Rough Draft Sk1 Nadya

55
Nadya Afiefa Putri 1102011189 1. MALPRAKTEK DEFINISI MENURUT KEDOKTERAN Kegagalan dokter untuk memenuhi standar pengobatan dan perawatan terhadap pasien atau adanya kekurangan keterampilan atau kelalaian dalam pengobatan dan perawatan yang menimbulkan cedera pasien. Namun,tidak semua kegagalan medis disebabkan oleh malpraktek kedokteran. Contohnya adalah perjalanan penyakir seorang pasien yang semakin berat, reaksi tubuh yang tidak dapat diramalkan, komplikasi penyakit yang terjadi secara bersamaan. (World Medical Association, 1992) Sesuatu perbuatan atau sikap medis dianggap lalai apabila memenuhi empat unsur 4D, yaitu: a.Duty. Ada kewajiban medis untuk melakukan tindakan medis tertentu terhadap pasien pada situasi kondisi tertentu b.Derelection of that duty. Adanya penyimpangan kewajiban tersebut c.Damage. Segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian akibat dari layanan kesehatan kedokteran yang diberikan d.Direct causal relationship. Dapat dibuktikan adanya hubungan sebab akibat yang nyata antara penyimpangan kewajiban dengan kerugian Definisi Menurut Hukum Istilah malpraktek hanya digunakan untuk menyatakan adanya tindakan yang salah dalam pelaksanaan suatu profesi; baik dibidang kedokteran maupun bidan hukum. Tindakan yang salah secara yuridis penal diartikan setelah melalui putusan pengadilan. Tindakan yang salah dimaksud sebagai tindakan yang dapat menumbuhkan kerugian baik nyawa, maupun harta benda. JENIS-JENIS MALPRAKTEK 1 MALPRACTICE MEDICAL MALPRACTICE PROFESI LAIN ETHICAL YURIDICAL

description

draft

Transcript of Rough Draft Sk1 Nadya

Page 1: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

1. MALPRAKTEK

DEFINISI MENURUT KEDOKTERAN

Kegagalan dokter untuk memenuhi standar pengobatan dan perawatan terhadap pasien atau adanya kekurangan keterampilan atau kelalaian dalam pengobatan dan perawatan yang menimbulkan cedera pasien. Namun,tidak semua kegagalan medis disebabkan oleh malpraktek kedokteran. Contohnya adalah perjalanan penyakir seorang pasien yang semakin berat, reaksi tubuh yang tidak dapat diramalkan, komplikasi penyakit yang terjadi secara bersamaan. (World Medical Association, 1992)Sesuatu perbuatan atau sikap medis dianggap lalai apabila memenuhi empat unsur 4D, yaitu:a. Duty. Ada kewajiban medis untuk melakukan tindakan medis tertentu terhadap pasien

pada situasi kondisi tertentub. Derelection of that duty. Adanya penyimpangan kewajiban tersebutc. Damage. Segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian akibat dari

layanan kesehatan kedokteran yang diberikand. Direct causal relationship. Dapat dibuktikan adanya hubungan sebab akibat yang nyata

antara penyimpangan kewajiban dengan kerugian

Definisi Menurut Hukum

Istilah malpraktek hanya digunakan untuk menyatakan adanya tindakan yang salah dalam pelaksanaan suatu profesi; baik dibidang kedokteran maupun bidan hukum. Tindakan yang salah secara yuridis penal diartikan setelah melalui putusan pengadilan. Tindakan yang salah dimaksud sebagai tindakan yang dapat menumbuhkan kerugian baik nyawa, maupun harta benda.

JENIS-JENIS MALPRAKTEK

1ADMINISTRATIVE

CIVIL

CRIMINAL

YURIDICAL MALPRACTICE

ETHICAL MALPRACTICE

PROFESI LAINMEDICAL

MALPRACTICE

Page 2: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

CIVIL MALPRACTICE

Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji). Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain: Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat

melakukannya Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak

sempurna Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan

Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip ini maka RS / sarana kesehatan dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga kesehatan) tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya.

MALPRAKTIK MEDIK (MEDICAL MALPRACTICE)

John.D.Blum merumuskan: Medical malpractice is a form of professional negligence in whice miserable injury occurs to a plaintiff patient as the direct result of an act or omission by defendant practitioner. (malpraktik medik merupakan bentuk kelalaian professional yang menyebabkan terjadinya luka berat pada pasien / penggugat sebagai akibat langsung dari perbuatan ataupun pembiaran oleh dokter/terguguat).

Sedangkan rumusan yang berlaku di dunia kedokteran adalah Professional misconduct or lack of ordinary skill in the performance of professional act, a practitioner is liable for demage or injuries caused by malpractice. (Malpraktek adalah perbuatan yang tidak benar dari suatu profesi atau kurangnya kemampuan dasar dalam melaksanakan pekerjaan. Seorang dokter bertanggung jawab atas terjadinya kerugian atau luka yang disebabkan karena malpraktik), sedangkan junus hanafiah merumuskan malpraktik medik adalah kelalaian seorang dokter untuk mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang yang terluka menurut lingkungan yang sama.

1. Malpraktik Etik (ethical malpractice)

2

Page 3: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

Malpraktik etik adalah tindakan dokter yang bertentangan dengan etika kedokteran, sebagaimana yang diatur dalam kode etik kedokteran Indonesia yang merupakan seperangkat standar etika, prinsip, aturan, norma yang berlaku untuk dokter.

2. Malpraktik Yuridis (juridical malpractice)

Malpraktik yuridik adalah pelanggaran ataupun kelalaian dalam pelaksanaan profesi kedokteran yang melanggar ketentuan hukum positif yang berlaku. Malpraktik Yuridik meliputi:

MALPRAKTIK PERDATA ( CIVIL MALPRACTICE )

Malpraktik perdata terjadi jika dokter tidak melakukan kewajiban (ingkar janji) yaitu tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati. Tindakan dokter yang dapat dikatagorikan sebagai melpraktik perdata antara lain :a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib dilakukanb. Melakukan apa yang disepakati dilakukan tapi tidak sempurnac. Melakukan apa yang disepakati tetapi terlambatd. Melakukan apa yang menurut kesepakatan tidak seharusnya dilakukan

Dalam kasus atau gugatan adanya civil malpractice pembuktianya dapat dilakukan dengan dua cara yakni :

1. Cara langsungOleh Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolak ukur adanya 4 D yakni

a. Duty (kewajiban)Dalam hubungan perjanjian tenaga dokter dengan pasien, dokter haruslah bertindak berdasarkan: Adanya indikasi medis Bertindak secara hati-hati dan teliti Bekerja sesuai standar profesi Sudah ada informed consent.

b. Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)Jika seorang dokter melakukan tindakan menyimpang dari apa yang seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard profesinya, maka dokter dapat dipersalahkan.

c. Direct Cause (hubungan sebab akibat yang nyata)

d. Damage (kerugian)

3

Page 4: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian akibat dari layanan kesehatan / kedokteran yang diberikan oleh pemberi layanan.

2. Cara tidak langsungCara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi pasien, yakni dengan

mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya sebagai hasil layanan perawatan (doktrin res ipsa loquitur). Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria:a. Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila dokter tidak lalaib. Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab dokterc. Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak ada

contributory negligence.

MALPRAKTIK PIDANA ( CRIMINAL MALPRACTICE ) Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana, yakni: Perbuatan tersebut (positive/negative act) merupakan perbuatan tercela Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa kesengajaan

(intensional), kecerobohan (recklessness) atau kealpaan (negligence)o Intensional: melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia

jabatan (pasal 332 KUHP), membuat surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi medis (pasal 299 KUHP)

o Recklessness: melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent

o Negligence: kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perut pasien saat melakukan operasi

Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada rumah sakit / sarana kesehatan

Malpraktik pidana terjadi, jika perbuatan yang dilakukan maupun tidak dilakukan memenuhi rumusan undang-undang hukum pidana. Perbuatan tersebut dapat berupa perbuatan positif (melakukan sesuatu) maupun negative (tidak melakukan sesuatu) yang merupakan perbuatan tercela (actus reus), dilakukan dengan sikap batin yang slah (mens rea) berupa kesengajaan atau kelalauian. Contoh malpraktik pidana dengan sengaja adalah :a. Melakukan aborsi tanpa tindakan medikb. Mengungkapkan rahasia kedi\okteran dengan sengajac. Tidak memberikan pertolongan kepada seseorang yang dalam keadaan daruratd. Membuat surat keterangan dokter yang isinya tidak benare. Membuat visum et repertum tidak benar

4

Page 5: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

f. Memberikan keterangan yang tidak benar di pengadilan dalan kapasitasnya sebagai ahli.

Contoh malpraktik pidana karena kelalaian:a. Kurang hati-hati sehingga menyebabkan gunting tertinggal diperutb. Kurang hati-hati sehingga menyebabkan pasien luka berat atau meninggalc. Malpraktik Administrasi Negara (administrative malpractice)

ADMINISTRATIVE MALPRACTICE (MISFEASANCE)Tenaga perawatan dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala tenaga tenaga perawatan tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa melakukan police power, pemerintah mempunyai kewenangan menertibkan berbagai ketentuan di bidang kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan. Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hukum administrasi.

Kelalaian dapat terjadi dalam 3 bentuk, yaitu malfeasance, misfeasance dan nonfeasance:• Malfeasance berarti melakukan tindakan yang melanggar hukum atau tidak tepat /

layak (unlawful atau improper), misalnya melakukan tindakan medis tanpa indikasi yang memadai.

• Misfeasance berarti melakukan pilihan tindakan medis yang tepat tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat (improper performance), yaitu misalnya melakukan tindakan medisdengan menyalahi prosedur

• Nonfeasance adalah tidak melakukan tindakan medis yang merupakan kewajiban baginya.

Malpraktik administrasi terjadi jika dokter menjalankan profesinya tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan hukum administrasi Negara. Misalnya:

a. Menjalankan praktik kedokteran tanpa ijinb. Menjalankan praktik kedokteran tidak sesuai dengan kewenangannyac. Melakukan praktik kedokteran dengan ijin yang sudah kadalwarsa.d. Tidak membuat rekam medik.

PASAL-PASAL YANG MENGATUR MALPRAKTEK

PERATURAN NON HUKUMDiatur oleh Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI). KODEKI semula merupakan peraturan non hukum karena peraturan ini telah menjadi petunjuk perilaku atau etika seorang dokter dalam menjalankan profesinya. Dalam KODEKI diatur tentang kewajiban dokter terhadap pasien yang dicantumkan di dalam Pasal 10 sampai dengan Pasal 14, yaitu:

5

Page 6: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

Pasal 10 KODEKI: “Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi makhluk insani”Pasal 11 KODEKI: “Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untu kepentingan penderita. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka ia wajib merujuk penderita kepada dokter lain yang mempunyai keahlian dalam bidang penyakit tersebut”Pasal 13 KODEKI: “Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia”Pasal 14 KODEKI: “ Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali ia yakin ada orang lain yang bersedia dan lebih mampu memberikan pertolongan darurat terhadap pasien yang membutuhkannya, padahal ia mampu dapat terkena sasaran tuntutan malpraktek juga”

PERATURAN HUKUM

1) Kitab Undang-Undang Hukum PidanaPasal-pasal didalam KUHP yang terkait dengan malpraktik medik, yaitu:a. Pasal 263 dan 267 KUHP (Membuat Surat Keterangan Palsu)b. Pasal 290 KUHP (Melakukan Pelanggaran Kesopanan)c. Pasal 299 KUHP (Mengobati seorang wanita dengan memberitahukan atau

menimbulkan harapan bahwa kandungannya dapat digugurkan)d. Pasal 322 KUHP (Membuka Rahasia)e. Pasal 304 KUHP (Pembiaran / Penelantaran)f. Pasal 306 KUHP (Apabila tindakan penelantaran tersebut mengakibatkan

kematian)g. Pasal 322 KUHP (Membocorkan rahasia profesi)h. Pasal 333 KUHP (Dengan sengaja dan tanpa hak telah merampas kemerdekaan

seseorang)i. Pasal 344 KUHP (Euthanasia)j. Pasal 347 KUHP (Sengaja melakukan abortus tanpa persetujuan wanita yang

bersangkutan)k. Pasal 348 KUHP (Sengaja melakukan abortus dengan persetujuan)l. Pasal 349 KUHP (Membantu atau melakukan tindakan abortus provocatus

criminalis)m. Pasal 359 KUHP (Kelalaian yang menyebabkan kematian)n. Pasal 360 KUHP (Kelalaian yang menyebabkan luka / cacat)o. Pasal 386 KUHP (Memberi atau menjual obat palsu)p. Pasal 531 KUHP (Tidak memberi pertolongan pada orang yang berada dalam

keadaan bahaya)

6

Page 7: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

Pemberlakukan hukum pidana dalam kasus-kasus kelalaian medis yang terjadi di dalam penyelenggaraan praktek kedokteran haruslah sebagai ultimatum remidium artinya hukum pidana sebagai alternatif terakhir apabila upaya-upaya non litigasi sudah tidak bisa lagi berhasil untuk mengatasi permasalahan yang timbul. Selain iitu juga karena praktek kedokteran merupakan profesi yang sangat mulia dan luhur yang diperlukan oleh banyak orang dan praktek kedokteran dijamin pelaksanaannya oleh undang-undang.

2) Kitab Undang-Undang Hukum PerdataPasal-pasal didalam KUHPerdata yang terkait dengan malpraktek medik, yaitu:a. Pasal 1239 KUH Perdata (Melakukan wanprestasi atau cidera janji)b. Pasal 1365 KUH Perdata(Melakukan perbuatan melawan hukum)c. Pasal 1366 KUH Perdata (Melakukan kelalaian sehingga menimbulkan kerugian)d. Pasal 1367 KUH Perdata (Bertanggung jawab atas kelalaian yang dilakukan oleh

bawahannya)

3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatana. Pasal 54 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 (Kesalahan atau kelalaian

yang dilakukan tenaga kesehatan)b. Pasal 80 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 (Sengaja melakukan

tindakan medis tidak sesuai dengan Standart Operational Procedure pada ibu hamil)

c. Pasal 81 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 (Sengaja melakukan transplantasi organ tubuh untuk tujuan komersil)

d. Pasal 81 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 (Tanpa keahlian sengaja melakukan transplantasi, implan alat kesehatan, bedah plastik)

e. Pasal 81 ayat 2a Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 (Sengaja mengambil organ tanpa memperhatikan kesehatan dan persetujuan pendonor / ahli waris)

4) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokterana. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 (Pengaturan praktek kedokteran

bertujuan untuk, Pertama memberikan perlindungan kepada pasien, Kedua mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi, dan Ketiga memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi)

b. Pasal 44 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 (Mensyaratkan kepada setiap dokter dan dokter gigi dalam memberikan pelayanan haruslah mempunyai

7

Page 8: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

standar pelayanan. Standar pelayanan disini adalah pedoman yang harus diikuti oleh dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktek kedokteran)

c. Pasal 75 dan 76 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 (Mensyaratkan setiap dokter harus mempunyai surat registrasi yang ditandatangani oleh konsil kedokteran. Sedangkan surat izin praktek kedokteran ditandatangani oleh pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat praktek kedokteran atau dokter gigi dilaksanakan. Kedua persyaratan tersebut menjadi suatu hal yang mutlak dimiliki oleh seorang dokter. Apabila dokter tidak mempunyai surat registrasi dan surat izin praktek, maka selain dokter tersebut tidak sah, masyarakat juga tidak berani di diagnosa oleh dokter tersebut karena takut terjadi malpraktek)

5) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatana. Pasal 32 (Pasien berhak atas ganti rugi apabila dalam pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 mengakibatkan terganggunya kesehatan, cacat atau kematian yang terjadi karena kesehatan atau kelalaian

Dalam perikatan sebagaimana diatur di dalam KUHPerdata dikenal adanya dua macam perjanjian, yaitu: Inspanningverbintenis: perjanjian upaya, artinya kedua belah pihak yang berjanji

berdaya upaya secara maksimal untuk mewujudkan apa yang diperjanjikan Resultaatbintennis: perjanjian bahwa pihak yang berjanji akan memberikan

result, yaitu sesuatu hasil yang nyata sesuai dengan apa yang diperjanjikan.

SANKSI HUKUMSANKSI PIDANA

KUHP 359Barangsiapa karena salahnya menyebabkan matinya orang dihukum penjara selama- lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun.

KUHP 3601. Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka berat dihukum dengan

hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan selam-lamanya satu tahun.

2. Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka sedemikian rupa sehingga orang itu menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan jabatannya atau pekerjaannya sementara, dihukum dengan hukuman penjara selamalamanya sembilan bulan atau hukuman kurungan selama-lamanya enam bulan atau hukuman denda setinggi-tingginya Rp.4500,-

KUHP 361

8

Page 9: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam melakukan sesuatu jabatan atau pekerjaan, maka hukuman dapat ditambah dengan sepertiganya dan bersitersalah dapat dipecat daripekerjaannya, dalam waktu mana kejahatan itu dilakukan dan hakim dapat memerintahkan supayakeputusannya itu diumumkan. UU RI No. 23 Tahun 1992Pasal 801. Barangsiapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil

yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 1 dan ayat 2, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima puluh juta rupiah)

Pasal 81 1. Barangsiapa yang tanpa keahlian dan kewenangan dengan sengaja:

a. Melakukan transplantasi organ dan atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat 1.b. Melakukan implan alat kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat 1.c. Melakukan bedah plastik dan rekonstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 1.Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7(tujuh) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp.140.000.000,- (seratus empat puluh juta rupiah).

Pasal 82 1. Barangsiapa yang tanpa keahlian dan kewenangan dengan sengaja:

a. Melakukan pengobatan dan atau perawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat 4.b. Melakukan transfusi darah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat 1.c. Melakukan implan obat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat 1. d. Melakukan pekerjaan kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat 1.e. Melakukan bedah mayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat 2.Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah).

UU RI No. 29 Tahun 2004Pasal 751. Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran

tanpa memiliki surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

Pasal 76Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan

9

Page 10: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah)

Pasal 79 Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), setiap dokter atau dokter gigi yang:

a. Dengan sengaja tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat 1.

b. Dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat 1.

c. Dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e.

SANKSI PERDATA KUH Perdata 1366Setiap orang bertanggung jawab tidak saja atas kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga atas kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kuranghati-hatinya. KUH Perdata 1367Mengatur tentang kewajiban pemimpin atau majikan untuk mengganti kerugian yang disebabkan oleh kelalaian yang dilakukan oleh anak buah atau bawahannya. KUH Perdata 1370Dalam hal pembunuhan (menyebabkan matinya orang lain) dengan sengaja atau kurang hati-hatinya seseorang, maka suami dan istri yang ditinggalkan, anak atau orang tua korban yang biasanya mendapat nafkah dari pekerjaan korban, mempunyai hak untuk menuntut suatu ganti rugi, yang harus dinilai menurut kedudukannya dan kekayaan kedua belah pihak serta menurut keadaan. KUH Perdata 1371Penyebab luka atau cacatnya suatu anggota badan dengan sengaja atau kurang hati-hati, memberikan hak kepada korban, selain penggantian biaya-biaya penyembuhan, juga menuntut penggantian kerugian yang disebabkan oleh luka atau cacat tersebut. UU RI No. 23 Tahun 1992Pasal 55

1. Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan.

2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

SANKSI ADMINISTRATIF

10

Page 11: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

UU RI No. 29 Tahun 2004Pasal 661. Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter atau

dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.

2. Pengaduan sekurang-kurangnya harus memuat:a. Identitas pengadub. Nama dan alamat tempat praktik dokter atau dokter gigi dan waktu tindakan

dilakukan.c. Alasan pengaduan.

3. Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana kepada pihak yang berwenang dan atau menggugat kerugian perdata ke pengadilan.

Pasal 67 Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia memeriksa dan memberikan keputusan terhadap pengaduan yang berkaitan dengan disiplin dokter dan dokter gigi. Pasal 69

1. Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia mengikat dokter, dokter gigi dan Konsil Kedokteran Indonesia.

2. Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa dinyatakan tidak bersalah atau pemberian sanksi disiplin.

3. Sanksi disiplin sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dapat berupa:a. Pemberian peringatan tertulis.b. Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik.c. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi.

PERMENKES RI No.1419/MENKES/PER/X/2005Pasal 24

1. Menteri, Konsil Kedokteran Indonesia,Pemerintah Daerah, dan organisasi profesi melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan peraturan ini sesuai dengan fungsi, tugas dan wewenang masing-masing.

2. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diarahkan pada pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi. Pasal 25

1. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dapat mengambil tindakan administratip terhadap pelanggaran peraturan ini.

2. Sanksi administratip sebagaimana dimaksud ayat 1 dapat berupa peringatan lisan,

11

Page 12: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

tertulis sampai pencabutan SIP.3. Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dalam memberikan sanksi administrative

sebagaimana dimaksud ayat 2 terlebih dahulu dapat mendengar pertimbangan organisasi profesi.

Pasal 26 Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dapat mencabut SIP dokter dan dokter gigi:

1. Atas dasar keputusan MKDKI2. STR dokter atau dokter dicabut oleh Konsil Kedokteran Indonesia.3. Melakukan tindak pidana.

Pasal 271. Pencabutan SIP yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota wajib

disampaikan kepada dokter dan dokter gigi yang bersangkutan dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal keputusan ditetapkan.

2. Dalam hal keputusan dimaksud pada ayat 1 tidak dapat diterima, yang bersangkutan dapat mengajukan keberatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi untuk diteruskan kepada Menteri Kesehatan dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah keputusan diterima.

3. Menteri setelah menerima keputusan sebagaimana dimaksud ayat 2 meneruskan kepada Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia paling lambat 14 (empat belas) hari.

Pasal 28 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota melaporkan setiap pencabutan SIP dokter dan dokter gigi kepada Menteri Kesehatan, Konsil Kedokteran Indonesia dan Dinas Kesehatan Provinsi, serta tembusannya disampaikan kepada organisasi profesi setempat.

ALUR PENYELESAIAN HUKUMSeorang dokter atau dokter gigi yang menyimpang dari standar profesi dan melakukan

kesalahan profesi belum tentu melakukan malpraktik medis yang dapat dipidana, malpraktik medis yang dipidana membutuhkan pembuktian adanya unsur culpa lata atau kalalaian berat dan pula berakibat fatal atau serius (Ameln, Fred, 1991). Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 359 KUHP, pasal 360, pasal 361 KUHP yang dibutuhkan pembuktian culpa lata dari dokter atau dokter gigi.

Dengan demikian untuk pembuktian malpraktik secara hukum pidana meliputi unsur :1) Telah menyimpang dari standar profesi kedokteran;2) Memenuhi unsur culpa lata atau kelalaian berat; dan3) Tindakan menimbulkan akibat serius, fatal dan melanggar pasal 359, pasal 360, KUHP.

Adapun unsur-unsur dari pasal 359 dan pasal 360 sebagai berikut :

12

Page 13: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

1) Adanya unsur kelalaian (culpa).2) Adanya wujud perbuatan tertentu .3) Adanya akibat luka berat atau matinya orang lain.4) Adanya hubungan kausal antara wujud perbuatan dengan akibat kematian orang lain

itu.

Tiga tingkatan culpa: Culpa lata : sangat tidak berhati-hati (culpa lata), kesalahan serius, sembrono (gross fault or

neglect) Culpa levis : kesalahan biasa (ordinary fault or neglect) Culpa levissima : kesalahan ringan (slight fault or neglect) (Black 1979 hal. 241)

Dalam pembuktian perkara perdata, pihak yang mendalilkan sesuatu harus mengajukan bukti-buktinya. Dalam hal ini dapat dipanggil saksi ahli untuk diminta pendapatnya. Jika kesalahan yang dilakukan sudah demikian jelasnya (res ipsa loquitur, the thing speaks for itself) sehingga tidak diperlukan saksi ahli lagi, maka beban pembuktian dapat dibebankan pada dokternya.

Di dalam praktek kedokteran terdapat aspek etik dan aspek hukum yang sangat luas, yang sering tumpang-tindih pada suatu issue tertentu, seperti pada informed consent, wajib simpan rahasia kedokteran, profesionalisme.

Bahkan di dalam praktek kedokteran, aspek etik seringkali tidak dapat dipisahkan dari aspek hukumnya, oleh karena banyaknya norma etik yang telah diangkat menjadi norma hukum, atau sebaliknya norma hukum yang mengandung nilai-nilai etika.

Dalam kenyataan pasien yang kecewa terhadap pelayanan dokter akan menghadapi gugatan. Masalah : Pelanggaran ini sulit dipilah-pilah apakah pelanggaran hukum atau pelanggaran etika atau bahkan hanya pelanggaran pribadi. Keadaan menjadi semakin sulit sejak para ahli hukum menganggap bahwa standar prosedur dan standar pelayanan medis dianggap sebagai domain hukum, padahal selama ini profesi menganggap bahwa memenuhi standar profesi adalah bagian dari sikap etis dan sikap profesional. Dengan demikian pelanggaran standar profesi dapat dinilai sebagai pelanggaran etik dan juga sekaligus pelanggaran hukum.

Pelanggaran serius : Berkaitan dengan kompetensi dan kemampuan Mengabaikan tanggung jawab profesional Peresepan tak bertanggung jawab Perilaku sexual menyimpang Kecurangan akademik Pengiklanan diri

Pelanggaran Etik suatu pelanggaran etik profesi dapat dikenai sanksi disiplin profesi bentuk

peringatan hingga ke bentuk yang lebih berat : kewajiban menjalani pendidikan /

13

Page 14: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

pelatihan tertentu (bila akibat kurang kompeten), pencabutan haknya berpraktik profesi.

Sanksi tersebut diberikan oleh MKEK setelah dalam rapat/sidangnya dibuktikan bahwa dokter tersebut melanggar etik (profesi) kedokteran.

MKEKDalam hal seorang dokter diduga melakukan pelanggaran etika kedokteran (tanpa

melanggar norma hukum), maka ia akan dipanggil dan disidang oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) IDI untuk dimintai pertanggung-jawaban (etik dan disiplin profesi)nya. Persidangan MKEK bertujuan untuk mempertahankan akuntabilitas, profesionalisme dan keluhuran profesi.

Persidangan MKEK Persidangan MKEK bersifat inkuisitorial khas profesi, yaitu Majelis (ketua dan

anggota) bersikap aktif melakukan pemeriksaan, tanpa adanya badan atau perorangan sebagai penuntut.

Persidangan MKEK secara formiel tidak menggunakan sistem pembuktian sebagaimana lazimnya di dalam hukum acara pidana ataupun perdata, namun demikian tetap berupaya melakukan pembuktian mendekati ketentuan-ketentuan pembuktian yang lazim

Wewenang MKEK :Dalam melakukan pemeriksaannya, Majelis berwenang memperoleh :

Keterangan, baik lisan maupun tertulis (affidavit), langsung dari pihak-pihak terkait (pengadu, teradu, pihak lain yang terkait) dan peer-group / para ahli di bidangnya yang dibutuhkan

Dokumen yang terkait, seperti bukti kompetensi dalam bentuk berbagai ijasah/ brevet dan pengalaman, bukti keanggotaan profesi, bukti kewenangan berupa Surat Ijin Praktek Tenaga Medis, Perijinan rumah sakit tempat kejadian, bukti hubungan dokter dengan rumah sakit, hospital bylaws, SOP dan SPM setempat, rekam medis, dan surat-surat lain yang berkaitan dengan kasusnya.

Putusan MKEK Putusan MKEK tidak ditujukan untuk kepentingan peradilan tidak dapat

dipergunakan sebagai bukti di pengadilan, kecuali atas perintah pengadilan dalam bentuk permintaan keterangan ahli.

Salah seorang anggota MKEK dapat memberikan kesaksian ahli di pemeriksaan penyidik, kejaksaan ataupun di persidangan, menjelaskan tentang jalannya persidangan dan putusan MKEK. Sekali lagi, hakim pengadilan tidak terikat untuk sepaham dengan putusan MKEK

Eksekusi

14

Page 15: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

Eksekusi Putusan MKEK Wilayah dilaksanakan oleh Pengurus IDI Wilayah dan/atau Pengurus Cabang Perhimpunan Profesi yang bersangkutan.

Khusus untuk SIP, eksekusinya diserahkan kepada Dinas Kesehatan setempat. Apabila eksekusi telah dijalankan maka dokter teradu menerima keterangan telah menjalankan putusan

PENANGANAN SENGKETA MEDIK Identifikasi seluruh masalah keluhan utama pasein Dokter teradu diminta untuk membuat kronologi lengkap mengenai kasus itu Menganalisa secara ilmiah dengan pertimbangan dari ahli terkait Lakukan konfrontasi dengan pengadu

upayakan damaiBILA SAMPAI PENGADILAN

Tidak jarang kasus sudah disidik polisi Dan dilimpahkan kejaksaan Terus sampai pengadilan IDI dalam hal ini MKEK akan diminmta menjadi saksi ahli Keputusan di majelis hakim Vonis sesuai undang-2 yang berlaku

MAJELIS KEHOMATAN DISIPLIN KEDOKTERAN INDONESIALembaga yang yang berwenang untuk menentukan ada dan tidaknya kesalahan yang

dilakukan oleh dokter dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan menetapkan sanksi. Dibentuk ditingkat Pusat dan provinsi

Tugas MKDI Menerima pengaduan, memeriksa dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin

dokter yang diajukan Menyusun pedoman dan tatacara penanganan kasus pelanggaran disiplin

dokter MKDP bekerja sebagai MKDI ditingkat provinsi

MKDKI-MKEK Domain atau yurisdiksi MKDKI adalah “disiplin profesi”, yaitu permasalahan

yang timbul sebagai akibat dari pelanggaran seorang profesional atas peraturan internal profesinya, yang menyimpangi apa yang diharapkan akan dilakukan oleh orang (profesional) dengan pengetahuan dan ketrampilan yang rata-rata.

Dalam hal MKDKI dalam sidangnya menemukan adanya pelanggaran etika, maka MKDKI akan meneruskan kasus tersebut kepada MKEK.

PELANGGARAN & CARA PENANGANAN

15

Page 16: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

DISIPLIN KEDOKTERAN Kepatuhan menerapkan aturan – aturan/ ketentuan penerapan keilmuan dlm

pelaksanaan pelayanan. Lebih khusus: kepatuhan menerapkan kaidah-kaidah penatalaksanaan klinis

(asuhan medis) yang mencakup:- Penegakan diagnosis- Tindakan pengobatan (treatment)- Menetapkan prognosis

o Dengan standar/ indikator:Standar kompetensi, std perilaku etis, std asuhan medis dan std klinis.

PELANGGARAN DISIPLIN (SERIOUS PROFESSIONAL MISCONDUCT)KEPUTUSAN KKI No. 17/KKI/KEP/VIII/2006

o Kegagalan penatalaksanaan pasien ok : Ketidakcakapan (incompetence) Kelalaian (gross negligence)

16

Page 17: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

o Perilaku tercela (menurut ukuran profesi)o Ketidaklaikan fisik & mental (unfit to practice)o Atau dengan kata laino Tidak memenuhi:

Standard of care, clinical standard Standard of competence Standard of professional attitude Dan aturan/ ketentuan terkait

TAHAP PENEGAKAN DISIPLIN OLEH MKDKITahap 1: investigational stage (tahap investigasi)

- Pengaduan (admission) Verifikasi

- Pemeriksaan awal oleh mpa Investigasi (inquiry)

tahap 2: adjudicatory stage (pemeriksaan dan keputusan)- Pemeriksaan disiplin oleh mpd

Pembuktian- Pengambilan keputusan

tahap 3: dispositional stage (penyampaia n keputusan) - Pembacaan keputusan- Pengajuan keberatan teradu (jika ada)- Penyampaian keputusan kepada pihak terkait

PENANGANAN PELANGGARAN DISIPLIN KEDOKTERAN (TAHAP MPA)

17

Pelanggaran DisiplinPelanggaran EtikDitolak Diluar disiplin

Pemeriksa AwalInvestigasi

Keputusan MPA

Penetapan Majelis Pemeriksa Awal

Oleh Ketua MKDKI

Pengaduan tertulis

Verifikasi

Setiap orang atau kepentingan yang

dirugikan

Page 18: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

PENANGANAN PELANGGARAN DISIPLIN KEDOKTERAN (TAHAP MPD)

PENGADUAN (PASAL 66 UU PRADOK)o Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan

dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada ketua mkdki

18

Kolegium

Institusi Pendidikan

Dokter/ dokter gigi

Dokter/ dokter

gigi

Dokter/ dokter gigi

KKI

Dinkes Kab/Kota

SIP

KKI

STR

Sekretariat MKDKI/MKDKI

PROV

Sekretariat MKDKI/MKDKI

PROV

Sekretariat MKDKI/MKDKI

PROV

Sekretariat MKDKI/MKDKI

PROV

P E L A K S A N A A N K E P U T U S A N

Mengikuti Pendidikan/ pelatihan

Rekomendasi pencabutan

SIP/STR

Peringatan tertulis

Bebas / tidak bersalah

KEPUTUSANPemeriksaan Proses

Pembuktian

Penetapan Majelis

Pemeriksa o/Ketua MKDKI

Pemeriksaan Awal

Pelanggaran Disiplin

Page 19: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

o Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana kepada pihak yang berwenang dan/atau mengugat kerugian perdata ke pengadilan.

BENTUK PELANGGARAN DISIPLIN KEDOKTERAN1. Tidak kompeten/ cakap2. Tidak merujuk3. Pendelegasian kpd nakes yg tdk kompeten4. Dr/ drg pengganti tdk beritahu ke pasien, tdk punya sip5. Tdk laik praktik (kesehatan fisik & mental)6. Kelalaian dlm penatalaksanaan pasien7. Pemeriksaan dan pengobatan berlebihan 8. Tdk berikan informasi yg jujur 9. Tdk ada informed consent10. Tdk buat/ simpan rekam medik 11. Penghentian kehamilan tanpa indikasi medis12. Euthanasia13. Penerapan pelayanan yg blm diterima kedokteran14. Penelitian klinis tanpa persetujuan etis15. Tdk memberi pertolongan darurat 16. Menolak/ menghentikan pengobatan tanpa alasan yg sah 17. Membuka rahasia medis tanpa izin18. Buat keterangan medis tdk benar19. Ikut serta tindakan penyiksaan 20. Peresepan obat psikotropik/narkotik tanpa indikasi21. Pelecehan seksual, intimidasi, kekerasan22. Penggunaan gelar akademik/ sebutan profesi, palsu23. Menerima komisi thd rujukan/ peresepan24. Pengiklanan diri yg menyesatkan 25. Ketergantungan napza26. Str, sip, sertifikat kompetensi tdk sah27. Imbal jasa tdk sesuai tindakan28. Tdk berikan data/ informasi atas permintaan mkdki

ALUR TATA CARA PENANGANAN KASUS PELANGGARAN Pengaduan dari masyarakat verifikasi penetapan ketua MKDKI pemeriksaan

proses dan pembuktian KEPUTUSAN Keputusan :

19

Page 20: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

Penolakan Peringatan tertulis Rekomendasi : Mengikuti Pendidikan Pelatihan, pencabutan SIP

PENCEGAHAN

a. UPAYA PENCEGAHAN MALPRAKTEK DALAM PELAYANAN KESEHATAN Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga medis karena adanya malpraktek diharapkan tenaga dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni: Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjian

berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultaat verbintenis).

Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.

b. UPAYA MENGHADAPI TUNTUTAN HUKUM

Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada pasien tidak memuaskan sehingga perawat menghadapi tuntutan hukum, maka tenaga kesehatan seharusnyalah bersifat pasif dan pasien atau keluarganyalah yang aktif membuktikan kelalaian tenaga kesehatan.

Apabila tuduhan kepada kesehatan merupakan criminal malpractice, maka tenaga kesehatan dapat melakukan :a. Informal defence, dengan mengajukan bukti untuk menangkis/ menyangkal bahwa

tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada, misalnya perawat mengajukan bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, akan tetapi merupakan risiko medik (risk of treatment), atau mengajukan alasan bahwa dirinya tidak mempunyai sikap batin (men rea) sebagaimana disyaratkan dalam perumusan delik yang dituduhkan.

b. Formal/legal defence, yakni melakukan pembelaan dengan mengajukan atau menunjuk pada doktrin-doktrin hukum, yakni dengan menyangkal tuntutan dengan cara menolak unsur-unsur pertanggung jawaban atau melakukan pembelaan untuk membebaskan diri dari pertanggung jawaban, dengan mengajukan bukti bahwa yang dilakukan adalah pengaruh daya paksa.

Berbicara mengenai pembelaan, ada baiknya perawat menggunakan jasa penasehat hukum, sehingga yang sifatnya teknis pembelaan diserahkan kepadanya.

Pada perkara perdata dalam tuduhan civil malpractice dimana perawat digugat membayar ganti rugi sejumlah uang, yang dilakukan adalah mementahkan dalil-dalil penggugat, karena dalam peradilan perdata, pihak yang mendalilkan harus membuktikan di pengadilan, dengan

20

Page 21: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

perkataan lain pasien atau pengacaranya harus membuktikan dalil sebagai dasar gugatan bahwa tergugat (perawat) bertanggung jawab atas derita (damage) yang dialami penggugat.

Untuk membuktikan adanya civil malpractice tidaklah mudah, utamanya tidak diketemukannya fakta yang dapat berbicara sendiri (res ipsa loquitur), apalagi untuk membuktikan adanya tindakan menterlantarkan kewajiban (dereliction of duty) dan adanya hubungan langsung antara menterlantarkan kewajiban dengan adanya rusaknya kesehatan (damage), sedangkan yang harus membuktikan adalah orang-orang awam dibidang kesehatan dan hal inilah yang menguntungkan tenaga perawatan.

2. INFORMED CONSENT

DEFINISIPersetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang dilakukan terhadap pasien tersebut.

BENTUK INFORMED CONSENTa. Implied Constructive Consent (Keadaan Biasa)

Tindakan yang biasa dilakukan, telah diketahui, telah dimengerti oleh masyarakat umum, sehingga tidak perlu lagi dibuat tertulis. Misalnya pengambilan darah untuk laboratorium, suntikan, atau hecting luka terbuka.

b. Implied Emergency Consent (Keadaan Gawat Darurat)Bila pasien dalam kondiri gawat darurat sedangkan dokter perlu melakukan tindakan segera untuk menyelematkan nyawa pasien sementara pasien dan keluarganya tidak bisa membuat persetujuan segera. Seperti kasus sesak nafas, henti nafas, henti jantung.

c. Expressed Consent (Bisa Lisan/Tertulis Bersifat Khusus)Persetujuan yang dinyatakan baik lisan ataupun tertulis, bila yang akan dilakukan melebihi prosedur pemeriksaan atau tindakan biasa. Misalnya pemeriksaan vaginal, pencabutan kuku, tindakan pembedahan/operasi, ataupun pengobatan/tindakan invasive.

TUJUAN INFORMED CONSENT

Tujuan dari informed consent adalah agar pasien mendapat informasi yang cukup untuk dapat mengambil keputusan atas terapi yang akan dilaksanakan. Informed consent juga berarti mengambil keputusan bersama. Hak pasien untuk menentukan nasibnya dapat terpenuhi dengan sempurna apabila pasien telah menerima semua informasi yang ia perlukan sehingga ia dapat mengambil keputusan yang tepat. Kekecualian dapat dibuat apabila informasi yang diberikan dapat menyebabkan guncangan psikis pada pasien.

21

Page 22: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

Dokter harus menyadari bahwa informed consent memiliki dasar moral dan etik yang kuat. Menurut American College of Physicians’ Ethics Manual, pasien harus mendapat informasi dan mengerti tentang kondisinya sebelum mengambil keputusan. Berbeda dengan teori terdahulu yang memandang tidak adanya informed consent menurut hukum penganiayaan, kini hal ini dianggap sebagai kelalaian. Informasi yang diberikan harus lengkap, tidak hanya berupa jawaban atas pertanyaan pasien.

MANFAAT INFORMED CONSENTInformed Consent bermanfaat untuk :a. Melindungi pasien terhadap segala tindakan medik yang dilakukan tanpa

sepengetahuan pasien. Misalnya tindakan medik yang tidak perlu atau tanpa indikasi, penggunaan alat canggih dengan biaya tinggi dsbnya.

b. Memberikan perlindungan hukum bagi dokter terhadap akibat yang tidak terduga dan bersifat negatif. Misalnya terhadap resiko pengobatan yang tidak dapat dihindari walaupun dokter telah bertindak seteliti mungkin.

Dengan adanya informed consent maka hak autonomy perorangan di kembangkan, pasien dan subjek dilindungi, mencegah terjadinya penipuan atau paksaan, merangsang profesi medis untuk mengadakan introspeksi, mengajukan keputusan-keputusan yang rasional dan melibatkan masyarakat dalam memajukan prinsip autonomy sebagai suatu nilai sosial serta mengadakan pengawasan dalam penelitian biomedik.

Informasi yang harus diberikan dokter kepada pasien:a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran, meliputi:

Temuan klinis dari hasil pemeriksaan medis Diagnosis penyakit; atau dalam hal belum dapat ditegakkan maka sekurang-

kurangnya diagnosis kerja dan diagnosis banding Indikasi atau keadaan klinis pasien yang membutuhkan dilakukannya tindakan

kedokteran Prognosis apabila dilakukan tindakan dan apabila tidak dilakukan tindakan

b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan, meliput: Tujuan tindakan kedokteran yang dapat berupa tujuan preventif, diagnostik,

terapeutik ataupun rehabilitatif Tata cara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami pasien selama dan sesudah

tindakan serta efek samping atau ketidaknyamanan yang mungkin terjadi Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi pada masing-masing alternatif tindakan Perluasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keadaan darurat

akibat risiko dan komplikasi tersebut atau keadaan tak terduga lainnyac. Alternatif tindakan lain dan risikonyad. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi

Risiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum

22

Page 23: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

Risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau dampaknya sangat ringan Risiko dan komplikasi yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya

e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan, meliputi: Prognosis tentang hidup-matinya Prognosis tentang fungsinya Prognosis tentang kesembuhan

f. Perkiraan pembiayaan

Kapan Persetujuan Tindakan Medis dilakukan:

a. Dalam setiap tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasienb. Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggic. Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan kedokteran yang tidak

terdapat indikasi sebelumnya untuk menyelamatkan jiwa pasien

Yang berhak memberikan persetujuan

Pasien yang kompeten atau keluarga terdekat suami atau isteri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya

Tata cara pemberian persetujuan:

a. Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat persetujuan secara tertulis atau lisan dan diberikan setelah pasien mendapat penjelasan yang diperlukan tentang perlunya tindakan kedokteran yang dilakukan

b. Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus memperoleh persetujuan tertulis yang tertuang dalam formulir khusus yang ditanda tangani oleh yang berhak memberikan persetujuan

c. Dalam keadaan gawat darurat untuk menyelamatkan jiwa pasien dan / atau mencegah kecacatan tidak diperlukan tindakan keokteran

d. Tindakan penghentian / penundaan bantuan hidup pada seorang pasien harus mendapat persetujuan keluarga terdekat pasien setelah mendapat penjelasan dari tim dokter yang bersangkutan

e. Persetujuan tindakan kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang memberi persetujuan secara tertulis sebelum dimulainya tindakan

Penolakan Tindakan Kedokteran

a. Penolakan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien dan / atau keluarga terdekatnya setelah menerima penjelasan tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan. Penolakan tindakan kedokteran tersebut dilakukan secara tertulis

b. Akibat penolakan tindakan kedokteran menjadi tanggung jawab pasien

23

Page 24: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

c. Penolakan tindakan-tindakan kedokteran tidak memutuskan hubungan dokter dan pasien

Tanggung Jawab

a. Pelaksanaan tindakan kedokteran yang telah mendapat persetujuan menjadi tanggung jawab dokter atau dokter gigi yang melakukan tindakan kedokteran

b. Sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas pelaksanaan persetujuan tindakan kedokteran

SKEMA PELAKSANAAN INFORMED CONSENT

KETENTUAN INFORMED CONSENTKetentuan persetujuan tidakan medik berdasarkan SK Dirjen Pelayanan Medik No.HR.00.06.3.5.1866 Tanggal 21 April 1999, diantaranya:1 Persetujuan atau penolakan tindakan medik harus dalam kebijakan dan prosedur (SOP)

dan ditetapkan tertulis oleh pimpinan RS.2 Memperoleh informasi dan pengelolaan, kewajiban dokter3 Informed Consent dianggap benar:

a. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan untuk tindakan medis yang dinyatakan secara spesifik.

b. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan tanpa paksaan (valuentery)c. Persetujuan dan penolakan tindakan medis diberikan oleh seseorang (pasien) yang

sehat mental dan memang berhak memberikan dari segi hukumd. Setelah diberikan cukup (adekuat) informasi dan penjelasan yang diperlukan

4 Isi informasi dan penjelasan yang harus diberikan :

24

Penandatanganan Form penolakan

Penandatanganan Form persetujuan

MENOLAK

Mempertimbangkan / memutuskan

Informasi

DokterPasien

SETUJU

Page 25: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

a. Tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medis yang ada dilakukan (purhate of medical procedure)

b. Tentang tata cara tindakan medis yang akan dilakukan (consenpleated medical procedure)

c. Tentang risiko d. Tentang risiko dan komplikasi yang mungkin terjadie. Tentang alternatif tindakan medis lain yang tersedia dan risiko –risikonya

(alternative medical procedure and risk)f. Tentang prognosis penyakit, bila tindakan dilakukang. Diagnosis

5. Kewajiban memberi informasi dan penjelasana. Dokter yang melakukan tindakan medis tanggung jawabb. Berhalangan diwakilkan kepada dokter lain, dengan diketahui dokter yang

bersangkutan6. Cara menyampaikan informasi

a. Lisanb. Tulisan

7. Pihak yang menyatakan persetujuana. Pasien sendiri, umur 21 tahun lebih atau telah menikahb. Bagi pasien kurang 21 tahun dengan urutan hak :

Ayah/ibu kandung Saudara saudara kandung

c. Bagi pasien kurang 21 tahun tidak punya orang tua/berhalangan, urutan hak : Ayah/ibu adopsi Saudara-saudara kandung Induk semang

d. Bagi pasien dengan gangguan mental, urutan hak : Ayah/ibu kandung Wali yang sah Saudara-saudara kandung

e. Bagi pasien dewasa dibawah pengampuan (curatelle) : Wali Kurator

f. Bagi pasien dewasa telah menikah/orangtua Suami/istri Ayah/ibu kandung Anak-anak kandung Saudara-saudara kandung

8. Cara menyatakan persetujuana. Tertulis; mutlak pada tindakan medis resiko tinggib. Lisan; tindakan tidak beresiko

9. Jenis tindakan medis yang perlu informed consent disusun oleh komite medik ditetapkan pimpinan RS.

10. Tidak diperlukan bagi pasien gawat darurat yang tidak didampingi oleh keluarga pasien.

25

Page 26: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

11. Format isian informed consent persetujuan atau penolakan a. Diketahui dan ditandatangani oleh kedua orang saksi, perawat bertindak sebagai

salah satu saksib. Materai tidak diperlukanc. Formulir asli harus dismpan dalam berkas rekam medis pasiend. Formulir harus ditandatangan 24 jam sebelum tindakan medis dilakukane. Dokter harus ikut membubuhkan tanda tangan sebagai bukti telah diberikan

informasif. Bagi pasien/keluarga buta huruf membubuhkan cap jempol ibu jari tangan kanannya

12. Jika pasien menolak tandatangan surat penolakan maka harus ada catatan pada rekam medisnya.

ASPEK HUKUM DAN SANKSI1. Pasal 1320 KUHPerdata syarat syahnya persetujuan

o Sepakat mereka yang mengikatkan dirio Kecakapan untuk berbuat suatu perikatano Suatu hal tertentuo Suatu sebab yang halal

2. Pasal 1321 tiada sepakat yang syah apabila sepakat itu diberikan karena kehilafan atau diperlukan dengan paksaan atau penipuan

3. KUHPidana pasal 351o Penganiayaan dihukum dengan hukum penjara selama-lamanya dua tahun delapan

bulan.o Menjadikan luka berat hukum selama-lamanya 5 tahun (KUHP 20)o Membuat orang mati hukum selam-lamanya 7 tahun (KUHP 338)

4. UU No. 23/1992 tentang kesehatan pasal 53o Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan

tugas sesuai dengan profesinyao Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi

standar profesi dan menghormati hak pasieno Hak pasien antara lain ; hak informasi, hak untuk memberikan persetujuan, hak atas

rahasia kedokteran dan hak atas pendapat kedua (second opinion).5. UU No. 29/2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 45 ayat (1), (2), (3), (4), (5,) (6).

Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan

6. Permenkes No. 585/1989 tentang persetujuan tindakan medis.Dokter melakukan tindakan medis tanpa informed consent dari pasien atau keluarganya saksi administratif berupa pencabutan surat ijin prakteknya.

Deklarasi-deklarasi World Medical Association (WMA)a. Deklarasi Helsinki (1964) tentang Penelitian dengan Objek Manusiab. Deklarasi Sydney (1968) dan Deklarasi Venice (1983) tentang Kriteria Mati dikaitkan

dengan Kebutuhan Transplantasi Organc. Deklarasi Oslo (1970) tentang Pengguguran Kandungan

26

Page 27: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

d. Deklarasi Tokyo (1975) tentang Penggunaan Obat Terlarange. Deklarasi Lisbon (1981) tentang Hak-hak Pasienf. Deklarasi Brussels (1985) tentang Fertilisasi in Vitrog. Deklarasi Madrid (1987) tentang Euthanasia dan rekayasa Genetik

PERSETUJUANBentuk persetujuan atau penolakan

Rumah sakit memiliki tugas untuk menjamin bahwa informed consent sudah didapat. Istilah untuk kelalaian rumah sakit tersebut yaitu ”fraudulent concealment”. Pasien yang akan menjalani operasi mendapat penjelasan dari seorang dokter bedah namun dioperasi oleh dokter lain dapat saja menuntut malpraktik dokter yang tidak mengoperasi karena kurangnya informed consent dan dapat menuntut dokter yang mengoperasi untuk kelanjutannya.

Bentuk persetujuan tidaklah penting namun dapat membantu dalam persidangan bahwa persetujuan diperoleh. Persetujuan tersebut harus berdasarkan semua elemen dari informed consent yang benar yaitu pengetahuan, sukarela dan kompetensi.

Beberapa rumah sakit dan dokter telah mengembangkan bentuk persetujuan yang merangkum semua informasi dan juga rekaman permanen, biasanya dalam rekam medis pasien. Format tersebut bervariasi sesuai dengan terapi dan tindakan yang akan diberikan. Saksi tidak dibutuhkan, namun saksi merupakan bukti bahwa telah dilakukan informed consent. Informed consent sebaiknya dibuat dengan dokumentasi naratif yang akurat oleh dokter yang bersangkutan.

Otoritas untuk memberikan persetujuan

Seorang dewasa dianggap kompeten dan oleh karena itu harus mengetahui terapi yang direncanakan. Orang dewasa yang tidak kompeten karena penyakit fisik atau kejiwaan dan tidak mampu mengerti tentu saja tidak dapat memberikan informed consent yang sah. Sebagai akibatnya, persetujuan diperoleh dari orang lain yang memiliki otoritas atas nama pasien. Ketika pengadilan telah memutuskan bahwa pasien inkompeten, wali pasien yang ditunjuk pengadilan harus mengambil otoritas terhadap pasien.

Persetujuan pengganti ini menimbulkan beberapa masalah. Otoritas seseorang terhadap persetujuan pengobatan bagi pasien inkompeten termasuk hak untuk menolak perawatan tersebut. Pengadilan telah membatasi hak penolakan ini untuk kasus dengan alasan yang tidak rasional. Pada kasus tersebut, pihak dokter atau rumah sakit dapat memperlakukan kasus sebagai keadaan gawat darurat dan memohon pada pengadilan untuk melakukan perawatan yang diperlukan. Jika tidak cukup waktu untuk memohon pada pengadilan, dokter dapat berkonsultasi dengan satu atau beberapa sejawatnya.

Jika keluarga dekat pasien tidak setuju dengan perawatan yang direncanakan atau jika pasien, meskipun inkompeten, mengambil posisi berlawanan dengan keinginan keluarga, maka dokter perlu berhati-hati. Terdapat beberapa indikasi dimana pengadilan akan

27

Page 28: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

mempertimbangkan keinginan pasien, meskipun pasien tidak mampu untuk memberikan persetujuan yang sah. Pada kebanyakan kasus, terapi sebaiknya segera dilakukan (1) jika keluarga dekat setuju, (2) jika memang secara medis perlu penatalaksanaan segera, (3) jika tidak ada dilarang undang-undang.

Cara terbaik untuk menghindari risiko hukum dari persetujuan pengganti bagi pasien dewasa inkompeten adalah dengan membawa masalah ini ke pengadilan.

Kemampuan memberi perijinan

Perijinan harus diberikan oleh pasien yang secara fisik dan psikis mampu memahami informasi yang diberikan oleh dokter selama komunikasi dan mampu membuat keputusan terkait dengan terapi yang akan diberikan. Pasien yang menolak diagnosis atau tatalaksana tidak menggambarkan kemampuan psikis yang kurang. Paksaan tidak boleh digunakan dalam usaha persuasif. Pasien seperti itu membutuhkan wali biasanya dari keluarga terdekat atau yang ditunjuk pengadilan untuk memberikan persetujuan pengganti.

Jika tidak ada wali yang ditunjuk pengadilan, pihak ketiga dapat diberi kuasa untuk bertindak atas nama pokok-pokok kekuasaan tertulis dari pengacara. Jika tidak ada wali bagi pasien inkompeten yang sebelumnya telah ditunjuk oleh pengadilan, keputusan dokter untuk memperoleh informed consent diagnosis dan tatalaksana kasus bukan kegawatdaruratan dari keluarga atau dari pihak yang ditunjuk pengadilan tergantung kebijakan rumah sakit. Pada keadaan dimana terdapat perbedaan pendapat diantara anggota keluarga terhadap perawatan pasien atau keluarga yang tidak dekat secara emosional atau bertempat tinggal jauh, maka dianjurkan menggunakan laporan legal dan formal untuk menentukan siapa yang dapat memberikan perijinan bagi pasien inkompeten.

Pihak Yang Berhak Menyatakan Persetujuan:

1. Pasien sendiri (bila telah berumur 21 tahun atau telah menikah)

2. Bagi pasien di bawah umur 21 tahun diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut: (1) Ayah/ibu kandung, (2) Saudara-saudara kandung.

3. Bagi yang di bawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orang tuanya berhalangan hadir diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut: (l) Ayah/ibu adopsi, (2) Saudara-saudara kandung, (3) Induk semang.

4. Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut: (1) Ayah/ibu kandung, (2) Wali yang sah, (3) Saudara-saudara kandung.

5. Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampuan (curatelle), diberikan menurut urutan hak sebagai berikut: (1) Wali, (2) Curator.

28

Page 29: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

6. Bagi pasien dewasa yang telah menikah/orang tua, diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut: a. Suami/istri, b. Ayah/ibu kandung, c. Anak-anak kandung, d. Saudara-saudara kandung.

Wali: yang menurut hukum menggantikan orang lain yang belum dewasa untuk mewakilinya dalam melakukan perbuatan hukum atau yang menurut hukum menggantikan kedudukan orang tua. Induk semang : orang yang berkewajiban untuk mengawasi serta ikut bertanggung jawab terhadap pribadi orang lain seperti pimpinan asrama dari anak perantauan atau kepala rumah tangga dari seorang pembantu rumah tangga yang belum dewasa.

ISIDalam Permenkes No. 585 tahun 1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik dinyatakan

bahwa dokter harus menyampaikan informasi atau penjelasan kepada pasien / keluarga diminta atau tidak diminta, jadi informasi harus disampaikan.

Mengenai apa yang disampaikan, tentulah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyakit pasien. Tindakan apa yang dilakukan, tentunya prosedur tindakan yang akan dijalani pasien baik diagnostic maupun terapi dan lain-lain sehingga pasien atau keluarga dapat memahaminya. Ini mencangkup bentuk, tujuan, resiko, manfaat dari terapi yang akan dilaksanakan dan alternative terapi (Hanafiah, 1999).\

Secara umum dapat dikatakan bahwa semua tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien yang harus diinformasikan sebelumnya, namun izin yang harus diberikan oleh pasien dapat berbagai macam bentuknya, baik yang dinyatakan ataupun tidak. Yang paling untuk diketahui adalah bagaimana izin tersebut harus dituangkan dalam bentuk tertulis, sehingga akan memudahkan pembuktiannya kelak bila timbul perselisihan.

Secara garis besar dalam melakukan tindakan medis pada pasien, dokter harus menjelaskan beberapa hal, yaitu:

1) Garis besar seluk beluk penyakit yang diderita dan prosedur perawatan / pengobatan yang akan diberikan / diterapkan.

2) Resiko yang dihadapi, misalnya komplikasi yang diduga akan timbul.

3) Prospek / prognosis keberhasilan ataupun kegagalan.

4) Alternative metode perawatan / pengobatan.

5) Hal-hal yang dapat terjadi bila pasien menolak untuk memberikan persetujuan.

6) Prosedur perawatan / pengobatan yang akan dilakukan merupakan suatu percobaan atau menyimpang dari kebiasaan, bila hal itu yang akan dilakukan Dokter juga perlu menyampaikan (meskipun hanya sekilas), mengenai cara kerja dan pengalamannya dalam melakukan tindakan medis tersebut (Achadiat, 2007).

29

Page 30: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

Informasi/keterangan yang wajib diberikan sebelum suatu tindakan kedokteran dilaksanakan adalah:

1. Diagnosa yang telah ditegakkan.2. Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan.3. Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.4. Resiko resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada tindakan kedokteran

tersebut.5. Konsekwensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan adakah alternatif cara

pengobatan yang lain.6. Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan kedokteran tersebut.

Resiko resiko yang harus diinformasikan kepada pasien yang dimintakan persetujuan tindakan kedokteran :

Resiko yang melekat pada tindakan kedokteran tersebut. Resiko yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya.

Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan kedokteran, dokter yang akan melakukan tindakan juga harus memberikan penjelasan ( Pasal 11 Ayat 1 Permenkes No 290 / Menkes / PER / III / 2008 ). Penjelasan kemungkinan perluasan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 merupakan dasar daripada persetujuan (Ayat 2).

Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi sebelum dimintakan persetujuan tindakan kedokteran adalah:

Dalam keadaan gawat darurat (emergency), dimana dokter harus segera bertindak untuk menyelamatkan jiwa.

Keadaan emosi pasien yang sangat labil sehingga ia tidak bisa menghadapi situasi dirinya.Ini tercantum dalam PerMenKes no 290/Menkes/Per/III/2008.

REKAM MEDIS

DEFINISIRekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008)

TUJUAN REKAM MEDISUntuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan . Tanpa didukung suatu siste pengelolaan rekam medis yang baik dan benar , maka tertib administrasi tidak akan berhasil.

MANFAAT REKAM MEDIS

30

Page 31: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

Dalam kepustakaan dikatakan bahwa rekam medis memiliki 6 manfaat, yang untuk mudahnya disingkat sebagai ALFRED, yaitu:A: Administrative Value: Rekam medis merupakan data administratif pelayanan kesehatanL: Legal Value: Rekam medis dapat dijadikan bahan pembuktian di pengadilanF: Financial Value: Rekam medis dapat dijadikan dasar untuk perincian biaya pelayanan kesehatan yang harus dibayar oleh pasienR: Research Value: Data rekam medis dapat dijadikan bahan untuk penelitian dalam lapangan kedokteran, keperawatan dan kesehatanE: Education Value: Data-data dalam rekam medis dapat bahan pengajaran dan pendidikan mahasiswa kedokteran, keperawatan serta tenaga kesehatan lainnyaD: Documentation Value: Rekam medos merupakan sarana untuk penyimpanan berbagai dokumen yang berkaitan dengan kesehatan pasien

1. Aspek AdministrasiSuatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi , karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga mdis dan perawat dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan

2. Aspek MedisCatatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada pasienContoh : Identitas pasien _ name, age, sex, address, marriage status, etc. Anamnesis _ “fever” _ how long, every time, continuously, periodic??? Physical diagnosis _ head, neck, chest, etc. Laboratory examination, another supporting examination. Etc

3. Aspek HukumMenyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan , dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan

4. Aspek KeuanganIsi Rekam Medis dapat dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran pelayanan . Tanpa adanya bukti catatan tindakan /pelayanan , maka pembayaran tidak dapat dipertanggungjawabkan

5. Aspek PenelitianBerkas Rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya menyangkut data / informasi yang dapat digunakan sebagai aspek penelitian .

6. Aspek PendidikanBerkas Rekam Medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut data / informasi tentang kronologis dari pelayanan medik yang diberikan pada pasien.

7. Aspek DokumentasiIsi Rekam medis menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan sarana kesehatan

31

Page 32: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

Berdasarkan aspek-aspek tersebut , maka rekam medis mempunyai kegunaan yang sangat luas yaitu : Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga kesehatan lainnya yang ikut ambil

bagian dalam memberikan pelayanan kesehatan Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan

kepada seorang pasien Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan , perkembangan penyakit dan

pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di Rumah sakit Sebagai bahan yang berguna untuk analisa , penelitian dan evaluasi terhadap program pelayanan serta kualitas pelayanan. Contoh: Bagi seorang manajer:- Berapa banyak pasien yang dating ke sarana kesehatan kita ? baru dan lama ?- Distribusi penyakit pasien yang dating ke sarana kesehatan kita- Cakupan program yang nantinya di bandingkan dengan target program

Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, sarana kesehatan maupun tenaga kesehatan yang terlibat

Menyediakan data dan informasi yang diperlukan untuk keperluan pengembangan program , pendidikan dan penelitian

Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan kesehatan Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan serta bahan

pertanggungjawaban dan laporan

Manfaat lainnya:1. Pengobatan Pasien

Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan dan menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang harus diberikan kepada pasien.

2. Peningkatan Kualitas PelayananMembuat Rekam Medis bagi penyelenggaraan praktik kedokteran dengan jelas dan lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal.

3. Pendidikan dan PenelitianRekam medis yang merupakan informasi perkembangan kronologis penyakit, pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat untuk bahan informasi bagi perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang profesi kedokteran dan kedokteran gigi.

4. PembiayaanBerkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan tersebut dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien.

5. Statistik Kesehatan

32

Page 33: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya untuk mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk menentukan jumlah penderita pada penyakit-penyakit tertentu.

6. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan EtikRekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik.

JENIS REKAM MEDIS

Berdasarkan perkembangannya rekam medis memiliki dua jenis, yaitu konvensional dan elektronik. Jenis konvensional merupakan jenis yang masih banyak dipergunakan di setiap rumah

sakit seperti pencatatan secara langsung oleh tenaga kesehatan. Jenis elektronik merupakan sistem pencatatan informasi dengan menggunakan

peralatan yang modern seperti komputer atau alat elektronik lainnya.

ISI REKAM MEDISa. Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan sekurang-kurangnya memuat:

Identitas pasien Tanggal dan waktu Hasil anamnesis mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik Rencana penatalaksanaan Pengobatan dan / atau tindakan Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik, dan Persetujuan tindakan bila diperlukan

b. Isi rekam medis untuk pasien rawat inap sekurang-kurangnya memuat: Identitas pasien Tanggal dan waktu Hasil anamnesis mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik Diagnosis Rencana penatalaksanaan Pengobatan dan / atau tindakan Persetujuan tindakan bila diperlukan Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan Ringkasan pulang Nama dan tandatangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang

memberikan pelayanan kesehatan

33

Page 34: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik

c. Isi rekam medis untuk pasien gawat darurat sekurang-kurangnya memuat: Identitas pasien Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan Identitas pengantar pasien Tanggal dan waktu Hasil anamnesis mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik Diagnosis Pengobatan dan / atau tindakan Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat darurat dan

rencana tindak lanjut Nama dan tandatangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang

memberikan pelayanan kesehatan Sarana transportasi yang digunakan pasien yang akan dipindahkan ke sarana

pelayanan kesehatan lain Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

TATA CARA PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS

a. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis dengan segera dan dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan

b. Pembuatan rekam medis dilaksanakan melalui pencatatan dan pendokumentasian hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

c. Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan tandatangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan secara langsung

d. Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis dapat dilakukan pembetulan dan hanya dapat dilakukan dengan cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi paraf dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan yang bersangkutan

e. Dokter dan dokter gigi dan atau tenaga kesehatan tertentu bertanggung jawab atas catatan dan / atau dokumen yang dibuat pada rekam medis

f. Sarana pelayanan kesehatan wajib menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan rekam medis

PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN DAN KERAHASIAAN REKAM MEDIS

34

Page 35: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

a. Rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit wajib disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan dan setelah batas waktu terlampaui rekam medis dapat dimusnahkan kecuali ringkasan pulang dan persetujuan medis

b. Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medis harus disimpan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung dari tanggal dibuatnya ringkasan tersebut

c. Penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulang dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan sarana pelayanan kesehatan

d. Rekam medis pada sarana kesehatan non rumah sakit wajid disimpan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat dan setelah setelah itu dapat dimusnahkan

e. Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan

f. Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan dapat dibuka dengan permintaan secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan, dalam hal: Untuk kepentingan kesehatan pasien Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum

atas permintaan pengadilan Permintaan dan atau persetujuan pasien sendiri Permintaan institusi / lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan Utuk kepentingan penelitian, pendidikan dan audit medis sepanjang tidak

menyebutkan identitas pasieng. Penjelasan isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter atau dokter gigi yang

merawat pasien dengan izin tertulis pasien atau berdasarkan peraturan perundang-udangan

h. Pimpinan sarana pelayaan kesehatan dapat menjelaskan isi rekam medis secara tertulis atau langsung kepada permohonan tanpa izin pasien berdasarkan peraturan perundang-undangan

KEPEMILIKAN, PEMANFAATAN DAN TANGGUNGJAWAB DALAM PELAKSANAAN REKAM MEDIS

a. Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatanb. Isi rekam medis dalam bentuk ringkasan rekam medis merupakan milik pasienc. Ringkasan rekam medis dapat diberikan, dicatat atau dicopy oleh pasien atau orang

yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu

35

Page 36: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

ASPEK HUKUM DAN SANKSI

Rekam medis dalam Undang-undang No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik KedokteranPasal 46(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis.(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.(3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.

Pasal 47(1) Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 merupakan milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien.(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.(3) Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

3. MALPRAKTEK DALAM PANDANGAN ISLAM

Malpraktek adalah tindakan yang salah dalam pelaksanaan suatu profesi. Istilah ini bisa dipakai dalam berbagai bidang, namun lebih sering dipakai dalam dunia kedokteran dan kesehatan. Perlu diketahui bahwa kesalahan dokter atau profesional lain di dunia medis – kadang berhubungan dengan etika/akhlak. Malpraktek juga kadang berhubungan dengan disiplin ilmu kedokteran.

Bentuk-bentuk malpraktek:a. Tidak punya keahlian (jahil)

Melakukan praktek pelayanan kesehatan tanpa memiliki keahlian, baik tidak memiliki keahlian sama sekali dalam bidang kedokteran, atau memiliki sebagian keahlian tapi bertindak diluar keahliannya. Orang yang tidak memiliki keahlian di bidang kedokteran kemudian nekat membuka praktek, telah disinggung oleh Nabi SAW dalam sabda beliau:

�َك� َف�ُهَو� َض�اِم�ٌن� �َل� َذ�ِل �ُه ِط�ٌّب� َق�ْب �ْم� ِم�ْن ْع�َل �ْم� ُي �ٌّب� َو�ِل �َط�ْب ِم�ٌن� َت

“Barang siapa yang mengobati orang sakit dan sebelumnya tidak diketahui memiliki keahlian, maka ia bertanggung jawab” (HR. Abu Dawud no.4575, an-Nasai’ no.4845 dan Ibnu Majah no. 3466. Hadits hasan. Lihat Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no. 635)

36

Page 37: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

Kesalahan ini sangat berat, karena menganggap remeh kesehatan dan nyawa banyak orang, sehingga para Ulama sepakat bahwa Mutathabbib (pelaku pengobatan yang bukan ahlinya) harus bertanggung jawab jika timbul masalah dan harus dihukum agar jjera dan menjadi pelajaran bagi orang lain

b. Menyalahi prinsip-prinsip ilmiah (mukhalafatul ushul al-‘ilmiyyah)Yang dimaksud dengan prinsip ilmiah adalah dasar-dasar dan kaidah-kaidah yang telah baku dan biasa dipakai oleh para dokter, baik secara teori maupun praktek, dan harus dikuasai oleh dokter saat menjalani profesi kedokteran.

c. Ketidaksengajaan (khatha’)Adalah suatu tindakan / kejadian tanpa ada maksud pelaku dalam melakukannya. Misalnya, tangan dokter bedah terpeleset sehingga ada anggota tubuh pasien yang terluka. Bentuk malpraktek ini tidak membuat pelakunya berdosa, tapi ia harus bertanggung jawab terhadap akibat yang ditimbulkan sesuai dengan yang telah digariskan Islam dalam bab jinayat, karena ini termasuk jinayat khatha’ (kejahatan tidak sengaja)

d. Sengaja menimbulkan bahaya (i’tidd’)Maksudnya adalah membahayakan pasien dengan sengaja. Ini adalah bentuk malpraktek yang paling buruk. Biasanya pembuktiannya dilakukan dengan pengakuan pelaku, meskipun juga faktor kesengajaan ini dapat diketahui melalui indikasi-indikasi kuat yang menyertai terjadinya malpraktek yang sangat jelas.

Pembuktian Malpraktek

Agama Islam mengajarkan bahwa tuduhan harus dibuktikan. Demikian pula, tuduhan

malpraktek harus diiringi dengan bukti, dan jika terbukti harus ada pertanggungjawaban

dari pelakunya. Ini adalah salah satu wujud keadilan dan kemuliaan ajaran Islam. Jika

tuduhan langsung diterima tanpa bukti, dokter dan paramedis terzhalimi, dan itu bisa

membuat mereka meninggalkan profesi mereka, sehingga akhirnya membahayakan

kehidupan umat manusia. Sebaliknya, jika tidak ada pertanggungjawaban atas tindakan

malpraktek yang terbukti, pasien terzhalimi, dan para dokter bisa jadi berbuat seenak

mereka. Dalam dugaan malpraktek, seorang hakim bisa memakai bukti-bukti yang diakui

oleh syariat sebagai berikut:

a. Pengakuan pelaku malpraktek (iqrar).

37

Page 38: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

Iqrar adalah bukti yang paling kuat, karena merupakan persaksian atas diri sendiri, dan

ia lebih mengetahuinya. Apalagi dalam hal yang membahayakan diri sendiri, biasanya

pengakuan ini menunjukkan kejujuran.

b. Kesaksian ( syahadah ).

Untuk pertanggungjawaban berupa qishash dan ta'zir, dibutuhkan kesaksian dua pria

yang adil. Jika kesaksian akan mengakibatkan tanggung jawab materiil, seperti ganti

rugi, dibolehkan kesaksian satu pria ditambah dua wanita. Adapun kesaksian dalam hal-

hal yang tidak bisa disaksikan selain oleh wanita, seperti persalinan, dibolehkan

persaksian empat wanita tanpa pria. Di samping memperhatikan jumlah dan kelayakan

saksi, hendaknya hakim juga memperhatikan bahwa saksi tidak memiliki tuhmah

(kemungkinan mengalihkan tuduhan malpraktek dari diri pelaku).

c. Catatan medis.

Yaitu catatan yang dibuat oleh dokter dan paramedis, karena catatan tersebut dibuat

agar bisa menjadi referensi saat dibutuhkan. Jika catatan ini valid, ia bisa menjadi bukti

yang sah.

Bentuk tanggung jawab malpraktek

Jika tuduhan malpraktek telah dibuktikan, ada beberapa bentuk tanggung jawab yang

dipikul pelakunya. Bentuk-bentuk tanggung-jawab tersebut adalah sebagai berikut:

a. Qishash

Qishash ditegakkan jika terbukti bahwa dokter melakukan tindak malpraktek sengaja

untuk menimbulkan bahaya (i'tida'), dengan membunuh pasien atau merusak anggota

tubuhnya, dan memanfaatkan profesinya sebagai pembungkus tindak kriminal yang

dilakukannya. Ketika memberi contoh tindak kriminal yang mengakibatkan qishash,

Khalil bin Ishaq al-Maliki mengatakan: "Misalnya dokter yang menambah (luas area

bedah) dengan sengaja.

b. Dhaman (tanggung jawab materiil berupa ganti rugi atau diyat)

Bentuk tanggung-jawab ini berlaku untuk bentuk malpraktek berikut:

38

Page 39: Rough Draft Sk1 Nadya

Nadya Afiefa Putri 1102011189

Pelaku malpraktek tidak memiliki keahlian, tapi pasien tidak mengetahuinya, dan tidak

ada kesengajaan dalam menimbulkan bahaya.

Pelaku memiliki keahlian, tapi menyalahi prinsip-prinsip ilmiah.

Pelaku memiliki keahlian, mengikuti prinsip- prinsip ilmiah, tapi terjadi kesalahan tidak

disengaja.

Pelaku memiliki keahlian, mengikuti prinsip- prinsip ilmiah, tapi tidak mendapat ijin

dari pasien, wali pasien atau pemerintah, kecuali dalam keadaan darurat.

c. Ta'zir berupa hukuman penjara, cambuk, atau yang lain.

Ta'zir berlaku untuk dua bentuk malpraktek:

Pelaku malpraktek tidak memiliki keahlian, tapi pasien tidak mengetahuinya, dan tidak

ada kesengajaan dalam menimbulkan bahaya.

Pelaku memiliki keahlian, tapi menyalahi prinsip-prinsip ilmiah.

Pihak yang bertanggung jawab

Tanggung-jawab dalam malpraktek bisa timbul karena seorang dokter melakukan

kesalahan langsung, dan bisa juga karena menjadi penyebab terjadinya malpraktek secara

tidak langsung. Misalnya, seorang dokter yang bertugas melakukan pemeriksaan awal

sengaja merekomendasikan pasien untuk merujuk kepada dokter bedah yang tidak ahli,

kemudian terjadi malpraktek. Dalam kasus ini, dokter bedah adalah adalah pelaku langsung

malpraktek, sedangkan dokter pemeriksa ikut menyebabkan malpraktek secara tidak

langsung.

Jadi, dalam satu kasus malpraktek kadang hanya ada satu pihak yang bertanggung-

jawab. Kadang juga ada pihak lain lain yang ikut bertanggung-jawab bersamanya.

Karenanya, rumah sakit atau klinik juga bisa ikut bertanggung-jawab jika terbukti teledor

dalam tanggung-jawab yang diemban, sehingga secara tidak langsung menyebabkan

terjadinya malpraktek, misalnya mengetahui dokter yang dipekerjakan tidak ahli.

39