RSCM 2002-2003

download RSCM 2002-2003

of 99

description

lap keu asp

Transcript of RSCM 2002-2003

  • BADAN PEMERIKSA KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

    LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

    Kami telah ditugasi untuk mengaudit laporan posisi keuangan Perusahaan Jawatan Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (selanjutnya disebut Perjan RSCM) tanggal 31 Desember 2003 serta laporan penerimaan dan biaya, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, dan telah menerbitkan laporan kami Nomor: 38.A/AUDITAMA V/GA/12/2004 tanggal 31 Desember 2004.

    Kami melaksanakan audit berdasarkan Standar Audit Pemerintahan yang diterbitkan Badan Pemeriksa Keuangan dan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material.

    Kepatuhan terhadap hukum, peraturan, kontrak, dan bantuan yang berlaku bagi Perjan RSCM merupakan tanggung jawab manajemen. Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, kami melaksanakan pengujian terhadap kepatuhan Perjan RSCM terhadap pasal-pasal tertentu hukum, peraturan, kontrak, dan bantuan. Namun, tujuan audit kami atas laporan keuangan adalah tidak untuk menyatakan pendapat atas keseluruhan kepatuhan terhadap pasal-pasal tersebut. Oleh karena itu, kami tidak menyatakan suatu pendapat seperti itu.

    Hal material dari ketidakpatuhan adalah kegagalan untuk mematuhi persyaratan, atau pelanggaran terhadap larangan, yang terdapat dalam peraturan, kontrak, atau bantuan yang menyebabkan kami mengambil kesimpulan bahwa kumpulan salah saji sebagai akibat dari kegagalan atau pelanggaran adalah material terhadap laporan keuangan. Hasil pengujian kepatuhan kami mengungkapkan hal material dari ketidakpatuhan berikut ini, yang berdampak material terhadap kewajaran laporan keuangan.

    Nilai kekayaan awal Perjan RSCM, yang berasal dari kekayaan negara yang tidak dipisahkan dan tidak terbagi atas saham-saham, belum ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan perhitungan yang dilakukan bersama oleh Departemen Kesehatan dan

    BPK-RI/AUDITAMA V1

  • Departemen Keuangan. Hal ini berdampak pada kewajaran saldo awal posisi keuangan RSCM yang mencakup aktiva, kewajiban dan penyertaan awal pemerintah. Hal ini belum sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 116 Tahun 2000 tentang Pendirian Perjan RSCM, pasal 11 ayat (3) yang menyebutkan bahwa besarnya modal Perjan pada saat Peraturan Pemerintah ini diundangkan adalah sebesar seluruh kekayaan negara yang tertanam pada Perjan, yang nilainya akan ditetapkan kemudian oleh Menteri Keuangan berdasarkan perhitungan yang dilakukan bersama Menteri. Untuk lebih jelasnya, masalah ini kami kemukakan dalam temuan no. 1 pada Lampiran A.

    Kami mempertimbangkan hal material dari ketidakpatuhan tersebut dalam merumuskan pendapat kami apakah laporan keuangan Perjan RSCM menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, dan laporan ini mempengaruhi laporan kami Nomor: 38.A/AUDITAMA V/GA/12/2004 tanggal 31 Desember 2004 atas laporan keuangan.

    Kecuali sebagaimana dijelaskan di atas, hasil pengujian kepatuhan kami menunjukkan bahwa, berkaitan dengan unsur yang diuji, Perjan RSCM mematuhi, dalam semua hal yang material, pasal-pasal sebagaimana disebutkan dalam paragraf ketiga laporan ini, dan berkaitan dengan unsur yang diuji, tidak ada satu pun yang kami ketahui yang menyebabkan kami percaya bahwa Perjan RSCM tidak mematuhi, dalam semua hal yang material, pasal-pasal tersebut.

    Namun, kami mencatat masalah-masalah tertentu berkaitan dengan kepatuhan Perjan RSCM terhadap pasal-pasal tertentu hukum, peraturan, kontrak, dan persyaratan bantuan disertai saran perbaikannya yang kami kemukakan dalam temuan no. 2 sampai dengan no. 6 pada Lampiran A.

    Auditor Utama Keuangan Negara VPenanggung Jawab Audit

    Drs. Misnoto, Ak., MA.Register Negara No. D-1416

    Jakarta, 31 Desember 2004

    BPK-RI/AUDITAMA V2

  • 1. Penyajian Ekuitas Awal Perjan RSCM Belum Didukung Dokumen Yang

    Memadai

    Berdasarkan laporan keuangan Perusahaan Jawatan Rumah Sakit Dr. Cipto

    Mangunkusumo (Perjan RSCM) tahun 2003 diketahui bahwa nilai ekuitas awal

    Perjan RSCM per 1 Januari 2002 sebesar Rp177.502.439.220,00. Sebagai dasar

    penetapan nilai ekuitas awal, nilai kekayaan/aset Perjan RSCM telah dihitung melalui

    proses inventarisasi aset oleh Tim Inventarisasi sejak tanggal 22 Januari 2001.

    Laporan keuangan Perjan RSCM tahun buku 2002 diaudit oleh Badan

    Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Nilai ekuitas awal dikoreksi

    sebesar Rp6.360.325.699,00 menjadi Rp183.862.764.919,00 karena adanya aset yang

    belum tercatat dan kesalahan pembukuan serta aset masih belum didukung oleh

    data/bukti yang memadai.

    Berdasarkan hasil pemeriksaan secara uji petik terhadap akun aset khususnya

    akun Aktiva Tetap diketahui bahwa hasil inventarisasi aset tersebut masih belum

    memadai karena :

    a. Terdapat aset-aset yang berasal dari sumbangan pihak ketiga, dibeli oleh

    Departemen/unit pelaksana dan bantuan luar negeri belum tercatat;

    b. Nilai tanah/gedung belum dinilai sesuai dengan Pedoman Standarisasi

    Pembayaran Gedung Negara Tahun 1994/1995 tanggal 13 Mei 1994

    c. Nilai tercatat sebagian aset tidak didukung bukti transaksi yang memadai.

    Selanjutnya, ekuitas awal Perjan RSCM yang merupakan dana pemerintah

    pada Neraca pembukaan Perjan RSCM sampai dengan pemeriksaan berakhir belum

    mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan RI.

    Peraturan Pemerintah RI No. 116/2000 tentang Pendirian Perjan RSCM pasal

    11 point (3) menyebutkan besarnya modal Perjan adalah sebesar seluruh kekayaan

    Negara yang tertanam pada Perjan, yang nilainya akan ditetapkan kemudian oleh

    Menteri Keuangan berdasarkan perhitungan yang dilakukan bersama Menteri.

    Hal tersebut mengakibatkan penyajian akun Ekuitas dalam laporan keuangan

    Perjan RSCM belum diyakini kewajarannya.

    BPK-RI/AUDITAMA V3

    Lampiran A

  • Hal tersebut terjadi karena manajemen Perjan RSCM belum melakukan

    inventarisasi kekayaan/aset secara cermat dan memperoleh penetapan ekuitas awal

    Perjan sesuai ketentuan yang berlaku.

    Direksi Perjan RSCM menjelaskan bahwa dilakukan inventarisasi ulang atas

    aset dan selanjutnya hasil inventarisasi tersebut dijadikan dasar pengajuan sebagai

    ekuitas awal untuk mendapatkan pengesahan dari Menteri Keuangan melalui Menteri

    Kesehatan.

    BPK RI menyarankan agar Perjan RSCM segera melakukan inventarisasi aset

    secara memadai dan mengajukan usulan ekuitas awal untuk mendapat pengesahan

    dari pejabat yang berwenang.

    2. Pengadaan Alat Medis dan Alat Non Medis Pada Perjan RSCM Belum Sesuai

    Dengan Peraturan Yang Berlaku

    Perjan RSCM pada tahun 2003 telah menandatangani perjanjian kerjasama

    pengadaan alat-alat medis dan non medis sebanyak 13 (tiga belas) kontrak senilai

    Rp4.525.694.875,00. Sumber dana untuk pengadaan barang tersebut berasal dari

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN-DIP) yang telah ditetapkan yakni

    sebesar Rp4.531.720.000,00 sehingga terdapat sisa anggaran sebesar Rp

    6.025.125,00. Hasil pemeriksaan terhadap pengadaan barang tersebut menunjukkan

    hal-hal sebagai berikut :

    a. Panitia Pembelian Barang Tidak Membuat Harga Perhitungan Sendiri

    Dari hasil pemeriksaan secara uji petik terhadap dokumen pengadaan

    barang diketahui bahwa Panitia Pembelian Barang Proyek Peningkatan Upaya

    Kesehatan Propinsi DKI Jakarta Pada Perjan RSCM telah dibentuk dengan Surat

    Keputusan Pimpinan Bagian Proyek (Pimbagpro) No. 080/PP/K/V/2003 tanggal

    28 Mei 2003. Panitia Pembelian Barang tidak membuat Harga Perhitungan

    Sendiri (HPS) atau Owner Estimate (OE) dalam melaksanakan proses pengadaan

    barang tahun 2003. Harga pembanding yang dipakai pada proses pengadaan

    barang adalah harga pra-penawaran dari rekanan dan pagu DIP yang telah

    ditentukan.

    BPK-RI/AUDITAMA V4

  • b. Pembelian Syringe Pump Tidak Sesuai Dengan Ketentuan Yang Berlaku

    Berdasarkan pemeriksaan secara uji petik terhadap dokumen pengadaan

    barang diketahui Perjan RSCM telah menandatangani perjanjian kerjasama

    dengan PT Mensa Bina Sukses (PT MBS) dengan Surat Perjanjian Pemborongan

    No.218/PP/K/VIII/2003 tanggal 28 Agustus 2003 untuk pengadaan Syringe Pump

    Merk Terumo Type TE 331 sebanyak 3 (tiga) unit dengan harga satuan sebesar

    Rp38.100.000,00 atau keseluruhannya sebesar Rp114.300.000,00. Sesuai dengan

    Surat Direktur No. 3151/TU.K/41/VIII/2003 tanggal 7 Agustus 2003, pengadaan

    Syringe Pump dilakukan dengan cara penunjukan langsung. Pembayaran

    dilakukan Bendaharawan Proyek pada tanggal 18 Desember 2003 dengan

    menerbitkan SPMU No.562153 X/139/114 sebesar Rp114.300.000,00.

    Selanjutnya, pada tanggal 11 Februari 2004, RSCM dan PT MBS

    menandatangani Surat Perjanjian Kerjasama No. 001/SPK/KC/II/04 untuk

    pengadaan Syringe Pump Merk Terumo Type TE 331 sebanyak 60 unit dengan

    harga satuan sebesar Rp9.000.000,00 atau hanya 23,62% dari harga perolehan

    sebelumnya.

    Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 Bab. I huruf (d) menyebutkan antara

    lain Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Hasil Perhitungan Sendiri (HPS)/OE

    digunakan sebagai acuan dalam evaluasi penawaran, klarifikasi dan/atau negosiasi

    dengan calon rekanan terpilih. Selain itu, Keputusan Presiden Republik Indonesia

    Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

    Instansi Pemerintah Bab I, Bagian Kelima, pasal 5 ayat (6) menyebutkan bahwa

    instansi pemerintah harus menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan

    kebocoran keuangan Negara dalam pengadaan barang dan jasa

    Kondisi ini mengakibatkan harga barang diragukan kewajarannya.

    Hal tersebut disebabkan Bagian Proyek dan Panitia Pembelian Barang Proyek

    Peningkatan Upaya Kesehatan pada Perjan RSCM tidak sepenuhnya menaati

    peraturan pengadaan barang yang berlaku.

    Direksi Perjan RSCM menjelaskan bahwa

    a. Panitia Pembelian Barang tidak membuat HPS karena keterbatasan waktu

    yang tersedia untuk pelaksanaan pengadaan barang.

    BPK-RI/AUDITAMA V5

  • b. Pengadaan Syringe Pump sebanyak 3 (tiga) unit dengan harga satuan

    sebesar Rp38.100.000,00 dilakukan dengan penunjukan langsung.

    Berdasarkan hasil kajian atas proses pengadaan Syringe Pump tersebut,

    pada tahun 2004 manajemen RSCM melakukan pembelian Syringe Pump

    melalui perjanjian kerjasama operasi dengan harga satuan sebesar

    Rp9.000.000,00.

    BPK RI menyarankan agar Direksi Perjan RSCM meminta

    pertanggungjawaban dan memberikan sanksi kepada pejabat yang terkait dengan

    pengadaan barang tersebut sesuai ketentuan yang berlaku.

    3. Pengelolaan Obat dan Alat Kesehatan Pada Perjan RSCM Tidak Sesuai Dengan

    Ketentuan Yang Berlaku

    Berdasarkan pemeriksaan secara uji petik atas akun Biaya Pembelian Barang

    Farmasi tahun 2003 diketahui bahwa Perjan RSCM membeli alat kesehatan habis

    pakai dan obat-obatan melalui Apotik-Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)

    sebesar Rp6.959.130.907,00. Selain itu, Perjan RSCM juga membeli obat-obatan dari

    +15 Pedagang Besar Farmasi (PBF) senilai Rp3.130.367.986,00.

    Dari pemeriksaan secara uji petik atas faktur tagihan pembayaran atas

    pembelian obat yang berasal dari PBF kepada Perjan RSCM diketahui bahwa faktur

    tagihan dari PBF disampaikan melalui Apotik KPRI meskipun faktur tagihan tersebut

    ditujukan kepada (atas nama) Perjan RSCM, bukan Apotik KPRI. Apotik KPRI

    membuat rekapitulasi tagihan PBF ditambah jasa pengelolaan, dan kemudian seluruh

    dokumen tagihan tersebut disampaikan kepada Perjan RSCM. Perjan RSCM pada

    tahun 2003 membayar jasa pengelolaan kepada Apotik-KPRI sebesar

    Rp124.233.568,00.

    Pengadaan alat kesehatan habis pakai dan obat-obatan melalui Apotik KPRI

    telah dilakukan Perjan RSCM sejak tahun 2001. Apotik-KPRI merupakan salah satu

    unit usaha dari koperasi pegawai Perjan RSCM. Pada tahap awal pengembangan

    Apotik KPRI, pengelolaan alat kesehatan habis pakai dan obat-obatan

    diselenggarakan oleh Instalasi Farmasi Perjan RSCM sedangkan KPRI

    bertanggungjawab pada aspek pengelolaan administrasi keuangan.

    BPK-RI/AUDITAMA V6

  • Atas pengelolaan Apotik-KPRI tersebut, Perjan RSCM pada tahun 2003

    berhak menerima pendapatan berupa bagi hasil dari Apotik KPRI sebesar

    Rp130.000.000,00 per bulan. Perjan RSCM telah menerima pembayaran bagi hasil

    tahun 2003 dari Apotik KPRI sebesar Rp1.170.000.000,00 sedangkan sisanya

    sebesar Rp390.000.000,00 untuk periode Oktober sampai dengan Desember 2003

    belum dibayar oleh Apotik KPRI.

    Ketentuan tentang pembayaran jasa pengelolaan dan bagi hasil tersebut di atas

    tidak diatur secara tertulis dalam bentuk perjanjian antara Perjan RSCM dan Apotik

    KPRI.

    Perjan RSCM seharusnya melaksanakan pembelian barang farmasi secara

    langsung dari PBF/Pabrikan tanpa melalui Apotik KPRI. Hal ini diatur dengan :

    a. Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik No.

    0428/YANMED/RSKS/SK/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Petunjuk

    Pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan RI tentang Kewajiban Menuliskan

    Resep dan/atau Menggunakan Obat Generik di Rumah Sakit Pemerintah pasal 9

    point (3) dan (4) yang menyebutkan bahwa pelayanan obat-obatan di rumah sakit

    harus melalui sistem satu pintu sehingga unit Instalasi Farmasi Rumah Sakit

    secara bertahap harus difungsikan sepenuhnya sebagai satu-satunya apotik rumah

    sakit yang berkewajiban melaksanakan pelayanan obat-obatan di rumah sakit.

    b. Surat Direktur Jenderal Pelayanan Medik tanggal 17 Februari 1992 tentang

    pelaksanaan awal implementasi rumah sakit unit swadana menyebutkan bahwa

    rumah sakit me-refungsionalisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan sejauh

    mungkin dihindari campur tangan pihak ketiga dalam pengelolaan obat di rumah

    sakit.

    c. Surat Keputusan Direktur RSCM No. 839/TU.K/34/IV/2001 tentang Organisasi

    dan Tata Laksana Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo tanggal 4

    April 2001 Bab II sub Tugas Pokok menyatakan bahwa Kepala Instalasi Farmasi

    bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi

    seluruh kegiatan kefarmasian dan kebutuhan perbekalan farmasi di RSCM.

    Hal tersebut mengakibatkan :

    a. Harga pembelian barang farmasi menjadi lebih mahal sebesar Rp124.233.568,00.

    BPK-RI/AUDITAMA V7

  • b. Fungsi Instalasi Farmasi Perjan RSCM tidak dapat dijalankan sepenuhnya

    sehingga evaluasi duplikasi atau kontradiksi zat kimia yang terkandung dalam

    obat yang dikonsumsi pasien tidak dapat dilaksanakan.

    Hal tersebut terjadi karena Direksi Perjan RSCM tidak menaati kebijakan dan

    peraturan yang berlaku dalam pengelolaan apotik rumah sakit.

    Direksi Perjan RSCM menjelaskan bahwa manajemen Perjan RSCM masih

    melakukan kajian secara hati-hati untuk mengambil alih pengelolaan apotik.

    BPK RI menyarakan agar pengelolaan barang farmasi di lingkungan Perjan

    RSCM dilakukan sesuai peraturan yang berlaku sesegera mungkin.

    4. Perjan RSCM Belum Mengenakan Sanksi Terhadap Kehilangan Kendaraan

    Dinas Sesuai Peraturan Yang Berlaku

    Berdasarkan pemeriksaan terhadap dokumen Inventarisasi Asset Perjan

    RSCM diketahui terdapat Surat Tanda Penerimaan Laporan yang diterbitkan oleh

    instansi Kepolisian dengan nomor Pol.47/K/VII/2001 tanggal 5 Juli 2001 tentang

    kehilangan kendaraan roda 2 (dua) merk Honda Astrea C-100 dengan nomor polisi

    B.4249 KQ. Kendaraan tersebut milik RSCM yang dipergunakan oleh pegawai atas

    nama Supardi. Penggunaan kendaraan motor roda 2 (dua) tersebut tidak disertai surat

    izin penggunaan dari Direksi atau pihak yang berwenang lainnya. Kehilangan sepeda

    motor tersebut terjadi pada hari Kamis tanggal 5 Juli 2001 Jam 04.30 WIB pada saat

    Sdr. Supardi menghadiri acara di luar keperluan Dinas.

    Selanjutnya, berdasarkan pemeriksaan fisik atas aset berupa kendaraan roda 4

    (empat) diketahui bahwa terdapat kendaraan roda 4 (empat) yang hilang yakni :

    NO JENIS KENDARAAN NO POLISITahun

    Perolehan PEMAKAI KONDISI

    1 Ambulance-Mitsh L-300 B-8092-XP 1987 Bid. Perawatan Hilang2 Ambulance-Toyota Hiace B-8804-VR 1982 Inst. Jenazah Hilang3 Colt Minibus L-300 B-8331-WG 1982 SPK Hilang4 Ambulance VW Combi B-8487-BX 1982 ICCU Hilang

    Sampai dengan kegiatan pemeriksaan berakhir, manajemen Perjan RSCM

    belum melakukan tindakan pengenaan sanksi terhadap para pihak yang bertanggung

    jawab atas pengelolaan aset tersebut.

    BPK-RI/AUDITAMA V8

  • Sesuai dengan Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia (ICW) No.9/1968

    Ps.74 (1) yang berbunyi bahwa semua pegawai negeri yang sebagai demikian dan

    tidak dalam tugas sebagai bendaharawan, dengan melakukan perbuatan yang

    melanggar hukum atau dengan melalaikan kewajiban yang ditugaskan kepadanya

    secara langsung atau tidak langsung, telah merugikan Negara, harus mengganti

    kerugian itu.

    Kondisi tersebut mengakibatkan Perjan RSCM masih menanggung kerugian

    atas hilangnya kendaraan bermotor.

    Hal tersebut terjadi disebabkan Direksi Perjan RSCM belum sepenuhnya

    mentaati peraturan yang berlaku untuk mengajukan tuntutan ganti rugi (TGR) kepada

    pegawai yang bersangkutan.

    Direksi Perjan RSCM menjelaskan bahwa penelusuran untuk asset-asset yang

    hilang akan dilakukan serta mengambil langkah-langkah tindak lanjut sesuai

    ketentuan yang berlaku.

    BPK RI menyarankan agar Direksi Perjan RSCM segera memberikan sanksi

    kepada pegawai yang lalai dalam menjaga keamanan aset negara sesuai ketentuan

    yang berlaku berupa TGR.

    5. Terdapat Gaji Yang Ditahan oleh Perjan RSCM sebesar Rp2.465,42 juta

    Bendaharawan Gaji dalam menjalankan tugasnya menggunakan 2 (dua)

    rekening giro yaitu :

    a. Rekening giro nomor 122-00-8500037-3 digunakan untuk menampung gaji

    pegawai dengan saldo per 31 Desember 2003 sebesar Rp45.581.912,85,

    b. Rekening giro nomor 122-00-0106930-4 digunakan untuk menampung gaji

    pegawai yang ditahan dengan saldo per 31 Desember 2003 sebesar

    Rp2.465.416.772,30.

    Gaji yang ditahan adalah gaji pegawai yang tidak dibayarkan karena pegawai

    yang bersangkutan tidak masuk kerja selama 3 bulan berturut-turut. Selama tahun

    2003, jumlah gaji yang ditahan bertambah sebesar Rp741.000.942,00. Sebagian besar

    gaji pegawai yang ditahan tersebut berasal dari pegawai yang telah tidak masuk kerja

    di Perjan RSCM lebih dari 1 (satu) tahun. Bagian Akuntansi melakukan pencatatan

    BPK-RI/AUDITAMA V9

  • atas transaksi pembayaran gaji terhadap keseluruhan gaji pegawai yang dibayarkan

    termasuk jumlah gaji yang ditahan yakni mendebet Akun Biaya Gaji dan mengkredit

    Dana DIK Tersedia.

    Berdasarkan pemeriksaan atas akun Kas dan Bank tahun 2003 diketahui

    terdapat setoran uang ke Kantor Kas Negara sebanyak 2 (dua) kali dengan nilai total

    sebesar Rp55.721.080,00. Uang yang disetorkan tersebut berasal dari rekening giro

    122-00-0106930-4 berupa pendapatan bunga setelah dikurangi biaya administrasi

    bank dan pajak atas bunga bulan Desember 2002 dan bulan Januari sampai dengan

    Maret 2003.

    Dalam Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1979 tentang Pemberhentian

    Pegawai Negeri Sipil, Ps. 12 ayat (1) menyebutkan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang

    meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu 2 (dua) bulan terus-menerus,

    dihentikan pembayaran gajinya mulai bulan ketiga.

    Kondisi tersebut mengakibatkan biaya gaji pada laporan keuangan Perjan

    RSCM disajikan terlalu tinggi.

    Hal tersebut terjadi karena Perjan RSCM belum menjalankan pengelolaan gaji

    pegawai sesuai ketentuan yang berlaku.

    Direksi Perjan RSCM menjelaskan bahwa kondisi tersebut terjadi karena

    status pegawai Perjan RSCM adalah pegawai negeri sipil Departemen Kesehatan

    sehingga pengenaan sanksi kepegawaian sangat bergantung pada Departemen

    Kesehatan. Manajemen akan menyetorkan kembali gaji yang ditahan ke Kantor Kas

    Negara sesuai dengan peraturan berlaku.

    BPK RI menyarankan agar Direksi Perjan RSCM untuk :

    a. melakukan penyesuaian atas pencatatan biaya gaji

    b. melaporkan pegawai yang tidak masuk dalam waktu 2 bulan terus-menerus

    kepada Departemen Kesehatan untuk dihentikan pembayaran gajinya

    c. menyetorkan kembali gaji yang ditahan tersebut ke Kantor Kas Negara.

    BPK-RI/AUDITAMA V10

  • 6. Penyajian Uang Muka Kerja Pada Laporan Keuangan Perjan RSCM Tidak

    Sesuai Dengan Prinsip Akuntansi Yang Berlaku Umum

    Pengelolaan keuangan pada unit pelaksana/Departemen dilingkungan Perjan

    RSCM menggunakan mekanisme uang muka kerja. Uang muka kerja tersebut

    dimaksudkan untuk membiayai kegiatan operasional unit pelaksana/Departemen

    dalam jangka waktu satu bulan. Setiap awal bulan Bagian Keuangan Perjan RSCM

    mengirimkan uang tunai melalui transfer bank ke rekening giro unit

    pelaksana/Departemen kemudian unit pelaksana/Departemen membuat laporan

    pertanggungjawaban atas uang muka kerja yang telah diterima pada setiap tanggal 25.

    Pemberian uang muka kerja tersebut pada dasarnya merupakan penerapan

    konsep pengelolaan kas dengan metode kas kecil. Dengan demikian, kas dalam

    bentuk uang muka kerja masih memenuhi kriteria sebagai kas dan setara kas karena

    kas tersebut diberikan kepada pihak internal Perjan RSCM bukan kepada pihak lain.

    Bagian Akuntansi menyajikan Uang Muka Kerja sebesar Rp1.286.780.921,51

    terpisah dari akun Kas dan Setara Kas pada Laporan Keuangan 31 Desember 2003.

    Uang muka kerja mengandung arti sebagai pengeluaran kas perusahaan

    kepada pihak lain di luar perusahaan dalam rangka pengadaan barang dan/atau jasa.

    Hal ini mengakibatkan penyajian akun Uang Muka Kerja pada Laporan

    Keuangan Perjan RSCM 2003 tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya.

    Hal ini terjadi karena ketidakcermatan Bagian Akuntansi dalam menerapkan

    prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

    Direksi Perjan RSCM menjelaskan bahwa akun Uang Muka Kerja tersebut

    dimaksudkan untuk memudahkan pertanggungjawaban atas uang yang

    diserahterimakan kepada unit-unit kerja yang berada di lingkungan Perjan RSCM.

    Kami setuju untuk mengelompokkan uang muka kerja ke dalam akun kas dan setara

    kas

    BPK RI menyarankan penyajian Uang Muka Kerja pada Perjan RSCM

    dikelompokkan pada akun Kas dan Setara Kas.

    BPK-RI/AUDITAMA V11

  • BPK - RI

    LAPORAN AUDITOR

    INDEPENDEN

    LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN JAWATAN RUMAH SAKIT Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2003 dan 2002 No : 38.A/Auditama V/GA/12/2004 Tanggal : 31 Desember 2004

    Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Jalan Gatot Subroto No. 31 Jakarta 10210 Telp. (021) 5700380, 5738740, 5720957, 5738727, 5704395-9 ext. 511 Fax (021) 5700380, 5723995

  • LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

  • BPK-RI/AUDITAMA V

    BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

    REPUBLIK INDONESIA

    LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

    Kami telah ditugasi untuk mengaudit neraca Perusahaan Jawatan Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (selanjutnya disebut Perjan RSCM) tanggal 31 Desember 2003 serta laporan penerimaan dan biaya, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Kami juga telah melakukan pengujian atas kepatuhan Perjan RSCM terhadap peraturan perundang-undangan dan pengendalian intern. Laporan keuangan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan pengendalian intern adalah tanggung jawab manajemen Perjan RSCM. Nilai kekayaan awal Perjan RSCM, yang berasal dari kekayaan negara yang tidak dipisahkan dan tidak terbagi atas saham-saham, belum ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan perhitungan yang dilakukan bersama oleh Departemen Kesehatan dan Departemen Keuangan. Hal ini berdampak pada kewajaran saldo awal posisi keuangan Perjan RSCM yang mencakup aktiva, kewajiban dan penyertaan awal pemerintah. Selain itu, Perjan RSCM tidak memiliki pengendalian intern yang memadai untuk meyakinkan terciptanya pencatatan akuntansi yang layak. Hal ini mengakibatkan pencatatan akuntansi tidak memberikan dasar yang memadai bagi penyusunan laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Kelemahan-kelemahan pengendalian intern yang mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Transaksi keuangan pada unit-unit pelaksana di lingkungan Perjan RSCM yang

    mengelola penerimaan dan pengeluaran secara tersendiri belum lengkap dicatat dan disajikan pada laporan keuangan antara lain mencakup transaksi rekening giro, pendapatan dan biaya, yakni : a. Transaksi keuangan pada satu unit pelaksana di lingkungan Perjan RSCM tidak

    seluruhnya dicatat dan disajikan pada laporan keuangan; b. Transaksi keuangan pada 17 (tujuh belas) unit pelaksana tidak dicatat dan

    disajikan pada laporan keuangan. 2. Terdapat transaksi pendapatan dan biaya operasional pada 26 (dua puluh enam) unit

    pelaksana masing-masing sebesar Rp52.198.486.633,79 atau 41,16% dari total pendapatan operasional Perjan RSCM sebesar Rp126.828.842.000,70 dan

    i

  • BPK-RI/AUDITAMA V

    Rp29.245.128.451,16 atau 14,40% dari total biaya operasional Perjan RSCM sebesar Rp203.038.306.866,57 dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan tanpa melalui proses/siklus akuntansi yang lazim sehingga transaksi pendapatan dan biaya operasional antar unit pelaksana pada Perjan RSCM belum sepenuhnya direkonsiliasi dan dieleminasi.

    3. Perjan RSCM belum lengkap mencatat dan menyajikan rekening giro yang ditempatkan di bank serta melakukan rekonsiliasi terhadap saldo-saldo rekening giro tersebut sehingga nilai saldo rekening giro di bank yang disajikan pada neraca sebesar Rp44.834.600.524,71 tidak dapat diyakini kewajarannya.

    4. Perjan RSCM belum mencatat/menyajikan seluruh aktiva tetap yang dimiliki dan melakukan penyusutan secara konsisten serta saldo aktiva tetap belum didukung oleh Daftar Aktiva Tetap yang memadai sehingga nilai buku aktiva tetap sebesar Rp143.862.973.889,00 tidak dapat diyakini kewajarannya.

    5. Penerapan metode penilaian persediaan dilakukan secara tidak konsisten sehingga saldo persediaan yang disajikan pada akhir tahun sebesar Rp2.605.285.101,57 tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya.

    Kelemahan pengendalian intern tersebut di atas mengakibatkan kami tidak dapat meneruskan prosedur audit yang memadai untuk menentukan dampaknya terhadap penyajian angka-angka laporan keuangan. Belum ditetapkannya nilai kekayaan awal Perjan RSCM dan adanya kelemahan pengendalian intern yang material dan signifikan menyebabkan lingkup audit kami tidak cukup untuk memungkinkan kami menyatakan, dan kami tidak menyatakan, pendapat atas laporan keuangan. Kepatuhan Perjan RSCM atas peraturan perundang-undangan dan pengendalian intern kami sajikan pada Laporan Nomor : 38.B/AUDITAMA V/GA/12/2004 yang bertanggal 31 Desember 2004 dan terpisah dari laporan ini.

    Auditor Utama Keuangan Negara V Penanggung Jawab Audit

    Drs. Misnoto, Ak.,MA. Register Negara No. D-1416

    Jakarta, 31 Desember 2004

    ii

  • DASAR PENUGASAN DAN

    RUANG LINGKUP AUDIT

  • BPK-RI/AUDITAMA V

    DASAR PENUGASAN DAN RUANG LINGKUP AUDIT 1. Dasar Penugasan

    a. Undang-undang Dasar Tahun 1945 pasal 23 E, 23 F dan pasal 23 G; b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan

    Pemeriksa Keuangan dan peraturan perundangan lainnya yang berlaku; c. Surat Tugas Badan Pemeriksa Keuangan No. 41/ST/VII-XV.1/8/2004 tanggal 12

    Agustus 2004, perihal penugasan untuk melakukan audit atas laporan keuangan Perusahaan Jawatan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo tahun buku 2003 di Jakarta.

    2. Ruang Lingkup Audit Audit ini bersifat general audit atas laporan keuangan Perusahaan Jawatan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2003. Audit dilaksanakan dengan berpedoman pada Standar Audit Pemerintahan yang ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami untuk merencanakan dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.

    Suatu audit meliputi pemeriksaan atas dasar pengujian bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Selain itu audit mencakup pengujian atas kepatuhan perusahaan terhadap kontrak dan pasal-pasal tertentu peraturan perundang-undangan serta kepatuhan terhadap pengendalian intern.

    Kontrak, pasal-pasal tertentu peraturan perundang-undangan, dan peraturan perusahaan yang kami uji mencakup: a. Undang undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. b. Undang undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. c. Undang undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. d. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2000 tentang Perusahaan Jawatan

    (PERJAN). e. Peraturan Pemerintah Nomor 116 Tahun 2000 tentang Pendirian Perusahaan

    Jawatan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. f. Kepres No. 18 tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

    Instansi Pemerintah. g. Kebijakan Akuntansi Perusahaan Jawatan Rumah Sakit Dr. Cipto

    Mangunkusumo. h. Perjanjian-perjanjian pelayanan kesehatan tahun 2003. i. Kontrak kontrak pengadaan dan pemborongan pekerjaan tahun 2003. j. Perjanjian-perjanjian kerja sama tahun 2003

    iii

  • BPK-RI/AUDITAMA V

    Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat. Pelaksanaan audit di lapangan mulai tanggal 20 Agustus 2004 sampai dengan 31 Desember 2004.

    BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

    REPUBLIK INDONESIA

    iv

  • LAPORAN KEUANGAN

  • DEPARTEMEN KESEHATAN R.I Halaman 1Direktorat Jenderal Pelayanan MedikPERJAN. RS Dr. Cipto Mangunkusumo

    PERKIRAAN Tahun 2003 Tahun 2002* PERKIRAAN Tahun 2003 Tahun 2002*1 2 3 1 2 3

    I AKTIVA LANCAR VI KEWAJIBAN LANCAR1. Kas dan Setara Kas 45.725.824.883,72 29.310.536.506,00 1. Utang Usaha /Biaya 7.205.242.780,00 4.167.149.300,00 2. Investasi Lancar - - 2. Uang Muka Perawatan 96.666.579,00 (21.721.921,00) 3. Pendapatan yang masih harus diterima 390.000.000,00 - 3. Pendapatan Diterima Dimuka - - 4. Piutang Pelayanan 12.337.231.589,00 5.112.282.274,00 4. Biaya yang masih harus dibayar 676.175.303,00 1.080.625.742,00 5. Persediaan 2.605.285.101,57 3.349.709.753,00 5. Utang Pajak - 60.074.576,00 6. Uang muka kerja 1.286.780.921,51 1.169.160.129,00 6. Utang Jangka pendek lainnya 2.905.679.023,07 4.659.787.863,00 7. Beban Dibayar Dimuka - 79.221.991,00 8. Piutang Lainnya 491.196.000,00 503.196.000,00 Total Aktiva Lancar 62.836.318.495,80 39.524.106.653,00 Total Kewajiban Lancar 10.883.763.685,07 9.945.915.560,00

    II INVESTASI JANGKA PANJANG VII KEWAJIBAN JANGKA PANJANG - - Total Kewajiban Jangka Panjang - -

    III AKTIVA TETAP1. Tanah 21.913.297.097,00 21.913.297.097,00 2. Gedung dan Bangunan 34.808.516.347,00 34.555.207.647,00 VIII KEWAJIBAN LAIN-LAIN3. Alat Medis Kedokteran 228.674.990.627,00 220.293.842.902,00 Total Kewajiban Lain-lain - - 4. Inventaris Lain-lain 59.192.233.967,00 54.905.406.987,00 5. Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap (200.726.064.149,00) (178.902.017.313,00) Total Aktiva Tetap 143.862.973.889,00 152.765.737.320,00

    IX EKUITASIV AKTIVA TIDAK BERWUJUD 1 Dana Awal 183.862.764.919,00 183.862.764.919,00

    1. Formula 2 Pemerintah 169.466.467.344,00 79.832.770.570,00 2. Penelitian dan Pengembangan - - 3 Donasi 5.000.000.000,00 3.000.000.000,00 Total Aktiva Tidak Berwujud - - 4 Defisit Tahun Lalu (67.249.601.292,00) -

    5 Surplus/ Defisit Tahun Berjalan (73.633.524.960,27) (67.249.601.292,00) V AKTIVA LAIN-LAIN

    1. Bangunan dalam penyelesaian 20.966.156.440,00 16.254.414.900,00 Total Ekuitas 217.446.106.010,73 199.445.934.197,00 2. Aktiva tetap lain (rusak) 5.372.745.140,00 5.372.745.140,00 3. Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap (4.708.324.269,00) (4.525.154.256,00) Total Aktiva Tidak Berwujud 21.630.577.311,00 17.102.005.784,00

    TOTAL AKTIVA 228.329.869.695,80 209.391.849.757,00 TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS 228.329.869.695,80 209.391.849.757,00 Lihat Catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan ini.* diaudit oleh auditor lain dan disajikan kembali

    PER 31 DESEMBER 2003 DAN 2002NERACA

    A K T I V A KEWAJIBAN DAN AKTIVA BERSIH

  • DEPARTEMEN KESEHATAN R.I Halaman 2 Direktorat Jenderal Pelayanan Medik PERJAN. RS Dr. Cipto Mangunkusumo

    (dalam Rupiah)TAHUN TAHUN

    NO 2003 2002 *

    A1. Pendapatan Operasional 122.626.833.768,49 95.198.449.573,00

    Pendapatan Operasional Rawat Jalan 20.377.067.615,29 42.539.602.957,00 Pendapatan Operasional Rawat Inap 26.646.591.007,00 25.683.251.376,00 Pendapatan Operasional Penunjang dan Tindakan Medik 75.603.175.146,20 26.975.595.240,00

    2. Pendapatan Operasional Lainnya 4.202.008.232,21 4.683.711.034,00 Diklat 311.225.690,54 412.771.100,00 Apotik 2.186.838.530,00 3.510.427.077,00 CT Scan Swadana 204.106.950,00 132.704.260,00 Lainnya 1.499.837.061,67 627.808.597,00

    3. Pengurang Pendapatan Operasional (275.666.072,00) (3.570.910.775,00)

    Pendapatan Operasional Neto (1+2-3) 126.553.175.928,70 96.311.249.832,00

    B BIAYA OPERASIONAL

    1. Pelayanan 157.271.150.959,43 133.486.338.052,00

    Biaya Bahan 35.209.187.670,91 31.956.004.015,00

    Biaya Jasa Pelayanan 45.277.253.515,78 33.153.757.997,00

    Biaya Pegawai 51.558.406.874,10 44.616.059.848,00

    Biaya Penyusutan 17.605.773.479,20 18.055.941.145,00

    Biaya Pemeliharaan Sarana Medis 988.933.115,00 1.169.609.650,00

    Biaya Daya dan Jasa 6.631.596.304,44 4.534.965.397,00

    Biaya Amortisasi - -

    2. Biaya Umum dan Administrasi 45.767.155.907,14 32.038.132.355,00

    Jumlah Biaya (1+2) 203.038.306.866,57 165.524.470.407,00

    C SURPLUS / DEFISIT BRUTO (A-B) (76.485.130.937,87) (69.213.220.575,00)

    D PENDAPATAN DAN BIAYA NON OPERASIONAL

    1. Pendapatan Non Operasional 3.746.532.927,35 2.245.631.926,00

    2. Biaya Non Operasional 981.525.275,75 282.012.643,00

    Pendapatan/Biaya Non Operasioanl 2.765.007.651,60 1.963.619.283,00

    E SURPLUS/DEFISIT Sebelum Pos Luar Biasa (73.720.123.286,27) (67.249.601.292,00)

    F SURPLUS/DEFISIT Sebelum Koreksi (73.720.123.286,27) (67.249.601.292,00)

    G KOREKSI SURPLUS/DEFISIT Thn 2002 86.598.326,00 -

    H DEFISIT TAHUN BERJALAN (73.633.524.960,27) (67.249.601.292,00)

    Lihat Catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan ini.* diaudit oleh auditor lain dan disajikan kembali

    LAPORAN PENDAPATAN DAN BIAYA

    URAIAN

    PENDAPATAN

    UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA 31 DESEMBER 2003 DAN 2002

  • DEPARTEMEN KESEHATAN R.I Halaman 3 Direktorat Jenderal Pelayanan Medik PERJAN. RS Dr. Cipto Mangunkusumo

    Jumlah(Rp)

    A SALDO 1 JANUARI 2002 177.502.439.220,00 Ditambah/dikurangi :Koreksi penambahan akibat belum dibukukannya Gedung 7.276.706.833,00 Central Medical UnitKoreksi pengurangan karena kesalahan pembukuan (916.381.134,00)

    B SALDO 1 JANUARI 2002 SETELAH DIKOREKSI 183.862.764.919,00 Ditambah :Dana DIK SKOR Tahun 2002 74.311.621.960,00 Dana DIP Tahun 2002 5.521.148.610,00 Donasi 3.000.000.000,00 Dikurangi :Defisit tahun berjalan (67.249.601.292,00)

    C SALDO 31 DESEMBER 2002 199.445.934.197,00 Ditambah :Dana DIK SKOR Tahun 2002 74.802.729.149,00 Dana DIP Tahun 2002 14.830.967.625,00 Donasi 2.000.000.000,00 Dikurangi :Defisit tahun berjalan (73.633.524.960,27)

    D SALDO 31 DESEMBER 2003 217.446.106.010,73 Lihat Catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan ini.

    LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

    URAIAN

    Untuk Tahun Yang Berakhir Pada 31 Desember 2003 dan 2002

  • Halaman 4 DEPARTEMEN KESEHATAN R.I Direktorat Jenderal Pelayanan Medik PERJAN. RS Dr. Cipto Mangunkusumo

    (dalam rupiah)URAIAN TAHUN TAHUN

    2003 2002 *

    A ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASIPeneriman dari langganan 130.575.374.928,05 102.347.675.234,00 Pengeluaran untuk Pemasok & Karyawan (188.160.758.379,33) 147.964.460.109,00

    Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (57.585.383.451,28) (45.616.784.875,00)

    B ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASIKenaikan Nilai Gedung (253.308.700,00) Kenaikan Nilai Alat Medis (8.381.147.725,00) (10.204.843.689,00) Kenaikan Nilai Aktiva Lain-lain (4.286.826.980,00) Kenaikan Nilai Bangunan Dalam Penyelesaian (4.711.741.540,00)

    Arus Kas Bersih yg. Digunakan utk. Investasi (17.633.024.945,00) (10.204.843.689,00)

    C ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN 91.633.696.774,00 74.308.690.647,00

    D KENAIKAN BERSIH KAS 16.415.288.377,72 18.487.062.083,00 E KAS DAN SETARA KAS AWAL 29.310.536.506,00 10.823.475.280,00

    F JUMLAH SALDO KAS Dan SETARA KAS 45.725.824.883,72 29.310.537.364,00 Lihat Catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan ini.* diaudit oleh auditor lain dan disajikan kembali

    Untuk Tahun Yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002LAPORAN ARUS KAS

  • Perjan Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2003 DAN 2002

    5

    4. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 1) U M U M

    Sejarah perkembangan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo dimulai sejak tanggal 19 November 1919 dengan nama Centrale Burgelijke Ziekenhuis (CBZ). Pada tahun 1945, CBZ diubah namanya menjadi Rumah Sakit Oemoem Negeri (RSON) dan selanjutnya dirubah menjadi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) pada tahun 1950. Sejak tanggal 17 Agustus 1964, RSUP diresmikan menjadi Rumah Sakit Tjipto Mangunkusumo (RSTM), sejalan dengan perkembangan ejaan baru Bahasa Indonesia, maka diubah menjadi RSCM. Dengan diterbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 553/Menkes/SK/VI/1994 tanggal 13 Juni 1994, RSCM berubah menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo. Selanjutnya, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ditetapkan menjadi Perusahaan Jawatan Dr. Cipto Mangunkusumo (Perjan RSCM) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 116 tahun 2000 tanggal 12 Desember 2000. Perjan RSCM didirikan dengan maksud untuk menyelenggarakan kegiatan jasa pelayanan, pendidikan, dan penelitian, serta usaha lain di bidang kesehatan yang bertujuan meningkatkan status kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, PERJAN menyelenggarakan kegiatan : (1) Pelayanan kesehatan kepada masyarakat baik dalam bentuk promotif, preventif, kuratif

    maupun rehabilitatif secara paripurna. (2) Pengembangan pelayanan, pendidikan dan penelitian proyek-proyek unggulan kesehatan

    yang sesuai dengan fungsinya sebagai rumah sakit pendidikan dan rujukan nasional. (3) Pelayanan kesehatan lainnya. (4) Pendidikan, penelitian dan usaha lain dalam bidang kesehatan. Visi Perjan RSCM masih mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 297/MENKES/SK/IV/1999 adalah menjadi rumah sakit bermutu ASEAN tahun 2003 dan bermutu ASIA PASIFIK tahun 2015. Misi umumnya adalah memberikan pelayanan kesehatan paripurna, bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, menjadi tempat pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan serta tempat penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Adapun misi khusus yang ingin dicapai adalah sebagai rumah sakit rujukan nasional dalam bidang pelayanan medis, pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan serta manajemen pelayanan kesehatan. Susunan Dewan Pengawas Perjan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1324/MENKES/SK/XII/2001 tanggal 7 Desember 2001 adalah:

    Ketua Dewan Pengawas : Prof. DR. Dr. H. M. Ahmad Djojosugito, MHA, FICS

  • Perjan Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2003 DAN 2002

    6

    Anggota Dewan Pengawas : Prof. Dr. Amal C. Sjaaf, SKM, DrPH Dr. Setiawan Soeparan, MPH Dr. Achmad Haryadi, MSc. Prof. Dr. Mardiasmo, MBA,Ak Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1324/MENKES/SK/XIII/2001 tanggal 7 Desember 2001, susunan Direksi Perjan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (Perjan RSCM) adalah sebagai berikut : Direktur Utama : Dr. Merdias Almatsier, Sp.S.(K) Direktur Sarana dan Prasarana : Ir. Mahyaranto Djauhar Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan : DR. Dr. Akmal Taher, Sp.U Direktur Keuangan dan Pemasaran : Dr. Takdir Mostavan, DTMH, MSc.

    Mkes Direktur Administrasi dan Sumber Daya Manusia : Dr. Meliana Zailani, MARS

    2) IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI Ikhtisar kebijakan akuntansi perusahaan disajikan sebagai berikut : (1) Laporan Keuangan

    Laporan keuangan disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan Indonesia sebagaimana tertuang dalam Standar Akuntansi Rumah Sakit Pemerintah sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik No. HK.00.06.1.3.1840 tanggal 26 April 1995 tentang Pemberlakuan Pelaksanaan Standar Akuntansi Rumah Sakit Pemerintah dan Surat Direktur Jenderal Pelayanan Medik No. KU.00.06.1.3.414 tanggal 4 Februari 2002 tentang Penggunaan Buku Standar dan Petunjuk Pelaksanaan Akuntansi Rumah Sakit Pemerintah. Laporan keuangan disusun dengan menerapkan konsep harga perolehan, angka-angka dibulatkan dan dinyatakan dalam rupiah penuh. Laporan Arus Kas perusahaan disusun berdasarkan metode tidak langsung dengan mengklasifikasikan kas dari kegiatan operasi, investasi dan pendanaan.

    (2) Transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa

    Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan No.7, pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa digambarkan sebagai berikut : a) Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara (intermediates), mengendalikan

    atau dikendalikan oleh atau berada dibawah pengendalian bersama, dengan perusahaan pelapor (termasuk holding companies, subsidiaries and fellow subsidiaries);

    b) Perusahaan asosiasi (associated enterprises); c) Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu

    kepentingan hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan,

  • Perjan Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2003 DAN 2002

    7

    dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan perusahaan pelapor);

    d) Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang, dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan perusahaan pelapor yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut dan;

    e) Perusahaan dimana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam c) dan d), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari perusahaan pelapor dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan perusahaan pelapor.

    (3) Kas dan Setara Kas

    Kas dan bank serta semua Investasi jangka pendek yang berjangka waktu 3 (tiga) bulan atau kurang diklasifikasikan sebagai kas atau setara kas.

    (4) Piutang Untuk menutupi kemungkinan rugi karena tidak tertagihnya piutang dilakukan penyisihan piutang yang diperhitungkan berdasarkan umur piutang. Piutang pelayanan dinyatakan sebesar jumlah neto yaitu setelah dikurangi penyisihan piutang. Biaya penyisihan piutang diklasifikasikan sebagai biaya umum dan administrasi. Penyisihan piutang ditentukan dengan cara sebagai berikut:

    Umur Piutang Prosentase Penyisihan 1 2 tahun 25 % Di atas 2 3 tahun 35 % Di atas 3 4 tahun 50 % Di atas 4 5 tahun 75 % Di atas 5 tahun 100%

    (5) Persediaan

    Penilaian persediaan adalah didasarkan pada harga perolehan dengan metode Masuk Pertama Keluar Pertama/FIFO (First In First Out). Persediaan yang mutasinya tidak ada (dead stock), lambat (slow moving) melebihi masa dua tahun atau usang/rusak dipindahbukukan dari persediaan ke aktiva lain-lain.

    (6) Aktiva Tetap

  • Perjan Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2003 DAN 2002

    8

    Aktiva tetap perusahaan dinyatakan berdasarkan harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. Pengeluaran untuk memperoleh sesuatu barang dengan harga di atas Rp500.000,00 digunakan dalam kegiatan secara berulang-ulang, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dan mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dicatat sebagai aktiva tetap. Pengeluaran setelah perolehan awal suatu Aktiva Tetap seperti biaya perbaikan, pengembangan dan penggantian yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomis di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu pelayanan, atau peningkatan standar kinerja harus ditambahkan pada jumlah Aktiva Tetap yang bersangkutan apabila nilai pengeluaran tersebut Rp10.000.000,00 ke atas. Penyusutan aktiva tetap (kecuali hak atas tanah yang tidak disusutkan) dihitung berdasarkan prosentase tetap dari harga perolehan tiap jenis aktiva tetap (metode garis lurus) sesuai dengan taksiran masa manfaat ekonomis aktiva tetap dengan nilai sisa Rp1,00 sebagai berikut :

    No. Jenis Masa Manfaat (Tahun) 1. Gedung permanen bertingkat 40 2. Gedung permanen 25 3. Peralatan dan mesin 10 4. Komputer dan kendaraan bermotor 5

    (7) Bangunan Dalam Penyelesaian

    Bangunan Dalam Penyelesaian (Pekerjaan Dalam Pelaksanaan) dicatat sesuai dengan nilai perolehannya. Beban pinjaman dari pendanaan yang digunakan untuk membiayai aktiva tersebut serta penyusutan dari aktiva tetap yang digunakan untuk pembangunannya dikapitalisir selama periode pembangunan.

    (8) Pengakuan Pendapatan dan Beban

    Pendapatan diakui pada saat pelayanan selesai diberikan/pasien pulang. Pendapatan fungsional adalah pendapatan yang timbul dari aktivitas pelayanan utama rumah sakit yang terdiri dari pendapatan rawat jalan, pendapatan rawat inap, dan pendapatan penunjang medis. Pendapatan dicatat atas dasar nilai bruto sebelum dikurangi dengan pengurang-pengurang pendapatan yakni : a) penghapusan piutang karena tidak dapat ditagih lagi; b) selisih perhitungan rincian biaya dengan jumlah yang dibayar oleh asuransi atau oleh

    pihak ketiga yang dicatat pada perkiraan selisih perhitungan klaim (contractual

  • Perjan Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2003 DAN 2002

    9

    adjustment); c) pembebasan pembayaran bagi pasien tidak mampu yang dicatat pada perkiraan

    tersendiri; d) pengurang lain-lain karena pembebasan pembayaran pada pasien tertentu seperti

    karyawan rumah sakit, pasien yang diberi keringanan. Beban-beban diakui berdasarkan metode akrual. Bilamana beban tidak dapat diidentifikasi secara langsung ke dalam beban pelayanan atau beban administrasi dan umum, maka beban tersebut dialokasikan ke beban pelayanan sebesar 70% dan beban administrasi dan umum sebesar 30%. Beban penyusutan dialokasikan ke beban pelayanan sebesar 80% dan beban administrasi dan umum sebesar 20 %.

    3) PENJELASAN POS-POS NERACA DAN PENDAPATAN DAN BIAYA

    (1) KAS DAN SETARA KAS

    31 Desember 2003 31 Desember 2002

    Rp Rp

    Kas 891.224.358,57 229.838.153,00

    Bank 44.834.600.524,71 21.580.698.353,00

    Deposito 0,00 7.500.000.000,00

    45.725.824.883,28 29.310.536.506,00

    Deposito merupakan dana yang ditempatkan di bank dengan jangka waktu tidak lebih dari 1 (satu) bulan.

    (2) PENDAPATAN YANG MASIH HARUS DITERIMA

    31 Desember 2003 31 Desember 2002

    Rp Rp

    SHU Apotik KPRI 390.000.000,00 0,00

    Pendapatan yang masih harus diterima merupakan taksiran atas tagihan sisa hasil usaha Apotik Koperasi Pegawai Republik Indonesia-Perjan RSCM yang masih harus diterima oleh Perjan RSCM untuk bulan Oktober, November dan Desember 2003.

    (3) PIUTANG PELAYANAN

    31 Desember 2003 31 Desember 2002

  • Perjan Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2003 DAN 2002

    10

    Rp Rp

    Pasien umum dan JPS 2 .076.807.797,00 4.300.299.214,00

    Pasien PT Askes 10.223.696.892,00 799.130.060,00

    Pasien Jaminan 36.716.900,00 12.853.000,00

    12.337.221.589,00 5.112.282.274,00

    Pasien Jaring Pengaman Sosial/tidak mampu merupakan pasien yang pembayaran keseluruhan tagihannya ditanggung oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta sedangkan pasien PT Askes merupakan pasien yang pembayaran sebagian tagihannya ditanggung oleh PT Askes. Pasien jaminan adalah pasien yang pembayaran tagihannya dijamin oleh pihak ketiga/perusahaan yang telah bekerjasama dengan Perjan RSCM.

    (4) PERSEDIAAN

    31 Desember 2003 31 Desember 2002

    Rp Rp

    Persediaan Medis 2.310.445.713,57 2.520.544.951,00

    Persediaan Non Medis 294.839.388,00 829.164.802,00

    2.605.285.101,57 3.349.709.753,00

    Persediaan medis merupakan persediaan bahan dan alat habis pakai untuk keperluan medis sedangkan persediaan non medis mencakup bahan makanan, alat tulis kantor, dan lain-lain.

    (5) UANG MUKA KERJA

    31 Desember 2003 31 Desember 2002

    Rp Rp

    Paviliun Melati 43.632.100,00

    Paviliun Tumbuh Kembang 59.500,00

    Instalasi Kamar Jenazah 480,00

    Paviliun Mawar 2.906.273,00

    Poli Kebidanan Raden Saleh 382,00

    Instalasi Gawat Darurat 7.484.144,00 251.016.129,00

    Paviliun Cenderawasih 43.844.461,00

  • Perjan Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2003 DAN 2002

    11

    Poli Bedah Tumor 7.096.125,00

    Pelayanan Jantung Terpadu 245.871.927,51

    Laboratorium Patologi Klinik 639.132.483,00 918.144.000,00

    Paviliun Stroke 20.297.933,00

    IRNA A 17.982.735,00

    Poli Syaraf (Neurologi) 16.266.855,00

    Instalasi Pendidikan dan

    Latihan

    99.726.386,00

    Instalasi Gizi 20.423.937,00

    Koordinator Bendaharawan 74.000.000,00

    Team RKAP 48.055.200,00

    1.286.780.921,51 1.169.160.129,00

    Uang muka kerja adalah uang tunai yang diberikan oleh Bidang Keuangan Perjan RSCM kepada unit-unit pelaksana pada Perjan RSCM untuk penyelenggaraan kegiatan operasional namun sampai dengan akhir tahun buku belum dipertanggungjawabkan oleh unit-unit dimaksud.

    (6) PAJAK DIBAYAR DIMUKA

    31 Desember 2003 31 Desember 2002

    Rp Rp

    PPN 0,00 67.548.590,00

    PPh Pasal 22 0,00 11.673.401,00

    0,00 79.221.991,00

    Pajak dibayar dimuka merupakan pembayaran PPN dan PPh pasal 22 pihak ketiga (rekanan) karena pengadaan bahan dan alat habis pakai.

    (7) PIUTANG LAINNYA

    31 Desember 2003 31 Desember 2002

    Rp Rp

  • Perjan Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2003 DAN 2002

    12

    Piutang lain-lain 491.196.000,00 503.196.000,00

    491.196.000,00 503.196.000,00

    Saldo piutang lain-lain sebesar Rp491.196.000,00 merupakan saldo piutang kepada karyawan atas nama Rochmiyati. Jumlah tersebut merupakan uang muka perawatan dari pasien yang tidak dapat dipertanggungjawabkan oleh yang bersangkutan sebagai kasir dikurangi dengan total pengembalian secara cicilan yang diterima tahun 2003.

    (8) AKTIVA TETAP Tahun Buku 2003 No. Uraian Harga Perolehan Akumulasi

    Penyusutan Nilai Buku

    1 Tanah 21.913.297.097,00 - 21.913.297.097,00

    2 Gedung dan Bangunan 34.808.516.347,00 23.623.634.841,54 11.184.881.505,46

    3 Alat Medis Kedokteran 228.674.990.627,00 128.942.645.633,66 99.732.344.993,34

    4 Inventaris Lain-lain 59.192.233.967,00 48.159.783.673,80 11.032.450.293,20

    Jumlah 344.589.038.038,00 200.726.064.149,00 143.862.973.889,00

    Tahun Buku 2002 No. Uraian Harga Perolehan Akumulasi

    Penyusutan Nilai Buku

    1 Tanah 21.913.297.097,00 - 21.913.297.097,00

    2 Gedung dan Bangunan 34.555.207.647,00 22.953.250.063,00 11.601.957.584,00

    3 Alat Medis Kedokteran 220.293.842.902,00 111.084.019.403,00 109.209.823.499,00

    4 Inventaris Lain-lain 54.905.406.987,00 44.864.747.847,00 10.040.659.140,00

    Jumlah 331.667.754.633,00 178.902.017.313,00 152.765.737.320,00

    Nilai tanah yang disajikan adalah atas tanah yang dipergunakan RSCM sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 136/MENKES/SK/II/2002 tanggal 7 Februari 2002 tentang Penetapan Luas Tanah Yang Dipergunakan Oleh Rumah Sakit Rumah Sakit Perjan di Berbagai Propinsi. Nilai tanah yang disajikan sebesar Rp21.913.297.097,00 belum termasuk tanah seluas 3.813 M2, Sertifikat Hak Pakai Nomor 33 tanggal 9 September 1982, sebagaimana disebutkan dalam Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan No. 136/MENKES/SK/II/2002 tanggal 7 Februari 2002. Nilai perolehan tanah dimaksud tidak dapat disajikan karena sertifikat tanah dan lokasinya tidak diketahui oleh pihak Perjan RSCM. Tanah di Jl. Teuku Cik Ditiro No. 3, 5, 6, dan 7 senilai Rp664.500.000,00 serta tanah di Jl. Kimia No. 8, 10, dan 12 , termasuk bangunan yang berdiri di atasnya, yang

  • Perjan Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2003 DAN 2002

    13

    berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 136/MENKES/SK/II/2002 ditetapkan sebagai tanah yang dikelola oleh RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, saat ini sudah tidak dikuasai lagi oleh perusahaan, melainkan ditempati oleh pihak lain. Sedangkan dalam pernyataan sertifikat/buku tanah, tanah-tanah tersebut adalah milik Departemen Kesehatan RI dan digunakan untuk kepentingan dinas RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo.

    Karena adanya kesulitan dalam menentukan nilai perolehan alat medis kedokteran, inventaris kantor dan rumah tangga yang ada di unit-unit pelayanan, beberapa inventaris tersebut yang diperoleh sebelum 2001 disajikan dalam neraca dan Daftar Aktiva Tetap dengan nilai perolehan tahun 2001.

    (9) AKTIVA LAIN-LAIN

    31 Desember 2003

    Rp

    Bangunan Dalam Penyelesaian 20.966.156.440,00

    Aktiva Tetap Lainnya 5.372.745.140,00

    Akum. Penyusutan AT Lainnya (4.708.324.269,00) 664.420.871,00

    Jumlah 21.630.577.311,00

    31 Desember 2002

    Rp

    Bangunan Dalam Penyelesaian 16.254.414.900,00

    Aktiva Tetap Lainnya 5.372.745.140,00

    Akum. Penyusutan AT Lainnya (4.525.154.256,00) 847.590.884,00

    Jumlah 17.102.005.784,00

    Nilai Bangunan Dalam Pelaksanaan per 31 Desember 2003 adalah jumlah biaya yang telah dikeluarkan untuk membangun Gedung Central Medical Unit sesuai dengan nilai kontrak pembangunannya sejak tahun anggaran 1995/1996 sampai dengan 2001 masih berlanjut sampai dengan sekarang. Aktiva Tetap Lainnya adalah aktiva tetap yang kondisinya telah rusak dan tidak dapat dipergunakan untuk kegiatan operasional.

    (10) UTANG USAHA

    31 Desember 2003 31 Desember 2002

    Rp Rp

  • Perjan Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2003 DAN 2002

    14

    Bahan Makanan 388.024.250,00 4.472.913,00

    Barang Rumah Tangga 167.310.633,00 116.081.919,00

    Listrik dan Air 482.362.555,00 1.019.038.280,00

    Barang Farmasi 5.414.201.577,00 2.887.299.458,00

    Pemeliharaan dan Perbaikan 753.343.765,00 140.256.730,00

    Jumlah 7.205.242.780,00 4.167.149.300,00

    Saldo utang usaha berasal dari pembelian barang dan jasa yang telah diterima RSCM tetapi belum dilaksanakan pembayarannya. Kenaikan saldo utang terutama berasal dari antara lain pembelian alat kesehatan untuk unit Pelayanan Jantung Terpadu senilai Rp1.150.000.000,00 dan pembelian labu darah dari Palang Merah Indonesia senilai Rp1.731.307.000,00.

    (11) UANG MUKA PERAWATAN

    31 Desember 2003 31 Desember 2002

    Rp Rp

    Uang muka perawatan 96.666.579,00 (21.721.921,00)

    Jumlah 96.666.579,00 (21.721.921,00)

    Saldo uang muka perawatan merupakan uang muka yang diterima dari pasien rawat inap per 31 Desember 2003 masih dalam masa perawatan rumah sakit. Saldo negatif uang muka perawatan per 31 Desember 2002 disebabkan kondisi yang dijelaskan pada Catatan 3.(7).

    (12) BIAYA YANG MASIH HARUS DIBAYAR

    31 Desember 2003 31 Desember 2002

    Rp Rp

    Belanja Pegawai 453.779.520,00 805.452.669,00

    Belanja Barang 222.395.783,00 275.173.053,00

    Jumlah 676.175.303,00 1.080.625.742,00

    Jumlah biaya yang masih harus dibayar per 31 Desember 2003 sebesar Rp676.175.303,00 merupakan beban yang terjadi tahun buku 2003 namun sampai dengan akhir periode akuntansi belum dilunasi.

    (13) UTANG PAJAK

  • Perjan Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2003 DAN 2002

    15

    31 Desember 2003 31 Desember 2002

    Rp Rp

    Utang pajak 0,00 60.074.576,00

    Jumlah 0,00 60.074.576,00

    Utang pajak merupakan hutang PPh pasal 21 tahun buku 2002 dan telah disetor ke Kas Negara pada bulan Januari 2003.

    (14) UTANG JANGKA PENDEK LAINNYA

    31 Desember 2003 31 Desember 2002

    Rp Rp

    Gaji Pegawai Yang Ditahan 2.405.083.404,68 1.804.295.863,00

    Dana PPD-PSE 0,00 2.855.492.000,00

    Utang Jasa Pelayanan Umum 499.622.618,39 0,00

    Utang Jasa Askes 973.000,00 0,00

    Jumlah 2.905.679.023,07 4.659.787.863,00

    Dana PPD-PSE (Program Penanggulangan Dampak Pengurangan Subsidi Energi) merupakan dana yang diterima Perjan RSCM atas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada golongan pasien miskin dan tidak mampu. Klaim atas dana tersebut telah mencapai 100% pada tahun 2003. Utang jasa pelayanan umum dan jasa Askes adalah jasa medis yang harus dibayarkan oleh Perjan RSCM kepada dokter yang telah memberikan pelayanan kesehatan.

    (15) EKUITAS

    31 Desember 2003 31 Desember 2002

    Rp Rp

    Ekuitas Awal 183.862.764.919,00 183.862.764.919,00

    Penyertaan Pemerintah SKOR 149.114.351.109,00 74.311.621.960,00

    Penyertaan Pemerintah DIP 20.352.116.235,00 5.521.148.610,00

    Donasi Pihak Ketiga 5.000.000.000,00 3.000.000.000,00

    Saldo Defisit Tahun Lalu (67.249.601.292,00) 0

    Saldo Defisit Tahun Berjalan (73.633.524.960,27) (67.249.601.292,00)

    Jumlah 217.446.106.010,73 199.445.934.197,00

  • Perjan Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2003 DAN 2002

    16

    Sesuai dengan Neraca Pembukaan Perjan RSCM, Ekuitas Awal Pemerintah RI per 1 Januari 2002 sebesar Rp177.502.439.220,00 dan selanjutnya per 31 Desember 2002 menjadi sebesar Rp183.862.764.919,00. Kenaikan nilai ekuitas awal tersebut dikarenakan adanya aset yang belum tercatat dan kesalahan pembukuan. Nilai ekuitas awal tersebut belum mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan RI. Penyertaan Pemerintah Surat Keputusan Otorisasi Rutin (SKOR) merupakan bantuan pemerintah untuk pembiayaan kegiatan operasional khususnya gaji pegawai negeri sipil yang ditempatkan di Perjan RSCM. Sedangkan penyertaan pemerintah Daftar Isian Proyek (DIP) merupakan bantuan pemerintah dalam bentuk pembangunan gedung/bangunan dan/atau pembelian alat-alat kesehatan. Donasi pihak ketiga merupakan bantuan dari Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk membeli alat kesehatan.

    (16) PENDAPATAN OPERASIONAL

    31 Desember 2003 31 Desember 2002

    Rp Rp

    Pendapatan Rawat Jalan 20.377.067.615,29 42.539.602.957,00

    Pendapatan Rawat Inap 26.646.591.007,00 25.683.251.376,00

    Pendapatan Penunjang dan Tindakan medis

    75.603.175.146,20

    26.975.595.240,00

    Jumlah 122.626.833.768,49 95.198.449.573,00

    (17) PENDAPATAN OPERASIONAL LAINNYA

    31 Desember 2003 31 Desember 2002

    Rp Rp

    Pendidikan dan Latihan 311.225.690,54 412.771.100,00

    Apotik KPRI/Kimia Farma 2.186.838.530,00 3.510.427.077,00

    CT Scan Swadana 204.106.950,00 132.704.260,00

    Lainnya 1.499.837.061,67 627.808.597,00

    Jumlah 4.202.008.232,21 4.683.711.034,00

    Pendapatan operasional lainnya merupakan pendapatan yang diterima dari pihak ketiga yang mengadakan kegiatan di Perjan RSCM.

    (18) PENGURANG PENDAPATAN OPERASIONAL

  • Perjan Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2003 DAN 2002

    17

    31 Desember 2003 31 Desember 2002

    Rp Rp

    Restitusi 311.225.690,54 1.352.136.833,00

    Subsidi Pasien

    Miskin/Askes/Karyawan

    2.186.838.530,00

    2.284.409.942,00

    Selisih Klaim askes 204.106.950,00 34.364.000,00

    Jumlah 275.666.072,00 3.570.910.775,00

    Pengurang pendapatan operasional merupakan pendapatan yang tidak dapat diterima pembayarannya sesuai peraturan yang berlaku. Subsidi Pasien Miskin/Askes/Karyawan merupakan selisih nilai tagihan pelayanan dengan jumlah yang dibayar oleh PT Askes/Pemerintah/Karyawan.

    (19) BIAYA OPERASIONAL

    31 Desember 2003 31 Desember 2002

    Rp Rp

    Biaya Pelayanan

    Biaya Bahan 35.209.187.670,91 31.956.004.015,00

    Biaya Jasa Pelayanan 45.277.253.515,78 33.153.757.997,00

    Biaya Pegawai 51.558.406.874,10 44.616.059.848,00

    Biaya Penyusutan 17.605.773.479,20 18.055.941.145,00 Biaya Pemeliharaan Sarana Medis

    988.933.115,00 1.169.609.650,00

    Biaya Daya dan Jasa 6.631.596.304,44 4.534.965.397,00

    Biaya Amortisasi -

    Sub jumlah 157.271.150.959,43 133.486.338.052,00

    Biaya Administrasi dan Umum

    Biaya Pegawai 22.096.460.088,90 19.512.833.807,00

    Biaya Administrasi Kantor 11.139.007.909,96 2.596.197.092,00

    Biaya Penyusutan 4.401.443.369,80 4.513.985.286,00

    Biaya Pemeliharaan 5.396.804.590,00 3.597.502.195,00 Biaya Langganan Daya dan Jasa 2.733.439.948,48 1.817.613.975,00

  • Perjan Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2003 DAN 2002

    18

    Sub jumlah 45.767.155.907,14 32.038.132.355,00

    Jumlah Biaya Operasional 203.038.306.866,57 165.524.470.407,00

    (20) PENDAPATAN DAN BIAYA NON OPERASIONAL

    Pendapatan Non Operasional

    31 Desember 2003 31 Desember 2002

    Rp Rp

    Pendapatan Bunga 1.241.071.978,59 1.136.366.640,00

    Pendapatan Sewa 6.756.000,00 9.625.000,00

    Pendapatan Listrik 1.101.624.126,00 833.354.014,00

    Pendapatan Air 51.935.429,00 52.043.305,00

    Lainnya 1.345.145.393,76 214.242.967,00

    3.746.532.927,35 2.245.631.926,00

    Adapun saldo Biaya non operasional per 31 Desember 2003 dan 31 Desember 2002 masing-masing sebesar Rp981.525.275,75 dan Rp282.012.643,00 antara lain meliputi biaya administrasi bank, pajak bunga bank dan lain-lain.

  • BPK - RI

    LAPORAN AUDITOR

    INDEPENDEN

    LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN JAWATAN RUMAH SAKIT Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2003 dan 2002 KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN PENGENDALIAN INTERN No : 38.B/Auditama V/GA/12/2004 Tanggal : 31 Desember 2004

    Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Jalan Gatot Subroto No. 31 Jakarta 10210 Telp. (021) 5700380, 5738740, 5720957, 5738727, 5704395-9 ext. 511 Fax (021) 5700380, 5723995

  • i BPK-RI/AUDITAMA V

    DAFTAR ISI

    I. KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN A. Laporan Auditor Independen 1

    B. LAMPIRAN A

    1. Penyajian Ekuitas Awal Perjan RSCM Belum Didukung Dokumen 3

    Yang Memadai

    2. Pengadaan Alat Medis dan Alat Non Medis Pada Perjan RSCM 4

    Belum Sesuai Dengan Peraturan Yang Berlaku

    3. Pengelolaan Obat dan Alat Kesehatan Pada Perjan RSCM Tidak 6

    Sesuai Dengan Ketentuan Yang Berlaku

    4. Perjan RSCM Belum Mengenakan Sanksi Terhadap Kehilangan 8

    Kendaraan Dinas Sesuai Peraturan Yang Berlaku

    5. Terdapat Gaji Yang Ditahan oleh Perjan RSCM sebesar 9

    Rp2.465,42 juta

    6. Penyajian Uang Muka Kerja Pada Laporan Keuangan Perjan RSCM 11

    Tidak Sesuai Dengan Prinsip Akuntansi Yang Berlaku Umum

    II. KEPATUHAN TERHADAP PENGENDALIAN INTERN A. Laporan Auditor Independen 12

    B. LAMPIRAN B

    1. Laporan Keuangan Tahun 2003 Belum Lengkap Menyajikan 16

    Transaksi Keuangan Perjan RSCM

    2. Pengendalian Intern Terhadap Pengelolaan Kas/Bank Masih 19

    Belum Memadai

    3. Perjan RSCM Belum Sepenuhnya Menyajikan Aktiva Tetap Pada 22

    Laporan Keuangan

    4. Perhitungan Beban Penyusutan dan Saldo Aktiva Tetap Diragukan 26

    Kewajarannya

    5. Perlakuan Akuntansi atas Persediaan Pada Perjan RSCM Belum Tepat 28

    6. Terdapat Alat Medis Perolehan Tahun 2003 Senilai Rp745 juta 31

  • BiiPK-RI/AUDITAMA V ii

    belum dimanfaatkan

    7. Lahan Perparkiran di Lingkungan Perjan RSCM Jakarta sejak 33

    tahun 1996 belum dikelola sebagaimana mestinya

    8. Pengendalian Intern atas Penagihan Piutang Belum Memadai 35

    9. Terdapat Penerimaan Sewa Senilai Rp8,64 juta yang Belum 39

    Diterima oleh Bendahara Penerima

    10. Terdapat Pendapatan Unit Pendidikan dan Latihan senilai Rp349,23 40

    Juta Yang Belum Dipertanggungjawabkan

    11. Pendapatan Penjualan Karcis Merah dan Karcis Kuning Dari Instalasi 42

    Rawat Jalan Tidak Disetorkan Seluruhnya

    12. Bagian Bedah Jantung Tidak Sepenuhnya Melaksanakan Ketentuan 46

    Direksi atas Tarif Pelayanan

    13. Transaksi Perbaikan Atas Beberapa Gedung Sekurang-kurangnya 49

    Senilai Rp1.143,47 Juta Belum Dicatat Pada Bagian Akuntansi

    14. Perlakukan Akuntansi atas Bangunan Dalam Penyelesaian dan 51

    Kegiatan Renovasi Gedung Belum Wajar

    15. Perlakukan Akuntansi Terhadap Perolehan Kendaraan Bermotor 53

    Dengan Perjanjian Sewa-Beli Belum Tepat

    16. Perlakukan Akuntansi atas Biaya Pengembangan Software 54

    dan Pemeliharaan Tidak Tepat

    17. Perlakuan Akuntansi atas Pengeluaran Dana senilai Rp51,48 juta 55

    Tidak Tepat

    18. Terdapat Pendapatan Sebesar Rp1.222,61 Juta Belum Disajikan 56

    Dalam Laporan Keuangan

  • I. LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN ATAS

    KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

  • BADAN PEMERIKSA KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

    LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

    Kami telah ditugasi untuk mengaudit laporan posisi keuangan Perusahaan Jawatan Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (selanjutnya disebut Perjan RSCM) tanggal 31 Desember 2003 serta laporan penerimaan dan biaya, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, dan telah menerbitkan laporan kami Nomor: 38.A/AUDITAMA V/GA/12/2004 tanggal 31 Desember 2004.

    Kami melaksanakan audit berdasarkan Standar Audit Pemerintahan yang diterbitkan Badan Pemeriksa Keuangan dan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material.

    Kepatuhan terhadap hukum, peraturan, kontrak, dan bantuan yang berlaku bagi Perjan RSCM merupakan tanggung jawab manajemen. Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, kami melaksanakan pengujian terhadap kepatuhan Perjan RSCM terhadap pasal-pasal tertentu hukum, peraturan, kontrak, dan bantuan. Namun, tujuan audit kami atas laporan keuangan adalah tidak untuk menyatakan pendapat atas keseluruhan kepatuhan terhadap pasal-pasal tersebut. Oleh karena itu, kami tidak menyatakan suatu pendapat seperti itu.

    Hal material dari ketidakpatuhan adalah kegagalan untuk mematuhi persyaratan, atau pelanggaran terhadap larangan, yang terdapat dalam peraturan, kontrak, atau bantuan yang menyebabkan kami mengambil kesimpulan bahwa kumpulan salah saji sebagai akibat dari kegagalan atau pelanggaran adalah material terhadap laporan keuangan. Hasil pengujian kepatuhan kami mengungkapkan hal material dari ketidakpatuhan berikut ini, yang berdampak material terhadap kewajaran laporan keuangan.

    Nilai kekayaan awal Perjan RSCM, yang berasal dari kekayaan negara yang tidak dipisahkan dan tidak terbagi atas saham-saham, belum ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan perhitungan yang dilakukan bersama oleh Departemen Kesehatan dan

    BPK-RI/AUDITAMA V1

  • Departemen Keuangan. Hal ini berdampak pada kewajaran saldo awal posisi keuangan RSCM yang mencakup aktiva, kewajiban dan penyertaan awal pemerintah. Hal ini belum sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 116 Tahun 2000 tentang Pendirian Perjan RSCM, pasal 11 ayat (3) yang menyebutkan bahwa besarnya modal Perjan pada saat Peraturan Pemerintah ini diundangkan adalah sebesar seluruh kekayaan negara yang tertanam pada Perjan, yang nilainya akan ditetapkan kemudian oleh Menteri Keuangan berdasarkan perhitungan yang dilakukan bersama Menteri. Untuk lebih jelasnya, masalah ini kami kemukakan dalam temuan no. 1 pada Lampiran A.

    Kami mempertimbangkan hal material dari ketidakpatuhan tersebut dalam merumuskan pendapat kami apakah laporan keuangan Perjan RSCM menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, dan laporan ini mempengaruhi laporan kami Nomor: 38.A/AUDITAMA V/GA/12/2004 tanggal 31 Desember 2004 atas laporan keuangan.

    Kecuali sebagaimana dijelaskan di atas, hasil pengujian kepatuhan kami menunjukkan bahwa, berkaitan dengan unsur yang diuji, Perjan RSCM mematuhi, dalam semua hal yang material, pasal-pasal sebagaimana disebutkan dalam paragraf ketiga laporan ini, dan berkaitan dengan unsur yang diuji, tidak ada satu pun yang kami ketahui yang menyebabkan kami percaya bahwa Perjan RSCM tidak mematuhi, dalam semua hal yang material, pasal-pasal tersebut.

    Namun, kami mencatat masalah-masalah tertentu berkaitan dengan kepatuhan Perjan RSCM terhadap pasal-pasal tertentu hukum, peraturan, kontrak, dan persyaratan bantuan disertai saran perbaikannya yang kami kemukakan dalam temuan no. 2 sampai dengan no. 6 pada Lampiran A.

    Auditor Utama Keuangan Negara VPenanggung Jawab Audit

    Drs. Misnoto, Ak., MA.Register Negara No. D-1416

    Jakarta, 31 Desember 2004

    BPK-RI/AUDITAMA V2

  • 1. Penyajian Ekuitas Awal Perjan RSCM Belum Didukung Dokumen Yang

    Memadai

    Berdasarkan laporan keuangan Perusahaan Jawatan Rumah Sakit Dr. Cipto

    Mangunkusumo (Perjan RSCM) tahun 2003 diketahui bahwa nilai ekuitas awal

    Perjan RSCM per 1 Januari 2002 sebesar Rp177.502.439.220,00. Sebagai dasar

    penetapan nilai ekuitas awal, nilai kekayaan/aset Perjan RSCM telah dihitung melalui

    proses inventarisasi aset oleh Tim Inventarisasi sejak tanggal 22 Januari 2001.

    Laporan keuangan Perjan RSCM tahun buku 2002 diaudit oleh Badan

    Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Nilai ekuitas awal dikoreksi

    sebesar Rp6.360.325.699,00 menjadi Rp183.862.764.919,00 karena adanya aset yang

    belum tercatat dan kesalahan pembukuan serta aset masih belum didukung oleh

    data/bukti yang memadai.

    Berdasarkan hasil pemeriksaan secara uji petik terhadap akun aset khususnya

    akun Aktiva Tetap diketahui bahwa hasil inventarisasi aset tersebut masih belum

    memadai karena :

    a. Terdapat aset-aset yang berasal dari sumbangan pihak ketiga, dibeli oleh

    Departemen/unit pelaksana dan bantuan luar negeri belum tercatat;

    b. Nilai tanah/gedung belum dinilai sesuai dengan Pedoman Standarisasi

    Pembayaran Gedung Negara Tahun 1994/1995 tanggal 13 Mei 1994

    c. Nilai tercatat sebagian aset tidak didukung bukti transaksi yang memadai.

    Selanjutnya, ekuitas awal Perjan RSCM yang merupakan dana pemerintah

    pada Neraca pembukaan Perjan RSCM sampai dengan pemeriksaan berakhir belum

    mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan RI.

    Peraturan Pemerintah RI No. 116/2000 tentang Pendirian Perjan RSCM pasal

    11 point (3) menyebutkan besarnya modal Perjan adalah sebesar seluruh kekayaan

    Negara yang tertanam pada Perjan, yang nilainya akan ditetapkan kemudian oleh

    Menteri Keuangan berdasarkan perhitungan yang dilakukan bersama Menteri.

    Hal tersebut mengakibatkan penyajian akun Ekuitas dalam laporan keuangan

    Perjan RSCM belum diyakini kewajarannya.

    BPK-RI/AUDITAMA V3

    Lampiran A

  • Hal tersebut terjadi karena manajemen Perjan RSCM belum melakukan

    inventarisasi kekayaan/aset secara cermat dan memperoleh penetapan ekuitas awal

    Perjan sesuai ketentuan yang berlaku.

    Direksi Perjan RSCM menjelaskan bahwa dilakukan inventarisasi ulang atas

    aset dan selanjutnya hasil inventarisasi tersebut dijadikan dasar pengajuan sebagai

    ekuitas awal untuk mendapatkan pengesahan dari Menteri Keuangan melalui Menteri

    Kesehatan.

    BPK RI menyarankan agar Perjan RSCM segera melakukan inventarisasi aset

    secara memadai dan mengajukan usulan ekuitas awal untuk mendapat pengesahan

    dari pejabat yang berwenang.

    2. Pengadaan Alat Medis dan Alat Non Medis Pada Perjan RSCM Belum Sesuai

    Dengan Peraturan Yang Berlaku

    Perjan RSCM pada tahun 2003 telah menandatangani perjanjian kerjasama

    pengadaan alat-alat medis dan non medis sebanyak 13 (tiga belas) kontrak senilai

    Rp4.525.694.875,00. Sumber dana untuk pengadaan barang tersebut berasal dari

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN-DIP) yang telah ditetapkan yakni

    sebesar Rp4.531.720.000,00 sehingga terdapat sisa anggaran sebesar Rp

    6.025.125,00. Hasil pemeriksaan terhadap pengadaan barang tersebut menunjukkan

    hal-hal sebagai berikut :

    a. Panitia Pembelian Barang Tidak Membuat Harga Perhitungan Sendiri

    Dari hasil pemeriksaan secara uji petik terhadap dokumen pengadaan

    barang diketahui bahwa Panitia Pembelian Barang Proyek Peningkatan Upaya

    Kesehatan Propinsi DKI Jakarta Pada Perjan RSCM telah dibentuk dengan Surat

    Keputusan Pimpinan Bagian Proyek (Pimbagpro) No. 080/PP/K/V/2003 tanggal

    28 Mei 2003. Panitia Pembelian Barang tidak membuat Harga Perhitungan

    Sendiri (HPS) atau Owner Estimate (OE) dalam melaksanakan proses pengadaan

    barang tahun 2003. Harga pembanding yang dipakai pada proses pengadaan

    barang adalah harga pra-penawaran dari rekanan dan pagu DIP yang telah

    ditentukan.

    BPK-RI/AUDITAMA V4

  • b. Pembelian Syringe Pump Tidak Sesuai Dengan Ketentuan Yang Berlaku

    Berdasarkan pemeriksaan secara uji petik terhadap dokumen pengadaan

    barang diketahui Perjan RSCM telah menandatangani perjanjian kerjasama

    dengan PT Mensa Bina Sukses (PT MBS) dengan Surat Perjanjian Pemborongan

    No.218/PP/K/VIII/2003 tanggal 28 Agustus 2003 untuk pengadaan Syringe Pump

    Merk Terumo Type TE 331 sebanyak 3 (tiga) unit dengan harga satuan sebesar

    Rp38.100.000,00 atau keseluruhannya sebesar Rp114.300.000,00. Sesuai dengan

    Surat Direktur No. 3151/TU.K/41/VIII/2003 tanggal 7 Agustus 2003, pengadaan

    Syringe Pump dilakukan dengan cara penunjukan langsung. Pembayaran

    dilakukan Bendaharawan Proyek pada tanggal 18 Desember 2003 dengan

    menerbitkan SPMU No.562153 X/139/114 sebesar Rp114.300.000,00.

    Selanjutnya, pada tanggal 11 Februari 2004, RSCM dan PT MBS

    menandatangani Surat Perjanjian Kerjasama No. 001/SPK/KC/II/04 untuk

    pengadaan Syringe Pump Merk Terumo Type TE 331 sebanyak 60 unit dengan

    harga satuan sebesar Rp9.000.000,00 atau hanya 23,62% dari harga perolehan

    sebelumnya.

    Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 Bab. I huruf (d) menyebutkan antara

    lain Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Hasil Perhitungan Sendiri (HPS)/OE

    digunakan sebagai acuan dalam evaluasi penawaran, klarifikasi dan/atau negosiasi

    dengan calon rekanan terpilih. Selain itu, Keputusan Presiden Republik Indonesia

    Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

    Instansi Pemerintah Bab I, Bagian Kelima, pasal 5 ayat (6) menyebutkan bahwa

    instansi pemerintah harus menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan

    kebocoran keuangan Negara dalam pengadaan barang dan jasa

    Kondisi ini mengakibatkan harga barang diragukan kewajarannya.

    Hal tersebut disebabkan Bagian Proyek dan Panitia Pembelian Barang Proyek

    Peningkatan Upaya Kesehatan pada Perjan RSCM tidak sepenuhnya menaati

    peraturan pengadaan barang yang berlaku.

    Direksi Perjan RSCM menjelaskan bahwa

    a. Panitia Pembelian Barang tidak membuat HPS karena keterbatasan waktu

    yang tersedia untuk pelaksanaan pengadaan barang.

    BPK-RI/AUDITAMA V5

  • b. Pengadaan Syringe Pump sebanyak 3 (tiga) unit dengan harga satuan

    sebesar Rp38.100.000,00 dilakukan dengan penunjukan langsung.

    Berdasarkan hasil kajian atas proses pengadaan Syringe Pump tersebut,

    pada tahun 2004 manajemen RSCM melakukan pembelian Syringe Pump

    melalui perjanjian kerjasama operasi dengan harga satuan sebesar

    Rp9.000.000,00.

    BPK RI menyarankan agar Direksi Perjan RSCM meminta

    pertanggungjawaban dan memberikan sanksi kepada pejabat yang terkait dengan

    pengadaan barang tersebut sesuai ketentuan yang berlaku.

    3. Pengelolaan Obat dan Alat Kesehatan Pada Perjan RSCM Tidak Sesuai Dengan

    Ketentuan Yang Berlaku

    Berdasarkan pemeriksaan secara uji petik atas akun Biaya Pembelian Barang

    Farmasi tahun 2003 diketahui bahwa Perjan RSCM membeli alat kesehatan habis

    pakai dan obat-obatan melalui Apotik-Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)

    sebesar Rp6.959.130.907,00. Selain itu, Perjan RSCM juga membeli obat-obatan dari

    +15 Pedagang Besar Farmasi (PBF) senilai Rp3.130.367.986,00.

    Dari pemeriksaan secara uji petik atas faktur tagihan pembayaran atas

    pembelian obat yang berasal dari PBF kepada Perjan RSCM diketahui bahwa faktur

    tagihan dari PBF disampaikan melalui Apotik KPRI meskipun faktur tagihan tersebut

    ditujukan kepada (atas nama) Perjan RSCM, bukan Apotik KPRI. Apotik KPRI

    membuat rekapitulasi tagihan PBF ditambah jasa pengelolaan, dan kemudian seluruh

    dokumen tagihan tersebut disampaikan kepada Perjan RSCM. Perjan RSCM pada

    tahun 2003 membayar jasa pengelolaan kepada Apotik-KPRI sebesar

    Rp124.233.568,00.

    Pengadaan alat kesehatan habis pakai dan obat-obatan melalui Apotik KPRI

    telah dilakukan Perjan RSCM sejak tahun 2001. Apotik-KPRI merupakan salah satu

    unit usaha dari koperasi pegawai Perjan RSCM. Pada tahap awal pengembangan

    Apotik KPRI, pengelolaan alat kesehatan habis pakai dan obat-obatan

    diselenggarakan oleh Instalasi Farmasi Perjan RSCM sedangkan KPRI

    bertanggungjawab pada aspek pengelolaan administrasi keuangan.

    BPK-RI/AUDITAMA V6

  • Atas pengelolaan Apotik-KPRI tersebut, Perjan RSCM pada tahun 2003

    berhak menerima pendapatan berupa bagi hasil dari Apotik KPRI sebesar

    Rp130.000.000,00 per bulan. Perjan RSCM telah menerima pembayaran bagi hasil

    tahun 2003 dari Apotik KPRI sebesar Rp1.170.000.000,00 sedangkan sisanya

    sebesar Rp390.000.000,00 untuk periode Oktober sampai dengan Desember 2003

    belum dibayar oleh Apotik KPRI.

    Ketentuan tentang pembayaran jasa pengelolaan dan bagi hasil tersebut di atas

    tidak diatur secara tertulis dalam bentuk perjanjian antara Perjan RSCM dan Apotik

    KPRI.

    Perjan RSCM seharusnya melaksanakan pembelian barang farmasi secara

    langsung dari PBF/Pabrikan tanpa melalui Apotik KPRI. Hal ini diatur dengan :

    a. Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik No.

    0428/YANMED/RSKS/SK/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Petunjuk

    Pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan RI tentang Kewajiban Menuliskan

    Resep dan/atau Menggunakan Obat Generik di Rumah Sakit Pemerintah pasal 9

    point (3) dan (4) yang menyebutkan bahwa pelayanan obat-obatan di rumah sakit

    harus melalui sistem satu pintu sehingga unit Instalasi Farmasi Rumah Sakit

    secara bertahap harus difungsikan sepenuhnya sebagai satu-satunya apotik rumah

    sakit yang berkewajiban melaksanakan pelayanan obat-obatan di rumah sakit.

    b. Surat Direktur Jenderal Pelayanan Medik tanggal 17 Februari 1992 tentang

    pelaksanaan awal implementasi rumah sakit unit swadana menyebutkan bahwa

    rumah sakit me-refungsionalisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan sejauh

    mungkin dihindari campur tangan pihak ketiga dalam pengelolaan obat di rumah

    sakit.

    c. Surat Keputusan Direktur RSCM No. 839/TU.K/34/IV/2001 tentang Organisasi

    dan Tata Laksana Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo tanggal 4

    April 2001 Bab II sub Tugas Pokok menyatakan bahwa Kepala Instalasi Farmasi

    bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi

    seluruh kegiatan kefarmasian dan kebutuhan perbekalan farmasi di RSCM.

    Hal tersebut mengakibatkan :

    a. Harga pembelian barang farmasi menjadi lebih mahal sebesar Rp124.233.568,00.

    BPK-RI/AUDITAMA V7

  • b. Fungsi Instalasi Farmasi Perjan RSCM tidak dapat dijalankan sepenuhnya

    sehingga evaluasi duplikasi atau kontradiksi zat kimia yang terkandung dalam

    obat yang dikonsumsi pasien tidak dapat dilaksanakan.

    Hal tersebut terjadi karena Direksi Perjan RSCM tidak menaati kebijakan dan

    peraturan yang berlaku dalam pengelolaan apotik rumah sakit.

    Direksi Perjan RSCM menjelaskan bahwa manajemen Perjan RSCM masih

    melakukan kajian secara hati-hati untuk mengambil alih pengelolaan apotik.

    BPK RI menyarakan agar pengelolaan barang farmasi di lingkungan Perjan

    RSCM dilakukan sesuai peraturan yang berlaku sesegera mungkin.

    4. Perjan RSCM Belum Mengenakan Sanksi Terhadap Kehilangan Kendaraan

    Dinas Sesuai Peraturan Yang Berlaku

    Berdasarkan pemeriksaan terhadap dokumen Inventarisasi Asset Perjan

    RSCM diketahui terdapat Surat Tanda Penerimaan Laporan yang diterbitkan oleh

    instansi Kepolisian dengan nomor Pol.47/K/VII/2001 tanggal 5 Juli 2001 tentang

    kehilangan kendaraan roda 2 (dua) merk Honda Astrea C-100 dengan nomor polisi

    B.4249 KQ. Kendaraan tersebut milik RSCM yang dipergunakan oleh pegawai atas

    nama Supardi. Penggunaan kendaraan motor roda 2 (dua) tersebut tidak disertai surat

    izin penggunaan dari Direksi atau pihak yang berwenang lainnya. Kehilangan sepeda

    motor tersebut terjadi pada hari Kamis tanggal 5 Juli 2001 Jam 04.30 WIB pada saat

    Sdr. Supardi menghadiri acara di luar keperluan Dinas.

    Selanjutnya, berdasarkan pemeriksaan fisik atas aset berupa kendaraan roda 4

    (empat) diketahui bahwa terdapat ke