ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

36
EFEKTIFITAS PENETAPAN TRAYEK ANGKOT SEBAGAI UPAYA MENGATASI KEMACETAN DI KOTA BANDUNG Diajukan sebagai salah satu syarat mata kuliah Kebijakan Publik Disusun oleh : MOCH CHAIRUDIN G1A02053 AHMAD TRI UTOMO G1A02067 IYAN KURNIA H. G1A0202 FAJRIANTARA BASKARA G1A03057 ACHMAD SOLEH G1A03061 DODDY APRINALDI G1A03069 SYARIF M. AKBAR G1A03064 DANI PRASETYO G1A03096 RIKI FITRIADI G1A03118 IRWAN RUSWANDI G1A03120 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA JATINANGOR 2006

Transcript of ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

Page 1: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

EFEKTIFITAS PENETAPAN TRAYEK ANGKOT SEBAGAI UPAYA

MENGATASI KEMACETAN DI KOTA BANDUNG

Diajukan sebagai salah satu syarat mata kuliah Kebijakan Publik

Disusun oleh :

MOCH CHAIRUDIN G1A02053

AHMAD TRI UTOMO G1A02067

IYAN KURNIA H. G1A0202

FAJRIANTARA BASKARA G1A03057

ACHMAD SOLEH G1A03061

DODDY APRINALDI G1A03069

SYARIF M. AKBAR G1A03064

DANI PRASETYO G1A03096

RIKI FITRIADI G1A03118

IRWAN RUSWANDI G1A03120

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

JATINANGOR

2006

Page 2: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Robbi karena atas rahmat dan

hidayah-Nya maka makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah yang kami beri judul

“Efektifitas Penetapan Trayek Angkot Sebagai Upaya Mengatasi Kemacetan Di Kota

Bandung” disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kebijakan Publik.

Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu, membimbing, dan mengarahkan serta mengorbankan waktunya untuk

membantu penyusunan dalam menyelesaikan makalah tentang “Kemacetan Di Kota

Bandung ” ini.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.

Tidak Ada Gading Yang Tak Retak, begitulah kata pepatah. Oleh karena itu, saran dan

kritik dari para pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Demikian harapan kami dan agar makalah ini dapat berguna bagi kita.

Jatinangor, November 2006

Penyusun

Page 3: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR………………………………………………………………i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..........ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..1

1. Pernyataan Ringkas Tentang Permasalahan....................................................1

BAB II KESULITAN YANG AKAN DISELESAIKAN

2.1 Hubungan Kesulitan Khusus Kepada Konteks yang lebih Luas ..................4

2.2 Perilaku Bermasalah .....................................................................................9

2.3 Komparasi kebijakan dan pengalaman ........................................................10

2.4 Publik yang Diuntungkan Dan yang Dirugikan ..........................................13

BAB III PENYEBAB PERILAKU BERMASALAH

3.1 Pengantar singkat ........................................................................................14

3.1 Instansi Pelaksana Yang Bermasalah ........……………………………….19

3.2 Peran Publik dan Perilakunya :

• Keadaan kebijakan yang sudah ada dan pengaruhnya pada publik ......20

• Faktor-Faktor nonhukum Yang Mempengaruhi Perilaku Bermasalah :

Faktor Objektif dan Faktor Subjektif .......... .........................................21

BAB IV USULAN SOLUSI

4.1 Pengantar Singkat ....................................................................................... 23

4.2 Usulan Potensial Logis Alternatif Solusi Masalah . ....................................24

4.3 Rincian Ketentuan-Ketentuan Pokok RUU ................................................25

4.4 Solusi yang disukai ......................................................................................26

4.5 Pernyataan Dampak Sosial .........................................................................27

4.6 Pelaksanaan pemantauan .............................................................................28

4.7 Kesimpulan Singkat .....................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………............iii

Page 4: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

ROCCIPI atas Perda tentang

Penyelenggaraan Perhubungan di Kota Bandung

ROCCIPI

Panduan

Perumusan

Perilaku

Bermasalah

yang Berulang

Penyebab

perilaku

bermasalah

yang

berulang

Tindakan

dalam

rumusan

kebijakan

guna

mengubah

perilaku

bermasalah

yang

berulang

Rules Apakah

peraturan

telah didesain

untuk

menangani

penyebab-

penyebab

perilaku

bermasalah

yang

berulang?

Apakah

peraturan

justru

memberi

peluang

implementasi

kebijakan

yang tidak

transparan,

tidak

bertanggungja

wab dan tidak

partisipatif?

Apakah

peraturan

memberi

Peraturan

Daerah No.10

Tahun 2001

tentang

Penyelenggar

aan

Perhubungan

di Kota

Bandung tidak

didesain

secara jelas

terutama

pengaturan

mengenai

sanksi bagi

perilaku

bermasalah

yang

melanggar

tata tertib

berlalu-lintas,

sehingga

terjadi

berulang-

ulang

SKPD yang

berwenang

dapat

menerapkan

sanksi yang

jelas berupa

sanksi

administrasi

maupun

sanksi

keuangan

(pembebanan

biaya paksa)

Page 5: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

kewenangan

yang tidak

perlu kpd

pejabat

pelaksana

dalam

memutuskan

apa dan

bagaimana

mengubah

perilaku

bermasalah

dari publik

yang dituju

perda

Penyelenggar

aan

Perhubungan

Opportunit

y

Apakah

lingkungan

disekeliling

pihak yang

dituju

(publik) perda

Penyelenggaraan Perhubungan memungkinka

n mereka

berperilaku

sebagaimana

yg

diperintahkan

perda?

Tidak

menggunakan

jembatan

penyeberangan

dan

menyeberang

sembarangan

Jembatan

penyeberanga

n rusak, kotor,

jorok

SKPD yang

berwenang

wajib

menyediakan

jembatan

yang kokoh,

bersih, dan

nyaman.

Atau

sebaliknya,

apakah

lingkungan

tersebut

membuat

perilaku yang

sesuai tidak

mungkin

terjadi?

Di jembatan

penyeberanga

n sering

terjadi

pencopetan

Polisi

meningkatka

n ketertiban

untuk

mencegah

dan

mengatasi

tindak

kriminal

Page 6: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

Naik angkot

tidak ditempat

pemberhentian

Tidak ada

tempat

pemberhentia

n untuk

angkot

SKPD yang

berwenang

wajib

menyediakan

tempat

pemberhentia

n untuk

angkot

Angkot

rebutan

mengambil

penumpang,

karena ”kejar

setoran’

Tarif setoran

pada

pengusaha

angkot mesti

diatur

Motor

memasuki ruas

jalan jalur cepat

Pembatas ruas

jalan rusak /

tidak

berfungsi /

sengaja

dibuka;

Menentukan

standar

spesifikasi

teknis

pembatas

ruas jalan

yang efektif

Ruas jalan

yang khusus

diperuntukan

untuk motor

ternyata

dipadati

pengendara

motor,

ditambah lagi

bercampur

dengan

angkot.

Menyediakan

’angkot-lane’

yang terpisah

dari ’motor-

lane’

Jumlah

penggunaan

kendaraan yang

melebihi

panjang jalan

Belum adanya

peraturan

khusus yang

mengatur ijin

operasional

kendaraan,

pembatasan

usia

kendaraan,ma

upun program

yang

Membuat

peraturan

yang

membatasi

peredaran

kendaraan

Page 7: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

mengatur

jumlah

kendaraan

yang beredar

pada ruas-ruas

jalan protokol

pada jam

sibuk (ex:

program 3 in

1 di Jakarta)

Jumlah Trayek

Angkot yang

overload dan

tumpang tindih

penetapan trayek angkutan kota di Kota Bandung belum terkoordinir dengan tertib

Membuat

peraturan

baru dan atau

mengkoordini

r jumlah

penetapan

trayek

banyaknya armada yang melakukan ngetem pada jam-jam off peak, yang tak

jarang menjadi penyebab kemacetan lalu lintas

Melarang

angkot untuk

ngetem pada

jam-jam off

peak dan

menyediakan

sarana

(terminal)

angkot untuk

ngetem

Pelanggaran

terhadap

Rambu-rambu

Lalu-lintas dan

Marka jalan

Pengemudi

berani

melanggar

karena tidak

adanya

petugas polisi

yang

mengawasi

Penempatan

aparat

kepolisian

dijalanan

untuk

menindak

pelanggar

dan mengatur

lalu-lintas

Pedagang

menggunakan

trotoar dan

kadang bahu

jalan untuk

lokasi berjualan

Aparat tidak

pernah

melakukan

penertiban

dengan tegas

karena adanya

Sesuai

dengan Perda

maka petugas

harus

menertibkan

pedagang

Page 8: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

dan juga pasar

tumpah

pihak-pihak

petugas yang

menerima

sogokan baik

dari preman

maupun dari

pedagang

langsung

yang

melanggar

aturan dan

juga

memberikan

sanksi kepada

pedagang

yang bandel

maupun

petugas yang

menyalahgun

akan

kewenangann

ya.

Capacity Apakah

pihak-pihak

yang dituju

(publik)

memiliki

kemampuan

berperilaku

sebagaimana

ditentukan

oleh

peraturan

yang ada?

Ciri-ciri apa

saja yang

menyulitkan

atau tidak

memungkinka

n pihak yang

dituju

berperilaku

sesuai

tuntutan

kebijakan

Melanggar

rambu-rambu

lalu-lintas,

peraturan

mengenai trayek

dan kurangnya

pengetahuan

masyarakat

umum mengenai

peraturan

tentang

pengentasan

masalah

kemacetan, tidak

tegasnya aparat

dalam menindak

para pelanggar

dan penindakan

tidak sesuai

dengan hukum

yang berlaku.

Penegak

hukum tidak

bisa

menerapkan

sanksi

pembebanan

biaya paksa

yang besar

karena kita

semua

menyadari

bahwa mereka

yang

berperilaku

bermasalah

tersebut pasti

tidak mampu

membayar.

Penegak

hukum sering

menerima dan

bahkan

meminta uang

damai kepada

para

pelanggar

agar mereka

tidak

mengikuti

sanksi aturan

Ketentuan

tentang

pembebanan

biaya paksa

ini dan juga

penyeleweng

an oleh

petugas bisa

diatasi

apabila :

Polisi bisa

bertindak

tegas;

SKPD

berwenang

membuat /

menjalankan

moda

transportasi

makro yang

mengitegrasi

kan 4 moda

transportasi

umum yaitu:

buslane,

monorel,

subway.

SKPD yang

berwenang

menyediakan

Page 9: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

hukum yang

berlaku

sarana dan

prasarana

bagi angkot

untuk ngetem

dan PKL

untuk lokasi

berjualan.

Bila ini

terwujud,

dengan

sendirinya

maka

kemacetan

bisa diatasi

atau

setidaknya

dikurangi.

Pengaturan

Jumlah Trayek

Dan

pengkoordinasia

nnya, serta

pembatasan

jumlah

kendaraan yang

diperbolehkan

beredar tidak

diatur secara

jelas.

Pemerintah

Daerah tidak

dapat

mengkoordini

r jumlah

trayek dan

tidak dapat

mengatur

jumlah

peredaran

kendaraan

bermotor yang

makin hari

semakin

bertambah.

Pemda

beserta

SKPD yang

berwenang

mengatur dan

menetapkan

peraturan

yang dapat

mengurangi

jumlah trayek

kendaraan

umum dan

juga

kendaraan

pribadi sesuai

dengan

kapasitas

panjang jalan.

Communica

tion

Ketidaktahua

n pihak2 yang

dituju

kebijakan

tentang perda

misalnya,

menjelaskan

mengapa dia

berperilaku

Menyeberang

jalan di

sembarang

tempat

Warga

masyarakat

tidak

mengetahui

dan tidak

perduli bahwa

menyeberang

jalan tidak

pada zebra

Mempublikas

ikan tentang

peraturan2

yang

tampaknya

sepele dan

akrab sekali

dengan

keseharian

Page 10: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

tidak sesuai. cross dan

jembatan

penyeberanga

n merupakan

pelanggaran

hukum ,dapat

menyebabkan

kemacetan

dan

mempunyai

sanksi yang

diatur dalam

hukum

masyarakat,

yang ternyata

melanggar

perda.

Interests Pandangan

perumus

kebijakan

publik

tentang akibat

dan manfaat

untuk mereka

sendiri,

termasuk

insentif

material dan

non-material

seperti

penghargaan

dan acuan

kelompok

berkuasa

Menjadikan

pembebanan

biaya paksaan

sebagai sumber

pendapatan yang

dibayarkan ke

Kas Daerah

Kemacetan

menjadikan kota

Bandung kurang

untuk investasi

dan pariwisata

Belum ada

aturan yang

lebih teknis

operasional

yang

mengatur SOP

pengelolaan

kas daerah

yang

bersumber

dari dana

pembebanan

biaya

paksaan.

Mengatur

secara jelas

dan teknis

tentang

pengelolaan

kas daerah

bersumber

dari

pembebanan

biaya

paksaan

Mengatur

secara jelas

dan tegas

melalui

sanksi dalam

Perda untuk

menanggulan

gi kemacetan

Menjadikan

pembebanan

biaya paksaan

sebagai sumber

penghasilan

pribadi /

kelompok

Page 11: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

Process Dengan

proses seperti

apa dan

bagaimana

agar para

pihak yang

dituju

kebijakan

memutuskan

untuk

mematuhi

kebijakan

atau tidak.

Volume

kendaraan yang

melebihi sarana

dan prasarana

jalan

Proses

pembatasan

volume

kendaraan

tidak

didukung oleh

kebijakan

yang lebih

teknis dan

efektif

Melakukan

revisi

terhadap

peraturan

yang sudah

ada

Membatasi

volume

kendaraan

bermotor

Ideology Motivasi

subjektif dari

publik yang

tidak tercakup

dalam

“interests”,

termasuk:

nilai, sikap,

selera, mitos

dan asumsi

tentang dunia,

kepercayaan,

agama, dan

ideologi

politik, sosial

dan ekonomi.

Belum adanya

kesadaran dari

pengendara

kendaraan

bermotor untuk

menaati

peraturan

lalulintas

Ketidaktegasa

n dari pihak-

pihak yang

berwenang

untuk

mengatasi

masalah

kemacetan

Perlunya

ketegasan

dan sifat

memaksa

untuk

meneggakkan

aturan

tersebut

Melakukan

shock terapy

berupa razia

dadakan

Page 12: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

BAB I

PENDAHULUAN

Posisi strategis Kota Bandung sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, budaya

dan pariwisata, perekonomian dan industri serta sebagai Etalase Jawa Barat, telah

mendorong Kota Bandung sebagai sebuah Kota Metropolitan dengan berbagai

kompleksitas permasalahan perkotaan. Dari segi jumlah penduduk, Kota Bandung telah

berpenduduk sekitar 2,6 juta jiwa yang tersebar di 1390 kelurahan dan 26 kecamatan

dengan 6 wilayah pembantu walikota. Sedangkan untuk kegiatan ekonomi, Kota

Bandung didominasi oleh kegiatan perdagangan, hotel dan restoran (32,68 %), industri

pengolahan (31,36 %) serta kegiatan-kegiatan jasa (12 %) sehingga dengan keadaan

demikian menuntut ketersediaan sarana transportasi angkutan yang memenuhi syarat

kelancaran, kenyamanan, keamanan dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Didalam perkembangannya kegiatan pembangunan di Kota Bandung pada

umumnya dihadapkan pada berbagai masalah, baik masalah sosial, ekonomi maupun

lingkungan, disamping pula kebutuhan dasar manusia akan sandang, pangan dan papan

harus dapat terpenuhi.

Kepadatan lalu lintas kota Bandung dari hari ke hari makin terus bertambah

terlebih lagi pada setiap akhir pekan, kenyamanan kota Bandung sudah tidak dapat

dirasakan lagi seperti pada masa lalu tahun 1960 – 1970 an. Kondisi tersebut dipacu

dengan bertambahnya jumlah penduduk disebabkan adanya angka kelahiran maupun

migrasi dan urbanisasi yang tinggi, dengan berbagai kegiatan dan tujuan mulai dari

pendidikan, perdagangan, perkantoran maupun pariwisata. Disatu pihak memang

menguntungkan dari sisi pendapatan daerah secara makro, disisi lain terjadi kepadatan

penduduk, lalu lintas dan polusi lingkungan pun udara, air dan tanah) terjadi. Dengan

luas wilayah yang terbatas secara geografis serta sumber daya yang ada, kota Bandung

mempunyai daya tarik tinggi bagi kegiatan pembangunan.

Permasalahan yang timbul adalah tingginya pertumbuhan penduduk yang

dipengaruhi oleh adanya migrasi maupun pertumbuhan alami, serta jumlah kendaraan

Page 13: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

yang melebihi panjang jalan dan mengakibatkan terjadi pula dampak kemacetan lalu

lintas di kota Bandung.

Sejalan dengan telah selesai dan berfungsinya jalan Tol Cipularang tentunya

kota Bandung menjadi pusat tujuan wisata, namun mengakibatkan pula kemacetan lalu

lintas dimana-mana belum lagi kerusakan dijalan–jalan protokol masih belum banyak

diperbaiki. Meskipun pemerintah kota Bandung maupun Propinsi Jawa Barat telah

membangun beberapa jalan layang sebagai penghubung seperti (jalan layang

Cimindi,Kiaracondong, dan Pasupati), malah menambah kemacetan pada titik tertentu

serta hanya mengalihkan kemacetan pada titik lain.

Ciri khas dari sistem transportasi di Kota Bandung adalah sistem pelayanan

angkutan umum yang ditandai dengan beroperasinya ribuan angkutan kota sebagai alat

transportasi utama bagi penduduk yang berpenghasilan menengah ke bawah.

Berdasarkan pada tabel 1.1 dibawah terlihat bahwa terdapat 4 jenis angkutan umum

yang digunakan masyarakat Kota Bandung untuk menunjang kehidupan sehari-hari.

Namun dari keempat jenis angkutan yang ada, jenis angkutan penumpang umum

angkutan kota mempunyai armada yang relatif banyak, sehingga memerlukan perhatian

dan penanganan yang serius.

Tabel 1.1 Jumlah Angkutan Umum di Kota Bandung tahun 2005

No Jenis Angkutan Jumlah Trayek Jumlah Armada (SK)

1 Angkutan Kota 38 5521

2 Taksi 9 906

3 Damri 7 142

4 Metro Bus 1 12

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Bandung, 2005

Page 14: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

Kondisi yang terjadi saat ini bahwa meningkatnya permintaan jasa transportasi

angkutan kota Bandung, masih dirasakan belum maksimal. Hal ini disebabkan selain

kurang diimbangi oleh sarana dan prasarana jalan juga karena pengaturan manajemen

angkutan kota yang belum mampu menawarkan pelayanan yang memuaskan. Hal

tersebut minimal disebabkan oleh dua faktor, pertama, pengaturan rute dan jalur trayek

angkutan kota yang dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi kota yang terus

berkembang sehingga hal tersebut menyebabkan penumpukan pelayanan pada beberapa

ruas jalan yang ada di Kota Bandung. Kedua, sikap dan kesadaran berlalu lintas para

pengguna jalan relatif masih kurang. Permasalahan pengaturan angkutan kota yang

beroperasi di wilayah Kota Bandung melalui penetapan jalur trayek menjadi

permasalahan transportasi Kota Bandung yang selama ini telah memberikan citra dan

dampak yang kurang baik bagi Kota Kembang saat ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan peraturan daerah yang mengatur

tentang perhubungan di Kota Bandung belum mengakomodasi kepentingan publik yang

lebih luas. Untuk itu kami mengajukan beberapa usulan solusi dan rekomendasi untuk

menyelesaikan atau paling tidak mengurangi masalah kemacetan di Kota Bandung.

BAB II

KESULITAN YANG AKAN DISELESAIKAN

Kesulitan Khusus

Pertama, pengaturan rute dan jalur trayek angkutan kota yang dinilai sudah tidak

sesuai lagi dengan kondisi kota yang terus berkembang sehingga hal tersebut

menyebabkan penumpukan pelayanan pada beberapa ruas jalan yang ada di Kota

Bandung. Kedua, sikap dan kesadaran berlalu lintas para pengguna jalan relatif masih

kurang. Permasalahan pengaturan angkutan kota yang beroperasi di wilayah Kota

Bandung melalui penetapan jalur trayek menjadi permasalahan transportasi Kota

Bandung yang selama ini telah memberikan citra dan dampak yang kurang baik bagi

Kota Kembang saat ini.

2.1 Hubungan Kesulitan Khusus Dengan Konteks Yang Lebih Luas

Page 15: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

Adanya kebijakan yang kurang tepat dan implementasi kebijakan yang dinilai

tidak menyentuh substansi permasalahan, memperlihatkan adanya hubungan yang

saling berkaitan. Dengan pemahaman yang komprehensif maka upaya pencapaian

sasaran dari unit-unit yang bersangkutan beserta aktivitas-aktivitasnya akan benar-benar

terarah, harmonis, bersatu padu dan serempak atau menurut urutan-urutannya yang

tepat.

Kepadatan lalu lintas kota Bandung dari hari ke hari makin terus bertambah

terlebih lagi pada setiap akhir pekan, kenyamanan kota Bandung sudah tidak dapat

dirasakan lagi seperti pada masa lalu tahun 1960 – 1970 an. Kondisi tersebut dipacu

dengan bertambahnya jumlah penduduk disebabkan adanya angka kelahiran maupun

migrasi dan urbanisasi yang tinggi, dengan berbagai kegiatan dan tujuan mulai dari

pendidikan, perdagangan, perkantoran maupun pariwisata.

Berdasarkan observasi penyusun lakukan, ditemukan beberapa permasalahan yang

berkaitan dengan efektivitas penetapan trayek angkutan umum di Kota Bandung , yaitu :

• Jumlah armada angkutan kota di Kota Bandung pada umumnya berlebih

sebanyak 247 unit atau sekitar 4% dari jumlah total sebanyak 5521 unit armada.

Kondisi seperti ini pada umumnya akan menguntungkan pihak pengguna

angkutan dalam mendapatkan pelayanan, dilain pihak, di kalangan operator

terjadi persaingan yang makin ketat dalam melayani permintaan. Dampak nyata

dari kondisi kelebihan armada yang dapat terlihat sehari-hari yakni banyaknya

armada yang melakukan ngetem pada jam-jam off peak, yang tak jarang

menjadi penyebab kemacetan lalu lintas.

Tabel 1.2 Jumlah armada alokasi angkutan kota Kota Bandung

No. Nama Trayek

Jml

Armada

Operasi

Kebutuhan

Armada

Kelebihan

Armada

1 Abdul Muis – Cicaheum via Binong 369 358 11

2 Abdul Muis – Cicaheum via Aceh 100 95 5

3 Abdul Muis – Dago 273 263 10

Page 16: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

4 Abdul Muis – Ledeng 245 235 10

5 Abdul Muis – Elang 101 95 6

6 Cicaheum – Ledeng 214 204 10

7 Cicaheum – Ciroyom 206 197 9

8 Cicaheum – Ciwastra – Derwati 200 193 7

9 Cicaheum – Cibaduyut 150 143 7

10 Stasiun Hall – Dago 52 47 5

11 Ciroyom – Sadang Serang 150 135 15

12 St. Hall - Ciumbuleuit via Eykman 60 54 6

13 St. Hall - Ciumbuleuit via Cihampelas 40 28 12

14 Stasiun Hall – Gede Bage 200 199 1

15 Stasiun Hall – Sarijadi 75 62 13

16 Stasiun Hall – Gunung Batu 55 47 8

17 Margahayu Raya – Ledeng 125 117 8

18 Dago – Riung Bandung 201 198 3

19 Pasar Induk Caringin – Dago 140 129 11

20 Pang.Permai – Dipati Ukur - Dago 155 149 6

21 Ciroyom – Sarijadi 97 85 12

22 Ciroyom - Bumi Asri 115 107 8

23 Ciroyom – Cikudapateuh 125 121 4

24 Sederhana – Cipagalo 276 271 5

25 Sederhana – Cijerah 67 63 4

26 Sederhana – Cimindi 55 55 0

27 Ciwastra – Ujung Berung 32 29 3

28 Cisitu – Tegallega 82 81 1

29 Cijerah – Ciwastra – Derwati 200 195 5

30 Elang – Gede Bage – Ujung Berung 115 113 2

31 Abdul Muis – Mengger 25 23 2

32 Cicadas – Elang 300 294 6

33 Antapani – Ciroyom 160 152 8

34 Cicadas – Cibiru – Panyileukan 200 194 6

Page 17: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

35 Bumi Panyileukan – Sekemirung 125 117 8

36 Sadang Serang – Caringin 200 196 4

37 Cibaduyut – Karang Setra 201 195 6

38 Halteu Andir – Cibogo Atas 35 35 0

Sumber : Dinas Perhubungan, 2006

• Adanya jaringan trayek yang saling tumpang tindih yang dampaknya sangat

signifikan terhadap kemacetan di beberapa ruas jalan utama Kota Bandung. Pola

rute angkutan kota yang ada umumnya berpola radial, yang menghubungkan

pusat pelayanan tertentu di pinggiran kota menuju pusat pelayanan lainnya yang

melewati pusat kota. Dalam pola rute tersebut, banyak terjadi tumpang tindih

rute yang dampaknya sangat signifikan terhadap kemacetan di beberapa ruas

jalan utama Kota Bandung. Secara kuantitatif, jumlah trayek yang berpola radial

ini sebanyak 55 % dari total jumlah trayek angkutan umum di Kota Bandung.

Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa tumpang tindih rute paling banyak

terjadi diruas-ruas jalan di pusat kota.

Tabel 1.4 Trayek Overlapping Angkutan Kota di Beberapa Ruas Jalan di Bandung

Klasifikasi Jumlah Overlapping (trayek) No. Nama Trayek

Panjang

Trayek (km) 5-6 7-8 > 8

1 Abd. Muis – Cicaheum via Binong 32.0 � �

2 Abdul Muis – Cicaheum via Aceh 22.0 ■ ●

3 Abdul Muis – Dago 22.0 ■ ●

4 Abdul Muis – Ledeng 26.0 ■ ●

5 Abdul Muis – Elang 20.0 �

6 Cicaheum – Ledeng 30.0

7 Cicaheum – Ciroyom 30.0 ▲

8 Cicaheum – Ciwastra – Derwati 34.0 � �

9 Cicaheum – Cibaduyut 36.8

10 Stasiun Hall – Dago 22.0 ▼ � ∆

11 Ciroyom – Sadang Serang 18.0 ● ▼ � ∆

12 St. Hall - Ciumbuleuit via Eykman 18.0 � ∆

Page 18: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

13 St. Hall - Ciumblt via Cihampelas 16.0 � ∆

14 Stasiun Hall – Gede Bage 42.0 ● ▼ � ∆

15 Stasiun Hall – Sarijadi 15.4 ▼ � ∆

16 Stasiun Hall – Gunung Batu 16.0 ∆

17 Margahayu Raya – Ledeng 46.0 � ▼ �

18 Dago – Riung Bandung 42.0 � �

19 Pasar Induk Caringin – Dago 44.0

20 Pang.Permai – Dipati Ukur – Dago 37.8 �

21 Ciroyom – Sarijadi 24.0 ▲

22 Ciroyom – Bumi Asri 18.0 ▲

23 Ciroyom – Cikudapateuh 30.0 ■

24 Sederhana – Cipagalo 27.8 �

25 Sederhana – Cijerah 16.0 ▲

26 Sederhana – Cimindi 18.0

27 Ciwastra – Ujung Berung 35.8

28 Cisitu – Tegallega 21.4 ▼ �

29 Cijerah – Ciwastra – Derwati 40.0

30 Elang – Gede Bage – U.Berung 44.0

31 Abdul Muis – Mengger 12.0

32 Cicadas – Elang 38.0 � ▼ � � ∆

33 Antapani – Ciroyom 30.0 ▲ �

34 Cicadas – Cibiru – Panyileukan 14.0 � �

35 Bumi Panyileukan – Sekemirung 40.0

36 Sadang Serang – Caringin 42.0 ▲ ▼

37 Cibaduyut – Karang Setra 36.4

38 Halteu Andir – Cibogo Atas 12.0

Sumber : Dinas Perhubungan, 2006

Keterangan :

■ Jl. Lengkong Besar / Jl. Ciateul ▼ Jl. Kebon Kawung

▲ Jl. Abd. Rahman Saleh � Jl. Otista / Jl. Kebon Jukut

● Jl. Sunda ∆ Jl. Kebon Jati

� Jl. Kiara Condong � Jl. Kiara Condong

Page 19: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

• Belum memadainya prasarana terminal pada lokasi asal atau tujuan perjalanan

rute-rute sehingga menimbulkan tumbuhnya kegiatan pangkalan (terminal

bayangan) yang tidak terencana yang mengganggu penggunaan lahan dan

kelancaran arus lalu lintas. Contohnya : Terminal Bayangan Bundaran Cibiru

yang merupakan pangkalan angkot jurusan Cicadas-Cibiru. Sejak awal trayek

dibuka, angkot berwarna hijau strip putih ini tidak pernah menginjak terminal.

Maka, Bundaran Cibiru, mulut kota tempat bis-bis antarkota menumpahkan

penumpangnya, adalah lokasi tepat untuk dijadikan terminal. Contoh lain seperti

pada angkot jurusan Dago-Caringin, sekitar 140 unit angkot setiap harinya

mengakhirinya jalur trayeknya di depan Pasar Induk Caringin. Semula, mereka

memiliki terminal yang berlokasi di dalam pasar. Namun, sejak jalan

penghubung Jln. Soekarno-Hatta dengan Jln. Caringin dibuat satu arah, angkot-

angkot itu tidak lagi menggunakan terminal tersebut.

2.2 Perilaku Bermasalah

• Tidak menggunakan jembatan penyeberangan dan menyeberang

sembarangan

• Naik angkot tidak ditempat pemberhentian

• Motor memasuki ruas jalan jalur cepat

• Jumlah penggunaan kendaraan yang melebihi panjang jalan

• Jumlah Trayek Angkot yang overload dan tumpang tindih

• Pelanggaran terhadap Rambu-rambu Lalu-lintas dan Marka jalan

• Pedagang menggunakan trotoar dan kadang bahu jalan untuk lokasi

berjualan dan juga pasar tumpah

• Melanggar rambu-rambu lalu-lintas, peraturan mengenai trayek dan

kurangnya pengetahuan masyarakat umum mengenai peraturan tentang

pengentasan masalah kemacetan,

• Tidak tegasnya aparat dalam menindak para pelanggar dan penindakan tidak

sesuai dengan hukum yang berlaku.

• Pengaturan Jumlah Trayek Dan pengkoordinasiannya, serta pembatasan

jumlah kendaraan yang diperbolehkan beredar tidak diatur secara jelas.

Page 20: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

• Menyeberang jalan di sembarang tempat

• Volume kendaraan yang melebihi sarana dan prasarana jalan

• Belum adanya kesadaran dari pengendara kendaraan bermotor untuk menaati

peraturan lalulintas

2.3 Komparasi kebijakan dan pengalaman

Kebijakan mengenai perhubungan darat sebagaimana yang tercantum dalam

Peraturan Daerah (PERDA) nomor 10 Tahun 2001 dalam implementasinya telah

mengalami beberapa hambatan di lapangan. Hal ini diantaranya disebabkan sikap publik

yang terkadang tidak bersikap disiplin dalam berlalu-lintas serta adakalanya sikap

petugas yang kurang profesional. sebagai contoh, dalam pasal 102 menyebutkan bahwa

:

(1)Badan Hukum, perorangan yang akan memasang fasilitas lalu lintas,

perlengkapan jalan, fasilitas pendukung harus sesuai dengan rencana umum,

memenuhi persyaratan teknis dan mendapat ijin dan Walikota.

(2)Setiap orang, badan hukum dilarang menempelkan, memasang sesuatu yang

menyerupai menambah atau mengurangi arti, merusak, memindahkan rambu-

rambu, marka jalan dan pemberi isyarat.

(3)Kecuali dengan ijin Walikota, badan hukum perorangan dapat memasang reklame

pada fasilitas, perlengkapan jalan dan fasilitas pendukung sepanjang tidak bertentangan

dengan ketentuan teknis dan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Setiap orang dilarang menyimpan benda-benda atau alat perintang di jalan yang

dapat menimbulkan hambatan, gangguan dan kecelakaan lalu lintas kecuali setelah

mendapat ijin dari Walikota.

Isi pasal di atas menyebutkan bahwa setiap orang dan/atau badan hukum dilarang

mengganggu fasilitas-fasilitas jalan raya termasuk memasang dan menyimpan benda-

benda atau alat perintang di jalan yang dapat berakibat pada terganggunya lau-lintas

kecuali setelah mendapat ijin walikota, namun dalam kenyataannya implementasi

kebijakan tersebut tidak dapat berjalan optimal. Misalnya pada saat orang-orang

melakukan aksi demonstrasi kemudian mereka memasang atribut-atribut di jalan raya

atau bahkan melakukan pembakaran ban bekas agar mendapat perhatian dari

Page 21: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

masyarakat yang tentunya hal ini sangat mengganggu aktivitas lalu-lintas seperti

timbulnya kemacetan. Nah, kemudian kita bertanya, apakah mereka sudah mendapat

ijin dari walikota/aparat untuk melakukan hal demikian? Dan apakah tindakan seperti

itu telah dianggap sebagai tindakan tradisi sehingga hukum atau kebijakan tidak

sanggup menyelesaikannya?. Implementasi kebijakan memang sangat menentukan

keberhasilan suatu organisasi, termasuk aktor-aktor pelaksana kebijakannya.

Jika kebijakan yang telah ada di komparasikan dengan pengalaman dilapangan

maka terdapat suatu friksi (gesekan) sebagai akibat dari ketidak-konsistenan

implementasi kebijakan dengan hasil keadaan yang diinginkan. Pemerintah seharusnya

senantiasa memperbaiki kinerjanya di bidang perhubungan dan lalu-lintas agar semua

hambatan yang terjadi bisa diminimalisir bahkan dihilangkan. Namun semua ini

membutuhkan proses serta kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat

sebagai pengguna lalu-lintas.

Sesuai dengan Peraturan Daerah No.10 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan

Perhubungan di Kota Bandung pasal 135 menyatakan bahwa penetapan jaringan trayek

angkutan penumpang umum merupakan hasil perencanaan yang dilakukan berdasarkan

hasil survey dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Analisis potensi faktor muatan;

b. Asal dan tujuan perjalanan;

c. Kondisi Jalan;

d. Jenis pelayanan dan prototype kendaraan untuk tiap-tiap jaringan yang direncanakan;

e. Jarak dan waktu tempuh;

f. Perhitungan tarif angkutan;

g. Ketersediaan terminal.

Penetapan jaringan trayek angkutan umum khususnya angkutan kota di Kota

Bandung melibatkan banyak pihak, baik swasta maupun pemerintah. Oleh karena itu,

koordinasi terhadap penetapan jaringan trayek merupakan suatu hal yang sangat esensial

agar rencana dapat selalu tanggap terhadap perubahan dan dinamika di dalam

masyarakat dengan tetap dapat mengarahkan kepada tujuan dan sasaran pembangunan

yang diharapkan.

2.4 Publik yang Diuntungkan dan yang Dirugikan

Didalam perkembangannya kegiatan pembangunan di Kota Bandung pada

umumnya dihadapkan pada berbagai masalah, baik masalah sosial, ekonomi maupun

Page 22: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

lingkungan, disamping pula kebutuhan dasar manusia akan sandang, pangan dan papan

harus dapat terpenuhi.

Disatu pihak,semakin mudahnya akses ke Kota Bandung dan dijadikannya

sebagai kota jasa, memang menguntungkan dari sisi pendapatan daerah secara makro,

disisi lain terjadi kepadatan penduduk, lalu lintas dan polusi lingkungan pun (udara, air

dan tanah) terjadi. Dengan luas wilayah yang terbatas secara geografis serta sumber

daya yang ada, Kota Bandung mempunyai daya tarik tinggi bagi kegiatan

pembangunan.Namun dipihak lain,

kemacetan mengancam visi Kota Bandung sebagai kota tujuan investasi dan pariwisata.

BAB III

PENYEBAB PERILAKU BERMASALAH

3.1 Pengantar Singkat

Penetapan jaringan trayek angkutan umum khususnya angkutan kota di Kota

Bandung melibatkan banyak pihak, baik swasta maupun pemerintah. Oleh karena itu,

koordinasi terhadap penetapan jaringan trayek merupakan suatu hal yang sangat esensial

agar rencana dapat selalu tanggap terhadap perubahan dan dinamika di dalam

masyarakat dengan tetap dapat mengarahkan kepada tujuan dan sasaran pembangunan

yang diharapkan.

Koordinasi merupakan usaha yang selaras antara individu-individu atau

komponen-komponen yang ada di dalamnya untuk melaksanakan usaha sebanyak

mungkin agar terciptanya keterpaduan dan keserasian semua usaha dan kegiatan,

pemikiran, dana, dan daya guna dari semua fungsi instansi-instansi dan dinas-dinas

yang menjadikan sesuatu kekuatan yang ampuh sehingga kelemahan-kelemahan

pemerintah dalam penyelenggaraan pembangunan akan teratasi. Oleh karena itu,

kegiatan penyetapan jaringan trayek angkutan kota yang melibatkan dan

Page 23: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

mengikutsertakan beberapa instansi dan dinas secara sekaligus akan sangat

membutuhkan koordinasi.

Keterpaduan dan keserasian pelbagai usaha dan kegiatan dalam rangka

pencapaian tujuan pemerintah tersebut adalah dalam bentuk kerjasama yang dilakukan

oleh berbagai instansi dan dinas. Karena itu perlu ada pengarahan dan dalam meninjau

arah yang sama itu perlu adanya saling mendekatkan dan mewujudkan integrasi,

sehingga berbagai usaha dan kegiatan itu saling mengisi dan terarah.

Koordinasi dalam penyelenggaraan pemerintahan merupakan pengaturan yang

aktif, bukan pengaturan dalam arti pasif berupa membuat peraturan mengenai segala

gerak dan kegiatan dan hubungan kerja antara instansi-instansi dengan dinas-dinas yang

mempunyai tugas kewajiban dan wewenang yang saling berhubungan satu sama lain.

Maka bagi penyelenggaraan pembangunan di daerah koordinasi bukanlah hanya

bekerjasama, melainkan juga integrasi dan sinkronsasi yang mengandung keharusan

penyelarasan unsur-unsur jumlah dan penentuan waktu kegiatan di samping

penyesuaian perencanaan dan keharusan adanya komunikasi yang teratur diantara

sesama pejabat yang bersangkutan dengan memahami dan memperhatikan ketentuan

peraturan pelaksanaannya.

Penetapan trayek angkutan umum khususnya angkutan kota di Kota Bandung

melibatkan banyak pihak terkait seperti Bakortans Jalan selaku koordinator, Bappeda,

Dinas Perhubungan, Dinas Bina Marga, Dinas Tata Kota, Satlantas Polwiltabes

Bandung, dan DPC organda. Terdapat 11 urutan kegiatan yang dilaksanakan dalam

penetapan trayek angkutan umum khususnya angkutan kota, yang terbagi dalam 4

tahapan, yaitu :

Tahap Penelitian : - pengumpulan data dan informasi

- penelitian dan perencanaan aspek yang terkait dengan

perencanaan trayek

Page 24: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

Tahap Perencanaan : - Formulasi kebijaksanaan, analisa dan evaluasi alternatif

trayek

- Penetapan usulan trayek terpilih

Tahap Pelaksanaan : - Rekomendasi trayek terpilih

- Pemberian ijin

- Uji coba trayek terpilih

- Pengesahan trayek terpilih

- Operasi angkutan pada trayek tersebut

Tahap Pengawasan : - Pengawasan dan penertiban trayek di lapangan

- evaluasi jalannya trayek sebagai umpan balik.

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Bandung, 2006

Keterlibatan instansi melalui perannya dalam tahap-tahap penetapan trayek

angkutan umum khususnya angkutan kota dapat dilihat dalam Bagan 1.1. Sedangkan

untuk arus informasi dan koordinasi pembagian peran yang diemban oleh berbagai

instansi terkait dalam penetapan trayek angkutan umum akan dideskripsikan

berdasarkan tahapan urutan kegiatan seperti diatas. Adapun aliran informasi yang terjadi

sebagai hubungan koordinasi antar berbagai instansi diatas sebagai berikut :

1. Badan Koordinasi Transportasi (Bakortrans) Jalan Kota Bandung

mengkoordinasikan berbagai institusi yang terkait dengan penetapan trayek

angkutan perkotaan untuk membahas usulan trayek. Pembahasan usulan trayek

ini dilakukan setelah mendapat informasi dari berbagai institusi terlibat dalam

masalah trayek, yaitu :

a. BAPPEDA Kota Bandung memberi informasi tentang pola dasar

pembangunan dan pola utama system perangkutan yang diterapkan di wilayah

Kota Bandung dan program-program kerja yang dilaksanakan untuk

mencapainya.

b. Dinas Bina Marga Kota Bandung memberi informasi tentang program-

program

pengelolaan jalan dan jembatan beserta seluruh kelengkapannya.

c. Dinas Tata Kota Kota Bandung memberi informasi tentang :

- program-program perencanaan dan pengendalian perkembangan kota;

Page 25: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

- program-program perencanaan sistem jaringan jalan dan sistem lalu

lintasnya;

- hasil-hasil penelitian terhadap kebutuhan angkutan.

d. Dinas Perhubungan Kota Bandung menyampaikan usulan trayek berdasarkan

hasil penelitian dan perencanaannya.

Selanjutnya dalam forum Bakortrans Jalan, usulan-usulan trayek tersebut dibahas

bersama untuk menetapkan usulan trayek yang disepakati bersama.

2. Hasil pembahasan terhadap usulan trayek dan penetapan usulan trayek yang

disepakati bersama dalam forum Bakortrans Jalan tersebut kemudian

dirumuskan oleh BAPPEDA Kota Bandung.

3. Rumusan BAPPEDA Kota Bandung tentang hasil-hasil pembahasan dan

penetapan usulan trayel terpilih disampaikan kepada Walikota untuk mendapat

persetujuan.

4. Walikota Bandung memberi rekomendasi terhadap usulan trayek, kemudian :

a. Memberi persetujuan kepada Dinas Perhubungan Kota Bandung untuk

melanksanakan uji coba trayek di lapangan.

b. Pada saat yang sama dilaksanakan proses pengurusan ijin untui angkutan

perkotaan yang akan dioperasikan pada trayek-trayek uji coba tersebut.

Walikota Bandung memberikan ijin kepada angkutan perkotaan yang

bersangkutan untuk beroperasi pada trayek uji coba.

5. Dinas Perhubungan Kota Bandung melakukan pemantauan terhadap

pelaksanaan uji coba dan mengevaluasi hasil uji coba tersebut.

6. Hasil evaluasi Dinas Perhubungan Kota Bandung terhadap pelaksanaan uji coba

disampaikan dalam forum Bakortrans Jalan untuk dibahas lebih lanjut bersama

instansi-instansi terkait lainnya. Bila hasil uji coba sesuai dengan yang

diharapkan maka Bakortrans Jalan Kota Bandung langsung menyampaikannya

kepada Walikota Bandung untuk mendapat pengesahan. Bila hasil uji coba

trayek tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka diadakan pembahasan lebih

Page 26: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

lanjut untuk mengadakan perbaikan-perbaikan. Hasil perbaikan trayek uji ciba

ini kemudian disampaikan kepada Walikota Bandung untuk disahkan.

7. Penyampaian hasil-hasil pembahasan trayek uji coba kepada Walikota Bandung

untuk disahkan. Selanjutnya Walikota Bandung menetapkan dan mengesahkan

trayek-trayek termaksud dengan Surat Keputusan Walikota.

8. Surat Keputusan Walikota tentang penetapan trayek diinformasikan kepada

pihak penyedia jasa angkutan. Pihak penyedia jasa angkutan mengoperasikan

kendaraan angkutan perkotaan pada trayek-trayek yang telah ditetapkan.

9. Dilakukan kegiatan pengawasan atau pemantauan terhadap pengoperasian

angkutan perkotaan oleh Dinas Perhubungan Kota Bandung dan Satlantas

Polwiltabes Bandung, dimana :

a. Dinas Perhubungan Kota Bandung melakukan pemantauan terhadap kondisi

pelayanan angkutan pada trayek-trayek termaksud dan kondisi serta situasi

lalu lintas pada ruas jalan yang dilalui oleh trayek tersebut. Hasil-hasil

pemantauan ini kemudian dipakai sebagai bahan untuk mengevaluasi

kembali pelaksanaan trayek tersebut.

b. Satlantas Polwiltabes Bandung melakukan pengawasan terhadap ketertiban

dan kelancaran lalu lintas serta melaksanakan penyidikan terhadap pelaku

pelanggaran lalu lintas, termasuk penyidikan terhadap pihak penyedia jasa

angkutan yang tidak memenuhi ketentuan trayek. Kemudian hasil

pengawasan dan penyidikan tersebut diinformasikan kepada Dinas

Perhubungan Kota Bandung sebagai bahan masukan untuk evaluasi.

10. a. Dinas Perhubungan Kota Bandung menyampaikan hasil-hasil evaluasi

terhadap pengoperasian trayek di lapangan kepada forum Bakortrans Jalan

untuk dibahas kembali.

b. Satlantas Polwiltabes Bandung juga menyampaikan hasil-hasil pengawasan

dan penyidikan yang dilakukan di lapangan kepada forum Bakortrans Jalan

Kota Bandung, khususnya yang menyangkut masalah operasi kendaraan

angkutan perkotaan.

3.2 Instansi pelaksana yang bermasalah

Page 27: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

Pemerintah Kota Bandung terlalu mudah memberikan izin usaha di lokasi yang awalnya

sebagai tempat tinggal tanpa disertai sarana parkir yang memadai.

Bina Marga

Infrastruktur jalan di kota yang berpenduduk 2,6 juta jiwa ini memang tidak

mendukung. Data dari Dinas Bina Marga Kota Bandung menyebutkan, panjang jalan

keseluruhan di Kota Bandung mencapai 1.169 km, yang terdiri dari 1.103 km jalan kota,

23 km jalan provinsi, dan 42 km jalan negara.

Jika diasumsikan jalan negara dan provinsi selebar 10 meter dan jalan kota selebar lima

meter, maka dapat disimpulkan bahwa panjang jalan hanya sekitar 3,7 persen dari luas

kota 167,29 kilometer persegi. Sebagai kota jasa, idealnya panjang jalan 15 hingga 20

persen dari wilayah kota. Contohnya, Tokyo dan Paris, luas jalannya mencapai 15

persen dari luas kota.

Dinas Perhubungan

Banyaknya jumlah angkot yang melebihi batas jumlah armada yang ditetapkan.

Jumlah angkot sebanyak 5.521 ditambah 1.383 taksi, makin menambah beban

kemacetan. Jumlah itu belum termasuk sekitar 8.000 angkot dari luar Bandung. Lihat

saja, bagi pemakai jalan di sepanjang Jalan PHH Mustafa (Suci), Soekarno-Hatta, Kopo,

Otista, Riau, dan Merdeka, angkot menjadi salah satu penyebab kemacetan di Bandung

Dengan adanya pembagian peran antar instansi dalam tahapan penetapan trayek

angkutan penumpang umum di Kota Bandung dan aliran informasi yang jelas serta

tahap-tahap penetapan trayek angkutan umum khususnya angkutan kota yang tersusun

dengan baik, seharusnya mampu menghasilkan penetapan trayek yang efektif dan dapat

mengantisipasi perkembangan yang terjadi di kemudian hari. Meskipun penetrasi

pelayanan angkutan umum di Kota Bandung sudah dapat dikatakan secara ruang

Page 28: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

maupun kapasitasnya, namun jaringan pelayanannya (trayek) tidak terstruktur dengan

rapi.

3.3 Keadaan Kebijakan yang ada dan Berpengaruh Pada Perilaku dan Publik

Peraturan Daerah No.10 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Perhubungan di

Kota Bandung tidak didesain secara jelas terutama pengaturan mengenai sanksi bagi

perilaku bermasalah yang melanggar tata tertib berlalu-lintas, sehingga terjadi berulang-

ulang. Ketidaktahuan pihak2 yang dituju kebijakan tentang perda misalnya,

menjelaskan mengapa dia berperilaku tidak sesuai.

Kebijakan yang ada ternyata kurang efektif untuk menyelesaikan masalah-

masalah lalu-lintas, terutama efek jera pada publik yang melakukan pelanggaran yang

ternyata masih rendah. Oleh karena itu dibutuhkan ketegasan dalam implementasinya.

3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang bermasalah

Perilaku bermasalah yang terjadi dalam hal kemacetan di kota bandung disebabkan

oleh beberapa hal baik dari faktor objektif maupun dari faktor subjektif, berikut ini akan

kami coba jabarkan beberpapa faktor tersebut :

� Jembatan penyeberangan rusak, kotor, jorok

� Di jembatan penyeberangan sering terjadi pencopetan

� Tidak ada tempat pemberhentian untuk angkot

� Angkot rebutan mengambil penumpang, karena ”kejar setoran’

� Pembatas ruas jalan rusak / tidak berfungsi / sengaja dibuka;

� Ruas jalan yang khusus diperuntukan untuk motor ternyata dipadati pengendara

motor, ditambah lagi bercampur dengan angkot.

� Belum adanya peraturan khusus yang mengatur ijin operasional kendaraan,

pembatasan usia kendaraan,maupun program yang mengatur jumlah kendaraan

yang beredar pada ruas-ruas jalan protokol pada jam sibuk (ex: program 3 in 1 di

Jakarta)

� penetapan trayek angkutan kota di Kota Bandung belum terkoordinir dengan

tertib

� banyaknya armada yang melakukan ngetem pada jam-jam off peak, yang tak

jarang menjadi penyebab kemacetan lalu lintas

Page 29: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

� Pengemudi berani melanggar karena tidak adanya petugas polisi yang

mengawasi

� Aparat tidak pernah melakukan penertiban dengan tegas karena adanya pihak-

pihak petugas yang menerima sogokan baik dari preman maupun dari pedagang

langsung

� Penegak hukum tidak bisa menerapkan sanksi pembebanan biaya paksa yang

besar karena kita semua menyadari bahwa mereka yang berperilaku bermasalah

tersebut pasti tidak mampu membayar.

� Penegak hukum sering menerima dan bahkan meminta uang damai kepada para

pelanggar agar mereka tidak mengikuti sanksi aturan hukum yang berlaku

� Pemerintah Daerah tidak dapat mengkoordinir jumlah trayek dan tidak dapat

mengatur jumlah peredaran kendaraan bermotor yang makin hari semakin

bertambah.

� Warga masyarakat tidak mengetahui dan tidak perduli bahwa menyeberang jalan

tidak pada zebra cross dan jembatan penyeberangan merupakan pelanggaran

hukum ,dapat menyebabkan kemacetan dan mempunyai sanksi yang diatur

dalam hukum

� Belum ada aturan yang lebih teknis operasional yang mengatur SOP pengelolaan

kas daerah yang bersumber dari dana pembebanan biaya paksaan.

� Proses pembatasan volume kendaraan tidak didukung oleh kebijakan yang lebih

teknis dan efektif

� Ketidaktegasan dari pihak-pihak yang berwenang untuk mengatasi masalah

kemacetan

Dari beberapa kenyataan yang terjadi diatas dapat diketahui bahwa penyebab

semrawutnya lalu lntas jalan raya di kota Bandung bukan hanya disebabkan oleh faktor

kenakalan dan kelalaian dari pengendara saja baik itu angkutan umum maupun

kendaraan pribadi, tetapi kemacetan juga ditimbulkan oleh tidak tegasnya aparat dan

juga ketidak seriusan pemerintah daerah kota bandung untuk benar-benar dapat

mengatasi masalah tersebut.

Page 30: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

BAB IV

USULAN SOLUSI

4.1 Pengantar Singkat

Kepadatan lalu lintas kota Bandung dari hari ke hari makin terus bertambah

terlebih lagi pada setiap akhir pekan, kenyamanan kota Bandung sudah tidak dapat

dirasakan lagi seperti pada masa lalu tahun 1960 – 1970 an. Kondisi tersebut dipacu

dengan bertambahnya jumlah penduduk disebabkan adanya angka kelahiran maupun

migrasi dan urbanisasi yang tinggi, dengan berbagai kegiatan dan tujuan mulai dari

pendidikan, perdagangan, perkantoran maupun pariwisata.

Disatu pihak memang menguntungkan dari sisi pendapatan daerah secara makro,

disisi lain terjadi kepadatan penduduk, lalu lintas dan polusi lingkungan pun (udara, air

dan tanah) terjadi. Dengan luas wilayah yang terbatas secara geografis serta sumber

daya yang ada, kota Bandung mempunyai daya tarik tinggi bagi kegiatan pembangunan.

Didalam perkembangannya kegiatan pembangunan di Kota Bandung pada umumnya

dihadapkan pada berbagai masalah, baik masalah sosial, ekonomi maupun lingkungan,

disamping pula kebutuhan dasar manusia akan sandang, pangan dan papan harus dapat

terpenuhi. Permasalahan yang timbul adalah tingginya pertumbuhan penduduk yang

dipengaruhi oleh adanya migrasi maupun pertumbuhan alami, serta jumlah kendaraan

yang melebihi panjang jalan dan mengakibatkan terjadi pula dampak kemacetan lalu

lintas di kota Bandung.

Sudah wakunya kita bersama memikirkan solusi yang tepat untuk mengatasi

berbagai masalah yang timbul di perkotaan, tentunya kita memiliki ahli-ahli

transportasi, perencanaan kota, lingkungan, penataan ruang, sosial ekonomi dan lain

sebagainya. Berikut ini beberapa solusi yang kami temukan untuk mengatasi kemacetan

di Kota Bandung.

Page 31: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

4.2 Usulan Solusi

Solusi I

• Pemkot Bandung sebaiknya harus lebih selektif dalam memberikan izin usaha

di tempat yang berpotensi menyebabkan kemacetan.

Solusi II

• Menerbitkan peraturan atau merevisi peraturan yang sudah ada baik berupa

perda atau SK walikota yang bersifat lebih komprehensif dan menyentuh publik

yang terlibat didalamnya.

Solusi III

• Melakukan koordinasi antar pihak terkait seperti bakortans jalan selaku

koordinator, bappeda, dinas perhubungan, dinas bina marga, dinas tata kota,

satlantas polwiltabes bandung, dan dpc organda.sehingga tercipta sebuah

pemahaman bersama dan persamaan persepsi atas masalah kemacetan di Kota

Bandung.

Solusi IV

Melakukan penelitian dan pengawasan secara intensif, yang terbagi dalam 4 tahapan,

yaitu :

Tahap penelitian : - Pengumpulan data dan informasi

- Penelitian dan perencanaan aspek yang terkait dengan

perencanaan trayek

Tahap perencanaan : - formulasi kebijaksanaan, analisa dan evaluasi alternatif

trayek

- penetapan usulan trayek terpilih

Tahap pelaksanaan : - rekomendasi trayek terpilih

- Pemberian ijin

- Uji coba trayek terpilih

- Pengesahan trayek terpilih

- Operasi angkutan pada trayek tersebut

Tahap pengawasan : - pengawasan dan penertiban trayek di lapangan

- Evaluasi jalannya trayek sebagai umpan balik.

Solusi V

Pemberlakuan 3 in 1 di jalan-jalan dan jam-jam tertentu dan melakukan manajemen

lalu-lintas dengan tepat.

Page 32: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

Solusi VI

Membangun sarana dan prasarana baru untuk angkutan umum massal (saum) seperti

monoreil,kereta api subway,busway.

Solusi VII

Memperketat dan membatasi kredit kepemilikan kendaraan bermotor.

4.3 Rincian Ketentuan-Ketentuan Pokok RUU

Rincian ketentuan-ketentuan pokok RUU yang ada harus memuat hal-hal sebagai

berikut dibawah ini :

• SKPD yang berwenang dapat menerapkan sanksi yang jelas berupa sanksi

administrasi maupun sanksi keuangan (pembebanan biaya paksa)

• Polisi meningkatkan ketertiban untuk mencegah dan mengatasi tindak kriminal

• SKPD yang berwenang wajib menyediakan tempat pemberhentian untuk angkot

• Tarif setoran pada pengusaha angkot mesti diatur.

• Menentukan standar spesifikasi teknis pembatas ruas jalan yang efektif.

• Menyediakan ’angkot-lane’ yang terpisah dari ’motor-lane’

• Membuat peraturan yang membatasi peredaran kendaraan.

• Membuat peraturan baru dan atau mengkoordinir jumlah penetapan trayek.

• Melarang angkot untuk ngetem pada jam-jam off peak dan menyediakan sarana

(terminal) angkot untuk ngetem.

• Penempatan aparat kepolisian dijalanan untuk menindak pelanggar dan

mengatur lalu-lintas.

• Sesuai dengan perda maka petugas harus menertibkan pedagang yang melanggar

aturan dan juga memberikan sanksi kepada pedagang yang bandel maupun

petugas yang menyalahgunakan kewenangannya.

• Ketentuan tentang pembebanan biaya paksa ini dan juga penyelewengan oleh

petugas bisa diatasi apabila :

• Polisi bisa bertindak tegas;

• SKPD berwenang membuat / menjalankan model transportasi makro yang

mengitegrasikan 4 model transportasi umum yaitu: buslane, monorel, subway.

Page 33: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

• SKPD yang berwenang menyediakan sarana dan prasarana bagi angkot untuk

ngetem dan pkl untuk lokasi berjualan.Bila ini terwujud, dengan sendirinya

maka kemacetan bisa diatasi atau setidaknya dikurangi.

• Pemda beserta SKPD yang berwenang mengatur dan menetapkan peraturan

yang dapat mengurangi jumlah trayek kendaraan umum dan juga kendaraan

pribadi sesuai dengan kapasitas panjang jalan.

• Mempublikasikan tentang peraturan2 yang tampaknya sepele dan akrab sekali

dengan keseharian masyarakat, yang ternyata melanggar perda.

• Mengatur secara jelas dan teknis tentang pengelolaan kas daerah bersumber dari

pembebanan biaya paksaan

• Mengatur secara jelas dan tegas melalui sanksi dalam perda untuk

menanggulangi kemacetan

4.4 Solusi yang disukai

Untuk melakukan penertiban lalu-lintas, pemerintah kota bandung akan

memberlakukan lalu-lintas dengan sistem satu arah. Untuk merealisasikan hal tersebut,

Dinas Perhubungan dan Satuan Lalu lintas Kepolisian Wilayah Kota Besar Bandung

akan melakukan rekayasa lalu lintas di Jalan Gatot Subroto dan Jalan Lingkar Selatan.

Rencana rekayasa kedua jalan tersebut baru akan dilaksanakan setelah pihak Satlantas

Polwiltabes Bandung dan Dishub Kota Bandung mengevaluasi hasil rekayasa lalu

lintas sebelumnya.

Namun dengan sistem ini tidak memungkiri kemungkinan adanya aksi mogok

dari sopir angkutan umum yang merasa dirugikan dengan rekayasa jalan ini. Untuk

mengatasi hal tersebut, pihak Dishub dan Satlantas Polwiltabes Bandung akan

melakukan dialog secara intensif dengan pihak-pihak yang terkait. Satlantas Polwiltabes

Bandung juga sedang memikirkan alternatif penyelesaian permasalahan lahan parkir.

Seperi kita ketahui bahwa Sekarang ini badan jalan banyak yang digunakan untuk lahan

parkir.

4.5 Pernyataan Dampak Sosial

Sebagai konsekuensi dari sebuah kota yang berkembang menjadi metropolitan,

kemacetan tampaknya menjadi hal yang tidak asing lagi bagi warga Kota Bandung.

Page 34: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

Dibandingkan dengan Jakarta yang masih mengenal hari sepi, yaitu hari Sabtu dan

Minggu, kesemrawutan lalu lintas di Kota Kembang ini dinilai banyak kalangan cukup

parah sebab tidak mengenal hari sepi lalu lintas.

Jalan Cihampelas merupakan salah satu lokasi yang cukup banyak dikunjungi

wisatawan. Ruas jalan ke arah Jalan H Juanda, RE Martadinata, dan Jalan Setiabudhi

juga menjadi tujuan utama wisatawan yang liburan ke Bandung. Hal itulah yang

menyebabkan ruas-ruas jalan itu kian macet saat weekend. Kendaraan roda empat hanya

bisa melaju 5-20 kilometer per jam.

Sejak dibukanya Jalan Tol Cipularang, mobil pribadi dari Jakarta yang masuk

Bandung makin meningkat. Data dari PT Jasa Marga menyebutkan, tiap hari rata-rata

kendaraan yang masuk ke Bandung lewat pintu Tol Pasteur sekitar 24.000. Jika liburan,

volume kendaraan bertambah sekitar 1.500 unit. Alhasil, Bandung yang sudah sesak

oleh mobil warganya, menjadi kian padat oleh mobil-mobil dari Jakarta.

Selain pertumbuhan jalan yang tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan,

minimnya lahan parkir dan angkutan kota (angkot) turut andil dalam kemacetan di kota

yang besok, Minggu (25/9), memperingati hari jadinya yang ke-195 tahun. Banyak

kendaraan, terutama saat liburan, diparkir di pinggir-pinggir jalan sekitar factory outlet

dan pusat oleh-oleh Bandung.

4.6 Pelaksanaan pemantauan

Pelaksanaan pengawasan, Pemantauan, penilaian dan tindakan korektif

dilakukan oleh pemerintah daerah (dinas perhubungan), kepolisian, bina marga, serta

pihak yang terkait lainnya sesuai dengan pasal 96 UU No.10 Tahun 2001. Dilakukan

kegiatan pengawasan atau pemantauan terhadap pengoperasian angkutan perkotaan oleh

Dinas Perhubungan Kota Bandung dan Satlantas Polwiltabes Bandung, dimana :

a. Dinas Perhubungan Kota Bandung melakukan pemantauan terhadap kondisi

pelayanan angkutan pada trayek-trayek termaksud dan kondisi serta situasi

lalu lintas pada ruas jalan yang dilalui oleh trayek tersebut. Hasil-hasil

pemantauan ini kemudian dipakai sebagai bahan untuk mengevaluasi

kembali pelaksanaan trayek tersebut.

Page 35: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

b. Satlantas Polwiltabes Bandung melakukan pengawasan terhadap ketertiban

dan kelancaran lalu lintas serta melaksanakan penyidikan terhadap pelaku

pelanggaran lalu lintas, termasuk penyidikan terhadap pihak penyedia jasa

angkutan yang tidak memenuhi ketentuan trayek. Kemudian hasil

pengawasan dan penyidikan tersebut diinformasikan kepada Dinas

Perhubungan Kota Bandung sebagai bahan masukan untuk evaluasi.

4.7 Kesimpulan Singkat

Masalah kemacetan lalu-lintas di Kota Bandung merupakan masalah yang cukup

pelik untuk diselesaikan dan membutuhkan suatu tindakan dalam pelaksanaannya. Saat

ini kota Bandung telah berubah menjadi sebuah kota metropolitan, dimana terdapat ciri

yaitu kian bertambahnya arus lalu-lintas sebagai konsekuensi dari bertambahnya

jumlah penduduk.

Fenomena seperti ini sudah lumrah terjadi di kota-kota besar lainnya, namun yang

membedakan ialah kebijakan serta usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi

tingkat kemacetan di tiap-tiap kota itu berbeda-beda. Seperti di Jakarta telah

diberlakukan sistem 3 in 1 atau jalur Busway, di daerah Puncak Bogor dengan sistem

buka-tutup-nya, dan di Bandung dengan adanya Fly-over.

Indonesia telah berusaha semaksimal mungkin untuk menangani masalah

kemacetan tersebut, salah satunya dengan meng-adopsi strategi seperti yang dibuat di

luar negeri, yaitu dengan pembangunan Monorail dan kereta api Subway. Dengan

demikian, ternyata masih banyak hal lain yang harus diperbaiki dan dibuat untuk

menyelasaikan masalah kompleks ini.

Page 36: ROCCIPI Kemacetan Di Kota Bandung

DAFTAR PUSTAKA

Levri Ardiansyah, S.IP. Materi Kuliah Kebijakan Publik : teori ROCCIPI

WEBSITE

www.kompas.com. ” Lalu Lintas di Kota Bandung akan jadi Satu Arah”

www.kompas.com. ” Kemacetan di Bandung Kronis”

www.bandung.go.id. ”PERDA No 10 Tahun 2001”

www.pikiranrakyat.com. ”Monorel Kota Bandung bakal Beroperasi 2009”

DOKUMEN-DOKUMEN

Peraturan Daerah Nomor : 10 Tahun 2001 Tentang Penyelengaraan Perhubungan di

Kota Bandung.