Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

85
Eli Priyatna sman 1 cikembar rpp RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Cikembar Mata Pelajaran : PPKN Kelas / Semester : X / 1 Pokok Materi : Harmonisasi Pemerintah Pusat Dan Daerah Sub Pokok Materi : Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia Pertemuan ke : 1 Peminatan : IPA / IPS Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang ppkn kelas x semester 1 Halaman: 1

Transcript of Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Page 1: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Cikembar

Mata Pelajaran : PPKN

Kelas / Semester : X / 1

Pokok Materi : Harmonisasi Pemerintah Pusat Dan

Daerah

Sub Pokok Materi : Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pertemuan ke : 1

Peminatan : IPA / IPS

Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

A. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong

royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan

sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural

berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan

humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang

kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu

menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar

1. Menghayati nilai-nilai ajaran agama dan kepercayaan dalam

kehidupan bermasyarakat (KD 1.2).

2. Mengamalkan sikap toleransi antarumat beragama dan kepercayaan

dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (KD 2.4).

3. Memahami hubungan struktural dan fungsional pemerintahan pusat

dan daerah menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 1

Page 2: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppTahun 1945 (KD 3.4).

4. Menyaji hasil telaah hubungan struktural dan fungsional

pemerintahan pusat dan daerah menurut Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (KD 4.4).

5. Berinteraksi dengan teman dan orang lain berdasarkan prinsip saling

menghormati, dan menghargai dalam keberagaman suku, agama, ras,

budaya, dan gender (KD 4.9.1).

C. Indikator

1. Menjelaskan konsep desentralisasi atau otonomi daerah dalam

konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Mendeskripsikan kedudukan dan peran Pemerintah Pusat.

3. Mendeskripsikan kedudukan dan peran Pemerintah Daerah.4. Mendeskripsikan hubungan struktural dan fungsional Pemerintah

Pusat dan Daerah.5. Mengkomunikasikan hasil telaah hubungan struktural dan

fungsional pemerintahan pusat dan daerah menurut Undang- Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

PERTEMUAN I

D. Materi Pembelajaran

Materi yang disampaikan pada pertemuan pertama ini adalah Bab IV, Sub-bab A. “Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia” pelaksanaan pembelajaran secara umum dibagi tiga tahapan: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia

1. Desentralisasi

Secara etimologis, istilah desentralisasi berasal dari Bahasa Belanda, yaitu de yang berarti lepas, dan

centerum yang berarti pusat. Dengan demikian, desentralisasi adalah sesuatu hal yang terlepas dari pusat.

Terdapat dua kelompok besar yang memberikan definisi tentang desentralisasi, yakni kelompok Anglo

Saxon dan Kontinental. Kelompok Anglo Saxon mendefinisikan desentralisasi sebagai penyerahan

wewenang dari pemerintah pusat, baik kepada para pejabat pusat yang ada di daerah yang disebut

dengan dekonsentrasi maupun kepada badan-badan otonom daerah yang disebut devolusi. Devolusi

berarti sebagian kekuasaan diserahkan kepada badan-badan politik di daerah yang diikuti dengan

penyerahan kekuasaan sepenuhnya untuk mengambil keputusan baik secara politis maupun secara

administrstif.

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 2

Page 3: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpp

Adapun Kelompok Kontinental membedakan desentralisasi menjadi dua bagian yaitu

desentralisasi jabatan atau dekonsentrasi dan desentralisasi ketatanegaraan. Dekonsentrasi adalah

penyerahan kekuasaan dari atas ke bawah dalam rangka kepegawaian guna kelancaran pekerjaan

semata. Adapun desentralisasi ketatanegaraan merupakan pemberian kekuasaan untuk mengatur daerah di

dalam lingkungannya guna mewujudkan asas demokrasi dalam pemerintahan negara.

Menurut ahli ilmu tata Negara Dekonsentrasi merupakan pelimpahan kewenangan dari alat perlengkapan

negara di pusat kepada instansi bawahannya guna melaksanakan pekerjaan tertentu dalam

penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah pusat tidak kehilangan kewenangannya karena instansi

bawahan melaksanakan tugas atas nama pemerintah pusat.

Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada daerah otonom sebagai wakil

pemerintah atau perangkat pusat di daerah dalam kerangka negara kesatuan. Lembaga yang melimpahkan

kewenangan dapat memberikan perintah kepada pejabat yang telah dilimpahi kewenangannya itu

mengenai pengambilan atau pembuatan keputusan.

Menurut Amran Muslimin, dalam buku Otonomi Daerah dan Implikasinya, desentralisasi dibedakan atas 3 (tiga) bagian.

1. Desentralisasi Politik, yakni pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat yang meliputi

hak mengatur dan mengurus kepentingan rumah tangga sendiri bagi badan-badan politik di

daerah yang dipilih oleh rakyat dalam daerah-daerah tertentu.

2. Desentralisasi Fungsional, yaitu pemberian hak kepada golongan-golongan tertentu untuk

mengurus segolongan kepentingan tertentu dalam masyarakat baik terikat maupun tidak pada

suatu daerah tertentu, seperti mengurus irigasi bagi petani.

3. Desentralisasi Kebudayaan, yakni pemberian hak kepada golongan- golongan minoritas

dalam masyarakat untuk menyelenggarakan kebudayaan sendiri, seperti mengatur pendidikan,

agama, dan sebagainya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan desentralisasi pada dasarnya adalah suatu proses penyerahan

sebagian wewenang dan tanggung jawab dari urusan yang semula adalah urusan pemerintah pusat kepada

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 3

Page 4: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppbadan-badan atau lembaga- lembaga pemerintah daerah agar menjadi urusan rumah tangganya sehinggga

urusan-urusan tersebut beralih kepada daerah dan menjadi wewenang serta tanggung jawab pemerintah

daerah.

Desentralisasi mengandung segi positif dalam penyelenggaraan pemerintahan baik dari sudut politik,

ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan. Dilihat dari fungsi pemerintahan, desentralisasi

menunjukkan beberapa hal berikut.

a. satuan-satuan desentralisasi lebih fleksibel dalam memenuhi berbagai

perubahan yang terjadi secara cepat,

b. satuan-satuan desentralisasi dapat melaksanakan tugas lebih efektif dan lebih efisien,

c. satuan-satuan desentralisasi lebih inovatif,

d. satuan-satuan desentralisasi mendorong tumbuhnya sikap moral yang lebih tinggi, serta

komitmen yang lebih tinggi dan lebih produktif.

Praktiknya, desentralisasi sebagai suatu sistem penyelenggaraan pemerintah daerah memiliki beberapa

kelebihan dan kelemahan. Kelebihan desentralisasi, di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Struktur organisasi yang didesentralisasikan merupakan pende- legasian wewenang da mempe- ringan manajemen pemerintah pusat.

b. Mengurangi bertumpuknya peker- jaan di pusat pemerintahan.

c. Dalam menghadapi permasalahan yang amat mendesak, pemerintah daerah tidak perlu

menunggu instruksi dari pusat.

d. Hubungan yang harmonis dapat ditingkatkan dan meningkatkan gairah kerja antara pemerintah

pusat dan daerah.

e. Peningkatan efisiensi dalam segala hal, khususnya penyelenggara pemerintahan baik pusat

maupun daerah.

f. Dapat mengurangi birokrasi dalam arti buruk karena keputusan dapat

segera dilaksanakan.

g. Bagi organisasi yang besar dapat memperoleh manfaat dari keadaan di tempat masing-masing.

h. Sebelum rencana dapat diterapkan secara keseluruhan maka dapat diterapkan dalam satu bagian

tertentu terlebih dahulu sehingga rencana dapat diubah.

i. Risiko yang mencakup kerugian dalam bidang kepegawaian, fasilitas, dan organisasi dapat

terbagi-bagi.

j. Dapat diadakan pembedaan dan pengkhususan yang berguna bagi kepentingan- kepentingan

tertentu.

k. Desentralisasi secara psikologis dapat memberikan kepuasan bagi daerah karena sifatnya yang langsung.

Adapun kelemahan desentralisasi, di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Besarnya organ-organ pemerintahan yang membuat struktur pemerintahan bertambah

kompleks dan berimplikasi pada lemahnya koordinasi.

b. Keseimbangan dan kesesuaian antara bermacam-macam kepentingan daerah dapat lebih

mudah terganggu.

c. Desentralisasi teritorial mendorong timbulnya paham kedaerahan.

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 4

Page 5: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppd. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama karena memerlukan perundingan

yang bertele-tele.

e. Desentralisasi memerlukan biaya yang besar dan sulit untuk memperoleh keseragaman

dan kesederhanaan.

2. Otonomi Daerah

Banyak definisi yang dapat menggambarkan tentang makna otonomi daerah. Berikut adalah beberapa

definisi tentang otonomi daerah yang dikemukakan para ahli dalam buku Menyikap Tabir Otonomi

Daerah di Indonesia karangan H.M. Agus Santoso, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. C. J. Franseen, mendefinisikan otonomi daerah adalah hak untuk mengatur urusan-urusan

daerah dan menyesuaikan peraturan-peraturan yag sudah dibuat dengannya.

2. J. Wajong, mendefinisikan otonomi daerah sebagai kebebasan untuk memelihara dan

memajukan kepentingan khusus daerah dengan keuangan sendiri, menentukan hukum sendiri

dan pemerintahan sendiri.

3. Ateng Syarifuddin, mendefinisikan otonomi daerah sebagai kebebasan atau kemandirian

tetapi bukan kemerdekaan. Namun kebebasan itu terbatas karena merupakan perwujudan dari

pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan.

4. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi

daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Otonomi daerah adalah kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk

meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap

masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Adapun yang

dimaksud dengan kewajiban adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah

yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Dengan demikian, dapat disimpulkan otonomi daerah adalah keleluasaan dalam bentuk hak dan

wewenang serta kewajiban dan tanggung jawab badan pemerintah daerah untuk mengatur dan

menguurus rumah tangganya sesuai keadaan dan kemampuan daerahnya sebagai manifestasi dari

desentralisasi.

3. Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan

Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk

menyelenggarakan otonomi daerah.

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia diselenggarakan dalam rangka memperbaiki kesejahteraan

rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan memperhatikan

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 5

Page 6: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpppotensi dan kekhasan daerah masing-masing. Hal ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi

pemerintah daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi

hak daerah.

Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi tuntutan

globalisasi yang diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata,

dan bertanggung jawab terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi

yang ada di daerahnya masing-masing. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh

kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan pemerintahan daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi

dan berekspresi dalam rangka membangun daerahnya.

E. Metode Pembelajaran :

Pendekatan : Saintifik

Strategi : PBM adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang

tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk

mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus

membangun pengetahuan baru. Langkah-langkah PBM:

Pendekatan : Saintifik

Strategi : Problem Based Learning(PBL)

PBL adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur

(ill-structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk

mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus

membangun pengetahuan baru. Langkah-langkah PBL:

(1) Mengorientasi peserta didik pada masalah

Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas

yang akan dilakukan. Tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan

rinci apa yang dilakukan oleh siswa maupun guru, serta dijelaskan bagaimana guru akan

mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi

agar siswa dapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang

perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu:

a. Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru,

tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan

bagaimana menjadi siswa yang mandiri.

b. Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak

“benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian

dan seringkali bertentangan.

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 6

Page 7: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppc. Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), siswa didorong untuk mengajukan

pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang

siap membantu, sedangkan siswa harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan

temannya.

d. Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa didorong untuk menyatakan ide-idenya

secara terbuka. Semua peserta didik diberi peluang untuk menyumbang kepada

penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.

(2) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran.

Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga

mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat

membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu guru dapat memulai

kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa, masing-masing

kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip

pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini

seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang

efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan

mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika

kelompok selama pembelajaran.

Setelah siswa diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar,

selanjutnya guru menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan,

dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua

siswa aktif terlibat dalam kegiatan penyelidikan sehingga hasil-hasil penyelidikan sebagai

penyelesaian terhadap permasalahan tersebut, mengembangkan dan menyajikan hasil

karya, serta memamerkannya. Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor

terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan

dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain guru

berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring,

dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

(3) Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok

Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan

teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya melibatkan karakter yang

identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan

memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang

sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 7

Page 8: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppdan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul

memaHAKi dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan

cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Guru membantu

siswa mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan

mengajukan pertanyaan pada siswa untuk berpikir tentang masalah dan ragam informasi

yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.

Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang

fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam

bentuk hipotesis, penjelasan, dan pemecahan. Selama pembelajaran pada fase ini, guru

mendorong siswa untuk menyampaikan ide-idenya dan menerima secara penuh. Guru

juga harus mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa berpikir tentang kelayakan

hipotesis dan solusi yang mereka buat serta kualitas informasi yang dikumpulkan.

(4) Mengembangkan dan Menyajikan hasil karya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran.

Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan

situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari

situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya

kecanggihan artefak sangat dipengaruhi tingkat berpikir siswa. Langkah selanjutnya

adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran.

Akan lebih baik jika dalam pameran ini melibatkan siswa lainnya, guru-guru, orang tua,

dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.

(5) Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah

Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu siswa

menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan

intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta siswa untuk

merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan

belajarnya.

Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab dan penugasan

F. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran

Media : Tayangan video

Alat : LCD, Internet

Sumber : Buku PKn kelas X penerbit Intan Pariwara LKS eksis

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 8

Page 9: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpp

G. Langkah Kegiatan/Skenario Pembelajaran

Kegiatan DeskripsiAlokasi Waktu

Pendahuluan Memberikan salam Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan

untuk belajar Menanyakan kehadiran siswa Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa Tanya jawab materi mengenai Desentralisasi atau

Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia

Menyampaikan tujuan pembelajaran

10 menit

Inti Menyampaikan mengenai Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui contoh kasus.

Siswa mendapat penjelasan mengenai teknik Artikulasi Siswa dibagi secara berpasangan Setiap pasangan secara bergantian menyampaikan kembali

materi yang telah disampaikan guru, sementara yang lainnya mendengarkan sambil membuat catatan-catatan kecil mengenai materi yang telah disampaikan oleh pasangannya

Setiap siswa secara acak dan bergiliran menyampaikan kembali hasil wawancara dengan pasangannya

Siswa yang lain menanggapi

60 menit

Penutup Klarifikasi/kesimpulan siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi mengenai Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia

Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran

Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran

Siswa membuat tugas laporan mengenai Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam bentuk makalah (dikumpulkan pada 2 pertemuan yang akan datang)

Mengucapkan salam

20 menit

G. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran

Media : Tayangan video

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 9

Page 10: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpp Alat : LCD, Internet

Sumber : Buku PKn kelas X penerbit Intan Pariwara LKS eksis atau Grafindo

Taupan, M. 2013. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA-MA/SMK Kelas X. Bandung : Yrama Widya.

Peta Konsep mengenai HAMUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945Undang-undang no. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

H. Penilaian [terlampir]

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 10

Page 11: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppSatuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Cikembar

Mata Pelajaran : PPKN

Kelas / Semester : X / 1

Pokok Materi : Harmonisasi Pemerintah Pusat Dan

Daerah

Sub Pokok Materi : Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pertemuan ke : 2

Peminatan : IPA / IPS

Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

H. Kompetensi Inti

5. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

6. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong

royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan

sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

7. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural

berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan

humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang

kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

8. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu

menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

I. Kompetensi Dasar

6. Menghayati nilai-nilai ajaran agama dan kepercayaan dalam

kehidupan bermasyarakat (KD 1.2).

7. Mengamalkan sikap toleransi antarumat beragama dan kepercayaan

dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (KD 2.4).

8. Memahami hubungan struktural dan fungsional pemerintahan pusat

dan daerah menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 (KD 3.4).

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 11

Page 12: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpp9. Menyaji hasil telaah hubungan struktural dan fungsional

pemerintahan pusat dan daerah menurut Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (KD 4.4).

10. Berinteraksi dengan teman dan orang lain

berdasarkan prinsip saling menghormati, dan menghargai dalam

keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan gender (KD 4.9.1).

J. Indikator

6. Menjelaskan konsep desentralisasi atau otonomi daerah dalam

konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.

7. Mendeskripsikan kedudukan dan peran Pemerintah Pusat.

8. Mendeskripsikan kedudukan dan peran Pemerintah Daerah.9. Mendeskripsikan hubungan struktural dan fungsional Pemerintah

Pusat dan Daerah.10. Mengkomunikasikan hasil telaah hubungan

struktural dan fungsional pemerintahan pusat dan daerah menurut

Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

PERTEMUAN I

K. Materi Pembelajaran

Materi yang disampaikan pada pertemuan pertama ini adalah Bab IV, Sub-bab A. “Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia” pelaksanaan pembelajaran secara umum dibagi tiga tahapan: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia

1. Desentralisasi

Secara etimologis, istilah desentralisasi berasal dari Bahasa Belanda, yaitu de yang berarti lepas, dan

centerum yang berarti pusat. Dengan demikian, desentralisasi adalah sesuatu hal yang terlepas dari pusat.

Terdapat dua kelompok besar yang memberikan definisi tentang desentralisasi, yakni kelompok Anglo

Saxon dan Kontinental. Kelompok Anglo Saxon mendefinisikan desentralisasi sebagai penyerahan

wewenang dari pemerintah pusat, baik kepada para pejabat pusat yang ada di daerah yang disebut

dengan dekonsentrasi maupun kepada badan-badan otonom daerah yang disebut devolusi. Devolusi

berarti sebagian kekuasaan diserahkan kepada badan-badan politik di daerah yang diikuti dengan

penyerahan kekuasaan sepenuhnya untuk mengambil keputusan baik secara politis maupun secara

administrstif.

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 12

Page 13: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppAdapun Kelompok Kontinental membedakan desentralisasi menjadi dua bagian yaitu

desentralisasi jabatan atau dekonsentrasi dan desentralisasi ketatanegaraan. Dekonsentrasi adalah

penyerahan kekuasaan dari atas ke bawah dalam rangka kepegawaian guna kelancaran pekerjaan

semata. Adapun desentralisasi ketatanegaraan merupakan pemberian kekuasaan untuk mengatur daerah di

dalam lingkungannya guna mewujudkan asas demokrasi dalam pemerintahan negara.

Menurut ahli ilmu tata Negara Dekonsentrasi merupakan pelimpahan kewenangan dari alat perlengkapan

negara di pusat kepada instansi bawahannya guna melaksanakan pekerjaan tertentu dalam

penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah pusat tidak kehilangan kewenangannya karena instansi

bawahan melaksanakan tugas atas nama pemerintah pusat.

Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada daerah otonom sebagai wakil

pemerintah atau perangkat pusat di daerah dalam kerangka negara kesatuan. Lembaga yang melimpahkan

kewenangan dapat memberikan perintah kepada pejabat yang telah dilimpahi kewenangannya itu

mengenai pengambilan atau pembuatan keputusan.

Menurut Amran Muslimin, dalam buku Otonomi Daerah dan Implikasinya, desentralisasi dibedakan atas 3 (tiga) bagian.

1. Desentralisasi Politik, yakni pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat yang meliputi

hak mengatur dan mengurus kepentingan rumah tangga sendiri bagi badan-badan politik di

daerah yang dipilih oleh rakyat dalam daerah-daerah tertentu.

2. Desentralisasi Fungsional, yaitu pemberian hak kepada golongan-golongan tertentu untuk

mengurus segolongan kepentingan tertentu dalam masyarakat baik terikat maupun tidak pada

suatu daerah tertentu, seperti mengurus irigasi bagi petani.

3. Desentralisasi Kebudayaan, yakni pemberian hak kepada golongan- golongan minoritas

dalam masyarakat untuk menyelenggarakan kebudayaan sendiri, seperti mengatur pendidikan,

agama, dan sebagainya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan desentralisasi pada dasarnya adalah suatu proses penyerahan

sebagian wewenang dan tanggung jawab dari urusan yang semula adalah urusan pemerintah pusat kepada

badan-badan atau lembaga- lembaga pemerintah daerah agar menjadi urusan rumah tangganya sehinggga

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 13

Page 14: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppurusan-urusan tersebut beralih kepada daerah dan menjadi wewenang serta tanggung jawab pemerintah

daerah.

Desentralisasi mengandung segi positif dalam penyelenggaraan pemerintahan baik dari sudut politik,

ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan. Dilihat dari fungsi pemerintahan, desentralisasi

menunjukkan beberapa hal berikut.

a. satuan-satuan desentralisasi lebih fleksibel dalam memenuhi berbagai

perubahan yang terjadi secara cepat,

b. satuan-satuan desentralisasi dapat melaksanakan tugas lebih efektif dan lebih efisien,

c. satuan-satuan desentralisasi lebih inovatif,

d. satuan-satuan desentralisasi mendorong tumbuhnya sikap moral yang lebih tinggi, serta

komitmen yang lebih tinggi dan lebih produktif.

Praktiknya, desentralisasi sebagai suatu sistem penyelenggaraan pemerintah daerah memiliki beberapa

kelebihan dan kelemahan. Kelebihan desentralisasi, di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Struktur organisasi yang didesentralisasikan merupakan pende- legasian wewenang da mempe- ringan manajemen pemerintah pusat.

b. Mengurangi bertumpuknya peker- jaan di pusat pemerintahan.

c. Dalam menghadapi permasalahan yang amat mendesak, pemerintah daerah tidak perlu

menunggu instruksi dari pusat.

d. Hubungan yang harmonis dapat ditingkatkan dan meningkatkan gairah kerja antara pemerintah

pusat dan daerah.

e. Peningkatan efisiensi dalam segala hal, khususnya penyelenggara pemerintahan baik pusat

maupun daerah.

f. Dapat mengurangi birokrasi dalam arti buruk karena keputusan dapat

segera dilaksanakan.

g. Bagi organisasi yang besar dapat memperoleh manfaat dari keadaan di tempat masing-masing.

h. Sebelum rencana dapat diterapkan secara keseluruhan maka dapat diterapkan dalam satu bagian

tertentu terlebih dahulu sehingga rencana dapat diubah.

i. Risiko yang mencakup kerugian dalam bidang kepegawaian, fasilitas, dan organisasi dapat

terbagi-bagi.

j. Dapat diadakan pembedaan dan pengkhususan yang berguna bagi kepentingan- kepentingan

tertentu.

k. Desentralisasi secara psikologis dapat memberikan kepuasan bagi daerah karena sifatnya yang langsung.

Adapun kelemahan desentralisasi, di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Besarnya organ-organ pemerintahan yang membuat struktur pemerintahan bertambah

kompleks dan berimplikasi pada lemahnya koordinasi.

b. Keseimbangan dan kesesuaian antara bermacam-macam kepentingan daerah dapat lebih

mudah terganggu.

c. Desentralisasi teritorial mendorong timbulnya paham kedaerahan.

d. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama karena memerlukan perundingan

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 14

Page 15: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppyang bertele-tele.

e. Desentralisasi memerlukan biaya yang besar dan sulit untuk memperoleh keseragaman

dan kesederhanaan.

2. Otonomi Daerah

Banyak definisi yang dapat menggambarkan tentang makna otonomi daerah. Berikut adalah beberapa

definisi tentang otonomi daerah yang dikemukakan para ahli dalam buku Menyikap Tabir Otonomi

Daerah di Indonesia karangan H.M. Agus Santoso, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. C. J. Franseen, mendefinisikan otonomi daerah adalah hak untuk mengatur urusan-urusan

daerah dan menyesuaikan peraturan-peraturan yag sudah dibuat dengannya.

2. J. Wajong, mendefinisikan otonomi daerah sebagai kebebasan untuk memelihara dan

memajukan kepentingan khusus daerah dengan keuangan sendiri, menentukan hukum sendiri

dan pemerintahan sendiri.

3. Ateng Syarifuddin, mendefinisikan otonomi daerah sebagai kebebasan atau kemandirian

tetapi bukan kemerdekaan. Namun kebebasan itu terbatas karena merupakan perwujudan dari

pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan.

4. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi

daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Otonomi daerah adalah kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk

meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap

masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Adapun yang

dimaksud dengan kewajiban adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah

yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Dengan demikian, dapat disimpulkan otonomi daerah adalah keleluasaan dalam bentuk hak dan

wewenang serta kewajiban dan tanggung jawab badan pemerintah daerah untuk mengatur dan

menguurus rumah tangganya sesuai keadaan dan kemampuan daerahnya sebagai manifestasi dari

desentralisasi.

3. Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan

Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk

menyelenggarakan otonomi daerah.

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia diselenggarakan dalam rangka memperbaiki kesejahteraan

rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan memperhatikan

potensi dan kekhasan daerah masing-masing. Hal ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 15

Page 16: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpppemerintah daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi

hak daerah.

Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi tuntutan

globalisasi yang diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata,

dan bertanggung jawab terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi

yang ada di daerahnya masing-masing. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh

kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan pemerintahan daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi

dan berekspresi dalam rangka membangun daerahnya.

L. Metode Pembelajaran :

Pendekatan : Saintifik

Strategi : PBM adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang

tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk

mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus

membangun pengetahuan baru. Langkah-langkah PBM:

Pendekatan : Saintifik

Strategi : Problem Based Learning(PBL)

PBL adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur

(ill-structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk

mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus

membangun pengetahuan baru. Langkah-langkah PBL:

(6) Mengorientasi peserta didik pada masalah

Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas

yang akan dilakukan. Tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan

rinci apa yang dilakukan oleh siswa maupun guru, serta dijelaskan bagaimana guru akan

mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi

agar siswa dapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang

perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu:

a. Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru,

tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan

bagaimana menjadi siswa yang mandiri.

b. Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak

“benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian

dan seringkali bertentangan.

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 16

Page 17: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppc. Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), siswa didorong untuk mengajukan

pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang

siap membantu, sedangkan siswa harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan

temannya.

d. Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa didorong untuk menyatakan ide-idenya

secara terbuka. Semua peserta didik diberi peluang untuk menyumbang kepada

penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.

(7) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran.

Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga

mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat

membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu guru dapat memulai

kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa, masing-masing

kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip

pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini

seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang

efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan

mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika

kelompok selama pembelajaran.

Setelah siswa diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar,

selanjutnya guru menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan,

dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua

siswa aktif terlibat dalam kegiatan penyelidikan sehingga hasil-hasil penyelidikan sebagai

penyelesaian terhadap permasalahan tersebut, mengembangkan dan menyajikan hasil

karya, serta memamerkannya. Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor

terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan

dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain guru

berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring,

dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

(8) Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok

Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan

teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya melibatkan karakter yang

identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan

memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang

sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 17

Page 18: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppdan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul

memaHAKi dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan

cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Guru membantu

siswa mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan

mengajukan pertanyaan pada siswa untuk berpikir tentang masalah dan ragam informasi

yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.

Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang

fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam

bentuk hipotesis, penjelasan, dan pemecahan. Selama pembelajaran pada fase ini, guru

mendorong siswa untuk menyampaikan ide-idenya dan menerima secara penuh. Guru

juga harus mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa berpikir tentang kelayakan

hipotesis dan solusi yang mereka buat serta kualitas informasi yang dikumpulkan.

(9) Mengembangkan dan Menyajikan hasil karya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran.

Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan

situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari

situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya

kecanggihan artefak sangat dipengaruhi tingkat berpikir siswa. Langkah selanjutnya

adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran.

Akan lebih baik jika dalam pameran ini melibatkan siswa lainnya, guru-guru, orang tua,

dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.

(10) Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah

Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu siswa

menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan

intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta siswa untuk

merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan

belajarnya.

Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab dan penugasan

M. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran

Media : Tayangan video

Alat : LCD, Internet

Sumber : Buku PKn kelas X penerbit Intan Pariwara LKS eksis

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 18

Page 19: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpp

N. Langkah Kegiatan/Skenario Pembelajaran

Kegiatan DeskripsiAlokasi Waktu

Pendahuluan Memberikan salam Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan

untuk belajar Menanyakan kehadiran siswa Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa Tanya jawab materi mengenai Desentralisasi atau

Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia

Menyampaikan tujuan pembelajaran

10 menit

Inti Menyampaikan mengenai Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui contoh kasus.

Siswa mendapat penjelasan mengenai teknik Artikulasi Siswa dibagi secara berpasangan Setiap pasangan secara bergantian menyampaikan kembali

materi yang telah disampaikan guru, sementara yang lainnya mendengarkan sambil membuat catatan-catatan kecil mengenai materi yang telah disampaikan oleh pasangannya

Setiap siswa secara acak dan bergiliran menyampaikan kembali hasil wawancara dengan pasangannya

Siswa yang lain menanggapi

60 menit

Penutup Klarifikasi/kesimpulan siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi mengenai Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia

Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran

Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran

Siswa membuat tugas laporan mengenai Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam bentuk makalah (dikumpulkan pada 2 pertemuan yang akan datang)

Mengucapkan salam

20 menit

I. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran

Media : Tayangan video

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 19

Page 20: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpp Alat : LCD, Internet

Sumber : Buku PKn kelas X penerbit Intan Pariwara LKS eksis atau Grafindo

Taupan, M. 2013. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA-MA/SMK Kelas X. Bandung : Yrama Widya.

Peta Konsep mengenai HAMUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945Undang-undang no. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

J. Penilaian [terlampir]

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Cikembar

Mata Pelajaran : PPKN

Kelas / Semester : X / 1

Pokok Materi : Harmonisasi Pemerintah Pusat Dan

Daerah

Sub Pokok Materi : Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pertemuan ke : 1

Peminatan : IPA / IPS

Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

O. Kompetensi Inti

9. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

10. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong

royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan

sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

11. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural

berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan

humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang

kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 20

Page 21: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpp12. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu

menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

P. Kompetensi Dasar

11. Menghayati nilai-nilai ajaran agama dan

kepercayaan dalam kehidupan bermasyarakat (KD 1.2).

12. Mengamalkan sikap toleransi antarumat beragama

dan kepercayaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara (KD 2.4).

13. Memahami hubungan struktural dan fungsional

pemerintahan pusat dan daerah menurut Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (KD 3.4).

14. Menyaji hasil telaah hubungan struktural dan

fungsional pemerintahan pusat dan daerah menurut Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (KD 4.4).

15. Berinteraksi dengan teman dan orang lain

berdasarkan prinsip saling menghormati, dan menghargai dalam

keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan gender (KD 4.9.1).

Q. Indikator

11. Menjelaskan konsep desentralisasi atau otonomi

daerah dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.

12. Mendeskripsikan kedudukan dan peran Pemerintah

Pusat.

13. Mendeskripsikan kedudukan dan peran Pemerintah Daerah.14. Mendeskripsikan hubungan struktural dan fungsional

Pemerintah Pusat dan Daerah.15. Mengkomunikasikan hasil telaah hubungan

struktural dan fungsional pemerintahan pusat dan daerah menurut

Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

PERTEMUAN I

R. Materi Pembelajaran

Materi yang disampaikan pada pertemuan pertama ini adalah Bab IV, Sub-bab A. “Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia”

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 21

Page 22: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpppelaksanaan pembelajaran secara umum dibagi tiga tahapan: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia

1. Desentralisasi

Secara etimologis, istilah desentralisasi berasal dari Bahasa Belanda, yaitu de yang berarti lepas, dan

centerum yang berarti pusat. Dengan demikian, desentralisasi adalah sesuatu hal yang terlepas dari pusat.

Terdapat dua kelompok besar yang memberikan definisi tentang desentralisasi, yakni kelompok Anglo

Saxon dan Kontinental. Kelompok Anglo Saxon mendefinisikan desentralisasi sebagai penyerahan

wewenang dari pemerintah pusat, baik kepada para pejabat pusat yang ada di daerah yang disebut

dengan dekonsentrasi maupun kepada badan-badan otonom daerah yang disebut devolusi. Devolusi

berarti sebagian kekuasaan diserahkan kepada badan-badan politik di daerah yang diikuti dengan

penyerahan kekuasaan sepenuhnya untuk mengambil keputusan baik secara politis maupun secara

administrstif.

Adapun Kelompok Kontinental membedakan desentralisasi menjadi dua bagian yaitu

desentralisasi jabatan atau dekonsentrasi dan desentralisasi ketatanegaraan. Dekonsentrasi adalah

penyerahan kekuasaan dari atas ke bawah dalam rangka kepegawaian guna kelancaran pekerjaan

semata. Adapun desentralisasi ketatanegaraan merupakan pemberian kekuasaan untuk mengatur daerah di

dalam lingkungannya guna mewujudkan asas demokrasi dalam pemerintahan negara.

Menurut ahli ilmu tata Negara Dekonsentrasi merupakan pelimpahan kewenangan dari alat perlengkapan

negara di pusat kepada instansi bawahannya guna melaksanakan pekerjaan tertentu dalam

penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah pusat tidak kehilangan kewenangannya karena instansi

bawahan melaksanakan tugas atas nama pemerintah pusat.

Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada daerah otonom sebagai wakil

pemerintah atau perangkat pusat di daerah dalam kerangka negara kesatuan. Lembaga yang melimpahkan

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 22

Page 23: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppkewenangan dapat memberikan perintah kepada pejabat yang telah dilimpahi kewenangannya itu

mengenai pengambilan atau pembuatan keputusan.

Menurut Amran Muslimin, dalam buku Otonomi Daerah dan Implikasinya, desentralisasi dibedakan atas 3 (tiga) bagian.

1. Desentralisasi Politik, yakni pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat yang meliputi

hak mengatur dan mengurus kepentingan rumah tangga sendiri bagi badan-badan politik di

daerah yang dipilih oleh rakyat dalam daerah-daerah tertentu.

2. Desentralisasi Fungsional, yaitu pemberian hak kepada golongan-golongan tertentu untuk

mengurus segolongan kepentingan tertentu dalam masyarakat baik terikat maupun tidak pada

suatu daerah tertentu, seperti mengurus irigasi bagi petani.

3. Desentralisasi Kebudayaan, yakni pemberian hak kepada golongan- golongan minoritas

dalam masyarakat untuk menyelenggarakan kebudayaan sendiri, seperti mengatur pendidikan,

agama, dan sebagainya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan desentralisasi pada dasarnya adalah suatu proses penyerahan

sebagian wewenang dan tanggung jawab dari urusan yang semula adalah urusan pemerintah pusat kepada

badan-badan atau lembaga- lembaga pemerintah daerah agar menjadi urusan rumah tangganya sehinggga

urusan-urusan tersebut beralih kepada daerah dan menjadi wewenang serta tanggung jawab pemerintah

daerah.

Desentralisasi mengandung segi positif dalam penyelenggaraan pemerintahan baik dari sudut politik,

ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan. Dilihat dari fungsi pemerintahan, desentralisasi

menunjukkan beberapa hal berikut.

a. satuan-satuan desentralisasi lebih fleksibel dalam memenuhi berbagai

perubahan yang terjadi secara cepat,

b. satuan-satuan desentralisasi dapat melaksanakan tugas lebih efektif dan lebih efisien,

c. satuan-satuan desentralisasi lebih inovatif,

d. satuan-satuan desentralisasi mendorong tumbuhnya sikap moral yang lebih tinggi, serta

komitmen yang lebih tinggi dan lebih produktif.

Praktiknya, desentralisasi sebagai suatu sistem penyelenggaraan pemerintah daerah memiliki beberapa

kelebihan dan kelemahan. Kelebihan desentralisasi, di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Struktur organisasi yang didesentralisasikan merupakan pende- legasian wewenang da mempe- ringan manajemen pemerintah pusat.

b. Mengurangi bertumpuknya peker- jaan di pusat pemerintahan.

c. Dalam menghadapi permasalahan yang amat mendesak, pemerintah daerah tidak perlu

menunggu instruksi dari pusat.

d. Hubungan yang harmonis dapat ditingkatkan dan meningkatkan gairah kerja antara pemerintah

pusat dan daerah.

e. Peningkatan efisiensi dalam segala hal, khususnya penyelenggara pemerintahan baik pusat

maupun daerah.

f. Dapat mengurangi birokrasi dalam arti buruk karena keputusan dapat

segera dilaksanakan.

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 23

Page 24: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppg. Bagi organisasi yang besar dapat memperoleh manfaat dari keadaan di tempat masing-masing.

h. Sebelum rencana dapat diterapkan secara keseluruhan maka dapat diterapkan dalam satu bagian

tertentu terlebih dahulu sehingga rencana dapat diubah.

i. Risiko yang mencakup kerugian dalam bidang kepegawaian, fasilitas, dan organisasi dapat

terbagi-bagi.

j. Dapat diadakan pembedaan dan pengkhususan yang berguna bagi kepentingan- kepentingan

tertentu.

k. Desentralisasi secara psikologis dapat memberikan kepuasan bagi daerah karena sifatnya yang langsung.

Adapun kelemahan desentralisasi, di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Besarnya organ-organ pemerintahan yang membuat struktur pemerintahan bertambah

kompleks dan berimplikasi pada lemahnya koordinasi.

b. Keseimbangan dan kesesuaian antara bermacam-macam kepentingan daerah dapat lebih

mudah terganggu.

c. Desentralisasi teritorial mendorong timbulnya paham kedaerahan.

d. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama karena memerlukan perundingan

yang bertele-tele.

e. Desentralisasi memerlukan biaya yang besar dan sulit untuk memperoleh keseragaman

dan kesederhanaan.

2. Otonomi Daerah

Banyak definisi yang dapat menggambarkan tentang makna otonomi daerah. Berikut adalah beberapa

definisi tentang otonomi daerah yang dikemukakan para ahli dalam buku Menyikap Tabir Otonomi

Daerah di Indonesia karangan H.M. Agus Santoso, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. C. J. Franseen, mendefinisikan otonomi daerah adalah hak untuk mengatur urusan-urusan

daerah dan menyesuaikan peraturan-peraturan yag sudah dibuat dengannya.

2. J. Wajong, mendefinisikan otonomi daerah sebagai kebebasan untuk memelihara dan

memajukan kepentingan khusus daerah dengan keuangan sendiri, menentukan hukum sendiri

dan pemerintahan sendiri.

3. Ateng Syarifuddin, mendefinisikan otonomi daerah sebagai kebebasan atau kemandirian

tetapi bukan kemerdekaan. Namun kebebasan itu terbatas karena merupakan perwujudan dari

pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan.

4. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi

daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Otonomi daerah adalah kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk

meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap

masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Adapun yang

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 24

Page 25: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppdimaksud dengan kewajiban adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah

yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Dengan demikian, dapat disimpulkan otonomi daerah adalah keleluasaan dalam bentuk hak dan

wewenang serta kewajiban dan tanggung jawab badan pemerintah daerah untuk mengatur dan

menguurus rumah tangganya sesuai keadaan dan kemampuan daerahnya sebagai manifestasi dari

desentralisasi.

3. Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan

Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk

menyelenggarakan otonomi daerah.

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia diselenggarakan dalam rangka memperbaiki kesejahteraan

rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan memperhatikan

potensi dan kekhasan daerah masing-masing. Hal ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi

pemerintah daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi

hak daerah.

Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi tuntutan

globalisasi yang diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata,

dan bertanggung jawab terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi

yang ada di daerahnya masing-masing. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh

kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan pemerintahan daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi

dan berekspresi dalam rangka membangun daerahnya.

S. Metode Pembelajaran :

Pendekatan : Saintifik

Strategi : PBM adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang

tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk

mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus

membangun pengetahuan baru. Langkah-langkah PBM:

Pendekatan : Saintifik

Strategi : Problem Based Learning(PBL)

PBL adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur

(ill-structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk

mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus

membangun pengetahuan baru. Langkah-langkah PBL:

(11) Mengorientasi peserta didik pada masalah

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 25

Page 26: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppPembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas

yang akan dilakukan. Tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan

rinci apa yang dilakukan oleh siswa maupun guru, serta dijelaskan bagaimana guru akan

mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi

agar siswa dapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang

perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu:

a. Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru,

tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan

bagaimana menjadi siswa yang mandiri.

b. Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak

“benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian

dan seringkali bertentangan.

c. Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), siswa didorong untuk mengajukan

pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang

siap membantu, sedangkan siswa harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan

temannya.

d. Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa didorong untuk menyatakan ide-idenya

secara terbuka. Semua peserta didik diberi peluang untuk menyumbang kepada

penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.

(12) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran.

Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga

mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat

membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu guru dapat memulai

kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa, masing-masing

kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip

pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini

seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang

efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan

mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika

kelompok selama pembelajaran.

Setelah siswa diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar,

selanjutnya guru menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan,

dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua

siswa aktif terlibat dalam kegiatan penyelidikan sehingga hasil-hasil penyelidikan sebagai

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 26

Page 27: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpppenyelesaian terhadap permasalahan tersebut, mengembangkan dan menyajikan hasil

karya, serta memamerkannya. Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor

terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan

dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain guru

berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring,

dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

(13) Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok

Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan

teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya melibatkan karakter yang

identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan

memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang

sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data

dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul

memaHAKi dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan

cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Guru membantu

siswa mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan

mengajukan pertanyaan pada siswa untuk berpikir tentang masalah dan ragam informasi

yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.

Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang

fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam

bentuk hipotesis, penjelasan, dan pemecahan. Selama pembelajaran pada fase ini, guru

mendorong siswa untuk menyampaikan ide-idenya dan menerima secara penuh. Guru

juga harus mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa berpikir tentang kelayakan

hipotesis dan solusi yang mereka buat serta kualitas informasi yang dikumpulkan.

(14) Mengembangkan dan Menyajikan hasil karya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran.

Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan

situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari

situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya

kecanggihan artefak sangat dipengaruhi tingkat berpikir siswa. Langkah selanjutnya

adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran.

Akan lebih baik jika dalam pameran ini melibatkan siswa lainnya, guru-guru, orang tua,

dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.

(15) Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 27

Page 28: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppFase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu siswa

menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan

intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta siswa untuk

merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan

belajarnya.

Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab dan penugasan

T. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran

Media : Tayangan video

Alat : LCD, Internet

Sumber : Buku PKn kelas X penerbit Intan Pariwara LKS eksis

U. Langkah Kegiatan/Skenario Pembelajaran

Kegiatan DeskripsiAlokasi Waktu

Pendahuluan Memberikan salam Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan

untuk belajar Menanyakan kehadiran siswa Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa Tanya jawab materi mengenai Desentralisasi atau

Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia

Menyampaikan tujuan pembelajaran

10 menit

Inti Menyampaikan mengenai Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui contoh kasus.

Siswa mendapat penjelasan mengenai teknik Artikulasi Siswa dibagi secara berpasangan Setiap pasangan secara bergantian menyampaikan kembali

materi yang telah disampaikan guru, sementara yang lainnya mendengarkan sambil membuat catatan-catatan kecil mengenai materi yang telah disampaikan oleh pasangannya

Setiap siswa secara acak dan bergiliran menyampaikan kembali hasil wawancara dengan pasangannya

Siswa yang lain menanggapi

60 menit

Penutup Klarifikasi/kesimpulan siswa dibantu oleh guru 20 menit

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 28

Page 29: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppmenyimpulkan materi mengenai Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia

Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran

Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran

Siswa membuat tugas laporan mengenai Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam bentuk makalah (dikumpulkan pada 2 pertemuan yang akan datang)

Mengucapkan salam

K. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran

Media : Tayangan video

Alat : LCD, Internet

Sumber : Buku PKn kelas X penerbit Intan Pariwara LKS eksis atau Grafindo

Taupan, M. 2013. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA-MA/SMK Kelas X. Bandung : Yrama Widya.

Peta Konsep mengenai HAMUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945Undang-undang no. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

L. Penilaian [terlampir]

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Cikembar

Mata Pelajaran : PPKN

Kelas / Semester : X / 1

Pokok Materi : Harmonisasi Pemerintah Pusat Dan

Daerah

Sub Pokok Materi : Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pertemuan ke : 1

Peminatan : IPA / IPS

Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 29

Page 30: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppV. Kompetensi Inti

13. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

14. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong

royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan

sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

15. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural

berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan

humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang

kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

16. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu

menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

W. Kompetensi Dasar

16. Menghayati nilai-nilai ajaran agama dan

kepercayaan dalam kehidupan bermasyarakat (KD 1.2).

17. Mengamalkan sikap toleransi antarumat beragama

dan kepercayaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara (KD 2.4).

18. Memahami hubungan struktural dan fungsional

pemerintahan pusat dan daerah menurut Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (KD 3.4).

19. Menyaji hasil telaah hubungan struktural dan

fungsional pemerintahan pusat dan daerah menurut Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (KD 4.4).

20. Berinteraksi dengan teman dan orang lain

berdasarkan prinsip saling menghormati, dan menghargai dalam

keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan gender (KD 4.9.1).

X. Indikator

16. Menjelaskan konsep desentralisasi atau otonomi

daerah dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 30

Page 31: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpp17. Mendeskripsikan kedudukan dan peran Pemerintah

Pusat.

18. Mendeskripsikan kedudukan dan peran Pemerintah Daerah.19. Mendeskripsikan hubungan struktural dan fungsional

Pemerintah Pusat dan Daerah.20. Mengkomunikasikan hasil telaah hubungan

struktural dan fungsional pemerintahan pusat dan daerah menurut

Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

PERTEMUAN I

Y. Materi Pembelajaran

Materi yang disampaikan pada pertemuan pertama ini adalah Bab IV, Sub-bab A. “Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia” pelaksanaan pembelajaran secara umum dibagi tiga tahapan: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia

1. Desentralisasi

Secara etimologis, istilah desentralisasi berasal dari Bahasa Belanda, yaitu de yang berarti lepas, dan

centerum yang berarti pusat. Dengan demikian, desentralisasi adalah sesuatu hal yang terlepas dari pusat.

Terdapat dua kelompok besar yang memberikan definisi tentang desentralisasi, yakni kelompok Anglo

Saxon dan Kontinental. Kelompok Anglo Saxon mendefinisikan desentralisasi sebagai penyerahan

wewenang dari pemerintah pusat, baik kepada para pejabat pusat yang ada di daerah yang disebut

dengan dekonsentrasi maupun kepada badan-badan otonom daerah yang disebut devolusi. Devolusi

berarti sebagian kekuasaan diserahkan kepada badan-badan politik di daerah yang diikuti dengan

penyerahan kekuasaan sepenuhnya untuk mengambil keputusan baik secara politis maupun secara

administrstif.

Adapun Kelompok Kontinental membedakan desentralisasi menjadi dua bagian yaitu

desentralisasi jabatan atau dekonsentrasi dan desentralisasi ketatanegaraan. Dekonsentrasi adalah

penyerahan kekuasaan dari atas ke bawah dalam rangka kepegawaian guna kelancaran pekerjaan

semata. Adapun desentralisasi ketatanegaraan merupakan pemberian kekuasaan untuk mengatur daerah di

dalam lingkungannya guna mewujudkan asas demokrasi dalam pemerintahan negara.

Menurut ahli ilmu tata Negara Dekonsentrasi merupakan pelimpahan kewenangan dari alat perlengkapan

negara di pusat kepada instansi bawahannya guna melaksanakan pekerjaan tertentu dalam

penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah pusat tidak kehilangan kewenangannya karena instansi

bawahan melaksanakan tugas atas nama pemerintah pusat.

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 31

Page 32: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpp

Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada daerah otonom sebagai wakil

pemerintah atau perangkat pusat di daerah dalam kerangka negara kesatuan. Lembaga yang melimpahkan

kewenangan dapat memberikan perintah kepada pejabat yang telah dilimpahi kewenangannya itu

mengenai pengambilan atau pembuatan keputusan.

Menurut Amran Muslimin, dalam buku Otonomi Daerah dan Implikasinya, desentralisasi dibedakan atas 3 (tiga) bagian.

1. Desentralisasi Politik, yakni pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat yang meliputi

hak mengatur dan mengurus kepentingan rumah tangga sendiri bagi badan-badan politik di

daerah yang dipilih oleh rakyat dalam daerah-daerah tertentu.

2. Desentralisasi Fungsional, yaitu pemberian hak kepada golongan-golongan tertentu untuk

mengurus segolongan kepentingan tertentu dalam masyarakat baik terikat maupun tidak pada

suatu daerah tertentu, seperti mengurus irigasi bagi petani.

3. Desentralisasi Kebudayaan, yakni pemberian hak kepada golongan- golongan minoritas

dalam masyarakat untuk menyelenggarakan kebudayaan sendiri, seperti mengatur pendidikan,

agama, dan sebagainya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan desentralisasi pada dasarnya adalah suatu proses penyerahan

sebagian wewenang dan tanggung jawab dari urusan yang semula adalah urusan pemerintah pusat kepada

badan-badan atau lembaga- lembaga pemerintah daerah agar menjadi urusan rumah tangganya sehinggga

urusan-urusan tersebut beralih kepada daerah dan menjadi wewenang serta tanggung jawab pemerintah

daerah.

Desentralisasi mengandung segi positif dalam penyelenggaraan pemerintahan baik dari sudut politik,

ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan. Dilihat dari fungsi pemerintahan, desentralisasi

menunjukkan beberapa hal berikut.

a. satuan-satuan desentralisasi lebih fleksibel dalam memenuhi berbagai

perubahan yang terjadi secara cepat,

b. satuan-satuan desentralisasi dapat melaksanakan tugas lebih efektif dan lebih efisien,

c. satuan-satuan desentralisasi lebih inovatif,

d. satuan-satuan desentralisasi mendorong tumbuhnya sikap moral yang lebih tinggi, serta

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 32

Page 33: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppkomitmen yang lebih tinggi dan lebih produktif.

Praktiknya, desentralisasi sebagai suatu sistem penyelenggaraan pemerintah daerah memiliki beberapa

kelebihan dan kelemahan. Kelebihan desentralisasi, di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Struktur organisasi yang didesentralisasikan merupakan pende- legasian wewenang da mempe- ringan manajemen pemerintah pusat.

b. Mengurangi bertumpuknya peker- jaan di pusat pemerintahan.

c. Dalam menghadapi permasalahan yang amat mendesak, pemerintah daerah tidak perlu

menunggu instruksi dari pusat.

d. Hubungan yang harmonis dapat ditingkatkan dan meningkatkan gairah kerja antara pemerintah

pusat dan daerah.

e. Peningkatan efisiensi dalam segala hal, khususnya penyelenggara pemerintahan baik pusat

maupun daerah.

f. Dapat mengurangi birokrasi dalam arti buruk karena keputusan dapat

segera dilaksanakan.

g. Bagi organisasi yang besar dapat memperoleh manfaat dari keadaan di tempat masing-masing.

h. Sebelum rencana dapat diterapkan secara keseluruhan maka dapat diterapkan dalam satu bagian

tertentu terlebih dahulu sehingga rencana dapat diubah.

i. Risiko yang mencakup kerugian dalam bidang kepegawaian, fasilitas, dan organisasi dapat

terbagi-bagi.

j. Dapat diadakan pembedaan dan pengkhususan yang berguna bagi kepentingan- kepentingan

tertentu.

k. Desentralisasi secara psikologis dapat memberikan kepuasan bagi daerah karena sifatnya yang langsung.

Adapun kelemahan desentralisasi, di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Besarnya organ-organ pemerintahan yang membuat struktur pemerintahan bertambah

kompleks dan berimplikasi pada lemahnya koordinasi.

b. Keseimbangan dan kesesuaian antara bermacam-macam kepentingan daerah dapat lebih

mudah terganggu.

c. Desentralisasi teritorial mendorong timbulnya paham kedaerahan.

d. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama karena memerlukan perundingan

yang bertele-tele.

e. Desentralisasi memerlukan biaya yang besar dan sulit untuk memperoleh keseragaman

dan kesederhanaan.

2. Otonomi Daerah

Banyak definisi yang dapat menggambarkan tentang makna otonomi daerah. Berikut adalah beberapa

definisi tentang otonomi daerah yang dikemukakan para ahli dalam buku Menyikap Tabir Otonomi

Daerah di Indonesia karangan H.M. Agus Santoso, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. C. J. Franseen, mendefinisikan otonomi daerah adalah hak untuk mengatur urusan-urusan

daerah dan menyesuaikan peraturan-peraturan yag sudah dibuat dengannya.

2. J. Wajong, mendefinisikan otonomi daerah sebagai kebebasan untuk memelihara dan

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 33

Page 34: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppmemajukan kepentingan khusus daerah dengan keuangan sendiri, menentukan hukum sendiri

dan pemerintahan sendiri.

3. Ateng Syarifuddin, mendefinisikan otonomi daerah sebagai kebebasan atau kemandirian

tetapi bukan kemerdekaan. Namun kebebasan itu terbatas karena merupakan perwujudan dari

pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan.

4. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi

daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Otonomi daerah adalah kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk

meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap

masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Adapun yang

dimaksud dengan kewajiban adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah

yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Dengan demikian, dapat disimpulkan otonomi daerah adalah keleluasaan dalam bentuk hak dan

wewenang serta kewajiban dan tanggung jawab badan pemerintah daerah untuk mengatur dan

menguurus rumah tangganya sesuai keadaan dan kemampuan daerahnya sebagai manifestasi dari

desentralisasi.

3. Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan

Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk

menyelenggarakan otonomi daerah.

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia diselenggarakan dalam rangka memperbaiki kesejahteraan

rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan memperhatikan

potensi dan kekhasan daerah masing-masing. Hal ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi

pemerintah daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi

hak daerah.

Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi tuntutan

globalisasi yang diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata,

dan bertanggung jawab terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi

yang ada di daerahnya masing-masing. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh

kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan pemerintahan daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi

dan berekspresi dalam rangka membangun daerahnya.

Z. Metode Pembelajaran :

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 34

Page 35: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppPendekatan : Saintifik

Strategi : PBM adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang

tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk

mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus

membangun pengetahuan baru. Langkah-langkah PBM:

Pendekatan : Saintifik

Strategi : Problem Based Learning(PBL)

PBL adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur

(ill-structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk

mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus

membangun pengetahuan baru. Langkah-langkah PBL:

(16) Mengorientasi peserta didik pada masalah

Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas

yang akan dilakukan. Tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan

rinci apa yang dilakukan oleh siswa maupun guru, serta dijelaskan bagaimana guru akan

mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi

agar siswa dapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang

perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu:

a. Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru,

tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan

bagaimana menjadi siswa yang mandiri.

b. Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak

“benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian

dan seringkali bertentangan.

c. Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), siswa didorong untuk mengajukan

pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang

siap membantu, sedangkan siswa harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan

temannya.

d. Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa didorong untuk menyatakan ide-idenya

secara terbuka. Semua peserta didik diberi peluang untuk menyumbang kepada

penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.

(17) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran.

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 35

Page 36: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppDi samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga

mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat

membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu guru dapat memulai

kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa, masing-masing

kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip

pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini

seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang

efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan

mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika

kelompok selama pembelajaran.

Setelah siswa diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar,

selanjutnya guru menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan,

dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua

siswa aktif terlibat dalam kegiatan penyelidikan sehingga hasil-hasil penyelidikan sebagai

penyelesaian terhadap permasalahan tersebut, mengembangkan dan menyajikan hasil

karya, serta memamerkannya. Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor

terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan

dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain guru

berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring,

dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

(18) Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok

Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan

teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya melibatkan karakter yang

identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan

memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang

sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data

dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul

memaHAKi dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan

cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Guru membantu

siswa mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan

mengajukan pertanyaan pada siswa untuk berpikir tentang masalah dan ragam informasi

yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.

Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang

fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 36

Page 37: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppbentuk hipotesis, penjelasan, dan pemecahan. Selama pembelajaran pada fase ini, guru

mendorong siswa untuk menyampaikan ide-idenya dan menerima secara penuh. Guru

juga harus mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa berpikir tentang kelayakan

hipotesis dan solusi yang mereka buat serta kualitas informasi yang dikumpulkan.

(19) Mengembangkan dan Menyajikan hasil karya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran.

Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan

situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari

situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya

kecanggihan artefak sangat dipengaruhi tingkat berpikir siswa. Langkah selanjutnya

adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran.

Akan lebih baik jika dalam pameran ini melibatkan siswa lainnya, guru-guru, orang tua,

dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.

(20) Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah

Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu siswa

menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan

intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta siswa untuk

merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan

belajarnya.

Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab dan penugasan

AA. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran

Media : Tayangan video

Alat : LCD, Internet

Sumber : Buku PKn kelas X penerbit Intan Pariwara LKS eksis

BB. Langkah Kegiatan/Skenario Pembelajaran

Kegiatan DeskripsiAlokasi Waktu

Pendahuluan Memberikan salam Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan

untuk belajar Menanyakan kehadiran siswa Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa

10 menit

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 37

Page 38: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpp Tanya jawab materi mengenai Desentralisasi atau

Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia

Menyampaikan tujuan pembelajaranInti Menyampaikan mengenai Desentralisasi atau Otonomi

Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui contoh kasus.

Siswa mendapat penjelasan mengenai teknik Artikulasi Siswa dibagi secara berpasangan Setiap pasangan secara bergantian menyampaikan kembali

materi yang telah disampaikan guru, sementara yang lainnya mendengarkan sambil membuat catatan-catatan kecil mengenai materi yang telah disampaikan oleh pasangannya

Setiap siswa secara acak dan bergiliran menyampaikan kembali hasil wawancara dengan pasangannya

Siswa yang lain menanggapi

60 menit

Penutup Klarifikasi/kesimpulan siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi mengenai Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia

Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran

Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran

Siswa membuat tugas laporan mengenai Desentralisasi atau Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam bentuk makalah (dikumpulkan pada 2 pertemuan yang akan datang)

Mengucapkan salam

20 menit

M.Media, Alat dan Sumber Pembelajaran

Media : Tayangan video

Alat : LCD, Internet

Sumber : Buku PKn kelas X penerbit Intan Pariwara LKS eksis atau Grafindo

Taupan, M. 2013. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA-MA/SMK Kelas X. Bandung : Yrama Widya.

Peta Konsep mengenai HAMUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945Undang-undang no. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

N. Penilaian [terlampir]

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 38

Page 39: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpp

/lampiran

a. Lembar Observasi dan kinerja presentasi

LEMBAR PENGAMATAN OBSERVASI

DAN KINERJA PRESENTASI

Mata Pelajaran : PPKN

Kelas/Program : X/IPA/IPS

Kompetensi : __________________

No Nama Peserta didik

Observasi Kinerja PresentasiJml

SkorNilaiAkt Disl Kerjsm Prnsrt Visual Isi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. AFRISKO ADHA

MACOLA

4 4 3 4 3 3 21

2. AGRY LEOFANNY

3. ANA RANIRI UTARI

4.

5.

6.

Rubrik Penilaian Pengamatan/Observasi

No Aspek yang dinilai Rubrik Skor

1. Aktivitas Menunjukkan aktivitas yang sangat tinggi

dan memberikan makna bagi diri

sendiri/kelompok

4

Menunjukkan aktivitas yang tinggi dan 3

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 39

Page 40: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppmemberikan makna bagi diri

sendiri/kelompok

Menunjukkan aktivitas yang cukup tetapi

kurang memberikan makna bagi diri

sendiri/kelompok

2

Tidak menunjukkan aktivitas yang

memberikan makna bagi diri

sendiri/kelompok

1

2. Kerjasama Dapat bekerjasama dalam kelompok, dan

memberikan warna dalam kelompok

tersebut

4

Dapat bekerja sama dalam kelompok, dan

cukup memberikan warna dalam kelompok

3

Dapat bekerja sama dalam kelompok, tetapi

kurang memberikan warna dalam kelompok

2

Tidak menunjukkan aktivitas kerjasama

dalam kelompok.

1

3. Disiplin Mengikuti seluruh kegiatan dari awal

sampai akhir dengan baik dan memberikan

warna dalam kegiatan

4

Mengikuti seluruh kegiatan dari awal

sampai akhir dengan baik membeirkan

waran dalam kegiatan

3

Mengikuti seluruh kegiatan dari awal

sampai akhir dengan baik dan membeirkan

waran dalam kegiatan

2

Mengikuti seluruh kegiatan dari awal

sampai akhir dengan baik dan membeirkan

waran dalam kegiatan

1

Rubrik Penilaian Kinerja Presentasi

No Aspek yang dinilai Rubrik Skor

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 40

Page 41: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpp1. Peran serta dalam presentasi Terlibat aktif dalam presentasi dan

memberikan makna dalam presentasi

3

Terlibat aktif dalam presentasi tetapi kurang

memberikan makna dalam presentasi

2

Tidak terlibat aktif dalam presentasi 1

2. Visualisasi dalam presentasi Bersuara jelas dan keras saat melakukan

presentasi

3

Bersuara jelas tetapi kurang keras saat

melakukan presentasi

2

Bersuara kurang jelas dan kurang keras saat

melakukan presentasi

1

3. Isi Presentasi Isi presentasi yang disampaikan lengkap

sesuai dengan materi ajar

3

Isi presentasi yang disampaikan sesuai

dengan materi ajar, tetapi kurang lengkap

2

Isi presentasi yang disampaikan kurang

sesuai materi ajar dan kurang lengkap.

1

Keterangan :

3. Sangat tinggi2. Tinggi1. Kurang

PENILAIAN PRESENTASI

(hasil pengumpulan data/laporan penelitian/dll)

Tanggal /bulan/tahun : ................................................................

Nama/kelompok : ................................................................

Kelas/Smt : .................................................................

Mata Pelajaran : .................................................................

Judul Presentasi : ……………………………………………..

No

Aspek Penilaian Bobot Skor Nilai

1 KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN GAGASAN 15%

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 41

Page 42: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppa. Ide pokok laporan

b. Keruntutan berpikir dari latar belakang, masalah,

tujuan, hasil, dan kesimpulan.

c. Penggunaan Bahasa Indonesia.

2 KEMAMPUAN MENJELASKAN ISI PRESENTASI

a. Kelancaran penyampaian gagasan

b. Kejelasan metode dan prosedur kerja

15%

3 KEMAMPUAN MENUNJUKKAN ORISINALITAS

a. Bukti empirik atas argumen

b. Konsistensi argumentasi

15%

4 KEMAMPUAN MENJELASKAN INOVASI DAN

MANFAAT

a. Sifat kebaruan hasil karya

b. Kesesuaian antara materi penulisan dengan

penugasan dari guru

15%

5 KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN KONSEP

DALAM MENJAWAB PERTANYAAN

20%

a. Kemampuan berargumentasi, ketangguhan dan

konsistensi, berkomunikasi lisan

b. Keruntutan dalam penalaran

c. Ketepatan dalam menjawab pertanyaan

d. Akurasi uraian materi dengan kesimpulan

6 KEMAMPUAN MENJELASKAN HASIL 15%

a. Originalitas atas keaslian karya

b. Keefektifan atau pencapaian tujuan/prestasi

c. Dampak atau manfaatnya

7 SIKAP DALAM PRESENTASI 5%

a. Kerapihan

b. Kesopanan

Catatan : Skor 1-5 (1. Sangat Kurang, 2. Kurang, 3. Cukup, 4. Baik, 5. Sangat Baik)

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 42

Page 43: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpp Nilai = bobot x skor

PENILAIAN PORTOFOLIO

(hasil pengumpulan data/laporan penelitian/dll)

Tanggal /bulan/tahun : ..............................................................................

Nama peserta didik : ...............................................................................

Kelas/Smt : ...............................................................................

Mata Pelajaran : ...............................................................................

Kompetensi Inti/Kompetensi Dasar : …………………………………………………

No Komponen Portofolio Bobot Skor Nilai

1 KERUNTUTAN PENYUSUNAN PORTOFOLIO

a. Runtut dari tugas awal sampai akhir (lengkap)

b. Runtut berdasarkan hari, tanggal, bulan dan tahun

25%

2 KELENGKAPAN PORTOFOLIO

c. a. Lengkap setiap Kompetensi Inti dan Kompentensi

Dasar

d. b. …………………………..

25%

3 KERAPIAN PENYUSUNAN PORTOFOLIO

c. Rapi dan tidak kotor

d. ………………………

25%

4 KEBERMANFAATAN PORTOFOLIO

c. Bermanfaat untuk perbaikan dimasa depan

d. ………………………..

25%

Catatan : Skor 1-5 (1. Sangat Kurang, 2. Kurang, 3. Cukup, 4. Baik, 5. Sangat Baik)

Nilai = bobot x skor

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 43

Page 44: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpp

Evaluasi Hasil1. Soal Pilihan Ganda

Evaluasi BAB ___ Buku PPKn halaman _____ no ___ sampai dengan ____

Kunci Jawaban1. ..... 6. ....2. ..... 7. ....3. ..... 8. ....4. ..... 9. ....5. ..... 10. .....

2. Soal UraianBuku PPKn halaman _____ sampai dengan ______

Kunci Jawaban1. _____________________________________________________________________

__2. _____________________________________________________________________

__ 3. _____________________________________________________________________

__4. _____________________________________________________________________

__5. _____________________________________________________________________

__

Evaluasi Pembelajaran (Proses) Lembar kegiatan diskusi

No

Nama

Siswa

Aspek pengamatanJumlah skor

Nilai

KetKerj

a sam

a

Menkomunikasikan pendapat

Toleransi

Keaktifan

Menghargai

pendapat teman

Keterangan Skor :Masing-masing kolom diisi dengan kriteria :4 : Baik Sekali3 : Baik2 : Cukup1 : Kurang

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 44

Page 45: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpp

Nilai=∑ Skor perolehan

Skor MaksimalX 100

Kriteria Nilai :A = 80 – 100 : Baik SekaliB = 70 – 79 : BaikC = 60 – 69 : CukupD = < 60 : Kurang

Rubrik penilaian presentasi

No

Nama Siswa

Aspek pengamatan Jumlah

skor

Nilai

Ket

Komunikasi

Sistematika

penyampaian

Wawasan

Keberanian

Antusias

Gesture dan

penampilan

Keterangan Skor :Masing-masing kolom diisi dengan kriteria :4 : Baik Sekali3 : Baik2 : Cukup1 : Kurang

Nilai=∑ Skor perolehan

Skor MaksimalX 100

Kriteria Nilai :A = 80 – 100 : Baik SekaliB = 70 – 79 : BaikC = 60 – 69 : CukupD = < 60 : Kurang

Format penilaian makalah

Struktur Makalah Indikator Nilai

Pendahuluan

Menunjukkan dengan tepat isi : Latar belakang masalah Rumusan masalah Tujuan penulisan

Isi Orisinalitas makalah Ketepatan memilih kasus Ketepatan penanggulangan atas kasus

yang dipilih Struktur/logika penulisan disusun dengan

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 45

Page 46: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppjelas sesuai dengan metode yang dipakai

Bahasa yang digunakan sesuai dengan EYD dan komunikatif

Daftar pustaka yang dapat dipertanggung jawabkan (ilmiah)

Menghindari sumber (akun) yang belum dikaji secara ilmiah

Penutup

Kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah

Saran relevan dengan kajian dan berisi pesan untuk peningkatan terhadap penegakkan HAM

Jumlah

Kriteria penilaian untuk masing-masing indikator :

Sangat sesuai 4Sesuai 3Cukup 2Kurang 1

Nilai=∑ Skor perolehan

Skor MaksimalX 100

Materi Ajar

A. HAK ASASI MANUSIA

1. Pengertian Hak Asasi Manusia

a. Hak asasi adalah hak dasar yang melekat pada manusia sejak lahir sebagai anugerah dari Tuhan.

b. Menurut Prof. Mr. Koentjoro Poerbapranoto, hak asasi adalah hak-hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya sehingga sifatnya suci.

c. Menurut John Locke, hak asasi manusia adalah hak yang secara kodrati melekat pada setiap manusia.

d. Menurut Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM, hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia.

e. Dari pengertian di atas dapat disimpulan :

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 46

Page 47: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpp1. Hak asasi manusia bersifat universal artinya berlaku dimana saja dan kapan saja, untuk

siapa saja dan tidak dapat diambil oleh siapapun.

2. Hak asasi dibutuhkan manusia untuk melindungi martabat kemanusiaannya dan digunakan sebagai landasan moral dalam bergaul dan komunikasi dengan sesamanya.

3. Konsep hak asasi manusia mencakup seluruh segi kehidupan baik hak hukum, hak sosial budaya, hak ekonomi, maupun dalam pembangunan.

2. Macam-macam Hak Hak Asasi Manusia

Pandangan tentang hak asasi sangat beragam dan kontemporer antara lain dapat kita lihat kembali pada Magna Charta Bill of Right, Declaration of Human Right dan sebagainya.

a. Macam-macam hak asasi manusia menurut John Lock, Aristoteles, Montesquieu dan JJ Roussean dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hak kemerdekaan atas diri sendiri.

2. Hak kemerdekaan beragama.

3. Hak kemerdekaan berkumpul.

4. Hak menyatakan kebebasan warganegara dari pemenjaraan sewenang-wenang.

5. Hak kemerdekaan pikiran dan pers.

b. Rumusan hak asasi manusia pada declaration des Droits del Homme et du Citoyen antara lain.

1. Manusia dilahirkan merdeka.

2. Manusia merdeka berbuat sesuatu tanpa merugikan pihak orang lain.

3. Manusia mempunyai hak yang sama.

4. Warga negara mempunyai hak yang sama dan mempunyai kedudukan dan pekerjaan umum.

5. Manusia tidak boleh ditangkap dan dituduh, selain menurut Undang-Undang.

6. Manusia mempunyai kemerdekaan agama dan kepercayaan.

7. Manusia merdeka mengeluarkan pikiran.

8. Adanya kemerdekaan surat kabar.

9. Adanya kemerdekaan bersatu dan mengadakan rapat.

10. Adanya kemerdekaan berserikat dan berkumpul.

11. Adanya kemerdekaan bekerja, berdagang dan melaksanakan kerajinan.

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 47

Page 48: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpp12. Adanya kemerdekaan rumah tangga.

13. Adanya kemerdekaan hak milik.

14. Adanya kemerdekaan lalu lintas.

15. Adanya kemerdekaan hak hidup dan mencari nafkah.

c. Rumusan hak asasi manusia menurut piagam hak asasi manusia sedunia (Universal Declaration of Human Right) yang ditetapkan PBB tanggal 10 Desember 1948 antara lain:

1. Hak-hak sipil dan politis antara lain:

a) Hak atas hidup

b) Hak atas kebebasan dan keamanan dirinya

c) Hak atas kebebasan berpikir dan mempunyai agama

d) Hak atas kebebasan berpikir dan mempunyai agama

e) Hak untuk mempunyai pendapat tanpa mengalami gangguan

f) Hak atas kebebasan berkumpul secara damai

g) Hak untuk berserikat

2. Hak-hak ekonomi sosial dan budaya yang mencakup

a) Hak atas pekerjaan

b) Hak untuk membentuk serikat kerja

c) Hak atas pensiun

d) Hak atas kehidupan yang layak bagi diri serta keluarganya termasuk makanan, minuman, pakaian dan perumahan

e) Hak atas pendidikan

d. Secara umum hak-hak asasi manusia dapat dikelompokkan menjadi enam macam yaitu.

1. Hak asasi pribadi (personal rights)

2. Hak asasi politik (political rights)

3. Hak asasi ekonomi (property rights)

4. Hak mendapatkan persamaan hukum dan pemerintahan (rights of legal equality)

5. Hak sosial budaya (social and cultural rights)

6. Hak mendapatkan prosedur hukum yang benar (procedural rights)

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 48

Page 49: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppe. Hak asasi manusia dalam UUD 1945 sebelum amandemen hanya tercantum dari pasal 27

sampai dengan 34 saja antara lain:

1. Pasal 27 ayat 1 tentang hak persamaan hukum dan pemerintahan

2. Pasal 27 ayat 2 tentang hak untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

3. Pasal 28 tentang jaminan kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan.

4. pasal 29 ayat 2 tentang kebebasan memeluk agama dan beribadah menurut kepercayaan masing-masing.

5. Pasal 30 ayat 1, tentang hak untuk membela negara.

6. Pasal 31 ayat 1, tentang hak untuk mendapatkan pengajaran.

7. Pasal 32 ayat 2, tentang hak untuk mengembangkan kebudayaan.

8. Pasal 33 ayat 1, sampai dengan 3 tentang hak berekonomi.

9. Pasal 34 tentang hak sosial bagi fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.

Setelah UUD 1945 diamandemen ke 4 tahun 2002 disempurnakan rincian tentang hak asasi manusia menjadi lebih banyak dan lengkap, disamping pasal-pasal terdahulu masih dipertahankan, dimunculkan pula bab baru yang berjudul Bab XA tentang Hak Asasi Manusia beserta pasal pasalnya (Pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J)

B. UPAYA PEMAJUAN, PENGHORMATAN, DAN PENEGAKAN HAM

Beberapa langkah penegakan dan perjuangan hak asasi manusia bagi masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia adalah sebagai berikut,

1. Sosialisasi Hak Asasi Manusia

Untuk menegakkan hak asasi manusia, langkah pertama adalah memasyarakatkan hak asasi manusia di tengah-tengah masyarakat. Tujuan yang hendak dicapai dari usaha ini, antara lain sebagai berikut,

a. Agar manusia respek terhadap hak asasi manusia dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai inti hak asasi manusia.

b. Tumbuhnya kesadaran rakyat tentang hak asasi manusia.

c. Mempercepat proses demokratisasi sehingga dapat dicegah munculnya kekuasaan yang sewenang-wenang.

2. Pendidikan HAM

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 49

Page 50: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppDalam rangka internalisasi nilai-nilai, hak asasi manusia perlu dikembangkan dalam kehidupan manusia sejak dini, pada sekolah, kampus, dan media massa, Sebagai suatu tata nilai, hak asasi manusia untuk bisa dipahami, dihayati, dan diamalkan melalui proses yang panjang. Pembentukan sikap dan kebiasaan memerlukan interaksi dengan lingkungan di bawah pimpinan, guru, atau tokoh masyarakat.

3. Advokasi HAM

Advokasi adalah dukungan, pembelaan atau upaya, dan tindakan yang terorganisir dengan menggunakan peralatan demokrasi untuk menegakkan dan melaksanakan hukum dan kebijakan yang dapat menciptakan masyarakat yang adil da,n sederajat. Tujuan advokasi terhadap HAM adalah untuk mengubah lembaga-lembaga masyarakat dengan menegakkan keadilan dan kesetaraan untuk memperoleh akses dari tuntutan pengambilan keputusan.

4. Kelembagaan

Dalam rangka menegakkan hak asasi manusia, pemerintah membentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Komisi ini dimaksudkan untuk membantu pengembangan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia dan meningkatkan perlindungan hak asasi manusia guna mendukung terwujudnya pembangunan nasional.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia telah melaksanakan kegiatan sebagai berikut,

a. Menyebarluaskan wawasan nasional dan internasional mengenai HAM, baik kepada masyarakat Indonesia maupun kepada masyarakat internasional. . I

b. Mengkaji berbagai instrumen Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang HAM dengan tujuan memberikan saran-saran mengenai kemungkinan meratifikasinya.

c. Memantau dan menyelidiki pelaksanaan hak asasi manusia serta memberikan pendapat, pertimbangan, dan saran kepada badan pemerintahan negara mengenai pelaksanaan hak asasi manusia.

d. Mengadakan kerja sama regional dan internasional dalam rangka mengajukan dan melindungi hak asasi manusia.

5. Pelestarian Budaya (Tradisi Lama)

Keberhasilan penguasaan dan pemberdayaan hak asasi manusia suatu bangsa sangat ditentukan oleh pernantapan budaya hak-hak asasi manusia dan bangsa tersebut melalui usaha-usaha secara sadar kepada seluruh anggota masyarakat. Pelaksanaan hak-hak asasi manusia di Indonesia perlu memperhitungkan nilai-nilai adat istiadat, budaya, agama, dan tradisi bangsa dengan tanpa membeda-bedakan suku, ras, agama, dan golongan.

6. Pemberdayaan Hukum

Untuk menegakkan hak asasi manusia, harus ada kesiapan struktural dan kultur politik yang lebih demokratis. Hak asasi manusia tidak mungkin dapat ditegakkan oleh pemerintahan yang represif. Eksistensi hak asasi manusia tergantung sejumlah faktor, seperti:

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 50

Page 51: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppa. Hukum positif dan konstitusi.

b. Tingkat solidaritas politik.

c. Tingkat konsensus atas nilai-nilai tersebut.

d. Tingkat stabilitas politik.

e. Tipe sistem hukum dari pemerintah.

f. Tingkat perkembangan ekonomi.

g. Tingkat kepercayaan terhadap produk hukum badan-badan legislatif dan peradilan.

h. Sifat dari komunikasi internal serta faktor pendidikan dapat mendukung pembangunan hak-liak asasi manusia.

7. Pengesahan Perangkat Nasional

Untuk menegakkan dan menjamin perlindungan hak asasi manusia, perlu pengesahan perangkat-perangkat nasional hak asasi manusia. Pemerintah minimal mengesahkan piagam hak asasi manusia sedunia (Universal Declaration of Human Rights) yang disahkan oleh Majelis Umurn PBB tanggal 10 Desember 1948.

Piagam ini mempunyai fungsi, antara lain:

a. Sebagai standar umum pelaksanaan hakasasi manusia untuk seluruh rakyat dan negara.

b. Sebagai kode perilaku yang dapat menjadi parameter kebijakan sebuah pemerintahan.

8. Rekonsiliasi Nasional

Cara lain yang harus ditempuh untuk menegakkan hak asasi manusia adalah dengan membentuk komisi kebenaran dan rekonsiliasi yang dibentuk berdasarkan undang-undang. Kornisi ini berfungsi sebagai lembaga ekstra yuridis untuk menegakkan kebenaran dengan rnengungkap penyalahgunaan kekerasan dan pelanggaran HAM di masa lampau demi kepentingan bangsa dan negara. Berdasarkan pengalaman negara lain, menurut Kardino Laksono ada tiga langkah penyelesaian pelanggaran HAM masa lampau yaitu sebagai berikut,

a. Memulihkan hak-hak korban dan keluarganya melalui proses reparasi.

b. Pertanggungjawaban hukum atas kejahatan yang dilakukan pelaku kemungkinan amnesti dengan tidak mengabaikan rasa keadilan.

c. Perlunya referensi kebijakan dari lembaga peradilan untuk memungkinkan terciptanya penegakan hukum.

C. TANTANGAN DAN HAMBATAN DALAM PENEGAKAN

HAK ASASI MANUSIA

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 51

Page 52: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpp1. Hambatan dan tantangan utama yang sering ditemukan dalam penegakan hak asasi manusia di

Indonesia antara lain,

a. Masalah ketertiban dan keamanan nasional.

b. Rendahnya kesadaran akan hak-hak asasi manusia yang dimiliki orang lain.

c. Terbatasnya perangkat hukum dan perundang-undangan yang ada.

d. Adanya dikotomi antara individualisme dan kolektivisme.

e. Kurang berfungsinya lembaga-lembaga penegakan hukum, seperti polisi, jaksa, dan pengadilan.

f. Pemahaman belum merata, baik kalangan sipil maupun militer.

g. Belum adanya kesepakatan pada tatanan konsep hak asasi manusia antara aliran universalisme dengan partikularisme.

2. Secara umum, hambatan dan tantangan dalam menegakkan hak asasi manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut,

a. Kendala Ideologis

Salah satu hambatan dalam menegakkan HAM adalah adanya perbedaan pandangan antara ideologi sosialis dan ideologi liberalis serta pandangan negara berkembang lentang hak asasi manusia.

1) Pandangan liberalis mengenai konsepsi hak asasi manusia lebih mengutamakan penghormatan terhadap hak-hak pribadi, sipil, dan politik.

2) Pandangan sosialis lebih menonjolkan peran negara atau peran rnasyarakat sehingga kepentingan umum harus lebih dikedepankan daripada kepentingan pribadi dan golongan.

b. Kendala Teknis

Kendalateknis berupa belum diratifikasinya berbagai instrumen internasional HAM oleh negara-negara di dunia. Walaupun sudah diratifikasi, pongawasan pelaksanaan ketentuan konvensi masih tertunda-tunda serta banyaknya persyaratan yang dikemukakan negara-negara yang akan meratifikasi suatu konvensi HAM internasional.

c. Kendala Ekonomis

Ada hubungan antara. kondisi ekonomi masyarakat suatu negara yang ekonomitiya mapan dan penegakan HAM. Makin maju masyarakat, makin tinggi pula usaha menegakkan hak asasi manusia. Di negara berkembang yang ekonomis masih terbelakang, pada umumnya kurang memerhatikan HAM. Negara berkembang pada umumnya berkonsentrasi pada bagaimana meningkatkan pembangunan perekonomian masyarakat sehingga HAM terabaikan.

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 52

Page 53: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppD. PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DAN

PROSEDUR PENYELESAIANNYA

1. Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Menurut UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia, yang dimaksud dengan pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang, termasuk aparat negara, baik disengaja atau kelalaian yang melawan hukum, mengurangi, menghalangi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaiari hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

2. Macain-Macam Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Menurut Richard Falk, pelanggaran hak asasi manusia meliputi,

a. Pembunuhan besar-besaran (genosida).

b. Rasialisme resmi.

c. Terorisme resmi berskala besar.

d. Pemerintahan totaliter.

e. Penolakan secara sadar untuk memenuhi kebutuhan-kebutulian dasar mariusia.

f. Perusakan kualitas lingkungan.

g. Kejahatan-kejahatan perang.

Menurut UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, pelanggaran HAM meliputi:

a. Pembunuhan massal secara terencana terhadap suatu etnis tertentu (genosida)

b. Pembunuhan sewenang-wenang atau putusan di luar pengadilan (arbytrary extra yudicial killing).

c. Penyiksaan dan penghilangan orang secara paksa.

d. Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis (systematic discrimination).

3. Pelaku Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Pelaku yang harus bertanggung jawab terhadap pelanggar hak asasi manusia adalah sebagai berikut,

a. Setiap orang atau orang per orang

Pelaku pelanggar hak asasi manusia bisa orang perorang sehingga penanggungjawabnya adalah orang itu sendiri. Contohnya perbuatan main hakim sendiri.

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 53

Page 54: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppb. Sekelompok orang

Pelanggaran HAM bisa dilakukan sekelompok orang, yang terdiri dari beberapa orang, atau dilakukan oleh masyarakat.

Contoh:

1) Kasus konflik horizontal yang pernah terjadi di beberapa daerah, seperti di Ambon, Poso, kasus Sanggauledo, Tasikmalaya.

2) Pengeroyokan dan pembakaran terhadap orang yang disangka pencuri hingga tewas.

c. Pemerintah atau aparat keamanan.

Menurut undang-undang, tidak dikenal pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara, badan hukum publik, atau badan hukum perdata. Setiap pelanggaran yang bertanggung jawab adalah pelakunya, bukan institusinya.

Hal ini berarti bahwa:

1) Komandan militer dapat dimintai pertanggungjawaban terhadap pelanggaran HAM yang dilakukan oleh anak buahnya atau pasukan yang berada di bawah komandonya.

2) Seorang atasan dapat dimintai pertanggungjawaban pidana atas pelanggaran HAM yalig dilakukan oleh bawahannya. Hal ini bisa terjadi bilamana atasan mengetahui atau secara sadar mengabaikan informasi yang secara jelas menunjukkan bahwa bawahannya rnelakukan pelanggaran HAM berat, dan tidak mengambil tindakan apa-apa.

Contoh kasus pelanggaran HAM yang dilakukan pemerintah atau aparat adalah sebagai berikut,

1) Kasus Tri Sakti tanggal 12 Mei 1998 yang menewaskan 4 mahasiswa yang sedang melakukan demo untuk menurunkan Presiden Soeharto.

2) Kasus pasca jajak pendapat di Timor Timur, seperti Kasus Bumi Hangus, pembunuhan massal di Gereja Suai, dan lain-lain.

4. Bentuk-Bentuk Pelanggaran HAM Berat

Dalam rangka menegakkan HAM, telah dibentuk pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM berat pelanggaran HAM berat meliputi,

a. Kejahatan Geniosida, yaitu pernbunuhan secara besar-besaran, terencana terhadap suatu bangsa atau etnis, kelompok agama, dan ras dengan cara:

1) Membunuh anggota kelompok,

2) Mengakinatkam penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota kelompok.

3) Menciptakaii kondisi kehidupan kelompok yang mengakibatkan kemusnahan fisik, baik sebagian atau seluruhnya. .

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 54

Page 55: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpp4) Melaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok.

5) Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.

b. Kejahatan torhadap kemanusiaan, yaitu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang ditujukan terhadap penduduk sipil. Kejahatan kemanusiaan dapat herupa:

1) Pembunuhan.

2) Pemusnahan.

3) Perbudakan

4) Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa.

5) Perampasan kemerdekaan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar hukum internasional.

6) Penyiksaan

7) Pemerkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan, sterilisasi secara paksa, atau bentuk-bentuk kekerasan seksual yang lain yang setara.

8) Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan politik, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional.

9) Penghilangan seseorang secara paksa.

10) Kejahatan apartheid.

E. BEBERAPA KETENTUAN TENTANG PENYELESAIAN

PELANGGARAN HAM

1. Ketentuan Pidana

a. Untuk pelanggaran HAM berat seperti genosida atau kejahatan kemanusiaan diberikan ancaman hukuman mati, penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling lama dua puluh lima tahun dan paling ringan sepuluh tahun.

b. Untuk kejahatan penyiksaan diancam hukuman maksimal 5 tahun penjara.

c. Untuk pelanggaran HAM berupa kekerasan seksual, penganiayaan, SARA, dan penghinaan secara paksa diancam hukuman maksimal 20 tahun penjara dan paling ringan sepuluh tahun penjara.

2. Konsekuensi dari Peradilan HAM

Konsekuensi peradilan HAM bagi masyarakat adalah sebagai berikut,

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 55

Page 56: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppa. Para hakim, jaksa, dan pengacara mau tidak mau harus memiliki pengetahuan dalam bidang

HAM.

b. Para akadernisi di perguruan tinggi, LSM, atau masyarakat pada umumnya dituntut pemahamannya tentang HAM.

c. Setiap orang atau kelompok yang memiliki alasan kuat bahwa HAM-nya dilanggar dapat mengajukan pengaduan lisan atau tertulis kepada Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia)

3. Perlindungan Saksi

Menurut UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Peradilan HAM, setiap korban dan saksi dalam pelanggaran HAM berat berhak mendapatkan perlindungan fisik atau mental dari segala macam bentuk ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan fisik dari pihak mana pun juga. Perlindungan ini wajib diberikan oleh aparat penegak hukum.

4. Penangkapan dan Penahanan

Setelah mendapat laporan adanya pelanggaran HAM berat, maka dilaktikan penangkapan terhadap tersangka dengan disertai:

a. bukti permulaan cukup,

b. surat tugas,

c. surat penangkapan serta uraian singkat pelanggaran HAM yang disangkakan kepadanya.

5. Tujuan Penahanan

a Agar terdakwa tidak melarikan diri.

b. Terdakwa tidak merusak atau menghilangkan barang bukti.

c. Agar tidak mengulangi kembali pelanggaran terhadap HAM.

6. Wewenang Penyidik

a. Melakukan penyelidikan dan pemeriksaan.

b. Menerima laporan dan pengaduan.

c. Melakukan pemanggilan dan meminta keterangan.

d. Memianggil saksi.

e. Meninjau tempat kejadian.

f. Memanggil para pihak yang terkait.

g. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa perneriksaan surat, penggeledahan, dan penyitaan serta pemeriksaan tempat.

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 56

Page 57: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rpp7. Peradilan

a Setelah penyidikan selesai, maka berkas dilimpahkan ke pengadilan untuk diadakan penuntutan.

b. Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus di lingkungan peradilan umum. Pengadilan HAM di daerah kabupaten wilayah kerjanya meliputi seluruh wilayah Pengadilan Negeri. Pengadilan yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2000, mempunyai wewenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM berat termasuk yang dilakukan di luar teritorial negara RI.

c. Dalam mengadili pelanggaran HAM berat, hakim yang memeriksa berjumlah 5 orang, yang terdiri dari 2 hakim pengadilan HAM dan 3 orang hakim Ad hoc.

d. Apabila tidak puas terhadap putusan hakim, maka jaksa atau tersangka boleh melakukan banding, kasasi atau PK (peninjauan kernbali).

e. Selain peradilan nasional, ada juga peradilan internasional yang mengadili pelanggaran HAM berat, yakni:

1) Peradilan Ad hoc, yaitu peradilan yang didirikan khusus untuk mengadili suatu kasus tertentu sehingga setelah selesai mengadili peradilan ini dibubarkan.

2) Peradilan yang bersifat tetap, yaitu peradilan yang didiri kan berdasarkan sebuah perjanjian internasional tahun 1998 yang terkenal dengan Statuta Roma. Peradilan tersebut adalah International Criminal Court (ICC).

f. Tujuan ideal pengadilan HAM adalah untuk memelihara perdamaian dunia, menjamin HAM, serta memberi perlindungan, kepastian, keadilan, dan perasaan perorangan ataupun masyarakat. Tujuan praktisnya adalah untuk menyelesaikan pelanggaran HAM yang berat.

8. Beberapa Asas yang Dianut Pengadilan HAM menurut UU No. 26

Tahun 2000

a. Hanya mengadili pelanggaran HAM berat.

Pengadilan HAM hanya mengadili pelanggaran HAM berat, sedang kejahatan terhadap HAM bisa diadili oleh pengadilan pidana biasa.

b. Kejahatan universal.

Pengadilan HAM berwenang memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM yanq berat, baik dilakukan di daerah teritorial RI maupun di luar.

c Genosida dan kejahatan kemanusiaan.

Menurut UU No. 26 Tahun 2000 pelanggaran HAM berat Meliputi gonosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

d. Jaksa agung sebagai penyidik dan penuntut umum.

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 57

Page 58: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppDalam perkara pelanggaran HAM berat, penyidik, dan penuntut umumnya adalah jaksa penuntut umum.

e Pejabat Ad hoc.

Dalam pengadilan HAM dikenal penyidik Ad hoc, penuntut umum Ad hoc, dan hakim Ad hoc.

f. Pemeriksaan banding dan kasasi limitatif

Tenggang waktu pemeriksaan banding dan kasasi dibatasi paling lama hanya dalam waktu 90 hari.

g. Perlindungan korban dan saksi.

Dalam rangka pelanggaran HAM, korban dan saksi mendapat perlindungan dan aparat keamanan.

h. Dikenai kompensasi, restitusi, dan rehabilitasi korban.

Kepada korban pelanggaran HAM berat dapat diberikan kompensasi, dan rehabilitasi.

i. Ancaman hukuman diperberat.

Ancaman hukum untuk pelanggaran HAM lebih berat bila dibanding pelanggaran terhadap hukurn pidana. Untuk pelanggaran HAM, maksimal 25 dan minimal 10 tahun, sedang menurut pasal 10 KUHP ancaman hukuman paling lama adalah 20 tahun.

j . Tanggung jawab atasan dan komandan.

Pelanggaran HAM yang dilakukan oleh bawahan atau pasukan yang harus bertanggungjawab adalah atasan atau komandan.

k. Retroaktif.

Pelanggaran HAM yang dilakukan sebelum UU No. 26 Tahun 2000 diadili oleh Pengadilan HAM Ad hoc. yang dibentuk oleh presiden atas usulan DPR.

l . Tidak ada kadaluwarsa.

Perkara pelanggaran HAM tidak mengenal tenggang waktu kadaluwarsa, sehingga sewaktu -waktu dapat disidik, didakwa, dan diadili.

m. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) sebagai penyidik.

Untuk pelanggaran HAM berat, penyidikan dilakukan oleh komisi nasional hak asasi manusia.

n. Kewenangan Ankum (Atasan yang berhak Menghukum) dan perwira penyerah perkara tidak ada.

Untuk kasus pelanggaran HAM, wewenang Ankum seperti diatur dalam UU No. 31 Tahun 1997 tidak berlaku.

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 58

Page 59: Rpp ppkn x bab 4 1516 8 kali jp

Eli Priyatna sman 1 cikembar rppF. KONSEKUENSI JIKA SUATU NEGARA TIDAK MENEGAKKAN HAM

Jika suatu negara tidak menegakkan hak asasi manusia akan mendapat tekanan dari dalam atau tekanan dari luar negeri.

1. Dari Dalarn Negeri

a. Demo dari warga negaranya untuk mendapatkan pprlindungan HAM

b. Pemberontakan yang dilakukan rakyat karena merasa tertindas.

c. Kekacauan dan aksi anarkis akan terjadi di mana-mana.

2. Dari Luar Negeri

a. Pemberian predikat sebagai negara yang tidak menegakkan HAM oleh negara di dunia.

b. Pengenaan sanksi ekonomi oleh negara internasional (diembargo)

c. Desakan dari negara lain untuk menegakkan HAM

d. Pemerintahan negara tersebut dapat dikucilkan dari pergaulan bangsa-bangsa di dunia.

e. Pemerintah (pelakunya) bisa diajukan ke depan Mahkamah Internasional.

Lembaga – lembaga penegak HAM di Indonesia:

a. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)

b. Komisi Nasional Anti kekerasan terhadap Perempian.

c. Komisi Orang Hilang.

d. Peradilan HAM.

ppkn kelas x semester 1 Halaman: 59