Roi Univ Sumatera

36
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Profitabilitas Profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektifitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan investasi perusahaan (J. Fred & Thomas. E. Copeland, 1999:23). Profitabilitas menurut Riyanto (2001) adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Sedangkan Sartono (2001) mendefinisikan profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan pengertian profitabilitas di atas maka seluruh perusahaan akan selalu berusahaa keras untuk meningkatkan profitabilitasnya. Jika perusahaan berhasil meningkatkan profitabilitasnya, dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien sehingga mampu menghasilkan laba yang tinggi. Dan begitu juga sebaliknya, perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah menunjukkan bahwa perusahaan tersebut kurang mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan baik, sehingga tidak mampu menghasilkan laba tinggi. Rasio profitabilitas yang sering digunakan di dalam penelitian yang berkaitan dengan pengaruh modal kerja dan efektivitas modal kerja Universitas Sumatera Utara

Transcript of Roi Univ Sumatera

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektifitas manajemen

yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan investasi

perusahaan (J. Fred & Thomas. E. Copeland, 1999:23). Profitabilitas

menurut Riyanto (2001) adalah kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba selama periode tertentu. Sedangkan Sartono (2001)

mendefinisikan profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh

laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal

sendiri.

Dengan pengertian profitabilitas di atas maka seluruh perusahaan

akan selalu berusahaa keras untuk meningkatkan profitabilitasnya. Jika

perusahaan berhasil meningkatkan profitabilitasnya, dapat dikatakan bahwa

perusahaan tersebut mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya secara

efektif dan efisien sehingga mampu menghasilkan laba yang tinggi. Dan

begitu juga sebaliknya, perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah

menunjukkan bahwa perusahaan tersebut kurang mampu mengelola sumber

daya yang dimilikinya dengan baik, sehingga tidak mampu menghasilkan

laba tinggi. Rasio profitabilitas yang sering digunakan di dalam penelitian

yang berkaitan dengan pengaruh modal kerja dan efektivitas modal kerja

Universitas Sumatera Utara

adalah return on investment (ROI). Return on Investment (ROI)

menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang

dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah

perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan

operasional perusahaan.

Return On Investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai

arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang

bersifat menyeluruh atau komprehensif. Analisa Return On Investment

(ROI) ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh

pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi

perusahaan. Return On Investment (ROI) itu sendiri adalah salah satu bentuk

dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur

kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam

aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan (Munawir, 2004). Dengan demikian Return On Investment

(ROI) menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan

dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan

keuntungan operasi tersebut. Return on investment atau ROI dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Laba Bersih Setelah Pajak

ROI = X 100%

Total Aktiva

Universitas Sumatera Utara

Dari beberapa pengertian profitabilitas tersebut di atas dapat diambil

suatu kesimpulan profitabilitas adalah suatu ukuran yang digunakan untuk

mengukur efisiensi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan selama

periode waktu tertentu.

Menurut Husnan (1998), ROI memiliki beberapa kelebihan dan

kelemahan. Adapun kelebihan ROI sebagai berikut:

1) Analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur efisiensi modal yang

bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi penjualan.

2) Analisis ROI dapat digunakan untuk membandingkan efisiensi

penggunaan modal pada perusahaan yang bersangkutan dengan

perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah

perusahaan berada di bawah, sama atau di atas rata-rata.

3) Analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-

tindakan yang dilakukan oleh divisi atau bagian, yaitu dengan

mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian yang

bersangkutan dalam antrian untuk membandingkan efisiensi antar

bagian.

4) Analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari

masing-masing produk yang dihasilkan perusahaan. Dengan

menggunakan product cost system (sistem biaya produksi) yang baik,

maka modal dan biaya dapat dialokasikan ke dalam berbagai produk

yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga dapat dihitung

profitabilitas masing-masing produk.

Universitas Sumatera Utara

5) Analisis ROI dapat digunakan untuk keperluan perencanaan antara

lain sebagai dasar dalam pengambilan keputusan jika perusahaan akan

mengadakan ekspansi.

Meskipun ROI memiliki kelebihan, namun ROI juga memiliki

kelemahan, Kelemahan ROI adalah sebagai berikut:

1) Sulit membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan

perusahaan lain, karena perbedaan praktek akuntansi antar perusahaan.

2) Analisa Return On Investment (ROI) saja tidak dapat dipakai untuk

membandingkan antara dua perusahaan atau lebih dengan memperoleh

hasil yang memuaskan.

2.1.2 Pengertian Modal Kerja

Pengertian modal kerja atau working capital menurut Djarwanto

(2001) adalah berhubungan dengan keseluruhan dana yang digunakan

selama periode akuntansi tertentu yang dimaksudkan untuk menghasilkan

pendapatan untuk periode akuntansi yang bersangkutan (current income).

Weston dan Brigham(1994) mengemukakan bahwa modal kerja adalah

investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek, seperti kas, sekuritas yang

mudah dipasarkan, piutang usaha dan persediaan. Sedangkan menurut

Munawir (2004) modal kerja adalah kelebihan nilai aktiva yang dimiliki

perusahaan terhadap seluruh hutang hutangnya. Dari berbagai pengertian di

atas dapat disimpulkan bahwa modal kerja adalah investasi perusahaan pada

Universitas Sumatera Utara

aktiva jangka pendek dalam bentuk kas, sekuritas, piutang dan persediaan

yang digunakan untuk memenuhi kegiatan operasi perusahaan.

Ada 3 konsep atau pengertian modal kerja yang umum

dipergunakan, yaitu (Riyanto: 2001) :

1) Konsep Kuantitatif

Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang diperlukan

untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya

yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia

untuk tujuan operasi jangka pendek. Dengan demikian, modal kerja

menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal

kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working

capital). Modal kerja yang besar menurut konsep ini tidak menjamin

kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan

likuiditas perusahaan.

2) Konsep Kualitatif

Dalam konsep ini pengertian modal kerja dikaitkan dengan

besarnya jumlah hutang lancar atau hutang yang harus segera dibayar.

Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar harus disediakan untuk

memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dilakukan, di mana

bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membiayai operasi

perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Oleh karena itu, modal kerja

menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar

dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu

Universitas Sumatera Utara

likuiditasnya yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas hutang

lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto

(net working capital). Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan

tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya

(hutang jangka pendek).

3) Konsep Fungsional

Konsep ini mendasarkan mendasarkan pada fungsi dari dana dalam

menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang digunakan dalam

perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan dari usaha

pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan

pendapatan periode ini (current income). Ada sebagian dana yang

digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan pendapatan untuk

periode berikutnya (future income). Sehingga besarnya modal kerja dalam

konsep ini adalah:

(1) Besarnya kas

(2) Besarnya persediaan

(3) Besarnya piutang dikurangi besarnya keuntungan

(4) Besarnya sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap.

Perbedaan yang mendasar dari ketiga konsep diatas adalah terletak

pada penentuan jumlah modal kerja. Dan konsep modal kerja yang

digunakan dalam penelitian ini adalah konsep kualitatif. Modal kerja yang

cukup lebih baik daripada modal kerja yang berlebihan, karena dengan

modal kerja yang berlebihan menunjukkan bahwa perusahaan tidak bisa

Universitas Sumatera Utara

menggunakan dana yang ada dengan baik, sehingga dana tersebut menjadi

tidak produktif. Begitu juga sebaliknya modal kerja yang kurang dari

cukup akan dapat menjadi penyebab kemunduran/bahkan kegagalan suatu

perusahaan.

2.1.3 Jenis Modal Kerja

Modal kerja dalam suatu perusahaan menurut Riyanto (2001) dapat

digolongkan dalam beberapa jenis:

1) Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)

Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada

perusahaan untuk dapat menjalani fungsinya atau dengan kata lain

modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran

usaha. Modal kerja ini terdiri dari

(1). Modal kerja primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah

modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk

menjaga kontinuitas usahanya.

(2). Modal kerja normal (Normal Working Capital) yaitu modal kerja

yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi yang

normal. Kapasitas normal mempunyai pengertian yang fleksibel

menurut kondisi perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

2) Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)

Modal Kerja Variabel adalah modal kerja yang dibutuhkan saat-

saat tertentu dengan jumlah yang berubah-ubah sesuai dengan

perubahaan keadaan dalam satu periode. Modal kerja ini terdiri dari:

(1) Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal

kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan

musim.

(2) Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja

yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan

permintaan produk.

(3) Modal kerja darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal

kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang

tidak diketahui sebelumnya.

2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja

Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi

suatu perusahaan bukan merupakan hal yang mudah, karena modal kerja

yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor

sebagai berikut (Munawir : 2004):

1) Sifat atau jenis perusahaan

Kebutuhan modal kerja tergantung pada jenis dan sifat dari usaha yang

dijalankan oleh suatu perusahaan. Modal kerja dari perusahaan jasa

relative lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja

Universitas Sumatera Utara

perusahaan industri, karena untuk perusahaan jasa tidak memerlukan

investasi yang besar dalam kas, piutang maupun persediaan. Kebutuhan

uang tunai untuk membayar pegawai maupun untuk membiayai

operasinya dapat dipenuhi dari penghasilan atau penerimaan-

penerimaan saat itu juga, sedangkan piutang biasanya ditagih dalam

waktu relatif pendek. Bagi perusahaan industry dibutuhkan modal kerja

yang lebih besar karena perusahaan harus mengadakan investasi yang

cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaan tidak mengalami

kesulitan di dalam operasinya.

2) Waktu yang diperoleh untuk memproduksi barang yang akan dijual.

Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung

dengan jangka waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang yang

akan dijual. Semakin lama waktu yang diperlukan untuk memproduksi

barang, maka jumlah modal kerja yang diperlukan semakin besar.

3) Syarat pembelian dan penjualan.

Syarat kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku akan

mempengaruhi besar kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian

yang menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang

harus ditanamkan dalam persediaan dan sebaliknya. Di samping itu

modal kerja juga dipengaruhi oleh syarat penjualan. Semakin lunak

kredit (jangka kredit lebih panjang) yang diberikan kepada langganan

akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus ditanamkan

dalam piutang.

Universitas Sumatera Utara

4) Tingkat perputaran persediaan.

Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah modal kerja

yang ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan semakin

rendah. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka

harus diadakan perencanaan dan pengawasan persediaan yang efisien.

Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan mengurangi risiko

kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau perubahan

selera konsumen, di samping itu akan menghemat ongkos penyimpanan

dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.

5) Tingkat perputaran piutang

Kebutuhan modal kerja juga dipengaruhi jangka waktu penagihan

piutang. Apabila piutang terkumpul dalam waktu pendek berarti

kebutuhan akan modal kerja semakin rendah atau kecil. Untuk

mencapai tingkat perputaran piutang yang tinggi diperlukan

pengawasan piutang yang efektif dan kebijaksanaan yang tepat

sehubungan dengan perluasan kredit, syarat kredit penjualan,

maksimum kredit bagi langganan serta penagihan piutang.

6) Volume Penjualan

Perusahaan membutuhkan modal kerja untuk mendukung kegiatan

operasional pada saat terjadi peningkatan penjualan. Jika tingkat

penjualan tinggi maka modal kerja yang diperlukan relatif tinggi,

sebaliknya bila penjualan rendah dibutuhkan modal kerja yang rendah.

Universitas Sumatera Utara

7) Faktor Musim dan Siklus

Fluktuasi dalam penjualan yang disebabkan oleh faktor musim dan

siklus akan mempengaruhi kebutuhan akan modal kerja. Perusahaan

yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah modal kerja yang

relative pendek. Modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan

barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelang

puncak penjualan.

2.1.5 Fungsi Modal Kerja

Modal kerja/dana yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan,

disamping memungkinkan bagi kesulitan keuangan, juga akan memberikan

keuntungan lain yaitu:

1) Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya

nilai dari aktiva lancar.

2) Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban

tepat pada waktunya.

3) Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan

memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-

bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.

4) Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup

untuk melayani para konsumennya.

5) Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang

lebih menguntungkan kepada para langganannya.

Universitas Sumatera Utara

6) Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih

efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun

jasa yang dibutuhkan.

2.1.6 Sumber Modal Kerja

Menurut Munawir (2004) Pada dasarnya modal kerja terdiri dari dua

bagian pokok, yaitu:

1) Bagian yang tetap atau bagian yang permanen, yaitu jumlah minimum

yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar

tanpa kesulitan keuangan.

2) Jumlah modal kerja variabel yang jumlahnya tergantung pada aktivitas

musiman dan kebutuhan-kebutuhan di luar aktifitas biasa.

Kebutuhan modal kerja yang permanen seharusnya atau sebaiknya

dibiayai oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Semakin besar

jumlah modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari investasi pemilik

perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena akan

semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit, dan

semakin besar jaminan kreditor jangka pendek. Di samping dari investasi

para pemilik perusahaan, kebutuhan modal kerja yang permanen dapat pula

dibiayai dari penjualan obligasi atau jenis hutang jangka panjang lainnya,

tetapi dalam hal ini perusahaan harus mempertimbangkan jatuh tempo dari

hutang jangka panjang ini di samping juga harus mempertimbangkan beban

bunga yang harus dibayar oleh perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Djarwanto (2001) pada umumnya modal kerja suatu perusahaan

berasal dari berbagai sumber, yaitu:

1) Hasil operasi perusahaan.

Modal kerja perusahaan yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat

dihitung dengan menganalisa laporan penghitungan laba rugi perusahaan.

Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan dan apabila

laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut

akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.

2) Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka

pendek).

Surat-surat berharga merupakan salah satu elemen aktiva lancar yang

segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan.

Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya

perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga

menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat

berharga ini merupakan suatu sumber bertambahnya modal kerja,

sebaliknya apabila terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang.

3) Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar.

Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan

aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainya yang

tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi

kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja.

Universitas Sumatera Utara

4) Penjualan saham atau obligasi.

Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan

dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para

pemilik perusahaan untuk menambah modalnya atau dengan menerbitkan

obligasi.

5) Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya.

Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan

merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama sebagai

tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan

modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat atau kebutuhan jangka

pendek lainnya.

6) Kredit dari supplier.

Salah satu sumber modal kerja adalah kredit yang diberikan supplier.

Material, barang-barang dan jasa bisa dibeli secara kredit. Apabila

perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik

pembayaran piutang sebelum waktu hutang harus dilunasi, perusahaan

hanya memerlukan modal kerja yang kecil.

2.1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Modal Kerja

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan modal

kerja, yaitu:

1) Modal kerja meningkat sebagai berikut:

(1) Perusahaan memperoleh laba,

Universitas Sumatera Utara

(2) Perusahaan menjual aktiva tetap,

(3) Penyusutan aktiva tetap,

(4) Bertambah besarnya hutang jangka panjang,

(5) Perusahaan menambah besarnya modal pesertaan.

2) Modal kerja menurun sebagai berikut:

(1) Perusahaan menderita rugi,

(2) Perusahaan membeli aktiva tetap,

(3) Hutang jangka panjang perusahaan menurun,

(4) Perusahaan mengurangi besarnya modal pesertaan,

(5) Perusahaan membagikan deviden.

2.1.8 Penggunaan Modal Kerja

Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk

maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan,

tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau

turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan. Penggunaan aktiva

lancar yang menyebabkan turunnya aktiva lancar adalah sebagai berikut:

1) Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan karena adanya

penjualan surat berharga atau efek maupun kerugian yang insidentil

lainnya.

2) Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-

tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana pelunasan obligasi,

dan pensiun pegawai, dan ekspansi ataupun dana-dana lainnya.

Universitas Sumatera Utara

3) Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka

panjang atas aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan

berkurangnya aktiva lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.

4) Pembayaran hutang-hutang jangka panjang.

5) Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk

kepentingan pribadi atau prive.

(Munawir, 2004:124-127)

2.1.9 Perputaran Modal Kerja

Jumlah modal kerja selalu dalam keadaan berputar atau beroperasi

dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan

usaha. Periode perputaran modal kerja (working capital turnorver period)

dimulai saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja saat sampai

dimana kas kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti

makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya

(turnover rate-nya). Lama periode perputaran modal kerjanya tergantung

kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari

modal kerja tersebut (Riyanto, 2001).

Untuk menilai keefektifan modal kerja dapat digunakan ratio antara

total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata (working capital

turnorver). Ratio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan

penjualan akan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh

Universitas Sumatera Utara

perusahaan (dalam jumlah rupiah) untuk tiap modal kerja (Munawir,

2004:80).

2.1.10 Metode Perputaran Modal Kerja

Di Dalam menentukan perputaran modal kerja dapat dibedakan 2

metode yaitu:

1) Metode keterikatan dana (siklus daur dana)

Metode ini digunakan jika usaha baru dimulai, dengan demikian

pengalaman dari pengelola atau tentunya dengan dominan dipengaruhi

keadaan internal perusahaan yang mengikuti perkembangan kegiatan

sehari-hari dalam jangka waktu lama. Menurut metode siklus atau daur

dana ini perputaran modal kerja dapat diketahui dengan menghitung

periode atau jangka waktu dana tertanam. Sejak kas diinvestasikan dalam

komponen-komponen modal kerja sampai kembali lagi menjadi kas.

2) Metode perputaran (turnorver)

Metode ini menggunakan analisis laporan keuangan perusahaan

secara umum atau total modal kerja dihitung dengan rumus working

capital turnover yaitu total penjualan dibagi dengan net working capital

atau gross working capital (Ahmad, 1997:7-12). Tingkat perputaran

modal kerja dapat diukur dengan menggunakan rasio yaitu diambil dari

data laporan rugi laba dan neraca. Untuk menilai keefektifan modal kerja

dapat digunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja

rata-rata tersebut (working capital turnorver). Rasio ini menunjukkan

hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan

Universitas Sumatera Utara

banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah)

untuk tiap rupiah modal kerja (Munawir, 2004:80). Rumus yang

digunakan untuk menentukan besarnya angka perputaran modal kerja

dalam penelitian ini adalah:

Penjualan Bersih

Perputaran Modal Kerja =

Modal Kerja Rata-rata

(Munawir, 2004:80)

2.1.11 Pengertian Efektivitas

Menurut Supriyono (2000 : 67) efektivitas adalah hubungan antara

keluaran pusat pertanggungjawaban dengan tujuannya. Efektivitas adalah

suatu kemampuan memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas dapat diukur dengan :

1) Perputaran Kas (Cash Turnover)

Kas merupakan aktiva paling likuid atau merupakan salah satu unsur

modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya yang berarti bahwa semakin

besar jumlah kas yang dimiliki suatu perusahaan akan semakin tinggi pula

tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai risiko yang

lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Tetapi ini

tidak berarti bahwa perusahaan harus mempertahankan persediaan kas yang

sangat besar, karena semakin besar kas akan menyebabkan banyaknya uang

menganggur sehingga akan memperkecil keuntungannya. Tetapi suatu

Universitas Sumatera Utara

perusahaan yang hanya mengejar keuntungan tanpa memperhatikan

likuiditasnya, maka perusahaan tersebut akan dalam keadaan likuid jika

sewaktu-waktu ada tagihan (Riyanto, 2001).

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kas sangat berperan

dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan, oleh karena itu kas

harus direncanakan dan diawasi dengan baik dari segi penerimaan dan

pengeluarannya. Sumber penerimaan kas pada dasarnya berasal dari

(Munawir, 2004):

(1) Hasil penjualan investasi jangka panjang dan aktiva tetap yang diikuti

dengan penambahan kas.

(2) Pengeluaran surat tanda bukti hutang, baik jangka pendek maupun

jangka panjang serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan

adanya penerimaan kas.

(3) Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang

diimbangi dengan adanya penerimaan kas.

(4) Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau deviden dari

investasinya.

Sedangkan pengeluaran kas dapat disebabkan adanya transaksi-

transaksi sebagai berikut:

(1) Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek

maupun jangka panjang serta adanya pembelian aktiva tetap lainnya.

(2) Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengambilan

kas perusahaan oleh pemilik perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

(3) Pelunasan atau pembayaran angsuran hutang jangka pendek atau

jangka panjang.

(4) Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran biaya

operasi yang meliputi upah dan gaji, pembelian perlengkapan kantor,

pembayaran bunga dan premi asuransi serta adanya persekot biaya

maupun persekot pembelian.

(5) Pengeluaran kas untuk membayar deviden, pembayaran pajak, denda-

denda lainnya.

Jumlah kas pada suatu saat dapat dipertahankan dengan besarnya

jumlah aktiva lancar ataupun hutang lancar. H. G. Guthmann menyatakan

bahwa jumlah kas yang ada dalam perusahaan hendaknya tidak kurang

dari 5% sampai 10% dari jumlah aktiva lancar. Jumlah kas dapat pula

dihubungkan dengan jumlah penjualannya. Perbandingan antara penjualan

dengan jumlah rata-rata kas menggambarkan tingkat perputaran kas (cash

turnover). Perputaran kas merupakan merupakan kemampuan kas dalam

menghasilkan pendapatan sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas

berputar dalam satu periode tertentu.

Untuk menghitung perputaran kas dapat digunakan rumus sebagai

berikut:

Penjualan Bersih Perputaran kas = Rata-rata Kas

Semakin tinggi perputaran kas ini akan semakin baik. Karena ini

berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya. Tetapi cash turnorver

Universitas Sumatera Utara

yang berlebih-lebihan tingginya dapat berarti bahwa jumlah kas yang

tersedia terlalu kecil untuk volume penjualan tersebut.

2) Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)

Pengelolaan piutang suatu perusahaan dapat dilihat dari tingkat

perputaran piutangnya, dimana tingkat perputaran piutang merupakan

periode terikatnya modal kerja dalam piutang. Semakin cepat periode

berputarnya piutang menunjukkan semakin cepat penjualan kredit dapat

kembali menjadi kas (Riyanto, 2001 : 90). Adapun rumus yang dapat

digunakan untuk menghitung tingkat peputaran piutang (receivable turn

over) adalah sebagai berikut:

Penjualan Kredit

Receivable Turn Over =

Rata-rata Piutang

Tinggi rendahnya perputaran piutang mempunyai efek langsung

terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Makin

tinggi perputaran piutang, sehingga untuk mempertahankan penjualan

kredit tertentu, dengan naiknya perputaran piutang, dibutuhkan jumlah

modal yang lebih kecil yang diinvestasikan dalam piutang (Riyanto, 2001)

3) Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)

Masalah investasi dalam inventory merupakan masalah

pembelanjaan aktif, seperti halnya investasi dalam aktiva-aktiva lainnya

Inventory atau persediaan barang sebagai elemen yang utama dari modal

kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, di mana

Universitas Sumatera Utara

secara terus menerus mengalami perubahan.. Masalah penentuan besar

investasi atau alokasi modal dalam inventory mempunyai efek yang

langsung terhadap keuntungan perusahaan. Kesalahan dalam penetapan

besarnya investasi dalam inventory akan menekan keuntungan perusahaan.

Adanya investasi dalam inventory yang terlalu besar dibandingkan dengan

kebutuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya

penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan

kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, sehingga semuanya ini akan

memperkecil keuntungan perusahan. Demikian sebaliknya, adanya

investasi yang terlalu kecil dalam inventory juga akan mempunyai efek

yang menekan keuntungan perusahaan (Riyanto, 2001).

Untuk mengetahui efektivitas pengelolaan persediaan dapat dilihat

dari perhitungan tingkat perputaran persediaannya, karena semakin tinggi

tingkat perputaran persediaan akan menunjukkan semakin pendek waktu

terikatnya modal dalam persediaan sehingga untuk memenuhi volume

penjualan tertentu dalam naiknya perputaran persediaan maka dibutuhkan

jumlah modal kerja yang lebih kecil. Adapun perhitungan tingkat

peputaran persediaan adalah sebagai berikut :

Harga Pokok Penjualan

Perputaran Persediaan =

Rata-rata Persediaan

Universitas Sumatera Utara

2.1.12 Rasio Keuangan

Rasio menurut Riyanto (2001 : 329) adalah ukuran yang sering

digunakan dalam analisis finansial. Penganalisa finansial adalah

mengadakan analisis rasio finansial pada dasarnya dapat melakukannya

dengan dua cara perbandingan, yaitu sebagai berikut.

1) Membandingkan rasio sekarang dengan rasio-rasio diwaktu yang lain

(rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk yang

akan datang di perusahaan yang sama.

2) Membandingkan rasio-rasio disuatu perusahaan dengan rasio-rasio

sejenisnya dari perusahaan lain yang sejenis atau rasio industri untuk

waktu yang sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan

rasio industry akan dapat diketahui apakah perusahaan yang

bersangkutan dalam aspek finansial tertentu berada di atas rata-rata

industri (above average).

Rasio-rasio dikelompokkan ke dalam kelompok dasar, yaitu

likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas. Dari rasio-rasio tersebut selanjutnya

penggunaan rasio yang akan dibatasi hanya pada rasio likuiditas, rasio

aktivitas dan rasio profitabilitas.

1) Rasio Likuiditas

Menurut Sawir (2001 : 8) rasio likuiditas adalah rasio yang

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya tepat pada waktunya. Semakin tinggi

likuiditas berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam

Universitas Sumatera Utara

memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Uang tunai merupakan

likuiditas yang paling tinggi karena diterima semua orang dan dapat

ditukar dengan sesuatu dimana saja. Dimana ratio likuiditas mengukur

kecepatan sebuah investasi (aset) atau ditukar menjadi suatu nilai. Ratio

ini terdiri dari :

(1) Current Ratio, yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar

hutang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar.

(2) Quick Ratio, yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar hutang

yang harus segera dipenuhi aktiva lancar yang lebih likuid.

(3) Cash Ratio, yaitu kemampuan perusahaan membayar hutang

lancarnya dengan kas atau yang setara dengan kas.

2) Ratio Aktvitas

Sawir (2001 : 14) menyatakan bahwa rasio aktivitas mengukur

seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada

pada perusahaannya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan

antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-

rasio aktivitas yang umumnya digunakan adalah perputaran persediaan,

periode penagihan rata-rata, perputaran modal kerja, perputaran aktiva

tetap, dan rasio perputaran total aktiva. Untuk mengukur efektivitas

penggunaan modal kerja dapat diukur dengan tingkat perputaran modal

kerta serta tingkat perputaran masing-masing komponen dalam modal

kerja tersebut. Untuk selanjutnya rasio aktivitas yang akan digunakan

Universitas Sumatera Utara

untuk mengukur tingkat efektivitas penggunaan modal kerja adalah

sebagai berikut :

(1) Ratio Perputaran Kas

Menurut Riyanto (2001 : 95) makin tinggi tingkat perputaran

kas maka makin baik, karena ini berarti semakin tinggi efisiensi

penggunaan kasnya. Tingkat perputaran kas dapat dihitung dengan

membandingkan antara penjualan bersih dengan kas rata-rata.

Penjualan Bersih Perputaran Kas = Rata-rata kas

(2) Ratio Perputaran Piutang

Menurut Riyanto (2001 : 91) piutang sebagai elemen dari modal

kerja selalu dalam keadaan berputar. Periode perputaran atau

terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung pada syarat

pembayarannya. Semakin tinggi perputaran piutang maka semakin

kecil jumlah modal yang terikat dalam piutang sehingga dapat

mengurangi biaya modal dan akhirnya dapat meningkatkan

profitabilitas. Tingkat perputaran piutang dapat diketahui dengan

membandingkan penjualan kredit dengan rata-rata piutang.

Penjualan Kredit Perputaran Piutang =

Rata- rata Piutang

Universitas Sumatera Utara

(3) Ratio Perputaran Persediaan

Menurut Sawir (2001 : 15) menyatakan bahwa rasio perputaran

persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang

dagang. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan berarti

semakin pendek waktu terikatnya modal dalam persediaan sehingga

untuk memenuhi penjualan tertentu dibutuhkan jumlah modal yang

lebih baik. Jadi untuk memenuhi penjualan tertentu dibutuhkan

jumlah modal yang lebih kecil. Tingkat perputaran persediaan dapat

dihitung dengan membandingkan harga pokok penjualan dengan

persediaan rata-rata.

Harga Pokok Penjualan Perputaran Persediaan =

Rata-rata Persediaan

(4) Rasio Profitabilitas

Menurut Sawir (2001 : 17) profitabilitas merupakan hasil akhir

bersih berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio

profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas

manajemen perusahaan. Rasio profitabilitas yang memberikan

gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan dapat

dianalisa dengan margin laba kotor (gross profit margin), rentabilitas

ekonomis (basic earning power), margin laba bersih (net profit

margin), hasil pengembalian atas investasi (return on investment),

Universitas Sumatera Utara

dan pengembalian atas modal (return on equity). Rasio-rasio

profitabilitas terdiri dari :

a) Gross Profit Margin, yaitu laba bruto yang diperoleh perusahaan

dari penjualan.

Penjualan - HPP Gross Profit Margin = Penjualan

b) Basic Earning Power, yaitu laba operasi sebelum bunga dan pajak

yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan.

Laba Operasi x 100% Basic Earning Power =

Total Aktiva

c) Net Profit Margin, yaitu keuntungan bersih yang diperoleh

perusahaan dari setiap rupiah penjualan.

Laba setelah Pajak Net Profit Margin =

Penjualan

d) Return On Investment, yaitu kemampuan dari modal yang

diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan

keuntungan bagi semua investor.

Laba Setelah Pajak X 100%

Return On Investment =

Total Aktiva

Universitas Sumatera Utara

e) Return On Equity, yaitu kemampuan dari modal sendiri untuk

menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan

saham biasa.

Laba setelah Pajak Return On Equity =

Modal Sendiri

Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang akan digunakan

untuk mengukur tingkat profitabilitas adalah Return On

Investment (ROI), yang menunjukkan kemampuan perusahaan

menghasilkan laba dalam periode tertentu.

(5) Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)

Perputaran modal kerja adalah kemampuan modal kerja berputar

dalam suatu periode siklus kas dan perusahaan, yang diukur dengan

Penjualan Bersih Perputaran Modal Kerja =

Modal Kerja Rata-rata

2.1.13 Hubungan Jumlah Modal Kerja Terhadap Profitabilitas

Modal kerja dalam suatu perusahaan harus dikelola dengan baik.

Modal kerja tersebut harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu

membiayai pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan operasi perusahaan

sehari-hari. Dengan adanya modal kerja yang cukup akan menguntungkan

bagi perusahaan karena di samping memungkinkan bagi perusahaan untuk

Universitas Sumatera Utara

beroperasi secara ekonomis dan efisien perusahaan tidak mengalami

kesulitan keuangan. Modal kerja yang cukup lebih baik daripada modal

kerja yang berlebihan, karena dengan modal kerja yang berlebihan

menunjukkan bahwa perusahaan tidak bisa menggunakan dana yang ada

dengan baik, sehingga dana tersebut menjadi tidak produktif. Hal tersebut

akan berdampak terhadap tingkat pengembalian modal perusahaan atau

profitabilitas. Begitu juga sebaliknya modal kerja yang kurang dari cukup

akan dapat menjadi penyebab kemunduran/bahkan kegagalan suatu

perusahaan dan menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan.

2.1.14 Hubungan Efektivitas Penggunaan Modal Kerja Terhadap

Profitabilitas

Efektivitas penggunaan modal kerja secara langsung akan

menunjukkan kemampuan modal kerja berputar dalam satu perioide siklus

kas perusahaan. Jika dihubungkan dengan penjualan, efektivitas yang

semakin meningkat akan memungkinkan perusahaan menghasilkan output

tertentu dengan jumlah modal kerja yang relatif sedikit. Penggunaan modal

kerja yang efektif akan memungkinkan perusahaan untuk menjalankan

kegiatannya secara normal. Semakin tinggi efektivitas penggunaan modal

kerja suatu perusahaan, maka akan semakin meningkatkan profitabilitasnya.

2.1.15 Hubungan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas

Tingkat perputaran modal kerja yang tinggi akan menyenangkan

kreditor jangka pendek. Mereka akan memperoleh kepastian bahwa modal

Universitas Sumatera Utara

kerja berputar dengan kecepatan tinggi dan utang akan segera dapat dibayar

meski dalam kondisi operasi yang sulit sehingga meningkatkan profitabilitas

perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan memiliki profitabilitas tinggi

artinya bahwa modal yang besar, efektivitas juga akan tinggi. Tetapi modal

yang besar belum tentu perusahaan memperoleh profitabilitas yang tinggi.

Hal ini tergantung dari penggunaan penggunaan modal kerja apakah efektif

dan efisien atau tidak. Modal kerja yang selalu berputar akan mempengaruhi

arus dana dalam perusahaan. Apabila perputaran modal kerja mengalami

peningkatan setiap tahunnya, berarti arus dana yang kembali ke perusahaan

akan semakin lancar. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat

perputaran modal kerja, semakin panjang waktu terikatnya dana yang berarti

pengelolaan modal kerja kurang efektif dan efisien dan cenderung

menurunkan profitabilitasnya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan Modal Kerja,

Efektivitas terhadap Profitabilitas dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti, Tahun,

dan Judul Penelitian

Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1 Nurhafni (2009),

“Pengaruh Modal

Kerja dan Perputaran

Variabel

Independen adalah

Modal Kerja, dan

Menunjukkan bahwa

Modal Kerja dan

Perputaran Modal

Universitas Sumatera Utara

Modal Kerja terhadap

Retur On Equity

(ROE) Perusahaan

Consumer Goods

Industry di BEI”

Perputaran Modal

Kerja, variabel

dependen adalah

ROE

Kerja memiliki

pengaruh signifikan

terhadap ROE

Perusahaan.

2 Imelda Yulistri

(2009), “Pengaruh

Efektivitas dan

Kebutuhan Modal

Kerja terhadap Laba

Bersih Industri

Barang Konsumsi di

BEI”

Variabel

Independen adalah

Efektivitas Modal

Kerja dan

Kebutuhan Modal

Kerja, variabel

dependen adalah

Laba Bersih

Menunjukkan bahwa

Efektivitas Modal

Kerja dan Kebutuhan

Modal Kerja

memiliki pengaruh

yang simultan

terhadap laba bersih

Perusahaan.

3 Ellys Delfrina

Sipangkar (2009),

“Pengaruh Perputaran

Persediaan terhadap

Tingkat Profitabilitas

Perusahaan Otomotif

di BEI.”

Variabel

Independen adalah

Perputaran

persediaan,

variabel dependen

adalah ROA

Menunjukkan bahwa

tingkat perputaran

persediaan tidak

memiliki pengaruh

signifikan terhadap

Profitabilitas

Perusahaan.

4 Seprina Ruleta

(2008), “Pengaruh

Variabel

Independen adalah

Menunjukkan bahwa

Tingkat Perputaran

Universitas Sumatera Utara

Tingkat Perputaran

Piutang Terhadap

Profitabilitas pada

PT.Gresik Cipta

Sejahtera Cabang

Medan.”

Tingkat Perputaran

Piutang, Variabel

Dependen adalah

ROA.

Piutang tidak

memiliki pengaruh

signifikan terhadap

Profitabilitas.

5 Gunarto (2007),

“Analisis Efektifitas

Pengaruh Tingkat

Perputaran Piutang

dan Perputaran

Persediaan Terhadap

Profitabilitas pada

KPRI cabang

Semarang.”

Variabel

Independen adalah

Tingkat Perputaran

Piutang dan

Perputaran

Persediaan,

Variabel Dependen

adalah Rentabilitas

Ekonomi.

Menunjukkan bahwa

Tingkat Perputaran

Piutang dan

Perputaran

Persediaan memiliki

pengaruh positif dan

signifikan terhadap

Rentabilitas

Ekonomi.

6 Dian Hesti Pratiwi

(2007), “Pengaruh

Tingkat Perputaran

Persediaan terhadap

Rentabilitas Ekonomi

pada Perusahaan

Barang Konsumsi

Variabel

Independen adalah

Perputaran

Persediaan,

Variabel Dependen

adalah Rentabilitas

Ekonomi.

Menunjukkan bahwa

Tingkat Perputaran

Persediaan tidak

memiliki pengaruh

signifikan terhadap

Rentabilitas

Ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

yang terdaftar di

BEI.”

7 Siti Karnia (2006),

“Pengaruh Tingkat

Perputaran

Persediaan Barang

Jadi terhadap Tingkat

Rentabilitas

PT.Pindad (persero)

Bandung.”

Variabel

Independen adalah

Barang Jadi,

Variabel Dependen

adalah Rentabilitas

Ekonomi.

Menunjukkan bahwa

Tingkat Perputaran

Barang Jadi tidak

memiliki pengaruh

signifikan terhadap

rentabilitas ekonomi.

Nufhafni (2009), judul penelitian “Pengaruh Modal Kerja dan

Perputaran Modal Kerja terhadap Retur On Equity (ROE) Perusahaan

Consumer Goods Industry di BEI.” Variabel dependen dalam penelitian

adalah Return On Equity (ROE) dan variabel independen adalah Modal

Kerja dan Perputaran Modal Kerja. Penelitian ini menggunakan kuantitatif,

dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi

linier sederhana. Data yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2003-

2007 dengan sample 33 perusahaan Consumer Goods di BEI. Hasil

Penelitian menunjukkan bahwa jumlah modal kerja dan perputaran modal

kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity

perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Imelda Yulistri (2009), “Pengaruh Efektivitas dan Kebutuhan Modal

Kerja terhadap Laba Bersih Industri Barang Konsumsi di BEI.” Variabel

dependen dalam penelitian adalah Laba Bersih dan variabel independen

adalah Efektivitas Modal Kerja dan Kebutuhan Modal Kerja. Penelitian ini

menggunakan kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis

statistik yaitu analisis regresi linier sederhana dan diuji dengan uji f dan uji-

t. Data yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2006-2007 dengan

sample 33 perusahaan Industri Barang Konsumsi di BEI. Hasil Penelitian

menunjukkan Efektivitas Modal Kerja dan Kebutuhan Modal Kerja

memiliki pengaruh yang simultan terhadap Laba Perusahaan.

Erlyss Parlina Sipangkar (2009), judul penelitian “Pengaruh

Perputaran Persediaan terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan Otomotif

di BEI.” Variabel Independen adalah Perputaran persediaan, variabel

dependen adalah ROA. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif,

dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi

linier sederhana. Data yang digunakan adalah laporan laba rugi dan neraca

tahun 2005-2007 dengan 18 sampel perusahaan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tingkat perputaran persediaan tidak memiliki pengaruh

signifikan terhadap Profitabilitas perusahaan.

Seprina Ruleta Sitanggang (2008), judul penelitian “Pengaruh

Tingkat Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas pada PT.Gresik Cipta

Sejahtera Cabang Medan.” Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

Return On Assets (ROA) dan variabel independen adalah timgkat perputaran

Universitas Sumatera Utara

piutang. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier sederhana

dan diuji dengan uji-t. Data yang digunakan adalah data laba rugi dan neraca

tahun 2005-2007 dengan 36 sample laporan keuangan bulanan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tingkat perputaran piutang memiliki

pengaruh yang tidak signifikan terhadap profitabilitas.

Gunarto (2007), judul penelitian “Pengaruh Tingkat Perputaran

Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas pada KPRI

cabang Semarang.” Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

Rentabilitas Ekonomi dan variabel independen adalah tingkat perputaran

piutang dan perputaran persediaan. Penelitian ini menggunakan metode

analisis regresi berganda dan diuji dengan uji-t dan uji f. Data yang

digunakan adalah data laporan laba rugi dan neraca tahun 2004-2005 milik

KPRI Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perputaran

piutang dan perputaran persediaan memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap Rentabilitas Ekonomi.

Dian Hesti Pratiwi (2007), judul penelitian, “Pengaruh Perputaran

Persediaan Terhadap Rentabilitas Ekonomi pada Perusahaan Barang

Konsumsi yang Terdaftar di BEI.” Variabel independen dalam penelitian ini

adalah perputaran persediaan dan variabel independen adalah rentabilitas

ekonomi. Model analisis yang digunakan model analisis regresi linier

sederhana. Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu laporan

keuangan perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2004-

Universitas Sumatera Utara

2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perputaran persediaan tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi.

Siti Kania (2006), judul penelitian “Pengaruh Tingkat Perputaran

Persediaan Barang Jadi Terhadap Tingkat Rentabilitas pada PT.Pindad

(persero) Bandung.” Variabel independennya adalah Rentabilitas yang

diukur melalui Return On Asset. Model analisis yang digunakan model

analisis regresi linier sederhana. Data yang digunakan adalah data laporan

keuangan perusahaan persediaan barang jadi tidak memiliki pengaruh

signifikan terhadap rentabilitas.

2.3 Rumusan Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara dari hasil penelitian yang masih

perlu diuji lagi kebenarannya. Berdasarkan landasan teori dan pembahasan

hasil penelitian sebelumnya maka dinyatakan rumusan hipotesis sebagai

berikut :

1) Diduga jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja secara simultan

berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada perusahaan Manufaktur

Logam dan Semen.

2) Diduga jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja secara parsial

berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada perusahaan Manufaktur

Logam dan Semen.

Universitas Sumatera Utara