-IV)

Keadaan penderita masih lemah, sesak berkurang, demam (+), batuk berlendir (+).

Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 92x/m, respirasi 32 x/m, suhu badan 37°C. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan pemeriksan paru palpasi stem fremitus sama di kiri dan kanan,

perkusi sonor di kiri dan kanan, auskultasi rhonki +/+ pada semua lapangan paru, wheezing -/-.

Lain-lain tidak ada kelainan. Penderita masih didiagnosa dengan susp. TB paru milier + infeksi

7

Page 8: Ru Tb Milier Infeksi Sekunder

sekunder, anemia e.c. susp. chronic disease, hiponatremia, hipokalemia. Terapi pada penderita

masih tetap dilanjutkan.

4 Desember 2011 (Hari rawat V)

Keluhan sesak berkurang, demam (+), keluhan batuk berlendir (+). Tekanan darah

110/80 mmHg, nadi 112 x/menit, respirasi 32 x/menit, suhu badan 37,2°C. Pada pemeriksaan

fisik didapatkan pemeriksaan paru palpasi stem fremitus sama di kiri dan kanan, perkusi sonor di

kiri dan kanan, perkusi sonor di kiri dan kanan, auskultasi rhonki +/+ pada semua lapangan paru,

wheezing -/-.. Lain-lain tidak ada kelainan.

Hasil Foto thoraks PA: Milliary type appearance dengan bercak infiltrat pada apek sinistra, gambaran

tuberculoma (+). Besar cor normal. Kesan : TB Millier.

Hasil laboratorium tanggal 1 Desember 2011

Widal test : negatif

Malaria : negatif

Na: 137 mmol/L, K: 2,9 mmol/L, Cl 90 mmol/L.

Penderita didiagnosa dengan TB paru milier + infeksi sekunder, anemia e.c. susp. chronic

disease, hipokalemia.. Antibiotik Ceftriaxone dihentikan terapi lain masih tetap dilanjutkan

dengan dan penderita mulai diberikan pengobatan OAT kategori 1 sesuai dosis (BB=59 kg) yaitu

Rifampisin 450 mg 1x1, INH 300 1x1, Etambutol 500 mg 3x1, Pirazinamid 500 mg 3x1 dan

diberikan vitamin B6 serta diberikan fraksi protein plasma (plasmanate) 250mL.

5 Desember 2011 (Hari rawat VI)

Keluhan sesak berkurang, demam (+), keluhan batuk berlendir (+). Tekanan darah

110/70 mmHg, nadi 112 x/menit, respirasi 32 x/menit, suhu badan 36,8°C. Pada pemeriksaan

fisik didapatkan pemeriksaan paru palpasi stem fremitus sama di kiri dan kanan, perkusi sonor di

kiri dan kanan, perkusi sonor di kiri dan kanan, auskultasi rhonki +/+ pada semua lapangan paru,

wheezing -/-.. Lain-lain tidak ada kelainan. Didiagnosa dengan TB paru milier + infeksi

sekunder, anemia e.c. susp, hipokalemia. chronic disease, hiponatremia, hipokalemia. Terapi

masih tetap dilanjutkan dengan dan penderita diberikan pengobatan OAT kategori 1 (Hari ke-2),

fraksi protein plasma (plasmanate) 250mL (hari ke-2).

8

Page 9: Ru Tb Milier Infeksi Sekunder

6 Desember 2011 (Hari rawat VII)

Keluhan sesak berkurang, demam (+), keluhan batuk berlendir (+). Tekanan darah

110/70 mmHg, nadi 98 x/menit, respirasi 34 x/menit, suhu badan 36,8°C. Pada pemeriksaan fisik

didapatkan pemeriksaan paru palpasi stem fremitus sama di kiri dan kanan, perkusi sonor di kiri

dan kanan, perkusi sonor di kiri dan kanan, auskultasi rhonki +/+ pada semua lapangan paru,

wheezing -/-.. Lain-lain tidak ada kelainan.

Hasil laboratorium pada tanggal 5 Desember 2011 didapatkan Hb: 9,2 gr/dL, leukosit

6100/µL, trombosit 320000/ µL, eritrosit 3100000/ µL, PCV 25,4%. Didiagnosa dengan TB paru

milier + infeksi sekunder, anemia e.c. susp, hipokalemia. chronic disease Terapi masih tetap

dilanjutkan dengan dan penderita diberikan pengobatan OAT kategori 1 (Hari ke-3) ,fraksi

protein plasma (plasmanate) 250mL (hari ke-3).

7 Desember 2011 (Hari rawat VIII)

Keluhan sesak berkurang, demam (+), keluhan batuk berlendir (+). Tekanan darah

120/70 mmHg, nadi 92 x/menit, respirasi 28 x/menit, suhu badan 36,8°C. Pada pemeriksaan fisik

didapatkan pemeriksaan paru palpasi stem fremitus sama di kiri dan kanan, perkusi sonor di kiri

dan kanan, perkusi sonor di kiri dan kanan, auskultasi rhonki +/+ pada semua lapangan paru,

wheezing -/-.. Lain-lain tidak ada kelainan. Didiagnosa dengan TB paru milier + infeksi

sekunder, anemia e.c. susp. chronic disease, hipokalemia. Terapi masih tetap dilanjutkan dengan

dan penderita diberikan pengobatan OAT kategori 1 (Hari ke-4) ,fraksi protein plasma

(plasmanate) 250mL (hari ke-4).

Penderita minta untuk dirawat jalan. Terapi diteruskan dan diminta untuk kontrol ke poli paru

RSUP Prof Kandou.

9

Page 10: Ru Tb Milier Infeksi Sekunder

PEMBAHASAN

Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut

WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun (WHO,

1993). Di negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang

sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara-negara

berkembang Dengan munculnya epidemi HIV/AIDS di dunia jumlah penderita TB akan

meningkat. Kematian wanita karena TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan,

persalinan serta nifas (WHO). WHO mencanangkan keadaan darurat global untuk penyakit TB

pada tahun 1993 karena diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB. 4

Munculnya manifestasi klinis TB hanya sebesar 10-20% pada orang yang terinfeksi

kuman TB dan pada penderita infeksi primer yang menjadi progresif dan sakit memiliki gejala

umum dan gejala respiratorik. .3,6

Gejala umum berupa demam dan malaise. Pada pasien ini terdapat gejala demam dan

malaise. Demam sumer-sumer timbul sejak 3 minggu yang lalu disertai dengan berkeringat pada

malam hari. Gejala demam ini bersifat hilang timbul. Malaise dapat terjadi dalam jangka waktu

panjang berupa pegal-pegal, rasa lelah, anoreksia, nafsu makan berkurang, serta penurunan berat

badan.8

Gejala respiratorik berupa batuk kering maupun produktif merupakan gejala yang paling

sering terjadi dan merupakan indikator yang sensitif untuk penyakit tuberkulosis paru aktif.

Batuk ini sering bersifat persisten karena perkembangan penyakit yang lambat.2,3,4,6,8 Gejala sesak

nafas timbul jika terjadi pembesaran nodus limfa pada hilus yang menekan bronkus, atau terjadi

efusi pleura, ekstensi radang parenkim atau miliar.3,6 Nyeri dada biasanya bersifat pleuritik

karena terlibatnya pleura dalam proses penyakit. Hemoptisis dapat terjadi dari ringan sampai

yang masif.8 Pada reaktivasi tuberkulosis, gejalanya berupa demam menetap yang naik dan

turun, berkeringat pada malam hari, kaheksia, batuk kronik dan hemoptisis.8 pada pasien ini ada

gejala-gejala respiratorik seperti batuk kronis selama 3 minggu dan berlendir kuning, keringat

malam, penurunan berat badan ± 5 Kg dalam dua minggu, dan juga sesak.

Pada pemeriksaan fisik penderita TB paru dapat ditemukan dada cembung, suara nafas

bronkial, amforik, suara nafas melemah, rhonki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma,

10

Page 11: Ru Tb Milier Infeksi Sekunder

mediastinum.3,4,6,8,9 Hal ini tergantung dari luas dan kelainan struktur paru. Pada pasien ini

ditemukan adanya suara napas tambahan berupa ronkhi pada seluruh lapangan paru.

Pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis tuberkulosis meliputi pemeriksaan

laboratorium, radiologi, histopatologi jaringan, uji tuberkulin dan pemeriksaan lain.6

Pemeriksaan laboratorium meliputi hemoglobin, leukosit, trombosit, eritrosit, hematokrit, laju

endap darah, hitung jenis, hapusan darah tepi, dan pemeriksaan darah lain sesuai kelainan atau

komplikasi yang dicurigai.7 Pemeriksaan bakteriologik dapat dilakukan secara mikroskopik dan

biakan. Manifestasi hematologi yang paling sering berhubungan dengan TB adalah peningkatan

leukosit di darah tepi dan anemia. Pemeriksaan standar radiologis ialah foto thorax posisi PA

dengan atau tanpa foto lateral, di mana yang dicurigai sebagai lesi TB aktif adalah adanya

bayangan berawan atau nodul, kaviti, bercak milier, dan efusi pleura.9 Diagnosis pasti TB paru

pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara

mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga SPS BTA

hasilnya positif. Pada pasien ini ditemukan pada pemeriksaan darah lengkap adanya peningkatan

LED 45 mm/jam, Hb 8,2 gr% yang menunjukkan anemia sedang, leukosit 4200 /µL, eritrosit

2670000 /µL, trombosit 211000 /µL, PCV: 24,9,%. Pada pemeriksaan darah lainnya didapatkan

GDS 140 mg/dl, ureum 25 mg/dL, kreatinin 0,8 mg/dL, asam urat 6,5 mg/dL, natrium 120 mEq,

kalium 4,8 mEq, klorida 101 mEq, SGOT16, SGPT 12; hasil urinalisis didapatkan urobilinogen

normal, glukosa (-), bilirubin (-), keton (-), eritrosit (-), protein (-), nitrit (-), leukosit (-), pada

pemeriksaan rontgen thorax didapatkan gambaran Milliary type appearance dengan bercak

infiltrat pada apek sinistra, gambaran tuberculoma (+).

Dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang didapatkan maka penderita

didiagnosis kerja dengan Penderita masih didiagnosa dengan susp. TB paru milier + infeksi

sekunder, anemia e.c. susp. chronic disease, hiponatremia dan diterapi dengan antibiotik

spektrum luas, transfusi PRC, koreksi elektrolit dan terapi roborantia yang lain. Kemudian

setelah dilakukan pemeriksaan sputum BTA didapatkan hasil positif 1 yang berarti negative TBC

namun pada gambaran foto thoraks didapatkan Milliary type appearance dengan bercak infiltrat

pada apek sinistra, gambaran tuberculoma (+), yang memberikan kesan TB Millier.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa kunci keberhasilan program

penanggulangan TB adalah dengan menerapkan strategi Directly Observed Treatment

Shortcourse (DOTS) dan cara ini juga dianut di Indonesia. DOTS mengandung lima komponen

11

Page 12: Ru Tb Milier Infeksi Sekunder

yaitu: 1) komitmen pemerintah dalam menjalankan program TB nasional 2) Penemuan kasus TB

dengan pemeriksaan BTA mikroskopik 3) pemberian obat jangka pendek yang diawasi secara

langsung, dikenal dengan istilah DOT (Directly Observed Therapy) 4) pengadaan OAT secara

berkesinambungan 5) monitoring serta pencatatan yang baik.1,2,6 Pemberian OAT mempunyai

peranan penting dalam penanggulangan TB paru selain keadaan umum pasien. Pengobatan TB

terbagi atas 2 fase yaitu fase intensif (fase bakterisidal awal atau inisiasi) selama 2-3 bulan

dimana pada fase ini perlu dilakukan pengawasan ketat untuk mencegah terjadinya kekebalan

obat dan fase selanjutnya adalah fase lanjutan dengan rentan waktu 4-7 bulan untuk membunuh

kuman persisten sehingga mencegah kekambuhan.1,8 Paduan obat OAT terdiri dari obat utama

yaitu rifampisin, INH, etambutol, pirazinamid dan obat tambahan seperti streptomicin,

kanamicin, obat antimikroba golongan kuinolon, golongan macrolid dan lain-lain.1

Evaluasi hasil pengobatan bisa dilakukan melalui evaluasi klinis, bakteriologik,

radiologik, efek samping obat dan keteraturan minum obat.3,4,6 Evaluasi klinis meliputi keluhan,

berat badan, pemeriksaan fisik yang dilakukan setiap 2 minggu pada bulan pertama dan pada tiap

bulan berikutnya. Evaluasi bakteriologik tujuannya adalah untuk mendeteksi konversi dahak

pada awal pengobatan, setelah fase intensif dan akhir pengobatan. Evaluasi radiologik pada

waktu yang sama dan evaluasi efek samping obat secara klinis terhadap fungsi hati, fungsi ginjal,

audiometrik, visus dan darah lengkap secara berkala. Perlu juga dilakukan evaluasi mikroskopik

BTA dan foto thorax setelah sembuh minimal 2 tahun guna mengetahui apakah ada kekambuhan

atau tidak.1,2 Pada pasien ini tergolong kasus penderita sputum BTA negatif, rontgen positif,

sehingga dimasukkan dalam pengobatan kategori 1 dan mendapatkan pengobatan OAT regimen

1 (2 HRZE/4 RHE). Setelah penderita diberikan OAT maka pemberian antibiotik spektrum luas

dapat dihentikan sementara terapi lainnya dilanjutkan.

Prognosis TB paru kearah jelek bila ditemukan adanya kekambuhan, komplikasi ke arah

cor-pulmonal, adanya caviti yang cukup banyak dan adanya diabetes melitus yang sukar untuk

diregulasi.3 Pada pasien ini prognosisnya baik karena tidak ditemukan salah satu dari beberapa

kelainan diatas dan juga apabila penderita minum obat secara teratur.

12

Page 13: Ru Tb Milier Infeksi Sekunder

RINGKASAN

Telah dilaporkan sebuah Tuberculosis milier paru pada seorang laki-laki umur 17 tahun.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala, tanda klinis, pemeriksaan fisik, gambaran

laboratorium, bakteriologik, radiologik. Pada pasien diberikan OAT, antibiotika, transfusi PRC,

koreksi elektrolit dan pengobatan simtomatis lainnya. Pasien juga diberikan diet TKTP. Setelah 8

hari perawatan kondisi pasien mengalami perbaik walaupun ada keluhan pasien minta untuk

dirawat jalan. Pasien dianjurkan untuk minum obat secara teratur dan kontrol di poli paru RSUP

Prof. R.D. Kandou Manado.

13

Page 14: Ru Tb Milier Infeksi Sekunder

Daftar Pustaka

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional penanggulangan

Tuberkulosis. Jakarta, 2010

2. Perhimpunan dokter paru Indonesia. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.

Jakarta, 2006

3. Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis Paru. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam, jilid II. Edisi 4. Ilmu

penyakit dalam FKUI, Jakarta, 2006. Hal 988-994

4. Rani Aziz A, Nafrialdi, dkk. Tuberkulosis Paru. Dalam : Panduan Pelayanan Medik. Edisi 2.

Penyakit dalam FKUI, Jakarta, 2006. hal 109-111.

5. Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC

6. Reviglione MC, O’Brien RJ. Tuberculosis. In Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS et al

(Eds.) Harrison’s principle of internal medicine, 16th ed, vol 1, New York: Mc Graw Hill inc,

2005 page 953-66

7. Vinay Kumar, Abul K. Abbas Nelson Fausto. Robbins and Cotran Pathologic basic of

disease. Philadelphia.2005

8. Djojodibroto, R. Darmanto, dr, Sp.p,FCCP. Respiratory medicine. EGC. Jakarta. 2009

9. Fithri ISR, TB Paru Rekuren Dengan Gambaran Radiologis Foto Polos Thoraks TB

Millier. (Cited Desember 2010). Available from : http://www.fkumyecase.net/wiki/index

14