rokok.pdf

7
Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ISSN : 2302-1721 1 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA LAKI-LAKI TERHADAP KEBIASAAN MEROKOK DI DESA TOLADAKECAMATAN MALANGKE KABUPATEN LUWU UTARA Sumira, Desy Arum Rajiyanti, Andi Fajriansi Dosen Politeknik Kesehatan Makassar Jurusan Keperawatan Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar Dosen Tetap Program S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK Desy Arum Rajiyanti, Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Remaja Laki-laki Terhadap Kebiasaan Merokok di Desa Tolada Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara (Dibimbing oleh Andi Fajriansi dan Sumira) Rokok adalah selinder berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm ( bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun tembakau yang telah dicacah. ( Yudistira, 2008). Kebiasaan merokok sering di kaitkan dengan terjadinya penyakit paru obstruktif menahun. Tujuan penenelitian ini Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja laki-laki terhadap kebiasaan merokok. Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study yang merupakan salah satu jenis rancangan peneliti yang sifatnya analitik dan termasuk dalam jenis rancangan penelitian observasional, populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja laki-laki di desa Tolada sebanyak 215 orang pengambilan sampel dengan menggunakan tehnik accidental Sampling di dapatkan 68 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, data yang di kumpul kemudian di olah dan dianalisis menggunakan komputerisasi dengan uji yang sesuai. Analisis data mencakup analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan α=5% (0,05), jika p<α (0,05) berarti ada hubungan yang bermakna. Pada hasil analisis ditemukan ada hubungan antara pengetahuan pengetahuan remaja laki-laki terhadap kebiasaan merokok (p=0,001), ada hubungan antara sikap dengan kebiasaan merokok remaja laki- laki (p-0,002). Disarankan Agar para remaja yang berusia lebih dari 19 tahun di berikan pengarahan agar mengurangi kebiasaan merokoknya. Kepada petugas kesehatan yang bekerja sama deangan aparat setempat untuk memberikan penyuluhan tentang rokok, sehingga remaja lebih mengetahui tentang rokok dan dampak yang di akibatkan. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Kebiasaan Merokok PENDAHULUAN Merokok bukanlah hal yang tabu bagi masyarakat. Banyak orang mengkonsumsi rokok walaupun dampak rokok dalam kesehatan telah diketahui. Termasuk didalamnya adalah remaja, baik pria maupun wanita yang juga mengkonsumsinya. Bagi sebagian besar remaja pria, rokok merupakan simbol ‘keperkasaan dan kejantanan’. Selain itu rokok juga menjadi lambang pergaulan remaja, sehingga timbul istilah,”tidak merokok berarti tidak gaul”. Padahal yang sesungguhnya rokok merupakan racun merenggut nyawa secara perlahan-lahan. Rokok adalah selinder berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm ( bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun tembakau yang telah dicacah. ( Yudistira, 2008). Di Asia badan kesehatan dunia (WHO) menyebutkan bahwa Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak jumlah perokok yang mencapai 146.860.000 jiwa. Peningkatan prevalensi rokok tertinggi berada pada interval usia 15-19 tahun dari 13,7 % menjadi 24,2 % atau naik 77% dari tahun 1995. Menurut survei global tembakau di kalangan remaja, ( Charles, 2008) Sesuai dengan Global Youth Yobacco Survey 2006 ( WHO). Sebelumnya, data TCSC menunjukan kenaikan jumlah perokok pemula di Indonesia kategori usia 5-9 tahun. Tejadi kenaikan empat kali lipat, dari 0,4% pada tahun 2001 menjadi 1,8 %, tahun 2004. Angka ini menunjuka bahwa rokok sudah meracuni anak-anak sejak taman kanak-kanak. Temuan Kualisi Untuk Indonesia Sehat (KUIS), sebanyak 77,8 % anak perempuan berusia 13- 15 tahun

Transcript of rokok.pdf

Page 1: rokok.pdf

Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 1

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA LAKI-LAKI TERHADAP KEBIASAAN MEROKOK DI DESA TOLADAKECAMATAN

MALANGKE KABUPATEN LUWU UTARA

Sumira, Desy Arum Rajiyanti, Andi Fajriansi Dosen Politeknik Kesehatan Makassar Jurusan Keperawatan

Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar Dosen Tetap Program S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar

ABSTRAK Desy Arum Rajiyanti, Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Remaja Laki-laki Terhadap Kebiasaan Merokok di Desa Tolada Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara (Dibimbing oleh Andi Fajriansi dan Sumira)

Rokok adalah selinder berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm ( bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun tembakau yang telah dicacah. ( Yudistira, 2008). Kebiasaan merokok sering di kaitkan dengan terjadinya penyakit paru obstruktif menahun. Tujuan penenelitian ini Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja laki-laki terhadap kebiasaan merokok. Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study yang merupakan salah satu jenis rancangan peneliti yang sifatnya analitik dan termasuk dalam jenis rancangan penelitian observasional, populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja laki-laki di desa Tolada sebanyak 215 orang pengambilan sampel dengan menggunakan tehnik accidental Sampling di dapatkan 68 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, data yang di kumpul kemudian di olah dan dianalisis menggunakan komputerisasi dengan uji yang sesuai. Analisis data mencakup analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan α=5% (0,05), jika p<α (0,05) berarti ada hubungan yang bermakna. Pada hasil analisis ditemukan ada hubungan antara pengetahuan pengetahuan remaja laki-laki terhadap kebiasaan merokok (p=0,001), ada hubungan antara sikap dengan kebiasaan merokok remaja laki-laki (p-0,002). Disarankan Agar para remaja yang berusia lebih dari 19 tahun di berikan pengarahan agar mengurangi kebiasaan merokoknya. Kepada petugas kesehatan yang bekerja sama deangan aparat setempat untuk memberikan penyuluhan tentang rokok, sehingga remaja lebih mengetahui tentang rokok dan dampak yang di akibatkan. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Kebiasaan Merokok PENDAHULUAN

Merokok bukanlah hal yang tabu bagi masyarakat. Banyak orang mengkonsumsi rokok walaupun dampak rokok dalam kesehatan telah diketahui. Termasuk didalamnya adalah remaja, baik pria maupun wanita yang juga mengkonsumsinya. Bagi sebagian besar remaja pria, rokok merupakan simbol ‘keperkasaan dan kejantanan’. Selain itu rokok juga menjadi lambang pergaulan remaja, sehingga timbul istilah,”tidak merokok berarti tidak gaul”. Padahal yang sesungguhnya rokok merupakan racun merenggut nyawa secara perlahan-lahan. Rokok adalah selinder berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm ( bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun tembakau yang telah dicacah. ( Yudistira, 2008).

Di Asia badan kesehatan dunia (WHO) menyebutkan bahwa Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak jumlah perokok yang mencapai 146.860.000 jiwa. Peningkatan prevalensi rokok tertinggi berada pada interval usia 15-19 tahun dari 13,7 % menjadi 24,2 % atau naik 77% dari tahun 1995. Menurut survei global tembakau di kalangan remaja, ( Charles, 2008)

Sesuai dengan Global Youth Yobacco Survey 2006 ( WHO). Sebelumnya, data TCSC menunjukan kenaikan jumlah perokok pemula di Indonesia kategori usia 5-9 tahun. Tejadi kenaikan empat kali lipat, dari 0,4% pada tahun 2001 menjadi 1,8 %, tahun 2004. Angka ini menunjuka bahwa rokok sudah meracuni anak-anak sejak taman kanak-kanak. Temuan Kualisi Untuk Indonesia Sehat (KUIS), sebanyak 77,8 % anak perempuan berusia 13- 15 tahun

Page 2: rokok.pdf

Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 2

terpapar asap rokok dirumahnya dengan intensitas sering dan sekali. Meski tak merokok, mereka terpaksa menjadi perokok pasif. ( Astari, 2008).

Kebiasaan merokok sering di kaitkan dengan terjadinya penyakit paru obstruktif menahun (PPOM). Namun kebiasaan merokok di negeri ini tetap tidak bisa di hilangkan, bahkan semakin meningkat. Sebagian penduduk di sejumlah negara mengurangi konsumsi mereka terhadap rokok, orang Indonesia justru malah sebaliknya. Indonesia kini menempati rengking ke-4 sebagai negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah Amerika Serikat, RRC dan Jepang. Tidak kurang dari 70% penduduk Indonesia kini jadi perokok aktif dan ironisnya lagi, sekitar 13,2% perokok di Indonesia adalah remaja berusia 15-19 tahun (Muhtar, 2008).

Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih menyatakan Indonesia masih menjadi negara terbesar ke-3 dalam jumlah perokok di dunia. Dia pun prihatin karena jumlah perokok di Indonesia terus bertambah. Mengenai prevalensi perokok yang jauh meningkat. Dari tahun 2000-2010 mengalami peningkatan, baik di kalangan perokok laki-laki maupun perempuan, jumlah perokok laki-laki dengan usia di atas 15 tahun sudah mencapai 66 persen. Sedangkan perokok perempuan empat persen (Menkes, 2011). Di Sulsel (Sulawesi Selatan), prevalensi merokok penduduk umur 15 tahun keatas pada tahun 2001 yaitu 40,9 % untuk laki-laki dan 1,0 % untuk perempuan. Pada tahun 2007 terjadi peningkatan menjadi 58,7 % laki-laki dan 1,7 % perempuan. Berdasarkan data Dinkes 2010 diketahui sekitar 34,7 persen penduduk Indonesia menjadi perokok aktif yang kebanyakan berpendidikan rendah.

Dari data penduduk di desa Tolada kec. Malangke kab. Luwu Utara diperoleh dengan jumlah KK sebanyak 991 orang dengan jumlah laki-laki dari tahun 2007 sampai tahun 2010 berjumlah 924 orang dan tahun 2011 sebanyak 215 orang.

Berdasarkan dari hasil peneliti yang sebelumnya pada tahun 2008 di SMA PGRI di Samakan Maros dengan jumlah remaja sebanyak 80 maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Remaja laki-laki Terhadap Kebiasaan Merokok di Desa Tolada Kec. Malangke Kab. Luwu Utara”.

BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi dan sampel penelitian

Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study yang merupakan salah

satu jenis rancangan peneliti yang sifatnya analitik dan termasuk dalam jenis rancangan penelitian observasional. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tolada Kecamatan Malangke Kab. Luwu Utara pada bulan juli sampai Agustus 2012.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja yang berjenis kelamin laki-laki di Desa Tolada kec. Malangke Kab. Luwu Utara dengan jumlah 215 orang,dengan jumlah sampel 68 orang. Dengan kriteria sampel : 1.Kriteria inklusi :

a. Remaja yang bersedia menjadi respon. b. Remaja laki-laki. c. Remaja yang berada di desa tolada kec.

Malangke. 2.Kriteria ekslusasi :

a. Remaja yang tidak bersedia menjadi responden.

b. Yang bukan remaja laki-laki (perempuan)

c. Remaja yang tidak berada di desa tolada kec. Malangke

Pengumpulan data

Pengumpulan data dengan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari tempat penelitian, yaitu di Desa Tolada Kec. Malangke Kab. Luwu Utara, data primer dari quisioner. Pengolahan data dilakukan dengan: a. Editing

Yaitu memeriksa, mengamati apakah semua pertanyaan telah terjawab, jawaban yang ada atau tertulis dapat dibaca atau tidak, konstitensi jawaban ada/tidaknya kekeliruan lain yang mungkin dapat mengganggu proses pengolahan data.

b. Koding Yaitu melakukan pengkodean setia

jawaban agar proses pengolahan data lebih mudah.

c. Evaluating Yaitu proses penilaian pada setiap

jawaban agar proses pengelolahan data lebih mudah.

d. Enteri data Yaitu proses pemasukan data yang dibantu oleh computer.

Analisis data

Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi dalam tabel dengan variabel yang hendak diukur.Analisa data dilakukan melalui tahap editing, koding, tabulasi dan uji statistik.Analisis univariat dilakukan dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi.Analisis bivariat untuk melihat

Page 3: rokok.pdf

Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 3

distribusi atau hubungan beberapa variabel yang dianggap terkait dengan menggunakan uji chisquare. dimana dengan melihat batas kemaknaan (α)= 0,05. Jika p < α (0,05) menunjukan ada hubungan yang bermakna.

HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat

Tabel 5.1 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden Remaja Laki-laki Terhadap Kebiasaan Merokok Di Desa Tolada Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara Tahun 2012

Umur N Persen % 15-18 19-23

20 48

29,4 % 70,6 %

Total 68 100 Sumber : Data Primer 2012

Pada tabel 5.1 diketahui bahwa

dengan jumlah responden 68 orang maka diperoleh hasil frekuensi kolompok umur tertinggi berada pada umur 19-23 tahun yaitu 48 orang (70,6 %) dan frekuensi terendah pada kelompok umur 15-18 tahun yaitu 20 0rang (29,4%).

Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi

Berdasarkan Pendidikan Responden Remaja Laki-laki Terhadap Kebiasaan Merokok Di Desa Tolada Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara Tahun 2012

Pendidikan N Persen % SD

SMP SMA

12 22 32

17,6 % 32,4% 50,0 %

Total 68 100 Sumber : Data Primer 2012

Pada tabel 5.2 diketahui bahwa

dengan jumlah responden 68 orang maka diperoleh hasil frekuensi kolompok pendidikan. Yang berpendidikan SD yaitu 12 orang (17,6 %), SMP yaitu 22 orang (32,4 %) dan yang berpendidikan SMA 32 orang (50,4 %).

Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Responden Remaja Laki-laki Terhadap Kebiasaan Merokok Di Desa Tolada Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara Tahun 2012

Pengetahuan N Persen % Baik 48 70,6 %

Kurang 20 29,4 % Total 68 100

Sumber : Data Primer 2012

Pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 68 responden ada 48 responden yang berpengetahuan baik (70,6%) dan yang memiliki pengetahuan kurang berjumlah 20 responden (29,4%).

Tabel 5.4 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan

Sikap Responden Remaja Laki-laki Terhadap Kebiasaan Merokok Di Desa Tolada Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara Tahun 2012

Sikap N Persen % Mendukung 32 47,1 %

Tidak Mendukung

36 52,9 %

Total 68 100 Sumber : Data Primer 2012

Pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa

dari 68 responden ada 32 responden yang bersikap mendukung (41,7%) dan yang bersifat tidak mendukung atau kurang baik 36 responden (52,9%)

Tabel 5.5 : Distribusi Frekuensi Responden

Kebiasaan Merokok Remaja Laki-laki Di Desa Tolada Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu UtaraTahun 2012

Kebiasaan merokok remaja laki-laki

N Persen %

Tidak terbiasa merokok

27

39,7 %

Terbiasa Merokok 41 60,3%

Total 68 100 Sumber : Data Primer 2012

Pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa

dari 68 responden yang tidak terbiasa merokok ada 27 responden (39,7%) dan 41 responden yang terbiasa merokok(60,3%).

Page 4: rokok.pdf

Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 4

2. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk

mendapatkan gambaran tentang apakah ada hubungan antara variabel independent dengan variabel dependen. a. Pengetahuan

Tabel 5.6 : Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kebiasaan Merokok Remaja Laki-laki Di Desa Tolada Kecamatan Malangke Kabupaten luwu Utara Tahun 2012

Pengetahuan

Kebiasaan Merokok Remaja Laki-laki

Jumlah

Tidak terbiasa merokok

Terbiasa merokok

n % n % n % Baik 25 38,8 23 33,8 48 70,6

Kurang 2 2,9 18 26,5 20 29,4

Total 27 39,7 41 60,3 68 100 p = 0,001

Sumber : Data Primer 2012

Hasil uji statistic denga chi_square diperoleh nilai p=0,001 dimana (p<α 0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak . interprestasi : ditemukan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kebiasaan merokok remaja laki-laki.

b. Sikap

Tabel 5.7 : Hubungan Antara Sikap Dengan Kebiasaan Merokok Remaja Laki-laki Di Desa Tolada Kecamatan Malangke Kabupaten luwu Utara Tahun 2012

Sikap Kebiasaan Merokok Remaja Laki-laki

Jumlah

Tidak terbiasa merokok

Terbiasa merokok

n % n % n % Mendukung 19 27,9 13 19,1 32 47,1

Tidak mendukung

8 11,8 28 41,2 36 52,9

Total 27 39,7 41 60,3 68 100 p = 0,002

Sumber : Data Primer 2012 Hasil uji statistic denga

chi_square diperoleh nilai p=0,002 dimana (p<α 0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak . interprestasi : ditemukan adanya

hubungan antara sikap dengan kebiasaan merokok remaja laki-laki

PEMBAHASAN

Menurut Ogawa (skripsiqu,2006) dahulu rokok disebut sebagai suatu “kebiasaan” atau “ketagihan”. Dewasa ini merokok disebut sebagai “Tobacco Depedency” atau ketergantungan pada tembakau. Ketergantungan pada tembakau atau tobacco dependence didefinisikan sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih dari ½ bungkus rokok per hari, dengan tambahan adanya distres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara berulang-ulang. Seorang konsultan WHO dan Australia, Dr. Matthew Allen, pada bulan April 2001 menyatakan bahwa tingginya tingkat rokok dan penerimaan terhadap rokok pasif merupakan hambatan utama dan pertama bagi penanggulangan masalah rokok di Indonesia. Allen menyatakan terdapat 7 (tujuh) hambatan bagi penanggulangan masalah rokok di Indonesia, yaitu 1. Tidak adanya pengetahuan di kalangan

perokok tentang resiko merokok 2. Tidak cukupnya pengetahuan badan-

badan pemerintah dan LSM, yaitu pengendalian rokok bagi kesehatan dan perekonomian, serta taktik-taktik menyesatkan yang dipakai oleh industri rokok

3. Tidak adanya komitmen oleh para politisi dan departemen pemerintah

4. Adanya kerancuan wewenang Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) dan Departemen Kesehatan dan Departemen Kesejahteraan Sosial.

5. Kuatnya sektor industri rokok 6. Desentralisasi dan tidak adanya kerangka

kerja di daerah untuk mengimplementasikan perangkat pengendalian rokok.

7. Tak ada dana untuk membuat kampanye tandingan dan program pengendalian lainnya. (Kompas, 2001)

Melihat perkembangan kebiasaan merokok Indonesia yang semakin lama semakin parah, nampaknya harapan untuk menanggulangi masalah ini semakin tipis, namun sebenarnya hal tersebut bukan tidak mungkin dilakukan karena beberapa negara telah menerapkan aturan cukup keras baik bagi para perokok maupun industri rokok.

Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh tentu bukan isapan jempol belaka. Efek negatif dari penggunaan rokok juga telah diketahui dengan jelas. Berbagai

Page 5: rokok.pdf

Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 5

penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko timbulnya penyakit seperti jantung, kanker paru-paru, bronkhitis, dan berujung pada kematian dini. Selain bahaya yang dihadapi oleh perokok aktif, perokok pasif (secondhand-smoke) pun memiliki potensi yang serupa. Artinya, kebiasaan merokok tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga orang yang berada di sekitarnya.

Perokok pasif adalah orang yang menghisap asap rokok orang lain. Perokok pasif mempunyai resiko kesehatan yang sama seperti resiko perokok aktif. Ibu hamil yang terpapar asap rokok beresiko keguguran, lahir mati, bayi dengan berat badan lahir rendah, kurang gizi, gangguan pertumbuhan bayi, bayi lahir prematur. Sedangkan bayi dan anak yang terpapar asap rokok beresiko perkembangan parunya lambat, infeksi saluran napas, infeksi telinga, kekambuhan asma, bayi mati mendadak. 1. Hubungan Pengetahuan Responden

dengan Kebiasaan Merokok Remaja laki-laki.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pendengaran terhadap suatu objek tertentu dimana pengindraan dapat melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga ( Notoadmodjo, 2003).

Tingkat pengetahuan responden tentang rokok di Desa Tolada Kecamatan Malangke yang kategorinya baik dan tidak mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 25 orang (36,8%) dan responden kategori pengetahuan baik menpunyai kebiasaan merokok 23 orang (33,8%).

Sedangkan responden dengan kategori pengetahuan kurang mempunyai kebiasaan merokok 18 orang (26,5%) dan responden kategori pengetahuan kurang tidak mempunyai kebiasaan merokok 2 orang (2,9%).

Dari responden yang berpengetahuan baik masih ada 23 responden yang terbiasa merokok hal ini berawal dari mencoba-coba setelah mencoba rokok pertama maka seorang individu menjadi ketagihan merokok dengan alsan menurunkan kecemasan dan responden hanya sekedar mengetahui dampak buruk rokok tetapi belum mampu untuk memahami apa dampak buruknya bagi kesehatan. Jadi baik atau buruknya pengetahuan seseorang tergantung

kemampuan seseorang dalam perhatian, pemahaman dan penerimaan terhadap info yang diterima.

Dari responden yang berpengetahuan kurang ada 18 responden yang mempunyai kebiasaan merokok lebih banyak di bandingkan dengan pengetahuan kurang yang tidak mempunyai kebiasaan merokok hal ini di karenakan oleh factor lingkungan dimana dalam lingkungan masyarakat antar warga terjadi transformasi dari satu orang ke orang lain.

Hasil analisa menggunakan uji chi_square hubungan antara pengetahuan responden dengan kebiasaan merokok di diperoleh nilai p=0,001 ada hubungan antara pengetahuan dengan kebiasaan merokok remaja laki-laki.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Yuni Christinawaty dengan judul “hubungan karakteristik pengetahuan dan sikap remaja laki-laki terhadap kebiasaan merokok di SMU Parulian 1 Medan” dimana dia memperoleh nilai probabilitas 0,234 > 0,05 pengetahuan tidak berhubungan dengan kebiasaan merokok, sedangkan nilai probabilitas yang saya dapatkan 0,001 ada hubungan antara pengetahuan deangan kebiasaan merokok. Remaja yang mempunyai pengetahuan baik tentang merokok lebih cenderung memilih untuk tidak merokok di bandingkan dengan remaja yang mempunyai pengetahuan kurang. Dalam hal ini responden mengetahui dan memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensitesis dan mengevaluasi.

Dengan pengetahuan yang baik tentang kebiasaan merokok maka di harapkan semakin banyak remaja yang meninggalkan kebiasaan merokoknya dan di harapkan bagi perokok aktif dapat meningkatkan kepekaan terhadap orang lain di sekitarnya, serta dapat menentukan sikap apakah kebiasaan merokok hal yang baik atau buruk untuk tetap dipertahankan. Saya tidak mengatakan mudah untuk menghilangkan sesuatu yang sudah menjadi suatu kebiasaan, namun semua orang pasti mampu untuk berubah jadi lebih baik jika ia benar-benar memiliki kemauan untuk terus berusaha.

2. Hubungan Antara Sikap Responden dengan Kebiasaan Merokok Remaja laki-laki.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Page 6: rokok.pdf

Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 6

Menurut Newcamb, salah seorang ahli psikososial, menyatakan bahwa sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Tingkat sikap responden tentang rokok di Desa Tolada Kecamatan Malangke yang kategorin sikapnya mendukung tetapi tidak mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 19 orang (27,9%) dan responden kategori sikapnya mendukung tetapi menpunyai kebiasaan merokok 13 orang (19,1%).

Dari responden yang mempunyai sikap mendukung (baik) masih ada 13 responden yang mempunyai kebiasaan merokok hal ini sebabkan karena sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional dimana factor yang mempengaruhi remaja merokok bukan hanya sikap saja tetapi banyak factor lain.

Menurut lewin 2000 menyatakan bahwa hampir sebagian remaja memahami akibat yang berbahaya dari rokok tetapi mereka tidak mencoba menghindari prilaku tersebut. Ternyata ada banyak yang melatar belakangi, prilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu artinya bahwa prilaku merokok selain disebabkan factor-faktor dari dalam diri juga disebabkan oleh lingkungan.

Sedangkan responden dengan kategori sikapnya kurang mendukung tetapi mempunyai kebiasaan merokok 28 orang (41,2%) dan responden kategori sikapnya kurang mendukung tetapi tidak mempunyai kebiasaan merokok 8 orang (11,8%).

Dari responden yang mempunyai sikap tidak mendukung masih ada 28 responden yang terbiasa merokok di bandingkan dengan yang tidak terbiasa merokok hal ini dipengaruhi oleh Pengaruh orang lain yang di anggap penting, pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. Dapat juga disebabkan karena pergaulan, dimana pergaulan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang remaja untuk memperoleh kesenangan, bersosialisasi tanpa pertimbangan hasil akhir. Pergaulan yang dilakukan oleh remaja lebih menyenangkan jika dilakukan dengan teman-teman seusianya. Hubungan sosial

ini dapat menimbulkan dampak positif dan negatif.

Hasil analisa menggunakan uji chi_square hubungan antara sikap responden dengan kebiasaan merokok di diperoleh nilai p=0,002 ada hubungan antara sikap dengan kebiasaan merokok remaja laki-laki. Hal ini terlihat dari jumlah responden remaja yang mempunyai sikap mendukung atau baik tentang merokok lebih cenderung memilih untuk tidak merokok di bandingkan dengan remaja yang mempunyai sikap kurang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Noor (2004) disekolah menengah pertama Kudus dengan judul “Faktor Determinan Kebiasaan Merokok Siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung” sebagian besar responden (48,39%) memiliki sikap yang baik yang jumlah persentasenya terpaut jauh dengan hasil penelitian ini sebesar (59,4%). Yang mana Noor mendapatkan nilai probabilitas p=0,017 ada hubungan antara sikap denagan kebiasaan merokok.

Berdasarkan hasil ini, maka diperlukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap remaja agar dapat lebih baik, dengan peningkatan sikap menjadi lebih baik diharapkan keinginan remaja untuk merokok dapat menurun. Faktor yang mempengaruhi sikap tersebut antara lain faktor internal, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan, seperti faktor pilihan, serta factor eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri kita, misalnya kewibawaan atau orang yang mengemukakan suatu sikap, sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut, media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap, dan situasi pada saat sikap itu (Sarwono, 2009). Hasil yang didapatkan dari penelitian ini sesuai dengan teori WHO dalam Notoadmodjo (2003), yang menjelaskan bahwa salah satu alasan pokok seseorang berperilaku adalah pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling) yang berarti seseorang yang merokok akan mempertimbangkan untung rugi dan mamfaat mereka merokok.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan antara pengetahuan dan kebiasaan merokok remaja laki-laki di desa Tolada Kecamatan Malangke kabupaten Luwu Utara.

Page 7: rokok.pdf

Volume 1 Nomor 5 Tahun 2012 ● ISSN : 2302-1721 7

Maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara pengetahuan

responden tentang rokok dengan kebiasaan merokok remaja laki-laki di Desa Tolada Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara (p=0,001)

2. Ada hubungan antara sikap responden tentang rokok dengan kebiasaan merokok remaja laki-laki di Desa Tolada Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara (p=0,002)

Saran 1. Agar para remaja yang berusia lebih dari 19

tahun di berikan pengarahan agar mengurangi kebiasaan merokoknya.

2. Kepada petugas kesehatan yang bekerja sama deangan aparat setempat untuk memberikan penyuluhan tentang rokok, sehingga remaja lebih mengetahui tentang rokok dan dampak yang di akibatkan.

3. Agar para remaja di desa tolada tidak mencoba untuk menghisap rokok, dan buat remaja yang sudah terbiasa merokok agar berusaha untuk menghentikan kebiasaan merokok.

DAFTAR PUSTAKA Astria, 2008. Melepas Jerat Racun Rokok Anak Jalanan Indonesia. http.// www.gatra.com, diakses 28 Februari

2012. Azwar, 2005. Beberapa Sikap Yang Terdapat Pada Individu. http://pkhbbrpSikapindividu/nmf/hdp.com, diakses

29 Februari.2012. Charles, 2008. Fakta Mengejutkan Tentang Rokok dan Perokok. http.// esuai05.net.

Gondodiputro, 2007. Bahaya Tembakau Dan Bentuk-Bentuk Sediaan Tembakau, USU. Bandung.

Helmi, Avin dan Komalasari, 2005. Faktor-Faktor Penyebab Prilaku Merokok Pada Remaja. UGM: Yogjakarta. Hendrik, 2003. Sekilas Tentang Knowledge Management. Artikal popular ilmu computer, Jakarta. Hidayat, 2010. Metode Penelitian dan Tehnik Analisa Data. Selemba Medika: Jakarta. Iskandarsyah, 2006. Remaja Dan Permasalahannya, Jurnal Falkultas Psikologi Universitas Pajajaran: Bandung. Mankes, 2011. Indonesia Juara Tiga Dunia Untuk Jumlah Perokok, http://news.okezone.com/read/menkes-

indonesia-juara-3-dunia-untuk-jumlah-perokok, diakses 26 februari 2012 Monique, 2003. Menghindari Merokok, Cetakan II. PT Balai Pustaka: Jakarta. Muhtar, 2008. Merokok dan Kesehatan. http://www.antirokok/or.id/ berita/berita rokok kesehatan.htm. Notoadmojo, 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan, Rineka Cipta: Jakarta. Notoadmojo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku, Rineka Cipta: Jakarta. Nurlailah, 2007. Pengaruh Rokok Terhadap Jantung Koroner Rawat Jalan RSU Pusat. DR.Moh. Hosein

Palembang. Skripsi USU Medan. Soetjiningsih, 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya, Sagung Aeto, Jakarta. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta: Bandung. Wikipedia, 2009. Rokok dan Jenis Rokok.. http//www.wikipedia tentang rokok dan jenis rokok. diakses 29 februari

2012. Yudistira, 2008. Satuan Acara Penyuluhan http: // yudistira panjaitan. Blogspot.com. Yusuf, 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. PT Remaja Karya: Bandung.