rpl_baru3
-
Upload
bayani-salam -
Category
Documents
-
view
65 -
download
1
Transcript of rpl_baru3
![Page 1: rpl_baru3](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071712/55cf9856550346d033971007/html5/thumbnails/1.jpg)
MODUL PERKULIAHAN
Rekayasa Perangkat Lunak
Metrik Proyek
Fakultas Ilmu Komputer
Program Studi Teknik Informatika
Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
03Devi Fitrianah
Abstract KompetensiModul ini berisi materi tentang tools atau perangkat yang digunakan dalam mengukur proyek Perangkat Lunak
Mahasiswa mengetahui tools yang digunakan untuk mengukur proyek perangkat lunak dan dapat menentukan tools yang tepat untuk jenis proyek perangkat lunak
![Page 2: rpl_baru3](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071712/55cf9856550346d033971007/html5/thumbnails/2.jpg)
Metrik Proyek
Metrik software process digunakan untuk tujuan strategis. Pengukuran proyek perangkat
lunak bersifat taktis, yaitu bahwa metrik proyek dan indikator yang berasal dari pengukuran
digunakan oleh manajer proyek dan tim perangkat lunak untuk mengadaptasi aliran kerja
proyek dan aktivitas teknis.
Aplikasi pertama dari metrik proyek pada sebagian besar proyek perangkat lunak terjadi
selama perkiraan. Metrik yang dikumpulkan dari proyek yang terdahulu digunakan sebagai
dasar yang dari sana perkiraan usaha dan durasi waktu dibuat untuk kerja perangkat lunak
saat ini. Selagi sebuah proyek berjalan, pengukuran usaha dan waktu kalnedar yang
digunakan dibandingkan dengan perkiraan awal (dan jadwal proyek). Manajer proyek
menggunakan data tersebut untuk memonitor dan mengontrol kemajuan.
Pada saat kerja teknis dimulai, metrik proyek akan mulai memiliki arti. Nilai produksi yang
disajikan dalam bentuk halaman dokumentasi, waktu yang diperlukan untuk analisa, function
points, dan jumlah kode program yang disubmit, dan kesalahan yang ditemukan selama
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan software engineering. Selagi software berjalan dari
spesifikasi ke perancangan, metrik teknik dikumpulkan untuk memperkirakan kualitas desain
serta memberikan indikator yang akan mempengaruhi pendekatan yang akan diambil untuk
memunculkan kode dan modul serta pengujian integritas.
Metrik proyek mempunyai tujuan ganda :
1. Metrik tersebut digunakan untuk meminimalkan jadwal pengembangan dengan
melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk menghindari penundaan serta
mengurangi masalah dan risiko potensial.
2. Metrik proyek dipakai untuk memprkirakan kualitas produk pada basis yang berlaku
dan, bila dibutuhkan, memodifikasi pendakatan teknis untuk meningkatkan kualitas,
2013 2
APLIKOMPusat Bahan Ajar dan eLearning
Devi Fitrianah http://www.mercubuana.ac.id
![Page 3: rpl_baru3](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071712/55cf9856550346d033971007/html5/thumbnails/3.jpg)
Pada saat kualitas meningkat, kesalahan menjadi minimal, dan selagi kesalahan semakin
berkurang, jumlah kerja ulang yang dibutuhkan selama proyek berlangsung juga berkurang.
Dengan demikian, pembiayaan proyek secara keseluruhan dapat berkurang.
Model yang lain dari metrik proyek [HET93] mengusulkan bahwa setiap proyek
seharusnya mengukur:
Input (pengukuran sumber daya seperti manusia, lingkungan yang dibutuhkan untuk
melakukan pekerjaan),
Output (pengukuran kemampuan penyampaian atau produk kerja yang diciptakan
selama proses rekayasa perangkat lunak)
Hasil (pengukuran yang menunjukkan efektivitas kemampuan penyampian).
Pada kenyataannya model ini dapat diterapkan, baik pada proses maupun pada proyek.
Dalam konteks proyek, model dapat diterapkan secara rekursif pada saat masing-masing
aktivitas kerangka berjalan, sehingga output dari satu aktivitas menjadi input bagi aktivitas
selanjutnya. Metrik hasil dapat digunakan untuk memberikan indikasi daya kerja selagi
mereka mengalir dari satu aktivitas kerangka kerja (atau tugas) ke aktivitas kerangka kerja
selanjutnya.
2013 3
APLIKOMPusat Bahan Ajar dan eLearning
Devi Fitrianah http://www.mercubuana.ac.id
![Page 4: rpl_baru3](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071712/55cf9856550346d033971007/html5/thumbnails/4.jpg)
PENGUKURAN PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE MEASUREMENT)
Pengukuran dapat dikategorikan dalam dua cara :
1. pengukuran langsung (contohnya panjang sebuah baut)
2. pengukuran tidak langsung (misal “kualitas” baut yang diproduksi, pengukuran
dengan menghitung penolakan).
Pengukuran langsung dadri proses rekayasa perangkat lunak menyangkut biaya dan usaha
yang dilakukan. Pengukuran langsung dari produk menyangkut deretan kode (LOC) yang
diproduksi, kecepatan eksekusi, ukuran memori, dan defects yang dilaporkan pada sejumlah
periode waktu. Pengukuran tidak langsung dari produk menyangkut fungsionalitas, kualitas,
kompleksitas, efisiensi, reliabilitas, kemampuan pemeliharaan, dan banyak lagi
“kemampuan” lain.
Kita telah membagi domain metrik perangkat lunak ke dalam proses, proyek, dan
metrik produk. Kita juga telah mencatat bahwa metrik produk yang bersifat pribadi bagi
individu sering dikombinasikan untuk mengembangkan metrik proyek yang bersifat umum
bagi sebuah tim perangkat lunak. Metrik proyek kemudian dikonsolidasi untuk menciptakan
metrik proses yang bersifat umum bagi organisasi perangkat lunak sebagai suatu kesatuan.
Tetapi bagaimana sebuah organisasi menggabungkan metrik yang datang dari proyek atau
individu yang berbeda?
Untuk menggambarkannya kita mengandaikan sebuah contoh sederhana. Individu
pada dua tim proyek yang berbeda mencatat dan mengkategorikan semua kesalahan yang
mereka temukan selama proses rekayasa perangkat lunak. Pengukuran individual
dikombinasikan untuk mengembangkan pengukuran tim. Tim A menemukan 342 kesalahan
selama proses perangkat lunak sebelum perangkat lunak itu diserahkan Tim B menemukan
184 kesalahan. Semua hal yang lainnya sama. Tim mana yang lebih efektif dalam
menemukan kesalahan pada seluruh proses? Karena kita tidak tahu ukuran atau
kompleksitas proyek, kita tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Tetapi bila
pengukuran dinormalisasikan, mungkin akan menciptakan metrik perangkat lunak yang
memungkinkan pembandingan dengan rata-rata organisasional yang lebih besar.
2013 4
APLIKOMPusat Bahan Ajar dan eLearning
Devi Fitrianah http://www.mercubuana.ac.id
![Page 5: rpl_baru3](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071712/55cf9856550346d033971007/html5/thumbnails/5.jpg)
1. Size-Oriented Metrics
Metrik perangkat lunak size-oriented (beorientasi pada ukuran) ditarik dengan normalisasi
kualitas dan atau pengukuran produktivitas dengan mempertimbangkan “ukuran” perangkat
lunak yang dihasilkan. Bila sebuah organisasi memelihara rekaman-rekaman sederhana,
sebuah tabel penggukuran size-oriented, seperti yang ditunjukkan pada gamabar 4.4 dapat
diciptakan. Tabel tersebut mencantumkan daftar setiap proyek pengembangan perangkat
lunak yang sudah diselesaikan pada tahun-tahun terakhir dan pengukuran yang sesuai
untuk proyek tersebut. Dengan mengacu pada catatan tabel (Gambar 4.4) utnuk proyek
alpha: 12, 100 baris kode (LOC) dikembangkan dengan 24 person-months dari usaha
dengan biaya $168.000. Perlu dicatat bahwa kerja dan biaya yang direkam dalam tabel
mewakili seluruh aktivitas rekayasa perangkat lunak (analisis, desain, pengkodean, dan
pengujian), tidak hanya pengkodean saja. Informasi lebih jauh untuk proyek alpha
menunjukkan bahwa telah dikembangkan dokumentasi setebal 365 halaman, dicatat 134
kesalahan sebelum perangkat lunak dilepaskan, dan terhitung ada 29 cacat setelah
diserahkan kepada pelanggan pada tahun pertama operasi. Tiga orang telah bekerja pada
pengembangan perangkat lunak proyek alpha.
Proyek LOC Usaha Dolar Halaman Kesalahan Catat Manusia
Alpha 12,100 24 168 365 134 29 3
Beta 27,200 62 440 1224 321 86 5
Gamma 20,200 43 314 1050 256 64 6
Gambar 1 size-oriented Metrics
2013 5
APLIKOMPusat Bahan Ajar dan eLearning
Devi Fitrianah http://www.mercubuana.ac.id
![Page 6: rpl_baru3](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071712/55cf9856550346d033971007/html5/thumbnails/6.jpg)
Untuk mengambangkan metrics yang dapat dibandingkan dengan metrics yang sama dari
proyek yang lain, kita memilih sederetan kode sebagai nilai normalisasi. Dari data yang
belum sempurna yang ada pada tabel, dapat dikembangkan serangkaian metrik size-
oriented yang sederhana untuk setiap proyek:
Kesalahan (error) per KLOC (ribuan baris kode)
$ per LOC cacat (defect) per KLOC,
halaman dokunetasi per KLOC
Sebagai tambahan, metrik menarik yang lain dapat dihitung :
Kesalahan / person-month
LOC per person-month
$/halaman dokumentasi
Metrik size-oriented tidak diterima secara universal sebagai cara terbaik untuk mengukur
proses perkembangan perangkat lunak [JON86]. Sebagian besar kontrovesi berkisar di
seputar pemakian baris kode [LOC] sebagai pengukuran kunci. Mereka yang setuju pada
pengukuran LOC mengatakan bahwa LOC merupakan sebuah artifak dari semua proyek
pengembangan perangkat lunak yang dapat dihitung dengan mudah; bahwa banyak model
perkiraan perangkat lunak yang ada menggunakan LOC atau KLOC sebagai input kunci,
dan bahwa sebuah badan literatur yang besar dan data yang didasarkan pada LOC sudah
ada. Tetapi yang tidak setuju mengatakan bahwa pengukuran terhadap LOC tergantung
pada bahasa pemograman; pengukuran LOC tidak mendukung desain yang baik, melainkan
program-program singkat; tidak dapat dengan mudah mengakomodasi bahasa non-
prosedural, dan pemakaiannya dalam estimasi membutuhkan tingakt detail yang mungkin
sulit dicapai (perencanaan harus mengestimasi LOC untuk dibuat jauh sebelum analisis dan
desain dilengkapi).
2013 6
APLIKOMPusat Bahan Ajar dan eLearning
Devi Fitrianah http://www.mercubuana.ac.id
![Page 7: rpl_baru3](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071712/55cf9856550346d033971007/html5/thumbnails/7.jpg)
2. Function-Oriented Metrics
Metrik perangkat lunak function-oriented (berorientasi pada fungsi) menggunakan sebuah
pengukuran fungsionalitas yang disampaikan oleh aplikasi sebagai suatu nilai normalisasi.
Karena fungsionalitas tidak dapat diukur secara langsung, maka fungsionalitas harus ditarik
secara tidak langsung dengan menggunakan penggunakan pengukuran langsung yang
lain. Metrik berorintasi fungsi pertama kali diusulkan oleh Al brecht [ALB79] yang
mengusulkan sebuah pengukuran yang disebut function point. Fungtion point ditarik dengan
menggunakan sebuah hubungan empiris berdasarkan pengukuran (langsung) domain
informasi perangkat lunak yang dapat dihitung sereta perkiraan kompleksitas perangkat
lunak.
Function point dihitung dengan melengkapi tabel yang diperlihatkan pada Gambar 2.
Lima karakteristik domain informasi ditentukan dan penghitungan diberikan di dalam lokasi
tabel yang sesuai. Nilai domain informasi didefinisikan dengan cara sebagai berikut4 :
Parameter
PengukuranJumlah Sederhana Rata-rata Kompleks
Faktor
pembobotan
Jumlah input
pemakaiX 3 4 6
Jumlah output
pemakaiX 4 5 7
Jumlah
penyelidikan
pemakai
X 3 4 6
Jumlah fileX 7 10 15
Jumlah
interface
internal
X 6 7 10
Total
Gambar 2 Penghitungan metrik function point.
2013 7
APLIKOMPusat Bahan Ajar dan eLearning
Devi Fitrianah http://www.mercubuana.ac.id
![Page 8: rpl_baru3](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071712/55cf9856550346d033971007/html5/thumbnails/8.jpg)
Jumlah input. Setiap input pemakai yang memberikan data yang berorientasi pada
aplikasi yang jelas pada perangkat lunak dihitung. Input ini harus dibedakan dari
penelitian yang dihitung secara terpisah.
Jumlah output pemakai. Setiap output pemakai yang memberikan informasi yang
berorientasi pada aplikasi kepada pemakai dihitung. Pada konteks ini output
mengacu pada laporan, layar, tampilan kesalahan, dan sebagainya. Jenis data
individual pada sebuah laporan tidak dkhitung secara terpisah.
Jumlah penyelidikan pemakai. Sebuah penyelidikan didefinisikan sebagai input on-
line yang mengakibatkan munculnya beberapa respon perangkat lunak yang cepat
dalam bentuk sebuah output on-line. Setiap penyelidikan yang jelas dihitung.
Jumlah file. Setiap file master logika (yaitu pengelompokan data secara logis yang
menajdi suatu bagian dari sebuah database yang besar atau sebuah file yang
terpisah) dihitung.
Jumlah interface eksternal. Semua interface yang dapat dibaca oleh mesin
(contohnya, file data pada pita atau disket) yang digunakan untuk memindahkan
informasi ke sistem yang lain dihitung.
Sekali data tersebut dikumpulkan, maka sebuah nilai kompleksitas akan
dihubungkan dengan masing-masing penghitungan. Organisasi yang menggunakan metode
titik fungsi mengembangkan kriteria untuk menetukan apakah sebuah entri tertentu bersifat
sederhana, rata-rata, atau kompleks. Meskipun demikian perkiraan kompleksitas tetap
bersifat subyektif.
Untuk menghitung function point (FP) dipakai hubungan sebagai berikut :
2013 8
APLIKOMPusat Bahan Ajar dan eLearning
Devi Fitrianah http://www.mercubuana.ac.id
![Page 9: rpl_baru3](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071712/55cf9856550346d033971007/html5/thumbnails/9.jpg)
FP = jumlah total x [0,65 + 0,01 x {Fi] ………………………………………….…(3.1)
di mana jumlah total adalah jumlah semua entri yang diperoleh dari Gambar 2
Fi (I = 1 sampai 14) adalah “harga penyesuaian kompleksitas” berdasarkan respon
pada pernyataan [ART85] yang ditulis pada Tabel 1. nilai konstanta pada persamaan dan
faktor pembobotan yang diaplikasikan pada hitungan domain informasi ditentukan secara
empiris.
Tabel 1 Menghitung function points
Rata-rata setiap faktor pada skala 0 sampai 5
0 1 2 3 4 5
Tidak
1. Apakah sistem membutuhkan backup dan recovery yang reliabel?
2. Apakah komunikasi data dibutuhkan?
3. Apakah fungsi pemrosesan didistribusikan?
4. Apakah kinerja penting?
5. Apakah sistem akan berjalan pada lingkungan operasional yang sudah ada yang
paling banyak digunakan?
6. Apakah sistem membutuhkan entry data online?
7. Apakah entry data online membutuhkan ada transaksi input terhadap layar atau
operasi ganda?
8. Apakah file master diperbarui secara online?
2013 9
APLIKOMPusat Bahan Ajar dan eLearning
Devi Fitrianah http://www.mercubuana.ac.id
Tidak berpengaruh
Berpengaruh
Insidental
ModeratSignifikan
Esesnsial
![Page 10: rpl_baru3](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071712/55cf9856550346d033971007/html5/thumbnails/10.jpg)
9. Apakah input, output, file, atau inquiri kompleks?
10. Apakah pemrosesan internal kompleks?
11. Apakah kode didesain untuk dapat dipakai kembali?
12. Apakah desain melibatkan konversi dan instalasi?
13. Apakah sistem didesain untuk instalasi ganda dalam organisasi berbeda?
14. Apakah aplikasi didesain untuk memfasilitasi perubahan dan mempermudah
pemakai untuk menggunakannya?
Sekali function point telah dihitung, maka titik-titik itu digunakan dengan cara analog
dengan LOC untuk menormalisasi pengukuran produktivitas, kualitas perangkat lunak, serta
atribut-atribut yang lain :
kesalahan per FP
cacat per FP
$ per FP
halaman dokumentasi per FP
FP per person-month
3. Metrik Function Point yang Diperluas
Metrik function secara orisinil dirancang untuk diterapkan pada aplikasi informasi bisnis (nilai
domain informasi telah dijelaskan) yang ditekankan pada pengeluaran dimensi (kontrol)
tingkah laku dan fungsional. Karena alasan tersebut, maka pengukuran function point tidak
sesuai untuk beberapa sistem terapan dan rekayasa (yang menekankan pada fungsi dan
kontrol). Sejumlah ekstensi pada pengukuran function point dasar telah diusulkan untuk
mengatasi situasi ini.
2013 10
APLIKOMPusat Bahan Ajar dan eLearning
Devi Fitrianah http://www.mercubuana.ac.id
![Page 11: rpl_baru3](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071712/55cf9856550346d033971007/html5/thumbnails/11.jpg)
Ekstensi function point yang disebut feature points [JON9] merupakan superset dari
pengukuran function point yang dapat diterapkan pada aplikasi perangkat lunak rekayasa
dan sistem. Pengukuran feature point mengakomodasi aplikasi yang kompleksitas
algoritmanya tinggi. Real-time, kontrol proses, dan aplikasi perangkat lunak embedded,
cenderung memiliki kompleksitas algoritma yang tinggi sehingga dapat
dipertanggungjawabkan untuk feature point.
Untuk menghitung feature point, harga domain informasi harus dihitung lagi dan
dibobot seperti dijelaskan pada Subbab 2. sebagai tambahan, metrik feature point juga
menghitung karakteristik perangkat lunak yang baru, yaitu algoritma. Algoritma didefinisikan
sebagai “masalah perhitungan yang terbatas yang dilakukan dalam sebuah program
komputer yang spesifik” [JON9]. Inversi matriks, pendekodean sebuah bit string, atau
penanganan interupsi, merupakan contoh algoritma.
Ekstensi function point untuk sistem real-time dan produk rekayasa telah
dikembangkan oleh Boeing. Pendekatan Boeing mengintegritas dimensi data perangkat
lunak dengan dimensi kontrol dan fungsional untuk memberikan sebuah pengukuran yang
berorientasi pada fungsi, yang disebut 3D Function Point [WH195], yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk aplikasi yang menekankan kemampuan fungsi dan kontrol.
Karakteristik dari semyua dimensi perangkat lunak “dihitung, dikuantitasi, dan
ditransformasi” ke dalam sebuah pengukuran yang memberikan indikasi fungsional yang
disampaikan oleh perangkat lunak.
Dimensi data dievaluasi dengan cara yang sama seperti dijelaskan. Penghitungan
data yang disimpan (struktur data program internal, seperti file) dan data eksternal (input,
output, inquiry, dan referensi eksternal) dipakai bersama dengan pengukuran kompleksitas
untuk menarik penghitungan dimensi data.
Dimensi fungsional diukur dengan mempertimbangkan “jumlah operasi internal yang
dibutuhkan untuk mentransformasikan input ke data ouput” [WHI95]. Karena tujuan
komputasi adalah function point 3D, maka suatu “transformasi” dipandang sebagai sebuah
deretan langkah pemrosesan yang dibatasi oleh sejumlah pernyataan semantik. Sebagai
aturan umum, transformasi dilakukan dengan sebuah algoritma yang menghasilkan suatu
perubahan dasar ke data input ketika dia diproses untuk menjadi data output. Langkah
2013 11
APLIKOMPusat Bahan Ajar dan eLearning
Devi Fitrianah http://www.mercubuana.ac.id
![Page 12: rpl_baru3](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071712/55cf9856550346d033971007/html5/thumbnails/12.jpg)
pemrosesan yang membutuhkan data dari sebuah file dan secara sederhana menempatkan
data tersebut ke dalam memori program, tidak akan dipertimbangkan sebagai sebuah
transformasi. Data itu sendiri tidak diubah dengan cara yang mendasar.
Tingkat kompleksitas yang diberikan pada masing-masing transformasi merupakan
fungsi dari sejumlah langkah proses dan sejumlah pernyataan semantik yang mengontrol
langkah pemrosesan. Gambar 3 memberikan tuntutan bagi kompleksitas penugasan dalam
dimensi fungsional.
Pernyataan
Semantik
Langkah-
Langkah
Pemrosesan
1 -5 6 –10 11+
1 –10 Rendah Rendah Rata-rata
11 – 20 Rendah Rata-rata Tinggi
21+ Rata-rata Tinggi Tinggi
Gambar 3 Menentukan kompleksitas untuk function point 3D [WH195]
Dimensi kontrol diukur dengan menghitung jumlah transisi antar pernyataan5 . Pernyataan
mewakili beberapa mode tingkah laku yang dapat diobservasi secara eksternal. Transisi
terjadi sebagai hasil dari kejadian yang menyebabkan perangkat lunak atau sistem
mengubah mode tingkah lakunya (yakni untuk mengubah pernyataan). Contohnya, telepon
seluler berisi perangkat lunak yang mendukung fungsi-fungsi auto dial. Untuk memasuki
keadaan autodial dari keadaan resting, pemakai menekan kunci Auto pada key pad. Ini
menyebabkan LCD menandai sebuah kode yang akan menunjukkan bagian yang dipanggil.
Pada pemasukan kode dan penekanan kunci Dial (event lainnya) perangkat lunak telepon
2013 12
APLIKOMPusat Bahan Ajar dan eLearning
Devi Fitrianah http://www.mercubuana.ac.id
![Page 13: rpl_baru3](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071712/55cf9856550346d033971007/html5/thumbnails/13.jpg)
seluler membuat sebuah transisi untuk keadaan dialing. Pada saat menghitung function
point 3D, transisi tidak menunjukkan kompleksitas nilai.
Untuk menghitung function point 3D, digunakan hubungan sebagai berikut :
Indeks = I + 0 +Q + F + E + T + R ………………………………………………….(3.2)
di mana I, 0, Q, E, F, T dan R mewakili nilai bobot kompleksitas untuk elemen-elemen yang
telah disebutkan: input, ouput, inquiry, struktur data eksternal, file eksternal, transformasi,
dan transisi secara berurutan. Masing-masing nilai bobot kompleksitas dihitung dengan
menggunakan hubungan sebagai berikut :
nilai bobot kompleksitas = NilWil + NiaWia + NihWih ……………………………...(3.3)
Di mana Nil, Nia dan Nih adalah jumlah kejadian elemen i (contohnya, ouput) untuk masing
tingkat kompleksitas (rendah, rata-rata, tinggi), dan Wil, Wia,Wih merupakan bobot masing-
masing. Perhitungan keseluruhan untuk function point 3D diperlihatkan pada Gambar 4
Perlu diperhatikan bahwa function point, feature point, dan function point 3D
menunjukkan hal yang sama – “fungsionalitas” atau ‘utility’ yang dikirimkan oleh perangkat
lunak. Pada dasarnya, masing-masing pengukuran menghasilkan nilai yang sama hanya jika
dimensi data dari sebuah aplikasi dipertimbangkan. Untuk sistem real-time yang lebih
kompleks, jumlah fetaure point sering antara 20 dan 35 persen lebih tinggi daripada jumlah
yang ditentukan dengan hanya menggunakan function point.
Function point (dan perluasannya), seperti pengukuran LOC, adalah hal yang
kontroversial. Para pendukung mengklaim bahwa FP adalah bahasa pemograman
independen, sehingga ia ideal untuk aplikasi yang menggunakan bahasa konvensional dan
non-prosedural, dan karena didasarkan pada data yang kemungkinan besar dikenal lebih
2013 13
APLIKOMPusat Bahan Ajar dan eLearning
Devi Fitrianah http://www.mercubuana.ac.id
![Page 14: rpl_baru3](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071712/55cf9856550346d033971007/html5/thumbnails/14.jpg)
dini dalam evolusi sebuah proyek, membuat FP menjadi lebih menarik sebagai suatu
pendekatan estimasi. Mereka yang menentang menyatakan bahwa metode membutuhkan
beberapa “sulapan” dalam komputasi yang didasarkan pada data yang subyektif daripada
obyektif; jumlah domain informasi (dan dimensi lain) dapat sulit dikumpulkan setelah itu; dan
bahwa FP tidak mempunyai makna fisik – FP hanya sebuah angka.
Kompleksitas Pembobotan
Elemen pengukuran Rendah Sedang Tinggi
Struktur data internal
Data eksternal
Jumlah input pemakai
Jumlah output pemakai
Jumlah penyelidikan
pemakai
Transformasi
Transisi
Indeks function point 3D
x 7 +
x 5 +
x 3 +
x 4 +
x 3 +
x 7 +
x n/a +
x 10 +
x 7 +
x 4 +
x 5 +
x 4 +
x 10 +
x n/a +
x 15 +
x 10 +
x 6 +
x 7 +
x 6 +
x 15 +
x n/a +
Gambar 4 Menghitung Indeks Function Point 3D
Daftar Pustaka1. Pressman, Roger S. Software Engineering: A Practitioner’s Approach, 6th edition.
2013 14
APLIKOMPusat Bahan Ajar dan eLearning
Devi Fitrianah http://www.mercubuana.ac.id