Roh Native

4
Roh Native Pada banyak kebudayaan purba ekspresi seni masih belum mencapai tahap yang antrophomorph, sehingga Tuhan masih hanya dikenali secara abstrak seba gai ROH. Saya meyakini bahwa sejak purba pun manusia sudah menjadi monotheis, sehingga menurut saya pada budaya yang paling purbapun manusia telah melihat seluruh semesta ini adalah manifestasi dari Roh Tuhan. Berkembangnya peradaban, terutama pada kemampuan seni manusia akhirnya membentuk Tuhan menurut selera berkeseniannya sehingga Roh.Tuhan yang tadinya abstrak menjadi antrophomorph, Tuhan menyerupai manusia dan atau manusia diciptakan menyerupai Tuhannya. Kebanyakan spiritualist masih berpegang pada kaidah purba, yakin dan percaya bahwa Roh Tuhan tidak dapat digambarkan dalam bentuk apapun jua, total abstrak, dalam budaya jawa, konsep abstraksi total ini disebut Gusti Tan Keno Kinaya Apa, Tuhan tidak antrophomorph atau polymorph, tetapi metamorph, sebagai spritualist saya juga berpegang pada keyakinan dan kepercayaan ini. Namun demikian, naluri berkesenian (estetika) manusia pastilah mendorong dan menekan bathin manusia untuk menggambarkan Tuhan seperti sosok dirinya, dalam pandangan keterampilan bathinnya (geisthandleschap) saya pun

Transcript of Roh Native

Page 1: Roh Native

Roh Native

Pada banyak kebudayaan purba ekspresi seni masih belum mencapai tahap yang

antrophomorph, sehingga Tuhan masih hanya dikenali secara abstrak sebagai ROH. Saya

meyakini bahwa sejak purba pun manusia sudah menjadi monotheis, sehingga menurut

saya pada budaya yang paling purbapun manusia telah melihat seluruh semesta ini adalah

manifestasi dari Roh Tuhan. Berkembangnya peradaban, terutama pada kemampuan seni

manusia akhirnya membentuk Tuhan menurut selera berkeseniannya sehingga

Roh.Tuhan yang tadinya abstrak menjadi antrophomorph, Tuhan menyerupai manusia

dan atau manusia diciptakan menyerupai Tuhannya.

Kebanyakan spiritualist masih berpegang pada kaidah purba, yakin dan percaya

bahwa Roh Tuhan tidak dapat digambarkan dalam bentuk apapun jua, total abstrak,

dalam budaya jawa, konsep abstraksi total ini disebut Gusti Tan Keno Kinaya Apa,

Tuhan tidak antrophomorph atau polymorph, tetapi metamorph, sebagai spritualist saya

juga berpegang pada keyakinan dan kepercayaan ini.

Namun demikian, naluri berkesenian (estetika) manusia pastilah mendorong dan

menekan bathin manusia untuk menggambarkan Tuhan seperti sosok dirinya, dalam

pandangan keterampilan bathinnya (geisthandleschap) saya pun memprojeksikan Roh

Tuhan dalam bentuk sosok manusia. Proses ini disebut Cipto dalam spiritualisme Jawa,

menciptakan layar bathin untuk menangkap proyeksi Roh Tuhan yang abstrak.

Menurut spiritualist seperti apa perubahan metamorph Tuhan menjadi sosok yang

antrophomorph dalam layar bathin manusia sangat bergantung pada derajat kejiwaan

seseorang. Jika manusia itu melihat Tuhan ada di luar dirinya maka sosok Tuhan menjadi

menyerupai seluruh semesta yang ia saksikan, termasuk diri dan semua orang yang ada

disekitarnya, antrophomorph yang Transenden. Jika manusia melihat Tuhan ada di dalam

dirinya maka sosok Tuhan akan menjadi bentuk sempurna dari dirinya sendiri,

antorphomorph yang imanen. 

Page 2: Roh Native

Jika proses transenden dan imanen itu di wujudkan sebagai ketunggalan maka hal

tersebut disebut dengan “pantheisme” yang oleh orang jawa disebut dengan “Roso”.

Cipto mangku Roso, kehendak naluri estetika membentuk projeksi Tuhan menciptakan

transendensi dan imanensi ketuhanan dalam pikiran dan perasaan manusia.

Tuhan yang dilukiskan oleh cipta dan rasa manusia, baik transenden (di luar) dan

imanen (di dalam) manusia ini akan tervisualiasi dalam layar bathin manusia. Cipto

mangko Roso, Roso mangku Cahyo (visualiasi) sehingga Roh Tuhan dapat terlihat dalam

layar bathin manusia, Cahyo mangku Roh. Ketika bathin manusia dapat melihat

keseluruhan semesta, termasuk dirinya sebagai satu kemanggulan yang utuh maka mata

bathin nya akan memberikan dirinya kesadaran akan Roh, ia melihat Tuhan nya, baik

dalam bentuk metamorph maupun antrophomorph, abstraksi dan eksistensi dari segalanya

adalah Tuhan belaka. 

Cipto mangku Roso, Roso mangku Cahyo, Cahyo mangku Roh, itulah simpulan

akan kesadaran ROH, proses pembentukan visualiasi ROH Native, Roh asli, Roh Tuhan

yang disaksikan manusia yang membuka dirinya kepada kesadaran yang lebih tinggi dari

sekedar apa yang bisa ia rasakan dan fikirkan secara rasional. Tuhan adalah ROH Native,

Roh Tunggal yang bermanifestasi sebagai semesta sekaligus dirinya sendiri, pantheisme,

manunggal Gusti Kawula. Ini adalah core dari kesadaran Roh yang saya percaya dan

yakini seluruh eksistensinya.

Roh Native, Roh Tuhan dalam projeksi bathin manusia ini saya sebut sebagai

“AYU”, atau Yoga dalam Sanskerta, Yoga (Sanskrit), Jod (Ibrani) , Joch (Jerman), juk

(Belanda), joug (Perancis), jugo (Portugis), yugo (Spanyol), iugum (Latin), atau “I”

dalam Bahasa Inggris atau "Alif" dalam mystic sufi. Roh Native ini tidak bergender tetapi

bukan uni-gender, andro geni bukan monogeni.