Rosa Sea

download Rosa Sea

of 4

description

.

Transcript of Rosa Sea

RosaseaRosasea adalah dermatosis wajah yang ditandai dengan eritema, telangiektasis, papula, dan tanpa disertai komedo. Rosasea terjadi terutama pada wanita berusia 40-50an.

Kriteria Diagnosis

Eritema yang menetap dan telangiektasis disertai dengan pembentukan papula dan pustula, serta terjadi pada hidung, daerah malar, dan tengah dahi. Area yang terkena bisa lebih luas pada kasus kasus yang parah. Hiperplasia kelenjar sebasea sering ditemukan, dan dapat terjadi keratitis pada mata.

Terapi

Karena penyebab rosasea tidak diketahui dan hubungannya dengan kelainan sistem endokrin dan gastrointestinal tidak ditemukan, diet ketat dan terapi hormone tidak dapat digunakan sebagai metode terapi lagi.

Beberapa pasien mungkin memiliki emosi yang labil, tetapi mayoritas wanita yang menderita penyakit ini lebih mengkhawatirkan kerusakan yang dapat terjadi pada wajah mereka daripada hal hal lain, dan penanganan baik dari erupsi rosasea dengan antibiotic oral terbukti memberikan hasil yang lebih baik daripada psikoterapi dan pemberian sedative.

Antibiotik sistemik. Pemberian Tetraskilin 250mg dua kali sehari selama satu bulan terbukti berhasil pada 87% kasus. Tetrasiklin harus diberikan dalam keadaan perut kosong karena makanan, terutama susu dan obat mengandung zat besi akan menghilangkan efek obat. Pada kurang lebih sepertiga pasien, lesi menghilang secara menyeluruh setelah tiga bulan terapi. Pada sepertiga pasien lainnya terjadi relaps ringan, dan sisanya mengalami relapse berat yang memerlukan terapi lebih lanjut dengan tetrasiklin selama beberapa bulan.Ampisilin dibuktikan hampir sama efektif dengan tetrasiklin, tetapi klindamisin tidak terlalu efektif untuk kasus rosasea, berkebalikan dengan keefektifannya dalam terapi acne.

Metronidazole 200mg dua kali sehari juga merupakan obat yang efektif dan memiliki keuntungan karena dapat dikonsumsi saat hamil.

Obat topical. Sekarang telah diketahui bahwa alasan antibiotic gagal dipakai sebagai terapi rosasea adalah penggunaan steroid topical secara berkala. Obat tersebut terbukti efektif selama beberapa minggu, namun nantinya telangiektasis berkembang makin parah. Usaha untuk menghentikan penggunaan steroid diikuti dengan pembentukan pustula yang menyebabkan pasien ketakutan dan memilih kembali melanjutkan terapi. Wajah steroid, yang ditandai dengan telangiektasis yang khas, dapat dikenali dengan mudah. Pengobatan tradisional dengan sulfur topical juga gagal, kemungkinan karena penggunaannya bersamaan dengan reaksi rebound steroid.Krim hidrokortison 1% tidak memiliki efek samping yang jelas, tetapi pemberian krim yang lebih kuat dapat menyebabkan atrofi dan reaksi rebound. Tetapi untuk kebanyakan kasus dengan pemberian krim aqueous saja sudah cukup.

Kosmetik. Pasien akan bertanya apakah produk produk kosmetik berbahaya, dan kita harus meyakinkan pasien bahwa penggunaan kosmetik diizinkan karena peningkatan kepercayaan diri dengan tertutupnya lesi sangat penting.

Komplikasi okular. Konjungtivitis dan infeksi kista meibom merupakan komplikasi tersering dari rosasea, tetapi responnya terhadap antibiotic oral baik. Bahkan keratitis rosasea, sebuah komplikasi yang lebih berat yang sering terjadi pada pria dan wanita dengan rosasea ringan, masih menunjukkan respon terhadap pemberian tetrasiklin.

MiliariaMiliaria mengacu pada istilah untuk sekelompok kelainan retensi keringat dimana ditemukan anhidrosis dan rupturnya kelenjar keringat yang membentuk lesi khas pada kulit. Ada tiga tipe miliaria yang ditemukan: miliaria kristalina (ductus ekrine mengalami sumbatan pada stratum korneum), miliaria rubra (ductus ekrine tersumbat pada lapisan epidermis yang lebih dalam), dan miliaria profunda (ductus ekrine tersumbat pada lapisan dermoepidermal). Peran bakteri dalam pathogenesis miliaria sudah dibuktikan.

Kriteria Diagnosis

Klinis. Semua tipe miliaria dapat dilihat tidak berhubungan dengan folikel rambut. Vesikula kecil, rapuh dan bening yang asimptomatik menyerupai tetesan air merupakan lesi utama dari miliaria kristalina. Banyak ditemukan pasien yang menjalani tirah baring dalam waktu lama, terutama pada lipatan kulit. Kelainan ini tidak mengganggu secara local maupun sistemik. Miliaria rubra bersifat pruritic, yang ditandai dengan macula eritema kecil yang pada puncaknya terdapat vesikula kecil di tengah. Makula ini dapat bersifat pustular, teutama pada kasus berat. Proses ini dapat terjadi di semua permukaan kulit kecuali wajah, telapak tangan, dan telapak kaki. Bila meluas, dapat menimbulkan heat stress syndrome tetapi umumnya menimbulkan ketidaknyamanan local. Lesi miliaria profunda yang berupa papul putih adalah retensi dari kelenjar keringat dalam, yang tidak gatal maupun panas. Karena lebih sering terjadi setelah miliaria rubra yang luas dan terjadi lama, miliaria profunda berujung pada rusaknya sebagian kelenjar keringat dan manifestasinya adalah heat stress syndrome. Kompensasi berupa hyperhidrosis pada wajah adalah tanda klinis bagi pasien dengan miliaria rubra ekstensif dan miliaria profunda. Tidak ada temuan laboratorium yang penting untuk kasus ini secara diagnostic maupun prognostic.

Gambaran histopatologis. Kelenjar keringat yang tersumbat dengan vesikulasi pada lapisan yang sesuai dengan tipe miliaria yang terjadi dapat dilihat secara mikroskopis. Lesi pustular menunjukkan isi berupa neutrophil dan bakteri bila dilakukan pengecatan Gram. Vasodilatasi di dermis dan infiltrasi sel radang dapat ditemukan pada miliaria yang lebih dalam.

Penemuan terkait. Heat stress syndrome terjadi pada miliaria rubra yang parah atau miliaria profunda. Limfadenopati pada inguinal dan axilla pada miliaria profunda bisa sembuh perlahan seiring sembuhnya miliaria.

Terapi

Hindari berkeringat. Prinsip dari pencegahan dan pengobatan dari miliaria adalah penundaan proses berkeringat dalam waktu lama untuk menghindari kerusakan berupa melunaknya epidermis akibat keringat yang merupakan awal dari penyakit ini. Setelah beberapa hari, proses deskuamasi akan membersihkan sumbatan pada kelenjar keringat. Oleh karena itu penting untuk pasien supaya tetap terjaga pada lingkungan yang sejuk untuk menghindari berkeringat. Sebagai profilaksis, menjaga agar tubuh tidak berkeringat selama delapan jam dari periode 24-jam terbukti efektif. Solusi yang praktis adalah memiliki kamar tidur dengan AC.Obat topical. Tidak ada obat topical atau sistemik yang benar benar efektif untuk terapi miliaria. Losio seperti kalamine dan bubuk dapat membantu mengeringkan daerah yang lunak dan dapat membantu secara simptomatis. Pemakaian berlebihan tetapi dapat membahayakan karena merupakan predisposisi untuk sumbatan yang lebih ekstensif. Antibiotika topical secara teori dapat digunakan, walaupun pemakaiannya untuk miliaria masih dipertanyakan. Penggunaan lanolin misalnya, yang melalui uji eksperimen terbukti membuang kotoran dari ductus keringat yang tersumbat, secara klinis tidak efektif. Penggunaan kortikosteroid topical hanya membantu secara simptomatis.

Asam askorbat. Obat ini dalam dosis Xmg/kgBB terbukti efektif dalam mempercepat resolusi dari miliaria dan pencegahannya. Tetapi temuan ini belum banyak dibuktikan. Tidak ada terapi sistemik lain termasuk penggunaan steroid oral maupun parenteral yang dapat membantu penyembuhan miliaria secara drastic.Pencegahan Klinis

Hampir tidak ada kontraindikasi dalam pencegahan maupun manajemen dari miliaria. Asam askorbat tidak boleh dikonsumsi oleh pasien dengan batu ginjal, terutama batu oksalat. Lebih lagi, penggunaan vitamin C dalam dosis melebihi kebutuhannya per hari.

Dimerahin karena teksnya ga kebaca di fotokopian jadi susah ditranslate